Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 27: Pertandingan Yang Menegangkan

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 27: Pertandingan Yang Menegangkan
Bab 27 Pertandingan Yang Menegangkan

Begitu hari mulai terang, Thio Han Liong sudah bangun, lalu menghirup udara segar di pekarangan dekat tamah bunga-

"Han Liong, selamat pagil" Terdengar suara seruan.

Thio Han Liong menoleh kepalanya- Dilihatnya Yap Ceng ceng sedang berdiri dan tersenyum-senyum-

"oh. Nona Ceng Ceng, selamat pagi" "Han Liong" Yap Ceng Ceng cemberut-

"Kenapa engkau masih memanggilku nona sih? Aku tak enak mendengarnya-"

"Engkau memang Nona.—"

"Cukup panggil namaku saja."

" Ya" Thio Han Liong mengangguk-

"Ceng Ceng, kenapa masih pagi engkau sudah bangun?"

"Aku memang sudah biasa bangun pagi, terutama hari ini," sahut YaP Ceng Ceng dengan tersenyum-

"Eng-kau tahu kan? Hari ini adalah hari ulang tahun ayahku, maka aku harus bangun pagi-"

"oooh"

"oh ya, Han Liong" Yap Geng Ceng memberitahukan.

"Ayah Gouw Hui Eng sudah datang, beliau adalah sin Kun Bu Tek-Gouw siang Kun."

"oh? Ilmu silatnya pasti tinggi sekali."

"Benar. Ilmu silat Paman Gouw memang tinggi sekali. Dia teman baik ayahku."

"Kalau begitu, ilmu silat ayahmu pun pasti tinggi sekali." "ya." yap Ceng Ceng mengangguk-

"Julukan ayahku adalah sin Kiam Tui Hun. Ayahku ahli bersilat pedang, sedangkan Paman Gouw ahli bersilat tangan kosong."

"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. Di saat bersamaan terdengarlah suara seruan yang merdu.

"Ceng Ceng, Han Liong selamat pagi" Muncul Gouw Hui Eng, yang, kemudian menghampiri mereka.

"Hui Eng" sahut yap Ceng Ceng.

"selamat pagi"

"selamat pagi. Nona Hui Eng" ucap Thio Han Liong.

"Hi hi hi" Mendadak Gouw Hui Eng tertawa geli-

"Han Liong, kenapa engkau masih memanggilku nona? Panggil saja namaku"

"Tapi-"

"Tidak apa-apa-" Gouw Hui Eng tersenyum-

"Kita sudah kenal kok- Kalau engkau masih memanggilku nona, rasanya seperti kita bukan teman."

"Baiklah- Mulai sekarang aku akan memanggil namamu saja," ujar Thio Han Liong.

"oh ya" Gouw Hui Eng memberitahukan.

"semalam ayahku ke mari. Maukah engkau menemui ayahku?"

"Tidak usah-" Thio Han Liong menggelengkan kepala-"sebab tidak pantas aku menemui ayahmu-"

"Sebetulnya tidak apa-apa-—" ucapan Gouw Hui Eng terputus, ternyata muncul Gouw siang Kun dan yap Khay Peng.

"Ayah" panggil yap ceng ceng.

"Ayah" panggil Gouw Hui Eng.

"cianpwee" Thio Han Liong segera memberi hormat kepada mereka.

Gouw siang Kun menatapnya tajam, kemudian bertanya kepada yap Khay Peng.

"Pemuda inikah yang bernama Thio Han Liong?"

"Betul." yap Khay Peng mengangguk.-

"Ngmm" Gouw siang Kun manggut-manggut-

"Dia memang tampan dan lemah lembut, pantas—"

"Paman Gouw" yap Ceng Ceng cemberut-

"Jangan mangada-ada"

"Ha ha ha" Gouw siang Kun tertawa gelak-

"siapa yang mengada-ada? Bukankah memang ada?"

"Paman Gouw—-" yap Ceng Ceng membanting-banting kaki-

Gouw siang Kun tertawa, lalu memandang Thio Han Liong seraya bertanya,

"Anak muda, betulkah engkau bernama Thio Han Liong?" "Betul, Cianpwee-" Thio Han Liong mengangguk,-"Ayahmu bernama Thio Ah Ki?" tanya Gouw siang Kun lagi.

"ya" sahut Thio Han Liong, namun tidak mengangguk, la merasa tidak enak karena membohongi orang-tua, namun apa boleh buat.

"Engkau mengerti ilmu silat?"

"Mengerti sedikit."

"Belajar dari ayahmu?"

"Ya-"

"Ngmmm" Gouw siang Kun manggut-manggut. Ke-betulan muncul Lie Teng Kim dan Tan coh seng, maka orang tua itu segera memanggil salah seorang muridnya.

"Teng Kim, ke mari"

"ya, guru." Lie Teng Kim segera menghampiri gurunya.

"Cobalah sebentar kepandaian Thio Han Liong" ujar Gouw siang Kun.

Bukan main girangnya Lie Teng Kim, karena ia memang sedang menunggu kesempatan untuk menghajar pemuda itu, malah kini gurunya menyuruhnya mencoba kepandaian pemuda yang amat dibencinya itu.

"ya, guru," sahutnya sambil mendekati Thio Han Liong. "Cianpwee" Thio Han Liong mengerutkan kening,

"Ilmu silatku rendah sekali, aku tidak sanggup bertanding dengan murid Cianpwee- Aku... aku mengaku kalah saja."

"Jangan merendahkan diri" Gouw siang Kun tersenyum.

"Kalian berdua hanya bertanding dengan tangan kosong, lagipula tidak akan saling melukai."

"Ayah," ujar Gouw Hui Eng.

"Han Liong sudah mengaku kalah, kenapa Ayah masih memaksanya bertanding dengan Toa suheng?"

"Betul, Paman" sambung yap ceng Ceng.

"Han Liong sudah mengaku ilmu silatnya masih rendah, jadi tidak usah dipaksa bertanding dengan murid Paman"

"Itu—." Gouw siang Kun memandang Thio Han Liong sejenak, kemudian manggut-manggut.

"Sudahlah Teng Kim, engkau tidak usah mencoba kepandaiannya-"

"Guru" LieTeng Kim tertawa.

"Pemuda itu pengecut dan penakut. Dia mana berani bertanding denganku?"

"Teng Kim" Gouw siang Kun melotot. Jangan berkata begitu, itu merupakan suatu penghinaan"

"ya, Guru" Lie Teng Kim segera menundukkan kepala.

"Ayah, dari kemarin Toa Suheng terus menghinanya, namun dia tetap sabar." Gouw Hui Eng memberitahukan.

"oh?" Gouw siang Kun mengerutkan kening.

"Teng Kim, betulkah begitu?"

"Aku... aku...." Wajah Lie Tang Kim mulai berubah pucat.

"cianpwee" ujar Thio Han Liong,

"saudara Teng Kim tidak menghinaku. Dia cuma bergurau dan aku pun senang bergurau dengannya."

"oooh" Gouw siang Kun manggut-manggut.

"Ter-nyata kalian cuma bergurau, Itu tidak apa-apa- Tapi kalau Teng Kim menghinamu, aku pasti menghukumnya."

"cianpwee" Thio Han Liong tersenyum, "saudara Teng Kim memang suka bergurau."

"Ayah, Toa Suheng...."

"Hui Eng, Toa Suheng mu memang suka bergurau denganku tidak perlu diberitahukan kepada ayahmu," potong Thio Han Liong cepat.

"Han Liong...." Gouw Hui Eng terbelalak-

"Dia pun suka bergurau denganmu, bukan?" Thio Han Liong tersenyum-

"Aaaah—" Gouw Hui Eng menghela nafas panjang. "Betul, Toa Suheng memang suka bergurau." "oooW" Gouw Siang Kun manggut-manggut.

"Baiklah- Kalian ngobrollah di sini Kami mau ke dalam menemani para tamu"

Gouw siang Kun dan yap Khay Peng kembali ke dalam. Di saat itu Lie Teng Kim menghampiri Thio Han Liong dengan kepala tertunduk,

"saudara Han Liong, aku... aku minta maaf" ucapnya perlahan.

"saudara Teng Kim" Thio Han Liong tersenyum. "Engkau tidak perlu minta maaf, sebab engkau tidak

.bersalah- Engkau cuma bergurau, maka bagaimana mungkin aku mempersalahkanmu?"

"saudara Han Liong, kini terbukalah mataku bahwa engkau betul-betul pemuda teladan. Aku... aku merasa malu sekali terhadapmu."

"saudara Teng Kim, engkau jangan berkata begitu, kita adalah teman."

"Betul, betul" Gouw Hui Eng tertawa girang.

"Kita semua adalah teman, mulai sekarang sudah tidak ada salah paham lagi."

"saudara Han Liong" Tan con seng memberi hormat kepadanya.

"Aku salut sekali kepadamu."

"saudara Conseng" Thio Han Liong tersenyum.

Aku pun kagum kepadamu, karena engkau adalah pemuda pendiam."

"siapa bilang dia pendiam?" sela Gouw Hui Eng sambil tertawa kecil.

"Kalau Ji suheng ku sudah mulai berbicara, pasti menyerocos tak henti-hentinya."

"Ha ha ha" Tan coh seng tertawa.

"saudara Han Liong, biasanya sumoy ku ini cerewet dan bawel sekali. Tapi kini dia malah telah berubah agak pendiam, itu sungguh mengherankan"

"oh?" Thio Han Liong menatap Gouw Hui Eng, kemudian berkata,

"Kelihatannya memang agak cerewet."

"Han Liong...." Gouw Hui Eng cemberut.

Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara tawa yang amat keras, kemudian melayang turun dua orang, seorang tua dan seorang pemuda-

"HahahaHahaha—" orangtua itu menatap mereka semua-"Di mana yap Khay Peng? Cepat suruh dia keluar" "Cianpwee siapa?" tanya yap Ceng ceng.

"Aku Touw Liong Lo Koay, cepat beritahukan kepada ayahmu bahwa aku sudah datang"

"Touw Liong Lo Koay" Terdengar suara seruan, lalu muncul yap Khay Peng bersama Gouw siang Kun.

"Sudah belasan tahun kita tidak berjumpa, bagaimana kabarmu? Baik-baik saja selama ini?"

"Ha ha ha" touw Liong Lo Koay tertawa gelak-

"Aku baik-baik saja Kalau tidak, tentunya aku tidak bisa kemari membuat perhitungan denganmu"

"Touw Liong Lo Koay-—"

"Diam" bentak Touw Liong Lo Koay-»

"Belasan tahun lalu, engkau membunuh muridku Kini aku datang untuk membuat perhitungan denganmu, bersiap-siaplah untuk mampus"

"Ha ha ha" Gouw siang Kun tertawa gelak-

"Touw Liong Lo Koay, kejadian belasan tahun lalu, itu adalah kesalahan muridmu-"

"sin Kun Bu Teks Touw Liong Lo Koay mengerutkan kening.

"Engkau mau turut campur urusanku?"

"Kalau terpaksa, apa boleh buat" sahut Gouw siang Kun.

"Hm" dengus touw Liong Lo Koay.

" Kalau engkau turut campur, berarti engkau cari mati"

"Cari mati? Ha ha ha" sin Kun bu Tek-Gouw siang Kun tertawa.

"Kepalanku masih kuat menghadapimu"

"oh ya?" Touw Liong Lo Koay tertawa dingin-

"Kalau begitu, hari ini engkau pasti mampus"

"orangtua jelek" bentak Lie Teng Kim sambil maju selangkah-

"Aku adalah murid sin Kun Bu Tek. biar aku yang melawanmu"

Lie Teng Kim menantang touw Liong Lo Koay, karena ingin memperlihatkan kegagahannya di hadapan yap ceng Ceng, tapi justru mencari penyakit-

"Ha ha ha" touw Liong Lo Koay tertawa gelak, kemudian memandang pemuda yang bersamanya seraya berkata,

"Bun Kiat, coba engkau jajal kepandaian anak murid itu"

"ya, guru-" Ternyata pemuda itu adalah murid Touw Liong Lo Koay bernama yo Bun Kiat-Pemuda itu menghampiri Lie Teng Kim, lalu memberi hormat seraya berkata,

"saudara adalah murid sin Kun Bu Tek. tentunya mahir bersilat dengan tangan kosong. Mari kita bertanding dengan tangan kosong saja"

"Hm" dengus Lie Teng Kim angkuh-

"Engkau boleh bersenjata, sedangkan aku cukup dengan tangan kosong"

"Itu tidak adil Mari kita bertanding dengan tangan kosong" sahut Yo Bun Kiat sambil tersenyum.

"Baik" Lie Teng Kim mengangguk-

Mereka berdua bersiap-siap, kemudian mendadak Lie Teng Kim menyerang Yo Bun Kiat dengan tangan kosong-

Yo Bun Kiat berkelit sekaligus balas menyerangnya- Maka, terjadilah pertandingan yang cukup seru- Lie Teng Kim bertarung dengan penuh semangat, sebab yap Ceng ceng menyaksikan pertandingan itu dengan penuh perhatian, oleh karena itu, Lie Teng Kim bertekad merobohkan Yo Bun Kiat.

Akan tetapi, sungguh tak disangka kepandaian murid Touw Liong Lo Koay Lebih tinggi. Puluhan jurus kemudian Lie Teng Kim sudah berada di bawah angin, dan itu membuat Lie Teng Kim menjadi nekad. Mendadak ia menyerang Yo Bun Kiat dengan jurus Hong soh Ngo Gak (Angin Menyapu Lima gunung), yaitu ternyata jurus andalannya. Begitu dia menyerang, terdengar suara menderu-deru yang ditimbulkan oLeh sepasang kepaLannya.

Yo Bun Kiat mengerutkan kening. Pemuda itu tidak berkelit, melainkan menyambut serangan itu dengan jurus sin Liong cut Hai (Naga sakti Keluar Dari Laut). Blaaam suara benturan kepalan dengan telapak tangan.

Lie Teng Kim terpental dua tiga depa, lalu roboh dengan mulut menyemburkan darah segar, sedangkan Yo Bun Kiat hanya terhuyung-huyung ke belakang tiga empat langkah-

"Ha ha ha" Touw Liong Lo Koay tertawa terbahak-bahak-

"sin Kun Bu Tek Muridmu sudah kaLah, kini giliranmu maju" "Baiks ChOuw siang Kun mengangguk.

"Tunggu" cegah Yap Khay Peng.

"sin Kun Bu Tek, ini adalah urusanku Biar aku yang menghadapinya "

sin Kun Bu Tek-Gouw siang Kun mengangguk, lalu segera mendekati muridnya yang sudah bangkit berdiri

"Engkau terluka parah?" tanya Gouw siang Kun.

"Cuma terluka lecet saja," sahut Lie Teng Kim dengan wajah pucat pias- Ternyata pemuda itu merasa malu sekali karena roboh di tangan murid Touw Liong Lo Koay- la merasa dirinya diejek oleh Yap Ceng ceng lantaran kalah bertarung melawan Yo Bun Kiat itu-

sementara Yap Khay Peng sudah berdiri di hadapan touw Liong Lo Koay dan mereka saling memandang.

"Ha ha ha" touw Liong Lo Koay tertawa gelak-

"sin Kiam Tui Hun Engkau pernah membunuh muridku dan menebas putus dua jari tanganku, maka hari ini aku harus membunuhmu"

"Touw Liong Lo Koay" Yap Khay Peng menggeleng-gelengkan kepala.

"Kejadian itu bukan kesalahanku"

"Pokoknya engkau harus bertanggung-jawab" bentak Touw Liong Lo Koay sambil perlahan-lahan menghunus goloknya.

"Mari kita bertarung dengan senjata Hunus pedangmu"

"Touw Liong Lo Koay" Yap Khay Peng menghela nafas panjang.

"Belasan tahun lalu, muridmu memperkosa seorang wanita, maka aku terpaksa membunuh muridmu itu setelah itu kita pun bertanding dengan adil"

"hari ini justru harus bertarung nyawa" sahut Touw Liong Lo Koay.

"Ayoh, cepat hunus pedangmu"

Yap Khay Peng trieng geleng- geleng kan kepala, la kelihatan terpaksa menghunuskan pedangnya.

"Baiklah" Yap Khay Peng manggut-manggut.

"Mari kita bertarung dengan bertaruh nyawa"

"He he he" Touw Liong Lo Koay tertawa terkekeh-kekeh.

"Bagus, bagus"

"Ayah" seru Yap Ceng Ceng cemas.

" Hati-hati"

Yap Khay Peng mengangguk- Di saat bersamaan touw Liong Lo Koay sudah mulai menyerangnya dengan golok- Yap Khay Peng menangkis dengan pedangnya, lalu balas menyerangnya -

Terjadilah pertarungan dengan mati-matian. Yap Khay Peng menggunakan Tui Hun Kiam Hoat (Ilmu Pedang Pengejar Roh), sementara touw Liong Lo Koay menggunakan Toat Beng to Hoat (Ilmu Golok Pemutus Nyawa).

Puluhan jurus kemudian, Yap Khay Peng mulai berada di bawah angin, sedangkan touw Liong Lo Koay terus menyerangnya bertubi-tubi.

Traangg Terdengar suara benturan senjata dan bunga api pun berpijar ke mana-mana.

Benturan itu membuat pedang Yap Khay Peng terpental ke udara. Kesempatan itu tidak disia-siakan touw Liong Lo Koay.

"Aaakh—"Jerit Yap Khay Peng, ternyata kakinya telah tersabet golok Touw Liong Lo Koay sehingga darahnya bercucuran,

"Ayah—" teriak Yap Ceng Ceng.

Yap Khay Peng roboh, di dekat Thio Han Liong, sedangkan touw Liong Lo Koay terus tertawa.

"Ha ha ha Sin Kiam tui Hun, Hari ini engkau pasti mampus" Touw Liong Lo Koay mengayunkan goloknya ke leher yap Khay Peng.

Betapa terkejutnya sin Kun Bu Tek- la ingin menolong tapi tidak mungkin keburu. Di saat itulah mendadak Thio Han Liong menggerakkan-sepasang tangannya, gerakannya tampak begitu lemas, namun berhasil membuat golok itu miring ke samping, sehingga leher yap Khay Peng selamat dari sabetan golok itu.

"Haah?" Bukan main terkejutnya Touw Liong Lo Koay. la memandang Thio Han Liong dengan mata terbelalak-

"cianpwee" Thio Han Liong segera memberi hormat-

"cianpwee sudah menang tapi, kenapa masih ingin menghabiskan nyawa orang?"

"Anak muda, siapa engkau?" tanya touw Liong Lo Koay.

"Namaku Thio Han Liong"

"Engkaupunya hubungan apa dengan sin Kiam Tui Hun?"

"Tidak punya hubungan apa pun, tapi aku telah berhutang budi kepadanya" sahut Thio Han Liong.

"Ka-rena aku makan di sini, kalau tidak, aku pasti kelaparan di luar"

"Anak muda, lebih baik engkau jangan mencampuri urusan ini" touw Liong Lo Koay menatapnya tajam.

sementara yap Ceng Ceng dan sin Kun Bu Tek telah mendekati yap Khay Peng. yap Ceng Ceng segera membalut luka di kaki ayahnya, lalu memandang Thio Han Liong yang berdiri di hadapan touw Liong Lo Koay.

"Cianpwee, aku terpaksa turut campur" tegas Thio Han Liong.

"Tidak mungkin aku membiarkan cianpwee membunuh sin Kiam Tui Hun"

"oh?" Touw Liong Lo Koay melotot. "Jadi engkau ingin bertarung denganku?" "Benar" Thio Han Liong mengangguk.

"Kita bertanding secara adil Kalau aku kalah, tentunya aku tidak akan mencampuri urusan ini lagi Namun apabila Cianpwee kalah, Cianpwee harus menghabiskan urusan ini sampai di sini saja Bagaimana?"

"He he he" Touw Liong Lo Koay tertawa terkekeh-kekeh.

"Anak muda, siapa gurumu?Katakan siapa tahu aku kenal gurumu"

"Aku tidak punya guru" sahut Thio Han Liong jujur.

"Aku cuma belajar sendiri ilmu silat dari ayahku"

"siapa ayahmu?"

"Ayahku bernama Thio Ah Ki"

Touw Liong Lo Koay mengerutkan kening, sebab ia tidak pernah mendengar nama tersebut dalam rimba persilatan.

"Anak muda, betulkah engkau ingin bertanding denganku?"

"ya"

"Baiklah" Touw Liong Lo Koay mengangguk-

"Mari kita bertanding sepuluh jurus saja Kalau engkau tidak kalah dalam sepuluh jurus, maka selanjutnya aku tidak akan cari sin Kiam Tui Hun lagi Tapi sebaliknya apabila engkau kalah dalam sepuluh jurus—-"

"Cianpwee boleh membunuh sin Kiam Tui Hun" sambung Thio Han Liong cepat-

Itu membuat wajah sin Kun Bu Tek langsung memucat, begitu pula wajah Yap Khay Peng dan putrinya.

"Han Liong Nyawa ayahku..." seru Yap Ceng Ceng tak tertahan.

"Tenang" sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.

sementara touw Liong Lo Koay sudah menyarungkan goloknya. Ditatapnya Thio Han Liong dengan tajam sekali.

"Anak muda, hati-hatilah Aku akan mulai menyerangmu"

"Silakan, cianpwee" sahut Thio Han Liong sambil mengerahkan Kiu yang sin Kang.

sementara yap Khay Peng, Gouw siang Kun, yap Ceng Ceng, Gouw Hui Eng, Lie Teng Kim dan Tan coh seng memandangnya dengan mulut ternganga lebar. Mereka sama sekali tidak menyangka Thio Han Liong berani bertanding dengan touw Liong Lo Koay.

"Jurus pertama" seru touw Liong Lo Koay sambil menyerang, la mengguna kan jurus biasa karena meremehkan Thio Han Liong.

Thio Han Liong tersenyum, langsung berkelit dengan ilmu Thay Kek Kun. Maka, badannya bergerak lemas sekali seperti anak gadis yang sedang menari. Menyak-sikan itu, yap Ceng Ceng dan Gouw Hui Eng nyaris tertawa geli-

sebaliknya touw Liong Lo Koay, yap Khay Peng dan Gouw siang Kun malah terkejut bukan main. Terutama touw Liong Lo Koay, sebab serangannya tertahan seketika.

"Thay Kek Kun" seru touw Liong Lo Koay tak tertahan. "Engkau pasti murid Bu Tong Pay"

"Bukan" Thio Han Liong menggelengkan kepala sambil tersenyum, secara tidak langsung ia memang murid Bu Tong Pay, namun secara langsung justru bukan.

"Kenapa engkau mahir ilmu Thay Kek Kun?" tanya touw Liong Lo Koay.

"Itu bukan Thay Kek Kun" jawab Thio Han Liong membuat bingung touw Liong Lo Koay.

"Melainkan ilmu Kian Kun Taylo Ie"

"Kian Kun Taylo Ie?" Touw Liong Lo Koay mengerutkan kening, sebab ia tidak pernah mendengar tentang ilmu tersebut.

"Ya" Thio Han Liong mengangguk-

"Tak kusangka engkau berisi juga Baik, hati-hati terhadap jurus ke dua Aku tidak akan main-main lagi" ujar touw Liong Lo Koay sambil menyerang. Kini ia mulai mengeluarkan jurus-jurus andalannya.

Akan tetapi, Thio Han Liong tetap dapat berkelit, bahkan mulai balas menyerang dengan ilmu siauw Lim Liong liauw Kang.

Betapa terkejutnya touw Liong Lo Koay. Walau ia menyerang bertubi-tubi, tapi tetap tidak bisa merobohkan Thio Han Liong.

Yap Khay Peng dan Gouw siang Kun menyaksikan pertandingan itu dengan mata terbelalak- Mereka tidak menyangka Thio Han Liong berkepandaian begitu tinggi. Yang paling gembira adalah YaP Geng Ceng. Dia menyaksikan pertandingan itu dengan mata berbinar-binar. Begitupula Gouw Hui Eng. sedangkan Lie Teng Kim justru merasa malu terhadap Thio Han Liong.

"Cianpwee" Thio Han Liong memberitahukan.

"Kini tinggal satu jurus"

Wajah Touw Liong Lo Koay merah padam saking penasaran, sebab tidak mampu merobohkan Thio Han Liong. Padahal kini tinggal satu jurus, bagaimana mungkin merobohkannya? Pikirnya sambil mengerutkan kening.

"Anak muda, engkau memang hebat sekali Kita bertanding cukup sampai di sini saja,"

ujar Taouw Liong Lo Koay dan menambahkan,

"Aku menepati janji, mulai sekarang aku tidak akan ke mari menuntut balas lagi kepada sin Kiam Tui Hun"

"Terima kasih, Cianpwee" ucap Thio Han Liong sambil menarik nafas lega.

"Tapi..." lanjut touw Liong Lo koay.

"Kita berdua harus bertarung, karena aku amat penasaran cuma bertanding sepuluh jurus"

"cianpwee" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.

"Tiada artinya kita bertarung. Bagaimana kalau aku mengaku kalah?"

"Mengaku kalah?"

"Tidak bisa" touw Liong Lo Koay menggeleng-gelengkan kepala.

"Pokoknya kita harus bertarung Kalau tidak, aku tidak akan menyudahi urusanku dengan sin Kiam Tui Hun"

"Cianpwee...." Thio Han Liong menghela nafas panjang.

Kalau begitu, aku mohon kemurahan hati Cianpwee" "Ha ha ha" touw Liong Lo Koay tertawa gelak-

"Anak muda, engkau sungguh sopan sekali Ayoh, mari kita mulai"

"Baik" Thio Han Liong mengangguk dan sekaligus mengerahkan Kiu Yang sin Kang.

Hati-hati" Touw Liong Lo Koay mengingatkannya, lalu menyerangnya dengan dahsyat sekali.

Thio Han Liong mengelak menggunakan Tay Kek Kun, yang telah dicampur dengan ilmu Kian Kun Taulo Ie- Maka, sepasang tangan Thio Han Liong membuat beberapa lingkaran.

"Sin Kun Bu Tek," bisik yap Khay Peng.

"Apakah itu adalah ilmu Thay Kek kun dari Bu Tong Pay."

"Memang mirip, tapi...." Gouw Siang Kun mengerutkan

kening,

"agaknya berbeda. Lagipula dia telah mengaku tidak punya perguruan, maka tidak mungkin dia adalah murid Bu Tong Pay."

"Heran?" gumam yap Khay Peng.

"Sebetulnya siapa ayahnya?"

"Ayah" yap Ceng Ceng menghampiri yap Khay Peng. Wajah gadis itu tampak agak pucat.

"Apakah Han Liong akan menang?"

"Entahlah." yap Khay Peng menggelengkan kepala. Touw Liong Lo Koay berkepandaian tinggi sekali, sulit sekali bagi Han Liong memenangkan pertarungan itu."

"Kalau begitu...." yap Ceng Ceng sangat mencemaskan

Thio Han Liong.

"Apakah Touw Liong Lo Koay akan melukainya"

"Mudah-mudahan tidak" sahut yap Khay Peng.

"Menurutku..." sela gouw Siang Kun mengemukakan pendapatnya,

"Han Liong bisa bertahan, tidak akan kalah."

"Kenapa engkau berpedapat begitu?" tanya yap Khay Peng.

"Sebab aku yakin,"Jawab gouw Siang Kun dengan suara rendah,

"Han Liong masih belum mengeluarkan seluruh kepandaiannya."

"Tapi," yap Khay Peng menggeleng-gelengkan kepala. "Kepandaian touw Liong Lo Koay tinggi sekali." "Sin Kiam Tui Hun" gouw Siang Kun tersenyum.

"Mari kita saksikan pertarungan itu. Sudah lewat puluhan jurus, tapi touw Liong Lo Koay masih tidak dapat merobohkannya."

Memang sudah lewat puluhan jurus, namun touw Liong Lo Koay masih tidak mampu merobohkan Thio Han Liong. Itu sungguh membuatnya penasaran dan terkejut.

Ternyata Thio Han Liong mengeluarkan ilmu siauw im liong jiauw Kang untuk mengimbangi serangan-serangan yang dilancarkan touw Liong Lo Koay, Ilmu tersebut adalah ilmu andalan siauw um Pay, tentunya membuat touw Liong Lo Koay agak kewalahan.

"Anak muda" tanya touw Liong Lo Koay.

"Engkau menggunakan ilmu apa?"

"siauw Lim Liong jiauw Kang" sahut Thio Han Liong dengan jujur.

"Apa?" Touw Liong Lo Koay terkejut.

Engkau pasti murid siauw Lim Pay?" "Cianpwee" Thio Han Liong tersenyum.

"Aku bukan Hweeshlo, bagaimana mungkin aku murid siauw Lim Pay?"

Kalau begitu, siapa yang mengajarmu ilmu itu?" tanya Touw Liong Lo Koay sambil menyerang.

"siauw Lim sam Tiang lo" sahut Thio Han Liong sekaligus berkelit, kemudian mendadak balas menyerang dengan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw.

"Haah—?" Bukan main terkejutnya touw Liong Lo Koay.

"siauw Lim sam Tiang lo yang mengajarmu Liong liauw Kang?"

ya" Thio Han Liong mengangguk, lalu menyerang dengan ilmu pukulan Kiu Im Pek Kut Jiauw.

Touw Liong Lo Koay tidak sempat mengelak, maka terpaksa menangkis dengan jurus sin Liong cut Hai (Naga sakti Keluar Dari Laut).

Blaam... Terjadilah benturan dahsyat.

Touw Liong Lo Koay terpental ke belakang beberapa langkah, sedangkan Thio Han Liong tetap berdiri tak bergeming dari tempat- Itu membuat para penonton terbelalak kagum, terutama yap Ceng ceng. gadis itu pun bertepuk sorak dengan penuh kegembiraan.

"guru...." Yo Bun Liat segera menghampiri touw Liong Lo

Koay-

"guru terluka?"

"Tidak-" sahut touw Liong Lo Koay sambil tersenyum getir.

Hati pemuda itu baik, dia tidak melanjutkan jurus andalannya. Kalau dia melanjutkan, guru pasti sudah terluka parah-"

Yo Bun Kiat tidak menyahut.

Touw Liong Lo Koay menghampiri Thio Han Liong.

Ditatapnya pemuda itu dengan penuh perhatian talu bertanya.

"Anak muda, siapa ayahmu?"

(Lanjut ke jilid 14)

Jilid 14

"Cianpwee..." sahut Thio Han Liong menggunakan ilmu menyampaikan suara, Itu agar yang lain tidak mendengarnya.

"Ayahku adalah Thio Bu Ki."

"Haaah...?" Wajah Touw Liong Lo Koay langsung berubah pucat, kemudian memberi hormat.

"Maaf, maaf Bun Kiat, mari kita pergi"

Touw Liong Lo Koay langsung melesat pergi dan Yo Bun Kiat terpaksa mengikutinya. Namun pemuda itu masih sempat berseru.

"Han Liong, aku kagum padamu Semoga kita berjumpa lagi kelak..."

"ya" sahut Thio Han Liong sambil tersenyum..

"Ha ha ha Ha ha ha..." yap Khay Peng tertawa terbahak-bahak,

"Han Liong, engkau sungguh keterlaluan-"

"Cianpwee..." Thio Han Liong tercengang.

"-Ba... bagaimana aku keterlaluan?"

"Engkau tidak boleh memanggilku cianpwee lagi, harus memanggilku paman" sahut yap Khay Peng.

"ya, Paman." Thio Han Liong mengangguk.

"Han Liong, engkau..." yap Khay Peng menggeleng-gelengkan kepala.

"Engkau membohongi kami semua. ternyata engkau berkepandaian tinggi sekali."

"Paman, aku.., aku cuma belajar sedikit ilmu silat dari ayahku," ujar pemuda itu sambil menundukkan kepala.

"Cuma belajar sedikit? Engkau mampu mengalahkan touw Liong Lo Koay. Apalagi belajar banyak, mungkin tiada seorang pun yang mampu menandingimu;"

yap Khay Peng menghela nafas panjang.

"Han Liong, engkau pandai menyembunyikan kepandaianmu."

"Paman, aku.-,."

"Han Liong" Gouw siang Kun mendekatinya.;

"Kalau tidak salah, engkau juga menggunakan ilmu Thay Kek Kun, bukan?"

"Ya," Thio Han Liong memberitahukan.

"Tapi sudah dicampur dengan ilmu Kian Kun Taylo le, maka berbeda dengan Thay Kek Kun asli."

"oooh" Gouw siang Kun manggut-manggut.

"Ke-mudian engkaujuga menggunakan siauw Lim Liong jiauw Kang, ilmu rahasia bagi siauw Lim Pay. Engkau bukan

Hweeshio siauw Lim Pay tingkatan tinggi, tapi kenapa mahir ilmu itu?"

"siauw Lim sam Tiang lo yahg mengajarku ilmu itu," jawab Thio Han Liong dengan jujur.

"oh?" Gouw siang Kun terbelalak-

"Ayahmu kenal baik dengan siauw Lim sam Tiang lo?"

" ya." Thio Han liong mengangguk.

"setelah itu engkau menggunakan ilmu apa sehingga membuat touw Liong Lo Koay terpental begitujauh?" tanya Gouw siang Kun lagi-

"Aku menggunakan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw-"

Haaah—?" Mulut Gouw siang Kun terng angga lebar. "Kiu Im Pek Kut Jiauw?"
"ya." Thio Han Liong manggut-manggut.

Aku pernah dengar, Ciu Ci Jiak. mantan ketua GoBiPay memiliki ilmu tersebut Engkau pun mahir ilmu itu, jadi engkau punya hubungan apa dengan ciu Ci Jiak?" Gouw siang Kun menatapnya tajam.

"Aku memanggilnya Bibi," sahut Thio Han Liong jujur.

"Ha ha ha" Mendadak Gouw siang Kun tertawa gelak-

"Han Liong, kini aku sudah tahu siapa ayahmu"

"oh?" Thio Han Liong tersentak-

"Ayahmu pasti Thio Bu Ki- ya, kan?" tanya Gouw siang Kun sambil tersenyum.

"ya." Thio Han Liong mengangguk.

"Apa?" yap Khay Peng terbelalak.

"Ayahmu adalah Thio Bu Ki yang amat terkenal itu?"

"Betul, Paman"jawab Thio Han Liong.

"Ha ha ha" yap Khay Peng tertawa gembira.

"Putra Thio Bu Ki berada di rumahku, ini sungguh diluar dugaan Ha ha ha..:"

"Tidak heran kalau tadi Touw Liong Lo Koay memberi hormat kepadamu- Engkau pasti memberitahukan kepadanya siapa ayahmu, bukan?" tanya Gouw siang Kun.

"ya." Thio Han Liong mengangguk.

"Tentunya engkau tidak tahu, sesungguhnya touw Liong Lo Koay adalah mantan anggota Beng Kauw."

"oooh" Thio Han uong manggut-manggut. "Han Liong" Wajah yap Khay Peng cerah ceria-"Mari kita ke dalam, jangan terus berdiri di sini" "Baik, Paman." Thio Han Liong mengangguk.

Mereka segera masuk ke rumah, lalu duduk di ruang tengah, yap Khay Peng langsung menyuruh beberapa pelayan menyajikan berbagai macam hidangan dan arak wangi.

"Ha ha ha" yap Khay Peng tertawa gelak kemudian berkata setelah para pelayan menyajikan semua hidangan itu.

"Han Liong, hari ini aku menjamumu makan sebab engkau telah menyelamatkan nyawaku"

"Paman jangan berkata begitu, aku... aku cuma membalas budi kebaikan Paman saja," ujar Thio Han Liong...

"Ayoh, mari kita bersulang" seru yap Khay Peng sambil mengangkat minumannya.

Mulailah mereka bersulang sambil tertawa gembira, dan itu membuat Thio Han Liong merasa tidak enak dalam hati. Apalagi Yap Ceng Ceng dan Gouw Hui Eng terus memandangnya dengan mata berbinar-binar, oleh karena itu, ia mengambil keputusan untuk pergi secara diam-diam malam itu. Akan tetapi, perbuatannya itu pasti akan menyinggung perasaan yap Khay Peng, akhirnya ia membatalkan keputusannya, sebaliknya akan mohon pamit esok pagi-

-ooo00000ooo-

Keesokkan harinya, pagi-pagi Thio Han Liong langsung mohon pamit kepada yap Khay Peng dan Gouw siang Kun dan itu amat mengejutkan ke dua orang tua tersebut.

"Han Liong, lebih baik engkau tinggal di sini be-berapa hari, setelah itu barulah engkau melanjutkan perjalananmu." yap Khay Peng berusaha menahannya.

"Paman, aku harus segera berangkat ke desa Hok An." Thio Han Liong memberitahukan.

"Setelah itu, aku masih harus pergi ke gunung Bu Tong."

"Han Liong...." yap Khay Peng menghela nafas panjang.

"Maafkan aku, Paman" ucap Thio Han Liong.

"Aku harus berangkat hari ini."

"Baiklah-" Yap Khay Peng mengangguk-

"Tapi engkau harus berpamit dulu kepada Ceng Ceng."

"Juga harus berpamit kepada Hui Eng, putriku," seia Gouw siang-Kun.

"Ya" Paman." Thio Han Liong mengangguk, kemudian pergi menemui ke dua gadis itu, yang kebetulan mereka berdua sedang berada di pekarangan.

"Han Liong" seru ke dua gadis itu girang.

"Selamat pagi"

"selamat pagi" sahut Thio Han Liong sambil menghampiri mereka.

"Ceng Ceng, Hui Eng, aku... aku...."

"Kenapa engkau?" tanya Yap Ceng Ceng heran.

"Aku mau mohon pamit kepada kain karena hari ini aku harus berangkat ke desa Hok An." Thio Han Liong memberitahukan.

"Apa?" Wajah Yap Ceng Ceng langsung berubah pucat.

Eng kau... engkau mau pergi hari ini?" "Ya-" Thio Han Liong mengangguk-
"Han Liong...." Yap Ceng Ceng memandangnya dengan

mata basah-

"Kok begitu cepat?"

"Ceng Ceng" ujar Thio Han Liong.

"Aku harus segera berangkat ke desa Hok An, sebab ada urusan penting di sana."

"Tidak bisa besok lusa baru berangkat?" tanya Yap Ceng Ceng dengan penuh harap.

"Maaf" Thio Han Liong menggelengkan kepala-

"Memang tidak bisa di tunda lagi, aku harus berangkat sekarang."

"Han Liong...." Yap Ceng Ceng terisak-isak.

"Kapan engkau akan ke mari menengokku?"

Kapan aku sempat, pasti ke mari menengokmu," sahut Thio Han Liong berjanji.

"Han Liong..." sela Gouw Hui Eng.

"jangan melupakan aku lho"

"Tentu." Thio Han Liong mengangguk-

Aku pasti tidak akan melupakan kalian berdua, sebab kalian adalah temanku-"

"Terima kasih," ucap Gouw Hui Eng.

"Han Liong...." Ait-mata Ceng Ceng berderai-derai.

Di saat itulah muncul yap Khay Peng dengan sebuah bungkusan kecil di tangannya.

"Han Liong" yap Khay Peng menyodorkan bungkusan itu kepada Thio Han Liong seraya berkata,

"Ini untuk bekal dalam perjalananmu, jangan ditolak Kalau ditolak, aku pasti gusar."

"Paman...." Karena yap Khay Peng telah menegaskan

begitu, maka Thio Han Liong tidak berani menolak, pemberian itu

"Terima kasih, Paman"

"Ha ha ha" Mendadak muncul Gouw siang Kun sambil tertawa gelak- "Han Liong, klta akan berjumpa dalam rimba persilatan kelak"

"oh?" Thio Han Liong tertegun, kemudian tersenyum. "Han Liong" pesan Gouw siang Kun. "Engkau tidak boleh melupakan putriku lho" "ya, Paman." Thio Han Liong mengangguk-

"Han Liong" yap Khay Peng memandangnya seraya berkata,

"Kapan engkau akan ke mari lagi?"

"Apabila aku sempat, pasti ke mari," sahut Thio Han Liong, lalu berpamit- yap Ceng Ceng dan Gouw Hui Eng mengantarnya sampai di luar pintu pekarangan, setelah Thio Han Liong lenyap dari pandangan mereka, barulah ke dua gadis itu kembali masuk ke rumah dengan wajah murung.

Yap Khay Peng dan Gouw siang Kun saling memandang, kemudian menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang- Ke dua orang tua itu tahu, bagaimana perasaan putri mereka-

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar