Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 41: Tong Koay Dan Pak Hong Ditangkap

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 41: Tong Koay Dan Pak Hong Ditangkap
Bab 41 Tong Koay Dan Pak Hong Ditangkap

Di saat Thio Han Liong sedang berlatih Kiu yang sin Kang di dalam telaga itu, si Mo kembali ke Pek yun Kok den langsung melapor.

Ketua dan Hiat cianpwee, aku telah berhasil menyelidiki tempat persembunyian Tong Koay dan Pak Hong."

"oh?" Wajah Kwee In Loan langsung berseri.

"Mereka berdua bersembunyi di mana?"

"Tong Koay bersembunyi di Cian Hoa Kok (Lembah seribu Bunga), sedangkan Pak Hong bersembunyi di Bu Im Tong (Gua Tanpa Suara)." si Mo memberitahukan.

"Bagaimana Lam Khie? Apakah engkau tak berhasil menyelidiki tempat persembunyiannya?" tanya Kwee In Loan.

"ya." si Mo mengangguk.

"Sayang sekali" Kwee In Loan menggeleng-geleng-kan kepala.

"Itu sudah cukup," ujar Hiat Mo sambil tertawa.

"Ha ha ha Aku akan menjadikan mereka sebagai pembunuh berdarah dingin. Ha ha ha..."

Kapan Hiat Locianpwee akan pgrg i menangkap mereka?" tanya Kwee In Loan.

"Besok pagi," sahut Hiat Mo-

"si,Mo harus menyertaiku sebagai petunjuk jalan."

"ya, Hiat cianpwee-" si Mo mengangguk.

"oh ya" si Mo menengok ke sana ke mari seraya bertanya-

"Apakah muridku sudah pulang?"

"sudah," sahut Kwee In Loan.

"Tapi dia tidak berhasil menyelidiki jejak Tong Koay, Lam Khie maupun Pak Hong."

"Memang tidak gampang menyelidiki jejak mereka," ujar si Mo-

"oh ya, di mana muridku sekarang?"

"sedang berduaan dengan Lan Nio di halaman belakang." Kwee In Loan memberitahukan.

"oh?" Wajah si ,mo langsung berseri.

"Syukurlah"

"si Mo," ujar Hiat Mo dengan sungguh-sungguh.

"Setelah menangkap Tong Koay dan Pak Hong, aku akan mulai menggembleng muridmu itu."

"Terima kasih, Hiat Cianpwee," ucap si Mo girang.

"Terima kasih-—"

"si Mo" Hiat Mo menatapnya tajam.

"Besok engkau harus ikut aku pergi menangkap Tong Koay dan Pak Hong"

"ya, Hiat Cianpwee-" si Mo mengangguk-

sementara itu, di halaman belakang markas tersebut tampak Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio sedang duduk bercakap-cakap

"Lan Nio, Han Liong adalah pemuda gagah yang solider pula- Maka alangkah baiknya kita berusaha menolong Giok Cu" bisik Kwan Pek Him.

"Bagaimana menurutmu?"

"Aku sudah memikirkan itu, tapi...." Ciu Lan Nio

menggeleng-gelengkan kepala.

"Percuma."

"Kenapa percuma?"

"Kita tidak mampu menolongnya, sebab ia telah terpengaruh ilmu sihir kakekku maka selalu menuruti perkataan kakekku-"

"Kalau begitu—," Kwan Pek Him menghela nafas panjang. "Kecuali kakekmu, orang lain tidak dapat menolongnya?"

"Kira-kira begitulah-" Ciu Lan Nio manggut-manggut dan menambahkan,

"seandainya kelak Kakak Han Liong berhasil mengalahkan kakekku, itu pun percuma karena Giok Cu tidak dapat disembuhkan lagi."

"Maksudmu?" Kwan Pek Him tersentak mendengar ucapan

itu

"Kakekku telah mempengaruhinya dengan ilmu sihir, sehingga membuat syaraf di otaknya terganggu. Maka walau kakekku menarik kembali ilmu sihirnya, Giok Cu tetap akan menjadi gadis gila."

"Oh?" Kwan Pek Him terbelalak-

"Kakekmu—-"

"sangat kejam, kan?"

"ya-"

"Aaaah—" Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.

"Kakekku...."

Ucapan gadis itu terputus karena mendadak muncul si Mo sambil tersenyum-senyum.

"Guru Guru..." seru Kwan Pek Him.

"Pek Him" si Mo memandangnya sambil manggut-manggut.

"Kalian sedang berduaan Maaf, aku telah mengganggu kalian"

"Guru-—" Wajah Kwan Pek Him memerah-

"Guru berhasil menyelidiki jejak Tong Koay, Lam Khie dan Pak Hong?" tanyanya-

"Ha ha" si Mo tertawa.

"Guru telah berhasil menyelidiki jejak Tong Koay dan pak Hong, hanya tidak berhasil menyelidiki jejak Lam Khie-"

"Oh?"

"Besok pagi aku akan pergi bersama Hiat Cian-pwee-.."

"Guru dan Hiat Locianpwee mau ke mana?" tanya Kwan Pek Him dengan rasa heran.

"Mau pergi menangkap Tong Koay dan Pak Hong." si Mo memberitahukan, lalu tersenyum seraya berkata.

"Pek Him, engkau sungguh beruntung sebab Hiat cian-pwee ingin menggembleng mu"

"Menggembleng ku? "

"ya. Hiat Cianpwee ingin mengajarmu ilmu silat, agar kepandaianmu bertambah tinggi."

"ooooh"

"Baiktah-" si Mo memandang mereka berdua, kemudian melangkah pergi sambil tertawa-tawa.

"Lan Nio...," ujar Kwan Pek Him dengan suara rendah-

"Besok pagi guruku dan kakekmu akan pergi menangkap Tong Koay dan Pak Hong, bagaimana menurutmu?"

"Aaaah—" Ciu Lan Nio menggelengkan kepala.

"Aku tidak bisa mencegah Kakekku—-"

"Lan Nio, biar bagaimanapun engkau harus mencegah kakekmu membunuh Tong Koay dan Pak Hong."

"ya." Ciu Lan Nio mengangguk-

"Aku pasti mencegah kakekku membunuh mereka itu harus kulakukan."

"Lan Nio.—" Kwan Pek Him menatapnya dengan tersenyum.

"Aku tidak habis pikir, kenapa engkau berbeda dengan kakekmu?"

"Maksudmu?"

"Kakekmu begitu kejam dan jahat, tapi sebaliknya engkau begitu baik hati. Aku— sungguh tak habis pikir."

"Sama." Ciu Lan Nio tersenyum.

Aku pun tak habis pikir, gurumu berhati kejam dan jahat, tapi engkau tidak seperti gurumu itu."

"oooh" Kwan Pek Him manggut-manggut, kemudian tersenyum dan mendadak memegang tangannya.

"Lan Nio...."

"Engkau...."

"Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya dengan penuh cinta kasih-

"Aku— aku sungguh mencintaimu" "Aku tahu-" Ciu Lan Nio tersenyum-

"engkau memang mencintaiku dengan segenap hati, aku amat terharu sekali-"

"Bagaimana engkau, mencintaiku juga?"

Kakak Kwan...." ciu Lan Nio memandangnya dengan penuh perhatian, talu berbisik,

"Kini wajahmu sudah tidak begitu pucat lagi, aku mulai menyukai wajahmu."

Kwan Pek Him girang bukan main.

"Itu— itu berarti engkau mulai memperhatikan ku."

"Kira-kira. begitulah," sahut Ciu Lan Nio.

"Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya dengan mata berbinar-binar.

"Aku harus berterima kasih kepada Han Liong...."

"Lho?" Ciu Lan Nio heran.

"kenapa engkau harus berterima kasih kepadanya?"

"Dia pernah menyuruhku dan harus mencintaimu dengan segenap hati." kwan Pek Him memberitahukan,

"sebab dia yakin suatu hari nanti engkau pasti mencintaiku. Apa yang dikatakannya memang benar, buktinya sekarang engkau mulai mencintaiku."

"Aaaah-.." Ciu lan Nio membela nafas panjang-

"Kita berdua bersuka-sukaan di sini, sedangkan dia..."

"Mudah-mudahan dia telah dapat melatih ilmu silatnya" ujar Kwan Pek Him.

"ya." Ciu Lan Nio manggut-manggut.

"Mudah-mudahan begitu"

Walau malam sudah semakin larut, Ciu Lan Nio sama sekali tidak bisa pulas. Ternyata ia sedang memikirkan kakeknya ang akan pergi menangkap Tong Koay dan pak Hong. Apabila Tong Koay dan Pak Hong mengadakan perlawanan, sudah pasti kakeknya akan membunuh mereka, itulah yang mencemaskan hati gadis tersebut, oleh karena iiu, ia berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Akhirnya ia membuka

pintu kamarnya, langsung menuju kamar kakeknya. Ketika ia baru mau mengetuk pintu kamar im mendadak dari dalam terdengar suara seruan.

"Lan Nio, masuklah Pintu tidak dikunci"

ciu Lan Nio, tersentak karena ia lidak menyangka kakeknya sudah tahu akan kehadirannya, la membuka pintu kamar itu, lalu perlahan lahan berjalan ke dalam. Hiat Mo duduk bersila di tempat tidur, menatapnya dengan wajah penuh keheranan.

"Kakek—" Ciu Lan Nio berdiri di hadapannya.

"Lan Nio, duduklah" ujar Hiat Mo lembut, setelah gadis itu duduk di kursi, dia bertanya.

"Ada apa engkau malam-malam begini ke mari?"

"Apakah besok pagi Kakek dan si Mo mau pergi menangkap Tong Koay dan Pak Hong?" ciu Lan Nio balik bertanya.

"Ya."

"Bukankah Kakek sudah berjanji kepadaku tidak akan sembarangan membunuh orang? Tapi Kakek-..."

Kakek cuma pergi untuk menangkap, bukan untuk membunuh mereka berdua."

"Apa gunanya Kakek menangkap mereka?"

"Tentu ada gunanya," sahut Hiat Mo-

"Sebab kakek ingin menguasai rimba persilatan. Mereka berdua akan kakek jadikan sebagai pembantu yang paling setia."

"seperti Giok cu?"

"ya."

"Kakek—-" ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala-

"Apa gunanya Kakek menguasai rimba persilatan?"

"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-

"Apabila kakek berhasil menguasai rimba persilatan, sungguh merupakan suatu kebanggaan bagi kakek, karena kakek ikan menjadi Bu LimBeng Cu (ketua Rimba-Persilatan)"

"Kakek-.." Ciu Lan Nio menghela napas panjang.

"Sudahlah, Kakek jangan meributkan itu, lebih baik kita pulang ke Kwan Gwa"

"Lan Nio" Hiat Mo menatapnya tajam.

"Lebih baik engkau jangan mencampuri urusan kakek-lagipula kakek telah berjanji tidak akan sembarangan membunuh, kakek pasti menepati janji itu."

"Kakek sudah tua sekali, kenapa masih begitu berambisi ingin menguasai rimba persilatan? Kakek telah membuat Kakak Han Liong menderita, apakah itu belum cukup?"

"Lan Nio-..." Hiat Mo mengerutkan kening.

"Kakek- kalau ke dua orangtuaku belum meninggal, tentu aku tidak akan begini—" ujar ciu Lan Nio mendadak dengan mata bersimbah air.

"Apa?" Air muka Hiat Mo langsung berubah hebat, kemudian tampak murung sekali-

"Aaaah— kakek sudah tua sekali Maka sebelum mati, kakek ingin melakukan sesuatu yang menggemparkan rimba persilatan."

"Kakek-..." ciu Lan Nio mulai terisak-isak-

"Giok cu sudah menjadi begitu, apakah Kakek tega melihatnya?"

"Lan Nio—" Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala-

"seandainya kakek sekarang membuyarkan ilmu sihir yang ada di dalam diri Giok £u, itu pun percuma, karena dia akan gila."

"Tiada cara apa pun untuk menyembuhkannya?" "Tidak ada." Hiat Mo menggelengkan kepala-"oleh karena itu».."

"Kakek sungguh kejam,tahu akan menjadi begini tapi Kakek masih mempengaruhinya dengan ilmu sihir" Ciu Lan Nio menudingnya.

"Kakek sungguh jahat sekali"

Hiat Mo tidak menyahut.

"Aku... aku mulai membenci Kakek" ujar ciu Lan Nio, lalu mendadak berlari ke kamarnya.

"Lan Nio Lan Nio—" seru Hiat Mo memanggilnya, namun gadis itu sama sekali tidak menghiraukannya, terus berlari ke kamarnya.

Keesokan harinya ketika ia terjaga dari tidurnya, hari sudah mulai siang. Cepat-cepat ia berlari kc luar, justru berpapasan dengan Kwan Pek Him.

"Lan Nio"panggil pemuda itu.

"Kakak Kwan...." ciu Lan Nio menundukkan kepala.

"Aku... aku bangun kesiangan."

"Tidak apa-apa." Kwan Pek Him tersenyum lembut.

"Mari kita ke pekarangan, kita bercakap-cakap di sana"

Ciu Lan Nio mengangguk- Kemudian mereka berdua berjalan ke pekarangan depan, lalu duduk di bawah pohon.

"Lan Nio-—" Kwan Pek Him memandangnya-

"se-malam engkau ribut dengan kakekmu?"

"Kok tahu?"

"Guruku yang memberitahukan."

"Aaah-»" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.

"Aku tidak ribut dengan kakekku, hanya terjadi perdebatan."

"Aku sudah tahu itu." Kwan Pek Him memegang tangannya

"Engkau sudah berusaha mencegah kakekmu pergi menangkap Tong Koay dan Pak Hong, tapi kakekmu...."

"Tidak mau dengar sama sekali," sahut Ciu Lan Nio kesal. "Terus terang, aku mulai membenci kakekku." "Lan Nio" Kwan Pek Him menghela nafas panjang.

"Biar bagaimanapun dia tetap kakekmu, engkau tidak boleh membencinya-"

"Aaah»." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.

"Tiada harapan untuk menolong Giok Cu. semalam kakekku masih bilang, apabila dia membuyarkan sihirnya yang mempengaruhi Giok Cu, maka gadis itu pasti gila, tiada cara apapun untuk menyembuhkannya-"

"oh?" Kening Kwan Pek Him berkerut-"Kalau begitu Han Liong»»"

"Entah apa yang akan terjadi atas diri Kakak Han Liong kelak?" ujar Ciu Lan Nio cemas.

"Kalau Giok Cu tidak dapat disembuhkan, aku khawatir Kakak Han Liong akan jadi gila."

"Itu...." Kwan Pek Him pun tampak cemas sekali.

"Aaah..." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang lagi.

"Sungguh malang nasib Kakak Han Liong, gara-gara perbuatan kakekku"

"oh ya" bisik Kwan Pek Him.

"Mari kita ke kamar Tan Giok Cu, kita coba bercakap-cakap dengan dia"

"Baik." Ciu Lan Nio mengangguk.

Mereka berdua segera berjalan ke kamar Tan Giok Cu. Kebetulan pintu kamar gadis itu tidak ditutup, maka tampak Tan Giok Cu sedang duduk sambil minum teh. Kwan Pek Him dan Ciu Lan Nio memasuki kamar itu perlahan-lahan. Tan Giok Cu langsung memandang mereka, kemudian menundukkan kepala untuk menghirup tehnya.

"Giok Cu" panggil ciu Lan Nio.

"Mau apa kalian ke mari?- tanya Tan Giok Cu dingin.

"Giok Cu" Ciu Lan Nio duduk di hadapannya.

"Engkau pasti masih ingat aku kan?"

"Siapa engkau?" tanya Tan Giok Cu dengan wajah dingin.

"Aku Ciu Lan Nio. Engkau ingat kan?"

"Aku tidak ingat."

"Giok Cu...." Ciu Lan Nio menatapnya seraya bertanya lagi,

"Engkau ingat Kakak Han Liong?"

"Kakak Han Liong....-" Kening Tan Giok Cu berkerut-kerut.

"Aku tidak ingat dan tidak kenal Kakak Han Liong itu"

"Bukankah engkau amat mencintainya? Kenapa sudah lupa?" Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalian berdua jangan menggangguku, cepat keluar" bentak Tan Giok Cu dengan tatapan dingin. Bahkan tangannya mulai meraba gagang pedangnya yang tergantung di punggungnya.

"Baik, baikl" Ciu Lan Nio segera menarik Kwan Pek Him keluar, sampai diluar barulah gadis itu menghela nafas panjang. "Aaaah Dia... dia tidak ingat siapa pun, sungguh kasihan dia"

"Itu...." Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala

serada berbisik,

"Kalau kakekmu mempengaruhiku dengan ilmu sihirnya, celakalah aku"

Kalau kakekku berani mempengaruhi mu dengan ilmu sihirnya, aku pasti membelamu mati-matian," ujar ciu Lan Nio dengan sungguh-sungguh.

Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya dengan mesra. "Terima kasih-—"

"Kakak Kwan, kini kakekku dan gurumu sudah pergi untuk menangkap Tong Koay dan Pak Hong, apa pula yang akan terjadi dengan ke dua Locianpwee itu?" ujar ciu Lan Nio sambil menggeleng-gelengkan kepala,

"Ka-kekku berambisi sekali menguasai rimba persilatan. Aku yakin tidak lama lagi akan timbul bencana dalam rimba persilatan."

"Lan Nio, sudahlah, jangan memikirkan hal itu, kita tidak bisa berkomentar apa pun" bisik Kwan Pek Him.

"Aaaah--." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang lagi.

"Kita ingin menolong Tan Giok Cu, tapi tiada jalan. Aku...

aku tak tega menyaksikannya begitu...."

Aku pun tidak tega, namun apa yang bisa kita perbuat? Aku tidak mungkin membawanya pergi, sebab salah-salah dia bisa membunuh klta. Lan Nio, aku jadi bingung sekali-" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-

"Aaaah—"

Belasan hari kemudian, Hiat Mo dan si Mo pulang dengan membawa Tong Koay, Pak Hong dan ouw yang Bun murid Tong Koay. Pak Hong dan Tong Koay dalam keadaan tertotok jalan darahnya, sedangkan ouw yang Bun kelihatan biasa.

Betapa girangnya Kwee In Nio- Wanita itu menyambut Hiat Mo dan si Mo dengan wajah berseri-seri-

"Hiat Locianpwee berhasil menangkap mereka, ini sungguh menggirangkan" ucap Kwee In Loan sambil memberi hormat kepada Hiat Mo-

"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-

"Bagaimana mungkin mereka melawan? Kepandaian mereka masih jauh di bawah kepandaianku Ha ha ha—"

"Kepandaian Hiat Mo memang hebat sekali," ujar si Mo memberitahukan.

"Tidak sampai seratus jurus. Pak Hong sudah dilumpuhkan. Begitu pula Tong Koay. Aku yang menangkap ouw yang Bun, murid Tong Koay."

"oooh" Kwee In Loan manggut-manggut.

"ouw yang Bun" bentak si Mo-

"Engkau jangan macam-macam di sini Kalau engkau berani macam-macam, nyawamu pasti melayang"

"ya, cianpwee-" ouw yang Bun mengangguk- Di saat itulah muncul Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio- Mereka berdua terkejut sekali ketika melihat Tong Koay dan Pak Hong dalam keadaan tertotok-

"Kakek—" panggil ciu Lan Nio.

"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa.

"Lihatlah Kakek tidak membunuh mereka kan?"

"Kakek-.»" ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.

sedangkan Kwan Pek Him memandang ouw yang Bun, lalu menyapanya sambil memberi hormat,

"saudara ouw yang, tak disangka kita berjumpa disini" "Hmm" dengus ouw yang Bun dingin-

"Memang tak disangka sama sekali, gurumu yang menangkap kami-"

"Bukan guruku, melainkan Hiat Locianpwee yang menangkap kalian," ujar Kwan Pek Him.

"Hmm" dengus ouw yang Bun lagi-"Hei" bentak Ciu Lan Nio.

"Dia bicara baik-baik, kenapa engkau malah mendengus dua kali? Engkau menghinanya sama juga menghinaku, tahu"

"Nona...." ouw yang Bun terkejut.

"Aku...."

"Kalau engkau masih berani mendengus dingin lagi terhadap Kakak Kwan, pasti ku tampar mulutmu"

ouw yang Bun diam, sedangkan ciu Lan Nio masih melotot-Di saat bersamaan Hiat Mo berkata kepada si Mo

"Kurung mereka di ruang yang terpisah"

"ya, Hiat cianpwee." si Mo mengangguk-

"Oh ya, bagaimana dengan murid Tong Koay ini?"

"Biarkan saja" sahut Hiat Mo-

"Dia tidak bisa berbuat apa-apa di sini..."

Pada waktu bersamaan, tak disangka muncul Tan Giok Cu-Begitu melihat gadis itu, terbelalaklah ouw yang Bun.

"Giok Cu Giok Gu" seru ouw yang Bun tak tertahan.

Akan tetapi, gadis itu diam saja, sama sekali tidak menggubrisnya, dan itu membuat ouw yang Bun ter-heran-heran.

"Giok Cu, aku adalah ouw yang Bun, engkau sudah lupa ya?"

Gadis itu menatapnya dingin, lalu melangkah pergi, ouw yang Bun berdiri termangu-mangu, sedangkan si Mo sudah membawa Tong Koay dan Pak Hong ke dalam,

"saudara ouw yang" tanya Kwan Pek Him.

"Engkau kenal Nona Giok Cu?"

"Kenal." ouw yang Bun mengangguk dan bertanya.

"Kok dia tidak kenal aku dan kelihatannya begitu dingin tak berperasaan? Kenapa dia begitu?"

"Dia di bawah pengaruh ilmu sihir Hiat Mo-" Kwan Pek Him memberitahukan.

"Maka menjadi begitu dan tidak kenal siapa pun, hanya menurut kepada Hiat Mo saja."

"Oh? sungguh mengherankan" mendadak wajah ouw yang Bun tampak berseri.

"Kalau begitu, dia juga tidak kenal Thio Han Liong?"

"ya." Kwan Pek Him manggut-manggut.

"Hei" bentak Ciu Lan Nio.

"Kenapa engkau begitu banyak bertanya?"

"Karena... karena aku kenal Tan Giok Cu dan Thio Han Liong" sahut ouw yang Bun dengan terbata-bata.

"Maka... aku banyak bertanya"

"Oooh" Kwan Pek Him manggut-manggut.

sikap yang diperlihatkan ouw yang Bun tadi, tidak terlepas dari mata Kwee In Loan. Maka diam-diam wanita itu manggut-manggut. setelah semua orang pergi, ia langsung mendekati pemuda itu sambil tersenyum.

"Anak muda, kalau tidak salah engkau bernama ouw yang Bun, bukan?" tanya Kwee In Loan.

"ya." ouw yang Bun mengangguk.-"Engkau kenal Tan Giok cu?" "ya-"

"Aku yakin—-" Kwee In Loan menatapnya dalam-dalam seraya berkata,

"Engkau pasti mencintai gadis itu, tidak salah kan?"

"Itu— itu memang benar." ouw yang Bun mengangguk perlahan.

Kwee In Loan tersenyum.

"Gurumu adalah ketua golongan sesat, lalu apa jabatanmu di golongan itu?"

" Wakil ketua."

"Bagus, bagus" Kwee In Loan tertawa.

"ouw yang Bun, aku bersedia membantumu."

"Membantuku?" ouw yang Bun tercengang.

"ya." Kwee In Loan manggut-manggut.

"Dalam hal apa?" tanya ouw yang Bun heran.

"Engkau amat mencintai Tan Giok Cu, maka akan kubicarakan dengan Hiat Mo- Tapi-—" Kwee In Loan menatapnya dan melanjutkan,

"engkau harus berbuat jasa dulu-"

"Berbuatjasa apa?"

"Bawa kaum golongan sesat ke mari bergabung dengan kami, maka aku bersedia membantumu agar engkau dapat mempersunting gadis itu"

"Oh?" Wajah ouw yang Bun berseri. Pemuda itu memang amat mencintai Tan Giok Cu, maka sudah barang tentu usul Kwee In Loan sangat menarik hatinya.

"Bagaimana? Engkau setuju?" "Aku..- aku setuju." "Baiklah-" Kwee In Loan tersenyum.

Kalau demikian, engkau harus pergi sekarang untuk mengumpulkan kaum golongan sesat."

Ketua Kwee tidak membohongi aku kan?" tanya ouw yang Bun.

"Tentu tidak- Nah, sekarang engkau boleh pergi. Kalau engkau berhasil membawa kaum golongan sesat ke mari bergabung dengan kami, aku berani menjamin engkau pasti dapat mempersunting Tan Giok Cu."

"Baik, Ketua Kwee-" ouw yang Bun memberi hormat, lalu pergi dengan wajah cerah ceria. Ternyata cintanya telah membutakan mata dan pikirannya- Padahal Tong Koay gurunya berada di tangan Hiat Mo, namun ia sama sekali tidak memikirkannya, sebaliknya malah pergi mengerjakan sesuatu yang merupakan syarat dari Kwee In Loan.

setelah ouw yang Bun pergi, Kwee In Loan segera berjalan ke ruang tengah- Dengan tersenyum ia menghampiri Hiat Mo dan si mo yang kebetulan sedang berada di situ.

"Eh?" Hiat Mo heran.

"Kenapa wajahmu berseri-seri? Apa yang menggembirakan mu?"

"Hiat Locianpwee, kaum golongan sesat akan bergabung dengan kita," ujar Kwee In Loan.

"oh, ya?" si Mo menatapnya. "Jelaskanlah"

"ouw yang Bun, murid Tong Koay itu...." Kwee In Loan

menjelaskan tentang itu.

"Dia sudah pergi mengumpulkan kaum golongan sesat."

"Bagus, bagus Ha ha ha..." si Mo tertawa gelak-

"Aku dan Hiat Cianpwee justru sedang membicarakan itu, ternyata engkau telah mengambil inisiatif"

Hiat Mo manggut-manggut.

"Jadi maksudmu cuma memancing saja?"

"Agar ouw yang Bun tetap setia kepada kita, alangkah baiknya Tan Giok Cu dinikahkan saja dengan ouw yang Bun," sahut Kwee In Loan.

"Benar, tapi...." Hiat Mo mengerutkan kening.

"Kalau cucuku tahu, dia pasti marah-marah-"

"Sebetulnya tiada urusan dengan cucumu, oh ya, bukankah Hiat Locianpwee bisa mengemukakan suatu alasan?" ujar Kwee In Loan.

"Alasan apa?" Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.

"Begini—" tawar Kwee In Loan.

"Bilang kepada Lan Nio bahwa Hiat Locianpwee membantu Tan Giok Cu. sebab dia tidak bisa sembuh, maka dia harus mempunyai keturunan. Lagipula Tan Giok Cu memang kenal ouw yang Bun, sedangkan ouw yang Bun amat mencintainya. Nah, beres kan?"

Hiat Mo manggut-manggut.

"Tapi lebih baik dia tidak tahu sebelumnya. Kalau Tan Giok Cu sudah menikah dengan ouw yang Bun, dia pun tidak bisa apa-apa lagi."

"BetuL" Kwee In Loan mengangguk-

"Kalau begitu... kita suruh Kwan Pek Him dan Tan Giok Cu pergi mengantar surat kepada para ketua. Bagaimana?"

"Baik-" Hiat Mo manggut-manggut.

"Di saat mereka pergi, di saat itulah kita menikahkan Tan Giok Cu dengan ouw yang Bun."

"Bagus" si Mo tertawa.

"Ha ha ha setelah mereka berdua pulang, Tan Giok Cu sudah menjadi isteri ouw yang Bun Mereka berdua sudah tidak bisa apa-apa lagi Ha ha ha..."

"oh ya" Kwee In Loan memandang Hiat Mo seraya bertanya,

"Apa kah Hiat Locianpwee sudah mulai menyihir Tong Koay dan Pak Hong?"

"sudah-" Hiat Mo mengangguk-

Kira-kira kapan mereka berdua akan terpengaruh oleh ilmu sihir Hiat Locianpwee?"

"Tujuh hari-"

"Kalau begitu, tujuh hari kemudian kita suruh Kwan Pek Him dan Tan Giok Cu pergi mengantar surat," ujar Kwee In Loan dan menambahkan.

"setelah mereka berdua pergi, kita menikahkan Tan Giok Cu dengan ouw Yang Bun."

Hiat Mo manggut-manggut.

Kalau kaum golongan sesat bergabung dengan kita,

berarti sudah waktunya kita berkuasa dalam rimba persilatan Ha ha ha..."

"Betul" Hiat Mojuga tertawa gelak-

"Ha ha ha..."

"Hiat Locianpwee," tanya Kwee In Loan.

"Bagaimana bunyi surat itu?"

"Begini," ujar Hiat Mo mengusulkan,

"setelah kaum golongan sesat bergabung dengan kita, maka secara resmi kita mendirikan Hiat Mo Pang (perkumpulan lblis Ber-darah)-Bagaimana menurut kalian?"

"Kami setuju," sahut Kwee In Loan dan si Mo serentak. "Nah" lanjut Hiat Mo-

"surat itu menyuruh para ketua harus tunduk kepada Hiat Mo Pang, dan mengakui Hiat Mo Pang sebagai pemimpin rimba persilatan. Partai mana berani melawan, pasti dibasmi."

"Bagus, bagus Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gembira.

"Tong Koay, Pak Hong dan Tan Giok Cu yang akan membasmi partai pembangkang ya, kan?"

"Tidak salah" Hiat Mo manggut-manggut, kemudian tertawa terbahak-bahak-

"Ha ha ha Ha ha ha—"

-ooo00000ooo-

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar