Di saat ini terdengar suara
Souw Yan yang mengikik.
Suara tertawa wanita bukan
satu macam, tertawa geli, tertawa riang, tertawa genit, tertawa merayu.
Sekarang Souw Yan sedang
perdengarkan tertawanya yang bersifat merayu.
Kebanyakan wanita bisa tersenyum,
bisa tertawa, maka dia cepat memikat hati laki-laki.
Ada juga yang menggunakan
kerlingan matanya tertawa, lebih memikat hati lagi.
Ada yang menggunakan akal
tertawa, ada yang menggunakan hidung tertawa, dan inilah cara-cara tertawa
istimewa.
Ada lagi kaum wanita yang
lebih aneh, seluruh kulit tubuhnya itu bisa mengeluarkan suara tertawa.
Dengan aneka macam tertawa,
lebih memikat dan lebih menarik, mereka menggunakan dadanya bergoyang-goyang,
mereka menggunakan pinggulnya yang disenggol-senggol dan mengangkat kakinya
mengangkang, menggapaikan tangan impian.
Kalau bertemu dengan wanita -
wanita type seperti ini, mana mungkin laki-laki tidak jatuh menyembah di
bawahnya?
Souw Yan termasuk type wanita
yang seperti ini.
Dadanya tersembal-sembul, pinggangnya
bergoyang, kakinya menggesek-gesek Siauw Cap-it-long.
Sangat merangsang!
Siauw Cap-it-long juga terbuat
dari darah daging, birahinya mulai bergelora, ia tidak sanggup bertahan lagi:
“Hi,hi,hi,....” Souw Yan
tertawa lagi.
Berkumandang di seluruh isi
kamar.
Siauw Cap-it-long menatap
gadis itu dan bertanya:
“Apa yang kau tertawakan?”
“Kau sangat licik.” berkata
Souw Yan.
“Mengapa?” bertanya Siauw
Cap-it-long.
“Kau!” menuding jari-jari
hingga mengenai hidung Siauw Cap-it-long, Souw Yan tertawa. “Kau memiliki istri
yang begitu cantik, tapi masih keluyuran di waktu malam.”
“Keluyuran ke dalam kamarmu.”
berkata Siauw Cap-it-long.
“Kau tidak bisa berbuat
pendiam?”
“Aku adalah laki-laki yang
jujur.”
Lagi-lagi Souw Yan tertawa
ngikik, berkata:
“Ada ungkapan yang membuat
contoh laki-laki adalah teko, wanita adalah cangkirnya, satu teko bisa mengisi
beberapa cangkir.”
“Luar biasa” memuji Siauw
Cap-it-long. “Perumpamaan yang luar biasa. Siapa yang bercerita tentang ini?”
“Tentu saja cerita orang
laki-laki,” berkata Souw Yan.
“Banyak laki-laki yang kau
kenal?”
Tidak sebanyak wanita yang kau
kenal,” berkata Souw Yan. “Aku heran, begitu banyak wanita ditempat ini,
mengapa hanya memilih aku seorang?”
Dengan tertawa Siauw
Cap-it-long berkata:
“Setiap orang yang rakus,
tentu memilih buah yang paling enak untuk dimakan.”
“Ha, ha … aku bukan buah.”
“Tapi kau bisa dimakan,”
berkata Siauw Cap-it-long.
“Hai, hai …”
“Ha, ha …”
“Aku heran, belum pernah aku
mengirim kerlingan mata kepadamu. Belum pernah menggoda dirimu, bagaimana kau
tahu, kalau aku juga bisa digaet?”
Siauw Cap-it-long berkata:
“Wanita yang menyembunyikan
perasaannya lebih mudah diajak naik ketempat tidur, semakin mudah diajak
berjalan, cara-cara ini lebih mudah dimengerti oleh laki-laki.”
Apa lagi, wanita yang berada
didalam Istana Boneka!
Tidak menunggu ucapan Siauw
Cap-it-long selesai, Souw Yan menggabruk-gabrukan tangannya, memukul Siauw
Cap-it-long dan berkata:
“Kau jahat. Jahat.”
“Siapa yang jahat.”
“Kau! Kau kira aku mudah
dipikat laki-laki biasa. Huh! Beberapa kali Lui Bie hendak menyeret diriku,
selalu kutolak mentah-mentah, hampir dia gila penasaran, karena tidak
mendapatkanku. Begitu kulihat mukanya yang bopengan, darahku sudah naik
keotak.”
“Ha, ha …” Siauw Cap-it-long
tertawa. “Bopengan juga ada bagusnya, diantara sepuluh wanita, sembilan
diantaranya lebih suka laki-laki bopengan, apa lagi sesudah lampu dimatikan …”
Pok … Souw Yan menampar
perlahan, dengan tertawa ia berkata:
“Hei, kau juga laki-laki
bergajul, kukira hanya Lui Bie seorang yang jahat, tidak tahunya ada yang lebih
genit darinya.”
Siauw Cap-it-long berkata:
“Kecuali pendekar kuda sembrani Liong Kui, kukira tidak ada laki-laki yang
tidak genit.”
“Ya,” Souw Yan membenarkan
kata-kata Siauw Cap-it-long. “Tidak ada laki-laki yang tidak genit.”
“Bagaimana dengan keadaannya
dua kakek tukang main catur itu?” bertanya Siauw Cap-it-long. “Kecuali bermain
catur, kukira dia tidak memiliki hobby kepada wanita.”
Souw Yan memonyongkan mulutnya
dan berkata:
“Salah. Dua kakek bangkotan
itu lebih suka dari pada laki-laki lain, mereka masih mempunyai rangsangan yang
kuat. Kecuali gadis yang disekap oleh chungcu, tidak ada gadis yang tidak
pernah dijamah oleh mereka.”
Chungcu adalah penggilan untuk
Raja Boneka.
“Termasuk kedua isteri si
pendekar tikar terbang Lui Bie?” bertanya Siauw Cap-it-long.
“Kedua cabo itu lebih genit
lagi, mereka yang mengantarkan diri. Memang maunya.”
“Apa Lui Bie tidak mengajukan
protes?”
“Hal itu dianggap sebagai
makanan biasa. Apa Lui Bie tidak pernah memberi tahu keadaannya, ia senang
memberikan isteri-isterinya kepada orang, mungkinkah kau tidak pernah ditawari?
Aku tidak percaya.”
“Oh …”
“Sepintas lalu, Lui Bie
tampaknya sangat galak. Tapi menghadapi kedua kakek bangkotan itu, ia
betul-betul mati kutu, tidak beraani mendongakkan kepala sedikitpun.”
Siauw Cap-it-long berkata:
“Siapa yang tidak kenal kepada
pendekar tikar terbang Lui Bie, mengapa dia juga takut orang?”
Mendapat pertanyaan ini, Souw
Yan bungkam. Tidak bicara.
Siauw Cap-it-long bertanya
lagi:
“Mungkinkah ilmu kepandaian
kedua kakek itu sangat hebat? Sehingga Lui Bie tidak bisa memenangkan mereka?”
Souw Yan masih belum mau
membuka mulut, tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Siauw Cap-it-long bertanya
lagi:
“Siapa nama-nama kedua kakek
tukang catur itu?”
“Aku tidak tahu,” jawab Souw
Yan singkat.
Siauw Cap-it-long tertawa, dia
berteriak:
“Kapan kedatangan mereka
ditempat ini? Kukira kau bisa tahu?”
“Aku juga tidak tahu,” berkata
Souw Yan. “Dikala aku tersulap kedalam Istana Boneka, mereka sudah berada
disini.”
“Kapan kau disihir oleh
Thian-kongcu menjadi boneka mainannya?”
“Pada beberapa tahun yang
lalu.”
“Bagaimana kau bisa berada
ditempat ini?”
Souw Yan memaksakan diri
tertawa, dan berkata:
“Seperti kalian juga, aku
bingung atas kejadian-kejadian ini, aku tidak mengerti, tahu-tahu tubuhku sudah
menjadi kecil, sekecil boneka dan hidup diantara boneka-boneka lain.”
“Umurmu masih muda,” berkata
Siauw Cap-it-long. “Mungkinkah rela hidup menjadi manusia boneka?”
“Tidak relapun tidak bisa,”
berkata Souw Yan. “Dibawah jampi-jampi si manusia gila boneka Thian-kongcu, apa
yang bisa kita lakukan?” Sesudah itu, Souw Yan menubruk Siauw Cap-it-long lagi,
menggumulinya dan mengguling-gulingkannya, dia berkata:
“Hei, kita sedang mencari
kesenangan, mengapa harus mengurusi tektek-bengek yang seperti itu?”
Siauw Cap-it-long juga
meremas-remasi dua benda Souw Yan, tiba-tiba ia meringis, kakinya kelojotan,
tampak seolah-olah sangat sakit.
Souw Yan terkejut, ia mengajukan
pertanyaan:
“Eh? Kenapa?”
Napas Siauw Cap-it-long
disengal-sengalkan, dia berkata:
“Oh … oh … lukaku kambuh lagi
… lukaku belum sembuh betul.”
Wajah Souw Yan menjadi merah,
ia mengertek gigi, menudingkan jarinya dan berkata marah. “Sialan! Pilih sono,
pilih sini, akhirnya terpilih manusia yang tiada guna. Dasar nasib!”
Indehoy tidak bisa
dilanjutkan.
SIM PEK KUN masih
menunggu-nunggu kedatangan Siauw Cap-it-long, dia duduk dibangku, menghadapi
makanan-makanan yang sudah menjadi dingin, kini mulai mengucurkan air mata.
Kemana kepergian Siauw
Cap-it-long?
Dia tidak tahu, disaat itu
Siauw Cap-it-long sedang bersama dengan Souw Yan.
Sayur mayur dimeja telah
menjadi dingin, tidak pernah disentuh olehnya.
Ini waktu, terdengar suara
pintu diketok.
Cepat-cepat Sim Pek Kun
menyusut air matanya, memelihara wajah itu agar tetap segar.
Beberapa kali Siauw
Cap-it-long mengetuk pintu, baru Sim Pek Kun bangkit berdiri, dan membuka pintu
tersebut.
Didepan pintu berdiri itu
laki-laki yang mempunyai sepasang mata bersinar.
Biasanya, Sim Pek Kun
menyambut kedatangan Siauw Cap-it-long dengan wajah yang riang. Tapi kali ini
tidak, ia menundukkan kepala, memandang lantai bawah.
“Kau sudah makan diluar?” Sim
Pek Kun bertanya perlahan.
“Belum,” jawab Siauw Cap-it-long.
“Eh, kau juga belum makan? Mengapa tidak makan dahulu.”
“Aku … aku belum lapar,” jawab
Sim Pek Kun.
Inilah jawaban bohong!”
Siauw Cap-it-long bisa melihat
adanya sedikit perubahan, kalau dia pulang disambut dengan senyuman sang ratu
rimba persilatan, seperti bunga baru mekar, tentu saja ia bergirang hati.
Hari ini tidak, selalu Sim Pek
Kun menundukkan kepalanya kebawah.
Tanpa memandang Siauw
Cap-it-long, Sim Pek Kun mengambilkan nasi, perlahan-lahan diletakkannya
didepan Siauw Cap-it-long, dia berkata:
“Sayur-sayur ini sudah dingin,
makanlah seadanya, sayur-sayur dari daerah utara, paling disenangi olehmu.”
Siauw Cap-it-long bisa
merasakan adanya kehangatan rumah-tangga, ia hidup dalam keadaan yang ajaib,
didalam istana boneka. Tapi turut sertanya Sim Pek Kun ditempat ini membuat ia
tidak begitu kesepian
Sim Pek Kun juga mengambil
nasi, sangat sedikit, duduk disebelahnya Siauw Cap-it-long, dan makan
perlahan-lahan.
Perut Siauw Cap-it-long juga
sudah terasa lapar, ia melahap makanan.
Tiba-tiba timbul perasaan
bersalah, Siauw Cap-it-long mendapat firasat kurang baik, adanya perubahan atas
Sim Pek Kun tentu telah terjadi sesuatu.
Keadaan Siauw Cap-it-long
tidak beda jauh dengan keadaan sang suami yang menyeleweng diluar, disaat ia
kembali dirumah, dan mendapat pelayanan yang baik dari isteri itu, tanpa
tegoran, tanpa omelan, tentu saja dia sangat bersalah dan merasa menyesal.
Akhirnya Siauw Cap-it-long
membuka mulut, ia berkata:
“Selama beberapa hari ini, aku
telah memeriksa seluruh ruangan-ruangan yang berada didalam istana boneka.”
“Oh …” Sim Pek Kun memberikan
jawaban singkat.
Siauw Cap-it-long berkata
lagi:
“Kukira ruangan yang ada lebih
daripada dua puluh delapan ruangan, paling sedikit ada tiga puluh ruangan, tapi
ubek-ubekan kucari kesana kemari, belum berhasil menemukan dua ruangan yang
tersembunyi.”
Sim Pek Kun masih terdiam,
perlahan-lahan meletakkan sumpitnya dan berkata:
“Disini banyak anak gadis
muda, gadis-gadis itu lebih pandai bicara, mulutnya gampang nyerocos, mengapa
kau tidak bertanya kepada mereka?”
Nah! Siauw Cap-it-long
mengerti, apa yang menyebabkan kemarahan Sim Pek Kun. Ternyata terlalu
banyaknya gadis-gadis muda yang berada didalam istana boneka.
Ternyata Sim Pek Kun cemburu.
Cemburu karena ia tidak pulang makan malam.
Seorang laki-laki bisa menjadi
bangga, karena memiliki isteri yang bisa mengutarakan rasa cemburunya.
Demikian juga Siauw
Cap-it-long, dia bangga atas prestasi yang dicapai olehnya, ternyata Sim Pek
Kun menaruh sedikit cemburu.
Inilah perasaan yang belum
pernah dirasakan selama seumur hidupnya.
Memandang kearah Sim Pek Kun,
Siauw Cap-it-long berkata:
“Seharusnya kau makan saja
seorang diri.”
“Dan kau makan bersama-sama
dengan gadis-gadis remaja,” berkata Sim Pek Kun.
Siauw Cap-it-long menyengir,
tugasnya untuk memunahkan sihir-sihir si manusia gila boneka Thian-kongcu, ia
berkata:
“Memang maksudku hendak
mengajukan pertanyaan kepada mereka, sayang tidak mendapat jawaban yang
sempurna.”
Sim Pek Kun menoleh kearah
laki-laki itu, seolah-olah hendak menemukan rahasa Siauw Cap-it-long.
Si jago berandalan meneruskan
keterangannya, ia berkata:
“Semakin rapat mereka menutup
mulut semakin besar rasa kecurigaanku. Disini terdapat suatu bukti, ada sesuatu
yang disembunyikan. Ada sesuatu rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang
luar, rahasia apa itu? Kalau saja aku bisa menduga, kita bisa bebas dari istana
boneka.”
Sim Pek Kun bertanya perlahan:
“Kau masih hendak mengajukan
pertanyaan kepada mereka?”
Siauw Cap-it-long menatap
wajah ratu cantik itu dan berkata:
“Kukira sudah cukup.”
Kepala Sim Pek Kun ditundukkan
kebawah, semakin rendah, tapi mulutnya asam cemberut, kini mulai tampak menjadi
cerah.
Sedapat mungkin Sim Pek Kun
menahan rasa girang itu, tapi tidak bisa dibendung akhirnya iapun tertawa.
Melihat senyum dan tawa Sim
Pek Kun, perut Siauw Cap-it-long bertambah lapar, dilahapnya santapan tersebut,
ia makan sampai banyak.
“Gadis muda remaja sudah
kutanyakan,” ia berkata. “Esok hari, giliran bertanya kepada si kakek tua.”
Sim Pek Kun tertawa cerah dan
berkata:
“Kukira … kukira kau bisa
pulang lebih pagi …”
Terasa selembar muka Sim Pek
Kun menjadi merah jengah, ia malu atas perhatian yang berlebih-lebihan itu.
Kalau rasa cemburu seorang
wanita terlalu dibesar-besarkan, sang laki bisa menjadi pusing kepala.
Demikian keadaan Siau
Cap-it-long, ditambah lagi cemburu Sim Pek Kun, dia bisa merasakan kesulitan
itu.
Tanpa cemburu sama sekali,
laki-laki itu bisa kehilangan sendi pegangan hidupnya.
HARI berikutnya …
Udara cerah, matahari
terang-benderang.
Siau Cap-it-long
berjalan-jalan, ia mendekati taman, kini diperhatikannya daerah ini.
Pertama-tama yang menarik perhatian Siau Cap-it-long adalah bangunan tembok
yang tinggi, tembok itu tidak bisa dijangkau oleh susunan tumpuk enam orang.
Pintu tembok yang terbuka,
hari ini sudah dikunci dan diselot.
Siapa yang mengunci pintu itu?
Mengapa?
Didalam mata si manusia gila
boneka Thian-kongcu, boneka-boneka hidup ini terlalu kecil, dimisalkan berani
lari dengan dua kali langkah dengan hanya menekan jempolnya saja, dia bisa
memencet mampus. Mengapa harus membuat penjagaan yang begitu ketat?
Mengapa harus membangun tembok
yang begitu tinggi? Mengapa harus mengunci pintu istana dengan rapat?
Tampak sekilas senyuman Siau
Cap-it-long, dia sudah bisa memcahkan sebagian dari rahasia itu. Kini ia harus
menemukan fakta2 yang lebih baik.
Entah mulai saat kapan, kedua
kakek catur sudah berada ditempat gardu permainan. Mereka meminum arak dan
bermain catur lagi.
Perlahan-lahan, dengan menggendong
kedua tangan dibelakang, Siau Cap-it-long mendekati kedua kakek pemain catur
itu.
Orang tua berbaju coklat dan
orang tua berbaju hijau sedang menekunkan permainan mereka, seperti tidak tahu,
kalau ada sesuatu yang dating.
Angin berhembus perlahan, air
mengalir dengan tenang.
Sikapnya kedua orang tersebut
juga sangat tenang.
Disaat Siau Cap-it-long sudah
dekat dengan orang2 itu, seolah-olah ada sesuatu yang mengandung hawa
pembunuhan, seperti mendekati dua bilah pisau yang keluar dari kerangkanya.
Tajam!
Setiap senjata bagus memiliki
cahaya tajam, dan disertai juga dengan hawa pembunuhan. Tokoh-tokoh silat yang
berilmu kepandaian tinggi, sudah biasa membunuh orang. Karena itu menyelujuri
dirinya juga terdapat hawa pembunuhan.
Siau Cap-it-long bisa
merasakan, kedua kakek tua itu bukan jago biasa, hawa pembunuhan telah
menyelujuri tubuh-tubuh mereka.
Itulah hawa maut.
Orang tua berbaju coklat
sedang mengangkat biji pion, tapi tidak segera diletakkan, seolah-olah ia
sedang berpikir, maju satu tapak, atau dua kotak?
Orang tua berbaju hijau
bertopang dagu, tangan kanannya mengangkat cawan, perlahan-lahan mengecup
minuman itu.
Sepintas lalu, orang tua
berbaju hijau memiliki tehnik catur yang lebih tinggi dari pada lawannya.
Sebentar kemudian, orang tua
berbaju hijau, mengeringkan isi cawan arak itu.
Orang tua berbaju coklat masih
belum meletakkan biji pionnya, ia memikir lama, maju satu langkah atau dua
tapak?
Orang tua berbaju hijau
menoleh kearah Siauw Cap-it-long, menyodorkan cawan arak yang sudah menjadi
kosong.
Itulah satu permainan, agar si
jago berandalan bisa mengisikan cawan yang kosong.
Siauw Cap-it-long dibudak
jongoskan.
Pada meja tidak jauh dari
mereka terdapat satu poci arak, tapi arak itu masih terisi penuh.
Siauw Cap-it-long memandang
kearah poci arak dan memandang kearah sodoran tangan si kakek berbaju hijau.
Hanya berpikir:
“Aku bukan budak kalian!
Mengapa harus menerima perintah?”
Kalau orang lain yang
menghadapi situasi yang seperti itu, mungkin ia memaki kalang-kabutan, atau
menggibrik-gibrikan badan, berjalan dan ngeloyor pergi.
Siauw Cap-it-long memiliki
kesabaran yang luar biasa, tanpa kemarahan, ia mengambil poci arak, menjujukan
mulut poci kearah cawan, dengan maksud menuangkan arak kepada si kakek berbaju
hijau.
Kalau saja ia memiringkan
sedikit poci itu, pasti arak mengucur keluar dari tempatnya, memenuhi cawan si
orang tua berbaju hijau.
Tapi disaat itu, tubuh Siauw
Cap-it-long tidak bergerak. Seolah-olah dia tersihir, menjadi patung batu.
Tangan orang tua berbaju hijau
juga tetap tersodor, menunggu datangnya tuangan arak itu.
Siauw Cap-it-long masih tidak
bergerak, dengan poci ditangannya, juga tidak bisa menuangkan keluar arak.
Orang tua berbaju coklat yang
memegang biji catur juga membeku, belum meletakkan biji catur itu diatas papan.
Ketiga orang tadi seperti kena
disihir, mereka masing-masing membeku, seolah-olah sudah ditakdirkan menjadi
boneka mati.
Dari boneka hidup, mereka
seperti hendak menjadi boneka asli. Boneka yang tidak bisa bergerak.
Matahari menggelusur ketengah,
dan berada tepat diatas kepala mereka.
Kedua kakek tua pemain catur
dan Siauw Cap-it-long masih tidak bergerak, mereka membawakan sikap yang
seperti tadi.
Bayangan mereka yang panjang
akhirnya memendek, karena matahari sudah berada diatas kepala.
Masih belum ada seorang yang
mulai bergerak.
Matahari condong kearah barat,
maka tiga bayangan itupun sudah bergeser memanjang kearah timur.
Sangat aneh bin ajaib, hanya
sedikit tuangan saja, hanya sedikit dorongan tangan, seharusnya Siauw
Cap-it-long bisa menuangkan isi arak.
Dan tangan itu begitu berat,
tidak berhasil digerakkan olehnya.
Tiga jam lagi telah berlalu.
Tangan Siauw Cap-it-long
seperti menjadi batu, tidak bisa digerakan.
Sikapnya orang tua berbaju
hijau sangat tenang, bibirnya yang tersungging senyuman ewa itu memperhatikan
perubahan, kini ia menjadi heran atas ketekunan dan kekuatan Siauw Cap-it-long.
Agaknya orang tua berbaju
hijau sudah mulai kehilangan sabar.
Orang tua berbaju hijau tidak
bisa menyelami isi hati Siauw Cap-it-long, rasa kagetnya Siauw Cap-it-long
lebih hebat sepuluh kali lipat dari rasa kagetnya orang tua pemain catur itu.
Poci arak ditangan Siauw
Cap-it-long semakin lama semakin memberat, seolah-olah menjadi sebuah bongkah
batu yang besar.
Tangan Siauw Cap-it-long mulai
kesemutan, rasa kesemutan itu mulai menjalar terus sehingga naik keatas pundak.
Keringa mengucur membasahi
tubuh Siauw Cap-it-long, itulah pertandingan mengadu kekuatan tenaga dalam.
Siauw Cap-it-long masih
menggigit bibir, ia mempertahankan kekuatannya, hendak menguji kekuatan dari
orang tua-tua yang selalu main catur itu.
Biar bagaimana Siauw
Cap-it-long harus mempertahankan kedudukannya yang pertama, ia tidak boleh
bergerak, bergerak adalah kematian.
Jiwa Siauw Cap-it-long sudah
berada diujung maut.
Mereka tidak menggunakan
pedang, tanpa teriakan dan pekikan, masing-masing membeku, seolah-olah
betul-betul boneka mati, tidak bergerak, tapi ujian-ujian lebih hebat dari
pertandingan yang bagaimana besarpun juga.
Kalau saja arak dipoci Siauw
Cap-it-long bisa meletus, keluar dari tempatnya, walau hanya sedikit, pasti
darah Siauw Cap-it-long tersembur dari sumber-sumber urat nadinya.
Inilah pertandingan tenaga
dalam, pertandingan kekuatan iman, pertandingan kondisi badan, dan pertandingan
kesabaran.
Pertandingan besar yang tidak
terlihat kebesarannya!
Pertandingan hebat yang tidak
tampak kehebatannya!
Pertandingan itu sudah
berlangsung satu hari, hari menjadi magrib, kini kegelapan mengarungi suasana.
Pertandingan masih berlangsung
terus.
Didalam istana boneka, semua
orang hanya mementingkan kepentingan sendiri. Egoistis!
Tidak ada yang mengambil sikap
peduli, bagaimana akhir pertandingan, dalam keadaan yang seperti itu.
MALAM TERPANJANG
KEADAAN betul-betul menjadi
gelap, gelap mengarungi jagat.
Diruangan-ruangan dari seluruh
isi istana boneka telah dipasang penerangan, lampu-lampu bercahaya.
Memang cahaya penerangan itu
tidak bisa disamakan dengan cahaya matahari, agak redup dan kurang menarik.
Tapi cukup memikat!
Dilorong-lorong, samar-samar
tampak juga lampu-lampu teng yang baru disundut.
Tertojos oleh cahaya-cahaya
dari penerangan-penerangan itu, wajah orang tua berbaju hijau berkeriput.
Dagingnya yang pucat-pasi semakin menyeramkan, seolah-olah bangkai hidup.
Apa jadinya? Kalau seorang
boneka hidup mati?
Mencair?
Membeku?
Atau membesar kembali menjadi
manusia yang normal?
Siauw Cap-it-long belum bisa
menjangkau pikiran sejauh itu, karena dia yakin, ia sedang didalam suatu
rencana tipu-muslihat yang luar biasa!
Tangan Siauw Cap-it-long juga
gemetaran, dia menyesal atas terjadinya pertandingan tenaga dalam itu.
Sebelumnya, ia tidak bisa
mengira-ngira, bagaimana kekuatan tenaga kedua kakek yang duduk diatas papan
catur itu.
Sebab ia kurang yakin, maka
dijajalnya juga.
Kini betul-betul terbukti,
dugaannya tidak salah lagi. Kedua kekek yang kerjanya main catur siang malam
itulah tokoh-tokoh ternama dijaman silam.
Jago-jago silat yang bisa
bertahan sehingga sampai tiga jaman!
Mana mungkin ia memenangkan
pertandingan itu?”
Wajah si kakek berbaju hijau
yang pucat-pasi masih membeku, tiada tampak ada darah ditempat itu.
Siauw Cap-it-long sudah hampir
tidak sanggup bertahan, ada niatan untuk melepaskan tangannya, tapi dengan
cara-cara yang seperti itu, berarti mencari kematian, jiwanya akan putus
segera.
Orang tua yang berbaju coklat
yang memegang biji catur turut membeku, dari pagi sehingga malam itu, dia tidak
pernah meletakkan biji caturnya. Kini dia menoleh, bergerak dan tersenyum
sebentar, dia bukan boneka, dia hidup biji caturnya yang hendak ditaruh dipapan
catur dibatalkan, diarahkan kearah poci dan menyambit.
Bruk … bjaaar …
Biji catur itu memecahkan poci
arak. Maka menyelesaikan pertandingan Siauw Cap-it-long dengan orang tua
berbaju hijau.
Siauw Cap-it-long mundur
kebelakang, napasnya sengal-sengal.
Karena pecahnya poci arak,
maka cairan benda keras itu kini meleleh, memenuhi cawan si orang tua berbaju
hijau.
Orang tua berbaju hijau juga
bergerak, menarik tangan yang sudah disodorkan lama, tanpa menoleh kearah Siauw
Cap-it-long, kini dia menenggak arak itu.
Seolah-olah tidak terjadi
sesuatu yang menegangkan.
Orang tua berbaju coklat
menggapaikan tangan, menyedot kembali biji caturnya. Kini biji catur itu
diletakkan diatas papan.
Ini juga termasuk demonstrasi
mengadu kekuatan tenaga dalam yang hebat!
“Awas!” dia memberi peringatan
kepada lawan.
Orang tua berbaju hijau
mengganti pusat perhatiannya, dicurahkan kearah papan catur, dan menyambung
permainan catur yang terhenti.
Kedua kakek aneh bertemu
dengan Siauw Cap-it-long yang aneh.
Sesudah mereka mengukur
kekuatan tenaga dalam, ternyata kekuatan itu seimbang.
Perlahan-lahan Siauw
Cap-it-long ngeloyor pergi.
Langkah yang aneh!
Kedua kakek menyambung
permainan catur mereka.
Juga cara aneh!
SIAUW CAP-IT-LONG ngeloyor
balik. Ia meninggalkan kedua kakek yang masih asyik bermain catur.
Dia heran, dengan alasan apa,
kedua jago silat itu ganti haluan? Dengan alasan apa, bermain catur pagi, siang
dan malam?
Ia menginjakkan kakinya dilorong
Istana Boneka.
Siauw Cap-it-long nyaris dari
jurang kematian.
Ia berjalan dengan langkah
ringan, melewati lampu-lampu gantung yang dipasang dilorong-lorong istana.
Ternyata hidup itu mempunyai
daya magnit yang hebat.
Sanubarinya hidup mendapat
berkah Tuhan!
Sebelum melakukan pertandingan
duel maut, Siauw Cap-it-long tidak menyangka kalau kekuatan hidup seseorang itu
sangat penting sekali.
Ilmu silatnya tinggi, otaknya
cerdas, penilaiannya tepat, karena itu, belum pernah Siauw Cap-it-long mengalami
krisis-krisis maut. Yang terakhir, ia masuk kedalam istana boneka. Mengadu
tenaga dalam dengan orang tua berbaju hijau tadi.
Baru kini ia sadar, bahwa ilmu
kepandaiannya itu juga terbatas, masih ada jago yang berada diatas dirinya.
Didalam hal ini, ia hanya
menduduki jago silat super kuat, belum berarti jago silat super sakti tanpa
tandingan!
Ia nyaris dari kematian, dan
hidup kembali.
Tapi rasa girangnya Siauw
Cap-it-long tidak kepalang, dia bisa membuktikan bahwa dugaannya itu tidak
salah.
Mengelus-elus tangannya, Siauw
Cap-it-long menuju kearah kamar yang sudah ditunjuk, kamar didalam Istana
Boneka!
Sayur sudah dingin … terngiang
suara Sim Pek Kun.
Pasti ia mendapat omelan lagi!
Siauw Cap-it-long mempercepat
langkahnya, menuju kearah pintu.
Hari ini adalah hari yang
terhebat untuk dirinya, biar bagaimana, dia berhasil melewatkan hari krisis.
Akhirnya ia berhasil menemukan
sesuatu yang hebat.
Seluruh tulang-tulangnya masih
terasa sakit dan ngilu karena adanya adu pertandingan tenaga dalam tadi.
Hati Siauw Cap-it-long sangat
girang, ia harus cepat-cepat pulang, menangsal perut, menenggak arak, melewati
hari, tidur sehingga besok.
Besok …! Ya! Besok …
Besok akan terjadi sesuatu
yang lebih hebat.
Siauw Cap-it-long membongkar
perdukunan si manusia gila boneka Thian-kongcu.
Siauw Cap-it-long sudah berada
didepan pintu.
Pintu masih tertutup.
Tentu Sim Pek Kun menunggunya
dengan hati tidak sabar.
Siauw Cap-it-long berpikir:
“Kuharap saja ia tidak
menyangka yang bukan-bukan.”
Karena adanya drama dikemarin
hari, karena adanya urusan Souw Yan, tentu Siauw Cap-it-long merasa bersalah.
Ia takut kalau Sim Pek Kun itu bercembetut pula, menyalahkan dirinya yang
menemui gadis-gadis muda.
Perlahan-lahan Siauw
Cap-it-long mendorong pintu, dengan harapan bisa mendapat penyambutan Sim Pek
Kun yang meriah, disambut oleh wajah Sim Pek Kun yang mekar bagaikan bunga.
Siauw Cap-it-long belum tahu,
apa yang sudah terjadi dibalik pintu.
Apakah yang sudah terjadi?
Kalau saja Siauw Cap-it-long
tahu, tidak mungkin dia berani mendorong pintu ruangan itu.
DIMEJA kamar, Capcay,
buyunghay, paklay dan makanan-makanan lain-lainnya telah tersedia, tidak
ketinggalan juga arak dimeja.
Tukang masak yang memasak
makanan ini adalah tukang masak daerah Tiong-tjiu yang ternama.
Sayur sudah dingin.
Didepan makanan tersebut,
duduk disebuah kursi, sesuatu bayangan yang sedang menunggu.
Tapi orang itu seperti patung,
itulah penghuni Istana Boneka yang ternama, dia menyebut dirinya sebagai raja
boneka.
Lampu didalam kamar itu tidak
dinyalakan.
Penerangan-penerangan dari
luar kamar mencorot masuk, membuat satu pemandangan yang redup.
Raja Boneka duduk didepan meja
makan, begitu misterius, sulit diduga, ia tidak bergerak, seolah-olah hantu,
atau setan gentayangan, atau juga ia sudah menjadi boneka mati.
Pada dinding tembok,
tergantung gambar-gambar.
Sepasang mata Raja Boneka
menatap gambar-gambar itu.
Disaat Siauw Cap-it-long
melangkahkan kakinya memasuki ruangan, hati si Raja Boneka seperti tenggelam.
Begitu juga hati Siauw
Cap-it-long hampir terlompat keluar dari kerangka mulutnya.
Ia sudah menemukan sesuatu
bayanan yang tidak baik, mendapat firasat yang sangat buruk.
Seolah-olah seekor srigala
yang mengendus bau manusia, mengendus adanya bahaya, keadaan menegang.
Siauw Cap-it-long menahan
gerak kakinya.
Siauw Cap-it-long menatap
kearah raja boneka itu.
Raja boneka sedang
membelakangi Siauw Cap-it-long, ia dapat menangkap derap langkah kaku orang
yang ditunggu, tapi ia tidak menolehkan kepalanya.
Siauw Cap-it-long menjadi
ragu-ragu, tapi ia harus mengatasi persoalan ini, perlahan-lahan ia duduk
didepan orang itu.
Siauw Cap-it-long mengambil
putusan yang tepat, dia tidak mau mengajukan pertanyaan, sebelum mengetahui
jelas maksud tujuan dari raja boneka.
Perubahan apa yang sudah
terjadi? Mengapa Sim Pek Kun tidak berada didalam kamar itu?
Boneka2 hidup?
Raja boneka juga diam, tidak
bergerak. Menutup mata dan mengunci mulutnya. Keadaan semakin menegang.
Siauw Cap-it-long tidak biasa
dengan keadaan yang seperti itu, setelah mengalami pertempuran terus-menerus
selama satu hari, ia merasa bahagia, dia menuangkan arak, diteguknya cepat.
Raja boneka juga mengambil
cawan arak, mengisi penuh dan meminum.
Kedua orang itu saling pandang
memandang.
Akhirnya raja boneka mulai
menggerakkan mulut. Ia tertawa sebentar dan berkata:
“Hari ini kau lelah sekali.
“Masih untung, berkata Siauw
Cap-it-long.
“Menempur mereka, sama saja
artinya dengan membentur maut, tidak peduli caranya bagaimana, keadaannya sama
saja, sangat meletihkan diri.”
“Beruntung aku nyaris lolos
dari ancaman maut,” berkata Siauw Cap-it-long.
Mata raja boneka
berkilat-kilat, itulah mata manusia biasa, memandang Siauw Cap-it-long,
mengajukan pertanyaan:
“Sesudah melakukan duel yang
seperti tadi, kau bisa mengetahui asal-usulnya kedua orang itu, bukan?”
Siauw Cap-it-long tertawa
tawar, ia berkata:
“Kukira sedari pagipun aku
sudah bisa menduga, siapa adanya kedua orang tua itu.”
“Tapi kau masih berani
menempur mereka?!” berkata raja boneka.
“Eh …” Siauw Cap-it-long
mengeluarkan gerengan perlahan.
“Ha, ha …” Raja boneka
tertawa. “Aku memuji keberanianmu. Mari! Minum arak.”
“Mari minum!” Siauw
Cap-it-long menerima toast itu.
Sesudah meminum masing-masing
araknya, wajah raja boneka ditekuk masam-masam, dengan suara yang berat ia
bertanya:
“Kecuali yang kau ketahui,
berapa banyak rahasia lagi yang kau tahu?”
“Tidak terlalu banyak. Tapi
juga tidak sedikit,” berkata Siauw Cap-it-long.
Dengan dingin raja boneka
berkata:
“Kuharap kau tidak mengetahui
urusan terlalu banyak. Seseorang yang mengetahui banyak rahasia, jiwanya bisa
dirundung kemalangan, maka lebih baik tidak tahu menahu.”
Siauw Cap-it-long meletakkan
cawan araknya, memeriksa seluruh isi ruangan, dan akhirnya tertancap diwajah
raja boneka, kini dia mengajukan pertanyaan:
“Dimana dia?”
Seolah-olah menjadi orang
tolol, raja boneka itu bertanya:
“Siapa?”
“Isteriku,” jawab Siauw
Cap-it-long.
“Ha … ha …” raja boneka
tertawa lagi, tawanya agak aneh. Kemudian dengan perlahan-lahan ia berkata:
“Yang kau maksudkan, nona Sim itu?”
Siauw Cap-it-long merasakan
dunia berputar, matanya disipitkan, kini tampak kekosongan, lama sekali ia
menganggukkan kepala. Membenarkan pertanyaan raja boneka.
Disaat mereka memasuki istana
boneka, Siauw Cap-it-long dipaksakan mendjadi suami Sim Pek Kun.
Demikian juga disaat memasuki
daerah misterius raja gila boneka Thian-kongcu, pelayan Thian-kongcu yang
bernama Siok Siok itu selalu mengartikan Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long
sebagai suami-isteri.
Sim Pek Kun dan Siauw
Cap-it-long tidak menyangkal adanya tuduhan-tuduhan itu.
Akhirnya rahasia mereka sudah
terbuka.
Tampak raja boneka menatap
wajah Siauw Cap-it-long, dengan sepatah demi sepatah ia bertanya:
“Betul-betul dia sudah menjadi
isterimu?”
Siauw Cap-it-long tidak
menjawab pertanyaan itu.
Raja boneka bertanya lagi:
“Sudahkah kau tahu, apa
kerjamu?”
“Apa yang terjadi?” bertanya
Siauw Cap-it-long.
“Mengapa tubuhnya begitu
lemah, mengapa Sim Pek Kun begitu lemah?” bertanya raja boneka.
“Apa yang sudah menimpa
dirinya?” bertanya Siauw Cap-it-long tegang. “Apa yang menyebabkan
kelemahannya?”
Raja boneka tertawa tawar. Ia
berkata:
“Menurut perhitungan waktu,
beberapa bulan kemudian ia akan segera melahirkan anaknya, tapi kejadian itu
akan segera tidak terjadi. Tidak mungkin bisa terjadi.”
“Aaaa …” Siauw Cap-it-long
terbelalak, ternyata Sim Pek Kun mengalami keguguran.
Raja boneka memainkan jarinya.
Ting … dia menyentil pergi cawan araknya sendiri.
Trak … cawan arak itu mental
ditembok, masuk sehingga dalam. Itulah kekuatan tenaga dalam yang hebat, lebih
hebat dari apa yang sudah diperlihatkan oleh si kakek tua berbaju hijau.
Mata Siauw Cap-it-long
terbelalak kaget.
Memperhatikan gerak-gerik raja
boneka itu sangat kaku dan dingin, bermalas-malasan, ternyata raja boneka ini
memiliki ilmu kepandaian silat yang jauh berada diatas dirinya.
Belum pernah Siauw Cap-it-long
menemukan tandingan, tapi kini ia menemukan tandingan jauh lebih hebat, ia
harus berhati-hati.
Menatap dan memperhatikannya
beberapa saat, Siauw Cap-it-long bertanya:
“Dimana kini ia berada?”
Raja boneka tidak menjawab
pertanyaan itu, ia sedang mendemonstrasikan kekuatan tenaga dalam yang hebat.
Matanya tertuju pada cawan arak yang sudah memendam dalam tembok.
Siauw Cap-it-long bukanlah
seorang manusia penakut, belum pernah ada istilah takut itu didalam kamus
pkirannya.
Sekali lagi Siauw Cap-it-long
mengulang pertanyaan:
“Dimana dia berada?”
Raja boneka berpaling kembali,
menatap Siauw Cap-it-long, sepatah demi sepatah ia berkata:
“Kau lupa kepada suatu hal.
Aku adalah raja boneka, raja dari istana boneka. Disini setiap wanita cantik
itu hak milikku, tidak pernah ada yang berani melanggar perintah.”
Raja boneka tidak menjawab
pertanyaan Siauw Cap-it-long Tapi ia memberi terhadap hak monopoli yang berada
didalam istana boneka.
Siauw Cap-it-long sudah siap
bangkit dari tempat duduknya, tapi ia berusaha menahan rasa kemarahan itu,
duduk kembali.
Sepasang sinar mata raja
boneka tertuju kearah Siauw Cap-it-long, dan ia bertanya lagi:
“Tahukah arti dari kata-kaa
tadi?”
“Kurang begitu mengerti,”
jawab Siauw Cap-it-long.
“Karena akulah yang berkuasa.
Ilmu kepandaiankulah yang berkuasa,” berkata raja boneka.
“ …” Siauw Cap-it-long masih
menunggu reaksi selanjutnya.
Raja boneka berkata lagi:
“Sedari tadi pagi sudah kuberi
tahu kepadamu, bahwa ditempat ini tidak ada peraturan, tidak ada tata krama,
yang ada hanyalah kebebasan, kebebasan memungut orang dan kebebasan didalam
segala-galanya. Siapa yang kuat, dialah yang berkuasa.”
“Maksudmu …” bertanya Siauw
Cap-it-long.
Raja boneka berkata:
“Sesudah kau berada ditempat
ini, segala sesuatu harus mengikuti tradisi-tradisi yang ada. Kau harus menurut
segala perintah dan kemauanku, Sim Pek Kun bukan isterimu, ia tidak menjadi hak
milik seseorang yang tertentu, siapa yang berkuasa ia berhak untuk mengambil.
Aku ingin mengambil dan meng-claim atas kepribadian Sim Pek Kun.”
Perlahan-lahan, Raja boneka
mengambil cawan arak Siauw Cap-it-long, cawan arak itu dikremesnya ditangan,
perlahan-lahan dikremes pula, digosok-gosok, akhirnya, disaat si raja boneka
membuka tangan itu, cawan arak yang terbuat dari bahan-bahan keras hancur
menjadi bubuk.
Lagi-lagi, ia
mendemonstrasikan kekuatan tenaga dalamnya!
“Akulah yang berkuasa,” ia
berkata. “Aku adalah manusia super sakti tanpa tandingan.”
Siauw Cap-it-long
memperhatikan tangan itu, tangan si raja boneka sangat halus, lebih halus dari
pada tangan wanita, tapi ia memiliki ilmu tenaga dalam yang hebat. Bisa
mengkeremus sebuah cawan arak.
Hati Siauw Cap-it-long
meringis Ia bisa mengukur, ilmu kepandaiannya tidak memiliki kekuatan yang
seperti itu.
Raja boneka memperhatikan
lawannya yang berada didepan meja itu. Beberapa kali Siauw Cap-it-long siap
bangkit dari tempat duduknya, beberapa kali pula niatan itu dibatalkan.
Raja boneka berkata dengan
suara perlahan:
“Inilah letak keistimewaanmu.
Kau hebat! Banyak sekali anak2 muda yang sepantaranmu, sesudah mengetahui aku
lebih kuat dari mereka, toh masih berani bermain-main, hendak menjajal dan
mencoba, tentu saja mereka mengalami kegagalan. Tapi kau sanggup menahan
gejolak hatimu, kau bisa menguasai diri sendiri. Kau mempunyai kesabaran yang
luar biasa. Maka kau bisa bertahan hidup sehingga sampai saat ini.”
Siauw Cap-it-long sedang
memikir-mikir, haruskah dia menempur si raja silat super sakti yang kini berada
didepannya?
Raja boneka adalah jago silat
super sakti.
Siapa nama aslinya?
Menempur si raja boneka,
berarti mencari kematian.
Tapi Siauw Cap-it-long tidak
melepaskan kesempatan untuk bertempur, ia harus menggunakan kepintaran otaknya,
setidak-tidaknya mengimbangi kekuatan musuhnya.
Karena itu Siauw Cap-it-long
mau mencari jalan.
“Untuk mencari jalan keluar
dari Istana Boneka adalah usaha yang tidak terlalu sulit, kalau saja kau berhasil
menemukan kunci rahasia, kau bisa bebas. Untuk mencari lawan seperti dirimu
juga tidak mudah, kuharap saja kau bisa terus-menerus tinggal disini, kujadikan
lawan pertandingan. Kukira kau tidak bisa mati terlalu cepat, kalau saja kau
memiliki kepintaran, kalau saja kau sebagai seorang sangat pintar dan cerdik,
kau bisa bertahan terus hidup lama, hidup lama.”
Siauw Cap-it-long menghela
napas panjang dan berkata:
“Sayang. Ciri-ciri yang ada
pada diriku, ialah kepintaran itu. Aku tidak segoblok seperti apa yang
diperkirakan orang, aku tetap berusaha, walau belum tentu berhasil. Apapun yang
terjadi, manusia itu hidup untuk berjuang.”
“Belum tentu,” berkata raja
boneka. “Tanpa perjuangan, aku bisa hidup lama bukan? Kalau saja kau
betul-betul pintar, lebih baik jangan banyak bicara. Lebih baik kau minum arak
terus-menerus, maka untuk pembalasan itu, aku bisa memberi jasa-jasa yang
tertentu.”
“Jasa-jasa tertentu?” Siauw
Cap-it-long memandang raja boneka tersebut.
Dengan mesem-mesem raja boneka
berkata:
“Souw Yan. Gadis itu tidak
secantik Sim Pek Kun, tapi beberapa kali ia menang dari pada Sim Pek Kun. Souw
Yan akan kuhadiahkan kepadamu.”
“Huh!” Siauw Cap-it-long
mengeluarkan suara dari hidung.
Raja boneka berkata:
“Souw Yan adalah gadis
pilihanmu. Sesudah kehilangan seorang Sim Pek Kun, kau mendapatkan Souw Yan,
inilah jasa timbal-balik. Kukira kau tidak rugi. Sim Pek Kun bukan isterimu,
dia bebas pergi dari dalam pelukanmu. Souw Yan akan menjadi isterimu yang sah,
kalau saja kau mau, kau bisa hidup sampai seratus tahun, hidup selama-lamanya
didalam istana boneka.”
“Kalau aku tidak mau hidup
ditempat ini?” Siauw Cap-it-long melirik kearah lawan kuat itu.
Wajah raja boneka ditekuk
masam, dengan geram dia berkata:
“Tidak mau? Kukira tidak ada
pilihan lain. Mau of tidak mau, kau harus tetap tinggal ditempat ini.”
Siauw Cap-it-long
memperlihatkan senyumnya yang sangat fanatik, dia berkata:
“Kukira sudah waktunya untuk
menemukan kunci rahasia dari istana boneka.”
“Ho … ho …” berkata raja
boneka. “Kau sudah bisa memecahkan tenunganku?”
“Bukan!” Dengan berkata Siauw
Cap-it-long mengoreksi kata-kata itu. “Tapi pemecahan dari ketololanmu.”
RAJA BONEKA ADALAH MAJIKAN
THIAN-KONGCU
KEDUA jago silat itu saling
berpandang-pandangan, beberapa saat kemudian, Siauw Cap-it-long berkata:
“Kalau saja aku berhasil
memecahkan rahasiamu, kau bersedia menyerahkannya untuk dibawa pulang?”
Menuntut kebebasan Sim Pek Kun
adalah tanggung jawab Siauw Cap-it-long!
“Kau masih menghendaki Sim Pek
Kun?” bertanya raja boneka.
“Ya,” Siauw Cap-it-long
menganggukkan kepala. “Aku wajib menyerahkannya kepada yang berhak
menerimanya.”
“Boleh! Sesudah kau
memenangkan sayembara Istana Boneka.”
“Dengan segera,” berkata Siauw
Cap-it-long.
“Kau sudah berhasil menemukan
kunci set dari rahasiaku ini?”
“Kukira sudah.”
“Ketahuilah, belum pernah ada
orang yang bisa memecahkan penyihiran Thian-kongcu.”
Siauw Cap-it-long tidak
menggubris peringatan itu, ia berkata:
“Kukira aku bisa.”
“Berapa lama waktu yang kau
butuhkan untuk memecahkan tenungan Thian-kongcu?” bertanya raja boneka.
“Kukira tidak lama,” berkata
Siauw Cap-it-long. “Segera!”
“Kalau kau tidak berhasil?”
Dengan tegas Siauw Cap-it-long
berkata:
“Seumur hidupku tidak akan
meninggalkan tempat ini,” berkata Siauw Cap-it-long. “Maka aku akan berhamba
kepadamu, berhamba sehingga mati.”
Wajah raja boneka yang sudah
menegang berubah menjadi riang, suaranya menjadi merdu kembali, dengan suara
yang mantap ia berkata:
“Pertaruhan yang tidak kecil.
Lebih baik kau berpikir-pikir lagi.”
Siauw Cap-it-long berkata:
“Pertaruhan yang kecil, tidak
ada artinya. Apalagi bertaruh kepadamu, lenyaplah pula kegembiraan. Lebih baik
tidak bertaruh dari pada bertaruhan yang berupa benda biasa. Lihat dari
keberanianmu, beranikah menerima tawaran pertaruhan yang seperti ini?”
“Hua, ha …” Raja boneka
tertawa. “Pertaruhan yang lebih besar lagipun akan kumakan. Baik. Akan kuterima
tawaranmu tadi. Kalau kau tidak berhasil menjebolkan kurungan ilmu sihir
Thian-kongcu, untuk seumur hidup kau harus berhamba ditempat ini. Termasuk juga
Sim Pek Kun. Sebaliknya, kalau kau berhasil memecahkan ilmu sihir itu, kau
mendapat kebebasan.”
“Janji yang bisa dipegang?”
bertanya Siauw Cap-it-long.
“Tentu,” berkata Raja boneka.
“Baik …”
Seiring dengan kata-kata baik
Siauw Cap-it-long, tiba-tiba saja badannya melejit, membentur dinding ruangan,
dan berbareng juga dengan saat itu, terdengar suara ledakan yang hebat, gebrak
… dinding itu jebol, batu beterbangan, dinding yang setebal sembilan dim itu
berhasil dipecahkan oleh Siauw Cap-it-long.
Gerakan Siauw Cap-it-long
sangat gesit dan cekatan, begitu dinding itu pecah bolong, tubuhnya melejit,
dia berpindah kelain ruangan, berpindah ketempat ruangan yang berada disebelah.
Ruangan apakah yang berada
disebelah ruangan Siauw Cap-it-long?
Ruangan ini tidak terlalu
besar, inilah ruangan pertama kali yang Siauw Cap-it-long pernah lihat. Ruangan
yang berisikan main-mainan, berisikan meja, dengan main-mainannya istana
boneka!
Boneka asli! Boneka kecil!
Ruangan ini terdapat meja
datar berpinggir besi, terdapat bangunan-bangunan kecil yang indah, ada anak
sungai, ada dua dua orang kakek tua yang sedang bermain catur, ada si raja
boneka yang sedang bangun tidur, ada si muka kuda Liong Kui dan si bopengan Lui
Bie. Liong Kui dan Lui Bie yang diperkecilkan, duplikat kedua orang itu, mereka
sedang menunggu diruang tamu.
Itulah istana boneka!
Ternyata, raja boneka adalah
seorang yang sudah sinting, dia menciptakan boneka-boneka kecil dan hendak
mengelabui orang yang dikatakan sudah disihir dan disusutkan menjadi kecil.
Kenyataan adalah tidak.
Segala itu adalah sesuatu
kebohongan yang sangat besar!
Dengan napas yang masih
sengal-sengal, Siauw Cap-it-long berdiri disisi bangunan-bangunan istana
boneka, ia memandang kearah lubang dinding, tertawa besar:
“Huaaa, ha … ha …”
Wajah Raja boneka menjadi
pucat-pasi.
Gagallah semua
tipu-muslihatnya.
Terdengar pula suara Siauw
Cap-it-long:
“Inikah yang dinamakan ilmu
sihir? Hua, ha, ha …”
Raja boneka adalah
Thian-kongcu.
Raja boneka Thian-kongcu
sengaja meloloh Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun, kemudian menyadarkannya,
sesudah itu memperlihatkan sebuah taman mainan istana boneka, komplit dengan
semua boneka2, boneka-boneka itu menurut orang yang ada, seperti orang tua
berbaju coklat dan berbaju hijau yang bermain catur, seperti pendekar tikar
terbang Lui Bie, seperti pendekar kuda sembrani Liong Kui, seperti dia sendiri,
dan seperti pelayannya, yang ada.
Sengaja memperlihatkan
mainan-mainan dan boneka-boneka itu kepada Siauw Cap-it-long, sesudah itu
menitahkan Siok Siok memberi obat tidur kepada Siauw Cap-it-long.
Sesudah Siauw Cap-it-long dan
Sim Pek Kun siuman, mereka berada didalam istana boneka yang telah diperbesar,
sebuah istana boneka asli. Bukan boneka mainan.
Thian-kongcu menciptakan diri
sendiri sebagai Raja Boneka!
Thian-kongcu hendak
mempermainkan orang.
Apa perasaan seseorang,
manakala merasakan dirinya sudah susut menjadi sesuatu boneka hidup.
Pasti tertekan! Pasti tidak
mempunyai harapan hidup!
Sesudah itu, raja boneka
Thian-kongcu mempermainkan orang-orang itu, apa yang dia minta pasti tidak bisa
ditolak.
Hanya Siauw Cap-it-long yang
berhasil menjebolkan permainan tipu lihay ini.
Didalam ruangan main-mainan
istana boneka, Siauw Cap-it-long berkata:
“Huh! Sengaja membuat
anak-anakan yang seperti ini, sengaja membuat bangunan-bangunan kecil istana
boneka, dan sengaja memperlihatkannya kepada kami. Sesudah itu, kau bawa diriku
ketempat ini, seolah-olah aku menjadi kecil dan kerdil, dengan anggapan sudah
ditenung atau disihir, seolah-olah sudah menjadi boneka hidup …”
Raja boneka Thian-kongcu tidak
menjawab.
Siauw Cap-it-long meneruskan
kata-katanya:
“Rencanamu ini sungguh tidak
masuk diakal. Memang luar biasa lihay, tentu saja tidak disangka, didalam
dunia, ada seorang gila boneka yang seperti kau! Ada seorang yang begitu gila
mempermainkan manusia seperti kau!”
“Ha … ha …” Raja Boneka
Thian-kongcu juga tertawa. “Belum pernah ada orang yang bisa mengetahui
cara-cara ini permainanku. Dengan cara-cara ini, sudah banyak jago silat yang
kutipu, akhirnya orang-orang itu bisa menjadi gila, atau bunuh diri, atau
mengobral napsu birahinya, dan aneka macam sesuatu yang tidak mungkin bisa
disaksikan orang lain.”
Siauw Cap-it-long berkata:
“Maka didalam tanggapanmu, kau
memiliki cara terhebat, cara permainan Istana Boneka yang luar biasa, dan kau
menganggap lucu.”
“Sangat menyenangkan,” jawab
Raja Boneka Thian-kongcu.
“Huh!” Siauw Cap-it-long
mengeluarkan suara dengusan hidung.
“Kalau saja kau melihat
wajah-wajah orang yang sudah kususutkan itu, bagaimana tidak lucu, kalau
menyaksikan seseorang yang kebingungan dan ketakutan, bingung dengan cara2
terciptanya sebuah makhluk boneka hidup. Takut karena dirinya bisa dipermainkan
oleh manusia-manusia raksasa.” Raja Boneka Thian-kongcu boleh menjadi bangga
dengan hasil karya ciptaan Istana bonekanya.
“Kau adalah seorang manusia
gila!” berkata Siauw Cap-it-long.
Raja boneka Thian-kongcu tidak
marah, ia berkata:
“Telah kusaksikan
berpuluh-puluh jago silat, dimana dia putus harapan, tidak mempunyai pegangan
hidup, menenggak arak mabuk-mabukan, bermain perempuan kalang-kabutan, demikian
sehingga mereka menjadi gila, kalau saja kau bisa menyaksikan adanya
kejadian-kejadian ini, kau juga akan pasti tertarik.”
“Bah! Siapa yang tertarik
kepada kesukaan gilamu?”
Raja boneka Thian-kongcu masih
meneruskan obrolannya:
“Untuk mencari kesenangan
didalam kesukaran, orang-orang itu tidak kenal lagi rasa malu, tidak peduli
kepercayaan lagi, mereka mengobral hawa napsu, mengobral segala kemauan yang
ada, sehingga mereka rela menjual isteri sendiri.”
Siauw Cap-it-long berkata:
“Didalam tanggapanmu, semua
orang itu bisa disama-ratakan?”
“Ya,” jawab raja boneka
Thian-kongcu. “Kalau saja kau sudah saksikan keadaan mereka, maka kau bisa mengerti.
Manusia itu tidak seperti apa yang kita pikirkan, kecerdikan manusiapun
terbatas, manusia bisa menjadi cerdik, karena ia mempunyai harapan-harapan
hidup yang gilang-gemilang, tapi kecerdikan dan kecerdasan otak manusia itu
akan lenyap, manakala dia mengetahui kalau dirinya itu sudah tiada guna, maka
manusia itupun betul-betul menjadi tiada guna. Lebih goblok dari pada babi,
lebih tolol dari pada seekor keledai dan lebih sinting dari orang gila.”
Dengan dingin Siauw
Cap-it-long berkata:
“Jangan lupa, kau juga
termasuk salah seorang manusia.”
Dengan keras raja boneka
Thian-kongcu berkata:
“Siapa yang menganggap aku
manusia! Bukan! Aku adalah manusia setengah dewa. Aku adalah calon dewa!”
Siauw Cap-it-long menghela
napas, dia berkata:
Hanya seseorang yang sudah
hampir mempunyai sakit ingatannya, maka dia menganggap dirinya menjadi calon
dewa.”
Raja boneka Thian-kongcu
memiliki ilmu silat yang tinggi, belum pernah ia menemukan tandingan. Dia
memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, belum pernah menemukan tandingan,
karena itu sifat-sifatnya berubah menjadi congkak dan sombong, meremehkan dan
menganggap sipil segala sesuatu.
Dia telah menderita kekalahan,
rahasia dengan tipu muslihat tenung-tenungan dan sihir-sihirnya itu telah
digagalkan Siauw Cap-it-long.
Tapi Thian-kongcu masih
memiliki cara yang lain, dia gila perempuan, kini dia berkata:
“Jangan lupa, jiwamu masih
berada didalam genggamanku, hanya sekali pukul, aku kira, tidak sulit
menjatuhkan dirimu. Jiwamu masih berada didalam tanganku.”
“Jangan kau lupa kepada janji
yang sudah kau lepas?” Siauw Cap-it-long memberi peringatan.
“Kukira aku sudah lupa.
Mungkin juga betul-betul sudah lupa,” berkata si Raja boneka Thian-kongcu. Kini
dia sudah mempunyai sifat-sifat yang nakal.
Siauw Cap-it-long tertawa dan
berkata: “Aku percaya, karena kau menganggap dirimu sebagai calon dewa, karena
itu tidak mungkin kau menelan janji. Kalau saja seorang calon dewa bisa
mengingkari janji, apa artinya calon dewa itu? Dia lebih rendah dari manusia,
lebih rendah dari pada orang biasa.”
“Hebat! Hebat!” Raja Boneka
Thian-kongcu bergumam. “Aku terlalu meremehkan ilmu kepandaianmu, juga memberi
angka yang terlalu rendah untuk kecerdasanmu. Kau betul-betul manusia hebat,
kau betul-betul cerdik.”
“Bagaimana keadaannya?”
bertanya Siauw Cap-it-long. “Sudah waktunya kau memberi kebebasan.”
Siauw Cap-it-long harus
meninggalkan Istana Boneka gila itu, dengan membawa Sim Pek Kun, agar sang ratu
bisa diserahkan kepada Lian Seng Pek.
Raja Boneka gila Thian-kongcu
hendak menyimpangkan pokok pembicaraan, dia berkata:
“Betul-betul aku harus
mengirim salut pujian kepadamu. Eh, aku tidak mengerti dengan cara bagaimana
kau bisa membongkar rahasia ini?”
“Ha, ha …” Siauw Cap-it-long
tertawa. “Dimisalkan aku sudah susut menjadi seorang boneka hidup, mengapa
belum pernah melihat raksasa Siok Siok? Mengapa belum pernah melihat raksasa
Thian-kongcu? Dan yang lebih penting lagi … kalau betul-betul aku sudah berada
didalam istana boneka yang kecil, didalam keadaan yang seperti ini, dari mana
datangnya matahari? Mengapa membuat tembok pertahanan tinggi? Mengapa harus
dikunci?
Raja gila boneka Thian-kongcu
menghela napas panjang, dia harus mengakui keunggulan Siauw Cap-it-long, dengan
nada rendah dia berkata:
“Sudah lama aku melihat adanya
kelemahan-kelemahan ini, tapi setiap orang yang sudah kusihir, pikiran mereka
menjadi butek, siapapun tidak pernah terpikir, bagaimana didalam istana boneka
masih ada matahari? Mengapa pintu harus dikunci? Mengapa bertembok tinggi?
Mengapa tidak ada raksasa dan raksasi dan lain-lainya. Maka, karena itulah, aku
tidak menganggap penting lagi.”
Siauw Cap-it-long berkata:
“Banyak sekali tokoh-tokoh diplomatik yang menganggap dirinya pandai,
menganggap dia memiliki kecerdikan otak hebat. Yang dipandang hanya
pemandangan-pemandangan jauh, kurang memperhatikan keadaan yang dekat. Tentu
saja kau mengerti sifat-sifat kelemahan manusia ini, sengaja kau letakan diriku
disini, aku tidak sangka, kalau aku harus membongkar rahasia yang kau pasang
disebelah dinding ruangan.”
“Bagaimana kau tahu, kalau
ruangan boneka berada disebelah ruanganmu?” bertanya raja gila boneka
Thian-kongcu.
Siauw Cap-it-long menjawab:
“Kecurigaanku tidak terletak
pada bagian itu, aku seperti dapat memperhitungkan adanya dua ruangan yang
tersembunyi. Tidak diketahui, dimana adanya kedua ruangan itu, maka kejadian
tadi hanya sesuatu kebetulan saja.”
Sikap raja gila boneka
Thian-kongcu menjadi lesu.
Siauw Cap-it-long berkata
lagi:
“Nasibku masih baik,” berkata
Siauw Cap-it-long.
Terhening beberapa waktu, raja
gila boneka Thian-kongcu berkata:
Betapa baiknyapun nasib
seseorang, pasti dia gugur dikemudian hari.”
MALAM terpanjang telah
dilewatkan.
Sesudah melepas Siauw
Cap-it-long dan Sim Pek Kun dari istana ajaibnya, raja gila boneka Thian-kongcu
kembali kekamar tidur, tempat ini masih agak rumit, lampu belum disulut.
Didalam keadaan samar-samar,
sesuatu tubuh yang kecil langsing menarik, mendekati raja gila itu,
perlahan-lahan mengurut-uruti pundaknya, dengan suara yang sangat memikat ia
berkata:
“Hari ini kau sangat lelah
sekali.”
Suaranya merdu, seperi burung
kenari. Sangat legit, seperti magnit. Penuh daya tarik.
Raja gila boneka Thian-kongcu
tidak menjawab pertanyaan itu, tidak menoleh kebelakang dan tidak menolak
datangnya urutan.
Sinar matahari pagi yang
pertama menyorot masuk kedalam ruangan itu, menyinari keadaan, dan
memperlihatkan wajah bayangan kecil itu.
Dia adalah Siao-kongcu.
Siao-kongcu yang memiliki
wajah menarik, suara menarik dan tubuh indah. Siao-kongcu yang lebih kejam dari
seekor ular yang terkejam.
Potongan tubuhnya yang begitu
menggiurkan, daging-dagingnya gumpal padat, matanya yang memikat, segala
sesuatu yang tidak tercela.
Hanya hatinya yang selalu
busuk.
Di saat Siao kongcu tertawa,
ia bisa merobohkan seorang laki-laki tinggi besar.
Dengan ilmu kepandaian silat
yang tinggi, jarang dia mendapat tandingan.
Siao kongcu adalah salah satu
selir kesayangan dari raja gila boneka Thian kongcu.
Segala instruksi yang
dikeluarkan oleh si raja gila sudah dijalankan oleh Siao kongcu. Ternyata biang
keladi segala kekerokan adalah si raja gila boneka itu!
Siao kongcu mengurut-urut si
raja gila boneka, ia hendak menyenangkan majikan yang berada di dalam
kesusahan.
Beberapa saat kemudian, si
raja gila boneka membuka suara:
“Apa yang sudah kau katakan
menjadi kenyataan. Siauw Cap-it-long itu bukan manusia biasa. Belum waktunya
aku memandang rendah kepadanya, ia betul-betul hebat.”
Siao kongcu berkata:
“Mengapa kau bebaskan
dirinya?”
Raja gila boneka berkata:
“Aku harus membuktikan pada
orang, bahwa aku, calon dewa yang masih hidup dalam dunia, aku menepati
janji-janji yang telah ditetapkan”
Siao kongcu berkata:
“Sudahkah terpikir, apa
akibatnya yang membebaskan Siao Cap-it-long?”
Raja gila boneka berkata:
“Hanya untuk sementara. Ia
berangkat meninggalkan istana boneka. Di dalam sepuluh hari, pasti balik
kembali.”
Siao kongcu menghentikan
gerakan tangannya, dengan heran ia berkata:
“Balik kembali? Mungkinkah
sudah kau kerjakan sesuatu padanya?”
“Tidak.”
“Mengapa mereka bisa balik
kembali?” bertanya Siao kongcu.
“Pasti balik kembali.” berkata
si raja gila boneka.
“Apa pikiran Siauw Cap-it-long
agak terganggu?” berkata Siao kongcu.
“Bukan Siauw Cap-it-long yang
balik” jawab raja gila boneka. “Tapi Sim Pek Kun”
“Baliknya Sim Pek Kun akan
disusul dengan kedatangan Siauw Cap-it-long”
“Tentu”
“Relakah mereka menyerahkan
diri?”
“Satu persatu akan menyerahkan
diri.”
“Pasti?” bertanya Siao kongcu.
“Pernahkah aku mengucapkan
sesuatu yang tidak bisa menjadi kenyataan?” bertanya si raja gila boneka.
“Dengan alasan apa Sim Pek Kun
bisa balik kembali?” bertanya Siao kongcu.
Raja gila boneka berkata:
“Karena aku telah mengikat hatinya di tempat ini.”
Siao Kongcu ketawa cekikikan,
tubuhnya bergoyang-goyang, semua benda yang dengannya bergoyang-goyang.
“Tidak percaya?” bertanya si
raja gila boneka.
“Betul2 aku tidak mengerti,”
berkata Siao Kongcu. “Permainan apa yang sudah kau padanya?”
“Ling ling,” kata si raja gila
boneka Thian Kongcu, “Sebagai seorang wanita kau bisa menyelami kepribadian
khas wanita. Sebetulnya sudah terpikir olehmu, seorang laki2 yang hendak
memikat wanita, apakah yang harus digunakan?”
Siao kongcu bernama Ling ling!
“Bagaimana usaha kita untuk
mendekati wanita?” tanya lagi Thian Kongcu.
“Berusaha memberi kesan yang
baik,” jawab Ling ling.
“Betul!” berkata si raja gila
boneka Thian Kongcu. “Hanya ada dua cara untuk memantek hati seorang wanita.”
“Dua cara yang bagaimana?”
berkata Siao Kongcu dingin.
Raja gila boneka Thian Kongcu
berkata, “Cara pertama, harus berusaha membuat gadis itu mencintai dirimu, cara
ini adalah cara yang terbaik, tapi tidak mudah untuk dijalankan.”
Dan cara yang kedua?” bertanya
Siao Kongcu dingin.
Raja gila boneka Thian Kongcu
berkata, “Cara yang kedua ialah harus membuat wanita itu benci padamu,
seseorang yang betul2 benci, tidak bisa ia membebaskan kekangan yang
menyelubungi buah pikirannya. Tidak bisa dilupakan, tidak bisa dibuang. Tidak
bisa dilepas dari impian pikirannya.”
“Ouw…”
“Dan cara yang kedua ini lebih
mudah dipraktekkan dari cara yang pertama.”
Menutup cerita raja boneka
Thian Kongcu. Sepasang biji mata Ling ling terputar, ia berkata: “Seorang
wanita yang tidak bisa jatuh cinta, lebih sulit untuk membenci.”
“Penilaian ini salah,” berkata
raja gila boneka. “Cara2 untuk mendatangkan cinta itu hanya satu macam. Tapi
untuk mendatangkan kebencian, terdapat lebih dari seribu satu cara.”
“Ouw?”
Raja gila boneka Thian Kongcu
berkata lagi, “Kalau ada seseorang yang membunuh orang yang kau cintai,
bagaimana perasaanmu. Mungkinkah tidak benci?”
Siao Kongcu Ling ling
menganggukkan kepalanya.
“Nah! Mungkinkah tidak
berusaha mendekatinya? Mencari kesempatan menuntut balas?”
Sampai di sini, Siao Kongcu
Ling ling baru memahami rencana Thian Kongcu. Dia bungkam, tidak mendebatnya
pula.
Raja gila boneka Thian Kongcu
berkata, “Sudah kuusahakan, agar Sim Pek Kun bisa mengetahui asal usul
terjadinya kehancuran Sim kee-chung. Kampung Sim kee-chung hancur di bawah
tanganku, neneknya juga mati di bawah tanganku.”
“Tapi…” Ling ling menutup
pembicaraan.
“Inipun suatu kebencian,”
berkata si raja boneka Thian Kongcu. “Semakin besar dendamnya kepadaku, semakin
cepat Sim Pek Kun balik kepadaku. Hanya kekembalian Sim Pek Kun yang bisa
menarik datangnya Siauw Cap-it-long.”
Ling ling berkata, “Ouw,
sengaja kau beri tahu bahwa kampung Sim kee chung hancur di bawah tangan kita,
neneknya mati di bawah tangan kita. Karena itu Sim Pek Kun benci kepadamu, dia
akan berusaha balik kembali. Dia akan berusaha mendampingimu, hanya mendampingi
dirimu baru dia mempunyai cukup kesempatan untuk membalas dendam?”
“Ya,” raja gila boneka
menganggukkan kepala.
“Bila kau beri tahu rahasia
itu?” bertanya Siao Kongcu.
Thian Kongcu menjawab,
“Sebelum keberangkatan mereka.”
Siao Kongcu Ling ling
memutarkan sepasang biji matanya yang besar, ia bertanya: “Sim Pek Kun sudah
mengetahui akan adanya drama pembunuhan dan pembakaran ini, mengapa ia rela
turut Siauw Cap-it-long meninggalkan tempat ini?”
Raja gila boneka Thian Kongcu
memberi keterangan, “Hal itu disebabkan karena Sim Pek Kun tidak mau memisahkan
Siauw Cap-it-long, kalau saja ia tidak mau turut serta, Siauw Cap-it-long juga
tidak berangkat. Tidak mungkin mereka meninggalkan istana boneka.”
Bagian 13 Selesai
Bagian 13 Selesai