Anak Harimau Bagian 41

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Harimau Bagian 41

Bagian 41

Karena curiga, secara diam-diam kukuntit jejaknya itu, tapi agar jejakku tidak diketa-hui Si Yu gi, maka aku tak berani menguntit terlampau dekat, karenanya setelah dia ma-suk ke dalam Ong bong, aku tidak mengeta-hui ke mana perginya Si Yu gi tersebut.

Waktu itu aku menjadi amat gelisah se-hingga segera melompat naik ke atas seba-tang pohon besar untuk memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu, namun bayangan tubuh Si Yu gi seolah-olah lenyap ditelan bumi, lama sekali tak berhasil kutemukan jejaknya, karenanya akupun berkesimpulan bahwa Si Yu gi masih tetap berada di dalam kompleks tanah pekuburan ini.

Karena itulah secara diam-diam aku duduk di atas ranting pohon sambil menunggu, sampai matahari condong ke barat belum juga kutemukan Si makhluk bertanduk tung-gal Si Yu gi menampakkan diri lagi.

Dan pada saat itulah, tiba-tiba kudengar suara gemerincingan nyaring berkumandang dari balik kuburan...

Mendengar sampai di situ Lan See giok tahu bahwa suara itu berasal dari suara rantai pintu rahasia yang sedang dibuka oleh ayahnya, selain itu diapun menyimpulkan bahwa Si Yu gi sedang memasuki lorong ra-hasia barunya sambil secara diam-diam meneruskan galiannya.

Setelah berhenti sejenak untuk menarik napas, Oh Tin San berkata lebih lanjut:

"...waktu itu aku merasa sangat kehe-ranan, tapi bersamaan dengan berhentinya suara gemerincingan tersebut, tiba-tiba dari sebelah kiri kuburan besar itu muncul se-orang lelaki setengah umur yang memakai jubah panjang berwarna kuning.

Seluruh rambut orang itu telah beruban, dia memakai ikat kepala berwarna biru, hanya dikarenakan dia berdiri membela-kangiku, maka tidak kuketahui siapakah dia.

Menanti orang itu membalikkan badannya, aku baru merasa terkejut sehingga hampir saja terjatuh dari atas dahan pohon, ternyata orang itu berwajah tampan dengan kumis menghiasi atas bibirnya, hehh... hehhh... hehh... rupanya orang ini bu-kan lain adalah Lan Khong tay yang selama banyak tahun ini menyembunyikan diri,

Tak terlukiskan perasaanku waktu itu, se-lain kaget juga gembiranya bukan kepalang, di dalam keadaan begini aku sudah melupa-kan Si Yu gi yang memasuki kuburan terse-but tadi, namun dari keadaan Lan Khong tay yang baru berusia empat puluh tahun, na-mun dalam sepuluh tahun saja rambutnya telah beruban semua, dapat disimpulkan bahwa dalam hatinya tersimpan banyak ma-salah yang memusingkan kepalanya .... "

Berbicara sampai di situ, Oh Tin San ber-henti sejenak seraya memandang sekejap ke seluruh arena ....

Si Cay soat, Siau cian, Oh Li cu maupun Tok Nio-cu semuanya lagi mendengarkan dengan seksama .....

Si naga Sakti pembalik sungai sedang membelalakkan matanya pula mendengarkan penuturan tersebut.

Demikian juga keadaan siau thi gou, mata-nya melotot besar sekali ...."

See giok berdiri dengan air mata berlinang membasahi pipinya, bibir yang terkatup ken-cang nampak membentuk satu lingkaran busur ....

Sedangkan Hu yong siancu mendongakkan kepalanya memandang kegelapan di angkasa, sedang butiran air mata satu demi satu ber-cucuran keluar tiada habisnya, bibir yang pucat pias tak bisa menahan gemetar yang berlangsung tiada hentinya. Maka Oh Tin san pun berkata lebih jauh:

"Waktu itu aku sadar bahwa kepandaian yang kumiliki masih bukan tandingan Lan Khong tay, karena itu aku tak berani berisik apalagi menimbulkan suara, sampai Lan Khong tay sudah melangkah keluar dari hu-tan siong, aku baru berani melayang turun dari tempat persembunyianku,

Ketika kudekati kuburan tersebut, baru kujumpai dibagian belakangnya terdapat se-buah pintu, tapi aku tak berani memasuki-nya secara gegabah, sebab aku tahu istri Lan Khong tay, Ki lu lihiap Ong Yan hoa juga ter-masuk seorang jago silat yang berilmu silat sangat hebat...

Sampai aku memasuki kuburan itu secara diam-diam, baru kujumpai dalam kuburan ini selain sebuah lentera diatas meja, ter-nyata tidak kujumpai siapapun ...

Pada saat itulah, tiba-tiba dari arah pintu kuburan berkumandang datang suara ujung baju yang terhembus angin.

Aku menjadi amat terperanjat dan cepat-cepat menyembunyikan diri di bawah meja, kemudian kulihat ada seseorang melayang datang, ternyata dia adalah si gurdi emas peluru perak Lan Khong tay yang barusan keluar kuburan.

Lan Khong tay masuk dengan tergesa gesa sehingga sama sekali tidak memperhatikan jika aku lagi bersembunyi di bawah meja, dia lalu menuju ke atas meja besar untuk me-ngambil senjata gurdi emasnya, aku merasa inilah kesempatan terbaik untuk bertindak, maka secepat kilat kulepaskan sebuah pu-kulan dahsyat yang ternyata persis bersarang di pusarnya.,..

Mendengar sampai di sini, air mata ber-campur darah bercucuran ke luar dari balik mata Lan See giok, sambil menggertak gigi pelan-pelan ia menghampiri Oh Tin San lagi, kesepuluh jari tangannya yang di pentangkan lebar-lebar kedengaran berbunyi gemerutu-kan nyaring. Sebaliknya Hu yong siancu ma-sih tetap mengangkat kepalanya sambil me-mandang kegelapan malam, sambil menahan rasa sedih di hatinya, ia berkata lirih:

"Teruskan ceritamu itu ......

Oh Tin San memandang sekejap wajah See giok yang semakin mendekati tubuhnya itu, dengan wajah memucat dan menggertak gigi keras-keras, dia meneruskan:

"Seketika itu juga Lan khong-tay mende-ngus tertahan dan mundur tiga langkah de-ngan sempoyongan, memanfaatkan peluang emas ini, kusarangkan sebuah pukulan lagi ke arahnya, dan kali ini persis menghajar dadanya..."

Belum selesai dia berkata, tiba-tiba terde-ngar Lan See giok berteriak keras, dia mun-tahkan darah segar dan tubuhnya roboh ter-jengkang ke atas tanah, namun bersamaan waktunya dia melontarkan pula sepasang telapak tangannya ke depan.

Suatu ledakan keras segera berkumandang memecahkan keheningan, percikan darah memancar ke mana-mana, hancuran daging beterbangan diangkasa tubuh Oh Tin San telah terhembus oleh angin serangan itu hingga meluncur sejauh puluhan kaki lebih dari tempat semula.

Semua orang menjadi terkejut dan buru-buru menghampiri Lan See giok yang jatuh pingsan itu, hanya Hu yong siancu seorang masih tetap berdiri tak bergerak sambil me-ngawasi angkasa.

Tampaknya si naga Sakti pembalik sungai telah berhasil pula mengendalikan luka yang dideritanya, bersama Siau thi gou, mereka memburu pula ke depan.

Siau cian, Cay soat dan Oh Li cu bertiga bersama sama membangunkan See giok dari atas tanah, ada yang memanggil engkoh Giok ada pula yang menjerit adik Giok, suasana menjadi kalut tidak karuan .....

Walaupun si naga Sakti pembalik sungai belum pernah bersua muka dengan Tok Nio-cu, agaknya diapun sudah mengetahui akan asal usul perempuan ini, dengan suara lemah katanya kemudian:

"Nona Be, harap kau segera memukul jalan darah Mia bun hiat di tubuh Lan siauhiap keras-keras!"

Selesai berkata, dia meneruskan langkah-nya mendekati Hu yong siancu yang masih berdiri termangu.

Pada dasarnya pengalaman yang dimiliki Tok Nio-cu memang amat luas, dia tak lebih cuma dibikin bingung oleh isak tangis Siau cian bertiga saja, setelah mendengar peri-ngatan dari si naga sakti pembalik sungai, serta merta dia menarik Siau thi gou dan Oh Li cu agar menjauh ....

setelah itu perempuan tersebut berjongkok di sisi pemuda tadi dan mengerahkan tenaga dalamnya untuk memukul jalan darah Mia bun hiat di tubuh pemuda tersebut.

Tapi Lan See giok masih tetap memejam kan matanya rapat-rapat, sama sekali tak ada gejala dia telah mendusin.

Tok Nio-cu tidak tahu kalau Lan See giok telah berhasil melatih ilmu memindahkan jalan darah, melihat pemuda tersebut belum juga menunjukkan suatu gejala akan mendu-sin saking gelisahnya dia sampai bermandi-kan keringat dingin.

Pads saat itulah, tiba-tiba terdengar si naga sakti pembalik sungai berteriak kaget "Aaaah. nona Cian kau cepat kemari!"



Siau-cian segera menerjang ke depan de-ngan kecepatan tinggi, dijumpai ibunya ma-sih memandang ke atas dengan sorot mata kaku. tampaknya perempuan inipun sudah jatuh tak sadarkan diri,

Dengan perasaan gugup gadis itu segera menjerit keras.

"Oooh ibu----!

Diiringi isak tangis yang ramai, ia memeluk tubuh Hu yong siancu erat-erat.

Menyusul kemudian bayangan marah berkelebat lewat Si Cay soat telah menerjang pula ke depan, dengan cepat nona ini menotok jalan darah Jin-tiong-hiat di hidung Hu- yong siancu disusul menabok jalan da-rah Mia-bun hiat nya,

Hu-yong siancu segera menghembuskan napas panjang dan sadar kembali dari ping-sannya, ia tertunduk sedih, air matapun ber-cucuran membasahi wajahnya, dibimbing oleh Siau-cian, pelan-pelan ia duduk diatas tanah.

Dalam suasana yang serba kalut inilah. tiba-tiba....

Suara pekikan nyaring berkumandang dari balik dusun situ, kemudian tampak sesosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa meluncur datang, kearah mana bebe-rapa orang itu sedang berdiri,

Si naga sakti pembalik sungai yang me-nyaksikan peristiwa- tersebut menjadi amat terkejut. dia tahu pendatang bukan seorang jago silat biasa, maka dengan perasaan ce-mas, bercampur gelisah dia berseru keras.

"Cepat, cepat kalian sadarkan kembali See giok.. cepatan sedikit...."

Baik Tok Nio-cu maupun Oh Li-cu, mereka sudah melihat betapa gawatnya situasi yang dihadapi, namun meski kedua orang itu su-dah berusaha untuk menguruti jalan darah di tubuh See giok, anak muda tersebut belum juga sadarkan diri.

Di dalam kekalutan, akhirnya Si Cay-soat menyadari apa gerangan yang telah terjadi sekali, lagi dia melayang turun di sisi See giok, kemudian secara beruntun dia melan-carkan lima buah serangan berantai.

Barulah setelah termakan kelima pukulan itu, See-giok menjerit keras dan sekali lagi memuntahkan darah segar.

Dalabm pada itu. Siaju-cian telah megm-bimbing ibunyba duduk bersila diatas tanah, ketika melihat jelas wajah si pendatang itu. tanpa terasa dia menjerit kaget:

"Aaaah. Say nyoo-hui yang telah datang!"

Tok Nio-cu dan Oh Li cu sama-sama merasa terkejut. namun kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini masih terlalu cetek sehingga ketajaman mata mereka be-lum dapat melihat dengan jelas apakah orang ini adalah Say Nyoo-hui sungguh atau bu-kan.

Bahkan si naga sakti pembalik sungai serta Si Cay soat pun belum mampu melihat de-ngan jelas paras muka si pendatang itu, ber-beda sekali dengan Siau cian yang telah mi-num Leng sik giok ji dalam jumlah banyak, tenaga dalamnya telah memperoleh kema-juan yang amat pesat---"

Tidak heran kalau beberapa orang itu ma-sih menyangsikan kebenaran dari ucapan Siau-cian.

oooOooo

BAB 32

Gerakan tubuh si pendatang itu benar-benar sangat cepat, di dalam waktu singkat dia sudah berhenti dua kaki dihadapan orang-orang tersebut, benar juga, ternyata orang itu adalah Say Nyoo hui, istri 0h Tin san.

Diam-diam si naga sakti pembalik sungai sekali ini merasa terkejut, sudah setahun la-manya Say Nyoo hui berdiam di pulau Wan san. kenyataannya tenaga dalam yang dia miliki telah peroleh kemajuan yang demikian pesat. hal tersebut kontan saja mening-katkan kewaspadaan dari beberapa orang itu

Say nyoo hui masih tetap mengenakan pakaian merah dengan celana panjang, di pinggangnya memakai ikat pinggang kem-bang kembang, sedangkan dipunggungnya menggembol sepasang golok burung hong yang diberi pita merah dan hijau pula.

Baru saja berdiri tegak, perempuan itu segera menyunggingkan senyuman dingin diatas wajahnya yang penuh berkeriput itu, kemudian dengan angkuh dia memandang sekejap seluruh arena.

"Hmmm, tidak heran kalau lonio menubruk tempat kosong. rupanya kalian manusia-manusia yang hampir mampus telah berkumpul semua disini" jengeknya dingin.

Oh Li cu yang melihat kemunculban Say- nyoo huji tak tahan laggi segera berserbu.

"Ibu, anak Cu berada disini--."

Belum habis seruan itu, Tok Nio-cu dengan kening berkerut dan mata melotot besar telah melangkah maju ke depan menghampiri Say Nyoo hui. tubuhnya kelihatan gemetar keras,

Semenjak melihat raut wajah Tok Nio-cu, Say Nyoo hui sudah merasakan keadaan tak beres, namun dia percaya kepandaian silat yang dimilikinya sekarang amat hebat, karena itu kehadiran Tok Nio-cu sama sekali tak dipandang sebelah matapun olehnya.

Akan tetapi setelah di jumpai batok kepala yang hancur lebur diatas tanah serta tiga sosok mayat dari kedua tosu dan seorang lelaki kekar itu, paras mukanya kontan berubah hebat,

Ketika Oh Li cu melihat Tok Nio-cu sama sekali tidak berbicara bahkan meneruskan langkahnya mendekati lawan, dia tahu de-ngan segera bahwa orang yang menghabisi nyawa Ibu kandungnya dulu bisa jadi adalah Say nyoo hui ini,

Berpikir demikian, hatinya menjadi sakit, dendam, menyesal dan malu. berbagai perasaan yang berkecamuk menjadi satu di dalam benaknya, tak dapat dibendung lagi air matanya segera jatuh bercucuran membasahi wajahnya.

Sementara itu. Say nyoo hui Gi Ci hoa te-lah berhasil menguasai diri dengan cepat, wajahnya berubah menjadi menyeringai amat mengerikan. Setelah memandang sekejap kearah Hu yong siancu dan Lan See giok yang masih duduk bersila diatas tanah, ia berseru keras.

" Siapa ... siapakah yang telah membunuh anak murid Si to cinjin serta Lam hay-koay-kiat?"

Suasana tetap hening. semua orang me-mandang kearah Say-nyoo hui dengan pan-dangan sinis dan tak kedengaran sedikit suara pun yang memberi jawaban.

Menyaksikan hal ini. Say nyoo hui semakin gusar lagi. dia mengira semua orang sudah menaruh perasaan takut kepadanya, ditam-bah lagi kehadiran Hu yong siancu dan Lan See giok yang masih bersila diatas tanah, disangkanya mereka berdua telah terluka ditangan tosu tua tersebut, hal mana mem-buat dia semakin tidak memandang se-belah matapun terhadap beberapa orang itu.

Dengan kening berkerut diapun berpaling ke arah Tok Nio-cu. kemudian bentaknya keras-keras.

""Siapa kau? Aprakah kau ingin zmencari kematiawn buat diri senrdiri----?"

Waktu itu Tok Nio-cu telah mempersiapkan dua buah pukulan dengan disertai tenaga penuh yang siap dilontarkan ke tubuh Say nyoo hui...ia telah bertekad untuk menghabisi nyawa si pembunuh ibunya ini dalam serangan mana.

Maka menghadapi pertanyaan lawan, ia tertawa dingin seraya serunya dengan penuh kebencian..

"Siapakah aku. aku yakin kau sudah me-ngetahui dengan jelas, bayangkan saja piau-su Be Yu liang serta Mao Kim go dari Juan tiong, maka kau akan segera tabu siapakah diriku yang sebenarnya."

Berubah hebat paras muka Say nyoo hui atas jawaban ini, sambil membentak nyaring tiba-tiba ia memutar sepasang pergelangan tangannya,

Dua cahaya tajam berkelebat lewat dan tahu-tahu berubah menjadi segulung bukit golok yang langsung menerjang ke tubuh Tok Nio-cu..

Oh Li cu menjadi amat terkejut melihat kejadian ini, saking kagetnya dia sampai menjerit lengking.

Ditengah bentakan nyaring kembali tam-pak cahaya merah berkelebat lewat, diantara kilatan sinar pedang, Cay Soat telah mener-jang pula ke depan dengan kecepatan luar biasa.

Tampaknya Tok Nio-cu sama sekali tidak menyangka kalau Say nyoo hui akan mele-paskan serangannya secara tiba-tiba, tubuhnya segera berkelebat mundur sejauh lima langkah kemudian tangannya diayun-kan berulang kali ...

"Sreeeet. sreeeet!

Dua batang panah pendek langsung mele-sat ke udara dan menembusi bayangan golok

"Traaaang, traaaangg-- !"

Panah-panah pendek itu seketika terpental ke udara. tapi Si Cay soat telah keburu me-nyambar tiba dengan jurus "membantai hong mencabut bulu" pedang Jit hoa kiam nya se-cepat petir membabat masuk ke balik baya-ngan golok yang membukit itu.



Sesungguhnya Say Nyoo hui berniat mem-bunuh Tok Nio-cu dengan suatu serangan kilat, siapa tahu dari tengah jalan muncul seorang Thia Kau kim yang menghalangi niatnya.

Tahu-tahu saja dia merasa cahaya pedang lawan berkelebat lewat, hawa desiran dingin sudah muncul di depan mata.

Dalam hati kecil nya diapun berpekik,

"Aduuuh celaka...."

Serta merta, dia menghentikan gerak ter-jangannya ke depan sambil menarik kembali sepasang goloknya, namun gerak serangan pedang lawan terlampau cepat, ia sudah tak sempat lagi untuk menghindar kan diri ---

"Triing. traaang, triing, traanggg-- -"

Letupan bunga api memercik ke udara, sepasang golok tersebut sudah terpapas ku-tung menjadi empat bagian.

Merasakan genggamannya menjadi enteng, Say nyoo hui merasa terkejut lalu sambil menjerit lengking melompat mundur sejauh dua kaki, diawasinya Si Cay soat yang berdiri sambil melintangkan pedangnya itu dengan pandangan tertegun.

Si Cay soat balas menatap Say nyoo hui, lalu setelah tertawa dingin ejeknya sinis.

"Lebih baik buang saja gagang golokmu itu dan berduel lah secara jantan melawan Gui hujin, coba kalau diantara kalian tidak terja-lin hubungan dendam kesumat sedalam lautan, nona tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja!"

Selesai berkata, dia menarik kembali pe-dangnya dan mengundurkan diri ke posisi semula.

Berada di dalam posisi demikian Say Nyoo hui menjadi nekad, satu ingatan jahat pun muncul dalam benaknya, sekali tangan nya digetarkan. gagang golok itu, segera menan-cap di tanah, lalu tanpa banyak berbicara dia mendesak Tok Nio-cu.

Tiba-tiba - --- --Sekujur badan Say nyoo hui gemetar keras. wajahnya sekali lagi berubah, dengan pandangan kaget bercam-pur ngeri diawasinya sebuah kutungan le-ngan yang tergeletak tak jauh dibelakang Tok Nio-cu, kemudian sambil menghentikan gerakan tubuhnya, ia bertanya agak gemetar.

"Lengan...lengan siapakah itu?" b

"Punya dia!" jjawab Siau thi ggou cepat sam-bibl menunjuk dengan moncong bibirnya.

Yang ditunjuk adalah sebutir batok kepala manusia bermuka pucat yang masih melotot-kan mata sesatnya, kepala itu tergeletak berapa kaki dari sisi arena.

Sekilas pandangan saja Say nyoo hui su-dah tahu batok kepala siapakah itu, kontan saja dia menjerit lengking. "Bajingan keparat, aku akan beradu jiwa dengan kalian semua!"

Ditengah jeritan tersebut, tubuhnya menerjang ke muka, telapak tangan kanan nya secepat petir dibacokkan ke tubuh Tok Nio-cu.

Dalam pada itu, Tok Nio cu sudah bertekad hendak membalas dendam, tanpa memikir-kan keselamatan diri, ia tangkis ta-ngan kanan lawan dengan lengan kirinya, kemu-dian tangan kanannya, dilontarkan ke muka menghantam dada Say nyoo hui.

Bagaikan orang kalap yang sudah kehila-ngan pikiran, Say-nyoo-hui tertawa seram, tubuhnya berputar secepat kilat, tangan kiri-nya membentuk gerakan tipuan sementara telapak tangan kanannya langsung mengha-jar iga kiri Tok Nio-cu.

Menghadapi ancaman tersebut, Tok Nio cu sangat terkejut. ia sadar tak sempat lagi baginya untuk menghindar

"Duuuuukk!"

Tubuhnya seketika terasa sakit bagaikan disayat sayat, tubuhnya telah terhajar telak oleh sodokan tangan kanan musuh.

Dalam keadaan demikian. Tok Nio cu me-maksakan diri untuk menarik napas panjang, lalu ia bertekuk pinggang dan menundukkan kepalanya ke bawah .....

"Sreeeet --!"

Sebatang panah beracun secepat petir menyambar ke depan. Say Nyoo hui tentu saja tak mengira kalau musuhnya adalah Tok Nio-cu yang amat termasyhur itu. ia menjerit kesakitan, panah beracun tahu-tahu sudah menancap diatas dada kanannya,

Bersamaan dengan kejadian itu. Tok Nio maupun Say Nyoo hui sama-sama roboh ter-jengkang ke atas tanah. Semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat, lagi pula selisih jarak diantara kedua belah pihak be-gitu dekat, pada hakekatnya tiada kesem-patan lagi bagi Siau cian. Cay Soat maupun Oh Li cub untuk memberikjan bantuan.

Segdangkan si nagab sakti pembalik sungai baru sembuh dari lukanya, dia belum berke-mampuan untuk turun tangan, sebaliknya Hu yong siancu dan See giok masih berse-medi.

Melihat cicinya roboh terkapar diatas tanah berbarengan dengan robohnya ibu angkat-nya. Oh Li cu segera menjerit sambil menangis, cepat ia menubruk ke muka.

Kebetulan sekali pada saat yang bersa-maan See giok telah selesai dengan semedi-nya, ketika membuka matanya, satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, yakni pembantaian keji seorang nenek di depan ru-angan Pek ho cay.

Maka dengan perasaan terkejut diapun membentak keras.

"Ayo kembali --

Dalam bentakan mana, dengan posisi ma-sih duduk ia menerjang kearah Oh Li cu.

Tapi sayang berhubung jaraknya terlalu dekat, Oh Li cu telah membopong jenasah Tok Nio-cu,

Say Nyoo hui yang setengah badan sebelah kanannya sudah menjadi kaku menjadi amat geram ketika dilihatnya Oh Li cu mem-bopong tubuh Tok Nio-cu tanpa memperdulikan diri-nya. hal ini menimbulkan hawa napsu mem-bunuh dalam benaknya.

Diiringi bentakan keras, secepat kilat ta-ngan kirinya mencengkeram wajah Oh Li cu.

Sebenarnya Lan See giok telah menerjang tiba waktunya itu. namun berhubung dia kuatir melukai Oh Li cu sehingga merasa kurang leluasa untuk mengeluarkan ilmu thi siu yau khong atau pukulan tangan kosong-nya,

Di dalam keadaan yang gugup. pemuda itu segera membentak keras, dengan jari telun-juk dan jari tengahnya menyentil ke depan keras-keras---

Segulung desingan angin jari yang sangat kuat langsung menghajar batok kepala Say Nyoo hui.

"Plaakkk--!"

Diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, batok kepalanya segera hancur beranta-kan dan isi benaknya berceceran kemana mana, dalam keadaan kepala yang hancur Say Nyoo hui roboh terjengkang ke belakang dan menghembuskan napas yang pengha-bisan-

Tapi cengkeraman tangan kirinya ke atas wajah 0h Li cu tetap menyambar ke depan. Hanya saja disebabkan tubuhnya terjengkang hingga sambaran jari tangannya itu hanya menghasilkan tiga buah garis dararh diatas pipi kzanan gadis terswebut. "

Walauprun demikian Oh Li cu sempat dibi-kin terkejut sampai menjerit tertahan, tubuh nya cepat-cepat melejit ke udara. tapi isi benak Say nyoo hui yang putih kemerah merahan sempat menyembur diatas tubuh nya.

Begitu terkesima dan terkesiapnya nona ini. sampai-sampai dia tak sadar kalau darah segar telah mengucur keluar dari luka diatas wajah itu.

Dalam pada itu, Hu yong siancu telah sele-sai mengatur pernapasan. bersama Siau cian dan Cay soat sekalian buru-buru me-reka lari mendekat.

Lan See giok yang bermata tajam. dalam sekilas pandangan saja dia sudah melihat dengan jelas tiga buah jalur luka yang dalam diatas pipi Oh Li cu. oleh sebab itu ketika Oh Li cu melayang turun kembali ke atas tanah. buru-buru dia memayang tubuhnya.

Kemudian diambilnya sebuah sapu tangan berwarna putih dan cepat-cepat diusapkan diatas pipi Oh Li cu yang berdarah itu.

Oh Li cu seperti agak terkejut dan gugup oleh sikap si anak muda itu, sedangkan Siau cian dan Cay soat segera merasa amat cem-buru, hanya Hu yong siancu seorang yang agak berubah wajahnya setelah menyaksikan peristiwa itu. kemudian berseru kaget

"Aaah. none Be sudah terluka!"

Seraya berkata. dengan wajah gelisah dan penuh perhatian dia turut memayang tubuh Oh Li cu.

Baru sekarang Siau cian dan Cay soat mengetahui dengan jelas apa yang telah ter-jadi, buru-buru mereka menyusul ke depan, sedang dihati kecilnya timbul perasaan malu gugup dan gelisah.

Lan See giok menyeka luka di wajah Oh Li cu itu berulang kali, tapi darah masih juga bercucuran keluar dengan deras, tampaknya luka yang dideritanya cukup parah. dengan suara gelisah dia lantas berpaling seraya ber-kata.

"Siapa yang membawa obat luka?"

"Obat ada dirumah. aku tidak membawa-nya serta." jawab si naga sakti pembalik su-ngai cepat, tanpa membuang waktu lagi Hu Yong siancu segera berseru keras,



""Anak Giok, kau cepat bopong nona Be dan pulang ke rumah.-!"

Lan See giok tidak banyak berbicara lagi, dia segera membopong tubuh Oh Li cu.

Sementara Itu perasaan Oh Li cu benar-benar sedih dan hancur. dia menangis terus tiada hentinya, air mata bersama darah ber-cucuran tiada hentinya:

"Oooh bibi.. bagaimana dengan Jenasah ciciku...?" keluhnya kepada Hu yong siancu.

Mendengar perkataan tersebut. Hu yong siancu ikut merasa sedih, sambil menahan cucuran air matanya ia menyahut:

*Kau tak usah kuatir, akan kuperintahkan kedua orang adikmu untuk menggotongnya pulang!..

Baru selesai dia berkata. Lan See giok su-dah melejit ke udara bagaikan segulung hembusan asap ringan, tahu-tahu tubuhnya sudah berada sejauh puluhan kaki dari tem-pat semula.

"Saudara cilik" si naga sakti pembalik su-ngai segera berteriak keras "Perintahkan ke tiga orang putraku agar membawa sekop datang kemari!"

Biarpun Lan See giok mendengar teriakan tersebut, namun dia tidak menjawab. sebab tubuhnya sudah memasuki hutan di sisi dusun sana

Oh Li-cu yang berbaring di dalam pelukan See giok mengucurkan air mata tiada henti nya, dalam sekejap mata itulah dia merasa dirinya adalah manusia yang bernasib paling jelek di dunia ini.

Ibu yang selama ini disayang dan dicintai-nya, ternyata tak lebih hanya musuh besar pembunuh ibu kandungnya. ayah yang sela-ma ini selalu memperhatikannya,- ,tak lain cuma seorang pentolan pencoleng yang ber-hati kejam dan licik.

Dan sekarang, baru saja bertemu kembali dengan enci kandungnya, tahu-tahu dia di-tinggalkan seorang diri di dunia ini, bukan-kah kesemuanya itu sudah cukup membuk-tikan bahwa dia adalah manusia yang berna-sib paling jelek di dunia ini?

Dan detik ini, untuk pertama kalinya dia berbaring di dalam pelukan kekasih hatinya, namun wajahnya yang cantik justru telah bertambah tiga buah luka memanjang yang berdarah,

Encinya yang selama ini merencanakan perkawinannya telah tewas, wajahnya yang selama ini dianggap cantik dan tak kalah dengan kecantikan Siau cian maupun Cay soat, kini pun telah bertambah dengan tiga buah luka memanjang---

Padahal dia sudah tahu dengan bjelas. biar punj dia sendiri sagngat mencintai bSee giok. namun See giok tak pernah mencintainya, apalagi berencana mengawininya dan hidup sampai tua nanti.

Kesemuanya ini ditambah lagi dengan luka codet di wajahnya, mungkin pemuda pujaan hatinya itu tak akan memandang sekejap lagi ke arahnya.

Sementara dia masih melamun. Lan See -giok telah melayang turun didalam pagar rumah si naga sakti pembalik sungai.

Baru saja See giok melayang turun, dia su-dah menoleh ke kamar sebelah kiri dan kanan seraya berseru.

"Siauhiap bertiga, cepat ambil sekop dan berangkat ke barat laut dusun. Thio loko se-dang menantikan kedatangan kalian di tem-pat tersebut."

Belum selesai ucapan tersebut diutarakan Thio Sam keng yang gemuk seperti genjik te-lah melompat keluar dari kegelapan sambil berseru cemas.

"Apakah kami harus memendam mayat?

Lan See giok tidak berhasrat untuk menja-wab pertanyaan itu, dia segera menerobos masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuh Oh Li cu diatas pembaringan, setelah itu tanyanya dengan penuh rasa kuatir.

"Enci Lan, bagaimana rasamu sekarang?"

0h Li cu menggelengkan kepalanya beru-lang kali, bisiknya dengan pedih.

"Sungguh tak kusangka aku Be Cui lan ternyata bernasib begini buruk"

Lalu dengan air mata bercucuran ditatap nya wajah si anak muda itu kemudian melanjutkan,

"Adik Giok, walaupun aku berniat me-layanimu sepanjang masa. namun saat ini wajahku telah berubah menjadi begini rupa, tampaknya apa yang menjadi harapanku tak pernah akan terkabulkan lagi`

Lan See giok merasa keadaan Oh Li cu betul-betul amat kasihan, keadaannya tidak jauh berbeda dengan nasib yang dialaminya, hal mana yang segera menimbulkan perasaan simpatik yang besar dihati kecilnya.

Dari perkataan tersebut. ia sebgera mema-hami jmaksud lain dargi ucapan itu, mbaka ujarnya kemudian dengan lembut:

"Enci Lan, kita adalah orang yang senasib sependeritaan. apa yang kau alami persis pula seperti apa yang ku alami ...."

Belum habis perkataan itu diutarakan. dari balik halaman telah melayang turun sese-orang. menyusul kemudian bayangan manu-sia itu berkelebat lewat. tahu-tahu Hu yong siancu telah melompat masuk ke dalam ru-angan.

Oh Li cu segera melompat bangun dan duduk setelah melihat kehadiran perempuan itu, teriaknya mengenaskan.

"Ooooh.... bibi apakah jenasah enci Peng telah diangkut kemari ....?"

Hu yong siancu mengangguk berulang kali.

"Sudah dan sekarang Thio lo-enghiong se-dang menyiapkan peti mati di belakang kami putuskan besok akan mengirim orang untuk menyampaikan berita buruk ini ke pada Pek hoo caycu"

Sementara itu Lan See giok telah menyulut sebuah lentera, Hu yong siancu segera mene-rimanya dan didekatkan pada luka Oh Li cu.

Tapi setelah diperiksa sejenak segera seru-nya dengan perasaan lega.

"Masih untung yang terluka hanya di bawah rambut. asal kau dapat menutupi bagian tersebut dengan rambutmu. niscaya luka codet tersebut tak akan terlihat"

Selesai berkata, berdasarkan petunjuk dari si naga sakti pembalik sungai, dia berhasil menemukan sebuah botol putih kecil didalam almari, mula-mula luka di sekitar wajah Oh Li cu dibersihkan dulu dari noda darah, ke-mudian sekitar mulut luka ditaburi dengan bubuk obat penghenti darah-.

Selang sejenak kemudian kedengaran suara langkah manusia yang ramai. . Siau cian serta Cay soat telah muncul pula, tera-khir menyusul pula si naga sakti pembalik sungai dan Siau thi gou.

Dengan simpatik yang besar serta perasaan penuh kekuatiran. semua orang turut meme-riksa luka yang diderita Oh Li cu. se-baliknya 0h Li cu hanya bisa mengucurkan air mata-nya.

"Nona Be, kau tak usah bersedih hati lagi" Hu yong siancu segera menghibur. "malam ini, wajahmu tak samrpai hancur terkzena cengkeramanw maut tadi, bolreh dibilang hal tersebut merupakan keberuntungan ditengah ketidak beruntungan, apalagi bila terlalu sering menangis, air mata yang membasahi luka akan menimbulkan keadaan yang kurang baik.*

Lan See giok yang berada di sisinya segera turut pula menimbrung. "Sewaktu berada di Pek hoo cay tempo hari, aku sendiripun su-dah pernah mengalami nasib tragis seperti ini. itulah sebabnya tadi aku tergesa gesa memperingatkan enci Lan agar balik, tapi .""

Hu yong siancu menghela napas panjang, selanya:

"Pepatah kuno bilang. Satu kali meng-alami nasib sial, selanjutnya akan lebih berpenga-laman, di kemudian hari kalian mesti bersi-kap lebih berhati hati lagi, banyaklah mendengarkan nasehat serta pengalaman dari orang lain."

"Yaa, sungguh tidak kusangka kalau Oh Tin san suami istri ternyata merupakan manusia yang berhati kejam tak berpera-saan-" kata si naga sakti pembalik sungai pula "padahal nona Be sudah belasan tahun memanggil ibu kepadanya, tapi sampai detik-detik terakhir ia toh masih berusaha untuk merusak kehidupan nona Be."

Hu yong siancu kuatir ucapan tersebut kembali akan menimbulkan kesedihan di hati Oh Li cu" dengan cepat ia mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, tanyanya:

"Thio lo enghiong, sejak kapan sih Oh Tin san datang kemari ...?"

"Setelah mendapat kabar dari Toa keng senja itu aku bersama adik Soat dan Thi gou segera melakukan perundingan, kami sim-pulkan bahwa Oh Tin san bisa jadi akan datang mencari gara-gara. ternyata dugaan kami memang benar. tidak sampai kentongan kedua. Oh Tin san telah muncul diatas atap rumah dan menantang aku,

Menanti aku dan adik Soat menyusul ke atas atap rumah, Oh Tin-san telah berkelebat menuju kearah barat laut, kamipun mengejar sampai di luar dusun, ternyata di situ telah menanti dua orang tosu serta seorang lelaki kekar.

Oleh sebab Oh Tin-san berteriak hendak menantangku untuk berduel, terpaksa aku-lah yang menerima serangannya itu. sungguh tak disangka hanya dalam waktu satu tahun saja. tenaga dalam yang dimiliki Oh Tin san telah peroleh kemajuan yang amat pesat dalam serangan yang pertama saja aku su-dah kena dipukul mundur sejauh lima enam langkah.



"Waktu itu adik Soat dan Thi-gou hadir semua di arena, aku menganggap tak bakal menderita kerugian. karena itu sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap mereka. aku beranggapan bila kukerahkan segenap kekuatan yang dimiliki untuk berta-rung, niscaya pihak musuh akan kalah.

pada saat itulah aku mendengar suara pekikan nyaring dari adik See giok, suara pekikan tersebut membuat semangatku ber-kobar kembali, keberanianku semakin besar, aku tahu Oh Tin-san pasti akan mampus, karena itu sekali lagi kugunakan segenap ke-kuatan yang kumiliki untuk beradu kekuatan dengannya.

Tapi akibat dari bentrokan kekerasan tersebut, ternyata aku kena dihajar sampai terduduk diatas tanah, bahkan sempat me-muntahkan darah segar ...."

Ketika berbicara sampai di situ, wajahnya berubah menjadi merah dadu, dia melirik se-kejap ke arah Cay soat dengan perasaan berterima kasih kemudian melanjutkan:

"Waktu itu, seandainya adik Soat tidak tu-run tangan secepatnya, mungkin aku telah di binasakan oleh Oh Tin san."

Hu yong siancu segera manggut-manggut, katanya kemudian.

"Selama setahun belakangan ini, tenaga dalam yang dimiliki Oh Tin-san dan Say- nyoo-hui memang telah peroleh kemajuan yang pesat. ditinjau dari kemampuannya untuk menghajar iga kiri Gui hujin

dengan suatu gerakan tubuh yang aneh, bisa diketahui bahwa kemajuan yang dica-painya masih jauh melebihi Oh Tin san"

Teringat kembali kematian dari encinya, sekali lagi air mata jatuh bercucuran memba-sahi wajah 0h Li cu,

Lan See giok yang teringat kebaikan Tok Nio-cu menghadiahkan kuda, menemani menyerbu sarang musuh dan lain lainnya turut merasa sedih. katanya.

"Gui hujin adalah seorang yang periang dan pandai bergaul, lagi pula tindak tanduk nya sangat mengagumkan orang. budi kebai-kannya menghadiahkan kuda kepadaku serta membantuku menyerang bukit lawan. akan selalu kusimpan didalam hati dan selamanya tak pernah akan kulupakan lagi"

Melihat Oh Lib cu masih juga jmenangis. Kembagli Hu yong sianbcu menghibur.

"Nona Be tak usah bersedih hati lagi, jika air matamu masuk ke mulut luka, hal ini akan mempengaruhi daya kerja obat luka tersebut.."

Teringat luka diatas wajahnya, Oh Li Cu semakin sedih hingga matapun diapun menangis lebih memilukan hati"

Sebagai orang yang pintar, tentu saja Hu yong siancu sekalian mengerti apa yang me-nyebabkan perempuan tersebut menangis dengan begitu sedihnya:

Siau cian dan Cay soat terdorong oleh sim-patik dan ibanya melihat penderitaan yang menimpa Oh Li cu, diam-diam bertekad di-hati masing-masing untuk berusaha menjo-dohkan perempuan itu kepada adik Gioknya.

Oleh sebab itu mereka berdua sering mem-perhatikan mimik muka Lan See giok, kebe-tulan sekali si anak muda itu sedang menunjukkan sikap kuatir dan menaruh perhatian terhadap Oh Li cu.

Sementara Hu yong siancu sekalian masih menghibur Oh Li cu. Thio Toa-keng bertiga telah pulang.

Si naga sakti pembalik sungai segera ke-luar dari ruangan, tak lama kemudian ia muncul kembali sambil berkata.

"Ketiga orang anakku telah mengubur jenazah 0h Tin san sekalian sedangkan jenazah Gui hujin disimpan di ruang bela-kang, apakah nona Be hendak..."

" Tidak usah." tukas Hu yong siancu cepat, dia kuatir kepedihan yang kelewat batas akan mempengaruhi luka yang diderita Oh Li cu, "Saat ini kondisi badan nona Be masih lemah, dia tak perlu ke belakang lagi..

Kemudian sambil menatap wajah Oh Li cu, dia menyambung:

"Bagaimana kalau kita minta kepada Thio lo enghiong agar segera mengirim orang un-tuk menyampaikan berita buruk ini kepada Gui caycu di benteng Pek hoo cay?"

Sebenarnya Oh Li cu hendak pergi mene-ngok wajah encinya untuk terakhir kali, tapi berhubung Hu yong siancu sudah berkata demikian, tentu saja ia merasa kurang le-luasa untuk berbicara lain, ditambah pula mulut lukabnya memang tidajk dapat mem-biagrkan ia menangibs terus, akhirnya sambil mengangguk sahutnya:

"Segala sesuatunya terserah pada perintah bibi!"

Dengan berhasilnya membunuh Oh Tin san, berarti Lan See giok, sudah melepaskan sebuah beban berat yaitu membalaskan den-dam bagi kematian ayahnya, sekarang hanya tinggal satu masalah lagi yang harus di lak-sanakan secepatnya yaitu membebaskan gu-runya dari pulau Wan san.

Namun, berhubung Oh Li cu masih terlu-ka, maka dengan perasaan kuatir ujarnya:

"Sekarang enci Lan sedang terluka, aku li-hat jadwal perjalanan kita menuju ke Pulau Wan san, harus diundurkan, hingga luka yang diderita enci Lan sembuh kembali."

"Kenapa?" tanya Oh Li cu dengan perasaan terkejut, "andaikata gara-gara aku sampai urusan terbengkalai, bukankah akulah pe-nyebab dosa? Lagi pula mati hidupnya To Seng-cu locianpwe sangat mempengaruhi ke-hidupan dalam dunia persilatan, kalian tak boleh sekali kali sampai menunda jadwal ke-berangkatan, siapa tahu perbuatan kita membunuh Oh Tin san suami istri barusan telah diketahui mata-mata musuh? Bila ka-bar tersebut sampai bocor, mungkin usaha kita, untuk memanfaatkan kapal perang Wi lim poo akan menemui banyak kesulitan."

Mendengar perkataan ini, semua orang segera manggut-manggut tanda setuju.

Lan See-giok yakin tiada orang sedang mengintip mereka dalam jarak radius sepu-luh kaki, karenanya dia segera menghibur:

"Jangan kuatir, tak mungkin ada orang mencuri lihat perbuatan kita..."

Hu yong siancu sendiripun kuatir bila jad-wal keberangkatan harus dirubah kembali, sebelum si anak muda itu menyelesaikan kata katanya, dia segera menimbrung: "Dari mana kau bisa memastikan bila tiada orang sedang mencuri lihat dirimu?, Ada kalanya -bila pikiran seseorang lagi tak tenang, biar ada orang sudah dekat di depan mata pun belum tentu jejaknya akan ketahuan."

Lan See giok dan Siau cian baru saja ber-buat salah, betul ucapan dari Hu yong siancu tersebut tidak bermaksud apa-apa, namun diterima lain oleh Lan See giok berdua, kon-tan saja paras muka kedua oranrg itu berubah mzenjadi merah sawmpai di telingar.

Tak kuasa lagi Siau cian menundukkan kepalanya rendah-rendah, sedangkan Lan See giok mengiakan berulang kali, Cuma orang tak akan tahu mengapa paras muka kedua orang itu bisa memerah secara tiba-tiba. Hu yong siancu, segera sadar kalau dia telah salah berbicara, buru-buru katanya lagi:

"Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan, lebih baik kita kerjakan se-suai dengan rencana semula, aku lihat luka yang diderita nona Be tidak terlalu parah, dalam setengah bulan saja akan sembuh dengan sendirinya, lebih baik kita ajak serta nona Be dalam perjalanan, dia toh masih bisa merawat lukanya di atas kapal...

"Tidak bibi, Lan ji bertekad akan tetap ting-gal didalam benteng.." tukas Oh Li cu sebe-lum Hu yong siancu menyelesaikan kata ka-tanya," saat itu benteng pasti kosong dan tiada orang yang mengurusi, untuk menjaga segala yang tak diinginkan, anak Lan tidak pantas jika turut serta."

Hu yong siancu merasa ucapan ini ada benarnya juga, karena masalah tiadanya se-orang pemimpin dalam suatu benteng me-mang merupakan suatu masalah yang serius, untuk beberapa saat lamanya dia menjadi bingung dan tak tahu apa yang mesti dilaku-kan.

Sementara itu, langit sudah terang tanah.

Agak gelisah si naga sakti pembalik sungai berseru:

"Pergi atau tidak harus diputuskan sece-patnya, karena selesai bersantap nanti kita masih harus mempersiapkan segala sesuatu nya dalam operasi ini."

Melihat semua orang dibikin susah oleh dirinya, Oh Li cu semakin kukuh dengan pendiriannya semula, katanya:

"Bibi, dendam kesumat anak Lan sudah terbalas, cici pun sudah mati, hanya rasa sedih dan duka di hatiku belum disembuh-kan, anak Lan ingin memanfaatkan kesem-patan yang ada untuk merawat luka hati dirumah saja, karena aku memang tidak ber-niat untuk ikut serta dalam perjalanan jauh itu."

Melihat kebulatan tekad si nona tersebut, terpaksa Hu yong siancupun manggut-mang-gut

"Kalau memang demikian, selesai bersan-tap nanti kita segera berangkat ke benteng Wi lim poo, Thio lo enghiong juga boleh ikut ber-sama ...."

"Kalau aku turut bersama menuju ke ben-teng Wi lim poo, rasanya hal ini rada kurang leluasa" sahut si naga sakti pembalik sungai agak ragu. .

(Bersambung ke Bagian 42)


DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar