Bab 30 Pertandingan di Atas Panggung
Bun cin cu tidur di kamaHan
pit Suan. Ke dua gadis itu duduk di pinggiHempat tidur sambil mengobrol. Wajah
Bun cin cu tampak cerah, tapi sebaliknya wajah Tan pit Suan justru murung
sekali.
"Aaah..." Tan pit
Suan menghela nafas panjang.
"Kalau sifat ayahku
seperti gurumu, tentunya aku tidak akan menderita begini."
"Kakak Pit Suan,"
bisik Bun cin Cu sungguh-sungguh.
"Engkau dan Lim Peng Hit
sudah saling mencinta, kenapa engkau tidak mau minggat bersamanya?"
"Adik Cin Su...."
Tan pit Suan menggeleng-gelengkan
kepala.
"Engkau harus tahu, Lim
Peng He adalah anak yang berbakti terhadap orangtua, dia... dia tidak akan mau
minggat bersamaku."
"Hmm" dengus Bun cin
cu dingin-
"Kalau begitu, dia tidak
bersungguh-sungguh mencinta imu- "
"Dia bersungguh-sungguh
mencintaiku, bahkan dengan segenap hati pula. Tapi" Tan pit suan menghela
nafas panjang.
"Dia tidak mau menjadi
anak durhaka, sebab dia yakin suatu hari ayahnya pasti merestuinya."
"Kalau begitu,
mudah-mudahan" ucap Bun cin cu dan bertanya,
"Kakak Pit suan,
bagaimana menurutmu mengenai Thio Han Liong?"
"Dia adalah pemuda tampan
dan kelihatan amat baik pula,"jawab Tan Pit suan memberitahukan.
"Hanya saja ilmu silatnya
masih rendah, lagipula...."
"Kenapa?"
"Engkau sudah jatuh hati
kepadanya?"
"ya."
"Tapi bagaimana kalau dia
tidak mengetahuinya?"
"Maksudmu?"
"Dia sudah jatuh hati
kepadamu atau tidak, kita masih belum tahu-" Tan pit suan menatapnya.
"Maka engkau tidak boleh
terlampau agresif."
"Kakak Pit suan"
wajah Bun cin cu tampak murung.
"Bagaimana aku, kalau dia
tidak jatuh hati kepadaku?"
"Ya, sudah Memangnya
masih mau apa?"
"Aku— aku akan bersedih
sekali"
"Adik Cin cu" Tan
pit Suan tersenyum getir.
"Baru satu hari engkau
kenal dia, bagaimana aku dengan Peng Hie? Aaaah..."
"Kakak Pit suan, cinta
itu memang pahit ya?" Bun cin cu menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku.-. aku jadi takut
lho"
"Sesungguhnya cinta itu
amat indah, namun harus bersungguh-sungguh dan harus dengan segenap hati
pula-" Tan pit suan menjelaskan,
"Itu baru bisa membuat
cinta menjadi indah dan suci murni."
"Oooh" Bun cin Cu
manggut-manggut.
"Adik Cin cu, engkau
harus ingat, cinta itu perlu pengorbanan" ujar Pit Suan
"Tidak bisa egois."
"Kakak Pit suan"
bisik Bun cin cu.
"Terus terang, aku— aku
sudah jatuh cinta kepada Thio Han Liong. Rasanya— aku tidak mau berpisah
dengannya."
"Cintamu terlampau cepat
bersemi, itu akan membuatmu menderita." Tan pit Suan menghela nafas.
"Pada-hal engkau dan dia
baru kenal hari ini, tidak sewajarnya engkau sudah jatuh cinta kepadanya."
"Kakak Pit suan,
aku.—"
"Adik Cin cu, engkau
boleW tertarik kepadanya, tapi tidak boleh jatuh cinta, sebab engkau belum tahu
bagaimana hatinya, bahkan engkau pun belum tahu identitasnya, oleh karena itu, engkau
tidak boleh begitu cepat jatuh cinta kepadanya."
"terima kasih atas
nasihat Kakak," ucap Bun cin cu.
"Adik Cin cu" Tan
pit suan tersenyum.
"Mari kita tidur, sebab
esok pagi aku harus bertanding"
"Kakak Pit suan,
bagaimana kalau ada pemuda lain yang berhasil mengalahkanmu?" tanya Bun
cin cu mendadak-
"Tentunya urn Peng Hie
harus mengalahkannya pula," sahut Tan Pit suan.
"Kalau dia tidak dapat
mengalahkannya, kami pasti.—"
"Pasti apa?"
Tan pit suan tersenyum getir,
kemudian sepasang matanya memandang jauh sekali seraya menjawab.
"Engkau akan
mengetahuinya nanti."
"Kakak Pit suan" Bun
cin cu menggelengkan kepala.
"Aku tidak mengerti
maksudmu-"
"Adik Cin Gu" Tan
pit suan tersenyum getir lagi,
"Engkau akan mengerti
nanti-"
" Aku jadi bingung."
"sudahlah" Tan Pit
suan menepuk bahunya.
"Sudah larut malam, mari
kita tidur"
"Baik"" Bun cin
cu mengangguk, lalu merebahkan dirinya. Akan tetapi, gadis itu sama sekali
tidak bisa pulas, karena wajah Thio Han Liong terus muncul menggoda, membuatnya
sulit pulas.
-ooo00000ooo-
Bukan main ramainya suasana di
depan rumah Guru silat Tan pagi itu. Baik yang tua maupun yang muda, semuanya
sudah berkumpul di depan panggung, yang muda terus berbisik-bisik, sedangkan
yang tua tertawa-tawa.
"Heran?" bisik salah
seorang pemuda-
"Kenapa Lim Peng Hie
masih belum kelihatan? Mungkinkah Guru silat Lim melarangnya ke mari?"
"Mungkin. Kalau tidak-
dia pasti sudah berada di sini. sungguh kasihan mereka berdua, sudah saling
mencinta tapi tidak bisa menikah-"
"TUh Guru silat Tan sudah
naik ke atas panggung."
Tidak salah, Guru silat Tan
sudah meloncat ke atas panggung itu- la memandang para penonton seraya berkata
dengan suara lantang.
"Putriku bernama Tan Pit
suan, kini sudah dewasa maka harus menikah Karena itu, aku mendirikan panggung
ini untuk mengadu ilmu silat siapa yang berhasil mengalahkan putriku, dialah
yang berhak menikahi putriku pula Tapi harus bujangan yang berusia dua puluh
sampai empat puluh tahun setelah berhasil mengalahkan putriku, masih harus
mengalahkan penantang lain, barulah resmi menjadi menantuku"
seketika juga terdengaHepuk
sorak yang riuh gemuruh-Putri Guru silat Tan begitu cantik jelita, siapa yang
tidak mau mempersuntingnya? "sayang sekali usiaku sudah empat puluh lebih,
kalau tidak.."
"Engkau ingin ikut
bertanding dengan gadis itu?"
"Ha ha Engkau mengerti
ilmu silat?"
"sedikit-"
"Kalau begitu, percuma
engkau ikut"
"Kenapa?"
"Ilmu silat gadis itu
tinggi sekali. Engkau pasti roboh di tangannya-"
Terdengar percakapan itu, sehingga
menimbulkan tawa di sana sini, sebab orang yang mengatakan ingin ikut itu sudah
tua, namun mengaku baru berusia empat puluh lebih.
"Hei Engkau sudah punya
cucu kok masih tidak tahu diri?" tegur seseorang sambil tertawa-
"Eeeh?" Wajah orang
itu langsung memerah-"Engkau kok usil membuka rahasiaku sih?"
"Gadis itu boleh menjadi
anakmu, tapi engkau malah berpikiran yang bukan-bukan. Kalau Guru silat Tan
tahu, engkau pasti dihajarnya."
Lihat tuh Putri Guru silat Tan
sudah meloncat ke atas panggung" seru seorang dengan mata terbelalak-
"Wuah Bukan main
cantiknya"
Tan pit suan memang sudah
meloncat ke atas panggung. Dengan wajah murung sekali, gadis itu memberi hormat
ke
empat penjuru, sekaligus
menengok ke sana ke mari. Betapa kecewanya karena tidak melihat Lim Peng Hie,
buah jantung hatinya. Kemudian ia berkata dengan suara merdu-
"siapa yang ingin
bertanding denganku silakan naik"
"Nona Tan" Terdengar
suara seruan, tampak seorang pemuda meloncat ke atas panggung itu.
"Aku ingm mengadu keberuntungan."
"Bukan mengadu
keberuntungan, melainkan mengadu silat," sahut Tan Pit suan.
"Nona Tan" Pemuda
itu memberi hormat.
"Aku mohon petunjuk"
"Silakan menyerang
duluan" Tan pit suan menatapnya tajam, la mengenali pemuda itu yang sering
menggodanya.
"Baik," Pemuda itu
mengangguk, lalu mulai menyerangnya-
Akan tetapi, belasanjurus
kemudian pemuda itu sudah tertendang ke bawah panggung, maka sudah barang tentu
para penonton menertawakan nya.
Hanya memiliki ilmu silat
cakar ayam, sudah berani naik ke atas panggung DasaHak tahu diri" ejek
salah seorang penonton.
Bukan main malunya pemuda itu.
Tanpa menoleh lagi ia langsung meninggalkan tempat itu.
sementara Thio Han Liong
menonton pertandingan itu sambil menggeleng-gelengkan kepala. Bun cin cu duduk
disebelahnya, sedangkan sin Kiam Lojin duduk bersama Guru silat Tan.
"Han Liong" tanya
gadis itu
"Bagaimana menurutmu
mengenai ilmu silat Kakak Pit suan?"
"Cukup tinggi,"
sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.
Kelihatannya tiada seorang
pemuda pun yang mampu mengalahkannya, kecuali hanya kekasihnya itu."
"Betul." Bun cin cu
mengangguk-
Di saat mereka bercakap-cakap,
tampak seorang pemuda meloncat ke atas panggung. Tapi hanya dalam belasan
jurus, pemuda itu sudah terpukul jatuh ke bawah- Di saat bersamaan,
terdengarlah suara seruan yang amat menggetarkan hati Tan pit suan.
"Nona Tan, aku mohon
petunjuk" seorang pemuda tampan meloncat ke atas panggung.
"Lim Peng Hie"
"Lim Peng Hie."
Terdengar suara seruan para
penonton. Ternyata pemuda yang baru meloncat ke atas panggung itu adalah Lim
Peng Hie, kekasih Tan pit suan. sepasang kekasih itu akan bertanding di atas
panggung, dan itu sungguh merupakan
kejadian yang janggal. Karena
itu, para penonton mulai berkasak-kusuk sambil tertawa-tawa.
"seharusnya mereka berdua
bertanding di atas tempat tidur, bukan di atas panggung."
"Aku yakin mereka berdua
tidak akan bertanding dengan sungguh-sungguh alangkah baiknya mereka berdua
saling mencium di atas panggung"
"Jangan berisik Lihat tuh
wajah Guru silat Tan sudah berubah tidak karuan sekali, mungkin dia akan naik
ke panggung menghajar Lim Peng Hie"
sementara Lim Peng Hie sudah
memberi hormat kepada Tan Pit suan, setelah itu mereka mulai bertanding. Para
penonton mulai bersorak-sorai sambit ber-tepuk-tepuk tangan dan di antara
penonton ada pula yang berseru-seru.
"Dari pada kalian
bertanding di atas panggung, lebih baik kalian bertanding di atas tempat tidur
Itu lebih asyiik lho"
"Betul" sambung yang
lain.
"Jangan main
jotos-jotosan, alangkah baiknya main ciuman saja"
Lim Peng Hie dan Tan pit suan
sama sekali tidak menghiraukan seruan-seruan konyol itu, mereka terus
bertanding.
"Ha ha ha" sin Kiam
Lojin tertawa gelak-
"sutee, mereka berdua
merupakan pasangan yang serasi-Aku bersedia jadi mak comblang...."
Guru adalah lelaki, bagaimana
mungkin jadi mak comblang sih?" sahut Bun cin cu.
"Mungkin saja," ujar
sin Kiam Lojin.
"Kalau Guru mau jadi mak
comblang, siapa yang berani melarangnya?"
"Paman guru pasti berani
menolak," sahut Bun cin Cu.
Sementara pertandingan di atas
panggung masih terus berlangsung. Puluhan jurus kemudian, Lim Peng Hie berhasil
menepuk punggung gadis itu.
"Aku mengaku kalah,"
ujaHan pit Suan dengan wajah kemerah-merahan.
"terima kasih,"
sahut Lim Peng Hie sambil tersenyum.
"Lim Peng Hie sudah
menang, maka berhak menikah dengan gadis itu" terdengar Seruan para
penonton.
"Guru Silat Tan tidak
boleh ingkar janji"
"Sutee...." Sin Kiam
Lojin memandang Guru Silat Tan.
"Tidak bisa Pokoknya
tidak bisa" Guru Silat Tan tampak gusar sekali.
Di saat kesempatan, seorang
pemuda meloncat ke atas panggung lalu menatap Tan Pit Suan dengan penuh
perhatian, namun sikapnya agak kurang ajar.
"Ngmm" Pemuda itu
manggut-manggut.
"Nona Tan, engkau memang
cukup cantik. Aku ingin bertanding."
"Kawan," sahut Lim
Peng He.
"Aku sudah memenangkan
pertandingan ini, engkau terlambat."
"Ha ha ha" Pemuda
itu tertawa gelak.
"Belum terlambat, sebab
aku masih berhak bertanding denganmu."
"Peng He" Terdengar
suara seruan. Tampak seorang lelaki berusia lima puluhan bergegas-gegas menuju
ke panggung.
"Guru Silat Lim"
seru salah seoarang penonton.
"Akan bertambah ramai
nih"
"Ayah—" sahut Lim
Peng Hie dengan wajah murung.
"Peng Hie, cepatlah
engkau turun Ayah akan men-jodohkanmu dengan gadis lain yang jauh lebih cantik
dari gadis itu"
"Ayah—"" Lim
Peng Hie menggeleng-gelengkan kepala.
"sobat" tegur pemuda
itu.
"Bagaimana? Engkau tidak
berani bertanding denganku?"
"Kenapa tidak?"
sahut Lim Peng Hie-
"Ayoh, mari kita mulai
sekarang?"
"TUnggu" ujar pemuda
itu, kemudian memandang Guru silat Tan seraya berkata-
"Tan Kauwsu, kalau aku
berhasil mengalahkan pemuda ini, apakah aku boleh mempersunting putrimu?"
"Tentu, tentu,"
sahut guru silat Tan.
" Hajar saja pemuda
itu"
"Baik, Guru silat
Tan" Pemuda tersebut mengangguk,-
"Anak muda" tanya
sin Kiam Lojin mendadak-
"siapa engkau dan siapa
gurumu?"-
"Aku bernama Losun
An," sahut pemuda itu sambil membusungkan dadanya,
"Guruku adalah—-"
"Ha Ha ha" Terdengar
suara tawa yang parau, kemudian berkelebat sesosok bayangan ke atas panggung.
"Aku gurunya,julukanku Bu
Ceng Kui (setanTanpa Perasaan)"
"Haah?" Bukan main
terkejutnya sin Kiam Lojin dan Guru silat Tan. Mereka berdua sama sekali tidak
menyangka tokoh golongan hitam itu akan muncul di situ bersama muridnya-
"Peng Hie" teriak
Guru silat Lim, yang juga terkejut sekali ketika mengetahui tokoh golongan
hitam itu.
"Cepat turun, mari kita
pergi" "Tidak, Ayah" Lim Peng Hie berkeras.
"Biar harus mati pun aku
tidak akan meninggalkan pit Suan."
"Anak durhaka
engkau" Guru silat Lim gusar bukan kepalang.
"Ha ha ha" Bu Ceng
Kui tertawa gelak-
"Muridku, cepatlah engkau
main-main dengan gadis itu siapa berani turut campur, guru pasti membunuh
mereka"
"Terima kasih,
Guru," ucap Lo sun An, lalu mendadak menyerang Lim Peng Hie.
" Celaka" gumam sin
Kiam Lojin dengan wajah agak pucat.
"Kepandaian Bu Ceng Kui
itu amat tinggi. Kita tidak sanggup melawannya."
"Suheng...." Wajah
Guru silat Tan sudah mulai berubah-
"Sutee" sin Kiam
Lojin menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau yang cari urusan,
kini Bu Ceng Kui justru muncul di sini."
"Ahhhh" Guru silat
Tan menghela nafas panjang.
sementara Thio Han Liong terus
mengerutkan kening, la tidak kenal Bu Ceng Kui itu-
"Nona Bun" tanyanya
dengan suara rendah-"siapa Bu Ceng Kui itu?"
"Dia adalah tokoh
golongan hitam, kepandaiannya tinggi sekali," sahut Bun cin cu sambil
menghela nafas panjang.
"Peng Hie pasti
celaka."
"gurumu tidak sanggup
melawan Bu Ceng Kui?"
"Tidak sanggup,"
Thio Han Liong mengerutkan
kening, kemudian memperhatikan pertandingan itu- sudah lewat puluhan jurus,
kini Lim Peng Hie mulai berada di bawah angin.
"Ha ha ha" Lo Sun An
tertawa gelak, lalu berseru, "guru Silat Tan, aku akan menghajarnya "
Duuuk Dada urn Peng Hie terpukul.
"Aaah" jerit Lim
Peng Hie- la terhuyung-huyung ke belakang dan mulutnya mengeluarkan darah
segar.
"Peng Hie" Tan pit
suan segera mendekatinya.
"Nona Tan" Lo sun An
mencegahnya, bahkan sekaligus memeluknya.
Betapa gusarnya Tan pit suan.
Gadis itu langsung menyerangnya, akan tetapi dengan gampang sekali Lo sun An
berkelit. Di saat itulah Guru sitat Lim meloncat ke atas panggung.
"Peng Hie, engkau
terluka?"
"Ayah.." Mulut Lim
Peng Hie masih mengeluarkan darah-
"Peng Hie, mari kita
pulang" Guru silat Lim menarik putranya-
Tapi Lim Peng Hie meronta, dan
setelah itu ia pun membantu Tan pit suan menyerang Lo sun An.
"Ha ha ha" Lo sun An
tertawa gelak, dan mendadak badannya bergerak cepat sambil menggerakkan
sepasang tangannya.
BuuukBuuuk Punggung Lim Peng
Hie terpukul, sedangkan Tan pit suan terdorong ke belakang.
"uaaaakh" Mulut Lim
Peng Hie menyemburkan darah segar.
"uaaakh—"
"Peng Hie" Guru
silat Lim segera mendekatinya.
Di saat bersamaan, Guru silat
Tan dan sin Kiam Lojin juga meloncat ke atas panggung.
"Pit suan, engkau tidak
apa-apa?" tanya Guru silat Tan. "Ayah—." Tan Pit suan menangis
terisak-isak-"gara-gara Ayah, urusan jadi begini."
"Ha ha ha" Tampak
sosok bayangan berkelebat ke atas panggung, yang tidak lain adalah Bu Ceng Kui.
"Kalian bertiga ingin
mengeroyok muridku? Baik, kalian bertiga boleh melawanku"
"Bu Ceng Kui" sahut
Guru silat Tan.
"Kita tidak bermusuhan,
maka aku harap—"
"Guru silat Tan"
ujar Bu Ceng Kui.
"Muridku sudah berhasil
mengalahkan pemuda itu, maka putrimu harus menikah dengan muridku Engkau jangan
ingkar janji"
"Tidak" teriak Tan
Pit suan.
"Aku tidak akan menikah
dengan muridmu, pokoknya tidak"
"He he he" Bu Ceng
Kui tertawa terkekeh-kekeh,
"Guru silat Tan, engkau
berani menipu muridku? Hm Kalau begitu, engkau memang mau cari mati"
"Bu Ceng Kui" sela
sin Kiam Lojin.
"Engkau jangan
emosi"
"oh, engkau sin Kiam
Lojin" Bu Ceng Kui mengerutkan kening.
"engkau ingin turut
campur urusan ini?"
"Apa boleh buat"
sahut sin Kiam Lojin.
"Bagus, bagus" Bu
Ceng Kui menatap mereka dengan dingin sekali.
"Hari ini aku akan
membunuh lagi He he he—" "Celaka" seru Bun cin cu. "Han
Liong, bagaimana ini?"
"Tenang" sahut Thio
Han Liong sambil memperhatikan panggung itu.
"Celaka Celaka" seru
Bun cin cu lagi.
"Guruku mulai bertarung
dengan Bu ceng Kui."
Tidak salah, Sin Kiam Lojin
sudah mulai bertarung dengan Bu ceng Kui. Guru Silat Tan segera turun tangan
membantu sin Kiam Lojin, begitu pula guru silat Lim. Mereka bertiga mengeroyok
Bu Ceng Kui.
Begitu Tan pit suan memapah
Lim Peng Hie, Bun cin cu dan Thio Han Liong cepat-cepat mendekatinya.
"Kakak Pit suan"
tanya Bun cin cu. "Bagaimana lukanya? Apakah parah sekali?"
"Entahlah-" Tan Pit suan menggelengkan kepala.
Thio Han Liong segera
memeriksa Lim Peng Hie, kemudian tersenyum seraya berkata,
"Lukanya tidak begitu
parah, tidak apa-apa."
"Han Liong...." Bun
cin cu terbelalak-
"Engkau mahir ilmu
pengobatan?"
"Sedikit," sahut
Thio Han Liong sambil memandang ke arah panggung.
Pertarungan di atas panggung
itu semakin menegangkan. Walau dikeroyok tiga orang. Bu Ceng Kui sama sekali
tidak tampak terdesak- Sebaliknya malah pengeroyoknya yang kelihatan terdesak-
"He h e h e" Bu Ceng
Kui tertawa terkekeh-kekeh-"Kalian bertiga harus mampus Harus mampus"
Thio Han Liong mengerutkan
kening, sebab kalau pertarungan itu diteruskan, Guru silat urn, Tan dan sin
Kiam Lojin pasti celaka di tangan Bu ceng Kui- oleh karena itu, ia harus
menghentikan pertarungan itu- seberalah ia melesat ke atas panggung seraya
berseru-
"Berhenti Berhenti"
suara seruannya begitu keras
menggetarkan jantung, maka membuat mereka berhenti bertarung. Ketika melihat
Thio Han Liong, tertegunlah Guru silat Tan dan sin Kiam Lojin, begitupula Guru
silat Lim dan Bu ceng Kui.
yang paling terkejut adalah
Bun cin cu, sebab Thio Han Liong sekali melesat sudah sampai ke atas panggung,
yang berjarak dua puluh depa lebih. Kalau pemuda itu tidak memiliki ginkang
tinggi, tentunya tidak dapat melakukannya. Tan pit suan dan Lim Peng Hie juga
terkejut bukan main, kemudian Lim Peng Hie bertanya.
"Pit suan, siapa pemuda
itu?"
"Dia ke mari ingin
menyaksikan pertandingan, aku tidak begitu mengenalnya," jawab Tan Pit
suan.
"Kapan dia datang?"
"Kemarin.""
sementara Bun cin cu terus
memandang ke arah panggung dengan penuh perhatian, namun hatinya
ber-kebat-kebit tidak karuan.
"Maaf. Maaf" ucap
Thio Han Liong setelah berada di atas panggung.
"Tidak ada gunanya kalian
bertarung." "Anak muda" bentak Bu Ceng Kui. "Engkau berani
mencampuri uruan kami?"
"Bukan mencampuri,
melainkan mendamaikannya." sahut Thio Han Liong.
"Apa artinya kalian
bertarung? Akhirnya pasti terluka parah-
"
"He he he" Bu Ceng
Kui tertawa terkekeh.
"Anak muda, nyalimu
sungguh besar berani memberi nasihat padaku- Tahukah engkau siapa aku?"
"Aku dengar cianpwee
adalah Bu Ceng Kui," jawab Thio Han Liong sambil tersenyum dan
menambahkan,
"cianpwee dari golongan
hitam, bukan?"
"Betul Maka aku harus
membunuh mereka" sahut Bu Ceng Kui dan siap menyerang mereka.
"cianpwee" ujar Thio
Han Liong dengan sungguh-sungguh-
"Mereka bertiga bukan
tandingan cianpwee, melainkan aku yang akan bertanding dengan cianpwee-"
"Apa?" Bu Ceng Kui
terbelalak-
"Anak muda, siapa
engkau?"
"Namaku Thio Han
Liong."
"Siapa gurumu?"
"Aku tidak punya guru,
hanya belajar sedikit ilmu silat dari ayahku."
"oh?" Bu Ceng Kui
menatapnya dalam-dalam-
"siapa ayahmu?"
"Ayahku bernama Thio Ah
Ki-"
"Hm" dengus Bu Ceng
Kui-
"Aku tidak kenal ayahmu
Kalau engkau tidak mau enyah sekarang, aku tidak akan segan membunuhmu"
"Guru," sela Lo sun
An, muridnya. "Biar aku yang menghajarnya." "Percuma,"
sahut Thio Han Liong.
"Engkau bukan
tandinganku. Dalam sepuluh jurus engkau pasti roboh di tanganku"
"Apa?" Betapa
gusarnya Lo sun An mendengar ucapan itu.
"Hei Kalau engkau dapat
merobohkanku dalam sepuluh jurus, aku pasti menyembah di hadapanmu"
"Itu tidak perlu."
Thio Han Liong tersenyum.
"Muridku," ujar Bu
Ceng Kui.
"Cepat hajar dia siapa
berani turut campur, guru pasti membunuhnya"
"ya, Guru." Lo sun
An mengangguk-
"Guru Silat Tan, Guru
Silat Lim dan Paman Tua" ujar Thio Han Liong kepada mereka.
Lebih baik kalian menonton di
bawah, aku akan bertanding dengan pemuda itu"
"Han Liong,
engkau...." sin Kiam Lojin terbelalak.
"Tenanglah, Paman
Tua" Thio Han Liong tersenyum.
Mereka bertiga seaera meloncat
turun. Bun cin cu sebera mendekati sin Kiam Lojin.
"Guru, Han
Liong...."
"Tenang" sahut sin
Kiam Lojin.
"Guru yakin dia tidak
omong besar- Kalau dia tidak berisi, tentunya tidak akan berani omong
begitu."
"o"
"Tapi..."
"Diam Mereka sudah mulai
bertarung."
Benar, Lo sun An sudah mulai
menyerang Thio Han Liong dengan sengit sekali. Kelihatannya pemuda itu ingin
membunuh Thio Han Liong.
Dengan cepat sekali Thio Han
Liong berkelit, kemudian balas menyerang seraya berseru.
"Jurus pertama"
Ternyata Thio Han Liong menyerangnya dengan ilmu siauw Lim Liong Jiauw Kang.
serangan itu membuat Lo sun An
terpaksa meloncat ke belakang. Bu Ceng Kui terperanjat bukan main, sebab
mengenali ilmu itu.
"siauw Lim Liong jiauw
Kang? Anak muda, engkau murid siauw Lim Pay?" tanya Bu Ceng Kui.
"Aku bukan Hweeshio,
bagaimana mungkin aku murid siauw Lim Pay," sahut Thio Han Liong sambil
tersenyum. Tapi aku kenal Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng dan siauw Lim
sam Tiang lo."
"Apa?" Bu Ceng Kui
terbelalak-
"Ha ha ha Anak muda,
ternyata engkau pembual"
"Aku bukan pembual,"
ujar Thio Han Liong sambil mengelak serangan yang dilancarkan Lo Sun An.
setelah itu, ia mulai balas
menyerang dengan ilmu Kiu Im Pek Put Jiauw yang sangat ganas dan lihay itu.
"jurus ke dua"
teriaknya.
Justru Lo sun An telah
melakukan kesalahan, seha-rusnya ia berkelit, tapi malah menangkis sehingga
terdengar suara benturan keras. Blaaam
Lo sun An terpental beberapa
depa, lalu roboh dengan mulut mengeluarkan darah, sedangkan Thio Han Liong
tetap berdiri di tempat.
"Muridku" seru Bu
Ceng Kui sambil mengham-piri-nya. "Engkau... engkau terluka?"
" Guru, aku...."
Wajah Lo sun An pucat pias.
"Tenang muridku, guru
akan membunuh pemuda itu" ujar Bu Ceng Kui, kemudian mendekati Thio Han Liong
selangkah demi selangkah-
Thio Han Liong segera
mengerahkan Kiu yang sin Kang, karena ia tahu akan terjadi pertempuran dahsyat.
sementara yang menyaksikan
pertandingan tadi terbelalak, bahkan mulut Bun cin cu ternganga lebar.
Guru, kemarin aku memukul
punggungnya, dia sama sekali tidak bisa berkelit. Kenapa hari ini dia begitu
hebat? Cuma dua jurus sudah merobohkan pemuda sombong itu?"
Guru pun tidak habis
pikir," sahut sin Kiam Lojin sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Guru silat Tan, aku tidak menyangka
di tempatmu ini terdapat seorang pendekar muda yang begitu lihay," ujar
Guru silat Lim sambil menghela nafas panjang.
"Kalau aku tahu, tentu
tidak akan mengkhawatirkan putra ku."
" Guru silat Lim,"
sahut Guru silat Tan jujur.
"Aku sendiri pun tidak
tahu pemuda itu berkepandaian begitu tinggi."
"oh?" Guru silat Lim
tercengang.
"Nanti saja kita
mengobrol, karena sekarang suasana di atas panggung itu sungguh
menegangkan," sela sin Kiam Lojin.
Memang. Bu Ceng Kui dan Thio
Han uong berdiri berhadapan. Bu Ceng Kui terus menatapnya dengan tajam,
kemudian mendadak memekik keras sambil menyerang. "Hiyaaat"Betapa
cepatnya serangan Bu Ceng Kui.
Di saat bersamaan, badan Thio
Han Liong justru bergerak lemah gemulai bagaikan gadis menari, sepasang tangannya
bergerak lemas sekali menangkis serangan yang dilancarkan Bu Ceng Kui.
Itu adalah gerakan ilmu Thay
Kek Kun yang telah dibaurkan dengan Kian Kun Taylo Ie, maka betapa lihaynya
gerakan itu serangan Bu Ceng Kui tertangkis, bahkan badannya ikut miring ke
samping. Bukan main terkejutnya Bu Ceng Kui.
"Thay Kek Kun?"
"Betul." Thio Han
Liong mengangguk.
"Ternyata engkau murid Bu
Tong Pay" ujar Bu Ceng Kui.
"Aku bukan murid Bu Tong
pay," sahut Thio Han Liong.
"Tapi aku mahir ilmu Thay
Kek Kun."
Jawaban yang amat
membingungkan itu membuat Bu Ceng Kui, Guru silat Tan, Lim dan Kiam Lojin
terheran-heran.
"Hmm" dengus Bu Ceng
Kui.
"Aku tidak tahu engkau
murid siapa, pokoknya aku harus membunuhmu "
"Jangankan engkau,"
sahut Thio Han Liong,
"si Mo sendiri masih
tidak dapat membunuhku."
"Apa?" Bu Ceng Kui
tersentak-
"Engkau kenal si
Mo?"
"Kenal." Thio Han
Liong mengangguk-
"Bahkan kami pernah
bertarung. Dia tidak dapat membunuhku- "
"Engkau memang pembual si
Mo adalah ketua golongan hitam, bagaimana mungkin beliau akan bertarung
denganmu omong kosong"
Aku tidak omong kosong."
Thio Han Liong memberitahukan,
"si Mo punya seorang
murid bernama Kwan Pek Him- ya, kan?"
"ya-" Bu Ceng Kui
mengangguk-
"Bah kan dia pun pernah
menjadi wakil ketua Hek Liong Pang, dan kini bekerja sama lagi dengan Kwee In
Loan, bukan?"
"Haaah?"Bu Ceng Kui
terbelalak- la mulai tidak berani main-main dengan pemuda itu.
"Engkau kok tahu?"
"Aku bertemu Lam Khie,
dan Locianpwee itu yang memberitahukan kepadaku," sahut Thio Han Liong.
"Apa?" Bu Ceng Kui
betul-betul terkejut.
" Engkau kenal Lam
Khie?"
"Kenal." Thio Han
Liong menambahkan.
"Bahkan aku pun kenal
Tong Koay dan pak Hong, juga pernah bertemu Kwee In Loan."
"Anak muda" Bu Ceng
Kui menatapnya dengan mata tak berkedip-
"Sebetulnya siapa
engkau?"
"Aku Thio Han
Liong." Pemuda itu tersenyum.
"Bu Ceng Kui, pertarungan
kita masih perlu dilanjutkan?" "Itu...." Bu Ceng Kui mulai
bimbang.
"Begini, kita lanjutkan
kelak saja-" "Baik-" Thio Han Liong mengangguk.
"Anak muda, sampai
jumpa" ucap Bu Ceng Kui, lalu menarik muridnya meninggalkan panggung itu.
Thio Han uong tersenyum, lalu
meloncat turun, segeralah Bun Cin cu menghampirinya, kemudian mendadak
menjeweHelinganya.
"Aduuuh" jerit Thio
Han Liong kesakitan. "&h? Kenapa engkau menjeweHelingaku?"
"Engkau sungguh nakal
sekali" sahut Bun cin cu sambil melotot.
"Engkau berani
mempermainkan aku"
Thio Han Liong terperangah.
"Kapan aku
mempermainkanmu?"
"Kemarin."
"Kemarin?"
"ya." Bun cin cu
memberitahukan.
"Aku memukul punggungmu,
tapi engkau malah diam saja. Nah, bukankah engkau sudah mempermainkan aku"
"Aku... aku tidak
mempermainkanmu," sahut Thio Han Liong.
"Masih bilang
tidak?" Bun cin cu cemberut.
"Aku ingin menguji
kepandaianmu, namun engkau pura-pura...."
"Maaf, maaf" Thio
Han Liong menghela nafas panjang.
"Sebetulnya aku tidak mau
memamerkan kepandaianku, tapi mendadak muncul Bu Ceng Kui itu...."
"Ha ha ha" Sin Kiam
Lojin tertawa gelak.
"Anak muda, engkau memang
pandai menyembunyikan kepandaianmu, bahkan juga pandai membual sehingga Bu Ceng
Kui kabur terbirit-birit."
"Paman Tua," sahut
Thio Han Liong heran.
"Aku membual apa?"
"Ha ha" Sin Kiam
Lojin tertawa.
"Tadi engkau bilang kenal
Kong Bun Hong Tio, Kong Ti Seng Ceng dan Siauw Lim Sam Tiang lo. Se telah itu,
engkau pun mengaku pernah bertarung dengan Si Mo dan kenal Tong Koay, dan Lam
Khie serta Pak Hong. Nah, bukankah engkau membual?"
"Paman Tua," ujar
Thio Han Liong sungguh-sungguh,.
"Aku sama sekali tidak
membual, aku memang kenal Siauw Lim Kong Bun Hong Tio, Kong Ti Seng Ceng dan ke
tiga tiang lo itu."
"oh?" Sin Kiam Lojin
terbelalak, begitu pula Guru Silat Lim dan Guru Silat Tan.
"Anak muda" Guru
silat Lim menatapnya dalam-dalam. "Betulkah engkau tidak bohong?"
"Aku memang tidak bohong."
"Tadi engkau menggunakan
siauw Lim Liong jiauw Kang, siapa yang mengajarmu ilmu silat itu?" tanya
Guru silat Lim dengan penuh perhatian.
"siauw Lim sam Tiang lo
yang mengajarku ilmu itu," jawab Thio Han Liong dengan jujur.
"Ha ha ha" sin Kiam
Lojin tertawa gelak-
"Biar bagaimanapun, aku
tetap tidak percaya"
"Han Liong," tanya
Guru silat Tan mendadak-
"siapa yang mengajarmu
Thay Kek Kun?"
"Guru besar Thio sam
Hong."
"Apa?" Guru silat
Tan terbelalak-
"Kenapa engkau berani
membual sampai begitu macam?"
Guru silat Tan...." Thio
Han Liong menghela nafas panjang.
"Aku sama sekali tidak
membual, aku berkata sesungguhnya."
"Heran" gumam Guru
silat Tan.
"Aku sungguh tidak habis
pikir, engkau masih begini muda, tapi kenal para tokoh tingkatan tua, lalu
sebetulnya siapa engkau?"
"Aku adalah Thio Han
Liong."
"Siapa ayahmu?"
tanya Guru silat Lim.
"Thio Ah Ki."
"Thio Ah Ki?" gumam
Guru silat Lim.
"Anak muda, aku yakin
ayahmu bukan bernama Thio Ah Ki. Engkau pasti bohong, ya, kan?"
"Itu...." Thio Han
Liong menundukkan kepala.
"Han Liong" desak
Bun cin cu.
"Kalau engkau tidak
berterus terang, aku akan menjewer telingamu lagi."
"Galak amat sih?"
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalau engkau galak,
pemuda mana yang berani jatuh cinta kepadamu?"
"Eeeh?" Wajah Bun
cin cu langsung memerah-
"Engkau kok banyak mulut?
Tidak pernah ditampar anak gadis ya?"
"Memang tidak
pernah-"
"Kalau begitu-—"
MendadakBun cin cu mengayunkan tangannya-
Thio Han Liong terkejut, la
mengira gadis itu ingin menamparnya, tapi ternyata tidak, melainkan mengusap
pipinya.
"Eh? Engkau...."
Wajah Thio Han Liong kemerah-merahan.
"Hi hi hi" Bun cin
cu tertawa geli, sedangkan sin Kiam Lojin, Guru silat Tan dan Guru silat Lim
saling memandang. Mereka tahu Bun cin cu sangat tertarik kepada pemuda itu.
Guru silat Tan, Guru silat
Lim," ujar Thio Han Liong dengan sungguh-sungguh-
"Kini Lim Peng Hie dan
Tan pit suan harus segera dinikahkan, jangan menimbulkan masalah lain lagi.
Mereka berdua sudah saling mencinta, kenapa harus dipisahkan?"
"Baik," Guru silat
Tan dan Guru silat Lim mengangguk,-
"Ayah—" panggil Lim
Peng Hie dan Tan pit suan serentak dengan wajah cerah- Betapa gembiranya mereka
mendengar ucapan itu.
"Ha ha ha" sin Kiam
Lojin tertawa terbahak-bahak-
"Kalau Han Liong tidak
hadir du sini, entah apa yang akan terjadi?"
"Kita bertiga pasti mati
di tangan Bu ceng Kui," sahut Guru silat Lim dan menambahkan,
"Maka kita harus
berterima kasih kepada Thio siauwhiap-"
"Jangan berkata begitu.
Guru silat Lim" ujar Thio Han Liong merendah.
"Aku hanya mengerti
sedikit ilmu silat."
"Han Liong" Bun cin
cu tertawa geli-
"Engkau sama sekali tidak
mengerti ilmu silat, tapi Han Liong mengalahkan Bu Ceng Kui dan muridnya."
"Aku...." Thio Han
Liong menundukkan kepala.
"Han Liong" Bun cin
cu menatapnya.
"Engkau harus mengajarku
ilmu silat. Kalau tidak, aku akan men-jewer telingamu."
"Cin cu" tegur sin
Kiam Lojin.
"Engkau begitu galak, Han
Liong mana mau meladenimu?"
"Dia sering berbohong,
maka aku harus galak terhadapnya."
"Aku tidak berbohong,
aku...."
"Kami tahu-" sin
Kiam Lojin manggut-manggut.
"Engkau suka merendahkan
diri, itu baik sekali."
"Han Liong" Bun cin
Cu menatapnya dengan mata tak berkedip.
"Engkau harus
memberitahukan sekarang, sebetulnya siapa ayahmu?"
"Ayahku...." Thio
Han Liong terpaksa memberitahukan.
"Ayahku bernama Thio Bu
Ki."
"Haaah.?" sin Kiam
Lojin, Guru silat Tan dan Guru silat Lim tersentak- Mereka memandang Thio Han
Liong dengan mata terbelalak.
"Engkau adalah putra Thio
Bu Ki-Bu Lim Beng Cu?" "Ya"" Thio Han Liong mengangguk-
"Pantas engkau kenal
siauw Lim Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng dan siauw Lim sam Tiang lo"
ujar sin Kiam Lojin sambil manggut-manggut. "Engkau memang tidak bohong,
kami percaya."
"Guru...." Bun cin
cu melongo-
"Betulkah dia putra Thio
Bu Ki yang amat terkenal itu?" "Betul-" sin Kiam Lojin
mengangguk-
"Kalau tidak, bagaimana
mungkin kepandaiannya begitu tinggi?"
"Bagus, bagus" Bun
cin cu tampak girang sekali-
"Han Liong, engkau harus
mengajarku ilmu silat tingkat tinggi."
"Aku... aku tidak punya
waktu." Thio Han uong menggelengkan kepala.
Aku tidak bisa lama-lama di
sini sebab masih ada urusan lain yang harus kuselesaikan."
"Pokoknya engkau harus
tinggal di sini dan mengajarku ilmu silat." tegas Bun cin cu.
"Kalau tidak, aku pasti
membencimu seumur hidup-"
"Eh? Engkau—-" Thio
Han uong terbelalak, kemudian memegang bahu gadis itu seraya berkata.
"cin cu, aku masih ada
urusan lain yang harus segera diselesaikan, maka mau mohon pamit."
"Tidak Pokoknya engkau
tidak boleh pergi sekarang. Kalau engkau pergi sekarang, aku pasti— pasti bunuh
diri," ujar Bun cin cu sungguh-sungguh-
"Han Liong, aku tidak
main-main tho"
"cin cu-" Thio Han
Liong betul-betul serba salah-
Di saat itulah Tan Pit suan
dan wrn Peng Hie mendekatinya-
"Han Liong, tinggallah di
rumahku beberapa hari" ujar Tan Pit Suan lembut.
"Setelah itu, barulah
engkau pergi menyelesaikan urusanmu."
"Tapi...." Thio Han
Liong ragu.
"Han Liong" sin Kiam
Lojin menatapnya seraya berkata.
"Jangan mengecewakan
muridku ini, dia bisa nekad lho"
"Itu...." Thio Han
Liong menghela nafas panjang, akhirnya
mengangguk-
"Baiklah, aku akan
tinggal di sini beberapa hari."
"Han Liong...."
Betapa girangnya Bun cin cu. Wajah-nya
langsung berseri-seri Namun
sebaliknya sin Kiam Lojin malah menghela nafas panjang.
"Guru silat Tan, sin Kiam
Lojin," ucap Guru silat Lim sambil memberi hormat.
"Aku mohon diri Mulai
sekarang kita sudah jadi kawan," "Ha ha ha" sin Kiam Lojin
tevtawa gelak.
"Bukan kawan, melainkan
besan Dalam beberapa hari ini, kami pasti meminang putrimu"
"Terima kasih, terima
kasih" ucap Guru silat Lim sambil tertawa gembira.
"Ha ha ha..."
Guru silat Lim dan putranya
meninggalkan rumah Guru silat Tan, sedangkan Thio Han Liong tinggal di situ
beberapa hari
untuk memberi petunjuk kepada
Bun cin cu mengenai ilmu silat tangan kosong dan ilmu pedang. Beberapa hari
kemudian, berpamitlah Thio Han Liong, dan itu membuat Bun cin cu menangis
dengan air mata berderai-derai.
-ooo00000ooo-