Bab 75 Ketua siauw Lim Pay Menantang Ban Tok Lo Mo
Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti
seng ceng duduk di ruang depan. Wajah mereka tampak serius. Ternyata kedua
padri tua itu sedang berunding.
"sutee, kalau kita tidak
mengambil suatu keputusan, tentunya kaum rimba persilatan akan mentertawakan
kita," ujar Kong Bun Hong Tio dengan kening berkerut-kerut.
Kong Ti seng Ceng
menggeleng-gelengkan kepala. "Kita harus mengambil keputusan apa?"
"setelah kupikirkan
beberapa hari, maka aku mengambil suatu keputusan. Namun aku harus berunding
dulu denganmu," sahut Kong Bun Hong Tio.
"oh?" Kong Ti seng
Ceng menatapnya. "Apa keputusan suheng?"
"Omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio.
"Aku mengambil keputusan
untuk menantang Ban Tok Lo Mo."
"Itu...." Kong Ti
seng ceng berpikir sejenak, kemudian
berkata,
"cukup tepat keputusan
suheng, tapi.. "
"Kenapa?"
"Belum tentu Ban Tok Lo
Mo akan memunculkan diri untuk menerima tantangan suheng."
"omitohud" ucap Kong
Bun Hong Tio.
"Apabila aku sudah
menyiarkan tantangan itu, kaum dunia persilatan tentu tidak akan menyalahkan
siauw Lim Pay lagi, sekaligus memancing Ban Tok Lo Mo dan muridnya memunculkan
diri di kuil kita."
"suheng, apakah tidak
membahayakan kita semua?"
"Tentu tidak. Kalau
tantanganku sudah tersiar, partai lain, Lian Hoa Nio Cu dan Thio Han Liong
pasti akan kemari."
"Tapi...." Kong Ti
seng Ceng menggeleng-gelengkan
kepala.
"Ban Tok Lo Mo begitu
licik, bagaimana mungkin dia dan muridnya akan ke mari?"
"Jika mereka tidak ke
mari, kita akan berunding dengan para ketua partai lain," sahut Kong Bun
Hong Tio.
"Kalau kita tinggal diam,
sudah pasti siauw Lim Pay yang akan dicemooh kaum dunia persilatan."
"suheng, kalau begitu aku
mendukung keputusan itu," ujar Kong Ti seng Ceng.
"Aku akan menyuruh Goan
Liang, Goan Khong dan Goan sim menyebarkan tantangan suheng."
"omitohud...."
Berita tentang tantangan Kong
Bun Hong Tio sudah tersebar luas, namun Go Bi Pay sama sekali masih belum
menerima berita tersebut, sebab para murid partai itu jarang berkeluyuran dalam
rimba persilatan, maka tidak tahu akan berita tersebut.
Di markas Kay Pang, tampak
seng Hwi dan su Hong sek sedang berunding dengan serius sekali.
"Kong Bun Hong Tio sudah
mengeluarkan tantangan terhadap Ban Tok Lo Mo, lalu apa langkah kita?"
tanya seng Hwi.
"Bagaimana menurutmu,
suamiku?" su Hong sek balik bertanya.
"Kau tidak boleh diam
saja," sahut seng Hwi.
"Kita harus ke kuil siauw
Lim Pay untuk memberi bantuan."
"Juga mengajak Im sie
Popo?" "Lebih baik jangan," ujar seng Hwi.
"Im sie Popo harus berada
di sini menjaga anak kita, jadi kita bisa berlega hati."
"Ngmm" su Hong sek
manggut-manggut.
"Aku melupakan hal
itu."
"Kini ketua siauw Lim Pay
sudah menantang Ban Tok Lo Mo, namun belum tentu Ban Tok Lo Mo akan muncul
menerima tantangan itu Lagi pula kita pun harus berhati-hati dalam perjalanan
menuju kuil siauw Lim sie," ujar su Hong Sek.
"Kita memang harus
berhati-hati...." seng Hwi kelihatan
berpikir, kemudian ujarnya
serius,
"Ketua Kun Lun Pay binasa
di tengah jalan, karena itu dalam perjalanan ke kuil siauw Lim sie, kita harus
menyamar."
"BetuL" su Hong sek
mengangguk.
"Lebih baik kita
menyamar, agar Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak tahu keberangkatan kita."
"Isteriku, bagaimana
menurutmu, kalau kita mengutus seseorang pergi ke gunung Bu Tong?"
"Untuk apa?"
"Memberitahukan kepada
ketua Bu Tong Pay, bahwa kita akan berangkat ke kuil siauw Lim sie,"
"Itu...." Su Hong
Sek berpikir, sejenak kemudian barulah
mengangguk.
"Itu ada baiknya juga.
Kapan engkau akan mengutus seseorang ke gunung Bu Tong?"
"Esok pagi," sahut
seng Hwi.
"Setelah itu, barulah
kita berangkat ke kuil siauw Lim sie." "Baik," su Hong sek
manggut-manggut,
"Sekarang mari kita ke
halaman belakang melihat anak kita" ajak Seng Hwi dan menambahkan.
"Kita harus berpesan
padanya agar tidak ke mana mana di saat kita berangkat ke kuil siauw Lim
sie."
Su Hong sek mengangguk.
kemudian mereka berdua menuju halaman belakang. seng Kiat Hiong sedang berlatih
ilmu pukulan tangan kosong, dan Im sie Popo bertepuk-tepuk tangan menyaksikannya
.
Ketika melihat seng Hwi dan su
Hong sek, seng Kiat Hiong sebera berhenti berlatih.
"Ayah, Ibu"
panggilnya.
"Nak" seng Hwi
tersenyum lembut.
"Beberapa hari lagi ayah
dan ibumu akanpergi ke kuil siauw Lim sie, engkau tidak boleh ke mana-mana
ya"
"Ya, Ayah." seng
Kiat Hiong mengangguk. "Kenapa Ayah dan Ibu pergi ke kuil siauw Lim
sie?"
"Untuk membantu ketua
siauw Lim Pay, mungkin Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan menyerang ke kuil
itu" seng Hwi memberitahukan.
"Aku tidak boleh
ikut?" tanya seng Kiat Hiong.
"Tidak boleh, Nak,"
sahut su Hong sek. " Engkau harus tetap di markas, tidak boleh ke
mana-mana."
"Popo ikut?"
"Tidak. Popo harus
menjagamu di sini. seandainya Ban Tok Lo Mo dan muridnya muncul, engkau harus
segera bersembunyi di ruang bawah tanah" pesan su Hong sek.
"Ingat ya"
"Ya, Ibu." seng Kiat
Hiong mengangguk.
"Im sie Popo"
panggil su Hong sek.
"Ya" sahut Im sie
Popo lalu mendekatinya sambil tertawa-tawa.
"Aku mau diberi
permen"
"Kami akan pergi, engkau
harus menjaga Kiat Hiong baik-baik," pesan su Hong sek sambil menatapnya.
"Kalau ada orang jahat ke
mari, engkau harus melindungi Kiat Hiong"
"Tentu." sahut Im
sie Popo sambil tertawa.
"Kiat Hiong adalah
cucuku, aku tentu melindUnginya. " "Bagus." su Hong sek
manggut-manggut. "Terima-kasih, Popo."
Im sie Popo tertawa lagi,
kemudian mengajak seng Kiat Hiong berlatih. seng Hwi dan su Hong sek saling
memandang, lalu manggut-manggut sambil tersenyum-senyum.
"Aku tidak
menyangka..." ujar su Hong sek.
"Im sie Popo begitu menyayangi
Kiat Hiong. Kini kepandaian Kiat Hiong pun bertambah maju." seng Hwi
tersenyum.
"Itu memang di luar
sangkaan, namun justru menguntungkan Kiat Hiong. Kelak dia pasti berkepandaian
tinggi, sebab dia sudah memiliki dasar-dasar ilmu pukulan cing Hwee Gang."
ujarnya.
"Ngmm" Su Hong Sek
manggut-manggut.
"Suamiku, kapan engkau
akan mengutus seseorang ke gunung Bu Tong?"
"Sekarang," sahut
seng Hwi dan menambahkan
"Tiga hari kemudian,
barulah kita berangkat ke kuil siauw Lim sie."
sementara itu Jie Lian ciu,
song wan Kiauw Jie Thay Giam dan Thio siong Kee juga sedang membicarakan
tentang ketua siauw Lim sie menantang Ban Tok Lo Mo.
"Kini Kong Bun Hong Tio
sudah menantang Ban Tok Lo Mo, lalu kita harus berbuat apa?" tanya Jie
Lian ciu.
"Sebelumnya kita sudah
menduga akan hal itu, namun belum tentu Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan
menerima tantangan itu sebab mereka berdua amat licik dan banyak akal busuknya,
maka kemungkinan besar akan sia-sia Kong Bun Hong Tio menantang mereka,"
sahut song Wan Kiauw.
"Setelah Kong Bun Hong
Tio mengeluarkan tantangan itu, kaum rimba persilatan tidak akan mencela siauw
Lim Pay lagi," ujar Jie Lian ciu.
"Bahkan mungkin juga Lian
Hoa Nio Cu akan ke sana."
"Benar." song Wan
Kiauw manggut-manggut. Tapi kalau Han Liong dan An Lok Kong cu mendengar berita
itu, mungkinkah mereka akan ke kuil siauw Lim sie?"
"Sulit dipastikan”. Jie
Lian ciu menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku yakin Go Bi Pay
masih belum tahu tentang kematian ketua Kun Lun Pay"
"Ng" Jie Thay Giam
mengangguk.
"oh ya, bukankah guru
telah berpesan, apabila siauw Lim Pay sudah mengambil suatu langkah, maka kita
harus melapor?"
"Perlukah kita
melapor?" tanya Jie Lian ciu.
"Tentu," sahut song
Wan Kiauw.
"Kalau tidak. guru pasti
menyalahkan kita. Nah, mari kita ke ruang meditasi"
Mereka pergi ke ruang meditasi
untuk menemui Guru Besar Thio sam Hong. Begitu mereka memasuki ruang itu, Thio
sam Hong membuka matanya.
"Guru...."
"Mau melaporkan
sesuatu?" tanya Thio sam Hiong sambil menatap mereka.
"Ya." Jie Lian ciu
mengangguk.
"Kong Bun Hong Tio sudah
menantang Ban Tok Lo Mo."
"Memang harus begitu
sebab kalau tidak. siauw Lim Pay pasti dicela kaum rimba persilatan," ujar
Thio sam Hong.
"Guru, kami mohon
petunjuk" ujar song Wan Kiauw.
"Kong Bun Hong Tio sudah mengeluarkan
tantangan itu, tentunya Bu Tong Pay harus ke sana membantu," sahut Thio
sam Hong.
"Tapi bagaimana kalau Ban
Tok Lo Mo ke mari di saat kami berangkat ke kuil siauw Lim sie?" tanya Jie
Lian ciu.
"Ha ha ha" Thio sam
Hong tertawa.
"Walau guru sudah tua
sekali, tapi masih dapat melawan Ban Tok Lo Mo"
"Guru...."
"Kalian boleh segera
berangkat ke kuil siauw Lim sie," tegas Thio sam Hong.
"Ini adalah
perintahku."
"Ya. Jie Lian ciu dan
lainnya mengangguk. lalu meninggalkan ruang meditasi, kembali ke ruang depan.
"Bagaimana
menurutmu?" tanya Jie Lian ciu kepada song wan Kiauw.
"Itu adalah perintah dari
guru, maka kita harus mematuhinya," sahut song wan Kiauw dan melanjutkan.
"Namun kita tidak boleh
pergi semua, lebih baik Thay Giam dan Song Kee tetap di sini."
"Benar." Jie Thay
Giam manggut-manggut.
"Apabila Ban Tok Lo Mo
dan muridnya ke mari, kami berdua masih dapat membantu guru."
"Dan juga..." tambah
Thio siong Kee.
"Kalau Han Liong dan An
Lok Kong Cu ke mari, kami akan menyuruh mereka agar segera menyusul ke kuil
siauw Lim sie."
"ya" Jie Lian Ciu
mengangguk.
Di saat itulah muncul salah
seorang murid Jie Lian Ciu.
setelah memberi hormat, murid
itu pun melapor.
"Guru, seorang pengemis
tua anggota Kay Pang ingin bertemu."
"Persilakan dia
masuk" sahut Jie Lian ciu.
"Ya." Murid itu
memberi hormat lagi, kemudian segera pergi untuk mempersilakan pengemis tua itu
masuk.
Tak seberapa lama kemudian,
tampak seorang pengemis tua memasuki ruang itu, lalu memberi hormat.
"Ketua Bu Tong, terimalah
hormatku" ucapnya.
"silakan duduk"
sahut Jie Lian ciu sambil menatapnya.
Pengemis tua itu duduk dan
berkata.
"Su Pa ngcu yang
mengutusku ke mari untuk memberitahukan bahwa Su Pangcu dan suaminya akan
berangkat ke kuil siauw Lim sie."
"oooh" Jie Lian ciu
manggut-manggut.
"Tadi kami justru
merundingkan tentang itu dan kami pun bersepakat untuk ke kuil siauw Lim
sie."
"Kapan kalian
berangkat?" tanya pengemis tua itu.
"Esok pagi," sahut
Jie Lian ciu.
"Kalau begitu, aku mau
mohon pamit sekarang," ujar pengemis tua itu sambil bangkit berdiri,
sekaligus memberi hormat.
"Hati-hati" pesan
Jie Lian ciu.
"Terima kasih atas
perhatian Ketua," ucap pengemis tua
itu. setelah pengemis tua itu
pergi, song wan Kiauw bertanya. "Esok pagi kita berangkat ke kuil siauw
Lim sie?"
"Ya ." Jie Lian ciu
mengangguk. "Kita harus berhati-hati melakukan perjalanan, sebab aku
khawatir mendadak akan muncul Ban Tok Lo Mo dan muridnya mencegat kita di
tengah jalan."
"Kita memang harus
berhati-hati, dan jangan lupa membawa obat pemunah racun pemberian Han
Liong" Song Wan Kiauw mengingatkan.
"Iya. Aku nyaris
melupakan obat pemunah racun itu. " Jie Lian ciu menggeleng-gelengkan
kepala.
Keesokan harinya, berangkatlah
Jie Lian ciu dan song Wan Kiauw ke kuil siauw Lim sie, Mereka melakukan
perjalanan ini dengan penuh kewaspadaan.
"Kita harus berhati-hati.
Aku khawatir mendadak akan muncul Ban Tok Lo Mo dan muridnya," ujar Jie
Lian ciu.
"Aaaah..." song wan
Kiauw menghela nafas panjang.
"Kita adalah Bu Tong cit
Hiap (Tujuh Pendekar Bu Tong), kenapa harus takut kepada Ban Tok Lo Mo?"
"Bukan takut, melainkan
harus berhati-hati," sahut Jie Lian ciu.
"Sebab Ban Tok Lo Mo dan
muridnya itu amat licik," "Ngmmm" song Wan Kiauw
manggut-manggut.
Mereka terus melakukan
perjalanan menuju kuil siauw Lim sie. Mereka justru tidak menyadari, bahaya
mulai mengancam diri mereka.
Ketika Jie Lian ciu dan song
wan Kiauw memasuki sebuah rimba, mendadak mereka berhenti dan saling memandang
dengan kening berkerut-kerut.
"Rasanya ada yang
mengikuti kita" bisik Jie Lian ciu.
"Akupun berperasaan
begitu," sahut song wan Kiauw dan menambahkan.
"Kita harus hati-hati,
jangan-jangan Ban Tok Lo Mo dan muridnya sedang mengikuti kita."
"He h e he"
Tiba-tiba terdengar suara tawa terkekeh-kekeh.
"Tidak salah, memang kami
yang mengikuti kalian He he he..."
Kemudian berkelebat dua sosok
bayangan ke hadapan mereka, yang ternyata memang Ban Tok Lo Mo dan muridnya.
"Kalian.... Ban Tok Lo
Mo?" Kening Jie Lian ciu berkerut,
kemudian ia dan song Wan Kiauw
segera makan obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong.
"Betul" sahut Ban
Tok Lo Mo.
"Dia adalah muridku
bernama Tan Beng song, mantan adik seperguruan Lam Khie"
"Hm" dengus Jie Lian
ciu. "Tak kusangka kalian akan muncul di sini mencegat kami Baik Mari kita
bertarung"
"Bukan cuma
bertarung" sahut Ban Tok Lo Mo dingin. "Bahkan kami akan mencabut
nyawa kalian"
"Engkau kira begitu
gampang membunuh kami?" ujar song Wan Kiauw.
"Sebaliknya malah kami
yang akan membunuh kalian"
"Hehehe"Ban Tok Lo
Mo tertawa, kemudian mendadak menyerang mereka dengan jurus-jurus yang
mematikan.
Jie Lian ciu dan song wan
Kiauw cepat-cepat berkelit, kemudian balas menyerang dengan Thay Kek Kun (Ilmu
Pukulan Taichi).
"Ha ha ha" Ban Tok
Lo Mo tertawa gelak.
"Thay Kek Kun ciptaan
Thio sam Hong? Itu tak berarti bagiku"
Jie Lian ciu dan song wan
Kiauw terus menyerang Ban Tok Lo Mo dengan Thay Kek Kun, Ban Tok Lo Mo berkelit
ke sana ke mari sambil tertawa gelak, sedangkan Tan Beng song berteriak-teriak.
"Guru, cepat habiskan
mereka Cepat habiskan mereka" "Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa
terkekeh-kekeh.
"Kepandaian kalian berdua
cukup tinggi, tapi sekarang rasakan Ban Tok Ciang (Ilmu Pukulan selaksa Racun)
ku"
Ban Tok Lo Mo mulai menyerang
mereka dengan ilmu
pukulan tersebut, dan itu
sungguh mengejutkan Jie Lian ciu dan song wan Kiauw, sebab sepasang telapak
tangan Ban Tok Lo Mo menyiarkan bau amis yang amat menusuk hidung.
Di saat itu, tiba-tiba muncul
sebuah tandu. Ban Tok Lo Mo yang bermata tajam sudah melihat tandu itu. Maka ia
tersenyum licik sambil melesat pergi dan berseru.
"Muridku, mari kita
pergi"
Tan Beng song segera melesat
pergi mengikuti Ban Tok Lo Mo. pada saat bersamaan, melesat ke luar sosok
bayangan dari dalam tandu, yang ternyata Lian Hoa Nio Cu. Tapi tertambat, karena
Ban Tok Lo Mo dan muridnya sudah tidak kelihatan lagi.
Lian Hoa Nio Cu melayang turun
di hadapan Jie Lian ciu dan song wan Kiauw. seketika itu juga Jie Lian ciu dan
song wan Kiauw memberi hormat.
"Apakah kami berhadapan
dengan Lian Hoa Nio Cu?" tanya Jie Lian ciu.
"Hi hi hi" Lian Hoa
Nio Cu tertawa cekikikan.
"Betul. Kalian berdua
pasti Jie Lian Ciu dan song wan Kiauw Cianpwee."
"Betul." Jie Lian
ciu manggut-manggut.
"Lian Hoa Nio Cu, kami
mengucapkan terima kasih kepadamu."
"Cianpwee" Lian Hoa
Nio Cu tersenyum. Jangan sungkan-sungkan.
"Thio Han Liong adalah
kakak angkatku, maka aku harus membantu Cianpwee berdua."
"Han Liong sudah
menceritakan tentang dirimu...."
"Tentunya Cianpwee berdua
tidak begitu percaya, bukan?" Lian Hoa Nio Cu tertawa kecil.
"Dulu aku adalah seorang
anak lelaki, tapi kini telah berubah menjadi anak gadis. Aneh sekali,
bukan?"
"Kami sudah mendengar
tentang itu. Jie Lian ciu tersenyum.
"Kami takjub sekali,
sebab itu tidak masuk akal tapi justru nyata."
"Kalau Han Liong tidak
memberiku buah Im Ko, kini aku masih menjadi banci. oleh karena itu, aku amat
berhutang budi kepadanya."
"Jangan berkata begitu,
Lian Hoa Nio Cu" sahut Jie Lian ciu.
"oh ya, kenapa Ban Tok Lo
Mo dan muridnya langsung kabur begitu melihat kemunculanmu?"
"Entahlah." Lian Hoa
Nio Cu menggelengkan kepala.
"Aku memang sedang
memburunya, tapi dia dan muridnya kabur lagi. Aku harus pergi mengejar
mereka...."
"Percuma." song wan
Kiauw menggelengkan kepala.
"Ban Tok Lo Mo dan
muridnya amat licik, engkau tidak usah pergi mengejarnya"
"Tapi...."
Jie Lian ciu tersenyum.
"Lebih baik engkau bersama kami pergi ke kuil siauw Lim sie saja"
"Untuk apa pergi ke
sana?" tanya Lian Hoa Nio Cu dengan rasa heran.
"Ketua siauw Lim Pay
menantang Ban Tok Lo Mo, maka kami ke sana untuk membantu siauw Lim Pay ."
Jie Lian ciu memberitahukan.
"oh?" Lian Hoa Nio
Cu mengerutkan kening.
"Bagaimana mungkin Ban
Tok Lo Mo dan muridnya akan muncul di sana? Kini mereka telah kabur, mereka
pasti bersembunyi lagi."
"Kita berunding bersama
di kuil siauw Lim sie," ujar song wan Kiauw dan menambahkan.
" Ketua Kay Pang pun
pergi ke sana."
"oh ya Di mana Han Liong
dan An Lok Keng cu?" tanya Lian Hoa Nio Cu mendadak.
"Apakah mereka berada di
gunung Bu Tong?"
"Mereka berada di gunung
Go Bi”. Jie Lian ciu memberitahukan.
"Guru kami yang menyuruh
mereka ke sana." "Lho?" Lian Hoa Nio Cu tercengang.
"Memangnya kenapa?"
"Guru khawatir Ban Tok Lo
Mo dan muridnya akan menyerang Go Bi Pay, maka menyuruh Han Liong dan An Lok
Keng cu ke sana ." Jie Lian ciu memberitahukan.
"Tidak tahunya Ban Tok Lo
Mo dan muridnya malah muncul di sini. sia-sia Han Liong dan An Lok Kong cu
menunggu di sana."
"oooh" Lian Hoa
Niocu manggut-manggut. "Kapan mereka akan kembali ke gunung Bu Tong?"
"Entahlah." Jie Lian
ciu menggeleng-gelengkan kepala.
"Baiklah." Lian Hoa
Nio Cu tersenyum.
"Mari kita berangkat ke
kuil Siauw Lim Sie"
Lian Hoa Nio Cu melesat ke
dalam tandunya. Tak lama tandu itu pun melayang-layang mengikuti Jie Lian ciu
dan song wan Kiauw menuju kuil siauw Lim sie.
Mereka terus melakukan
perjalanan ke kuil siauw Lim sie. Ketika sampai di jalanan gunung, tampak dua
orang tua sedang duduk beristirahat di bawah sebuah pohon.
Begitu melihat mereka, kedua
orang tua itu langsung bangkit berdiri seraya berseru.
"Ketua Bu Tong, song
Tayhiap dan Lian Hoa Nio Cu."
Jie Lian ciu dan Song wan
Kiauw terbengong-bengong ketika dipanggil. Mereka sebera berhenti dan begitu
pula tandu itu.
"Ketua Bu Tong"
Salah seorang tua memberitahukan. "Kami adalah Su Hong Sek dan Seng
Hwi."
"Apa?" Jie Lian ciu
terbelalak. "Kalian...."
"Kami menyamar."
Kedua orang tua itu membersihkan muka masing-masing. Ternyata mereka memang su
Hong sek. ketua Kay Pang dan seng Hwi.
"Kalian...." song
Wan Kiauw tertawa gelak.
"Ha ha ha Tak kusangka
kalian pandai menyamar pula " "Apa boleh buat," sahut seng Hwi.
"Kami menghindari Ban Tok
Lo Mo dan muridnya." Di
saat itulah Lian Hoa Nio Cu
melesat keluar dari dalam tandunya ke hadapan mereka.
"Hi hi hi" Lian Hoa
Nio Cu tertawa cekikikan.
"Kalian berdua pandai
menyamar juga ya"
"Lian Hoa Nio Cu" su
Hong sek dan seng Hwi sebera memberi hormat.
"Kami menyamar karena
terpaksa, kalau tidak...."
"Karena kami tidak
menyamar, maka diserang Ban, Tok Lo Mo," ujar Jie Lian ciu memberitahukan.
"Apa?" Bukan main
terkejutnya So Heng sek dan seng Hwi. "cianpwee berdua diserang Ban Tok Lo
Mo?"
"Ya." Jie Lian ciu
manggut-manggut.
"Kalau Lian Hoa Nio Cu
tidak muncui, entah bagaimana nasib kami."
"Ban Tok Lo Mo dan
muridnya langsung kabur begitu melihat kemunculan Lian Hoa Nio Cu?" tanya
su Hong sek.
"Ya." Jie Lian ciu
mengangguk.
"Heran" gumam Su
Hong Sek.
"Kenapa Ban Tok Lo Mo dan
muridnya selalu kabur begitu melihat Lian Hoa Nio cu?"
"Kamipun merasa
heran," sahut Jie Lian ciu sambil menggelengkan kepala.
su Hong sek menatap Lian Hoa
Nio Cu lama sekali baru bertanya dengan penuh rasa heran.
"Lian Hoa Nio Cu, tahukah
engkau apa sebabnya?" "Hi hi" Lian Hoa Nio Cu tertawa.
"Aku sendiri pun bingung,
kenapa Ban Tok Lo Mo dan muridnya langsung kabur begitu melihatku?"
"oh?" Su Hong sek
terbelalak.
"Engkau sendiri pun tidak
tahu apa sebabnya?"
"Ya." Lian Hoa Nio
Cu mengangguk.
"Dua kali dia melihat
kemunculanku, dua kali pula dia dan muridnya langsung kabur. Itu sungguh
mengherankan. Bukan berarti dia takut atau kepandaianku lebih tinggi, melainkan
pasti ada suatu sebab yang tertentu."
"Benar." Su Hong sek
manggut-manggut. "Hanya saja kita tidak tahu apa sebabnya."
"Aaaah..." Jie Lian ciu menghela nafas panjang.
"KepandaianBan Tok Lo Mo
begitu tinggi, bagaimana mungkin kita melawannya?"
"Lagi pula..."
sambung seng Hwi.
"Ban Tok Lo Mo memiliki
ilmu pukulan yang amat beracun."
"song Tayhiap. kenapa
kalian tidak terkena racun? Apakah Han Liong juga memberi kalian obat pemunah
racun?" tanya su Hong sek.
"Betul." song Wan
Kiauw manggut-manggut.
"Kalau tidak, mungkin
kami sudah binasa terkena ilmu pukulan beracun itu."
Tidak salah," sela Jie
Lian ciu.
"oh ya, bagaimana kalau
kita melanjutkan perjalanan ke kuil siauw Urn sie?"
"Baik," seng Hwi
manggut-manggut.
"Mari kita
berangkat"
Ban Tok Lo Mo dan Tan Beng
song duduk berhadapan di dalam kuil tua. Kelihatannya mereka sedang memikirkan
sesuatu. Tan Beng song memang tidak habis pikir, kenapa gurunya dua kali kabur
ketika melihat Lian Hoa Nio Cu, dan itu sungguh membingungkannya.
"Guru" Tan Beng song
memandangnya. "Kenapa guru...."
"Engkau pasti merasa
heran, kenapa aku kabur ketika melihat Lian Hoa Nio Cu, bukan?"
"Ya, Guru."
"Aaaah..." Ban Tok
Lo Mo menghela nafas panjang.
"Dia mirip cucuku yang
telah lama meninggal, maka aku tidak mau bertarung dengannya."
"Tapi...." Tan Beng
song mengerutkan kening.
"Cepat atau lambat, Guru
pasti akan berhadapan dengannya, kalau Guru...."
"Itu urusan nanti,"
sahut Ban Tok Lo Mo.
"Kini yang kupikirkan
yakni perlukah aku berhadapan langsung dengan mereka?"
"Lebih baik begitu,
Guru," ujar Tan Beng song.
"satu lawan satu, mereka
pasti bukan tandingan Guru." "Hmm" dengus Ban Tok Lo Mo dingin.
"Aku justru ingin
membunuh mereka sekaligus, agar tidak usah membuang-buang waktu."
"Hah? Apa?" Tan Beng
song terbelalak. "Guru sanggup melawan mereka semua?"
"Ha ha ha" Ban Tok
Lo Mo tertawa gelak.
"Kalau tidak sanggup, apa
gunanya aku berbicara begitu?"
"Oh?" Tan Beng Song
tampak terkejut. "Guru"
"Walau engkau adalah
muridku, namun tidak tahu akan satu hal," ujar Ban Tok Lo Mo serius.
"Mengenai hal apa?"
Tan Beng Song heran.
"Aku punya suatu ilmu,
tapi tidak sembarangan kukeluarkan." Ban Tok Lo Mo memberitahukan.
"Dengan ilmu itu aku
sanggup membunuh para ketua partai besar."
"Guru," tanya Tan
Beng Song ingin mengetahuinya. "Ilmu apa itu?"
"Toat Beng Mo Im (Suara
iblis Pemutus Nyawa)." Ban Tak Lo Mo memberitahukan sekaligus menjelaskan.
"Itu merupakan suatu
pekikan dahsyat yang berirama dan disertai semacam Lweekang. Pihak lawan yang
mendengar suara itu pasti akan mati dengan mata, hidung, telinga dan mulut
mengeluarkan darah."
"Kalau lawan yang
memiliki Lweekang tinggi, tentunya tidak akan terpengaruh oleh suara itu,
bukan?"
"Pokoknya siapa yang
mendengar Toat Beng Mo Im, pasti akan mati meskipun memiliki Lweekang yang
tinggi bagaimana pun."
"Oh?" Tan Beng Song
terbelalak.
"Kenapa Guru tidak mau
dari tempo hari mengeluarkan ilmu itu?"
"Memangnya gampang
mengeluarkan ilmu itu?" sahut Ban Tok Lo Mo.
"Sebelumnya aku harus
makan semacam obat, lalu bersamadi selama tiga puluh hari tanpa makan dan
minum. setelah itu, barulah boleh mengeluarkan ilmu tersebut."
"oooh" Tan Beng song
manggut-manggut.
"Kini sudah saatnya aku
membunuh para ketua partai besar, maka aku harus makan obat itu dan bersamadi
selama tiga puluh hari. Engkau harus menjaga di luar di saat aku mulai
bersemadi." pesan Ban Tok Lo Mo dan berkata,
"Sampai waktunya aku akan
tersadar sendiri, namun engkau tidak boleh meninggalkan kuil ini, harus tetap
menjagaku"
"Ya, Guru" Tan Beng
song mengangguk.
Ban Tok Lo Mo mengambil sebuah
botol kecil berisi sebutir pil berwarna keemasan, yang ada di sampingnya, di
sudut kuil.
"Guru," tanya Tan
Beng song. "obat apa itu?"
"Akupun tidak tahu,"
sahut Ban Tok Lo Mo
"Namun guruku pernah
berpesan, apabila aku mau mengeluarkan ilmu ToatBeng Mo Im, sebelumnya harus
makan obat ini dan bersamadi selama tiga puluh hari. setelah itu, barulah boleh
mengeluarkan ilmu tersebut."
"Guru, kenapa tidak dari
tempo hari saja?"
"Tempo hari belum
waktunya, tapi kini...." Ban Tok Lo Mo
tertawa gelak.
"Ha ha ha Sudah
waktunya...."