Anak Naga Chapter 20: Kejadian yang Tak Terduga

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 20: Kejadian yang Tak Terduga
Bab 20 Kejadian yang Tak Terduga

sunyi sepi di dalam kuil siauw Lim sie. Tampak dua padri tua sedang duduk berhadapan di ruang meditasi. Mereka berdua saling memandang dengan kening berkerut-kerut.

"Aaaah—" Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang.

"sutee, situasi dalam rimba persilatan makin memburuk-Tempo hari Seng Hwi membantai para murid kita lantaran salah paham, kini muncul lagi seorang pembunuh lain."

"Suheng.—" Kong Ti seng ceng menggeleng-gelengkan kepala-

"Pembunuh itu juga membunuh para murid partai lain. entah apa tujuannya berbuat begitu?"

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-

"Kita sama sekali tidak tahu siapa pembunuh itu. sungguh mengherankan, setelah Thio Bu Ki hidup mengasingkan din di pulau itu, justru bermunculan jago jago berkepandaian tinggi dalam rimba persilatan."

"Seng Hwi memiliki ilmu pukulan cing Hwee Ciang. Pembunuh yang baru muncul itu entah memiliki ilmu pukulan apa, pada dada setiap korban pasti terdapat tanda merah sebesar telapak tangan."

"Itu adalah semacam ilmu pukulan." Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala.

"Kita tidak tahu ilmu pukulan apa itu."

Di saat mereka sedang bercakap-cakap denganserius, tiba-tiba muncul Goan Liang.

"Hong Tio, ketua Bu Teng Pay Jit Lian ciu dan song Tayhiap datang berkunjung. Mereka sudah berada di ruang depan," ujarnya.

"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-

"Goan Liang, cepat suguhkan teh wangi untuk mereka"

"ya." Goan Liang segera pergi.

"sutee" Kong Bun Hong Tio bangkit berdiri

"Mari kita pergi menemui mereka. Mungkin ada sesuatu yang penting."

"Baik suheng" Kong Ti seng Ceng mengangguk dan bangkit berdiri, kemudian mereka berdua berjalan menuju ruang depan.

"Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng" Lie Lian ciu dan song wan Kiauw segera memberi hormat.

"Maaf, kedatangan kami telah mengganggu ketenangan Hong Tio dan seng ceng"

"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-"Tidak "apa-apa, silakan duduk"

Jie Lian ciu dan song wan Kiauw duduki setelah itu jie Lian ciu pun bertanya dengan serius.

"Apakah siauw Lim Pay tidak mengalami sesuatu?" "omitohud" Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang. "Beberapa murid kami mati terbunuh."

"Dada mereka terdapat sebuah tanda merah?" tanya song Wan Kiauw.

"ya." Kong Bun Hong Tio mengangguk dan mem beritahukan.

"Beberapa murid partai lain juga sudah menjadi korban" "Aaahi.." song wan Kiauw menghela nafas panjang.

"Kong Bun Hong Tio, In Lie Heng sutee kami pun mati terbunuh."

"omitohud" Kong Bun Hong Tio terkejut bukan maini "Kapan kejadian itu?"

"Beberapa bulan yang lalu," jawabjie Lian ciu memberitahukan,

"seorang gadis remaja bernama Tan Giok Cu membawanya pulang ke gunung Bu Tong."

"Tan Giok cu?" Kong Bun Hong Tio tertegun.

"Gadis itujuga ke sini, katanya ingin menemui Thio Han Liong."

"Mereka bertemu?" tanya song wan Kiauw.

"omitohud" sahut Kong Ti seng Ceng.

"Mereka tidak bertemu, namun Thio Han Liong secara tidak langsung telah menyelamatkan siauw Lim sie-"

"oh?" Jie Lian ciu tercengang.

"Ketika Thio Han Liong berada di sini, kebetulan pembunuh misteri yang memiliki ilmu pukulan cing Hwee Ciang muncul pula. Thio Han Liong memberitahukan kepadanya tentang urusan seng Kun dengan cia sun, setelah itu seng Hwi mengajak Thio Han Liong pergi menemui ibunya."

"oooh" Jie Lian ciu manggut-manggut.

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-

"Hari itu In Tayhiap pulang, apakah di tengah jalan ia bertemu pembunuh itu?"

"Aku pikir memang begitu. Kebetulan gadis remaja itu melihatnya, maka membawanya pulang ke gunung Bu Tong," ujar song wan Kiauw memberitahukan, "Guru tidak mampu mengobatinya, hanya dapat menyadarkannya saja. Ketika sadar In sutee menyebut kata 'Hiat' entah apa maksudnya?"

"Hiat?" Kong Bun Hong Tio mengerutkan kening.

"Mungkin julukan si pembunuh itu"

Kami pun menduga begitu, tapi...." song wan Kiauw menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata,

"Seingat-ku, tiada seorang kaum rimba persilatan punva julukan Hiat-."

"Hiat—" gumam Kong Ti seng Ceng.

"Di dada setiap korban terdapat tanda merah, mungkinkah Hiat Ciang (Pukulan Berdarah)?"

"Hiat Ciang?" song Wan Kiauw dan lie Lian ciu mengerutkan kening.

"Apakah dalam rimba persilatan terdapat ilmu tersebut?"

"Tidak pernah dengar," sahut Kong Bun Hong Tio sambil menghela nafas panjang.

"Aaaahi-"

"oh ya" song Wan Kiauw memandang Kong Bun Hong Tio seraya bertanya,

"Apakah Hong Tio mendengar tentang Hek Liong Pang?" "Sudah." Kong Bun Hong Tio mengangguk-

"Belum lama ini Hek Liong Pang berdiri dalam rimba persilatan secara resmi- Wakil ketua Hek Liong Pang adalah si Mo, namun kami tidak tahu siapa ketua Hek Liong Pang itu-Kalau tidak salah Hek Liong Pang di ketuai oleh seorang wanita yang berkepandaian tinggi sekali-"

"Kini rimba persilatan semakin kacau," ujar song wan Kiauw sambil menggeleng-gelengkan kepala,

"mungkinkah ketua Hek Liong Pang adalah pembunuh itu?"

"Entahlah," Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala-

"Kelihatannya kaum setan iblis ingin menguasai rimba persilatan. Dulu Thio Bu Ki berhasil menuntun mo Kauw kejatan yang benar. Kini siapa lagi yang akan menaklukan kaum setan iblis ilu? omitohud-—"

Di saat bersamaan, muncul Goan Liang melapor, bahwa ketua Kay Pang dan Dua Tetua datang berkunjung.

" Cepat undang mereka masuki sahut Kong Bun Hong Tio-

Goan Liang segera pergi. Berselang sesaat tampak seorang gadis berusia dua puluhan membawa sepasang tongkat bambu berwarna hijau, berjalan ke dalam bersama dua orang pengemis tua.

Gadis itu bernama su Hong seki ketua Kay pang. sedangkan ke dua pengemis ilu adalah Ci Hoat dan Coan Kang Tianglo.

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-"Selamat datang Ketua dan Tetua Kay Pang" "Ha ha ha" Ci Hoat Tiang lo tertawa gelak-

"Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng, sudah sekian lama kita tidak bertemu- Apa kabar selama ini?"

"omitohud Kami baik-baik saja," sahut Kong Bun Hong Tio-

"Ketua Bu Tong Pay dan song Tayhiap, apa kabar?" Coan Kang Tianglo memberi hormat.

"Kami baik-baik saja." Jie Lian ciu segera membalas memberi hormat.

"Bagaimana Gan Kang Tianglo?"

"Kami pun baik-baik saja," sahut Tianglo itu.

"Ketua Kay Pang" tanya Kong Bun Hong Tie

"Kalian ke mari secara mendadak, tentunya ada sesuatu yang penting kan?"

"Betul, Hong Tio- su Hong sek mengangguk- Belum lama ini banyak anggota kami yang terbunuh, dada mereka terdapat tanda merah."

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-

"Kami sudah tahu itu, sebab beberapa murid kami pun terbunuh dengan cara yang sama."

"Kong Bun Hong Tio tahu siapa pembunuh itu?" tanya su Hong sek-

"Maaf" Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala.

"Kami sama sekali tidak tahu, tapi...."

Kong Bun Hong Tio memandang jie Lian ciu, maka su Hong sek dan ke dua Tianglo itu langsung memandang ketua Bu Tong pay.

"In Lie Heng sutee kami itu pun terbunuh beberapa bulan lalu, dadanya juga terdapat sebuah tanda merah" ujar jie Lian ciu sambil menghela nafas panjang,

"sebelum menghembuskan nafas penghabisan, dia menyebut 'Hiat', entah apa maksudnya itu?"

"Hiat?" ci Hoat Tiang lo mengerutkan kening.

"Itu adalah julukan pembunuh atau nama ilmu pukulan?"

"Kami justru sedang membicarakan ini, tapi...." Jie Lian ciu

menggeleng-gelengkan kepala.

"Kesimpulan kami memang begitu, namun tetap tidak dapat menduga siapa pembunuh itu"

"Hek Liong Pang secara resmi berdiri dalam rimba persilatan. Wakil ketua adalah si Mo-Buyung Hok. Tapi ketua Hek Liong Pang...."

Gan Kang Tianglo menggelengkan kepala

"Tiada seorang pun yang tahu siapa dia, hanya tahu dia adalah seorang wanita berusia lima puluhan. Mungkinkah ketua Hek Liong Pang adalah pembunuh itu."

"oh?" Ci Hoat Tianglo menatap song wan Kiauw seraya bertanya,

"Kenapa song Tayhiap menduga begitu?"

"Menurutku...." song Wan Kiauw menjelaskan.

"Dia menghendaki kita berkumpul semua, lalu membunuh kita semua pula."

"Mungkinkah begitu?" tanya Gan Kang Tianglo dengan kening berkerut.

"Apabila kita bergabung, sanggupkah pembunuh itu membunuh kita?"

"Kalau dia tidak yakin, tentunya dia tidak berani memancing kemarahan kita kan? sebab dia pun membunuh murid-murid GoBi, Kun Lun, Hwa san dan Khong Tong Pay."

"Bukankah pembunuh itu bisa menantang langsung kepada kita?" ujar Gan Kang Tianglo.

"Kenapa harus membunuh dengan cara sadis begitu?"

"Dia ingin memperlihatkan kelihayan ilmu pukulannya,"jawab lie Lian ciu dan melanjutkan,

"perbuatannya itu membuktikan bahwa ia amat licik, bahkan juga pengecut."

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-"Mungkinkah dia punya suatu rencana tertentu?" "Memang mungkin." jie Lian ciu manggut-manggut.

"Tapi aku masih tidak habis pikir, apa sebabnya orang itu memusuhi kita? Apakah dia punya dendam kesumat pada kita?"

"Tempo hari yang membuat kami pusing adalah seng Hwi, kini muncul lagi seorang pembunuh misteri lain memusingkan kita semua, omitohud, itu sungguh membingungkan" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala-

"Apa boleh buat" ujar Jie Lian ciu.

"Apabila perlu, kita bergabung saja untuk melenyapkan pembunuh itu."

"Setuju," sahut Coan Kang Tianglo dan menambahkan,

"Ketua GoBi, Kun Lun, Hwa san dan ketua Khong Tong Pay juga harus bergabung dengan kita. otomatis kita akan bertambah kuat."

"selain menghadapi pembunuh itu, kita pun harus bersiap-siap menghadapi Hek Liong Pang," ujar song Wan Kiauw-

"Karena kelihatannya Hek Liong pang ingin menguasai rimba persilatan."

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio- "Untuk itu kita harus mengadakan pertemuan resmi, dan harus mengundang para ketua partai lain."

"Betul-" Ci Hoat Tianglo manggut-manggut.

"Tapi kapan pertemuan itu diadakan?"

"Bagaimana kalau tanggal lima belas bulan depan?" tanya jie Lian ciu.

"Baiki" su Hong seki ketua Kay Pang mengangguk-"Tapi di mana tempat pertemuan kita?" "omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-"Bagaimana kalau di kuil ini saja?" "Baiki" Coan Kang Tianglo mengangguki

"Tapi harus ada arak lho"

"omitohud Itu apa boleh buat. Asal jangan minta daging saja," ujar Kong Bun Hong Tio sambil tertawa, kemudian menambahkan.

"Jadi kita pastikan tanggal lima belas bulan depan berkumpul di sini semua."

setelah ada kepastian itu, maka pihak Kay pang berpamit, begitu pula pihak Bu Teng pay.

"oh ya Kong Bun Hong Tio, siapa yang akan pergi mengundang para ketua? Kami atau pihak siauw Lim?" tanya jie Lian ciu-

"Karena pertemuan itu diadakan di kuil kami, maka harus kami yang mengundang,"jawab Kong Bun Hong Tio-

"Baiklah" Jie Lian ciu manggut-manggut-

"Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng, kami mohon pamit."

sementara itu, Thio Han Liong dan Tan Giok Cu terus melakukan perjalanan menuju gunung soat san. Dalam perjalanan ini cinta kasih mereka semakin bersemi, maka tidak heran kalau Tan Giok Cu terus tersenyum bahagia-

itu, ketika mereka memasuki sebuah hutan, mendadak muncul dua orang menghadang di depan mereka- seorang lelaki tua dan seorang wanita berusia lima puluhan, namun masih tampak cantik, siapa mereka berdua itu? Tidak lain

adalah si Mo-Buyung Hok dan ketua Hek Liong Pang-Kwee In Loan.

"Ha ha ha Anak muda, kita berjumpa lagi" ujar si Mo sambil menatap Thio Han Liong dengan dingin sekali.

"Selamat berjumpa, si Mo" ucap Thio Han Liong sekaligus memberi hormat.

"Hmm" dengus si Mo memberitahukan.

"wanita itu adalah ketua Hek Liong pang. Hari ini dia akan membuat perhitungan dengan kekasihmu itu."

"oh?" Thio Han Liong menatap Kwee In Loan, kemudian memberi hormat seraya berkata,

"Ketua Hek Liong Pang, urusan Giok Cu dengan pihakmu hanya dikarenakan salah paham."

"Diam" bentak Kwee In Loan, lalu menatap Tan Giok Cu dengan tajam sekali.

"Kenapa engkau membunuh beberapa anggotaku?"

"Aku hanya menyelamatkan Hakim souw," sahut Tan Giok Cu dingin-

"Engkau adalah ketua Hek Liong Pang, kenapa barusan membentak-bentak kakak Han Liong?"

"oh?" Kwee In Loan tersenyum dingin.

"Engkau begitu menyayanginya?"

"ya." Tan Giok Cu mengangguki "Hmm" dengus Kwee In Loan.

Kalau tidak salahi engkau bernama Tan Giok Cu. Katakan siapa gurumu?"

"Guruku adalah Bibi sian sian"

"she apa gurumu?"

"Apa?" Kwee In Loan tersentak-

Yo sian sian adalah gurumu?" "Ya." Tan Giok Cu mengangguki "Engkau kenal guruku?"

"He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh.

"Tak disangka sama sekali, ternyata engkau adalah muridnya "

" He he he,-"

"Engkau-—" Tan Giok Cu mengerutkan kening dan tiba-tiba teringat sesuatu, sehingga langsung berseru tak tertahan.

"Engkau adalah Kwee In Loan Bibi guruku?"

"Betul." Kwee In Loan mengangguk

"Bibi guru" Tan Giok Cu sebera memberi hormat.

"Gurumu sudah menceritakan tentang diriku?" tanya Kwee In Loan dengan nada dingin.

"Ya." Tan Giok Cu mengangguk

Kalau begitu...." Kwee In Loan, tertawa dingin.

Engkau pasti tahu bagaimana sifatku."

"Bibi guru adalah tingkatan tua, aku tidak berani, berkomentar apa pun" sahut Tan Giok Cu.

"Giok Cu" ujar Kwee In Loan.

"Aku akan menangkapmu, setelah itu barulah aku akan pergi ke kuburan tua itu mencari gurumu."

"Ketua Hek Liong Pang" Thio Han Liong maju ke hadapan Kwee In Loan.

"Kalau begitu aku terpaksa harus menghadapimu" "Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-

"Anak muda hari ini aku akan membunuhmu Ha ha ha...."

"si Mo-—" Thio Han Liong mengerutkan kening, kemudian seaera mengerahkan Kiu Yang sin Kang.

"Anak muda Bersiap-siaplah untuk mampus" bentak si Mo sambil menyerangnya. Thio Han Liong cepat berkelit, kemudian balas menyerang dengan Thay Kek Kun.. Tan Giok Cu ingin membantu Thio Han Liong, tapi mendadak dihadang oleh Kwee In Loan, bahkan sekaligus diserangnya. Maka

terjadilah pertarungan yang amat seru, sebab mereka sama-sama mengeluarkan ilmu Kiu Im Pek Kut liauw.

sementara pertarungan antara Thio Han Liong dengan si Mo pun semakin seru dan sengit. Thio Han Liong mengeluarkan ilmu Liong jiauw Kang (flmu Cakar Naga) untuk menangkis serangan-serangan yang dilancarkan si Mo, kemudian menyerang dengan ilmu Kiu Im Pek KutJiauw. Puluhan jurus kemudian, Thio Han Liong mulai berada di bawah angin, itu membuat si Mo tertawa gelak. suara tawa itu membuat Tan Giok Cu menoleh- Begitu melihat Thio Han Liong terdesak, cemaslah hatinya otomatis jadi lengah pula. Maka Kwee In Loan berhasil menotokjalan darah Leng Tay Hiat dupunggung gadis itu.

"Aaaakh.-" jerit Tan Giok Cu lalu roboh tak bergerak lagi-

Suara jeritannya membuat Thio Han Liong terkejut bukan main. la segera menoleh dan di saat bersamaan, si Mo menyerang dadanya.

Thio Han Liong tidak sempat berkelit maupun menangkis, sehingga dadanya terpukul oleh pukulan itu. Duuuk

"Aaaakh—" jerit Thio Han Liong dan terpental beberapa depa. Kemudian ia roboh dan mulutnya menyemburkan darah segar.

"uaaaakh—"

"Kakak tampan..." seru Tan Giok Cu. Walau badannya tidak bisa bergerak namun mulutnya masih bisa bersuara. sementara Thio Han Liong berusaha bangkit berdiri, tapi roboh

lagi. si Mo menatapnya sambil tertawa dingin, lalu selangkah demi selangkah mendekatinya dengan maksud menghabiskan nyawanya. Namun mendadak terdengarlah suara suling yang bernada aneh- Begitu mendengar suara suling itu, air muka Kwee In Loan langsung berubah hebat,

"si Mo" serunya cepat.

"Jangah sembarangan bertindak"

sebetulnya si Mo juga tersentak oleh suara suling itu, maka ketika Kwee In Loan berseru, ia pun langsung berdiam di tempat.

Tak lama kemudian, muncullah sosok bayangan merah-seorang tua berjubah merah berdiri di situ. Rambut, wajah, dan jenggotnya semuanya merah bahkan suling yang di tangannya berwarna merah-

"Hiat Locianpwee, terimalah hormatku" Kwee In Loan sambil memberi hormat mengangguk-

"Kwee In Loan, engkau sudah kembali di Tionggoan ini," ujar orang tua berjubah merah

"ya, Hiat Locianpwee"jawab Kwee In Loan.

"Engkau...." Mendadak orang tua berjubah merah

menuding si mo-

"Engkau adalah si mo-Buyung Hok?"

"Betul," sahut si Mo tanpa memberi hormat.

"Hmm" dengus orang tua berjubah merah-

"Engkau berani tidak memberi hormat kepadaku?" si Mo diam saja-

"si Mo" ujar Kwee In Loan sambil memberi isyarat-

" Cepat memberi hormat kepada Hiat Locianpwee"

si Mo mengerutkan kening, kemudian memberi hormat kepada orang tua berjubah merah itu-

"Ha ha ha" orang tua berjubah merah itu tertawa gelak

Karena engkau sudah memberi hormat kepadaku, maka kuampuni."

"Terimakasih, Hiat Locianpwee," ucap Kwee (n Loan.

"Engkau telah mendirikan Hek Liong Pang, bahkan mengangkat si Mo sebagai wakil ketua," ujar orang tua berjubah merah itu sambil menatap Kwee In Loan.

"Engkau ingin menyaingi partai siauw Lim, Bu Tong dan Kay Pang?"

"ya." Kwee In Loan manggut-manggut.

"Apakah Hiat Locianpwee berniat menjadi ketua Hek Liong Pang?" tanyanya.

"Aku sama sekali tidak berniat," sahut orang tua berjubah merah, kemudian memandang Tan Giok Cu yang menggeletak di samping Kwee In Loan.

"Cepat bebaskan jalan darahnya"

"ya-" Kwee In Loan segera membebaskan jalan darah gadis itu.

Begitu bisa bergerak, Tan Giok Cu langsung berlari ke arah Thio Han Liong dengan air mata bercucuran.

Kakak tampan, bagaimana lukamu? Apakah parah sekali?" tanya Tan Giok Cu.

"Adik manis," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. "Aku tidak apa-apa, engkau tidak usah khawatir."

"Tapi tadi engkau memuntahkan darah segar, apakah dadamu masih terasa sakit?"

"Sudah tidak begitu sakit lagi." Thio Han Liong tersenyum dan berbisik,

"Adik manis, entah siapa orang tua berjubah merah itu?"

"Aku justru masih merasa heran, kenapa bibi guruku kelihatan begitu takut kepadanya?" sahut Tan Giok Cu dengan suara rendah.

Di saat mereka bercakap-cakap- orang tua berjubah merah itu menghampiri mereka, dan menatap Tan Giok Cu dengan tajam sekali.

"Gadis cantik, siapa namamu?" tanya orang tua berjubah merah itu.

"Namaku Tan Giok Cu. siapa Locianpwee?" Tan Giok Cu balik bertanya sambil menatapnya.

"Aku adalah Hiat Mo dari Kwan Gwa (iblis darah Dari Luar Perbatasan)." orang tua berjubah merah memberitahukan.

"Hiat Mo?" Tan Giok Cu mengerutkan kening.

"Ya-" Hiat Mo mengangguk.

"Hiat...." gumam Thio Han Liong.

"Locianpweekah yang membunuh Kakek In?"

"siapa Kakek In?" tanya Hiat Mo-

"In Lie Heng dari Bu Tong Pay" sahut Thio Han Liong.

"oooh" Hiat Mo manggut-manggut.

"Kami bertanding, dadanya terkena pukulanku sehingga terluka parah-"

Kakek In telah meninggal." Thio Han Liong menatapnya dengan kening berkerut-kerut.

"siapa yang terkena ilmu Hiat mo Ciang (Ilmu Pukulan iblis Darah) pasti mati," ujar Hiat Mo, kemudian memandang Tan Giok Cu.

"Giok Cu, engkau harus ikut aku."

"Kenapa aku harus ikut?" tanya Tan Giok Cu heran.

"Pokoknya engkau harus ikut aku." tegas Hiat Mo-

"Kalau tidak, engkau pasti kubunuh."

"Aku tidak mau ikut," Tan Giok Cu berkeras.

"Pokoknya aku tidak mau ikut engkau."

"oh?" Hiat Mo tertawa.

"Biar bagaimana pun engkau harus ikut."

"Tidak mau Tidak mau Tidak mau..." teriak Tan Giok Cu, kemudian mendadak menyerangnya dengan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw.

Akan tetapi, tangan Hiat Mo bergerak cepat mencengkeram jalan darah Wan Kut Hiat yang di lengan gadis itu. Begitu jalan darahnya tercengkeram. Tan Giok Cu merasa tangannya berkesemutan dan tak bisa bergerak lagi.

"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-"Aku akan membawamu pergi" "Lepaskan Lepaskan" teriak Tan Giok Cu.

"Locianpwee" Thio Han Liong menghampirinya sambil memberi hormat-

"Aku harap Locianpwee mau melepaskannya"

"Anak muda" Hiat Mo menatapnya tajam-

"Sudah kukatakan biar bagaimana pun aku akan membawanya pergi-"

"Locianpwee—" Thio Han Liong mengerutkan kening. "Anak muda" ujar Hiat Mo sungguh-sungguh-

"Kini engkau masih bukan lawanku, kelak apabila engkau mampu mengalahkanku, aku pasti mengembalikan Tan Giok Cu kepadamu."

"Locianpwe—" Wajah Thio Han Liong langsung memucat.

"Anak muda, kalau engkau tak tahu diri sekarang, aku pasti membunuhmu," ujar Hiat Mo dingin, kemudian memandang si Mo seraya berkata,

"Engkau jangan coba-coba membunuhnya, karena kelak dia masih akan berurusan denganku"

"Kakak tampan Telong aku" teriak Tan Giok Cu "Kakak tampan..."

"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa terbahak-bahaki kemudian mendadak pergi laksana kilat.

"Adik manis Adik manis..." seru Thio Han Liong.

Namun Hiat Mo dan Tan Giok Cu sudah lenyap dari pandangannya, Itu membuatnya cemas sekali.

sementara si Mo dan Kwee In Loan saling berpandangan, setelah itu si Mo mendekati Thio Han Liong

"Hmm" dengus si Mo dingin.

"Aku tidak akan membunuhmu sekarang, biar Hiat Mo yang membunuhmu kelak Ha ha ha..." Thlo Han Liong diam saja.

"si Mo- mari kita pergi" ajak Kwee In Loan kemudian mereka berdua melesat pergi.

"Adik manis Adik manis..." panggil Thio Han Liong dengan suara rendah-

"Adik manis—"

Entah berapa lama kemudian, barulah Thio Han Liong meninggalkan tempat itu. la tidak menunggang kuda lagi. selangkah demi selangkah ia berjalan dengan kepala tertunduk.

-ooo00000ooo-

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar