Bab 36 Kembali Ke Kotaraja
Thio Han Liong dan An Lok Kong
cu duduk beristirahat di bawah sebuah pohon. Tengah mereka bercakap-cakap,
tiba-tiba An Lok Kong cu menghela nafas panjang.
Kalau kita tidak melewati
tempat itu, habislah wanita itu," ujar An Lok Kong cu.
Aku tak menyangka begitu
banyak penjahat dalam rimba persilatan. engkau berkepandaian tinggi, seharusnya
engkau membasmi para penjahat itu"
"Benar." Thio Han
Liong manggut-manggut.
"Tapi tidak mungkin para
penjahat dapat dibasmi."
"Kenapa?"
"Kejahatan selalu tumbuh
di tengah-tengah kebaikan, dan itu sudah merupakan kodrat alam," sahut
Thio Han Liong dan melanjutkan,
"Di mana ada kejahatan,
di situ pasti ada kebaikan. Di mana ada kebaikan, di situ pasti ada kejahatan
pula."
"oh?" Bingung An Lok
Kong cu mendengarnya,
"Karena kebaikan dan
kejahatan merupakan saudara kembar yang tak terpisahkan, bahkan juga merupakan
sebagian dari hidup kita pula-" Thio Han Liong memberitahukan.
"Kalau iman kita tidak
kuat dan teguh, tentu kita akan berubah menjadi penjahat."
"oooh" An Lok Kong
cu manggut-manggut, kemudian mengalihkan pembicaraan,
"oh ya, setelah kita ke
kuil siauw Limsie, engkau harus mengantarku pulang ke Kota raja."
"Ya." Thio Han Liong
mengangguk-
"Memang lebih baik engkau
pulang, sebab amat membahayakan dirimu kalau engkau terus berkecimpung dalam
rimba persilatan. Lagi pula tidak baik engkau berpisah dengan ke dua orang
tuamu."
"Bilang saja engkau tidak
mau kuikuti Pakai seaala alasan Dasar" An Lok Kong cu cemberut.
"Adik An Lok-—" Thio
Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku sama sekali tidak
bermaksud begitu, jangan salah paham"
"Hmmm" dengus An Lok
Kong cu.
"Adik An Lok" Thio
Han Liong memegang tangannya.
"engkau marah
kepadaku?"
Wajah An Lok Kong cu langsung
memerah dan cepat-cepat ditundukkan ketika Thio Han Liong memegang tangannya
"Kakak Han Liong, aku
tidak marah, cuma... bercanda saja" ujar An Lok Kong cu dengan suara
rendah.
"oooh" Thio Han
Liong menarik nafas lega.
Di saat bersamaan, mendadak
melayang turun beberapa orang. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu langsung
bangkit berdiri orang-orang yang baru muncul itu segera memberi hormat kepada
An Lok Kong cu.
" Kalian...." An Lok
Kong cu terbelalak.
"ya, kami." Ternyata
mereka adalah Tan Bun Hiong, Lie sie Beng dan yo wie Heng pengawal istana.
"Mau apa kalian ke
mari?" tanya An Lok Kong cu dengan ketus.
"Kami diutus untuk
mencari Tuan Muda," sahut Tan Bun Hiong.
"Harap Tuan Muda ikut
kami pulang ke Kotaraja"
"Aku tidak mau pulang
sekarang, sebab aku dan Kakak Han Liong mau ke kuil siauw Lim sie," sahut
An Lok Kong cu memberitahukan.
"Mau apa Tuan Muda ikut
dia ke kuil siauw Lim sie?" tanya Tan Bun Hiong sambil memandang Thio Han
Liong.
"Tidak ada urusan dengan
kalian," jawab An Lok Kong cu dengan ketus.
"Ayoh, cepatlah kalian
enyah dari sini"
"Tuan Muda—" keluh
Tan Bun Hiong.
"Kalau Tuan Muda tidak
pulang bersama kami, kami pasti dihukum penggal kepala. Tuan Muda, kasihanilah
kami"
"Adik An Lok," sela
Thio Han Liong sungguh-sungguh-
"Lebih baik engkau ikut
paman-paman itu pulang, biar aku sendiri ke kuil siauw Lim."
"Apa?" An Lok Kong
cu melotot.
"Engkau menghendaki aku
pulang sekarang?"
"sudah ada yang datang
menjemputmu, itu kan lebih baik," sahut Thio Han Liong.
"Tidak Pokoknya aku tidak
mau pulang bersama mereka, aku cuma mau pulang bersamamu"
"Adik An Lok-—" Thio
Han Liong menggeleng- gelengkan kepala.
"Bukankah engkau pernah
bilang, akan menuruti perkataanku? Tapi sekarang...."
"Kakak Han Liong, aku...
aku masih ingin bersamamu," ujar An Lok Kong cu dengan suara rendah-
"Begini" Thio Han
Liong tersenyum.
"Biar aku sendiri ke kuil
siauw Lim sie, dari kuil siauw Lim sie aku akan langsung ke Kota raja
menemuimu. Bagai-mana?"
"Engkau tidak
bohong?" tanya An Lok Kong cu dengan wajah berseri.
"Kalau aku bohong, aku
pasti disambar petir" ujar Thio Han Liong bersumpah.
"Nah Percayakah engkau
sekarang?"
"Aku sudah percaya."
An Lok Kong cu manggut-manggut dan menambahkan,
"Kalau engkau tidak ke
istana menemuiku, engkau— engkau pasti disambar petir."
"Ya-" Thio Han Liong
mengangguk-
Percakapan itu membuat Tan Bun
Hiong, Lie Sie Beng dan yo Wie Heng terbelalak- Walau mereka merasa heran,
namun sama sekali tidak berani bertanya apa pun.
"Kakak Han
Liong...." An Lok Kong cu mengeluarkan
sebuah Giok yang berukir
sepasang naga, lalu diberikan kepadanya seraya berpesan,
"sampai di istana,
perlihatkan giok ini kepada pengawal di sana Mereka pasti mengantarmu ke dalam
menemuiku."
"Baik-" Thio Han
Liong menerima giok itu, kemudian disimpan ke dalam bajunya.
" Kakak Han Liong"
An Lok Kong cu menatapnya,
"Giok itu tidak boleh
hilang lho Hati-hatilah menjaganya"
Aku pasti hati-hati menjaga
giok pemberianmu itu, percayalah" ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.
Kakak Han Liong...." An
Lok Kong cu memegang tangannya.
"sampai berjumpa nanti
Aku pasti menceritakan tentangmu kepada ayahku."
"sampai jumpa" Thio
Han Liong membelainya, kemudian mendadak melesat pergi seraya berseru.
"Adik An Lok- aku pasti
datang menemui mu"
"Kakak Han Liong Kakak
Han Liong..." panggil An Lok Kong cu. Namun Thio Han Liong sudah tidak
kelihatan, dan itu membuat An Lok Kong cu mem-banting-bantingkan kaki
"gara-gara kalian"
Ampun, putri" Mereka
bertiga langsung menjatuhkan diri berlutut di hadapan An Lok Kong cu.
"Sudahlah Kalian cepat
bangun" ujar An Lok Kong cu.
"Terima kasih,
Putri," ucap mereka serentak sambil bangkit berdiri Setelah itu Tan Bun
Hiong bertanya,
"siapa pemuda itu?"
"Dia bernama Thio Han
Liong."
"Mau apa dia ke kuil
siauw Lim sie?"
"Itu adalah urusan rimba
persilatan, kalian tidak usah tahu."
"ya, ya." Tan Bun
Hiong mengangguk, lalu ber-tanya lagi. "Dia tidak tahu kalau Putri adalah
seorang gadis?"
"Dia sama sekali tidak
tahu," sahut An Lok Kong cu sambil tersenyum.
"Dia masih mengira aku
laki-laki-"
"oh?" Tan Bun Hiong
tertawa-
"Dia memang bodoh, sama
sekali tidak tahu penyamaran Putri."
"Engkau yang bodoh"
bentak An Lok Kong cu.
"Dia berhati polos, maka
tidak banyak bercuriga, tidak seperti kalian yang begitu licik, pakai alasan penggal
kepala untuk membohongiku Kalian kira aku tidak tahu?"
"Ampun, Putri Kalau kami
tidak berhasil menemukan putri, kami pasti dihukum berat." Tan Bun Hiong
memberitahukan. -
"Putri, mari kita
berangkat" "Baik-" An Lok Kong cu mengangguk-"Mari kita berangkat"
"Terima kasih, Kong
cu" ucap Tan Bun Hiong sambil menarik nafas lega. Begitupula Lie Sie Beng
dan yo wie Heng.
Mereka lalu meninggalkan
tempat itu, menempuh jalan yang menuju kota raja. Ketika beristirahat di sebuah
kedai arak. An Lok Kong cu menatap Tan Bun Hiong seraya bertanya.
"Belasan tahun lalu,
apakah guru-guruku dan Lie Wie Kiong menyerbu ke pulau Hong Hoang to?"
"Kenapa Kong cu
menanyakan itu?" Tan Bun Hiong batik bertanya.
"Bun Hiong" An Lok
Kongcu mengerutkan kening.
"Aku yang bertanya,
kenapa engkau berani balik bertanya?"
"Ampun Kongcu" Tan
Bun Hiong segera menjura.
"Itu memang benar. Yang
Mulia yang mengutus mereka pergi menyerbu pulau Hong Hoang to-"
"Kenapa pulau Hong Hoang
to diserbu? Apakah penghuni pulau itu pemberontak?"
"Maaf, Kong cu" ucap
Tan Bun Hiong.
"Kami kurang paham akan
hal itu. Tapi setahu kami, Thio Bu Ki yang tinggal di pulau itu."
"oooh" An Lok Kong
cu manggut-manggut. la tidak bertanya apa-apa lagi, namun amat kesal dalam hati
akan perbuatan ayahnya itu.
-ooo00000ooo-
Enam tujuh hari kemudian,
mereka sudah memasuki wilayah kotaraja dan langsung menuju istana. Begitu
melihat An Lok Kong cu, para pengawal segera berlari ke dalam untuk melapor.
"Kong cu sudah pulang
Kong cu sudah pulang...."
Mendengar suara seruan itu.
Lie Wie Kiong, pemimpin pengawal istana berhambur ke luar.
"Lapor. Pak Kong cu sudah
pulang bersama Tan Bun Hiong."
"Baik," Lie Wie
Kiong segera berjalan ke luar, dan ketika melihat An Lok Kong cu. ia langsung
memberi hormat.
"Kong cu...."
"Hm" dengus An Lok
Kong cu sambil terus melangkah ke dalam menuju An Lok Kiong (istana Tenang
gembira), yaitu tempat An Lok Kong cu.
"Bun Hiong," tanya
Lie Wie Kiong berbisik-
"Kenapa Kong cu
marah-marah, apa yang telah terjadi?"
"Entahlah-" Tan Bun
Hiong menggelengkan kepala-
"Bun Hiong" Lie Wie
Kiong tersenyum-
"Syukurlah kalian
berhasil menemukan Kong cu dan mengajaknya pulang. Kalau tidak—-"
"yang Mulia
marah-marah?" tanya Tan Bun Hiong.
"Ya." Lie Wie Kiong
manggut-manggut.
"Kalian tunggu di sini,
aku akan melapor kepada Yang Mulia"
Lie Wie Kiong cepat-cepat
pergi menghadap kaisar yang sedang santai di ruang istirahat.
"Yang Mulia—" Lie
Wie Kiong berlutut-
"Bangunlah" ujar Cu
Goan ciang.
"Terima kasih. Yang
Mulia." Lie Wie Kiong bangkit berdiri-
"Maaf, hamba ingin
melaporkan sesuatu yang menggembirakan."
"Cepatlah lapor"
"Yang Mulia, An Lok Kong
cu sudah pulang bersama Tan Bun Hiong, Lie Sie Beng dan Yo sie Heng."
"oh?" Wajah Cu Goan
ciang langsung berseri.
"Ce-pat panggil dia ke
mari"
"ya, yang Mulia."
"oh ya." ujar cu
Goan ciang.
"Tan Bun Hiong, Lie Sie
Beng dan yo Wie Heng harus diberi hadiah, masing-masing lima ratus tael
emas."
"Terima kasih, yang
Mulia," ucap Lie Wie Kiong, lalu meninggalkan ruang istirahat dengan wajah
berseri-seri.
Tan Bun Hiong, Lie Sie Beng
dan yo wie Heng masih menunggu di tempat. Ketika melihat kemunculan Lie Wie
Kiong dengan wajah berseri, gembiralah hati mereka-
"Bagaimana, Pak?"
tanya Tan Bun Hiong.
"Tenang" sahut Lie
Wie Kiong sambil tersenyum.
"Kaisar gembira sekali,
maka kalian masing-masing diberi hadiah sebesar lima ratus tael emas."
"oh?" Wajah ke tiga
pengawal istana itu langsung cerah ceria.
"Kalau begitu... kami
masing-masing akan menyerahkan seratus tael emas untuk Bapak-"
"Ha ha ha" Lie Wie
Kiong tertawa gelak, itu berarti ia menerima pemberian tersebut.
"oh ya, sekarang aku
harus pergi memanggil An Lok Kong cu, sebab kaisar ingin menemuinya. "
Lie Wie Kiong berjalan
tergesa-gesa menuju istana An Lok-Namun ketika sampai di pintu istana itu, ia
ditahan oleh dayang di sana.
"Maaf" ucap dayang
itu.
"Kong cu sedang
beristirahat, siapa pun tidak boleh mengganggunya."
"yang Mulia memanggil
Kong cu ke ruang istirahat, harap Kong cu segera ke sana." Lie Wie Kiong
memberitahukan.
"Baik, akan kusampaikan
kepada Kong cu." Dayang itu berjalan masuk-
sebetulnya An Lok Kong cu
tidak beristirahat, melainkan sedang bercakap-cakap dengan Lan Lan, dayang
kesayangannya.-
"Kong cu," lapor
dayang itu.
"yang Mulia memanggil
Kong cu, ke ruang istirahat."
"Baik- Aku akan segera ke
sana" sahut An Lok Kong cu.
Dayang itu segera keluar, lalu
memberitahu Lie Wie Kiong, yang menunggunya di depan pintu.
"Kong cu, akan segera ke
ruang istirahat. Pak Lie tidak usah menunggu di sini"
"Ya-" Lie Wie Kiong
langsung meninggalkan istana An Lok itu-
Tak lama muncullah An Lok Kong
cu menuju ruang istirahat- Begitu sampai di ruang itu, ia memberi hormat kepada
Cu Goan ciang.
"Ananda memberi hormat
kepada Ayahanda," ucapnya.
"Ay Ceng" Cu Goan
ciang tersenyum lembut.
"syu-kurlah engkau sudah
pulang, legalah hati ayah"
"Terima kasih atas
perhatian Ayahanda."
"Duduklah"
"Ya, Ayahanda." An
Lok Kong cu duduk-
"Nak" Cu Goan ciang
menatapnya seraya bertanya,
"Kenapa engkau
meninggalkan istana diam-diam?"
"Ananda ingin pergi
pesiar seorang diri, maka tidak memberitahukan kepada Ayahanda, mohon Ayahanda
sudi memaafkan ananda"
"Sudahlah" Cu Goan
ciang menghela nafas panjang.
"Lain kali kalau mau
pergi pesiar, harus memberitahukan ayah-"
"Ya." An Lok Kong cu
mengangguk-
"Nak" Cu Goan ciang
menatapnya lembut seraya bertanya, "Apa yang engkau alami selama
itu?"
"Banyak yang ananda
alami," jawab An Lok Kong cu dan menutur mengenai apa yang dialaminya,
kemudian menambahkan,
"Ananda pun berkenalan
dengan seorang pemuda...."
"oh?" Cu Goan ciang
mengerutkan kening.
"Tidak seharusnya engkau
berkenalan dengan pemuda biasa."
"Dia pemuda luar
biasa." An Lok Kong cu memberitahukan. "Tampan lemah lembut dan
berkepandaian tinggi." "oh, ya? siapa pemuda itu?"
"Namanya Thio Han
Liong."
"Berapa usianya?"
"Sekitar dua puluh
tahun."
"Ngmmm" Cu Goan
ciang manggut-manggut.
"Kenapa engkau tidak
mengajaknya ke mari menemui ayah?"
"Dia ke kuil siauw Lim
Sie dulu, setelah itu barulah ke mari menemui ananda."
"Kalau dia ke mari,
engkau harus memberitahu ayah," pesan cu Goan ciang.
"Ayah pun ingin
menemuinya."
"ya." An
Lok"tong Cu mengangguk, kemudian bertanya,
"Ayahanda yang mendirikan
kerajaan ini, kenapa dinamai kerajaan Beng?"
"Ha ha ha" Cu Goan
ciang tertawa gelak.
"Beng berarti terang,
maka kerajaan yang ayah dirikan ini pasti terang selama-lamanya."
"oooh" An Lok Kong
cu manggut-manggut. "Jadi tiada kaitannya dengan suatu sejarah?"
"Eh?" Cu Goan ciang menatapnya.
"Kenapa engkau menanyakan
itu?" "Ananda dengar..." sahut An Lok Kong cu.
"Ayahanda menamai
kerajaan Beng karena ada Beng Kauw—."
"Engkau dengar dari
siapa?" Cu Goan ciang tampak tersentak-
"Cepat katakan siapa yang
bilang itu"
"Rakyat yang
bilang."
"oooh" Cu Goan ciang
menghela nafas panjang.
"Kerajaan Beng yang ayah
bangun ini memang ada kaitannya dengan Beng Kauw."
"Bolehkah diceritakan
kepada ananda?"
"singkat saja,"
sahut Cu Goan ciang.
"sebab Beng Kauw yang
menumbangkan Dinasti Goan (Mongol)-"
"siapa ketua Beng
Kauw?"
"Ketua Beng Kauw adalah
Thio Bu Ki. sudahlah Kenapa engkau banyak bertanya?"
"Kalau tidak salah—"
ujar An Lok Kong Cu perlahan. "Ayahanda adalah mantan anak buah Thio Bu
Ki, kan?"
"Engkau—." Air muka
Cu Goan ciang langsung berubah, kemudian ia menghela nafas panjang seraya
berkata,
"Itu memang benar, ayah
adalah mantan anak buah Thio Bu Ki."
"Thio Bu Ki begitu
mengalah kepada Ayahanda, tapi...." An
Lok Kong cu tampak emosi
sekali.
"Ayahanda malah ingin
membunuhnya. Bukankah Ayahanda amat kejam dan tidak menghargai kegagahan
seseorang?"
"Nak—" Cu Goan ciang
menghela nafas panjang. "Itu urusan politik kerajaan, engkau tidak
mengerti."
"Ananda justru
mengerti," sahut An Lok Kong cu.
"Belasan tahun yang lalu.
Ayahanda mengutus guru-guru ananda dan Lie Wie Kiong serta puluhan pengawal
istana pilihan pergi menyerbu pulau Hong Hoang to- Kenapa Ayahanda melakukan
itu? Bukankah Thio Bu Ki sekeluarga sudah hidup mengasingkan diri dipulau itu?
Namun Ayahanda masih ingin membunuhnya. "
"Engkau tahu itu dari
siapa?" tanya Cu Goan ciang dengan kening berkerut.
"Thlo Han Liong adalah
putra Thio Bu Ki. Dia yang menceritakan kepada ananda tentang semua itu.
Tapi... dia sama sekali tidak tahu kalau aku An Lok Kong cu. Putri
kaisar." An Lok Kong cu memberitahukan.
"Dia-—" Air muka Cu
Goan ciang tampak berubah-
"Dia mau ke mari
menemuimu atau ingin membunuh ayah?"
"Dia ke mari hanya ingin
menemui ananda, bukan ingin membunuh Ayahanda," ujar An Lok Kong Cu
sungguh-sungguh-
"oh?" Kening cu Goan
ciang berkerut.
"Kok dia tidak berniat
membunuh ayah? Itu sungguh mengherankan"
"Ayahnya yang
melarangnya." An Lok Kong cu memberitahukan,
"Ayahnya bilang, apabila
Thio Han Liong membunuh Ayahanda, maka rakyat yang, akan menderita, oleh karena
itu, dia tidak akan membunuh Ayahanda."
"Aaaah—" Cu Goan
ciang menghela nafas panjang,
"sesungguhnya belasan
tahun lalu itu, ayah sama sekali tidak berniat membunuh Thio Bu Ki...."
"Tapi kenapa Ayahanda
mengutus guru-guru ananda dan Lie Wie Kiong ke pulau Hong HoangTo membunuh Thio
Bu Ki sekeluarga?"
"Ayah sama sekali tidak
menyuruh mereka membunuh Thio Bu Ki sekeluarga, melainkan cuma menyuruh mereka
membawa Thio Bu Ki ke mari."
"Membawa Thio Bu Ki ke
mari? Itu sama juga menangkapnya- Namun tahukah Ayahanda, bibi Thio Han Liong
bernama Ciu Ci Jiak justru mati di tangan guru-guru ananda, sedangkan Thio Bu
Ki dan isterinya terluka, bahkan wajah mereka rusak karena terbakar oleh Liak
Hwee Tan."
"yaaah—" Cu Goan
ciang menggeleng-gelengkan kepala,
"Itu...."
"Thio Bu Ki yang
menumbangkan Dinasti Goan, ayah yang menjadi kaisar, Itu adalah jasa Thio Bu
Ki, namun Ayahanda begitu kejam...."
"Nak. sudahlah" Cu
Goan ciang menghela nafas panjang.
"Kalau pada waktu itu
ayah tidak merebut kekuasaan dan tahta kerajaan, apa jadinya kini? Lihatlah
Bukankah rakyat sudah hidup tenang dan makmur? Lagipula Ayah..."
"Itu memang benar, tapi
kesalahan Ayahanda...."
"Nak" Cu Goan ciang
menatapnya dengan penuh perhatian.
"Kenapa engkau begitu
membela Thio Bu Ki? Apakah dikarenakan putranya itu?"
"Angnda membela
kebenaran, tidak membela siapa pun. Kalau Kakak Han Liong ke mari. Ayahanda
harus minta maaf kepadanya"
"oh?" Cu Goan ciang
tertawa.
"Ayah adalah seorang
kaisar, pantaskah ayah minta maaf kepadanya?"
"Ayahanda yang bersalah,
tentu pantas" sahut An Lok Kong cu.
"Baik, baik-" Cu
Goan ciang manggut-manggut, "Apabila dia ke mari, ayah pasti minta maaf
kepadanya-" "Terima kasih. Ayahanda" ucap An Lok Kong cu.
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya sambil tersenyum.
"Kelihatannya engkau
begitu menaruh perhatian kepada Thio Han Liong, pasti ada apa-apanya. ya,
kan?"
"Ti... tidak-" An
Lok Kong cu menundukkan kepala-
"Berterus teranglah"
desak Cu Goan ciang halus.
"Ayah ingin
mengetahuinya."
"Dia memang tampan
sekali, berkepandaian tinggi dan lemah lembut. Bahkan... selalu melindungi
ananda." An Lok Kong cu memberitahukan dengan sikap malu-malu.
"oh?Jadi— engkau jatuh
hati kepadanya?"
"ya."
"Bagaimana dia? Apakah
dia juga jatuh hati kepadamu?"
"Aaaah—" An Lok Kong
Cu menghela nafas panjang.
"Dia sama sekali tidak
tahu kalau ananda seorang gadis, lagi pula— dia sudah punya kekasih-"
"oh?" Cu Goan ciang
mengerutkan kening.
"siapa kekasihnya?"
"Tan Giok Cu" jawab
An Lok Kong cu dan menutur tentang hubungan Thio Han Liong dengan gadis
tersebut dan lain sebagainya, setelah itu ia pun menambahkan,
"Kini gadis itu masih
berada di tangan Hiat Mo-"
"Nak. itu adalah
kesempatanmu," ujar cu Goan ciang dengan suara rendah.
"Ananda tidak akan
memaksakan diri, cinta harus tumbuh dari ke dua belah pihak-.." kata An
Lok Kong cu.
"Itu adalah pesan dari
guru Besar Thio sam Hong."
"Engkau bertemu guru
Besar Thio sam Hong?" cu Goan ciang terbelalak.
"Ya." An Lok Kong cu
mengangguk, kemudian menceritakan tentang kejadian di markas Kay Pang.
"Aaaah—" Cu Goan
ciang menghela nafas panjang.
"sejak Thio Bu Ki hidup
mengasingkan diri di pulau Hong Hoang to, rimba persilatan berubah menjadi
tidak aman. sebetulnya Thio Bu Ki juga adalah Bu Lim Beng Cu (Ketua Rimba
Persilatan) yang amat disegani kawan maupun lawan."
"oh?" An Lok Kong cu
terbelalak-
"Seandainya.... Thio Han
Liong ingin menjadi pejabat
tinggi...."
"Ayah pasti
mendukungnya," sahut Cu Goan Ciang cepat.
"Tapi-..." An Lok
Kong cu menggeleng-gelengkan kepala.
"Dia sama sekali tidak
berniat menjadi pejabat tinggi, oh ya, ananda dan dia pernah bertemu seorang
pembesar kota Tiang ciu...."
An Lok Kong cu menutur tentang
kejadian di Pek Hoa Louw (Rumah seratus Bunga), mendengar itu, Cu Goan ciang
tertawa gelak-
"Ha ha ha Bagus, bagus
Pembesar seperti itu memang harus dihukum," ujarnya dan mendadak muncul
suatu ide-
"Thio Han Liong tidak
berniat menjadi pejabat tinggi, namun ayah punya suatu akal menjadikannya
sebagai petugas rahasia ayah, khusus nya menghukum para pembesar yang korup dan
selalu berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat."
"oh?" Wajah An Lok
Kong cu berseri.
"Kakak Han Liong memang
adil dan bijak sekali, dia pantas untuk tugas itu. Tapi... belum tentu dia
bersedia menerima tugas itu."
"Ayah punya akal agar dia
mau menerima tugas itu." Cu Goan ciang tersenyum serius.
"Baiklah, sekarang engkau
boleh kembali ke istana An Lok untuk beristirahat."
"Terima kasih,
Ayahanda," ucap An Lok Kong cu sambil memberi hormat, lalu kembali ke
istana An Lok.
Begitu sampai di istananya,
Lan Lan, dayang pribadi An Lok Kong cu langsung menyambutnya.
"Yang Mulia memarahi Kong
cu?"
"Tidak-" An Lok Kong
cu tersenyum sambil duduk-
"Banyak yang kami
bicarakan."
"oh?" Lan Lan
terbelalak-
"Juga membicarakan
tentang Thio Han Liong?"
"Ya-" An Lok Kong cu
mengangguk
"Aku berterus terang,
bahwa Thio Han Liong adalah putra Thio Bu Ki-"
"Bagaimana reaksi yang
Mulia?"
"Tersentak, tapi tidak
marah-marah-" An Lok Kong cu memberitahukan.
"Akhirnya ayahku
berjanji, apabila Kakak Han Liong ke mari, ayahku akan minta maaf kepadanya."
"oh?" Lan Lan
tertawa.
"Itu sungguh luar biasa
dan tak terduga sama sekali"
"Tidak salah-" An
Lok Kong cu manggut-manggut.
"Itu dikarenakan ayahku
merasa bersalah terhadap Thio Bu Ki."
"oh ya" Lan Lan
teringat sesuatu.
"Tadi Kong cu bilang....
Han Liong sudah punya kekasih,
lalu bagaimana dengan Kong
cu?"
"yaah" An Lok Kong
cu menghela nafas panjang.
"Mau bilang apa? Aku
tetap mencintainya dalam hati, walau dia tidak mencintaiku."
"Kalau begitu..."
Lan Lan menggeleng-gelengkan kepala. "Bukankah Kong cu akan menderita
sekali?"
"Lebih baik aku yang
menderita, asal dia hidup bahagia," ucap An Lok Kong cu dengan suaru
rendah-
"Kong Cu...."
"Aku tidak akan
memaksanya untuk mencintaiku, yang penting dia tidak akan melupakan diriku, aku
sudah merasa puas."
"Kong cu, hamba
penasaran...."
"Kenapa engkau
penasaran?"
"Kong cu sedemikian
cantik dan lemah lembut, bagaimana mungkin dia tidak akan tertarik?-"
"Lan Lan" An Lok
Kong cu tertawa geli.
"Kenapa engkau goblok?
Dia kan tidak tahu kalau aku seorang gadis, jadi bagaimana mungkin dia akan
tertarik kepadaku?"
"oooh" Lan Lan
manggut-manggut.
"Kalau begitu, dia juga
goblok sekali, sudah sekian lama bersama Kong cu, tapi tidak tahu kalau Kong cu
seorang gadis."
"Dia tidak goblok,
melainkan mempercayaiku tidak membohonginya, maka dia tidak mencurigai
diriku."
"Kalau begitu...."
Lan Lan tertawa-
"Dia pasti pemuda yang
berhati polos-"
"Tidak salah-" An
Lok Kong cu mengangguk-
"Hati-nya amat polos,
seandainya dia belum punya kekasih—-"
"Dia akan jatuh hati
kepada Kong cu?"
"Aku yakin itu-" An
Lok Kong cu tersenyum- Ter-nyata ia teringat ketika bersama Thio Han Liong.
"Kami tidur sekamar,
namun dia selalu mengalah terhadapku- Dia tidur di kursi, sedangkan aku tidur
di ranjang."
"Ketika Kong cu tidur,
dia— dia tidak meraba-raba Kong cu?" tanya Lan Lan mendadak-
"Engkau sudah gila
ya?" An Lok Kong cu melotot. "Mau apa dia meraba-raba diriku?"
"Biasa," sahut Lan Lan sambil tertawa-
"Engkau sudah sinting
barangkali" An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kepala dan berkata,
"Dia kan mengira aku
lelaki?"
" Heran?" gumam Lan
Lan.
"Dia mengira Kong cu
lelaki, tapi kenapa tidak mau tidur seranjang dengan Kong cu?"
"Mungkin... dia sudah
terbiasa tidur seorang diri, maka tidak mau tidur bersama siapa pun."
"Belum tentu." Lan
Lan tersenyum.
Kalau dia tahu Kong cu seorang
gadis, mungkin dia akan mencari kesempatan untuk tidur bersama Kong cu."
"Itu yang kuharapkan
selama itu. Namun... selama itu dia sama sekali tidak mau tidur di
sisiku."
An Lok Kong cu menghela nafas
panjang,
"seandainya dia tidur di
sisiku, aku pasti pura-pura pulas lalu memeluknya erat-erat."
"Idiiih" Lan Lan
tertawa geli-
"Mana ada anak gadis yang
memeluk anak lelaki duluan? Dasar—-"
"Itu kan
seandainya," sahut An Lok Kong cu dengan wajah kemerah-merahan dan
menambahkan.
"Tapi mau-ku memang
begitu?"
"Hi hi hi" Lan Lan
tertawa cekikikan.
"Kong cu sudah ngebet Hi
hi hi"
"Aaaah—" sebaliknya
An Lok Kong cu malah menghela nafas panjang, dan kemudian bergumam,
"Bertemu tapi harus
berpisah, bertemu lagi justru untuk berpisah kembali. Hati nan duka merindukan
sang kekasih di ujung langit, biarlah aku menderita asal sang kekasih hidup
bahagia."
-ooo00000ooo-
sementara itu, Thio Han Liong
sudah tiba di kuil siauw Lim sie- Dengan penuh kegembiraan Kong Bun Hong Tio
dan Kong It seng ceng menyambut kedatangannya-
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio dengan wajah berseri. "selamat datang, Han Liong"
"Kong Bun Hong Tio dan
Kong Ti seng ccng, terimalah hormatku" ucap Thio Han Liong sambil memberi
hormat.
omitohud" Kong Bun Hong
Tio tersenyum. "Han Liong, silakan duduk"
"Terima kasih-" Thio
Han Liong duduk-
"Maaf, kedatanganku telah
mengganggu ketenangan Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng"
"Jangan berkata begitu,
Han Liong" ujar Kong Bun Hong Tio-
"Kami senang sekali atas
kunjunganmu.... "
"Han Liong," tanya
Kong Ti seng Ccng.
"Engkau ke mari membawa
suatu berita penting?"
"Ya." Thio Han Liong
mengangguk-
"Belum lama ini, Kay Pang
diserang oleh golongan hitam-"
"oh?" Kong Bun Hong
Tio dan Kong Ti seng Ceng terkejut bukan main.
"Engkau tahu dari
siapa?"
"Aku bertemu seng Hwi,
dia mengajak aku dan temanku ke markas Kay Pang." Thio Han Liong
memberitahukan.
"Ketika kami sampai di
sana, suasana di sana agak lain...."
"seng Hwi?" Kong Bun
Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng saling memandang, air muka mereka tampak agak
berubah-
"ya-" Thio Han Liong
mengangguk-
"Ternyata seng Hwi kenal
su Pangcu, justru kedatangan kami, maka Kay Pang terhindar dari bencana."
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio-
"Syukurlah kalau
begitu"
"Han Liong," tanya
Kong Ti seng Ceng.
"Bagaimana kejadian
itu?"
"si Mo yang memimpin
golongan hitam menyerang Kay Pang, maka terjadilah pertarungan yang amat
dahsyat..,." Thio Han Liong menutur tentang pertarungan itu.
"seng Hwi berhasil
melukai si Mo, sehingga membuat mereka kabur."
"oh?" Kong Bun Hong
Tio terbelalak-
"Seng Hwi berhasil
melukai si Mo?" "Betul." Thio Han Liong mengangguk "Aku
menyaksikan pertarungan itu-"
"Kalau begitu, kepandaian
seng Hwi sudah bertambah tinggi lagi," ujar Kong Bun Hong Tio.
"omitohud" ucap Kong
Ti seng Ceng.
"Tak disangka justru seng
Hwi yang menyelamatkan Kay Pang."
"Memang tak disangka sama
sekali," ujar Thio Han Liong dan menambahkan,
"Bahkan kelihatan seng
Hwi dan su Pangcu saling jatuh hati-"
"oh, ya?" Kong Bun
Hong Tio manggut-manggut sambil tersenyum,
"Itu merupakan hal yang
menggembirakan."
"Kong Bun Hong Tio sudah
tahu? Kwee In Loan sudah berada di Tionggoan sekarang, bahkan dia sebagai ketua
golongan hitam dan si Mo sebagai wakilnya." Thio Han Liong memberitahukan.
"Hah?" Kong Bun Hong
Tio dan Kong Ti seng Ceng terbelalak.
"Jadi.—"
"Kini Kwee In Loan sudah
menguasai ilmu Hiat Mo Ciang. Mungkin tidak lama lagi Hiat Mo akan tiba di
Tionggoan, maka sucouwku menyuruhku ke mari untuk memberitahukan."
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio-
"Kalau begitu, akan
timbul bencana lagi dalam rimba persilatan."
"suheng," ujar Kong
Ti seng Ceng sambil meng-geleng-gelengkan kepala.
"Tak disangka kita akan
menghadapi lawan tangguh lagi."
"omitohud Itu sudah
merupakan takdir-" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala.
"Kong Bun Hong Tio, aku
telah menyampaikan berita ini, sekarang aku mau mohon pamit," ujar Thio
Han Liong sambil bangkit berdiri-
"Oh ya, bolehkah aku
menjenguk Kakek Cia sun?"
"omitohud" jawab
Kong Bun Hong Tio-
"Kini mereka tidak mau
diganggu, jadi engkau tidak usah menjenguk mereka-"
"Kalau begitu, aku mohon
pamit," ucap Thio Han Liong.
"omitohud selamat jalan,
Han Liong" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
Thio Han Liong memberi hormat,
lalu melangkah pergi meninggalkan kuil siauw Lim sie, langsung menuju kota
raja.
-ooo00000ooo-