Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 46: Kesedihan yang Memuncak

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 46: Kesedihan yang Memuncak
Bab 46 Kesedihan yang Memuncak

sementara itu, yo sian Sian juga telah meninggalkan Lam Hai menuju lembah Pek yun Kok- Kini ia telah menguasai ilmu Thian sin ci (Ilmu Jari sakti Langit), maka ia langsung menuju lembah Pek yun Kok mencari Kwee In Loan.

Dalam perjalanan menuju lembah itu, ia pun mendengar tentang Hiat Mo Pang. Tersentak hatinya, sebab Hiat Mo Pang telah berdiri dalam rimba persilatan, itu berarti Hiat Mo juga berada di lembah Pek yun Kok.

yo sian sianpun terkejut sekali, karena tujuh partai besar telah takluk kepada Hiat Mo Pang, juga mendengar bahwa Tong Koay dan Pak Hong terpengaruh oleh ilmu sihir Hiat Mo-Namun ia sama sekali tidak tahu murid kesayangannya pun berada di lembah Pek yun Kok, bahkan sudah menikah dan mempunyai anak-

Tujuh delapan hari kemudian, yo sian sian sudah tiba di mulut lembah Pek yun Kok- la tidak langsung memasuki mulut lembah itu, sebab dia yakin Hiat Mo dan lainnya akan muncul.

Dugaannya memang tidak meleset, tak lama kemudian, muncullah Hiat Mo, Kwee In Loan, si Mo, Tong Koay dan pak Hong.

"He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh-"Akhirnya engkau ke mari juga mencari aku" "Betul" yo sian sian manggut-manggut.

"Aku ke mari untuk membuat perhitungan denganmu" "Bagus, bagus" Kwee In Loan tertawa dingin-

"Hari ini engkau pasti mampus di lembah ini" "oh?" yo sian sian menatap mereka-"Kalian ingin mengeroyok ku?" "Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak

"Aku seorang diri sudah cukup membunuhmu, bersiap-siaplah engkau untuk mampus"

"Hiat Mo" yo sian sian menatapnya tajam.

"Lebih baik engkau jangan mencampuri urusan pribadi kami"

"Biar bagaimanapun, aku harus turut campur" sahut Hiat Mo sambil tertawa.

"Ha ha ha..."

Di saat bersamaan, muncul Ciu La n Hio bersama Kwan Pek Him. Gadis itu langsung menegur Hiat Mo-

Kakek Itu urusan perguruan mereka. Kakek tidak boleh mencampuri urusan itu"

"Lan Nio...." Hiat Mo mengerutkan kening.

"Kakek" Ciu Lan Hio memberitahukan. "Bibi sian sian adalah guru Tan Giok Cu...."

"Engkau kenal Giok Cu?" tanya yo sian sian cepat. "ya." Ciu Lan Hio mengangguk.-

"Di mana Giok cu dan Han Liong?" tanya yo sian sian dan menambahkan,

" Cepat katakan"

"Giok Cu...." Ciu Lan Hio melirik Hiat mo-

Kalian... kalian menangkapnya?" yo sian sian tampak cemas sekali-

Kalian... kalian...."

"Hiat Locianpwee" tanya Kwee In Loan.

"Belum mau turun tangan membunuh wanita itu?" "Baik" Hiat Mo mengangguk-"Aku akan sebera membunuhnya"

Kalau Kakek berani membunuh Bibi sian sian, aku pun akan mati di sini" ancam Ciu Lan Hio dengan sungguh-sungguh-

"Apa?" Hiat Mo terperanjat.

"Lan Nio...."

"Kakek, aku tidak main-main..." ujar ciu Lan Hio.

"Hiat Mo" Mendadak yo sian sian memperlihatkan sebuah benda, ternyata sebuah tusuk konde pemberian Lam Hai Lo Ni.

"Engkau kenal benda ini?"

Begitu melihat tusuk konde itu, mata Hiat Mo langsung terbelalak dan tampak terkejut.

"siapa— siapa yang berikan benda itu kepadamu?" tanya Hiat Mo dengan suara bergemetar.

"Lam Hai Lo Ni"

"siapa Lam Hai Lo Ni?"

"Nenek dari ibuku" sahut yo sian sian.

"Bukankah Hiat Mo hutang satu permintaan?"

"Aaaah—" Hiat Mo menghela nafas panjang.

"Aku pernah bersalah terhadap nenekmu, maka berjanji akan mengabulkan satu permintaannya. Baiklah, aku menepati janjiku itu. Apa permintaanmu?"

"Permintaanku yakni Hiat Mo harus segera kembali ke Kwan Gwa, tidak boleh memasuki Tionggoan lagi" yo sian sian mengajukan permintaan tersebut.

"Baik," Hiat Mo manggut-manggut, kemudian memandang ciu Lan Nio seraya bertanya-

"Engkau mau ikut Kakek pulang ke Kwan Gwa?"

"Kakek," sahut Ciu Lan Hio-

"Aku dan kakak Kwan ingin menunggu Kakak Han Liong-"

"Baiklah-" Hiat Mo manggut-manggut-

" Kalau begitu, kakek pulang duluan ke Kwan Gwa."

Hiat Mo melesat pergi, yo sian sian langsung menarik nafas lega- Kini ia menatap Kwee In Loan dengan dingin sekali, lalu berkata-

"Sekarang saatnya aku membuat perhitungan denganmu"

"Baik" Kwee In Loan mengangguk, kemudian dengan tiba-tiba membentak keras sambil menyerangnya

yo sian sian yang sudah bersiap langsung berkelit, sekaligus balas menyerang. Mereka sama-sama mengeluarkan ilmu silat perguruan Kouw Bok Pay (Kuburan Tua).

Ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian. Tong Koay dan Pak Hong tetap berdiri mematung di tempat, sedangkan si Mo terus mengerutkan kening.

Mendadak si Mo melesat ke arah yo sian sian, sekaligus menyerangnya dengan Ha mo Kang.

"Guru—" teriak Kwan Pek Him. "Jangan mencampuri urusan itu"

Akan tetapi, si Mo sama sekali tidak menggubris seruan muridnya, la terus menyerang yo sian sian dengan ilmu Ha Mo Kang.

Begitu melihat si Mo turun tangan membantu, Kwee In Loan mempergencar serangannya.

Karena dikeroyok, maka yo sian sian segera mengeluarkan ilmu Thian sin ci (Ilmu jari sakti Langit). Betapa terkejutnya Kwee In Loan menyaksikan ilmu tersebut. Ketika ia baru mau menyuruh si Mo mundur, justru di saat itu terdengar suara jeritan yang menyayat hati.

"Aaaakh—" Itu adalah suara jeritan si Mo, yang kemudian terkapar dengan dada berlubang tertembus oleh ilmu Thian sin ci.

"Guru Guru—" Kwan Pek Him segera mendekatinya,

"Guru—"

"Pek Him..." sahut si Mo lemah-

"Engkau... engkau murid baik, guru... guru merasa bangga

sekali... karena engkau tidak berhati kejam seperti gurumu

ini...." "Guru Guru...." Kwan pek Him memeluk si Mo erat-erat-

"Guru—"

"Muridku... muridku-—" Mendadak sepasang mata si mo mendelik dan kepala terkulai-

"Guru...." Kwan Pek Him menangis terisak-isak, ternyata si

Mo telah mati-

"Kakak Kwan, jangan berduka" Ciu Lan Nio memegang bahunya.

"Nanti kesehatanmu akan terganggu."

Kwan Pek Him mengangguk dan berhenti menangis, lalu menaruh mayat gurunya ke bawah- sementara pertarungan itu semakin seru dan dahsyat, ternyata Kwee In Loan juga mengeluarkan Hiat Mo Kang untuk melawan Thian sin ci-

Blam Terdengar suara benturan. yo sian sian terdorong ke belakang beberapa langkah, sedangkan Kwee In Loan hanya dua tiga depa. Betapa terkejutnya Kwee In Loan, maka ia mengempas semangatnya untuk menghimpun Hiat Mo Kang hingga ke puncaknya.

Justru ia sama sekali tidak tahu, bahwa di belakangnya terdapat sebuah jurang yang amat dalam. Mendadak ia memekik keras sambil menyerang yo sian sian, sedangkan yo sian sian pun sudah mengerahkan Lwee-kangnya hingga ke puncaknya, la menangkis serangan itu dengan Thian sin ci.

Blaaam Terdengar suara benturan yang amat memekakkan telinga.

yo sian sian terpental beberapa depa, sedangkan Kwee In Loan belasan depa dan meluncur ke bawah jurang yang ribuan kaki dalamnya. "Aaaakh—" sayup,sayup masih terdengar suara jeritannya, yo sian sian kembali berdiri tegak, namun mulutnya mengeluarkan darah-

"Bibi sian sian...." ciu Lan Nio mendekatinya.

"Bagaimana lukamu?"

"Tidak apa-apa." yo sian sian tersenyum.

"Kok engkau kenal aku?"

"Aku dengar dari Kakak Han Liong." ciu Lan Nio memberitahukan.

"Akupun kenal Tan Giok cu."

"Di mana muridku itu?"

"Dia berada di-—" Di saat Ciu Lan Hio baru mau memberitahukan, mendadak melayang turun sosok bayangan, ternyata Thio Han Liong.

"Kakak Han Liong Kakak Han Liong..." seru Ciu Lan Hio girang.

"Kakak Han Liong...."

"Adik Lan Hio" Thio Han uong tersenyum.

"saudara. Han Liong" panggil Kwan Pek Him.

"saudara Kwan, engkau dan Adik Lan Hio sudah saling mencinta?" tanya Thio Han Liong sambil memandang mereka.

"ya." Kwan Pek Him mengangguk-

"syukurlah" ucap Thio Han Liong, lalu memandang yo sian sian sambil memberi hormat.

"Bibi sian sian...."

"Han Liong" yo sian sian terbelalak-

"Engkau bertambah besar lho oh ya, di mana Giok Cu?"

"Dia berada di markas Hiat mo Pang." Thio Han Liong memberitahukan dan bertanya,

"Bibi sian sian berhasil mengalahkan Kwee In Loan?" "ya." yo sian sian mengangguk-

"Dia terpukul jatuh ke dalam jurang, si Mo pun telah binasa-"

"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut, kemudian memandang ciu Lan Hio seraya bertanya,

"Di mana kakekmu?"

"Tadi— tadi kakekku pulang ke Kwan Gwa," jawab Ciu Lan Hio.

"Benarkah?" Thio Han Liong kurang percaya.

"Memang benar," sahut yo sian sian.

"Aku yang menyuruhnya pulang ke Kwan Gwa."

"oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening.

"Tahu-kah Bibi sian sian apa yang telah terjadi atas diri Giok Cu?"

"Apa yang telah terjadi atas dirinya?" tanya yo sian sian cemas.

"Dia terkena ilmu sihir Hiat Mo, keadaannya persis seperti Tong Koay dan Pak hong." Thio Han Liong menunjuk ke dua jago yang berdiri mematung di tempat.

"Haaah—?" Betapa terperanjatnya yo sian sian.

"Kalau begitu, hanya Hiat Mo yang dapat menyembuhkannya?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk-

Kalau begitu, kita harus segera pergi menyusul" ujar yo sian sian.

"Tidak usah" sahut Thio Han Liong.

"Kemungkinan besar aku dapat menyembuhkannya."

"oh?" yo sian sian tampak tertegun.

"engkau dapat menyembuhkan Giok Cu?"

"Mudah-mudahan" Thio Han Liong mengangguk.

"Kakak Han Liong" ujar ciu Lan Hio terputus-putus.

"Giok cu.dia—."

"Kenapa dia?" tanya Thio Han Liong dengan wajah berubah-

"Apakah kakekmu telah membunuhnya?"

" Ti— tidak- Tapi-—"

Di saat bersamaan, tampak seorang gadis berjalan santai menghampiri mereka, gadis itu adalah Tan Giok Cu-

"Giok Cu Giok cu..." seru yo sian sian memanggilnya. "Giok Cu..."

"Bibi sian sian, percuma memanggilnya, sebab dia tidak kenal kita," ujar Thio Han Liong sambil mengeluarkan lonceng sakti pemberian Bu Beng sian su.

Di saat bersamaan, tampak pula ouw yang Bun mengikuti Tan Giok Cu sambil menuntun putrinya bernama ouw yang Hui siam.

Ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him memandang, mereka tidak tahu harus berbuat apa? Di saat itulah terdengar suara lonceng yang amat merdu dan menggetarkan hati, ternyata Thio Han Liong sudah mulai membunyikan lonceng saktinya sambil mengerahkan ilmu Penakluk iblis.

Begitu mendengar suara lonceng sakti itu. Tong Koay, Pak Hong dan Tan Giok Cu langsung jatuh terduduk-

sedangkan Thio Han Liong terus membunyikan lonceng saktinya berdasarkan irama yang diajarkan Bu Beng siansu-

Air muka Tong Koay, Pak Hong dan Tan Giok Cu mulai berubah, dan keringat mereka pun terus mengucur dari kening, sementara yo sian sian, Ciu Lan Hio, Kwan Pek Him dan ouw yang Bun memandang mereka dengan hati berdebar-debar tebang.

Berselang beberapa saat kemudian, wajah mereka bertiga mulai berubah pucat pias, tak lama berubah lagi jadi merah padam- setelah itu, barulah kembali normal seperti biasa-

Di saat itulah mendadak mereka bertiga memuntahkan cairan yang agak kehijau-hijauan, lalu menarik nafas dalam-dalam-

"Aaahhh" Mereka bertiga menengok ke sana ke mari, seakan baru tersadar dari tidur-Begitu melihat Thio Han Liong, Tan Giok Cu berseru-seru.

" Kakak tampan Kakak tampan...."

"Adik manis Adik manis..." sahut Thio Han Liong dan berhenti membunyikan lonceng saktinya, lalu dimasukkan nya ke dalam bajunya. "Kakak tampan...." Tan Giok Cu mendekap
di dadanya.

"Adik manis" Thio Han Liong tersenyum sambil membelainya.

"Akhirnya engkau sembuh juga." "Sembuh?" Tan Giok Cu tampak tercengang.

"memang nya aku sakit?"

"Akan kujelaskan nanti," jawab Thio Han Liong dan berbisik,

"Engkau belum memberi hormat kepada gurumu lho"

"oh?" Cepat-cepat Tan Giok Cu bersujud di hadapan yo sian sian.

"guru...."

"Giok Cu" yo sian sian memandangnya dengan mata basah-

"Syukurlah engkau bisa sadar"

"Guru," tanya Tan Giok Cu.

"Sebetulnya kenapa aku?"

"Adik manis" Thio Han Liong memberitahukan,

"sudah beberapa tahun engkau disihir oleh Hiat Mo, sehingga pikiranmu di bawah pengaruhnya. Begitu pula Tong Koay dan Pak Hong. Tadi kubuyarkan ilmu sihir itu dengan lonceng sakti, maka kalian bertiga tersadar dari sihir itu."

"oooh" Tan Giok Cu manggut-manggut.

"Kakak tampan, mulai sekarang kita tidak akan berpisah lagi. Aku... aku ingin menjadi isterimu, agar bisa mendampingimu selama- lamanya. "

"Baik, baik," Thio Han Liong mengangguk,-

"Kakak tampan...." Di saat Tan Giok Cu baru mau

mengatakan sesuatu, mendadak ouw yang Hui siam yang berusia hampir empat tahun itu berlari-lari mendekatinya seraya berseru-seru-

"Ibu Ibu Ibu...." Gadis kecil itu memeluk Tan Giok Cu erat-

erat.

(Lanjut ke jilid 24)

Jilid 24

"Eh?" Tan Giok Cu terbelalak.

"Anak siapa ini kok memanggilku ibu?"

"Dia anak kita," sahut ouw Yang Bun.

"Namanya.... ouw Yang Hut Siam, berusia hampir empat

tahun."

"Anak kita?" Tan Giok Cu terbelalak.

"Apa maksudmu?"

"Giok Cu" ouw Yang Bun memberitahukan.

"Kita berdua adalah suami isteri, ouw Yang Hut Siam adalah putri kiYa."

"Omong kosong Itu omong kosong" bentak Tan Giok Cu. "Dia bukan anakku dan klta bukan suami isteri" "Giok Cu, aku tidak bohong," ujar ouw Yang Bun.

"Kalau engkau tidak percaya, tanyalah kepada Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio."

Tan Giok Cu tidak bertanya kepada mereka, hanya menatap mereka dengan kening berkerut-kerut. Sementara wajah Thio Han Liong tampak pucat sekali. Lamemandang Ciu Lan Nio seraya bertanya.

"Adik Lan Nio, apa yang telah terjadi atas diri Giok Cu?"

"Itu... itu...." Ciu Lan Nio menundukkan kepala.

"Aku...."

"Adik Lan Nio," desak Thio Han Liong.

"Katakanlah"

"Kakak Han Liong, itu...." Ciu Lan Nio tampak sulit

memberitahukan, kemudian malah terisak-isak.

"Adik Lan Nio" bentak Thio Han Liong.

"cepat ceritakan apa yang telah terjadi atas diri Giok Cu. Be-narkah ouw Yang Bun adalah suaminya dan gadis kecil itu anak mereka?"

"Saudara Han Liong," sahut Kwan Pek sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Beberapa tahun lalu, ketika aku dan Lan Nio pergi menyampaikan surat kepada para ketua, di saat itu Hiat Mo, Kwee In Loan dan guruku menikahkan Giok Cu dengan ouw Yang Bun...."

"Haaah...?" Wajah Thio Han uong pucat pias.

"Mereka menikahkan Giok Cu yang sedang dalam keadaan terpengaruh oleh ilmu sihir?"

"Ya." Kwan Pek Him mengangguk dan menambahkan,

"Kata Hiat Mo, selamanya Giok Cu tidak akan normal, maka Giok Cu harus punya keturunan...."

"Jadi.... Giok Cu dinikahkan dengan ouw Yang Bun?" tanya

Thio Han Liong dengan suara bergemetar.

"Ya." Kwan Pek Him mengangguk.

"Aaaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang.

sementara Tan Giok Cu berdiri mematung di tempat, sekujur badannya terus menggigil seperti kedinginan, kemudian bergumam.

"Aku sudah punya suami dan anak? Aku sudah punya suami dan anak? Tidak mungkin Tidak mungkin Kakak tampan, itu tidak mungkin"

"Ibu Ibu...." Mendadak ouw Yang Hut siam memanggil

sambil menangis.

"Ibu Ibu...."

"Pergi" bentak Tan Giok Cu.

"Engkau bukan anak- ku Cepat pergi"

"Ibu Ibu...." Air mata ouw Yang Hut siam meleleh.

"Ibu...."

"Giok Cu," ujar ouw Yang Bun lembut.

"Dia putri kita...."

"Diam" bentak Tan Giok Cu.

Engkau bukan suamiku, aku bukan isteri mu gadis kecil itu bukan anakku"

"Giok Cu...." Wajah ouw Yang Bun tampak murung sekali.

"ouw Yang Bun, aku tahu engkau mencinta Giok Cu. Tapi...." Thio Han Liong memandangnya dengan mata membara.

"Kenapa engkau melakukan itu? Kena-pa?"

"saudara Thio," sahut ouw Yang Bun.

"Aku mencinta Giok Cu melebihi cintamu kepadanya. Walau dia dalam keadaan terpengaruh oleh ilmu sihir Hiat Mo, aku tetap bersedia memperisterinya. Aku menikah dengan dia secara resmi, lagipula dalam kurun waktu beberapa tahun ini, aku selalu mendampinginya. Dia tidak bisa urus anak, aku yang mengurusnya...."

"Diam" bentak Thio Han Liong.

"Baik, kalian sudahjudi suami isteri dan sudah punya anak pula, maka aku harus meninggalkan kalian"

Kakak tampan, jangan tinggalkan aku" Tan Giok Cu memeluknya erat-erat.

"Aku hanya mencinta imu. ... "

"Adik manis.." Thio Han Liong membelainya.

"Engkau sudah punya suami dan anak. maka kita...."

"Tidak Tidak" Tan ,Giok Cu menangis dengan air mata berderai-derai.

"Aku hanya mencintaimu seorang, aku...."

"Adik manis, kini engkau sudah punya suami dan anak...."

"Kakak tampan, itu bukan atas kemauanku. Aku... aku tidak punya suami dan aku pun tidak merasa pernah melahirkan anak."

"Ibu Ibu..." panggil ouw Yang Hut siam terisak-isak.

"Ibu...."

"Pergi Pergi Engkau bukan anakku Cepat pergiii" bentak Tan Giok Cu.

Tan Giok Cu tidak menyayangi putrinya itu memang harus dimaklumi, karena ketika melahirkan, ia tetap dalam keadaan tak sadar terpengaruh oleh ilmu sihir tersebut. Maka, ia sama sekali tidak merasa pemah melahirkan.

"Ibu Ibu...." Air mata ouw Yang Hut siam bercucuran.

"Kenapa Ibu tidak mau Hut siam lagi? Ibu...."

"Giok Cu" ouw Yang Bun menghela nafas panjang.

"Hut siam adalah putri kita, engkau yang melahirkan nya."

"omong kosong" bentak Tan Giok Cu, yang kemudian memandang Thio Han Liong seraya berkata,

"Kakak tampan, mereka jahat sekali, ingin memisahkan kita. Mari kita pergi"

"Adik manis...." sesungguhnya Thio Han Liong ingin

memberitahukan tentang kematian ke dua orang tua Tan Giok Cu, namun dalam keadaan begitu ia tidak berani memberitahukan.

"Kakak tampan, ayohlah Mari kita pergi" desak Tan Giok Cu.

"Kita mencari tempat yang sepi untuk hidup di sana."

"Adik manis" Thio Han Liong memandangnya, kemudian menggeleng-gelengkan kepala.

"Kini engkau sudah punya suami dan anak...."

sementara Yo sian sian, Tong Koay, Pak Hong, Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio cuma berdiri mematung di tempat, mereka sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.

"Kakak tampan...." Mendadak wajah Tan Giok Cu berubah

pucat sekali, lalu terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah.

"Engkau... engkau tidak mau aku lagi?"

"Adik manis, bukan aku tidak mau engkau, melainkan engkau sudah punya suami dan anak."

"Itu tidak sah Itu tidak sah" teriak Tan Giok cu.

"Aku tidak punya suami dan anak"

"Adik manis...."

"Baik-baik" Tiba-tiba Tan ,Giok Cu tertawa ter- kekeh-kekeh.

"He he he Kakak tampan, kini engkau sudah tidak mau aku Baik Baik,..."

sekonyong-konyong Tan Giok Cu mengayunkan tangannya ke ubun-ubunnya sendiri, dan itu membuat Yo sian sian dan Thio Han Liong berteriak kaget.

"Giok Cu Jangan..."

"Adik manis...."

Akan tetapi, telapak tangan Tan Giok Cu telah menghantam ubun-ubunnya sendiri mengeluarkan suara yang mengerikan. Plaaaak

seketika juga Tan Giok Cu terkulai, kepalanya telah pecah dan otaknya berhamburan.

"Adik manis..." teriak Thio Han Liong sambil melesat ke arahnya.

"Adik manis...."

Kakak tampan...." Tan Giok Cu memandangnya sambil tersenyum.

"Peluklah aku..."

Thio Han Liong segera memeluknya erat-erat, kemudian membelainya dengan tangan bergemetaran.

"Adik manis, kenapa engkau...."

"Kakak tampan... aku... aku...." Mendadak sepasang mata

Tan Giok Cu mendelik, lalu kepala terkulai dan nafasnya putus seketika.

"Adik manis Adik manis..." jerit Thio Han Liong dengan air mata berderai-derai.

"Adik manis...."

"Ibu Ibu...." ouw Yang Hut siam juga menjerit sambil

menangis meraung-raung.

"Ibu Ibu...."

"Giok Cu muridku...." Yo sian sian berdiri di tempat dengan

wajah pucat sekali.

ouw Yang Bun terbelalak seakan tidak percaya apa yang telah terjadi itu. Ciu Lan Nio menangis sedih, Kwan Pek Him tak henti-hentinya menghela nafas panjang, sedangkan Tong Koay dan Pak Hong terus saling memandang.

"Adik manis..,." Thio Han Liong memeluk mayat Tan Giok Cu erat-erat.

"Kenapa engkau bunuh diri? Kenapa engkau tinggalkan aku...."

"Kakak Han Liong...." ciu Lan Nio mendekatinya. gadis itu

ingin menghibur Thio Han Liong, namun Thio Han Liong justru membentaknya.

"Pergi Jangan dekati aku Kakekmu... kakekmu...."

Tiba-tiba Thio Han Liong memekik keras, lalu melesat pergi sambil membopong mayat Tan Giok Cu.

"Kakak Han Liong" teriak Ciu Lan Nio.

"Han Liong" seru Yo sian sian.

"saudara Han Liong" teriak Kwan Pek Him.

"Engkau mau ke mana?"

Akan tetapi, Thio Han Liong sudah tidak kelihatan. Ketika itu kalutlah mereka yang berada di sana.

"Ibu Ibu...." ouw Yang Hut siam masih terus menangis. Di

saat bersamaan sekonyong-konyong ouw Yang Bun memukul dadanya sendiri sambil berteriak-teriak.

"Aku yang bersalah Aku harus mampus Aku yang bersalah...."

Tong Koay segera mendekatinya, lalu menamparnya seraya membentak gusar.

"Kalau engkau mampus, bagaimana yang kecil ini? Bukankah dia putrimu? Engkau harus mengurusinya "

"Guru Guru...." ouw Yang Bun bersujud di hadapan Tong

Koay.

"Guru...."

"sudahlah" Tong Koay menghela nafas panjang.

"urusan sudah jadi begini macam? Percuma engkau menyesal. Yang penting engkau harus mengurusi putrimu ini jangan menelantarkannya "Ya ,Guru." ouw Yang Bun men angguk.

"Celaka Celaka...." Ciu Lan Nio berjalan mondar-mandir.

"Kita harus bagaimana? Kakak Hian Liong pergi ke mana?"

"Kesedihan Han Liong telah memuncak. kita tidak bisa menghiburnya," ujar Yo sian sian dengan air mata berderai-derai.

"Nona Lan Nio, aku masih kurang jelas tentang itu. Tuturkanlah sekali lagi"

"Bibi sian sian" ciu Lan Nio menutur tentang semua itu dan menambahkan.

"Justru tak disangka Kakak Han Liong dapat menyembuhkan."

"Aaaaah..." Yo sian sian menghela nafas panjang.

"Itu... itu sudah merupakan nasib Giok Cu. Kalau ke dua orangtuanya tahu...."

"Giok Cu sudah mati bunuh diri, kini Kakak Han Liong....",ciu Lan Nio terisak-isak.

"Aku khawatir dia...."

"Aaaah..." Yo Sian Sian menghela nafas panjang lagi. "Kita semua tidak dapat menghiburnya . "

Pak Hong menghampiri Yo sian sian, kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata,

"Aku masih seperti dalam mimpi, dan tidak mengerti apa yang terjadi ini. Aku dan Tong Koay diselamatkan Han Liong, tapi dia...."

"semua itu gara-gara Hiat Mo," sela Tong Koay.

"sebab dia yang menyihir Giok Cu, kemudian menikah-kannya dengan muridku...."

Kakekku bersalah karena menyihir Giok Cu, tapi yang mau menikah dengan Giok Cu adalah muridmu yang tak tahu diri itu. Dia yang menimbulkan kejadian tragis ini," sahut Ciu Lan Nio.

"sudah tahu Giok Cu dan Kakak Han Liong saling mencinta, namun masih mau kawin dengan Giok Cu."

"Nona Lan Nio" ucapan itu amat menyinggung perasaan Tong Koay.

"Kalau bukan dikarenakan gadis kecil itu, aku pasti sudah membunuh muridku itu."

"sudahlah, Tong Koay," ujar Pak Hong.

"sudah terjadi, mau menyalahkan apa dan siapa?"

Aaaah..." Mendadak Tong Koay membentak. "ouw Yang Bun, bawa putrimu dan ikut guru pergi"

"Ya, Guru" ouw YangBun mengangguk sambil menarik tangan putrinya.

"Nak. mari ikut ayah"

"Hut siam mau ibu Hut siam mau ibu...." gadis kecil itu

mulai menangis lagi.

"Ibu...."

" Cepat gendong dia" bentak Tong Koay, lalu melesat pergi.

ouw Yang Bun segera menggendong putrinya, setelah itu ia pun melesat pergi sambil menggendong putrinya.

"Baiklah." Pak Hong manggut-manggut.

Aku pun mau pergi. Kini rimba persilatan sudah aman, Kwee In Loan jatuh kejurang, si Mo pun telah binasa. sampai jumpa"

Pak Hong melesat pergi. Kini di sana hanya tinggal Yo sian sian, ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him .

"Bibi sian sian," tanya Ciu Lan Nio. "sebetulnya Kakak Han Liong pergi ke mana?"

"Dia membopong mayat Giok Cu, dia...." Yo sian sian

teringat sesuatu.

"Aku yakin dia pasti ke desa Hok An tempat tinggal orangtua Giok Cu."

"Kalau begitu, mari kita susul ke desa Hok An itu" Ajak Ciu Lan Nio.

"Tapi...." Yo sian sian mengerutkan kening.

"Kita ke sana juga percuma, sebab tidak bisa menghiburnya. Aaaah siapa yang bisa menghiburnya agar dia tidak menempuh jalan pendek?"

"Aku ingat," ujar ciu Lan Nio tak tertahan.

"Ada seorang yang mungkin bisa menghiburnya."

"siapa orang itu?" tanya Yo sian sian dan Kwan Pek Him serentak.

"An Lok Kong cu." Ciu Lan Nio memberitahukan.

"Mungkin dia bisa menghibur Kakak Han Liong."

"siapa An Lok Kong cu?" tanya Yo sian sian heran.

"An Lok Kong cu adalah putri kaisar." Ciu Lan Nio menjelaskan.

"Dia pernah bersama Kakak Han Liong."

Ciu Lan Nio menutur tentang itu berdasarkan apa yang didengarnya dari Thio Han Liong. Yo sian sian manggut-manggut mendengarnya.

"Tapi belum tentu An Lok Kong cu bisa menghiburnya." "Mungkin bisa," sahut Ciu Lan Nio.

"Karena Kakak Han Liong pernah bilang kepadaku, dia juga mencintai An Lok Kong cu, tapi tidak akan memperisterinya, sebab dia harus menikah dengan Giok Cu. oleh karena itu, kemungkinan besar An Lok Kong cu bisa menghiburnya."

"Kalau begitu..," ujar Yo sian sian setelah berpikir sejenak.

"Aku akan segera berangkat ke desa Hok An, kalian berdua harus membubarkan Hiat Mo Pang, lalu berangkat ke Kota raja menemui An Lok Kong cu"

"Ya, Bibi sian sian." ciu Lan Nio mengangguk. "Baiklah." Yo sian sian memandang mereka. "Aku berangkat duluan."

Yo sian sian melesat pergi, sedangkan ciu Lan Nio dan Kwan Pek Him segera membubarkan Hiat Mo Pang. setelah itu, barulah mereka berangkat ke Kotaraja.

Apa yang terjadi di lembah Pek Yun Kok telah tersirat di dalam rimba persilatan. Mengenai bubarnya Hiat Mo Pang, tentunya sangat menggembirakan tujuh partai besar dalam rimba persilatan. Tapi rimba persilatanjuga berduka cita atas

kematian Tan Giok Cu, sekaligus mencemaskan Thio Han Liong.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar