Bab 32 Pek Hoa Louw (Rumah seratus Bunga)
Pek Hoa Louw (Rumah seratus
Bunga) memang merupakan tempat hiburan bagi golongan atas. Rumah tersebut
dibangun dengan biaya besar, maka tidak heran kalau begitu indah dan mewah- Di
dalamnya terdapat taman bunga, telaga buatan dan lain
sebagainya-Lentera-lentera yang beraneka bentuk dan warna bersinar
remang-remang, justru menambah keindahan tempat tersebut.
Begitu memasuki rumah hiburan
itu, terbelalaklah Thio Han Liong, karena ia tidak menyangka rumah hiburan itu
sedemikian indah, terdengar pula suara musik yang menggetarkan kalbu-
"silakan ke dalam"
ucap seorang penjaga sambil memberi hormat-
setelah melewati taman bunga
dan telaga buatan, sampailah- mereka di suatu tempat yang ditata indah
sekali-Di sana tampak pula sebuah panggung yang tidak begitu tinggi, tapi bukan
main indahnya- Di atas panggung itu duduk beberapa anak gadis sedang bermain
musik, juga terlihat beberapa anak gadis sedang menari sambii bernyanyi,
"silakan duduk.
Tuan-tuan" ucap salah seorang gadis pelayan rumah hiburan itu.
"Terima kasih-"
sahut Thio Han Liong sambil duduk.
Cukup ramai tempat itu, namun
tempat yang di sebelah kanannya agak sepi tapi indah sekali, hanya tampak
belasan orang duduk di sana sambil bersulang.
"Tuan-tuan mau pesan
makanan dan minuman apa?" tanya gadis pelayan itu.
"sajikan
hidangan-hidangan yang paling lezat" jawab An Lok Kong cu.
"Juga sajikan arak
wangi"
"ya." gadis pelayan
itu mengangguk-
"Hanya untuk Tuan-tuan
berdua?"
"ya." sahut An Lok
Kong cu-
"Permisi" ucap gadis
pelayan itu sopan, lalu berjalan pergi.
"Adik An Lok" Thio
Han Liong menengok ke sana ke mari seraya berkata,
"Bukan main indahnya
tempat ini"
"Menurutku—," sahut
An Lok Kong cu sambil menggelengkan kepala-
"Masih kurang
indah-"
"Apa?" Thio Han
Liong terbelalak
Tempat yang sedemikian indah,
engkau malah katakan kurang indah? Kalau begitu, tempat tinggalmu di Kotaraja
pasti indah sekali"
"Betul" An Lok Kong
cu mengangguk-"Jauh lebih indah dari tempat ini."
"oh?" Thio Han Liong
menatapnya dengan mata tak berkedip-
"Kalau begitu ayahmu
pasti pejabat tinggi dalam istana, ya kan?"
"Ya." An Lok Kong cu
mengangguk sambil tersenyum.
"Kakak Han Liong,
seandainya engkau mau menjadi pejabat- tinggi dalam istana, aku mampu
membantumu."
"Adik An Lok- terima
kasih atas maksud baikmu," ucap Thio Han Liong sambil menghela nafas
panjang.
"Ayahku masih tidak mau
menjadi kaisar, tentunya aku pun tidak mau menjadi pejabat tinggi di dalam
istana."
Kakak Han Liong, siapa
ayahmu?" tanya An Lok Kong cu cepat.
"Ayahku...." Di saat
ia baru mau memberitahukan,
mendadak muncul beberapa gadis
pelayan menyajikan beberapa macam hidangan dan arak wangi,
"silakan menikmati"
ucap gadis pelayan tadi-"Terima kasih," ucap Thio Han Liong.
"Permisi...."
"Tunggu" sahut An
Lok Kong cu.
"Silakan duduk"
"Apa?" gadis pelayan
itu terperanjat.
"Maaf tuan, aku tidak
boleh duduk."
"Jangan khawatir" An
Lok Kong cu tersenyum.
"Aku yang bertanggung
jawab kalau majikanmu marah-"
"Ya-" gadis pelayan
itu duduk-
Di saat itulah muncul dua
penjaga yang langsung mendekati gadis pelayan itu dengan mata melotot.
"Engkau berani duduk di
sini? Ayoh, cepat bangun" bentak salah seorang penjaga itu.
"Aku yang menyuruhnya
duduk di sini- Memangnya tidak boleh?" sahut An Lok Kong cu tidak senang.
"Berdasarkan peraturan di
sini memang tidak boleh, tapi...."
Penjaga itu tersenyum
menyengir. "Biasalah"
"Maksudmu?" An Lok
Kong cu tidak mengerti.
"Tuan" Penjaga itu
memberitahukan.
"Kami keamanan di sini,
jadi Tuan harus mengerti."
"Apa sih?" An Lok
Kong cu tetap tidak mengerti.
"Adik An Lok," bisik
Thio Han Liong.
"Kelihatannya mereka
minta disogok-"
"oooh" An Lok Kong
cu tertawa kecil, lalu menaruh buntalannya di atas meja, sekaligus membukanya.
Begitu buntalan itu dibuka, ke
dua keamanan itu terbelalak dengan mulut ternganga lebar. An Lok Kong cu
mengambil dua puluh tael perak, kemudian diberikan kepada ke dua keamanan, itu
seraya berkata.
"Beri tahu kan kepada
majikan kalian, bahwa kami yang mengundang gadis ini duduk bersama kami, dan
kami tidak mau diganggu"
"ya. Terima kasih
Tuan" ucap ke dua keamanan itu serentak sambil membungkuk- bungkukkan
badannya.
"Nah" An Lok Kong cu
mengibaskan tangannya,
"Sekarang kalian boleh
pergi memberitahukan kepada majikan kalian."
"Ya Tuan oh ya Tuan-tuan
dari mana?"
"Kami dari
Kotaraja."
"oooh" Ke dua
keamanan itu segera pergi, dan itu membuat gadis pelayan tersebut menarik nafas
lega.
"Terima kasih. Tuan"
ucapnya sambil memberi hormat.
"sama-sama," ucap An
Lok Kong cu sambil tersenyum lembut,
"oh ya, bolehkah kami
tahu siapa namamu?"
"Namaku Hui siang."
"Hui siang?" tanya
An Lok Kong cu.
"Tahukah engkau siapa
lelaki gendut yang duduk di tempat sebelah kanan itu?"
"Dia adalah pembesar kota
ini. Hui siang memberitahukan.
"Dia selalu bertindak
sewenang-wenang terhadap penduduk kbta, bahkan sering menaikkan pajak-"
"oh" An Lok Kong cu
manggut-manggut.
"Pantas suara tawanya
begitu keras sekali Lalu siapa yang duduk bersamanya?"
"Mereka adalah para
hartawan kota ini. Mereka selalu memeras kaum petani di luar kota. sungguh
kejampara hartawan itu" Hui siang memberitahukan lagi sambil menghela
nafas panjang.
"Ayahku punya beberapa
bidang sawah di pinggir kota. Karena kekurangan modal, maka ayahku meminjam
modal kepada salah seorang hartawan itu. Akan tetapi, ketika panen, hartawan
itu menyita hasil panen dengan alasan bahwa itu adalah modalnya. Tentu ayahku
tidak senang dan langsung melapor kepada Lie Tayjin (Pembesar Lie) Tapi malah
ayahku yang dihukum. Alasan Lie Tayjin bahwa ayahku meminjam modal tidak
membayar dan harus melunasi dengan hasil panen itu. Betapa gusarnya ayahku,
sehingga tanpa sadar terus mencaci hartawan itu dan Lie Tayjin- Karena itu Lie
Tayjin menyita sawah ayahku-"
"Hmm" dengus An Lok
Kong cu-
"Begitu kejam hartawan
dan Lie Tayjin- Mereka harus memperoleh ganjarannya-"
"Tuan...." Wajah Hui
siang langsung berubah-
"Ja-ngan omong
sembarangan. Tuan-tuan bisa celaka" "oh ya" tanya Thio Han
Liong. "Bagaimana keadaan ayahmu sekarang?"
"sejak itu ayahkujatuh sakit,"
jawab Hui siang dengan mata basah-
"Maka aku terpaksa kerja
di sini."
"Engkau senang kerja di
sini?" tanya An Lok Kong cu mendadak-
"sebetulnya aku ingin
berhenti, tapi— ayahku membutuhkan biaya pengobatan. Hui siang terisak-isak-
Pada-hal aku harus mengurusi ayahku yang sudah tua itu."
"Hui siang, di mana
rumahmu?"
"Rumahku di-.-" Hui
siang memberitahukan. "Ngmm" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Kapan engkau pulang?" "subuh-"
"Kalau begitu, besok kami
akan ke rumahmu-"
"Apa?" Hui siang
terbelalak-
"Tuan-tuan mau ke
rumahku?"
"ya-" An Lok Kong cu
manggut-manggut.
"Kenapa? Tidak boleh
ya?"
"Boleh sih boleh,
tapi.—" Hui siang menggeleng-gelengkan kepala-
"Rumahku
tidak-karuan...."
"Tidak jadi
masalah-" An Lok Kong cu tersenyum. "Nah, sekarang engkau boleh pergi
melayani tamu lain."
"ya Tuan." Hui siang
segera meninggalkan mereka. Di saat itulah Thio Han Liong tersenyum-senyum.
"Eh?" An Lok Kong cu
heran.
"Kenapa engkau
tersenyum-senyum? Apa yang menggelikan?"
"Menggelikan sih tidak.
hanya saja...." Thio Han Liong
tertawa kecil.
"Kelihatannya engkau
tertarik sekali pada gadis itu. Apa kah engkau berniat mengangkatnya menjadi
pelayan pribadimu? "
"Tentu tidak-" An
Lok Kong cu tersenyum.
"Aku hanya merasa kasihan
kepadanya."
"Kalaupun engkau tertarik
padanya, itujuga tidak apa-apa," ujar Thio Han Liong merendahkan suaranya.
"Biasa anak pejabat
tinggi dalam istana pasti banyak simpanannya."
"simpanan apa?"
"Itu... kaum gadis
simpanan."
"omong kosong" An
Lok Kong cu cemberut dan wajahnya kemerah-merahan.
"Kalau engkau mengejekku
lagi, aku... aku"
"Eeeh?" Thio Han
Liong menatapnya dengan mata tak berkedip-
"Kenapa sikapmu seperti
gadis pingitan sih?"
"Aku— aku—" An Lok
Kong cu menundukkan wajahnya dalam-dalam, lama sekali barulah mendongak seraya
berkata.
"Kakak Han Liong, mari
kita bersulang untuk perkenalan yang amat menggembirakan"
"Baik." Thlo Han
Liong mengangguk.
Mereka berdua lalu bersulang
sambil tersenyum. Di saat bersamaan para penari itu berhenti, namun musik tetap
mengalun.
Tiba-tiba Lie Tayjin
melambaikan tangannya, kemudian salah seorang keamanan segera menghampirinya
dengan sikap hormat sekali.
Lie Tayjin berbisik-bisik, dan
keamanan itu manggut-manggut, laiu mendekati para penari. Ternyata Lie Tayjin
menyuruh para petugas keamanan itu mengundang dua gadis penari untuk menemani
mereka.
"Hmm" dengus An Lok
Kong cu dingin-
"Baru jadi pembesar di
kota ini sudah berlagak begitu macam"
"Adik An Lok" Thio
Han Liong tersenyum-
"Ayah-mu mungkin juga
begitu."
"Eh?" An Lok Kong cu
melotot.
"Jangan menghina ayahku,
ayahku tidak begitu macam lho"
"OH, ya?"
"Memang iya," sahut
An Lok Kong cu, kemudian ia pun melambaikan tangannya, dan seketika juga ke dua
petugas keamanan itu menghampirinya sambil membung-kuk-bungkukkan badannya-
"Tuan Muda mau pesan
apa?" tanya salah sedrang petugas keamanan itu.
"Aku mau pesan beberapa
anak gadis untuk menemani kami makan dan minum," sahut An Lok Kong cu.
"Anak gadis yang
mana?" tanya petugas keamanan itu dengan girang, sebab ia yakin ia akan
memperoleh hadiah berupa uang perak lagi-
"Aku ingin memborong para
gadis penari itu," jawab An Lok Kong cu-
"Mereka semua harus
menemani kami makan dan minum-" "Apa?" Petugas keamanan itu
terbelalak-
"Para gadis itu khusus
hanya melayani Lie Tayjin dan para hartawan itu-"
"oh?" An Lok Kong cu
tersenyum-
"Kalian bawa para gadis
penari itu ke mari, aku akan memberi kalian seorang seratus tael perak-"
"Hah? seorang seratus
tael perak?" Ke dua petugas keamanan itu terperangah, namun kemudian
mereka menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi ada LieTayjin di
situ, kami pasti celaka."
"Pokoknya aku yang
bertanggung jawab," tegas An Lok Kong Gu.
"Tugas kalian hanya
membawa para gadis penari itu ke mari-"
"Itu...." Ke dua
petugas keamanan itu saling memandang,
kemudian berbisik-bisik,
"Kita memperoleh seratus
tael perak seorang, sedangkan tugas kita cuma membawa para gadis penari itu ke
mari-Bagaimana menurutmu? Tuan Muda itu akan bertanggung jawab, jadi tidak ada
urusan dengan kita- ya, kan?"
"Benar-"
Ke dua petugas itu segera
berjalan ke panggung, setelah berbisik-bisik sejenak dengan para penari,
barulah mereka kembali ke tempat An Lok Kong cu bersama para gadis penari itu
"Tuan Muda," ujar
salah seorang petugas keamanan itu sambil tersenyum.
"Aku sudah membawa mereka
ke mari.
"Bagus, bagus" An
Lok Kong cu manggut-manggut, dan segera menyerahkan dua ratus tael perak kepada
ke dua petugas keamanan itu.
"Terima kasih. Tuan
Muda" ucap mereka serentak, kemudian cepat-cepat pergi dengan wajah
berseri-seri-
"Wuah" seru para
gadis penari itu tak tertahan.
"Tuan Muda begitu royal,
tentu kami pun akan memperoleh hadiah kan?"
"Tentu, tentu," An
Lok Kong cu tersenyum-senyum.
"yang penting kalian mau
menemani kami makan dan minum, tidak boleh pergi melayani Lie Tayjini"
"Bagaimana kalau Lie
Tayjin memanggil kami?" tanya salah seorang gadis penari itu.
"Tolak saja," sahut
An Lok Kong cu.
"Bagaimana mungkin kami
berani menolaknya?" gadis penari itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Beliau adalah pembesar
kota ini, kalau kami tolak, tentunya kami bisa celaka,"
"Aku yang bertanggung
jawab," ujar An Lok Kong cu. Tapi-..." gadis penari itu menghela
nafas panjang. "Maaf, kami tidak mau menyusahkan Tuan Muda."
"Kalian jangan takut." An Lok Kong cu tersenyum.
"Walau dia pembesar kota
ini, tapi dia pasti tidak berani bertingkah di hadapanku."
"oh?" Para gadis
penari itu kurang percaya.
"Percayalah" An Lok
Kong cu tersenyum lagi, lalu memandang Thio Han Liong seraya bertanya,
"Kok diam saja. Kakak Han
Liong?"
"Aku tidak perlu turut
campur kan?" sahut Thio Han Liong dengan bahu terangkat sedikit.
"Maka lebih baik, aku
diam."
Kakak Han Liong...." An
Lok Kong cu cemberut, tapi kemudian tersenyum, sesungguhnya ia memanggil para
penari itu, tidak lain hanya ingin mencoba bagaimana sifat Thio Han Liong, suka
main perempuan atau tidak? setelah para gadis penari itu berada di situ.
Thio Han Liong malah bersikap
dingin, itu amat menggembirakan An Lok Kong cu, pertanda Thio Han Liong bukan
lelaki hidung bCiang.
sementara di tempat sebelah
kanan, terjadilah pembicaraan serius antara para hartawan dengan pembesar Lie.
"siapa ke dua pemuda itu?
Kok mereka berani memanggil para gadis penari untuk menemani mereka makan dan
minum?" bisik salah seorang hartawan.
"Padahal
sesungguhnya...," sambung yang lain.
"Para gadis penari itu
khusus hanya untuk melayani kita, tapi ke dua pemuda itu...."
"Hmm" dengus
pembesar Lie dengan wajah merah padam saking gusarnya.
"Mungkin mereka berdua
bukan penduduk kota ini, maka tidak tahu siapa aku"
Pembesar Lie melambaikan
tangannya memanggil salah seorang petugas, dan segeralah petugas keamanan itu
menghampirinya.
"Tayjin ada perintah
apa?" tanyanya.
"Engkau ke tempat sebelah
kiri itu, suruh para gadis penari itu ke mari" perintah pembesar Lie.
"Ya, Tayjin."
Petugas keamanan itu cepat-cepat pergi ke tempat An Lok Kong cu.
sementara An Lok Kong cu terus
bercakap-cakap dengan para gadis penari itu sambil tertawa-tawa, sedangkan Thio
Han Liong diam saja dengan sikap dingin-
"Maaf" Petugas
keamanan itu memberi hormat kepada Thio Han Liong dan An Lok Kong cu-
"Lie Tayjin menyuruhku
membawa para gadis penari ini ke tempatnya, harap Tuan-tuan jangan
tersinggung"
Aku justru tersinggung,"
sahut An Lok Kong cu. "Pokoknya aku melarang mereka ke sana."
"Tuan...." Petugas
keamanan itu serba salah-
"Engkau mau uang?"
tanya An Lok Kong cu mendadak-
"Tentu mau,"jawab
petugas keamanan itu sambil tersenyum-
"Aku akan memberimu
seratus tael perak, tapi—," bisik An Lok Kong cu.
"Engkau harus berusaha
agar ke dua gadis penari yang sedang menemani pembesar Lie itu ke mari menemani
kami."
"Itu...." Petugas
keamanan itu menggeleng-geleng-kan
kepala.
"Aku tidak berani
melakukan itu."
"Pokoknya aku yang
bertanggung jawab," ujar An Lok Kong cu dan berbisik lagi.
"Dua ratus tael
perak?"
"Dua ratus tael
perak?" Petugas keamanan itu terbelalak-Lama sekali ia
mempertimbangkannya, akhirnya mengangguk-
"Baiklah"
Petugas keamanan itu segera ke
tempat yang di sebelah kanan itu, dan begitu sampai di sana. Lie Tayjin
bertanya.
"Kok mereka tidak ikut ke
mari?"
"Para gadis penari itu
ingin berbicara sebentar dengan ke dua temannya yang berada di sini, setelah
itu barulah mereka akan ke mari-" sahut petugas keamanan itu
memberitahukan.
"Tidak bisa"
Pembesar Lie mengerutkan kening. "Pokoknya mereka harus ke mari
sekarang" "Tayjin," bisik petugas keamanan itu.
"Kedudukan dan derajat
Tayjin amat tinggi, jangan mempermalukan diri sendiri karena urusan
kecil."
"Betul, Tayjin,"
ujar salah seorang hartawan.
"Biar ke dua gadis penari
ini ke sana dulu, setelah itu barulah mereka ke mari."
"Ngmm" Lie Tayjin
manggut-manggut.
"Terima kasih,
Tayjin," ucap petugas keamanan itu dengan wajah berseri, lalu mengajak ke
dua gadis itu ke tempat An Lok Kong cu-
"Bagus, bagus" An
Lok Kong cu tersenyum sambil memandang petugas keamanan.
"Engkau telah
melaksanakan tugas dengan baik, maka engkau layak memperoleh hadiah
dariku."
An Lok Kong cu memberikannya
dua ratus tael perak-Dengan tangan agak bergemetar petugas keamanan itu
menerima uang tersebut.
"Terima kasih, Tuan Muda,
Terima kasih," ucapnya sambil membungkuk-bungkukkan badannya.
"Terima kasih-"
"sekarang engkau boleh
pergi" ujar An Lok Kong cu-
"ya. Tuan Muda."
Petugas keamanan itu segera pergi dengan wajah ceria, salah seorang rekannya
cepat-cepat menghampirinya dan terbelalak begitu melihat uang itu.
"Eh? Dari mana engkau
memperoleh uang itu?"
"Dari Tuan Muda
itu." Petugas keamanan itu menunjuk ke arah An Lok Kong cu.
"Dia yang menghadiahkan
uang ini kepadamu?" Re-kannya kurang percaya.
"Engkau jangan
bohong"
"Aku tidak bohong."
Petugas keamanan itu memberitahukan tentang itu.
"oooh"
Rekannya-manggut-manggut.
"Ternyata begitu- Engkau
memperoleh dua ratus tael perak- Kita adalah kawan, bagi aku dikit lho"
"Beres-" Petugas
keamanan itu amat solider, la langsung memberi rekannya lima puluh tael perak-
"Terima kasih," ucap
rekannya itu-
"Tidak usah mengucapkan
terima kasih-" Petugas keamanan itu tersenyum-
"Kita adalah kawan
senasib, maka rejekiku juga adalah rejekimu-"
"Terima kasih."
Rekannya berjalan pergi- la berpapasan dengan seorang lelaki berusia lima
puluhan berpakaian mentereng, yang ternyata pemilik Pek Hoa Louw itu.
"Ah sam" Pemilik Pek
Hoa Louw menatapnya-
"Eh? siapa yang memberimu
uang itu?"
"Ah seng," sahut Ah
sam-
"Ah seng?" Pemilik
Pek Hoa Louw mengerutkan kening.
"Kok uangnya begitu
banyak, siapa yang memberinya?"
"salah seorang tamu yang
di tempat bagian kiri" Ah sam menunjuk ke arah An Lok Kong Cu-
Engkau kenal tamu itu?"
"Tidak-"
"Ngmmm" Pemilik Pek
Hoa Louw itu manggut-manggut, lalu berjalan ke tempat An Lok Kong cu. setelah
berada di hadapan An Lok Kong cu dan Thio Han Liong, ia memberi hormat kepada
mereka seraya memperkenalkan diri-
"Aku adalah pemilik Pek Hoa
Louw ini, Terima kasih atas kedatangan kalian-"
"sama-sama," sahut
An Lok Kong cu tanpa balas memberi hormat.
"Ha ha ha" Pemilik
Pek Hoa Louw lalu tertawa gelak-
"Kalian berasal dari
mana? Bolehkah aku tahu?"
"Kotaraja-"
"oh?" Pemilik Pek
Hoa Louw tersentak-
"Kalian bukan penduduk
kota ini, pantas tidak tahu-.."
"Tidak tahu apa?"
tanya An Lok Kong cu.
"Para gadis penari ini
khusus hanya melayani Lie Tayjin dan para hartawan kota ini, kalian...."
"Hmm" dengus An Lok
Kong cu dingin-
"Lie Tayjin" itu
apa? Aku justru senang ditemani para gadis penari ini. Aku akan memberi mereka
hadiah, seorang lima tael emas."
"Apa?" Pemilik Pek
Hoa Louw terbelalak-
"Engkau akan memberi
mereka lima tael emas seorang?"
"Ya-" An Lok Kong cu
membuka buntalannya-
"Ini uangku. Apabila
perlu Pek Hoa Louw ini akan kubeli-"
"Tuan Muda—-"
Pemilik Pek Hoa Louw ini langsung memanggilnya demikian, dan sikapnya pun
berubah hormat
sekali- buntalan itu berisi
ribuan tael perak dan emas, suatu jumlah yang amat besar.
Di saat bersamaan, tampak
seorang petugas keamanan menghampiri pemilik Pek Hoa Louw itu, kemudian
berbisik-bisik-
"Tuan Besar dipanggil
LieTayjin-"
Pemitik Pek Hoa Louw
mengangguk, lalu berkata kepada An Lok Kong cu sambil tersenyum.
"Maaf, aku harus segera pergi
menemui Lie Tayjin"
"Tuan" ujar An Lok
Kong cu.
"Suruh dia jangan
macam-macam terhadapku"
"ya. Tuan Muda."
Pemilik Pek Hoa Louw segera pergi menemui Lie Tayjin
sementara Lie Tayjin tampak
gusar sekali. Begitu pemilik Pek Hoa Louw mendekatinya, ia langsung
me-nudingnya seraya membentak-
"Bagaimana engkau? Kenapa
tidak kau suruh para gadis penari itu ke mari menemani kami?"
"Mereka... mereka sedang
menemani ke dua tamu itu," sahut pemitik Pek Hoa Louw sambil memberi
hormat, sesungguhnya ia amat membenci pembesar itu, karena setiap kati
bersenang-senang di sana, pembesar tersebut tidak pernah membayar, bahkan juga
tidak pernah memberi hadiah
kepada para gadis penari, para
gadis pemain musik, dan para petugas keamanan.
"Hmm" dengus
LieTayjin-
"Tentunya engkau tahu
para gadis penari itu hanya boleh melayani kami, tidak boleh melayani tamu
lain"
"Tapi-" Pemilik Pek
Hoa Louw memberitahukan.
Ke dua tamu itu berasal dari
Kota raja, mereka membawa ribuan tael perak dan emas."
"Haaah—?" Pera
hartawan itu semuanya jadi terbelalak-"Apakah mereka hartawan dari Kota
raja?" "Mungkin-" Pemilik Pek Hoa Louw mengangguk-"Aku
tidak peduli itu" ujar Lie Tayjin bernada gusar.
"Pokoknya engkau harus
menyuruh para gadis penari itu ke mari Kalau tidak, aku akan segel Pek Hoa Louw
ini"
"Apa?" Wajah pemilik
Pek Hoa Louw langsung berubah pucat pias.
"Itu...."
"Ayoh" bentak Lie
Tayjin-
"Cepat panggil para gadis
penari itu ke mari Kalau tidak».."
"Ba— baik-" Pemilik
Pek Hoa Louw bvtarUla.ri ke tempat Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu sampai di
tempat itu,
nafasnya terengah-engah,
sehingga membuat para gadis penari itu tertawa geli-
"Ada apa. Tuan
Besar?" tanya salah seorang gadis penari itu sambil tertawa cekikikan.
"Kenapa nafas Tuan Besar
ngos-ngosan sih?"
"Kalian...
kalian...." Pemilik Pek Hoa Louw tidak dapat
metanjutkan ucapannya karena
nafasnya masih tersengal-sengal.
"Kenapa mereka?"
tanya An Lok Kong cu.
Pemilik Pek Hoa Louw menarik
nafas dalam-dalam, setelah itu barulah menjawab dengan setengah memohon.
"Tuan Muda, Lie Tayjin
menghendaki mereka ke sana. Aku— aku harap Tuan Muda jangan menyulitkan
diriku."
"Tidak bisa" sahut
An Lok Kong cu.
"Aduuuh Celaka..."
keluh pemilik Pek Hoa Louw.
"TuanMuda, kalau mereka
tidak ke sana menemui Lie Tayjin, maka... maka beliau akan menyegel Pek Hoa
Louw ini."
"oh?" An Lok Kong cu
tertawa dingin-
"Engkau takut dia
menyegel Pek Hoa Louw ini. tapi tidak takut aku akan menyita Pek Hoa Louw ini
kalau engkau berani menyuruh para gadis penari ini ke sana?"
"Hah? Apa?" Pemilik
Pek Hoa Louw terbelalak.
"Tuan Muda...."
"Hmm" dengus An Lok
Kong cu dingin-"Biar aku yang menemui bandot tua itu" "Tuan
Muda," ujar salah seorang gadis penari.
"Biar kami ke sana
menemaninya, agar Tuan Muda tidak ditangkap."
"Bandot tua itu berani
menangkapku? Apakah dia tidak menyayangi kepalanya lagi?" sahut An Lok
Kong cu, lalu berjalan ke tempat itu.
Pemilik Pek Hoa Louw dan para
gadis penari ilu terbelalak, kemudian pemilik Pek Hoa Louw itu bertanya kepada
Thio Han Liong.
"Tuan Muda punya hubungan
apa dengan dia?"
"Kami boleh dikatakan
saudara," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Tuan Muda, sebetulnya
siapa dia? Bolehkah Tuan Muda memberitahukan?" tanya pemilik Pek Hoa Louw.
"Pokoknya Lie Tayjin
ketemu batunya malam ini, kalian lihat saja" sahut Thio Han Liong serius
dan menambahkan,
"saudaraku itu datang
dari istana di Kota-raja."
"Hah?" Menggigillah
pemilik Pek Hoa Louw. untung dia tidak bersikap kurang ajar terhadap pemuda
itu.
sementara An Lok Kong cu sudah
berada di hadapan Lie Tayjin- Namun ia tidak memberi hormat kepada pembesar
itu.
"Kurang ajar" bentak
Lie Tayjin gusar-
"Engkau berani tidak
memberi hormat kepadaku?"
"Hmm" dengus An Lok
Kong cu dingin-
"Engkau cuma pembesar di
kota ini, tapi berani bertingkah di hadapanku? Ayoh, cepat berlutut"
"Apa? Engkau-—" Lie
Tayjin melotot, lalu berteriak memanggil para petugas keamanan.
"cepat kalian tangkap
dia"
"Maaf" sahut satah
seorang petugas keamanan yang telah menerima hadiah dari An Lok Kong cu.
"Kami adalah petugas
keamanan di sini, bukan pengawal Tayjin, maka kami tidak berhak
menangkapnya."
Kalian...." Ketika Lie
Tayjin baru mau mencaci mereka, mendadak Ah Lok Kong cu mendekatinya, sekaligus
memperlihatkan sua tu benda kepadanya, yaitu sebuah giok yang berukir sepasang
naga.
"Ha.a.a.H Engkau
adalah-..." sekujur badan Lie Tayjin langsung menggigil dan cepat-cepat ia
menjatuhkan diri berlutut di hadapan An Lok Kong cu.
"Ampunilah hamba
Kong...."
"Diam" bentak An Lok
Kong cu, kemudian berbisik-
"Engkau tidak boleh
membocorkan identitasku, kalau kepalamu masih mau menempel di lehermu"
"ya-" Lie Tayjin
manggut-manggut.
"Cepat suruh para
hartawan itu berlutut" ujar An Lok Kong cu.
"Kalau mereka bertanya
tentang diriku, bilang saja aku dari istana"
"Ya." Lie Tayjin
manggut-manggut lagi, kemudian menyuruh para hartawan itu berlutut.
"Apa? Kami juga harus
ikut berlutut?" Para hartawan itu tercengang.
"Cepat kalian
berlutut" bentak Lie Tayjin dengan wajah pucat pias-
"Cepaat"
Menyaksikan air muka Lie Tayjin,
segeralah para hartawan itu berlutut, sedangkan An Lok Kong cu
tersenyum-senyum.
"sebelum kusuruh, kalian
tidak boleh bangun" tegas An Lok Kong cu, lalu kembali ke tempatnya.
"Lie Tayjin, sebetulnya
siapa pemuda itu? Kenapa kami dan Tayjin harus menuruti perintahnya?"
"Dia adalah-—" Lie
Tayjin menghela nafas panjang.
"Dia dari istana. Agar
leher kita tidak putus, maka kita harus menuruti perintahnya."
"Hah?" Para hartawan
itu terkejut bukan main.
"Dia— dia—-"
sementara sambil
tersenyum-senyum An Lok Kong cu duduk disisi Thio Han Liong, sedang kan
pemilik, Pek Hoa Louw dan para gadis penari memandangnya dengan mata terbelalak
dan mulut ternganga lebar.
"Hi hi hi" salah
seorang gadis penari tertawa geli-
"Lie Tayjin dan Para
hartawan itu masih berlutut di situ."
"Rasakan" sahut yang
lainnya sambil tertawa cekikikan.
"Lie Tayjin sering
menyiksa orang, malam ini dia dapat ganjarannya."
"Kalian jangan bicara
sembarangan" tegur pemilik Pek Hoa Louw.
Kalau sampai terdengar oleh
LieTauj-jin—" "Mau apa dia?" sahut An Lok Kong cu.
"Maaf, maaf" ucap
pemilik Pek Hoa Louw sambil memberi hormat.
An Lok Kong cu tersenyum,
kemudian memandang para gadis itu seraya bertanya.
"Bagaimana perlakuan
pemilik Pek Hoa Louw ini terhadap kalian?"
"Cukup baik," sahut
salah seorang gadis penari itu.
"Tapi— sangat pelit
terhadap kami."
"oh, ya?" An Lok
Kong cu langsung menatap pemilik Pek Hoa Louw-
"Betul." Pemilik Pek
Hoa Louw mengangguk.
"Kadang-kadang aku memang
agak pelit, sebab Lie Tayjin danpara hartawan itu sering tidak bayar,
maka...."
"Oooo" An Lok Kong
cu manggut-manggut.
"Sekarang panggillah Lie
Tayjin ke mari"
"Apa?" Air muka
pemilik Pek Hoa Louw langsung berubah-
"Aku—."
"Jangan khawatir" An
Lok Kong cu tersenyum.
"Dia tidak berani
menghukummu, cepatlah panggil dia ke mari"
"Ya, Tuan Muda."
Pemilik Pek Hoa Louw segera pergi memanggil Lie Tayjin.
"Adik An Lok.." Thio
Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau...."
"Aku harus menghukum
mereka agar mereka kapok." ujar An Lok Kong cu sambil tersenyum.
Thio Han Liong tidak menyahut.
Di saat itu Lie Tayjin sudah datang menghadap dengan cara berlutut di hadapan
An Lok Kong cu.
"Tuan Muda ada perintah
apa?" tanya Lie Tayjin dengan suara bergemetar-gemetar.
"Kakak Han Liong" An
Lok Kong cu memandangnya seraya bertanya.
"Lie Tayjin ini amat
jahat, bagaimana kalau kau penggal kepalanya?"
"Hmm" dengus Thio
Han Liong dingin.
"Akan ku-cincang
dia"
"Ampun, Tuan Muda
Ampun..." Lie Tayjin cepat-cepat membenturkan kepalanya di lantai beberapa
kali.
"Ampunilah hamba—"
An Lok Kong cu diam saja,
kemudian memangil salah satu petugas keamanan.
"Tuan Muda, apa yang
harus kukerjakan?" tanya petugas keamanan itu dengan sopan sekali.
"Panggilkan gadis
penyanyi yang tadi menemani kami" sahut An Lok Kong cu.
"ya. Tuan Muda."
Petugas keamanan itu segera pergi memanggil gadis tersebut.
"Tuan Muda...."
Gadis itu memberi hormat.
"Hui siang," tanya
An Lok Kong cu.
"Pembesar inikah yang
menyita sawah ayahmu?"
"ya." Hui siang
mengangguk-~
"Dongakkan kepalamu"
bentak An Lok Kong cu kepada Lie Tayjin-
"Engkau kenal gadis
ini?"
Lie Tayjin mendongakkan
kepala, lalu memperhatikan Hui siang dan menggelengkan kepala.
"Maaf, hamba tidak
mengenalnya"
"Engkau yang menyita
sawah ayahnya, kok sudah lupa sekarang?"
"Hamba...." Lie
Tayjin menundukkan kepala-
"Hamba akan segera
mengembalikan sawah itu kepada ayahnya, hamba berjanji"
"Baik-" An Lok Kong
cu manggut-manggut-
"Harus dikembalikan esok
pagi, sebab esok siang kami akan ke rumahnya"
"ya-" Lie Tayjin
mengangguk,-
"Mulai sekarang kalau
engkau masih berani bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat, engkau pasti
dipecat dan dihukum"
"Ya." Lie Tayjin
mengangguk lagi.
"Sekarang engkau boleh
kembali ke tempatmu, tapi suruh para hartawan itu ke mari" ujar An Lok
Kong cu.
"Ya, hamba mohon
diri" Lie Tayjin kembali ke tempatnya, lalu menyuruh para hartawan itu
menghadap An Lok Kong Cu.
Dengan hati kebat-kebit para
hartawan itu menghadap An Lok Kong cu. Sampai di hadapan An Lok Kong cu, mereka
pun berlutut.
"Bangunlah" ujar An
Lok Kong cu sambil menatap mereka dengan dingin.
"Terima kasih. Tuan
Muda," ucap mereka serentak.
"Hmm" dengus An Lok
Kong Cu.
"Kalian selalu memeras
kaum petani, maka mulai sekarang, kalian harus membantu kaum petani dengan modal
secukupnya tanpa harus membayar bunga Kalau kalian tidak menuruti perkataanku
ini...."
"Aku pasti penggal kepala
kalian dengan pedang pusaka istana" sambung Thio Han Liong.
"Ampun, Tuan Muda
Ampun..." ucap para hartawan itu memohon. Bahkan ada yang langsung
berlutut di hadapan Thio Han Liong.
"Tuan Muda jangan penggal
kepalaku"
"Hmm" dengus Thio
Han Liong.
"Siapa diantara kalian
yang pernah menyita hasil panen orangtua Hui Siang?" tanya An Lok Kong Cu.
"Hamba," sahut
seorang hartawan yang berperut gendut.
"Engkau harus mengganti
kerugian ayah Hui Siang" tegas An Lok Kong cu.
"Esok pagi engkau harus
mengantar lima ratus tael perak ke rumahnya Kalau tidak...."
"ya, ya." Hartawan
gendut itu manggut-manggut. -
"Nah sekarang.—" An
Lok Kong cu menatap mereka satu persatu.
"uang yang kalian bawa
itu harus ditaruh di sini semua"
"ya, Tuan Muda,"
sahut para hartawan itu, lalu mengeluarkan uang masing-masing dan ditaruh di
atas meja.
"Sekarang kalian boleh
pergi-" An Lok Kong cu mengibaskan tangannya, agar para hartawan itu
segera pergi-
"ya. Tuan Muda-"
Para hartawan itu segera kembali ke tempatnya- Lalu duduk dan menarik nafas
lega- Kemudian salah seorang dari mereka bertanya kepada Lie Tayjin.
"Sebetulnya siapa pemuda
itu?"
"Aku akan beritahukan,
tapi kalian harus menjaga rahasia. Kalau tidak, kepala kalian pasti terpisah
dengan leher" sahut Lie Tayjin dan memberitahukan.
"Dia An Lok Kong cu,
putri kesayangan kaisar."
"Haaah—?" Tara
hartawan itu nyaris pingsan seketika.
sementara An Lok Kong cu
memandang uang perak yang di atas meja. la menghitung kira-kira berjumlah
seribu tael perak, kemudian memanggil pemilik Pek Hoa Louw-
"Tuan Muda ada perintah
apa?" tanya pemilik Pek Hoa Louw cepat
"Bagi-bagikanlah uang ini
kepada para gadis penari, pemain musik dan para gadis pelayan"
"ya. Tuan Muda"
Pemilik Pek Hoa Louw mengangguk-
"baiklah-" An Lok
Kong cu bangkit berdiri sambil memandang Thio Han Liong.
"AyoW, mari kita kembali
ke penginapan"
"Baik," Thio Han
Liong mengangguk.
"Maaf" ujar pemilik
Pek Hoa Louw.
"Bagaimana kalau Tuan
Muda bermalam di sini saja?"
"itu...." An Lok
Kong Cu memandang Thio Han Liong.
"Bagaimana?"
Terserah engkau." sahut Thio Han Liong. "Baiklah-" An Lok Kong
cu manggut-manggut. "Kami akan bermalam di sini."
Kalau begitu, mari ikut aku ke
dalam" ajak pemilik Pek Hoa Louw.
"Tuan Muda," tanya
salah seorang gadis penari.
"Perlukah kami ke kamar
menemani kalian?"
"Apabila perlu, pasti ada
orang memanggil kalian," sahut An Lok Kong cu sambil tersenyum.
Tak lama mereka sudah sampai
di depan sebuah kamar-Pemilik Pek Hoa Louw membuka pintu kamar itu seraya
bertanya.
"Bagaimana kamar ini.
Tuan Muda merasa cocok?"
"Boleh juga." An Lok
Kong cu manggut-manggut, lalu mCiangkah ke dalam, sambil menengok ke sana kemari,
kemudian berkata kepada pemilik Pek Hoa Louw.
"sekarang engkau boleh
pergi."
"ya. Tuan Muda."
Pemilik Pek Hoa Louw segera meninggalkan mereka.
Thio Han Liong menutup pintu
kamar sambil menggeleng-geleng kan kepala.
"Adik An Lok,
engkau...."
"Kenapa aku. Kakak Han
Liong?" tanya An Lok Kong cu sambil duduk di hadapannya dan menatapnya
dengan mata berbinar-binar.
"Engkau terlampau
romantis, bahkan juga terlampau menghamburkan uang," sahut Thio Han Liong
sambil mengerutkan kening.
"Engkau harus berubah,
tidak baik begitu"
"ya. Kakak Han
Liong." An Lok Kong cu mengangguk-
"Terus terang" kata
Thio Han Liong sambil memandangnya-
"Daripada untuk
berfoya-foya begitu, lebih baik pergunakan uangmu itu untuk menolong fakir
miskin, itu lebih tepat-"
"Pokoknya Kakak Han Liong
bilang apa, aku pasti menurut," ujar An Lok Kong cu sambil tersenyum
lembut.
"Aaaah—" Thio Han
Liong menghela nafas panjang.
"Engkau amat tampan,
entah berapa banyak gadis akan tergila-gila kepadamu"
"Engkau pun amat tampan, tentunya
banyak gadis yang jatuh cinta kepadamu-"
"Aku—-" Thio Han
Liong menggeleng-gelengkan kepala-
"Justru bersikap dingin
terhadap kaum gadis, itu agar mereka tidak mendekatiku-"
"oh?" An Lok Kong cu
tertawa kecil-
"Bukankah enak sekali
dikerumuni kaum gadis?"
"Tapi aku bukan engkau
yang senang dikerumuni kaum gadis," sahut Thio Han Liong.
"Adik An Lok- sifat
burukmu itu harus dibuang jauh-jauh." "ya. Kakak Han Liong.» An Lok
Kong cu mengangguk-
"oh ya» Thio Han Liong
memandangnya-
"Engkau tidurlah di
tempat tidur, aku mau tidur di kursi"
"Kakak Han Liong" An
Lok Kong cu tersenyum-
"Engkau tidur di ranjang
, biar aku yang tidur di kursi."
"Kok bandel " Thio
Han Liong melotot.
"Tadi engkau bilang mau
menuruti semua perkataanku, sekarang sudah mulai membantah-"
"Lupa." An Lok Kong
cu tertawa kecil, lalu membaringkan dirinya ke tempat tidur.
Thio Han Liong
tersenyum-senyum, kemudian memejamkan matanya. Ah Lok Kong cu belum puas ia
terus melirik ke arah Thio Han Liong dengan hati berdebar-debar aneh-
Entah berapa lama kemudian,
mendadak Thio Han Liong membuka matanya., kebetulan mengarah pada An Lok Kong
cu, selimut yang menutupi An Lok Kong cu itu agak merosot ke bawah-
Thio Han Liong
menggeleng-gelengkan kepala, kemudian perlahan-lahan ia mendekati An Lok Kong
cu- Kebetulan An Lok Kong cu terjaga dari tidurnya, namun ia tidak berani
bergerak karena tahu Thio Han Liong sedang mendekatinya.
"Dasar anak nakal"
gumam Thio Han Liong sambil tersenyum-
"Dalam tidur pun tetap
nakal membuat selimut merosot ke bawah-"
Thio Han Liong menarik selimut
itu menutupi badan An Lok Kong cu, kemudian kembali ke tempat duduknya.
Betapa terharunya An Lok Kong
cu, karena tidak menyangka Thio Han Liong begitu baik terhadapnya. Malta
bersemilah cintanya terhadap pemuda itu.
Perlahan-lahan An Lok Kong cu
turun dari tempat tidur, ia tidak berani menimbulkan suara, sebab Thio Han
Liong masih dalam keadaan tidur di kursi-
An Lok Kong cu mendekatinya,
lalu berdiri di feadapan Thio Han Liong sambil memandangnya dengan penuh
perhatian, saat itulah pemuda itu mendadak membuka matan Begitu melihat An Lok
Kong cu berdiri di hadapannya, segeralah Thio Han Liong bangkit berdiri
"Aku... aku bangun
kesiangan...." Thio Han Liong
menggeleng-gelengkan kepala.
An Lok Kong Cu tersenyum.
"Aku pun baru bangun,
karena engkau masih pulas, maka aku tidak berani membangunkanmu."
Mendadak dari luar terdengar
suara ketukan pintu,
"siapa?"
"Pelayan" Terdengar
suara sahutan dari luar.
"Kami mengantar sarapan
untuk Tuan Muda"
Thio Han Liong membuka pintu,
tampak beberapa gadis pelayan berdiri dengan membawa berbagai macam hidangan
dan arak wangi.
"Masuklah" ucap Thio
Han Liong.
gadis-gadis pelayan itu masuk,
menaruh semua hidangan dan arak wangi ke atas meja, kemudian mohon diri
"Hahaha" Thio Han
Liong tertawa.
"Pemilik Pek Hoa Louw ini
sungguh menghormati kita."
"Tentu." An Lok Kong
cu tersenyum.
"Kakak Han Liong, mari
kita makan."
Mereka mulai makan.
Hidangan-hidangan itu tampaknya memang lezat sekali. Thio Han Liong terus memuji
akan kelezatan semua hidangan tersebut
"Kakak Han Liong,
hidangan di sini masih kalah hebat dibandingkan dengan yang di dalam
istana." An Lok Kong cu memberitahukan.
"Bagaimana engkau ikut
aku ke istana?"
"Adik An Lok- terima
kasih atas ajakanmu. untuk sementara ini aku belum bisa, tapi kalau aku ke
istana, berarti aku akan membunuh cu goan Ciang-" Wajah An Lok Kong cu
tampak muram.
"Kenapa engkau begitu
membenci kaisar?"
"Sebab—" Thio Han
Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Ayahmu adalah pejabat
tinggi dalam istana. Tentunya tahu betapa jahat dan liciknya Cu goan Dang itu,
padahal... dia adalah bawahan ayahku."
"Apa?" Terbelalak An
Lok Kong cu.
"Kaisar adalah mantan
bawahan ayahmu? siapa ayahmu?"
"Ayahku bernama Thio Bu
Ki, sesungguhnya ayahku tidak mau jadi kaisar," ujar Thio Han Liong
memberitahukan.
"Tapi Cu Goan Ciang
khawatir ayahku akan jadi kaisar, maka..-"
Thio Han Liong menutur
kejadian itu berdasarkan apa yang di dengar dari ayahnya. An Lok Kong cu
mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Kakak Han Liong..."
ujar An Lok Kong cu seusai Thio Han Liong menutur.
"Aku tidak menyangka sama
sekali, engkau adalah putra Thio Bu Ki yang amat kesohor itu."
"Ayahmu kenal
ayahku?"
"Kenal" An Lok Kong
cu mengangguk-
"Kalau ayahmu ingin menjadi
pejabat tinggi di istana-—"
"Ayahku tidak mau"
Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Maka ayah dan ibuku
meninggalkan Tionggoan."
"Ayah dan ibumu tinggal
di mana sekarang?"
"Dipulau Hong Hoang to-
Mereka hidup tenang, damai dan bahagia dipulau itu. Tapi Cu Goan ciang masih
khawatir ayahku akan merebut tahta kerajaan, maka belasan tahun lalu, Cu Goan
ciang mengutus sembilan Dhalai Lhama dan puluhan pengawal istana menyerbu
kepulauan Hong Hoang to itu."
"oh?" An Lok Kong cu
tersentak-"Lalu bagaimana?"
"Ayah dan ibuku terluka,
bahkan wajah mereka rusak terbakar oleh api Liak Hwee Tan."
"Haaah-..." An Lok
Kong cu terkejut bukan main.
"oleh karena itu, aku
benci sekali pada Cu goan ciang," ujar Thio Han Liong dan menambahkan.
"Akan tetapi ayahku
melarangku membunuh cu goan ciang."
"oh?" Tercengang An
Lok Kong cu.
"Kenapa ayahmu melarangmu
membunuh kaisar itu?"
"Ayahku bilang, kalau aku
membunuh Cu goan ciang, tentu akan membuat rakyat menderita, oleh karena itu,
hingga saat ini aku belum ke istana membunuh kaisar." Thio Han Liong
menjelaskan,
"selain itu, aku pun
harus membuat perhitungan dengan para Dhalai Lhama itu."
"Kakak Han
Liong...." An Lok Kong cu ingin mengatakan
sesuatu, namun dibatalkannya,
lalu menghela nafas panjang.
Berselang beberapa saat
kemudian, mereka berpamit pada pemilik Pek Hoat Louw.
"Kalian sudah mau
pergi?" Pemilik Pek Hoat Louw ingin menahan mereka.
"Nginap saja beberapa
malam, pokoknya gratis...."
"Maaf" sahut Thio
Han Liong.
"Kami harus melanjutkan
perjalanan, Terima kasih atas kebaikan Tuan terhadap kami"
"Ha hal" Pemilik Pek
Hoat Louw tertawa.
"Aku yang harus berterima
kasih pada kalian. Kalau kalian ke mari lagi kelak, jangan lupa mampir"
ya." Thio Han Liong
mengangguk-"sampaijumpa. Tuan"
"Selamat jalan"
sahut pemilik Pek Hoat Louw- la mengantar Thio Han Liong dan An Lok Kong cu
sampai di luar.
Thio Han Liong dan An Lok Kong
cu langsung menuju rumah Hui siang, yang berada di ujung kota- Tak seberapa
lama kemudian, mereka sudah tiba di rumah tersebut, yang merupakan sebuah
gubuk.
"Tuan Muda...." Hui
siang menyambut kedatangan mereka
dengan wajah berseri-seri-
"Silakan masuk"
"Terima kasih,"
sahut An Lok Kong cu sambil melangkah ke dalam. Thio Han Liong mengikutinya
dari belakang,
"silakan duduk" ucap
Hui siang.
An Lok Kong cu dan Thio Han
Liong mengangguk lalu duduk- Mereka melihat seorangtua berbaring di tempat
tidur.
"Tuan Muda" Hui
siang memberitahukan,
"Ini adalah ayahku-
Karena masih sakit, maka tidak bisa bangun untuk memberi hormat-"
"Tidak apa-apa,"
ujar Thio Han Liong sambil memberi hormat kepada orangtua itu.
"Terima kasih—" ujar
orangtua itu dengan suara lemah-
"Terima kasih—-"
"Paman" Thio Han
Liong tersenyum-
"Tidak usah berterima
kasih kepada kami, Hui siang memang gadis yang berbakti"
"Aaah,.." orangtua
itu menghela nafas panjang.
"Kalau tiada bantuan dari
Tuan Muda, entah bagaimana nasib kami"
"Hui siang," tanya
An Lok Kong cu.
"Apakah Lie Tayjin sudah
mengembalikan sawah itu kepada ayahmu?"
"sudah." Hui siang
mengangguk-
"Pagi-pagi sekali Lie
Tayjin sudah mengutus seseorang ke mari. Begitu pula hartawan yang menyita
hasil panen sawah ayahku. Dia ke mari untuk mengganti rugi. Kami... kami
sungguh berterima kasih kepada Tuan Muda."
An Lok Kong Cu tersenyum,
senyumannya yang amat menawan hati itu membuat wajah Hui siang langsung
kemerah-merahan dan tampak tersipu.
"Lie Tayjin dan hartawan
itu telah menepati janji, maka kami berpamit sekarang."
"Tuan Muda" Wajah
Hui siang langsung berubah murung.
"Barang kali karena rumah
ini gubuk maka Tuan Muda tidak betah di sini."
"Bukan karena itu."
An Lok Kong cu tersenyum.
"Kami harus memburu waktu
melanjutkan perjalanan, jadi tidak bisa lama-lama di sini. Engkau jangan salah
paham"
"Tuan Muda...." Mata
Hui siang tampak mulai berkaca-kaca.
"Hui siang" An Lok
Kong cu memegang bahunya.
Kapan ada kesempatan, kami
akan ke mari lagi menengokmu."
"Aaaah—" Hui siang
menghela nafas panjang.
"Aku tahu. Tuan Muda cuma
menghibur. Bagaimana mungkin Tuan Muda akan ke mari menengok aku lagi? Itu
tidak mungkin...."
"Hui siang...." An
Lok Kong cu tersenyum, kemudian
berpamit kepada Hui siang dan
ayahnya.
"Tuan Muda, selamat
jalan..." ucap Hui siang dengan air mata berderai-derai.
"sampai jumpa, Hui
siang" An Lok Kong cu menatapnya sejenak, lalu mCiangkah pergi dan diikuti
Thio Han Liong dari belakang.
"Aaaah--" Thio Han
Liong menghela nafas panjang setelah meninggalkan rumah Hui siang.
" Kakak Han Liong"
An Lok Kong cu tercengang.
"Kenapa engkau menghela
nafas panjang? Apakah merasa berat berpisah dengan gadis itu?"
"Adik An Lok." sahut
Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"gadis itu yang merasa
berat berpisah denganmu, secara tidak langsung engkau telah membuat gadis itu
patah hati."
"oh, ya?" An Lok
Kong cu tersenyum seraya berkata,
"Kakak Han Liong, tak
mungkin aku akan jatuh cinta kepadanya."
"Engkau adalah putra
pejabat tinggi dalam istana, tentunya gadis itu tidak pantas menjadi
pasanganmu," ujar Thio Han Liong dan menambahkan,
"oleh karena itu, lain
kali jangan begitu baik terhadap kaum gadis"
"Harus bersikap dingin
seperti engkau?" tanya An Lok Kong cu sambil tertawa kecil.
"Lebih baik bersikap
dingin daripada bersikap hangat," sahut Thio Han Liong sungguh-sungguh
"Lho? Memangnya
kenapa?"
"Adik An Lok" Thio
Han Liong menatapnya seraya berkata,
"Sebelumnya aku pun
bersikap sepertimu, dan banyak gadis mendekatiku karena mengira aku jatuh hati
pada mereka, maka aku harus menjauhi mereka, otomatis membuat mereka patah
hati, mungkin juga mereka merasa sakit hati padamu."
"oooh" An Lok Kong
cu manggut-manggut.
"Tapi engkau baik sekali
terhadap diriku."
"Engkau adalah anak
laki-laki seperti aku, lagi pula engkau melancong seorang diri, maka aku harus
menemanimu sekalian melindungimu" ujar Thio Han Liong.
"Terima kasih, Kakak Han
Liong." Wajah An Lok Kong CU berseri.
"Engkau sungguh baik hati
terhadapku, aku... aku tidak akan melupakanmu selamanya."
"Aku pun tidak akan
melupakanmu selamanya, sebab kita sudah seperti saudara kandung."
"Kakak Han Liong,"
tanya An Lok Kong cu mendadak-
"seandainya aku seorang
gadis, apakah engkau akan sedemikian baik terhadapku?"
"Kalau engkau seorang
gadis, tentunya aku akan menjauhimu," sahut Thio Han Liong sambil
tersenyum.
"Engkau... ""
Tanpa sadar An Lok Kong cu mem-banting-banting kaki.
"Engkau jahat
sekali"
"Ha ha ha" Thio Han
Liong tertawa gelak.
"Engkau...."
"Kenapa aku?",
"Engkau sungguh mirip
anak gadis, suka cemberut dan sekarang malah membanting-banting kaki."
"Aku...." An Lok
Kong cu menundukkan kepala.
"Adik An Lok" Thio
Han Liong tersenyum.
"Mari kita melanjutkan
perjalanan ke gunung Bu Tong pemandangan di sana amat indah menakjubkan."
-ooo00000oooo-