Bab 35 Wahuan Mulai Tertekan
si Mo dan Para anak buahnya
sudah tiba di markas. Betapa terkejutnya Kwee In Loan ketika melihat si Mo
terluka dalam.
"si Mo siapa yang
melukaimu?" tanyanya dengan kening berkerut.
"seng Hwi," jawab si
Mo sambil duduk-
"seng Hwi?" Kwee In
Loan tercengang,
"siapa dia dan apa
hubungannya dengan Kay Pang?"
"Aku pun tidak kenal
orang itu," ujar si Mo sambil menghela nafas panjang.
"Kepandaiannya amat
tinggi, lagipula memiliki pukulan cing Hwee Gang."
"Apa?" Kwee In Loan
tampak terkejut. "Ilmu pukulan cing Hwee Ciang?" "ya." si
Mo mengangguk-
"Aku terluka oleh ilmu
pukulan itu. Kalau aku tidak memiliki Lweakang tinggi, pasti sudah menjadi
mayat di sana."
"Heran?" gumam Kwee
In Loan.
"siapa orang itu? oh ya,
berapa usianya?"
"Tiga puluhan." si
Mo memberitahukan,
"orang itu bersama Thio
Han Liong dan seorang pemuda tampan...."
"oh? Apakah orang itu
mempunyai hubungan dengan ayah Thio Han Liong?" ujar Kwee In Loan dengan
kening berkerut.
"Mungkin." si Mo manggut-manggut,
kemudian memandang muridnya seraya bertanya,
"Pek Him, ketika kami
sedang bertarung, engkau justru asyik bercakap-cakap dengan Han Liong. Apa yang
kalian bicarakan?"
"Kami...." Kwan Pek
Him menundukkan kepala.
"Aku bertanya kepadanya
mengenai gadis berpakaian merah itu"
"Hmm" dengus si Mo-
"Engkau...."
"Pek Him," tanya
Kwee In Loan.
"Engkau tidak bertanya
kepada Han Liong siapa orang itu?"
"Tidak-" Kwan Pek
Him menggelengkan kepala.
"cing Hwee ciang berasal
dari Persia, itu merupakan ilmu pukulan yang amat dahsyat dan ganas. Aku yakin
lukamu cukup parah," ujar Kwee In Loan.
"Ya." si Mo
mengangguk,-
" Kalau begitu—-"
Kwee In Loan menatapnya.
"Engkau harus
beristirahat, untung aku menyiapkan segala macam obat untuk mengobati luka dalam."
"Terima kasih.
Ketua," ucap si Mo-
"oh ya, kapan Ketua akan
menyerbu markas Kay Pang?"
"Kita tunggu Hiat Mo ke
mari dulu, setelah itu barulah kita berunding dengan dia" sahut Kwee In
Loan dan menambahkan,
"Aku yakin tidak lama
lagi Hiat Mo akan ke mari-" "Oooh" si Mo manggut-manggut.
"Si Mo" ujar Kwee In Loan.
"setelah lukamu sembuh,
engkau harus pergi menyelidiki jejak Tong Koay Lam Khie beserta Pak Hong"
"Ya." si Mo
mengangguk-
"Itu—."
"setelah kita tahu mereka
berada di mana, tentunya kita akan berunding dengan Hiat Mo," sahut Kwee
In Loan serius,
"sampai waktunya engkau
akan mengetahuinya." "Baik-" si Mo manggut-manggut.
"Setelah lukaku sembuh,
aku akan pergi menyelidiki jejak mereka bertiga-"
Kini Thio Han Liong dan An Lok
Kong cu sudah mulai memasuki Propinsi ouw Lam. An Lok Kong cu melakukan
perjalanan dengan penuh kegembiraan. Ketika beristirahat di bawah pohon,
mendadak ia menatap Thio Han Liong dengan kening berkerut-kerut.
"Lho?" Thio Han
Liong tercengang.
"Adik An Lok, kenapa engkau
menatapku dengan cara demikian? Apa-kah wajahku mendadak berubah
menyeramkan?"
"Aku teringat
sesuatu."
"Teringat apa?"
"Ketika terjadi
pertempuran di markas Kay pang, engkau malah bercakap-cakap dengan Kwan Pek
Him. siapa yang kalian bicarakan?"
"ooooh" Thio Hah
Liong tersenyum.
"Yang kami bicarakan
adalah seorang gadis berpakaian merah- gadis itu cantik, galak dan liar."
Kwan Pek Him jatuh hati pada
gadis itu?" "Ya."
"Tapi—"" An Lok
Kong cu menatapnya tajam seraya bertanya.
"Gadis itu pernah
bersamamu, kan?" "Ya." Thio Han Liong manggut-manggut
"Kami cuma berteman,
sedangkan Kwan Pek Him jatuh hati kepadanya."
"Kalau dia yang jatuh
hati pada gadis itu, kenapa tidak bersama gadis itu?"
Kening An Lok Kong cu
berkerut.
"Sebaliknya gadis itu
malah bersamamu? Itu karena apa?" "Eeeh?" Thio Han Liong
tertegun.
"Kenapa engkau bertanya
sampai begitu mendetail?"
"Aku ingin tahu,"
sahut An Lok Keng cu sambil mengangkat bahunya.
"Apakah aku tidak boleh
tahu itu?" Tentu boleh-" Thio Han Liong tersenyum.
"Sebetulnya gadis
berpakaian merah itu tertarik padaku, maka dia terus mengikutiku."
"oh?" An Lok Keng Cu
tersenyum dingin.
"Engkau pasti gembira
sekali bersamanya, ya, kan?"
"Aku malah pusing,"
sahut Thio Han Liong dengan jujur.
"Karena aku sama sekali
tidak tertarik kepadanya. Beberapa tahun yang lalu, dia pulang ke tempat
tinggalnya, sejak itu aku tidak pernah bertemu dia lagi."
"Dalam beberapa tahun
ini, tentunya engkau sangat merindukannya, ya, kan?" An Lok Keng cu
menatapnya dalam-dalam.
"Tidak juga." Thio
Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "
Namun memang pernah teringat
kepadanya, itu dikarenakan aku telah menganggapnya sebagai adik,"
"Kakak Han Liong" An
Lok Keng cu tersenyum.
"Engkau tidak mencintai
gadis itu?"
"Aku memang tidak
mencintai gadis itu, tapi...."
Thio Han Liong menghela nafas
panjang.
"Kwan Pek Him kelihatan
amat mencintainya, namun gadis itu sama sekali tidak mengacuhkannya."
"siapa gadis itu?"
"Ciu Lan Hlo."
"Gadis itu...." An
Lok Keng cu ingin menanyakan sesuatu,
namun terputus karena mendadak
melayang turun sosok bayangan, ternyata seorang pemuda-
"Han Liong" Panggil
pemuda itu bernada agak dingin. "Tak disangka kita bertemu di sini Apa
kabar?" "ouw yang Bu" seru Thio Han Liong girang. "Aku
baik-baik saja Bagaimana engkau?"
Aku pun baik-baik saja."
Ternyata pemuda itu adalah murid Tong Koay. sikapnya begitu dingin terhadap
Thio Han Liong, karena ia pun jatuh hati kepada Tan Giok Cu.
"ouw yang Bu, mari
kuperkenalkan, ini teman baikku, namanya Cu An Lok-"
"Hmm" dengus ouw
yang Bu.
"Hei Han Liong, di mana
Tan Giok Cu?"
Begitu ouw yang Bu menyinggung
nama gadis tersebut, wajah Thio Han Liong langsung berubah murung.
"Dia—"" Thio
Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa dia?" tanya ouw yang
Bu dengan wajah berubah-"Dia berada di mana? Cepat katakan"
"Hei" bentak An Lok Kong cu-
"Engkau kok tidak tahu
diri? Tanya orang tapi membentak-bentak siapa engkau?"
"Namaku ouw yang Bu,
murid Tong Koay"
"Huh" dengus An Lok
Kong cu-
"Cuma jadi murid Tong Koay
saja sudah begitu sombong? Dasar tak tahu diri"
" Apa? Engkau berani
mencaciku?" ouw yang Bu melotot.
"ya, kenapa?"
tantang An Lok Keng cu sambil bertolak pinggang.
"Mau bertarung?
silakan"
"Engkau...." Wajah
ouw yang Bu merah padam saking
gusarnya.
"Adik An Lok, jangan
kurang ajar" tegur Thio Han Liong.
"Apa?" An Lok Keng
cu terbelalak.
"Aku kurang ajar? Aku
membelamu karena dia membentak-bentak-mu, sebaliknya engkau malah bilang aku
kurang ajar? Engkau...."
"Adik An Lok..."
"Engkau jahat jahat
sekali" An Lok Keng cu mulai menangis terisak dengan air mata meleleh-
"Adik An Lok, aku minta
maaf. Tadi— aku tidak sengaja menegurmu, sungguh tidak sengaja menegurmu"
ucap Thio Han liong.
"Maaf, maaf" ucap
ouw yang Bu.
"Aku terlampau emosi,
maka membentak-bentak saudara Han Liong."
"Tidak apa-apa."
Thio Han liong tersenyum getir.
"Saudara ouw yang Bu,
terus terang, beberapa tahun lalu Giok Cu di tangkap oleh Hiat Mo-"
"Apa? Giok £u ditangkap
oleh Hiat Mo?" ouw yang bu tampak terkejut sekali sehingga air mukanya
berubah hebat-
"Itu— itu.,.."
"sebelum membawa Giok Cu
pergi, Hiat Mo berkata kepadaku—-"
"Dia berkata apa
kepadamu?"
"Dia berkata-.."
Thio Han liong memberitahukan.
"Apabila aku dapat
mengalahkannya, barulah dia akan melepaskan Giok Cu."
"oh?" ouw yang Bu
terbelalak-
"Itu— itu bagaimana
mungkin?"
"saudara ouw yang
Bu," ujar Thio Han Liong dengan tegas-
"Biar bagaimanapun, aku
harus mengalahkan Hiat Mo-"
"Itu tidak mungkin."
ouw Yang Bu menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menghela nafas panjang.
"Aa a a h"
"Memang tidak mungkin.
Tapi aku harus mengalahkannya demi membebaskan Giok Cu."
"Saudara Han
Liong...." ouw yang Bu menatapnya dalam-
dalam.
"Mudah-mudahan engkau
berhasil membebaskan Giok Cu sampai jumpa kelak"
ouw yang Bu melesat pergi,
sedangkan Thio Han Liong termangu-mangu. An Lok Keng cu terus memandangnya.
"Aaa"i-""
Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Kakak Han Liong" An
Lok Keng cu memandangnya seraya bertanya,
"Kenapa ouw yang Bu
menanyakan Giok Cu? Ada hubungan apa kalian dengan gadis itu?"
"Giok Cu adalah temanku
dari kecil. Ketika para Dhalai Lhama dan pasukan pilihan itu menyerbu ke pulau
Hong Hoang to, aku baru berusia sekitar tujuh tahun. Para Dhalai Lhama itu
berhasil menangkap dan membawaku pergi. Tapi di tengah jalan, aku berhasil
meloloskan diri Nah, mulailah aku mengembara..." tutur Thio Han Liong
tentang kejadian itu dengan sejelas-jelasnya.
(Lanjut ke jilid 18)
Jilid 18
"oooh" An Lok Kong
Cu manggut-manggut dan wajahnya berubah muram.
"Jadi engkau dan dia
saling mencinta?"
"iya." Thio Han
Liong mengangguk.
"Kemudian Giok Cu bertemu
ouw yang Bu. Ternyata ouw yang Bu jatuh hati kepada Giok Cu, tapi Giok Cu sama
sekali tidak meladeninya."
"Kini Giok Cu masih
berada di tangan Hiat Mo?"
"ya." Thio Han Liong
menghela nafas panjang.
"Kepandaian Hiat Mo amat
tinggi, maka sulit bagiku mengalahkannya, namun aku harus mencobanya."
"Engkau tidak tahu Hiat
mo tinggal di mana?"
"Kalau tidak salah, dia
tinggal di Kwan Gwa," jawab Thio Han Liong dan menambahkan,
"Kwan Gwa begitu luas,
tidak mungkin aku dapat mencarinya. Tapi aku yakin Hiat Mo akan muncul di rimba
persilatan Tionggoan. Kini Kwee In Loan sudah muncul, berarti tidak lama lagi
Hiat Mo pun akan muncul."
"Kakak Han Liong" An
Lok Kong cu menatapnya dengan mata basah.
"Betulkah engkau begitu
mencintai Giok Cu?-"
"Betul."
"Seandainya kini dia
tidak mencintaimu lagi, engkau bagaimana?"
"Itu tidak mungkin."
"Aku bertanya
seandainya."
"Aku...." Thio Han
Liong memandang jauh ke depan,
kemudian menggeleng-gelengkan
kepala seraya melanjutkan,
entahlah- seandainya dia tidak
mencintaiku lagi, aku tidak tahu harus bagaimana."
Kakak han Liong" ucap An
Lok Kong cu dengan hati terasa sakit.
"Mudah-mudahan Giok Cu
tetap mencintaimu"
"Mudah-mudahan"
sahut Thio Han Liong.
"Adik An Lok, mari kita
lanjutkan perjalanan kita"
"Ya-" An Lok Kong cu
mengangguk, namun kini wajahnya tidak begitu ceria lagi, bahkan sering melamun.
Tempat-tempat yang dilalui
Thio Han Liong dan An Lok Kong cu indah sekali, tapi An Lok Kong cu malah tidak
menikmati keindahan panorama itu. Perubahan itu membuat Thio Han Liong
tercengang.
"Adik Loan,"
tanyanya lembut.
"Kenapa dua hari ini
engkau sering melamun dan tidak menikmati keindahan alam?"
"Aku...." An Lok
Kong cu menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik An Lok, katakan
kepadaku" desak Thio Han Liong halus.
"Apa yang terganjel dalam
hatimu?"
An Lok Kong cu diam saja.
"Adik An Lok..."
Thio Han Liong memegang bahunya.
"Apa yang terganjel dalam
hatimu, katakanlah kepadaku"
"Ti. tidak-" An Lok
Kong cu menggelengkan kepala, kemudian mendadak berlari pergi sambil menangis
terisak-isak.
"Adik An Lok" Thio
Han Liong terkejut lalu buru-buru mengejarnya.
"Adik An Lok-."
An Lok Kong cu berhenti di bawah
sebuah pohon, lalu duduk dan terus menangis terisak-isak.
"Adik An Lok-—" Thio
Han Liong duduk di sisinya.
"Kenapa engkau menangis?
Apakah aku telah menyakiti hatimu?"
"Kakak Han
Liong...." Mendadak An Lok Kong cu mendekap
di dadanya-
"Aku sedih
sekali...."
"sedih kenapa? Katakanlah
kepadaku" Thio Han Liong membelainya.
Belaiannya itu membuat An Lok
Kong cu semakin sedih, sehingga air matanya terus berderai.
"Adik An Lok, apakah
engkau rindu kepada orang-tuamu?" tanya Thio Han Liong lembut.
"Aku...."
Kalau engkau rindu kepada
orang tua mu, aku berjanji akan mengantarmu pulang ke Kotaraja."
"oh? Kapan?"
"setelah kita ke gunung
bu Tong."
"sungguh?"
"Aku tidak akan
membohongimu, percayalah" sahut Thio Han Liong sungguh-sungguh-
"Nah, mulai sekarang
engkau jangan bersedih lagi"
"Kakak Han Liong,
seandainya aku seorang gadis, apakah engkau akan mencintaiku?"
"Itu...." Thio Han
Liong ragu-ragu menjawabnya,
"jawablah. Kakak Han
Liong" desak An Lok Kong cu.
"seandainya engkau
seorang gadis, aku... aku pasti mencintaimu," jawab Thio Han Liong
menghiburnya, ilu agar An Lok Kong cu tidak bersedih lagi.
Kakak Han Liong...." An
Lok Kong cu langsung tersenyum, "jangan lupa janjimu lho"
"Janji mengantarmu pulang
ke Kotaraja?" "ya."
"Jangna khawatir, aku
tidak akan ingkar janji."
"Terima kasih. Kakak Han
Liong," ucap An Lok Kong cu dengan menundukkan kepala.
"Adik An Lok, mari kita
lanjutkan perjalanan kita" ajak Thio Han Liong sambil bangkit berdiri
"Baik," An Lok Kong
cu mengangguk.
-ooo00000ooo-
Kini Thio Han Liong dan An Lok
Kong cu telah tiba di gunung Bu Tong. pemandangan di gunung itu memang indah
sekali. An Lok Kong cu mendaki sambil menikmati keindahan pemandangan
disekelilingnya.
sementara mereka terus
mendaki- Tiba-tiba muncul beberapa orang, yang kemudian terbelalak ketika
melihat Thio Han Liong.
"saudara Thio"
panggil salah seorang dari mereka.
"engkau... Thio Han Liong
kan?"
"Betul." Thio Han
Liong mengangguk kemudian memperkenalkan An Lok Kong cu.
"Ini teman baikku,
namanya Cu An Lok-" "saudara Cu" Mereka segera memberi hormat.
"selamat datang, selamat datang"
"Terima kasih," ucap
An Lok Kong cu sekaligus balas memberi hormat kepada mereka.
"Adik An Lok" Thio
Han Liong memberitahukan. "Mereka adalah murid-murid Bu Tong Pay."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Mari kita ke atas"
ajak salah seorang murid Bu Tong Pay itu.
"Baik," Thio Han
uong mengangguk-
Mereka segera mendaki, dan tak
lama kemudian sampai di siang cing Koan. Para murid Bu Tong pay itu. segera mempersilakan
mereka masuk-
"Terima kasih," ucap
Thio Han Liong sambil melangkah ke dalam- An Lok Kong cu mengikutinya dari
belakang- Di saat itulah terdengar suara tawa gelak, dan muncullah beberapa
orang tua. Mereka adalah song wan Kiauw Jie Thay Giam,jie Lian ciu dan Thio
siong Kee.
"Kakek—-" Thio Han
Liong langsung bersujud di hadapan mereka-
"Ha ha ha" song Wan
Kiauw tertawa gembira-"Han Liong, bangunlah"-
"Terima kasih. Kakek
song." Thio Han Liong bangkit dari sujudnya, lalu memperkenalkan An Lok
Kong cu.
"Dia teman baikku bernama
Cu An Lok-"
"Para Locianpwee,
terimalah hormatku" ucap An Lok Kong cu sambil memberi hormat.
"Ha ha" song, wan
Kiauw tertawa-
"Tidak usah banyak
peradaban, silakan duduk"
"Terima kasih," ucap
An Lok Kong cu sambil duduk, dan Thio Han Liong duduk di sebelahnya.
""Han Liong"
jie Lian ciu memandangnya seraya berkata, "Beberapa tahun ini engkau
berada di mana?"
"Aku berada di gunung
soat san, "jawab Thio Han Liong dan menutur tentang kejadian itu.
"Apa?" Bukan main terkejutnya
jie Lian ciu. "Tan Giok Cu ditangkap Hiat Mo?" " ya-" Thio
Han Liong mengangguk-
"Sebelum membawa Giok Cu
pergi, Hiat Mo bilang kepadaku- Kalau aku berhasil mengalahkannya, barulah dia
akan melepaskan Giok Cu."
"itu...."jie Lian
ciu menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin engkau
dapat mengalahkannya? Aaaai—"
"Biar bagaimana pun, aku
harus mengalahkannya." "Han Liong" song Wan Kiauw menghela nafas
panjang-"Itu tidak mungkin, tidak mungkin."
"Aku tahu itu tidak
mungkin, namun aku tetap harus mengalahkannya," sahut Thio Han Liong.
"Aku harus bertanggung
jawab akan keselamatan Giok Cu."
"Betul. Tapi—." song
Wan Kiauw menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin engkau
dapat mengalahkannya?" "Begini," usul jie Lian ciu.
"Bagaimana kalau engkau
mohon petunjuk kepada Sucouwmu?";
"Betul." Thio Han
Liong mengangguk-
"Aku memang harus mohon
petunjuk kepada sucouw."
" Kalau begitu, mari kita
ke dalam" ajak-song Wan Kiauw.
Kakek song. Adik An Lok boleh
ikut ke -dalam menemui sucouw?" tanya Thio Han Liong.
"Tentu boleh," sahut
song Wan Kiauw.
"Terima kasih,
Locianpwee," ucap An Lok Kong cu.
Mereka menuju ruang meditasi-
Tampak Guru Besar Thio sam Hong duduk disana. Ketika melihat Thio Han Liong,
wajah guru besar itu tampak berseri
"Han Liong.."
"Sucouw-..." Thio
Han Liong langsung bersujud di hadapannya, begitu juga An Lok Kong Cu-
"Ngmmm" Thio sam
Hong manggut-manggut, kemudian menatap An Lok Kong cu dengan tajam sekali
"siapa engkau?"
"Namaku... Cu An Lok
sucouw," jawab An Lok Kong cu yang juga ikut memanggilnya sucouw kepada
Thio sam Hong.
"Bangunlah kalian"
"Terima kasih,
sucouw." Thio Han Liong dan An Lok Kong cu segera bangun duduk-
"Han Liong," tanya
Thio sam Hong sambil tersenyum-
"Kelihatannya
kepandaianmu sudah maju pesat, engkau berlatih di mana?"
"Di gunung soat
san."
"Kok di sana?»
"Aku bersama Tan Giok Cu
ke gunung soat san untuk mencari Teratai salju, tapi di tengah jalan...."
Thio Han Liong menutur tentang
kejadian yang menimpa Tan Giok Cu-
"oh?" Bukan main
terkejutnya Thio sam Hong.
"gadis itu ditangkap Hiat
Mo?"
" ya." Thio Han
Liong mengangguk-
"Hiat Mo bilang, kalau
aku dapat mengalahkannya, dia akan melepaskan Giok Cu."
"Ngmmm" Thio sam
Hong manggut-manggut.
"Maka engkau melanjutkan
perjalanan ke gunung soat san, dan karena tidak menemukan Teratai salju,
akhirnya engkau berlatih di dalam gua hangat itu?"
"ya, sucouw."
"Han Liong" Thio sam
Hong tersenyum getir.
"Tidak gampang
mengalahkan Hiat Mo, sebab ilmu pukulan Hiat Mo Gang lihay sekali. Kecuali
Lweekangmu sudah mencapai tingkat kesempurnaan, barulah engkau dapat
mengalahkannya dengan Kiu yang sin Kang dan Kian Kun Taylo Ie- Kalau tidak,
engkau jangan harap dapat mengalahkannya."
"Sucouw," tanya Thio
Han Liong.
"Aku harus berlatih
berapa lama baru bisa mengalahkan Hiat Mo?"
"Ayahmu kebetulan memakan
kodok api, maka Iwee-kangnya menjadi begitu tinggi. Kalau cuma mengandalkan
latihan, tentunya sulit mencapai Lweekang yang setinggi itu" Thio sam Hong
memberitahukan.
"Kalau begitu,
aku...." Thio Han Liong menghela nafas
panjang.
"Tiada harapan untuk
mengalahkan Hiat Mo- Aku...."
"Han Liong" Thio sam
Hong tersenyum.
"Engkau masih muda, tidak
baik cepat putus asa. siapa tahu kelak engkau akan menemukan suatu kemujizatan
seperti apa yang dialami ayahmu."
"Sucouw," tanya Thio
Han Liong.
"Kalau Hiat Mo muncul,
apakah aku boleh mencoba bertarung dengan dia?"
"Tentu boleh-" Thio
sam Hong manggut-manggut.
"Itu akan menambah
pengalamanmu."
"Guru" ujar song Wan
Kiauw-
"Bukankah itu akan membahayakan
diri Han Liong?"
"Tentu tidak-" Thio
sam Hong tersenyum-
"guru yakin, Hiat Mo
tidak akan membunuh Han Liong."
"oooh" song Wan
Kiauw menarik nafas lega.
"oh ya" Thio Han
Liong teringat sesuatu dan segera memberitahuku
"Ketika kami ke mari, di
tengah jalan bertemu seng Hwi." "oh?" Thio sam Hong mengerutkan
kening. "Lalu bagaimana?"
"Seng Hwi kenal su Hong
sek- ketua Kay Pang. Dia mengajak kami ke markas Kay Pang mengunjungi su Pangcu
dan kami ikut ke sana Justru sungguh di luar dugaan, Kay pang sedang menghadapi
serbuan golongan hitam."
"Apa?" Betapa
terkejutnya song Wan Kiauw dan lainnya, "golongan hitam akan menyerbu Kay
Pang?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Kini golongan hitam
diketuai oleh Kwee In Loan, dan si Mo sebagai wakilnya. Kwee In Loan mengutus
si Mo ke markas Kay Pang, untuk mengajak Kay pang bergabung. Tapi su Pangcu
menolak, maka menimbulkan kegusaran Kwee In Loan."
"Maka mereka lalu
menyerbu Kay Pang?" tanya song Wan Kiauw.
"si Mo yang memimpin
serbuan itu, tapi gagal karena seng Hwi berhasil melukainya," ujar Thio
Han Liong memberitahukan.
"Ketika kami berangkat ke
mari, seng Hwi masih berada di markas Kay Pang. Ternyata seng Hwi dan su pangcu
sudah saling jatuh hati-"
"oooh" Thio sam Hong
manggut-manggut.
"Itu baik sekali, sebab
seng Hwi berkepandaian tinggi, syukurlah kalau begitu"
"guru," ujar song
Wan Kiauw serius.
"Tidak lama lagi Hiat Mo
akan muncul, mungkin akan menimbulkan bencana dalam rimba persilatan, oleh
karena itu, alangkah baiknya kalau kita memberitahukan kepada siauw urn
Pay."
"Ngmmm" Thio sam
Hong manggut-manggut, kemudian memandang Thio Han Liong seraya berkata,
"Kalian berdua boleh ke
kuil siauw Lim menemui Kong Bun Hong Tio untuk memberitahukan tentang Hiat
Mo-"
"ya, sucouw-" Thio
Han Liong mengangguk-
"Aaaai—" Mendadak
Thio sam Hong menghela nafas panjang.
"cinta harus tumbuh dari
ke dua belah pihak- Kalau hanya sepihak, tentu akan menimbulkan suatu
penderiTuan. oieh karena itu, haruslah menekan cinta."
"sucouw" Thio Han
Liong tercengang.
"Aku tidak mengerti
maksud sucouw. Bolehkah sucouw menjelaskannya?"
"Han Liong" Thio sam
Hong tersenyum.
Kelak engkau akan
mengetahuinya, mungkin kawan baikmu itu mengerti."
"Aku mengerti,
sucouw." An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Heran?" gumam Thio
Han Liong. "Kok aku sama sekali tidak mengerti?"
"Han Liong" Thio sam
Hong tersenyum lagi, kemudian menambahkan,
"Kalau berjodoh, tentunya
jadi- Tetapi kalau tidak, sudah pasti tidak jadi jangan memaksakan diri, sebab
itu akan membuat diri sendiri tersiksa."
"Terima kasih atas
petunjuk, sucouw," ucap An Lok Kong cu.
"Terima kasih, aku tidak
akan memaksakan diri"
"Bagus, bagus" Thio
sam Hong tertawa sambil manggut-manggut.
"Nah, sekarang kalian
boleh berangkat."
"Guru, kenapa begitu
cepat guru suruh mereka berangkat?" tanya song Wan Kiauw.
"Bukankah lebih baik
berangkat esok?"
"Jangan membuang
waktu" sahut Thio sam Hong.
"Berangkat sekarang atau
esok sebetulnya sama, namun alangkah baiknya kalau berangkat sekarang."
"Sucouw, kami mohon
pamit" ucap Thio Han Liong sambil bersujud, begitu pula An Lok Kong cu.
setelah itu, barulah mereka meninggalkan ruang meditasi itu, kemudian mereka
berdua berpamitan juga kepada song wan Kiauw dan lainnya, lalu berangkat ke
kuil siauw Lim sie.
-ooo00000ooo-
Dalam perjalanan menuju kuil
siauw Lim sie, An Lok Kong cu diam saja, tidak pernah bercanda ria lagi seperti
tempo hari, bahkan wajahnya tampak murung sekali.
"Adik An Lok." tanya
Thio Han Liong.
"Kenapa engkau diam saja?
Apakah engkau tidak senang berangkat ke kuil siauw Lim sie?"
"Aku...." An Lok
Kong cu menundukkan kepala.
"Adik An Lok" Thio
Han Liong tersenyum.
"Pemandangan di sana
indah sekali lho Ada air terjun dan...."
"Kakak Han Liong,
engkaujangan salah paham. Sebetulnya aku senang sekali ke kuil siauw Lim sie,
tapi...."
"Kenapa?"
"Aku sedang berpikir,
kalau Hiat Mo muncul, sudah barang tentu engkau akan berkumpul dengan Giok
Cu...."
"Adik An Lok" Thio
Han Liong menghela nafas panjang. "Bagaimana mungkin aku berkumpul dengan
Giok Cu?
Karena aku tidak dapat
mengalahkannya, tentunya dia tidak akan melepaskan Giok Cu."
"Kakak Han Liong,
aku...." An Lok Kong cu ingin
mengutarakan sesuatu, tapi
mendadak dibatalkan.
"Adik An Lok"
barusan engkau mau omong apa? Kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Thio Han
Liong lembut.
"Itu...." An Lok
Kong Cu tersenyum paksa,
"jangan lupa engkau harus
antar aku pulang ke Kola raja"
"Jangan khawatir, aku
tidak akan lupa" Thio Han Liong tertawa.
"Ternyata engkau
mengkhawatirkan itu"
"Kakak Han
Liong...." ucapan An Lok Kong cu terputus,
karena mendadak terdengar
suara jeritan seorang wanita.
"Tolong Tolong..."
Thio Han Liong dan An Lok Kong
cu tersentak kaget, lalu segera melesat ke arah suara itu. Tampak beberapa
lelaki sedang berusaha merobek pakaian seorang wanita-Menyaksikan kejadian itu,
darah An Lok Kong cu langsung mendidih.
"Berhenti" bentaknya
sambil menghunus pedang pusakanya-
Beberapa lelaki itu
terperanjat- Namun ketika melihat Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu yang masih
muda itu, mereka lalu tertawa-
"Anak muda Lebih baik
kalian jangan mencampuri urusan kami" bentak salah seorang dari mereka-
"Kami mau
bersenang-senang dengan wanita montok ini Ha ha ha—"
"Kalian ingin memperkosa
wanita itu?" tanya An Lok Kong cu dengan wajah berubah hebat.
"Betul"
Kalau begitu, kalian pasti
penjahat" "Tidak salah"
"Hmm" dengus An Lok
Kong cu, lalu perlahan-lahan menghampiri mereka dengan wajah dingin sekali-
"Tuan Tolong aku—"
teriak wanita itu-
"Kalian penjahat
pemerkosa kaum wanita, maka hari ini kalian semua harus mampus"
"Ha ha ha—" salah
seorang penjahat itu tertawa gelak, namun sekonyong-konyong menjerit-
"Aaaaakh—"
Ternyata An Lok Kong cu telah
menggerakkan pedang pusakanya. Begitu cepat gerakannya, maka penjahat itu tidak
sempat berkelit, sehingga dadanya tertembus pedang itu.
"Engkau...
engkau...." Penjahat itu menuding An Lok Kong
cu. Darah segar terus mengucur
dari dadanya, kemudian roboh dan nafasnya terputus seketika-
Betapa terkejutnya yang lain.
Mereka ingin kabur tapi An Lok Kong cu telah menggerakkan pedangnya- Itu adalah
ilmu pedang cai Hong Kiam Hoat. la menggunakan jurus Cai Kong Huang Hui
(Pelangi Meman-carkan cahaya) menyerang penjahat-penjahat itu. Tam-pak
pedangnya berkelebatan berbentuk pelangi mengarah ke para penjahat itu.
"Aaaakh—" jerit para
penjahat itu, lalu terkapar dengan tubuh bermandi darah-Ternyata dada mereka
telah tertembus pedang. Tabuh mereka menggeliat-geliat, sejenak kemudian diam
tak bergerak lagi, sudah binasa.
"Adik An Lok—-" Thio
Han Liong menggeleng-gelengkan kepala-
"Kenapa engkau membunuh
mereka?"
Kakak Han Liong" sahut An
Lok Kong cu-
Kalau mereka tidak dibunuh,
tentu akan memperkosa kaum wanita lagi."
"Betul,Tuan Muda,"
sela wanita itu sambil merapikan pakaiannya.
"Mereka memang pantas
dibunuh, karena sudah sering membunuh penduduk desa dan memperkosa kaum
wanita."
"oh?" Thio Han Liong
terbelalak-
"Kami sekeluarga
meninggalkan desa itu, tapi-—" Wanita itu mulai menangis.
"Ke dua orang tuaku
dibunuh oleh para penjahat itu. Aku terus kabur, tapi sampai di sini.... Untung
siauwhiap (pendekar
muda) segera muncul. Kalau
tidak- aku... aku pasti sudah diperkosa-"
"Kini sudah aman, engkau
boleh pulang," ujar An Lok Kong cu.
"Pulang?" gumam
wanita itu
"Pulang ke mana? Kini aku
sudah sebatang kara, tidak punya orang tua...."
"Engkau punya famili
kan?" tanya Thio Han Liong.
"ya." Wanita itu
mengangguk-
"Tapi... bagaimana
mungkin aku menumpang di rumah famili?"
"Begini," ujar An
Lok Kong cu.
"Aku akan mem-berimu
uang, tentunya engkau dapat menggunakannya sebagaimana mestinya."
"Siauwhiap—."
An Lok Kong cu memberinya
seratus tael perak- Ketika melihat uang perak itu, wanita tersebut terbelalak-
"Uang perak ini untukmu,
ambillah" An Lok Kong cu menyodorkan uang itu ke hadapan wanita tersebut.
"Siauwhiap, aku-—"
Wanita itu tidak berani menerima uang tersebut.
"Ambillah" desak An
Lok Kong cu.
" untuk bekal
hidupmu."
"Terima kasih,
siauwhiap," ucap wanita itu sambil menerima uang perak tersebut dengan
tangan agak gemetar.
"Terima kasih-—"
An Lok Kong cu dan Thio Han
Liong saling memandang, lalu mendadak melesat pergi-
"Haah—?" Bukan main
terkejutnya wanita itu- la langsung menjatuhkan diri berlutut, karena mengira
mereka adalah dewa-
-ooo00000ooo-