Anak Harimau Bagian 45

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Harimau Bagian 45

Anak Harimau
Siau Siau
-------------------------------
----------------------------

Bagian 45

Ketika sampan dan kapal besar saling ber-papasan orang itu dengan sigap, melompat naik ke atas geladak dan lari menuju ke de-pan Lan See giok. Dalam sekilas pandangan saja Lan See giok dapat mengenali bahwa orang itu, adalah si lelaki setengah umur yang memberi laporan kemarin.

Begitu tiba dihadapan Lan See giok, lelaki setengah umur itu segera memberi hormat sambil memberi laporan: "Lapor pocu, pasu-kan kapal perang dari telaga Pek toh oh telah menghadang perjalanan kita, bahkan nam-paknya ada maksud menantang untuk ber-perang, harap pocu memberi keputusan!"

Begitu mendengar nama "pek-toh oh" Lan See giok segera teringat pula dengan Si mak-hluk bertanduk tunggal Si Yu gi sebagai bi-ang keladi atas musibah yang menimpa ayahnya, dengan penuh amarah ia segera membentak:

"Turunkan perintah, untuk siapkan perta-rungan, tenggelamkan semua kapal musuh!"

Lelaki itu mengiakan dan membalikkan badan siap berlalu dari situ...

"Berhenti!" tiba-tiba Hu yong siancu mem-bentak keras.

Lelaki setengah umur itu tak berani mem-bangkang perintah, ia segera menghentikan langkahnya. Sementara itu Hu yong siancu telah berpaling kearah Lan See giok sambil berkata dengan suara dalam:

"Sekarang pasukan kapal perang dari te-laga kelinci putih telah menghentikan gera-kan mereka, sudah sepantasnya kalau kita-pun berusaha untuk menghindari benturan secara kekerasan dengan pihak mereka se-hingga terhindar dari kerugian di kedua be-lah pihak dan menyebabkan rencana perja-lanan kita ke pulau Wan san terpengaruh

Paras muka Lan See giok hijau membesi, bibirnya pucat dan hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya. sambil me-ngulapkan tangannya untuk memerintahkan laki setengah umur itu pergi, Hu yong siancu berkata lebih jauh:

"si makhluk bertanduk tunggal pribadi te-lah tewas, dia sudah menerima ganjaran

sebagai akibat dari perbuatannya, apa yang telah dilakukan olehnya pribadi telah diper-tanggung jawabkan oleh dirinya sendiri, hal tersebut sama sekali tak ada sangkut paut-nya dengan orang lain, mengapa kau malah melampiaskan amarahmu kepada orang lain....

Paras muka Lan See giok masih belum juga pulih kembali, namun ia mendengarkan de-ngan tubuh mematung.

Sementara itu layar pada kapal keraton telah diturunkan, karena jaraknya dengan kapal pemimpin pihak Pek toh oh tinggal seratus kaki saja.

Dari kejauhan mereka dapat melihat bahwa semua anggota pasukan dipihak kapal perang telaga kelinci putih sama-sama me-ngenakan pakaian berkabung, sedang pada tiang ujung kapal pemimpin mereka berkibar sebuah panji besar berwarna kuning yang di tengahnya bersulamkan sebuah kelinci ke-mala.

Lan See giok sekalian yang menyaksikan kejadian tersebut merasa tidak habis mengerti, sampai mereka saksikan pakaian berkabung yang dikenakan setiap orang yang berada di kapal perang lawan, mereka baru mengerti apa gerangan yang terjadi, rupanya semua anggota Pek toh oh sedang berkabung untuk kematian pemimpin mereka si Mak-hluk bertanduk tunggal Si Yu gi.

""Tapi, bukankah si Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi sudah mati banyak tahun, mengapa orang-orang itu masih juga mema-kai pakaian berkabung? Mungkinkah bela-kangan ini mereka baru mendapat tahu ten-tang kematian si makhluk bertanduk tunggal itu?

Sementara itu kapal sudah berlayar sema-kin lambat, dua buah layar yang tersisapun telah -diturunkan, dengan begitu kapal hanya bergerak mengandalkan dayung.

Kapal besar yang ditumpangi komandan Nyoo, segera bergerak pula mendekat untuk menyongsong kedatangan kapal keraton tersebut.

Lan See giok memperhatikan sekejap keadaan di sekitar situ, kemudian memberi tanda agar berhenti, kapal keraton itu makin melambatkan gerakannya sebelum akhirnya berhenti.

Dalam pada itu, dari jarak empat puluh kaki di depan sana, pelan-pelan muncul pula sebuah perahu bertingkat dua berwarna putih yang pelan-pelan bergerak meninggal-kan pasukan perang Pek toh oh.

Dengan sorot mata yang tajam Lan Se giok dapat melihat, bahwa diantara sekawanan jago lelaki perempuan yang berdiri di ujung geladak, berdiri pula seorang nyonya muda berwajah cantik yang mengenakan pakaian berkabung.

Nyonya muda itu amat cantik dengan wa-jah yang bersih, mata yang jeli dan bibir yang merah, sepasang pedang tersoren di pung-gungnya, biarpun ia tidak berdandan namun tidak mengurangi daya tariknya...

Naga sakti pembalik sungai segera mem-peringatkan Lan See giok:

"Nyonya muda berbaju putih yang berdiri di depan sana adalah istri makhluk bertan-duk tunggal yang disebut Giok toh hujin dia adalah putri bungsu pemimpin telaga yang lampau, bernama Pek Gwat go, selain per-mainan sepasang pedangnya, ilmu di dalam airnya sempurna, jarum perak berbulunya juga hebat dan khusus mematahkan hawa khikang pelindung badan, bila terjadi perta-rungan nanti, kau mesti bertindak lebih ber-hati hati."

Sementara pembicaraan berlangsung, perahu dari kedua belah pihak telah ber-henti, pada jarak tujuh delapan kaki, tapi berhubung arus sungai amat deras, mereka-pun menurunkan jangkar masing-masing.

Dengan sikap yang tenang Giok toh hujin Pek Gwat go berdiri di ujung geladak, sorot matanya yang tajam menatap Lan See giok tanpa berkedip, wajahnya dingin dan mulut-nya membungkam dalam seribu bahasa:

Di belakangnya berdiri seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang memakai pula pakaian berkabung, setelah memandang sekejap kemari, buru-buru dia mendekati Pek Gwat go sambil membisikkan sesuatu di sisi telinganya.

Paras muka Pak Gwat go tetap tenang dan hambar, hanya sorot matanya yang jeli me-mandang sekejap ke arah naga sakti pemba-lik sungai Thio lo enghiong.. kemudian ia manggut-manggut seperti mengijinkan atau menyetujui suatu persoalan.

Kakek berpakaian berkabung itu segera maju ke depan, kemudian setelah menjura katanya dengan lantang.

"Nyonya kami ada perintah untuk bertanya kepada naga sakti pembalik sungai Thio lo enghiong dari telaga Phoa yang, mengapa ia berada di kapal keraton dari Wi lim poo? Mohon Thio lo enghiong sudi menjawab."

Naga sakti pembalik sungai segera tertawa terbahak bahak, sahutnya dengan nyaring:

"Berikan jawaban kepada nyonya kalian, katakanlah, aku sedang menemani Lan siau hiap berangkat ke pulau Wan san untuk bertarung melawan tiga manusia aneh dari luar samudra dan berusaha melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan, oleh karena tekad Lan siauhiap mulia, maka aku-pun bersedia mempertaruhkan jiwa tuaku untuk menemani Lan siauhiap menuju ke-luar samudra, sudah barang tentu aku harus berada di perahu ini."

"Mengapa manusia bengis Oh Tin san dari Wi lim poo tidak nampak di perahu ini?". tanya kakek itu lagi.

Naga Sakti pembalik sungai segera mengelus jenggotnya dan tertawa tergelak.

"Haahhhh... haaaahh.. haaaahh... Oh Tin san suami istri telah mampus, mana mung-kin mereka dapat muncul lagi di tempat ini?"

Mendengar jawaban tersebut berubahlah wajah Pek Gwat go, sementara kawanan jago yang berada di belakangnya turut berdiri tertegun ......

Sambil tersenyum kembali si naga sakti pembalik sungai menjelaskan:"

"Apabila Oh Tin San suami istri masih hidup di dunia ini, masa aku mau menaiki kapal keratonnya? Hu jin adalah orang yang pintar, tentunya aku tak usah menerangkan lebih jauh bukan."

Tampak Pek Gwat Go manggut-manggut, kemudian ia membisikkan sesuatu kepada si kakek berbaju putih itu.

Kakek tadi manggut-manggut dan serunya lantang,

"Setelah kematian Oh Tin San si tua bangka celaka itu, siapa yang menguasai Wi lim poo sekarang?"



"Lan siauhiap..."

Sambil berkata dia menuding kearah Lan See giok yang masih berdiri dengan wajah angkuh. dengan sorot mata yang jeli Pek Gwat go memperhatikan sekejap kearah Lan See giok, kemudian mengerling lagi dengan sinis.

Menjumpai keangkuhan dan kepongahan Pek Gwat go, Si Cay soat jadi mendongkol sekali, tiba-tiba dia berseru dengan suara dalam:

"Apa maksud kalian menghalangi perja-lanan kami sehingga mengacaukan jadwal yang telah kami rencanakan? Sekarang, aku minta hujin kalian memberikan pertang-gungan jawabnya."

Pek Gwat go melirik sekejap kearah Cay soat dengan dingin, wajahnya tetap angkuh dan sama sekali .tidak menggubris, Sebalik nya si kakek berbaju putih itu segera men-jawab dengan lantang:

"Harap nona jangan marah, berhubung Oh Tin San telah menotok mati pemimpin kami Si Yu gi secara diam-diam, maka kami ber-sumpah akan membalas dendam atas sakit hati tersebut, oleh karena kalian memakai kapal-kapal milik Wi lim poo, tentu saja kami harus mencegat untuk memeriksanya."

Hu yong siancu segera berkerut kening tiba-tiba ia bertanya dengan keheranan:

"Perbuatan Oh Tin san menotok mati Si Oh-cu dalam sebuah peti mati bobrok meru-pakan sebuah rahasia yang jarang di ketahui orang, darimana kalian bisa mengetahui tentang peristiwa tersebut?"

Begitu perkataan tersebut diutarakan, Pek Gwat go serta puluhan orang jago yang berada dibelakangnya diam-diam merasa terkejut, sebab biarpun perkataan dari Hu-yong siancu itu tidak diutarakan dengan suara keras, namun ditengah hembusan angin sungai yang begitu kencang, orang yang berada di perahu sejarak puluhan kakipun dapat menangkap dengan jelas, hal tersebut benar-benar sangat mengejutkan hati mereka.

Setelah berhasil menenangkan diri, dengan wajah serius kakek berbaju putih itu berkata lagi:

"Menjawab pertanyaan nyonya, orang bi-lang, Jika tak ingin diketahui orang, jangan-lah melakukan hal tersebut. Oh Tin san telah melakukan perbuatan terkutuk yang amat keji, mana mungkin rahasia tersebut dapatb disimpannya sajmpai lama

Ketigka Siau cian mebnyaksikan sepasang mata Pek Gwat go yang jeli mengawasi adik Gioknya tanpa berkedip, diam-diam ia men-jadi amat gusar, maka setelah mendengar perkataan itu, satu ingatan segera melintas dalam benaknya.

"Hmmm!" dia mendengus dingin, "andai-kata Lim lo pacu Toan Ki tin dari telaga Tong ting tidak punya maksud lain dengan me-nyampaikan kabar tersebut kepada kalian mana mungkin selama hidup kalian tak akan mengetahui kabar tersebut."

Sekali lagi paras muka Pek Gwat go sekalian berubah serentak mereka alihkan pandangan matanya ke wajah Siau cian.

Hu yong siancu kuatir Siau cian membawa persoalan itu jauh dari masalah yang sebe-narnya sehingga menimbulkan perseng-ketaan baru, cepat-cepat dia mengalihkan pokok pembicaraan kembali, lalu ujarnya:

"Dengan kematian Oh Tin san suami istri arwah Oh-cu kalianpun dapat beristirahat dengan tenang dialam baka, berarti dendam sakit hati ini sudah seharusnya diselesaikan hingga disini saja, kuharap kedua belah pi-hak dapat menghindari bentrokan phisik se-cara langsung hingga tidak menimbulkan pembunuhan yang tak berguna, sekarang kumohon kalian menyingkir dari sini, agar rombongan kapal perang dari Wi lim poo da-pat meneruskan perjalanannya."

Tampak Pek Gwat go menggerakkan bibir dan berbisik lagi kepada si kakek tersebut, Kakek berbaju putih itu manggut-manggut, kemudian berseru dengan lantang:

"Perkataan nyonya memang amat tepat, sejak kini kami tak akan menarik panjang lagi tentang peristiwa tersebut. Cuma saja, menurut berita yang tersiar di luaran, konon pejabat pocu Wi lim poo yang baru Lan See giok memiliki kepandaian silat hebat yang mampu mengungguli tiga manusia aneh dari luar samudra, hujin kami merasa kesem-patan seperti ini sukar dijumpai, karena itu ia berkeinginan untuk mengajak Lan pocu bertarung beberapa gebrakan."

Lan See giok berkerut kening mencorong sinar tajam dari balik matanya, paras muka yang memucat berubah menjadi hijau mem-besi, dia bertekad hendak membunuh istri Si Yu gi ini didalam air agar dendam kesumat-nya dapat terlampiaskan.

Hu yong siancu adalah seorang perempuan yang pernah merasakan bagaimana kehila-ngan suami, maka terhadap Pek Gwat bgo yang mengenajkan pakaian bergkabung itu dia bmenaruh perasaan simpatik.

Maka ketika menyaksikan mimik wajah Lan Sea giok tersebut, dia tahu kalau pe-muda tersebut sudah dicekam oleh hawa napsu membunuh, sadar kalau hal ini tak bisa dicegah lagi, dia menggelengkan kepalanya sambil menghela napas dan ma-suk kembali ke dalam ruangan perahu.

Sementara itu, meskipun Lan See giok dicekam oleh hawa amarah yang meluap na-mun sorot matanya tak pernah beralih dari Hu yong siancu, maka ketika dilihatnya pe-rempuan itu masuk ke ruang perahu sambil menghela napas sedih. ia menjadi terperan-jat.

"Bibi..." serunya tanpa terasa.

Hu yong siancu menghentikan langkah nya kemudian berpaling ke arah pemuda terse-but, katanya kemudian dengan lembut:

"Kalau ingin bertarung. batasilah hanya sampai saling menutul, jangan dikarenakan urusan kecil menyebabkan masalah besar terbengkalai, perjalanan kita masih jauh. kita mesti menghemat waktu dan tenaga untuk menghadapi masalah mendatang, badanku kurang enak sekarang, biar aku beristirahat dulu, kalian tak usah ikut aku. "

Selesai berkata, pelan-pelan dia berjalan masuk ke dalam ruang perahu. .

Sebenarnya Cay soat dan Siau cian hendak mengikuti Hu yong siancu masuk ke dalam, tapi setelah mendengar pesan ini, mereka tak ada yang berani mengikutinya lagi.

Tampaknya si naga sakti pembalik sungai dapat memahami perasaan Hu yong siancu waktu itu, kepada Lan See giok segera bisik-nya:

"Saudara cilik, batasi saja pertarungan nanti dengan saling menutul, selesai urusan disini kita mesti meneruskan perjalanan lagi."

Lan See giok yang melihat wajah bibinya murung dan tak senang hati, kontan saja perasaannya menjadi tak tenang, api amarah nya menjadi padam sama sekali, minatnya untuk bertarung melawan Pek Gwat go pun menghilang.

Ketika ia mendongakkan kepalanya lagi tampak Pek Gwat go yang berada di atas perahunya telah melepaskan pakaian berka-bung sehingga hanya mengenakan pakaian untuk renang, sepasang pedangrnya telah dilolzoskan dari saruwng.

Pek Gwat gro memiliki bentuk badan yang kecil mungil, payudaranya montok, ping-gangnya kecil dan pinggulnya besar, sepasang pahanyapun kelihatan langsing dan amat indah.

Baik anggota Wi lim poo maupun anggota Pek toh oh sama-sama tertegun oleh kejadian ini, sekalipun diatas kapal keraton berdiri dua orang gadis secantik bidadari dari kah-yangan, namun gaya Pek Gwat go justru mendatangkan suatu kesan yang lain".

Lan See giok tidak berminat untuk mem-perhatikan gaya Pek Gwat go tersebut, ia segera maju dua langkah ke depan, lalu setelah menjura ujarnya dengan suara dalam:

"Berhubung aku masih ada urusan penting yang mesti diselesaikan secepatnya di pulau Wan san, hari ini tak ads waktu bagiku un-tuk melayani keinginanmu tersebut, kalau ingin bertarung, lebih baik kita langsungkan di atas perahu saja ...."

"Sudah lama aku dengar akan kehebatan ilmu silat pocu, itulah sebabnya kumohon petunjuk darimu, sebagai seorang pocu yang menguasai wilayah air, aku yakin Lan pocu pasti mahir dalam pertarungan di darat maupun di air, itulah sebabnya kumohon pocu bertarung di dalam air saja...."

Semua perkataan dari Pek Gwat go itu di utarakan dengan suara yang lembut dan merdu, begitu enak didengar seolah-olah mempunyai suatu daya tarik tertentu.

Dengan kening berkerut Lan See giok ter-tawa dingin, ia hendak mengucapkan se-suatu, namun tiba-tiba Si Cay soat telah membentak nyaring, sambil menuding ke arah Pek Gwat go dia berseru:

"Kau tak usah memojokkan posisi orang atau sengaja mengulur waktu lagi, asal kau mampu mengungguli pedangku ini engkoh Giok pasti akan melayani keinginanmu itu."

Sambil berkata, dia lantas memutar perge-langan tangannya diantara kilauan, cahaya yang menusuk pandangan mata pedang Jit hoa kiam telah diloloskan dari sarungnya.



Naga sakti pembalik sungai cukup menge-tahui akan kelihaian jarum bulu kerbau dari Pek Gwat go, buru-buru dia, berbisik.

"Adik Soat harap mundur dengan segera, biar engkoh Giok yang menyelesaikan per-soalan ini, jangan lupa dengan pesan Han lihiap sehingga membengkalaikan urusan besar."

oooOooo

BAB 35

WALAUPUN Si Cay soat merasa cemburu di samping gusar, tapi setelah teringat dengar pesan bibinya, sudah barang tentu tak berani berkeras kepala lagi.

Tiba-tiba Siau thi gou berteriak keras.

"Lebih baik kalian beristirahat semua, biar aku saja yang bertarung melawan nyonya muda ini."

Sambil berkata dia lantas melepaskan pakaian atas dan bersiap mencopot celananya pula.

Merah dadu selembar wajah Cay soat dan Siau cian melihat ulah bocah tersebut, buru-buru ia berseru:

"Hai Thi gou, mau apa kau?"

Siau thi gou mengencangkan kembali tali kolor celananya, kemudian menerangkan.

"Aku lupa membawa pakaian renang, maka aku mau bertelanjang saja ...."

Atas jawaban ini, semua orang hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali, mereka benar-benar dibuat tertawa getir.

Tiba-tiba, nampak Pek Gwat go berkerut kening, dengan menunjukkan wajah kecewa kembali dia berpaling kearah kakek tadi dan membisikkan sesuatu. Kakek itu mengang-guk, kemudian berseru lantang:

"Majikan kami bilang, bila pocu kalian ti-dak mengerti ilmu di dalam air, biarlah perta-rungan hari ini tak usah dilangsungkan lagi.."

Lan See giok gusar sekali atas perkataan tersebut, dengan kening berkerut dia hendak mengucapkan sesuatu, tapi naga Sakti pem-balik sungai Thio lo enghiong telah tertawa tergelak. seraya berkata:

"Bukan, aku sengaja mengunggulkan diri, berbicara yang benar, selain Hu yong Siancu Han lihiap yang tangguh dalam air, mungkibn tiada orang kjedua yang mampug menandingi Lanb Siauhiap, bahkan aku sendiripun belum tentu sanggup bertarung beberapa gebrakan melawan Lan Siauhiap di dalam air, jadi kalian jangan berkata yang bukan-bukan....

Mendengar ucapan ini, dengan wajah di-ngin dan kaku Pek Gwat go segera berseru "Kalau memang begini, akan kutunggu ke-datangannya didalam air..,."

Selesai berkata tubuhnya melejit ke udara dan melompat sejauh beberapa kaki... menyusul kemudian tubuhnya berjumpalitan diangkasa, sepasang pedangnya diputar menciptakan dua gulung lingkaran cahaya, tubuhnya berubah arah, sekarang dengan kepala di bawah kaki diatas dia menyusup ke dalam air.

"Byuuurrr. . . ." Bunga air memercik ke mana-mana, tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.

Kagum sekali segenap jago dari Wi lim Poo dan Pek toh oh yang menyaksikan kejadian ini, tempik sorak bergema memecahkan ke-heningan .....

Siau cian dan Cay soatpun diam-diam merasa kagum, naga sakti pembalik sungai menggelengkan kepalanya, Siau thi gou membelalakkan matanya lebar-lebar dan ko-mandan Ciang sekalian berdiri melongo...

Lan See giok menundukkan kepalanya dan memperhatikan sekejap gulungan ombak di sungai, kemudian sambil tertawa hambar dia membebaskan ujung bajunya, bagaikan se-ekor rajawali raksasa tubuhnya melayang turun ke bawah.

Secara beruntun dia berputar tiga lingka-ran dulu di tengah udara, kemudian baru menyusup ke dasar sungai.

demonstrasi yang begini indah tersebut kontan saja membuat semua jago yang berada di perahu abu-abu itu tertegun, sekarang mereka baru sadar, bila Pek Gwat go ingin mengalahkan Lan pocu yang masih muda dan lihay ini, hal tersebut lebih sukar dari pada naik ke langit.

Naga sakti pembalik sungai yang berada di atas perahu manggut-manggut sambil mengelus jenggot, wajahnya nampak berseri dan menunjukkan rasa bangga.

Siau cian dan Cay soat saling bertukar pandangan sekejap, tak tahan mereka menutupi mulutnya dan tertawa cekikikan.

Siau thi gou membelalakkan pulba mata-nya. lebjar-lebar sambilg membuka mulutnbya lebar-lebar, dengan termangu dia awasi gulungan ombak di tengah sungai, mulutnya yang melongo seperti ingin mengucapkan se-suatu, namun tidak diketahui olehnya apa yang hendak diucapkan keluar.

Untuk beberapa saat lamanya suasana di sekeliling sungai itu amat hening, semua jago dari kedua belah pihak sama-sama dialihkan ke permukaan sungai di mana Pek Gwat go dan Lan See giok melenyapkan diri.

Mereka semua memusatkan pikiran dan perhatiannya, sambil menguatirkan menang kalah majikan masing-masing, sebab sejak terjun ke dalam air, baik Pek Gwat go mau pun Lan See giok sama-sama tidak muncul kembali dari permukaan air."

Beberapa saat sudah lewat, namun kedua orang itu belum juga menampakkan diri.

Semua Jago yang berada di kedua belah pihak mulai berkerut kening, mereka benar-benar merasa tidak habis mengerti.

Berapa saat kembali lewat, ombak masih menggulung gulung tapi tak nampak sesosok manusia pun yang menampakkan diri.

Saat itu si naga sakti pembalik sungai dam Cay soat maupun Siau cian mulai mengerut-kan dahi dengan perasaan gelisah dan tidak tenang.

Siau thi gou yang paling menguatirkan ke-selamatan kakaknya, ia sudah lari masuk ke dalam ruangan dan mengundang Hu yong siancu keluar.

Begitu berdua dengan Hu yong siancu yang gelisah, naga sakti pembalik sungai segera berkata dengan cemas: "See giok sudah lama terjun ke dalam air, tapi sampai sekarang belum juga menampakkan diri...."

Hu gong siancu tidak menjawab, cepat-ce-pat dia menuju ke ujung geladak kemudian memeriksa keadaan arus air.

Dalam pada itu, kawanan jago yang berada di perahu abu-abu itu sudah mulai gugup, seperti juga di pihak Wi lim poo, mereka dibuat gelagapan sendiri.

Hu yong siancu memandang sekejap keadaan sungai, tapi berhubung arus sungai amat deras, maka sulit baginya untuk me-nemukan sesuatu pertanda.

Siau cian dan Cray soat sudah azmat gelisah hinwgga mengucurkanr air mata, mereka me-maksa untuk menyusul ke bawah sungai, namun selalu dicegah oleh naga Sakti pem-balik sungai.

Hu yong siancu memperhatikan lagi sua-sana di bawah air, kemudian dengan nada kurang pasti katanya:

"Kalau dilihat keadaannya, pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu berjalan sengit .......

"Tapi kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki Lan See giok rasanya dia tidak membutuhkan waktu selama ini untuk mem-bereskan Si hujin" sela naga Sakti pembalik sungai.

Hu yong siancu manggut berulang kali, kemudian katanya lagi agak sangsi:

"Tapi itupun belum tentu, bila si hujin ti-dak mempunyai keyakinan untuk berhasil, iapun tak akan berani menantang anak, Giok untuk bertarung."

Siau cian dan Cay soat merasa gelisah sekali, tapi sebelum mendapat persetujuan dari Hu yong siancu, mereka berdua tak be-rani turun tangan secara sembarangan.

Tiba-tiba terdengar naga sakti pembalik sungai bertanya kepada kapal di seberang sana.

"Tolong tanya saudara, apakah di dasar sungai ini terdapat gua atau pusaran air?"

Setelah menyeka keringat yang membasahi jidatnya. kakek berbaju putih itu mengge-lengkan kepalanya berulang kali, sahutnya dengan gelisah.

"Menjawab pertanyaan lo enghiong, kami sendiripun tidak tahu menahu, Harap lo-enghiong bersedia menjadi penengah dalam peristiwa ini untuk terjun ke sungai dan melihat keadaan, menurut pendapatku hujin kami bukan tandingan Lan pocu, bisa jadi telah terjadi suatu peristiwa didalam air"

"Harap kau tak usah gelisah" Jawab naga sakti pembalik sungai dengan cepat.

"Menurut pengamatan Hu-yong siancu Han lihiap, pertempuran masih berlangsung amat seru didalam air"



Mendengar mama "Hu-yong siancu". segenap jago yang berada diatas perahu abu-abu itu menjerit tertahan, sorot mata mereka serentak ditujukan kemari dengan perasaan kaget. rasa gelisah dan tak tenang yang se-mula mencekam perasaan merekapun terlu-pakan untuk sementara waktu.

Berapa saat kemudian kakek berbaju putih itu sudah berhasil menenangkan kembali hatinya, ia segera menjura seraya berkata dengan hormat"

"Kalau memang Han lihiap hadir disini, mengapa tidak lo-enghiong katakan semenjak tadi? daripada kedua belah pihak harus bertempur dan membuang waktu yang ber-harga. Bila nyonya kami tahu kalau Han lihiap berada diatas kapal, tak mungkin dia akan menantang Lan pocu untuk berduel -

Belum selesai ia berkata. dari bawah per-mukaan air kedengaran suara air membelah ke samping, lalu tampak sesosok bayangan manusia melompat keluar.

Ketika semua orang mengalihkan matanya serentak seruan kaget bergema dimana mana ternyata orang yang munculkan diri adalah Pek Gwat go, cuma pedangnya tinggal se-be-lah.

Tapi setelah menghembuskan napas dan berganti napas baru, kembali dia menyelam ke dalam air.

Dengan perasaan gelisah Cay soat dan Siau cian bersama sama meloloskan pedang masing-masing, ketika tertimpa sinar mata-hari, senjata tersebut segera memantulkan sinar yang amat menyilaukan mata . . .

Hu yong siancu yang melihat hal ini cepat-cepat mencegah, kemudian ujarnya lagi sam-bil memandang ke sungai,

"Kalau dilihat dari keadaan, mereka, agaknya pertarungan diantara kedua orang itu belum berhasil menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, kalian berdua tidak usah bertindak secara gegabah dari-pada ditertawakan orang di kemudian hari, betul tak akan menciptakan pertarungan massal, tapi bisa di ejek orang sebagai golo-ngan yang hendak mencari kemenangan de-ngan mengandalkan jumlah yang banyak ....

Sebelum selesai dia berkata. dari balik permukaan sungai tiba-tiba muncul segum-pal darah kental.

"Aaahhh!"

Semua orbang yang menyakjsikan kejadian gini berseru kagbet. bahkan Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai pun ikut terkejut sehingga paras mukanya berubah.

Tapi gumpalan darah yang muncul itu segera buyar terbawa oleh arus sungai.

Kakek berbaju putih serta puluhan orang jago yang semula bergembira melihat ke-mun-culan Pak Gwat go tadi. kini dicekam lagi oleh perasaan tegang setelah melihat cucuran darah itu..

Perasaan gelisah, ngeri dan panik kini menyelimuti wajah setiap orang yang berada di sana.

Sebab setiap orang dapat merasakan bah-wa cucuran darah yang begitu deras tak mungkin keluar dari tubuh seseorang bila kepalanya tak sampai terpenggal atau dada nya robek besar.

Pada. saat itulah....

Air sungai kembali merebak ke samping Pek Gwat-go dengan pedang tunggalnya telah muncul lagi dari balik permukaan air.

Rasa gelisah dan tegang yang sekian lama mencekam perasaan si kakek berbaju putih serta puluhan orang jagonya itu segera berubah menjadi perasaan terkejut dan gi-rang, serentak mereka bersorak sorai dengan penuh kegembiraan.

Berbeda dengan Siau-cian, Cay soat dan Siau thi gou, mereka rasakan kepalanya seperti disambar geledek. menyangka pemu-da tersebut sudah mendapat celaka, hampir saja mereka jatuh pingsan ....

Tapi Pek Gwat go hanya sebentar berada di permukaan air, setelah memandang sekejap kearah permukaan sungai dengan panda-ngan kaget. dia menarik napas panjang ke-mudian menyelam lagi secepat kilat ....

Siau cian, Cay soat dan Siau thi gou seperti orang kalap segera berteriak marah.

Ijinkan kami turun ke bawah--"

Tapi Hu yong siancu yang berdiri dengan wajah pucat dan memusatkan perhatian memperhatikan sungai itu lama sekali tidak menggubris teriakan mereka bertiga, hanya tangannya digoyangkan berulang kali mem-perlihatkan tidak boleh.

"Mendadak-- -

Kembali suara air memercik ke samping, kemudian sesosok bayangan biru melesat keluar---

Ketika semua orang memperhatikban de-ngan seksjama, ternyata dgia adalah Lan Sbee giok yang membawa pedang dengan wajah serius

Karena itu semua orang dibikin tertegun dan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi

Dengan kening berkerut dan mata bersinar tajam Lan See-giok memandang pula ke per-mukaan air dengan wajah gelisah, tampak-nya dia tak sempat banyak berbicara lagi, pedangnya diputar dan tubuhnya sekali lagi menyelam ke dalam air.

Hu-yong siancu segera sadar kalau ada se-suatu yang tak beres di situ, buru-buru dia berseru.

"Kalian tidak usah ikut, biar kuperiksa sendiri.!

Sambil berkata ia segera terjun ke dalam air dan menyelam ke dasar sungai.

Naga sakti pembalik sungai juga tidak am-bil diam, segera teriaknya keras-keras.

"Saudara sekalian. tampaknya ke dua orang itu sudah mengalami ancaman bahaya di bawah air, bila ada papan atau kayu siap-kan dengan segera sehingga setiap soat bisa di lemparkan ke dalam air "

Begitu teriakan itu diutarakan, para pe-ngawal yang berada di kedua belah pihak su-dah menyiapkan papan-papan serta kayu.

Kakek baju putih di seberang sana dan naga sakti pembalik sungai dipihak sini. masing-masing menyiapkan sebuah papan pula sambil memusatkan perhatian meng-awasi permukaan sungai.

Cay soat, Siau cian maupun para jago lain-nya benar-benar dibuat kebingungan sete-ngah mati, mereka tidak mengerti dari mana datangnya darah segar tersebut dan mengapa Lan See giok mendapat sebilah pedang milik Pek Gwat go,

Pada saat itulah...

Dari balik sungai muncul lagi darah segar yang menyebar kemana mana...

Kemudian disusul air yang memancar ke empat penjuru. lalu sesosok bayangan biru dan perak munculkan diri,

Naga Sakti pembalik sungai segera mem-bentak keras.

Perhatikan papan..."

Ditengah bentakan, sepasang tangannya menolak ke depan kuat-kuat papan yang berada di tangannya segera meluncur ke de-pan dengan kecepatan tinggi...

Semua orang menrgalihkan perhatzian masing-masiwng kearah sungari, ternyata ba-yangan biru dan perak yang muncul barusan adalah Lan See giok yang membopong Pek Gwat go yang telah jatuh tak sadarkan diri. Lan See giok yang baru muncul sambil mengempit tubuh Pek Gwat go dapat menangkap suara bentakan si naga sakti pembalik sungai yang menggeledek, maka mempergunakan tenaga mengapungnya dia melejit setinggi tiga depa, pedangnya di lem-parkan pula ke depan si kakek berbaju putih itu

Bersamaan waktunya ketika ia melompat ke atas sambil melemparkan pedangnya. pa-pan yang dilemparkan naga sakti pembalik sungai telah meluncur diatas permukaan air. ,

Melihat hal ini tubuhnya meluncur ke de-pan, lalu memanfaatkan kesempatan di saat papan itu masih mengapung, ia membentak keras, ujung baju tangan kanannya dikebas-kan ke depan lalu ujung kakinya menutul papan tadi, secepat sambaran kilat ia sudah melompat naik ke atas perahu keraton.

Sementara itu kedua belah pihak sama-sama sudah dicekam kegugupan dan kekalutan, si saga Sakti pembalik sungai kembali mengambil sepotong kayu dan pusatkan perhatiannya kearah permukaan air sebab papan yang dilemparkan untuk pertama kalinya tadi sudah terbawa arus hingga meluncur sejauh puluhan kaki le-bih---

Siau cian, Cay soat dan Siau thi gou sudah tak berhasrat lagi untuk berpikir mengapa Lan See giok membopong tubuh Pek Gwat go, sebab Hu yong siancu masih berada di dalam air.

Mendadak....

Dari balik sungai berkelebat sesosok ba-yangan ungu yang diikuti kilatan cahaya ta-jam yang meluncur ke atas.

Si Naga sakti pembalik sungai tahu kalau orang itu adalah Hu yong siancu yang mem-bawa pedang Hu yong kiam, maka sambil menghimpun tenaganya ke dalam lengan. ia mengawasi Hu yong siancu munculkan diri dari permukaan air.



Tiba-tiba bentaknya keras.

"Lihiap, perhatikan baik-baik ....."

Dalam bentakan tersebut, papannya me-luncur ke arah depan dengan kecepatan tinggi . . , .

Hu yong siancu sudah menduga agaknya bahwa naga sakti pembalik sungai yang amat berpengalaman di dalam air telah memper-siapkan diri sebaik baiknya.

Make begitu muncul di permukaan ia segera menarik napas panjang dan menghantam papan yang meluncur tiba-tiba itu dengan tangan kirinya, sedang pedang di tangan kanannya memainkan jurus ikan leihi melompati pintu naga. begitu muncul dia melejit ke udara dengan menjejak papan dan meluncur ke depan....

Disaat tubuh Hu-yong siancu baru saja melompat ke tengah udara inilah. dari balik permukaan sungai kedengaran suara yang keras. lalu ditengah percikan air sungai yang memancar ke empat penjuru, muncul se ekor makhluk besar berbulu emas bermata merah dan bertaring yang bentuk badannya mirip seekor kerbau.

Sambil mementangkan mulutnya lebar-le-bar. makhluk tersebut langsung menggigit papan yang mengapung didekatnya.

"Kraaaaakkk!"

Papan yang tergigit itu seketika hancur berantakan berkeping keping sedang mak-hluk besar itu kembali menyelam ke dalam air...

Si Cay-soat membentak keras, pergelangan tangannya segera diayunkan ke depan, dua titik cahaya tajam secepat kilat, menyambar makhluk besar yang sedang menyelam ke dalam air itu.

Hu yong siancu telah melayang turun diatas geladak, kepada Cay soat katanya geli-sah.

"Anak soat, makhluk besar itu tak bakal terbunuh bila tidak menggunakan senjata mestika, kau tak usah menghambur ham-burkan senjata rahasiamu, lagi dengan per-cuma"

Kemudian sambil berpaling ia bertanya lagi.

"Mana anak Giok serta Si hujin?"

"Engkoh Giok membopong perempuan muda itu masuk ke ruangan dalam . . ,- , " Sahut Siau thi gou.

Setelah Hu yong siancu naik keb atas perahu dajlam keadaan selgamat. Siau cianb dan Cay soat baru merasa lega, dan pada saat inilah mereka baru teringat kalau Lan See giok telah masuk ke dalam ruangan perahu sambil membopong Pak Gwat go.

Dengan perasaan sangat gelisah ke dua orang itu segera berlarian masuk ke dalam ruang perahu tersebut.

Sedang Hu yong siancu segera berkata ke pada si naga sakti pembalik sungai,

"Thio lo enghiong, segera kau undang ke dua orang dayang serta penanggung jawab dari pihak Pek toh oh agar datang kemari, bisa jadi Si hujin mereka telah terluka oleh gigitan binatang tadi.

Selesai berkata, buru-buru dia masuk pula ke dalam ruangan perahu.

Ketika tiba didalam kamar megah yang ditempati Lan See giok, tampak Siau cian dan Cay-soat telah berada di depan pem-baringan. Lan See giok telah membaringkan Pek Gwat go diatas pembaringannya dan menutupi tubuhnya dengan sebuah selimut.

Hu-yong siancu yang menyaksikan hal ini tanpa terasa bertanya kepada pemuda itu dengan gelisah.

"Anak Giok, bagaimana dengan Si hujin? Parahkah luka yang dideritanya?"

Agak memerah wajah Lan See giok, sahut-nya tersipu sipu;

Mungkin ia jatuh pingsan karena terkejut dimanakah letak lukanya tidak anak Giok ketahui."

Biarpun Si cay soat dan Siau cian menun-jukkan sikap yang terbuka, padahal dalam hati kecilnya merasa amat cemburu.

Apalagi setelah melihat pemuda itu men-jawab secara terbata-bata, tanpa terasa mereka mendengus sambil mencibirkan bibirnya,

Lan See giok yang menyaksikan hal terse-but, wajahnya berubah semakin merah, buru-buru dia mengalihkan pandangan ma-tanya kearah lain.

Hu yong siancu adalah perempuan yang pintar, melihat gelagat kurang baik. dia segera mengulapkan tangannya sambil ber-kata.

"Kalian anak lelaki keluarlah lebih dulu!, Bagaikan mendapat pengampunan besar serta merta Lan See giok beranjak dari ru-angan tersebut dengan langkah lebar.

Siau-thi-gou masih berdiri di bsitu dengan matja terbelalak dagn mulut melongob, dia me-mandang sekejap sekeliling ruangan dengan termangu, kecuali dia hampir semua orang yang masih tertinggal dalam ruangan itu adalah kaum wanita.

Terutama sekali para dayang cilik. mereka segera memandang ke arahnya sambil ter-tawa geli.

Dengan cepat Siau thi-gou merasa kalau gelagat tidak menguntungkan, yang diartikan bibinya sebagai anak lelaki pasti termasuk juga dirinya.

Maka dengan wajah memerah, cepat-cepat dia ngeloyor pergi pula dari situ.

Sepeninggal Siau thi-gou, Hu yong siancu baru mendekati pembaringan dan memeriksa Pek Gwat-go.

Ditemukan perempuan itu berbaring dengan wajah pucat dan bibir terkatup kencang, agaknya jatuh tak sadarkan diri karena terkejut, tapi kalau dilihat dari gayanya waktu tidur, persis seperti perempuan cantik yang lagi tidur.

Melihat sampai disini, diapun menyingkap selimut yang menutupi tubuh perempuan itu.

Pek Gwat-go masih berbaring dengan pakaian renangnya yang ketat, cuma dari bagian selangkangan hingga bagian dadanya telah robek selebar empat inci lebih.

Dengan demikian pakaian dalamnya yang melekat di badan hampir terlihat sama sekali, pinggangnya yang ramping, payudaranya yang montok dan bawah perutnya yang bulat datar, badan yang mulus serta bau harum yang semerbak, membuat perempuan itu nampak begitu mempersonakan hati.

Siau cian dan Cay soat segera merasa sangat tak tenang sehingga tanpa terasa mereka saling berpandangan sekejap, rasa cemburu yang berkobar dalam hatipun semakin membara, cuma biaarpun cemburu membakar dada mereka, tapi menghadapi kejadian semacam ini, merekapun sama sekali tak berdaya.

Hu yong siancu menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian menempelkan telapak tangannya di atas jalan darah Sim-ki-hiat di dada Pek Gwat-go.

Akibat dari tekanan ini, Pek Gwat-go merintih pelahan dan pelan-pelan membuka matanya kembali.

Pek Gwat-go memrandang ke arah zHu yong siancu,w Siau cian dan rSi Cay soat, kemudian keningnya berkerut kencang, seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.

Hu yong siancu tertawa lembut, ujarnya ramah:

"Si hujin, pakaian renangmu tergigit babi sungai sehingga robek, untung saja nyawamu, masih sempat diselamatkan oleh anak Giok..."

Pek Gwat go sangat terkejut, buru-buru dia mencoba mengatur pernapasan, tapi hawa murninya dapat beredar tanpa hambatan dari seluruh tubuhnya juga tidak terasa sa-kit, ia tahu tubuhnya tak sampai terluka, oleh gigitan babi sungai tersebut.

Tapi ia memang seorang yang cerdik, dari sebutan Hu yong siancu segera menyimpul-kan bahwa nyonya cantik yang anggun di de-pan matanya pastilah angkatan tua dari Lan See giok.

Karena itu dengan senyum manis meng-hi-asi wajahnya dia bangkit berdiri dan siap untuk turun dari pembaringan.

"Si hujin baru saja sadar jangan bergerak kelewat cepat" cegah Hu yong siancu sambil tertawa ramah,

Seraya berkata cepat-cepat ia menutupi pakaian renang Pek Gwat go yang robek itu dengan selimut, kemudian menekan bahunya agar ia membaringkan diri kembali,

Pek Gwat go masih belum tahu kalau celana renangnya telah robek, sambil tertawa kembali katanya,

"Boanpwe sama sekali tidak merasa se-suatu yang kurang enak"

Bagaimanapun juga, Siau cian dan Cay -soat masih muda, belum lenyap sifat ke kanak kanakan dari watak mereka, melihat Pek Gwat go masih belum tahu kalau pakaian dalamnya kelihatan semua, kedua orang itu tak bisa menahan rasa gelinya lagi dan segera tertawa cekikikan.

Pek Gwat go bukan orang yang bodoh, melihat Siau cian berdua tertawa geli, dia segera teringat kalau celana renangnya telah tergigit babi sungai, dengan perasaan terkejut wajahnya kontan saja berubah hebat.

Buru-buru dia meraba celana renangnya itu, kemudian paras mukanya berubah men-jadi merah padam seperti kepiting rebus, ma-sih untung pakaian dalamnya tidak ikutan robek.,

Pada saat itulah pintu kamar dibuka orang lalu muncul dua orang dayang berpakaian berkabung yang membawa pakaian milik Pek Gwat go.

Dari dandanan mereka. Hu-yong siancu tahu kalau kedua orang ini berasal dari pihak Pek-toh-oh. maka ujarnya sambil tersenyum.

"Untung saja kalian datang tepat pada waktunya, cepat kalian layani nyonya kalian.

Kemudian sambil berpaling kearah Pak Gwat-go yang masih berdiri tersipu-sipu karena malu, kembali katanya sambil terta-wa."

"Si hujin. silahkan bertukar pakaian, kami akan menunggumu di ruang muka"

Pek Gwat-go sedang melamunkan peristiwa yang baru saja dialaminya didalam air, mendengar ucapan ini, buru-buru dia mem-beri hormat sambil menyahut.

(Bersambung ke Bagian 46)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar