Anak Harimau Bagian 47

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Harimau Bagian 47

Anak Harimau
Siau Siau
-------------------------------
----------------------------

Bagian 47

Sambil mengangkat obornya tinggi-tinggi Siau thi you segera berseru dengan gembira:

"Mungkin Wan san popo telah datang."

Si Cay soat sudah pernah mendengar suara pekikan nyaring dari Lam hay lo koay, dia merasa orang itu meski memiliki tenaga dalam yang sempurna, namun bila diban-dingkan Lam hay lo koay masih selisih jauh sekali.

Wan san popo dan Lam hay lo koay sama-sama merupakan gembolan iblis yang ber-ilmu tinggi, sudah barang tentu selisih tenaga dalam yang mereka miliki tak akan terlalu jauh, maka ujarnya kemudian:

"Si nenek siluman itu berdiam di pulau be-sar, mana mungkin bisa dia ....."

"Kalau begitu bisa jadi dia adalah tamu yang mau datang minum arak--" seru Siau thi gou sambil melototkan sepasang matanya bulat-bulat.

Sebelum ucapan itu selesai diutarakan, Si Cay soat telah menukas agak gemas.

"Aaah, kau ini cuma tahunya makan me-lulu..."

Siau thi gou jadi tertegun dan seketika tak berani berbicara lagi, sementara suara-suara pekikan panjang tadi makin lama semakin bertambah dekat.

Dengan kening berkerut Lan See giok segera berseru dengan penuh amarah.

"Kalau toh pihak lawan sudah datang me-nyambut, kenapa kita tidak memapakinya?" Hu yong siancu serta Naga sakti pembalik sungai segera manggut-manggut menyatakan persetujuannya.

Siau cian dan Cay soat mulai memperlam-bat sampan dan membiarkan perahu itu diambang-ambingkan oleh ombak laut, pe-lan-pelan mereka mendekati sebaris pepo-honan yang besar di tepi pantai.

Gerakan tubuh orang itu benar-benar amat cepat dalam waktu singkat suara pekikan sudah memekikkan telinga, mungkin jarak nya tinggal ratusan kaki saja.

Lan See giok kuatir orang itu menempati posisi yang menguntungkan lebih dahulu, bila hal ini sampai terjadi, maka keinginan-nya untuk mencapai pantai pasti akan sulit.

Karenanya sewaktu sampan masih berapa kaki dari pantai. dia melejit ke udara dan meluncur ke depan.

Berada ditengah udara dia merentangkan lengannya seperti seekor rajawali kemudian meluncur kearah pulau tersebut dengan ke-cepatan luar biasa.

Ketika mencapai tengah jalan sepasang ujung bajunya dikibaskan ke depan lalu tubuhnya turun dan melejit kembali tahu-tahu dia sudah mencapai batuan cadas di-antara pepohonan di sisi pantai..

Gerakan tubuh si pendatang tersebut me-mang benar-benar amat cepat, disaat tubuh Lan See giok melayang turun ke atas tanah itulah, dia menangkap ditengah pekikan nyaring membawa pula suara ujung baju yang terhembus angin.

Lan See giok amat terkejut. secepat kilat dia meluncur ke atas permukaan bumi.

Disaat kakinya baru menginjak tanah itu-lah, suara pekikan telah berhenti dan orang itu sudah meluncur tiba sambil membentak keras

"Kawanan cecunguk dari mana yang datang kemari, berani amat memasuki pulau dewa Wan san semaunya sendiri!"

Didalam bentakan itu sebuah pukulan dilontarkan ke depan, segulung angin sera-ngan yang amat dahsyat seperti amukan pu-yuhpun menggulung tubuh Lan See giok.

Diam-diam Lan See giok merasa kehe-ranan, sudah jelas suara pekikan tadi berasal dari perempuan, mengapa suara bentakan kasar yang bergema sat ini justru suara lela-ki?

Tapi, ia tak sempat untuk berpikir panjang lagi, telapak tangan kanannya diputar dan melepaskan pula sebuah pukulan yang tak kalah cepatnya.

"Blaaaamm....!"

Ditengah benturan keras yang memekikkan telinga. batu dan pasir beterbangan di angka-sa dan menyelimuti sekeliling tempat itu, daun dan ranting berguguran ke tanah.

Akibat dari bentrokan tersebut. si penda-tang kena tergetar sehingga mundur sejauh beberapa langkah.

Sebaliknya Lan See giok masih tetap berdiri ditempat semula tanpa bergerak sedikit pun jua. hanya baju birunya saja yang berkibar ketika terhembus angin,

Ketika ia mendongakkan kepalanya baru lah terlihat lebih kurang tiga kaki dihada-pannya berdiri sepasang laki perempuan setengah umur yang mengenakan pakaian perlente dan menunjukkan wajah kaget ber-campur keheranan.

Yang lelaki berusia tiga puluh delapan sembilan tahunan, memakai jubah berwarna hijau dengan bunga-bunga-emas, sebuah topi kecil, bermuka kurus panjang dan bibir men-cibir, waktu itu mukanya bergetar keras seakan akan dibikin tertegun oleh peristiwa tersebut.

Sedangkan yang perempuan bemata lentik, bibir tipis dan mengenakan baju warna merah dengan gaun panjang berwarna hijau, sebilah pedang tersoren di pinggangnya.

Biarpun "perempuan ini terhitung cantik" namun sikapnya membuat orang tidak tahan

Dia memandang sekejap kearah Lan See giok dengan wajah tertegun dan kaget, se-mentara bibir kecilnya yang melongo lama-lama sekali belum juga dapat merapat,

Sesudah berhasil mengendalikan diri, buru-buru laki perempuan berpakaian per-lente itu memandang sekejap wajah Hu yong siancu sekalian, kemudian lelaki berjubah mentereng itu berkerut kening dan menegur penuh amarah;

"Kalian berasal dari perguruan mana, be-rani amat memasuki pulau dewa Wan san ini"

Bertemu dengan laki perempuan setengah umur itu. Siau thi gou bagaikan berjumpa dengan musuh besarnya saja, ia segera berteriak keras:

"Kami datang dari Wi Lim poo, memangnya kenapa tak berani kemari---?

Kejut dan girang menyelimuti wajah laki perempuan setengah umur itu,

Nyonya muda itu memperhatikan sekejap wajah Lan See giok sekalian, kemudian de-ngan gembira serunya.

"Aaaah, kalau begitu kalian masih punya hubungan dengan enci Hoa dan engkoh Tin san? Apa hubungan kalian?"

Lan See-giok segera tertawa dingin,

"Kami memang datang dari Wi lim poo, tapi sama sekali tiada hubungan dengan Oh Tin- san."

Dengan cepat lelaki setengah umur itu da-pat merasakan bahwa kedatangan Lan See giok sekalian mempunyai maksud dan tujuan yang kurang baik, ia segera melotot den me-negur penuh amarah.

"Kalian termasuk golongan mana? Apa maksud, kalian kemari? Ayo cepat berterus terang, kalau tidak. hmmm,. jangan salahkan aku si ikan hiu berekor panjang Gan Bu liong akan bertindak kejam dan tidak berpera-saan!"

Siau thi gou tertawa terbahak bahak, ejeknya sinis,

"Oooh, rupanya kau adalah se ekor pan-jang Gan tak berguna..? Haaahhh... haaaahhh... haaaahhh....kalau begitu bagus sekali .."

Perlu diketahui, nama si Hiu berekor pan-jang Gan Bu-liong, jika diambil arti menurut kata ucapannya maka bisa diartikan lain.

Tak heran kalau si ikan hiu berekor pan-jang naik darah, sebelum Siau thi gou me-nyelesaikan perkataannya, ia sudah mem-bentak keras. .

"Bajingan cilik, mulutmu jahat......"

Didalam bentakan mana, tubuhnya menerjang ke muka, telapak tangannya yang kurus langsung dibacokkan ke atas tubuh siau thi gou...

Sudah sejak tadi Si Cay soat tak sabar menanti, kalau bisa dia ingin membereskan sepasang lelaki perempuan setengah umur ini secepatnya.

Melihat si ikan hiu berekor panjang telah menyerang dengan tenaga penuh, dia takut Siau thi gou tak tahu lihay dan menyambut ancaman tersebut secara gegabah.

Maka sambil membentak keras dia putar pergelangan tangannya sambil meloloskan pedang, dimana cahaya tajam berkelebat le-wat, pedangnya telah membacok pergelangan tangan kanan lawan, Nyonya setengah umur itu bermata cukup jeli, tiba-tiba dia melolos-kan pedang sambil membentak pula, cahaya tajam berkilauan pedangnya langsung menusuk ke bahu Si Cay soat.



Siau cian tak mau ambil diam, sambil membentak dia putar pergelangan tangan-nya sambil menerjang dan meloloskan pedang, didalam waktu singkat pedangnya telah me-nyongsong serangan pedang dari nyonya tersebut.

Ditengah bentakan yang amat nyaring, gerakan tubuh dari ke empat orang itu dila-kukan semua dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, membuat siapa saja merasa-kan pandangan matanya menjadi kabur....

Si ikan hiu berekor panjang segera kena di desak oleh Si Cay soat sehingga tubuhnya mundur sejauh tiga kaki....

Sedangkan nyonya berbaju perlente itu di paksa pula oleh tiga buah serangan berantai dari Siau cian hingga kalang kabut tak keruan...

Begitu bentrokan lewat, masing-masing pi-hak serentak menghentikan pula sera-ngan-nya.

Si ikan hiu berekor panjang dan nyonya muda berpakaian perlente itu, sama-sama dibikin tertegun, dengan pandangan kaget bercampur tercengang mereka awasi Lan See-giok sekalian dengan wajah termangu, mereka sadar orang-orang yang berada diha-dapannya sekarang sudah pasti bukan se-orang jago persilatan biasa .

Sementara itu Hu-yong siancu dan Naga sakti pembalik sungai telah menduga kala si ikan hiu berekor panjang dan nyonya berbaju perlente itu tentu murid Wan-san popo, bahkan mereka berdua pasti sepasang suami istri,

Tapi berhubung pihak lawan tidak menge-nali dia dan naga sakti pembalik sungai maka merekapun segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Tapi berdasarkan bentrokan yang dilaku-kan si ikan hiu berekor panjang dengan Lan See- giok. dapat diketahui meski tenaga dalam mereka boleh dibilang terhitung jagoan kelas satu, namun masih selisih jauh bila dibandingkan dengan kemampuan Lan See giok.

Tiba-tiba terdengar nyonya berbaju per-lente itu berseru sambil tertawa dingin.

"Sejak aku Huan Giok lien terjun ke dunia ramai, selama puluhan tahun belakangan ini belum pernah bertemu dengan lawan tandi-ngan. Hmmm....! Hari ini kau mampu men-desakku sehingga mundur sejauh berapa langkah, ingin kulihat sampai di manakah kelihaianmu yang sesungguhnya!"

Sembari berkatba keningnya segjera berkerut dagn hawa napsu mebmbunuh menyelinap di wajahnya, sambil mengawasi Siau cian lekat-lekat, selangkah demi selangkah dia maju ke depan.

Lan See giok tertawa dingin. ejeknya:

"Huuuh, dasar orang lautan yang berpe-ngetahuan picik dan tekebur sendiri, tentu saja kau tak akan tahu kalau di luar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada manusia lain."

Mendengar perkataan itu Huan Giok lien menghentikan langkahnya sambil berpaling kearah Lan See giok, tegurnya penuh amarah.

"Kau bilang aku Huan Giok lien bukan tandingnya"

Biarpun Lan See giok kalau ilmu pedang yang dimiliki Huan Giok lien bagus, tapi bila dibandingkan Siau cian masih kalah seting-kat, karenanya dia manggut-manggut.

"Asal kau dapat mengungguli satu atau setengah gerakan saja dari enci Cian, kami segera akan mengundurkan diri dari kepu-lauan Wan San ...."

Si ikan hiu berekor panjang Gan Bu liong sangat mengandalkan kekuatan dibelakang punggungnya, Wan San popo adalah guru-nya. karena itu dia tertawa penuh amarah setelah mendengar ucapan tersebut, teriak-nya kemudian.

"Selama puluhan tahun ini. pulau dewa Wan san tak pernah diintip siapa saja. tapi sekarang kalian berani mendatangi kepu-lauan kami seenaknya sendiri, dosa kalian tak bisa diampuni lagi, kamu anggap masih dapat mengundurkan diri dari sini dalam keadaan hidup " .?"

Sambil berkata sekali lagi dia mendongak-kan kepalanya dan tertawa seram.

Siau thi gou melotot besar, tiba-tiba dia membentak. "Kau tidak menginginkan aku hidup? ,Hmmm. kalau begitu akan kucabut dulu jiwamu."

Ditengah bentakan keras tubuhnya me-nerjang ke muka, tiba-tiba saja dia menge-luarkan ilmu Liong hou jit si nya yang sangat ampuh itu...

Didalam waktu singkat bayangan tangan menyelimuti angkasa. ditengah deruan angin serangan yang dahsyat ia desak si ikan hiu berekor panjang habis habisan.

Tampaknya si ikan hiu berekor panjang ti-dak menyangka kalau serangan yang di lan-carkan bocah berkulit hitam itu begitbu cepat dan dahjsyat, belum habgis gelak ter-tabwanya berkumandang, selapis bayangan pukulan telah meluncur datang dengan amat cepat sehingga pada hakekatnya tak nampak setitik lubang kelemahan pun.

Dalam kagetnya ia membentak keras, sepasang telapak tangannya direntangkan ke samping dengan mempergunakan tenaga dalam sebesar sepuluh bagian. dia berharap dengan mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna berhasil mengungguli musuhnya tersebut dengan suatu sistim pertarungan keras lawan keras.

"Blaamm, blaammm!"

Dalam dua kali benturan keras, sepasang bahu dekat persendian tulang tangan si ikan hiu berekor panjang sudah terkena masing-masing satu pukulan.

Ditengah dengusan tertahan, tubuhnya mundur beberapa langkah dengan sempo-yongan.

Huan Giok lien amat terkejut, sambil men-jerit kaget cepat-cepat ia menubruk ke depan, sambil memayang tubuh si ikan hiu berekor panjang tersebut.

Nampak bahu kiri dan lengan kanan si ikan hiu berekor panjang terkulai lemas ke bawah, wajahnya pucat pasi, wajahnya mandi dengan keringat, tapi ia masih tetap menggertak gigi sambil menahan rasa sakit, dipandangnya wajah Siau thi gou dengan pe-nuh kebencian - ---

Menjumpai musuhnya masih mampu ber-diri tegak tanpa mengerang kesakitan kenda-tipun secara beruntun sudah termakan em-pat kali pukulan. Siau thi gou segera menga-cungkan ibu jarinya sambil memuji.

"Kau si ikan hiu berekor panjang ternyata sanggup menerima empat buah pukulan naga dan harimau ku tanpa mengerang ke-sakitan, aku Thi-gou benar-benar mengagu-mi dirimu sebagai seorang lelaki sejati, biar kemampuanmu tak becus tapi aku tetap kagum kepadamu ."

Ketika mendengar nama ilmu pukulan naga dan harimau, Huan Giok-lien segera terbelalak dengan wajah kaget, mulutnya melongo dan lama sekali tak mampu mengu-capkan sepatah katapun.

Demikian pula dengan si ikan hiu berekor panjang, untuk beberapa saat ia berdiri tertegun dengan wajah amat terkejut.

Hu yong siancu rsekalian lantasz tahu pasti adaw hal-hal yang tridak beres, tanpa terasa mereka saling bertukar pandangan sekejap dan masing-masing berusaha untuk menge-tahui kabar berita tentang To Seng-cu.

Menyaksikan lawannya cuma berdiri mem-bungkam dengan wajah melongo. dengan suara dingin Siau-thi-gou berseru kembali.

"Bagaimana? Apakah kalian merasa tidak puas?"

Setelah berhasil menenangkan pikirannya. Huan Giok-lien bertanya agak gugup.

"Kau ....adalah......murid To Seng Cu locianpwe? "

"Tidak sampai Hu yong siancu menjawab. Siau thi gou Sudah maju selangkah ke depan sambil menepuk dada, tegurnya penuh rasa geram...?"

"Kenapa? Kau anggap aku tak pantas menjadi murid guruku?"

Hu yong siancu kuatir Siau thi gou mem-buat gara-gara sehingga persoalan jadi kacau, tiba-tiba serunya dengan suara dalam.

"Anak Gou, kembali"

Tentu saja Siau thi gou tidak berani mem-bangkang perintah bibinya sesudah melotot sekejap ke arah Huan Giok lien, dia memba-likkan badan dan segera mengundurkan diri.

Sementara itu ketika si ikan hiu berekor panjang dan Huan Giok lien menyaksikan perempuan yang cantik dan anggun itu me-manggil murid To seng-cu tersebut sebagai "anak Gou". kedua orang itu semakin tertegun lagi saking kagetnya tapi merekapun belum pernah mendengar dari suhu mereka Wan san popo bahwasanya To Sang cu masih mempunyai seorang adik seperguruan yang cantik dan anggun, lalu siapakah dia?

Tanpa terasa dengan sorot mata kaget ber-campur tercengang kedua orang itu menga-wasi wajah Hu yong siancu tanpa berkedip

Naga sakti pembalik sungai segera merasa bahwa kesempatan baik tak boleh dibuang percuma, dia harus menggertak musuhnya agar bisa diperoleh kabar yang dibutuhkan.



Maka setelah mendehem pelan dia menge-lus jenggotnya dia berkata sambil tersenyum

"Kalau didengar dari cara pembicaraan kalian berdua, tampaknya kalian adalah murid-murid popo. sekarang baiklah kuper-kenalkan dulu beberapa orang ini kepada kalian-.-

Si ikan hiu berekor panjang Gan Bu liong amat membenci Lan See giok sekalian akibat luka yang dideritanya, sebelum si naga sakti pembalik sungai menyelesaikan kata-kata-nya. sambil menahan rasa sakit yang luar biasa ia lantas berteriak,

"Kau ini manusia apa? Siapa suruh kau banyak mulut?"

Lan See giok jadi gusar sekali, tiba-tiba dia mengayunkan tangannya siap melancarkan sebuah sentilan ke depan ...

Hu yong siancu kuatir urusan jadi ter-bengkalai, buru-buru cegahnya dengan suara dalam.

"Anak Giok, tahan"

Lan See giok melotot ke arah si ikan hiu berekor panjang, lalu serunya gusar.

"Kau tak usah kurang ajar dan berlagak jumawa, kukatakan kepadamu. bila ku ingin merenggut nyawamu, maka hal ini hanya ku lakukan dengan sebuah sentilan jari saja."

Sambil berkata dia menyentilkan jari ta-ngan kanannya ke arah sebatang bambu yang berada beberapa kaki dari tempat mereka berada. .

Segulung desingan tajam meluncur ke de-pan membelah angkasa dan langsung menghantam pohon bambu yang besarnya selengan manusia itu.

"Kraaakkkkk!"

Diiringi suara yang sangat keras, bambu itu patah menjadi dua dan segera roboh ke atas tanah dengan menimbulkan suara yang memekikkan telinga.

Kali ini ikan hiu berekor panjang dan Huan Giok lien benar-benar termangu karena terkejut, ilmu sentilan jari semacam ini hanya pernah mereka dengar dari cerita gu-runya. Wan san popo dan belum pernah disaksikan dengan mata kepala sendiri, menurut keadaan sekarang, pengetahuan mereka berdua memang amat cetek dan tidak tahu kalau di luar langit masih ada langit, di atas manusia masih ada manusia lain.

Sementara itu pada jarak delapan sembilan kaki di sisi arena telah berkumpul dua pulu-han laki perempuan berbaju indah, menurbut kesimpulan djari pakaian yangg mereka kena-kban, orang-orang itu, tentunya para dayang dan pelayan si ikan hiu ber-ekor panjang serta Huan Giok lien.

Biarpun paras orang-orang itu berubah hebat, namun tak seorangpun diantara mereka yang menjerit kaget atau berbisik bisik membicarakan kejadian tersebut.

Tahu kalau kebengisan dan keangkuhan si ikan hiu berekor panjang telah memudar, naga sakti pembalik sungai baru tertawa ter-bahak bahak sambil memperkenalkan diri

"Aku berdiam di telaga Phoa yang she Thio bernama Lok heng, orang persilatan menye-but sebagai si naga sakti pembalik sungai---

Belum selesai mereka berkata paras muka Si ikan hiu berekor panjang dan Huan Giok lien kembali telah berubah hebat, kedua orang itu merasa amat keheranan, menurut Oh Tin san, si naga sakti pembalik sungai adalah musuh bebuyutan dari Wi Lim poo mengapa ia bisa berada satu rombongan dengan orang-orang Wi Lim poo.?

Terdengar si naga sakti pembalik sungai berkata lebih jauh.

"Dia adalah Hu yong siancu Han Lihiap ...."

Mendengar nama tersebut, saking kagetnya hampir saja si ikan Hiu berekor panjang lupa dengan rasa sakit di bahu dan tulang le-ngannya, sekali lagi paras mukanya berubah, dia tak mengira Hu yong siancu yang nama-nya termasyhur dalam dunia persilatan sejak puluhan tahun berselang ternyata masih tetap berwujud sebagai seorang wanita ber-wajah cantik,

Huan Giok lien jadi kurang percaya, me-ngapa tokoh dari golongan lurus yang ter-masyhur namanya di dunia ini bisa berkom-plot dengan Oh Tin san?

Sementara itu naga sakti pembalik sungai masih memperkenalkan terus.

"....sedang nona ini adalah satu satunya putri kesayangan Han lihiap. bernama Ciu Siau cian...."

Huan Giok lien mengamati wajah Siau cian dengan seksama, lalu berpikir.

"Tak heran kalau ilmu pedangnya begitu sempurna, rupanya dia mempunyai seorang ibu yang nama besarnya telah menggetarkan seluruh dunia persilatan, tentu saja ilmu pedang putrinya tak akan sejelek ibunya ... *

Sementara masih termenung, Naga sakti pembalik sungai telah berkata lebih jauh .

"..... nona ini adalah satu sabtunya murid perjempuan To Seng gcu locianpwe, Sbi Cay soat...."

Lalu sambil menuding Lan See giok kata nya lagi.

"Sedang dia adalah putra tunggal si gurdi emas peluru perak Lan tayhiap, juga meru-pakan pewaris ilmu silat To Seng cu Cia locianpwe yang bernama Lan See giok.

Untuk pertama kalinya Huan Giok lien memperhatikan wajah Lan See giok, seketika itu juga ia terpikat oleh ketampanan wajah-nya. ia tidak percaya kalau dalam dunia ini bisa terdapat pemuda yang begitu tampan.

Maka setelah mendengar kalau Lan See giok adalah putra Lan Khong tay yang terso-hor dimasa lalu, tanpa terasa ia teringat kembali akan kisah romantis Lan Khong tay dengan Hu yong siancu.

Karenanya dia seperti memahami akan se-suatu, sorot matanya yang tajam berulang kali dialihkan dari wajah Hu-yong siancu ke wajah Lan See giok, seakan akan dia hendak mencari persamaan dari wajah ke dua orang ini, apakah diantara mereka berdua memang terjalin hubungan sebagai ibu dan anak.

Hu-yong siancu sudah cukup berpengala-man dalam hal semacam ini dia mempunyai perasaan yang tajam sekali, terutama atas sorot mata orang lain yang aneh

Kontan saja selembar wajahnya menjadi merah padam karena pandangan tersebut.

Naga sakti pembalik sungai segera berkerut menyaksikan kejadian itu sehingga dia lupa untuk memperkenalkan Siau thi gou

Padahal Siau thi gou sudah tak sabar menanti sedari tadi, tapi ia pun merasa kurang leluasa untuk mengumbar napsu karena itu setelah mendehem pelan katanya.

"Thio loko, masih ada aku?"

Segera si naga sakti pembalik sungai ter-i-ngat akan Siau thi gou, sambil tertawa ter-gelak. segera serunya.

Saudara berdua. biar kuperkenalkan se-orang lagi kepada kalian berdua"

Sambil, menuding ke arah Siau thi gou yang telah memasang gaya, dia berkata lebih jauh sambil tertawa.

"Dia adalah murrid pertama yangz diterima oleh wTo Seng cu lociranpwe sebelum yang lain. bila berbicara menurut urutan perguruan, maka Lan See giok masih pantas memanggil toa suheng kepadanya...,

"Ooh, tidak-tidak, engkoh Giok lah yang pantas menjadi toa suheng" cepat-cepat Siau thi gou membantah sambal menggoyang kaki tangannya berulang kali.

Oleh perkataan ini, meski semua orang tak sampai tertawa kegelian. namun suasana tegang yang semula, mencekam arenapun menjadi jauh lebih berkurang,

Naga sakti pembalik sungai berkata kemu-dian lebih jauh:

"Setelah kau dengar perkenalanku ini, tentunya kalianpun sudah dapat menduga apa maksud kedatangan kami bukan?

Huan Giok lien segera manggut-manggut, "Yaa, menurut perkenalan lo enghiong, ten-tunya kedatangan kalian untuk menjemput To seng cu untuk diajak pulang bukan?"! Dari ucapan "menjemput" Hu yong siancu sekalian segera berkesimpulan bahwa To Seng cu selain berada di pulau Wan san saat ini, keselamatan jiwanyapun tidak terancam.

Maka dengan wajah terkejut bercampur gembira ia mengangguk berulang kali.

"Betul, kami memang datang untuk me-ngajak dia orang tua pulang ke rumah."

Tanpa sangsi Huan Giok-lien segera ber-seru.

"Bagus sekali, mari ku ajak kalian men-jumpainya"

Oleh jawaban ini, Hu yong siancu sekalian menjadi setengah percaya setengah tidak, semuanya jadi tertegun

Tampaknya mereka tidak menyangka kalau masalahnya dapat berubah secepat ini, karenanya mereka saling berpandangan se-kejap seakan akan tak percaya kalau keja-dian ini merupakan suatu kenyataan.

Dalam pada itu Huan Giok lien telah berbi-sik sesuatu kepada si ikan hiu berekor pan-jang, tapi si ikan hiu berekor panjang seperti kurang setuju, sampai akhirnya Huan Giok lien melotot dengan kening berkerut,- dia baru melotot sekejap kearah La See giok sekalian dengan penuh kebencian lalu membalikkan badan dan menuju ke rombongan pelayan.



Setelah kepergian si ikan hiu berekor pan-jang, Huan Giok lien baru membalikkan badan menengok Lan See giok sambil berta-nya.

"Kalian membawa perahu?"

"Perahu kami ada didekat situ, mari ikut aku" jawab si naga sakti pembalik sungai.

Dengan perasaan penuh pengharapan dan gembira, berangkatlah semua orang mana ke perahu di tepi pantai..

Lan See giok juga merasa gembira, setelah semua orang berada diatas perahu tanpa tertahankan lagi dia berpaling kearah Huan Giok lien sambil bertanya.

"Tolong tanya kau hendak membawa kami pergi kemana sekarang...?"

Sikap Huan Giok lien tenang tanpa sikap permusuhan, sebelum pemuda itu menyele-saikan katanya ia telah menukas.

"Aku she Huan bernama Giok lien, Huan adalah nama marga dari Huan li hoo yang tersohor dimana-mana, sedang Giok berarti kemala."

Lan See giok cukup mengetahui maksud hatinya tanpa terasa dengan wajah memerah, buru-buru dia minta maaf.

"Maaf Huan lihiap, tolong tanya..."

Kembali Huan Giok Lien menggoyangkan tangannya sambil tertawa. "Sebutan Huan lihiap tidak berani kuterima, sebab dewasa ini orang yang pantas disebut sebagai se-orang "lihiap" didalam dunia persilatan cuma Han locianpwe seorang. yang lain sama sekali tak berhak mendapatkan predikat tersebut.

Hu yong siancu adalah orang yang pandai, memanfaatkan itu ia segera menyela sambil tersenyum,

"Aaah, mana, mana, nona Lien kelewat memuji!"

Panggilan "nona Lien" tersebut seketika membuat wajah Huan Giok lien jadi merah dadu dan berseri seri, dia benar-benar merasakan kegembiraan yang tak terkirakan.

Siau cian dan Cay soat yang memegang da-yung, kontan saja saling berpandangan sam-bil mencibirkan bibir setelah melihat wajah Huan Giok lien yang berseri itu .

"Tapi. oleh karena Hu yong siabncu yang menggujnakan sebutan tgersebut. maka tbak ada yang berani mengejek atau menggoda, apa lagi pihak lawan toh sebagai penunjuk jalan untuk bertemu dengan To Seng-cu-- ?

Memanfaatkan kesempatan dikala Huan Giok lien sedang gembira, Hu yong siancu segera mendesak lebih jauh.

"Nona Lien sekarang kita hendak pergi ke mana?" .

Sambil berusaha untuk mengendalikan rasa gembiranya yang meluap, sahut Huan Giok lien.

"Boanpwe mengajak cianpwe sekalian pergi ke istana Tiang siu kiong...."

Lan See giok ingin mengetahui kabar ten-tang gurunya secepat mungkin, dengan suara datar ia segera menyela.

"Apakah guruku berada di dalam istana Tiang Siu kiong?"

Huan giok lien menggelengkan kepala-nya berulang kali, sesudah tertawa genit sahut-nya.

"Tidak. To Seng-cu locianpwe tidak berada dalam istana Tiang siu kiong.., "

Berkilat sorot mata Lan See giok, wajahnya berubah hebat, tanpa terasa ia menegur de-ngan suara dalam.

"Lantas mengapa kau ajak kami pergi ke istana Tiang siu kiong. . ,"!"

Oleh sorot mata Lan See giok yang begitu tajam bagaikan sembilu ini, Huan Giok lim jadi terperanjat sampai tubuhnya menggigil, untuk beberapa saat dia tak tahu bagaimana mesti menjawab pertanyaan tersebut,

Hu yong siancu yang menjumpai paras muka Cay soat serta Siau thi gou turut berubah semua, dia kuatir tindakan mereka yang gegabah akan mempengaruhi situasi yang sedang mereka hadapi, maka", cepat-cepat ia menyela sambil tertawa,

"Nona Lien, tahukah kau To Seng-cu locianpwe berada dimana sekarang?"

"Boanpwe tidak tahu." agak gugup Huan Giok lien menggelengkan kepalanya.

Lan See giok merasa sangat kecewa, keke-cewaan itu segera berubah menjadi kobaran hawa amarah. tanpa terasa bentaknya.

Lalu siapa yang tahu..".

Bentakannya yang menggeledek ini segera menggetarkan perasaan Huan Giok lien se-hingga wajahnya berubah menjadi pucatb pasi, telinganjya mendengung kgeras dan sekalib lagi dibikin terperanjat.~

Hu Yong siancu cukup memahami pera-saan gelisah yang mencekam Lan See-giok saat ini. dia tidak menegurnya, tapi kepada Huan Giok-lien berkata dengan suara datar,

"Tahukah nona Lien. siapa yang mengeta-hui jejak Cia locianpwe berada dimana sekarang?"

Tampaknya Huan Giok lien mu1ai menye-sal karena tidak menurut peringatan dari ikan hiu berekor panjang dengan menghantar sendiri rombongan tersebut menuju istana Tiang-siu kiong, kini dia berdiri di ujung sampan dengan posisi terjepit, mau mencoba kabur lewat air pun sudah tak mungkin lagi sekarang.

Karena itu dengan alis mata berkernyit dia menengok kearah Hu yong siancu, kemudian menjawab.

"Kabar berita To Seng cu locianpwe yang sebenarnya hanya diketahui oleh guruku be-serta Cinjin dan Koay kiat."

Dengan lembut Hu yong siancu manggut-manggut. lalu bertanya lebih jauh.

"Apakah gurumu berada dalam istana Tiang siu kiong..."

Sekali lagi Huan Giok lien manggut-mang-gut.

"Benar dia berada di pulau besar itu"

Sambil berkata jari tangannya segera menuding kearah pulau besar dibagian te-ngah.

Siau cian dan Cay soat turut mendongak kan kepalanya memandang ke muka, pulau besar itu diliputi kegelapan, paling dekat pun jaraknya masih berapa li, karena itu mereka mendayung lebih kuat lagi sehingga sampan tersebut melesat ke depan dengan kecepatan bagaikan anak panah terlepas dari busurnya.

Naga sakti pembalik sungai paling mengu-atirkan bila tiga manusia aneh dari luar lau-tan berada di pulau tersebut. tiba-tiba sela-nya pula.

"Apakah Si to cinjin dan Hay lam koay kiat dua orang locianpwe sudah pulang ke rumah masing-masing." _ ,

"Belum, mereka masih berada di istana guruku"

Naga sakti pembralik sungai segzera berkerut kewning dan memandrang sekejap ke arah Hu yong siancu dengan gelisah ber-campur mu-rung---

Biarpun Hu yong siancu merasa gelisah di-dalam hati, namun di luar wajahnya

Masih tetap bersikap tenang, kembali dia tersenyum seraya bertanya:

"Nona-Lien, pernahkah kau bertemu muka dengan To Seng-cu locianpwe ...."!"

Kembali Huan Giok lien menggeleng:

"Oleh karena boanpwe berdiam di pulau lain, sebelum mendapat perintah suhu, boanpwe tak berani mendatangi, istana Thian siu kiong dengan sembarangan, itulah se-babnya belum pernah bersua dengan To Seng-cu locianpwe."

"Kali ini kau mengajak kami ke situ, apakah popo tak akan memarahimu?" se-ngaja Hu yong siancu bertanya lagi kehe-ranan.

"Tidak" Huan Giok lien menjawab tanpa ragu, "satu bulan berselang suhu telah berpesan, bila ada orang yang datang untuk menjemput To Seng cu locianpwe, perduli jumlahnya banyak atau sedikit, tua atau muda, segera mereka harus diajak pergi ke istana Tiang siu kiong..."

Diam-diam Hu yong siancu sekalian merasa terkejut, mereka tidak tahu apa se-babnya Wan san popo bisa tahu bakal ada orang yang datang menyelidiki jejak To Seng cu locianpwe?

Sementara itu, si naga Sakti pembalik su-ngai telah bertanya pula dengan pikiran mu-rung:

"Nona Lien, bagaimana sih hasil perundi-ngan dari To Seng cu locianpwe dengan su-humu sekalian? Akhirnya mereka telah me-nyekap To Seng cu locianpwe dimana? Masa nona Lien sama sekali tidak tahu?"

"Boanpwe benar-benar tidak tahu" jawab Huan Giok lien, sambil menggeleng tanpa ragu.

Berbicara sampai disini, dengan kening berkerut ia termenung sebentar, tiba-tiba tanyanya dengan nada aneh:



"Kalian benar-benar datang dari Wi lim poo?"

Hu Yong siancu dan Lan See giok sekalian mengangguk bersama sama.

Dengan wajah tidak mengerti Huan Giok lien segera berseru:

"Oh Tin San toako dan enci Ci hoa meru-pakan orang yang turut berunding disini, mereka semua tahu tentang tempat yang di-pakai untuk menyekap To Seng cu locianpwe, sewaktu kemari apakah kalian tidak bertanya kepada mereka?"

Mendengar ucapan mana, Hu yong siancu dan Lan See giok merasa mendongkol cam-pur menyesal, sewaktu bersua dengan Oh Tin san suami istri tempo hari, mereka hanya tahu membalas dendam dan lupa menanya-kan keadaan di luar lautan, setelah di sing-gung kembali oleh.... Huan Giok sekarang, mereka baru merasa menyesal kali...

Tapi persoalan apakah yang direncanakan dan dirundingkan Oh Tin San suami istri be-berapa orang itu merasa persoalan ini perlu diketahui dengan secepatnya.

Maka Hu yong siancu segera, bertanya:

"Nona Lien, tahukah kau persoalan yang dibicarakan Oh pocu suami istri ?"

"Sayang boanpwe tidak ikut hadir dalam perundingan tersebut, sehingga tidak tahu persoalan apakah yang sedang mereka bica-rakan.. sahut Huan Giok lien dengan nada permintaan maaf.

Tapi ketika berbicara sampai di situ, seperti teringat akan sesuatu, dengan gem-bira terusnya lagi:

"Aaaah, boanpwe dapat mengingat kembali sekarang, siau sumoayku Gi Hui hong me-ngetahui kejadian ini dengan amat jelas, se-bab sewaktu perundingan dilangsungkan dia melayani suhu di samping suhu pun paling suka dengannya."

Mendengar jawaban ini semua orang kem-bali merasa kecewa dan gelisah, karena siau sumoay Gi Hui hong yang dimaksud Huan Giok lien, biar pun sepanjang hari mendam-pingi Wan san popo, sudah pasti mereka tak mungkin pergi menjumpainya lebih dulu dan minta kepadanya untuk memberitahukan tempat penyekapan terhadap To Seng cu kepada mereka semua.

Melihat paras muka Hu yong siancu dan Lan See giok semua menunjukkan wajah mu-rung dan kesal, seperti hatinya diliputi ke-kuatiran, cepat-cepat Huan Giok lien meng-hibur:

"Biarpun demikian... menurut bboanpwe yang menjdapat kabar dargi sumber beritab yang dapat dipercaya, To Seng-cu locianpwe bukan disekap oleh suhu di suatu tempat, melainkan Cia locianpwe sendirilah yang bersedia tinggal di suatu tempat untuk me-ngasingkan diri."

Lan See giok kembali menghela napas dan gelisah, dengan cepat dia menyela:

"Dimanakah tempat untuk mengasingkan kan diri itu?"

Setelah ditegur oleh Lan See giok tadi, sampai sekarang Huan Giok lien masih men-dongkol, melihat ada kesempatan untuk membalas, cepat dia menarik muka sambil menegur: "Kau ini memang kebangetan sekali. bukankah sudah ku bilang aku tidak tahu, kalau tahu mengapa tidak kuberitahu-kan kepadamu?".

Sewaktu mengucapkan perkataan tersebut pada mukanya, dia memang menarik muka, tapi makin lama wajahnya semakin cerah dan akhirnya dia tak bisa menahan diri lagi untuk tertawa cekikikan, Sebenarnya Lan See giok hendak mengumbar hawa amarah nya, tapi setelah menjumpai nona itu tertawa, dia malah merasa rikuh dengan sendirinya.

Selama ini, Siau cian dan Cay soat sambil mendayung perahu, mereka tak hentinya, mengawasi keadaan kedua orang itu, se-waktu melihat sikap Huan Giok lien yang sengaja mengambek, tanpa terasa mereka saling berpandangan sambil tertawa lalu mencibir sinis.

Naga sakti pembalik sungai ada maksud untuk mencari sedikit kabar dari mulut Huan Giok lien, agar Lan See giok mempunyai per-siapan sebelumnya, sambil tersenyum tiba-tiba bertanya:

"Nona Lien, Si to cinjin dan Hay lam koay kiat belum pulang juga sampai kini, apa yang telah mereka kerjakan untuk mengisi, keko-songan selama setahun lebih ini?"

Agaknya Huan Giok lien dapat menebak pula maksud hati Naga sakti pembalik su-ngai, sahutnya sambil tertawa hambar:

"Saban hari mereka tiga orang tua. selalu minum teh, main catur dan melatih murid jika dilihat dari cara mereka memberi petun-juk dan mendidik para suheng dalam latihan ilmu silat, bisa jadi kesemuanya itu diper-siapkan untuk menghadapi saudara Lan ini,"

Sambil tersenyum dia mengerlinbg sekejap, agakjnya sedang menggerling ke arah bLan See giok dengan angkuh pemuda itu mendengus, sekulum senyuman dingin menghiasi wajah-nya bagi pandangannya, Hay gwaa Sam koaypun tak dipandang sebelah matapun, apalagi anak murid mereka bertiga? .

Menjumpai sikap angkuh anak muda itu, diam-diam Huan Giok lien merasa mendong-kol., serunya kemudian sambil tertawa di-ngin:

"Saudara-saudara seperguruanku yang berada di istana Tiang siu kiong, tidak sebo-doh aku Huan Giok lien, mereka tak ada yang tidak becus macam diriku ini."

Satu ingatan segera melintas dalam benak Hu yong siancu, sambil tersenyum ia segera bertanya:

"Nona Lien, murid siapa saja yang berada di dalam istana Tiang siu kiong?"

Tampaknya Huan Giok lien ada maksud untuk memanasi hati Lan See giok, dia mengerling sekejap ke arah pemuda tersebut lalu sahutnya rada angkuh:

"Jangan dibicarakan soal saudara-saudara seperguruanku yang lain, cukup kita ambil contoh adik seperguruanku yang paling kecil Gi Hui hong, selain wajahnya cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, tubuh yang tinggi semampai, terutama sekali bila ia perguna-kan ilmu pedang Peng pok leng hiang kiam-nya, belum pernah ada orang yang mampu menandinginya, bahkan tiga jago dari Hay lam yang menyerang bersama dan empat jago dari pulau Si to yang maju berbareng, tiada seorangpun berhasil meraih kemenangan..."

Lan See giok yang mendengar hal ini segera berkerut kening, kemudian tertawa hambar.

Melihat Lan See giok tidak terpengaruh oleh kata katanya, Huan Giok lien kembali berteriak dengan mendongkol:

"Kukatakan kepadamu, kau bukan tandi-ngannya, kau tak akan mengunggulinya, sekali pun kau sanggup mengalahkan dia, belum tentu dia akan menurut kemauanmu!"

Lan See giok, Siau cian dan Cay soat yang mendengarkan ucapan tersebut segera saling berpandangan sekejap kemudian sambil ter-tawa geli menggelengkan kepala kepalanya berulang kali, dalam hati mereka seakan akan sedang mengejek:

"Huuuh, siapa suruh kau mengatakan be-gini? Memangnya au bakal tertarik?"

Baru saja Huan Giok lien hendak berkat lebih jauh, sampan sudah merapat di pantai.

Semua orang lanrtas turun dari zperahu dan mengwikuti dibelakanrg Huan Giok lien menuju ke tengah pulau.

Sepanjang jalan mereka lalui batuan karang yang berbentuk aneh dengan aneka pohon dan rumput setinggi lutut, angin gunung yang berhembus lewat dan menggo-yangkan dedaunan, membuat suasana terasa terang dan menyeramkan.

Tanpa terasa mereka jadi teringat sebutan si ikan hiu berekor panjang atas pulau Wan san yang dikatakan sebagai pulau dewata mau tertawa rasanya karena geli.

Sementara itu Siau thi gou yang melihat keadaan pulau tersebut segera bertanya de-ngan gelisah:

"Hei, jarak sampai di istana Tiang siu kiong masih berapa jauh?"

Huan Giok lien tahu kalau Siau thi go se-dang bertanya kepadanya maka jawabnya hambar.

"Jaraknya masih ada tujuh delapan le-bih.."

"Kalau begitu. mengapa kita tidak menem-puh perjalanan lebih cepat lagi?" seru Siau thi gou lagi.

Maka semua orang mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing dan me-luncur ke tengah pulau.

Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai mesti tahu kalau Lan See giok sekalian tidak memandang sebelah matapun terhadap ke tiga manusia aneh dari luar lautan itu namun dia tahu, hal ini tak lebih cuma sikap "anak harimau yang tidak takut persoalan apapun."

Sebaliknya dia dan naga sakti pembalik sungai yang sudah berpengalaman luas di-dalam dunia persilatan cukup tahu akan ke-lihaian musuh, karena itu semakin mendekati tujuan perasaan mereka semakin bertambah gelisah.

Dalam perjalanan yang begitu cepat, tiada hentinya mereka berdua mengawasi beberapa orang bocah muda itu, mereka tidak tahu apakah nasib baik atau buruk yang akan menimpa mereka setibanya di istana Tiang siu kiong nanti?

Setelah menembusi hutan yang lebat dan melewati sebuah tebing yang tinggi, beratus-ratus kaki di depan mereka muncul sebuah bayangan hitam yang luas, hanya karena jaraknya terlalu jauh, semua orang tak dapat melihat dengan jelas..

Tiba-tiba Huan Giok lien berseru tertahan dan segera menghentikan tubuhnya dengan cepat.

Dengan perasaan tidak mengerti semua orang turut menghentikan. langkahnya dan menengok kearah Huan Giok lien dengan pandangan kaget bercampur tercengang.

Hu yong siancu tahu kalau ada hal-hal yang tidak beres, segera bisiknya lirih:

"Nona Lien, adakah sesuatu yang tidak beres?"

Dengan pandangan ragu dia menuding arah gerombolan hitam di kejauhan sana, lalu berkata:- "Disitulah letak istana Tiang siu kiong, biasanya tempat itu terang benderang bermandikan cahaya, tapi aneh benar malam ini mengapa tak nampak caha-ya lampu dan dicekam kegelapan?"

(Bersambung ke Bagian 48)

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar