Anak Harimau Bagian 29

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Harimau Bagian 29

Bagian 29

"Berapa butir kepala sih yang dia miliki?" kata Tok Nio-cu tanpa ragu, "sekalipun kita bersedia melepaskannya, Kiong Tek ciong belum tentu mengampuni jiwanya ?"

Baru selesai ia berkata, tiba-tiba, dari atas dinding benteng terjadi kegaduhan.

"Saat itu mungkin Kiong Tek-ciong telah datang" Lan See-giok segera berbisik dengan mata berkilat.

Betul juga, terdengar suara gemerincing dan nyaring bergema di angkasa, kemudian jembatan gantung itu pelan-pelan diturun-kan, setelah itu pintu gerbang yang berat juga dibuka lebar.

Ke empat orang itu serentak mengalihkan pandangannya ke depan, tampak ada dua tiga puluh orang jago berpakaian ringkas yang menggembol senjata mengiringi si Beru-ang berlengan tunggal Kiong Tek ciong menampakkan diri dari balik pintu.

Beruang berlengan tunggal memiliki pera-wakan tubuh yang tinggi besar, dadanya la-pang dan perutnya gendut, dahinya sempit tapi matanya bulat. jenggot hitam menghiasi dagunya. ia kelihatan sudah berusia enam tujuh puluh tahunan.

Dia masih tetap mengenakan jubah pan-jang, dalam genggaman tangan tunggal nya kelihatan sebuah senjata palu besar, dengan wajah penuh amarah dan langkah lebar dia berjalan menuju ke ujung jembatan.

Bertemu dengan Beruang berlengan tung-gal.

Lan See giok segera teringat kembali betapa sakitnya dia karena ditendang keras-keras dikala berada dalam kuburan tempo hari.

Api amarahnya segera berkobar dan men-yelimuti benaknya tapi ketika teringat akan dendam ayahnya, dia segera merasa bahwa tendangan tersebut masih belum terhitung apa-apa.

Beruang berlengan tunggal menghentikan langkahnya setelah berada lima kaki dihada-pan Lan See giok, sedang puluhan jago yang mengikutinya berdiri teratur di belakangnya. dalam selintas pandangan saja bisa di

ketahui kalau mereka memiliki kedudukan yang berbeda.

Begitu berjumpa dengan si beruang berle-ngan tunggal Tok Nio-cu segera tertawa ri-ngan, kemudian jengeknya: "Wahai pemimpin besar, apakah kau bawa serta penghianat dari Pek-ho cay kami, si harimau berkaki ce-bol?"

Sementara berbicara, sepasang matanya yang genit tiada hentinya bergerak kian ke-mari, seolah-olah sedang mencari jejak si ha-rimau berkaki pendek, tapi seperti juga se-dang mengawasi pihak lawan, apakah ter-da-pat jago-jago yang berilmu tinggi.

Menyaksikan sikap angkuh Tok Nio-cu serta kekurang ajarannya, tanpa terasa Kiong Tek-ciong tertawa dingin, akan te-tapi setelah menjumpai Sik Tay kong dan Cing lian nikou tergeletak di atas lapangan berumput, amarahnya seketika pudar, senyuman dingin pun berubah menjadi senyuman, katanya kemudian:

"Si harimau berkaki cebol dari benteng kalian kini disekap di atas puncak mayat menggeletar, sewaktu nyonya akan pulang nanti dipersilahkan untuk dibawa serta, jika nyonya merasa kurang leluasa. Biar kuutus orang untuk mengirimnya kembali."

Dengan wajah puas Tok Nio-cu manggut-manggut, kembali jengeknya:

"Ehmm, beberapa patah katamu itu masih terhitung perkataan manusia, dengan kedudukanmu sebagai pemimpin besar tiga tebing sembilan puncak dua belas benteng. aku tidak kuatir kau akan mengingkari janji."

Kemudian sambil menuding kearah Lan See giok yang berada di sisinya, ia perkenal-kan:

"Dia adalah putra si peluru perak gurdi emas Lan Tayhiap, Lan See giok!"

Beruang berlengan tunggal mengerutkan dahinya kemudian mendengus dingin, tegurnya sambil menatap wajah pemuda itu lekat-lekat. "Selama ini antara aku dengan Lan Khong-tay tidak mempunyai hubungan apa-apa, bahkan mengenal pun tidak, ada urusan apa kau hendak mencari aku?"

Gusar sekali Lan See giok oleh perkataan itu, sambil mengebaskan ujung bajunya dia melompat dua kaki ke depan, kemudian sambil menuding Kiong Tek ciong, serunya. dengan amarah.

"Kiong Tek ciong, setahun berselang kalian lima manusia cacad dari tiga telaga telah bersekongkol untuk membunuh ayahku dalam kuburan kuno . . . "

"Hei kau jangan mempercayai fitnahan keji dari Gui Pak ciang si anjing bangkotan itu"" Beruang berlengan tunggal meraung pula dengan penuh amarah, "dalam peristiwa tersebut, aku sendiripun kena dikecohi habis habisan!"



Kembali Lan See giok tertawa dingin.

"Hmm, kalau tidak tahu, mengapa kau memasuki kuburan kuno pada malam itu serta menggeledah mendiang ayahku . . . "

Berubah wajah Kiong Tek ciong oleh per-kataan tersebut, tapi ia segera berseru lagi penuh amarah.

"Sudah pasti semua cerita ini hasil ngaco belo dari Gui Pak ciang si anjing bangkotan itu, siapa bilang aku pernah memasuki ku-buran kuno."

""Kiong Tek ciong!" Lan See giok segera mendongakkan kepalanya sambil tertawa seram. "aku tahu kau punya rencana mem-bunuh mendiang ayahku, diam-diam mem-buka pintu rahasia tapi kemudian berlagak pilon, kalau begitu musuh besar pembunuh ayahku tak salah lagi adalah engkau..

Sewaktu mengutarakan kata-kata itu, sepasang matanya memancarkan cahaya tajam wajahnya yang tampan penuh dilapisi hawa napsu membunuh, dengan cepat ta-ngan kanannya meraba ke pinggang dan me-lepaskan senjata gurdi emasnya, kemudian pelan-pelan mendesak ke muka.

"Kau harus tahu" kembali serunya sambil menggertak gigi?, "si bocah yang semaput di atas lantai dan kemudian kau tendang keras-keras itu tak lain adalah aku sendiri, apakah kau masih ingin berlagak pilon lagi?"

Melihat senjata gurdi emas yang berada di tangan Lan See-giok, Kiong Tek-ciong segera teringat kembali akan diri Lan Khong-tay, semua rasa dendam dan marah yang terpen-dam dalam hatinya selama banyak tahun segera dimuntahkan ke luar.

Tak tahan lagi ia mendongakkan kepala nya dan tertawa terbahak bahak, suaranya mengerikan sekali.

"Haaahhh...haaahhh.. haaahhh... bagus, bagus sekali, sudah sepuluh tahun kukuntit Lan Khong-tay, sayang selama ini belum per-nah berjodoh untuk menjajal kelihaian sen-jata gurdi emasnya, baiklah, dari tanganmu si bocah keparat, hari ini juga ingin kucoba sampai di mana sih kehebatan dari per-mainan gurdi emas itu,`

Kemudian setelah merentangkan senjata palu bajanya di depan dada, ia berkata lagi dengan angkuh.

"Bocah keparat. bila kau, memang berilmu, silahkan digunakan semua, aku tak bakal melukai dirimu"

Lan See giok tertawa angkuh, ia balas ber-seru dengan gemas:

"Jangan lagi kau Kiong Tek-ciong seorang belum merupakan tandingan siauya mu, biar kedua belas orang caycu, dari Tay ang san mu turun tangan bersamamupun, siauya tak bakal akan gentar."

Baru selesai perkataan tersebut diutarakan dari antara puluhan orang jago itu segera terdengar seseorang membentak gusar.

"Pemimpin besar, harap berhenti dulu, biar hamba yang menjumpai dulu si bocah teke-bur tersebut""

Ditengah bentakan gusar sesosok baya-ngan manusia muncul dari balik barisan...

Dengan cepat Lan See giok mengamati orang itu, ternyata dia adalah seorang lelaki kekar bercambang lebat, bermata besar dan membawa senjata toya baja yang berat sekali.

Kiong Tek ciong berpaling dan memandang sekejap ke arah lelaki kekar itu, kemudian pesannya.

"Tan tongcu, kau mesti berhati hati!"

Dari sebutan "Tongcu", Lan See giok segera tahu kalau ilmu silat yang dimiliki orang ini masih setingkat lebih tinggi dari pada kedua belas orang caycu tersebut.

Belum habis dia berpikir, tiba-tiba ter-de-ngar.

Tok Nio-cu berkata dengan suara dalam.



"Adik Giok orang ini adalah salah satu di-antara tiga tongcu yang berkuasa di luar bukit Tay ang san, orang menyebutnya seba-gai si toya baja pengusir gunung Tan Siu- lim.....

Sebelum Tok Nio-cu menyelesaikan pe-rka-taannya, Tan tongcu lelaki berpakaian hitam itu sudah tiba satu kaki di hadapan Lan See-giok, bahkan berteriak sambil menggigit bibir.

"Betul, toaya mu adalah si toya baja pe-ngusir bukit Tan Siu-lim.. !"

Ditengah bentakan, tubuhnya menerjang maju ke muka. toya baja-nya dengan gurus bukit Tay san menindih kepala, menyambar ke atas ubun-ubun Lan See-giok dengan di-sertai desingan angin tajam.

Lan See giok tertawa dingin lalu mende-ngus penuh penghinaan, dia menunggu sam-pai serangan itu mendekati kepala-nya, ke-mudian baru mengigos ke samping dengan cepat.

Toya baja itu segera meluncur dari sisi ba-junya menyambar permukaan tanah, rerum-putan pun beterbangan memercik ke mana-mana.

Peristiwa yang berlangsung baru-baru ini memang luar biasa mendebarkan hati, tanpa terasa semua orang yang hadir sama-sama menjerit kaget, bahkan Oh Li cu sempat menangis.

Tangisan Oh Li cu ini segera memancing pula perhatian dari Si Cay soat, gadis itu merasakan hatinya tergerak dan seakan baru memahami akan sesuatu hal, namun dia hanya mengerling sekejap, kemudian melan-jutkan perhatiannya ke arena.

Sementara itu si toya baja pengusir bukit Tan Siu lim sedang berteriak kaget sambil mundur ke belakang. dengan wajah pucat pias teriaknya gusar.

"Bocah keparat, mengapa tidak kau sam-but seranganku tadi?"

Lan See giok memang bermaksud menak-lukkan hati musuh musuhnya dengan menampilkan ilmu silat yang luar biasa, se-bab bila sampai terjadi pertarungan massal, sudah pasti posisinya tak akan menguntung-kan pihaknya, itulah sebabnya dia ingin membekuk musuhnya saja tanpa mencede-rainya.

Maka setelah tertawa dingin, katanya ke-mudian dengan nada menghina.

"Selama ini, aku hanya tahu bertarung melawan orang-orang yang berilmu silat tinggi. aku tak pernah sudi beradu kekuatan dengan manusia bertenaga kerbau macam kau!"

Bisa dibayangkan betapa gusarnbya Tan Siu lim.j saking gemasnyga dia sampai bebr-kaok kaok berulang kali, jeritnya setengah meng-gembor. "Bocah tekebur, kau benar--benar membuat aku ingin muntah darah karena gusarnya- "

Ditengah teriakan tersebut, sekali lagi ia menerjang ke muka, toyanya di angkat tinggi sementara, segenap tenaga dalam yang dimi-likinya dihimpun menjadi satu untuk menghantam tubuh lawannya

Sistim pertarungan macam orang gila seperti itu hakekatnya merupakan suatu per-tarungan antara mati dan hidup, saking ka-getnya semua orang menjadi gempar.

Tanpa sadar Tok Nio-cu berteriak pula:

"Adik Giok, kau harus berhati hati..."

Lan See giok tertawa dingin, sementara itu tenaga Hud kong sinkang telah dihimpun ke dalam tubuhnya.

Ketika serangan toya menyambar datang, ia membentak pula keras-keras.

"Enyah kau, dari sini...,"

Gurdi emasnya diayunkan ke muka. tam-pak cahaya tajam berkelebat lewat. percikan bunga api memancar ke empat penjuru.

Diiringi jeritan aneh dari Tan Siu-lim, toya bajanya mencelat ke tengah udara den me-luncur jauh ke belakang, sementara tubuh nya yang kekar terperosok ke depan...

Suatu bentakan merdu bergema lagi, ba-yanganpun berkelebat, dengan suatu gerakan kilat Tok Nio-cu telah menotok jalan darah Tan Siu-lim"

Tak ampun lagi si toya baja pengusir bukit Tan Siu-lim roboh terjengkang ke atas tanah, sementara tangannya berdarah akibat dari bentrokan tadi.

Suasana di dalam arena waktu itu terasa hening den sepi sekali, hampir semua orang yang hadir terbelalak matanya dengan mulut melongo saking kagetnya, paras muka mereka pucat pias, sorot matanya yang me-mancar kan sinar terkejut ditujukan kearah pemuda tersebut, nyatanya tak seorang manusiapun yang berani bersuara.

Kiong Tek-ciong sendiri sampai gemetar seluruh tubuhnya, wajahnya pucat pasi, saking terkejutnya diapun tak tahu apa yang mesti dilakukan.

Mimpipun tak disangka kalau habsil laporan rahjasia dari si hagrimau berkaki cbebol terse-but menunjukkan bahwa kenyataan jauh le-bih hebat daripada apa yang diduganya se-mula.

Sementara itu Oh Li cu sudah diliputi oleh hawa napsu membunuh, terutama sekali bila ia teringat kembali bagaimana dia hampir jatuh pingsan karena terkejut melihat Tan siu lim hendak menghajar adik Giok nya tadi, dengan pedang terhunus dia segera maju ke muka siap menghabisi nyawa Tan Siu lim.

Tok Nio-cu yang menyaksikan hal tersebut cepat-cepat menghalangi niatnya, .

"Adikku, jangan kau bunuh orang itu, Tan Siu lim adalah seorang manusia yang gagah dan jujur, ia tak pernah melakukan keja-hatan dalam kehidupannya sehari hari."

Dengan perasaan kagum Lan See giok segera berpaling dan melihat sekejap ke arah Tok Nio-cu setelah mendengar ucapan terse-but, Si Cay soat juga berperasaan sama, dia menganggap meskipun Tok Nio-cu orangnya kejam dan tak berperasaan, namun dalam keadaan seperti ini, ia selalu dapat menun-jukkan sikap yang sangat mengagumkan.

Oh Li-cu segera manggut-manggut sambil mengundurkan diri, seperti juga Lan See -giok Si Cay-soat, dalam hati kecilnya telah menaruh perasaan kagum terhadap encinya yang termasyhur sebagai perempuan beracun itu.

Tapi mereka semua tak ada yang men-yangka bahwa kesemuanya itu bisa terjadi karena perasaan menyesal dan malu yang tumbuh di hati kecil Tok Nio-cu setelah per-buatannya memotong tali semalam, serta melihat keadaan Oh Li-cu yang menangis tersedu itu.

Ditambah pula ia ditolong Lan See-giok ketika tertawan pagi tadi, kesemuanya itu membuat perasaannya dan sikapnya ikut berubah menjadi lebih lurus walau tanpa disadari olehnya.

Sementara itu, Kiong Tek-ciong beserta puluhan orang jagonya turut merasa ter-haru oleh ucapan Tok Nio-cu tersebut, namun mereka tidak yakin kalau orang jahat dapat berkata begitu. Paling tidak mereka tidak percaya kalau perkataan tadi diutarakan Tok Nio-cu dari hati sanu-barinya.

Tatkala Lan See giok melihat taktik yang mereka pergunakan telah mendatang-kan ha-sil, maka sambil mengawasri kawanan jago zyang tertegun kwarena terkejut rserta Kiong Tek ciong yang masih berdiri melongo. ia mem-bentak keras:

"Beruang berlengan tunggal, mengapa kau belum juga menampilkan diri untuk mene-rima kematian?"

Kiong Tek ciong gusar sekali mendengar bentakan ini, dia mendongakkan kepalanya kemudian tertawa terbahak bahak:

"Haah . . . . haah . . . . haaahhh . . .

bocah keparat she Lan, biarpun aku sudah berusia lanjut, selama hidup belum pernah berbicara bohong, tentang siapa yang telah membunuh ayahmu, sampai sekarang saja aku sendiri masih sangsi, bagaimana pun tidak seharusnya kau percayai perkataan se-pihak dari Gui Pak ciang si anjing bangkotan tersebut dengan menuduh aku sebagai pela-kunya."

Lan See giok menjadi tertegun, tanpa terasa ia teringat kembali dengan si iblis bermuka hijau Toan Ki-tin, di samping itu diapun terbayang kembali bagaimana Kiong Tek- ciong melarikan diri terbirit birit melalui lorong rahasia baru.

Membayangkan kesemuanya itu, alis mata nya kembali berkernyit, hawa napsu mem-bunuh menyelimuti wajahnya, sambil tertawa dingin pelan-pelan ia mendesak maju ke muka:

Sebagai pemimpin besar dari dua belas benteng, apalagi berada dihadapan anak buahnya yang begini banyak. sudah barang tentu Beruang berlengan tunggal Kiong Tek ciong tak bisa menunjukkan sikap pengecut nya.

Melihat Lan See giok maju mendekatinya dengan hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya, ia sadar bahwa kematian semakin mendekatinya hari ini.

Tapi ia tidak menyesal walaupun harus mati, cuma dia sendiripun hingga kini masih menaruh curiga, sebetulnya si peluru perak gurdi emas Lan Khong-tay telah mati dita-ngan siapa, terutama sekali ia membenci kepada Gui pak-ciang yang telah mendatang-kan musibah baginya.

BAB 23

AKHIRNYA dengan kening berkerut sekali lagi dia tertawa terbahak bahak. kemudian ujarnya dengan menggertak gigi.



"Bocah keparat, jangan kau anggap dengan memiliki kepandaian silat yang tangguh maka kau boleh bertindak sewenang-wenang. rupanya kau memang khusus mencari gara-gara disini, apakah Gui Pak ciang si anjing bangkotan itu yang memerintahkanmu ke-mari ......"

Belum selesai perkataan itu diutarakan dengan kening berkerut mendadak Tok Nio-cu membentak keras.

"Adik Giok, harap berhenti dulu!"

Menyusul kemudian dia melompat ke muka dan berdiri berjajar di sisi anak muda tersebut.

Pada hakekatnya, Lan See giok sendiripun mulai merasakan bahwa peristiwa berdarah itu penuh dengan liku-liku yang misterius, justru karena hal ini dia tak berani menyim-pulkan siapa gerangan manusia yang telah menghabisi jiwa ayahnya.

Bila ia tinjau dari sikap gusar dari Beruang berlengan tunggal Kiong Tek-ciong saat ini, segera terasa olehnya bahwa orang ini bukan pembunuh yang sebetulnya, bisa jadi diapun mempunyai sesuatu alasan tertentu. `

Maka sewaktu ia dicegah oleh Tok Nio-cu, kemudian perempuan itu menghampirinya, dengan sorot mata penuh tanda tanya ia mengawasi Tok Nio-cu.

Tok Nio-cu segera membuat gerakan agar Lan See giok menunggu sebentar, kemudian kepada Kiong Tek ciong yang masih diliputi kegusaran, ia menegur:

"Hei. anjing tua berlengan tunggal, beru-lang kali kau mengumpat Gui loya kami se-bagai pemfitnah, kalau toh Lan tayhiap bu-kan tewas di tanganmu, mengapa kau tidak mencoba untuk mengutarakan bukti dan ala-san yang jelas bahwa pembunuhan tersebut bukan hasil perbuatanmu?"

Kiong Tek ciong tertegun, tapi diapun segera dibuat sadar oleh teguran itu, walau-pun begini ia toh tetap berkeras kepala.

"Ditengah malam buta kalian sudah me-nyerbu gunungku, melepaskan api, mem-bunuh orang. bukan lagi " memegang pera-turan dunia persilatan, tidak memberi ke-sempat-an. kepada orang untuk berbicara--"

Tok Nio-cu tertawa dingin, sebelum perka-taan lawan selesai diutarakan. ia telah ber-kata lagi dengan suara dalam.

"Lebih babik cepat-cepat jtutup mulutmu igtu, kau tak usabh membonceng dari soal cengli. Pokoknya, bila kau tidak memberi penjelasan yang memuaskan untuk Lan siauhiap pada hari iri, kami bukan cuma membakar dan membunuh saja--"

"Sudah membakar dan membunuh, kalian belum juga puas. Apalagi yang hendak kalian lakukan?" teriak Kiong Tek ciong marah.

"Apalagi? Tentu saja akan mengobrak abrik sarangmu kemudian mencabut selembar jiwa tuamu!"

Kiong Tek ciong semakin tertegun, ia sama sekali tidak menganggap ancaman dari Tok Nio-cu tersebut sebagai perkataan anak kecil, sebab bila perempuan tersebut benar-benar dibuat sampai marah, apa yang telah diucap-kan benar-benar bisa dilakukan.

Kalau cuma Tok Nio-cu seorang memang tak perlu dirisaukan, tapi di situ masih hadir Lan See-giok serta nona berbaju merah yang nampak memiliki ilmu silat yang begitu he-bat..

Membayangkan sampai ke situ, sambil tertawa dingin ia lamas berkata.

"Bila menyelesaikan pekerjaan tanpa aturan, menganiaya orang dengan mengan-dalkan kemampuan, biarpun kalian berhasil mengobrak abrik Tay ang san ku ini, terhi-tung enghiong macam apa pula kalian ini?"

Melihat cara berbicara Kiong Tek-ciong yang mengenaskan, Lan See-gook menjadi tidak tega, dia segera menimbrung.

"Waktu bagiku berharga sekali, lagi pula akupun tidak berniat berdiam kelewat lama disini, kalau toh pembunuh ayahku bukan kau lantas siapakah dia?"

Kiong Tek ciong menjadi sangat gembira karena mendengar Lan See-giok tidak berniat berdiam kelewat lama di situ, malah kalau bisa dia berharap pemuda itu beranjak pergi secepatnya, namun kenyataannya dia me-mang tidak mengetahui siapa pembunuh Lan Khong-tay yang sebenarnya.

Maka dengan wajah serba salah dia segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

Aku benar-benar tak tahu siapakah yang telah membunuh Lan tayhiap !"

Ditinjau dari mimik wajah lawan, Lan See giok dapat merasakan bahwa Kiong Tek ciong tidak berbohong, tapi ia toh menegurb kem-bali.

"Lajntas bagaimana gmungkin kau bisba mengetahui kalau mendiang ayahku berdiam di dalam kuburan Leng ong bong?"

Tanpa ragu Kiong Tek ciong menjawab.

"Pada mulanya aku sama sekali tidak me-ngetahui akan peristiwa tersebut, hingga aku tiba dalam kuburan dan melihat Lan tayhiap tergeletak di antara genangan darah. aku baru mengerti rencana apakah yang sebenar-nya dirundingkan oleh Toan Ki tin dan Si Yu gi pada siang harinya!"

Pedih hati Lan See giok mendengar hal itu, rupanya Toan Ki tin yang telah membunuh ayahnya . . .

Namun tak tahan dia toh bertanya juga "Yang kau maksudkan adalah si setan ber-mata tunggal dan Makhluk bertanduk tung-gal . ?"

Ketika mengucapkan perkataan tersebut tubuhnya gemetar keras, air matanya mengembang di mata, rasa pedih da1am hati-nya membuat ia tak sanggup bertanya lebih jauh.

Si Cay soat dan Oh Li cu segera maju menghampiri anak muda itu dan berdiri, di belakangnya dengan penuh rasa kuatir.

Memandang kesedihan yang mencekam pemuda itu, tanpa terasa Kiong Tek ciong ikut mengangguk:

"Yaa, benar, memang kedua orang itu!"

Dari pembicaraan mana, Tok Nio-cu segera menyimpulkan bahwa dibalik kesemuanya ini pasti terdapat alasan lain, maka setelah me-mandang sekejap ke arah Lan See giok yang sedih, ia segera menimbrung,

"Pemimpin besar Kiong, kalau memang kejadian ini disaksikan olehmu sendiri. harap kau memberi keterangan kepada Lan siau-hiap. dengan begitu juga dapat membersih-kan dirimu dari sangkaan jelek. Bagaimana sih ceritanya sampai kau bertemu dengan Si Yu gi dan Toan Ki tin? Apa saja yang mereka rencanakan? Dan bagaimana pula caranya turun tangan terhadap Lan tayhiap?"

Kiong Tek ciong sangat berharap Lan See giok sekalian dapat selekasnya turun gunung, tapi ia pun ingin menyelamatkan jiwa ke tiga orang caycu nya. maka kepada Tok Nio-cu diapun berkata:

"Tidak sulit birla kalian menghzendaki aku bercwerita, namun ker tiga orang yang kalian tawan harus dibebaskan dulu"

"Boleh. aku akan mewakili adik Giok untuk mengambil keputusan" Tok Nio-cu mengang-guk tanpa ragu.

Lalu kepada Oh Li cu, ia menambahkan.

"Adikku, coba kau bebaskan jalan darah mereka bertiga!"

Oh Li cu mengiakan sambil mengangguk kemudian beranjak pergi.

Lan Se giok tahu bahwa 0h Li cu tak akan dapat membebaskan Sik Tay kong dan Cing lian nikou dari pengaruh totokan.., dia segera memberi tanda kepada Si Cay soat agar me-ngikutinya.

Si Cay soat mengangguk dan melayang ke muka, biarpun ia bergerak lebih terlambat namun justru tiba lebih duluan dari pada Oh Li-cu..."

Demonstrasi ilmu meringankan tubuh se-macam ini bukan saja membuat Kiong Tek ciong dan puluhan jago lainnya merasa terkejut. bahkan Oh Li cu serta Tok Nio-cu sendiripun dibikin tertegun"

Si Cay--oat langsung turun tangan mem-bebaskan Sik Tay-kong dan Cing-lian nikou dari pengaruh totokan, sebaliknya membiar-kan Tan Siu-lim ditangani oleh Oh Li-cu.

Tak sedikit diantara kawanan jago yang hadir segera mendapat tahu bahwa Sik Tai kong dan Cing lian nikou sesungguhnya telah ditotok orang dengan totokan gerakan ilmu menotok khusus.

Sik Tay-kong. Tan Siu-lim serta Cing lian nikou serentak melompat bangun, dengan wajah tersipu sipu malu kembali ke barisan di belakang Kiong Tek ciong, setelah itulah Tok Nio-cu baru berkata:

"Nah pemimpin besar, sekarang giliran mu yang harus bercerita tentang pengalaman mu selama di kuburan Leng ong bong!"

Karena orang orangnya sudah dibebaskan semua, dengan tulus Kiong Tek ciong ber-kata:



"Panjang sekali kisah ini untuk diceritakan, terpaksa aku akan mengatakan secara garis besarnya saja..".

Memang paling baik begitu." Tok Nio-cu segera menukas, sebab Lan siauhiap me-mang tak mempunyai banyak waktu untuk mendengarkan obrolanmu!"

Agaknya Kiong Tek ciong cukup me-ngeta-hui tabiat dari Tok Nio-cu, ia tidak menjadi gusar oleh perkataan itu. sesudah termenung sejenak, ujarnya kemudian:

"Malam itu aku sedang duduk beristirahat di dalam hutan lima li di sebelah utara Leng ong bong. lebih kurang seperminuman teh kemudian, tiba-tiba dari luar hutan berku-mandang suara ujung baju yang terhembus angin.

"Tergerak hatiku waktu itu, serta-merta aku menyembunyikan diri dibalik pohon be-sar untuk mengintip apa gerangan yang ter-jadi, saat itulah dari tepi hutan muncul dua sosok bayangan manusia, yang satu tinggi yang lain pendek.

"Oleh karena dalam hutan itu sangat gelap ditambah lagi gerakan tubuh kedua orang itu amat cepat, maka sulit bagiku untuk melihat jelas wajah mereka.

"Sebagaimana diketahui. dari laporan mata-mata, kami lima manusia cacad men-dapat kabar kalau jejak Hu-yong siancu telah diketahui muncul di sebelah barat dekat te-laga Phoa-yang-oh, hatiku menjadi girang setelah melihat munculnya kedua sosok ba-yangan manusia tadi, sebab menurut dugaanku mereka tentulah si peluru perak gurdi emas Lan tayhiap serta Hu-yong siancu...".

LAN SEE GIOK segera berkerut kening ia tidak habis mengerti mengapa orang persila-tan selalu menggabungkan ayah dengan bibi Wan, tapi ia yakin diantara ayahnya dengan bibi Wan tentu pernah terjalin hubungan as-mara yang menggemparkan seluruh dunia persilatan---

Sementara dia masih berpikir, terdengar Kiong Tek ciong melanjutkan kembali kata katanya.

"--.tapi setelah kuamati lebih seksama ternyata mereka adalah Si Yu gi serta Toan Ki tin. waktu itu aku tidak menegur mereka se-bab gerak gerik mereka berdua amat mencu-rigakan, maka akupun berusaha tidak me-nimbulkan sedikit suarapun.

"Mereka berdua berdiri cukup lama di sisi hutan sambil mengawasi hutan itu dengan seksama, kemudian mereka berbisik bisikb seperti lagi mjerundingkan sesguatu, hal ini mbembuat aku makin bertambah curiga lagi. Biarpun berada di tempat yang terpencil, mereka masih bersikap amat berhati-hati dan rahasia, hal tersebut membuktikan kalau masalahnya tidak sederhana.

"Kalau pada mulanya aku sudah enggan menampakkan diri, saat ini aku semakin tak berani muncul dari tempat persembunyian, karena dengan kemampuan yang kumiliki, mendingan kalau cuma menghadapi Toan Ki-tin seorang, bila harus menghadapi dua orang, sudah pasti pihakku yang bakal menderita kerugian.

Setelah berunding beberapa saat, si Mak-hluk bertanduk tunggal Si Yu gi pun berjong-kok dan membuat sebuah lukisan peta di atas tanah. dari sikap mereka ini, akupun menjadi paham. sudah pasti Si Yu-gi telah berhasil menemukan tempat tinggal Hu-yong siancu.

Setelah memperoleh penjelasan yang pan-jang lebar dari Si Yu gi, si mata tunggal Toan Ki tin nampak mengangguk berulang kali se-olah-olah memahami sesuatu, mereka berdua pun melanjutkan perjalanan lagi meninggal-kan hutan dan menuju kearah selatan."

"Kalau ditinjau dari pembicaraan pe-mimpin besar. rupanya kau tidak berhasil menyadap apa yang mereka bicarakan waktu itu?" tiba-tiba Tok Nio-cu menyela dengan kening ber-kerut.

Tanpa ragu Kiong Tek ciong segera meng-gelengkan kepalanya berulang kali.

"Tidak. berhubung jaraknya terlalu jauh, -Begitulah, kutunggu sampai mereka ke luar dari hutan kemudian baru melompat turun dari atas pohon dan cepat-cepat mendekati tempat dimana mereka berbicara tadi, pada permukaan tanah banyak kujumpai ling-karan-lingkaran.

"Karena tidak kupahami apa maksudnya, lagi pula takut kehilangan jejak Toan Ki tin dan Si Yu gi, maka sembari menduga duga apa arti dari lingkaran-lingkaran ter-sebut, kususul mereka ke arah selatan.

"Waktu itu langit diliputi awan tebal, sua-sana gelap gulita, bayangan tubuh dari Toan Ki-tin serta Si Yu-gi sudah tidak nampak lagi. kejadian mana membuat hati -sangat gelisah sehingga tanpa terasa mempercepat perja-lanan.. ,"

Tergerak hati Lan See-giok setelah mendengar sampai disini, menurut penu-turan dari Pek ho caycu, si toya baja berkaki tunggal Gui Pak-ciang, ketika ia sedang me-nguntit seseorang, mendadak di utara kubu-ran Lenbg- ong bong dijjumpai ada sesosgok ba-yangan mabnusia sedang bergerak ke selatan, kalau begitu orang tersebut bisa jadi adalah Kiong Tek- ciong.

Tapi siapa pula orang yang dijumpai per-tama kali tadi? Mengapa ia tidak bersua de-ngan Toan Ki-tin serta Si Yu gi?

Sementara dia masih berpikir, terdengar Kiong Tek ciong melanjutkan kembali kata katanya:

" .....setelah maju lagi lima enam li, ku-jumpai sebuah hutan pohon siong yang lebat, aku tak berani memasukinya secara gegabah, karena itu setelah kuamati sejenak, dapat diketahui di situ merupakan sebuah kom-pleks tanah pekuburan yang luas-

"Baru saat itulah aku mengerti. rupanya lingkaran-lingkaran yang di buat Si Yu-gi di atas tanah digunakan sebagai pertanda se-buah kuburan besar" maka aku pun lantas menyimpulkan kalau Si Yu gi sekalian telah masuk ke dalam kuburan.

"Dengan mengerahkan tenaga dalam yang kumiliki untuk melindungi badan, selangkah demi selangkah kuteruskan perjalanan ke depan.

"Apa yang semula kuduga ternyata me-mang benar, sesudah melewati beberapa buah kuburan besar, akhirnya dari sebuah kuburan raksasa yang berada tak jauh dariku kujumpai ada pintu yang terbuka.

"Dalam keadaan penuh kewaspadaan aku pun memasuki pintu kuburan itu, tak jauh kemudian, di bawah cahaya lentera kujumpai Lan tayhiap telah terkapar di atas genang-an darah.:.

Air mata tak bisa, dibendung lagi dari mata Lan See giok, ia merasa sedih sekali, apa yang kemudian terjadi telah dialami sendiri olehnya, tentu saja diapun tak usah mende-ngarkan penuturan dari Kiong Tek ciong lagi.

Walaupun demikian, ia masih mencurigai Kiong Tek ciong. mengapa ia bisa kabur me-lewati pintu rahasia yang baru dibuat itu? Sambil menahan rasa pedih di dalam hati. segera tegurnya dengan suara datar:

"Sewaktu Pek ho caycu Gui Pak ciang me-nemukan tempat persembunyianmu dan melakukan sergapan, mengapa kau justru melarikan diri melalui pintu yang baru dibuat?"

Sambil menggelengkan kepalanya Kiong Tek ciong menghela napas panjang,

"Aai, peristiwar itu hanya terjzadi secara ke-bwetulan saja, parda hakekatnya aku tidak tahu kalau dalam kuburan masih terdapat lorong yang baru digali. Berhubung Gui Pak ciang mendesakku terus menerus. terpaksa aku hanya bisa melarikan diri secara mem-buta, hingga tiba di luar kuburan aku masih tak tahu kalau lorong yang ku lalui adalah lorong yang baru digali, Begitulah, aku dan Gui tua berkejar-kejaran sampai dua hari lamanya, sampai aku masuki Leng-ong- bong untuk kedua kalinya, baru kuketahui jika lorong tersebut merupakan lorong yang baru digali."

Saat ini, Lan See-giok sudah mulai merasakan bahwa "air makin surut, batuan pun makin terlihat" namun dia masih tetap mencurigai si setan bengis bermata tunggal Toan Ki-tin sebagai pembunuh ayahnya, ter-utama setelah mendengar penuturan dari Kiong Tek-ciong, dia semakin yakin kalau apa yang diduga memang benar.

Namun dia toh tak tahan bertanya lagi:

"Menurut penuturanmu barusan, jadi pembunuh ayahku sudah pasti adalah Toan Ki tin serta Si Yu gi?"

Kiong Tek ciong mengerutkan dahinya ra-pat-rapat dia termenung sebentar kemudian baru menjawab:

"Aku tak berani memastikan, akupun tak ingin menuduh orang lain secara tidak- tidak!"

Dengan kening berkerut Tok Nio-cu segera tertawa dingin, tegurnya:

"Jadi kau hendak mengatakan bahwa suamiku sengaja memfitnah dirimu?!"

Tampaknya Kiong Tek-ciong kuatir kalau masalah tersebut berkembang menjadi sema-kin besar, cepat-cepat dia menyangkal:

"Aku sama sekali tidak bermaksud demikian, cuma saja berhubung aku tidak melihat dengan mata kepala sendiri siapa yang telah membunuh si peluru perak gurdi emas Lan tayhiap, maka aku tak berani me-mastikan"

Berkilat sepasang mata Tok Nio-cu, tiba-tiba ia menegur dengan marah:



"Sewaktu Si Yu-gi dan Toan Ki-tin be-runding di dalam hutan, apakah tuan melihat kejadian tersebut dengan mata kepala sendiri?"

"Tentu saja. .." dengan wajah amat tak se-dap dipandang namun diliputi perasaan ta-kut, Kiong Tek ciong mengangguk.

Tok Nio-cu segera menegur lebih jauh.

"Seandainya sekarang juga Lan siauhiap berangkat ke telaga Tong ting untuk mencari Toan Ki tin dan membalas dendam, lalu menunjukkan bahwa kau lah yang me-lihat, dengan mata kepala sendiri, dia serta Si Yu-gi memasuki kuburan Leng ong bong, apakah Toan Ki tin juga akan mengumpat mu seba-gai memfitnah dirinya?"

Merah padam selembar wajah Kiong Tek-ciong, bibirnya bergerak keras sampai lama sekali dia baru bisa berkata:

"Kenyataannya memang demikian, sekali pun Toan tua hadir disinipun aku tetap akan berbicara dengan sejujurnya!"

Tok Nio-cu sama sekali tak mau mengalah, sambil tertawa dingin ia berkata lebih jauh:

"Kalau toh kenyataannya demikian, me-ngapa suamiku tidak diperkenankan untuk bercerita bahwa kau melewati lorong yang baru digali sewaktu melarikan diri? Apalagi kaupun jangan lupa, kau adalah orang yang telah menggeledah Lan siauhiap serta me-nendangnya keras-keras."

Berubah hebat paras muka Kiong Tek ciong sesudah mendengar perkataan itu un-tuk beberapa saat dia terbungkam dalam seribu bahasa, sementara peluh dingin jatuh bercucuran, sorot matanya yang memancar-kan kegelisahan mengawasi diri See giok, kemudian melotot penuh kebencian ke arah Tok Nio-cu.

Ia betul-betul kuatir jika kata-kata terakhir dari perempuan itu akan menimbulkan kem-bali amarah dari sang pemuda, bila Lan See giok sampai memanfaatkan kesempatan itu untuk membuat perhitungan dengannya, su-dah pasti dia akan mendapat malu besar

Tidak heran kalau rasa bencinya terhadap Tok Nio-cu menjadi jadi ....

Sementara itu suasana dalam arena men-jadi amat sepi, puluhan jago yang berdiri di belakang Kiong Tek ciong pun tetap mem-bungkam diri, meski mereka bisa menang-kap sedikit permasalahannya namun belum bibsa meraba secarja pasti apa gergangan yang telabh terjadi.

Si Cay soat dan Oh Li cu yang meski me-ngetahui duduknya masalah, sekarang ikut dibuat kebingungan, mereka tak mengira kalau dibalik kesemuanya itu masih terdapat banyak masalah yang lebih rumit, Tok Nio-cu juga semakin tidak mengerti.

Akan tetapi dia tidak mencoba untuk men-cari keterangan. sebab tujuannya sekarang adalah memanfaatkan kesempatan untuk mencuci bersih Pek-hoo caycu Gui Pak-ciang dari kecurigaan, daripada kedua belah pihak sampai terlibat dalam bentrokan kekerasan.

Setelah ia bikin Kiong Tek ciong ter-bung-kam, tentu saja perempuan itu tak ingin mendesak orang lebih jauh, kepada Lan See giok yang masih termenung tanya nya ke-mudian lembut:

"Adik Giok, apakah kau masih ada per-so-alan lain yang perlu ditanyakan?"

Waktu itu Lan See giok sedang dihadap-kan dua masalah yang memusingkan kepala nya. ke satu, dia harus selekasnya pulang ke Phoa yang oh untuk bersua dengan si Naga Sakti pembalik sungai, maka ke dua dia mesti ke telaga Tong ting untuk menuntut balas kepada Toan Ki tin...

Ketika mendengar pertanyaan tersebut, ce-pat-cepat dia memusatkan pikirannya kem-bali seraya menjawab.

"Aku sudah tak ada urusan yang perlu ditanyakan lagi!"

Kemudian sambil menjura kearah Kiong Tek ciong, katanya dengan ramah.

"Untuk semua penjelasan dan keterangan yang anda berikan, kuhaturkan banyak teri-ma kasih, maafkan kami bila kehadiran kami semua dimalam ini telah mengusik ketena-ngan kalian, nah aku hendak mohon diri le-bih dahulu"

Kiong Tek ciong tertegun, dia sama sekali tak menyangka kalau Lan See giok sebagai seorang pemuda yang masih muda usia ter-nyata bisa bersikap besar jiwa terhadap orang. biarpun ilmu silatnya hebat nyatanya dia memang berbeda sekali dengan kebanya-kan pemuda lainnya.

Cepat-cepat senyuman manis menghias bibirnya, kemudian dengan suara mendekati mengumpak ia berkata:

"Kerendahan hati siauhiap hanya membuat aku bertambah malu. bila teringat kembali peristiwa dimasa lampau dimana aku turut mengejar ayahmu, oooh sungguh menyesal rasanya sekarang. Harap siauhiap sudi me-lupakanb semua kebodohajnku itu, kalau gtoh siauhiap mabsih ada urusan yang hendak diselesaikan, tentu saja aku tak berani me-nahan lebih jauh --

Demi keselamatan mereka berempat, de-ngan cepat Tok Nio-cu menimbrung,:

"Apakah kau tidak akan menghantar siau-hiap sampai di bawah bukit.."

"Oooh, tentu saja. tentu saja, memang se-harusnya kuhantar Siauhiap dan nyonya sampai di bawah bukit."

Sebenarnya Lan See-giok ingin menolak, namun setelah melihat sorot mata Tok Nio-cu, terpaksa ia menerimanya juga.

Kiong Tek ciong segera berpaling dan seru-nya kepada puluhan jago yang berada di be-lakangnya.

"Segera bunyikan tambur dan gembrengan untuk menghantar keberangkatan tamu agung, perintahkan semua Hiangcu ke atas pagar mengikuti aku menghantar Lan siau-hiap sampai di kaki bukit."

Lan See-giok merasa sangat tidak tenang sebetulnya diabermaksud hendak mencegah perbuatan itu.

Tapi seorang diantara puluhan jago itu su-dah melompat ke muka dan mengangkat sepasang tangannya sambil digoyangkan berulang kali ....

Suara sorak sorai yang gegap gempita segera bergema memenuhi angkasa diikuti suara terompet pun dibunyikan.

Ditengah suara terompet dan sorak sorai yang ramai itulah, Kiong Tek ciong mengutus seorang hiangcu berjalan dimuka sedang dia sendiri bersama Lan See giok sekalian ber-empat mengikuti di belakangnya kemudian disusul pula oleh puluhan orang jago lihay tersebut.

Lan See giok ingin secepatnya bisa menca-pai kaki bukit, namun demi keselamatan ter-paksa dia harus bersabar dengan berlarian menelusuri jalan gunung.

Sebagai seorang jago kawakan yang sangat berpengalaman, Kiong Tek ciong segera dapat mengetahui kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Lan See giok serta Si Cay soat benar-benar hebat sekali, saking kagetnya paras mukanya sampai berubah hebat, tidak terasa ia berpaling memberri tanda kepadaz anak buahnya awgar mereka memprerhatikan dengan seksama, dengan demikian akan menambah pengetahuan mereka.

Tampak Lan See giok bergerak dengan lu-wes nya menelusuri jalanan setapak, tubuhnya bergerak cepat dan ringan seperti awan di angkasa, Sebaliknya Si Cay soat mengikuti dengan gerakan yang tak kalah entengnya. Bagaikan burung walet yang ter-bang melayang.

Biarpun ilmu meringankan tubuh yang di-miliki Oh Li-cu dan Tok Nio-cu sangat hebat, tapi jika dibandingkan Lan See-giok serta Si Cay soat sudah jelasketinggalan jauh.

Tak heran kalau segenap jago yang mengi-kuti di belakangnya, sama-sama menaruh perasaan kagum. Setibanya di kaki bukit, Lan See giok dan Tok Nio-cu segera memper-silahkan Kiong Tek ciong sekalian untuk ber-henti. Kemudian setelah mohon diri, berang-katlah ke empat muda mudi itu menuju ke Tiang siu tian.

Tiba kembali di Tiang siu tian, mereka ber-empat yang sudah semalaman suntuk tidak beristirahat segera memerintahkan para kacung dan pelayan untuk menyiapkan hi-dangan.

Dalam perjamuan tersebut. Tok Nio-cu baru berbicara:

"Dalam perjalanan mengikuti adik Giok ke Tay-ang san kali ini, meski apa yang diha-rapkan belum tercapai, namun kita telah peroleh hasil yang setapak lebih maju seba-liknya akupun berhasil menjumpai adik Cui lan yang telah lama berpisah, boleh dibilang hasil yang diperoleh dalam perjalanan kali ini pantas untuk dirayakan..."

Sambil berkata dia lantas mengangkat cawan arak-nya sembari berkata lebih jauh:

"Mari. kita bersama sama meneguk habis isi cawan ini!"

Si Coy soat mengangkat cawan araknya setelah ia melirik sekejap Lan See giok yang sedang meneguk habis isinya, dia segera mengeringkan pula isi cawannya.

Kalau Lan See Giok tidak berminat untuk mencari tahu asal usul dari Tok Nio-cu serta Oh Li cu, berbeda dengan Si Cay soat ia segera bertanya:

"Hujin, bagaimana ceritanya sehingga kau dapat berpisah dengan nona Oh?"

Tok Nio-cu menghela napas sedih, sepasang matanya berkaca kaca. ujarnya sedih. "Ke-adaan yang sejelasnya juga tak bisa ku ingat lagi, aku cuma tahu ayahku bernama Be Yu liang, dia adalah seorang piausu kenamaan, sedangkan ibuku bernama Bok Kin go, ia disebut Juan liong lihiap, setelah menikah banyak tahun, orang tua kami hanya me-lahirkan aku dan Cui lan ber-dua, namaku Cui peng.

"Sepanjang tahun ayah selalu bekerja se-ba-gai pengawal barang, adakalanya ibupun membantu pekerjaannya, jadi tak urung ter-jadi juga perselisihan dengan orang-orang golongan hitam.

"Dimalam Tiongciu suatu tahun, mendadak di rumah kami kedatangan serombongan manusia golongan hitam yang jumlah nya meliputi enam pria dua wanita. ke enam pria itu mengerubuti ayah sedang dua wanita itu mengerubuti ibu..."

"Berapa usia kalian waktu itu ? Mengapa tidak membantu orang tua kalian?" tanya Si Cay soat dengan kening berkerut.

(Bersambung ke Bagian 30)

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar