Anak Naga Chapter 25: Gua Hangat Di Puncak Hoat San

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 25: Gua Hangat Di Puncak Hoat San
Bab 25 Gua Hangat Di Puncak Hoat San

yo sian sian dan ke empat pengiringnya tidak langsung pulang ke gunung ciong Lam san, melainkan menuju desa Hok An. Ternyata yo sian sian ingin menengok Tan Giok Cu, murid kesayangannya itu.

Kini mereka sudah memasuki desa tersebut, dan langsung menuju rumah Tan Ek seng. Kedalangan yo sian sian dan ke empat pengiringnya itu sangat menggembirakan Tan Ek seng dan Lim Soat Hong, dan mereka segera menyuguhkan teh wangi.

"Bagaimana keadaan muridku selama ini?" tanya yo Sian Sian.

"Dia baik-baik saja?"

"Giok Cu baik-baik saja," jawab Lim Soat Hong dan memberitahukan.

"Tapi kini dia tidak berada di rumah." "oh?" yo Sian Sian tercengang. "-Dia pergi ke mana?"

"Dia ikut Thio Han Liong ke gunung Soat San. Mereka berdua...." Lim Soat Hong tidak melanjutkan ucapannya.

"Kenapa mereka berdua?" tanya yo Sian Sian dengan kening berkerut.

"Mereka berdua sudah saling mencinta," jawab Lim Soat Hong.

"Giok Cu tidak mau berpisah dengan dia, maka dia ikut ke gunung Soat San."

"Mau apa Thio Han Liong pergi ke gunung Soat San?" tanya yo Sian sian.

"Dia mau mencari Teratai Salju di gunung itu untuk mengobati wajah ke dua orang tuanya"

"Kenapa wajah ke dua orangtuanya?" yo Sian Sian terkejut.

"Eniahlah." Lim Soat Hong menggelengkan kepala.

"Kami tidak begitu jelas mengenai itu."

"Baiklah." yo Sian Sian bangkit berdiri dan berpesan.

"Kalau Giok Cu dan Thio Han Liong pulang, suruh mereka ke tempat tinggalku"

"ya." Lim Soat Hong mengangguk.

"Aku mohon pamit," ucap yo Sian Sian lalu melesat pergi, dan ke empat pengiringnya langsung mengikutinya.

Tan Ek seng dan Lim soat Hong saling memandang, kemudian menghela nafas panjang.

"sudah sekian lama Giok Cu dan Thio Han Liong ke gunung soat san, tapi kenapa mereka belum pulang?" gumam Lim soat Hong.

"isteriku, janganlah cemas" ujar Tan Ek seng menghiburnya.

"Tidak lama lagi mereka pasti pulang."

"Aaahi.." Lim soat Hong menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku khawatir telah terjadi sesuatu atas diri mereka-"

"Itu tidak mungkin." Tan Ek seng tersenyum berusaha menghibur isterinya.

"Aku yakin mereka sudah dalam perjalanan pulang, percayalah"

"suamiku...." Lim soat Hong menatapnya seraya berkata,

"Entah apa sebabnya, akhir-akhir ini aku merasa tidak tenang."

"isteriku" Tan Ek seng tersenyum lembut dan menjelaskan,

"engkau terlampau memikirkan Giok Cu, maka timbul rasa gelisah dalam hatimu, sehingga membuatmu tidak tenang. Padahal tidak ada apa-apa, percayalah"

"Aaah—" Lim soat Hong menghela nafas panjang.

"Mudah-mudahan Giok Cu dan Han Liong tidak terjadi apa-apa"

setelah meninggalkan rumah Tan Ek seng, yo sian sian dan ke empat pengiringnya langsung pergi ke gunung ciong Lam san. Di tengah jalan, mendadak muncul Lam Khie sambil tertawa-tawa.

"Nona yo, tak disangka kita bertemu di sini." ujar Lam Khie-

"cianpwee...." yo Sian Sian dan ke empat pengiringnya

segera berhenti-

"Selamat bertemu"

"Nona yo—-" Wajah Lam Khie berubah serius-

"Kebetulan kita bertemu di sini, maka aku ingin menyampaikan sesuatu-"

"sesuatu apa?" tanya yo sian sian.

"Aku, Tong Koay dan Pak Hong melihat Kwee In Loan duduk di bawah sebuah pohon, kemudian muncul si Mo dan muridnya—." Lam Khie memberitahukan tentang pembicaraan itu dan menambahkan.

"Kini Kwee In Loan sudah berangkat ke Kwan Gwa untuk menemui Hiat Mo-"

"oh?" Air muka yo sian sian berubah-

"cianpwee tahu mengenai Hiat Mo itu?"

"Cuma tahu sedikit," jawab Lam Khie dan memberitahukan,

"Hiat Mo berkepandaian amat tinggi."

Lam Khie menceritakan tentang Hiat Mo, yo sian sian mendengar dengan penuh perhatian.

"Kalau begitu—" ujar yo sian sian seusai mendengar itu.

"Apabila Kwee In Loan berhasil menguasai ilmu silat Hiat

Mo, tentunya dia akan mengaduk lagi dalam rimba persilatan."

"Itu sudah jelas." Lam Khie manggut-manggut.

"Dia pasti menuntut balas padamu, maka engkau harus ber-hati-hati kelak"

"Terima kasih atas. perhatian cianpwee," ucap yo sian sian.

"oh ya, Cianpwee tidak menyaksikan pertandinganku dengan Kwee In Loan?"

"Tidak- Tapi sudah mendengarnya," jawab Lam Khie-"Kepandaianmu lebih tinggi dari Kwee In Loan." "Aaaahi-" Yo Sian Sian menghela nafas panjang.

"Sesungguhnya kepandaian kami seimbang, hanya saja Iweekang ku lebih unggul sedikit."

"oooh" Lam Khie manggut-manggut.

"Pantas kemudian engkau muntah darah, ternyata engkau bertahan agar kelihatan kepandaianmujauh lebih tinggi dari Kwee In Loan ya, kan?"

"ya." yo sian sian mengangguk.

"oleh karena itu, dia langsung kabur, tidak tahu hal yang sebenarnya."

"yaah" Lam Khie menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalau Hiat Mo bersedia memberi petunjuk padanya mengenai ilmu silat, itu...."

Kelak dia pasti menimbulkan bencana dalam rimba persilatan," sahut yo sian.

"Rasanya aku sudah tidak sanggup menghadapinya, sebab kepandaiannya pasti bertambah tinggi."

"Nona yo" Lam Khie tersenyum.

"Bukankah engkau bisa berlatih mulai dari sekarang? Kalau Kwee In Loan muncul lagi dalam rimba persilatan, tentunya kepandaianmupun sudah bertambah tinggi."

"ya." yo sian sian mengangguk.

"oh ya Kalau tidak salahi tiga tahun lagi Cianpwee dan lainnya akan bertanding dicuncak gunung Heng san. Mungkin aku tidak bisa hadir di sana sebagai saksi."

"Tidak apa-apa" sahut Lam Khie-

"yang penting engkau harus terus berlatih, agar ilmu silatmu bertambah tinggi."

"ya, cianpwee-" yo sian sian manggut-manggut. "Baiklahi" Lam Khie menatapnya. "Aku mau pergi, sampai jumpa kelak," "sampai kelak, Cianpwee" sahut yo sian sian.

"Nona yo, engkau harus terus berlatih" pesan Lam Khie lalu melesat pergi.

yo sian sian dan ke empat pengiringnya berdiri mematung di tempat. Berselang beberapa saat kemudian barulah mereka melesat pergi ke gunung ciong Lam san.

sementara itu, Thio Han Liong sudah sampai di gunung soat san. la menjelajahi gunung itu hingga ke puncaki namun tidak menemukan Teratai Salju yang dicarinya itu, sebaliknya ia malah menemukan sebuah gua di dekat puncak gunung tersebut.

Betapa dinginnya hawa udara di gunung soat san, namun ketika memasuki gua itu, justru terasa hangat, Itu sungguh mencengangkan Thio Han Liong, bahkan dinding gua itu pun memancarkan cahaya, sehingga gua itu agak terang.

semakin ke dalam gua itu semakin luas. Tampak pula sebuah telaga kecil di situ, bahkan anehnya di dalam gua terdapat beberapa pohon, yang buahnya kemerahan-merahan.

Thio Han Liong tidak habis pikir tentang itu. Padahal di luar gua hanya terdapat salju, namun di dalam gua malah tumbuh beberapa pohon dan hangat pula hawa udaranya.

Di tengah-tengah telaga kecil itu terdapat segundukan tanah yang mengeluarkan cahaya.

Di atas gundukan tanah itu tumbuh sebatang pohon kecil, yang berdaun seperti telapak tangan dan pada pucuknya terdapat satu buah yang aneh bentuknya.

Thio Han Liong hanya memandang sekilas ke arah pohon kecil itu, talu duduk beristirahat sambit berpikir- Akhirnya ia mengambil keputusan untuk melatih ilmu silatnya di dalam gua itu.

Mulailah ia melatih Kiu yang sin Kang dan Kian Kun Taylo Ie sin Kang. Memang harus diakui, tidak begitu gampang mempelajari ke dua macam sin Kang tersebut. Thio Bu Ki bisa begitu cepat menguasai Kiu yang sin Kang, karena secara kebetulan ia memakan kodok api, maka mempercepat latihannya- setetah itu, ia pun berhasil mempelajari Kian Kun Taylo Ie sin Kang sampai tingkat ke tujuh- sebab ia telah memiliki Kiu yan sin Kang, tidak heran dalam waktu relatif singkat ia berhasil mempelajari Kian Kun Taylo Ie sin Kang.

sedangkan Kiu yang sin Kang yang dimiliki Thio Han Liong masih dangkal, maka sulit baginya untuk mempelajari Kian Kun Taylo Ie sin Kang, cuma berhasil sampai di tingkat ke dua saja. Namun, Thio Bu Ki telah mengajarnya Keuw Keat (Teori) pelajaran Kian Kun Taylo Ie hingga ke tingkat tujuh-

Thio Han Liong menghafal semua teori itu, dan kini ia mulai berlatih tingkat ke tiga. Akan tetapi, begitu mulai ia sudah merasa pusing dan darahnya bergolak- oleh karena itu, ia langsung berhenti, tidak berani me-lanjutkannya.

"Heran" gumamnya sambil mengerutkan kening.

"Kenapa setiap kali aku mulai berlatih Kian Kun Taylo Ie sin Kang tingkat ke tiga, kepalaku pasti pusing dan darahku bergolak -golak?"

Thio Han Liong tidak habis pikir, kemudian menggeleng-gelengkan kepala dan bergumam lagi.

"Kalau begitu, aku akan berlatih Kiu yang sin Kang saja." Thio Han Liong mulai berlatih Kiu yang sin Kang. selain berlatih Iweekang tersebut, ia pun berlatih ilmu pukulan Thay Kek Kun, Kiu Im Pek Kut Jiauw dan siauw Lim Liong Jiauw Kang. la berharap dalam waktu beberapa tahun ilmu silatnya akan maju pesat, agar dapat mengalahkan Hiat Mo-

Di Kwan Gwa (Luar Perbatasan) terdapat sebuah lembah yang amat indah- Hawa udara di lembah itu sangat sejuk menyegarkan, sehingga menciptakan suasana yang tenang, aman dan terasa damai pula.

Di lembah itu terdapat sebuah gua yang cukup besar dan indah- Penghuninya adalah Hiat Mo dan ciu Lan Nio, cucunya-Kini di dalam gua tersebut justru bertambah seorang gadis yang amat cantik, wajahnya putih bagaikan salju, yang tidak lain adalah Tan Giok Cu.

Tan Giok Cu duduk diam. Ciu Lan Hio menatapnya, kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya bertanya kepada Hiat Mo, yang sedang duduk bersila.

Kakek sudah mempengaruhinya dengan ilmu sihir?" "Ya." Hiat Mo mengangguk-

Kakek" Ciu Lan Hio menghela nafas panjang. "Kenapa Kakek berbuat begitu terhadapnya?" "Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-

"Agar dia melupakan Thio Han Liong, juga menuruti semua perintahku-"

"Kenapa Kakek begitu tega?" ciu Lan Hio menggeleng-gelengkan kepala.

"Terus terang," ujar Hiat Mo-

"Kakek ingin menciptakan seorang gadis pembunuh yang berhati dingin- Tiga tahun kemudian setelah dia berkepandaian tinggi, kakek akan mengajaknya ke Tionggoan."

"Kakek, aku boleh ikut kan?" tanya Ciu Lan Hio.

"Tentu." Hiat Mo manggut-manggut.

"Sebab engkau harus menemui Thio Han Liong. Ya, kan?"

"Tapi-—" Ciu Lan Hio menghela nafas panjang.

"Dia cuma mencintai Giok Cu saja. Tidak mungkin dia akan jatuh cinta padaku."

"Kalau Tan Giok Cu sudah melupakannya, lalu dia akan bagaimana?" sahut Hiat Mo sambil tersenyum.

"Bukankah dia juga harus melupakan gadis itu? Nah, itu adalah kesempatanmu untuk mendekatinya. Ha ha ha..."

"Kakek," ujar ciu Lan Nio sungguh-sungguh-

"Aku memang amat mencintainya, namun aku tidak akan memaksanya untuk mencintaiku- Lagipula... aku pun tidak mau melihatnya menderita, maka alangkah baiknya Kakek

menarik kembali ilmu sihir yang telah Kakek masukkan ke dalam dirinya jadi dia tidak di bawah perintah Kakek-"

"Itu tidak bisa-" Hiat Mo menggelengkan kepala. "Kenapa tidak bisa?" tanya Ciu Lan Hio dengan kening berkerut.

Kalau kakek menarik kembali ilmu sihir yang telah kakek masukkan itu, justru akan membuatnya gila." Hiat Mo memberitahukan.

"Maka tidak bisa ditarik lagi ilmu sihir itu"

" Kakek tidak bisa menyembuhkannya?"

"Tentu bisa. Tapi membutuhkan waktu, lagipula untuk apa menarik kembali ilmu sihir itu?"

"Kakek,.."

"sudahlah," tandas Hiat Mo-

"yang penting kelak Thio Han uong akan mencintaimu, sedangkan Giok Cu akan kuperintah agar membunuh para pesilat rimba persilatan Tionggoan."

"Kakek—." Ciu Lan Hio menggeleng-gelengkan kepala.

"Kenapa Kakek sering membunuh kaum rimba persilatan Tionggoan?"

"Engkau tidak tahu...." Hiat Mo memandang jauh ke depan

sambil memberitahukan,

Kakek adalah Hiat Mo generasi ke tiga. Hiat Mo generasi pertama pernah ke Tionggoan, tapi dikeroyok tiga jago Tionggoan sehingga mengalami luka parah-"

"oh?" Ciu Lan Nio tertarik-

"siapa ke tiga jago Tionggoan itu?»

"Pada masa itu di Tionggoan terdapat empat jago yang berkepandaian amat tinggi Mereka adalah Tong sia Oey yok su, sia Tok Ouwyang Hong, Lam Ti-Toan Hong ya dan Pak Kay-Ang cit Kong. Hiat Mo generasi pertama ingin menguasai rimba persilatan Tionggoan.

Begitu tiba di Tionggoan ia langsung membunuh para rimba persilatan Tionggoan, sehingga ke empat jago itu mengeroyok Hiat Mo generasi pertama. Namun mendadak si Tokiouw yang Hong membantu Hiat Mo generasi pertama, maka terjadi pertarungan tiga lawan dua, akhirnya HiatMo generasi pertama mengalami luka parah, tapi masih bisa melarikan diri"

"Ternyata begitu Lalu bagaimana?"

"setelah pulang ke mari, Hiat Mo generasi pertama menerima seorang murid yang berusia belasan. Akan tetapi, murid itu sama sekali tidak berambisi apa pun. setelah Hiat Mo generasi pertama meninggal, Hiat Mo generasi ke dua tidak pernah ke Tionggoan, hanya hidup di daerah Kwan Gwa ini."

"Hiat Mo generasi ke dua benar, memang lebih baik hidup di daerah Kwan Gwa ini, tidak usah berambisi menguasai rimba persilatan Tionggoan."

"Kalau begitu, percuma kakek memiliki kepandaian tinggi," sahut Hiat Mo-

"Lagi pula...."

"Lagipula apa?" tanya Ciu Lan Nio karena Hiat Mo tidak melanjutkan ucapannya.

"Itu telah berlalu, tidak usah diungkit lagi" Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala dan wajahnya tampak murung.

Ciu Lan Nio tahu bahwa Hiat Mo menyimpan suatu rahasia, namun gadis itu tidak bertanya, sebab menurut-nya Hiat Mo tidak mungkin akan memberitahukan.

"oh ya Kenapa Kakek tidak mengajarku Hiat Mo Kang?" tanya Ciu Lan Hio mendadak.

"Kalau belajar ilmu Hiat Mo Kang, engkau akan berubah jadi jelek"

"Kenapa begitu?"

"Lihatlah diri kakek" Hiat mo tersenyum.

"Rambut, muka, jenggot dan sekujur badan berubah merah- Nah, bukankah jelek sekali?"

"Itu karena Hiat Mo Kang Kakek telah mencapai kesempurnaan, maka jadi begitu," ujar Ciu Lan Hio sambil tertawa.

"Kalau belum mencapai tingkat kesempurnaan, tentunya tidak akan berubah jadi begitu ya, kan?"

"Betul." Hiat Mo manggut-manggut.

"Kakek," tanya Ciu Lan Nio mendadak-

"Apakah Han Liong kelak mampu mengalahkan Kakek?"

"Hal yang tak mungkin" sahut Hiat Mo sungguh-sungguh-

"sebab latihan kakek sudah hampir mencapai seratus tahun, sedangkan dia masih begitu muda. se-andainya dia berlatih sepuluh tahun lagi, juga tetap tidak akan sanggup mengalahkan kakek-"

"Seandainya kelak dia mampu mengalahkan Kakek, apakah Kakek akan menepati janji?"

"Tentu." Hiat Mo mengangguk-

"Kalau kelak dia mampu mengalahkan Kakek, tentunya kakek akan melepaskan Giok Cu- Karena kakek sudah berjanji begitu, kakek tidak boleh ingkar janji."

"Mudah-mudahan dia mampu mengalahkan Kakek" ucap Ciu Lan Hio.

"Apa?" Hiat Mo terbelalak.

"Kenapa engkau malah berharap dia mampu mengalahkan kakek? Kalau dia mampu mengalahkan Kakek, Giok Cu akan bersamanya lho Lalu bagaimana engkau?"

"Aku— aku mau menjadi biarawati saja."

"Hah?" Hiat Mo nyaris meloncat bangun saking kagetnya.

"Engkau... engkau mau menjadi biarawati?"

"ya." Ciu Lan Hio mengangguk pasti.

Tidak boleh Pokoknya engkau tidak boleh menjadi biarawati" bentak Hiat Mo sambil menatapnya.

"Engkau harus menikah dan punya anak sampai belasan" "Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa geli. "Kenapa Kakek begitu kalut?" Tentu kalut," ujar HiatMo-

"Engkau adalah cucu perempuanku satu-satunya, maka apabila engkau tidak menikahi putuslah keturunanku-"

Kakek, aku cuma mencintai Han Liong. Tidak mungkin akan mencintai pemuda lain, maka aku tidak akan menikah-"

"Kalau begitu," tandas Hiat Mo-

"Kakek akan berupaya dengan cara apa pun agar engkau menikah dengan Han Liong."

"Kakek tidak boleh berbuat begitu." teaas Ciu Lan Nio mengancam.

"Kalau Kakek berbuat begitu, aku... aku akan bunuh diri" "Haaah—?" Mulut Hiat Mo ternganga lebar.

"Lan Nio...." Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara

seruan penjaga gua.

"Kwee In Loan ingin bertemu Hiat Mo Apakah Hiat Mo bersedia menemuinya?"

"suruh dia masuk" sahut Hiat Mo-

Tak seberapa lama kemudian, tampak Kwee In Loan berjalan ke dalam, lalu memberi hormat kepada Hiat mo-

"Maaf, kedatanganku telah mengganggu ketenangan Hiat Locianpwee" ucap Kwee In Loan.

"Mau apa engkau ke mari menemuiku?" Hiat Mo menatapnya tajam.

"Hiat Locianpwee," jawab Kwee In Loan dengan jujur.

"Aku ke mari ingin mohon petunjuk kepada Hiat Locianpwee mengenai ilmu silat"

"oh?" Hiat Mo tercengang.

"Kepandaianmu sudah tinggi, kenapa masih mau mohon petunjukku?"

"Kini Hek Liong Pang telah bubar." Kwee In Loan memberitahukan.

"Aku.. aku kalah bertanding."

"Apa?" Hiat Mo terbelalak. "siapa yang dapat mengalahkanmu?"

"yo sian sian," jawab Kwee In Loan sambil menundukkan kepala.

"Dia adalah adik seperguruanku. " "oooh" Hiat Mo manggut-manggut.

"Hiat Locianpwee, aku mohon Loci anpwee sudi memberi petunjuk kepadaku" ujar Kwee In Loan.

"Aku ingin mengalahkan yo sian sian."

"Kecuali aku mengejarmu Hiat Mo Kang, tapi...." Hiat Mo

menggeleng-gelengkan kepala.

"Bagaimana mungkin aku mengajarmu Hiat Mo Kang?"

"Hiat Locianpwee" Kwee In Loan segera berlutut di hadapannya.

"Aku mohon Locianpwee sudi mengajarku Hiat Mo Kang"

"Engkau bukan muridku, tak mungkin aku mengajarmu Hiat Mo Kang." Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala lagi.

"Bagaimana kalau aku menjadi muridmu, Locianpwee?" "Ha ha" Hiat Mo tertawa.

"Itu tidak mungkin, sebab aku tidak akan menerimamu sebagai murid."

"Bagaimana kalau begini, aku akan mengajarmu Hiat Mo Kang, tapi engkau harus mentaati semua perintahku kelak-Kalau engkau setuju, mulai besok aku akan mengajarmu Hiat Mo Kang."

"Terima kasih, Locianpwee- Terima kasih, aku setuju-" Kwee In Loan girang bukan main.

"Dan ingat" tambah Hiat Mo sambil menatapnya tajam.

"Engkau pun harus menuruti Lan Nio, cucuku dan Giok Cu, muridku."

"ya, Locianpwee-" Kwee In Loan mengangguk-"Terima kasih-"

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar