Anak Naga Chapter 6: Menyalamatkan Kepala Desa

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 6: Menyalamatkan Kepala Desa
Bab 6 Menyalamatkan Kepala Desa

Sementara itu. Nyonya Tan masih berdiri termangu-mang u di tempat. Tan Ek Seng mandakatinya dengan penuh keheranan, lalu bertanya perlahan, "Isteriku, kanapa engkau berdiri mematung di sini?"

"Suamiku," jawab Nyonya Tan.

"Aku sedang memikirkan Thio Liong."

"Memikirkan dia?" Tan Ek Seng bingung.

"kanapa engkau memikirkan anak kecil itu?"

"Dia begitu lancar membaca, bahkan juga bisa menulis sebuah syair Li Pek."

Nyonya Tan memberitahukan.

"oh?" Tan Ek Seng memandang ke atas meja dan terbelalak,

"Itu... tulisan Thio Liong?"

"ya."

"Bukan main indahnya" ujar Tan Ek Seng dengan kagum.

"Aku tidak menyangka...."

"Dia mengaku berasal dari keluarga Nelayan, itu tidak mungkin."

Nyonya Tan menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku yakin anak kecil itu berasal dari keluarga terpelajar, hanya saja dia merahasiakan sesuatu dan identitas dirinya."

"Ngmm" Tan Ek Seng manggut-manggut.

"isteriku. perlukah kita bertanya kepadanya?"

"Tidak perlu."

Nyonya Tan menggelengkan kepala.

"Tempo hari dia tidak mau memberitahukan, maka percuma kita bertanya kepadanya. Dia pasti tidak akan berterus terang."

"Tapi—" Tan Ek seng mengerutkan kaning.

Kalau dia berasal dari keluarga terpelajar, kanapa pakaiannya hari itu begitu tidak karuan?"

"Memang membingungkan."

Nyonya Tan menggeleng-gelengkan kepala lagi.

"Dia bermarga Thio, tidak mungkin anak...."

"Maksudmu anak Yap song Kang?"

"ya."

Nyonya Tan mengangguk sambil menghela nafas panjang.

"Padahal kita bertiga adalah teman baik, tapi akhirnya...."

"Isteriku," ujar Tan Ek seng.

"Tidak mungkin anak kecil itu putra yap song Kang. isteriku, sudahlah, tidak usah memikirkan anak kecil itu"

"Suamiku...."

Wajah Nyonya Tan berubah murung,

"sudah belasan tahun kita menikahi aku yakin tidak lama lagi yap song Kang akan muncul mencari kita."

"Biarlah"

Tan Ek seng menghela nafas panjang.

Kalau dia ke mari mencari kita, aku akan menghadapinya. Belasan tahun lalu, dia bukan tandinganku."

"Belasan tahun kemudian, kepandaiannya pasti sudah tinggi. Aku-., aku khawatir...."

"Jangan khawatir isteriku"

Tan Ek seng menggenggam tangannya erat-erat-

"Aku tidak akan membiarkannya merebutmu dari sisiku."

"Suamiku...."

Nyonya Tan menghela nafas panjang.

"Aaaahhhh Belasan tahun lalu...."

"Isteriku" Tan Ek seng memeluknya.

"Kita berdua saling mencinta. Engkau memang baik terhadap yap song Kang, tapi bukan dikarenakan cinta."

"Aku menganggapnya sebagai kakaki tapi dia...."

Nyonya Tan menggeleng-gelengkan kepala.

"Aaaah—"

"Akhirnya kami berdua bertanding, dan aku berhasil mengalahkannya."

Tan Ek seng juga menggeleng-gelengkan kepala.

"Dia penasaran sekali, maka bersumpah sepuluh tahun kemudian akan ke mari mencari kita. Itu sungguh mencemaskan"

"Tidak usah cemas."

Tan Ek seng tersenyum.

"Aku masih sanggup mengalahkannya, percayalah"

"Aaaah..."

Nyonya Tan menghela nafas panjang.

"Padahal dia dan klta adalah kawan baik, namun gara-gara cinta...."

"sudahlah jangan membicarakan itu lagi"

Tan Ek seng membelainya.

"oh ya, Thio Liong memang anak baik, bahkan sangat cocok denganputri kita."

Engkau menyukai anak itu?" "ya."
Tan Ek seng mengangguk-

"Karena itu, aku berniat menjodohkan mereka berdua." "suamiku"

Nyonya Tan tertawa kecil.

"kanapa engkau begitu terburu-buru ingin punya calon menantu?"

"Tentu."

"Ingat Giok Cu masih kecil, lagipula tidak baik kita menjodohkan mereka lho"

"kanapa?"

"Bagaimana kalau mereka berdua tidak saling mencinta setelah dewasa nanti, bukankah perjodohan ini akan membuat mereka mandarita?"

"Kalau begitu...."

"Kita biarkan saja- Lagi pula, belum tentu Thio Liong akan terus tinggal di sini."

"Iya." Tan Ek seng manggut-manggut. "Mudah-mudahan mereka berdua berjodoh kelak"

"Itu yang kita harapkan," sahut Nyonya Tan sambil tersenyum.

sang waktu terus berlalu, tak terasa sudah tiga tahun Thio Han Liong bekerja di rumah Tan Ek Seng. Kepala desa itu memang baik sekali terhadapnya, begitu pula Nyonya Tan dan putrinya.

Kini Thio Han Liong sudah berusia sepuluh tahun, dan Tan Giok Cu berusia sembilan tahun. Gadis itu bertambah cantik manis. Dalam tiga tahun ini, Thio Han Liong terus melatih Kiu yang sin Kang, Thay Kek Kun dan Kiu Im Pek Kut Jiauw secara diam-diam, sudah barang tentu mengalami kemajuan pesat sekali. Begitu pula Tan Giok Cu. Gadis kecil itu telah menguasai semua gerakan silat yang diajarkan ayahnya, bahkan sangat gesit- Kini Tan Ek Seng mulai mengajarnya ilmu pedang, yakni Hui Liong Kiam Hoat (Ilmu Pedang naga Terbang).

"Giok Cu" Tan Ek Seng memberitahukan.

"Engkau harus baik-baik berlatih ilmu pedang ini, sebab ini ilmu pedang Rahasia ayah"

"ya. Ayah" Tan Giok Cu mengangguk.

"Berlatihlah" Tan Ek seng tersenyum.

"Ayah mau ke dalam, tentunya engkau sudah ingat semua jurus ilmu pedang Hui Liong Kiam Hoat, kan?"

Gadis itu tersenyum, kemudian terus berlatih, sementara ayahnya, Ek seng, masuk ke dalam rumah, sedangkan Thio Han Liong terus memperhatikan latihan gadis itu dengan penuh perhatian.

Memang cukup dahsyat ilmu pedang itu. Namun dalam pandangan Thio Han Liong, itu bukan merupakan ilmu pedang tingkat tinggi.

Di saat Tan Giok Cu sedang asyik berlatih, tiba-tiba tampak seseorang memasuki pekarangan itu. Lelaki berusia empat puluhan, berwajah tampan tapi agak dingin. Dia berhenti sambil memperhatikan Tan Giok Cu yang sedang berlatih.

Kehadiran lelaki yang tak diundang itu sudah diketahui Thio Han Liong. Namun ia diam karena mengira lelaki itu adalah famili Tan Giok Cu.

"Hmm" dengus lelaki itu mendadak-

"Ilmu pedang Hui Liong Kiam Hoat, kini sudah tak berarti bagiku"

Tan Giok Cu langsung berhenti berlatih, ia memandang lelaki itu dengan penuh keheranan.

"Adik manis"

Thio Han Liong mandakatinya.

"siapa orang itu? Engkau kanal dia?"

Tan Giok Cu menggelengkan kepala.

Lelaki itu menghampiri mereka dengan tatapan dingin, kemudian bertanya dengan suara dingin pula.

"Kalian berdua anak Tan Ek seng?"

"Aku bukan"

sahut Thio Han Liong memberitahukan.

"Dia putri Paman Tan, namanya Giok Cu."

"sudan belasan tahun..." gumam lelaki itu.

"Mereka telah dikaruniai seorang putri, bahkan Tan Ek seng pun sudah jadi kepala desa ini."

"Paman kanal ayahku?" tanya Tan Giok Cu. Lelaki separuh baya itu menganggukkan kepala-"Tapi aku sangat dendam padanya" "kanapa?" tanya Tan Giok Cu, heran.

"sebab ayahmu telah merebut kekasihku belasan tahun lalu," sahut lelaki itu memberitahukan.

"Maka hari ini aku datang untuk membuat perhitungan dengan bangsat itu"

"Paman jangan mencaci ayahku"

Tan Giok Cu tampak tidak senang, ia memandang lelaki itu dengan wajah gusar.

"Ha ha ha" Lelaki itu tertawa.

Wajah dan sifatmu memang mirip Lim soat Hong ibumu, belasan tahun lalu dia membela Tan Ek seng, kini engkau membelanya pula- Bagus Bagus—"

"Aku putrinya, tentu saja harus membelanya" sahut Tan Giok Cu.

"Hm" dengus lelaki itu dingin-

Cepat katakan pada ayahmu, bahwa aku yap song Kang ingin membuat perhitungan dengan dia"

Tan Giok Cu melirik Thio Han Liong seakan minta pendapat. Thio Han Liong segera manggut-manggut. Gadis itu berlari ke dalam rumahi tak lama kemudian ia sudah kembali lagi bersama ayah dan ibunya.

"Ha ha ha" yap song Kang tertawa gelak ketika melihat mereka.

"Kalian berdua sungguh bahagia sekali, sebaliknya aku...."

"saudara yap" Tan Ek seng memberi hormat.

"sudah belasan tahun klta tidak berjumpa, bagaimana engkau selama ini?"

"Hm" sahut yap song Kang dengan dengusan dingin-

"Aku menuntut ilmu di suatu tempat, kini aku ke mari mencarimu"

"Saudara yap"

Tan Ek Seng menghela nafas panjang. "Semua itu telah berlalu, kanapa engkau..."

"Bagiku belum berlalu, maka aku ke mari untuk membuat perhitungan Ha ha ha..."

"saudara yap-..."

Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala.

"Belasan tahun lalu...."

"Engkau merebut kekasihku dengan cara mengalahkanku, sekarang aku harus merebutnya kembali dengan cara yang sama pula" ujar yap song Kang sambil menatap mereka.

"Kakak yap," selak Nyonya Tan atau Lim soat Hong.

"sejak kita berkanalan, aku menganggapmu sebagai kakakku. Aku... aku sama sekali tidak pernah mencintaimu sebagai kekasihku, hanya sebagai kakak saja"

"oh?" yap song Kang tersenyum dingin.

"Itu karena kehadiran Tan Ek seng di tengah-tengah kita."

"Bukan karena itu" bantah Lim soat Hong.

Ketika kita dikeroyok para penjahat, muncul Tan Ek seng menolong kita."

"Karena kemunculannya, maka cintamu beralih padanya Dasar wanita tak tahu malu"

yap song Kang mencaci maki-

"Apakah karena dia lebih ganteng dari aku?"

"saudara yap," Tan Ek seng tidak senang.

"Jangan sembarangan mencaci isteriku"

"Engkau tidak senang?" yap song Kang menatapnya dingin-

"saudara yap-—" Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala.

"Mari kita bicara baik-baik di dalam rumah saja"

"Bicara baik-baik?"

yap song Kang tertawa dingin-

"Tidak Aku datang justru ingin membuat perhitungan denganmu, kila bertanding di sini saja Kalau engkau dapat mengalahkan aku lagi, maka aku tidak akan cari kalian, sebaliknya, apabila aku dapat mengalahkanmu, aku pasti membawa pergi soat Hong"

"Tidak" teriak wanita itu cepat,

"seandainya engkau menang, aku tidak akan ikut engkau pergi"

"soat Hong, engkau sudah tidak mencintaiku?" gumam yap song Kang dengan mata terbelalak.

" Kakak yap" tegas Lim Soat Hong.

Engkau harus tahu, aku tidak pernah mencintaimu, baik belasan tahun lalu maupun sekarang"

"Engkau... engkau." yap song Kang menudingnya dengan tangan bergemetar.

"Baik Kalau begitu, aku akan membunuh suamimu agar engkau jadi janda"

"Kakak yap...." Mata Lim soat Hong mulai basah-

"kanapa engkau begitu? selama itu aku menganggapmu sebagai kakak-"

"Hehehe Hehehe—" yap song Kang tertawa terkekeh-kekeh-

"Tan Ek seng, mari kita bertarung"

Tan Giok Cu yang berdiri di sisi ibunya, segera menggeser ke sisi Thio Han Liong.

Kakak tampan" bisik gadis kecil itu. "Aku... aku takut."

"Jangan takut" Thio Han Liong tersenyum sambil memegang bahunya.

"Aku akan melindungimu,"

"Engkau baik sekali padaku. Kakak tampan," ucap Tan Giok Cu sambil tersenyum manis.

"Engkau pun sangat baik padaku," bisik Thio Han Liong.

Tan Giok Cu menatapnya seraya bertanya dengan suara rendah sekali.

"Engkau akan baik padaku selamanya?" "Tentu" Thio Han Liong manggut-manggut.

"Kalau begitu, engkau harus berjanji" ujar Tan Giok Cu sungguh-sungguh.

"Baik" Thio Han Liong tersenyum sekaligus mencetuskan janjinya-

"Aku berjanji, selama-lamanya akan baik pada Tan Giok cu."

"Terimakasih atas janjimu. Kakak tampan," ucap Tan Giok Cu dengan wajah kemera h-merahan.

semua percakapan mereka berdua itu tidak lewat dari telinga Lim soet Hong. Diam-diam ia melirik sejenak ke arah mereka, kemudian menghela nafas panjang.

"Tan Ek seng" bentak Yap song Kang.

"Jangan diam saja, cepat kau hunus pedangmu"

"saudara Yap.." Wajah Tan Ek seng tampak murung sekali.

"Kita... kita adalah kawan."

"Phui" Yap song Kang meludah-

"Engkau telah merebut kekasihku, masih berani mengaku sebagai kawan?"

"Orang she Yap" bentak Lim soat Hong, sangat gusar karena Yap song Kang meludahi suaminya.

"Engkau harus tahu, aku bukan kekasihmu. Jangan sembarangan bicara"

"Bagus Bagus" Wajah Yap Eng Kang kehijau-hijauan. Mendadak ia mencabut pedangnya yang bergantung di punggungnya.

"Tan Ek Seng, mari kita bertarung"

"Baiklah" sahut Tan Ek seng tampak terpaksa dan serba salah. Perlahan-lahan ia menghunus pedangnya.

" Hati-hati" pesan Lim soat Hong kepada suaminya.

"Ng" Tan Ek Seng mengangguk, lalu mandakati yap Song Kang seraya berkata.

"Kita cukup bertanding, tidak perlu saling melukai"

"Engkau takut soat Hong jadi janda?" sindir yap song Kang sinis,

"saudara yap..." Wajah Tan Ek seng merah padam saking gusarnya.

"Baik" yap song Kang manggut-manggut. "Kita bertanding seperti belasan tahun lalu"

Tan Ek seng mengangguk- Bersamaan dengan itu, mendadak yap song Kang membentak sambil menyarangnya-

"Suamiku, hati-hati" teriak Lim soat Hong, tampak cemas sekali.

Tan Ek seng cepat-cepat berkelit, namun serangan susulan sudah mengarah padanya lagi. Begitu dahsyat, ganas, dan cepat sekali datangnya. Tan Ek seng terpaksa mengeluarkan Hui Liong Kiam Hoat untuk menangkis.

Trang... Terdengar suara benturan pedang, disertai bunga api berpijar.

Bukan main terkejutnya Tan Ek seng, karena merasakan telapak tangannya sakit sekali, sehingga pedangnya nyaris terlepas.

"He he he" yap song Kang tertawa terkekeh-

"Hui Liong Kiam Hoat yang engkau banggakan itu sudah tak berarti bagiku, lihat seranganku"

yap song Kang mulai menyarang lagi- Tan Ek seng menangkis dan balas menyarang dengan mati-matian.

Wajah Lim soat Hong pucat pias menyaksikan pertarungan itu, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan sua minya-Begitu pula Tan Giok Cu- Gadis kecil itu

menyaksikan pertarungan dengan tubuh menggigil.

"Tenang" Thio Han Liong memegang bahunya.

Kakak tampan, ayahku...." suara Tan Giok Cu bergemetar-

"Akan kalah melawan orang jahat itu?"

"Ayahmu memang akan kalah" ujar Thio Han Liong sambil terus memperhatikan ilmu pedang yap song Kang.

"Kalau ayahku kalah.—" Tan Giok Cu mulai terisak-isak-"Adik manis" bisik Thio Han Liong.

"Engkau harus tenang, kalau engkau menangis, itu akan memecahkan perhatian ayahmu"

Tan Giok Cu langsung menghentikan tangisnya, sementara pertarungan itu bertambah seru dan menegangkan.

"Hiyaaat" teriak Yap song Kang keras sambil menyarang Tan Ek seng dengan jurus yang mematikan.

Tan Ek seng terkejut sekali, cepat-cepat ia mengeluarkan jurus sin Liong Phun sui (Naga sakli Menyam-bur Air) guna menangkis serangan itu. Pedang Tan Ek seng terpental ke udara, sedangkan ujung pedang Yap song Kang mengarah pada teng gorokan Tan Ek seng.

"Jangan bunuh dia" jerit Lim soat Hong sambil berlari ke arah suaminya.

"Kalau engkau bunuh dia, aku akan bunuh diri"

"Ha ha ha" Yap song Kang tertawa gelak sambil menurunkan pedangnya.

"Tan Ek seng. hari ini aku telah mengalahkanmu Ha ha ha-

.."

"Lalu apa maumu?" tanya Tan Ek seng. "soat Hong harus ikut aku pergi." "Tidak" potong Lim soat Hong cepat.

"Aku tidak akan ikut engkau. Sudan kubilang dari tadi, aku tidak mencintaimu Aku cuma mencintai Ek Seng suamiku."

"Hmm..." sepasang mata yap song Kang berapi-api. "Kalau begitu..." Mendadak lelaki itu menatap Tan Giok Cu-"Akan kubawa pergi putri kalian itu" "Tidak Tidak—" teriak Lim soat Hong.

Kalau engkau berani bawa Giok Cu pergi, aku— aku akan mengadu nyawa denganmu"

"oh ya?" yap song Kang tertawa dingin, lalu menghampiri Tan Giok Cu yang berdiri di sisi Thio Han Liong.

Kakak tampan, tolong aku" Tan Giok Cu langsung menggeserkan dirinya ke belakang Thio Han Liong.

"Jangan khawatir. Adik manis" Thio Han Liong tersenyum. "Aku akan melindungi, tenang saja"

mandangar ucapan itu. yap song Kang tertawa terbahak-bahak-

"Bocah- bagaimana caranya engkau melindungi g«dis kecil itu?"

"Pandakar yang gagah harus adil dan bijaksana, tidak boleh berbuat sewenang-wenang. Karena itu, Paman tidak berhak membawa Giok Cu pergi" ujar Thio Han Liong tenang, menatap yap song Kang.

"Bocah" yap song Kang menatapnya dengan kaning berkerut.

Engkau berani kurang ajar terhadapku, sekali tangan ini kuayunkan, kepalamu pasti pecah"

"Akan kugigit tanganmu" sahut Tan Giok Cu mendadak-"Ha ha ha" yap song Kang tertawa gelak-

"Kalian berdua masih kanak-kanak tapi— sudah saling melindungi, sungguh luar biasa"

"Tentu." ujar Tan Giok Cu.

"Kami saling menyayang, maka harus saling melindungi. Ayah dan ibumu saling mencinta, tentu mereka tidak akan berpisah"

"Engkau memang gadis kecil yang manis. Biar bagaimanapun aku harus bawa engkau pergi." yap song Kang menatapnya.

"Itu tidak adil" tukas Thio Han Liong.

"Paman bukan seorang pandakar, melainkan seorang penjahat"

"oh?" Yap song Kang melotot.

"Harus bagaimana untuk disebut adil?"

"Belasan tahun lalu, Paman Tan mengalahkanmu" ujar Thio Han Liong.

"Kini Paman mengalahkannya, itu berarti seri. Nah, kalau sekarang Paman membawa Giok Cu, apakah namanya adil?"

"Ngmmm" YaP song Kang manggut-manggut.

"Menurutmu harus bagaimana?"

"Tentunya harus bertanding sekali lagi, tapi bukan sekarang" jeweb Thio Hen Liong.

"Aku tidak bise menunggu belesen tehun legi" ujer Yap song Kang. "Namun aku akan memberi wektu tige heri. Tiga hari kemudian aku akan ke Mari legi "untuk bertending dengen Tan Ek seng. Jika dia menang berarti aku tidak akan muncul di sini lagi selamanya, aku menang berarti aku akan bawa Giok Cu pergi-"

"Nah"

Thio Hen Liong tertawa- "Ternyata Paman seorang pandakar yang gagah-"

"Tan Ek Seng." ujar yap Song Kang.

"Tiga hari lagi aku akan ke mari lagi, mulai sekarang engkau harus terus berlatih Ha ha ha..."

sambil tertawa gelak yap song Kang melesat pergi.

Tan Ek seng dan Lim soat Hong saling memandang, mereka sama sekali tidak menyangka Thio Han Liong bermulut begitu tajam, sehingga membuat yap song Kang langsung mundur.

Lim soat Hong tersenyum lembut.

"Terima kasih atas bantuanmu yang membuat orang itu pergi." ucapnya kepada Thio Liong.

"Bibi" Wajah Thio Han Liong tampak serius.

"Tiga hari kemudian dia akan ke mari lagi, Paman harus bersiap-siap menghadapinya."

"Aku tidak dapat melawannya..." ujar Tan Ek seng, putus asa.

"Paman" Thio Han Liong menatapnya.

"kanapa Paman begitu cepat putus asa? Padahal masih punya waktu untuk berpikir-"

"Eh?" Wajah Tan Ek seng langsung memerah dan panas.

"Engkau...."

"Kakak tampan benar. Ayah-" ujar Tan Giok Cu.

"Masih ada tiga hari. Ayah bisa memikirkan jalan keluarnya."

Tan Ek seng menghela nafas panjang.

"Kepandaian song Kang amat tinggi, ayah— tidak bisa mengalahkannya."

"Bukankah Ayah bisa berlatih?" lukas Tan Giok Cu.

"Itu tidak mungkin." Tan Ek Seng menggeleng-gefengkan kepala.

"Walaupun ayah berlatih lima tahun, belum tentu bisa mengalahkannya."

"Paman" sela Thio Han Liong mendadak-

"Sebetulnya tidak sulit mengalahkan orang itu.hanya saja Paman tidak tahu caranya, maka kewalahan menghadapi ilmu pedangnya."

"Eh?" Tan Ek seng menatapnya dengan kaning berkerut-kerut.

" Engkau masih kecil, tidak baik bicara begitu."

"Paman, aku bicara sesungguhnya," tegas Thio Han Liong, meyakinkan.

"Ayah" sela Tan Giok Cu.

Kakak tampan tidak pernah bohong, Giok Cu yakin dia punya suatu cara untuk mengalahkan orang jahat itu."

"Diam" bentak Tan Ek seng.

"Suamiku" Lim soat Hong memandangi suaminya.

"Tidak baik engkau membentak Giok Cu, dia belum tahu apa-apa."

"Giok Cu...." Tan Ek Seng mandakati putrinya, lalu

membelainya seraya berkata.

"Maafkan ayah Karena, ayah sangat bingung."

"Ayah tidak usah bingung, tanya saja pada Kakak tampan" sahut Tan Giok Cu.

"Dia pasti bisa menemukan jalan keluarnya-"

Tan Ek seng tersenyum getir, kemudian memandang Thio Han Liong seraya bertanya-

"Aku harus bagaimana, sebab tiga hari kemudian orang itu akan ke mari lagi?"

"Tentu paman harus mengalahkannya" jawab Thio Han Liong.

"Harus bagaimana mengalahkannya?" tanya Tan Ek seng lagi- orang tua ini sebenarnya merasa lucu juga- Bagaimana mungkin dirinya bertanya kepada anak kecil yang baru berusia sepuluh tahun, sementara Lim soat Hong cuma menggeleng-gelengkan kepala.

"Paman. aku akan menjelaskan. Tapi paman tidak boleh bertanya apa-apa padaku, sebab aku tidak akan menjawab" ujar Thio Han Liong dan mulai menjelaskan sesuatu.

"Ilmu pedang orang itu memang cukup hebat dan dahsyat."

Ternyata Thio Han Liong menjelaskan tentang ilmu pedang Yap song Kang, itu sungguh membuat Tan Ek seng dan Lim soat Hong terkejut bukan main. Hal itu hampir membuatnya tak percaya.

"Hui Liong Kiam Hoat tidak dapat mengalahkannya," tambah Thio Han Liong.

"Hanya mampu bertahan, itupun cuma dalam puluhan jurus saja."

"Lalu bagaimana?" tanya Tan Ek Seng sambil menatapnya dengan penuh keheranan.

"Engkau punya suatu cara mengalahkannya?" Thio Han Liong tampak ragu.

"Kakak tampan, bantulah ayahku" desak Tan Giok Cu.

"Aku tidak akan melupakan budimu selama- lamanya"

"Adik manis...." Thio Han Liong memandangnya sejenak,

setelah itu ia pergi memungut pedang Tan Ek seng yang terpental tadi-

"Kakak tampan" Tan Giok Cu terheran-heran.

"kanapa engkau mengambil pedang itu?"

"Adik manis" ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.

"Aku ingin mempertunjukkan tiga jurus ilmu pedang pada ayahmu"

"oh?" Tan Giok Cu tertegun.

"Engkau mengerti ilmu pedang?" gumamnya.

"sedikit" Thio Han Liong tersenyum lagi, kemudian memandang Tan Ek seng seraya berkala.

"Paman, perhatikan baik-baik tiga jurus ilmu pedang ini"

Sementara Tan Ek seng dan Lim soat Hong terus saling memandang dengan penuh keheranan. Ketika Thio Han Liong berkata begitu. Tan Ek seng cun langsung bertanya.

"Thio Liong, siapa yang mengajar engkau ilmu pedang?"

Thio Han Liong tidak menyahut, melainkan mulai memperlihatkan tiga jurus ilmu pedangnya. Sejak kecil ia sering melihat Thio Bu Ki ayahnya berlatih ilmu pedang, la ingat semua jurus-jurus ilmu pedang itu.

Ketika Tan Ek seng bertarung dengan yap song Kang, ia memperhatikan dengan seksama. Di samping itu, ia pun membayangkan ilmu pedang ayahnya, sehingga ia tahu dengan jurus apa kira-kira mengalahkan yap song Kang.

"Paman" seru Thio Han Liong seusai memperlihatkan ke tiga jurus ilmu pedang itu.

"sudah ingat ke tiga jurus ilmu pedang yang kuperlihatkan barusan?"

Wajah Tan Ek seng kemerah-merahan, karena amat terkejut ketika menyaksikan ke tiga jurus ilmu pedang itu.

"Paman perhatikan baik-baik" ujar Thio Han Liong dan mulai memperlihatkan ke tiga jurus ilmu pedang itu lagi sampai beberapa kali-

"Bagaimana? Paman sudah ingat?" "Ng" Tan Ek seng manggut-manggut.

"Paman harus berlatih" ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh-

"Sebab ke tiga jurus iimu pedang itu pasti dapat mengalahkan Paman yap-"

Tan Ek seng mengangguk. Diambilnya pedang di tangan Thio Han Liong, kemudian mulai ia berlatih. Thio Han Liong menyaksikannya dengan penuh perhatian. Kalau Tan Ek Seng melakukan gerakan yang salah, anak kecil itu langsung memberitahukan.

Tan Ek seng semakin berlatih dengan semangat. Namun hatinya merasa heran terhadap Thio Han Liong, sebab ilmu pedang itu sungguh dahsyat dan luar biasa. Begitu pula Lim soat Hong. Nyonya itu tidak habis pikir, tapi girang sekali dalam hati. Yang paling girang adalah Tan Giok Cu, gadis kecil itu terus memandang Thio Han Liong dengan mata berbinar-binar.

"Kakak tampan" bisik Tan Giok Cu.

"Engkau jahat sekali"

" Aku jahat?" gumam Thio Han Liong heran,

"Adik manis, kanapa engkau bilang aku jahat sekali?"

"Engkau mengerti ilmu pedang, tapi tidak pernah memberitahukan padaku. Engkau memang jahat"

Wajah Tan Giok Cu cemberut.

Thio Han Liong tersenyum.

" Aku tidak jahat, hanya saja...."

"Tidak mau orang lain tahu engkau mengerti ilmu pedang kan?"

Tan Giok Cu menatapnya. Thio Han Liong mengangguk dan berkata.

"Adik manis, maafkan aku Aku punya kesulitan, maka tidak memberitahukanmu bahwa aku mengerti ilmu pedang. Aku... aku harus melindungimu."

"Aku tahu-" Tan Giok Cu tersenyum.

"Demi melindungi diriku, maka engkau membuka rahasia sendiri dengan tiga jurus ilmu pedang itu. ya, kan?"

"Ya" Thio Han Liong mengangguk.

"Terima kasih. Kakak tampan." ucap Tan Giok Cu dengan wajah berseri-

"Terima kasihi"

Dalam tiga hari ini. Tan Ek seng tak henti-hentinya berlatih ke tiga jurus ilmu pedang tersebut- Lim soat Hong pun terus mendampinginya.

"Suamiku," tanya Lim soat Hong seusai Tan Ek Seng berhenti berlatih.

"Engkau sudah menguasai ilmu pedang itu?"

Tan Ek seng mengangguk, kemudian kaningnya berkerut seraya berkata.

"Aku tidak habis pikir, sebetulnya siapa Thio Liong itu." "Aku yakin," ujar Lim soat Hong.

"Ke dua orang-tuanya pasti Bun Bu Gan cay (Mahir sastra Dan silat)"

"Tidak salah Tapi, kanapa anak itu meninggalkan rumah?" Tan Ek Seng menggeleng-gelengkan kepala,

"Itu sungguh mengherankan."

"Setelah urusan ini beres, aku akan bertanya padanya." ujar Lim soat Hong sambil tersenyum.

"Aku akan membujuknya."

"Isteriku, belum tentu dia akan berterus terang."

"Aku akan coba membujuknya." Lim soat Hong menatapnya seraya bertanya,

"oh ya, apakah ilmu pedang itu dapat mengalahkan yap song Kang?"

"Mudah-mudahan" sahut Tan Ek seng.

Bersamaan itu muncullah Tan Giok Cu dan Thio Han Liong, menghampiri Tan Ek seng.

"Ayah sudah usai berlatih?" tanya gadis kecil itu.

"Ng" Tan Ek Seng mengangguk.

"Ayah, Ibu, Giok Cu sudah bertanya pada Kakak tampan, ilmu pedang itu dapat mengalahkan paman yap. Pasti, jawabnya."

Tan Giok Cu memberitahukan dengan wajah berseri-seri-"Thio Liong" Lim Soat Hong menatapnya lembut. "Bagaimana kau begitu yakin?"

"Sebab aku sudah menyaksikan ilmu pedang paman yap-Maka aku yakin dapat mengalahkannya dengan ke tiga jurus ilmu pedang itu," jawab Thio Han Liong sungguh-sungguh.

"Thio Liong, sebetulnya itu ilmu pedang apa?" tanya Tan Ek seng.

"Maaf, Paman, aku tidak tahu. Tapi aku tahu nama jurus-jurus itu," jawab Thio Han Liong.

"Beritahukanlah" desak Tan Ek seng.

Jurus pertama adalah Hong soh yap Lok (Angin Berhembus Daun-Daun pun Rontok), jurus ke dua adalah Kiam In Ap San {Bayangan Pedang Menekan gunung), dan jurus ke tiga adalah yun Tiong cay Hong (Pelangi Dalam Awan)"

Thio Han Liong memberitahukan.

"Siapa yang mengajarkan ilmu pedang itu?" tanya Lim soat Hong menatap Thio Liong.

"Maaf, Bibi," jawab Thio Han Liong.

"Aku tidak bisa memberitahukan, sebab aku punya kesulitan."

Lim Soat Hong tersenyum.

"Kami tidak akan bertanya lagi padamu, tapi... jadi anak baik tidak boleh berbohong, lho"

"Ya, Bibi" Thio Han Liong mengangguk-

Pagi ini ketika Thio Han Liong sedang menyapu di pekarangan, mendadak muncul yap song Kang.

"Bocah Cepat panggil Tan Ek seng untuk bertanding dengan aku, hari ini adalah pertandingan penghabisan" seru Yap Song Kang dengan suara membentak.

Thio Han Liong segera berlari ke dalam. Tak seberapa lama kemudian, Thio Han Liong sudah kembali bersama Tan Ek seng, Lim soat Hong, dan Tan Giok cu.

"Ha ha ha" yap song Kang tertawa gelak-

"Hari ini pertandingan penentuan. Engkau kalah, harus mengerahkan Giok Cu padaku Aku kalah, pergi dan selanjutnya tidak akan datang mencarimu lagi"

"Baik-" Tan Ek seng mengangguk-

"Nah Bersiap-siaplah" ujar yap song Kang sambil menghunus pedangnya- yap song Kang membentak keras, lalu mulai menyarang Tan Ek seng.

Tan Ek seng cepat-cepat berkelit, sekaligus menangkis serangan itu dengan Hui Liong Kiam Hoat.

"He he he" yap song Kang tertawa terkekeh-

"Masih menggunakan Hui Liong Kiam Hoat? Tidak ada ilmu pedang lain?"

Tan Ek Seng diam saja- sementara Lim soat Hong menyaksikan pertarungan itu dengan kaning berkerut-kerut, wajahnya tampak cemas sekali- sebab, apabila suaminya kalah, tentunya ia akan kehilangan Giok Cu putrinya-

Pertarungan itu semakin seru, yap song Kang terus-menerus melakukan serangan cepat, sehingga membuat Tan Ek seng terdesak hebat-

Di saat itulah mendadak Tan Ek Seng bersiul panjang sambil balas menyarang Yap Song Kang dengan jurus Hong soh yap Lok (Angin Berhembus Daun-Daun pun Rontok)

" Hah?"

Bukan main terkejutnya Yap Song Kang ketika melihat perubahan ilmu pedang Tan Ek Seng, ketika pedang itu mengeluarkan suara mandaru-deru-

Yap Song Kang bergerak cepat meloncat ke samping, untuk mengelakkannya. Namun dengan tak kalah cepat. Tan Ek seng juga memburunya dengan jurus Kiam In Ap San (Bayangan Pedang Menakan gunung). Pedang di tangan Tan Ek seng berkelebat-kelebat secepat kilat, membuat yap song Kang terkejut bukan main.

Mati-matian yap song Kang berkelit, namun Tan Ek seng terus melanjutkan serangan dengan jurus yun Tiong cay Hong (Pelangi Dalam Awan).

Trang Terdengar suara benturan pedang yang amat nyaring. Tampak sebuah pedang terpental ke udara, yang ternyata milik yap song Kang.

Ha a a h-—" yap song Kang berdiri dengan tubuh menggigil gemetaran. Ternyata pedang Tan Ek seng telah menempel di lehernya.

"Ayah menang Ayah menang Ayah menang..." seru Tan Giok Cu kegirangan.

"Maaf" ucap Tan Ek Seng sambil menurunkan pedangnya.

"Terima kasih atas kemurahan hatimu mau mengalah padaku. Terimakasih— "

Mulut yap song Kang ternganga lebar dengan mata terbelalaki sepertinya tidak percaya akan apa yang dialaminya.

Ilmu pedang itu," gumam Yap Song Kang tergeragap. "Itu bukan ilmu pedang Hui Liong Kiam Hoat," ujarnya. Tan Ek Seng memberitahukan. "

Engkau bukan dikalahkan oleh ilmu pedangku." "Aaah—" yap song Kang menghela nafas panjang.

"Belasan tahun aku menuntut ilmu pedang, tidak disangka, tapi... kanapa tiga hari yang lalu engkau tidak mengeluarkan ilmu pedang ini mengalahkan aku?"

Tan Ek Seng tersenyum.

"Terus terang, tiga hari yang lalu aku belum belajar ilmu pedang itu."

"Hah?" Yap Song Kang tertegun.

"siapa yang mengajarkanmu ilmu pedang itu?"

"Anak kecil itu"

Tan Ek seng menunjuk Thio Han Liong.

"Apa?" Terperangah Yap song Kang, menatap Thio Han Liong dengan mata terbeliak.

"Bocah Engkau... engkau yang mengajar Ek Seng ilmu pedang itu?"

Thio Han Liong mengangguk sambil tersenyum.

Karena paman ingin membawa Giok Cu pergi, terpaksa aku mengajar paman Tan ilmu pedang itu."

"Engkau?" Kelihatannya Yap Song Kang tidak percaya. "Engkau masih begitu kecil, bagaimana mungkin-..."

Kakak tampan tidak bohong, memang dia yang mengajar ayahku ilmu pedang itu," timpal Tan Giok cu mendadak-

"Penasaran Aku sungguh penasaran sekali" gerundal Yap song Kang.

"Aku ingin menantangmu, tapi... engkau masih kecil." "Paman" Thio Han Liong tersenyum.

"Aku memang masih kecil, memang tidak pantas bertanding dengan Paman. Tetapi. aku punya cara mengalahkan paman."

kaning yap song Kang langsung berkerut. "Bagaimana caranya engkau mengalahkan aku?"

"Aku akan memperlihatkan beberapa jurus ilmu pedang, paman harus perhatikan baik-baik, lalu berpikir memecahkan ilmu pedang itu"

"Baik. baik" Yap Song Kang tertawa. "Cepatlah, perlihatkan ilmu pedang itu"

Thio Han Liong mengangguk, Tan Ek Seng segera menyarahkan pedangnya, setelah menerima pedang itu,

mulailah Thio Han Liong memperlihatkan beberapa jurus ilmu pedang, itulah jurus-jurus ilmu pedang yang dimainkan Thio Bu Ki ayahnya.

"sanggupkah paman memecahkan ilmu pedang itu?" tanya Thio Han Liong seusai memperlihatkan jurus-jurus ilmu pedang itu.

"Hah?" kaning yap song Kang berkerut-kerut.

Tan Ek seng dan Lim soat Hong saling memandang. Kelihatannya mereka pun tidak sanggup memecahkan ilmu pedang itu. Lain halnya dengan Tan Giok Cu, gadis kecil itu terus bersorak-sorak dalam hati kegirangan.

Kakak tampan menang, paman yang jahat itu tidak sanggup memecahkan ilmu pedangmu. Kakak tampan menang"

"Aaaah—" YaP song Kang menghela nafas panjang.

"Aku... aku tidak sanggup, percuma aku menuntut ilmu pedang belasan tahun, akhirnya malah terjungkal di tangan seorang anak kecil." gerutunya tampak kesal.

Aku pun tidak mampu memecahkan ilmu pedang itu" ujar Tan Ek seng memandang Yap song Kang.

Ya ai" Yap song Kang menggeleng-gelengkan kepala.

"Sudahlah Kita berdua memang seperti katak dalam sumur, Saudara Tan, aku... aku minta maaf padamu. Kini aku telah sadar, cinta tidak bisa dipaksa."

"Terima kasih, saudara Yap" ucap Tan Ek seng sambil memberi hormat.

Kakak Yap.—" Lim soat Hong mandakatinya. Wanita itupun memberi hormat seraya berkata.

"Terima kasih atas kemurahan hatimu. Terima kasih—" "Paman" Tan Giok Cu segera mandakatinya.

Aku pun minta maaf, karena tadi telah mengatakan Paman jahat"

"Ha ha ha" yap song Kang tertawa gelak-

"Sesungguhnya paman tidak jahat, aku justru merasa sayang padamu-" Tan Giok Cu tersenyum.

"Terima kasih, Paman"

"Kakak Yap," ujar Lim soat Hong.

"Mari, ke dalam rumah, sudah belasan tahun kita tidak berkumpul."

"Terimakasih." ucap yap song Kang sambil menggelengkan kepala

"Aku tidak mau mengganggu kalian, oh ya, sebetulnya siapa bocah itu?"

"Kami... kami pun belum begitu jelas mengenai dirinya," sahut Tan Ek Seng sambil menggelengkan kepala-

"Sudah tiga tahun dia bekerja di- sini, tapi tetap merahasiakan identitasnya"

"oh?" Yap song Kang menatap Thio Han Liong.

"siauwhiap (Pandakar Kecil), aku kagum sekali pada mu. Bolehkah aku tahu namamu?"

"Namaku Thio Liong"

"Thio Liong...?" gumam yap song Kang dengan kaning berkernyit.

"siapa ke dua orangtuamu?"

"Maaf, Paman" sahut Thio Han Liong.

"Aku tidak bisa memberitahukan, karena punya kesulitan."

"Baiklah" yap song Kang manggut-manggut.

"oh ya, engkau pernah bilang, seorang pandakar harus gagah, adil, dan bijaksana."

Thio Han Liong tersenyum.

"Aku tahu maksud Paman."

"Apa maksudku, coba beritahukan"

"Karena aku mengajar Paman Tan tiga jurus ilmu pedang, maka Paman menghendaki begitu Ya, kan?"

"Bukan main" yap song Kang menatapnya dalam-dalam. "Engkau sungguh cerdas sekali."

"Paman, aku akan mengajar Paman beberapa jurus ilmu pedang yang kuperlihatkan tadi-"

"oh?" Wajah yap song Kang berseri-seri.

"Terima kasih"

Thio Hen Liong mulai mengajar yap song Kang beberapa jurus ilmu pedang itu, sekaligus menjelaskan, yap song Kang manggut-manggut, lalu mulai berlatih.

"He he he" yap song Kang tertawa gembira.

"Tak disangka aku akan memperoleh beberapa jurus ilmu pedang yang begitu hebat. He he he..."

"Paman" pesan Thio Hen Liong, "Kelau tidak dalam keadaan behaya, janganlah mengeluarkan ilmu pedang ini. sebab, setiap jurus pasti mematikan pihak lawan"

"ya" yap song Kang mengangguk-

"Terima kasih Thio siauwhiap- Terima kasih"

"seudara yap" ujar Tan Ek seng.

"Mari ke dalam, minum teh dulu."

"Terima kasih." Yap song Kang memandang mereka, kemudian manggut-manggut seraya berkata.

Kalian berdua memang suami isteri yang behagia, aku turut gembira. sampai jumpa"

Mendadak yap song Kang melesat pergi. Tan Ek seng dan Lim soet Hong menggeleng-gelengkan kepala.

"Paman" seru Tan Giok Cu, namun yap song Kang sudah tidak kelihatan. Gedis itu lalu mandakati Thio Hun Liong.

Kakak tampan, terima kasih" Thio Han Liong tersenyum.

"Kakak tampan, aku... aku..." ujar Tan Giok Cu terputus-putus sambil menatapnya.

"Adik manis, mau apa?" tanya Thio Han Liong heran.

"Giok Cu" Lim Soat Hong tersenyum.

"Engkau ingin belajar silat pada Thio Liong?" Tan Giok Cu mengangguk-

"Thio Liong" Lim Soat Hong menatapnya lembut kepada anak itu.

"Bersediakah engkau mengajar Giok Cu ilmu silat?"

"Ya, Bibi" Thio Han Liong mengangguk-

"Terima kasih. Kakak tampan," ucap Tan Giok Cu.

"Ayo, ajarkan aku sekarang"

"Adik manis, engkau ini kan seorang gadis yang harus lemah lembut- Aku akan mengajar engkau ilmu silat yang lemas gerakannya- Itu sangat berguna bagimu-"

Tan Giok Cu tampak gembira sekali-"Ilmu silat apa itu?" tanyanya-"Lihatlah baik-baik,"

Thio Han Liong tampak mulai memperlihatkan Thay Kek Kun (Ilmu Pukulan Taichi), ajaran ayahnya.

Tan Ek seng, Lim soat Hong, dan Tan Giok Cu memperhatikan dengan terkagum-kagum, setelah Thio Han Liong berhenti- Tan Giok Cu bertepuk-tepuk tangan sambil bersorak-

"Kakak tampan Engkau mahir sekali menari."

"Itu ilmu silat tingkat tinggi, bukan tarian" ujar Tan Ek seng sungguh-sungguh-

"Maka engkau harus belajar dengan giat, jangan mengecewakan Kakak tampan itu"

"ya. Ayah" Tan Giok Cu mengangguk, kemudian bertanya pada Thio Han Liong.

"Kakak tampan, ilmu silat apa itu? Kok begitu lemas?" "They Kek Kun" Thio Han Liong memberitahukan.

"Apa?" Bukan main terkejutnya Tan Ek seng dan Lim soat Hong.

"Benarkah itu Thay Kek Kun ciptaan guru besar Thio sam Hong?"

"Ya" Thio Han Liong mengangguk-

"Engkau-—" Tan Ek Seng terbelalak-

"Engkau punya hubungan dengan partai Bu Tong?"

Thio Han Liong mengangguk perlahan.

Tan Ek seng dan Lim soat Hong saling memandang,

"Engkau" Lim soat Hong berkata.

"Kalian berdua main di sini saja Kami mau ke dalam." Mereka berdua masuk ke rumahi bahkan langsung ke kamar.

"Isteriku—." Wajah Tan Ek seng tampak serius sekali.

"Mulai sekarang kita harus baik-baik memperlakukan Thio Liong itu, sebab dia punya asal-usul yang agak luar biasa."

Aku justru masih bingung" ujar Lim soat Hong. "sebetulnya dia anak siapa?"

"Aku yakin—." Tan Ek seng tersenyum.

"Tidak lama lagi dia akan berterus terang pada kita." "Ngmm" Lim soat Hong manggut-manggut.

"Kelihatannya Giok Cu sangat baik padanya, mudah-mudahan mereka berdua akan saling mencinta kelak-"

"ya"

Tan Ek seng mengangguk

"Mudah-mudahan."


DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar