Anak Berandalan Bagian 13

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Berandalan Bagian 13
Anak Berandalan Bagian 13

Di saat ini terdengar suara Souw Yan yang mengikik.

Suara tertawa wanita bukan satu macam, tertawa geli, tertawa riang, tertawa genit, tertawa merayu.

Sekarang Souw Yan sedang perdengarkan tertawanya yang bersifat merayu.

Kebanyakan wanita bisa tersenyum, bisa tertawa, maka dia cepat memikat hati laki-laki.

Ada juga yang menggunakan kerlingan matanya tertawa, lebih memikat hati lagi.

Ada yang menggunakan akal tertawa, ada yang menggunakan hidung tertawa, dan inilah cara-cara tertawa istimewa.

Ada lagi kaum wanita yang lebih aneh, seluruh kulit tubuhnya itu bisa mengeluarkan suara tertawa.

Dengan aneka macam tertawa, lebih memikat dan lebih menarik, mereka menggunakan dadanya bergoyang-goyang, mereka menggunakan pinggulnya yang disenggol-senggol dan mengangkat kakinya mengangkang, menggapaikan tangan impian.

Kalau bertemu dengan wanita - wanita type seperti ini, mana mungkin laki-laki tidak jatuh menyembah di bawahnya?

Souw Yan termasuk type wanita yang seperti ini.

Dadanya tersembal-sembul, pinggangnya bergoyang, kakinya menggesek-gesek Siauw Cap-it-long.

Sangat merangsang!

Siauw Cap-it-long juga terbuat dari darah daging, birahinya mulai bergelora, ia tidak sanggup bertahan lagi:

“Hi,hi,hi,....” Souw Yan tertawa lagi.

Berkumandang di seluruh isi kamar.

Siauw Cap-it-long menatap gadis itu dan bertanya:

“Apa yang kau tertawakan?”

“Kau sangat licik.” berkata Souw Yan.

“Mengapa?” bertanya Siauw Cap-it-long.

“Kau!” menuding jari-jari hingga mengenai hidung Siauw Cap-it-long, Souw Yan tertawa. “Kau memiliki istri yang begitu cantik, tapi masih keluyuran di waktu malam.”

“Keluyuran ke dalam kamarmu.” berkata Siauw Cap-it-long.

“Kau tidak bisa berbuat pendiam?”

“Aku adalah laki-laki yang jujur.”

Lagi-lagi Souw Yan tertawa ngikik, berkata:

“Ada ungkapan yang membuat contoh laki-laki adalah teko, wanita adalah cangkirnya, satu teko bisa mengisi beberapa cangkir.”

“Luar biasa” memuji Siauw Cap-it-long. “Perumpamaan yang luar biasa. Siapa yang bercerita tentang ini?”

“Tentu saja cerita orang laki-laki,” berkata Souw Yan.

“Banyak laki-laki yang kau kenal?”

Tidak sebanyak wanita yang kau kenal,” berkata Souw Yan. “Aku heran, begitu banyak wanita ditempat ini, mengapa hanya memilih aku seorang?”

Dengan tertawa Siauw Cap-it-long berkata:

“Setiap orang yang rakus, tentu memilih buah yang paling enak untuk dimakan.”

“Ha, ha … aku bukan buah.”

“Tapi kau bisa dimakan,” berkata Siauw Cap-it-long.

“Hai, hai …”

“Ha, ha …”

“Aku heran, belum pernah aku mengirim kerlingan mata kepadamu. Belum pernah menggoda dirimu, bagaimana kau tahu, kalau aku juga bisa digaet?”

Siauw Cap-it-long berkata:

“Wanita yang menyembunyikan perasaannya lebih mudah diajak naik ketempat tidur, semakin mudah diajak berjalan, cara-cara ini lebih mudah dimengerti oleh laki-laki.”

Apa lagi, wanita yang berada didalam Istana Boneka!

Tidak menunggu ucapan Siauw Cap-it-long selesai, Souw Yan menggabruk-gabrukan tangannya, memukul Siauw Cap-it-long dan berkata:

“Kau jahat. Jahat.”

“Siapa yang jahat.”

“Kau! Kau kira aku mudah dipikat laki-laki biasa. Huh! Beberapa kali Lui Bie hendak menyeret diriku, selalu kutolak mentah-mentah, hampir dia gila penasaran, karena tidak mendapatkanku. Begitu kulihat mukanya yang bopengan, darahku sudah naik keotak.”

“Ha, ha …” Siauw Cap-it-long tertawa. “Bopengan juga ada bagusnya, diantara sepuluh wanita, sembilan diantaranya lebih suka laki-laki bopengan, apa lagi sesudah lampu dimatikan …”

Pok … Souw Yan menampar perlahan, dengan tertawa ia berkata:

“Hei, kau juga laki-laki bergajul, kukira hanya Lui Bie seorang yang jahat, tidak tahunya ada yang lebih genit darinya.”

Siauw Cap-it-long berkata: “Kecuali pendekar kuda sembrani Liong Kui, kukira tidak ada laki-laki yang tidak genit.”

“Ya,” Souw Yan membenarkan kata-kata Siauw Cap-it-long. “Tidak ada laki-laki yang tidak genit.”

“Bagaimana dengan keadaannya dua kakek tukang main catur itu?” bertanya Siauw Cap-it-long. “Kecuali bermain catur, kukira dia tidak memiliki hobby kepada wanita.”

Souw Yan memonyongkan mulutnya dan berkata:

“Salah. Dua kakek bangkotan itu lebih suka dari pada laki-laki lain, mereka masih mempunyai rangsangan yang kuat. Kecuali gadis yang disekap oleh chungcu, tidak ada gadis yang tidak pernah dijamah oleh mereka.”

Chungcu adalah penggilan untuk Raja Boneka.

“Termasuk kedua isteri si pendekar tikar terbang Lui Bie?” bertanya Siauw Cap-it-long.

“Kedua cabo itu lebih genit lagi, mereka yang mengantarkan diri. Memang maunya.”

“Apa Lui Bie tidak mengajukan protes?”

“Hal itu dianggap sebagai makanan biasa. Apa Lui Bie tidak pernah memberi tahu keadaannya, ia senang memberikan isteri-isterinya kepada orang, mungkinkah kau tidak pernah ditawari? Aku tidak percaya.”

“Oh …”

“Sepintas lalu, Lui Bie tampaknya sangat galak. Tapi menghadapi kedua kakek bangkotan itu, ia betul-betul mati kutu, tidak beraani mendongakkan kepala sedikitpun.”

Siauw Cap-it-long berkata:

“Siapa yang tidak kenal kepada pendekar tikar terbang Lui Bie, mengapa dia juga takut orang?”

Mendapat pertanyaan ini, Souw Yan bungkam. Tidak bicara.

Siauw Cap-it-long bertanya lagi:

“Mungkinkah ilmu kepandaian kedua kakek itu sangat hebat? Sehingga Lui Bie tidak bisa memenangkan mereka?”

Souw Yan masih belum mau membuka mulut, tetap membungkam dalam seribu bahasa.

Siauw Cap-it-long bertanya lagi:

“Siapa nama-nama kedua kakek tukang catur itu?”

“Aku tidak tahu,” jawab Souw Yan singkat.

Siauw Cap-it-long tertawa, dia berteriak:

“Kapan kedatangan mereka ditempat ini? Kukira kau bisa tahu?”

“Aku juga tidak tahu,” berkata Souw Yan. “Dikala aku tersulap kedalam Istana Boneka, mereka sudah berada disini.”

“Kapan kau disihir oleh Thian-kongcu menjadi boneka mainannya?”

“Pada beberapa tahun yang lalu.”

“Bagaimana kau bisa berada ditempat ini?”

Souw Yan memaksakan diri tertawa, dan berkata:

“Seperti kalian juga, aku bingung atas kejadian-kejadian ini, aku tidak mengerti, tahu-tahu tubuhku sudah menjadi kecil, sekecil boneka dan hidup diantara boneka-boneka lain.”

“Umurmu masih muda,” berkata Siauw Cap-it-long. “Mungkinkah rela hidup menjadi manusia boneka?”

“Tidak relapun tidak bisa,” berkata Souw Yan. “Dibawah jampi-jampi si manusia gila boneka Thian-kongcu, apa yang bisa kita lakukan?” Sesudah itu, Souw Yan menubruk Siauw Cap-it-long lagi, menggumulinya dan mengguling-gulingkannya, dia berkata:

“Hei, kita sedang mencari kesenangan, mengapa harus mengurusi tektek-bengek yang seperti itu?”

Siauw Cap-it-long juga meremas-remasi dua benda Souw Yan, tiba-tiba ia meringis, kakinya kelojotan, tampak seolah-olah sangat sakit.

Souw Yan terkejut, ia mengajukan pertanyaan:

“Eh? Kenapa?”

Napas Siauw Cap-it-long disengal-sengalkan, dia berkata:

“Oh … oh … lukaku kambuh lagi … lukaku belum sembuh betul.”

Wajah Souw Yan menjadi merah, ia mengertek gigi, menudingkan jarinya dan berkata marah. “Sialan! Pilih sono, pilih sini, akhirnya terpilih manusia yang tiada guna. Dasar nasib!”

Indehoy tidak bisa dilanjutkan.

SIM PEK KUN masih menunggu-nunggu kedatangan Siauw Cap-it-long, dia duduk dibangku, menghadapi makanan-makanan yang sudah menjadi dingin, kini mulai mengucurkan air mata.

Kemana kepergian Siauw Cap-it-long?

Dia tidak tahu, disaat itu Siauw Cap-it-long sedang bersama dengan Souw Yan.

Sayur mayur dimeja telah menjadi dingin, tidak pernah disentuh olehnya.

Ini waktu, terdengar suara pintu diketok.

Cepat-cepat Sim Pek Kun menyusut air matanya, memelihara wajah itu agar tetap segar.

Beberapa kali Siauw Cap-it-long mengetuk pintu, baru Sim Pek Kun bangkit berdiri, dan membuka pintu tersebut.

Didepan pintu berdiri itu laki-laki yang mempunyai sepasang mata bersinar.

Biasanya, Sim Pek Kun menyambut kedatangan Siauw Cap-it-long dengan wajah yang riang. Tapi kali ini tidak, ia menundukkan kepala, memandang lantai bawah.

“Kau sudah makan diluar?” Sim Pek Kun bertanya perlahan.

“Belum,” jawab Siauw Cap-it-long. “Eh, kau juga belum makan? Mengapa tidak makan dahulu.”

“Aku … aku belum lapar,” jawab Sim Pek Kun.

Inilah jawaban bohong!”

Siauw Cap-it-long bisa melihat adanya sedikit perubahan, kalau dia pulang disambut dengan senyuman sang ratu rimba persilatan, seperti bunga baru mekar, tentu saja ia bergirang hati.

Hari ini tidak, selalu Sim Pek Kun menundukkan kepalanya kebawah.

Tanpa memandang Siauw Cap-it-long, Sim Pek Kun mengambilkan nasi, perlahan-lahan diletakkannya didepan Siauw Cap-it-long, dia berkata:

“Sayur-sayur ini sudah dingin, makanlah seadanya, sayur-sayur dari daerah utara, paling disenangi olehmu.”

Siauw Cap-it-long bisa merasakan adanya kehangatan rumah-tangga, ia hidup dalam keadaan yang ajaib, didalam istana boneka. Tapi turut sertanya Sim Pek Kun ditempat ini membuat ia tidak begitu kesepian

Sim Pek Kun juga mengambil nasi, sangat sedikit, duduk disebelahnya Siauw Cap-it-long, dan makan perlahan-lahan.

Perut Siauw Cap-it-long juga sudah terasa lapar, ia melahap makanan.

Tiba-tiba timbul perasaan bersalah, Siauw Cap-it-long mendapat firasat kurang baik, adanya perubahan atas Sim Pek Kun tentu telah terjadi sesuatu.

Keadaan Siauw Cap-it-long tidak beda jauh dengan keadaan sang suami yang menyeleweng diluar, disaat ia kembali dirumah, dan mendapat pelayanan yang baik dari isteri itu, tanpa tegoran, tanpa omelan, tentu saja dia sangat bersalah dan merasa menyesal.

Akhirnya Siauw Cap-it-long membuka mulut, ia berkata:

“Selama beberapa hari ini, aku telah memeriksa seluruh ruangan-ruangan yang berada didalam istana boneka.”

“Oh …” Sim Pek Kun memberikan jawaban singkat.

Siauw Cap-it-long berkata lagi:

“Kukira ruangan yang ada lebih daripada dua puluh delapan ruangan, paling sedikit ada tiga puluh ruangan, tapi ubek-ubekan kucari kesana kemari, belum berhasil menemukan dua ruangan yang tersembunyi.”

Sim Pek Kun masih terdiam, perlahan-lahan meletakkan sumpitnya dan berkata:

“Disini banyak anak gadis muda, gadis-gadis itu lebih pandai bicara, mulutnya gampang nyerocos, mengapa kau tidak bertanya kepada mereka?”

Nah! Siauw Cap-it-long mengerti, apa yang menyebabkan kemarahan Sim Pek Kun. Ternyata terlalu banyaknya gadis-gadis muda yang berada didalam istana boneka.

Ternyata Sim Pek Kun cemburu. Cemburu karena ia tidak pulang makan malam.

Seorang laki-laki bisa menjadi bangga, karena memiliki isteri yang bisa mengutarakan rasa cemburunya.

Demikian juga Siauw Cap-it-long, dia bangga atas prestasi yang dicapai olehnya, ternyata Sim Pek Kun menaruh sedikit cemburu.

Inilah perasaan yang belum pernah dirasakan selama seumur hidupnya.

Memandang kearah Sim Pek Kun, Siauw Cap-it-long berkata:

“Seharusnya kau makan saja seorang diri.”

“Dan kau makan bersama-sama dengan gadis-gadis remaja,” berkata Sim Pek Kun.

Siauw Cap-it-long menyengir, tugasnya untuk memunahkan sihir-sihir si manusia gila boneka Thian-kongcu, ia berkata:

“Memang maksudku hendak mengajukan pertanyaan kepada mereka, sayang tidak mendapat jawaban yang sempurna.”

Sim Pek Kun menoleh kearah laki-laki itu, seolah-olah hendak menemukan rahasa Siauw Cap-it-long.

Si jago berandalan meneruskan keterangannya, ia berkata:

“Semakin rapat mereka menutup mulut semakin besar rasa kecurigaanku. Disini terdapat suatu bukti, ada sesuatu yang disembunyikan. Ada sesuatu rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang luar, rahasia apa itu? Kalau saja aku bisa menduga, kita bisa bebas dari istana boneka.”

Sim Pek Kun bertanya perlahan:

“Kau masih hendak mengajukan pertanyaan kepada mereka?”

Siauw Cap-it-long menatap wajah ratu cantik itu dan berkata:

“Kukira sudah cukup.”

Kepala Sim Pek Kun ditundukkan kebawah, semakin rendah, tapi mulutnya asam cemberut, kini mulai tampak menjadi cerah.

Sedapat mungkin Sim Pek Kun menahan rasa girang itu, tapi tidak bisa dibendung akhirnya iapun tertawa.

Melihat senyum dan tawa Sim Pek Kun, perut Siauw Cap-it-long bertambah lapar, dilahapnya santapan tersebut, ia makan sampai banyak.

“Gadis muda remaja sudah kutanyakan,” ia berkata. “Esok hari, giliran bertanya kepada si kakek tua.”

Sim Pek Kun tertawa cerah dan berkata:

“Kukira … kukira kau bisa pulang lebih pagi …”

Terasa selembar muka Sim Pek Kun menjadi merah jengah, ia malu atas perhatian yang berlebih-lebihan itu.

Kalau rasa cemburu seorang wanita terlalu dibesar-besarkan, sang laki bisa menjadi pusing kepala.

Demikian keadaan Siau Cap-it-long, ditambah lagi cemburu Sim Pek Kun, dia bisa merasakan kesulitan itu.

Tanpa cemburu sama sekali, laki-laki itu bisa kehilangan sendi pegangan hidupnya.

HARI berikutnya …

Udara cerah, matahari terang-benderang.

Siau Cap-it-long berjalan-jalan, ia mendekati taman, kini diperhatikannya daerah ini. Pertama-tama yang menarik perhatian Siau Cap-it-long adalah bangunan tembok yang tinggi, tembok itu tidak bisa dijangkau oleh susunan tumpuk enam orang.

Pintu tembok yang terbuka, hari ini sudah dikunci dan diselot.

Siapa yang mengunci pintu itu? Mengapa?

Didalam mata si manusia gila boneka Thian-kongcu, boneka-boneka hidup ini terlalu kecil, dimisalkan berani lari dengan dua kali langkah dengan hanya menekan jempolnya saja, dia bisa memencet mampus. Mengapa harus membuat penjagaan yang begitu ketat?

Mengapa harus membangun tembok yang begitu tinggi? Mengapa harus mengunci pintu istana dengan rapat?

Tampak sekilas senyuman Siau Cap-it-long, dia sudah bisa memcahkan sebagian dari rahasia itu. Kini ia harus menemukan fakta2 yang lebih baik.

Entah mulai saat kapan, kedua kakek catur sudah berada ditempat gardu permainan. Mereka meminum arak dan bermain catur lagi.

Perlahan-lahan, dengan menggendong kedua tangan dibelakang, Siau Cap-it-long mendekati kedua kakek pemain catur itu.

Orang tua berbaju coklat dan orang tua berbaju hijau sedang menekunkan permainan mereka, seperti tidak tahu, kalau ada sesuatu yang dating.

Angin berhembus perlahan, air mengalir dengan tenang.

Sikapnya kedua orang tersebut juga sangat tenang.

Disaat Siau Cap-it-long sudah dekat dengan orang2 itu, seolah-olah ada sesuatu yang mengandung hawa pembunuhan, seperti mendekati dua bilah pisau yang keluar dari kerangkanya.

Tajam!

Setiap senjata bagus memiliki cahaya tajam, dan disertai juga dengan hawa pembunuhan. Tokoh-tokoh silat yang berilmu kepandaian tinggi, sudah biasa membunuh orang. Karena itu menyelujuri dirinya juga terdapat hawa pembunuhan.

Siau Cap-it-long bisa merasakan, kedua kakek tua itu bukan jago biasa, hawa pembunuhan telah menyelujuri tubuh-tubuh mereka.

Itulah hawa maut.

Orang tua berbaju coklat sedang mengangkat biji pion, tapi tidak segera diletakkan, seolah-olah ia sedang berpikir, maju satu tapak, atau dua kotak?

Orang tua berbaju hijau bertopang dagu, tangan kanannya mengangkat cawan, perlahan-lahan mengecup minuman itu.

Sepintas lalu, orang tua berbaju hijau memiliki tehnik catur yang lebih tinggi dari pada lawannya.

Sebentar kemudian, orang tua berbaju hijau, mengeringkan isi cawan arak itu.

Orang tua berbaju coklat masih belum meletakkan biji pionnya, ia memikir lama, maju satu langkah atau dua tapak?

Orang tua berbaju hijau menoleh kearah Siauw Cap-it-long, menyodorkan cawan arak yang sudah menjadi kosong.

Itulah satu permainan, agar si jago berandalan bisa mengisikan cawan yang kosong.

Siauw Cap-it-long dibudak jongoskan.

Pada meja tidak jauh dari mereka terdapat satu poci arak, tapi arak itu masih terisi penuh.

Siauw Cap-it-long memandang kearah poci arak dan memandang kearah sodoran tangan si kakek berbaju hijau.

Hanya berpikir:

“Aku bukan budak kalian! Mengapa harus menerima perintah?”

Kalau orang lain yang menghadapi situasi yang seperti itu, mungkin ia memaki kalang-kabutan, atau menggibrik-gibrikan badan, berjalan dan ngeloyor pergi.

Siauw Cap-it-long memiliki kesabaran yang luar biasa, tanpa kemarahan, ia mengambil poci arak, menjujukan mulut poci kearah cawan, dengan maksud menuangkan arak kepada si kakek berbaju hijau.

Kalau saja ia memiringkan sedikit poci itu, pasti arak mengucur keluar dari tempatnya, memenuhi cawan si orang tua berbaju hijau.

Tapi disaat itu, tubuh Siauw Cap-it-long tidak bergerak. Seolah-olah dia tersihir, menjadi patung batu.

Tangan orang tua berbaju hijau juga tetap tersodor, menunggu datangnya tuangan arak itu.

Siauw Cap-it-long masih tidak bergerak, dengan poci ditangannya, juga tidak bisa menuangkan keluar arak.

Orang tua berbaju coklat yang memegang biji catur juga membeku, belum meletakkan biji catur itu diatas papan.

Ketiga orang tadi seperti kena disihir, mereka masing-masing membeku, seolah-olah sudah ditakdirkan menjadi boneka mati.

Dari boneka hidup, mereka seperti hendak menjadi boneka asli. Boneka yang tidak bisa bergerak.

Matahari menggelusur ketengah, dan berada tepat diatas kepala mereka.

Kedua kakek tua pemain catur dan Siauw Cap-it-long masih tidak bergerak, mereka membawakan sikap yang seperti tadi.

Bayangan mereka yang panjang akhirnya memendek, karena matahari sudah berada diatas kepala.

Masih belum ada seorang yang mulai bergerak.

Matahari condong kearah barat, maka tiga bayangan itupun sudah bergeser memanjang kearah timur.

Sangat aneh bin ajaib, hanya sedikit tuangan saja, hanya sedikit dorongan tangan, seharusnya Siauw Cap-it-long bisa menuangkan isi arak.

Dan tangan itu begitu berat, tidak berhasil digerakkan olehnya.

Tiga jam lagi telah berlalu.

Tangan Siauw Cap-it-long seperti menjadi batu, tidak bisa digerakan.

Sikapnya orang tua berbaju hijau sangat tenang, bibirnya yang tersungging senyuman ewa itu memperhatikan perubahan, kini ia menjadi heran atas ketekunan dan kekuatan Siauw Cap-it-long.

Agaknya orang tua berbaju hijau sudah mulai kehilangan sabar.

Orang tua berbaju hijau tidak bisa menyelami isi hati Siauw Cap-it-long, rasa kagetnya Siauw Cap-it-long lebih hebat sepuluh kali lipat dari rasa kagetnya orang tua pemain catur itu.

Poci arak ditangan Siauw Cap-it-long semakin lama semakin memberat, seolah-olah menjadi sebuah bongkah batu yang besar.

Tangan Siauw Cap-it-long mulai kesemutan, rasa kesemutan itu mulai menjalar terus sehingga naik keatas pundak.

Keringa mengucur membasahi tubuh Siauw Cap-it-long, itulah pertandingan mengadu kekuatan tenaga dalam.

Siauw Cap-it-long masih menggigit bibir, ia mempertahankan kekuatannya, hendak menguji kekuatan dari orang tua-tua yang selalu main catur itu.

Biar bagaimana Siauw Cap-it-long harus mempertahankan kedudukannya yang pertama, ia tidak boleh bergerak, bergerak adalah kematian.

Jiwa Siauw Cap-it-long sudah berada diujung maut.

Mereka tidak menggunakan pedang, tanpa teriakan dan pekikan, masing-masing membeku, seolah-olah betul-betul boneka mati, tidak bergerak, tapi ujian-ujian lebih hebat dari pertandingan yang bagaimana besarpun juga.

Kalau saja arak dipoci Siauw Cap-it-long bisa meletus, keluar dari tempatnya, walau hanya sedikit, pasti darah Siauw Cap-it-long tersembur dari sumber-sumber urat nadinya.

Inilah pertandingan tenaga dalam, pertandingan kekuatan iman, pertandingan kondisi badan, dan pertandingan kesabaran.

Pertandingan besar yang tidak terlihat kebesarannya!

Pertandingan hebat yang tidak tampak kehebatannya!

Pertandingan itu sudah berlangsung satu hari, hari menjadi magrib, kini kegelapan mengarungi suasana.

Pertandingan masih berlangsung terus.

Didalam istana boneka, semua orang hanya mementingkan kepentingan sendiri. Egoistis!

Tidak ada yang mengambil sikap peduli, bagaimana akhir pertandingan, dalam keadaan yang seperti itu.

MALAM TERPANJANG

KEADAAN betul-betul menjadi gelap, gelap mengarungi jagat.

Diruangan-ruangan dari seluruh isi istana boneka telah dipasang penerangan, lampu-lampu bercahaya.

Memang cahaya penerangan itu tidak bisa disamakan dengan cahaya matahari, agak redup dan kurang menarik.

Tapi cukup memikat!

Dilorong-lorong, samar-samar tampak juga lampu-lampu teng yang baru disundut.

Tertojos oleh cahaya-cahaya dari penerangan-penerangan itu, wajah orang tua berbaju hijau berkeriput. Dagingnya yang pucat-pasi semakin menyeramkan, seolah-olah bangkai hidup.

Apa jadinya? Kalau seorang boneka hidup mati?

Mencair?

Membeku?

Atau membesar kembali menjadi manusia yang normal?

Siauw Cap-it-long belum bisa menjangkau pikiran sejauh itu, karena dia yakin, ia sedang didalam suatu rencana tipu-muslihat yang luar biasa!

Tangan Siauw Cap-it-long juga gemetaran, dia menyesal atas terjadinya pertandingan tenaga dalam itu.

Sebelumnya, ia tidak bisa mengira-ngira, bagaimana kekuatan tenaga kedua kakek yang duduk diatas papan catur itu.

Sebab ia kurang yakin, maka dijajalnya juga.

Kini betul-betul terbukti, dugaannya tidak salah lagi. Kedua kekek yang kerjanya main catur siang malam itulah tokoh-tokoh ternama dijaman silam.

Jago-jago silat yang bisa bertahan sehingga sampai tiga jaman!

Mana mungkin ia memenangkan pertandingan itu?”

Wajah si kakek berbaju hijau yang pucat-pasi masih membeku, tiada tampak ada darah ditempat itu.

Siauw Cap-it-long sudah hampir tidak sanggup bertahan, ada niatan untuk melepaskan tangannya, tapi dengan cara-cara yang seperti itu, berarti mencari kematian, jiwanya akan putus segera.

Orang tua yang berbaju coklat yang memegang biji catur turut membeku, dari pagi sehingga malam itu, dia tidak pernah meletakkan biji caturnya. Kini dia menoleh, bergerak dan tersenyum sebentar, dia bukan boneka, dia hidup biji caturnya yang hendak ditaruh dipapan catur dibatalkan, diarahkan kearah poci dan menyambit.

Bruk … bjaaar …

Biji catur itu memecahkan poci arak. Maka menyelesaikan pertandingan Siauw Cap-it-long dengan orang tua berbaju hijau.

Siauw Cap-it-long mundur kebelakang, napasnya sengal-sengal.

Karena pecahnya poci arak, maka cairan benda keras itu kini meleleh, memenuhi cawan si orang tua berbaju hijau.

Orang tua berbaju hijau juga bergerak, menarik tangan yang sudah disodorkan lama, tanpa menoleh kearah Siauw Cap-it-long, kini dia menenggak arak itu.

Seolah-olah tidak terjadi sesuatu yang menegangkan.

Orang tua berbaju coklat menggapaikan tangan, menyedot kembali biji caturnya. Kini biji catur itu diletakkan diatas papan.

Ini juga termasuk demonstrasi mengadu kekuatan tenaga dalam yang hebat!

“Awas!” dia memberi peringatan kepada lawan.

Orang tua berbaju hijau mengganti pusat perhatiannya, dicurahkan kearah papan catur, dan menyambung permainan catur yang terhenti.

Kedua kakek aneh bertemu dengan Siauw Cap-it-long yang aneh.

Sesudah mereka mengukur kekuatan tenaga dalam, ternyata kekuatan itu seimbang.

Perlahan-lahan Siauw Cap-it-long ngeloyor pergi.

Langkah yang aneh!

Kedua kakek menyambung permainan catur mereka.

Juga cara aneh!

SIAUW CAP-IT-LONG ngeloyor balik. Ia meninggalkan kedua kakek yang masih asyik bermain catur.

Dia heran, dengan alasan apa, kedua jago silat itu ganti haluan? Dengan alasan apa, bermain catur pagi, siang dan malam?

Ia menginjakkan kakinya dilorong Istana Boneka.

Siauw Cap-it-long nyaris dari jurang kematian.

Ia berjalan dengan langkah ringan, melewati lampu-lampu gantung yang dipasang dilorong-lorong istana.

Ternyata hidup itu mempunyai daya magnit yang hebat.

Sanubarinya hidup mendapat berkah Tuhan!

Sebelum melakukan pertandingan duel maut, Siauw Cap-it-long tidak menyangka kalau kekuatan hidup seseorang itu sangat penting sekali.

Ilmu silatnya tinggi, otaknya cerdas, penilaiannya tepat, karena itu, belum pernah Siauw Cap-it-long mengalami krisis-krisis maut. Yang terakhir, ia masuk kedalam istana boneka. Mengadu tenaga dalam dengan orang tua berbaju hijau tadi.

Baru kini ia sadar, bahwa ilmu kepandaiannya itu juga terbatas, masih ada jago yang berada diatas dirinya.

Didalam hal ini, ia hanya menduduki jago silat super kuat, belum berarti jago silat super sakti tanpa tandingan!

Ia nyaris dari kematian, dan hidup kembali.

Tapi rasa girangnya Siauw Cap-it-long tidak kepalang, dia bisa membuktikan bahwa dugaannya itu tidak salah.

Mengelus-elus tangannya, Siauw Cap-it-long menuju kearah kamar yang sudah ditunjuk, kamar didalam Istana Boneka!

Sayur sudah dingin … terngiang suara Sim Pek Kun.

Pasti ia mendapat omelan lagi!

Siauw Cap-it-long mempercepat langkahnya, menuju kearah pintu.

Hari ini adalah hari yang terhebat untuk dirinya, biar bagaimana, dia berhasil melewatkan hari krisis.

Akhirnya ia berhasil menemukan sesuatu yang hebat.

Seluruh tulang-tulangnya masih terasa sakit dan ngilu karena adanya adu pertandingan tenaga dalam tadi.

Hati Siauw Cap-it-long sangat girang, ia harus cepat-cepat pulang, menangsal perut, menenggak arak, melewati hari, tidur sehingga besok.

Besok …! Ya! Besok …

Besok akan terjadi sesuatu yang lebih hebat.

Siauw Cap-it-long membongkar perdukunan si manusia gila boneka Thian-kongcu.

Siauw Cap-it-long sudah berada didepan pintu.

Pintu masih tertutup.

Tentu Sim Pek Kun menunggunya dengan hati tidak sabar.

Siauw Cap-it-long berpikir:

“Kuharap saja ia tidak menyangka yang bukan-bukan.”

Karena adanya drama dikemarin hari, karena adanya urusan Souw Yan, tentu Siauw Cap-it-long merasa bersalah. Ia takut kalau Sim Pek Kun itu bercembetut pula, menyalahkan dirinya yang menemui gadis-gadis muda.

Perlahan-lahan Siauw Cap-it-long mendorong pintu, dengan harapan bisa mendapat penyambutan Sim Pek Kun yang meriah, disambut oleh wajah Sim Pek Kun yang mekar bagaikan bunga.

Siauw Cap-it-long belum tahu, apa yang sudah terjadi dibalik pintu.

Apakah yang sudah terjadi?

Kalau saja Siauw Cap-it-long tahu, tidak mungkin dia berani mendorong pintu ruangan itu.

DIMEJA kamar, Capcay, buyunghay, paklay dan makanan-makanan lain-lainnya telah tersedia, tidak ketinggalan juga arak dimeja.

Tukang masak yang memasak makanan ini adalah tukang masak daerah Tiong-tjiu yang ternama.

Sayur sudah dingin.

Didepan makanan tersebut, duduk disebuah kursi, sesuatu bayangan yang sedang menunggu.

Tapi orang itu seperti patung, itulah penghuni Istana Boneka yang ternama, dia menyebut dirinya sebagai raja boneka.

Lampu didalam kamar itu tidak dinyalakan.

Penerangan-penerangan dari luar kamar mencorot masuk, membuat satu pemandangan yang redup.

Raja Boneka duduk didepan meja makan, begitu misterius, sulit diduga, ia tidak bergerak, seolah-olah hantu, atau setan gentayangan, atau juga ia sudah menjadi boneka mati.

Pada dinding tembok, tergantung gambar-gambar.

Sepasang mata Raja Boneka menatap gambar-gambar itu.

Disaat Siauw Cap-it-long melangkahkan kakinya memasuki ruangan, hati si Raja Boneka seperti tenggelam.

Begitu juga hati Siauw Cap-it-long hampir terlompat keluar dari kerangka mulutnya.

Ia sudah menemukan sesuatu bayanan yang tidak baik, mendapat firasat yang sangat buruk.

Seolah-olah seekor srigala yang mengendus bau manusia, mengendus adanya bahaya, keadaan menegang.

Siauw Cap-it-long menahan gerak kakinya.

Siauw Cap-it-long menatap kearah raja boneka itu.

Raja boneka sedang membelakangi Siauw Cap-it-long, ia dapat menangkap derap langkah kaku orang yang ditunggu, tapi ia tidak menolehkan kepalanya.

Siauw Cap-it-long menjadi ragu-ragu, tapi ia harus mengatasi persoalan ini, perlahan-lahan ia duduk didepan orang itu.

Siauw Cap-it-long mengambil putusan yang tepat, dia tidak mau mengajukan pertanyaan, sebelum mengetahui jelas maksud tujuan dari raja boneka.

Perubahan apa yang sudah terjadi? Mengapa Sim Pek Kun tidak berada didalam kamar itu?

Boneka2 hidup?

Raja boneka juga diam, tidak bergerak. Menutup mata dan mengunci mulutnya. Keadaan semakin menegang.

Siauw Cap-it-long tidak biasa dengan keadaan yang seperti itu, setelah mengalami pertempuran terus-menerus selama satu hari, ia merasa bahagia, dia menuangkan arak, diteguknya cepat.

Raja boneka juga mengambil cawan arak, mengisi penuh dan meminum.

Kedua orang itu saling pandang memandang.

Akhirnya raja boneka mulai menggerakkan mulut. Ia tertawa sebentar dan berkata:

“Hari ini kau lelah sekali.

“Masih untung, berkata Siauw Cap-it-long.

“Menempur mereka, sama saja artinya dengan membentur maut, tidak peduli caranya bagaimana, keadaannya sama saja, sangat meletihkan diri.”

“Beruntung aku nyaris lolos dari ancaman maut,” berkata Siauw Cap-it-long.

Mata raja boneka berkilat-kilat, itulah mata manusia biasa, memandang Siauw Cap-it-long, mengajukan pertanyaan:

“Sesudah melakukan duel yang seperti tadi, kau bisa mengetahui asal-usulnya kedua orang itu, bukan?”

Siauw Cap-it-long tertawa tawar, ia berkata:

“Kukira sedari pagipun aku sudah bisa menduga, siapa adanya kedua orang tua itu.”

“Tapi kau masih berani menempur mereka?!” berkata raja boneka.

“Eh …” Siauw Cap-it-long mengeluarkan gerengan perlahan.

“Ha, ha …” Raja boneka tertawa. “Aku memuji keberanianmu. Mari! Minum arak.”

“Mari minum!” Siauw Cap-it-long menerima toast itu.

Sesudah meminum masing-masing araknya, wajah raja boneka ditekuk masam-masam, dengan suara yang berat ia bertanya:

“Kecuali yang kau ketahui, berapa banyak rahasia lagi yang kau tahu?”

“Tidak terlalu banyak. Tapi juga tidak sedikit,” berkata Siauw Cap-it-long.

Dengan dingin raja boneka berkata:

“Kuharap kau tidak mengetahui urusan terlalu banyak. Seseorang yang mengetahui banyak rahasia, jiwanya bisa dirundung kemalangan, maka lebih baik tidak tahu menahu.”

Siauw Cap-it-long meletakkan cawan araknya, memeriksa seluruh isi ruangan, dan akhirnya tertancap diwajah raja boneka, kini dia mengajukan pertanyaan:

“Dimana dia?”

Seolah-olah menjadi orang tolol, raja boneka itu bertanya:

“Siapa?”

“Isteriku,” jawab Siauw Cap-it-long.

“Ha … ha …” raja boneka tertawa lagi, tawanya agak aneh. Kemudian dengan perlahan-lahan ia berkata: “Yang kau maksudkan, nona Sim itu?”

Siauw Cap-it-long merasakan dunia berputar, matanya disipitkan, kini tampak kekosongan, lama sekali ia menganggukkan kepala. Membenarkan pertanyaan raja boneka.

Disaat mereka memasuki istana boneka, Siauw Cap-it-long dipaksakan mendjadi suami Sim Pek Kun.

Demikian juga disaat memasuki daerah misterius raja gila boneka Thian-kongcu, pelayan Thian-kongcu yang bernama Siok Siok itu selalu mengartikan Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long sebagai suami-isteri.

Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long tidak menyangkal adanya tuduhan-tuduhan itu.

Akhirnya rahasia mereka sudah terbuka.

Tampak raja boneka menatap wajah Siauw Cap-it-long, dengan sepatah demi sepatah ia bertanya:

“Betul-betul dia sudah menjadi isterimu?”

Siauw Cap-it-long tidak menjawab pertanyaan itu.

Raja boneka bertanya lagi:

“Sudahkah kau tahu, apa kerjamu?”

“Apa yang terjadi?” bertanya Siauw Cap-it-long.

“Mengapa tubuhnya begitu lemah, mengapa Sim Pek Kun begitu lemah?” bertanya raja boneka.

“Apa yang sudah menimpa dirinya?” bertanya Siauw Cap-it-long tegang. “Apa yang menyebabkan kelemahannya?”

Raja boneka tertawa tawar. Ia berkata:

“Menurut perhitungan waktu, beberapa bulan kemudian ia akan segera melahirkan anaknya, tapi kejadian itu akan segera tidak terjadi. Tidak mungkin bisa terjadi.”

“Aaaa …” Siauw Cap-it-long terbelalak, ternyata Sim Pek Kun mengalami keguguran.

Raja boneka memainkan jarinya. Ting … dia menyentil pergi cawan araknya sendiri.

Trak … cawan arak itu mental ditembok, masuk sehingga dalam. Itulah kekuatan tenaga dalam yang hebat, lebih hebat dari apa yang sudah diperlihatkan oleh si kakek tua berbaju hijau.

Mata Siauw Cap-it-long terbelalak kaget.

Memperhatikan gerak-gerik raja boneka itu sangat kaku dan dingin, bermalas-malasan, ternyata raja boneka ini memiliki ilmu kepandaian silat yang jauh berada diatas dirinya.

Belum pernah Siauw Cap-it-long menemukan tandingan, tapi kini ia menemukan tandingan jauh lebih hebat, ia harus berhati-hati.

Menatap dan memperhatikannya beberapa saat, Siauw Cap-it-long bertanya:

“Dimana kini ia berada?”

Raja boneka tidak menjawab pertanyaan itu, ia sedang mendemonstrasikan kekuatan tenaga dalam yang hebat. Matanya tertuju pada cawan arak yang sudah memendam dalam tembok.

Siauw Cap-it-long bukanlah seorang manusia penakut, belum pernah ada istilah takut itu didalam kamus pkirannya.

Sekali lagi Siauw Cap-it-long mengulang pertanyaan:

“Dimana dia berada?”

Raja boneka berpaling kembali, menatap Siauw Cap-it-long, sepatah demi sepatah ia berkata:

“Kau lupa kepada suatu hal. Aku adalah raja boneka, raja dari istana boneka. Disini setiap wanita cantik itu hak milikku, tidak pernah ada yang berani melanggar perintah.”

Raja boneka tidak menjawab pertanyaan Siauw Cap-it-long Tapi ia memberi terhadap hak monopoli yang berada didalam istana boneka.

Siauw Cap-it-long sudah siap bangkit dari tempat duduknya, tapi ia berusaha menahan rasa kemarahan itu, duduk kembali.

Sepasang sinar mata raja boneka tertuju kearah Siauw Cap-it-long, dan ia bertanya lagi:

“Tahukah arti dari kata-kaa tadi?”

“Kurang begitu mengerti,” jawab Siauw Cap-it-long.

“Karena akulah yang berkuasa. Ilmu kepandaiankulah yang berkuasa,” berkata raja boneka.

“ …” Siauw Cap-it-long masih menunggu reaksi selanjutnya.

Raja boneka berkata lagi:

“Sedari tadi pagi sudah kuberi tahu kepadamu, bahwa ditempat ini tidak ada peraturan, tidak ada tata krama, yang ada hanyalah kebebasan, kebebasan memungut orang dan kebebasan didalam segala-galanya. Siapa yang kuat, dialah yang berkuasa.”

“Maksudmu …” bertanya Siauw Cap-it-long.

Raja boneka berkata:

“Sesudah kau berada ditempat ini, segala sesuatu harus mengikuti tradisi-tradisi yang ada. Kau harus menurut segala perintah dan kemauanku, Sim Pek Kun bukan isterimu, ia tidak menjadi hak milik seseorang yang tertentu, siapa yang berkuasa ia berhak untuk mengambil. Aku ingin mengambil dan meng-claim atas kepribadian Sim Pek Kun.”

Perlahan-lahan, Raja boneka mengambil cawan arak Siauw Cap-it-long, cawan arak itu dikremesnya ditangan, perlahan-lahan dikremes pula, digosok-gosok, akhirnya, disaat si raja boneka membuka tangan itu, cawan arak yang terbuat dari bahan-bahan keras hancur menjadi bubuk.

Lagi-lagi, ia mendemonstrasikan kekuatan tenaga dalamnya!

“Akulah yang berkuasa,” ia berkata. “Aku adalah manusia super sakti tanpa tandingan.”

Siauw Cap-it-long memperhatikan tangan itu, tangan si raja boneka sangat halus, lebih halus dari pada tangan wanita, tapi ia memiliki ilmu tenaga dalam yang hebat. Bisa mengkeremus sebuah cawan arak.

Hati Siauw Cap-it-long meringis Ia bisa mengukur, ilmu kepandaiannya tidak memiliki kekuatan yang seperti itu.

Raja boneka memperhatikan lawannya yang berada didepan meja itu. Beberapa kali Siauw Cap-it-long siap bangkit dari tempat duduknya, beberapa kali pula niatan itu dibatalkan.

Raja boneka berkata dengan suara perlahan:

“Inilah letak keistimewaanmu. Kau hebat! Banyak sekali anak2 muda yang sepantaranmu, sesudah mengetahui aku lebih kuat dari mereka, toh masih berani bermain-main, hendak menjajal dan mencoba, tentu saja mereka mengalami kegagalan. Tapi kau sanggup menahan gejolak hatimu, kau bisa menguasai diri sendiri. Kau mempunyai kesabaran yang luar biasa. Maka kau bisa bertahan hidup sehingga sampai saat ini.”

Siauw Cap-it-long sedang memikir-mikir, haruskah dia menempur si raja silat super sakti yang kini berada didepannya?

Raja boneka adalah jago silat super sakti.

Siapa nama aslinya?

Menempur si raja boneka, berarti mencari kematian.

Tapi Siauw Cap-it-long tidak melepaskan kesempatan untuk bertempur, ia harus menggunakan kepintaran otaknya, setidak-tidaknya mengimbangi kekuatan musuhnya.

Karena itu Siauw Cap-it-long mau mencari jalan.

“Untuk mencari jalan keluar dari Istana Boneka adalah usaha yang tidak terlalu sulit, kalau saja kau berhasil menemukan kunci rahasia, kau bisa bebas. Untuk mencari lawan seperti dirimu juga tidak mudah, kuharap saja kau bisa terus-menerus tinggal disini, kujadikan lawan pertandingan. Kukira kau tidak bisa mati terlalu cepat, kalau saja kau memiliki kepintaran, kalau saja kau sebagai seorang sangat pintar dan cerdik, kau bisa bertahan terus hidup lama, hidup lama.”

Siauw Cap-it-long menghela napas panjang dan berkata:

“Sayang. Ciri-ciri yang ada pada diriku, ialah kepintaran itu. Aku tidak segoblok seperti apa yang diperkirakan orang, aku tetap berusaha, walau belum tentu berhasil. Apapun yang terjadi, manusia itu hidup untuk berjuang.”

“Belum tentu,” berkata raja boneka. “Tanpa perjuangan, aku bisa hidup lama bukan? Kalau saja kau betul-betul pintar, lebih baik jangan banyak bicara. Lebih baik kau minum arak terus-menerus, maka untuk pembalasan itu, aku bisa memberi jasa-jasa yang tertentu.”

“Jasa-jasa tertentu?” Siauw Cap-it-long memandang raja boneka tersebut.

Dengan mesem-mesem raja boneka berkata:

“Souw Yan. Gadis itu tidak secantik Sim Pek Kun, tapi beberapa kali ia menang dari pada Sim Pek Kun. Souw Yan akan kuhadiahkan kepadamu.”

“Huh!” Siauw Cap-it-long mengeluarkan suara dari hidung.

Raja boneka berkata:

“Souw Yan adalah gadis pilihanmu. Sesudah kehilangan seorang Sim Pek Kun, kau mendapatkan Souw Yan, inilah jasa timbal-balik. Kukira kau tidak rugi. Sim Pek Kun bukan isterimu, dia bebas pergi dari dalam pelukanmu. Souw Yan akan menjadi isterimu yang sah, kalau saja kau mau, kau bisa hidup sampai seratus tahun, hidup selama-lamanya didalam istana boneka.”

“Kalau aku tidak mau hidup ditempat ini?” Siauw Cap-it-long melirik kearah lawan kuat itu.

Wajah raja boneka ditekuk masam, dengan geram dia berkata:

“Tidak mau? Kukira tidak ada pilihan lain. Mau of tidak mau, kau harus tetap tinggal ditempat ini.”

Siauw Cap-it-long memperlihatkan senyumnya yang sangat fanatik, dia berkata:

“Kukira sudah waktunya untuk menemukan kunci rahasia dari istana boneka.”

“Ho … ho …” berkata raja boneka. “Kau sudah bisa memecahkan tenunganku?”

“Bukan!” Dengan berkata Siauw Cap-it-long mengoreksi kata-kata itu. “Tapi pemecahan dari ketololanmu.”

RAJA BONEKA ADALAH MAJIKAN THIAN-KONGCU

KEDUA jago silat itu saling berpandang-pandangan, beberapa saat kemudian, Siauw Cap-it-long berkata:

“Kalau saja aku berhasil memecahkan rahasiamu, kau bersedia menyerahkannya untuk dibawa pulang?”

Menuntut kebebasan Sim Pek Kun adalah tanggung jawab Siauw Cap-it-long!

“Kau masih menghendaki Sim Pek Kun?” bertanya raja boneka.

“Ya,” Siauw Cap-it-long menganggukkan kepala. “Aku wajib menyerahkannya kepada yang berhak menerimanya.”

“Boleh! Sesudah kau memenangkan sayembara Istana Boneka.”

“Dengan segera,” berkata Siauw Cap-it-long.

“Kau sudah berhasil menemukan kunci set dari rahasiaku ini?”

“Kukira sudah.”

“Ketahuilah, belum pernah ada orang yang bisa memecahkan penyihiran Thian-kongcu.”

Siauw Cap-it-long tidak menggubris peringatan itu, ia berkata:

“Kukira aku bisa.”

“Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk memecahkan tenungan Thian-kongcu?” bertanya raja boneka.

“Kukira tidak lama,” berkata Siauw Cap-it-long. “Segera!”

“Kalau kau tidak berhasil?”

Dengan tegas Siauw Cap-it-long berkata:

“Seumur hidupku tidak akan meninggalkan tempat ini,” berkata Siauw Cap-it-long. “Maka aku akan berhamba kepadamu, berhamba sehingga mati.”

Wajah raja boneka yang sudah menegang berubah menjadi riang, suaranya menjadi merdu kembali, dengan suara yang mantap ia berkata:

“Pertaruhan yang tidak kecil. Lebih baik kau berpikir-pikir lagi.”

Siauw Cap-it-long berkata:

“Pertaruhan yang kecil, tidak ada artinya. Apalagi bertaruh kepadamu, lenyaplah pula kegembiraan. Lebih baik tidak bertaruh dari pada bertaruhan yang berupa benda biasa. Lihat dari keberanianmu, beranikah menerima tawaran pertaruhan yang seperti ini?”

“Hua, ha …” Raja boneka tertawa. “Pertaruhan yang lebih besar lagipun akan kumakan. Baik. Akan kuterima tawaranmu tadi. Kalau kau tidak berhasil menjebolkan kurungan ilmu sihir Thian-kongcu, untuk seumur hidup kau harus berhamba ditempat ini. Termasuk juga Sim Pek Kun. Sebaliknya, kalau kau berhasil memecahkan ilmu sihir itu, kau mendapat kebebasan.”

“Janji yang bisa dipegang?” bertanya Siauw Cap-it-long.

“Tentu,” berkata Raja boneka.

“Baik …”

Seiring dengan kata-kata baik Siauw Cap-it-long, tiba-tiba saja badannya melejit, membentur dinding ruangan, dan berbareng juga dengan saat itu, terdengar suara ledakan yang hebat, gebrak … dinding itu jebol, batu beterbangan, dinding yang setebal sembilan dim itu berhasil dipecahkan oleh Siauw Cap-it-long.

Gerakan Siauw Cap-it-long sangat gesit dan cekatan, begitu dinding itu pecah bolong, tubuhnya melejit, dia berpindah kelain ruangan, berpindah ketempat ruangan yang berada disebelah.

Ruangan apakah yang berada disebelah ruangan Siauw Cap-it-long?

Ruangan ini tidak terlalu besar, inilah ruangan pertama kali yang Siauw Cap-it-long pernah lihat. Ruangan yang berisikan main-mainan, berisikan meja, dengan main-mainannya istana boneka!

Boneka asli! Boneka kecil!

Ruangan ini terdapat meja datar berpinggir besi, terdapat bangunan-bangunan kecil yang indah, ada anak sungai, ada dua dua orang kakek tua yang sedang bermain catur, ada si raja boneka yang sedang bangun tidur, ada si muka kuda Liong Kui dan si bopengan Lui Bie. Liong Kui dan Lui Bie yang diperkecilkan, duplikat kedua orang itu, mereka sedang menunggu diruang tamu.

Itulah istana boneka!

Ternyata, raja boneka adalah seorang yang sudah sinting, dia menciptakan boneka-boneka kecil dan hendak mengelabui orang yang dikatakan sudah disihir dan disusutkan menjadi kecil.

Kenyataan adalah tidak.

Segala itu adalah sesuatu kebohongan yang sangat besar!

Dengan napas yang masih sengal-sengal, Siauw Cap-it-long berdiri disisi bangunan-bangunan istana boneka, ia memandang kearah lubang dinding, tertawa besar:

“Huaaa, ha … ha …”

Wajah Raja boneka menjadi pucat-pasi.

Gagallah semua tipu-muslihatnya.

Terdengar pula suara Siauw Cap-it-long:

“Inikah yang dinamakan ilmu sihir? Hua, ha, ha …”

Raja boneka adalah Thian-kongcu.

Raja boneka Thian-kongcu sengaja meloloh Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun, kemudian menyadarkannya, sesudah itu memperlihatkan sebuah taman mainan istana boneka, komplit dengan semua boneka2, boneka-boneka itu menurut orang yang ada, seperti orang tua berbaju coklat dan berbaju hijau yang bermain catur, seperti pendekar tikar terbang Lui Bie, seperti pendekar kuda sembrani Liong Kui, seperti dia sendiri, dan seperti pelayannya, yang ada.

Sengaja memperlihatkan mainan-mainan dan boneka-boneka itu kepada Siauw Cap-it-long, sesudah itu menitahkan Siok Siok memberi obat tidur kepada Siauw Cap-it-long.

Sesudah Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun siuman, mereka berada didalam istana boneka yang telah diperbesar, sebuah istana boneka asli. Bukan boneka mainan.

Thian-kongcu menciptakan diri sendiri sebagai Raja Boneka!

Thian-kongcu hendak mempermainkan orang.

Apa perasaan seseorang, manakala merasakan dirinya sudah susut menjadi sesuatu boneka hidup.

Pasti tertekan! Pasti tidak mempunyai harapan hidup!

Sesudah itu, raja boneka Thian-kongcu mempermainkan orang-orang itu, apa yang dia minta pasti tidak bisa ditolak.

Hanya Siauw Cap-it-long yang berhasil menjebolkan permainan tipu lihay ini.

Didalam ruangan main-mainan istana boneka, Siauw Cap-it-long berkata:

“Huh! Sengaja membuat anak-anakan yang seperti ini, sengaja membuat bangunan-bangunan kecil istana boneka, dan sengaja memperlihatkannya kepada kami. Sesudah itu, kau bawa diriku ketempat ini, seolah-olah aku menjadi kecil dan kerdil, dengan anggapan sudah ditenung atau disihir, seolah-olah sudah menjadi boneka hidup …”

Raja boneka Thian-kongcu tidak menjawab.

Siauw Cap-it-long meneruskan kata-katanya:

“Rencanamu ini sungguh tidak masuk diakal. Memang luar biasa lihay, tentu saja tidak disangka, didalam dunia, ada seorang gila boneka yang seperti kau! Ada seorang yang begitu gila mempermainkan manusia seperti kau!”

“Ha … ha …” Raja Boneka Thian-kongcu juga tertawa. “Belum pernah ada orang yang bisa mengetahui cara-cara ini permainanku. Dengan cara-cara ini, sudah banyak jago silat yang kutipu, akhirnya orang-orang itu bisa menjadi gila, atau bunuh diri, atau mengobral napsu birahinya, dan aneka macam sesuatu yang tidak mungkin bisa disaksikan orang lain.”

Siauw Cap-it-long berkata:

“Maka didalam tanggapanmu, kau memiliki cara terhebat, cara permainan Istana Boneka yang luar biasa, dan kau menganggap lucu.”

“Sangat menyenangkan,” jawab Raja Boneka Thian-kongcu.

“Huh!” Siauw Cap-it-long mengeluarkan suara dengusan hidung.

“Kalau saja kau melihat wajah-wajah orang yang sudah kususutkan itu, bagaimana tidak lucu, kalau menyaksikan seseorang yang kebingungan dan ketakutan, bingung dengan cara2 terciptanya sebuah makhluk boneka hidup. Takut karena dirinya bisa dipermainkan oleh manusia-manusia raksasa.” Raja Boneka Thian-kongcu boleh menjadi bangga dengan hasil karya ciptaan Istana bonekanya.

“Kau adalah seorang manusia gila!” berkata Siauw Cap-it-long.

Raja boneka Thian-kongcu tidak marah, ia berkata:

“Telah kusaksikan berpuluh-puluh jago silat, dimana dia putus harapan, tidak mempunyai pegangan hidup, menenggak arak mabuk-mabukan, bermain perempuan kalang-kabutan, demikian sehingga mereka menjadi gila, kalau saja kau bisa menyaksikan adanya kejadian-kejadian ini, kau juga akan pasti tertarik.”

“Bah! Siapa yang tertarik kepada kesukaan gilamu?”

Raja boneka Thian-kongcu masih meneruskan obrolannya:

“Untuk mencari kesenangan didalam kesukaran, orang-orang itu tidak kenal lagi rasa malu, tidak peduli kepercayaan lagi, mereka mengobral hawa napsu, mengobral segala kemauan yang ada, sehingga mereka rela menjual isteri sendiri.”

Siauw Cap-it-long berkata:

“Didalam tanggapanmu, semua orang itu bisa disama-ratakan?”

“Ya,” jawab raja boneka Thian-kongcu. “Kalau saja kau sudah saksikan keadaan mereka, maka kau bisa mengerti. Manusia itu tidak seperti apa yang kita pikirkan, kecerdikan manusiapun terbatas, manusia bisa menjadi cerdik, karena ia mempunyai harapan-harapan hidup yang gilang-gemilang, tapi kecerdikan dan kecerdasan otak manusia itu akan lenyap, manakala dia mengetahui kalau dirinya itu sudah tiada guna, maka manusia itupun betul-betul menjadi tiada guna. Lebih goblok dari pada babi, lebih tolol dari pada seekor keledai dan lebih sinting dari orang gila.”

Dengan dingin Siauw Cap-it-long berkata:

“Jangan lupa, kau juga termasuk salah seorang manusia.”

Dengan keras raja boneka Thian-kongcu berkata:

“Siapa yang menganggap aku manusia! Bukan! Aku adalah manusia setengah dewa. Aku adalah calon dewa!”

Siauw Cap-it-long menghela napas, dia berkata:

Hanya seseorang yang sudah hampir mempunyai sakit ingatannya, maka dia menganggap dirinya menjadi calon dewa.”

Raja boneka Thian-kongcu memiliki ilmu silat yang tinggi, belum pernah ia menemukan tandingan. Dia memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, belum pernah menemukan tandingan, karena itu sifat-sifatnya berubah menjadi congkak dan sombong, meremehkan dan menganggap sipil segala sesuatu.

Dia telah menderita kekalahan, rahasia dengan tipu muslihat tenung-tenungan dan sihir-sihirnya itu telah digagalkan Siauw Cap-it-long.

Tapi Thian-kongcu masih memiliki cara yang lain, dia gila perempuan, kini dia berkata:

“Jangan lupa, jiwamu masih berada didalam genggamanku, hanya sekali pukul, aku kira, tidak sulit menjatuhkan dirimu. Jiwamu masih berada didalam tanganku.”

“Jangan kau lupa kepada janji yang sudah kau lepas?” Siauw Cap-it-long memberi peringatan.

“Kukira aku sudah lupa. Mungkin juga betul-betul sudah lupa,” berkata si Raja boneka Thian-kongcu. Kini dia sudah mempunyai sifat-sifat yang nakal.

Siauw Cap-it-long tertawa dan berkata: “Aku percaya, karena kau menganggap dirimu sebagai calon dewa, karena itu tidak mungkin kau menelan janji. Kalau saja seorang calon dewa bisa mengingkari janji, apa artinya calon dewa itu? Dia lebih rendah dari manusia, lebih rendah dari pada orang biasa.”

“Hebat! Hebat!” Raja Boneka Thian-kongcu bergumam. “Aku terlalu meremehkan ilmu kepandaianmu, juga memberi angka yang terlalu rendah untuk kecerdasanmu. Kau betul-betul manusia hebat, kau betul-betul cerdik.”

“Bagaimana keadaannya?” bertanya Siauw Cap-it-long. “Sudah waktunya kau memberi kebebasan.”

Siauw Cap-it-long harus meninggalkan Istana Boneka gila itu, dengan membawa Sim Pek Kun, agar sang ratu bisa diserahkan kepada Lian Seng Pek.

Raja Boneka gila Thian-kongcu hendak menyimpangkan pokok pembicaraan, dia berkata:

“Betul-betul aku harus mengirim salut pujian kepadamu. Eh, aku tidak mengerti dengan cara bagaimana kau bisa membongkar rahasia ini?”

“Ha, ha …” Siauw Cap-it-long tertawa. “Dimisalkan aku sudah susut menjadi seorang boneka hidup, mengapa belum pernah melihat raksasa Siok Siok? Mengapa belum pernah melihat raksasa Thian-kongcu? Dan yang lebih penting lagi … kalau betul-betul aku sudah berada didalam istana boneka yang kecil, didalam keadaan yang seperti ini, dari mana datangnya matahari? Mengapa membuat tembok pertahanan tinggi? Mengapa harus dikunci?

Raja gila boneka Thian-kongcu menghela napas panjang, dia harus mengakui keunggulan Siauw Cap-it-long, dengan nada rendah dia berkata:

“Sudah lama aku melihat adanya kelemahan-kelemahan ini, tapi setiap orang yang sudah kusihir, pikiran mereka menjadi butek, siapapun tidak pernah terpikir, bagaimana didalam istana boneka masih ada matahari? Mengapa pintu harus dikunci? Mengapa bertembok tinggi? Mengapa tidak ada raksasa dan raksasi dan lain-lainya. Maka, karena itulah, aku tidak menganggap penting lagi.”

Siauw Cap-it-long berkata: “Banyak sekali tokoh-tokoh diplomatik yang menganggap dirinya pandai, menganggap dia memiliki kecerdikan otak hebat. Yang dipandang hanya pemandangan-pemandangan jauh, kurang memperhatikan keadaan yang dekat. Tentu saja kau mengerti sifat-sifat kelemahan manusia ini, sengaja kau letakan diriku disini, aku tidak sangka, kalau aku harus membongkar rahasia yang kau pasang disebelah dinding ruangan.”

“Bagaimana kau tahu, kalau ruangan boneka berada disebelah ruanganmu?” bertanya raja gila boneka Thian-kongcu.

Siauw Cap-it-long menjawab:

“Kecurigaanku tidak terletak pada bagian itu, aku seperti dapat memperhitungkan adanya dua ruangan yang tersembunyi. Tidak diketahui, dimana adanya kedua ruangan itu, maka kejadian tadi hanya sesuatu kebetulan saja.”

Sikap raja gila boneka Thian-kongcu menjadi lesu.

Siauw Cap-it-long berkata lagi:

“Nasibku masih baik,” berkata Siauw Cap-it-long.

Terhening beberapa waktu, raja gila boneka Thian-kongcu berkata:

Betapa baiknyapun nasib seseorang, pasti dia gugur dikemudian hari.”

MALAM terpanjang telah dilewatkan.

Sesudah melepas Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun dari istana ajaibnya, raja gila boneka Thian-kongcu kembali kekamar tidur, tempat ini masih agak rumit, lampu belum disulut.

Didalam keadaan samar-samar, sesuatu tubuh yang kecil langsing menarik, mendekati raja gila itu, perlahan-lahan mengurut-uruti pundaknya, dengan suara yang sangat memikat ia berkata:

“Hari ini kau sangat lelah sekali.”

Suaranya merdu, seperi burung kenari. Sangat legit, seperti magnit. Penuh daya tarik.

Raja gila boneka Thian-kongcu tidak menjawab pertanyaan itu, tidak menoleh kebelakang dan tidak menolak datangnya urutan.

Sinar matahari pagi yang pertama menyorot masuk kedalam ruangan itu, menyinari keadaan, dan memperlihatkan wajah bayangan kecil itu.

Dia adalah Siao-kongcu.

Siao-kongcu yang memiliki wajah menarik, suara menarik dan tubuh indah. Siao-kongcu yang lebih kejam dari seekor ular yang terkejam.

Potongan tubuhnya yang begitu menggiurkan, daging-dagingnya gumpal padat, matanya yang memikat, segala sesuatu yang tidak tercela.

Hanya hatinya yang selalu busuk.

Di saat Siao kongcu tertawa, ia bisa merobohkan seorang laki-laki tinggi besar.

Dengan ilmu kepandaian silat yang tinggi, jarang dia mendapat tandingan.

Siao kongcu adalah salah satu selir kesayangan dari raja gila boneka Thian kongcu.

Segala instruksi yang dikeluarkan oleh si raja gila sudah dijalankan oleh Siao kongcu. Ternyata biang keladi segala kekerokan adalah si raja gila boneka itu!

Siao kongcu mengurut-urut si raja gila boneka, ia hendak menyenangkan majikan yang berada di dalam kesusahan.

Beberapa saat kemudian, si raja gila boneka membuka suara:

“Apa yang sudah kau katakan menjadi kenyataan. Siauw Cap-it-long itu bukan manusia biasa. Belum waktunya aku memandang rendah kepadanya, ia betul-betul hebat.”

Siao kongcu berkata:

“Mengapa kau bebaskan dirinya?”

Raja gila boneka berkata:

“Aku harus membuktikan pada orang, bahwa aku, calon dewa yang masih hidup dalam dunia, aku menepati janji-janji yang telah ditetapkan”

Siao kongcu berkata:

“Sudahkah terpikir, apa akibatnya yang membebaskan Siao Cap-it-long?”

Raja gila boneka berkata:

“Hanya untuk sementara. Ia berangkat meninggalkan istana boneka. Di dalam sepuluh hari, pasti balik kembali.”

Siao kongcu menghentikan gerakan tangannya, dengan heran ia berkata:

“Balik kembali? Mungkinkah sudah kau kerjakan sesuatu padanya?”

“Tidak.”

“Mengapa mereka bisa balik kembali?” bertanya Siao kongcu.

“Pasti balik kembali.” berkata si raja gila boneka.

“Apa pikiran Siauw Cap-it-long agak terganggu?” berkata Siao kongcu.

“Bukan Siauw Cap-it-long yang balik” jawab raja gila boneka. “Tapi Sim Pek Kun”

“Baliknya Sim Pek Kun akan disusul dengan kedatangan Siauw Cap-it-long”

“Tentu”

“Relakah mereka menyerahkan diri?”

“Satu persatu akan menyerahkan diri.”

“Pasti?” bertanya Siao kongcu.

“Pernahkah aku mengucapkan sesuatu yang tidak bisa menjadi kenyataan?” bertanya si raja gila boneka.

“Dengan alasan apa Sim Pek Kun bisa balik kembali?” bertanya Siao kongcu.

Raja gila boneka berkata: “Karena aku telah mengikat hatinya di tempat ini.”

Siao Kongcu ketawa cekikikan, tubuhnya bergoyang-goyang, semua benda yang dengannya bergoyang-goyang.

“Tidak percaya?” bertanya si raja gila boneka.

“Betul2 aku tidak mengerti,” berkata Siao Kongcu. “Permainan apa yang sudah kau padanya?”

“Ling ling,” kata si raja gila boneka Thian Kongcu, “Sebagai seorang wanita kau bisa menyelami kepribadian khas wanita. Sebetulnya sudah terpikir olehmu, seorang laki2 yang hendak memikat wanita, apakah yang harus digunakan?”

Siao kongcu bernama Ling ling!

“Bagaimana usaha kita untuk mendekati wanita?” tanya lagi Thian Kongcu.

“Berusaha memberi kesan yang baik,” jawab Ling ling.

“Betul!” berkata si raja gila boneka Thian Kongcu. “Hanya ada dua cara untuk memantek hati seorang wanita.”

“Dua cara yang bagaimana?” berkata Siao Kongcu dingin.

Raja gila boneka Thian Kongcu berkata, “Cara pertama, harus berusaha membuat gadis itu mencintai dirimu, cara ini adalah cara yang terbaik, tapi tidak mudah untuk dijalankan.”

Dan cara yang kedua?” bertanya Siao Kongcu dingin.

Raja gila boneka Thian Kongcu berkata, “Cara yang kedua ialah harus membuat wanita itu benci padamu, seseorang yang betul2 benci, tidak bisa ia membebaskan kekangan yang menyelubungi buah pikirannya. Tidak bisa dilupakan, tidak bisa dibuang. Tidak bisa dilepas dari impian pikirannya.”

“Ouw…”

“Dan cara yang kedua ini lebih mudah dipraktekkan dari cara yang pertama.”

Menutup cerita raja boneka Thian Kongcu. Sepasang biji mata Ling ling terputar, ia berkata: “Seorang wanita yang tidak bisa jatuh cinta, lebih sulit untuk membenci.”

“Penilaian ini salah,” berkata raja gila boneka. “Cara2 untuk mendatangkan cinta itu hanya satu macam. Tapi untuk mendatangkan kebencian, terdapat lebih dari seribu satu cara.”

“Ouw?”

Raja gila boneka Thian Kongcu berkata lagi, “Kalau ada seseorang yang membunuh orang yang kau cintai, bagaimana perasaanmu. Mungkinkah tidak benci?”

Siao Kongcu Ling ling menganggukkan kepalanya.

“Nah! Mungkinkah tidak berusaha mendekatinya? Mencari kesempatan menuntut balas?”

Sampai di sini, Siao Kongcu Ling ling baru memahami rencana Thian Kongcu. Dia bungkam, tidak mendebatnya pula.

Raja gila boneka Thian Kongcu berkata, “Sudah kuusahakan, agar Sim Pek Kun bisa mengetahui asal usul terjadinya kehancuran Sim kee-chung. Kampung Sim kee-chung hancur di bawah tanganku, neneknya juga mati di bawah tanganku.”

“Tapi…” Ling ling menutup pembicaraan.

“Inipun suatu kebencian,” berkata si raja boneka Thian Kongcu. “Semakin besar dendamnya kepadaku, semakin cepat Sim Pek Kun balik kepadaku. Hanya kekembalian Sim Pek Kun yang bisa menarik datangnya Siauw Cap-it-long.”

Ling ling berkata, “Ouw, sengaja kau beri tahu bahwa kampung Sim kee chung hancur di bawah tangan kita, neneknya mati di bawah tangan kita. Karena itu Sim Pek Kun benci kepadamu, dia akan berusaha balik kembali. Dia akan berusaha mendampingimu, hanya mendampingi dirimu baru dia mempunyai cukup kesempatan untuk membalas dendam?”

“Ya,” raja gila boneka menganggukkan kepala.

“Bila kau beri tahu rahasia itu?” bertanya Siao Kongcu.

Thian Kongcu menjawab, “Sebelum keberangkatan mereka.”

Siao Kongcu Ling ling memutarkan sepasang biji matanya yang besar, ia bertanya: “Sim Pek Kun sudah mengetahui akan adanya drama pembunuhan dan pembakaran ini, mengapa ia rela turut Siauw Cap-it-long meninggalkan tempat ini?”

Raja gila boneka Thian Kongcu memberi keterangan, “Hal itu disebabkan karena Sim Pek Kun tidak mau memisahkan Siauw Cap-it-long, kalau saja ia tidak mau turut serta, Siauw Cap-it-long juga tidak berangkat. Tidak mungkin mereka meninggalkan istana boneka.”

Bagian 13 Selesai
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar