Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 72: Pertarungan Di Markas Kay Pang

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 72: Pertarungan Di Markas Kay Pang
Bab 72 Pertarungan Di Markas Kay Pang

Seng Hwi dan su Hong sek duduk di ruang tengah markas Kay Pang. Mereka sedang menikmati teh wangi sambil bercakap-cakap.

"Kiat Hiong berlatih dengan giat sekali," ujar seng Hwi dengan wajah berseri.

"Kelak Putra kita pasti berkepandaian tingg sebab aku pun sudah mulai mengajar nya ilmu pukulan cing Hwee Ciang."

"Kalau dia sudah dewasa, harus pergi berkelana mencari pengalaman," tambah su Hong sek

"Setelah itu, barulah dia menggantikan kedudukanku." "Betul." seng Hwi manggut-manggut.

"Semoga dia menjadi ketua Kay Pang yang baik, dan memajukan Kay pang"

"Aku yakin dia mampu," ujar Su Hong Sek. Ketika ia baru mau melanjutkan, tiba-tiba datanglah seorang pengemis dengan tergopoh-gopoh.

"Ketua Celaka..."

"Ada apa?" Air muka su Hong sek langsung berubah.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya ke mari sudah banyak anggota kita yang binasa terkena pukulan beracun mereka"

"Cepat panggil Im sie Popo ke mari" seru su Hong sek.

"Ya." Pengemis tua itu sebera berlari ke halaman belakang. Tak lama ia sudah kembali ke ruangan itu bersama Im sie Popo dan seng Kiat Hiong.

"Ayah, Ibu Apa yang terjadi?" tanya anak itu "Kiat Hiong." pesan seng Hwi.
"Engkau harus bersembunyi di ruang bawah tanah, karena Ban Tok Lo Mo dan muridnya telah ke mari."

"Ya, Ayah." seng Kiat Hiong mengangguk. lalu meninggalkan ruang itu.

"Im sie Popo" seng Hwi memberitahukan.

"Musuh yang berkepandaian tinggi sudah menyerbu ke mari, engkau harus melawannya"

"Hi hi hi" Im sie Popo tertawa. "Asyik Aku akan berkelahi Asyiiik..."

Su Hong sek cepat-cepat mengambil obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong, kemudian diberikan kepada seng Hwi dan Im sie Popo.

"Popo Hu adalah permen, cepatlah telan" ujar su Hong sek.

Im sie Popo mengangguk sekaligus menelan obat pemunah racun itu. Begitu obat itu masuk ke tenggorokannya, keningnya tampak berkerut-kerut.

"Kok pahit rasanya?"

"Itu adalah permen pahit," sahut su Hong sek. la dan seng Hwi pun menelan obat pemunah racun itu.

Sementara di luar sudah terdengar suara jeritan yang menyayatkan hati. Su Hong sek dan seng Hwi saling memandang, kemudian mengajak Im sie Popo keluar.

"Ha ha ha" Ban Tok Lo Mo tertawa gelak. "Ketua Kay Pang, akhirnya kalian keluar juga" "Ban Tok Lo Mo" bentak su Hong sek.

"Kita tidak punya dendam apa pun, kenapa engkau ke mari membunuh para anggotaku?"

"He he he Aku senang kok" sahut Ban Tok Lo Mo, lalu menatap Im sie Popo dengan tajam sekali.

"Nenek gila, engkau Im sie Popo ya?" "Betul." sahut Im sie Popo sambil tertawa.

"Engkau sudah tua sekali, tidak pantas menjadi cucuku Ayoh, cepat pergi"

"Dasar nenek gila" hardik Ban Tok Lo Mo.

"Aku mau bertarung denganmu, bersiap-siaplah untuk mampus"

"Hi hi hi Aku tidak akan mampus, engkau yang akan binasa" sahut Im sie Popo.

"Bagus, bagus" Ban Tok Lo Mo tertawa.

"Muridku, cepatlah bunuh ketua Kay Pang dan suaminya"

"Ya, Guru." Tan Beng song mengangguk. setelah itu mulai menyerang su Hong sek dan seng Hwi.

Di saat bersamaan, Ban Tok Lo Mo pun menyerang Im sie Popo, maka terjadilah pertarungan yang amat seru dan sengit.

Walau dikeroyok dua orang, namun Tan Beng Song tidak terdesak sama sekali. Yang paling sengit adalah pertarungan Im sie Popo dengan Ban Tok Lo Mo, sebab nenek itu berderak secara kacau balau, sehingga amat membingungkan Ban Tok Lo Mo.

"Nenek gila Ilmu silat apa itu?"

"Hi hi hi" Im sie Popo tertawa cekikikan. "Ilmu silat dari alam baka"

"Hmm" dengus Ban Tok Lo Mo dan berseru.

"Murid ku, jangan membuang waktu, cepat keluarkan ilmu pukulan Ban Tok Ciang"

"Ya, Guru," sahut Tan Beng song, lalu mulai menyerang su Hong Sek dan sting Hwi dengan ilmu pukulan tersebut.

Tersentak hati su Hong Sek dan seng Hwi. Mereka berdua cun sebera mengeluarkan ilmu andalan. seng Hwi mengeluarkan ilmu pukulan cing Hwee Ciang, sedangkan su Hong Sek menggunakan ilmu Tongkat Pemukul Anjing menyerang Tan Beng song. Namun Tan Beng song memang hebat sekali. Walau diserang dart kiri dan kanan, tapi ia masih dapat berkelit bahkan sekaligus balas menyerang pula.

Seandainya su Hong sek. seng Hwi dan Im sie Popo tidak makan obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong, mereka bertiga pasti sudah mati tersambar hawa pukulan yang amat beracun itu.

"Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh- kekeh. "Nenek gila, tak kusangka engkau tidak takut racun"

Di saat Ban Tok Lo Mo berkata begitu, Im sie Popo sudah mulai berada di bawah angin, begitu pula su Hong Sek dan seng Hwi.

Di saat yang amat kritis itu, justru muncul sebuah tandu. Ban Tok Lo Mo yang bermata tajam sudah melihat tandu tersebut, sehingga membuat hatinya tersentak.

"Lian Hoa Nio Cu" Bukan main terkejutnya Ban Tok Lo Mo dan segera berseru.

"Muridku, Lian Hoa Nio Cu muncul Mari kita pergi"

Ban Tok Lo Mo melesat pergi secepat kilat, begitu pula Tan Beng song. Lian Hoa Nio Cu mengejar mereka, tapi terlambat. la berdiri termangu-mangu dekat tandunya, sedangkan seng Hwi dan su Hong Sek menarik nafas lega, lalu cepat-cepat menghampiri Lian Hoa Nio Cu sambil memberi hormat.

"Terimakasih, Lian Hoa Nio Cu," ucap mereka serentak.

"Sayang sekali" Lian Hoa Nio Cu menggeleng-gelengkan kepala.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya cepat kabur"

"Lian Hoa Nio Cu, kami harap engkau sudi bercakap-cakap dengan kami di dalam" ujar su Hong Sek sambil menatapnya dengan kagum. la tidak menyangka Lian Hoa Nio Cu begitu cantik, padahal sebelumnya adalah anak lelaki.

"Maaf" sahut Lian Hoa Nio Cu sambil tersenyum.

"Aku harus memburu waktu untuk mengejar Ban Tok Lo Mo dan muridnya."

"Tapi..."

"Lian Hoa Nio Cu, kami tahu engkau teman baik Thio Han Liong." seng Hwi memberitahukan.

"Dia dan An Lok Kong cu pernah ke mari?" tanya Lian Hoa Nio Cu dengan wajah berseri.

"Beberapa hari yang lalu, mereka berada di sini," jawab seng Hwi.

"Sekarang?" Lian Hoa Nio Cu tampak kecewa.

"Mereka sudah berangkat ke gunung Bu Tong" ujar su Hong sek.

"Lian Hoa Nio Cu, kami amat kagum padamu. Mari kita bercakap-cakap di dalam, jangan mengecewakan kami"

"Karena kalian juga adalah teman baik Thio Han Liong, maka aku mau bercakap-cakap dengan kalian," sahut Lian Hoa Nio Cu sambil tersenyum.

"Jangan tersinggung oleh ucapanku Iho"

"Tentu tidak," sahut su Hong Sek dengan wajah berseri.

"Lian Hoa Nio cu, mari ikut kami ke dalam"

"Terimakasih," ucap Lian Hoa Nio Cu, lalu mengikuti mereka ke dalam.

"Silakan duduk" ucap su Hong Sek dengan ramahi kemudian menyuruh salah seorang pengemis untuk menyuguhkan teh istimewa.

"Ilmu pukulan Ban Tok Lo Mo dan muridnya amat beracun, tapi kalian kok tidak apa-apa?" Lian Hoa Nio Cu memandang mereka dengan rasa heran.

"Kami makan obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong." su Hong Sek memberitahukan.

"Kalau tidak. kami pasti sudah mati tersambar hawa pukulan beracun itu."

"Nenek gila itu juga makan obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong?" tanya Lian Hoa Nio Cu sambil memandang Im sie Popo yang baru masuk itu.

"Ya." su Hong Sek mengangguk.

"Aaaah..." Lian Hoa Nio Cu menghela nafas.

"Thio Han Liong memang merupakan pemuda yang amat baik, penuh pengertian dan penuh rasa solider pula."

"Betul." seng Hwi manggut-manggut.

"Kalau dia tidak menasihatiku, mungkin aku telah melakukan suatu perbuatan yang amat berdosa."

"Maksudmu?"

"Ayahku bernama seng Kun..-" seng Hwi bercerita mengenai kejadiannya dan lain sebagainya.

"Hingga saat ini aku masih merasa berhutang budi kepadanya."

"oooh" Lian Hoa Nio Cu manggut-manggut.

"Akupun berhutang budi kepadanya. Mungkin dia sudah menceritakan tentang diriku."

"Ya." su Hong Sek mengangguk.

"Kalau dia tidak memberiku buah Im Ko, kini aku masih tetap menjadi banci. Aku bisa berubah menjadi wanita yang sedemikian cantik, ini karena jasanya begitu besar."

"oh ya" su Hong Sek tersenyum.

"Tahukah engkau, Thio Han Liong sudah menikah dengan An Lok Keng cu?"

"oh?" Wajah Lian Hoa Nio Cu berseri.

"syukurlah Mudah-mudahan aku akan bertemu, agar bisa memberi selamat kepada mereka"

"Kalau begitu..." usul seng Hwi.

"Engkau susul saja ke gunung Bu Tong, dia pasti berada di sana."

"Akan kupikirkan," sahut Lian Hoa Nio Cu.

"oh ya" su Hong Sek teringat sesuatu.

"Ketika Thio Han Liong dan An Lok Keng cu menuju Kotaraja, di tengah jalan nyaris terbunuh."

"oh?" Air muka Lian Hoa Nio Cu langsung berubah. "Bagaimana kejadiannya?"
"Thio Han Liong melihat seorangtua terluka...." su Hong

Sek memberitahukan sesuai dengan penuturan Thio Han Liong.

"Hah?" Bukan main terkejutnya Lian IHoa Nio Cu. "Siapa yang memasang perangkap itu?"

"Menurut Thio Han Liong, orangtua itu adalah samaran Tan Beng Song, murid Ban Tok Lo Mo."

"Jadi murid Ban Tok Lo Mo juga yang memasang perangkap itu?" tanya Lian Hoa Nio Cu dengan mata berapi-api.

"Ya." Su Hong Sek mengangguk.

"Bagus, bagus" ujar Lian Hoa Nio Cu sambil berkertak gigi.

"Thio Han Liong adalah penolongku. Ban Tok Lo Mo dan muridnya begitu berani menghendaki nyawanya? Hm Kalau Ban Tok Lo Mo dan muridnya jatuh di tanganku, mereka berdua akan kujadikan patung es"

"Tenang, Lian Hoa Nio Cu" ujar Su Hong Sek.

"Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu tidak terjadi apa-apa."

"Syukurlah kalau dia dan An Lok Kong Cu selamat" Lian Hoa Nio Cu menarik nafas lega.

"Kalau Thio Han Liong mati pada waktu itu, saat ini juga aku pasti menjadi gila."

"Lian Hoa Nio Cu...." Su Hong Sek tertegun.

"Engkau...."

"Jangan salah paham" ujar Lian Hoa Nio Cu sambil tersenyum.

"Aku berhutang budi kepadanya, sebab kalau tidak ada dia, tentunya aku masih hidup tersiksa."

"Oooh" Su Hong Sek manggut-manggut.

"Aku ingin menjadi pelayan mereka, tapi mereka langsung menolak." Lian IHoa Nio Cu memberitahukan.

"Kemudian atas saran An Lok Kong Cu, maka aku dan Thio Han Liong menjadi kakak adik."

"Thio Han Liong menjadi kakak angkatmu?" tanya Su Hong Sek.

"Ya." Lian Hoa Nio Cu mengangguk.

"Lian Hoa Nio Cu" su Hong Sek memandangnya seraya berkata,

"Kalau tadi engkau tidak muncul, kami pasti sudah binasa."

"Itu sungguh kebetulan, tapi justru menyelamatkan kalian." ujar Lian Hoa Nio Cu.

"Sayang sekali... Ban Tok Lo Mo dan muridnya begitu cepat kabur."

"Aaaah..." seng Hwi menghela nafas panjang.

"Kejadian itu pasti membuatnya bersembunyi lebih lama."

"Pokoknya mereka harus kubasmi" ujar Lian Hoa Nio Cu, kemudian bangkit berdiri sambil memberi hormat.

"Maaf, aku mau mohon pamit"

"Kenapa begitu cepat?" su Hong Sek ingin menahanny tapi Lian Hoa Nio cu menggelengkan kepala.

"Sampai jumpa" ucapnya lalu melangkah pergi.

Begitu sampai di luar, Lian Hoa Nio Cu langsung melesat ke dalam tandu. Keempat lelaki kekar segera memikul tandu itu meninggalkan tempat tersebut.

Seng Hwi dan su Hong Sek saling memandang, kemudian menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalau Han Liong tidak memberitahukan kepada kita, bagaimana mungkin kita akan percaya, bahwa dulu Lian Hoa Nio cu adalah anak lelaki?" ujar su Hong sek.

"Aneh tapi nyata," sahut seng Hwi.

"Anak lelaki bisa berubah menjadi anak perempuan, bahkan kini dia begitu cantik dan lemah gemulai. Itu sungguh menakjubkan dan tak masuk akal"

"Tapi nyatanya memang begitu," ujar Su Hong Sek dan menambahkan,

"Kelihatannya dia... mencintai Thio Han Liong."

"Betul." seng Hwi manggut-manggut.

"Namun dia tahu diri, maka tidak menimbulkan suatu masalah bagi Thio Han Liong"

"Mudah-mudahan dia berhasil mengejar Ban Tok Lo Mo, sekaligus membunuhnya agar rimba persilatan menjadi aman"

"Aku justru tidak habis pikir, kenapa Ban Tok Lo Mo kelihatan agak takut kepadanya?"

"Memang mengherankan. Padahal mereka belum pernah bertarung, mungkinkah Ban Tok Lo Mo tahu Lian Hoa Nio Cu berkepandaian amat tinggi?"

"Mungkin. Aaaah... kalau Lian Hoa Nio Cu tidak muncul. entah bagaimana nasib kita..."

Ban Tok Lo Mo dan muridnya kembali ke kuil tua. Mereka duduk berhadapan dengan mulut membungkam. Beberapa saat kemudian barulah Tan Beng song bersuara.

"Kenapa Guru mengajakku kabur ketika Lian Hoa Nio Cu muncul?" tanyanya tidak mengerti.

"Guru takut kepadanya?"

"Takut?" Ban Tok Lo Mo tertawa dingin.

"Pernahkah engkau melihat aku takut kepada seseorang?" "Kalau begitu...." Tan Beng song heran.

"Kenapa Guru mengajakku kabur ketika Lian Hoa Nio Cu muncul di sana?"

"Aku mengajakmu kabur bukan karena takut, melainkan hanya untuk menghindar saja."

"Kenapa harus menghindar?"

"Apakah engkau tidak menyadari satu hal?"

"Tentang hal apa?"

"Nenek gila itu kebal terhadap racun, begitu pula su Hong Sek dan suaminya. Bukankah mengherankan sekali?" ujar Ban Tok Lo Mo sambil mengerutkan kening dan menambahkan,

"Kemunculan Lian Hoa Nio Cu pasti membantu Kay Pang, maka lebih baik kita menghindar dulu."

"sayang sekali...." Tan Beng song menggeleng-gelengkan
kepala.

"Alangkah baiknya kita bunuh saja Lian Hoa Nio Cu di saat itu."

"Hahaha"Ban Tok Lo Mo tertawa gelak.

"Mereka memang harus kita bunuh termasuk Thio Han Liong dan kekasihnya"

"Guru," tanya Tan Beng song.

"Ilmu pukulan Ban Tok ciang amat beracun, kenapa mereka tidak terkena racun?"

"Mungkin..." jawab Ban Tok Lo Mo setelah berpikir sejenak.

"Sebelum bertarung dengan kita, mereka makan obat pemunah racun."

"oooh" Tan Beng song manggut-manggut.

"Seandainya Lian Hoa Nio Cu tidak muncul, mereka pasti sudah mati di tangan kita."

"Benar." Ban Tok Lo Mo mengangguk. "Tapi tidak lama lagi mereka pasti mampus."

"Guru" Tan Beng song menatapnya.

"Bagaimana kalau kita menantang langsung para ketua itu?"

"Belum waktunya," sahut Ban Tok Lo Mo.

"Kalau sudah waktunya, aku pasti menantang mereka."

"Guru, setelah peristiwa di markas Kay Pang tersiar, aku yakin partai-partai lain akan bergabung melawan kita," ujar Tan Beng song sambil tertawa.

"Kita cegat mereka di tengah jalan, lalu kita habiskan" "Memang itu tujuanku," sahut Ban Tok Lo Mo.

"Jadi kita tidak usah capek-capek pergi ke tempat mereka" "Betul, Guru." Tan Beng song manggut-manggut.

"Muridku, mulai hari ini engkau harus menyelidiki partai-partai yang menuju kuil siauw Lim sie, kemudian lapor kepadaku" pesan Ban Tok Lo Mo dan menambahkan.

"Setelah kita berhasil membunuh para ketua itu, kitalah yang akan menjadi jago tanpa tanding di kolong langit. Ha ha ha..."

-ooo00000ooo-

Jie Lian ciu dan lainnya menyambut kedatangan Thio Han Liong serta An Lok Kong cu dengan penuh kegembiraan. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu segera memberi hormat.

"Kakek..." panggil mereka serentak.

"Han Liong " Jie Lian ciu memegang bahunya.

"Kami gembira sekali atas kedatangan kalian, duduklah"

Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk. song wan Kiauw memandang mereka seraya bertanya.

"Tadi An Lok Kong Cu juga ikut memanggil kami kakek-apakah kalian sudah menikah?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk dengan wajah agak kemerah-merahan.

"Kami menikah di Kota raja"

"Syukurlah" ucap song Wan Kiauw sambil tertawa gembira.

"Tentunya Cu Goan ciang mengadakan pesta besar-besaran. Ya, kan?"

"Ayah memang berniat begitu, namun kami tolak." jawab An Lok Kong cu memberitahukan.

"oh?" song wan Kiauw tertegun. " Kenapa kalian tolak?"

"Sebelumnya ayahku telah berpesan, jangan mengadakan pesta besar-besaran di Kotaraja," ujar Thio Han Liong.

"Lagipula itu merupakan suatu contoh yang tidak baik bagi para pejabat tinggi dalam istana."

"Ngmm" song Wan Kiauw manggut-manggut.

"oh ya, kenapa kalian belum pergi ke pulau Hong HoangTo?"

"Rencana kami memang menuju pulau Hong Hoang To, tapi di tengah jalan kami mendengar berita yang amat mengejutkan, yaitu Ban Tok Lo Mo dan muridnya telah membunuh ketua Hwa San Pay dan ketua Khong Tong Pay. oleh karena itu, kami ke mari dan ingin tahu lebih jelas tentang kejadian itu."

"Aaaah..." song wan Kiauw menghela nafas panjang.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu memang licik. Mereka tahu ke dua partai itu agak lemah, maka mereka menyerang ke sana."

"KiniBan Tok Lo Mo dan muridnya menghilang lagi," ujar Thio Han Liong dan melanjutkan.

"Kami sudah ke markas Kay Pang, namun Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak muncul di sana, maka segeralah kami ke mari."

"oooh" song Wan Kiauw manggut-manggut "Lalu apa rencana kalian sekarang?" tanyanya.

"Kami ingin tinggal di sini untuk menunggu kemunculan Ban Tok Lo Mo dan muridnya, siapa tahu mereka akan muncul di sini." jawab Thio Han Liong.

"Baik," Jie Lian ciu tersenyum.

"Kami senang sekali kalian tinggal di sini. Ini sungguh di luar dugaan kami"

"Tapi...." Wajah Thio Han Liong agak kemerah-merahan.

"Apakah tidak akan mengganggu Kakek sekalian?" "Ha ha ha" Jie Lian Ciu tertawa gelak. "Tentu tidak."

"Kalau begitu...." Wajah Thio HanMiong berseri.

"Kami mengucapkan terimakasih."

"Han Liong" Song Wan Kiauw menatapnya sambil tersenyum.

"Kenapa engkau menjadi begitu sungkan terhadap kami?"

"Kakek...." Thio Han Liong menundukkan kepala.

Kelihatannya ia agak malu-malu karena dirinya dan An Lok Kong Cu masih pengantin baru.

"oh ya, kapan kami boleh bertemu Sucouw?" "Nanti," sahut Jie Lian Ciu dan menambahkan.
"Kita pun harus memberitahukan kepada Guru mengenai semua kejadian itu."

"Bukankah itu akan mengganggu ketenangan Guru?" Song Wan Kiauw mengerutkan kening.

"Itu adalah masalah besar. Maka kalau kita tidak memberitahukan, justru akan disalahkan Guru," sahut Jie Lian Ciu.

"Kita mohon petunjuk cara menghadapi Ban Tok Lo Mo dan muridnya yang amat licik itu."

"Aaah.." Song Wan Kiauw menghela nafas panjang.

"Dulu yang terkenal jahat dan licik adalah Seng Kun, kini justru muncul Ban Tok Lo Mo dan muridnya

Bagian 37

Sudah beberapa hari Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu tinggal di gunung Bu Tong. Setiap hari mereka pasti menikmati keindahan panorama di sana dan air terjunnya. Ketika itu mereka sedang berkumpul dengan Jie Lian Ciu dan lainnya di ruang tengah. Mereka ber-cakap-cakap sambil menikmati teh wangi.

"Sama sekali tiada kabar dan jejak Ban Tok Lo Mo serta muridnya, entah mereka bersembunyi di mana?" ujar Jie Lian Ciu sambil menghela nafas panjang itu. "Kita berharap mereka muncul di sini, tapi justru tidak."

"Ban Tok Lo Mo memang banyak akal busuk dan siasat licik." Song Wan Kiauw menggeleng-gelengkan kepala. "Setelah membunuh, mereka langsung menghilang."

Tempat persembunyian mereka amat rahasia, tiada seorang pun tahu di mana mereka bersembunyi." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala, kemudian melanjutkan.

"Tapi sebaliknya mereka justru tahu kami berada di mana,"

"Han Liong " Jie Lian ciu menatapnya heran. "Maksudmu?"

"Ketika kami sedang menuju Kotaraja..." tutur Thio Han Liong mengenai kejadian.

"Kami nyaris terbunuh."

"Hah?" Jie Lian ciu terbelalak. "Jadi mereka sudah turun tangan duluan terhadap kalian?"

"Ya." Thio Han Liong mengangguk.

"Untung kami tidak mati hangus di dalam perangkap itu." "Han Liong...." song Wan Kiauw menghela nafas.
"Kalau engkau tidak melihat rerumputan itu, entah bagaimana nasib kalian?"

"Sudah pasti kami mati hangus," jawab Thio Han Liong.

"Tidak mungkin kami dapat meloloskan diri dari ledakan itu Nasib kami masih beruntung. Kalau tidak, kami pasti sudah mati hangus."

"Aaaah...." Jie Lian ciu menggeleng-gelengkan kepala.

"Tak disangka Ban Tok Lo Mo dan muridnya juga menghendaki nyawa kalian"

Di saat bersamaan, tampak salah seorang murid Jie Lian ciu berlari-lari ke ruangan itu, kemudian memberi hormat dan melapor.

"Guru Enam tujuh hari yang lalu, Kay Pang diserang Ban Tok Lo Mo dan muridnya"

"Apa?" Betapa terkejutnya Jie Lian ciu dan lainnya. "Kay Pang diserang Ban Tok Lo Mo dan muridnya?" "Ya, Guru."

"Dari mana engkau memperoleh informasi itu?" tanya Jie Lian ciu.

"Dari salah seorang anggota Kay Pang, maka informasi itu dapat dipercaya," jawab murid itu.

"Bagaimana keadaan ketua Kay Pang dan suaminya?" tanya Thio Han Liong dengan rasa cemas

"Pertarungan itu amat seru dan sengit," Murid itu memberitahukan.

"Im sie Popo melawan Ban Tok Lo Mo, sedangkan ketua Kay Pang dan suaminya melawan Tan Beng song. Di saat yang amat kritis, mendadak muncul sebuah tandu...."

"Lian Hoa Nio Cu" seru Thio Han Liong tak tertahan.

"Betul. Begitu melihat Lian Hoa Nio Cu, Ban Tok Lo Mo dan muridnya langsung kabur."

"Jadi..." ujar Thio Han Liong girang.

"Im sie Popo, ketua Kay Pang dan suaminya selamat, bukan?"

"Ya."

"Syukurlah" ucap Thio Han Liong dengan hati lega.

"Baiklah." Jie Lian ciu manggut-manggut.

"Engkau boleh kembali ke tempatmu."

"Ya, Guru." Murid itu memberi hormat, lalu meninggalkan ruang tersebut. Jie Lian ciu dan lainnya saling memandang, lama sekali barulah bersuara.

"Tak disangka Ban Tok Lo Mo dan muridnya juga menyerang Kay Pang. Untung muncul Lian Hoa Nio Cu. Kalau tidak Im sie Popo, ketua Kay Pang dan suaminya pasti binasa."

"Heran" sahut song Wan Kiauw bergumam.

"Kenapa kemunculan Lian Hoa Nio Cu membuat mereka kabur? Apakah Ban Tok Lo Mo merasa tak kuat menghadapi Lian Hoa Nio Cu?"

"Menurutku bukan karena itu..." ujar Thio Han Liong.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti punya suatu rencana lain, maka mereka langsung kabur."

"Maksudmu mereka kabur bukan takut terhadap Lian Hoa Nio Cu, melainkan punya suatu rencana lain?" tanya Jie Lian ciu.

"Ya." Thio Han Liong mengangguk.

"Oh ya" song Wan Kiauw mengerutkan kening.

"Kenapa su Hong sek dan suaminya maupun Im sie Popo tidak terkena racun?"

"Karena aku telah memberi mereka obat pemunah racun, maka sebelum bertarung, mereka pasti makan obat pemunah racun itu." Thio Han Liong memberitahukan.

"Justru aku tidak habis pikir, di saat kami berada di sana, Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak menyerang ke sana. setelah kami meninggalkan Kay Pang, barulah mereka menyerang. Apakah mereka tahu kami berada di sana?"

"Mungkin." Jie Lian ciu manggut-manggut.

"Aku yakin Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti tahu kalian berada di sini."

"Oleh karena itu..." tambah song wan Kiauw.

"Kalian harus selalu berhati-hati"

"Ya." Thio Han Liong dan An Lok Keng cu mengangguk. "Oh ya, Kakek song Kapan kami boleh menemui sucouw?"

"Ini...." song wan Kiauw memandang Jie Lian ciu, seakan

minta pendapatnya.

"Baiklah." Jie Lian ciu manggut-manggut.

"Sekarang mari kita pergi menemui guru Aku yakin guru pasti gembira sekali."

Guru besar Thio sam Hong duduk bersila di ruang meditasi dengan mata terpejam. Jie Lian ciu dan lainnya duduk di hadapan guru besar itu, sedangkan Thio Han Liong dan An Lok Keng cu bersujud di situ.

"Ha ha ha" Thio sam Hong tertawa gelak tapi tanpa membuka matanya.

"Han Liong, engkau ke mari bersama An Lok Keng cu?"

"Ya, sucouw." Thio Han Liong mengangguk. Thio sam Hong membuka matanya.

"Duduklah kalian"

"Terima kasih Sucouw," ucap Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu, yang kemudian duduk di hadapan guru besar itu.

"Bagus, bagus" Thio sam Hong tersenyum.

"Aku tahu sudah beberapa hari kalian berada di sini, tapi kenapa kalian tidak ke mari menemuiku?"

"Kami tidak berani mengganggu sucouw," jawab Thio Han Liong.

"Ha ha ha" Thio sam Hong tertawa.

"Bagaimana mungkin kalian akan menggangguku? oh ya, kalian sudah menikah?"

"sudah, sucouw." Wajah Thio Han Liong ke merah-merahan.

"Bagus, bagus" Thio sam Hong tampak gembira sekali.

"sebelum mati, aku dapat menyaksikan kalian menjadi suami isteri, puaslah hatiku."

"Guru, kami ingin menyampaikan sesuatu."

"Mengenai apa?" tanya Thio sam Hong.

"Mengenai Ban Tok Lo Mo dan muridnya...." Jie Lian ciu

menceritakan semua sepak terjang si iblis Tua itu.

Thio sam Hong mendengarkan dengan penuh perhatian, kemudian keningnya berkerut-kerut, setelah itu menghela nafas panjang.

"Aaaah... Tak disangka ketua Hwa san Pay dan ketua Khong Tong Pay binasa di tangan Ban Tok Lo Mo Kenapa pihak siauw Lim Pay tidak mengundang ketua lain bergabung untuk melawan Ban Tok Lo Mo?"

"Mungkin ketua siauw Lim Pay mengkhawatirkan sesuatu," ujar Jie Lian ciu dan melanjutkan.

"Kalau ketua siauw Lim Pay mengundang ketua lain, tentunya ketua lain akan datang ke kuil siauw Lim sie. Maka itu merupakan suatu kesempatan bagi Ban Tok Lo Mo dan muridnya untuk menyerang mereka. Mungkin karena itu, ketua siauw Lim Pay tidak mau mengundang ketua lain demi keselamatan mereka."

"Ngmmmm" Thio sam Hong manggut-manggut. "Masuk akal apa yang engkau katakan."

"Guru" song wan Kiauw memberitahukan.

"Enam tujuh hari yang lalu, Ban Tok Lo Mo dan muridnya juga menyerang Kay Pang."

"oh?" Thio sam Hong mengerutkan kening. "Bagaimana keadaan Kay Pang?"

"Di saat yang amat kritis itu, mendadak muncul Lian Hoa Nio Cu." song Wan Kiauw memberitahukan.

"Ban Tok Lo Mo dan muridnya langsung kabur."

"Lian Hoa Nio Cu?" Thio sam Hong tercengang. "siapa Lian Hoa Nio Cu itu?"

"Guru," song Wan Kiauw tersenyum.

"Mengenai Lian Hoa Nio Cu, Han Liong tahu lebih jelas."

"Han Liong" Thio sam Hong menatapnya "jelaskan mengenai Lian Hoa Nio Cu itu"

"Ya, sucouw. Lian Hoa Nio Cu itu...." Thio Han Liong

menutur sejelas-jelasnya mengenai Lian Hoa Nio Cu-Yo Pit Loan.

Thio sam Hong mendengarkan dengan mata terbelalak, kemudian menghela nafas panjang.

"Itu sungguh aneh tapi nyata Jadi kini dia terus mencari Ban Tok Lo Mo?" tanya Thio sam Hong.

"Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Aku ke mari justru khawatir kalau-kalau Ban Tok Lo Mo dan muridnya menyerbu ke mari."

"Ha ha ha" Thio Sam Hong tertawa gelak. "Han Liong, walau aku sudah tua, masih sanggup melawan Ban Tok Lo Mo itu"

"sucouw...."

"Yang harus dikhawatirkan adalah Kun Lun pay dan Go Bi Pay," ujar Thio Sam Hong.

"Setelah gagal menyerbu Kay Pang, kemungkinan besar Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan menyerbu ke Kun Lun Pay atau Go Bi Pay."

"Kalau begitu, mohon petunjuk sucouw" ujar Thio Han Liong.

"Engkau dan isterimu harus segera berangkat ke Go Bi Pay," sahut Thio sam Hong.

"Engkau harus tahu, ayahmu dan ciu Ci Jiak adalah mantan ketua Go Bi Pay, maka engkau dan isterimu harus ke sana membantu partai itu."

"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.

"Kalau begitu, aku dan Adik An Lok akan berangkat besok pagi. "

"Baik." Thio sam Hong manggut-manggut.

"Dalam perjalanan menuju Go Bi Pay, kalian berdua harus berhati-hati" pesan Thio sam Hong.

"Tidak boleh lengah sama sekali, sebab Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu amat licik,"

"Ya, sucouw." Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mengangguk.

Keesokan harinya, berangkatlah Thio Han Liong dan An Lok Kong cu menuju Go Bi Pay.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar