Anak Naga Chapter 13: Berangkat Ke Kuil siauw Lim sie

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 13: Berangkat Ke Kuil siauw Lim sie
Bab 13 Berangkat Ke Kuil siauw Lim sie

Thio Han Liong dan Thio sam Hong duduk di ruang meditasi. Kini kepandaian pemuda itu bertambah tinggi-karena mendapat petunjuk dari Thio sam Hong.

"Han Liong" Thio sam Hong tersenyum.

"Kepandatanmu sudah tinggi- hanya saja Iweekangmu belum mencapai tingkat kesempurnaan."

"sucouw, kalau begitu aku harus terus berlatih Iwee-kang?" tanya Thio Han Liong.

"Itu tergantung dari keberuntunganmu," sahut Thio sam Hong memberitahukan.

"Ketika kecil, ayahmu terpukul oleh ilmu Hian Bong Sian ciang yang amat beracun. Pukulan itu membuat ayahmu kedinginan...." Thio sam Hong menutur tentang kejadian
tersebut, kemudian mena mbahkan.

"Namun sungguh di luar dugaan, di dalam sebuah lembah, ayahmu makan kodok api yang mengandung hawa panas, setelah itu ayahmu pun menemukan kitab Kiu yang Cin Keng."

"Karena makan kodok api itu, maka ayahku berhasil melatih Iweekangnya hingga mencapai tingkat yang begitu tinggi?"

"ya. Tapi-—" Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala.

"Masih tidak sanggup menahan ilmu pukulan para Dhalai Lhama itu."

"sucouw," tanya Thio Han Liong.

"Apakah tiada cara untuk memecahkan ilmu pukulan itu?"

"Memang tidak ada." Thio sam Hong menghela nafas panjang,

"sebab Iweekang gabungan para Dhalai Lhama itu amat dahsyat. Di koiong langit ini tiada seorang jago pun yang sanggup menahan ilmu pukulan itu"

"Kalau begitu..."

"Hanya ada satu jalan." Thio sam Hong memberitahukan.

"Jangan menyambut pukulannya. Hadapi para Dhalai Lhama itu dengan menggunakan kegesitan untuk menghindari pukulan Dhalai Lhama yang paling depan, dan serang yang paling belakang."

"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut mengerti. "Ternyata begitu cara memecahkan ilmu pukulan itu"

"Tapi engkau masih harus ingat satu hal" ujar Thio sam Hong mengingatkannya,

"Para Dhalai Lhama itu memiliki Liak Hwee Tan. Kalau menghadapi mereka, engkau harus menghindari Liak Hwee Tan itu."

"Terima kasih atas petunjuk sucouw" ucap Thio Han Liong.

"Aaaah—"" Mendadak Thio sam Hong menghela nafas panjang,

"setelah ayahmu hidup mengasingkan diri di Pulau Hong Hoang to, rimba persilatan mulai dilanda bencana. Perlu engkau ketahui- ayahmu adalah Bu Lim Beng Cu (Ketua "Rimba Persilatan). Kini banyak jago yang berhati jahat ingin merebut kedudukan Bu Lim Beng Cu, otomatis menimbulkan berbagai macam badai dalam rimba persilatan."

"sucouw...." Thio Han Liong ingin menghiburnya, namun

merasa tidak eNak,

"In Lie Heng sudah sekian lama pergi ke siauw Lim sie, tapi hingga kini belum juga pulang. Apakah telah terjadi sesuatu atas dirinya?"

"sucouw tidak usah cemas," ujar Thio Han Liong menghiburnya.

"Kakek In tidak akan menemui suatu apa pun."

"Aaaah—" Thio sam Hong menghela nafas lagi.

"Engkau tidak tahu, In Lie Heng hidup menderita belasan tahun."

"oh?" Thio Han Liong tersentak.

"Kenapa Kakek In hidup menderita belasan tahun?"

"Belasan tahun lalu, iSierinya yang bernama Yo Put Hwi mati karena melahirkan." Thio sam Hong memberitahukan.

"Beberapa bulan kemudian, anaknya pun mati karena sakit."

"Haaah...?" Thio Han Liong terkejut, la tidak menyangka nasib In Lie Heng begitu malang.

"sudah lama dia pergi ke siauw Lim sie, namun masih belum pulang. Aku khawatir telah terjadi sesuatu atas dirinya." Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala.

"Han Liong...."

"ya, sucouw."

"Ayahmu pernah menceritakan tentang Kim Mo say ong-cia sun?"

"Pernah-" Thio Han Liong mengangguk.

"Kim Mo sau ong-cia sun adalah ayah angkat orangtua ku-" "Tidak salah" Thio sam Hong manggut-manggut-

"Cia sun tinggul bersama Tiga Tetua siauw Lim di belakang kuil Siauw Lim sie- Engkau harus ke sana menemuinya-"

"ya, sucouw-" Thio Han Liong mengangguk.

"Engkau boleh berangkat esok pagi-" ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya,

"ya, sucouw." Thio Han Liong mengangguk lagi- lalu meninggalkan ruang meditasi menuju ruang depan.

Kebetulan song wan Kiauw dan lainnya sedang berkumpul di situ Mereka menyuruh Thio Han Liong duduk-

"Han Liong," ujar song Wan Kiauw kemudian.

"Kepandaianmu semakin tinggi- kini kami sudah bukan tandinganmu lagi"

"Kakek song" Thio Han Liong tersenyum dan memberitahukan,

"sucouw menyuruhku berangkat ke kuil siauw Lim sie esok pagi-"

"oh?" song Wan Kiauw menatapnya.

"Untuk menjenguk Cia sun?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk.

"Itu memang ada baiknya juga" ujar Jie Lian ciu.

"sebab Cia sun adalah ayah angkat orangtua mu, lagipula engkau akan bertemu In Lie Heng di sana."

"Kakek Jie," ujar Thio Han Liong,

"sucouw sangat mencemaskan Kakek In."

"oh?" Jie Lian ciu mengerutkan kening.

"Apakah disebabkan In Lie Heng belum pulang?"

"Ya. Maka sucouw khawatir telah terjadi sesuatu atas diri Kakek In."

"Itu..." Jie Lian ciu tersenyum.

"Itu tidak mungkin. Aku yakin In Lie Heng masih berada di kuil siauw Lim sie."

"Kakek Jie," kata Han Liong.

"Kenapa Kakek In pergi ke kuil siauw Lim sie?"

"Kong Bun Hong Tio mengutus Goan Liang ke mari untuk mengundang guru ke sana guna merundingkan sesuatu. Namun guru menolak karena sudah tua sekali maka mengutus In Lie Heng ke sana."

"Kenapa Kong Bun Hong Tio siauw Lim Pay mengutus Goan Liang ke mari mengundang sucouw?" tanya Thio Han Liong heran.

"Apakah di Kuil siauw Lim sie telah terjadi sesuatu?"

"Itu memang merupakan kejadian yang sungguh di luar dugaan," jawab Jie Lian ciu dan menutur tentang kejadian beberapa tahun lalu.

"... ternyata si pembunuh misterius itu bernama seng Hwi-anak Hun Goan Pek Lek Chiu-seng Kun. Kong Bun Hong Tio bertanding sepuluh jurus dengannya dapat bertahan, maka seng Hwi pergi- Tapi dia masih sempat mencetuskan janji-bahwa lima tahun kemudian dia akan kembali lagi memusnahkan siauw lim pay."

"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.

"Kong Bun Hong Tio siauw Lim Pay ingin berunding dengan sucouw?"

"Betul." lie Lian Ciu mengangguk-

"seng Kun begitu jahat dan licik, maka anaknya itu pasti sama-"

"Han Liong," pesan song Wan Kiauw-

"Engkau harus membantu siauw lim pay, sebab sucouwmu masih terhitung murid siauw Lim Pay lho"

"oh?" Thio Han Liong tertegun-

"Guru sucouwmu adalah Kak Wan Taysu dari siauw Lim sie—" song wan Kiauw menceritakan tentang itu-

"oleh karena itu, engkau harus membantu mereka." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.

"Kakek song, aku pasti membantu pihak siauw Lim Pay." -ooo00000ooo-

Keesokan harinya, Thio Han Liong berpamit kepada Thio sam Hong dan lainnya, setelah itu, barulah ia meninggalkan Bu TOng san menuju kuil siauw Lim sie- Dalam perjalanan, ia terus memikirkan Tan Giok Cu, apakah gadis itu sudah pulang ke rumah atau belum?

Enam tujuh hari kemudian, Thio Han Liong sudah memasuki propinsi Holam- Karena merasa haus, ia lalu mampir di sebuah kedai araki Begitu duduk, pelayan langsung menghampirinya sambil tersenyum-senyum.

"Tuan Muda mau pesan arak apa? Kedai kami menyediakan berbagai macam arak wangi-"

"Maaf," sahut Thio Han Liong.

"Aku mau minum teh saja-"

"Baik," Pelayan segera menyuguh minuman tersebut, kemudian pergi melayani tamu lain.

Di saat itu, masuk ke dalam seorang tamu lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun, dan langsung duduk di sebelah Thio Han Liong.

"Maaf, saudara kecil" ucap lelaki itu sambil tersenyum.

"Karena tiada meja kosong, maka aku terpaksa duduk di sini. Engkau tidak berkeberatan kan?"

"Tentu tidak," sahut Thio Han Liong.

"Terima kasih," ucap lelaki itu, lalu memesan arak wangi-

pelayan segera menyajikannya. Lelaki itu mulai meneguk minumannya lalu memandang Thio Han Liong seraya bertanya.

"Engkau tidak minum arak?"

"Aku tidak pernah minum arak." sahut Thio Han Liong.

"saudara kecil" Lelaki itu tertawa aelaki

"Engkau harus tahu, lelaki harus minum arak, Kalau tidak, seperti banci lho"

Thio Han Liong tersenyum.

"Aku masih kecil, tidak pantas minum arak- Aku minum teh saja."

"Ha ha ha" Letaki itu tertawa lagi-"Berapa usiamu sekarang?" "Enam belas."

"saudara kecil, tahukah engkau? Aku mulai minum arak sejak berusia sepuluh tahun."

"Paman tergoiong setan arak.-"

Thio Han Liong tersenyum.

"Kalau begitu, Paman pasti tidak akan mabuk"

"Tentu." Lelaki itu manggut-manggut-

"saudara kecil, kita bertemu di sini, maka kita harus bersulang-"

"Paman, aku—-"

"Engkau maujadt banci?"

"Baiklah- Tapi aku minum seteguk saja-"

"Ha ha ha" Letaki itu tertawa, lalu menuang arak wangi ke dalam cangkir Thio Han Liong-

"saudara kecil, mari kita bersulang"

Thio Han Liong mengangkat cangkirnya, lalu bersulang dengan lelaki itu

"Ha ha ha" Lelaki itu terus tertawa, kelihatannya gembira sekali-

"Aku tidak punya teman, namun hari ini aku bertemu denganmu- Bagaimana kalau kita berteman? Engkau tidak akan menolak kan?"

"Baik, Aku senang berteman dengan Paman" sahut Thio Han Liong-

"saudara kecil, engkau jangan memanggilku Paman, panggil saja saudara tua"

"ya, saudara tua-"

"Ha ha ha" Lelaki itu tertawa oembira-

"Hari ini aku gembira sekali. Ha ha ha" Lelaki itu bangkit berdiri seraya berkata,

"saudara kecil, toiong bayar minumanku sampai jumpa lagi-biar aku yang traktir"

"Terima kasih Lain kali saja" sahut lelaki itu sambil berjalan pergi dengan agak sempoyongan.

Thio Han Liong menggeleng-Gelengkan kepala. Namun ia yakin bahwa lelaki itu bukan orang jahat, setelah membayar semua minuman itu, ia meninggalkan kedai arak tersebut,

(Lanjut ke jilid 7)

Jilid 7

Sore harinya, Thio Han Liong memasuki sebuah lembah. Mendadak terdengar suara jeritan yang menyayat hati. Betapa terkejutnya Thio Han Liong, ia langsung melesat ke tempat suara jeritan itu. Dilihatnya, seorang tua sedang menyiksa beberapa orang yang terikat di sebuah pohon. Thio Han Liong terbelalak, karena orang tua itu berwajah seram, yang tidak lain adalah Si Mo (iblis Dari Barat) Bu yung Hok yang pernah menyiksanya.

"Berhenti" bentak Thio Han Liong sambil melesat ke hadapannya.

"Eeeh?" Si Mo tersentak ketika melihat seorang pemuda muncul di hadapannya.

"Anak muda, siapa engkau?"

"Si Mo" sahut Thio Han Liong dengan kening berkerut.

"Cepatlah melepaskan mereka"

"He he he He he he..." Si mo tertawa terkekeh-kekeh.

"Anak muda, berdasarkan apa engkau menyuruhku melepaskan orang-orang ini?"

"Berdasarkan kebenaran-" sahut Thio Han Liong.

"Anak muda" Si Mo menatapnya tajam.

"Engkau berdasarkan kebenaran, aku berdasarkan hukum rimba persilatan, siapa kuat dan berkepandaian tinggi, dialah yang berkuasa"

"Si Mo" sahut Thio Han Liong dingin. "Cepatlah engkau melepaskan mereka" "Anak muda" Si Mo tertawa.

"Kelihatannya engkau berbakat dalam hal ilmu silat Walau aku sudah punya seorang murid, tapi aku masih bersedia menerimamu sebagai murid"

"Aku tidak sudi meniadi muridmu"

"Kenapa?"

"Karena hatimu jahat sekali siapa sudi menjadi muridmu?"

"Anak muda" sepasang mata si Mo membara- la mendadak memekik keras sambil menyerang Thio Han Liong.

Thio Han Liong memang sudah siap dari tadi, maka begitu si Mo menverang, ia berkelit menghindari serangan itu sekaligus mengerahkan Kiu yang sin Kang,

"He he he" si mo tertawa terkekeh-kekeh.

"Anak muda Tak disangka engkau berisi juga Nah, sambutlah serangan berikutnya"

si Mo mulai menyerangnya lagi. Thio Han Liong berkelit dan kini mulai balas menyerang dengan ilmu Thay Kek Kun yang lemas itu.

"Ternyata engkau murid Bu Tong Pay" ujar si Mo dingin-

"Bagus sudah lama aku ingin mencoba kepandaian Bu Tong Pay, dan hari ini adalah kesempatanku"

si Mo mulai mengeluarkan ilmu andalannya, sedangkan Thio Han Liong mengeluarkan ilmu Thay Kek Kun bercampur dengan ilmu Kian Kun Taylo Ie- oleh karena itu, ia dapat bertahan dan menyerang pula.

Itu membuat si Mo penasaran sekali- sekonyong-konyong ia memekik keras sambil menjongkokkan badannya, ternyata ia ingin mengeluarkan ilmu simpanannya yang paling lihay dan hebat, yaitu Ha Mo Kang (Ilmu Kodok). Krok Krok Krok si Mo mengeluarkan suara kodok-

Itu membuat Thio Han Liong tercengang. Di saat itu si Mo meloncat menyerang Thio Han Liong.

Tiada pilihan lain bagi pemuda itu, karena sudah tidak sempat berkelit, maka terpaksa menangkis ilmu Kiu Im Pek

Kut Jiauw. Blaaam Thio Han Liong terpental beberapa depa, sedangkan si Mo termundur-mundur beberapa langkah.

"He he he" si mo tertawa terkekeh-kekeh.

"Pantas engkau bertingkah di hadapanku, ternyata engkau memiliki kepandaian tinggi Bagus Bagus"

si Mo mulai menyerangnya lagi- Thio Han Liong melawannya dengan ilmu Thay Kek Kun, Kian Kun Taylo Ie dan Kiu Im Pek Kut Jiaw- Akan tetapi, Thio Han Liong kurang berpengalaman dan Iweekangnya masih betum begitu tinggi, sehingga terdesak sesudah puluhan jurus kemudian.

"He he he Anak muda, aku harus membunuhmu" seru si Mo sambil mempergencar serangannya.

Kini Thio Han Liong cuma mampu menangkis dan mengelak, sama sekali tidak mampu balas menyerang. Pada saat bersamaan, terdengarlah suara tawa yang amat keras.

"Ha ha ha si Mo yang amat terkenal hanya berani menghina anak muda, itu sungguh membuat aku kagum dan salut" terdengar pula ucapan yang menyindir, dan tak lama muncullah seorang tua berpakaian sastrawan.

Ketika melihat kehadiran sastrawan itu, si Mo berhenti menyerang Thio Han Liong. Maka pemuda itu langsung menarik nafas lega.

"Lam Khie (orang Aneh Dari selatan)" si Mo menatapnya tidak senang.

"Engkau ingin mencampuri urusanku?"

"Hua ha ha ha" Ternyata sastrawan tua itu adalah Lam Khie.

"Kita memang ada perjanjian, selama sepuluh tahun ini dilarang saling mengganggu Akan tetapi, saat ini tanganku gatal karena melihat engkau menghina anak muda itu Kalau engkau melepaskannya, tentunya aku pun tidak akan turut campur lagi"

"Hm" dengus si Mo dingin.

"Itu sama saja engkau ingin cari gara-gara denganku"

"Baik." Lam Khie tertawa.

"Katakanlah aku memang ingin cari gara-gara dengan engkau, lalu engkau mau apa?"

"Engkau...." si Mo melotot.

"Sudahlah" ujar Lam Khie-

"Lebih baik melepaskan anak muda itu Kalau tidak, kita terpaksa bertarung"

si Mo berpikir sejeNak, kemudian memandang Thio Han Liong seraya berkata dengan dingin sekali.

"Anak muda Aku melepaskanmu sekarang, tapi kalau bertemu kelak, engkau pasti kubunuh"

"Terima kasih atas kemurahan hatimu" sahut Thio Han Liong sambil memberi hormat.

"Tapi aku harap Locianpwee sudi melepaskan mereka juga"

"Anak muda" si Mo melotot.

"Maksudmu mereka yang terikat di pohon itu?"

"Ya" Thio Han Liong mengangguk.

"Tidak" si Mo menggelengkan kepala.

"Aku tidak akan melepaskan orang-orang itu"

"Kalau Locianpwee tidak melepaskan mereka, aku pun tidak mau pergi" ujar Thio Han Liong.

"Itu adalah urusanmu, anak muda" sahut si mo

"Eeeeh?" Lam Khie menggaruk-garuk kepala.

"Aku pun tidak bisa pergi"

"Lam Khie" Mata si Mo berapi-api.

"Engkau...."

"Matamu berapi-api, marah ya? Kalau begitu, mari kita bertarung saja" ujar Lam Khie sambil tertawa.

"Tanganku memang sudah gatal, ingin sekali bertarung denganmu"

"Kita sudah ada janji, lima tahun lagi kita akan bertanding" sahut si Mo sambil tertawa dingin.

"Baik Kalau kalian tidak mau pergi, aku yang pergi"

si Mo langsung melesat pergi. Thio Han Liong segera melepaskan tali yang mengikat beberapa orang di pohon itu.

"Terima kasih, siauwhiap," ucap mereka.

"Paman-paman, cepatlah kalian tinggalkan tempat ini" ujar Thio Han Liong.

Mereka mengangguk, segera memberi hormat kepada Lam Khie, lalu pergi tanpa menoleh lagi.

"Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelak, kemudian menatap Thio Han Liong dengan penuh perhatian seraya berkata,

"Anak muda, kepandalanmu cukup tinggi- Bolehkah aku tahu siapa dirimu?"

"Locianpwee, namaku Thio Han Liong," jawab pemuda itu. "Terima kasih atas pertolongan Locianpwee-" "Ha ha" Lam Khie tertawa-

"Han Liong, mari kita duduk untuk mengobrol sebentar Engkau tidak berkeberatan kan?"

"Ya, Locianpwee" Thio Han Liong mengangguk.

Mereka berdua lalu duduk di bawah pohon. Lam Khie terus menatapnya, lama sekali barulah membuka mulut.

"Engkau mahir ilmu silat Thay Kek Kun, apakah engkau adalah murid Bu Tong Pay?"

"secara tidak langsung aku memang murid Bu Tong Pay-" Thio Han Liong menjelaskan.

"sebab kakekku adalah murid Bu Tong Pay."

"Siapa Kakekmu?"

"Thio cui san."

"Ternyata kakekmu adalah salah seorang Bu Tong cit Hiap. Ayahmu pasti Thio Bu Ki yang amat kesohor itu."

"ya."

"Han Liong" Lam Khie tersenyum.

"Aku tinggal di Tayli, julukanku adalah Lam Khie-Baru beberapa tahun aku berkecimpung di rimba persilatan Tionggoan, dan disaat itu pula muncul Tong Koay-Oey su Bin, si Mo-Buyung Hok dan Pak Hong-wan Bun Kim. Kepandaian kami terempat boleh dikatakan seimbang."

"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.

"Tapi si Mo kelihatan agak segan pada Locianpwee."

"Bukan segan," sahut Lam Khie.

"Melainkan enggan bertarung denganku, sebab ia tidak mau ambil risiko bertarung denganku. Dia sangat licik, akal busuknya pun banyak-"

"Locianpwee," tanya Thio Han Liong mendadak-"Bagaimana sifat Tong Koay dan pak Hong?"

"Mereka berdua tidak bersifat licik maupun jahat, namun Tong Koay agak sesat. sedangkan Pak Hong agak kegila-gilaan." LamKhie memberitahukan,

"oh ya, belum lama ini dalam rimba persilatan telah muncul sebuah perkumpulan misterius."

"Hek Liong Pang?"

"Betul." Lam Khie manggut-manggut.

Ketua Hek Liong Pang berkepandaian sangat tinggi sekali. Dia adalah seorang wanita berusia lima puluhan. Wajahnya dingin dan hatinya jahat, siapa berani menyinggung perasaannya pasti dibunuhnya, sebulan yang lalu, ketua Hek Liong Pang itu mengundang kami bertemu di Pek Hoa Kek (Lembah Bunga Putib). Ternyata ketua Hek Liong Pang itu menghendaki kami bergabung. Aku dan Tong Koay serta Pak Hong langsung menolak, sedangkan si Mo bilang akan pikir-pikir dulu. Kelihatannya si Mo berniat bergabung dengan ketua Hek Liong Pang, kalau itu terjadi, Hek Liong Pang pasti tumbuh sayap, sebab si Mo adalah ketua golongan hitam, rimba persilatan pasti akan dilanda banjir darah-"

"Kalau begitu—" ujar Thio Han Liong setelah berpikir sejenak-

"Locianpwee, Tong Koay dan Pak Hong bergabung saja-"

"Kami bertiga bergabung Ha ha ha—" Lam Khie tertawa gelak-

"Itu merupakan hal yang tak mungkin." "Memangnya kenapa?" Thio Han Liong heran.

"Kami bertiga sangat tinggi hati, tidak akan saling mengalah satu sama lain. Maka kami bertiga tidak mungkin

bisa bergabung, dan itu sangat menguntungkan Hek Liong pang. Lagipula si Mo amat licik- Dia berniat bergabung dengan Hek Liong Pang, sudah pasti punya tujuan tertentu-"

"si Mo punya tujuan apa?"

"Dia ingin menjadi Bu Lim Beng Cu. Begitu pula ketua Hek Liong Pang. Dalam hal tersebut mereka pasti akan berunding lama."

"Bu Lim Beng Cu?"

"Aku sudah dengar," ujar Lam Khie sambil memandang Thio Han Liohg.

"Belasan tahun lalu, ayahmu telah diangkat sebagai Bu Lim Beng Cu. Namun sudah belasan tahun pula ayahmu menghilang entah ke mana, maka banyak jago dari berbagai aliran ingin merebut kedudukan itu."

"Bu Lim Beng Cu—" gumam Thio Han Liong,

"Itu cuma merupakan sebuah nama kosong."

"Eh?" Lam Khie terbelalak- "Ayahmu adalah Bu Lim Beng Cu, kenapa engkau malah mengatakan begitu?"

"Locianpwee...." Thio Han Liong tersenyum getir.

"Lho?" Lam Khie menatapnya tidak mengerti.

"Kenapa engkau? Apakah telah terjadi sesuatu atas diri ayahmu?"

"Locianpwee, aku ingin bertanya bagaimana kepandaian Locianpwee dibandingkan dengan kepandaian ayahku?"

"Mungkin—," sahut Lam Khie jujur.

"Aku masih kalah setingkat di bandingkan dengan kepandaian ayahmu."

"Locianpwee pernah dengar tentang para Dhalai Lhama?"

"Dhalai Lhama?"

"Ya."

"Para Dijalai Lhama hanya terdapat di Tibet, mereka rata-rata berkepandaian amat tinggi," ujar Lam Khie-

"Tapi tidak pernah berkecimpung dalam rimba persilatan Tionggoan."

"Mereka tidak pernah berkecimpug dalam rimba persilatan, namun pernah bertarung dengan ayahku." Thio Han Liong memberitahukan.

"Aku menyaksikan pertarungan itu" "oh?" Lam Khie tampak tertarik-"Bagaimana hasil pertarungan itu?"

"Ayahku terluka, bahkan terbakar oleh Liak Hwee Tan milik para Dhalai Lhama itu," jawab Thio Han Liong dengan wajah murung,

"Itu bagaimana mungkin?" Lam Khie tidak percaya Thio Bu Ki kalah bertarung dengan para Dhalai Lhama.

"Para Dhalai Lhama itu berjumlah sembilan orang...." tutur

Thio Han Liong mengenai ilmu istimewa yang dimiliki para Dhalai Lhama itu.

"Maka ayahku tidak sanggup melawan mereka."

"Bukan main" Lam Khie terbelalak-

"Itu sungguh luar biasa. Tak disangka para Dhalai Lhama itu memiliki kepandaian istimewa. Tapi aku tidak pernah mendengar tentang mereka, mungkin mereka sudah pulang ke Tibet."

"Kalau kepandaianku sudah tinggi sekali, aku pasti ke Tibet mencari mereka," ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh-

"Engkau ingin membalas dendam?"

"Hanya ingin membuat perhitungan dengan mereka, sebab mereka membunuh Bibiku."

"oooh" Lam Khie manggut-manggut.

"Tapi engkau harus berhati-hati, karena kepandaian mereka begitu tinggi."

"Ya." Thio Han Liong mengangguk,

"Han Liong" Lam Khie memandangnya sambil tersenyum.

"Rasanya aku cocok sekali denganmu, namun kita terpaksa berpisah sekarang. Kelak kita akan berjumpa lagi."

Lam Khie melesat pergi, namun masih terdengar suara seruannya sayup,sayup,

"Han Liong Hati-hati terhadap si Mo, dia sangat licik dan jahat...."

"Terima kasih atas perhatian Locianpwee" sahut Thio Han Liong dan berseru pula menggunakan Iweekang.

"Mudah-mudahan kita berjumpa lagi kelak"

-ooo00000ooo-

Thio Han Liong mulai mendaki siauw sit san. Ketika ia sedang mendaki melalui jalan gunung yang sempit, mendadak muncul beberapa Hweeshio-

"omitohud" ucap salah seorang dari mereka.

"Anak muda, engkau mau ke mana?"

"Aku mau ke kuil siauw Lim sie- Kalian adalah Hweeshio-hweeshlo siauw Lim sie?" tanya Thio Han Liong.

"Betul." Hweeshio itu mengangguk- "Anak muda, mau apa engkau ke kuil kami?"

"Aku ingin menemui Kakek In,"jawab Thio Han Liong dan menambahkan. Juga ingin menemui Keng Bun Hong Tio-"

"Kakek In? Maksudmu In Lie Heng?" tanya Hweeshio itu

"Anak muda, sudah belasan hari In Tayhiap meninggalkan kuil kami-" Hweeshio itu memberitahukan.

"oh?" Thio Han Liong tercengang-

"Tapi Kakek In belum tiba di gunung Bu Tong. Taysu, bolehkah aku bertemu Keng Bun Hong Tio?"

"Ada urusan apa engkau ingin bertemu Hong Tio kami dan siapa engkau?"

"Taysu, namaku Thio Han Liong." Pemuda itu memberitahukan.

"Ayahku bernama Thio Bu Ki."

"Apa?" Para Hweeshio itu tampak terkejut.

"Ayahmu adalah Thio Bu Ki?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk-

"Kalau begitu," ujar Hweeshio itu. Mari ikut kami ke kuil menemui Hong Tio kami"

"Terima kasih Taysu," ucap Thio Han Liong, lalu mengikuti para Hweeshio itu ke atas.

Tak seberapa lama kemudian, sampailah di kuil siauw Lim sie- Betapa kagumnya Thio Han Liong menyaksikan kemegahan kuil tersebut

"sutee, siapakah anak muda itu?" tanya salah seorang Hweeshio yang menjaga di depan kuil.

"Dia bernama Thio Han Liong, putra Thio Bu Ki," sahut Hweeshio yang mengantar pemuda itu.

"Dia ingin menemui Keng Bun Hong Tio, harap suheng melapor kepada Hong Tio (Ketua)"

"omitohud" sahut Hweeshio itu, kemudian segera masuk ke dalam.

"Silakan ke ruang depan" ucap Hweeshio yang mengantar Thio Han Liong.

"Terima kasih," Thio Han Liong melangkah ke ruang depan.

Tak seberapa lama kemudian, muncullah dua Hweeshio tua, yang ternyata Keng Bun Hong Tio dan Keng Ti seng Ceng. Kenapa ke dua Hweeshio tua itu sudi menyambut Thio Han Liong, Itu dikarenakan Thio Bu Ki, ayahnya pernah menyelamatkan siauw Lim Pny-

"omitohud" ucap Keng Bun Hong Tio-

"Anak muda, betulkah engkau putra Thio Bu Ki?"

"Betul, Hong Tio-" Thio Han Liong mengangguk-

"Ayahmu berada di mana dan bagaimana keadaannya?" tanya Keng Bun Hong Tio dengan penuh perhatian.

"Ayah dan ibu tinggal dipulau Hong Hoang to," jawab Thio Han Liong memberitahukan.

"Ayahku baik-baik saja. Tapi...."

Thio Han Liong menutur tentang ayahnya terluka oleh para Dhalai Lhama. Keng Bun Hong Tio dan Keng Ti seng Ceng mendengarkan dengan mata terbelalak-,

"omitohud...." ucap Keng Bun Hong Tio-

"Itu sungguh di luar dugaan, syukurlah kini ayahmu sudah mulai pulih"

"Keng Bun Hong Tio," tanya Thio Han Liong.

"Bolehkah aku menemui Kakek angkatku?"

"Maksudmu Cia sun?"

"ya."

"omitohud Tentu boleh. Tapi sepasang mata Cia sun tetah buta- Apakah ayahmu memberitahukan tentang itu?"

"Ayahku sudah memberitahukan, oh ya, Kakek In sudah kembali ke gunung Bu Tong?"

"sudah." Keng Bun Hong Tio mengangguk- Kemudian memandang Keng Tiseng Ceng seraya berkata,

"sutee, antar Han Liong menemui Cia sun"

"Ya, suheng." Keng Ti seng ceng mengangguk, lalu mengajak Thio Han Liong ke belakang.

Berselang beberapa saat, mereka sudah sampai di pintu belakang kuit. Keluar dari pintu belakang itu, Thio Han Liong melihat sebuah gunung menjulang tinggi.

"cia sun dan ke tiga paman guruku tinggal di dalam sebuah gua di gunung itu." Keng Ti seng Ceng memberitahukan.

"Mari ikut aku ke sana"

"Terima kasih, seng Ceng," ucap Thio Han Liong dan terus mengikuti padri tua itu menuju gua tersebut. Be-berapa saat kemudian, sampailah mereka di sana. Keng Ti seng Ceng tidak langsung masuki melainkan berseru di depan gua.

"Paman guru Anak Thio Bu Ki bernama Thio Han Liong ingin menjenguk Cia sun Bolehkah teecu membawanya ke dalam?"

suara Keng Ti seng Ceng bergema ke dalam gua, lama sekali barulah terdengar suara sahutan parau.

"Keng Ti suruh dia masuk, engkau boleh kembali ke kuil"

"ya, Paman guru" sahut Keng Ti seng Ceng lalu berkata kepada Thio Han Liong.

"Engkau boleh masuk. silakan"

"Terima kasih, seng Ceng," ucap Thio Han Liong, lalu melangkah memasuki gua dengan hati agak berdebar-debar.

semakin ke dalam gua itu semakin luas dan terang. Kira-kira dua tiga ratus langkah kemudian, Thio Han Liong melihat tiga padri yang sudah tua sekali dan seorang tua berambut panjang duduk di situ. segeralah pemuda itu bersujud di hadapan mereka.

"Namaku Thio Han Liong, ayahku adalah Thio Bu Ki," ujar pemuda itu.

"Kakek dan tiga Tetua siauw Lim, terimalah sujudku"

"Ha ha ha" orang tua berambut panjang itu tertawa gelak-

"Tak disangka Thio Bu Ki sudah punya anak Kemarilah"

"ya. Kakek-" Thio Han Liong merangkak mendekati orang tua berambut panjang itu-

"Han Liong...." orang tua berambut panjang dan buta itu

adalah Kim Mo Say ong-cia sun. la meraba muka dan sekujur badan Thio Han Liong.

"Luar biasa Engkau memiliki tulang yang luar biasa"

"omitohud" ucap salah seorang Tetua siauw Lim bernama Touw ok-

"Cia sun, cucumu itu memang luar biasa, bahkan sudah memiliki kepandaian yang cukup tinggi. Hanya saja jalan darah jin Tioknya belum terbuka, maka sulit mencapai Iweekang yang tinggi.»

"Guru berniat menyempurnakannya?" tanya Cia sun mendadak-

"omitohud" sahut Touw ok-

"Itu tergantung pada jodohnya dengan kami bertiga-"

"Terima kasih Tetua siauw Lim," ucap Thio Han Liong.

"omitohud" Touw ok tertawa.

"Anak muda, engkau sungguh pintar Dengan ucapan terima kasihmu itu, justru membuat kami bertiga sutit menolak lagi."

"Terima kasih, guru," ucap Cia sun cepat.

"Ha ha ha" touw ok tertawa gelak-

"Siauw Lim Pay pernah berhutang budi kepada Bu Ki. Kini anaknya ke mari, maka kami harus membalas budi itu Ha ha ha"

"Terima kasih, Tetua," ucap Thio Han Liong. "Han Liong" touw ok menatapnya tajam. "Duduk-lah" Thio Han Liong sebera duduk-

"Han Liong, bagaimana keadaan ayah dan ibumu?" tanya Cia sun.

"Ayah dan ibu baik-baiksaja. Tapi—-" Thio Han Liong menutur tentang kejadianpara Dhalai Lhama dan pasukan pilihan Cu Goan ciang yang menyerbu ke Pulau Hong Hoang to-

"Bibi Cijiak meninggal, ayah terluka oleh pukulan Dhalai Lhama, bahkan kemudian ayah dan ibu terbakar oleh Liak Hwee Tan."

"Apa?" Cia sun terkejut bukan main.

"Begitu hebat kepandaian para Dhalai Lhama itu?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk-

"Para Dhalai Lhama itu memiliki ilmu istimewa, yaitu Ilmu Ie Kang Tai Tik (Memindahkan Iweekang Menggempur Musuh), mereka berjumlah sembilan orang."

"Ilmu Ie Kang Tai Tik?" Touw ok tampak terkejut sekali-

"Itu memang ilmu yang sangat luar biasa- Tentunya mereka juga paham akan berbagai macam formasi-"

"Han Liong, kini ayahmu sudah pulih?" tanya Cia sun.

"Sudah mulai pulih, namun wajah ayah dan ibu telah rusak-" Thio Han Liong memberitahukan.

"Ayahmu ahli dalam hal ilmu pengobatan, apakah tidak dapat mengobati wajahnya dan wajah ibumu?" tanya Cia sun bernada heran.

"Bisa. Tapi-—" Thio Han Liong menggelengkan kepala-

"Harus dengan soat Lian (Teratai salju) yang terdapat di gunung soat San."

"Kalau begitu--" Cia sun menghela nafas panjang,

"sama juga tiada obatnya, sebab tidak gampang memperoleh Teratai salju."

"Aku tahu itu, namun aku akan ke gunung soat san mencari soat Lian," ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh-

"Bagus, bagus Engkau memang anak baik, Cia sun tertawa gembira. "Ha ha ha..."

"omitohud Punya tekad yang Baik. pasti akan memperoleh hasil" ujar touw Giat.

"Han Liong, engkau boleh tinggal di dalam gua ini beberapa hari, kami bertiga akan memberi petunjuk kepadamu, sekaligus membuka jalan darah jin Tiokmu, agar engkau gampang melatih Terima kasih, Tetua," ucap Thio Han Liong.

"Terima kasih-—"

Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong sudah ke luar dari gua itu. Kini kepandaiannya bertambah tinggi, sebab ke tiga Tetua siauw Lim sie mengajarkannya beberapa macam ilmu silat rahasia siauw Lim Puy- Lagi-pula kini jalan darah jin Tioknya telah terbuka, maka Iweekangnya bertambah tinggi setingkat, itu dikarenakan ia memperoleh bantuan Iweekang dari ke tiga Tetua di saat membuka jalan darah jin Tioknya, sehingga mempertinggi Iweekangnya pula.

Thio Han Liong sudah berada di dalam kuil siauw Lim sie. la duduk di hadapan Keng Bun Hong Tio dan Keng Ti seng Ceng.

"Hong Tio" tanya Thio Han Liong.

"Bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

"Tanyalah" sahut Keng Bun Hong Tio sambil tersenyum.

"Hong Tio dan Kakek In berunding mengenai masalah apa? Lagipula kenapa suasana dalam kuil ini agak lain, kelihatannya seakan-akan menghadapi sesuatu?"

"omitohud" sahut Keng Bun Hong Tio-

"Mungkin tidak lama lagi akan muncul seseorang menimbulkan kekacauan di kuil kami. Dia bernama seng Hwi, putra seng Kun."

"oh?" Thio Han Liong tertegun, "Kenapa dia akan menimbulkan kekacauan di sini?"

"Sebab kemungkinan besar dia telah salah paham terhadap Cia sun dan kami—." Keng Bun Hong Tio menutur tentang kejadian seng Kun bertarung dengan cia sun.

"Han Liong,apakah ayahmu menceritakan tentang urusan seng Kun dengan cia sun?"

"Ayahku sudah menceritakannya." Thio Han Liong mengangguk-

"Namun ayahku tidak tahu kalau seng Kun punya seorang putra."

"omitohud" ucap Kong Ti seng Ceng.

"Itu memang di luar dugaan. Lima tahun lalu, aku dan suhengku pernah bertarung dengan seng Hwi."

Thio Han Liong terbelalak mendengar penuturan itu, sebab seng Hwi berkepandaian begitu tinggi.

"Kini sudah waktunya dia ke mari, maka...," ucapan Kong Ti Seng Ceng terputus, karena mendadak terdengar suara tawa yang amat keras di luar kuil.

"Kong Bun Hong Tio, aku sudah ke mari. Bersiap-siaplah untuk menghadapiku Ha ha ha..."

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-"sutee, seng Hwi datang. Man kita keluar"

"Baik, suheng" Kong Ti seng ceng mengangguk, lalu berkata kepada Thio Han Liong.

"Engkau di sini. Jangan keluar, sebab akan membahayakan dirimu."

"seng Ceng, aku ingin ikut keluar," sahut Thio Han Liong sungguh-sungguh,

"siapa tahu aku bisa membantu dalam hal ini."

"omitohud" Kong Ti seng ceng memandang Kong Bun Hong Tio-

"Bagaimana suheng? Bolehkah Han Liong ikut keluar?" "Baik-" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut.

"Terima kasih, Hong Tio," ucap Thio Han Liong, lalu ikut mereka keluar-

Begitu sampai di luar, terbelalaklah Thio Han Liong, karena melihat seorang lelaki berusia tiga puluh lebih berdiri di situ, yang tidak lain adalah lelaki yang ia temui di dalam kedai arak.

"saudara tua" panggil Thio Han Liong.

"Eeeh?" Lelaki itu terperangah ketika melihat Thio Han Liong bersama ke dua padri tua itu.

"Engkau... saudara kecil Kok berada di sini?"

"saudara tua" Thio Han Liong menatapnya.

"Engkau bernama seng Hwi?"

"Ya." Lelaki itu mengangguk-

"Engkau adalah murid siauw Lim Pay?"

"Bukan." Thio Han Liong menggelengkan kepala dan menambahkan

"Tapi aku punya hubungan dengan siauw Lim Pay."

"saudara kecil" seng Hwi menatapnya dengan wajah muram

"Itu berarti engkau akan mencampuri urusanku dengan siauw Lim Pay?"

"Bukan mencampuri, melainkan ingin menjernihkan masalahmu dengan siauw Lim Pay." sahut Thio Han Liong.

"Apa maksudmu?"

"Sebab engkau telah salah paham terhadap siauw Lim Pay-Kalau salah paham itu masih berlanjut, akhirnya korban akan terus berjatuhan."

"saudara kecil, aku memang harus membunuh para Hweeshio siauw Lim Pay dan cia sun, karena ayahku mati gara-gara mereka."

"ltulah salah pahammu." Thio Han Liong meng-geleng-gelengkan kepala.

"saudara tua, maukah engkau mendengarkan penjelasanku dulu? Kalau memang pihak siauw Lim-pay dan cia sun bersalah, engkau pun boleh membunuhku."

"Eh? saudara kecil.—" Seng Hwi mengerutkan kening.

Ketika aku melihatmu di kedai arak, aku sudah merasa cocok denganmu, kemudian engkau pun mau mentraktirku, Itu berarti aku telah berhutang kebaikan kepadamu- Kini engkau ingin menjelaskan masalah itu padaku, tentunya aku harus mendengarnya-"

"saudara tua" Betapa girangnya Thio Han Liong.

"Man ikut aku ke dalam"

"Baik-" seng Hwi mengangguk, lalu mengikuti Thio Han Liong ke dalam kuil itu dan duduk di ruang depan. Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng saling memandang kemudian mereka manggut-manggut sambil menarik nafas lega.

"saudara kecil, jelaskanlah"

"saudara tua, Cia sun adalah ayah angkat orang-tuaku." Thio Han Liong memberitahukan.

"orang tuaku adalah Thio Bu Ki...." Thio Han Liong menutur

tentang kejadian masa lampau kepada seng Hwi.

Thio Han Liong menutur tentang kejadian seng Kun yang memperkosa isteri Cia sun dan lain sebagainya berdasarkan

apa yang didengarnya dari Thio Bu Ki, ayahnya. seng Hwi mendengarkan dengan wajah pucat pias dan seka li-kali ia pun melirik ke arah Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng. Ke dua padri tua itu tampak beo itu tenang, maka ia pun yakin bahwa apa yang dituturkan Thio Han Liong itu benar.

"Kong Bun Hong Tio" tanya seng Hwi dengan kening berkerut-kerut.

"Betulkah apa yang dituturkan saudara kecil ini?" "omitohud Itu memang betul," sahut Kong Bun Hong Tio-

"Para ketua partai besar lain pun mengetahui tentang kejadian itu. Bahkan masih ada beberapa murid kami yang dihukum, karena mereka bersekongkol dengan seng Kun."

"Tapi...." seng Hwi menggeleng-gelengkan kepala.

"Lainpula yang diceritakan ayahku, katanya Cia sun muridnya itu sangat jahat sekali. Padahal ayahku tidak pernah melakukan perbuatan terkutuk itu, namun cia sun yang memfitnahnya. Karena Cia sun terus-menerus memburunya, maka ayahku menjadi Hweeshio di siauw Lim sie- Cia sun tahu tentang itu, maka membunuh Keng Kian seng Cen. Akan tetapi, dengan licik sekali Cia sun memutar balikkan fakta itu, sehingga ayahku malah menjadi tertuduh, oleh karena itu, suatu hari ayahku berpesan kepadaku, apabila ayahku mati, aku harus menuntut balas kepada pihak siauw Lim sie dan cia sun."

"omitohud" Keng Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala.

"Itu merupakan cerita bohong, omitohud...."

"saudara tua, apa yang diceritakan ayahmu itu tidak benar," ujar Thio Han Liong.

"Kalau engkau masih tidak percaya, silakan ke gunung Bu Tong bertanya kepada sucouwku"

"sucouwmu? Maksudmu adalah guru Besar Thio sam Hong?" tanya seng Hwi.

"Ya." Thio Han Liong mengangguk-

"Itu tidak perlu-" seng Hwi menggelengkan kepala, kemudian menatap Han Liong seraya berkata,

"saudara kecil, sudikah engkau ikut ke tempat tinggalku?" "Memangnya kenapa?" Thio Han Liong heran. "Menemui ibuku."

Thio Han Liong berpikir sejeNak, kemudian mengangguk seraya berkata.

"Baiklah- Engkau sudi mendengar penjelasanku, maka aku pun harus ikut engkau pergi menemui ibumu-"

"Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" ujar seng Hwi dan sekaligus berpamit kepada Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng.

"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-

Thio Han Liong pun berpamit kepada ke dua padri tua itu, kemudian meninggalkan kuil siauw Lim sie bersama seng Hwi.

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio setelah mereka pergi.

"Tak disangka jadi beres urusan itu. omitohud...."

"suheng" Kong Ti seng Ceng manggut-manggut.

"Kelihatannya Han Liong yang akan menyelamatkan rimba persilatan, omitohud—."

-ooo00000ooo-

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar