Anak Berandalan Bagian 06

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Berandalan Bagian 6
Anak Berandalan Bagian 6

Liu Eng Lam belum dapat menangkap tujuan si Siao Kongcu yang sebenarnya, karena itu ia berani buru-buru mengucapkan terima kasih.

“Tapi.....dikemudian....bagaimana...bagaimana aku dapat hidup dikemudian hari...?”

Siao kongcu tertawa girang. Dia memang terlalu banyak akalnya. Juga sangat kejam sekali. Mendengar itu ia lalu berkata dengan suara perlahan sekali:

“Dikemudian hari ? itu urusanmu, bukan urusanku. Apakah aku harus memberi petunjuk terus menerus ?”

Siao kongcu lalu tersenyum kecil, kemudian berkata lagi dengan suara lebih perlahan : “Kukira kau sudah mengerti. Tapi tak apalah, akan kuberitahu caranya "

“Silahkan kongcu omong saja”

sepatah demi sepatah Siao kongcu lalu berkata :

“Kau si Bu yu kiam khek Liu Eng Lam sudah cukup punya nama, dan calon istrimu Sim Pek Kun lebih terkenal lagi. Kalian berdua adalah merupakan tokoh-tokoh ternama. Bekas suaminya Sim Pek Kun yaitu Lian Seng Pek, kukira lebih tenar namanya daripada Sim Pek Kun sendiri. Tapi boleh dibilang, kalian bertiga merupakan tiga tokoh silat atau tokoh-tokoh jutawan yang cukup mempunyai kedudukan tinggi. Dalam sekejap mata perkawinan yang sangat mendadak ini dapat tersebarluas kemana-mana. Kalau Lian Seng Pek sampai dapat tahu istrinya kawin lagi, tahukah kau apa akibatnya ? kalian adalah kawan-kawan karib, bukan ? kukira kau cukup mengerti, bahwa kehidupanmu masih belum cukup terjamin.”

Wajah Liu Eng Lam berubah pucat pasi,keringat dingin mengucur keluar membasahi sekujur badannya.

Sementara itu Siao kongcu sudah berkata lagi :

“Karena itulah kuanjurkan kepadamu, setelah kalian melangsungkan upacara perkawinan ditempat ini, cepat-cepatlah kalian mencari suatu tempat yang terpencil dan tersembunyi. Lebih baik lagi kalau tak ada orang lain atau hewan sekalipun disana. Ditempat itulah kalian boleh hidup tenang sedikit, jangan sampai diketahui orang, lebih-lebih jangan sampai kawan-kawan atau kaki tangan Lian Seng Pek tahu. Kau tahu sendiri bukan ? apa akibatnya ? Bagaimana perasaan Lian Seng Pek, kalau dia tahu istrinya sampai direbut orang ?”

Butiran-butiran keringat mulai menetes turun. Liu Eng Lam begitu takut sekali.

Itulah kiranya itikad baik si Siao kongcu dalam menghadapi para anak buahnya yang berkhianat. Dia tidak merasa perlu harus segera turun tangan, tapi cukup banyak cara-cara penyiksaan berat dapat dijatuhkan olehnya untuk para pengkhianatnya itu.

Masih dengan tertawa-tawa, Siao kongcu meneruskan bicaranya :

“kau tidak dapat mengabaikan peringatanku tadi. satu macam peringatan lagi yang akan kuberikan ialah tentang pengantin perempuan ini. Kau harus bisa menjaga dirinya baik-baik. Jangan sampai dia lari. Apalagi ditengah malam, tidak boleh kau tidur terlalu pulas, sebab, setiap saat, setiap waktu, setiap menit, setiap detik, bisa saja dia membebaskan dirinya. malah salah-salah lengah sedikit saja belati tajam bisa bersarang dalam dadamu. Ini peringatanku yang kedua.”

Liu Eng Lam tertegun ditempat. Apa yang dapat dikerjakannya sekarang ? sampai pada detik-detik ini, barulah dia mengerti,apa maksudnya Siao kongcu. Ternyata cara-cara nya Siao kongcu menyiksa orang jauh lebih hebat daripada cara apapun juga.

Sioau kongcu benar-benar seperti bukan manusia, cara-cara penyiksaan seperti itu benar-benar hebat sekali. rasanya, kecuali dia tidak mungkin ada manusia keduanya yang dapat menyamai kekejamannya.

memikirkan hari-hari berikutnya, sesudah menempuh hari perkawinan ini, Liu Eng Lam malah jadi merasa sedih sekali, sukmanya serasa telah terbang meninggalkan raganya. Penyakit yang dicarinya sendiri.

Siao kongcu menggendong tangan, bertindak bolak-balik dihadapan Liu eng Lam. Dia tidak perlu lagi merasa takut kepada orang bawahannya yang sudah berani berkhianat ini. Dengan tenang sekali, seolah-olah mengoceh kepada dirinya sendiri ia berkata :

“Untuk menghadapi kesulitan-kesulitan itu, aku mempunyai cara yang baik buat mengatasinya. Mau kau dengar apa tidak ?”

Satu pengharapan baru timbul dalam alam pkiran Liu eng lam, dengan cepat ia lalu bertanya :

“kami membutuhkan sekali petunjuk dari Siao kongcu”

Siao kongcu menoleh kepadanya, dia menganggukkan kepalanya seraya katanya "

“Baik, aku akan mulai memberi satu petunjuk baik kepadamu.”

“Untuk menyembunyikan diri disuatu tempat yang sunyi yang tiada manusia sama sekali, itu mudah. Untuk menghindari kejaran Lian Seng pek dan orang-orangnya, itupun tidak sulit. Yang masih dikuatirkan ialah bagaimana caranya kau bisa menjaga supaya si perempuan tidak membocorkan rahasia tempat sembunyi kalian. Tentang ini, sudah juga kupikirkan masak-masak, kukira boleh saja kau mencoba merusak ilmu silatnya, boleh saja kau totok pusat jalan darahnya, tanpa memiliki kekuatan dia tidak mungkin lari. Atau, bila kau tidak percaya lagi dengan sebuah rantai besi kau rantailah kakinya. Lebih baik lagi kalau kau dapat menelanjanginya. Seorang wanita tanpa pakaian kemanapun dia takkan berani keluar.”

Bukan saja hendak menyiksa Liu Eng Lam kalau begini, Siao kongcu ini ternyata masih mempunyai cara lain untuk menyakiti Sim pek Kun. Dia hendak menyiksa kedua orang didepannya ini sekaligus.

Tangan Liu Eng Lam dikepal-kepalkan dari sana mengucur keluar keringat yang bagaikan air bah, tangan itu menjadi basah sekali.

Kebijaksanaan Siao kongcu lebih luar biasa lagi, hati Siao kongcu benar-benar sangat kejam, betul-betul dia seorang manusia iblis yang sukar dicari tandingannya.

Siao kongcu benar-benar kejam, Liu Eng Lam digunakannya sebagai senjata untuk menyiksa diri sim Pek Kun, dan nyonya Lian Seng Pek ini dipakainya buat menghukum Liu Eng Lam Itu waktu Sim Pek Kun sudah hampir kehilangan ingatan, semua ucapan Siao kongcu dan Liu Eng Lam tidak sepatahpun yang masuk ketelinganya. Suatu penderitaan lahir batin yang maha hebat. kawin macam apakan yang akan dilangsungkan ditempat seperti ini ?

Iman Liu Eng Lam masih cukup kuat, toh masih tidak sanggup menanggung derita yang datangnya secara mendadak ini. tak bedanya sebagai boneka hidup, segala sesuatunya harus dijalankan menuruti kemauan dalangnya.

Sang dalang dalam urusan ini, adalah Siao kongcu. Dia senang sekali, dengan tertawa-tawa dan bertepuk tangan berkata pula :

“Ayo mengapa kalian menyia-nyiakan waktu yang amat berharga ini ? kamar pengantin sudah tersedia, silahkan masuk.”

Sungguh keterlaluan !

Kereta yang sudah bobrok dan rusak itu dikatakan oleh Siao kongcu sebagai kamar pengantin, Suatu penghinaan yang amat besar !

tapi Liu Eng lam sudah kena pengaruh. Dia menoleh kearah Sim pek Kun. Dan begitu dia menyaksikan kecantikan si nyonya yang luar biasa, lantas tergiur hatinya.

Tanpa pikir panjang lagi digandengnya lengan wanita itu. begitulah,dua orang tanpa kesadaran telah meninggalkan tempatnya semula, dengan tujuan kereta yang dikatakan Siao kongcu sebagai kamar pengantin.

Pikiran Sim Pek Kun kosong melompong, ia membiarkan dirinya diseret orang, kakinya bergerak jalan, juga menuju kearah kereta yang sudah rusak tersebut.

Liu Eng Lam dan Sim Pek Kun menuju kearah kereta.

Menyaksikan kedua boneka buatannya sudah mulai terpengaruh, Siao kongcu menjadi girang, denga kerlingan mata yang nakal dia tertawa sendiri.

Walaupun dengan gerakan-gerakan yang lambat, setapak demi setapak, dengan pasti sekali Sim Pek Kun dan Liu Eng Lam bergandengan tangan, menuju kearah kereta.

Siao kongcu mendongakkan kepala, dan tertawa sendirian.

Sementara itu, langit sudah mulai hitam, awan beriring-iring menandakan hari akan hujan. Siao kongcu seakan-akan mau melupakan suasana yang buruk seperti itu, mulailah ia menarik suara dengan membawakan sebuah sair yang kira-kira begini :

Cuaca mulai gelap. Hujan akan segera turun. Dalam suasana seperti itu, Dua mempelai memasuki peraduannya.......

Mendadak, ya mendadak sekali, wajah Siao kongcu tiba-tiba berubah.

Ia lantas menghentikan sair yang dinyanyikannya, karena pada saat itulah dia sudah dapat merasakan bahwa seseorang sudah berada dekat sekali dibelakang dirinya.

Adanya orang yang dapat muncul seperti bayangan iblis ini benar-benar sangat mengejutkan sekali. Gerakan orang ini begitu lincah dan cepat, tahu-tahu sudah berada dibelakang diri si Siao kongcu. Ini merupakan suatu bukti betapa hebatnya kepandaian orang itu.

Reaksinya Siao kongcu tidak lambat, toh masih kalah hebat sedikit. Dia baru sadar setelah keburu didatangi dekat sekali oleh orang itu. Waktu orang itu sudah berada tepat di punggungnya sekali.

Siao kongcu menyedot nafasnya dalam-dalam, sementara sarafnya mengatakan kepadanya, harus hati-hati, ada orang yang paling kau takuti berada dibelakangmu !.

“Siaw Cap It Long ?”. Dengan begitu saja pertanyaan itu terhambur keluar dari mulut si Siao kongcu.

“Berdiri ditempat, dan jangan coba-coba bergerak !. Juga jangan coba-coba menoleh kebelakang !”

Benarlah kiranya suara Siaw Cap It Long itu !, tak salah lagi ! Inilah suara Siaw Cap It Long !

Kejam Siaw Cap It Long, tidak ada orang yang dapat menandingi kecepatan pendengaran Siao kongcu.

Kecuali ilmu meringankan tubuh Siaw Cap It Long belum ada orang yang dapat berdiri dibelakang gadis kecil jahat tanpa diketahui olehnya.

Biji mata Siao kongcu yang hitam dan jeli itu berputar, dengan suara yang merdu sekali ia berkata "

“Aku paling senang mendengar suaramu. Aku paling taat kepada perintahmu. Baik, aku tidak bergerak. Aku tidak menoleh dan ketawa.”

Terdengar kembali suara Siaw Cap It Long, kali ini ditujukan kepada Liu Eng Lam "

“Hei, kongcu dari keluarga Liu, kau juga turut kemari.”

Didalam mata Liu Eng Lam, sigadis berpakaian pria Siao Kongcu adalah manusia yang terpandai didalam dunia, rasa takutnya kepada kongcu itu sangat luar biasa sekali, kini orang yang paling ditakuti ternyata masih takut kepada seseorang, tentu saja dia merasa heran, hanya sebentar saja, rasa herannya itu lenyap mendadak, setelah itu ia tahu bahwa orang yang berada dibelakang Siao kongcu itu adalah si jago berandalan Siaw Cap It Long.

Mengetahui bahwa orang yang hendak menyiksa dirinya itu dibuat sudah mati kutu, Liu Eng lam agak terhibur, dia berbalik, dan mengikuti perintah Siaw Cap It Long, ia berjalan.

Siaw Cap It Long berkata "

“Kau kenal kepadanya?”

Kata-kata ini diarahkan kepada Liu Eng Lam, jari Siaw Cap It Long menunjuk kepada Siao kongcu.

Liu Eng Lam menundukkan kepala, berkata pada saat itu juga "

“kenal, namanya Siao kongcu.”

Siaw Cap It Long bergoyang kepala, ia berkata dan memberi penjelasan :

“Salah.”

“Orang memanggilnya dengan sebutan Siao kongcu. Entah apa nama yang sebenarnya. Kami tidak tahu.” cepat-cepat Liu Eng Lam berkata.

“seharusnya kau memanggil dia dengan panggilan nona Siao kongcu.” Berkata Siaw Cap It Long sungguh.

Hanya Siaw Cap It Long seorang yang telah membuka kedok penyamaran Siao kongcu, itu adalah seorang anak gadis yang masih perawan.

“Nona Siao kongcu ?” Liu Eng Lam mengerutkan sepasang alisnya.

“Betul”. berkata Siaw Cap It Long lagi.

“Mungkinkah kau tidak dapat membedakannnya ?”

Sepasang sinar mata Liu Eng Lam diarahkan kepada Siao Kongcu dan terpakulah disana.

Siaw Cap It Long berkata lagi :

“Bagaimana penilaianmu, tentang nona Siao kongcu ini ?”

“Penilaian ?” berguman Liu Eng Lam.

“Cukup cantikkah ?” bertanya Siaw Cap It Long.

Liu Eng Lam menganggukkan kepala, seraya berkata :

“Betul, memang cukup cantik.”

Siaw Cap It Long tertawa geli, ia berkata lagi :

“Bagaimana bila dibandingkan dengan kecantikan nyonya Lian ?”

Yang diartikan nyonya Lian ialah Sim Pek Kun, si nyonya cantik jelita dari keluarga Lian Seng Pek.

Liu Eng Lam menjilat-jilat lidahnya, membasahi kerongkongannya, setelah itu lalu ia berkata "

” Kukira....kukira....dimisalkan betul, ia masih gadis, kukira...kukira...nona ini lebih cantik dari nyonya Lian”

lagi-lagi Siaw cap It Long tertawa,dan berkata :

“Biar bagaimana, penilaiannya seorang kongcu tentu lebih tepat.”

Siaw Cap It Long menepuk pundak Siao kongcu, dan berkata kepada gadis itu :

“Bagaimana penilaianmu tentang Liu Eng Lam kongcu ?”

Sepasang biji mata Siao kongcu yang hitam jeli berputar, dengan tersungging senyum manis ia berkata:

“Seorang kongcu yang tampan dan berkepandaian tinggi, tentu saja sangat cakap sekali.”

Siaw Cap It Long berkata :

“Bersediakah kau kunikahkan dengannya ?”

Siao kongcu menganggukkan kepala, seraya berkata :

“ingin sekali.”

Siaw Cap It Long berkata :

“Baik. Aku hendak menjadi mak comblang kalian, dan hari ini juga menikahkan kalian, maukah melangsungkan upacara pernikahan dengannya ?”

“Tentu saja mau,” berkata Siao kongcu

Tanya jawab tadi terjadi diantara Siaw Cap It Long dengan Siao kongcu, pokok persoalannya adalah pernikahan antara Siao kongcu dengan Liu Eng Lam.

Liu Eng Lam turut mengikuti percakapan itu, ia tertegun, matanya terbelalak.Entah mengimpi menginjak tahi apa, Liu Eng Lam juga tidak mengerti, mengapa rejekinya begitu bagus sekali. Entah rejeki entah peruntungan, hari ini secara tiba-tiba dan mendadak saja menjadi raja pujaan dunia, semua orang mengantarkan wanita-wanita dan gadis cantik kepadanya semua hendak dinikahkan kepadanya.

Siaw Cap It Long memandang kearah Liu Eng Lam, dan berkata kepada kongcu itu :

“Hei, kau toh dari keluarga Liu maukah kau kawin dengan gadis kecil ini ?”

Liu Eng lam menundukkan kepalanya kebawah, ia memandang tanah, entah disengaja entah tidak kerlingan matanya melirik ketempat Siao kongcu, dengan gugup ia berkata "

“AKu......aku.....”

Siaw Cap It Long berkata "

“Kau tidak perlu takut kepadanya, perempuan ini walaupun sangat galak dan telengas, seperti apa yang tadi sudah dikatakan kepadamu, bahwa kau bersedia merusak ilmu kepandaiannya terlebih-lebih menelanjangi dirinya, tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya, tidak mungkin dia berani berontak kepadamu, gunakanlah cara apa yang telah dikatakannya kepadamu itu untuk menghadapi dia sendiri.”

Sebelum Lie Eng Lam dapat berbicara sama sekali, Siao Kongcu sudah cepat-cepat memotong:

“Bilamana aku mempunyai rejeki untuk dikawinkan dengan Lie Eng Lam kongcu itulah suatu keberuntungan yang besar sekali. Aku tidak berkepandaian, walaupun aku sudah tanpa pakaian, kukira cukup puas sekali.

Dan reaksi Siao kongcu memang tepat sekali, disaat itu juga tubuhnya sudah menubruk ke depan, sruk, ia berada di dalam pelukan Liu Eng Lam, tangannya merangkul pundak kongcu hidung belang itu dengan suara yang sangat manja dan kolokan berkata :

“Oh, darling, mengapa kau diam saja ? Aku sudah tidak sabaran, aku sudah tidak sabaran lagi, hayo lekas gendong aku ke dalam ranjang pengantin.”

Pikiran Liu Eng Lam masih di ombang-ambingkan keluar biasaan, disaat ini bau harum yang keluar dari tubuh seorang gadis merangsang hidungnya, dia semakin mabok.

Siaw Cap it long segera memberi peringatan, ia berteriak keras :

“Awas!”

Liu Eng Lam dapat mendengar peringatan itu, tapi suaranya seperti sangat jauh sekali, sebelum dia mengerti apa yang harus diperhatikan olehnya, tubuhnya sudah tercekik, tubuhnya terpelanting, dan kini ia menjadi satu tameng yang di hadapi ke arah Siaw Cap it long, tubuh itu terdorong keras menubruk ke arah si jago berandalan.

Mata Liu Eng Lam berkunang-kunang, bak ..... satu pukulan lagu hadiah pemberian Siao kongcu, tubuhnya ngusruk ke arah Siaw Cap it long.

Sesudah mengerjai Lie Eng Lam, sepasang kaki Siao kongcu yang keicl mungil meledit tinggi, wing.... dia mundur lari.

Sedari pertama kejadian itu, Sim Pek Kun telah menjadi butek pikiran, karena itu semua perubahan-perubahan tidak terlihat olehnya, juga tidak pernah dirasakan olehnya, otaknya seperti batu.

Siaw Cap it long selalu bersikap siaga, kepandaian dan permainan-permainan Siao Kongcu terlalu banyak, maka itu di saat Siao Kongcu mengeluarkan jawaban yang menyenangkan Lie Eng Lam, ia sudah memberi peringatan, toh masih terlambat.

Tubuh Liu Eng Lam menjorok ke arah Siaw Cap it long, si jago berandalan menyingkir kekiri, maksudnya hendak membikin pengejaran beberapa jarum rahasia menyerang ke arah Sim Pek Kun.

Sim Pek Kun sudah kenal segala macam bahaya, tidak sadarkan lagi akan datangnya maut tersebut, dia masih diam.

Siaw Cap it long berganti haluan menolong orang lebih penting dari segala apa karena itu tangannya di dorong kedepan, memukul senjata rahasia Siao Kongcu, dengan demikian ia berhasil menolong jiwa Sim Pek Kun.

Karena keterlambatan itulah Siao Kongcu mendapat banyak kebebasan, sebentar saja gadis kecil yang jahat itu sudah melarikan diri jauh-jauh, lapat-lapat terdengar suaranya yang garing.

“Siaw Cap it long, aku tidak mau di jadikan kambing hitam, aku tidak perlu mak comblang, terlebih-lebih lagi mak comblangnya seperti dirimu, setiap saat bilamana aku hendak nikah dengan orang, tentu memilih dirimu, sudahlah aku hendak memilih dirimu.”

Terdengar suara jatuhnya benda, itulah tubuh Liu Eng Lam yang membentur tanah, dipukul oleh Siao Kongcu, isi dalam Liu Eng Lam sudah hancur rusak, dia tidak mungkin bisa hidup lagi.

Sim Pek Kun belum bergerak, rasa kaget dan bingungnya yang berulang kali terjadi, menjadikan dia sebagai suatu boneka hidup, manusia tanpa pikiran.

Siaw Cap it long mengeluarkan keluhan, betul-betul dia tidak mengerti, mengapa dunia bisa melahirkan seorang gadis yang seperti Siao Kongcu? kejahatan, kelicikan, kekejaman dan kecepatannya daya kerja otak gadis tersebut sungguh luar biasa. Betul-betul membuat ia mengeluarkan pujian. Pujian sesungguh hatinya.

Sesudah berhasil menemukan dan mengejar Siao Kongcu, seharusnya Siaw Cap it long membunuh gadis tersebut. Yang heran ialah : Sudah jelas diketahui kejahatan Siao Kongcu, bagaimanapun Siaw Cap it long masih tidak tega membunuhnya segera.

Dia begitu cantik, begitu gesit, begitu lincah, tidak ada sesuatu yang tidak menarik, mengapa dia mempunyai hati dan kekejaman melebihi orang ?

Betul-betul Siaw Cap it long tidak mengertim dia menggelengkan kepalanya.

TIDAK BOLEH PULANG

DISALAH satu kamar kecil dari sebuah rumah penginapan desa berisikan dua orang, mereka ada lah Siaw Cap it long dan Sim Pek Kun.

Siaw Cap it long duduk di sebuah bangku panjang. Itulah satunya bangku yang berada di dalam kamar tersebut.

Sim Pek Kin berbaring di sebuah pembaringan kecil, itulah satu-satunya tempat yang ada di dalam kamar tersebut.

Siaw Cap it long menguap, sudah tiga hari dia duduk seperti itu, selama tiga hari dia mengurung dirinya di dalam kamar tersebut, Belum pernah dia melangkah keluar dari pintu kamar, setapakpun juga.

Sim Pek Kun berbaring di tempat tidur tersebut selama tiga hari, selama hari-hari itu dia tidur tanpa ingat orang sama sekali.

Pikiran Sim Pek Kun mengalami goncangan keras, satu saat ia berteriak berteriak, dan berteriak atau menangis, menangis dengan keras sekali, kadang juga dia mengeluarkan jeritan, jeritan yang melengking-melengking dan panjang, sangat menyeramkan.

Selama tiga hari itu, Sim Pek Kun mengalami penderitaan yang sangat luar biasa, dia berada di dalam ambang pintu kematian, hidup diantara sadar dan tidak sadar, badan panas sekali, tapi dirasakan sangat dingin dan menggigil keras.

Kini menjelang hari ketiga.

Sim Pek Kun baru dapat tidur dengan tenangnya.

Siaw Cap it long menoleh ke arah kamar-kamar tersebut, dia berduka atas segala sesuatu yang sudah terjadi.

Siaw Cap it long belum melepaskan pandangan sinar matanya dari wajah si nyonya cantik jelita Sim Pek Kun, wajah itu begitu tenang tertidur dengan nyenyaknya. Ini adalah suatu wajah yanh belum pernah disaksikan oleh orang kedua kecuali suami Sim Pek Kun, si jago muda kenamaan Lian Seng Pek.

Tetapi Siaw Cap it long dapat menyaksikannya.

Wanita yang terbaring di tempat tidur kecil itu betul-betul sangat cantik, karena itulah dia mendapat julukan si nyonya cantik jelita Lian Seng Pek dan si nyonya cantik jelita Sim Pek Kun, dia mempunyai kepintaran yang cukup, tapi tidak licik. Mempunyai kelembutan yang sederhana, kelembutan yang diimbangi dengan keberanian serta kekuhuan hati, betapa penderitaan yang diterima olehnya, akan dipikul dan di beri satu pertanggung jawaban.

Inilah wanita idaman Siaw Cap it long.

Siaw Cap it long pernah memimpikan seorang kawan hidup, dengan syarat-syarat tertentu, yang seperti apa yang sudah tertera di atas tadi. Dan kini dia berhasil menemukan kawan hidup wanita yang mempunyai syarat-syarat tersebut.

Tapi mungkinkah dia dapat memajukan lamaran kepadanya ? Tidak !

Karena wanita yang terbaring di tempat tidur itu, wanita yang ditongkrongi selama tiga hari tiga malam itu adalah wanita yang sudah menjadi istri orang lain.

Mau dia segera meninggalkannya, tapi itu tidak mungkin. Keadaan Sim Pek Kun begitu mengkhawatirkan, bilamana tidak mendapat perawatan yang secukupnya, getaran otak yang menekan dan mengganggu pikiran orang tersebut, akan membuat akibat panjang, dia akan menjadi gila, atau sinting karenanya, karena itu Siaw Cap it long memberi perawatan yang cukup, lebih dari cukup.

Siaw Cap it long menyedot nafasnya dalam-dalam, dihembuskannya kembali ke jalan pernafasan tadi.

Hari sudah menjadi malam, gelap mengarungi angkasa, dan juga mengarungi suasana kamar tersebut.

Siaw Cap it long mulai bergerak, ia menyalakan lampu pelita.

Penerangan lampu itu berkelap-kelip membuat bayangan-bayangan yang bergoyang-goyang menerangi wajah nyonya cantik jelita Sim Pek Kun dan juga wajah Siaw Cap it long yang kotor tidak terawat itu.

Adanya penerangan yang sekecil apapun sudah cukup menerangi kegelapan, perlahan tapi pasti sinar lampu mencorong kearah wajah Sim Pek Kun, terlihat matanya mulai berkedip, perlahan-lahan terbuka lebar.

Sim Pek Kin sudah mulai ingat diri.

Biji mata Sim Pek Kun berputar, akhirnya tertatap terhenti di atas wajah Siaw Cap it long.

Keadaan kamar itu begitu sempit sekali, jarak diantara mereka tidak terlalu jauh. Sim Pek Kun mulai mengingat-ingat apa yang telah terjadi, mungkinkah dia sedang berada dalam impian ? Dia mengatupkan sepasang matanya, impian-impian itu terlalu buruk, ia mengharapkan betul-betul menjadi suatu kenyataan, bahwa apa yang dialami itu bukanlah suatu kejadian yang sebenarnya, hanya impian hampa belaka.

Beberapa lama Sim Pek Kun membuka kembali sepasang matanya, dan lagi-lagi membentur wajah Siaw Cap It Long, inilah suatu kenyataan.Bukan impian.

Sim Pek Kun sadar apa yang telah terjadi, orang ini lagi yang menolong dirinya, dengan sinar pandangan yang penuh rasa syukur berkata :

“Bagaimana aku dapat membalas budi ini, lebih dari satu kali kau menolong diriku.”

Siaw Cap It Long memperlihatkan wajahnya yang masam, dia berkata sedih :

“Bukan aku yang menolong.”

Suara Siaw Cap It Lng agak ketus, tidak berperasaan.

Sim Pek Kun menghela nafas, dengan suara perlahan dan pendek ia berkata :

“Tidak perlu kau berbohong lagi, aku tahu, dahulupun kau yang menolong aku, kini lagi-lagi kau yang memberi pertolongan.”

Siaw Cap It Long berkata adem :

“Kau sendiri yang menolong dirimu.”

“Hm....” Sim pek Kun menggeram. “Aku tahu, dua kali kau merebut diriku dari tangannya.”

“Tangan siapa ?” Siaw Cap It Long mengangkat pundak. “Aku tidak mengerti”

“Tidak mungkin kau tidak mengerti,” Berkata Sim Pek Kun “Dia sangat jahat sekali, anak kecil itulah yang terlalu kejam. Kau telah merebut diriku dari tangannya.”

Siaw Cap It Long berkata "

“Terlalu banyak sekali anak kecil, aku tidak mengerti siapa yang kau maksudkan sebagi anak kecil itu.”

Inilah suatu sangkalan !

Jelas dan gamblang bahwa Siaw Cap It Long mengerti, siapa yang dimaksudkan dengan anak kecil itu, kecuali Siaw kongcu tidak mungkin ada orang kedua. Tapi dia belagak pilon, tidak mau mengakui kenyataan.

Sim Pek Kun berkata lagi :

“Tidak perlu kau kenal kepadanya, sudah cukup bila dia kenal kepadamu, bahkan dia sangat takut kepadamu, maka dikala aku berada didalam kelenteng yang rusak itu, dia tidak berani pergi sendiri, dia hanya mengutus Liu Eng Lam dan Pang Tiaw Hui.”

Siaw cap It Long berkata dingin "

“Pang Tiaw Hui dan Liu Eng Lam adalah kawan-kawan dari suamimu, mungkin merekalah yang menolong kau.”

“Mengapa dia harus takut kepadaku ?” Berkata Siaw Cap It Long

“Mungkinkah aku mempunyai wajah yang seram, sehingga orang harus takut kepadaku ?”

Sim Pek Kun menghela nafas, dengan penuh penyesalan dia berkata "

“yang harus ditakuti adalah orang-orang yang mempunyai hati serigala itu, sebangsa Liu Eng Lam dan Pang Tiaw Hui, diwajah mereka terlukis suatu keramah tamahan dan kebaikan dah dihati merekalah yang mengandung kejahatan serta kebusukan-kebusukan, aku menyesal karena tidak mendengar peringatanmu.”

Siaw cap It Long berkata dengan nada suara sangat dingin :

“Pengalaman dunia kang ouw mu masih terlalu cetek, seharusnya tidak boleh kau berkelana didunia liar.”

“Pengalamanku telah bertambah dengan acara baru,” berkata Sim pek Kun rendah.

“Kini aku mengerti, bagaimana harus memperlakukan sesorang, harus diteliti lebih dahulu apa yang tersembunyi dibalik kebaikan-kebaikan mereka. Dan apa yang terselip dianyara kejujuran seseorang.”

Siaw Cap It Long bangkit dari tempat duduknya, dia menuju daun jendela, membuka engsel dan daun jendela itu, dengan nada suaranya ia berkata :

“Pengetahuan-pengetahuanmu masih terlalu sedikit sekali, tapi, kata-kata dan pembicaraanmu terlalu banyak sekali.”

Udara diluar jendela sangat sepi dan sunyi, malam gelap gulita, kecuali beberapa butir bintang dilangit, tidak ada pemandangan lain.

Mereka menempatkan satu kamar didalam rumah penginapan, terlalu sepi sekali, rumah penginapan itu lebih tepat kalau dikatakan sebagai pondok kecil, tidak cukup persyaratan untuk dinamakan rumah penginapan. Kotor, jarang sekali orang yang mau menggunakannya.”

Siaw Cap It Long menggunakan pondok itu untuk memelihara penyakit Sim Pek Kun didalam keadaan terpaksa , apa boleh buat.

Siaw Cap It Long berdiri kedepan jendela, ia membelakangi sang nyonya cantik jelita Sim Pek Kun.

Tiba-tiba.............................

Beberapa air hujan menetes turun, gerimis.

Keadaan seperti itu sangat mengerikan bagi Siaw Cap It Long, mulutnya dikecilkan mendengungkan satu lagu tanpa nama, lagu kesepian yang sering mengimbangi kesepian hatinya.

Siaw Cap It Long lupa mengikuti pembicaraan-pembicaraan Sim Pek Kun, sebagai seorang wanita, Sim Pek Kun juga memiliki sifat-sifat kebawelannya. Ia mencerocos terus.

Siaw cap It Long masih menyerukan suara lagu tanpa nama.

Sim Pek Kun kewalahan, dia hilang sabar , menggerak-gerakkan tangan dan tubuh, nyonya itu sudah kuat untuk duduk, memandang kearah sijago berandalan dan berkata kepadanya :

“Apa nama lagu yang kau dengungkan itu.”

Siaw Cap It Long diam, tidak memberi jawaban.

Beberapa waktu berlalu, Sim Pek Kun tertawa mendadak dan dengan suara yang agak tinggi ia berkata :

“Agak lucu untuk dikatakan, aku kurang percaya, beberapa orang menganggap kau sebagai Siaw Cap It Long.”

“Ow.........” reaksi Siaw Cap It Long sangat biasa saja.

Sim Pek Kun berkata lagi :

“Aku tahu bahwa kau bukan Siaw Cap It Long, kau tidak memiliki wajah manusia buas itu.”

Siaw Cap It Long masih memandang jauh keluar jendela, dengan nada suara yang sangat tawar ia berkata :

“Sangat buas sekalikah Siaw Cap It Long ?”

Sim Pek Kun berkata :

“Mungkinkah kau belum mendengar cerita Siaw Cap It Long ?”

Siaw Cap It Long bertanya :

“Kau banyak mendengar cerita-cerita Siaw Cap It Long ? berapa banyak yang kau ketahui tentangnya ?”

Dengan gemas Sim Pek Kun berkata :

“Terlalu banyak sekali. Terlalu banyak sekali. Manusia buas Siaw Cap It Long adalah kejam dan telengas. Ada juga yang menyebutkan sebagai anak berandalan. Ada juga yang menyebutnya sebagai kepala penyamun. Ada juga yang menyebutnya sebagai kepala garong, dan entah beberapa sebutan lagi.”

“Tentang urusannya ?” berkata Siaw Cap It Long.

“Urusan apa ?” bertanya Sim Pek Kun.

“Segala sesuatu yang mempunyai hubungan dengan Siaw Cap It Long tidak ada yang baik, segala sesuatu yang dilakukan olehnya cukup untuk memanaskan hati orang, keganasan-keganasannya Siaw cap It Long sungguh keterlaluan, satu perbuatan saja, sudah dapat membuat ia menerima hukum pancung kepala.”

Siaw cap It Long tidak mendapatnya, juga tidak memberi reaksi lain, seolah-olah ia sedang berpikir, betulkan fitnah-fitnah itu ? matanya masih memandang lurus kedepan kupingnya dipanjangkan ini waktu dia dapat menangkap sesuatu persoalan, tapi tidak diutarakannya sama sekali.

“Hei....” Sim Pek Kun memanggil.

Keadaan hening yang seperti itu berlangsung lama juga.

Terdengar suara Siaw Cap It Long :

“Kau juga hendak memancung kepalanya.”

Sim Pek Kun berkata :

“Bila aku berhasil menemukannya, tidak akan kubiarkan ia merajalela lagi, akupun ingin memancung kepalanya. setidak-tidaknya membunuh.”

Siaw cap It Long dan sim Pek Kun membicarakan persoalan Siaw Cap it Long. Sang wanita cantik jelita tidak tahu bahwa orang yang sedang dipercakapkan itu adalah orang berada didepannya. terdengar suara Siaw Cap It Long yang mengeluarkan suara dengusan dari hidung :

“Hm......bilamana kau bertemu dengannya, orang yang mati bukannya dia tapi kau sendiri.”

Wajah Sim Pek Kun berubah menjadi merah, dia malu kepada diri sendiri. Dengan ilmu kepandaian yang dimiliki, mungkin dapat menandingi Siaw Cap It Long yang ternama, ia maklum karena itu ia menjadi jengah merah.

Disaat ini terdengar suara gerakan dua orang yang mendatangi, dari jauh terlihat pelayan rumah penginapan yang membawa obor lampu, direndengi oleh seorang tua berbaju hijau bertudung topi putih, dengan dandanan yang seperti pelayan rumah.

Dua orang itu berjalan kearah kamar Siaw Cap It Long, tepat-tepat menghadap kearah jendela, terlihat sipelayan rumah penginapan menunjuk dan berkata sesuatu kepada orang tua berbaju hijau dan bertopi putih, setelah mengangguk-angguk dua kali pelayan rumah penginapan itupun berjalan pergi membiarkan tamunya langsung menghadap kepada orang yang bersangkutan.

Orang tua berbaju hijau itu mendekati Siaw Cap It Long, memberi hormat sebentar dan berkata :

“Bolehkan kami menumpang tanya, nyonya Lian Seng Pek berdiam ditempat inikah ?”

Sebelum Siaw Cap It Long memberikan jawabannya, Sim Pek Kun sudah dapat mengenali suara orang tersebut, matanya menjadi bersinar terang, itulah suara Sin Jie, orang yang menjadi pengurus gedung keluarga Lian Seng Pek dan dan suaminya.

“Sin Jie yang didepan ? Aku disini. Lekas masuk.” berkata Sim Pek Kun segera.

Orang tua berbaju hijau bertopi putih adalah pengurus gedung keluarga sim, dia bekerja disitu sebelum Sim Pek Kun lahir, karena itulah kedudukannya cukup tinggi pengurus gedung.

Mendapat panggilan suara Sim Pek Kun, tanpa menghiraukan Siaw Cap It Long, serta tergesa-gesa sekali, menerobos kearah pintu, didorong cepat dan memasuki kamar tersebut. A pa yang terbentang didepan matanya adalah sang nyonya majikan yang sedang terbaring ditempat tidur, dan tidak jauh darinya berdiri seoarng laki-laki dengan wajah berewok yang bersender pada ambang jendela.

Sin Jie tidak butuh kepada Siaw Cap It Long, karena itu tidak memberi perlakuan yang berlebih-lebihan, langsung menjatuhkan dirinya kedepan Sim Pek Kun, setelah memberi hormat berkata cepat :

“Hamba meminta maaf atas kesalahan hamba yang tidak dapat melakukan perawatan sebagaimana mestinya, hamba tidak tahu bahwa nyonya berada ditempat ini, karena ini hamba meminta maaf.”

Rasa girangnya Sim Pek Kun sulit dilukiskan segera ia berkata cepat :

“Sungguh kebetulan, kedatanganmu ini tepat pada waktunya. Hee, dimana nyonya tua ? kau tahukah tentang apa yang kualami ?”

Sin Jie berkata sambil memberi keterangan “Kecelakaan kereta nona muda sudah tersebar luar didalam rimba persilatan, nyonya tua sudah tahu. Karena itu segera beliau memberi perintah kepada semua orang untuk mendapat keterangan yang lebih jela, menyelidiki jejak nyonya, hamba beruntung tiba ditempat ini, dari keterangan pelayan rumah penginapan, ia mengabarkan ada seorang nyonya yang menderita sakit keras, cantiknya luar biasa, hamba segera menduga siapa yang dimaksudkan olehnya, maka itu segera hamba datang dan tiba disini”

Setelah bercerita panjang lebar, orang berbaju hijau itu menarik napasnya seolah olah bersedih, ia berkata dengan napas tersendat sendat:

“Beruntung Tuhan masih melindungi kau, hamba berhasil menemukan nyonya muda, bilamana nyonya tua tahu tentang keselamatan nyonya muda di tempat ini, tentunya girang sekali... "

Pada suara yang terakhir, kedua kelopak mata Sin jie sudah basah dengan air mata, butiran putih dan bening jatuh berceceran, ia menangis.

Sim Pek Kun juga mengeluarkan air mata kegirangan, Sin Jie mengucek ucek matanya, menghilangkan air mata itu dan berkata: “Bagaimana kesehatan nyonya muda?”

Sim Pek Kun menganggukan kepala: “Masih baik” dia berkata cepat.

Keadaan hamba tersebut tidak menjadi sedih lagi. Sin Jie berkata: “Sukur, berterima kasih besar kepada Tuhan yang Maha Esa. Silahkan nyonya muda berkmeas kemas untuk mebali agar nyonya tua tidak terlalu menguatirkan diri.”

Sim Pek Kun menoleh kearah Siau Cap It Long, ternyata tampak laki laki tersebut masih memandang jauh lurus ke depan, keadaan dalam kamar sangat gelap sekali itulah malam hari.

Sim Pek Kun menjadi ragu ragu, dia mengoceh seorang diri: “Sekarang?”

“Betul” Sin Jie menganggukkan kepala. “Sekarang juga kita berangkat”

“Apa tidak terlalu malam?” Sim Pek Kun masih ragu ragu.

Orang tua berbaju hijau bertopi putih Sin Jie tertawa, dan dia berkata memberi keterangan: “Di musim rontok seperti sekarang agak banyak hujan, tapi malampun pendek,s ebentar lagipun mnejadi pagi. Hamba sudah mneyediakan kereta di depan, silahkan nyonya berganti pakaian, kita harus segera kembali pulang”

Lagi lagi Sim Pek Kun melirik kearah Siau Cap It Long, hendak meminta pendapat tahu musuh laki laki tersebut.

SIau Cap It Long tidak menoleh ke belakang, juga tidak memberikan reaksi. Sampai disaat ini, Sin Jie tidak bisa berpura pura lagi, seolah olah dia baru tahu bahwa di dalam kamar itu masih ada seorang lainnya, dengan tertawa dia berkata: “Tuan ini...”

Sim Pek Kun memberi keterangan: “Dia adalah orang yang menolong diriku lekas ucapkan terimakasih kepadanya!”

Sin Jie maju tiga tapak, di hadapan Siau Cap It Long dia mnejatuhkan dirinya berlutut seraya berkata: “Hamba Sin Jie atas nama keluarga Sim mengucapkan terima kasih kepada tuan. Atas bantuan tuan yang sudah menolong nyonya muda kami. Hal ini akan kami beritahukan kepada seluruh keluarga Sim dan akan dikenal sepanjang masa”

Baru sekarang Siau Cap It Long menoleh memeprhatikan wajah Sin Jie beberapa saat, dari atas kepala hingga ke ujung kaki, dan dari ujung kaki ditatapnya balik kembali sehingga sampai ke atas kepala.

“Kau juga orang dari keluarga Sim?” kini Siau Cap It Long membuka mulut.

Sin Jie tertawa, dan cepat cepat berkata: “Hamba sedari kecil telah merawat segala kebutuhan nyonya tua sehingga kini sudah berselang empat puluh tahunan, Tuan ini tentunya...”

Sebelum Sin Jie mneyelesaikan keterangannya, Siau Cap It Long bergerak, dengan tangan kiri mengankat bahu orang tua berbaju hijau itu, dan dengan lain tangannya yang digerakkan cepat Siau Cap It Long menampar hingga beberapa kali, .... pang...pang... pang...

Terdengar jerit Sin Jie yang menggeliat keras, beberapa butir gigi depannya rontok jatuh berserakkan di lantai kamar.

Sim Pek Kun juga sangat terkejut, segera dia mengajukan pertanyaan: “Hai, mengapa kau begitu galak ? Dia adalah orangku namanya Sin-Jie, jangan kau memperlakukan keterlaluan kepadanya”

Sim Pek Kun masih belum tahu nama Siauw Cap it-long, karena itu dia selalu menggunakan istilah hei, kapada jago berandalan kita.

SIauw Cap it-long tidak menghiraukan ucapan SIm Pek Kun tubuh SIn-jie diangkat dan dilemparkannya ke luar jendela sehingga meyalang jauh sekali. “Lekas beritahu kepada orang yang menyuruh kan ketempat ini, harus dia sendiri yang datang tahu ?” Siauw Cap it-long memberi ancaman ?Beritahukan kepadanya bahwa aku selalu menunggu "

SIn-jie jatuh ngusruk, cepat cepat ia bangun dan bangkit, tangannya menyusut darah yang berceceran dimulutnya, dengan suara yang hampir tidak dapat keluar ia berteriak :

“Nyonya tua yang memberi perintah padaku untuk mencari jejak nyonya muda, dengan alasan apa kau boleh sembarang memukul orang ?”

Siauw Cap it-long mempelototkan matanya, membentak keras : “Memukul kau ? membunuhpun bboleh. Masih kau tidak mau mengerti ? Hendak menunggu aku menurunkan tangan yang lebih kejam lagi ?”

SIn ji tidak berani memdekati orang yang sedang kalap itu, ia berdiam dan mundur beberapa langkah kebelakang, membalikkan badan dan cepat cepat lari. Dair jauh terdengar lapat lapat suara omelan orang tua berbaju hijau itu.

SIm Pek Kun sangan marah sekali, sebentar sebantar wajahnya berubah, dadanya dirasakan mau meledak, dengan bertahan sedapat mungkin di menghadapi Siauw Cap it-long.

“Hei” sang nyonya jelita mulai membuka suara. “Sin jie bekerja kepada keluarga kami, telah puluhan tahun, hatinya jujur sekali, pekerjaannyapun baik, mengapa kau curiga kepedanya ? Jangan kau menduga yang bukan bukan, tidak mungkin SIn jie mau melakukan sesuatu yang merugikanku”

Siauw Cap it-long mengatup mulut, ia tidak melakukan perdebatan. Sekecap katapun tidak keluar dari mulutnya.

SIm Pak Kun berteriak lagi :

“Kau telah menolong aku, untuk bantuan ini aku sangat berterima kasih. Tapi bukan berarti kamu menekan kebebasanku. Dengan alasan apa kau menekan aku di dalam kamar ini? Tidak memperbolehkan Sin-ji membawa aku pulang?”

Siauw Cap-it-long mengirim satu kerlingan yang tajam sekali, sifatnya sangat dingin, dan ia berkata:

“Kau salah paham.”

Bagaimanapun pandainya Siauw Cap-it-long menyembunyikan perasaannya, toh tidak dapat menyembunyikan perasaan yang penuh cinta kasih kepada nyonya tersebut, dengan suaranya yang bernada sedih, Sim Pek Kun dapat menangkap hal tadi.

Kemarahan sang nyonya itu agak mereda, dia berkata sabar:

“Mengapa kau pukul Sin-jie?”

Siauw Cap-it-long mengangkat pundak. Ia tidak dapat memberi penjelasan yang lebih terang.

“Hei”, Sim Pek Kun berteriak lagi, “Mengapa?”

Siauw Cap-it-long mengepalkan kelima jarinya dan berkata:

“Apakah kau mulai menaruh curiga kepadaku?”

“Aku tidak bercuriga.” berkata Sim Pek Kun, “Tapi kau harus memberi keterangan yang lebih terang dan jelas, bilamana kau tidak mempunyai maksud jahat, lekas antar aku pulang ke rumah.”

Siauw Cap-it-long menggelengkan kepala, “Belum waktunya.” ia berkata singkat.

Sim Pek Kun membelalakkan mata.

“Mengapa?” nyonya jelita ini semakin heran.

Siauw Cap-it-long sudah menggerakkan bibirnya hendak memberikan keterangan yang jelas, tapi suaranya tertelan kembali, ia diam.

Sim Pek Kun menggigit bibir, dan mendesak lagi:

“Hayo, katakan apa alasanmu?”

Dengan secara singkat Siauw Cap-it-long berkata:

“Tidak mungkin hari ini.”

Sim Pek Kun bertanya:

“Bila?”

Siauw Cap-it-long berkata: “Kukira harus menunggu tiga atau lima hari lagi.”

Siaw Cap It Long menggunakan satu kamar dengan Sim Pek Kun, karena kedaan nyonya itu yang sangat mengkhawatirkan sekali, kini Sim Pek Kun sudah sadar dan pikirannya sudah menjadi tenang untuk menghindarkan dari kecurigaan orang, dia wajib segera meninggalkannya, setelah berkata tadi, melalui pintu yang masih terbuka dia meninggalkan kamar rumah penginapan tersebut.

Sim Pek Kun belum mengerti jelas atas tindakan Siaw Cap It Long yang sudah memukul orang kepercayaannya Sin Jie, karena itu dia penasaran sekali, teruaknya keras :

“Hei, jangan kau pergi dahulu.”

Siaw Cap It Long tidak menghentikan langkahnya, dia berjalan pergi dan meninggalkan Sim Pek Kun seorang diri.

Sepasang tangan Sim pek Kun menjadi gemetaran karena panas hatinya. Banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak dapat dimengerti olehnya. Terakhir adalah kejadian yang sudah diperlakukan oleh Siaw Cap It Long kepada Sin Jie.

Sim Pek Kun menyesal akan tindakannya yang sudah tidak percaya kepada Siaw Cap It Long tentang peringatan-peringatan yang sudah kepadanya tentang kedatangan Liu Eng Lam dan Pang Tiaw Hui dan itu sudah menjadi kenyataan, bahwa Lie Eng Lam dan Pang Tiaw Hui adalah dua pengkhianat, hampir dia celaka karenanya.

Kejadian berikutnya menyusul, kini Sin Jie datang, dan Siaw Cap It Long menaruh kecurigaan besar kepada orang kepercayaannya itu.

Seharusnya Sim Pek Kun percaya kepada Siaw Cap It Long. Tapi kenyataan tidak, dia lebih percaya kepada Sin Jie, karena orang yang terakhir adalah orang yang menjadi kepercayaan dari ibu dan ayahbundanya, sedangkan Siaw Cap It Long adalah laki-laki asing yang belum lama dikenal, belum diketahui namanya.

Bayangan Siaw Cap It Long sudah lenyap tidak terlihat.

Sim Pek Kun ditinggalkan seorang diri olehnya, mendiami satu kamar itu.

Lampu penerangan dalam kamar masih berkelap-kelip, menerangi meja, disana terdapat makanan dan minuman keras, itulah arak.

Sim Pek Kun mengulurkan tangannya yang putih dan halus itu mengangkat cawan arak ditenggaknya cepat.

Sim Pek Kun menenggak arak. Dengan cara ini dia hendak melampiaskan semua kekesalan-kekesalannya, dengan cara ini dia hendak meredakan kemarahan dirinya.

Berita buruk

Sim Pek Kun adalah seorang nyonya yang arif bijaksana, sesudah menikah denga Lian Seng Pek, selalu menurut kemauan suaminya itu, sedari kecil hingga dewasa belum pernah menghadiri pesta-pesta, karena itu jarang sekali meminum-minuman keras.

Pernah juga Sim Pek Kun menyertai suaminya mengikuti perjamuan-perjamuan makan untuk menyesuaikan diri atas ajakan toas tuan rumah atau tamu-tamu itu, dia mendapat kehormatan memegang cawan arak, sebagai penghormatan yang lazim, dia hanya mengecup minuman keras itu untuk membasahi bibirnya.

Belum pernah Sim Pek Kun menenggak minuman keras seperti apa yang kini telah dilakukannya.

Minuman keras yang tersedia dimeja adalah arak Siauw Cap-it-long, untuk menungkuli dan memberi perawatan yang secukupnya selama tiga hari tiga malam kepada si cantik jelita, agar diri tidak mengantuk sekali, Siauw Cap-it-long menenggak arak yang sudah disediakan oleh pelayan rumah makan.

Kini arak keras itu sudah diminum oleh Sim Pek Kun.

Mengikuti arus tenggorokannya, rasa hawa panas yang merangsang, seolah-olah ada api yang mulai membakar dirinya. Sim Pek Kun mulai merasakan betapa hebat dan kerasnya arak tersebut.

Didalam sekejap mata arak itu sudah buyar dan kandas ke dasar perut, kepala Sim Pek Kun menjadi berat.

Orang yang belum pernah menenggak minuman keras, tentu tidak tahu pengalaman pengalaman atau akibat sesudah minum arak tadi, kini Sim Pek Kun dapat merasakan akibatnya.

Kecuali kepalanya yang agak menjadi berat, pikirannya pun sudah agak menjadi butek, keadaannya limbung.

Kepintaran, kecantikan si nyonya jelita secara mendadak saja lenyap sama sekali. Dia pandai menguasai dirinya, itulah disaat yang biasa, disaat normal. Bukan ini waktu. Kini Sim Pek Kun betul-betul sudah menjadi mabuk.

Untuk menghilangkan rasa berat kepala tadi, Sim Pek Kun membaringkan dirinya di tempat tidur.

Untuk beberapa waktu nyonya itu dapat menenangkan diri, hanya sebentar, tiba-tiba terbayang wajah Siauw Cap-it-long.

Sim Pek Kun mulai berpikir, orang ini sangat mengherankan sekali. Tindak tanduknya misterius, mengapa ia memukul dan mengusir Sin-Jie? Mengapa dia tidak mau mengantarkan aku kembali? Mungkinkah ada sesuatu yang tidak beres? Selembar wajah muka Sim Pek Kun menjadi merah.

Mengingat keadaan dirinya, Sim Pek Kun tahu bahwa dia belum lepas dari bahaya. Dia wajib segera kembali ke rumah. Disana masih ada nyonya besar, disana masih ada suami dan kawan-kawannya.

Dia berpikir lagi :

Dia tidak mau mengantarkan aku pulang kembali mungkinkah aku sudah tidak mempunyai kaki ? Tidak bisa jalan sendiri ?

Yang diartikan dengan dia tentu saja Siauw Cap-it-long.

Semakin terasa ketepatan dari putusan ini. Sedetikpun tidak boleh terlambat. Dengan kepalanya yang masih berat, Sim Pek Kun berusaha bangun dengan sekuat tenaga dia meninggalkan tempat tidur mulutnya dipentang dan berteriak :

“Hei, pelayan.... pelayan rumah penginapan.... dimana kau ?”

Setelah mengucapkan panggilan itu, baru Sim Pek Kun sadar bahwa suaranya ini terlalu keras sekali. Belum pernah dia membuka mulut seperti apa yang kini sudah dikoar-koarkan tadi.

Seperti dari dasar tanah saja, mendadak sontak seorang pelayan rumah penginapan sudah berada di depannya.

“Nyonya ada perintah ?” bertanya pelayan rumah penginapan itu.

“Lekas sediakan aku kereta. Aku hendak kembali, Cepat.” Sim Pek Kun memberi perintah.

Pelayan itu ragu-ragu, memandang kearah malam gelap dan berkata gugup :

“Sekarang ? Di malam gelap yang seperti ini ? Hamba kira tidak mudah mencari kereta.”

Sim Pek Kun membentak :

“Lekas. Mengapa tidak bisa ? Harus kau dayakan berapa mahalpun uang sewa akan kubayar tahu ?”

Sifat sifatnya Sim Pek Kun itu yang halus lenyap mendadak, sebagai gantinya dia membentak-bentak dengan kasar sekali.

Pelayan rumah penginapan tidak berani membantah, dia menoleh kebelakang, disana berdiri seorang laki-laki yang berewokan, ini Siauw Cap-it-long. Pelayan rumah penginapan itu meminta putusan Siauw Cap-it-long.

Mengikuti tolehan kepala si pelayan rumah penginapan, barulah Sim Pek Kun sadar bahwa disana masih ada orang ketiga, itulah laki-laki asing bermata liar yang berandalan, orang yang tidak dikenal olehnya orang yang tidak dikenal namanya olehnya.

Adanya Siauw Cap-it-long didepan mata Sim Pek Kun tidak berhasil meredam amarah sang nyonya, kebalikan dari reaksi itu Sim Pek Kun menjadi marah besar, dadanya dirasakan mau meledak, ia membentak keras :

“Bukan urusannya. Sudah jalankan perintahku.”

Kata kata ini ditujukan kepada pelayan rumah penginapan. Sim Pek Kun memberi perintah untuk melayani menyediakan kereta untuknya. Dia hendak keluar, ada atau tanpa kawalan Siauw Cap-it-long.

Siauw Cap-it-long mengggoyang-goyangkan kepala, menarik nafas dalam-dalam dan berkata perlahan :

“Kau mabuk!”

Kata-kata itu ditujukan kepada Sim Pek Kun

Sim Pek Kun mendelikkan mata, bentaknya keras:

“Siapa kata aku mabuk? Hanya arak sedikit ini bisa memabukkan aku?”

Kemudian dengan menggoyang goyangkan tangannya Sim Pek Kun memberi perintah kepada pelayan rumah penginapan untuk segera menjalankan perintahnya disertai juga oleh suara nyonya cantik jelita itu yang sudah menjadi marah:

“Lekas. Lekas sediakan aku kereta, jangan ladeni dia. Dia sendirilah yang sudah mabuk.”

Yang diartikan dia olehnya adalah Siauw Cap-it-long.

Pelayan rumah penginapan memandang bergiliran, sebentar kearah Sim Pek Kun sebentar ke arah Siauw Cap-it-long. Entah apa yang harus dilakukan olehnya. Siauw Cap-it-long bergoyang kepala perlahan.

Dalam malam gelap itu, didaerah pegunungan yang sepi dan sunyi, mana bisa mencari kereta secara cepat? Karena itulah pelayan rumah penginapan lebih suka mendengar perintah Siauw Cap-it-long. Dia diam.

Sim Pek Kun membanting-banting kaki teriaknya keras sekali :

“Hei, kau tidak mau mengantarkan aku pulang. Mengapa tidak membiarkan aku pulang sendiri?”

Kata-kata ini bukan ditujukan kepada pelayan rumah penginapan, tapi ditujukan kepada Siauw Cap-it-long yang diam dalam seribu bahasa.

“Hai” Sim Pek Kun berteriak-teriak lagi “Kau mempunyai hubungan apa denganku? Kau pernah apa denganku? Mengapa melarang aku? Dengan alasan apa kau menekan kebebasanku?”

Siauw Cap-it-long selalu diam. Dibentak dan dimaki demikianpun tetap diam.

Inilah sifat khas Siauw Cap-it-long!

“Aku hendak pulang” Berkata lagi Sim Pek Kun.

“Tidak bisa.” Berkata Siauw Cap-it-long tegas.

“Mengapa?”

“Sudah kukatakan tidak bisa. Tentu saja tidak bisa.”

Sim Pek Kun menjadi sangat marah dia membentak keras :

“Dengan alasan apa, kau hendak mengekang kebebasanku ?”

“Aku tidak mengekang kebebasanmu, kuanjurkan agar kau tidak kembali kerumah di hari ini.”

“Mengapa ?”

“Seseorang yang percaya tidak perlu mengajukan pertanyaan ‘Mengapa’ itu.”

“Huh, kau kira aku tidak tahu ? Kau mempunyai maksud tujuan tertentu. Sengaja menahan diriku. Aku dianggap apa ? Hendak memiliki aku ? Mengimpi ! Kau mengimpi ! Jangan kau mengimpikan sesuatu yang bukan menjadi hak milikmu, aku tidak membutuhkan bantuanmu, aku tidak membutuhkan pertolonganmu. Pergi ! Lekas pergi ! Atau kau bunuh saja aku.”

Sim Pek Kun berteriak teriak, dan tubuhnya ditubrukkan kepada laki-laki kasar yang berada didepannya.

Siauw Cap-it-long berkata dengan tenang :

“Kau sudah mabuk.”

Tubuhnya disingkirkan sedikit, maka terjadi tempat hampa, badan sang nyonya hartawan nubruk tempat kosong, dia bergeliat.

Disaat itu, Siauw Cap-it-long sudah menyosorkan tangannya, dengan maksud tujuan menyanggah tubuh Sim Pek Kun.

Disaat ini, Sim Pek Kun berteriak :

“Tolong.... Tolong.... Ada rampok...... Rampok....”

Cepat cepat tangan Siauw Cap-it-long ditarik kembali, begitu cepat sekali, dia cepat menjulurkan tangan dan cepat pula menarik tangan yang bersangkutan.

Seperti seekor anjing betina yang sudah gila, Sim Pek Kun menarik tangan itu, dilemparkannya ke mulut, dan grogot.... dia menggigit tangan Siauw Cap-it-long.

Seorang wanita agung bisa menggigit tangan seorang laki-laki yang belum dikenal? Inilah suatu kejadian yang hampir tidak bisa dipercaya orang.

Siauw Cap-it-long juga tidak percaya.

Gigi-gigi Sim Pek Kun mendarahi kulit tangan Siao Cap-it-long, dia menggigit kulit tangan jago berandalan itu, gigitan ini meresap kedalam tulang, inilah suatu kejadian yang sangat melukai hatinya.

Terempas-empis Sim Pek Kun memaki lagi:

“Kuanggap kau sebagai orang baik, menolong diriku dari kesusahan. Ternyata kau mempunyai maksud tertentu, tujuanmu tidak beda dengan apa yang dikandung oleh mereka.”

Siao Cap-it-long mengeluarkan elahan napas panjang.

Sim Pek Kun membentak lagi:

“Pergi! Aku tidak membutuhkanmu.”

Siao Cap-it-long membalikkan badan, dia meninggalkan nyonya agung itu.

Betul-betul Siao Cap-it-long pergi.

Sim Pek Kun mendapat kemenangan. Kini dia menerima hasil dari apa yang sudah dicetuskan, memaki lebih hebat dari memukul, menggigit lebih hebat dari menusuk, sungguh suatu hasil yang luar biasa, sungguh suatu hasil yang sangat gemilang sekali.

Hanya mengucapkan beberapa patah kata yang “Luar Biasa”, hanya mengerahkan sedikit tenaga pada gigi-giginya, dia berhasil mengusir pergi laki-laki asing itu.

Suatu kejadian yang berada diluar dugaan.

Dimisalkan dia tidak menenggak arak, belum tentu Sim Pek Kun mempunyai itu keberanian, inilah manfaatnya seorang yang menenggak arak.

Putusan Sim Pek Kun adalah:

Dia harus sering-sering dan banyak meminum arak.

Arak itu bisa menambah keberanian seseorang, bisa melakukan sesuatu yang belum tentu dia berani lakukan, bilamana dia tidak berada didalam keadaan terjepit.

Sebagai seorang nyonya yang teragung dan terhormat, Sim Pek Kun mempunyai pribudi pekerti yang halus sekali, sedapat mungkin, dia menjaga kewibawaannya.

Kini, dia telah melakukan sesuatu yang seperti perbuatan anak kecil.

Nyonya cantik jelita itu tertawa, dia tertawa seorang diri.

Siao Cap-it-long sudah pergi.

Disana telah bertambah seorang, inilah pelayan rumah penginapan. Adanya teriakan-teriakan Sim Pek Kun tadi, tentu saja memanggilnya datang.

Apa yang telah dilakukan oleh Sim Pek Kun atas diri Siao Cap-it-long, juga masuk kedalam matanya.

Pelayan itu tertegun ditempat, dia bingung juga.

Sim Pek Kun dapat menyaksikan hadirnya pelayan rumah makan tersebut.

“Kau tidak percaya?” Tiba-tiba dia membentak kearahnya.

“Per … Percaya …” Pelayan rumah penginapan menjadi gugup. Dia sendiripun tidak tahu, apa yang harus dipercaya olehnya. Mengingat adanya seorang langganan yang patus dihormati, dia mengiringi semua kehendak hatinya.

Laki-laki tadi kurang ajar sekali, bukan?” bertanya lagi Sim Pek Kun.

Be … Betul … Ku … Kurang ajar sekali.” Pelayan rumah makan tadi sudah dibiasakan untuk mem-beo.

Sim Pek Kun mengelah napas, katanya lagi:

“Aku muak bertengkar dengannya.”

“Ng … Ng …” Pelayan rumah penginapan mengiyakan segala kata-kata tamunya.

Pelayan rumah penginapan bukan mendukung kebijaksanaan Sim Pek Kun, kewajiban seorang pelayan adalah menghormat setiap tamu, karena itu, dia mengiringi semua kemauan si nyonya.

Sim Pek Kun salah terima, anggapnya pelayan itu mendukung dibelakang dirinya. Inilah kebenaran. Kebenaran dan keadilan berada dibelakang dirinya.

Hatinya terhibur, langkahnya tepat. Tidak salah.

Biar bagaimana, didalam dunia ini, masih ada orang yang mendukung dirinya.

Hati Sim Pek Kun terhibur.

Tapi, si pelayan rumah penginapan yang menyaksikan kemabukan nyonya cantik itu sudah mulai memuncak, tentu saja tidak berani terlalu dekat, secara diam-diam, dia hendak menyingkirkan dirinya, kakinya sudah mulai digeser kebelakang. Siap meninggalkan sang tamu.

Tiba-tiba Sim Pek Kun membentak:

“Hei, tahukah kau, letak tempat perkampungan Sim-kee-tjhung?”

Cengar-cengir, pelayan itu berkata:

“Untuk daerah ini, siapakh yang tidak tahu letak tempat kampung Sim-kee-tjhung?”

“Kau juga tahu?”

Pelayan itu menganggukkan kepalanya.

“Kau tahu, siapa aku?” bertanya lagi nyonya tersebut.

Kini, pelayan tersebut menggoyangkan kepalanya.

“Baru pertama ini nyonya bermalam dirumah penginapan kami, lain kali, pasti hamba tahu.”

Setiap orang tentu takut kepada orang mabuk. Pelayan rumah penginapan itupun tidak terkecuali.

Walaupun Sim Pek Kun seorang wanita, karena ada perubahan yang nyata pada wajah nyonya ini, siapapun tahu, bahwa dia telah menenggak arak.

Sang pelayan hendak menjauhkan diri dari kerewelan-kerewelan, maka dia sudah bergegas-gegas pergi.

Adanya pertanyaan-pertanyaan Sim Pek Kun memaksa dia membatalkan niatan tadi, dia tidak berani lari begitu saja, lari berarti mencari penyakit, entah perlakuan apa yang diperbuat oleh tamu mabuknya.

Sim Pek Kun tertawa puas, dia berkata:

“Kuberi tahu kepadamu, aku adalah nona muda dari kampung Sim-kee-tjhung. Bila kau bisa mengantarkan aku kembali kerumah itu, akan kuberi hadiah yang banyak.”

Pelayan itu tertegun. Dia mulai memperhatikan sang nyonya cantik jelita.

Sim Pek Kun mendelikkan mata. “Kau tidak percaya?” dia mulai membentak.

Pelayan itu menjadi ragu-ragu, dengan bergoyang kepala, dia berkata:

“Nona dari kampung Sim-kee-tjhung? Ach lebih baik, tidak pergi ketempat itu.”

“Mengapa?” bentak Sim Pek Kun keras.

“Kampung Sim-kee-tjhung sudah menjadi rata dengan bumi, sudah terjadi kebakaran yang melanda Sim-kee-tjhung, terjadi pertempuran-pertempuran berdarah, yang mati dan yang luka tidak terhitung lagi. Kini, tidak seorangpun yang berada ditempat itu.”

Dunia dirasakan seperti melekah, Sim Pek Kun bungkam untuk beberapa waktu. Setelah itu, tiba-tiba dia berteriak:

“Bohong! Bohong! Aku tidak percaya. Tentunya kau memberi keterangan palsu. Kau sudah makan sogokan orang tadi.”

Dengan wajah yang dipaksakan tertawa, pelayan tersebut berkata:

“Hamba tidak berani melakukan kebohongan, apa lagi kepada seorang tamu, lebih-lebih tidak berani lagi.” “Kalian tentu sudah bersekongkol lebih dahulu. Sudah tentu dia memberi uang kepadamu. Maka kau tidak berani menentang kemauannya. Tidak seorangpun dari kalian yang baik. Semua orang jahat! Semua orang berlaku jahat kepadaku.”

Suara Sim Pek Kun sudah hampir menangis.

Pelayan itu berkemak-kemik.

“Nona tidak percaya? Hamba tidak bisa memberi keterangan yang lebih terperinci.”

Sim Pek Kun menelungkupkan kedua tangannya, dia menangis sesenggukan.

Pelayan rumah penginapan itu sudah siap pergi, mendengar isak-tangisnya si cantik jelita, dia menghentikan langkahnya.

Air mata seorang wanita adalah senjata terampuh bagi kaum lemah itu. Betapa kuatnya seorang laki-laki, dia akan gugur dibawah tangisan wanita. Sejarah bisa mengajukan seribu bukti, tentang kebenaran dalil ini.

Pelayan rumah penginapan itu tidak terkecuali, hatinyapun terbawa oleh arus kasihan.

Dengan menghela napas, dia berkata:

“Baiklah. Apabila tidak percaya bahwa kampung Sim-kee-tjhung sudah dilanda oleh api kekacauan, biarlah hamba antar ketempat tersebut.”

PUTUSAN SIAO CAP-IT-LONG

SIAO CAP-IT-LONG sudah meninggalkan Sim Pek Kun, dia menenggak arak lagi, terus-menerus menenggak araknya.

Yang heran, sesudah berguci-guci arak ditenggak kering, masih juga dia belum mau mabuk.

Hari itu, Siao Cap-it-long tidak bisa mabuk.

Pada hari-hari terakhir ini, sudah terjadi perubahan-perubahan yang nyata. Sifat-sifat Siao Cap-it-long sudah banyak berubah.

Siao Cap-it-long adalah laki-laki yang jenaka, periang dan tidak mengenal susah.

Hanya dihari-hari inilah sifatnya berubah, pendiam dan dilingkungan oleh kebingungan-kebingungan.

Sim-kee-tjhung sudah dibakar orang, seharusnya, dia memberi tahu hal ini.

Tapi, dia tidak memberi tahu kepada Sim Pek Kun, takut menimbulkan kesedihan yang bertumpuk-tumpuk.

Karena itu, dia dimaki dan digigit.

Sim Pek Kun salah terima, menduga kearah yang buruk.

Siao Cap-it-long diusir pergi.

Dengan adanya pelayan rumah penginapan itu, toh dia akan mengetahui hancurnya Sim-kee-tjhung.

Siao Cap-it-long sedang membayangkan apa yang menyebabkan perubahan dirinya?

Didalam hati, ia berpikir:

“Mengapa aku tidak berani memberi tahu pembakaran Sim-kee-tjhung kepadanya? Mengapa harus menutupinya? Bisa atau tidaknya, dia menerima berita2 buruk itu tergantung dari kekuatan hati orang, mengapa aku harus banyak pusing?”

Siao Cap-it-long tertawa dingin, lagi-lagi mengeringkan cawan araknya.

“Kita tidak mempunyai hubungan keluarga, mengapa harus memikirkan kesulitan-kesulitanmu?” demikian pikiran kecil si jago berandalan.

Dia mengusir Sim Gie, karena tidak mungkin orang tua itu datang dengan maksud baik.

Sim-kee-tjhung sudah dibakar orang, dirusak dan dihancurkan, dengan alasan apa, Sim Gie hendak menjemput majikan mudanya?

Siao Cap-it-long tidak memberi keterangan yang lebih jelas dan lebih terperinci, karena itu, Sim Pek Kun salah paham.

Tujuannya membekukan berita hancurnya Sim-kee-tjhung adalah menghindari tekanan bathin yang lebih hebat, derita-derita yang menimpa Sim Pek Kun sudah terlalu banyak, nyonya itu tidak boleh menerima berita buruk lagi, hal ini bisa membuatnya menjadi gila.

Betulkah Sim Pek Kun bisa gila?

Siao Cap-it-long tidak akan membiarkan terjadi kejadian yang seperti itu, maka dia sulit memberi keterangan yang bisa memuaskan hati si cantik-jelita.

Demikianlah salah paham diperbesar.

Lagi-lagi Siao Cap-it-long menenggak arak, pikirnya: “Dia tidak percaya kepadaku. Ach, mengapa aku harus banyak menyusahkan diri? Apa gunanya aku memikirkan kepentingannya?”

Siao Cap-it-long sudah mengambil putusan untuk meninggalkan nyonya itu. Maka dia bisa bergerak bebas kembali.

Pelayan rumah penginapan sudah membawa kereta, siap mengajak Sim Pek Kun kekampung Sim-kee-tjhung.

Tidak lama kemudian …

Dernyitan roda-roda kereta seperti menggelinding dipermukaan hati Siao Cap-it-long.

Timbul rasa khawatirnya, pikirannya lagi:

“Siao-kongcu tidak akan melepaskannya, dia tentu masih berada disekitar daerah ini. Bila dia tahu bahwa Sim Pek Kun pergi tanpa pengawalanku, tentu jiwanya terancam.”

Siao Cap-it-long sudah siap bangkit dari tempat duduknya, dengan maksud mengawal keamanan Sim Pek Kun.

Teringat lagi kepada sikap nyonya itu, hatinya menjadi dingin, dia membatalkan maksudnya tadi. Dia duduk kembali.

Katanya didalam hati:

“Sudah kukatakan tidak mau usil dengan perkaranya. Mengapa harus banyak menyusahkan diri.”

Terbayang kembali wajah Sim Pek Kun yang merah mabuk itu.

“Aaaaaa … Dia berada didalam keadaan mabuk, bagaimana dia bisa menjaga diri? Ilmu kepandaian Siao-kongcu begitu hebat, tipu-tipunya terlalu banyak, mana sanggup dia mempertahankannya?”

Mengetahui bahwa Sim Pek Kun berada didalam keadaan mabuk, Siao Cap-it-long mengemukakan lain alasan:

“Dia sudah lupa diri. Aku harus bisa memaafkan kesalahan orang. Apa lagi kesalahannya yang tidak disengaja. Belum tentu dia tidak percaya kepadaku, dia mengusirku, karena tekanannya air kata-kata.”

“Baiklah. Sekali lagi kutolongnya. Mungkin bisa menghindari kesalah-pahaman. Biar dia sadar, bahwa aku tidak mempunyai tujuan yang jahat.”

“Tapi … Tapi … Dia tidak tahu, bahwa dia sedang berjalan dengan Siao Cap-it-long, bila saja dia tahu, tentu terjadi lain perubahan, begitu bencinya kepada nama Siao Cap-it-long, entah apa yang dilakukan kepadaku?”

“Ach … Jangan memikirkan sampai ketempat itu. Kau sudah menolongnya dua kali, mengapa tidak mau memberi pertolongan yang ketiga kalinya? Bisakah aku berpeluk tangan,

bila sampai terjadi, dia diringkus oleh Siao-kongcu itu?”

Satu guci arak lagi telah dikeringkan olehnya.

Pikiran Siao Cap-it-long begitu kusut, hatinya bimbang sekali.

Akhirnya, diapun mengambil putusan:

“Biar bagaimana, aku harus menolongnya.”

Dia bangkit, hanya dua kali enjotan badan, dia menyusul kereta yang membawa Sim Pek Kun kearah kampung Sim-kee-tjhung.

Bagian 6 Selesai

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar