Anak Berandalan Bagian 11

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Berandalan Bagian 11
Anak Berandalan Bagian 11

“Siauw Cap it-long, dengar ! Sim Pek Kun sudah berada ditanganku, berani main gila, kalian berdua akan mengalami kecelakaan yang lebih hebat... "

Suara To Siao Thian yang terakhir belum tertutup. tiba tiba ia mengeluarkan jeritan. Seperti ada ribuan tawon mengantuk punggungnya.

Menggunakan kesempatan baik, Sim PEk Kun menarikkan tangnnya. memukul kebelakang.

To Siao Thian tertusuk jarum jarum, terpukul olej Sim Pek Kun. terguling jatuh dimulut goa. Ia kini mengarah kebelakang.

Disana didepan To Siao Thian sudah berdiri seseorang, itulah Siauw Cap it-long. Dengan senyumnya yang mengejek Siauw Cap it-ong memandangi TO Siao Thian.

Korban pertama !

Sepasang mata To Siao Thian didelikkan seolah olah mau meletus keluar, ia menahan sakit dam membentak :

“Kau... kau sirampok besar... "

Siauw Cap it-long berkata :

“Kalau aku sudah menjadi seorang perampok besar, kau sekarang juga sudah menjadi perampok tolol, kau kira aku berada didalam goa, bukan ? Inilah kecerobohanmu. AKu tidak berada didalam, aku berada diluar goa.

* TIPU MUSLIHAT *

“Kau... kau... "

To Siao Thian masih belum mengerti, “Kau menggunakan senjata apa ?”

“Hanya jarum mas dari keluarga Sim yang biasa saja” Berkata Siauw Cap it-long. “Tentu saja jarum mas dari keluarga Sim yang mengandung unsur beracun”

Wajah To siao Thian berkerinyut, daging dagingnya berkerutukan, ia merintih sebentar, kepalanya toklek, untuk mengucapkan selamat tinggal kepada dunia.

Tubuh To Siao Thian jatuh menggeletak.

Tubuh Siauw Cap it-long juga terjatuh.

Sim Pek Kun terkejut, cepat cepat ia menubruk.membangunkannya, dan bertanya dengan suara merdu :

“Kau tidak apa apa? "

Siauw Cap it-long tertawa menyengai katanya :

“Ku usahakan sedapat mungkin, agar ia tidak jatuh, sebelum To Siao Thian menghembuskan napasnya yang terakhir. Aku berhasil, kalau saja aku jatuh dahulu, kita bisa celaka ...

Sim Pek Kun menghela napas, ia berkata: “Tidak kusangka, kau menggunakan jarum mas dari keluarga SIm tidak dibawahku "

Siauw Cap it-long menghela napas, ia berkata :

“Seseorang yang sudah hampir mengalami hari hari terakhirnya, apapun bisa saja dilakukan”

“Sesudah To Siao Thian jatuh menggeletak, tubuh itu tidak berkitik lagi”

Napas Siauw Cap it-long masih berlum teratur betul, sengal sengal, menengok kearah mayat To Siao Thian ia bergumam :

“Masih beruntung, kecurigaannya ia sangat hebat, kalau tidak, oh... "

Sim Pek Kun berkata :

“Biar kuseret manyatnya kedalam goa "

“Jangan! " berkata Siauw Cap it-long. “Mayat ini bisa digunakan sebagai umpan. Sangat baik untuk kita gunakan” “Masih hendak digunakan ?”

Siauw Cap it-long mengatupkan kedua matanya, ia sedang mengilmiah, dan perlahan lahan berkata :

“Orang kedua yang akan datang pasti adalah Thio Bu Kek”

Sim Pek Kun tidak mengajukan pertanyaan, dari mana Siauw Cap it-long bisa menduga kalau orang kedua yang bisa menemukan jejak mereka adalah Thio Bu Kek. Ia begitu yakin dan percaya, menyerahkan segala sesuatu kepada Siauw Cap it-long.

Tapi Siauw Cap it-long, sudah memberi keterangan lebih dahulu, katanya :

“Thio Bu Kek memiliki kecerdikan otak yang luar biasa, dan sifatnya juga licik cerdik, biasanya orang yang cerdik pandai ini selalu memiliki keistimewaan, itulah keistimewaan takut kepada diri sendiri. Takut dan bernyali kecil”

“Bagaimana kau harus menghadapi Thio Bu Kek ?” bertanya Sim Pek Kun.

Siauw Cap it-long berkata :

“Dalam selipan sepatuku terdapat pisau kecil, tolong keluarkan”

Pisau kecil itu sangat tajam, SIm Pek Kun mencobanya, dan ia berkata :

“Kau hebat ! Siapa yang sangka kau masih mempunyai simpanan didalam sepatu ?”

Siauw Cap it-long berkata :

“Aku lebih suka menggunakan pisau. Pisau itu bukan saja dapat digunakan untuk membunuh orang, juga serba guna”

“Aku mengerti " berkata Sim Pek Kun. “Pisau yang bagus harus bercahaya terang,s eperti intan dan berlian. kalau saja jatuh dalam tanganmu pasti kau bisa memuaskan”

Sim Prk Kun berkata :

“Dimasa aku kecil, aku tidak boleh menggunakan pisau. Karena pisau itu bisa berbahaya, bisa melukai jari ternyata disamping kejahatan kejahatan sang pisau pribadi bisa saja kita menggunakan pisau tersebut”

“Itulah kita telah melibatkan diri didalam satu kesulitan, pisau ini bisa banyak membantu”

“Bagaimana kau hendak menyuruh sang pisau membantu usaha kita ?”

SIauq Cap it-long menerima pisau tersebut dan berkata :

“Balikkan kepalamu kebelakang”

SIm Pek Kun masih menatap Siauw Cap it-long, ia berkata :

“Aku tidak perlu membalikkan kepala kebelakang. Apapun yang kau kerjakan, pasti saja betul. Mengapa harus membalikkan kepala ?”

Siauw Cap it-long mengelakan pandangan mata Sim Pek Kun, dengan pisaunya ditancapkan kedada mayat To Siao Thian, Sesudah itu baru memberi penjelasan :

“Dengan cara seperti itu, seolah olah To Siao Thian terbunuh mati secara depan berdepan. Thio Ku Kek bisa menduga sesuatu, ia harus berpikir pikir, sampai dimanakah ilmu kepandaianku ? Masih dalam keadaan terluka ? Atau sudah kuat bertempur lagi, maka sengaja kupasang keadaan yang seperti ini. Kalau Thio Bu Kek tahu, To Siao Thian mati tertusuk dari depan, tentu ia tidak berani dekat padaku "

“Ng... "

“Didepan itu ada dua baris pohon, sudahkah kau lihat ?” bertanya Siauw Cap it-long.

Sim Pek Kun berkata :

“Thio Bu Kek tentu takut kepadamu, karena kau sudah berhasil membunuh To Siao Thian dari depan. Tentu ia tidak berani mendekati. Tentu ia mengundurkan diri sehingga kearah dua baris pohon itu. Beginikah caramu ?”

“Hebat !” Siauw Cap it-long tertawa “kau telah mendapat pelajaran yang baik kemajuanmu juga cepat”

“Kemudian ?” bertanya Sim Pek Kun ” Kau bersembunyi dibalik ujung lain dari pohon pohon tersebut, disana daunnya lebih rimbun. TIdak mudah diketahui, kau berjongkok sebawah mungkin sudah mengarti ?”

“Mengerti” Siauw Cap it-long berkata : “Harus baik baik menggunakan kesempatan ini, sebelum ia sadar akan kelengahannya, jarum masmu itu harus bisa mengenainya”

Sim Pek Kun tertawa manis, ia berkata :

“Percayalah, dajur dari keluarga Sim bukan saja bisa digunakan untuk menyulam, ia lebih banyak kegunaannya untuk menyerang”

Siauw Cap It Long mengeluarkan elahan napas panjang, dengan tertawa ia berkata: “Inilah memberi umpan memancing ikan. Tidak takut ia sudah datang, yang kita takuti adalah kecurigaannya”

Menyambung kata kata Siau Cap It Long, tiba tiba terdengar satu suara lain: “Bagus! Memang tipu yang luar biasa”

Sim Pek Kun dan Siau Cap It Long saling pandang, wajah mereka berubah. Ternyata mereka berunding terlalu lama, musuh sudah tiba!

Siapa yang datang? Betulkah Thio Bu Kek?

Bukan! Orang yang datang, orang yang menggagalkan rencana Siau Cap It Long adalah Hay leng Cu.

Siau Cap It Long belum bisa menjadi dewa, betapa tepatpun perhitungannya tidak mungkin selalu memaksakan orang. Kadang kala, perhitungannya juga bisa mengalami kegagalan, seperti kejadian tadi, ia memperhitungkan kedatangan Thio Bu Kek, yang diluar dugaan, orang kedua yang berhasil menemukan jejak mereka adalah Hay Leng Cu! Bukan Thio Bu Kek!

Badan Sim Pek Kun menjadi dingin.

Hay Leng Cu menggunakan tudung hujan yang lebar, tangannya memegang pedang, berdiri tidak jauh dari Sim Pek Kun berada. hujan masih membasahi bajunya, membasahi badan Hay Leng Cu yang kurus kering.

Keadaan Hay leng Cu di tempat yang seperti itu, seolah lah setan dari akherat yang lari meninggalkan tempatnya, menggerayangi dunia manusia, mencari pengganti.

Sim Pek Kun tidak berani menatap Hay Leng Cu terlalu lama, berpaling kearah Siau Cap It Long, hendak meminta pendapat si jago berandalan.

Siau Cap It Long masih tertawa. Dengan dingin Hay Leng Cu bertanya: “Diluar dugaan, bukan? Tidak diduga akan kedatanganku?”

Siau Cap It Long berkata: “Kau kira diluar dugaan kita? Bah, sebetulnya sudah kuketahui lama, gerakkan kasak kusukmu yang bersembunyi disana. Sengaja kuberikan kepadamu, semua rencana rencana kita, kalau tidak bicara seperti ini, mana mungkin kau berani datang kemari?”

Suara Siau Cap It Long menandakan suaranya yang sangat girang, suara di dlaam keadaan yang wajar.

Sim Pek Kun hampir tidak percaya atas reaksi yang seperti ini. Wajah Hay leng Cu berubah sedikit. Sim Pek Kun hampir percaya, bahwa keterangan Siau Cap It Long itu adalah keterangan yang sejujurnya, keterangan dari hatinya yang asli.

Wajah hay leng Cu berubah, tapi langkahnya tidak segera terhenti, gerakkannya tidak cepat, juga tidak lambat. Setiap langkah kaki, dibarengi oleh irama pedang yang terayun. Gerakkan hampir tidak bisa tercela, sulit untuk menyerang orang yang membawakan sikap yang siap siaga.

Hay Leng Cu tidak mudah percaya kepada keterangan orang, ia tidak percaya kepada siapa yang dikatakan oleh Siau Cap It Long, tapi ia juga tidak percaya kepada matanya sendiri. Dalam keadaan yang luka parah itu, Siauw Tjap it-long tidak mempunyai kekuatan tempur, tapi ia tidak percaya, tidak percaya kalau Siauw Tjap it long itu mau menyerah dan mandah menerima cincangan.

Siauw Tjap it Long tidak bisa menunggu waktu, tidak bisa ditunggu lagi, waktu cepat berlalu. Dengan semua sisa kekuatan yang ada, Siauw Tjap it long menerkam.

Bagaikan seekor singa yang luka, terkaman itu sangat garang dan roboh di depan kaki Hay-leng-tju. Kekuatannya tidak menjakinkan, seperti sebongkah batu, djatuh di depan kaki Hay-leng-tju.

Sim Pek Kun mengeluarkan djeritan kaget.

Pedang Hay-leng-tju bergerak. Seperti pagutan ular, memagut dan menotok ke djalan darah Siauw Tjap-it-long.

Siauw Tjap-it-long tidak bisa mengelakkan datangnja serangan ini, meningkatkan badan, meraihkan tangan kanan, menjambak datangnya pedang Hay-leng-tju.

Tjresss... pedang itu mengenai telapak tangan Siauw Tjap-it-long, menusuk daging mengakibatkan pendarahan, cairan merah muncrat.

Wadjah Hay-leng-tju menyeringai puas, ia hendak menarik pedang itu, hendak ditusukkannya sekali lagi.

Dan di saat ini, Siauw Tjap-it-long membalikkan telapak tangan, dengan djarak dagingnja masih melekat, ia memegangi tajamnya pedang Hay-leng-tju.

Tentu sadja disertai dengan tenaga dalam.

Hay-leng-tju hendak berontak, tidak berhasil, tubuhnya menjadi limbung dan djatuh rubuh.

Djarum mas pencabut nyawa bertaburan di udara, dibarengi jatuhnya air hujan, mengurung Hay-leng-tju.

Reaksi Siauw Tjap it-long sangat cepat, melebihi siapa saja. Mengetahui kekuatannya lemah, mengetahui tidak ada daja kekuatan sendiri, dengan darah dagingnya dia menempel pedang Hay-leng-tju, dengan harapan bisa mendapat bantuan Sim Pek Kun.

Kalau saja Sim Pek Kun tidak bisa diajak kerja sama, membiarkan kesempatan itu lewat, celakalah mereka.

Yang mujur Sim Pek Kun telah mendapat pengalaman2, telah bisa menyerasikan keadaan, di saat itu juga ia menaburkan jarum mas pencabut nyawa dari keluarga Sim yang hebat.

Namanya tipu daya yang digunakan oleh Sim Pek Kun adalah Boan-thian-hia-ie yang berarti hujan jarum mas pencabut nyawa.

Nama tadi cocok dengan keadaan, jatuhnya Siauw Tjap it long di depan kaki Hay-leng-tju adalah untuk menghindari terkena salah satu jarum tersebut, inilah kesempatan baik.

Hay-leng-tju menggeram, melempar pedang, menjungkir balikkan badan. Tidak urung, tujuh batang jarum emas pencabut nyawa telah bersarang di dalam tubuhnya.

Sebuah belati yang mungil dan mulus turut bersarang di perut manusia jahat.

Siauw Tjap-it-long terlena di tanah, nafasnya semakin sengal2 ngos2an, air hujan masih memukul dirinya, tapi tidak dirasakan sakit lagi. Mungkinkah jujan sudah menjadi kecil, atau keadaan yang semakin lemah hingga tidak bisa merasakan adanya rasa sakit itu?

Sim Pek Kun berdiri ter-mangu2, matanya memandang ke arah majat Hay-leng-tju, hampir ia tidak percaya kepada kenyataan yang ada. Sukmanya hampir copot.

Siauw Tjap-it-long menggeser badan, berontak, ia sedang berdaja upaja untuk bangkit berdiri.

Kejadian ini mengejutkan Sim Pek Kun menyadarkan lamunannya, cepat2 ia lari memayang kedua tangan laki2 itu, dengan sabar ia berkata:

“Oh.... lukamu....”

Berapa banyak luka yang sudah mencacah tubuh Siauw Tjap-it long, darah menjadi satu dengan air hujan.

“Tidak jadi soal,” berkata Siauw Tjap-it-long, “Coba tolong bangunkan aku.”

“Lukamu begitu hebat,” berkata Sim Pek Kun. “Lebih baik... lebih baik kau berbaring saja.”

“Aku harus duduk. Aku harus bangun.” berkata Siauw Tjap-it-long. “Kalau tidak... maka aku terbaring untuk selama2nya...”

Hujan mulai mereda, kini hujan gerimis tapi masih belum berhenti.

Akhirnya Siauw Tjap-it-long bisa duduk bersila di tepian mayat Hay-leng-tju dan To Siao Thian, di sana ia membenarkan djalan peredaran darah.

Sim Pek Kun berdiri di sebelah, se-olah2 dunia ini tersedia untuk mereka berdua. Tidak ada tempat untuk dunia lainnya.

Siauw Tjap-it-long mengatupkan sepasang mata itu lama, tiba-tiba ia membuka dan berkata, “Thio Bu Kek, sudah lama kau datang, mengapa masih menyembunyikan diri ?”

Hati Sim Pek Kun tercekat, hampir ia lompat keatas, matanya menyapu kesekeliling tempat, ia tidak melihat ada bayangan Thio Bu Kek. Apa arti kata-kata Siauw Cap-it-long tadi ?

Beberapa saat berlalu, lagi-lagi Siauw Cap-it-long membuka suara :

“Thio Bu Kek, kau sudah berada disitu. Mengapa tidak keluar ?”

Kata-kata yang sama diulang sehingga empat kali.

Setiap kali memakan waktu beberapa menit, demikian sehingga ulangan keempat, betul betul Thio Bu Kek bisa dipancing keluar.

Langkah Thio Bu Kek bersikap tenang, tapi wajahnya memperlihatkan kecurigaan, keheranan. Dengan langkahnya yang begitu ringan, bagaimana Siauw Cap-it-long bisa mengetahui kedatangannya ?

Siauw Cap-it-long sudah membuka mata. Tapi tidak terarah ke tempat Thio Bu Kek. Ia tersenyum kecil dan berkata :

“Sudah kuketahui, kau pasti datang ditempat ini, yang berada diluar dugaan, mengapa kau datang ayal-ayalan, sehingga telah didahului oleh Hay-leng-cu.”

Thio Bu Kek melirik kearah mayat Hay-leng-cu yang menggeletak, wajahnya berubah. Mempelototkan mata memandang Siauw Cap-it-long, rasa tercengangnya semakin hebat.

Siauw Cap-it-long berkata :

“Jangan mendelikkan mata seperti itu. Hay-leng-cu dan To Siao Thian bukan mati dibunuh olehnya.”

“Bukan kau ?” bertanya Thio Bu Kek. “Siapa ? Siapa yang membunuh mereka ?”

“Aku sendiripun tidak tahu.” berkata Siauw Cap-it-long. “Baru saja mereka tiba disini, mendadak saja jatuh. Sesudah itu mati.”

Mata Thio Bu Kek berlikat-kilat, ia bertanya :

“Mereka datang untuk mati didepanmu ?”

“Ya.” berkata Siauw Cap-it-long. “Datanglah lebih dekat lagi. Lihat dan periksa saja luka mereka, maka kau bisa mendapatkan buktinya.”

Kata-kata ini menyebabkan reaksi yang lain. Thio Bu Kek tidak maju kedepan, tapi ia sudah mundur kebelakang, katanya marah :

“Mengapa harus dekat. Dari sini, aku juga bisa melihat adanya tanda-tanda kematian mereka.”

“Kau tidak percaya keteranganku ?” bertanya Siauw Cap-it-long.

Bibir Thio Bu Kek bergerak-gerak, tetapi tidak sepatah katapun yang keluar dari tempat itu.

Siauw Cap-it-long menghela napas panjang panjang, dengan membawakan sikapnya yang seperti sangat sedih, ia berkata.

“Tenagaku sudah habis, lukaku juga tidak ringan, aku hendak melarikan diri, tapi sudah tidak bertenaga lagi, bagaimana bisa membunuh orang ? Bagaimana bisa membunuh To Siao Thian tayhiap dan Hay-leng-cu yang menjadi jago pedang kenamaan dari Hay-lam-kiam-pay ?”

Thio Bu Kek masih diam, Ia hendak mengilmiah keadaan dan strategis kesempatan.

Siauw Cap-it-long berkata lagi :

“Sekarang aku sedang duduk disini. Menunggu ajal kematianku.”

“Menunggu ajal kematian ?” bertanya Thio Bu Kek ragu-ragu.

Siauw Cap-it-long tertawa getir, ia berkata :

“Mengapa harus bohong kepadamu ? Kalau kau datang lebih dekat lagi, menarik batok kepalaku. Kukira mudah saja dicopot. Aku sudah tidak mempunyai kekuatan untuk bertahan. Yang lebih hebat lagi, tidak ada yang bisa membantu usahaku. Jarum pencabut nyawa dari nona Sim Pek Kun juga sudah habis diobral. Inilah yang membuat lebih celaka !”

Sim Pek Kun hanya bisa mengeluh didalam hati, mengeluh secara gelisah sekali. Ia lebih mengerti, kata-kata Siauw Cap-it-long yang dikatakan itu adalah suara yang sejujurnya, mereka tidak mementingkan hidup, dia juga sudah kehabisan jarum pencabut nyawa.

Heran ! Mengapa Siauw Cap-it-long harus memberikan keterangan seadanya, sudah gilakah dia ?

Apa akibatnya, kalau Thio Bu Kek percaya kepada keterangan itu dan maju kedepan ?

Bah ! Runyam !

Kenyataan tidak seperti apa yang Sim Pek Kun bayangkan, langkah Thio Bu Kek bergerak, tapi bukan dia maju kedepan, kini mundur semakin jauh lagi.

Siauw Cap-it-long berkata :

“Kalau kau hendak membunuh diriku, inilah kesempatan terbaik. Mengapa kau harus membuang peluang waktu? Hayo !”

Tiba-tiba Thio Bu Kek tertawa berkakakan, entah apa yang ditertawakan olehnya, ia tertawa begitu besar, sampai air matanya meleleh dua tetes.

Siauw Cap-it-long berkata :

“Eh, inilah rasa kejantananmu? Mengeluarkan air mata, sebelum melakukan pembunuhan ?”

Sesudah Thio Bu Kek tertawa puas, ia berkata :

“Kalian berdua adalah lakon-lakon sandiwara yang baik. Permainan akrobat kalian juga hebat. Sangat realistis ! Sayang, aku tidak mempunyai pikiran otak yang seperti To Siao Thian, dan juga tidak mau disamakan dengan Hay-leng-cu.”

Siauw Cap-it-long bertanya :

“Masih tidak percaya kepada keteranganku ?”

“Aku tidak mau dijadikan kelinci percobaan. Aku tidak mengharapkan sebuah belati kecil yang tertancap diatas dadaku.”

“Sayang ! Sayang sekali !” berkata Siauw Cap-it-long. “Sayang sekali kalau kau membuang kesempatan yang baik dihari ini.”

“Terima kasih.... terima kasih.... terima kasih atas budi kebaikanmu.”

“Kau akan menyesal dikemudian hari.” berkata Siauw Cap-it-long.

“Lebih baik aku menyesal dikemudian hari, daripada harus menggeletak untuk selama-lamanya.” berkata Thio Bu Kek, tubuhnya melejit, mumbul keatas dan meluncur pergi. Meninggalkan Siauw Cap-it-long.

Siauw Cap-it-long berkata :

“Kalau kau sudah berhasil menemukan jawaban yang dianggap tepat, silahkan balik kembali, biar bagaimana, aku sudah tidak mempunyai kekuatan untuk lari !”

Suara Siauw Cap-it-long yang terakhir, tentu saja tidak bisa didengar oleh Thio Bu Kek. Karena disaat mana, bayangan Thio Bu Kek sudah lenyap tak terlihat.

Sesudah kepergian Thio Bu Kek, tulang-tulang Sim Pek Kun dirasakan menjadi lemas, ia jatuh dan terduduk ngeloso. Ia mengirim satu kerlingan mata yang menarik, dan berkata :

“Tidak kusangka. Thio Bu Kek bisa dikaburkan olehmu !”

Siauw Cap-it-long mengeluarkan elahan napas panjang, ia berkata :

“Aku sendiripun tidak menyangka, sebelumnya aku tidak mempunyai pegangan yang sangat kuat.”

“Tetapi, hampir saja aku jatuh pingsan karena kata-katamu tadi.”

“Beruntung hujan masih belum berhenti.” berkata Siauw Cap-it-long. “Thio Bu Kek belum bisa membedakan, yang mana keringat ketakutan dan yang mana butiran air hujan.”

“Hujan baik.” berkata Sim Pek Kun. “Air hujan membersihkan dirimu, membersihkan darahmu sehingga Thio Bu Kek tidak tahu bahwa kau telah banyak menderita luka.”

Mereka saling pandang, akhirnya mereka tertawa.

Sim Pek Kun bisa mengeluarkan suara lega, timbul rasa kantuknya, matanya terlalu sepet, letihnya tidak kepalang, sesudah melakukan perjalanan seorang diri, perjalanan yang belum pernah ditempuh selama hidup Sim Pek Kun. Akhirnya ia bisa berhasil menyelamatkan nyawa Siauw Cap-it-long.

“Hanya Lie Kang seorang yang belum datang.” bisik Siauw Cap-it-long.

Tentu saja Lie Kang belum sampai di tempat itu, Lie Kang salah jalan karena takut kalau rahasianya dibongkar oleh Siauw Cap-it-long, karena itu ia memisahkan diri. Memilih jalan yang lebar, itulah jalan salah. Juga berbeda dengan keadaan To Siao Thian, Hay-leng-cu dan Thio Bu Kek yang menuju jalan sempit. Satu persatu mereka berhasil menemukan Siauw Cap-it-long.

Lie Kang memilih jalan lebar ! Tentu saja harus berputar-putar.

“Kemanakah Lie Kang pergi ?” bertanya Sim Pek Kun

“Kukira ia tidak datang.” berkata Siauw Cap-it-long.

Lagi-lagi mereka berpandangan, tangan Sim Pek Kun meremas tangan Siauw Cap-it-long.

Sebagai seorang nyonya agung, sebagai seorang wanita yang pernah kawin, seharusnya Sim Pek Kun tidak berani melakukan gerakan itu. Tetapi, keadaan lain dari pada yang lain, keadaan sekarang adalah keadaan yang kritis, mungkin keadaan untuk terakhir kali pertemuan mereka.

Dimulut, mereka tidak mengucapkan kata cinta. Tapi hati mereka sudah terikat, mereka kepada penghidupan, mengapa tidak mengamprokkan lebih cepat dari apa yang keadaan ? Mengapa Siauw Cap-it-long bertemu Sim Pek Kun, sesudah Sim Pek Kun kawin dengan Lian Seng Pek ?

Mereka masing-masing berkata dalam hati, mengharapkan tidak hadirnya Lie Kang. Tapi hal itu tidak mungkin, cepat atau lambat, pasti Lie Kang bisa sampai ditempat mereka.

Biar bagaimana, Lie Kang tidak akan melepaskan kesempatan itu.

Dimisalkan Lie Kang tidak berhasil menemukan jejak mereka, bisakah Siauw Cap-it-long bertahan ? Didalam luka yang seperti itu ? Bisakah Siauw Cap-it-long memperpanjang umurnya ?

Luka Siauw Cap-it-long terlalu berat, sangat parah !

Melupakan keagungan seorang nyonya yang terhormat, Sim Pek Kun menoleh kesamping, perlahan-lahan ia berkata :

“Maksudku.... maksudku, agar kau bisa menyelami hatiku.”

“Aku bisa.” berkata Siauw Cap-it-long.

“Biar bagaimana,” berkata Sim Pek Kun mengertek gigi. “Aku tak akan menyesal lagi.”

Siauw Cap-it-long berdiam beberapa lama, beberapa saat kemudian ia berkata :

“Kalau kau mau, aku mempunyai cara untuk menghadapi Lie Kang.”

**********

Hujan masih belum habis. Menetes turun dari atas langit.

Lie Kang mengangkat tudung cekuknya, ia menyusut wajahnya yang basah. Sudah sebelah gunung dicari, tidak berhasil ia menemukan kedua buronannya. Ia hampir kecewa.

Disaat inilah ia menemukan Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun.

Siauw Cap-it-long celentang disana, Hay-leng-cu berada disebelah Siauw Cap-it-long, tangannya masih memegang pedang, pedang itu telah menusuk bagian selangkangan si jago berandalan.

To Siao Thian juga sudah menggeletak, berbeda dengan keadaan Hay-leng cu, tangan To Siao Thian masih memegang urat nadi Siauw Cap-it-long, dan lain tangannya menempuh di jalan darah Siauw Cap-it-long.

Sepintas lalu, dengan adanya tiga mayat yang bergelimpangan seperti itu, tentunya sudah terjadi pergumulan hebat, akhirnya sama-sama mati.

Beberapa langkah dari ketiga orang itu, tergeletak lain tubuh, itulah Sim Pek Kun.

Dada Sim Pek Kun masih bersembul naik turun, tentunya belum mati. Wajah nyonya itu pucat pasi, alisnya yang hitam panjang telah basah, bajunya juga basah, membungkus tubuhnya yang padat berisi.

Sepasang mata Lie Kang bentrok dengan tubuh montok itu, dan disanalah ia terpaku.

Sim Pek Kun seperti tertidur, seperti juga jatuh pingsan. Ia tidak tahu, bahwa sepasang mata liar sudah mengincar dirinya.

Berkelebat cahaya dimuka Lie Kang, terjadi sedikit perobahan, kini semakin lama semakin membara, memanasi seluruh tubuhnya. Melawan jatuhnya air hujan, seperti ada api yang sedang bekerja, napasnya menjadi sengal-sengal dan ia mengeluarkan suara desisan.

“Tidak percuma dia mendapat julukan ratu rimba persilatan.....”

Kata-kata ini dibarengi oleh terkamannya. Lie Kang sudah menubruk tubuh Sim Pek Kun yang montok dan berisi.

Badan Sim Pek Kun terasa gemetar.

Dengan napas yang sengal-sengal, Lie Kang menyobek baju depan nyonya itu, matanya semakin liar, semakin nakal....

Didalam keadaan seperti inilah tiba-tiba mata Lie Kang melotot, mendelik dan mengejang, desisan suaranya semakin lama semakin perlahan, akhirnya terhenti....

Dari mulut Lie Kang, meleleh keluar cairan darah merah.

Dada Lie Kang telah tertancap belati, tepat mengenai jantung dan uluhati, karena itulah kematiannya sangat cepat.

Sim Pek Kun mendorong pergi tubuh itu, rasa takutnya masih belum hilang, ia menggigil.

Sim Pek Kun masih belum bisa merasakan perobahan yang terjadi. Badan Lie Kang yang menubruk itu dari panas, menjadi hangat, akhirnya dingin, dingin dan membeku.

Korban Lie Kang adalah korban yang ketiga.

Siauw Cap-it-long berhasil membunuh orang yang hendak membunuh mereka.

*********

Sim Pek Kun melarikan diri, ia melarikan diri dari atas gunung, kini sesudah berhasil mengelakkan musuh-musuhnya, dengan memayang Siauw Cap-it-long, ia mulai turun gunung. Meninggalkan mayat Lie Kang, meninggalkan mayat Hay-leng-cu, dan meninggalkan mayat To Siao Thian.

Tidak mudah untuk mencapai gunung itu juga sulit untuk menuruni gunung. Luka Siauw Cap-it-long terlalu berat, mereka berjalan secara tergesa-gesa, walau tidak ada pengejaran. Tapi maut masih selalu mengincar.

Kini, Sim Pek Kun sadar, bahwa laki-laki sejati Lie Kang juga memiliki sifat kepuasannya. Selama perjalanan turun itu, tidak sekejap matapun keluar dari mulut Sim Pek Kun.

Siauw Cap-it-long juga tidak mengganggu kedatangan itu, mereka berjalan dengan tergesa-gesa.

Disaat ini, didalam rimba terdapat dua bayangan.

Kedua bayangan itu melesat dengan cepat.

Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun tidak tahu akan adanya dua bayangan tersebut.

Siapakah kedua bayangan itu ?

Mereka adalah Lian Seng Pek dan Thio Bu Kek.

Lian Seng Pek membiarkan isterinya menggandeng gandeng seorang laki lain, menghela napas panjang. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Tidak terjadi perobahan yang menyolok mata.

Berdiri di samping Lian Seng Pek adalah Thio Bu Kek, memperhatikannya segala perobahan si kongcu tersebut.

Beberapa saat kemudian, Thio Bu Kek bertanya.

“Saudara Lian Seng Pek, kau juga hendak mengejar mereka ?”

Perlahan-lahan Lian Seng Pek menggoyang kepalanya, dengan perlahan ia berkata :

“Kalau dia mau kembali kepadaku, cepat atau lambat, pasti dia kembali. Tapi kalau dia sudah tidak butuh diriku, diuber pun percuma saja.”

Thio Bu Kek bungkam. Dan disaat ini ia memperlihatkan senyumnya sinis, ia bergumam :

“Betul. Sim Pek Kun pasti kembali kepadamu. Tidak mungkin Siauw Cap-it-long bisa bertahan lama.”

SEBUAH TEMPAT YANG SANGAT AJAIB

_______________________________

Sesudah melewati bukit tanah itu, mereka akan berjalan di dataran luas.

Siauw Cap-it-long membekap mulutnya, membekap batuk yang hampir tidak tertahan.

Mereka telah melakukan perjalanan di dalam keadaan sakit.

Dengan penuh perhatian, Sim Pek Kun bertanya :

“Kau lelah ? Istirahat dulu, ya ?”

Siauw Cap-it-long bergoyang kepala, tapi disaat inilah tubuhnya roboh, tangan yang dibekap ke mulut juga terpentang, tangan itu telah bercucuran darah.

Sim Pek Kun berteriak kaget, cepat-cepat membangunkan Siauw Cap-it-long.

Disaat ini juga, kepala Sim Pek Kun menjadi puyeng, terasa dunia berputar, semakin lama semakin hebat, akhirnya ia juga roboh, roboh diatas badan Siauw Cap-it-long. Roboh tidak sadarkan diri lagi.

Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun jatuh tidak sadarkan diri.

***************

Orang pertama yang sadarkan diri adalah Siauw Cap-it-long !

Begitu pikirannya bisa dikasi bekerja, segera ia mencari jejak Sim Pek Kun.

Usaha itu tidak percuma, Sim Pek Kun tertidur disebelahnya.

Yang aneh, mereka tidak berada dirumput-rumput pegunungan, mereka tertidur di sebuah tempat tidur yang empuk, tempat tidur yang bersih.

Tempat tidur itu adalah tempat tidur nomor satu, bisa digunakan oleh dua orang. Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun tertidur sama-sama.

Tempat tidur itu disertai dengan seprei putih, rapih dan bersih, terdapat juga kelambu putih, dengan sulam-sulaman berpinggiran benang emas aneka ragam yang menarik.

Mereka juga tidak mengenakan pakaian yang basah kuyup, pakaian itu sudah tiada, mereka mengenakan pakaian tidur yang bersih, baju tidur yang terbuat dari kain halus.

Tiba-tiba Siauw Cap-it-long mendapatkan dirinya sudah berada disuatu tempat yang sangat misterius.

Mereka berada dalam impian ?

Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun tertidur ditempat tidur yang sangat bersih. Itulah ruangan yang sangat mewah.

Tempat istana raja ?

Didepan mereka terdapat sebuah meja, meja emas, dan emas murni, diatas meja ada lilin, disekitarnya ada pajangan, terbuat dari batu batu pualam.

Siauw Cap-it-long mengkerut kepala, siapakah yang menjadi pemilik istana ini ? Ruangan ditempat dimana mereka berada adalah ruangan terindah yang pernah dialami olehnya.

Tempat itu lebih kaya dari seorang hartawan, mungkinkah berada didalam istana raja ?

Siauw Cap-it-long berkedip-kedip beberapa kali, ia tidak pernah mengimpi, terlebih-lebih impian dalam khayalan.

Perlahan-lahan Siauw Cap-it-long meninggalkan tempat tidur, ia berusaha sedapat mungkin, agar tidak membangunkan Sim Pek Kun.

Tentu saja, hal ini untuk menghindari kerewelan. Kalau saja Sim Pek Kun sadar dan mengetahui, ia tidur bersama seorang laki-laki yang bukan menjadi suaminya, kecanggungan mereka sulit dilepaskan.

Berindap-indap, Siauw Cap-it-long meninggalkan tempat tidur.

Diluar kamar itu, terdapat lorong panjang, lorong yang disertai dengan permadani mahal. Memeriksa luka-lukanya, luka itu sudah sembuh. Keanehan terjadi !

Bagaimana lukanya bisa sembuh begitu cepat ?

Karena ia sudah tertidur. Karena sudah ada orang yang menyembuhkannya.

Siapa orang yang menolong mereka? Dengan obat apa berhasil menyembuhkan luka-luka yang begitu cepat ? Dengan alasan apa mau menolongnya ?

Pertanyaan pertanyaan yang terlalu banyak.

Diatas pintu terukir oleh ukiran emas, disana tergantung dua gelang, berwarna kuning, itulah mas murni.

Siauw Cap-it-long mendapatkan dirinya didalam satu dunia khayalan.

BONEKA DAN ISTANA BONEKA

________________________

Ruangan ini tidak terlalu besar. Tiada banyak isi, hanya sebuah meja besar yang menghiasi ruangan. Meja ini sangat besar, hampir memakan setengah ruangan dari tempat yang ada.

Diatas meja itu berdiri beberapa boneka, mereka berada didalam rumah boneka.

Inilah rumah-rumahan, rumah-rumahan yang terindah.

Didalam khayalan anak pembesar manapun tidak mungkin bisa menemukan rumah-rumahan seindah seperti apa yang ada diatas meja ini.

Rumah-rumahan itu terbuat dari bahan bahan yang mirip. Gentengnya terbuat dari tanah liat merah, dan untuk genteng kacanya, terbuat dari kaca pula. Seolah-olah istana raja, istana boneka.

Mengelilingi rumah-rumah itu, terdapat taman-tamanan yang sudah diremajakan.

Pada taman kecil yang indah molek itu tertanam pohon siong, terdapat rumput, jembatan kecil, kali kecil, gunung-gunungan kecil, tempat istirahat kecil, semua serba kecil.

Disela-sela rumput-rumput kecil itu terdapat juga seekor kancil kecil, sangat hidup didalam bentuk mungil. Terdapat kelinci, burung bangau dan menjangan, semua serba kecil.

Pohon-pohon itu rindang dan hidup, bunga-bunganya segar, terdapat harum semerbak.

Semua serba kecil, semua serba menarik.

Binatang-binatang yang terbuat dari batu, tapi hidup, seolah-olah kalau kita panggil, mereka bisa segera menerima panggilan itu dan berlari hidup.

Siauw Cap-it-long memusatkan perhatiannya di tempat rumah istirahat, genteng warna merah, kayu hijau, dan terpasang meja batu. Diatas meja batu terpasang papan catur, dua orang sedang bercatur. Dua orang itu adalah dua orang kakek tua, mengenakan pakaian dan topi.

Sebuah sungai kecil mengalir, melewati bangunan tempat istirahat yang sedang digunakan bermain catur.

Seorang yang disebelah timur adalah seorang tua yang berpakaian coklat, dia sedang memusatkan pikirannya pada papan catur, alisnya dikerutkan, seolah-olah sedang memikirkan perobahan situasi yang sangat sulit.

Seorang yang berbaju hijau mencuci kaki, tangannya baru dilepaskan pegangan, ia melirik kearah orang-orangan kecil yang berbaju coklat, dengan memperlihatkan senyum emosinya. Suatu tanda bahwa set kemenangannya berada dipihaknya.

Dua orang-orangan kecil ini sangat hidup. Alis mereka, pakaian mereka terbuat dari bahan yang sangat mahal. Cocok dan Khas.

Pemandangan diatas meja itu membuat orang kesima, membuat orang mengkerutkan kepala.

Tidak jauh dari bangunan tersebut terdapat lain bangunan rumah terlalu indah, lebih tepat kalau disebut istana.

Itulah istana boneka !

Didalam istana boneka terdapat duapuluh tujuh ruangan.

Ruangan besar, ruangan samping, ruangan tempat tidur, ruangan tamu, ruangan gudang, dan ruangan dapur serta lain-lainnya.

Dari jendela, tiap orang bisa memperhatikan keadaan ruangan dalam ruangan itu.

Didalam sebuah ruangan terdapat serba menakjubkan.

Meja dan kursi kursi terbuat dari emas, perak, pualam dan intan berlian terbikin dengan mungil.

Disetiap ruangan dari rumah boneka dikompliti dengan segala yang menurut contoh aslinya.

Bantalan-bantalan tempat duduk terbuat dari kapas, kecil dan mungil.

Bangku-bangku dan meja-meja dapur terbuat dari kayu yang diplitur, hanya diperkecil beberapa kali dari aslinya.

Betul-betul menakjubkan !

Didalam ruangan tamu, berduduk dua orang, seolah-olah sedang menunggu panggilan tuan rumah, seorang berambut gondrong dan bermuka bopeng, seorang lagi tidak gondrong, tapi mempunyai muka panjang lonjong seperti muka seekor keledai.

Orang-orangan ini sangat kecil dan mungil. Hidup. Seolah-olah manusia yang disusutkan.

Dua orang gadis pelayan sedang memasuki ruangan tamu itu, seorang sedang membawa baki minuman, seorang lagi sedang menyingkap tirai pintu, siap menyuguhkan kepada kedua tamu kecil itu.

Dua cangkir minuman yang sebesar kancing terbuat dari porselen asli.

Kedua boneka pelayan itu memperlihatkan senyumannya yang tidak memandang mata, karena mereka tahu bahwa sang majikan tidak mengindahkan tamu-tamunya.

Kedua anak-anakan kecil ini adalah dayang dayang dari raja istana boneka.

Mata Siauw Cap-it-long dialihkan ke ruangan lain. Inilah ruangan tempat tidur dari istana boneka itu.

Majikan dari rumah kecil ajaib sebangsa raja, dia sedang tertidur, bersembunyi dibalik selimutnya. Entah impian muluk apa yang dikenang kembali, dia baru mendapat pemberitahuan tentang kedatangan kedua tamunya, seolah-olah hendak turun berdiri.

Empat orang-orangan kecil yang berpakaian seperti dayang sudah siap melayani raja itu, seorang diantaranya, sedang memegang kopiah kebesaran, seorang lagi sedang membawakan baju berpinggiran emas, seorang sedang mengipas-ngipas, seorang sedang berjongkok, membersihkan sepatu.

Majikan dari yang punya rumah boneka ajaib itu berwajah putih, tidak berkumis, sangat keren.

Dia sebangsa raja atau bangsawan kaya.

Dari ruangan timur, Siauw Cap-it-long berganti ke lain bagian. Inilah ruangan dapur, seorang koki kecil tampak seperti sedang repot, membuat persiapan untuk makanan pagi sang majikan.

Dunia boneka yang tersedia di atas meja itu sungguh hidup dan menarik, sangat memikat hati Siauw Cap It Long.

Tidak ada sesuatu yang bisa dicela. Siauw Cap-it-long menghela napas panjang, ia mengoceh :

“Majikan yang seperti ini sungguh hebat sekali.”

Dari dua puluh tujuh ruangan didalam rumah boneka hanya satu yang kosong. Ruangan lainnya terdapat anak-anak kecil, mereka adalah gadis-gadis yang berparas cantik, ada yang sedang memetik gitar, ada yang sedang membaca buku, ada yang menyulam, ada yang bersisir, dan ada juga yang bermalas-malasan, ada yang terbaring di tempat tidur, ada juga yang belum bangun.

Entah ahli seni pahat dari mana yang bisa menciptakan begitu indah? Sungguh sungguh dunia boneka terindah.

Diluar istana boneka itu terdapat lorong, tidak jauh dari situ adalah ruang buku, terdapat tumpukan kitab-kitab, diantaranya terdapat juga bau wangi, sepercik dupa wangi sedang dibakar.

Siauw Cap-it-long bukan anak-anak lagi, tapi menghadapi dunia boneka yang begitu indah, tanpa disadari, sukmanya terbetot masuk. Ingin sekali ia bisa menyusutkan diri, menyesuaikan ukuran ukuran boneka, memasuki rumah dunia boneka.

Sedang Siauw Cap-it-long termangu-mangu dibelakangnya terdengar suara deburan napas, ia ketahui kalau Sim Pek Kun itu juga sudah sadarkan diri.

Wajah Sim Pek Kun pucat pasi, ia terkejut menyaksikan keadaannya ditempat itu. Tapi rasa terkejutnya hilang sama sekali, manakala ia bisa menyaksikan adanya dunia boneka yang cantik dan molek itu.

Matanya berkelip-kelip, menyaksikan keindahan-keindahan dari orang-orangan yang sangat kecil.

Lama sekali Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun terpekur, akhirnya sang ratu rimba persilatan berkata.

“Sungguh rumah yang sangat indah. Kalau saja betul-betul ada rumah yang seperti ini, dan bisa beristirahat beberapa hari, tentu sangat memuaskan.”

Siauw Cap-it-long tertawa, memandang kearah patung-patung kecil itu, rumah-rumah kecil, binatang-binatang kecil dan segala sesuatu yang serba kecil terpasang diatas meja, ia tertawa.

Sesudah itu berkata :

“Sayang sekali, tidak ada seorang dukun pun yang bisa menyusupkan tubuh kita memasuki tempat ini.”

Siauw Cap-it-long, menunjukkan jarinya ke rumah-rumahan kecil.

Sim Pek Kun menoleh, memandang Siauw Cap-it-long menatapnya beberapa saat, ia bertanya :

“Kita orang masih hidup?”

Perlahan-lahan Siauw Cap-it-long menganggukkan kepala dan berkata :

“Ya. Kita masih hidup.”

Suara ini tidak banyak, tapi cukup berkesan. Mengandung unsur-unsur harapan.

Setiap manusia memiliki sifat-sifat yang tidak mengenal cukup, demikian juga keadaan Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun. Mereka bisa sembuh mendadak, mereka ditolong orang secara ajaib, dan kini mereka masih mengharapkan sesuatu yang lebih ideal.

Siapakah orang yang menolong mereka ? Siapakah yang memiliki istana boneka hidup itu ?

Seseorang manusia yang masih hidup pasti memiliki angan-angan yang jauh dan panjang.

Lama sekali mereka menyelami diri kedalam rumah-rumahan kecil yang indah dan mungil itu, akhirnya Sim Pek Kun menundukkan kepala dan bertanya :

“Kau yang membawa aku ketempat ini ?”

Ia sangka Siauw Cap-it-long yang memberi pertolongan

Tapi Siauw Cap-it-long pun tidak tahu, siapa tokoh silat yang menolong mereka. Karena itu ia menjawab pertanyaan sang ratu rimba persilatan :

“Disaat aku sadarkan diri, kita sudah berada ditempat ini.”

Sim Pek Kun bertanya :

“Tahukah kau, dimana kita berada ?”

“Belum tahu.” jawab Siauw Cap-it-long.

Sim Pek Kun menolehkan kepala, melirik ketempat boneka boneka dan bertanya :

“Kukira kita telah ditolong oleh seseorang tokoh silat luar biasa, tokoh ajaib yang mempunyai banyak harta kekayaan, dan kesukaannya juga aneh, maka ia bisa memiliki dunia boneka yang begitu indah.”

“Kalau bukan seorang ajaib, tidak mungkin bisa menyediakan boneka-boneka yang sangat ajaib.”

Sim Pek Kun berkata :

“Kita sudah ditolong. Mengapa membiarkan kita begini saja?”

Siauw Cap-it-long belum menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba terdengar satu suara yang garing merdu berkata :

“Karena majikan kami tidak ingin mengganggu ketenangan tuan dan nyonya.”

Kata-kata ‘Tuan dan nyonya’ keluar dari suara orang itu, seolah-olah suara yang menyinggung, anggapnya Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long itu sebagai suami isteri.

Seorang gadis pelayan dengan pakaian warna putih, dengan wajah berbentuk telor, dengan rambut yang hitam jengat memasuki ruangan mereka, gadis pelayan inilah yang menjawab pertanyaan.

Tubuh gadis ini sangat ramping, disaat tidak tertawa, tampak sikapnya yang keras kepala. Seolah-olah seorang gadis dingin, tapi disaat dia tersenyum, tertawa, tampaklah dua baris giginya yang putih, begitu lemah gemulai, menarik dan memikat.

Kedua pelipisnya tinggi, tapi tidak banyak mengganggu kecantikan. Disinilah letak gairah yang lebih hebat, lebih banyak dan lebih mudah memikat hati laki-laki, bisa mendebarkan hati insan non sejenis.

Gadis pelayan ini tidak bisa dikatakan cantik, tapi berdiri didepan mereka, daya tariknya hebat, kalau saja tidak disertai Sim Pek Kun disana, semua kekuatan magnit berada pada gadis pelayan tersebut.

Sim Pek Kun tidak berani mendongakkan kepala, tidak berani memandang gadis pelayan itu.

Tapi si gadis pelayan memperhatikan Sim Pek Kun, dari atas kepala sehingga ujung kaki, dan dari ujung kaki naik pula sehingga dari atas kepala.

Seorang wanita yang cantik lebih tertarik kalau melihat adanya lain wanita yang lebih cantik.

Penilaian wanita kepada seorang wanita lebih hebat daripada penilaian seorang pria. Sesudah puas membikin penilaian kepada Sim Pek Kun, baru pelayan itu memandang dan menoleh kearah Siauw Cap-it-long.

Gadis pelayan tersebut, bukanlah seorang pemalu, tapi disaat sinar matanya bentrok dengan sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long yang besar, mau tidak mau, sepasang sinar mata si gadis pelayan dikalahkan, tunduk kebawah.

Dengan kemalu-maluan gadis pelayan itu berkata :

“Nama hamba Siok siok, khusus mendapat perintah untuk melayani kebutuhan tuan dan nyonya.”

Lagi-lagi sebutan tuan dan nyonya, dalam keadaan seperti itu mengartikan bahwa Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun itu sudah menjadi suami isteri.

Sim Pek Kun menundukkan kepalanya rendah-rendah, dengan harapan Siauw Cap-it-long bisa memberikan keterangan.

Tapi Siauw Cap-it-long tidak menolak panggilan dan sebutan seperti itu.

Terdengar si gadis pelayan yang bernama Siok siok berkata lagi :

“Kalau nyonya membutuhkan sesuatu, suruh hamba yang melakukan.”

Siauw Cap-it-long berkata :

“Boleh aku bertanya ?”

“Hamba akan menjawab menurut apa yang hamba tahu.” berkata pelayan yang bernama Siok siok itu.

Siauw Cap-it-long berkata :

“Kita sangat berterima kasih kepada majikanmu yang memberi pertolongan, tapi sehingga saat ini kita belum tahu siapa nama dan kependekaran orang yang menjadi majikanmu itu.”

Siok siok berkata :

“Kongcu kami sedang berburu, tanpa disengaja, dia telah menemukan kalian dan menolongnya.”

Siauw Cap-it-long mengangkat kepala.

Gadis pelayan yang bernama Siok siok itu berkata lagi :

“Biasanya kongcu kami tidak mau usilan. Tapi kalian adalah sepasang kekasih yang begitu sepadan, rasa cinta kalian telah membangunkan perasaan kongcu kami. Disaat kalian sudah tidak sadarkan diri, tangan kalian masih gandeng bergandeng, sulit berpisahan .....”

Wajah Sim Pek Kun menjadi merah jengah. Ia lebih malu.

Masih beruntung, Siauw Cap-it-long bisa mengatasi kecanggungan itu, ia berkata :

“Siapa dan bagaimana nama sebutan majikanmu ?”

Siok siok menjawab pertanyaan itu :

“Ia she Thian, kami yang menjadi hamba tidak tahu nama aslinya, kami hanya menyebutnya Thian kongcu.”

“Thian kongcu ?”

“Ya. Thian kongcu.”

“Disamping itu tidak ada sesuatu yang bisa kau jelaskan lagi ?”

“Hanya ini yang bisa hamba beritahukan.”

Siauw Cap-it-long bertanya :

“Bisakah kita bertemu dengan Thian kongcu ?”

“Bisa saja. Tapi......” Siok siok tidak meneruskan kata-katanya.

“Tapi apa ?” tanya Siauw Cap-it-long.

“Sekarang sudah jauh malam. Ia sudah tidur.”

Baru sekarang, Siauw Cap-it-long melihat titik-titik keanehan rumah bangunan ini, didalam rumah tidak ada jendela. Ada cahaya terang, karena terpasang lampu-lampu pada dinding kamar-kamar dan ruangan.

Siok siok berkata :

“Thian kongcu bisa mengetahui kalau tuan dan nyonya bukan manusia biasa, lebih dari pada biasa, ilmu kepandaian tuan dan nyonya tentu sangat tinggi, dipesannya wanti-wanti, agar kami, orang-orang yang menjadi hambanya, harus baik-baik melayani.”

Siauw Cap-it-long tertawa tawar dan berkata :

“Ilmu kepandaian tinggi ? Ah...... kalau kita memiliki ilmu kepandaian tinggi, mana mungkin begini terlantar sampai seperti ini.”

Perlahan-lahan Siok siok berkata :

“Tuan telah menderita luka di enam tempat, dua luka luar, empat luka dalam. Luka-luka diluar masih bisa diberi mengerti, tapi empat luka-luka dalam itu adalah luka-luka hebat, seperti terpukul oleh ilmu pukulan Batu Remuk atau Kim Kong Ciang. Inilah pukulan keras, kalau orang biasa yang dipukul sekali, sudah pasti mati. Tuan bisa bertahan, kalau tidak memiliki ilmu kepandaian tinggi, mungkinkah nasibnya yang terlalu baik ?”

Mata Siauw Cap-it-long berkilat, ia tertawa dan berkata :

“Oh ! Kalau begitu, kau memiliki pandangan mata hebat. Tentu juga seorang jago silat.”

“Kami hanya hamba-hamba dari Thian kongcu. Mana bisa dikatakan sebagai jago silat ?”

“Kalau tidak memiliki ilmu kepandaian silat, bagaimana tahu, kalau aku terpukul oleh ilmu kepandaian Batu Remuk atau pukulan Kim Kong Ciang ?”

“Aku sering mendengar mereka mengucapkan kata-kata itu.” Berkata Siok siok.

Untuk mengelakkan sesuatu, Siok siok segera berpamit, meminta diri dan berjalan pergi.

Siauw Cap-it-long tidak menahannya dan juga tidak memanggilnya.

Baru sekarang Sim Pek Kun berani melirik, ia mengajukan pertanyaan dengan suara perlahan :

“Bagaimana penilaianmu atas gadis itu ?”

“Tidak jelek, juga tidak tolol.” berkata Siauw Cap-it-long.

Sim Pek Kun berkata :

“Bukan saja tidak jelek, lebih dari pada itu, ia juga cantik. Dari adanya hamba yang seperti gadis tadi, kubisa menduga, penghuni rumah ini adalah orang yang bagaimana.”

Siauw Cap-it-long berkemak-kemik, tapi ia tidak mengemukakan pendapatnya itu.

Sim Pek Kun berkata lagi :

“Penghuni rumah ini seperti mengandung sesuatu yang misterius, penuh keajaiban, apa maksudnya menolong kita ? Bermaksud baik atau jahat ?”

Siauw Cap-it-long mempaparkan kedua tangannya. Inilah tanda tidak tahan.

“Aku haus.” berkata Sim Pek Kun

“Bersabarlah.” berkata Siauw Cap-it-long. “Aku juga haus. Tapi kita harus waspada. Belum diketahui maksud majikan gadis pelayan yang bernama Siok siok itu. Kita harus berhati-hati.”

“Betul ! Kita harus berhati-hati. Mungkin dia mengandung sesuatu maksud yang tidak baik.”

Disaat ini, tiba-tiba terdengar suara Siok siok : “Kalau Thian kongcu mempunyai maksud tidak baik, tuan dan nyonya tidak bisa hidup sampai sekarang.”

Entah dari mana munculnya, gadis pelayan itu balik kembali.

Ternyata lorong jalan disertai dengan permadani-permadani tebal. Maka gerakan Siok siok yang lincah dan ringan tidak menimbulkan suara. Secepat itulah ia sudah berada didepan kedua tamunya.

Sim Pek Kun menjadi jengah, malu kepada diri sendiri, menundukkan kepala.

Siok siok telah membawakan dua cangkir minuman, dengan senyumnya yang riang, ia berkata :

“Atas perintah Thian kongcu, tuan dan nyonya mendapat suguhan teh ajaib. Menurut ceritanya, teh ajaib adalah asal mula teh cap botol. Bibit dari sorga. Bisa menambah kekuatan, dan mempunyai keajaiban.”

Sim Pek Kun mengkerlip-kerlipkan mata.

Siok siok melirik kearah Sim Pek Kun dan berkata :

“Tapi kalau ada orang yang menaruh curiga dan tidak mau meminum sumbangan tehnya, kita juga tidak memaksa.”

Siauw Cap-it-long berkata :

“Jiwa kami telah ditolong oleh Thian kongcu, dimisalkan teh minuman ini mengandung racun, aku juga pasti meminumnya.”

Betul-betul Siauw Cap-it-long membawakan sikapnya yang berani, ia mengangkat cangkir teh dan menenggaknya cepat.

Siok siok menghela napas, ia berkata : “Pantas kongcu kami menjunjung tinggi kepala kalian. Dengan adanya keberanian ini sudah cukup membuktikan betapa hebat nyali tuan.”

Diperhatikannya bagaimana Sim Pek Kun meminum pemberian teh itu.

Tentu saja sesudah Siauw Cap-it-long mengeringkan teh minuman tersebut, tidak adalah alasan bagi Sim Pek Kun untuk menolak.

Dia menenggak juga !

Tiba-tiba.........

Siauw Cap-it-long jatuh menggeloso, dan mengikuti gerakan itu, Sim Pek Kun juga jatuh ditanah.

Dua-duanya tidak sadarkan diri.

Siok siok memperhatikan senyumnya yang misterius, dengan suara merdu ia berkata :

“Sudah kukatakan, teh ini mempunyai keajaiban yang luar biasa, segera kalian bisa mengimpikan keajaiban itu. Aku tidak menipu kalian.”

MENJADI MANUSIA BONEKA ?

Cara-caranya orang tidur itu terdapat aneka macam. Cara-cara siuman juga bukan satu macam, disaat kita sudah sadarkan diri, sesudah melakukan pekerjaan yang sangat letih, mendapat waktu istirahat yang cukup, kita bisa menikmati kepuasan itu.

Disaat kita bangun dari tidur yang nyenyak, tampak matahari pagi menyorot di jendela, dan bersama-sama orang yang dikasihi disamping sisi, inilah siuman yang menyegarkan.

Ada juga rasa yang tidak enak.

Sesudah kita sadar dari menenggak minuman keras atau dibangunkan secara paksa, didalam keadaan kaget, cara itu tidak enak sekali.

Biasanya orang yang bangun dan sadarkan diri, sesudah mendapat cekokan obat tidur, orang itu bisa pening kepala, terasa menjadi pusing, kepalanya dirasakan sangat berat, dan ada juga yang bisa merasa mau muntah.

Berbeda dengan keadaan-keadaan itu, Siauw Cap-it-long bangun dan sadarkan diri didalam keadaan yang enteng dan ringan, seperti terapung, rasanya nyaman dan segar.

Sim Pek Kun tertidur disebelahnya, tidur dengan nyenyak.

Seperti menghisap ganja, perasaan hati Siauw Cap-it-long diombang-ambingkan kebahagiaan, belum pernah terjadi rasa yang seperti ini.

Rasa ini segera menjadi kenyataan, tidak lama kemudian, Siauw Cap-it-long bisa melihat adanya tumpukan buku-buku.

Semua ruangan penuh dengan tumpukan buku-buku, dan sesudah itu ia melihat adanya tempat perapian pembakaran dupa.

Asap mengepul tipis-tipis, dupa itu adalah dupa ternama dari dupa Long-yan-siang.

Perlahan-lahan Siauw Cap-it-long tampak bangun, maka kini dia bisa melihat, diatas meja terdapat alat-alat tulis, alat-alat tulis model kuno.

Dan dia juga bisa melihat sebuah lukisan yang terkenal, itulah lukisan yang mengandung sejarah. Lukisan kecil didalam istana boneka yang kini sudah diperbesar.

Hati Siauw Cap-it-long tercekat, seolah-olah ia bisa merasakan sesuatu yang tidak beres. Bulu-bulunya menggerinding bangun, seperti direndam air es.

Istana boneka yang diperbesar ? Atau dia yang diperkecil ?

Beberapa lama ia berdiri didepan meja itu, berkerut alis dan membalikkan badan.

Bangunan ini terdapat jendela, jendelanya cukup besar, tidak jauh.

Menerobos pemandangan diluar jendela, matahari sedang menyorot memasuki tempat itu.

Cahaya matahari menyinari jembatan lengkung, air sungai dibawah jembatan itu berkilat-kilat mengalir.

Tidak jauh dari jembatan, terdapat bangunan tempat istirahat. Dalam bangunan itu ada dua orang yang sedang main catur.

Seorang tua berbaju coklat sedang bertopang dagu, sebatang kail pemancing terletak disebelahnya. Lain tangannya memegang biji catur, masih ragu-ragu, dimana harus diletakkan biji catur itu.

Seorang tua berbaju hijau tertawa-tawa memandang lawannya, ia agak bangga atas hasil yang gemilang, ia berada didalam situasi kemenangan.

Pemandangan inilah yang membuat hati Siauw Cap-it-long semakin menjadi tercekat, kedua orang tua itu adalah anak-anakan yang pernah dilihat didalam taman impian boneka.

Kepala Siauw Cap-it-long dirasakan seperti berputar, hampir ia tidak bisa bertahan bangun.

Bisakah percaya kepada sepasang matanya ?

Diluar jendela rumput yang menghijau keliwat bagus, angin sepoi-sepoi bertiup, membawakan harum semerbak dari bunga-bunga yang mekar.

Sepasang menjangan lompat keluar dari rumpun pohon-pohonan, seolah-olah terkejut karena di jendela ada orang yang mengintipnya. Sesudah itu, sepasang menjangan tadi lenyap kembali.

Mainan yang hidup ?

Diluar taman itu terdapat tembok tinggi, memisahkan pandangan mata.

Tapi, diluar bangunan tinggi itu seperti terdapat poci arak, dan tidak jauh dari poci arak terdapat dua cawan teh.

Itulah cawan teh yang digunakan oleh Siok siok, diminum oleh Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun.

Cawan arak yang bisa dipegang dengan dua jari. Kini, cawan arak tersebut telah berubah, berubah menjadi lebih besar dari sebuah bangunan rumah.

Siauw Cap-it-long bukanlah seorang yang mudah mengalami getaran jiwa, tapi apa yang disaksikan telah membuat ia sangat terkejut. Kedua tangannya gemeteran, kakinya menjadi lemas, keringat dingin mulai membasahi dirinya.

Sim Pek Kun sedang menghembuskan napasnya panjang-panjang, sang ratu rimba persilatan baru siuman.

Cepat-cepat Siauw Cap-it-long membalikkan badan, hendak menutupi pemandangan diluar jendela.

Gangguan-gangguan yang menekan penderitaan batin Sim Pek Kun sudah terlalu hebat kalau sampai dikejutkan lagi oleh kegaiban ini, wanita itu bisa mengalami gegar otak.

Dengan maksud baik, Siauw Cap-it-long harus berusaha, agar Sim Pek Kun tidak merasakan keanehan yang terjadi.

Keanehan itu terlalu ajaib, hampir saja Siauw Cap-it-long menjadi gila, kalau tidak mempunyai iman yang cukup kuat.

Sim Pek Kun mengucek-ucek kedua matanya, ia mengajukan pertanyaan :

“Eeeeh, bagaimana kita bisa berada disini ? Tempat apa pula ini ?”

Siauw Cap-it-long memperlihatkan senyuman terpaksa, ia tidak tahu, bagaimana harus menjawab pertanyaan Sim Pek Kun.

Sim Pek Kun menghela napas dan berkata :

“Kulihat Thian kongcu itu seorang tokoh ajaib luar biasa aneh. Ia sudah menolong kita, dia tidak mempunyai maksud untuk mencelakakan kita, mengapa harus memberi obat bius ? Mengapa mengambil kita ketempat ini ? Tidak bisakah mengajak bersama-sama saja ?”

Senyum Siauw Cap-it-long semakin dipaksakan, semakin sulit memberi jawaban.

Sim Pek Kun menatap wajah laki-laki itu, kini ia bisa melihat perobahan wajah Siauw Cap-it-long yang aneh.

“Eh ?” bertanya Sim Pek Kun. “Mengapa kau ? Tidak enak badan ?”

“Oh...... oh...... bukan.” berkata Siauw Cap-it-long, “hanya sedikit keanehan.”

DIDALAM RUMAH BONEKA

____________________

Siauw Cap-it-long berusaha agar Sim Pek Kun tidak mengetahui keajaiban yang sudah mereka alami. Tidaklah mungkin, kalau mengatakan ada sesuatu obat yang bisa menyusutkan manusia, menyusutkan dua orang menjadi dua boneka kecil.

Tapi perobahan-perobahan wajah Siauw Cap-it-long itu tidak bisa mengelabui Sim Pek Kun, ia menoleh dengan heran, mengikuti apa yang menjadi keanehan itu.

Wajah Sim Pek Kun berubah, tertegun dan terbelalak, perlahan-lahan ia menggeser sinar matanya, memperhatikan ruangan dimana mereka berada.

Mereka telah berada disebuah kamar buku, seluruh isi ruangan itu adalah kitab-kitab tebal, catatan-catatan dan aneka macam buku-buku.

Dengan memaksakan dirinya, Siauw Cap-it-long berkata :

“Kukira Thian kongcu takut kita kesepian, sengaja mengantar ketempat ini, simpenan buku disini cukup untuk melewatkan waktu sampai lima tahun. Lima tahun membaca buku.”

Mulut Sim Pek Kun berkemak-kemik, bibirnya berubah matang, tangannya gemetaran, mendadak saja dia menyerobot ke jendela, mendorong tubuh Siauw Cap-it-long.

Apa yang bisa disaksikan ?

Jembatan melengkung, air yang beranak sungai, dua orang tua yang sedang main catur.....

Sim Pek Kun mengeluarkan suara jeritan, tubuhnya roboh, lagi-lagi ia jatuh pingsan.

Asap dipendupaan sudah tidak mengepul, suatu tanda bahwa dupa itu telah terbakar habis.

Hati Sim Pek Kun masih belum bisa ditenangkan.

Lama sekali kemudian, ia membuka suaranya perlahan, “Inilah tempat yang kita saksikan tadi, Istana Boneka!”

“Ngng…” Siauw Cap-it-long hanya bisa menganggukkan kepala.

“Sekarang, kita berada di dalam Istana Boneka?” bertanya Sim Pek Kun.

“Ngng…” Siauw Cap-it-long memberikan jawaban serba guna.

Dengan suara gemetar, Sim Pek Kun bertanya, “Tapi… bagaimana kita bisa menyusut diri? Kedua orang tua itu adalah boneka2 mati, bagaimana bisa hidup dan bergerak?”

Siauw Cap-it-long mengeluarkan suara elahan nafas panjang. Inilah kesulitan yang tidak bisa dipecahkan. Keajaiban yang pertama kali ditemukan.

Tidak seorangpun dari otak manusia yang bisa percaya kepada kenyataan itu, seseorang bisa disusutkan menjadi sekecil boneka, boneka hidup.

Bibir Sim Pek Kun menjadi biru, gemetaran.

Ia berusaha menggigit bibirnya, mulai berdarah, inilah suatu tanda ia masih hidup di dalam kenyataan, bukan hidup di dalam impian.

Dengan tertawa getir, Siauw Cap-it-long berkata, “Baru saja kita katakan kehendak kita yang hendak bermain di dalam rumah boneka. Tidak disangka, impian itu menjadi kenyataan.”

Sim Pek Kun sudah kehilangan pegangan sendi hidup, menarik tangan Siauw Cap-it-long dan berteriak, “Lekas! Lekas kita lari meninggalkan tempat ini.”

“Lari kemana?” bertanya Siauw Cap-it-long.

Sim Pek Kun tertegun.

Lari kemana? Kemana mereka bisa melarikan diri?

Sim Pek Kun menundukkan kepala, setetes air mata menjatuhi tangan Siauw Cap-it-long.

Tiba-tiba… tok… tok…

Terdengar suara pintu diketok.

“Siapa?”

Pintu tidak terkunci, seorang gadis pelayan berbaju merah berjalan masuk, Sepasang matanya berputar, inilah boneka gadis pelayan yang khusus menyediakan minuman untuk tamu2 rumah boneka.

Gadis pelayan ini juga termasuk seorang boneka, kini telah berubah berdarah daging, ia menjadi manusia hidup.

Siauw Cap-it-long menatapnya tajam2 sehingga membuat si gadis pelayan itu merasa malu. Memberi hormat dan berkata, “Majikan kami memberi perintah, agar hamba bisa mengajak tuan dan nyonya untuk makan bersama.”

Tidak sepatah kata keluar dari mulut Siauw Cap-it-long, ia mengikuti gadis pelayan itu berjalan keluar.

Di dalam keadaan yang seperti itu, pertanyaan tiada guna.

* * *

Melewati lorong ruangan, mereka sudah berada di ruangan besar. Di ruangan itu terdapat tiga orang yang sedang ber-cakap2, satu adalah tuan rumah, inilah Raja Boneka dari Istana Boneka.

Kedua orang lainnya adalah 2 boneka yang dilihat pernah menjadi tamu, seorang berkepala besar berambut gondrong dan mempunyai wajah bopengan.

Ketiga wajah ini pernah dilihat oleh Siauw Cap-it-long, tapi Siauw Cap-it-long melihat wajah2 mereka di saat mereka menjadi boneka2 mati, kini sudah mempunyai darah dan daging. Mereka sama2 hidup.

Siauw Cap-it-long hidup bersama-sama dengan para boneka kecil di dalam Istana Boneka!

Di saat Siauw Cap-it-long berjalan masuk, ketiga orang itu bangkit dari tempat duduknya.

Orang yang menjadi raja istana boneka bangkit berdiri, berkata, “Selamat hidup bersama kita!”

Yang di kanan berambut gondrong, mukanya bopeng. Yang di kiri tinggi besar, mukanya panjang seperti kuda, tangannya kapalan, tentu memiliki kekuatan tenaga dalam hebat.

Kedua orang ini berupa orang2 kasar, tapi mengenakan pakaian yang mewah.

Mereka juga menyambut dengan gembira, “Selamat bertemu!” sapanya kepada jago berandalan kita.

Kedatangan Siauw Cap-it-long telah disambut oleh ketiga orang itu, mereka bangkit satu tanda penghormatan. Siauw Cap-it-long membalas hormat itu.

“Silahkan duduk!”berkata tuan rumah.

Suaranya seperti perempuan, bau harum semerbak menyerang hidung, orang ini seperti banci.

Raja wadam?

Siauw Cap-it-long duduk di tempat yang sudah tersedia.

Tidak lama kemudian datang para pelayan yang membawa makanan, si rambut gondrong yang bermuka bopengan berkata, “Jangan malu2, makanan tersedia untukmu.”

Sudah ber-duduk2, tuan rumah boneka mengajukan pertanyaan, “Bagaimana sebutan tuan yang mulia?”

“Siauw Cap-it-long,” berkata orang yang ditanya.

“Mari kuperkenalkan, saudara ini adalah saudara Lui Bie.” Tuan rumah boneka menunjuk si rambut gondrong yang bermuka bopeng dan menunjuk pula orang yang bermuka panjang seperti kuda, ia berkata, “Inilah saudara Liong Kui.”

Hati Siauw Cap-it-long tergerak, ia bertanya, “Saudara Liong Kui? Dengan gelar Pendekar Kuda Semberani Liong-tayhiap?”

Orang yang bermuka panjang seperti kuda membungkukkan badan, ia menjawab, “Itulah gelar yang kawan2 berikan.”

Siauw Cap-it-long menoleh ke arah rambut gondrong yang bermuka bopengan, yang disebut bernama Lui Bie itu, ia bertanya, “Tuan Lui Bie ini tentunya adalah tuan Lui Bie dengan gelar Pendekar Tikar Terbang?”

“Kami sudah lama tidak berkelana di rimba persilatan,” berkata Lui Bie tertawa. “Tidak disangka, tuan masih mempunyai ingatan begitu baik.”

“Siapa yang tidak kenal kepada Pendekar Kuda Semberani dan Pendekar Tikar Terbang? Dua jago silat kenamaan dari jaman silam? Tiga belas tahun yang lalu, sesudah terjadi peperangan yang besar di gunung Thian-san, nama djiwi berdua menjadi buah tutur orang.”

Sepasang sinar mata Lui Bie berkilat, ia menjadi bangga, tapi tidak lama ia bersedih juga. Dengan menghela nafas berkata, “Itulah kejadian yang telah usang, sekarang mungkin nama kita sudah hampir dilupakan orang.”

Pada tiga belas tahun yang lalu, kedua pendekar ini dengan tangan kosong pernah menempur tujuh pendekar dari gunung Thian-san. Tanpa menderita luka dan cedera, dan itulah benar2 prestasi yang hebat!

Siauw Cap-it-long berkata, “Sesudah peperangan di gunung Thian-san, jejak djiwi berdua tidak berbekas lagi, para jago memperbincangkan, tidak ada yang bisa menduga kemana kepergian djiwi berdua.”

Wajah Lui Bie semakin suram, dengan tertawa menyeringai ia berkata, “Bukan orang lain saja yang tidak menduga, kami sendiripun tidak bisa menduga terjadi sampai di sini.” Sesudah itu ia meneguk araknya, mengeringkan minuman tersebut.

Tuan rumah boneka juga menghela nafas, ia berkata, “Di sini sudah bukan umat manusia lagi, siapa saja yang sampai di tempat ini hilang harapan hidupnya.”

Sepasang tangan Siauw Cap-it-long dirasakan menjadi dingin, ia bertanya, “Ini bukan tempat dunia? Mungkinkah…?

Wajah tuan rumah boneka memperlihatkan kemurungan juga, ia berkata, “Di sini hanya ada kehidupan boneka.”

Siauw Cap-it-long juga terbelalak, tertegun di tempat. Lama sekali, dengan dipaksakan, dengan memberanikan diri bertanya, “Dunia boneka?”

Tuan rumah itu menganggukkan kepala, ia berkata, “Tidak salah, hanya dunia boneka.”

Tertawa sebentar, ia menyambung keterangannya, “Apa bedanya dunia boneka dan dunia manusia? Manusia hidup seperti impian, sama juga dengan boneka.”

Lui Bie berkata, “Di dalam dunia manusia, orang itu dipermainkan oleh yang berkuasa. Dan disini, kita dimainkan oleh orang.”

Sekujur tubuh Siauw Cap-it-long terasa semakin dingin, ia bertanya, “Cungcu, bagaimana sebutanmu yang mulia?”

Tuan rumah itu menjawab dengan kata-kata murung. “Aku menetap di sini sudah lebih dari dua puluh tahun. Mana ingat nama asliku? Mereka menamakan aku sebagai Raja Boneka, panggil saja dengan sebutan itu.”

“Tapi...”

Bagian 11 Selesai
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar