Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 67: Lian Hoan Nio cu

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 67: Lian Hoan Nio cu
Bab 67 Lian Hoan Nio cu

Thio Han Liong dan An Lok Kong cu melanjutkan perjalanan ke markas Kay Pang. Dalam perjalanan ini, mereka sering melihat mayat-mayat golongan hitam bergelimpangan di mana-mana.

"Adik An Lok," ujar Thio Han Liong ketika beristirahat di bawah sebuah pohon.

"Aku yakin itu adalah perbuatan Lian Hoa Nio Cu."

"Heran" sahut An Lok Kong cu.

"Kenapa dia memusuhi kaum golongan hitam?" "Entahlah." Thio Han Liong menggelengkan kepala. "Sebab aku tidak tahu jelas mengenai riwayat hidupnya."

"Tapi itu ada baiknya juga. Kaum penjahat memang harus dibasmi."

"Itu... itu agak sadis." Thio Han Liong menghela nafas panjang.

"Kalau aku bertemu dia, akan kunasihati."

"Kakak Han Liong...."

Mendadak Thio Han Liong memberi isyarat agar gadis itu diam. Ternyata ia mendengar suara langkah.

"Engkau mendengar sesuatu?" tanya An Lok Kong cu dengan suara rendah.

Thio Han Liong mengangguk. Berselang beberapa saat, barulah An Lok Kong cu mendengar suara langkah itu.

Tak seberapa lama, tampak sebuah tandu digotong empat orang bertubuh kekar yang tidak memakai baju. Dada ke empat orang itu bertato harimau.

Tandu itu melayang cepat sekali. Itu membuktikan bahwa ke empat penggotongnya memiliki ginkang yang amat tinggi. Thio Han Liong kagum melihatnya.

"Kakak Han Liong, yang duduk di dalam tandu itu...."

"Lian Hoa Nio Cu?"

"Bukankah orang-orang tadi mengatakan, bahwa Lian Hoa Nio Cu duduk di dalam tandu?"

"Kalau begitu...."

Sebelum Thio Han Liong melanjutkan, mendadak tandu itu sudah berhenti. An Lok Kong Cu dan Thio Han Liong mengarahkan pandangannya ke tirai tandu. Tampak tirai itu terbuka dengan perlahan-lahan dan seorang gadis cantik jelita melangkah turun dengan lemah gemulai.

Terbelalaklah Thio Han Liong, sebab kulit muka gadis itu putih halus bagaikan saiju.

"Kakak Han Liong," bisik An Lok Kong cu.

"Gadis itu adalah Yo Pit Loan?"

"Betul" Thio Han Liong mengangguk,

"Tak disangka dia begitu cantik...." An Lok Kong cu

menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalau aku tidak mendengar duluan darimu, tentu tidak akan percaya, bahwa dulu dia anak lelaki."

Tidak salah. Gadis cantik jelita itu ternyata Yo Pit Loan. la berjalan lemah gemulai mendekati Thio Han Liong. setelah dekat, ia langsung memberi hormat dengan wajah berseri.

"Han Liong, terimalah hormatku"

"Pit Loan...." Thio Han Liong sebera balas memberi hormat.

"Tak disangka kita berjumpa di sini."

"Memang tak disangka, tapi amat menggembirakan," sahut Yo Pit Loan.

"Oh ya Gadis ini...."

"An Lok Kong cu, tunanganku." Thio Han Liong memberitahukan.

"Oooh" Yo Pit Loan tersenyum. "An Lok Kong cu, selamat bertemu"
"Selamat bertemu, Pit Loan" sahut An Lok Kong cu sambil menatapnya.

"Tak kusangka engkau sangat cantik,"

"Oh ya?" Yo Pit Loan tersenyum lagi.

"Semua itu berkat bantuan Han Liong, yang memberiku buah Im Ko."

"Pit Loan, jangan berkata begitu" Thio Han Liong menggelengkan kepala.

"Aku berkata sesungguhnya. Kalau tiada buah Im Ko, kini aku masih tetap menjadi banci." Yo Pit Loan menghela nafas panjang.

"Oleh karena itu, aku banyak berhutang budi kepada Han Liong."

"Pit Loan, buah Im Ko itu hadiah dari Toan Hong Ya...."

"Aku tetap berhutang budi kepadamu." Yo Pit Loan tersenyum, kemudian memandang An Lok Kong cu seraya berkata,

"Engkau sungguh cantik, pantas Han Liong sangat mencintaimu. Engkau pasti bahagia, karena Han Liong adalah pemuda yang amat baik."

"Terima kasih." An Lok Kong cu terkesan baik kepada Yo Pit Loan.

"Oh ya, kalau aku tidak mendengar dari Kakak Han Liong, aku tidak percaya apa yang telah terjadi atas dirimu."

"Jangankan engkau...." Yo Pit Loan tertawa kecil.

"Aku sendiri pun hampir tidak percaya. Bayangkan. Dulu aku adalah seorang pemuda, tapi kini bisa berubah menjadi anak gadis. Bukankah itu sungguh ajaib sekali?"

"Memang." An Lok Kong cu mengangguk,

"Sikap dan gerak-gerikmu pun persis seperti anak gadis, begitu pula suara dan lain sebagainya."

"Terus terang, setelah makan buah im Ko pemberian Han Liong, aku pun tidak percaya bahwa diriku telah berubah

menjadi anak gadis. oleh karena itu, aku segera memeriksa alat kelaminku, memang telah berubah menjadi alat kelamin wanita. Dapat dibayangkan, betapa gembiranya hatiku ketika itu."

"Pit Loan," tanya An Lok Kong cu mendadak.

"Apakah engkau merasa menyesal atas perbuatan dirimu?" "Tentu tidak," sahut Yo Pit Loan jujur.

"Ketika aku menjadi banci, aku memang merasa menyesal sekali. Tapi setelah berubah menjadi anak gadis, itu sungguh menggembirakan."

"Oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut.

"Pit Loan" Thio Han Liong memandangnya seraya bertanya, "Lian Hoa Nio Cu adalah engkau?" "Ya." Yo Pit Loan mengangguk,

"Itu adalah julukanku."

"Kenapa engkau membunuh kaum rimba persilatan golongan hitam?" tanya Thio Han Liong lagi.

"Sebab..." Mendadak Yo Pit Loan memandang jauh ke depan.

"Ayah, ibu dan kakak-kakakku dibantai oleh para penjahat. Kalau guru terlambat muncul, aku pun pasti mati. oleh karena itu, kini aku mulai membantai para penjahat."

"Oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.

"Tapi... bukankah engkau boleh memusnahkan kepandaian mereka, tidak usah membunuh?"

"Han Liong" Yo Pit Loan menatapnya lembut

"Engkau memang berhati bajik, namun aku tidak akan memberi ampun kepada para penjahat. Aku masih ingat,

ibuku meratap-ratap mohon para penjahat itu jangan membunuh kakak-kakakku, tapi para penjahat itu tetap membunuh kakak-kakakku sambil tertawa, kemudian mereka pun memperkosa ibuku lalu membunuhnya. Nah, apakah aku harus mengampuni para penjahat?"

Thio Han Liong diam, setelah itu menghela nafas panjang.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan langsung bertanya.

"Kok kulit mukamu bertambah putih dan halus?" .

"Mungkin pengaruh dari buah Im Ko, parasku kian hari kian bertambah cantik," sahut Yo Pit Loan sambil tersenyum.

"Aku... aku merasa girang sekali."

"Oh ya. Betulkah ada seorang jago muda jatuh hati kepadamu, tapi engkau malah menantangnya bertanding, dan tidak sampai sepuluh jurus dia sudah kalah?" tanya Thio Han Liong mendadak.

"Betul." Yo Pit Loan mengangguk, "Kepandaian mereka begitu rendah, tapi berani coba-coba mendekatiku. sungguh tak tahu diri mereka"

"Pit Loan" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.

"Engkau tidak boleh memilih lelaki berdasarkan ilmu silat, yang penting rasa cinta dan kesetiaan."

"Hi hi Hi" Yo Pit Loan tertawa cekikikan.

"Tiada pemuda lain yang sepertimu, aku tidak akan menikah selama-lamanya."

"Pit Loan...." Thio Han Liong menghela nafas panjang

"An Lok Kong cu" Yo Pit Loan memandangnya sambil tersenyum lembut.

"Engkau sungguh beruntung, mendapatkan calon suami begitu baik, tampan dan berkepandaian tinggi pula."

"Pit Loan," ujar An Lok Kong cu.

"Kelak engkau pun akan bertemu lelaki yang seperti Kakak Han Liong."

"An Lok Kong cu" Yo Pit Loan tersenyum.

"Aku sama sekali tidak memikirkan itu, hanya ingin membasmi para penjahat saja."

"Oh ya" Thio Han Liong memandangnya.

"Engkau sudah mendengar tentang Ban Tok Lo Mo dan muridnya?"

"Aku justru sedang mencari mereka." sahut Yo Pit Loan. "Aku ingin membasmi mereka."

"Tapi engkau harus berhati-hati" pesan Thio Han Liong.

"Sebab Ban Tok Lo Mo memiliki ilmu pukulan yang amat beracun."

"Ya." Yo Pit Loan mengangguk.

Thio Han Liong mengeluarkan dua butir obat pemunah racun, lalu diberikan kepada Yo Pit Loan seraya berkata,

"Ini adalah obat pemunah racun. Apabila engkau bertemu Ban Tok Lo Mo, cepatlah makan sebutir, agar tidak terkena racunnya."

"Terima kasih atas perhatianmu, Han Liong," ucap Yo Pit Loan terharu sambil menerima ke dua butir obat pemunah racun itu, kemudian dibungkusnya dengan sapu tangan, setelah itu barulah dimasukkan ke dalam bajunya.

"Pit Loan," tanya Thio Han Liong.

"Engkau mau ke mana?"

"Mencari Ban Tok Lo Mo dan muridnya," jawab Yo Pit Loan.

"Aku harus membasmi mereka."

“Tapi biar bagaimanapun juga engkau harus berhati-hati, sebab Ban Tok Lo Mo berkepandaian tinggi sekali."

"Ya." Yo Pit Loan mengangguk, lalu memandang An Lok Kong Cu.

"Tempo hari aku bilang rela menjadi pelayannya, tapi dia menolak. Kini aku di hadapanmu mengatakan itu, apakah engkau akan menerimaku?"

"Itu terserah Kakak Han Liong," sahut An Lok Kong Cu sambil tersenyum lembut.

"Han Liong, bagaimana?" tanya Yo Pit Loan.

"Pit Loan" Thio Han Liong tersenyum.

"Kita adalah teman baik, tentunya aku menolak apabila engkau mau menjadi pelayanku."

"Aaaah..." Yo Pit Loan menghela nafas panjang. "Begini," ujar An Lok Kong cu mengusulkan. "Alangkah baiknya kalian menjadi kakak adik saja." "Kakak adik?" Wajah Yo Pit Loan berseri.

"Tapi... mana mungkin Han Liong akan menganggapku sebagai adiknya?"

Mendadak Thio Han Liong memegang bahunya, dan menatapnya dalam-dalam seraya berkata.

"Pit Loan, engkau adalah adikku."

"Kakak" Betapa terharunya Yo Pit Loan. "Han Liong, engkau adalah kakakku yang tercinta."

"Adik" Thio Han Liong tersenyum.

"Kakak...." Yo Pit Loan mendekap di dadanya.

Thio Han Liong membelainya lembut, sedangkan An Lok Kong Cu manggut-manggut sambil tertawa gembira.

Setelah itu, Yo Pit Loan pun merangkul An Lok Keng Cu erat-erat seraya bertanya,

"Perlukah sekarang aku memanggilmu Kakak Ipar?"

"Kami... kami belum menikah lho" sahut An Lok Kong cu dengan wajah agak kemerah- merahan.

"Kalau begitu, aku tetap memanggilmu An Lok Kong cu," ujar Yo Pit Loan sambil tersenyum.

"Setelah kalian menikahi barulah aku memanggilmu Kakak Ipar."

An Lok Kong cu tersenyum. Di saat itulah mendadak Yo Pit Loan dan Thio Han Liong saling memandang dengan wajah serius. Itu sungguh mengherankan An Lok Kong cu.

"Ada apa, sih?"

"Ada orang datang," sahut Thio Han Liong, lalu memandang ke atas sebuah pohon.

Tak seberapa lama kemudian, dari atas pohon itu melayang turun sosok bayangan. sebelum bayangan itu menginjak tanah, Yo Pit Loan sudah siap menyerangnya.

"Tunggu" cegah Thio Han Liong. "Dia adalah Pak Hong Locianpwee."

"Ha ha ha" Ternyata benar, orang itu memang Pak Hong. "Han Liong sungguh tajam matamu"

"Bukankah Locianpwee mau pulang? Kenapa malah ke mari?" tanya Thio Han Liong dengan rasa heran.

"Aku memang mau pulang, tapi di tengah jalan melihat sebuah tandu yang mencurigakan. Maka, aku terus mengikuti

tandu itu dalam jarak tertentu agar tidak diketahui orang yang duduk di dalamnya. Akhirnya aku sampai di sini. Ha ha ha"

"Locianpwee" Thio Han Liong tersenyum.

"Dia adalah Yo Pit Loan, yang pernah kuceritakan." "Yo Pit Loan?" Pak Hong terbelalak. "Lelaki yang berubah menjadi wanita itu?"

"Betul." Thio Han Liong mengangguk.

"Bukan main" Pak Hong terus memandang Yo Pit Loan dengan mata tak berkedip.

Itu membuat Yo Pit Loan tertawa geli, kemudian dengan sengaja bergaya di hadapan Pak Hong.

"Aduuh" Pak Hong teriak sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalau aku masih muda, mungkin aku sudah jatuh berlutut di hadapanmu"

"Oh, ya?" Yo Pit Loan tersenyum.

"Kalau tidak mendengar dari Han Liong, aku pasti tidak akan percaya, bahwa dulu engkau anak lelaki."

"Itu memang benar," ujar Yo Pit Loan sambil menghela nafas panjang.

"Kalau Kakak tidak memberiku buah Im Ko, tentunya aku masih tetap menjadi banci yang amat menyiksa diriku."

"Oooh" Pak Hong manggut-manggut.

"Eeeh? siapa kakakmu?"

"Han Liong."

"Kalian sudah mengangkat saudara?"

"Kira-kira begitulah."

"Kalau begitu, aku memberi selamat kepada kalian," ucap Pak Hong lalu tertawa gelak. "Ha ha ha..."

"Locianpwee," ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.

"Kini Locianpwee pasti tidak merasa penasaran lagi, bukan?"

"Betul." Pak Hong mengangguk.

"Karena aku sudah berjumpa Yo Pit Loan."

"Mungkin Locianpwee belum tahu, bahwa dia adalah Lian Hoa Nio Cu." Thio Han Liong memberitahukan.

"Oh?" Pak Hong tertegun. "Dia adalah Lian Hoa Nio Cu yang sering membasmi para penjahat?"

"Tidak salah," sahut Thio Han Liong. "Dia memang Lian Hoa Nio Cu."

"Ha ha ha" Pak Hong tertawa gelak. Ternyata engkau adalah Lian Hoa Nio Cu yang mulai terkenal itu"

"Terimakasih atas pujian Locianpwee," ucap Yo Pit Loan.

"Tapi" Pak Hong mengerutkan kening.

"Engkau harus lebih berhati-hati, sebab banyak golongan hitam ingin membunuhmu."

"Alangkah baiknya kalau mereka memunculkan diri mencariku, jadi aku tidak usah bersusah payah mencari mereka," ujar Yo Pit Loan sungguh-sungguh.

"Locianpwee" Thio Han Liong memberitahukan.

"Dia pun sedang mencari Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Dia ingin membasmi mereka berdua."

"Oh?" Pak Hong tertegun.

"Kalau begitu, engkau harus berhati-hati, sebab Ban Tok Lo Mo memiliki ilmu pukulan yang amat beracun."

"Locianpwee" YoPit Loan tersenyum.

"Kakak sudah memberiku obat pemunah racun, maka aku tidak takut akan ilmu pukulan beracun."

"Oooh" Pak Hong manggut-manggut. "Baiklah sekarang aku mau pulang ke tempat tinggalku, semoga kita berjumpa kembali"

Pak Hong langsung melesat pergi. Berselang sesaat, Yo Pit Loanpun berpamit kepada Thio Han Liong dan An Lok Keng Cu.

"Maaf, Kakak dan An Lok Keng Cu Aku mau mohon pamit melanjutkan perjalanan, mudah-mudahan kita akan berjumpa kembali"

"Adik" Thio Han Liong menggenggam tangan Yo Pit Loan. "Hati-hati kalau menghadapi Ban Tok Lo Mo"

"Ya." Yo Pit Loan mengangguk. "Kakak, An Lok Kong cu, sampai jumpa"

Yo Pit Loan melesat ke dalam tandu. Tak lama tandu itu pun melayang cepat meninggalkan tempat itu.

"Aaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang.

"Tak disangka kita bertemu Pit Loan dan Pak Hong di sini." "Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum.

"Aku sama sekali tidak menduga Pit Loan begitu cantik, padahal sebelumnya dia adalah lelaki."

"Kulit mukanya berubah begitu putih dan halus, itu adalah pengaruh khasiat buah Im Ko." Thio Han Liong memberitahukan.

"Kini dia betul-betul merupakan gadis yang cantik jelita." "Tapi" An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kepala.

"Apakah dia akan menikah kelak?"

"Entahlah." Thio Han Liong menghela nafas panjang.

"Tadi dia sudah bilang, tidak mau menikah selama-lamanya. "

"Seandainya dia bertemu pemuda yang cocok, aku yakin dia pasti akan menikah," ujar An Lok Keng cu.

"Mudah-mudahan" ucap Thio Han Liong.

"Oh ya, kini engkau sudah tidak merasa penasaran lagi, bukan?"

"Ya." An Lok Keng cu mengangguk,

"Sebab aku sudah berjumpa Pit Loan. Namun rasa cemburuku sedikit timbul."

"Oh, ya?" Thio Han Liong tersenyum.

"Mulai sekarang dia adalah adikku, engkau tidak usah merasa cemburu lagi."

"Kakak Han Liong...." An Lok Keng cu menatapnya lembut.

"Aku merasa bangga sekali, karena setiap orang pasti memujimu sebagai pemuda yang baik, bahkan juga mengatakan aku beruntung, dan pasti hidup bahagia di sisimu."

"Adik An Lok...." Thio Han Liong menggenggam tangannya

erat-erat, kemudian berbisik,

"Aku memang harus membahagiakanmu."

"Terima kasih, Kakak Han Liong," ucap An Lok Kong cu dengan mesra. setelah itu barulah mereka melanjutkan perjalanan menuju markas Kay Pang.

Betapa gembiranya seng Hwi dan su Hong seki ketua Kay Pang ketika melihat kedatangan Thio Han Liong dan An Lok Kong cu.

"Han Liong...." seng Hwi memegang bahunya.

"Aku tidak menyangka kalau kalian akan ke mari lagi. Ayoh, silakan duduk"

"Terima kasih," ucap Thlo Han Liong lalu duduk. An Lok Kong cu duduk di sisinya dengan wajah berseri-seri.

"Kalian berdua dari mana?" tanya su Hong sek lembut.

"Kami dari gunung Bu Tong. sebetulnya kami ingin kembali ke Kotaraja, tapi di tengah jalan ketika kami bermalam di penginapan...." Thio Han Liong menutur tentang itu.

"Karena itu, niat untuk kembali ke Kotaraja kami batalkan." "Oh?" seng Hwi dan su Hong Sek mengerutkan kening.

"Ternyata Ban Tok Lo Mo dan muridnya masih berada di Tionggoan. Untung Pak Hong juga berada di penginapan itu. Kalau tidak, nyawanya pasti sulit ditolong."

"Tapi Pak Hong masih bisa bertahan sampai satu bulan, hanya saja... akan tersiksa sekali," ujar Thio Han Liong.

"Locianpwee itu cuma tersambar angin pukulan Ban Tok Lo Mo, namun menjadi begitu."

"Sungguh beracun ilmu pukulan itu" su Hong sek menggeleng-gelengkan kepala, kemudian memandang Thio Han Liong seraya bertanya,

"Engkau sudah mendengar tentang Lian Hoa Nio Cu?" "Sudah." Thio Han Liong mengangguk dan menambahkan, "Bahkan kami pun sudah bertemu dia." "Oh?" su Hong sek tertegun.

"Engkau tahu siapa dia?"

"Tahu jelas sekali," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. "Dia adalah Yo Pit Loan, yang pernah kuceritakan itu." "Yo Pit Loan?" su Hong sek dan seng Hwi terbelalak.

"Maksudmu adalah Yo Ngie Kuang yang berubah jadi anak gadis itu?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk.

"Kini dia bertambah cantik, karena terpengaruh oleh khasiat buah Im Ko."

"Bukan main" seng Hwi menggeleng-gelengkan kepala.

"Kini para penjahat akan menggigil begitu mendengar namanya, sebab dia tidak pernah memberi ampun kepada para penjahat."

"Han Liong," tanya su Hong sek.

"Engkau tahu apa sebabnya dia begitu dendam terhadap para penjahat?"

"Ayah ibu dan kakak-kakaknya dibunuh oleh para penjahat," jawab Thio Han Liong memberitahukan.

"Maka kini dia mulai membasmi para penjahat, bahkan dia pun sedang mencari Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Dia ingin membasmi mereka."

"Oh?" Su Hong Sek mengerutkan kening.

"Ban Tok Lo Mo amat beracun, apakah Lian Hoa Nio Cu sanggup melawannya?"

"Pasti sanggup," sahut Thio Han Liong.

"Sebab aku sudah memberinya dua butir obat pemunah racun, agar dia tidak terkena racun."

"Oooh" su Hong sek manggut-manggut.

"Han Liong," tanya seng Hwi.

"Apakah kepandaian Lian Hoa Nio Cu dapat mengalahkan Ban Tok Lo Mo?"

“Tentang itu, aku tidak begitu tahu," jawab Thio Han Liong.

"Sebab aku tidak pernah menyaksikan kepandaian Ban Tok Lo Mo. Namun menurutku tidak gampang bagi Ban Tok Lo Mo mengalahkan Lian Hoa Nio Cu."

"Mudah-mudahan Lian Hoa Nio Cu dapat membasmi Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu" ucap su Hong sek.

"Kalau tidak, rimba persilatan pasti dilanda banjir darah." "Memang sudah mulai banjir darah," ujar seng Hwi.

"Sebab Ban Tok Lo Mo dan muridnya telah membunuh begitu banyak kaum rimba persilatan golongan putih."

"Oh ya" Thio Han Liong menengok ke sana ke mari. "Kenapa tidak kelihatan Kiat Hiong?"
"Dia sedang belajar ilmu silat di halaman belakang." su Hong sek memberitahukan dengan wajah berseri-seri.

"Tak kusangka im sie Popo begitu menyayanginya. Kalau kami memarahi Kiat Hiong, nenek itu yang tidak senang dan sering membelanya."

"Oh?" Thio Han Liong manggut-manggut "Syukurlah" "Karena itu...." su Hong sek menggeleng-gelengkan kepala. "Membuat Kiat Hiong semakin manja."

"Bagaimana kemajuan Kiat Hiong dalam hal ilmu silat?" tanya Thio Han Liong.

"Sudah cukup maju," sahut su Hong seki

"Aku justru tidak habis pikir, Kwee In Loan yang sudah tidak waras itu malah begitu sabar terhadap Kiat Hiong, juga mengajarnya dengan penuh perhatian."

"Dulu Kwee In Loan begitu jahat. Tapi setelah tidak waras ia malah menjadi baik hati. Itu sungguh di luar dugaan," ujar Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Tapi aku agak tenang dia berada di sini, sebab dia masih sanggup melawan Ban Tok Lo Mo."

"Han Liong" su Hong sek menatapnya dengan penuh rasa terimakasih.

"Kedatangan kalian sungguh mengharukan kami"

"Su Pang cu" Thio Han Liong tersenyum. "Jangan berkata begitu, sebab akan membuat hatiku merasa tidak enak."

"oh ya" su Hong sek bangkit berdiri.

"Han Liong dan An Lok Keng cu, bagaimana kalau kita ke halaman belakang melihat Kiat Hiong belajar ilmu silat?"

"Baik." Thio Han Liong dan An Lok Keng cu mengangguk.

Mereka semua lalu menuju ke halaman belakang.

Sampai di halaman tampak seorang anak kecil sedang berlatih ilmu pukulan dan seorang nenek terus-menerus memberi petunjuk. Menyaksikan ilmu pukulan itu, An Lok Kong cu mengerutkan kening.

"Kakak Han Liong," tanyanya heran.

"Kenapa ilmu pukulan itu kelihatan kacau balau sih?"

"Kelihatan kacau balau, namun amat lihay." Thio Han Liong memberitahukan,

"Itulah keanehan ilmu pukulan im sie Popo."

"Oh?" An Lok Keng Cu tercengang.

"Tapi persis seperti gerakan-gerakan orang gila."

"Adik An Lok" Thio Han Liong menjelaskan.

"Itu memang ilmu silat orang tak waras, maka gerakannya seperti itu."

"oh, ya?" An Lok Keng cu tersenyum geli.

"Tapi Kiat Hiong tidak akan berubah menjadi gila, kan?"

"Tentu tidak," sahut Thio Han Liong, kemudian berkata kepada seng Hwi.

"Kalau gerakan-gerakan itu dicampur dengan ilmu pukulan cing Hwee ciang, kelak Kiat Hiong pasti berkepandaian tinggi."

"Maksudmu aku harus mengajarnya ilmu pukulan cing Hwee Ciang?" tanya seng Hwi sambil memandang Thio Han Liong.

"Ya." Thio Han Liong mengangguk.

"Tapi ingat Kiat Hiong tidak boleh belajar ilmu Lweekang im sie Popo"

"Justru amat mengherankan" seng Hwi memberitahukan.

"Im sie Popo sama sekali tidak mengajar Kiat Hiong ilmu Iweekang."

"Oh?" Thio Han Liong tercengang.

"Dia sudah gila, tapi kenapa masih bisa berpikir panjang?"

"Maksudmu?"

"Apabila Kiat Hiong belajar ilmu Lweekangnya, akan membuat Kiat Hiong berubah menjadi tak waras," sahut Thio Han Liong sungguh-sungguh.

"Maka Kiat Hiong tidak boleh belajar itu." "Han Liong...." su Hong sek tampak tersentak.

"Benarkah itu?"

"Benar." Thio Han Liong mengangguk, "Kalau begitu...." su Hong sek berlega hati.

"Syukurlah Im sie Popo tidak mengajarnya ilmu Lweekang"

Mereka terus bercakap-cakap. setelah itu Thio Han Liong memberi petunjuk kepada seng Kiat Hiong, dan itu amat menggembirakan Kiat Hiong.

Thio Han Liong dan An Lok Kong cu tinggal di markas Kay Pang beberapa hari. Dalam kurun waktu itu, tiada kabar beritanya mengenai Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Itu sungguh mengherankan, maka hari ini Thio Han Liong, An Lok Kong cu, seng Hwi dan su Hong sek berbincang-bincang mengenai hal itu.

"Aku tidak habis pikir, kenapa tiada kabar beritanya lagi tentang Ban Tok Lo Mo dan muridnya?" ujar Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Memang mengherankan." seng Hwi mengerutkan kening. "Kelihatannya mereka guru dan murid sedang bermain kucing-kucingan dengan kita."

"Aaaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang.

"Kalau kami tahu berada di mana Ban Tok Lo Mo dan muridnya, kami pasti sudah pergi mencari mereka."

"Han Liong" su Hong sek tersenyum.

"Bersabarlah Tak lama lagi Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti muncul dalam rimba persilatan."

Tak terasa beberapa hari telah berlalu, namun tetap tiada kabar berita tentang Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Thio Han Liong sama sekali tidak mengerti, kenapa mereka berdua selalu timbul tenggelam seakan sedang mempemainkan kaum rimba persilatan Tionggoan.

"Kelihatannya..." ujar Thio Han Liong.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya memang sengaja mempermainkan kita."

"Kalau begitu.." sahut seng Hwi sambil mengerutkan kening.

"Kita biarkan saja. Tapi aku yakin Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti akan muncul." Thio Han Liong manggut-manggut.

Malam harinya, Thio Han Liong dan An Lok Keng cu berbicara serius di dalam kamar.

"Sudah hampir sepuluh hari kita tinggal di sini, namun tetap tiada kabar berita tentang Ban Tok Lo Mo dan muridnya," ujar Thio Han Liong sambil memandang An Lok Kong Cu.

"Bagaimana menurutmu, kita harus terus menunggu atau lebih baik kita kembali ke Kotaraja?"

"Menurut aku, lebih baik kita kembali ke Kotaraja," sahut An Lok Keng cu mengemukakan pendapat.

"Setelah itu, barulah kita mencari Ban Tok LoMo dan muridnya."

"Ngmm" Thio Han Liong manggut-manggut.

Keesokan harinya, mereka berpamit kepada seng Hwi dan su Hong seki lalu menuju Kotaraja.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar