Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 42: Tan Giok Cu Menikah Dengan ouw yang Bun

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 42: Tan Giok Cu Menikah Dengan ouw yang Bun
Bab 42 Tan Giok Cu Menikah Dengan ouw yang Bun

Beberapa hari kemudian, ouw yang Bun sudah kembali ke lembah Pek yun Kek dengan membawa puluhan kaum golongan sesat yang berkepandaian tinggi. Betajsa gembiranya Hiat Mo, Kwee In Loan dan si mo, mereka bertiga terus tertawa.

"Ketua Kwee, aku telah mengajak mereka ke mari untuk bergabung." ouw yang Bun memberitahukan.

"Bagus, bagus" Kwee In Loan manggut-manggut, lalu bertanya kepada orang-orang golongan sesat itu.

"Kalian semua bersedia bergabung dengan kami?"

"Bersedia" sahut orang-orang itu serentak.

"Tanpa tekanan paksaan dari siapa pun?"

"ya" sahut mereka serentak dengan suara lantang.

"Kami mau bergabung atas kemauan sendiri, tanpa tekanan maupun paksaan dari pihak mana pun Kami bergabung dengan sesungguh hati, dan setia selama lamanya"

"Bagus" Kwee In Loan tertawa.

"Beberapa hari lagi Hiat Mo Pang akan berdiri dalam rimba persilatan secara resmi, partai besar dalam rimba persilatan harus takluk kepada Hiat Mo Pang"

"Hidup Hiat Mo Pang Hidup Hiat Mo Pang" teriak orang-orang golongan sesat dengan penuh semangat.

"Nah Sekarang kalian boleh pergi bergabung dengan kawan-kawan yang di luar itu" ujar Kwee In Loan.

"Terima kasih. Ketua" ucap mereka talu meninggalkan ruang itu.

" Ketua Kwee," bisik ouw yang Bun.

"Aku telah melaksanakan tugas itu dengan baik, bagaimana janji Ketua?"

"Jangan khawatir" Kwee In Loan tersenyum.

"Kapan aku akan menikah dengan Tan Giok Cu?" tanya ouw yang Bun.

"ouw yang Bun" Hiat Mo menatapnya tajam. "Eng-kau akan setia selamanya kepada kami?"

"Kalau Tan Giok Cu dinikahkan dengan aku, aku pasti setia selama-lamanya," sahut ouw yang Bun.

Hiat Mo manggut-manggut.

"Tapi engkau harus tahu, Tan Giok Cu telah terpengaruh oleh ilmu sihirku. Dia cuma menuruti perintahku, lagipula ilmu sihir itu tidak bisa dihilangkan."

"Kenapa begitu?" ouw yang Bun heran.

"Kalau ilmu sihir itu dihilangkan, dia akan gila," Hiat Mo memberitahukan.

Kalau begitu..." ouw yang Bun mengerutkan kening. "Bagaimana mungkin dia akan menikah denganku?"

"Kalau aku menyuruhnya menikah denganmu dia pasti menurut," sahut Hiat Mo dengan tersenyum.

"Tapi ingat, engkau harus setia kepada kami Kalau tidak, aku pun bisa menyuruhnya meninggalkanmu."

"ya." ouw yang Bun mengangguk.

"Dan ingat" tambah Hiat Mo-

"Urusan ini tidak boleh diberitahukan kepada cucuku maupun Kwan Pek Him"

"ya."

"Beberapa hari lagi, aku akan menyuruh mereka berdua pergi mengantar surat, nah, setelah mereka berdua berangkat, aku pasti menyuruh Tan Giok Cu menikah denganmu."

"Terima kasih, Hiat Locianpwee, " ucap ouw yang Bun dengan wajah berseri-seri-

"Terima kasih"

Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio duduk di pekarangan belakang. Kelihatannya mereka sedang membicarakan sesuatu dengan serius sekali.

"Heran?" gumam Ciu Lan Nio.

"Kenapa ouw yang Bun mengajak kaum golongan sesat bergabung di sini? Apakah ada sesuatu di balik itu?"

"Entahlah-" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-

"Gurunya telah disihir oleh kakekmu, tapi— dia tampak tenang saja. Itu— sungguh mengherankan"

"Memang mengherankan." ciu Lan Nio manggut-manggut.

"Lagitula kakekku, gurumu dan Ketua Kwee sering berkasak-kusuk dengan ouw yang Bun, entah apa yang mereka bicarakan?"

"Kalau tidak salah, mereka akan mendirikan Hiat Mo Pang." "Hiat Mo Pang?" ciu Lan Nio tertegun.

"Kalau begitu, kakekku sungguh ingin menguasai rimba persilatan, Itu—."

"Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya seraya berkata lembut.

"Engkau tidak usah mencampuri urusan kakekmu, kalau kakekmu gusar, kita bisa celaka."

"Aaahhh" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.

"Tidak campur salah, campur pun salah. Aku tidak tahu harus bagaimana?"

"Lan Nio," bisik Kwan Pek Him.

"Lebih baik kita diamjadi tidak akan menimbulkan masalah apa pun."

" Aku penasaran."

"jangan penasaran Kalau engkau merasa penasaran, tentu akan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan."

"Aaah—" Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak tahu, apa pula yang akan terjadi?"

"Lan Nio, yang penting kita tidak berpisah, urusan lain tidak perlu kita pusingkan," ujar Kwan Pek Him perlahan.

"Itu pertanda engkau egois-"

"Aku tidak egois, melainkan...." Kwan Pek Him menghela

nafas panjang.

"Percuma kita memusingkan urusan lain, sebab kita tidak bisa turut campur maupun membantu, ya, kan?"

"Kakak Kwan..." ujar Ciu Lan Nio dengan suara rendah-

"Kalau bukan karena Kakak Han Liong, tentu aku tidak akan menaruh perhatian pada mu- Karena dia, akhirnya aku jatuh cinta padamu- Tapi— kita sama sekali tidak bisa membantunya apa-apa-"

"Itu—-" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-"Kita memang tidak membantunya-"

Di saat mereka sedang bercakap-cakap, tiba-tiba muncul ouw yang Bun menyapa mereka-

"Maaf, aku mengganggu kalian sebentar" ucapnya.

"Ada apa?" tanya Ciu Lan Nio bernada agak dingin-

"Hiat Locianpwee memanggil kalian ke ruang tengah," jawab ouw yang Bun memberitahukan.

"Hmm" dengus ciu Lan Nio dingin, lalu berjalan pergi.

"Maaf saudara ouw yang Bun" ucap Kwan Pek Him.

"sifat nya memang begitu, jangan disimpan dalam hati"

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa...." ouw yang Bun

tersenyum.

Kwan Pek Him sebera mengikuti ciu Lan Nio ke ruang tengah- Mereka melihat Hiat Mo, Kwee In Loan dan si Mo duduk di situ.

"Ada apa Kakek panggil kami ke mari?" tanya Ciu Lan Nio.

"Kalian duduklah" sahut Hiat Mo dengan tersenyum.

Ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him duduk- Mereka yakin pasti ada sesuatu yang akan dibicarakan Hiat Mo-

"Tentunya kalian sudah tahu, kini Hiat Mo Pang sudah berdiri dalam rimba persilatan, oleh karena itu, kakek akan menyuruh kalian melaksanakan suatu tugas."

"TUgas apa?" tanya Ciu Lan Nio dan menambahkan, "Pokoknya kami tidak mau membunuh orang." "Jangan khawatir" Hiat Mo tersenyum.

"Kakek tidak akan menugaskan kalian untuk membunuh orang, percayalah"

"Kalau begitu, apa tugas kami?" tanya Ciu Lan Nio dengan kening berkerut.

"Mengantar surat kepada para ketua," sahut Hiat Mo memberitahukan.

"Ketua siauw Lim, Bu Tong, go Bi, Run Lun, Hwa san, Khong Tong Pay dan Kay Pang."

"Surat apa?" tanya Ciu Lan Nio dengan rasa heran.

"Bacalah" Hiat Mo menyerahkan sepucuk surat kepada Ciu Lan Nio. Gadis itu menerima surat tersebut, lalu membacanya. Bunyi surat itu menyuruh para ketua harus tunduk kepada Hiat Mo Pang, harus pula mengakui Hiat Mo Pang sebagai pemimpin rimba persilatan.

"Semua surat itu sama?" tanya Ciu Lan Nio seusai membaca.

"Sama," sahut Hiat Mo.

"Nah, ringan sekali kan tugas kalian itu? Bahkan kalian pun bisa pesiar."

"Kakek...." Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.

"Engkau cukup melaksanakan tugas itu, tidak perlu berkomentar apa pun Tahu?" bentak Hiat Mo.

Ciu Lan Nio diam, kemudian mendadak berlari pergi.

sedangkan Kwan Pek Him masih duduk di tempatnya.

"Pek Him," ujar Si Mo.

"Engkau menemani Lan Nio pergi mengantar surat-surat itu"

"ya. Guru." Kwan Pek Htm mengangguk.

"Dan jangan lupa," tambah Si Mo mengingatkan.

"Bagi ketua yang bersedia takluk, harus membuat surat takluk. Setelah itu mengutus seseorang ke mari untuk menyampaikan surat takluk tersebut."

"Ya, Guru." Kwan Pek Htm mengangguk lagi.

"Nah Kalian boleh berangkat sekarang" ujar Si Mo dan berpesan,

"Dalam waktu sebulan, kalian berdua harus sudah pulang ke mari"

"Ya, guru." Kwan Pek Him meninggalkan ruang itu, langsung menyusul Ciu Lan Nio yang berada di pekarangan belakang.

Gadis itu duduk di bangku dengan wajah cemberut kelihatan kesal sekali.

"Lan Nio...." Pemuda itu mendekatinya lalu duduk di

sebelahnya.

Kapan kita berangkat?" tanya Ciu Lan Nio mendadak-"Kita disuruh berangkat sekarang" sahut Kwan Pek Him.

"Itu juga merupakan suatu peluang bagi kita untuk pesiar di luar."

"Betul." Wajah Ciu Lan Nio mulai berseri.

"Aku memang sudah merasa bosan di sini, ada baiknya juga kita pergi."

"Tapi dalam waktu sebulan, kita sudah harus berada di sini lagi," ujar Kwan Pek Him.

"Masa bodoh" sahut Ciu Lan Nio.

"Lan Nio...." Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala.

"Engkau sudah mengambil semua surat itu?" tanya Ciu Lan Nio sambil bangkit berdiri

"Sudah" jawab Kwan Pek Him.

"Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" ajak Ciu Lan Nio sambil menarik tangannya.

"Baik," Kwan Pek Him tersenyum. "Lan Nio, anggaplah kita pergi pesiar"

Dua hari kemudian setelah Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio pergi, ouw yang Bun bertanya kepada Kwee In Loan.

"Ketua Kwee, kapan aku akan menikah dengan Tan Giok Cu?"

"Tenang" sahut Kwee In Loan sambil tersenyum.

"Kami justru sedang mengatur masalah itu."

"Oh?" Wajah ouw yang Bun berseri, pemuda itu kelihatannya sama sekali tidak memikirkan gurunya yang telah terpengaruh oleh ilmu sihir-

"Ha ha ha" Muncul Hiat Mo-

"ouw yang Bun, engkau menagih janji ya?"

"Hiat Locianpwee—-" ouw yang Bun menundukkan kepala-

"Aku—."

"Tenanglah" Hiat Mo duduk sambil menatapnya- Kemudian ia mengeluarkan sebatang suling lalu ditiup-nya, dan terdengarlah suara suling yang bernada agak aneh- seketika juga tampak sosok bayangan berkelebat, kemudian tampak seorang gadis berwajah dingin berdiri di hadapan Hiat mo-

"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-

"Giok Cu, hari ini engkau akan menikah-"

"Ya-" Tan Glok Cu mengangguk-

"Engkau akan menikah dengan ouw yang Bun, dan selanjutnya dia menjadi suamimu. Engkau harus tidur bersamanya dan tidak boleh membantah perkataannya-" ujar Hiat Mo-

"ya-" Tan Giok Cu mengangguk lagi-

"Pemuda itu adalah ouw yang Bun, engkau harus mencintainya" Hiat Mo menunjuk ouw yang Bun.

"ce-pat bilang kepadanya, engkau mencintainya dan bersedia menikah dengannya"

"ya." Tan Giok Cu mendekati ouw yang Bun.

"ouw yang Bun, aku mencintaimu dan bersedia menikah denganmu." katanya.

"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-

"ouw yang Bun, engkau sudah mendengar kan? Dia mencintaimu dan bersedia menikah denganmu Ha ha ha—"

"Tapi—"" ouw yang Bun mengerutkan kening.

"Dia— dia seperti tidak memiliki sukma."

"Kalau dia memiliki sukma, tentunya tidak akan mencintaimu," sahut Hiat Mo sungguh-sungguh-

"Dia pasti akan menikah dengan Thio Han Liong."

"oooh" ouw yang Bun manggut-manggut.

"Hiat Locianpwee, kapan kami menikah?" tanyanya.

"Kami telah merestui kalian. Nah, mulai hari ini kalian resmi menjadi suami isteri," ujar Hiat Mo sambil tertawa gelak-

"Sekarang engkau boleh membawanya ke kamarmu." "oh?" Wajah ouw yang Bun agak memerah-

"Terima kasih Hiat Locianpwee.—" ouw yang Bun melangkah ke kamarnya, tapi Tan Giok Cu masih berdiri diam di tempatnya.

"Giok Cu, dia suamimu," ujar Hiat Mo-

".Maka engkau harus menuruti perkataannya."

"ya." Tan Giok Cu mengangguk, lalu ikut ouw yang Bun ke kamarnya.

Hiat Mo, Kwee In Loan dan si mo tertawa gelak, kemudian mereka bertiga mulai bersulang.

"Ha ha ha" Kwee In Loan tertawa gembira.

"Tidak lama lagi kita akan menguasai rimba persilatan, siauw Lim dan Bu Tong Pay akan takluk kepada kita Ha ha ha—"

"Hiat Locianpwee," tanya Kwee In Loan

"Bagaimana seandainya mereka bergabung untuk menyerbu ke mari?"

"Itu berarti mereka can mati," sahut Hiat Mo-

"sebab kini kita telah mempunyai dua orang jago, yakni Tong Koay dan Pak Hong. Lagipula ketua partai mana yang sanggup melawanku?"

"Betul" si Mo tertawa.

"Ha ha ha Kalau mereka bergabung menyerbu ke mari, kita habiskan saja mereka"

"Bagus, bagus" Kwee In Loan tertawa gembira, karena ia telah menghancurkan murid kesayangan yo sian sian.

sementara itu, ouw yang Bun dan Tan Giok Cu sudah berada di dalam kamar- Mereka berdua duduk dipinggir tempat tidur.

"Giok Cu," ujar pemuda itu sambil tersenyum.

"Akhir-nya aku menjadi suamimu juga, ini... ini sungguh di luar dugaan" Tan Giok Cu tidak menyahut.

"Giok Cu, kenapa engkau diam saja? Tidak senang menikah dengan aku?" ouw yang Bun menatapnya.

Akan tetapi, Tan Giok Cu tetap diam, membuat ouw yang Bun menggeleng-gelengkan kepala.

"Engkau kenal aku?" tanya ouw yang Bun lagi.

Pertanyaan tersebut membuat Tan Giok perlahan-lahan memandangnya, kemudian menjawab.

"Engkau ouw yang Bun, suamiku."

"Giok Cu" ouw yang Bun tertawa gembira-

"Ternyata engkau masih ingat kepadaku Aku gembira sekali"

Sesungguhnya Tan Giok Cu sama sekali tidak ingat kepada ouw yang Bun, namun tadi Hiat Mo mengatakan begitu, maka ia menurut saja.

"Engkau ouw yang Bun, suamiku," ujar Tan Giok Cu lagi sambil menatapnya dengan tatapan kosong.

"Engkau mencintaiku?" tanya ouw yang Bun mendadak.

"Engkau suamiku, aku harus mencintaimu," sahut Tan Giok Cu.

"Kalau begitu...." ouw yang Bun memegang lengannya

seraya berbisik,

"Engkau hams memelukku-"

"Bagaimana aku memelukmu?"

"Engkau tidak mengerti itu?"

"Hiat Mo tidak memberitahukan kepadaku, maka aku tidak mengerti-"

"Oh?" ouw yang Bun terbelalak, kemudian bertanya,

"Engkau akan mengerti kalau aku memberitahukan-kepadamu?"

"Engkau suamiku, aku harus menuruti perkataanmu," sahut Tan Giok Cu memberitahukan.

"Hiat Mo yang menyuruh, aku harus menurut." "jadi—-" ouw yang Bun mengerutkan kening. "Engkau hanya menurut kepada Hiat Mo?" "ya-" Tan Giok Cu mengangguk,-

Kalau dia menyuruhmu tidur dengan lelaki lain, engkau menurut juga?" tanya ouw yang Bun.

Aku pasti menurut."

"Aaah—" ouw yang Bun menghela nafas panjang.

"Aku menikah dengan sebuah patung, tapi biarlah- Aku memang amat mencintai patung ini."

"Engkau suamiku, aku harus tidur bersamamu," ujar Tan Giok Cu mendadak-

"Kalau begitu—." ouw yang Bun menggeleng-geleng kan kepala.

"Engkau berbaringlah"

Tan Giok Cu langsung berbaring, ouw yang Bun terus memandangnya, kemudian mengusap- usap pipinya.

"Aku mengusap pipimu, apakah engkau merasakan sesuatu lain?" tanya ouw yang Bun.

"Aku tidak merasa apa-apa," sahut Tan Giok Cu.

"Aaaah—" keluh ouw yang Bun. Lama sekali ia menatap gadis itu, kemudian bertanya,

"Giok Cu, engkau masih ingat kepada Thio Han Liong?"

"Aku tidak ingat siapa Thio Han Liong."

"Dia memanggilmu Adik manis dan engkau memanggilnya Kakak tampan. engkau ingat sekarang?"

"Adik manis... Kakak tampan..." gumam Tan Giok. Cu . "Kakak tampan Kakak tampan"

"Engkau ingat siapa Kakak tampan itu?" tanya ouw yang Bun lagi.

"Tidak ingat, aku cuma ingat ouw yang Bun adalah suamiku," sahut Tan Giok Cu.

"Aku harus menurut kepadanya dan mencintainya."

"Cara bagaimana engkau mencintaiku?"

"Aku tidak tahu."

"ya, ampun" ouw yang Bun menepuk keningnya sendiri

"Betul-betul engkau tidak punya sukma dan perasaan"

Kini Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio sudah berada dalam perjalanan. Mereka pun sudah berunding di tengah jalan, menuju gunung Bu Tong dulu, baru kemudian ke kuil siauw Lim sie-

"Kakak Kwan, kita harus menceritakan segalanya kepada ketua Bu Tong Pay. sebab Bu Tong Pay punya hubungan dengan Kakak Han Liong."

"ya." Kwan Pek Him mengangguk-

"Lan Nio, Han Liong pun punya hubungan dengan Siauw Lim Pay-"

"Betul-" Ciu Lan Nio manggut-manggut-

"oleh karena itu, kita pun harus menceritakan hal yang sebenarnya kepada ketua siauw Lim Pay-"

"ya-" Kemudian Kwan Pek Him menghela nafas panjang.

"dulu Kwee In Loan mendirikan Hek Liong Pang, akhirnya bubar. Kini berdiri lagi Hiat Mo Pang, kakekmu justru sebagai pelindungnya. Apa yang akan terjadi kalau ada partai yang tidak mau takluk kepada Hiat Mo Pang?"

"Pasti akan timbul bencana," sahut Ciu Lan Nio sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Lan Nio...." Kwan Pek Him menatapnya.

"Entah berada di mana Han Liong sekarang?"

"Mudah-mudahan dia berada di suatu tempat dan sedang memperdalam ilmu silatnya" ujar Ciu Lan Nio.

"Kepandaian kakekmu begitu tinggi, dia— dia mana punya harapan untuk mengalahkan kakekmu?" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala.

"Itu..." wajah Ciu Lan Nio berubah murung.

"Kalau dipikir-pikir, memang tiada harapan baginya untuk mengalahkan kakekku, namun siapa tahu dia akan menemukan suatu kemujizatan, sehingga kepandaiannya menjadi tinggi sekali."

"Mudah-mudahan begitu" ucap Kwan Pek Him.

Mereka berdua terus melakukan perjalanan menuju gunung Bu Tong. Beberapa hari kemudian, sampailah mereka di gunung itu. Ketika sedang melewati sebuah jalanan gunung, mendadak muncul beberapa murid Bu Tong Pay.

"Maaf" ucap salah seorang murid Bu Tong Pay.

"Siapa kalian berdua dan mau apa ke mari?"

"Namaku Kwan Pek Him dan dia bernama Ciu Lan Nio"jawab Kwan Pek Him memberitahukan.

"Kami ke mari atas perintah Hiat Mo untuk mengantar surat kepada ketua Bu Tong Pay."

"Hiat Mo?" Murid-murid Bu Tong Pay itu saling memandang, karena mereka sama sekali tidak tahu tentang Hiat Mo- namun tiba-tiba salah seorang murid berseru sambil memandang Ciu Lan Nio.

"Bukankah nona pernah ke mari mencari Thio Han Liong?" "Betul." Ciu Lan Nio mengangguk-

Kalau begitu, mari ikut kami menemui ketua" ujar murid Bu Tong Pay itu.

"terima kasih" ucap mereka berdua- -. Mereka berdua mengikuti murid-murid Bu Tong Pay itu ke atas. Tak seberapa lama kemudian mereka sudah sampai di siang cing Kean, kuil Bu Tong Pay.

"Silakan duduk" ucap murid Bu Tong Pay itu.

"Aku akan melapor pada ketua."

"Terima kasih-" Kwan Pek Him dan ciu Lan nio duduk-

Murid Bu Tong Pay itu masuk ke dalam, berselang beberapa saat, dia sudah kembali bersama beberapa orangtua, yaitu song wan Kiauw,Jie Thay Gian jie Lian ciu dan Thio siong Kee-

"Ketua Bu Tong, terimalah hormat kami" ucap Kwan Pek Him sambil memberi hormat-

"siapa kalian berdua dan ada urusan apa kalian ke mari?" tanya jie Lian ciu selaku ketua Bu Tong Pay.

"Aku bernama Kwan Pek Him dan dia bernama Ciu Lan Nio." Kwan Pek Him memberitahukan.

"Kami ke mari atas perintah Hiat Mo untuk mengantar surat kepada ketua Bu Tong Pay."

"Hiat Mo?" jie Lian ciu dan lainnya saling memandang dengan air muka berubah hebat.

"Ciu Lan Nio adalah cucu Hiat Mo, aku adalah murid si Mo" ujar Kwan Pek Him dan menambahkan,

"Thio Han Liong adalah kawan baik kami-"

"Oh?" jie Lian ciu menatapnya tajam seraya bertanya,

"Berada di mana sekarang Thio Han Liong?"

"Kami tidak tahu-" Kwan Pek Him menggelengkan kepala-

"Aku ketua Bu Tong Pay, mana surat itu?" ujar jie Lian ciu-

Kwan Pek Him segera menyerahkan sepucuk surat kepada jie Lian ciu- setelah menerima surat tersebut, cepat-cepatlah jie Lian ciu membacanya- usai membaca surat itu, kening jie Lian ciu tampak berkerut-kerut.

"Bagaimana bunyi surat itu?" tanya song Wan Kiauw.

jie Lian ciu langsung memberikan surat itu kepada song wan Kiauw, dan song wan Kiauw lalu membacanya-

"Hiat Mo Pang? Hiat Mo—" seru song wan Kiauw tak tertahan.

"Hiat Mo menghendaki partai kita takluk kepada Hiat Mo Pang, itu... itu sungguh merupakan suatu penghinaan bagi Bu Tong Pay"

"Partai lain pun akan menerima surat yang serupa ini." ciu Lan Nio memberitahukan.

"Terlebih dahulu kami ke mari, karena kami tahu Kakak Han Liong punya hubungan erat dengan Bu Tong Pay."

"oh?" jie Lian ciu menatapnya.

"Kalianpun ingin menyampaikan sesuatu secara pribadi?"

"Ya." Ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him mengangguk-

"Apa yang akan kalian sampaikan kepada kami?" tanya song wan Kiauw-

"Kepandaian kakekku amat tinggi sekali, maka aku harap ketua Bu Tong Jangan berniat melawannya" jawab Ciu Lan Nio memberitahukan.

"Lagipula kini Tong Koay dan pak Hong telah disihir oleh kakekku, sehingga berada di bawah pengaruh kakekku, oleh karena itu...."

"Apa?" Betapa kagetnya song wan Kiauw dan lainnya.

"Kakekmu telah berhasil menangkap Tong Koay dan Pak Hong?"

"Ya." Ciu Lan Nio mengangguk dan menambahkan,

"Belum lama ini. Kakak Han Liong telah ke lembah Pek yun Kek..."

"Mau apa dia ke sana?" tanya jie Lian ciu dengan kening berkerut-kerut.

"Bertanding dengan kakekku-—"

"Hah? Apa?" jie Lian ciu dan lainnya terbelalak-

"Dia— dia bertanding dengan Hiat Mo?"

"Ya. Itu demi menolong Tan Giok Cu, namun...." ciu Lan

Nio menggeleng-gelengkan kepala seraya melanjutkan,

"Kakak Han Liong kalah, lalu pergi."

"Dia pergi ke mana?"

"Katanya mau pergi ke suatu tempat untuk melatih ilmu silatnya."

"ooohh" jie Lian ciu manggut-manggut sambil menarik nafas lega, namun bertanya juga,

"Han Liong tidak terluka?" "sama sekali tidak-" "Syukurlah" ucap jie Lian ciu-"Nona Ciu, terima-kasih untuk itu" "Maaf" ucap Kwan Pek Him-

"Aku harap ketua Bu Tong bersabar, sebab kata guruku, Yo sian sian sedang memperdalam ilmu silatnya di Lam Hai (Laut selatan), setelah dia kembali ke Tionggoan, barulah ketua Bu Tong bergabung dengan ketua lain untuk menghancurkan Hiat Mo Pang."

"Yo sian sian ke Lam Hai memperdalam ilmu silatnya?" jie Lian ciu tertegun.

"engkau tahu jelas tentang itu?" tanyanya.

"Tidak begitu jelas, namun aku pernah mendengar darl guruku bahwa yo sian sian berada di Lam Hai memperdalam ilmu silatnya."

"oooh" jie Lian ciu manggut-manggut, kemudian menatap Kwan Pek Him seraya bertanya,

"Kenapa engkau memberitahukan itu kepada kami?"

"Sebab... aku pernah berhutang budi kepada Han Liong,"jawab Kwan Pek Him.

"Kakak Han Liong amat menyayangi ku, maka kami harus memberitahukan semua itu kepada ketua Bu Tong," sambung Ciu Lan Hio.

"Tapi kamijuga mohon ketua Bu Tong jangan bilang kepada ketua lain, bahwa kami yang memberitahukan tentang itu"

"Hgmm" jie Lian ciu manggut-manggut.

"Kami pun akan memberitahukan kepada ketua siauw Lim Pay, karena Kakak Han Liong juga punya hubungan erat dengan partai itu" ujar ciu Lan Nio.

"Kalian berdua...." jie Lian ciu menghela nafas panjang.

"Nona ciu, engkau berbeda dengan Hiat Mo- Anak muda, engkau tidak seperti gurumu."

"Kami-..." Ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him saling memandang.

"Kami berhutang budi kepada Kakak Han Liong, sebaliknya kami malah tidak bisa membantunya menolong Tan Giok Cu...."

"Rencana kalian mau ke mana dari sini?" tanya jie Lian ciu.

"Ke kuil siauw Lim sie,"jawab Kwan Pek Him.

"Lalu ke partai lain...."

"Hgmm" jie Lian ciu manggut-manggut. "Kalau begitu, kalian bermalam di sini saja" "Terima kasih," ucap Kwan Pek Him.

"Lebih baik kami berangkat sekarang saja, jadi kami tidak membuang waktu, juga tidak mengganggu ketenangan ketua Bu Tong."

"Sebetulnya tidak apa-apa. namun kalau kalian berkeras mau berangkat sekarang, kami pun tidak bisa menahan kalian." ujar jie Lian ciu.

"selamat jalan dan terima kasih atas kebaikan kalian menyampaikan masalah itu pada kami."

"sampai jumpa" Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio memberi hormat kepada mereka, lalu pergi.

setelah Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio meninggalkan siang cing Kean, kuil Bu Tong Pay, Jie Liang ciu dan lainnya segera ke ruang meditasi untuk menemui Thio sam Hong.

"Guru..." panggil jie Lian ciu, kemudian mereka semua duduk di hadapan cikal bakal Bu Tong Pay itu.

"Ada sesuatu penting?" tanya Thio sam Hong sambil memandang mereka-

"ya, Guru. jie Lian ciu mengangguk lalu memberitahukan tentang kedatangan Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio.

"... bagaimana menurut Guru?"

"Hiat Mo—" gumam Thio Sam Hong sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Kalau guru belum setua ini, guru pasti pergi bertarung dengan Hiat Mo itu."

"guru," tanya song Wan Kiauw.

"Kami telah menerima surat itu, apa yang harus kami perbuat?"

" Harus bersabar," jawab "rhio sam Hong.

"Apa ruginya kita membuat surat takluk kepada Hiat Mo Pang? Tidak rugi sama sekali kan?"

"Tapi—-" jie Lian ciu menghela nafas panjang,

"Itu menyangkut nama baik Bu Tong Pay. Lagi pula partai lain pasti akan mencap Bu Tong Pay pengecut."

"Ha ha ha" Thio sam Hong tertawa.

"Menghadapi suatu masalah harus dengan perhitungan matang, jangan terbawa emosi atau bertindak tanpa dipikirkan dulu. ingat, tiada artinya melawannya"

"Guru" jie Lian ciu memberitahukan,

"yo Sian sian berada di Lam Hai sedang memperdalam ilmu silatnya, bagaimana kalau kita bersabar hingga yo sian sian kembali di Tionggoan?"

Thio sam Hong manggut-manggut.

"Memang harus begitu, oh ya Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio adalah kawan baik Han Liong, mereka membawa kabar berita tentang Han Liong?"

"Ada." Jie Ltan ciu mengangguk sekaligus memberitahukan tentang itu

"Kini Han Liong berada di suatu tempat sedang berlatih ilmu silatnya."

"Bagus" Thio sam Hong tertawa gembira.

"Dia memang anak berani, persis seperti ayahnya Ha ha ha..."

"Guru" song Wan Kiauw memberitahukan.

"Ketika Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio berpamit. aku berpesan pada mereka."

"Engkau pesan apa kepada mereka?"

"Aku berpesan kepada mereka, agar memberitahukan kepada para ketua partai lain berkumpul di kuil siauw Lim sie untuk berunding."

"Ngmrn" Thio sam Hong manggut-manggut.

"Memang ada baiknya begitu. Kalian dan ketua siauw Lim Pay harus memberi pengertian kepada ketua partai lain, agar tidak menyerbu ke lembah Pek yun Kok."

"ya, Gutu." song Wan Kiauw mengangguk-

"Mudah-mudahan umur guru masih panjang, bisa melihat Han Liong menjadi pendekar besar dalam rimba persilatan" ucap Thio sam Hong. Lalu memejamkan matanya, pertanda ia tidak mau diganggu lagi. Maka, song wan Kiauw dan lainnya segera meninggalkan ruang meditasi itu.

Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio sudah sampai di kuil siauw Lim sie- Namun gadis itu tidak langsung memasuki pekarangan, malah berdiri termangu-mangu di depan pintu.

" Lan Hio" Kwan Pek Him heran.

"Kenapa engkau berdiri termangu di situ? Ayohlah Mari kita masuk"

"Kakak Kwan" ciu Lan Nio memberitahukan.

"Kuil siauw Lim sie melarang kaum wanita masuk- Aku...

aku harus mentaati peraturan itu." "oh?" Kwan Pek Him tersenyum.

"Biasanya engkau...."

"Amat bandel kan?"

"ya."

"Kini aku justru tidak mau bandel lagi," ujar ciu Lan Nio sungguh-sungguh.

"Sebab kebandelan akan menimbulkan banyak masalah, sedangkan aku tidak mau menimbulkan masalah-"

"Bagus" Kwan Pek Him manggut-manggut.

"Tapi tidak apa-apa kita memasuki pintu pekarangan, asal jangan memasuki pintu kuil."

"Baiklah-" Ciu Lan Nio mengangguk,-

Mereka berdua berjalan memasuki pintu pekarangan, lalu berdiri di tengah-tengah pekarangan itu sambil menengok ke sana ke mari.

Pintu kuil itu terbuka, tampak beberapa biksu berjalan ke luar menghampiri mereka.

"omitohud" ucap salah seorang biksu.

"siapa kalian dan mau apa datang di kuil siauw Lim sie?"

"Aku bernama Kwan Pek Him, dia bernama Ciu Lan Nio-Kami ke mari ingin menemui Kong Bun Hong Tio-"

"Menemifi Kong Bun Hong Tio?"

"ya."

"Tapi—"

"Kami ingin menyampaikan sepucuk surat-"

Kalau begitu, serahkan &aja surat itu" ujar biksu itu-"Akan kubawa masuk untuk Hong Tio-"

"Baik," Kwan Pek Him mengangguk, latu diserah-kannya surat tersebut kepada biksu itu

"omitohud" ucap biksu itu sambil menerima surat tersebut lalu berjalan masuk ke kuil. Beberapa biksu lain masih tetap berdiri di situ.

Beberapa saat kemudian, tampak Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti Seng Cong berjalan ke luar dengan wajah serius.

"Omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio sambil memandang Ciu Lan Nio.

"Engkau ternyata cucu Hiat Mo, sungguh di luar dugaan omitohud.—"

"Kong Bun Hong Tio" Ciu Lan Nio tersenyum.

"Aku ke mari dengan tujuan baik, sama sekali tidak akan membuat onar. Maka, aku mentaati peraturan yang berlaku di sini."

"omitohud" Kong Bun Hong Tio tersenyum.

"Te-rimakasih. Namun mengenai surat itu...."

"Tiada urusan dengan kami berdua," sahut Ciu Lan Nio.

"Itu semuanya urusan Hiat Mo Pang."

"omitohud" Kong Ti Seng Ceng menatapnya tajam.

"Lalu apa tindakan kami, tentunya engkau sudi memberi sedikit petunjuk-"

"Kenapa Seng Ceng bertanya kepadaku?" tanya Ciu Lan Nio.

"Seng Cenglah yang harus berpikir."

"Benar, tapi...." Kong Ti Seng Ceng tersenyum.

"Aku yakin kalian pasti sudah ke gunung Bu Tong."

"Dugaan Seng Ceng tidak melesat," sahut Ciu Lan Nio dan memberitahukan.

"Aku menyarankan kepada ketua Bu Tong Pay agar bersabar, sebab kini yo Sian Sian sedang berada di Lam Hai memperdalam ilmu silatnya."

"omitohud" ucap Kong Ti Seng Ceng.

"Hati kalian memang baik, kami berterima kasih kepada kalian."

"Seng Ceng" ciu Lan Nio tertawa kecil.

"Kakak Han Liong mempunyai hubungan dengan Bu Tong Pay dan siauw Lim Pay, sedangkan kami berdua berhutang budi kepadanya, maka kami harus berbuat baik kepada Bu Tong Pay dan siauw Lim Pay."

"oooh" Kong Ti seng Ceng manggut- manggut.

"Kong Bun Hong Tio" Kwan Pek Him memberitahukan.

Ketika kami mau meninggalkan Kuil siang cing Koan, song Tayhiap berpesan kepada kami, memberitahukan kepada ketua partai lain agar berkumpul di kuil ini untuk berunding."

(Bersambung ke Bagian 22)

Jilid 22

"Omitohud Itu memang baik." Kong Bung Hong Tio manggut-manggut.

"Terima kasih untuk itu."

"Kong Bun Hong Tio," bisik Ciu Lan Nio.

"Apabila partai lain ingin menyerbu ke lembah Pek yun Kok, Kong Bun Hong Tio harus mencegahnya."

"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio.

"Aku pasti mencegahnya."

"Kenapa kami harus mencegah partai lain yang akan menyerbu ke lembah Pek yun Kok?" tanya Kong Ti Seng Ceng.

"Sebab kepandaian kakekku amat tinggi, lagipula...." Ciu

Lan Nio merendahkan suaranya.

"Tong Koay dan Pak Hong sudah dibawah pengaruh ilmu sihir kakekku."

"omitohud" Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng terkejut.

"Mereka berdua di lembah Pek yun Kok?" "ya." Ciu Lan Nio mengangguk dan berpesan,

"Aku mohon Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti Seng Ceng jangan bilang kepada ketua partai lain, bahwa kami yang menceritakan ini"

"omitohud" Kong Bun Hong Tio tersenyum.

"Kami tidak akan membocorkannya. Terima kasih atas kebaikan kalian berdua."

"Kong Bun Hong Tio, Kong Ti Seng Ceng, kami mohon pamit," ujar Ciu Lan Nio sambil memberi hormat.

"Selamat jalan" sahut Kong Bun Hong Tio dengan senyum.

Kwan Pek Him juga memberi hormat, lalu melangkah pergi bersama Ciu Lan Nio. Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng

Ceng saling memandang, kemudian mereka berdua menghela nafas panjang.

"omitohud Kita memang harus bersabar, kalau tidak siauw Lim Pay pasti akan hancur," ujar Kong Bun Hong Tio-

"sutee, kita pun harus menasihati ketua partai lain agar bersabar."

"ya, suheng" Kong Ti seng Ceng manggut-manggut.

setelah meninggalkan Kuil siauw Lim sie, Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio langsung menuju GoBi Pay, Hwa san Pay, Kun Lun Pay, Khong Tong Pay dan terakhir ke Kay Pang-Tugas mereka telah usai, maka mereka pulang ke lembah Pek yun Kok-

sebulan kemudian, mereka sudah sampai di lembah Pek yun Kok- Ketika memasuki lembah itu, mereka mendengar percakapan beberapa anggota Hiat Mo Pang.

"Tak disangka sama sekali, Tan Giok Cu menikah dengan ouw yang Bu. Pemuda itu pun tak tahu diri- Guru nya terkena ilmu sihir Hiat Mo, dia malah menikah dengan Tan Giok Cu...."

"Hiat Mo yang menghendaki begitu, tentunya ouw yang Bu harus menurut."

Kalau tidak salah, ouw yang Bu memang mencintai Tan Giok Cu- Karena membawa golongan sesat bergabung ke sini, maka ketua membantunya agar dia bisa memperisteri Tan Giok Cu-"

Mendengar percakapan itu, wajah Kwan Pek Him dan Ciu Lan Nio berubah menjadi pucat pias- Mereka segera mendekati beberapa anggota Hiat Mo Pang yang sedang bercakap-cakap itu.

"Apakah betul Tan Giok Cu menikah dengan ouw yang Bu?" tanya Ciu Lan Nio.

"Be... betul Nona," sahut salah seorang dari mereka.

" Kapan mereka menikah?"

"Dua hari setelah Nona dan Tuan Muda Kwan pergi."

Kwan Pek Him dan Ciu Lan Nio saling memandang, kemudian keduanya melesat ke markas. Kwan Pek Him pergi menemui si Mo gurunya, sedangkan Ciu Lan Nio menemui kakeknya-

Kakek Kakek" seru Ciu Lan Hio sambil berlari ke kamar Hiat Mo-

"Lan Hio" sahut Hiat Mo dari dalam kamar-"Engkau sudah pulang?"

Ciu Lan Hio menerobos ke dalam dengan wajah memucat saking gusarnya lalu menghampiri Hiat mo, yang sedang duduk di kursi.

"Kenapa Kakek menikahkan Tan Giok Cu dengan ouw yang Bu? Itu karena apa?" tanya Ciu Lan Hio dengan mata berapi-api-

"Lan Hio...." Hiat Hio mengerutkan kening.

"Jelaskan" bentak Ciu Lan Hio.

"Lan Hio...." Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.

"Engkau harus tenang, jangan emosi"

"Kakek sungguh keterlaluan sungguh keterlaluan" Mata Ciu Lan Hio mulai basah-

"Perbuatan Kakek itu justru akan membuat Kakak Han Liong menderita sekali"

"Lan Hio" ujar Hiat Mo-

"Kakek berbuat begitu demi Giok Cu, kakek telah salah menyihirnya-—"

" omong kosong" sergah Ciu Lan Hio cepat.

"Itu cuma suatu alasan belaka Padahal Kakek hanya mementingkan diri sendiri..."

"Engkau harus tahu. Giok- Cu sudah tidak dapat disembuhkan, oleh karena itu kakek pikir dia harus mempunyai keturunan. Lagi pula ouw yang Bu memang amat mencintainya, maka kakek nikahkan mereka."

"Kakek sama sekali tidak memikirkan Kakak Han Liong, apa yang akan terjadi atas dirinya, apabila kelak dia ke mari?"

"Kakek juga memikirkan itu," ujar Hiat Mo-

"Tan Giok Cu tidak akan bisa baik dari pengaruh ilmu sihir kakek, maka...."

"Kakek tak punya perasaan sama sekali, aku benci Kakek Aku benci Kakek" teriak Cun Lan Hio dengan air mata berderai-derai-

"Aku benci Kakek—"

"Lan Hio—" panggil Hiat Mo-

namun gadis itu tidak menggubrisnya, malah langsung berlari pergi kepekarangan belakang, lalu duduk di bawah pohon sambil menangis terisak-isak.

"Lan Hio" panggil Kwan Pek Him sambil mendekatinya-"Lan Hio—"

"Kakak Kwan...." Ciu Lan Nio menatapnya dengan air mata

berlinang-linang.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"yaaah" Kwan Pek Him menghela nafas panjang, lalu duduk di sisinya seraya berkata,

"Tiada yang harus kita lakukan, sebab kini Tan Giok Cu sudah sah menjadi isteri ouw yang Bun."

"Kalau begitu, bagaimana dengan Kakak Han Liong?"

"Kita harus berusaha menghiburnya kelak- Kalau tidak—."

" Kakak Kwan, aku khawatir.—"

"Aku pun khawatir." Kwan pek Him menggeleng-gelengkan kepala.

"Han Liong begitu mencintai Tan Giok Cu, namun gadis itu malah menikah dengan ouw yang Bun...."

"Aku tidak habis pikir, kenapa kakekku mau menikahkan mereka?" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang-

"Aku sudah bertanya kepada guruku—-"

"Apa jawab gurumu?"

"Aku disuruh jangan mencampuri urusan itu- Kata guruku, itu adalah urusan ketua Kwee dan kakekmu-"

"Kakekku bilang. Giok Cu harus mempunyai keturunan. Maka dia dinikahkan dengan ouw yang Bu, lagipula pemuda itu amat mencintainya."

"Itu cuma alasan kakekmu." Kwan Pek Him meng-geleng-gelengkan kepala.

"Padahal bisa juga Tan Giok Cu dinikahkan dengan Han Liong, ya, kan?"

"Benar. Tapi kakekku bilang tidak tahu Han Liong berada di mana, maka Giok £u dinikahkan dengan ouw yang Bu"

Mendadak muncul pemuda tersebut, la menghampiri mereka dengan kepala tunduk-

"Mau apa engkau ke mari?" bentak Ciu Lan Nio.

"Engkau bukan pemuda yang gagah Engkau pengecut, tak berperasaan dan cuma mementingkan diri sendiri"

"Nona Ciu...." ouw yang Bu menghela nafas panjang.

"Engkau bukan manusia" bentak Ciu Lan Hio lagi dengan mata berapi-api.

"Engkau binatang Engkau mencari kesempatan dalam kesempitan engkau lebih rendah daripada binatang"

"Aku...." ouw yang Bu menundukkan wajahnya dalam-

dalam.

"Saudara ouw yang" Kwan Pek Him menatapnya-

"Engkau sudah tahu Han Liong dan Giok Cu saling mencinta, tapi engkau—-"

"Beberapa tahun lalu, aku bertemu Giok Cu. sejak itu aku tidak bisa melupakannya. Aku— aku amat mencintainya—" ujar ouw yang Bu.

"Kini dia dalam keadaan terpengaruh oleh ilmu sihir, namun aku tetap bersedia memper isterinya dan mencintainya dengan segenap hati. Bahkan aku pun bersedia hidup di suatu tempat bersamanya. Aku... aku...."

"Aku tahu engkau amat mencintai Giok Cu, namun Giok Cu justru dalam keadaan begitu."

Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-

"Tidak seharusnya engkau menikahi nya dalam keadaan begitu."

"Saudara Kwan...." ouw yang Bu tersenyum getir.

"Aku mencintainya, justru bersedia berkorban pula-Tahukah kalian? Aku punya isteri bagaikan sebuah patung. Namun walau begitu, aku tetap mencintainya."

"sudahlah" tandas Ciu Lan Hio.

"Itu cuma alasanmu, tidak perlu banyak bicara di sini Lebih baik engkau enyah dari sini Aku muak melihatnya"

"Baik," ouw yang Bu manggut-manggut, lalu meninggalkan mereka.

"Hmm" dengus Ciu Lan Nio dingin.

"Lan Hio.—" Kwan Pek Him menghela nafas panjang.

"Kelihatannya dia memang sungguh-sungguh mencintai Tan Giok Cu, kita tidak bisa menyalahkannya-"

"oh?" Ciu Lan Nio tertawa dingin-

"Kalau begitu, aku akan menyuruh kakekku menyihir Kakak Han Liong, kemudian aku menikah dengan dia- Engkau tidak akan menyalahkan diriku kan?"

Haaah—?" mulut Kwan Pek Him ternganga lebar. "Lan Nio..-"

"ouw yang Bu egois, tidak seperti Kakak Han Liong" ujar Ciu Lan Nio dan menghela nafas panjang.

"Kini yang kucemaskan adalah Kakak Han Liong. Kelak kalau dia ke mari dan tahu Tan Giok Cu sudah menikah dengan ouw yang Bu, apa yang akan terjadi atas dirinya?"

"Mudah-mudahan Han Liong tabah" ucap Kwan Pek Him.

"ya." sahut Ciu Lan Nio.

"Mudah-mudahan Han Liong bisa tabah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar