Liu Eng Lam belum dapat
menangkap tujuan si Siao Kongcu yang sebenarnya, karena itu ia berani buru-buru
mengucapkan terima kasih.
“Tapi.....dikemudian....bagaimana...bagaimana
aku dapat hidup dikemudian hari...?”
Siao kongcu tertawa girang.
Dia memang terlalu banyak akalnya. Juga sangat kejam sekali. Mendengar itu ia
lalu berkata dengan suara perlahan sekali:
“Dikemudian hari ? itu
urusanmu, bukan urusanku. Apakah aku harus memberi petunjuk terus menerus ?”
Siao kongcu lalu tersenyum
kecil, kemudian berkata lagi dengan suara lebih perlahan : “Kukira kau sudah
mengerti. Tapi tak apalah, akan kuberitahu caranya "
“Silahkan kongcu omong saja”
sepatah demi sepatah Siao
kongcu lalu berkata :
“Kau si Bu yu kiam khek Liu
Eng Lam sudah cukup punya nama, dan calon istrimu Sim Pek Kun lebih terkenal
lagi. Kalian berdua adalah merupakan tokoh-tokoh ternama. Bekas suaminya Sim
Pek Kun yaitu Lian Seng Pek, kukira lebih tenar namanya daripada Sim Pek Kun
sendiri. Tapi boleh dibilang, kalian bertiga merupakan tiga tokoh silat atau
tokoh-tokoh jutawan yang cukup mempunyai kedudukan tinggi. Dalam sekejap mata
perkawinan yang sangat mendadak ini dapat tersebarluas kemana-mana. Kalau Lian
Seng Pek sampai dapat tahu istrinya kawin lagi, tahukah kau apa akibatnya ?
kalian adalah kawan-kawan karib, bukan ? kukira kau cukup mengerti, bahwa
kehidupanmu masih belum cukup terjamin.”
Wajah Liu Eng Lam berubah
pucat pasi,keringat dingin mengucur keluar membasahi sekujur badannya.
Sementara itu Siao kongcu
sudah berkata lagi :
“Karena itulah kuanjurkan
kepadamu, setelah kalian melangsungkan upacara perkawinan ditempat ini,
cepat-cepatlah kalian mencari suatu tempat yang terpencil dan tersembunyi.
Lebih baik lagi kalau tak ada orang lain atau hewan sekalipun disana. Ditempat
itulah kalian boleh hidup tenang sedikit, jangan sampai diketahui orang,
lebih-lebih jangan sampai kawan-kawan atau kaki tangan Lian Seng Pek tahu. Kau
tahu sendiri bukan ? apa akibatnya ? Bagaimana perasaan Lian Seng Pek, kalau
dia tahu istrinya sampai direbut orang ?”
Butiran-butiran keringat mulai
menetes turun. Liu Eng Lam begitu takut sekali.
Itulah kiranya itikad baik si
Siao kongcu dalam menghadapi para anak buahnya yang berkhianat. Dia tidak
merasa perlu harus segera turun tangan, tapi cukup banyak cara-cara penyiksaan
berat dapat dijatuhkan olehnya untuk para pengkhianatnya itu.
Masih dengan tertawa-tawa,
Siao kongcu meneruskan bicaranya :
“kau tidak dapat mengabaikan
peringatanku tadi. satu macam peringatan lagi yang akan kuberikan ialah tentang
pengantin perempuan ini. Kau harus bisa menjaga dirinya baik-baik. Jangan
sampai dia lari. Apalagi ditengah malam, tidak boleh kau tidur terlalu pulas,
sebab, setiap saat, setiap waktu, setiap menit, setiap detik, bisa saja dia
membebaskan dirinya. malah salah-salah lengah sedikit saja belati tajam bisa
bersarang dalam dadamu. Ini peringatanku yang kedua.”
Liu Eng Lam tertegun ditempat.
Apa yang dapat dikerjakannya sekarang ? sampai pada detik-detik ini, barulah
dia mengerti,apa maksudnya Siao kongcu. Ternyata cara-cara nya Siao kongcu
menyiksa orang jauh lebih hebat daripada cara apapun juga.
Sioau kongcu benar-benar
seperti bukan manusia, cara-cara penyiksaan seperti itu benar-benar hebat
sekali. rasanya, kecuali dia tidak mungkin ada manusia keduanya yang dapat
menyamai kekejamannya.
memikirkan hari-hari
berikutnya, sesudah menempuh hari perkawinan ini, Liu Eng Lam malah jadi merasa
sedih sekali, sukmanya serasa telah terbang meninggalkan raganya. Penyakit yang
dicarinya sendiri.
Siao kongcu menggendong
tangan, bertindak bolak-balik dihadapan Liu eng Lam. Dia tidak perlu lagi
merasa takut kepada orang bawahannya yang sudah berani berkhianat ini. Dengan
tenang sekali, seolah-olah mengoceh kepada dirinya sendiri ia berkata :
“Untuk menghadapi
kesulitan-kesulitan itu, aku mempunyai cara yang baik buat mengatasinya. Mau
kau dengar apa tidak ?”
Satu pengharapan baru timbul
dalam alam pkiran Liu eng lam, dengan cepat ia lalu bertanya :
“kami membutuhkan sekali
petunjuk dari Siao kongcu”
Siao kongcu menoleh kepadanya,
dia menganggukkan kepalanya seraya katanya "
“Baik, aku akan mulai memberi
satu petunjuk baik kepadamu.”
“Untuk menyembunyikan diri disuatu
tempat yang sunyi yang tiada manusia sama sekali, itu mudah. Untuk menghindari
kejaran Lian Seng pek dan orang-orangnya, itupun tidak sulit. Yang masih
dikuatirkan ialah bagaimana caranya kau bisa menjaga supaya si perempuan tidak
membocorkan rahasia tempat sembunyi kalian. Tentang ini, sudah juga kupikirkan
masak-masak, kukira boleh saja kau mencoba merusak ilmu silatnya, boleh saja
kau totok pusat jalan darahnya, tanpa memiliki kekuatan dia tidak mungkin lari.
Atau, bila kau tidak percaya lagi dengan sebuah rantai besi kau rantailah
kakinya. Lebih baik lagi kalau kau dapat menelanjanginya. Seorang wanita tanpa
pakaian kemanapun dia takkan berani keluar.”
Bukan saja hendak menyiksa Liu
Eng Lam kalau begini, Siao kongcu ini ternyata masih mempunyai cara lain untuk
menyakiti Sim pek Kun. Dia hendak menyiksa kedua orang didepannya ini
sekaligus.
Tangan Liu Eng Lam
dikepal-kepalkan dari sana mengucur keluar keringat yang bagaikan air bah,
tangan itu menjadi basah sekali.
Kebijaksanaan Siao kongcu
lebih luar biasa lagi, hati Siao kongcu benar-benar sangat kejam, betul-betul
dia seorang manusia iblis yang sukar dicari tandingannya.
Siao kongcu benar-benar kejam,
Liu Eng Lam digunakannya sebagai senjata untuk menyiksa diri sim Pek Kun, dan
nyonya Lian Seng Pek ini dipakainya buat menghukum Liu Eng Lam Itu waktu Sim
Pek Kun sudah hampir kehilangan ingatan, semua ucapan Siao kongcu dan Liu Eng
Lam tidak sepatahpun yang masuk ketelinganya. Suatu penderitaan lahir batin
yang maha hebat. kawin macam apakan yang akan dilangsungkan ditempat seperti
ini ?
Iman Liu Eng Lam masih cukup
kuat, toh masih tidak sanggup menanggung derita yang datangnya secara mendadak
ini. tak bedanya sebagai boneka hidup, segala sesuatunya harus dijalankan
menuruti kemauan dalangnya.
Sang dalang dalam urusan ini,
adalah Siao kongcu. Dia senang sekali, dengan tertawa-tawa dan bertepuk tangan
berkata pula :
“Ayo mengapa kalian
menyia-nyiakan waktu yang amat berharga ini ? kamar pengantin sudah tersedia,
silahkan masuk.”
Sungguh keterlaluan !
Kereta yang sudah bobrok dan
rusak itu dikatakan oleh Siao kongcu sebagai kamar pengantin, Suatu penghinaan
yang amat besar !
tapi Liu Eng lam sudah kena
pengaruh. Dia menoleh kearah Sim pek Kun. Dan begitu dia menyaksikan kecantikan
si nyonya yang luar biasa, lantas tergiur hatinya.
Tanpa pikir panjang lagi
digandengnya lengan wanita itu. begitulah,dua orang tanpa kesadaran telah
meninggalkan tempatnya semula, dengan tujuan kereta yang dikatakan Siao kongcu
sebagai kamar pengantin.
Pikiran Sim Pek Kun kosong
melompong, ia membiarkan dirinya diseret orang, kakinya bergerak jalan, juga
menuju kearah kereta yang sudah rusak tersebut.
Liu Eng Lam dan Sim Pek Kun
menuju kearah kereta.
Menyaksikan kedua boneka
buatannya sudah mulai terpengaruh, Siao kongcu menjadi girang, denga kerlingan
mata yang nakal dia tertawa sendiri.
Walaupun dengan
gerakan-gerakan yang lambat, setapak demi setapak, dengan pasti sekali Sim Pek
Kun dan Liu Eng Lam bergandengan tangan, menuju kearah kereta.
Siao kongcu mendongakkan
kepala, dan tertawa sendirian.
Sementara itu, langit sudah
mulai hitam, awan beriring-iring menandakan hari akan hujan. Siao kongcu
seakan-akan mau melupakan suasana yang buruk seperti itu, mulailah ia menarik
suara dengan membawakan sebuah sair yang kira-kira begini :
Cuaca mulai gelap. Hujan akan
segera turun. Dalam suasana seperti itu, Dua mempelai memasuki
peraduannya.......
Mendadak, ya mendadak sekali,
wajah Siao kongcu tiba-tiba berubah.
Ia lantas menghentikan sair
yang dinyanyikannya, karena pada saat itulah dia sudah dapat merasakan bahwa
seseorang sudah berada dekat sekali dibelakang dirinya.
Adanya orang yang dapat muncul
seperti bayangan iblis ini benar-benar sangat mengejutkan sekali. Gerakan orang
ini begitu lincah dan cepat, tahu-tahu sudah berada dibelakang diri si Siao
kongcu. Ini merupakan suatu bukti betapa hebatnya kepandaian orang itu.
Reaksinya Siao kongcu tidak
lambat, toh masih kalah hebat sedikit. Dia baru sadar setelah keburu didatangi
dekat sekali oleh orang itu. Waktu orang itu sudah berada tepat di punggungnya
sekali.
Siao kongcu menyedot nafasnya
dalam-dalam, sementara sarafnya mengatakan kepadanya, harus hati-hati, ada
orang yang paling kau takuti berada dibelakangmu !.
“Siaw Cap It Long ?”. Dengan
begitu saja pertanyaan itu terhambur keluar dari mulut si Siao kongcu.
“Berdiri ditempat, dan jangan
coba-coba bergerak !. Juga jangan coba-coba menoleh kebelakang !”
Benarlah kiranya suara Siaw
Cap It Long itu !, tak salah lagi ! Inilah suara Siaw Cap It Long !
Kejam Siaw Cap It Long, tidak
ada orang yang dapat menandingi kecepatan pendengaran Siao kongcu.
Kecuali ilmu meringankan tubuh
Siaw Cap It Long belum ada orang yang dapat berdiri dibelakang gadis kecil
jahat tanpa diketahui olehnya.
Biji mata Siao kongcu yang
hitam dan jeli itu berputar, dengan suara yang merdu sekali ia berkata "
“Aku paling senang mendengar
suaramu. Aku paling taat kepada perintahmu. Baik, aku tidak bergerak. Aku tidak
menoleh dan ketawa.”
Terdengar kembali suara Siaw
Cap It Long, kali ini ditujukan kepada Liu Eng Lam "
“Hei, kongcu dari keluarga
Liu, kau juga turut kemari.”
Didalam mata Liu Eng Lam,
sigadis berpakaian pria Siao Kongcu adalah manusia yang terpandai didalam
dunia, rasa takutnya kepada kongcu itu sangat luar biasa sekali, kini orang
yang paling ditakuti ternyata masih takut kepada seseorang, tentu saja dia
merasa heran, hanya sebentar saja, rasa herannya itu lenyap mendadak, setelah
itu ia tahu bahwa orang yang berada dibelakang Siao kongcu itu adalah si jago
berandalan Siaw Cap It Long.
Mengetahui bahwa orang yang
hendak menyiksa dirinya itu dibuat sudah mati kutu, Liu Eng lam agak terhibur,
dia berbalik, dan mengikuti perintah Siaw Cap It Long, ia berjalan.
Siaw Cap It Long berkata
"
“Kau kenal kepadanya?”
Kata-kata ini diarahkan kepada
Liu Eng Lam, jari Siaw Cap It Long menunjuk kepada Siao kongcu.
Liu Eng Lam menundukkan
kepala, berkata pada saat itu juga "
“kenal, namanya Siao kongcu.”
Siaw Cap It Long bergoyang
kepala, ia berkata dan memberi penjelasan :
“Salah.”
“Orang memanggilnya dengan
sebutan Siao kongcu. Entah apa nama yang sebenarnya. Kami tidak tahu.”
cepat-cepat Liu Eng Lam berkata.
“seharusnya kau memanggil dia
dengan panggilan nona Siao kongcu.” Berkata Siaw Cap It Long sungguh.
Hanya Siaw Cap It Long seorang
yang telah membuka kedok penyamaran Siao kongcu, itu adalah seorang anak gadis
yang masih perawan.
“Nona Siao kongcu ?” Liu Eng
Lam mengerutkan sepasang alisnya.
“Betul”. berkata Siaw Cap It
Long lagi.
“Mungkinkah kau tidak dapat membedakannnya
?”
Sepasang sinar mata Liu Eng
Lam diarahkan kepada Siao Kongcu dan terpakulah disana.
Siaw Cap It Long berkata lagi
:
“Bagaimana penilaianmu,
tentang nona Siao kongcu ini ?”
“Penilaian ?” berguman Liu Eng
Lam.
“Cukup cantikkah ?” bertanya
Siaw Cap It Long.
Liu Eng Lam menganggukkan
kepala, seraya berkata :
“Betul, memang cukup cantik.”
Siaw Cap It Long tertawa geli,
ia berkata lagi :
“Bagaimana bila dibandingkan
dengan kecantikan nyonya Lian ?”
Yang diartikan nyonya Lian
ialah Sim Pek Kun, si nyonya cantik jelita dari keluarga Lian Seng Pek.
Liu Eng Lam menjilat-jilat
lidahnya, membasahi kerongkongannya, setelah itu lalu ia berkata "
”
Kukira....kukira....dimisalkan betul, ia masih gadis, kukira...kukira...nona
ini lebih cantik dari nyonya Lian”
lagi-lagi Siaw cap It Long
tertawa,dan berkata :
“Biar bagaimana, penilaiannya
seorang kongcu tentu lebih tepat.”
Siaw Cap It Long menepuk
pundak Siao kongcu, dan berkata kepada gadis itu :
“Bagaimana penilaianmu tentang
Liu Eng Lam kongcu ?”
Sepasang biji mata Siao kongcu
yang hitam jeli berputar, dengan tersungging senyum manis ia berkata:
“Seorang kongcu yang tampan
dan berkepandaian tinggi, tentu saja sangat cakap sekali.”
Siaw Cap It Long berkata :
“Bersediakah kau kunikahkan
dengannya ?”
Siao kongcu menganggukkan
kepala, seraya berkata :
“ingin sekali.”
Siaw Cap It Long berkata :
“Baik. Aku hendak menjadi mak
comblang kalian, dan hari ini juga menikahkan kalian, maukah melangsungkan
upacara pernikahan dengannya ?”
“Tentu saja mau,” berkata Siao
kongcu
Tanya jawab tadi terjadi
diantara Siaw Cap It Long dengan Siao kongcu, pokok persoalannya adalah
pernikahan antara Siao kongcu dengan Liu Eng Lam.
Liu Eng Lam turut mengikuti
percakapan itu, ia tertegun, matanya terbelalak.Entah mengimpi menginjak tahi
apa, Liu Eng Lam juga tidak mengerti, mengapa rejekinya begitu bagus sekali.
Entah rejeki entah peruntungan, hari ini secara tiba-tiba dan mendadak saja
menjadi raja pujaan dunia, semua orang mengantarkan wanita-wanita dan gadis
cantik kepadanya semua hendak dinikahkan kepadanya.
Siaw Cap It Long memandang
kearah Liu Eng Lam, dan berkata kepada kongcu itu :
“Hei, kau toh dari keluarga
Liu maukah kau kawin dengan gadis kecil ini ?”
Liu Eng lam menundukkan
kepalanya kebawah, ia memandang tanah, entah disengaja entah tidak kerlingan
matanya melirik ketempat Siao kongcu, dengan gugup ia berkata "
“AKu......aku.....”
Siaw Cap It Long berkata
"
“Kau tidak perlu takut
kepadanya, perempuan ini walaupun sangat galak dan telengas, seperti apa yang
tadi sudah dikatakan kepadamu, bahwa kau bersedia merusak ilmu kepandaiannya
terlebih-lebih menelanjangi dirinya, tanpa selembar benangpun menutupi
tubuhnya, tidak mungkin dia berani berontak kepadamu, gunakanlah cara apa yang telah
dikatakannya kepadamu itu untuk menghadapi dia sendiri.”
Sebelum Lie Eng Lam dapat
berbicara sama sekali, Siao Kongcu sudah cepat-cepat memotong:
“Bilamana aku mempunyai rejeki
untuk dikawinkan dengan Lie Eng Lam kongcu itulah suatu keberuntungan yang
besar sekali. Aku tidak berkepandaian, walaupun aku sudah tanpa pakaian, kukira
cukup puas sekali.
Dan reaksi Siao kongcu memang
tepat sekali, disaat itu juga tubuhnya sudah menubruk ke depan, sruk, ia berada
di dalam pelukan Liu Eng Lam, tangannya merangkul pundak kongcu hidung belang
itu dengan suara yang sangat manja dan kolokan berkata :
“Oh, darling, mengapa kau diam
saja ? Aku sudah tidak sabaran, aku sudah tidak sabaran lagi, hayo lekas
gendong aku ke dalam ranjang pengantin.”
Pikiran Liu Eng Lam masih di
ombang-ambingkan keluar biasaan, disaat ini bau harum yang keluar dari tubuh
seorang gadis merangsang hidungnya, dia semakin mabok.
Siaw Cap it long segera
memberi peringatan, ia berteriak keras :
“Awas!”
Liu Eng Lam dapat mendengar peringatan
itu, tapi suaranya seperti sangat jauh sekali, sebelum dia mengerti apa yang
harus diperhatikan olehnya, tubuhnya sudah tercekik, tubuhnya terpelanting, dan
kini ia menjadi satu tameng yang di hadapi ke arah Siaw Cap it long, tubuh itu
terdorong keras menubruk ke arah si jago berandalan.
Mata Liu Eng Lam
berkunang-kunang, bak ..... satu pukulan lagu hadiah pemberian Siao kongcu,
tubuhnya ngusruk ke arah Siaw Cap it long.
Sesudah mengerjai Lie Eng Lam,
sepasang kaki Siao kongcu yang keicl mungil meledit tinggi, wing.... dia mundur
lari.
Sedari pertama kejadian itu,
Sim Pek Kun telah menjadi butek pikiran, karena itu semua perubahan-perubahan
tidak terlihat olehnya, juga tidak pernah dirasakan olehnya, otaknya seperti
batu.
Siaw Cap it long selalu
bersikap siaga, kepandaian dan permainan-permainan Siao Kongcu terlalu banyak,
maka itu di saat Siao Kongcu mengeluarkan jawaban yang menyenangkan Lie Eng
Lam, ia sudah memberi peringatan, toh masih terlambat.
Tubuh Liu Eng Lam menjorok ke
arah Siaw Cap it long, si jago berandalan menyingkir kekiri, maksudnya hendak
membikin pengejaran beberapa jarum rahasia menyerang ke arah Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun sudah kenal segala
macam bahaya, tidak sadarkan lagi akan datangnya maut tersebut, dia masih diam.
Siaw Cap it long berganti
haluan menolong orang lebih penting dari segala apa karena itu tangannya di
dorong kedepan, memukul senjata rahasia Siao Kongcu, dengan demikian ia
berhasil menolong jiwa Sim Pek Kun.
Karena keterlambatan itulah
Siao Kongcu mendapat banyak kebebasan, sebentar saja gadis kecil yang jahat itu
sudah melarikan diri jauh-jauh, lapat-lapat terdengar suaranya yang garing.
“Siaw Cap it long, aku tidak
mau di jadikan kambing hitam, aku tidak perlu mak comblang, terlebih-lebih lagi
mak comblangnya seperti dirimu, setiap saat bilamana aku hendak nikah dengan
orang, tentu memilih dirimu, sudahlah aku hendak memilih dirimu.”
Terdengar suara jatuhnya
benda, itulah tubuh Liu Eng Lam yang membentur tanah, dipukul oleh Siao Kongcu,
isi dalam Liu Eng Lam sudah hancur rusak, dia tidak mungkin bisa hidup lagi.
Sim Pek Kun belum bergerak,
rasa kaget dan bingungnya yang berulang kali terjadi, menjadikan dia sebagai
suatu boneka hidup, manusia tanpa pikiran.
Siaw Cap it long mengeluarkan
keluhan, betul-betul dia tidak mengerti, mengapa dunia bisa melahirkan seorang
gadis yang seperti Siao Kongcu? kejahatan, kelicikan, kekejaman dan
kecepatannya daya kerja otak gadis tersebut sungguh luar biasa. Betul-betul
membuat ia mengeluarkan pujian. Pujian sesungguh hatinya.
Sesudah berhasil menemukan dan
mengejar Siao Kongcu, seharusnya Siaw Cap it long membunuh gadis tersebut. Yang
heran ialah : Sudah jelas diketahui kejahatan Siao Kongcu, bagaimanapun Siaw
Cap it long masih tidak tega membunuhnya segera.
Dia begitu cantik, begitu
gesit, begitu lincah, tidak ada sesuatu yang tidak menarik, mengapa dia
mempunyai hati dan kekejaman melebihi orang ?
Betul-betul Siaw Cap it long
tidak mengertim dia menggelengkan kepalanya.
TIDAK BOLEH PULANG
DISALAH satu kamar kecil dari
sebuah rumah penginapan desa berisikan dua orang, mereka ada lah Siaw Cap it
long dan Sim Pek Kun.
Siaw Cap it long duduk di
sebuah bangku panjang. Itulah satunya bangku yang berada di dalam kamar
tersebut.
Sim Pek Kin berbaring di
sebuah pembaringan kecil, itulah satu-satunya tempat yang ada di dalam kamar
tersebut.
Siaw Cap it long menguap,
sudah tiga hari dia duduk seperti itu, selama tiga hari dia mengurung dirinya
di dalam kamar tersebut, Belum pernah dia melangkah keluar dari pintu kamar,
setapakpun juga.
Sim Pek Kun berbaring di
tempat tidur tersebut selama tiga hari, selama hari-hari itu dia tidur tanpa
ingat orang sama sekali.
Pikiran Sim Pek Kun mengalami
goncangan keras, satu saat ia berteriak berteriak, dan berteriak atau menangis,
menangis dengan keras sekali, kadang juga dia mengeluarkan jeritan, jeritan
yang melengking-melengking dan panjang, sangat menyeramkan.
Selama tiga hari itu, Sim Pek
Kun mengalami penderitaan yang sangat luar biasa, dia berada di dalam ambang
pintu kematian, hidup diantara sadar dan tidak sadar, badan panas sekali, tapi
dirasakan sangat dingin dan menggigil keras.
Kini menjelang hari ketiga.
Sim Pek Kun baru dapat tidur
dengan tenangnya.
Siaw Cap it long menoleh ke
arah kamar-kamar tersebut, dia berduka atas segala sesuatu yang sudah terjadi.
Siaw Cap it long belum
melepaskan pandangan sinar matanya dari wajah si nyonya cantik jelita Sim Pek
Kun, wajah itu begitu tenang tertidur dengan nyenyaknya. Ini adalah suatu wajah
yanh belum pernah disaksikan oleh orang kedua kecuali suami Sim Pek Kun, si
jago muda kenamaan Lian Seng Pek.
Tetapi Siaw Cap it long dapat
menyaksikannya.
Wanita yang terbaring di
tempat tidur kecil itu betul-betul sangat cantik, karena itulah dia mendapat
julukan si nyonya cantik jelita Lian Seng Pek dan si nyonya cantik jelita Sim
Pek Kun, dia mempunyai kepintaran yang cukup, tapi tidak licik. Mempunyai
kelembutan yang sederhana, kelembutan yang diimbangi dengan keberanian serta
kekuhuan hati, betapa penderitaan yang diterima olehnya, akan dipikul dan di
beri satu pertanggung jawaban.
Inilah wanita idaman Siaw Cap
it long.
Siaw Cap it long pernah
memimpikan seorang kawan hidup, dengan syarat-syarat tertentu, yang seperti apa
yang sudah tertera di atas tadi. Dan kini dia berhasil menemukan kawan hidup
wanita yang mempunyai syarat-syarat tersebut.
Tapi mungkinkah dia dapat
memajukan lamaran kepadanya ? Tidak !
Karena wanita yang terbaring
di tempat tidur itu, wanita yang ditongkrongi selama tiga hari tiga malam itu
adalah wanita yang sudah menjadi istri orang lain.
Mau dia segera
meninggalkannya, tapi itu tidak mungkin. Keadaan Sim Pek Kun begitu
mengkhawatirkan, bilamana tidak mendapat perawatan yang secukupnya, getaran
otak yang menekan dan mengganggu pikiran orang tersebut, akan membuat akibat
panjang, dia akan menjadi gila, atau sinting karenanya, karena itu Siaw Cap it
long memberi perawatan yang cukup, lebih dari cukup.
Siaw Cap it long menyedot
nafasnya dalam-dalam, dihembuskannya kembali ke jalan pernafasan tadi.
Hari sudah menjadi malam,
gelap mengarungi angkasa, dan juga mengarungi suasana kamar tersebut.
Siaw Cap it long mulai
bergerak, ia menyalakan lampu pelita.
Penerangan lampu itu
berkelap-kelip membuat bayangan-bayangan yang bergoyang-goyang menerangi wajah
nyonya cantik jelita Sim Pek Kun dan juga wajah Siaw Cap it long yang kotor
tidak terawat itu.
Adanya penerangan yang sekecil
apapun sudah cukup menerangi kegelapan, perlahan tapi pasti sinar lampu
mencorong kearah wajah Sim Pek Kun, terlihat matanya mulai berkedip,
perlahan-lahan terbuka lebar.
Sim Pek Kin sudah mulai ingat
diri.
Biji mata Sim Pek Kun
berputar, akhirnya tertatap terhenti di atas wajah Siaw Cap it long.
Keadaan kamar itu begitu
sempit sekali, jarak diantara mereka tidak terlalu jauh. Sim Pek Kun mulai
mengingat-ingat apa yang telah terjadi, mungkinkah dia sedang berada dalam
impian ? Dia mengatupkan sepasang matanya, impian-impian itu terlalu buruk, ia
mengharapkan betul-betul menjadi suatu kenyataan, bahwa apa yang dialami itu
bukanlah suatu kejadian yang sebenarnya, hanya impian hampa belaka.
Beberapa lama Sim Pek Kun
membuka kembali sepasang matanya, dan lagi-lagi membentur wajah Siaw Cap It
Long, inilah suatu kenyataan.Bukan impian.
Sim Pek Kun sadar apa yang
telah terjadi, orang ini lagi yang menolong dirinya, dengan sinar pandangan
yang penuh rasa syukur berkata :
“Bagaimana aku dapat membalas
budi ini, lebih dari satu kali kau menolong diriku.”
Siaw Cap It Long
memperlihatkan wajahnya yang masam, dia berkata sedih :
“Bukan aku yang menolong.”
Suara Siaw Cap It Lng agak
ketus, tidak berperasaan.
Sim Pek Kun menghela nafas,
dengan suara perlahan dan pendek ia berkata :
“Tidak perlu kau berbohong
lagi, aku tahu, dahulupun kau yang menolong aku, kini lagi-lagi kau yang
memberi pertolongan.”
Siaw Cap It Long berkata adem
:
“Kau sendiri yang menolong
dirimu.”
“Hm....” Sim pek Kun
menggeram. “Aku tahu, dua kali kau merebut diriku dari tangannya.”
“Tangan siapa ?” Siaw Cap It
Long mengangkat pundak. “Aku tidak mengerti”
“Tidak mungkin kau tidak
mengerti,” Berkata Sim Pek Kun “Dia sangat jahat sekali, anak kecil itulah yang
terlalu kejam. Kau telah merebut diriku dari tangannya.”
Siaw Cap It Long berkata
"
“Terlalu banyak sekali anak
kecil, aku tidak mengerti siapa yang kau maksudkan sebagi anak kecil itu.”
Inilah suatu sangkalan !
Jelas dan gamblang bahwa Siaw
Cap It Long mengerti, siapa yang dimaksudkan dengan anak kecil itu, kecuali
Siaw kongcu tidak mungkin ada orang kedua. Tapi dia belagak pilon, tidak mau
mengakui kenyataan.
Sim Pek Kun berkata lagi :
“Tidak perlu kau kenal
kepadanya, sudah cukup bila dia kenal kepadamu, bahkan dia sangat takut
kepadamu, maka dikala aku berada didalam kelenteng yang rusak itu, dia tidak
berani pergi sendiri, dia hanya mengutus Liu Eng Lam dan Pang Tiaw Hui.”
Siaw cap It Long berkata
dingin "
“Pang Tiaw Hui dan Liu Eng Lam
adalah kawan-kawan dari suamimu, mungkin merekalah yang menolong kau.”
“Mengapa dia harus takut
kepadaku ?” Berkata Siaw Cap It Long
“Mungkinkah aku mempunyai
wajah yang seram, sehingga orang harus takut kepadaku ?”
Sim Pek Kun menghela nafas,
dengan penuh penyesalan dia berkata "
“yang harus ditakuti adalah
orang-orang yang mempunyai hati serigala itu, sebangsa Liu Eng Lam dan Pang
Tiaw Hui, diwajah mereka terlukis suatu keramah tamahan dan kebaikan dah dihati
merekalah yang mengandung kejahatan serta kebusukan-kebusukan, aku menyesal
karena tidak mendengar peringatanmu.”
Siaw cap It Long berkata
dengan nada suara sangat dingin :
“Pengalaman dunia kang ouw mu
masih terlalu cetek, seharusnya tidak boleh kau berkelana didunia liar.”
“Pengalamanku telah bertambah
dengan acara baru,” berkata Sim pek Kun rendah.
“Kini aku mengerti, bagaimana
harus memperlakukan sesorang, harus diteliti lebih dahulu apa yang tersembunyi dibalik
kebaikan-kebaikan mereka. Dan apa yang terselip dianyara kejujuran seseorang.”
Siaw Cap It Long bangkit dari
tempat duduknya, dia menuju daun jendela, membuka engsel dan daun jendela itu,
dengan nada suaranya ia berkata :
“Pengetahuan-pengetahuanmu
masih terlalu sedikit sekali, tapi, kata-kata dan pembicaraanmu terlalu banyak
sekali.”
Udara diluar jendela sangat
sepi dan sunyi, malam gelap gulita, kecuali beberapa butir bintang dilangit,
tidak ada pemandangan lain.
Mereka menempatkan satu kamar didalam
rumah penginapan, terlalu sepi sekali, rumah penginapan itu lebih tepat kalau
dikatakan sebagai pondok kecil, tidak cukup persyaratan untuk dinamakan rumah
penginapan. Kotor, jarang sekali orang yang mau menggunakannya.”
Siaw Cap It Long menggunakan
pondok itu untuk memelihara penyakit Sim Pek Kun didalam keadaan terpaksa , apa
boleh buat.
Siaw Cap It Long berdiri
kedepan jendela, ia membelakangi sang nyonya cantik jelita Sim Pek Kun.
Tiba-tiba.............................
Beberapa air hujan menetes
turun, gerimis.
Keadaan seperti itu sangat
mengerikan bagi Siaw Cap It Long, mulutnya dikecilkan mendengungkan satu lagu
tanpa nama, lagu kesepian yang sering mengimbangi kesepian hatinya.
Siaw Cap It Long lupa
mengikuti pembicaraan-pembicaraan Sim Pek Kun, sebagai seorang wanita, Sim Pek
Kun juga memiliki sifat-sifat kebawelannya. Ia mencerocos terus.
Siaw cap It Long masih
menyerukan suara lagu tanpa nama.
Sim Pek Kun kewalahan, dia
hilang sabar , menggerak-gerakkan tangan dan tubuh, nyonya itu sudah kuat untuk
duduk, memandang kearah sijago berandalan dan berkata kepadanya :
“Apa nama lagu yang kau
dengungkan itu.”
Siaw Cap It Long diam, tidak
memberi jawaban.
Beberapa waktu berlalu, Sim
Pek Kun tertawa mendadak dan dengan suara yang agak tinggi ia berkata :
“Agak lucu untuk dikatakan,
aku kurang percaya, beberapa orang menganggap kau sebagai Siaw Cap It Long.”
“Ow.........” reaksi Siaw Cap
It Long sangat biasa saja.
Sim Pek Kun berkata lagi :
“Aku tahu bahwa kau bukan Siaw
Cap It Long, kau tidak memiliki wajah manusia buas itu.”
Siaw Cap It Long masih
memandang jauh keluar jendela, dengan nada suara yang sangat tawar ia berkata :
“Sangat buas sekalikah Siaw
Cap It Long ?”
Sim Pek Kun berkata :
“Mungkinkah kau belum
mendengar cerita Siaw Cap It Long ?”
Siaw Cap It Long bertanya :
“Kau banyak mendengar
cerita-cerita Siaw Cap It Long ? berapa banyak yang kau ketahui tentangnya ?”
Dengan gemas Sim Pek Kun
berkata :
“Terlalu banyak sekali.
Terlalu banyak sekali. Manusia buas Siaw Cap It Long adalah kejam dan telengas.
Ada juga yang menyebutkan sebagai anak berandalan. Ada juga yang menyebutnya
sebagai kepala penyamun. Ada juga yang menyebutnya sebagai kepala garong, dan
entah beberapa sebutan lagi.”
“Tentang urusannya ?” berkata
Siaw Cap It Long.
“Urusan apa ?” bertanya Sim
Pek Kun.
“Segala sesuatu yang mempunyai
hubungan dengan Siaw Cap It Long tidak ada yang baik, segala sesuatu yang
dilakukan olehnya cukup untuk memanaskan hati orang, keganasan-keganasannya
Siaw cap It Long sungguh keterlaluan, satu perbuatan saja, sudah dapat membuat
ia menerima hukum pancung kepala.”
Siaw cap It Long tidak
mendapatnya, juga tidak memberi reaksi lain, seolah-olah ia sedang berpikir,
betulkan fitnah-fitnah itu ? matanya masih memandang lurus kedepan kupingnya
dipanjangkan ini waktu dia dapat menangkap sesuatu persoalan, tapi tidak
diutarakannya sama sekali.
“Hei....” Sim Pek Kun
memanggil.
Keadaan hening yang seperti
itu berlangsung lama juga.
Terdengar suara Siaw Cap It
Long :
“Kau juga hendak memancung
kepalanya.”
Sim Pek Kun berkata :
“Bila aku berhasil
menemukannya, tidak akan kubiarkan ia merajalela lagi, akupun ingin memancung
kepalanya. setidak-tidaknya membunuh.”
Siaw cap It Long dan sim Pek
Kun membicarakan persoalan Siaw Cap it Long. Sang wanita cantik jelita tidak
tahu bahwa orang yang sedang dipercakapkan itu adalah orang berada didepannya.
terdengar suara Siaw Cap It Long yang mengeluarkan suara dengusan dari hidung :
“Hm......bilamana kau bertemu
dengannya, orang yang mati bukannya dia tapi kau sendiri.”
Wajah Sim Pek Kun berubah
menjadi merah, dia malu kepada diri sendiri. Dengan ilmu kepandaian yang
dimiliki, mungkin dapat menandingi Siaw Cap It Long yang ternama, ia maklum
karena itu ia menjadi jengah merah.
Disaat ini terdengar suara
gerakan dua orang yang mendatangi, dari jauh terlihat pelayan rumah penginapan
yang membawa obor lampu, direndengi oleh seorang tua berbaju hijau bertudung
topi putih, dengan dandanan yang seperti pelayan rumah.
Dua orang itu berjalan kearah
kamar Siaw Cap It Long, tepat-tepat menghadap kearah jendela, terlihat
sipelayan rumah penginapan menunjuk dan berkata sesuatu kepada orang tua
berbaju hijau dan bertopi putih, setelah mengangguk-angguk dua kali pelayan
rumah penginapan itupun berjalan pergi membiarkan tamunya langsung menghadap
kepada orang yang bersangkutan.
Orang tua berbaju hijau itu
mendekati Siaw Cap It Long, memberi hormat sebentar dan berkata :
“Bolehkan kami menumpang
tanya, nyonya Lian Seng Pek berdiam ditempat inikah ?”
Sebelum Siaw Cap It Long
memberikan jawabannya, Sim Pek Kun sudah dapat mengenali suara orang tersebut,
matanya menjadi bersinar terang, itulah suara Sin Jie, orang yang menjadi
pengurus gedung keluarga Lian Seng Pek dan dan suaminya.
“Sin Jie yang didepan ? Aku
disini. Lekas masuk.” berkata Sim Pek Kun segera.
Orang tua berbaju hijau
bertopi putih adalah pengurus gedung keluarga sim, dia bekerja disitu sebelum
Sim Pek Kun lahir, karena itulah kedudukannya cukup tinggi pengurus gedung.
Mendapat panggilan suara Sim
Pek Kun, tanpa menghiraukan Siaw Cap It Long, serta tergesa-gesa sekali,
menerobos kearah pintu, didorong cepat dan memasuki kamar tersebut. A pa yang
terbentang didepan matanya adalah sang nyonya majikan yang sedang terbaring
ditempat tidur, dan tidak jauh darinya berdiri seoarng laki-laki dengan wajah
berewok yang bersender pada ambang jendela.
Sin Jie tidak butuh kepada
Siaw Cap It Long, karena itu tidak memberi perlakuan yang berlebih-lebihan,
langsung menjatuhkan dirinya kedepan Sim Pek Kun, setelah memberi hormat
berkata cepat :
“Hamba meminta maaf atas
kesalahan hamba yang tidak dapat melakukan perawatan sebagaimana mestinya,
hamba tidak tahu bahwa nyonya berada ditempat ini, karena ini hamba meminta
maaf.”
Rasa girangnya Sim Pek Kun
sulit dilukiskan segera ia berkata cepat :
“Sungguh kebetulan,
kedatanganmu ini tepat pada waktunya. Hee, dimana nyonya tua ? kau tahukah
tentang apa yang kualami ?”
Sin Jie berkata sambil memberi
keterangan “Kecelakaan kereta nona muda sudah tersebar luar didalam rimba
persilatan, nyonya tua sudah tahu. Karena itu segera beliau memberi perintah
kepada semua orang untuk mendapat keterangan yang lebih jela, menyelidiki jejak
nyonya, hamba beruntung tiba ditempat ini, dari keterangan pelayan rumah
penginapan, ia mengabarkan ada seorang nyonya yang menderita sakit keras,
cantiknya luar biasa, hamba segera menduga siapa yang dimaksudkan olehnya, maka
itu segera hamba datang dan tiba disini”
Setelah bercerita panjang
lebar, orang berbaju hijau itu menarik napasnya seolah olah bersedih, ia
berkata dengan napas tersendat sendat:
“Beruntung Tuhan masih
melindungi kau, hamba berhasil menemukan nyonya muda, bilamana nyonya tua tahu
tentang keselamatan nyonya muda di tempat ini, tentunya girang sekali... "
Pada suara yang terakhir,
kedua kelopak mata Sin jie sudah basah dengan air mata, butiran putih dan
bening jatuh berceceran, ia menangis.
Sim Pek Kun juga mengeluarkan
air mata kegirangan, Sin Jie mengucek ucek matanya, menghilangkan air mata itu
dan berkata: “Bagaimana kesehatan nyonya muda?”
Sim Pek Kun menganggukan
kepala: “Masih baik” dia berkata cepat.
Keadaan hamba tersebut tidak
menjadi sedih lagi. Sin Jie berkata: “Sukur, berterima kasih besar kepada Tuhan
yang Maha Esa. Silahkan nyonya muda berkmeas kemas untuk mebali agar nyonya tua
tidak terlalu menguatirkan diri.”
Sim Pek Kun menoleh kearah
Siau Cap It Long, ternyata tampak laki laki tersebut masih memandang jauh lurus
ke depan, keadaan dalam kamar sangat gelap sekali itulah malam hari.
Sim Pek Kun menjadi ragu ragu,
dia mengoceh seorang diri: “Sekarang?”
“Betul” Sin Jie menganggukkan
kepala. “Sekarang juga kita berangkat”
“Apa tidak terlalu malam?” Sim
Pek Kun masih ragu ragu.
Orang tua berbaju hijau
bertopi putih Sin Jie tertawa, dan dia berkata memberi keterangan: “Di musim
rontok seperti sekarang agak banyak hujan, tapi malampun pendek,s ebentar
lagipun mnejadi pagi. Hamba sudah mneyediakan kereta di depan, silahkan nyonya
berganti pakaian, kita harus segera kembali pulang”
Lagi lagi Sim Pek Kun melirik
kearah Siau Cap It Long, hendak meminta pendapat tahu musuh laki laki tersebut.
SIau Cap It Long tidak menoleh
ke belakang, juga tidak memberikan reaksi. Sampai disaat ini, Sin Jie tidak
bisa berpura pura lagi, seolah olah dia baru tahu bahwa di dalam kamar itu
masih ada seorang lainnya, dengan tertawa dia berkata: “Tuan ini...”
Sim Pek Kun memberi
keterangan: “Dia adalah orang yang menolong diriku lekas ucapkan terimakasih
kepadanya!”
Sin Jie maju tiga tapak, di
hadapan Siau Cap It Long dia mnejatuhkan dirinya berlutut seraya berkata:
“Hamba Sin Jie atas nama keluarga Sim mengucapkan terima kasih kepada tuan.
Atas bantuan tuan yang sudah menolong nyonya muda kami. Hal ini akan kami
beritahukan kepada seluruh keluarga Sim dan akan dikenal sepanjang masa”
Baru sekarang Siau Cap It Long
menoleh memeprhatikan wajah Sin Jie beberapa saat, dari atas kepala hingga ke
ujung kaki, dan dari ujung kaki ditatapnya balik kembali sehingga sampai ke
atas kepala.
“Kau juga orang dari keluarga
Sim?” kini Siau Cap It Long membuka mulut.
Sin Jie tertawa, dan cepat
cepat berkata: “Hamba sedari kecil telah merawat segala kebutuhan nyonya tua
sehingga kini sudah berselang empat puluh tahunan, Tuan ini tentunya...”
Sebelum Sin Jie mneyelesaikan
keterangannya, Siau Cap It Long bergerak, dengan tangan kiri mengankat bahu
orang tua berbaju hijau itu, dan dengan lain tangannya yang digerakkan cepat
Siau Cap It Long menampar hingga beberapa kali, .... pang...pang... pang...
Terdengar jerit Sin Jie yang
menggeliat keras, beberapa butir gigi depannya rontok jatuh berserakkan di
lantai kamar.
Sim Pek Kun juga sangat
terkejut, segera dia mengajukan pertanyaan: “Hai, mengapa kau begitu galak ?
Dia adalah orangku namanya Sin-Jie, jangan kau memperlakukan keterlaluan
kepadanya”
Sim Pek Kun masih belum tahu
nama Siauw Cap it-long, karena itu dia selalu menggunakan istilah hei, kapada
jago berandalan kita.
SIauw Cap it-long tidak
menghiraukan ucapan SIm Pek Kun tubuh SIn-jie diangkat dan dilemparkannya ke
luar jendela sehingga meyalang jauh sekali. “Lekas beritahu kepada orang yang
menyuruh kan ketempat ini, harus dia sendiri yang datang tahu ?” Siauw Cap
it-long memberi ancaman ?Beritahukan kepadanya bahwa aku selalu menunggu "
SIn-jie jatuh ngusruk, cepat
cepat ia bangun dan bangkit, tangannya menyusut darah yang berceceran
dimulutnya, dengan suara yang hampir tidak dapat keluar ia berteriak :
“Nyonya tua yang memberi
perintah padaku untuk mencari jejak nyonya muda, dengan alasan apa kau boleh
sembarang memukul orang ?”
Siauw Cap it-long
mempelototkan matanya, membentak keras : “Memukul kau ? membunuhpun bboleh.
Masih kau tidak mau mengerti ? Hendak menunggu aku menurunkan tangan yang lebih
kejam lagi ?”
SIn ji tidak berani memdekati
orang yang sedang kalap itu, ia berdiam dan mundur beberapa langkah kebelakang,
membalikkan badan dan cepat cepat lari. Dair jauh terdengar lapat lapat suara
omelan orang tua berbaju hijau itu.
SIm Pek Kun sangan marah
sekali, sebentar sebantar wajahnya berubah, dadanya dirasakan mau meledak, dengan
bertahan sedapat mungkin di menghadapi Siauw Cap it-long.
“Hei” sang nyonya jelita mulai
membuka suara. “Sin jie bekerja kepada keluarga kami, telah puluhan tahun,
hatinya jujur sekali, pekerjaannyapun baik, mengapa kau curiga kepedanya ?
Jangan kau menduga yang bukan bukan, tidak mungkin SIn jie mau melakukan
sesuatu yang merugikanku”
Siauw Cap it-long mengatup
mulut, ia tidak melakukan perdebatan. Sekecap katapun tidak keluar dari
mulutnya.
SIm Pak Kun berteriak lagi :
“Kau telah menolong aku, untuk
bantuan ini aku sangat berterima kasih. Tapi bukan berarti kamu menekan
kebebasanku. Dengan alasan apa kau menekan aku di dalam kamar ini? Tidak
memperbolehkan Sin-ji membawa aku pulang?”
Siauw Cap-it-long mengirim
satu kerlingan yang tajam sekali, sifatnya sangat dingin, dan ia berkata:
“Kau salah paham.”
Bagaimanapun pandainya Siauw
Cap-it-long menyembunyikan perasaannya, toh tidak dapat menyembunyikan perasaan
yang penuh cinta kasih kepada nyonya tersebut, dengan suaranya yang bernada
sedih, Sim Pek Kun dapat menangkap hal tadi.
Kemarahan sang nyonya itu agak
mereda, dia berkata sabar:
“Mengapa kau pukul Sin-jie?”
Siauw Cap-it-long mengangkat
pundak. Ia tidak dapat memberi penjelasan yang lebih terang.
“Hei”, Sim Pek Kun berteriak
lagi, “Mengapa?”
Siauw Cap-it-long mengepalkan
kelima jarinya dan berkata:
“Apakah kau mulai menaruh
curiga kepadaku?”
“Aku tidak bercuriga.” berkata
Sim Pek Kun, “Tapi kau harus memberi keterangan yang lebih terang dan jelas,
bilamana kau tidak mempunyai maksud jahat, lekas antar aku pulang ke rumah.”
Siauw Cap-it-long
menggelengkan kepala, “Belum waktunya.” ia berkata singkat.
Sim Pek Kun membelalakkan
mata.
“Mengapa?” nyonya jelita ini
semakin heran.
Siauw Cap-it-long sudah
menggerakkan bibirnya hendak memberikan keterangan yang jelas, tapi suaranya
tertelan kembali, ia diam.
Sim Pek Kun menggigit bibir,
dan mendesak lagi:
“Hayo, katakan apa alasanmu?”
Dengan secara singkat Siauw
Cap-it-long berkata:
“Tidak mungkin hari ini.”
Sim Pek Kun bertanya:
“Bila?”
Siauw Cap-it-long berkata:
“Kukira harus menunggu tiga atau lima hari lagi.”
Siaw Cap It Long menggunakan
satu kamar dengan Sim Pek Kun, karena kedaan nyonya itu yang sangat
mengkhawatirkan sekali, kini Sim Pek Kun sudah sadar dan pikirannya sudah
menjadi tenang untuk menghindarkan dari kecurigaan orang, dia wajib segera
meninggalkannya, setelah berkata tadi, melalui pintu yang masih terbuka dia
meninggalkan kamar rumah penginapan tersebut.
Sim Pek Kun belum mengerti
jelas atas tindakan Siaw Cap It Long yang sudah memukul orang kepercayaannya
Sin Jie, karena itu dia penasaran sekali, teruaknya keras :
“Hei, jangan kau pergi
dahulu.”
Siaw Cap It Long tidak
menghentikan langkahnya, dia berjalan pergi dan meninggalkan Sim Pek Kun
seorang diri.
Sepasang tangan Sim pek Kun
menjadi gemetaran karena panas hatinya. Banyak sekali kejadian-kejadian yang
tidak dapat dimengerti olehnya. Terakhir adalah kejadian yang sudah
diperlakukan oleh Siaw Cap It Long kepada Sin Jie.
Sim Pek Kun menyesal akan
tindakannya yang sudah tidak percaya kepada Siaw Cap It Long tentang
peringatan-peringatan yang sudah kepadanya tentang kedatangan Liu Eng Lam dan
Pang Tiaw Hui dan itu sudah menjadi kenyataan, bahwa Lie Eng Lam dan Pang Tiaw
Hui adalah dua pengkhianat, hampir dia celaka karenanya.
Kejadian berikutnya menyusul,
kini Sin Jie datang, dan Siaw Cap It Long menaruh kecurigaan besar kepada orang
kepercayaannya itu.
Seharusnya Sim Pek Kun percaya
kepada Siaw Cap It Long. Tapi kenyataan tidak, dia lebih percaya kepada Sin
Jie, karena orang yang terakhir adalah orang yang menjadi kepercayaan dari ibu
dan ayahbundanya, sedangkan Siaw Cap It Long adalah laki-laki asing yang belum
lama dikenal, belum diketahui namanya.
Bayangan Siaw Cap It Long
sudah lenyap tidak terlihat.
Sim Pek Kun ditinggalkan
seorang diri olehnya, mendiami satu kamar itu.
Lampu penerangan dalam kamar
masih berkelap-kelip, menerangi meja, disana terdapat makanan dan minuman
keras, itulah arak.
Sim Pek Kun mengulurkan
tangannya yang putih dan halus itu mengangkat cawan arak ditenggaknya cepat.
Sim Pek Kun menenggak arak.
Dengan cara ini dia hendak melampiaskan semua kekesalan-kekesalannya, dengan
cara ini dia hendak meredakan kemarahan dirinya.
Berita buruk
Sim Pek Kun adalah seorang
nyonya yang arif bijaksana, sesudah menikah denga Lian Seng Pek, selalu menurut
kemauan suaminya itu, sedari kecil hingga dewasa belum pernah menghadiri
pesta-pesta, karena itu jarang sekali meminum-minuman keras.
Pernah juga Sim Pek Kun
menyertai suaminya mengikuti perjamuan-perjamuan makan untuk menyesuaikan diri
atas ajakan toas tuan rumah atau tamu-tamu itu, dia mendapat kehormatan
memegang cawan arak, sebagai penghormatan yang lazim, dia hanya mengecup
minuman keras itu untuk membasahi bibirnya.
Belum pernah Sim Pek Kun
menenggak minuman keras seperti apa yang kini telah dilakukannya.
Minuman keras yang tersedia
dimeja adalah arak Siauw Cap-it-long, untuk menungkuli dan memberi perawatan
yang secukupnya selama tiga hari tiga malam kepada si cantik jelita, agar diri
tidak mengantuk sekali, Siauw Cap-it-long menenggak arak yang sudah disediakan
oleh pelayan rumah makan.
Kini arak keras itu sudah
diminum oleh Sim Pek Kun.
Mengikuti arus tenggorokannya,
rasa hawa panas yang merangsang, seolah-olah ada api yang mulai membakar
dirinya. Sim Pek Kun mulai merasakan betapa hebat dan kerasnya arak tersebut.
Didalam sekejap mata arak itu
sudah buyar dan kandas ke dasar perut, kepala Sim Pek Kun menjadi berat.
Orang yang belum pernah
menenggak minuman keras, tentu tidak tahu pengalaman pengalaman atau akibat
sesudah minum arak tadi, kini Sim Pek Kun dapat merasakan akibatnya.
Kecuali kepalanya yang agak
menjadi berat, pikirannya pun sudah agak menjadi butek, keadaannya limbung.
Kepintaran, kecantikan si
nyonya jelita secara mendadak saja lenyap sama sekali. Dia pandai menguasai
dirinya, itulah disaat yang biasa, disaat normal. Bukan ini waktu. Kini Sim Pek
Kun betul-betul sudah menjadi mabuk.
Untuk menghilangkan rasa berat
kepala tadi, Sim Pek Kun membaringkan dirinya di tempat tidur.
Untuk beberapa waktu nyonya
itu dapat menenangkan diri, hanya sebentar, tiba-tiba terbayang wajah Siauw
Cap-it-long.
Sim Pek Kun mulai berpikir,
orang ini sangat mengherankan sekali. Tindak tanduknya misterius, mengapa ia
memukul dan mengusir Sin-Jie? Mengapa dia tidak mau mengantarkan aku kembali?
Mungkinkah ada sesuatu yang tidak beres? Selembar wajah muka Sim Pek Kun
menjadi merah.
Mengingat keadaan dirinya, Sim
Pek Kun tahu bahwa dia belum lepas dari bahaya. Dia wajib segera kembali ke rumah.
Disana masih ada nyonya besar, disana masih ada suami dan kawan-kawannya.
Dia berpikir lagi :
Dia tidak mau mengantarkan aku
pulang kembali mungkinkah aku sudah tidak mempunyai kaki ? Tidak bisa jalan
sendiri ?
Yang diartikan dengan dia
tentu saja Siauw Cap-it-long.
Semakin terasa ketepatan dari
putusan ini. Sedetikpun tidak boleh terlambat. Dengan kepalanya yang masih
berat, Sim Pek Kun berusaha bangun dengan sekuat tenaga dia meninggalkan tempat
tidur mulutnya dipentang dan berteriak :
“Hei, pelayan.... pelayan
rumah penginapan.... dimana kau ?”
Setelah mengucapkan panggilan
itu, baru Sim Pek Kun sadar bahwa suaranya ini terlalu keras sekali. Belum
pernah dia membuka mulut seperti apa yang kini sudah dikoar-koarkan tadi.
Seperti dari dasar tanah saja,
mendadak sontak seorang pelayan rumah penginapan sudah berada di depannya.
“Nyonya ada perintah ?”
bertanya pelayan rumah penginapan itu.
“Lekas sediakan aku kereta.
Aku hendak kembali, Cepat.” Sim Pek Kun memberi perintah.
Pelayan itu ragu-ragu,
memandang kearah malam gelap dan berkata gugup :
“Sekarang ? Di malam gelap
yang seperti ini ? Hamba kira tidak mudah mencari kereta.”
Sim Pek Kun membentak :
“Lekas. Mengapa tidak bisa ?
Harus kau dayakan berapa mahalpun uang sewa akan kubayar tahu ?”
Sifat sifatnya Sim Pek Kun itu
yang halus lenyap mendadak, sebagai gantinya dia membentak-bentak dengan kasar
sekali.
Pelayan rumah penginapan tidak
berani membantah, dia menoleh kebelakang, disana berdiri seorang laki-laki yang
berewokan, ini Siauw Cap-it-long. Pelayan rumah penginapan itu meminta putusan
Siauw Cap-it-long.
Mengikuti tolehan kepala si
pelayan rumah penginapan, barulah Sim Pek Kun sadar bahwa disana masih ada
orang ketiga, itulah laki-laki asing bermata liar yang berandalan, orang yang
tidak dikenal olehnya orang yang tidak dikenal namanya olehnya.
Adanya Siauw Cap-it-long
didepan mata Sim Pek Kun tidak berhasil meredam amarah sang nyonya, kebalikan
dari reaksi itu Sim Pek Kun menjadi marah besar, dadanya dirasakan mau meledak,
ia membentak keras :
“Bukan urusannya. Sudah
jalankan perintahku.”
Kata kata ini ditujukan kepada
pelayan rumah penginapan. Sim Pek Kun memberi perintah untuk melayani
menyediakan kereta untuknya. Dia hendak keluar, ada atau tanpa kawalan Siauw
Cap-it-long.
Siauw Cap-it-long
mengggoyang-goyangkan kepala, menarik nafas dalam-dalam dan berkata perlahan :
“Kau mabuk!”
Kata-kata itu ditujukan kepada
Sim Pek Kun
Sim Pek Kun mendelikkan mata,
bentaknya keras:
“Siapa kata aku mabuk? Hanya
arak sedikit ini bisa memabukkan aku?”
Kemudian dengan menggoyang
goyangkan tangannya Sim Pek Kun memberi perintah kepada pelayan rumah
penginapan untuk segera menjalankan perintahnya disertai juga oleh suara nyonya
cantik jelita itu yang sudah menjadi marah:
“Lekas. Lekas sediakan aku
kereta, jangan ladeni dia. Dia sendirilah yang sudah mabuk.”
Yang diartikan dia olehnya
adalah Siauw Cap-it-long.
Pelayan rumah penginapan
memandang bergiliran, sebentar kearah Sim Pek Kun sebentar ke arah Siauw
Cap-it-long. Entah apa yang harus dilakukan olehnya. Siauw Cap-it-long
bergoyang kepala perlahan.
Dalam malam gelap itu,
didaerah pegunungan yang sepi dan sunyi, mana bisa mencari kereta secara cepat?
Karena itulah pelayan rumah penginapan lebih suka mendengar perintah Siauw
Cap-it-long. Dia diam.
Sim Pek Kun membanting-banting
kaki teriaknya keras sekali :
“Hei, kau tidak mau
mengantarkan aku pulang. Mengapa tidak membiarkan aku pulang sendiri?”
Kata-kata ini bukan ditujukan
kepada pelayan rumah penginapan, tapi ditujukan kepada Siauw Cap-it-long yang
diam dalam seribu bahasa.
“Hai” Sim Pek Kun
berteriak-teriak lagi “Kau mempunyai hubungan apa denganku? Kau pernah apa
denganku? Mengapa melarang aku? Dengan alasan apa kau menekan kebebasanku?”
Siauw Cap-it-long selalu diam.
Dibentak dan dimaki demikianpun tetap diam.
Inilah sifat khas Siauw
Cap-it-long!
“Aku hendak pulang” Berkata
lagi Sim Pek Kun.
“Tidak bisa.” Berkata Siauw
Cap-it-long tegas.
“Mengapa?”
“Sudah kukatakan tidak bisa.
Tentu saja tidak bisa.”
Sim Pek Kun menjadi sangat
marah dia membentak keras :
“Dengan alasan apa, kau hendak
mengekang kebebasanku ?”
“Aku tidak mengekang
kebebasanmu, kuanjurkan agar kau tidak kembali kerumah di hari ini.”
“Mengapa ?”
“Seseorang yang percaya tidak
perlu mengajukan pertanyaan ‘Mengapa’ itu.”
“Huh, kau kira aku tidak tahu
? Kau mempunyai maksud tujuan tertentu. Sengaja menahan diriku. Aku dianggap
apa ? Hendak memiliki aku ? Mengimpi ! Kau mengimpi ! Jangan kau mengimpikan
sesuatu yang bukan menjadi hak milikmu, aku tidak membutuhkan bantuanmu, aku
tidak membutuhkan pertolonganmu. Pergi ! Lekas pergi ! Atau kau bunuh saja
aku.”
Sim Pek Kun berteriak teriak,
dan tubuhnya ditubrukkan kepada laki-laki kasar yang berada didepannya.
Siauw Cap-it-long berkata
dengan tenang :
“Kau sudah mabuk.”
Tubuhnya disingkirkan sedikit,
maka terjadi tempat hampa, badan sang nyonya hartawan nubruk tempat kosong, dia
bergeliat.
Disaat itu, Siauw Cap-it-long
sudah menyosorkan tangannya, dengan maksud tujuan menyanggah tubuh Sim Pek Kun.
Disaat ini, Sim Pek Kun
berteriak :
“Tolong.... Tolong.... Ada
rampok...... Rampok....”
Cepat cepat tangan Siauw
Cap-it-long ditarik kembali, begitu cepat sekali, dia cepat menjulurkan tangan
dan cepat pula menarik tangan yang bersangkutan.
Seperti seekor anjing betina
yang sudah gila, Sim Pek Kun menarik tangan itu, dilemparkannya ke mulut, dan
grogot.... dia menggigit tangan Siauw Cap-it-long.
Seorang wanita agung bisa
menggigit tangan seorang laki-laki yang belum dikenal? Inilah suatu kejadian
yang hampir tidak bisa dipercaya orang.
Siauw Cap-it-long juga tidak
percaya.
Gigi-gigi Sim Pek Kun
mendarahi kulit tangan Siao Cap-it-long, dia menggigit kulit tangan jago
berandalan itu, gigitan ini meresap kedalam tulang, inilah suatu kejadian yang
sangat melukai hatinya.
Terempas-empis Sim Pek Kun
memaki lagi:
“Kuanggap kau sebagai orang
baik, menolong diriku dari kesusahan. Ternyata kau mempunyai maksud tertentu,
tujuanmu tidak beda dengan apa yang dikandung oleh mereka.”
Siao Cap-it-long mengeluarkan
elahan napas panjang.
Sim Pek Kun membentak lagi:
“Pergi! Aku tidak
membutuhkanmu.”
Siao Cap-it-long membalikkan
badan, dia meninggalkan nyonya agung itu.
Betul-betul Siao Cap-it-long
pergi.
Sim Pek Kun mendapat
kemenangan. Kini dia menerima hasil dari apa yang sudah dicetuskan, memaki
lebih hebat dari memukul, menggigit lebih hebat dari menusuk, sungguh suatu
hasil yang luar biasa, sungguh suatu hasil yang sangat gemilang sekali.
Hanya mengucapkan beberapa
patah kata yang “Luar Biasa”, hanya mengerahkan sedikit tenaga pada
gigi-giginya, dia berhasil mengusir pergi laki-laki asing itu.
Suatu kejadian yang berada
diluar dugaan.
Dimisalkan dia tidak menenggak
arak, belum tentu Sim Pek Kun mempunyai itu keberanian, inilah manfaatnya
seorang yang menenggak arak.
Putusan Sim Pek Kun adalah:
Dia harus sering-sering dan
banyak meminum arak.
Arak itu bisa menambah
keberanian seseorang, bisa melakukan sesuatu yang belum tentu dia berani
lakukan, bilamana dia tidak berada didalam keadaan terjepit.
Sebagai seorang nyonya yang
teragung dan terhormat, Sim Pek Kun mempunyai pribudi pekerti yang halus
sekali, sedapat mungkin, dia menjaga kewibawaannya.
Kini, dia telah melakukan
sesuatu yang seperti perbuatan anak kecil.
Nyonya cantik jelita itu
tertawa, dia tertawa seorang diri.
Siao Cap-it-long sudah pergi.
Disana telah bertambah
seorang, inilah pelayan rumah penginapan. Adanya teriakan-teriakan Sim Pek Kun
tadi, tentu saja memanggilnya datang.
Apa yang telah dilakukan oleh
Sim Pek Kun atas diri Siao Cap-it-long, juga masuk kedalam matanya.
Pelayan itu tertegun ditempat,
dia bingung juga.
Sim Pek Kun dapat menyaksikan
hadirnya pelayan rumah makan tersebut.
“Kau tidak percaya?” Tiba-tiba
dia membentak kearahnya.
“Per … Percaya …” Pelayan
rumah penginapan menjadi gugup. Dia sendiripun tidak tahu, apa yang harus
dipercaya olehnya. Mengingat adanya seorang langganan yang patus dihormati, dia
mengiringi semua kehendak hatinya.
Laki-laki tadi kurang ajar
sekali, bukan?” bertanya lagi Sim Pek Kun.
Be … Betul … Ku … Kurang ajar
sekali.” Pelayan rumah makan tadi sudah dibiasakan untuk mem-beo.
Sim Pek Kun mengelah napas,
katanya lagi:
“Aku muak bertengkar
dengannya.”
“Ng … Ng …” Pelayan rumah
penginapan mengiyakan segala kata-kata tamunya.
Pelayan rumah penginapan bukan
mendukung kebijaksanaan Sim Pek Kun, kewajiban seorang pelayan adalah
menghormat setiap tamu, karena itu, dia mengiringi semua kemauan si nyonya.
Sim Pek Kun salah terima,
anggapnya pelayan itu mendukung dibelakang dirinya. Inilah kebenaran. Kebenaran
dan keadilan berada dibelakang dirinya.
Hatinya terhibur, langkahnya
tepat. Tidak salah.
Biar bagaimana, didalam dunia
ini, masih ada orang yang mendukung dirinya.
Hati Sim Pek Kun terhibur.
Tapi, si pelayan rumah
penginapan yang menyaksikan kemabukan nyonya cantik itu sudah mulai memuncak,
tentu saja tidak berani terlalu dekat, secara diam-diam, dia hendak
menyingkirkan dirinya, kakinya sudah mulai digeser kebelakang. Siap
meninggalkan sang tamu.
Tiba-tiba Sim Pek Kun
membentak:
“Hei, tahukah kau, letak
tempat perkampungan Sim-kee-tjhung?”
Cengar-cengir, pelayan itu
berkata:
“Untuk daerah ini, siapakh
yang tidak tahu letak tempat kampung Sim-kee-tjhung?”
“Kau juga tahu?”
Pelayan itu menganggukkan
kepalanya.
“Kau tahu, siapa aku?” bertanya
lagi nyonya tersebut.
Kini, pelayan tersebut
menggoyangkan kepalanya.
“Baru pertama ini nyonya
bermalam dirumah penginapan kami, lain kali, pasti hamba tahu.”
Setiap orang tentu takut
kepada orang mabuk. Pelayan rumah penginapan itupun tidak terkecuali.
Walaupun Sim Pek Kun seorang
wanita, karena ada perubahan yang nyata pada wajah nyonya ini, siapapun tahu,
bahwa dia telah menenggak arak.
Sang pelayan hendak menjauhkan
diri dari kerewelan-kerewelan, maka dia sudah bergegas-gegas pergi.
Adanya pertanyaan-pertanyaan
Sim Pek Kun memaksa dia membatalkan niatan tadi, dia tidak berani lari begitu
saja, lari berarti mencari penyakit, entah perlakuan apa yang diperbuat oleh
tamu mabuknya.
Sim Pek Kun tertawa puas, dia
berkata:
“Kuberi tahu kepadamu, aku
adalah nona muda dari kampung Sim-kee-tjhung. Bila kau bisa mengantarkan aku
kembali kerumah itu, akan kuberi hadiah yang banyak.”
Pelayan itu tertegun. Dia
mulai memperhatikan sang nyonya cantik jelita.
Sim Pek Kun mendelikkan mata.
“Kau tidak percaya?” dia mulai membentak.
Pelayan itu menjadi ragu-ragu,
dengan bergoyang kepala, dia berkata:
“Nona dari kampung
Sim-kee-tjhung? Ach lebih baik, tidak pergi ketempat itu.”
“Mengapa?” bentak Sim Pek Kun
keras.
“Kampung Sim-kee-tjhung sudah
menjadi rata dengan bumi, sudah terjadi kebakaran yang melanda Sim-kee-tjhung,
terjadi pertempuran-pertempuran berdarah, yang mati dan yang luka tidak
terhitung lagi. Kini, tidak seorangpun yang berada ditempat itu.”
Dunia dirasakan seperti
melekah, Sim Pek Kun bungkam untuk beberapa waktu. Setelah itu, tiba-tiba dia
berteriak:
“Bohong! Bohong! Aku tidak
percaya. Tentunya kau memberi keterangan palsu. Kau sudah makan sogokan orang
tadi.”
Dengan wajah yang dipaksakan
tertawa, pelayan tersebut berkata:
“Hamba tidak berani melakukan
kebohongan, apa lagi kepada seorang tamu, lebih-lebih tidak berani lagi.”
“Kalian tentu sudah bersekongkol lebih dahulu. Sudah tentu dia memberi uang
kepadamu. Maka kau tidak berani menentang kemauannya. Tidak seorangpun dari kalian
yang baik. Semua orang jahat! Semua orang berlaku jahat kepadaku.”
Suara Sim Pek Kun sudah hampir
menangis.
Pelayan itu berkemak-kemik.
“Nona tidak percaya? Hamba
tidak bisa memberi keterangan yang lebih terperinci.”
Sim Pek Kun menelungkupkan kedua
tangannya, dia menangis sesenggukan.
Pelayan rumah penginapan itu
sudah siap pergi, mendengar isak-tangisnya si cantik jelita, dia menghentikan
langkahnya.
Air mata seorang wanita adalah
senjata terampuh bagi kaum lemah itu. Betapa kuatnya seorang laki-laki, dia
akan gugur dibawah tangisan wanita. Sejarah bisa mengajukan seribu bukti,
tentang kebenaran dalil ini.
Pelayan rumah penginapan itu
tidak terkecuali, hatinyapun terbawa oleh arus kasihan.
Dengan menghela napas, dia
berkata:
“Baiklah. Apabila tidak
percaya bahwa kampung Sim-kee-tjhung sudah dilanda oleh api kekacauan, biarlah
hamba antar ketempat tersebut.”
PUTUSAN SIAO CAP-IT-LONG
SIAO CAP-IT-LONG sudah
meninggalkan Sim Pek Kun, dia menenggak arak lagi, terus-menerus menenggak
araknya.
Yang heran, sesudah
berguci-guci arak ditenggak kering, masih juga dia belum mau mabuk.
Hari itu, Siao Cap-it-long
tidak bisa mabuk.
Pada hari-hari terakhir ini,
sudah terjadi perubahan-perubahan yang nyata. Sifat-sifat Siao Cap-it-long
sudah banyak berubah.
Siao Cap-it-long adalah
laki-laki yang jenaka, periang dan tidak mengenal susah.
Hanya dihari-hari inilah
sifatnya berubah, pendiam dan dilingkungan oleh kebingungan-kebingungan.
Sim-kee-tjhung sudah dibakar
orang, seharusnya, dia memberi tahu hal ini.
Tapi, dia tidak memberi tahu
kepada Sim Pek Kun, takut menimbulkan kesedihan yang bertumpuk-tumpuk.
Karena itu, dia dimaki dan
digigit.
Sim Pek Kun salah terima,
menduga kearah yang buruk.
Siao Cap-it-long diusir pergi.
Dengan adanya pelayan rumah
penginapan itu, toh dia akan mengetahui hancurnya Sim-kee-tjhung.
Siao Cap-it-long sedang
membayangkan apa yang menyebabkan perubahan dirinya?
Didalam hati, ia berpikir:
“Mengapa aku tidak berani
memberi tahu pembakaran Sim-kee-tjhung kepadanya? Mengapa harus menutupinya?
Bisa atau tidaknya, dia menerima berita2 buruk itu tergantung dari kekuatan
hati orang, mengapa aku harus banyak pusing?”
Siao Cap-it-long tertawa
dingin, lagi-lagi mengeringkan cawan araknya.
“Kita tidak mempunyai hubungan
keluarga, mengapa harus memikirkan kesulitan-kesulitanmu?” demikian pikiran
kecil si jago berandalan.
Dia mengusir Sim Gie, karena
tidak mungkin orang tua itu datang dengan maksud baik.
Sim-kee-tjhung sudah dibakar
orang, dirusak dan dihancurkan, dengan alasan apa, Sim Gie hendak menjemput
majikan mudanya?
Siao Cap-it-long tidak memberi
keterangan yang lebih jelas dan lebih terperinci, karena itu, Sim Pek Kun salah
paham.
Tujuannya membekukan berita
hancurnya Sim-kee-tjhung adalah menghindari tekanan bathin yang lebih hebat,
derita-derita yang menimpa Sim Pek Kun sudah terlalu banyak, nyonya itu tidak
boleh menerima berita buruk lagi, hal ini bisa membuatnya menjadi gila.
Betulkah Sim Pek Kun bisa
gila?
Siao Cap-it-long tidak akan
membiarkan terjadi kejadian yang seperti itu, maka dia sulit memberi keterangan
yang bisa memuaskan hati si cantik-jelita.
Demikianlah salah paham
diperbesar.
Lagi-lagi Siao Cap-it-long
menenggak arak, pikirnya: “Dia tidak percaya kepadaku. Ach, mengapa aku harus
banyak menyusahkan diri? Apa gunanya aku memikirkan kepentingannya?”
Siao Cap-it-long sudah
mengambil putusan untuk meninggalkan nyonya itu. Maka dia bisa bergerak bebas
kembali.
Pelayan rumah penginapan sudah
membawa kereta, siap mengajak Sim Pek Kun kekampung Sim-kee-tjhung.
Tidak lama kemudian …
Dernyitan roda-roda kereta
seperti menggelinding dipermukaan hati Siao Cap-it-long.
Timbul rasa khawatirnya,
pikirannya lagi:
“Siao-kongcu tidak akan
melepaskannya, dia tentu masih berada disekitar daerah ini. Bila dia tahu bahwa
Sim Pek Kun pergi tanpa pengawalanku, tentu jiwanya terancam.”
Siao Cap-it-long sudah siap
bangkit dari tempat duduknya, dengan maksud mengawal keamanan Sim Pek Kun.
Teringat lagi kepada sikap
nyonya itu, hatinya menjadi dingin, dia membatalkan maksudnya tadi. Dia duduk
kembali.
Katanya didalam hati:
“Sudah kukatakan tidak mau
usil dengan perkaranya. Mengapa harus banyak menyusahkan diri.”
Terbayang kembali wajah Sim
Pek Kun yang merah mabuk itu.
“Aaaaaa … Dia berada didalam
keadaan mabuk, bagaimana dia bisa menjaga diri? Ilmu kepandaian Siao-kongcu
begitu hebat, tipu-tipunya terlalu banyak, mana sanggup dia mempertahankannya?”
Mengetahui bahwa Sim Pek Kun
berada didalam keadaan mabuk, Siao Cap-it-long mengemukakan lain alasan:
“Dia sudah lupa diri. Aku
harus bisa memaafkan kesalahan orang. Apa lagi kesalahannya yang tidak
disengaja. Belum tentu dia tidak percaya kepadaku, dia mengusirku, karena
tekanannya air kata-kata.”
“Baiklah. Sekali lagi
kutolongnya. Mungkin bisa menghindari kesalah-pahaman. Biar dia sadar, bahwa
aku tidak mempunyai tujuan yang jahat.”
“Tapi … Tapi … Dia tidak tahu,
bahwa dia sedang berjalan dengan Siao Cap-it-long, bila saja dia tahu, tentu
terjadi lain perubahan, begitu bencinya kepada nama Siao Cap-it-long, entah apa
yang dilakukan kepadaku?”
“Ach … Jangan memikirkan
sampai ketempat itu. Kau sudah menolongnya dua kali, mengapa tidak mau memberi
pertolongan yang ketiga kalinya? Bisakah aku berpeluk tangan,
bila sampai terjadi, dia
diringkus oleh Siao-kongcu itu?”
Satu guci arak lagi telah
dikeringkan olehnya.
Pikiran Siao Cap-it-long
begitu kusut, hatinya bimbang sekali.
Akhirnya, diapun mengambil
putusan:
“Biar bagaimana, aku harus
menolongnya.”
Dia bangkit, hanya dua kali
enjotan badan, dia menyusul kereta yang membawa Sim Pek Kun kearah kampung
Sim-kee-tjhung.
Bagian 6 Selesai