Anak Naga Chapter 1: Melepaskan Kedudukan sebagai Ketua Partai Go Bi

Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Bab 1: Melepaskan Kedudukan sebagai Ketua Partai Go Bi
Laskar-laskar Beng Kauw di bawah pimpinan Cu Goan Ciang, Ci Tat, Siang Gie Cun dan CiuSiu Wi telah berhasil menggempur pasukan-pasukan Goan (Mongol). Setelah itu, laskar-laskar tersebut juga berhasil menduduki beberapa kota penting, kemudian terus menuju Kota raja.

Akan tetapi, di saat laskar-laskar B eng Kauw memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang itu, justru terjadi pula suatu pergolakan dalamBeng Kauw sendiri.

Ternyata Cu Goan Ciang, Ci Tat, Siang Gie Cun dan Ciu Siu Wi bersekongkol mengkhianati Thio Bu Ki ketua Beng Kauw, lantaran khawatir Thio Bu Ki akan menjadi kaisar.

Betapa kecewanya Thio Bu Ki, padahal ia sama sekali tidak berkeinginan untuk menjadi Kaisar. Tujuan perjuangan Beng Kauw yang dipimpinnya hanya mengusir penjajah, agar Dinasti Song bisa bangkit kembali.

Namun dengan adanya pengkhianatan itu, akhirnya Thio Bu Kipun menyerahkan kedudukannya kepada yoSiauw. Karena itu, maka terjadilah perpeaahan dalam Beng Kauw, banyak yang bergabung dengan Cu Goan Ciang, otomatis membuat laskarnya semakin kuat, sehingga berhasil merebut Kota raja, dan akhirnya runtuhlah Dinasti Goan (Mongol).

Pada tahun 1368, Cu Goan Ciang mengangkat dirinya sebagai Kaisar. Berhubung merasa dirinya berasal dari Beng Kauw, maka dinasti yang didirikannya dinamai pula Dinasti Beng (Ming).

seluruh rakyat di Tionggoan diberi kesempatan untuk berpesta pora atas biaya dari Kotaraja. Bayangkan Betapa gembiranya rakyat jelata, sebab kini mereka telah bebas dari jajahan Mongol.

Mulailah Cu Goan Ciang menganugerahkan pangkat dan kedudukan kepada para bawahannya yang setia serta berjasa, tentunya termasuk Ci Tat, siang Gie Cun dan ciu siu Wi,

Cu Goan Ciang memang cerdik. Ia pun membebaskan berbagai macam pajak yang menjadi beban rakyat. Karena itu, rakyat pun sangat memujanya, sejak Cu Goan Ciang menjadi kaisar, rakyat pun mulai hidup makmur pula.

Namun masih ada satu hal yang mengganjal dalam hati Cu Goan Ciang, yakni mengenai Thio Bu Ki. la khawatir suatu hari nanti, Thio Bu Ki akan bangkit memberontaknya.

oleh karena itu, Cu Goan Ciang mengutus pasukan pilih a n untuk membasmi sisa-sisa anggota Beng Kauw yang tidak mau tunduk, bahkan ia pun menurunkan perintah membunuh Thio Bu Ki. sejak itu, Thio Bu Ki dan sisa anggota Beng Kauw jadi buronan.

Bab 1. Melepaskan Kedudukan sebagai Ketua Partai Go Bi

Tampak seekor kuda berjalan santai di tempat sepi. Yang duduk di atas punggung kuda itu adalah Thio Bu Ki danTio

Beng. Wajah mereka lesu tak bersemangat, bahkan sangat muram pula.

"Aaaah..."

Thio Bu Ki menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Tak disangka sama sekali sungguh tak disangka"

"Cu Goan Ciang sangat licik" Caci Tio Beng dengan berkertak gigi.

"Engkau yang menghimpun kekuatan Beng Kauw, tapi dia malah yang memetik hasilnya Kini dia sudah menjadi kaisar, menurunkan perintah pula membunuh kita Dia bukan manusia, dia adalah binatang"

"Tapi...." Thio Bu Ki menghela nafas lagi. "setelah dia

menjadi kaisar, rakyat pun mulai hidup makmur-"

"Bu Ki Koko," ujar Tio Beng dengan suara rendah,

"seandainya pada waKiu itu, engkau perintahkan segenap Beng Kauw untuk menumpasnya, mungkin kini engkau sudah menjadi kaisar."

"Beng Moay..." Thio Bu Ki menggelengkan kepala. "Pada waKiu itu memang bisa kuturunkan perintah itu, namun itu akan merugikan Beng Kauw sendiri."

"Hmm" dengus Tio Beng. "Justru itu, Gwakongmu in Thian Ceng, Wie It siauw, Po Tay Hweeshio swee Put Tek, Pheng Hweeshio dan lainnya malah menjadi korban. Mereka dibantai

oleh pasukan pilihan Cu Goan Ciang, kini hanya tersisa yo siauw."

"Itu... memang takdir."

"Itu bukan takdir, melainkan kebodohanmu. Dia menggunakan siasat licik, agar engkau menyerahkan kedudukan ketua kepada yo siauw."

"Sudahlah, Jangan diungkit lagi kejadian itu" Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala,

"sesungguhnya aku pun tidak mau menjadi kaisar. Biarlah dia yang menjadi kaisar. Bukankah kini rakyat sudah mulai hidup makmur? Hanya saja...." Thio Bu Ki berhenti sejenak, lalu melanjutkan.

"Tidak seharusnya dia mengirim pasukan pilihan untuk memburu kita."

"Hmmnn" dengus Tio Beng dengan mata berapi-api.

"Kalau bertemu pasukan Beng sekarang, aku pasti tidak akan memberi ampun"

"Beng Moay...." Thio Bu Ki menghela nafas panjang.

"Dia mampu meruntuhkan. Dinasti Goan. maka pantas menjadi kaisar mendirikan Dinasti Beng-"

"Aku...." Mendadak Tio Beng menangis terisak-isak.

"sebaliknya aku malah menjadi pengkhianat bangsaku sendiri. Padahal seharusnya aku memimpin laskar Mongol untuk menumpas Beng Kauw. Tapi...."

"Beng Moay, aku yang bersalah dalam hal ini." kata Thio Bu Ki perlahan.

"Karena...."

"Engkau tidak bersalah,"potong Tio Beng cepat.

"Kita berdua sama sekali tidak bersalah, sebab... saling mencinta."

"Beng Moay Thio Bu Ki teringat sesuatu.

"Kita harus berangkat ke gunung Go Bi."

"Kenapa?" tanya Tio Beng.

"Tentunya engkau ingat, Ciu Ci Jiak menyerahkan kedudukan ketua Go Bi Pay kepadaku, tapi kini keadaan sangat tidak mengijinkan, maka aku harus menyerahkan lagi kedudukan ketua kepada pihak Go Bi Pay."

"Betul." Tio Beng manggut-manggut dan menambahkan, "setelah itu, kita mencari suatu tempat yang sepi-" "Ha ha" Thio Bu Ki tertawa gembira,

"itulah tujuanku, lebih baik kita hidup tenang dan bahagia di suatu tempat, tidak usah mencampuri urusan rimba persilatan maupun urusan lain,"

"Aku setuju." Tio Beng mengangguk dengan wajah ceria. "Kalau begitu, mari kita segera berangkat ke gunung Go Bi"

"Baik-" Thio Bu Ki manggut-manggut. lalu mulai memacu kudanya menuju gunung Go Bi.

Beberapa hari kemudian, Thio Bu Ki dan Tio Beng sudah sampai di kaki gunung Go Bi.

Pendiri Go Bi Pay adalah Kwee siang, putri bungsu Kwee Ceng dan oey yong- Hingga pada Biat Coat suthay, partai tersebut tidak pernah menerima murid lelaki, semuanya terdiri dari kaum wanita.

sementara kuda tunggangan mereka terus berjalan santai mendaki, mendadak muncul beberapa biarawati menghadang. Namun ketika melihat Thio Bu Ki dan Tio Beng, terbelalaklah mereka dan sebera memberi hormat.

"Ciangbunjin (Ketua), terimalah hormat kami" ucap mereka serentak.

Ternyata mereka adalah Ceng Hi, Ceng Kong, Ceng Hun dan Ceng Huisuthaw.

"Tidak usah banyak peradaban" sahut Thio Bu Ki sambil tersenyum.

"Ciangbunjin, mari ikut kami ke atas" ujar Ceng Hi suthay-

Thio Bu Ki manggut-manggut sambil memacu kudanya, sedangkan para biarawati itu mengerahkan ginkang menuju ke atas. Berselang beberapa saat kemudian, mereka semua

sudah berada di dalam kuil- Kemudian muncullah Ceng Ciauw, Ceng Hun, Ceng Hi suthay dan lainnya, dan mereka segera memberi hormat pada Thio Bu Ki.

"Ciangbunjin, terimalah hormat kami" ucap mereka serentak.

"Tidak usah banyak peradaban" sahut Thio Bu Ki sambil menatap mereka,

"oh ya, Ciu Ci Jiak pernah ke mari?"

"Tidak pernah."

Ceng Hi suthay menggelengkan kepala dengan wajah muram.

"Kami sama sekali tidak tahu sumoay berada di mana."

"Aaah..." Thio Bu Ki menghela nafas panjang.

"Ciangbunjin, Nona Tio," ucap Ceng Hi suthay.

"silakan duduk"

Thio Bu Ki dan Tio Beng duduk.

"Aku ke mari... ingin menyerahkan kembali kedudukan ketua kepada salah seorang di antara kalian." ujarnya sungguh-sungguh.

"Ciangbunjin...." Para biarawati itu tertegun. Mereka

memandang Thio Bu Ki dengan tidak mengerti.

"Tentunya kalian tahu, posisiku kini sangat terpojok." kata Thio Bu Ki sambil menghela nafas,

"sebab Cu Goan Ciang...."

"Kami semua sudah tahu tentang itu."

Ceng Hi suthay menggeleng-gelengkan kepala.

"Cu Goan Ciang memang licik sekali. Dia menduduki taHia dengan suatu siasat busuk. Kenapa Ciangbunjin diam saja?"

Thio Bu Ki tersenyum getir, sejenak kemudian barulah berkata.

"Kini keadaan negeri telah aman dan rakyat pun sudah mulai hidup makmur," sahut Thio Bu Ki.

"Apakah aku harus menyundut peperangan lagi? Bukankah akan membuat rakyat sengsara lagi?"

"Ciangbunjin berjiwa besar, kami kagum dan salut sekali," ucap Ceng Hi Suthay dan melanjutkan,

"Ciangbunjin, kepandaian kami semua masih rendah, bagaimana mungkin seorang di antara kami mampu menggantikan kedudukan Ciangbunjin?"

Thio Bu Ki tersenyum.

"Aku telah menerima sebuah buku catatan mengenai semua ilmu andalan partai Go Bi dari Ciu Ci Jiak, maka aku akan menggembleng kalian berdasarkan buku catatan itu" ujarnya.

"Terima kasih, Ciangbunjin," ucap para biarawati itu sambil memberi hormat dengan wajah berseri-seri.

"Kami pasti belajar dengan tekun, agar tidak mengecewakan Ciangbunjin,"

"Bagus, bagus"

Thio Bu Ki manggut-manggut sambil tersenyum.

"Mulai besok aku akan menggembleng kalian."

"Terima kas ih, Ciangbunjin," ucap mereka sekaligus memberi hormat lagi.

Keesokan harinya, mulailah Thio Bu Ki menggembleng mereka dengan sesungguh hati, sedangkan para biarawati Go Bi Pay itu pun belajar dengan tekun dan tidak mengenal lelah, sehingga kepandaian mereka bertambah maju dengan pesat sekali, tentunya sangat menggembirakan Thio Bu Ki.


-ooo00000ooo-


Hari ini Thio Bu Ki memanggil para biarawati untuk berkumpul di ruang tengah, setelah mereka berkumpul, Thio Bu Ki memandang mereka satu persatu dengan penuh perhatian.

"Sudah sebulan lebih aku menggembleng kalian, maka kepandaian kalian maju pesat sekali,"

ujar Thio Bu Ki dan melanjutkan,

"oleh karena itu, aku dan Tio Beng akan berpamit. namun sebelumnya aku ingin menunjuk seseorang menggantikan kedudukanku."

Para biarawati itu saling memandang, kemudian Ceng Hi suthay bertanya

"Ciangbunjin dan Nona Tio mau ke mana?"

"Kami ingin pergi ke suatu tempat yang sepi, hidup tenang, damai dan bahagia di sana,"jawab Thio Bu Ki.

"Ciangbunjin...." Mata Ceng Hi suthay mulai basah.

"Kami...."

"Jadi aku menunjukmu menggantikan kedudukanku."

Thio Bu Ki menunjuk Ceng Hi suthay.

"Ceng Hi, mulai saat ini engkau adalah ketua partai Go Bi."

"Ciangbunjin, aku...." Ceng Hi suthay menggelengkan

kepala.

"Aku sangat bodoh, bagaimana mungkin menjadi ketua? Ciangbunjin...."

"Bagus"

Thio Bu Ki tersenyum,

"sesungguhnya engkau paling cerdik, bahkan kepandaianmu lebih tinggi dari yang lain, penuh kesabaran dan berhati bajik. oleh karena itu, aku yakin engkau mampu memajukan partai Go Bi."

"Ciangbunjin...."

"Bagaimana kalian?" tanya Thio Bu Kipada yang lain.

"Kalian setuju kutunjuk Ceng Hi sebagai ketua partai Go Bi?"

"setuju" sahut mereka serentak-

"Pilihan Ciangbunjin memang tepat sekali."

"sumoay sekalian, aku...."

Ceng Hi suthay menggeleng-gelengkan kepala, "sesungguhnya aku tidak pantas menjadi ketua Go Bi Pay."

"Hanya Suci (Kakak Seperguruan) yang pantas," ujar Ceng Hun Suthay.

"Kami semua memberi selamat kepada suci."

"Terimakasih,"

Ceng Hi suthay cepat-cepat membalas hormat mereka.

"Aku bersumpah pasti akan memajukan Go Bi Pay"

"Bagus"

Thio Bu Ki tersenyum, lalu melepaskan sebuah cincin besi Tiat Ci Goan di jarinya dan dimasukkan ke dalam jari Ceng Hi suthay seraya berkata.

"Ceng Hi, mulai sekarang engkau adalah ketua Go Bi Pay angkatan ke enam, aku Thio Bu Ki menyerahkan jabatan ketua kepadamu."

"Terima kasih," ucap Ceng Hi suthay, lalu bersujud di depan tempat abu cikal bakal go Bi Pay Kwee siang Lie Hiap dan tempat abu ketua Go Bi Pay angkatan ke tiga Biat Coat suthay. setelah itu, ia pun bersujud di hadapan Thio Bu Ki, namun Thio Bu Ki segera membangunkannya.

"Ceng Hi," ujar Thio Bu Ki sambil menyerahkan sebuah bungkusan.

"Di dalam bungkusan ini terdapat sebuah kitab yang berisi inti sari ilmu silat Go Bi Pay. Engkau harus mempelajarinya."

"Ya." Ceng Hi suthay menerima bungkusan itu dengan rasa terharu.

"Terimakasih" ucapnya.

"Di dalam bungkusan itu pun terdapat kutungan It THian Kiam, yang masih bisa disambung." Thio Bu Ki memberitahukan.

"Ya." Ceng Hi suthay mengangguk-

Thio Bu Ki menarik nafas lega, kemudian berpamit kepada Ceng Hi suthay dan lainnya.

"sampai jumpa" ucapnya sambil menarik Tio Beng meninggalkan kuil Go Bi Pay itu.

Ceng Hi suthay dan lainnya mengantar mereka sampai di luar kuil.

"selamat jalan" ujar Ceng Hi suthay.

"sampai jumpa" sahut Tio Beng sambil tersenyum.

Mereka berdua meloncat ke punggung kuda, dan tak lama kuda itu pun berjalan perlahan meninggalkan tempat tersebut.

"Aaaah..." Thio Bu Ki menarik nafas lega.

"Kini aku telah bebas dari beban itu"

"Aku tahu engkau bermaksud baik" ujar Tio Beng sambil tersenyum,

"oh, ya?"

Thio Bu Ki juga tersenyum.

"Beritahukanlah apa maksudmu itu"

"Kini kita adalah buronan, maka engkau menyerahkan jabatan ketua kepada Ceng Hi suthay itu agar tidak menyusahkan Go Bi Pay, bukan?"

"Betul." Thio Bu Ki mengangguk-

"BuKi Koko, apa rencanamu sekarang?" tanya Tio Beng perlahan.

"Mencari suatu tempat yang sepi, kita mengasingkan diri di tempat itu," sahut Thio Bu Ki.

"Bagaimana menurutmu?" "setuju." Tio Beng mengangguk

"oh ya, ada satu tempat yang sangat cocok untuk kita, bahkan tempat itu juga merupakan tempat kenangan kita."

"Aku tahu-" Thio Bu Ki tampak gembira sekali-"Yang engkau maksudkan itu pasti Peng Hwee To-" "Betul." Tio Beng mengangguk-

"sekarang mari kita berangkat ke pesisir utara, kita beli sebuah perahu di sana"

"Baik-" Thio Bu Ki manggut- manggut. lalu memacu kudanya ke utara.

Tujuh delapan hari kemudian, mereka sudah tiba di pesisir utara. Tio Beng membeli sebuah kapal, kemudian mereka berdua berlayar ke Peng Hwee To-

Akan tetapi, ketika kapal tersebut berada di Pak Hat (laut utara), mendadak terjadi badai, sehingga kapal itu terdampar di sebuah pulau yang kosong.

"Beng Moay..." ujar Thio Bu Ki sambil memandang pulau itu

"Tak disangka kita malah terdampar di pulau kosong ini."

"Untung kita tidak mati di Pak Hat."

Tio Beng menggeleng-telengkan kepala.

"Kapal kita telah rusak berat, maka kita tidak bisa berlayar ke pulau Peng Hwee To-"

"Tidak apa-apa-"

Thio Bu Ki tersenyum-

"Pulau ini indah sekali. Kita tinggal di pulau ini saja-"

"Baik-"

Tio Beng mengangguk sambil menatapnya dengan mesra-

Mereka berdua meloncat ke pulau itu, lalu berjalan ke dalam. Berselang beberapa saat kemudian, mereka melihat belasan burung Hong Hoang (burung Phoenix) beterbangan tidak begitu tinggi.

"Eh?"

Thio Bu Ki terlieran-heran.

"Dipulau ini kok terdapat burung Hong Hoang yang sudah langka?"

"Wah" seru Tio Beng girang. "Bukan main indahnya burung itu"

Tiba-tiba burung-burung Hong Hoang itu terbang merendah lalu hinggap di tanah, membuat Tio Beng gembira sekali, la berjalan perlahan-lahan mendekati burung-burung itu sungguh mengherankan, burung-burung itu sama sekali tidak takut kepadanya.

"Burung Hong Hong—" panggil Tio Beng sambil mendekati salah seekor burung tersebut, lalu membelai-belai kepalanya.

Burung itu mengeluarkan suara nyaring dan merdu, kelihatannya mereka girang sekali.

"Bu Ki Koko" seru Tio Beng. "Burung-burung ini sangat jinak kemarilah"

Thio Bu Ki segera menghampirinya, dan burung-burung itu tetap berada di tempat, sambil tersenyum Thio Bu Ki membelai-belai burung-burung tersebut.

"Beng Moay, kalau kita tinggal di sini akan ditemani burung-burung ini. Ha ha sungguh menyenangkan"

"Bu Ki Koko, bagaimana kalau pulau ini kita namai pulau Hong Hoang to?"

"Tepat." Thio Bu Ki manggut-manggut.

"Kita akan hidup tenang, damai dan bahagia di pulau ini."

"Bu Ki Koko," ujar Tio Beng sambil menundukkan kepala.

"Burung-burung itu menjadi saksi pernikahan kita di pulau ini."

"Betul."

Thio Bu Ki manggut-manggut dan menambahkan,

"Juga merupakan tamu kita. Ha ha ha..."

"Kita...." Wajah Tio Beng agak memerah-

"Kita... harus sembahyang kepada Langit dan Bumi." "Tentu." Thio Bu Ki mengangguk.

Mereka berdua lalu bersujud kepada Langit dan Bumi, setelah itu mereka pun bersumpah setia sebadai suami tsteri.

sejak itu, mereka berdua hidup bahagia di pulau tersebut dan apa yang terjadi di tionggoan, mereka tidak tahu sama sekali.


Pulau itu memang subur sekali. Buah apa pun terdapat di situ sebulan kemudian, Thio Bu Kipun mulai bercocok tanam.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar