Anak Harimau Bagian 28

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Harimau Bagian 28

Bagian 28

Dengan gerakan tubuh seenteng burung walet, ke dua orang itu melayang ke udara dan dalam sekejap mata mereka telah mun-cul dari balik kabut.

Mereka berdua segera merasakan panda-ngan matanya menjadi silau, pemandangan di atas tebing terlihat jelas, langit nan biru dan sepercik sinar sang surya yang lembut memancarkan cahayanya ke empat penjuru, saat itu sudah merupakan fajar keesokan harinya.

Sekejap kemudian mereka telah sampai di atas permukaan tebing, saat itu asap putih masih mengepul dari arah puncak, namun kebakaran telah padam.

Lan See giok berpaling sambil memeriksa sekejap keadaan di tebing seberang, suasana di situ sunyi senyap dan tak kedengaran sedikit suarapun, Oh Li cu serta Tok Nio-cu juga tak kelihatan lagi, dia yakin mereka tentu sudah kembali ke Tiang siu tian.

Dari sikap si anak muda itu, Si Cay soat segera teringat pula akan isak tangis dari seorang gadis yang didengarnya semalam, tanyanya kemudian dengan nada tak mengerti:

"Engkoh Giok, siapa sih nona yang menangisimu di atas tebing semalam----?"

-ooo0ooo-

BAB 22

LAN SEE GIOK sudah berapa kali berpe-ngalaman menghadapi adik Soat nya cembu-ru, betul pertanyaan yang diajukan olehnya sekarang amat datar dan biasa, namun dia yakin dihati kecilnya tentu terdapat benih-benih cemburu

Karenanya dengan suara hambar jawab-nya:

"Yang seorang adalah Oh Li cu, putri Oh Tin san, sedangkan yang lain adalah Tok Nio-cu, istri Pek ho caycu!".

Si Cay soat merasa tidak habis mengerti, -masalah Oh Li-cu memang pernah didengar-nya dari penjelasan engkoh Giok, tapi me-ngapa pula Tok Nio-cu turut datang ber-samanya ke Tay ang san?

Terdorong oleh rasa ingin tahu. ia bertanya kembali.

"Tok Nio-cu itu - -"

Sembari memeriksa keadaan di sekitar te-bing cepat-cepat Lan See giok menerangkan:

"Tok Nio-cu adalah kakak kandung Oh Li cu, Tok Nio-cu datang ke Tay ang san gara-gara penghianatan si harimau berkaki cebol, seorang anak buahnya yang kabur dan kini mendapat perlindungan dari Beruang berle-ngan tunggal,,.."

Belum selesai penjelasan tersebut diberi-kan, dari antara dua bukit di sebelah kanan mendadak terdengar suara bentakan nyaring.

Berkilat sepasang mata Lan See giok, ce-pat-cepat serunya.

"Aai"" mereka belum pergi, ayo kita kejar mereka!"

Sembari berkata, tubuhnya bagaikan se-gulung asap segera menerjang ke depan.

Si Cay soat tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya, diapun tidak habis mengerti mengapa Tok Nio-cu bisa menjadi kakak kandung Oh li cu dan siapa pula, si harimau berkaki cebol itu. walaupun demikian tanpa mengucapkan sepatah katapun diikutinya pemuda itu menuju ke depan sana.

Mereka berdua melalui hutan yang lebat dengan aneka batuan cadas, kemudian di depan situ dijumpainya sebuah lembah hijau yang luasnya mencapai dua-tiga ratusan kaki persegi.

Di empat sekeliling lembah tadi tumbuh aneka bambu dan pohon siong, sedangkan dibagian tengah merupakan sebuah daratan datar, suatu tempat yang baik sekali untuk tempat latihan silat."

Ditengah lembah terdapat ratusan orang lelaki kekar berpakaian ringkas yang me-la-kukan pengepungan dengan senjata terhu-nus, mereka sedang memusatkan semua perhatiannya mengikuti jalannya pertaru-ngan ditengah arena.

Oh Li cu dengan rambut terurai kalut se-dang memainkan pedangnya bertarung me-lawan enam orang lelaki kekar berpakaian ringkas, bajunya sudah compang camping dengan beberapa lubang di sana sini, posisi nya amat kritis.

Tak jauh dari arena pertarungan, pada sudut sebelah utara tanah lapang, ber-diri berjajar lima orang manusia yang rata-rata berwajah buas dan menyeramkan.

Senyuman menyeringai menghiasi ujung bibir masing-masing, mereka sedang menga-wasi pertarungan antara ke enam lelaki kekar itu melawan Oh Li cu.

Diantaranya merupakan seorang hwesio pendek yang bertubuh gemuk, beralis tebal, mata besar, hidung besar dan mulut lebar, senjata yang dibawa berupa sebuah tongkat berwarna hitam pekat.

Orang yang berada di sisi kirinya adalah seorang kakek berusia lima puluh tahunan serta seorang nikou tua, si kakek bertubuh ceking, berbaju hitam, mata cekung, kening cembung dan bersenjatakan sebuah golok besar.

Sementara si nikou berusia enam puluh tahunan. bermulut lancip, mata tikus, hidung menghadap ke atas serta mengena-kan jubah putih, ia memegang senjata giok ji gi.

Dari sinar matanya yang memancar kan cahaya tajam, bisa diduga bahwa ia bukan terhitung seorang murid Buddha yang saleh.

Di sebelah kirinya merupakan seorang le-laki kekar berpakaian ringkas warna biru, di sisinya lagi adalah seorang pemuda berusia dua puluh delapan-sembilan tahun-an yang mengenakan pakaian ringkas warna merah.

Kalau si lelaki kekar itu beralis tebal ber-muka merah dan membawa sepasang kam-pak, maka sang pemuda berbaju merah itu bert-ubuh ceking, dan berwajah bersih, sepasang mata cabulnya tiada hentinya menoleh ke belakang.

Di belakang kelima orang itu masih berdiri puluhan lelaki bersenjata lengkap, mer-eka berdandan sebangsa kaum hiangcu, ini ber-arti lima orang yang berada didepannya adalah para caycu dari lima bukit sebelah selatan. Dengan cepat Lan See-giok meman-dang sekejap ke seluruh lembah tersebut, namun anehnya ia tidak melihat Tok Nio-cu.

Setelah maju ke depan beberapa kaki lagi, pemuda itu baru terperanjat, dilihatnya pe-muda berpipi bersih itu rupanya sedang the mengawasi Tok Nio-cu yang terikat kencang.

Si anak muda itu benar-benar tidak habis mengerti, Tok Nio-cu adalah seorang jagoan perempuan yang nama besarnya sudah ter-masyhur sampai di mana-mana terutama sekali ke enam macam senjata rahasia beracun yang hebat. mengapa ia justru ter-tawan musuh?

Dalam pada itu. Tok Nio-cu dibelenggu di belakang kelima orang caycu tersebut saking mendongkolnya paras muka perempuan itu sudah berubah menjadi hijau membesi gigi-nya digertak kencang-kencang sedangkan sinar matanya memancarkan cahaya yang menggidikkan hati, sudah jelas kemarahan-nya sudah mencapai puncaknya.

Dalam waktu singkat Lan See giok sudah melihat dengan jelas keadaan dalam lembah itu, meski Oh Li-cu berada dalam keadaan kritis, namun jiwanya belum sampai teran-cam, karena tujuan kelima orang caycu itu agaknya hendak menangkap musuh dalam keadaan hidup-hidup.

DIANTARA kelima orang tersebut, yang paling menyolok adalah si hwesio gemuk pendek itu, sepasang matanya yang sedang mengikuti jalannya pertarungan mencorong kan sinar cabul. sudah pasti orang itu, adalah seorang pendeta cabul.

Oleh karena tak ingin mengejutkan ka-wa-nan lelaki kekar yang mengepung di sekeli-ling tempat itu. Lan See giok bertindak sa-ngat hati-hati, dengan gerakan ombak pan-jang bagaikan awan, dia melejit ke udara melewati atas kepala kawanan lelaki itu, ke-mudian melayang turun di tengah lembah tersebut.

Tanpa menimbulkan suara barang sedikit-pun juga Si Cay soat mengikuti di be-lakang pemuda itu dengan gerakan burung hong bermain di awan ....

Begitu mereka berdua melejit ke udara, perbuatan tersebut segera diketahui oleh ke-lima orang caycu tersebut, sepuluh buah so-rot mata mereka bersama sama dialihkan kemari.

Sambil melayang turun ke atas tanah, Lan See-giok segera membentak keras:

"Tahan...!"

Ditengah bentakan nyaring, tubuhnya se-cepat kilat meluncur ke depan, diantara berkibarnya jubah biru, ia telah tiba di depan ke enam orang lelaki yang sedang mengeru-buti Oh Li-cu itu.



Menyusul kemudian bayangan merah berkelebat lewat, Si Cay-soat mengikuti di belakangnya.

Kehadiran dua orang muda mudi itu segera mengejutkan ratusan orang lelaki kekar yang berkerumun di sekitar situ, namun berhu-bung Lan See giok dan Si Cay-soat berada di depan ke lima orang caycu. maka tak se-orangpun yang berani membidikan anak panahnya.

Ke enam orang lelaki yang mengerubuti Oh Li cu juga dibikin terkejut oleh suara benta-kan Lan See-giok yang menggeledek itu, sedemikian kerasnya suara bentakan itu sampai mereka mundur dengan sempoyo-ngan, kepalanya pusing, matanya berkunang-kunang, masing-masing melangkah mundur sejauh satu kaki lebih.

Berjumpa dengan Lan See-giok, Oh Li cu merasa bagaikan bertemu dengan sang suami, , ia segera menjerit sambil menangis.

"Adik Giok.-"

Sembari menangis dia merentangkan ta-ngannya hendak menubruk ke dalam pelu-kan Lan See giok, namun ketika dilihat-nya seorang gadis cantik berbaju merah berdiri di belakang anak muda tersebut, dengan cepat ia menghentikan langkahnya kemudian menutupi wajah sendiri, sambil menangis tersedu-sedu.

Berada dalam keadaan begini, Lan See giok tidak sempat menghibur Oh Li-cu ?, lalu kepada Si Cay soat segera katanya:

"Adik Soat, dialah nona Oh, coba kau lihat apakah dia menderita luka".

Kemudian dengan langkah cepat dia menghampiri ke lima orang Caycu yang ma-sih berdiri kaget itu.

Belum sampai lima langkah Lan See-giok berjalan ke depan, rasa kaget ke enam orang itu sudah lenyap, serentak para hiangcu de-ngan senjata yang berbeda itu membentak keras lalu bersama sama menerjang kearah anak muda itu.

Si Cay soat gusar sekali, dia putar perge-langan tangannya sambil meloloskan pedangnya, cahaya tajam segera berkilauan memancar ke luar dari pedang Jit-hoa kiam tersebut.

Sesungguhnya tujuan Lan See-giok adalah menyelamatkan Tok Nio-cu dari cengkeraman musuh, maka dengan gerakan yang sangabt cepat serta tjidak nampak gergakan apa yang dbigunakan, tahu-tahu saja ia telah sampai di hadapan kelima orang caycu itu.

Ke enam orang hiangcu yang. mencoba mengepung tadi hanya merasakan panda-ngan matanya kabur, tahu-tahu bayangan musuh sudah hilang lenyap.

Di dalam kagetnya serentak mereka henti-kan gerakan majunya sambil menarik kem-bali senjatanya . . . . sayang agak ter-lambat!

"Traang . . . "

Banyak senjata yang saling membentur bergema memecahkan keheningan, ada dua orang hiangcu yang terluka ditangan rekan sendiri, seruan kaget serentak mereka me-ngundurkan diri ke belakang..

Pads hakekatnya lima orang caycu tersebut tidak menyangka kalau Lan See giok mem-punyai gerakan tubuh sedemikian cepat nya

Mereka hanya merasakan bayangan biru berkelebat lewat, tahu-tahu saja musuh su-dah berada di depan mata, diiringi jeritan kaget serentak mereka berlima mengundur-kan diri ke belakang . . .

Puluhan orang lelaki yang berdiri di bela-kang ke lima prang itu menjadi panik lalu kacau balau tak karuan, serentak mereka membubarkan diri dengan meninggal kan Tok Nio-cu seorang diri di situ.

Memanfaatkan kesempatan disaat pihak lawan masih kacau. Lan See giok menerjang maju ke muka dan membangunkan Tok Nio-cu dari atas tanah, tak lama Kemudian Si -Cay soat dan Oh li-cu telah menyusul pula ke situ, sekali Oh li-cu menggerakkan pedang-nya, semua tali yang membelenggu tubuh Tok Nio-cu sudah putus semua.

Dengan perasaan menyesal bercampur terima kasih Tok Nio-cu segera berkata:

"Adik Giok terima kasih banyak, kau telah menyelamatkan jiwaku....

Lan See giok tertawa ramah.

"Nyonya sudah membantuku sebagai pe-tunjuk jalan. budi kebaikanmu itu sangat besar. untuk berterima kasih saja tak cukup mana berani kuterima rasa terima kasihmu!""

Tok Nio-cu tahu bahwa Lan See giok masih belum tahu kalau dialah yang telah memo-tong tali penggantung. karenanya dengan bperasaan malu bjercampur menyesgal ia menundukkban kepalannya rendah- rendah. Tentu saja Lan See giok tidak akan tahu mengapa Tok Nio-cu yang sombong, bisa ke-hilangan kecongkakannya, ketika ia menger-ling sekejap ke arahnya di temukan kantung berisi senjata rahasia yang biasanya tergan-tung dipinggang Tok Nio-cu, kini sudah tidak nampak lagi.

Dengan cepat dia menjadi paham apa gerangan yang telah terjadi, sambil menengok kearah ke lima orang caycu yang berada berapa kaki dihadapannya sana ia menegur dengan suara dalam:

"Siapa yang telah menyerobot kantung senjata rahasia milik nyonya Gui?"

Teguran tersebut segera menyandarkan Tok Nio-cu, keningnya berkerut dan mata nya memancarkan sinar tajam, tiba-tiba bentak-nya dengan suara nyaring.

"Hoa sam long, serahkan nyawa anjing mu----"

Ditengah bentakan, ia langsung menerjang ke arah pemuda berpakaian ringkas warna merah itu----

Oh Li-cu terkejut sekali melihat kejadian ini, segera cegahnya. "Cici, hati-hati! Dia..."

Belum habis seruan itu, tubuhnya te1ah ikut menerjang ke muka--

Hoa sam long si pemuda berpakaian ring-kas warna merah itu sudah dibikin terkejut oleh kelihaian ilmu meringankan tubuh mereka. meski demikian, sepasang matanya yang cabul justru mengamati terus wajah Si Cay-soat yang cantik dengan penuh keraku-san.

Ketika melihat Tok Nio-cu datang menye-rang seperti orang gila, ia tertawa dingin, ke-mudian ujarnya kepada ketiga orang hiangcu yang berada di belakangnya.

"Senjata rahasia milik Tok Nio-cu telah kurampas, ayo cepat kalian bertiga turun tangan untuk meringkusnya"

Tiga orang lelaki segera membentak keras sambil maju menyongsong datangnya terka-man dari perempuan itu.

Tok Nio-cu sama sekali tidak menggubris datangnya ancaman mana, ia tetap melanjut-kan terkamannya ke arah Hoa-sam-long.

Sejak tiba di arena, Si Cay-soat sudah di bikin gusar hatinya oleh pandangan cabul Hoa Sam long. apa lagi setelah mendengar namanya, dia semakin yakin kalau pemuda tersebut bukan lelaki baik.

Tatkala rdilihatnya ada ztiga orang lelawki kekar menerjrang Tok Nio-cu bersama sama, sambil tertawa dingin segera bentaknya.

"Kalian betul-betul kawanan manusia yang tak tahu malu!"

Belum selesai ia berkata, tangannya sudah diayunkan ke depan, tiga titik cahaya tajam langsung menyambar lewat diantara tubuh Tok Nio-cu serta Oh Li-cu langsung mengha-jar badan ketiga orang lelaki yang sedang menerjang tiba.

Serangan tersebut cepat sekali. dalam sekali berkelebat tahu-tahu sudah sampai ....

Beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheni-ngan, ketiga orang lelaki itu membuang sen-jatanya dan roboh terjengkang ke tanah.

Tapi ketiga titik cahaya tajam tersebut ti-dak berhenti sampai di situ saja, setelah me-nebas kutung batok kepala ketiga orang itu, cahaya tajam tadi masih meneruskan gera-kannya meluncur ke depan. .

Lan See-giok segera mengerutkan dahinya oleh kejadian itu sedang Si Cay soat tertegun, sementara kawanan jago lihay lainnya sama-sama menjerit tertahan saking kagetnya .

Pada saat itulah ditengah arena bergema suara bentakan marah, Hoa Sam long telah melepaskan sebuah serangan dengan mema-kai tali pengikat dewa, semacam tali panjang berwarna kuning yang membentuk sebuah lingkaran gelang. .

Benda itu langsung menyambar ke tubuh Tok Nio-cu.

Melihat "benda itu. Lan See-giok segera mengerti apa sebabnya Tok Nio-cu sampai tertawa.

Tok Nio-cu sama sekali tidak menggubris atas datangnya jiratan tali tersebut, sambil tertawa dingin dia menghindar dari Hoa--sam-long kemudian menundukkan kepalanya sembari bertekuk pinggang.



"Duuusss...!

Setitik cahaya biru langsung meluncur ke depan...

Lan See-giok baru merasa terkejut setelah melihat peristiwa ini, ia baru tahu bahwa orang persilatan patut merasa segan terha-dap Tok Nio-cu, karena serangan senjata ra-hasia beracunnya memang tak boleh di pan-dang enteng.

Belum habis ingatan tersebut melintas le-wat, Hoa Sam long telah menjerit kesakitan sambil roboh terjengkang ke atas tanah, di atas dadanya tahu-tahu sudah menancap sebatang anak panah yang panjangnya. men-capai empat inci.

Oh li cu yang berada di belakang, Tok Nio-cu cepat membentak keras sambil menga-yunkan pedangnya membabat tali itu, sayang babatannya meleset. akibatnya Tok Nio-cu sekali terbelenggu dan tubuhnya roboh ter-jengkang..

Ke empat orang caycu lainnya tidak menyia nyiakan, kesempatan yang sangat baik ini.. diiringi suara bentakan nyaring, serentak mereka. menerjang ke muka, dengan tujuan membekuk Tok Nio-cu dan dijadikan sebagai sandera, puluhan orang hiangcu lainnya pun segera membubarkan diri dengan maksud mengepung Lan See giok sekalian..

Melihat perbuatan mereka, Lan See giok sangat gusar, sambil membentak ia mener-jang hwesio gemuk pendek itu.

Oh Li cu bertarung melawan si nikou tua, sedangkan lelaki berkampak itu membantu si hwesio gemuk mengerubuti Lan See giok.

Si Cay soat membentak keras, disertai ca-haya merah yang berkilauan dia langsung menerjang si kakek bergolok.

Situasi dalam arena berubah menjadi sa-ngat kalut, ratusan orang lelaki yang mengepung dari kejauhan hanya bisa menga-cungkan senjatanya sembari berteriak teriak.

Tok Nio-cu sudah berpengalaman sekali di dalam menghadapi pelbagai pertarungan,. ia tidak ambil diam, tubuhnya menggelinding ke samping untuk menyelamatkan diri, dengan begitu ayunan golok si kakek bergolok itu mengenai sasaran yang kosong.

Tiba-tiba sinar merah, menyambar lewat, Si Cay soat telah muncul di depan mata di-mana sinar pedangnya berkelebat, jeritan bngeri yang menyjayat hati berkugmandang memecahbkan keheningan. Sebutir batok kepala tampak mencelat ke udara diiringi semburan darah segar.

Si hwesio gemuk juga mendengus tertahan, dadanya kena disodok kepalan tangan Lan See-giok sehingga tubuhnya mundur sempo-yongan, darah segar segera muntah ke luar dari mulutnya.

Lan See giok memutar tubuhnya dengan cepat, ujung baju kirinya dikebaskan ke samping..

Lelaki berwajah merah itu segera menjerit kesakitan, sepasang kampaknya mencelat ke udara, belum lagi berdiri tegak, jari tangan Lan See giok sudah menotok jalan darah Pay wi hiatnya.

Oh Li-cu bukan tandingan nikou tua itu, dia sudah kena terdesak hingga permainan pedangnya kacau dan tubuhnya melangkah mundur terus menerus ...

SI Cay soat yang menjumpai kejadian tersebut segera bersiap sedia membantu Oh Li cu. tapi pada saat itulah tiba-tiba terde-ngar Tok Nio-cu menjerit kaget.

Sewaktu gadis itu berpaling, ia saksikan tubuh Tok Nio-cu telah diinjak injak oleh em-pat orang hiangcu.

Gadis itu menjadi amat gusar, sambil membentak tubuhnya melejit ke tengah udara.

Bersamaan waktunya Si Cay soat melejit ke udara, Lan See giok membentak pula keras-keras, ke lima jari tangan kanannya telah disentilkan ke depan, empat desingan angin tajam langsung menyambar tubuh ke empat hiangcu tersebut

"Prakkk, praak, praak, praak . . . "

Empat kali dengusan tertahan bergema, ke empat lelaki kekar itu sudah roboh berguling di atas tanah dengan kepala pecah dan isi benak berceceran di atas tanah.

Peristiwa ini kontan saja mengecilkan nyali kawanan hiangcu lainnya, pucat pias wajah mereka karena terkejut, sukma serasa mela-yang meninggalkan raganya, tanpa mem-buang waktu mereka sama-sama putar badan dan mengambil langkah seribu.

Berkobar hawa napsu membunuh Si Cay soat yang berada di udara setelah melihat hal ini." menggunakan jurus sungai perak membasahi bumi, sebuah jurus serangan dari ilmu pedang Tong kong kiam hoat.

Pedangnya disertai cahaya tajam yang menyilaukan mata langsung menyambar ke tubuh beberapa orang hiangcu tersebubt...

Dimana cahajya pedangnya begrkelebat le-watb, jeritan ngeri berkumandang susul menyusul, batok kepala beterbangan. darah segar memancur kemana mana. mayat tanpa kepala terkapar di sana sini dalam keadaan yang amat mengerikan.

Tok Nio-cu memandang sekejap ratusan pemanah yang mengepung di sekitar arena. kemudian bentaknya keras-keras.

"Jangan bunuh orang-orang itu "

Lan See-giok juga kuatir mereka dijadikan sasaran pemanah-pemanah itu, serunya ke-mudian kepada Si Cay soat.

"Adik Soat, cepat kembali, kita harus me-nemukan Beruang berlengan tunggal sece-patnya."

Kata-katanya belum selesai diutarakan, Si Cay soat telah melayang kembali ke posisi semula.

Menyaksikan tenaga dalam yang dimiliki Si Cay soat telah peroleh kemajuan yang begitu pesat. Lan See giok tahu bahwa ini disebab-kan gadis itu makan cairan Leng-sik- giok-ji, dia merasa gembira sekali atas hal tersebut.

Dalam pada itu si nikou tua tersebut sudah berhasil dikuasai Lan See giok, Oh Li cu juga telah membebaskan Tok Nio-cu dari belenggu, maka dengan Lan See giok mengempit lelaki bermuka merah itu dan Tok Nio-cu mengempit si nikou, mereka melan-jutkan perjalanannya menuju ke bukit yang lebih dalam.

Ratusan orang lelaki kekar, yang mengu-rung di sekeliling tempat itu cuma bisa ber-diri termangu mangu bagaikan patung karena terkejut dan takutnya, apalagi kedua orang caycu mereka sudah dibawa oleh Lan See giok sekalian, tentu saja mereka semakin tak berani melepaskan anak panah.

Dengan kaburnya puluhan orang lelaki yang mengepung diarah utara, maka terbu-kalah jalan menuju ke mulut lembah sebelah utara.

Sambil menuding puncak bukit tertinggi di depan sana, Tok Nio-cu segera berseru kepada Lan See giok.

"Adik Giok, si beruang berlengan tunggal telah memperoleh laporan dari mata-mata-nya bahwa aku telah tewas di dasar jurang.. bila kita langsung berangkat ke markas besarnya sekarang, sudah pasti si rberuang ber-lenzgan tunggal takw sempat membuatr persiapan lagi."

Mendengar perkataan itu, teringat pula kejadian semalam dimana talinya diputus orang, Lan See-giok semakin yakin kalau perbuatan itu dilakukan musuh.

Dengan membungkamnya Oh Li cu atas peristiwa-tersebut, tentu saja Tok Nio-cu tak berani menyinggungnya. otomatis Lan See- giok tak bakal mengetahui kejadian yang se-benarnya,

Dengan perasaan yang amat gundah dan gelisah Lan See-giok mempercepat langkah-nya menuju ke puncak bukit, sedemikian ce-patnya hingga menyerupai sambaran kilat.

Si Cay soat dengan tenangnya mengikuti terus di samping pemuda itu, ia sama sekali tidak nampak kepayahan.

Berbeda sekali dengan Tok Nio-cu serta Oh Li cu, dalam waktu singkat mereka sudah kepayahan dan kehabisan tenaga, terutama sekali Tok Nio-cu, yang harus membopong si nikou tua, ia nampak kehabisan tenaga..

Si Cay-soat dapat melihat kejadian tersebut dengan jelas, kepada Lan See-giok diapun berbisik:

"Engkoh Giok, perlambat langkahmu!"

Ketika pemuda itu berpaling, dilihatnya Oh Li cu masih mengejar terus dengan sepenuh tenaga, sebaliknya Tok Nio-cu sudah keting-galan jauh sekali, rambutnya kusut dan pe-luh sudah membasahi seluruh tubuhnya.

Karena sudah tiba di bawah puncak, maka Lan See giok sekalian segera menghentikan langkahnya. menyusul 0h Li cu juga telah tiba di sana.

Dengan wajah merah padam, Tok Nio-cu segera mempercepat larinya, dengan begitu kecepatannyapun bertambah, dalam bebe-rapa kali lompatan saja ia telah menghampiri mereka.

Begitu tiba di tempat tujuan, sambil ter-tawa jengah katanya kemudian:

Waah, orang ini memang si tua bangkotan, makin diseret rasanya makin bertambah be-rat!"

Tanpa sungkan, ia segera membanting nikou tua itu ke atas tanah.



Menyaksikan Tok Nio-cu sudah mandi keringat, mukanya merah padam, rambutnya kusut dan tiada hentinya terengah engah, Lan See giok .segera berpaling ke arah Si Cay soat sambil katanya.

""Sumoay, harap kau yang menggendong nikou tua itu naik ke atas puncak."

Si Cay soat tertawa manis dan segera me-ngangguk mengiakan.

Disaat berhenti sejenak itulah, baik Tok Nio-cu maupun Oh Li cu dapat melihat wajah Si Cay soat dengan lebih- jelas lagi.

Dengan cepat Tok Nio-cu peroleh kesim-pulan bahwa perempuan semacam ini boleh dibilang merupakan gadis paling cantik yang pernah dijumpainya selama ini, jangan lagi orang lelaki, biar dia sendiri sebagai seorang perempuan pun tak urung merasakan hati-nya berdebar keras setelah menyaksikan gadis cantik berbaju merah ini.

Ia pun menjumpai bahwa adiknya Oh li cu meski nampaknya seperti seorang gadis can-tik, namun seperti juga dirinya, mereka ke-kurangan keanggunan dan kelembutan yang justru merupakan syarat utama bagi seorang gadis yang menawan.

sebaliknya Oh Li cu yang dapat melihat ke-cantikan Si Cay soat, dengan cepat menjadi mengerti apa sebabnya adik Giok tidak mencintai dirinya. baru sekarang ia berhasil menemukan alasan yang sesungguh nya.

Ia percaya kecantikan wajahnya tidak ka-lah bila dibandingkan kecantikan Si Cay soat, tapi dirinya justru kekurangan sikap alim, lembut dan anggun. terutama sekali kesan yang diberikan olehnya bagi sang pemuda selama di Wi-lim-poo dulu kelewat jelek, bila diingat kembali, dia sungguh merasa amat menyesal.

Padahal semenjak ia berjumpa dengan Hu-yong siancu serta Ciu Siau cian. diapun se-lalu berusaha untuk belajar menjadi seorang perempuan yang lembut dan menawan hati.

Teringat akan Ciu Siau-cian. diapun mem-bandingkan gadis tersebut dengan Si Cay-soat, dengan cepat ia dapat merasakan bahwa Si Cay soat kekurangan sikap tenang dan alim dari Ciu Siau cian. diapun tidak memiliki sikap suci dan halus dari Ciu Siau cian.

Tapi Si Cay soat justru memiliki kelincahan dan kebinalan yang justru merupakan suatu daya tarik tersendiri, yang mana tabk kan di-jumpaij pada diri Ciu gSiau cian.

Oh bLi cu cukup mengerti tentang dirinya meskipun dia ingin merubah karakternya, namun kegenitan dan kejalangannya tak mungkin bisa dihilangkan sama sekali"

Namun, demi keberhasilannya menarik perhatian Lan See-giok, dia masih tetap akan berusaha keras untuk belajar menjadi se-orang perempuan yang alim dan lemah lem-but.

Sementara itu, Si Cay soat merasa malu sekali ketika melihat wajahnya diawasi kedua orang perempuan itu lekat-lekat merah padam selembar pipinya, sambil berpaling segera serunya kepada Lan See-giok.

"Engkoh Giok, ayo kita lanjutkan per-jalanan ke atas puncak bukit itu!" Sambil berkata, dia lantas mengangkat tubuh si nikou tua itu dari atas tanah.

Sebetulnya Lan gee giok juga ingin se-cepat cepatnya naik ke puncak bukit, namun ia tak tega mendesak Tok Nio-cu sebab di lihatnya perempuan itu masih terengah engah dengan mandi keringat.

Namun setelah didesak oleh Si Cay soat, diapun berpaling kearah Tok Nio-cu sambil bertanya:

"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?"

Sejak perbuatannya memotong tali sema-lam. Tok Nio-cu selalu menaruh perasaan menyesal dan malu terhadap Lan See giok, diapun tak berani memperlihatkan sikap angkuhnya di hadapan pemuda itu.

Cepat-cepat katanya dengan suara rendah.

"Biar-adik Giok dan nona Si berangkat duluan, sedang aku dan adikku menyusul belakangan, jika menjumpai hal yang gawat kalian berdua jangan lupa untuk mengguna-kan si Kapak penyapu awan Sik Tay kong dan Cing lian si nikou buruk tersebut sebagai tameng."

Lan See giok segera mengiakan, sedang-kan Si Cay soat merasa kejadian tersebut amat menarik hatinya, tak tahan lagi ia tersenyum manis. Mereka berdua pun segera menghim-pun tenaga dan meneruskan perjalanannya ke atas puncak.

Dalam waktu singkat mereka sudah tiba di sebuah tanah lapang yang luas di puncak bukit itu, dari kejauhan terlihat pula sebuah dinding benteng yang tingginya mencapai puluhan kaki.

Di sekeliling dinding benteng itu terdapat benteng-benteng batu untuk melepaskan panah, di sekitarnya terdapat sungai yanbg lebar, selainj itu terdapat pgula jembatan gabn-tung yang menghubungkan pintu gerbang, dapat dilihat bahwa benteng tersebut me-mang sengaja dibangun dengan kokoh sekali.

Pada waktu itu di atas dinding benteng pe-nuh dengan para pengawal bersenjata leng-kap, di bawah sinar matahari pantulan sinar dari senjata mereka menimbulkan suasana yang amat mengerikan.

Tanpa ragu-ragu Lan See giok dan Si Cay soat langsung menerjang ke arah pintu ger-bang,

Gerakan tubuh mereka berdua cepat diketahui oleh para penjaga di atas dinding benteng, diiringi teriakan keras, tombak dan anak panah pun berhamburan seperti hujan gerimis.

Menyaksikan datangnya serangan, Lan See giok segera membentak keras.

Hei, lihat dulu! Sik caycu dan Cing lian caycu kalian berada disini, bila ingin mem-bunuh mereka berdua, ayo silahkan melepas kan serangan lagi"!

Sambil berkata, mereka segera mengguna-kan tubuh Sik Tay kong den Cing lian nikou sebagai tameng.

"Ternyata cara ini memang memberikan hasil yang amat manjur. semua serangan segera dihentikan dan tak seorang pun yang berani melepaskan anak panah lagi.

Tapi pintu gerbang benteng cepat-cepat ditutup rapat, jembatan gantung dikerek naik dan semua jalan menuju benteng di-tutup.

Lan See giok serta Si Cay soat tidak ambil perduli, mereka telah bertekad untuk me-nyerbu ke dalam benteng dengan cara apa saja.

Sementara kedua orang itu hendak melampaui sungai, mendadak terdengar Tok Nio-cu yang sementara itu sudah menyusul tiba berteriak keras.

"Adik Giok, nona Si, tunggu dulu. kalian ti-dak usah menyerbu ke dalam"

Si-Cay soat dan Lan See giok segera ber-henti, dengan cepat Tok Nio-cu dan Oh Li cu menyusul ke situ.

begitu berhenti, Tok Nio-cu segera berkata.

"Kita kan mempunyai dua orang sandera? Tak usah kuatir, Kiong Tek ciong pasti akan menampakkan dirri dengan sendirzinya"

Lan See wgiok merasa perrkataan itu memang benar, ia segera mengangguk tanda setuju.

Sebaliknya Oh Li cu merasa tidak tenang, tiba-tiba ia balik bertanya.

"Bagaimana kalau seandainya Kiong Tek ciong tidak menampakkan diri-- ?"

Tanpa ragu Tok Nio-cu menatap adiknya, kemudian ujarnya dengan suara dalam.

`Aaah, masa teori semacam inipun tidak kau pahami? Dia kan pemimpin besar dari tiga tebing sembilan puncak dua belas ben-teng? Jika sebagai pemimpin ternyata berjiwa pengecut, tak berani menampakkan diri. ba-gaimana mungkin ia bisa memimpin anak buahnya?"

Selembar wajah Oh Li cu segera berubah menjadi merah jengah, tapi dengan nada tak puas kembali katanya,

"Semalam, bukankah kau pernah berkata, andaikata Kiong Tek ciong sengaja meng-hin-darkan diri, urusan bakal menjadi berabe?

Dengan perasaan apa boleh buat Tok Nio-cu segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

Aai, keadaan waktu itu berbeda sekali de-ngan keadaan sekarang. waktu itu dia cuma duduk sambit mengatur siasat. tapi sekarang anak buahnya tertawan, bila ia tetap berpe-luk tangan belaka, siapa lagi yang bersedia menjual nyawa untuk diri-nya?..

Oh, Li cu segera dibikin terbungkam dalam seribu bahasa. meski wajahnya agak merah, namun dihati kecilnya merasa kagum sekali atas kecerdasan encinya ini,

Lan See giok juga merasa bahwa Tok Nio-cu merupakan seorang perempuan berotak encer dan berpengalaman luas. Tampaknya ia cukup menguasai tentang ilmu jiwa, tak heran kalau pemuda inipun diam-diam me-rasa kagum."

Si Cay soat adalah seorang nona cilik yang berhati luhur dan polos, ia sama sekali tak pernah memikirkan masalah seperti ini. karena itu dia pun mendengarkan dengan seksama tanpa memberi komentar apa-apa.

Setelah membereskan rambutnya yang ku-sut dan menyeka peluh yang membasahi tubuhnya, Tok Nio-cu menuding ke arah pintu benteng yang berada dua-tiga puluh kaki di depan sana sambil katanya.



"Hayo berangkat. kita menuju ke tanah la-pang di depan jembatan sana"

Dengan langkah lebar dia segera berjalan lebih dulu menuju ke depan sana.

Dengan menyeret Sik Tay-kong dan Cing lian nikou, berangkatlah Lan See giok sekalian menuju ke tanah lapang di depan jembatan gantung, tiada seorang manusia-pun yang melepaskan panah, tiada seorang pun yang bersuara, suasana terasa amat hening.

Setelah berhenti, Tok Nio-cu kembali ber-kata; "Sekarang kita lempar tubuh Sik Tay kong dan nikou tua itu ke atas tanah"

Dari nada pembicaraan perempuan ter-se-but, Lan See giok dapat menyimpulkan kalau Tok Nio-cu menaruh kesan yang jauh lebih baik terhadap Sik Tay kong ketimbang terha-dap nikou tua itu.

Padahal semestinya seorang nikou adalah paderi yang saleh, seorang manusia yang menjauhkan diri dari keduniawian, tapi ke-nyataannya ia justru menjadi seorang caycu, terhitung murid Buddha macam apakah manusia semacam itu?

Sementara pemuda itu masih berpikir. dia telah meletakkan Sik Tay kong ke atas tanah, sebaliknya Si Cay soat yang agak nya mem-punyai kesan yang sama justru membanting Nikou itu keras-keras.

Cing lian nikou, manusia licik berhati ke-jam ini cukup mengetahui keadaan yang di-hadapinya. karena itu meski dibanting sam-pai punggungnya terasa sakit ia tetap me-mejamkan matanya tanpa merintih..-.--.

Setelah melihat sekejap kearah dinding benteng, Tok-Nio-cu segera berseru lantang.

"He!. yang hiangcu yang bertanggung jawab atas benteng ini, dengarkan baik-baik, kalian cepat mengundang pemimpin besar kalian Kiong Tek ciong, agar munculkan diri, kata-kan saja putra mendiang Lan tayhiap, Lan See giok, Lan siauhiap ada urusan hendak bertemu dengannya, selain itu beritahu kepadanya juga, agar penghianat dari Pak ho cay, si harimau berkaki cebol agar digusur ke luar juga"

Namun suasana dibanting itu masih tetap hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.

Setelah berhenti sejenak, Tok Nio-cu segera bertanya lagi dengan suara dalam.

"Apa yang kukatakan barusan. apakah su-dah terdengar oleh para penanggung jawab?"

Walaupun di atas dinding bentebng terdapat hamjpir ratusan mangusia. namun takb se-orangpun diantara mereka yang bersuara.

Timbul kemarahan di dalam dada Lan See giok, serunya kemudian sambil menahan geram.

"Ayo, kita dobrak pintu benteng mereka."

"Kau tak perlu bingung" cegah Tok Nio-cu sambil tertawa. "adik Giok, cici jamin kau akan berjumpa dengan si beruang berlengan tunggal dalam keadaan segar."

Begitu selesai berkata, ia segera mengham-piri Cing-lian nikou dan menendang ping-gangnya keras-keras.

"Duuk . . !"

Tendangan tersebut segera bersarang telak di pinggang nikou tua itu, tak ampun lagi paderi perempuan ini menjerit jerit seperti babi yang disembelih, tubuhnya bergulingan kian kemari sambil mengerang kesakitan.

Begitu Cing lian nikou mengerang kesaki-tan, dari atas pintu benteng segera bergema suara bentakan gusar.

"Selama ini pek ho cay dan Tay ang san bertetangga secara baik, hubungan kitapun selalu langgeng, boleh dibilang kita adalah orang sendiri, atas dasar apa nyonya menyik-sa orang ku pada hari ini?"

Ketika Lan See giok mendongakkan kepalanya. dia menjumpai si pembicara adalah seorang lelaki setengah umur yang bertubuh ceking lagi jangkung, dengan wajah penuh amarah dia sedang awasi Tok Nio-cu tanpa berkedip.

Tok Nio-cu tertawa dingin, sahutnya ketus.

"Siapa suruh kau berlagak bisu lagi tuli, sama sekali tidak menggubris perkataan kami? Aku akan menghitung sampai sepuluh di dalam hati, jika kau belum juga memberi-tahukan kehadiran kami kepada Kiong Tek ciong, orang pertama yang akan kubunuh nanti adalah kau!"

Sambil berkata tangannya segera meraba ke pinggang pura-pura hendak mengambil senjata rahasia. bersamaan itu pula dia main bentak dengan mata melotot.

"Ayo, mau pergi tidak?"

Orang itu menjadi ketakutan sebtengah mati, pajras mukanya bergubah hebat, cepbat-cepat tubuhnya berjongkok.

Si Cay soat yang pertama kali melihat hal tersebut, tak bisa ia menahan gelinya, ia ter-tawa cekikikan.

Sebaliknya Lan See giok cuma bisa meng-gelengkan kepalanya sambil berpikir.

"Sampai matipun harimau masih disegani orang, biarpun kantung senjata rahasia milik Tok Nio-cu sudah tak ada, ternyata ayunan tangan kosongnya masih cukup membuat orang terkencing kencing karena ke-takutan.."

Tampaknya Tok Nio-cu bisa membaca suara hati pemuda itu, sambil tertawa ham-bar sengaja ia berkata,

"Untung saja anjing geladak itu menyingkir dengan cepat, kalau tidak masa ia masih hidup lagi?"

Seraya berkata dia lantas memutar tangan menekuk sikut, tahu - tahu desingan tajam meluncur dari balik ujung baju kiri dan kanannya. dua batang panah pendek dengan membawa cahaya biru. langsung melesat ke

atas jembatan gantung.

"Triiing. triiing!"

Kedua batang anak panah itu masing--masing menancap di tonggak kiri dan kanan jembatan tersebut.

Lan See giok, Si Cay soat serta Oh Li cu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi terkejut sekali, mimpipun mereka tak pernah mengira kalau Tok Nio-cu telah memasang alat pembidik senjata rahasia diantara lipa-tan pakaiannya, bagi Lan See giok peristiwa ini benar-benar merupakan suatu pelajaran yang berharga sekali.

Setelah melirik sekejap ke arah ke tiga orang itu, sambil tertawa bangga Tok Nio-cu berkata lagi.

"Cici masih mempunyai permainan lain untuk menyelamatkan jiwaku . . . !"

Lidahnya segera diputar dibalik bibirnya kemudian mengeluarkan sebuah tabung yang mungil sekali dengan panjang cuma setengah senti.

Ketika ia mengatup bibirnya lalu berhem-bus, sekilas cahaya biru yang tak jelas terli-hat langsung menyembur ke atas sekuntum bunga merah yang tumbuh tujuh depa dide-pannya.

Serangan tersebrut tidak bersuazra dan tidak mewnimbulkan reaksri apa spa, bunga itu tetap seperti sedia kala.

Tapi berapa soat kemudian, bunga merah yang semula nampak segar tersebut tahu-tahu menjadi layu dan mati.

Paras muka Lan See giok, si Cay soat serta Oh Li cu segera berubah hebat setelah meli-hat kejadian ini, memang tepat dan tak salah lagi jika perempuan itu diberi julukan perem-puan beracun atau Tok Nio-cu.

Setelah menghela napas sedih, pelan-pelan Tok Nio-cu menerangkan: "ilmu menunggang angin meniup jarum tersebut tidak mudah untuk dipelajari, seandainya penggunaan kurang hati-hati, maka akibatnya bisa sen-jata makan tuan!"

"Nyonya, jika kau masih mempunyai sen-jata rahasia yang begitu tangguh dan mema-tikan. apa sebabnya tidak kau pergunakan ketika sedang ditawan tadi?" tanya Lan See giok tidak habis mengerti.

Tok Nio-cu segera tertawa terkekeh kekeh jawabnya.

"Bila kubunuh Hoa sam long ketika itu, mungkin jenasahku sudah jadi kaku sekarang karena senjata rahasia semacam ini, hanya boleh dipergunakan dalam posisi yang paling menguntungkan. Hoa sam long adalah seorang penjahat perusak perempuan yang amat tersohor, biar cici bukan termasuk seorang perempuan yang cantik bagaikan bidadari, namun dalam pandangan Hoa sam long aku sudah luar biasa cantiknya ...."

Kemudian setelah tertawa hambar, ia melanjutkan:

"Aku harus menggunakan setiap ke-sem-patan dengan sebaik-naiknya. paling tidak aku harus dapat membunuhnya kemudian melarikan diri, apa lagi waktu itu adikku ma-sih terkurung musuh dalam keadaan demikian, aku lebih-lebih tak boleh bertindak secara gegabah."

Mendengar penjelasan itu, Lan See giok bertiga merasa kagum sekali.

Kalau ke empat orang itu bisa berbincang-bincang sambil tertawa. maka ratusan orang lelaki kekar yang berada di atas dinding benteng justru menyiapkan gendewa masing-masing dengan wajah tegang, seakan akan sedang berhadapan dengan musuh besar.

Oh Li-cu merasa kuatir karena di atas dinding benteng belum nampak juga sesuatu gerakan tanpa terasa dia bertanya lagi.

"Cici. mungkinkah orang itu akan mencari si beruang berlengan tunggal ?"

(Bersambung ke Bagian 29)


DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar