Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 12

Baca Cersil Mandarin Online: Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 12
Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 12

Wie Sin Siansu bersama adik-adik seperguruannya memberi hormat kepada hongthionya, kemudian mereka melaporkan perihal bentrokan yang terjadi dengan Cu Lie Seng dan juga perihal munculnya See-mo Tong-mo, Pak-mo dan Lam-mo. empat dedengkot iblis, yang tampaknya mereka bisa bekerja saling bahu membahu dibawah pimpinan seseorang.

Muka Tang Sin Siansu jadi berobah guram. Cu Lie Seng putera Cu Kongkong Thaykam ?"

"Benar, Hongthio." Mengangguk Wie Sin Siansu. "kepandaiannya tidak terlalu tinggi tetapi See-mo, Tong-mo, Pak-mo dan Lam mo berempat bertindak sebagai pelindungnya, Kami dirintangi oleh mereka. Malah menurut hasil penyelidikan kami, disamping See-mo berempat, ada seseorang yang kepandaiannya luar biasa, yang bisa menguasai dan menaklukan keempat dedengkos iblis itu, yang dipersatukan, untuk menjadt pengikutnya. Tapi kami belum mengetahui jelas, entah siapa orang yang berhasil mengendalikan keempat dedengkot iblis tersebut, hanya dapat dipastikan bukan Cu Lie Seng."

"Omitohud ! Omitohud !" memuji Tang Sin S'ansu dengan muka muram, Tang Lu dan Tang Lang Siansu yang baru datang. mendengarkan kembali laporan Wie Sin Siansu. Merekapun terkejut, malah Tang Lu Siansu bertanya: "Jadi empat dedengkot itu sudah bekerja sama untuk seseorang ?"

Wie Sin Siansu mengangguk. "Benar. Biasanya empat dedengkot iblis itu saling berlomba, bersaing satu dengan yang Iain tanpa pernah mau saling mengalah ! Namun sekarang mereka sekaligus empat dedengkot iblis dari empat wilayah kekuasaan masing-masing, telah dapat dikumpulkan dan dikendalikan oleh seseorang, sehingga mereka berempat tidak saling berlomba lagi, malah bisa bekerja sama untuk menentang siapa saja yang menjadi musuh mereka."

Tang Lu Siansu menghela napas, menoleh kepada Tang Sin Siansu. "Suheng, apakah tidak mungkin orang yang menguasai dan mengendalikan keempat dedengkot iblis itu adalah DIA ."

Tang Sin Siansu menghela napas dalam-dalam, "Mungkin juga DIA, mungkin juga bukan. Tetapi, kini tampaknya kita mulai akan menghadapi kesulitan, Siauvv Lim Sie akan menerima ujian...! Berurusan dengan Cu Thaykam bukanlah persoalan kecil, karena berurusan dengan Thaykam itu sama saja berurusan dengan pemerintah dan berurusan dengan pemerintah akan mendatangkan, kesulitan yang tidak kecil ! Selama ini Siauw Lim Sie berusaha membatasi diri tidak pernah mencampuri segala persoalan di luar Siauw Lim Sie, hal itu untuk mencegah terjadi bentrokan dengan pihak pemerintah.. Tapi siapa sangka, tampaknya kini hal itu sulit untuk dihindarkan. Dengan adanya niat mengadu dombakan Siauw Lim Sie dengan Bu Tong Pay, memang ada orang-orang yang bermaksud buruk pada Siauw Lim Sie, yang pasti tidak akan berhenti sampai disini saja, masih akan ada ekornya ..."

Setelah berkata begitu Tang Sin Siansu menghela napas dalam-dalam dia menoleh kepada Wie Sin Siansu, menceritakan apa yang terjadi pada Tang Bun Siansu, juga memberitahukan perihal dugaannya pada pelakunya tidak lain Tang San Siansu. Wie Sin Siansu beramai terkejut, tapi mereka ber-diam diri tidak berani berkomentar apa-apa.

"MuIai sekarang," kata Tang Sin Siansu- "Kita harus lebih hati-hati. Hindarkanlah bentrokan dengan pihak manapun. Wie Sin kau beritahukan murid-murid lain, untuk membatasi diri jangan melakukan kegiatan apapun diluar kuil! !"

"Baik, Hongthio ! menyahuti Wie Sin Siansu. "Perintah akan kujalankan segera." Segera Wie Sin Siansu dengan sute-sutenya mengundurkan diri. Tang Lu dan Tang Lang pun meninggalkan ruangan itu setelah berunding beberapa saat dengan Tang Sin Siansu.

Melihat yang lainnya sudah mengundurkan diri, Giok Han pun bermaksud mengundurkan diri. Tang Sin Siansu tiba-tiba menoleh kepadanya, melambaikan tangannya. "Kemari kau Giok Han !"

Giok Han menghampiri dengan sikap hormat.

"Giok Han," kata Tang Sin Siansu, suaranya jadi sabar. "Peristiwa telah berkembang sedemikian rupa, maka Loceng harap kau lebih tekun dan giat melatih Sin Beng Kun ! Harapan Loceng hanya padamu, kelak setelah dewasa bisa menjaga nama baik Siauw Lim Sie. Besok akan Loceng beritahukan kepada gurumu, Wei Sin, agar sementara dia menghentikan pengajaran padamu, memberikan kesempatan sepenuhnya kepadamu melatih Sin Beng Kun. Tetapi, Loceng harap kau tidak mengecewakan harapan kami!"

Giok Han cepat-cepat berlutut. "Tecu akan memperhatikan setiap petunjuk dan berusaha tidak mengecewakan harapan Susiok-couw !"

"Bagus ! Berdirilah I" perintah Tang Sin Siansu. "Perhatikanlah, Loceng akan menurunkan sejurus lagi dari ilmu pukulan Sin Beng Kun!" Kemudian Tang Sin Siansu mulai bergerak sangat lincah, memberikan petunjuk I epada Giok Han. Dengan penuh perhatian Giok Han memperhatikan cermat sekali. Kemudian Tang Sin Siansu perintahkan Giok Han mengikuti setiap gerakan yang dilakukannya, anak itu bisa mengikutinya dengan baik.

Tang Sin Siansu tampak puas. "Pergilah kau berlatih lagi !"

Giok Han membungkuk memberi hormat dia ingin mengundurkan diti. Namun sebelum Giok Han meninggalkan ruangan tersebut, masuk seorang pendeta muda, melaporkan diluar kuil ada seorang pengemis yang mengaku sebagai murid Kaypang, ingin bertemu dengan Tang Sin Siansu.

Alis Tang Sin Siansu mengkerut, dia heran apa maksud kunjungan murid Kaypang, itu. Malah pendeta tua itu sudah menduga pasti ada persoalan baru yang dibawa pengemis Kaypang itu.

"Perintahkan dia masuk !" kata Tang Sin Siansu akhirnya.

Ternyata pengemis Kaypang itu tidak lain dari Thian Sin Cu Mukanya pucat pias, sekali lihat Tang Sin Siansu tahu bahwa pengemis ini tengah menderita luka di dalam yang parah.

"Kiesu (pendekar) apa yang terjadi padamu ?" tanya Tang Sin Siansu bimbang.

Mengetahui di depannva adalah Tang Sin Siansu. Hongthio Siauw Lim Sie. Thian Sin Cu memberi hormat, Lalu dia menceritakan apa yang dialaminya, pertemuannya dengan Tung Yang dan Tung Irn, pesan yang diminta Tung Yang agar disampaikan kepada pimpinan Siauw Lim Sie tersebut.

"Liong-kak! Ooooh. persoalan itu tampaknya menjadi persoalan yang cukup penting !" mengguman Tang Sin Siansu tambah guram mukanya. "Siancai. Terima kasih atas berita yang dibawa Kiesu. Luka Kiesu tampaknya tidak ringan, lebih baik beristirahat dulu !" Tang Sin Siansu kemudian perintahkan pendeta muda yang tadi memberi tahukan kedatangan Thian Sin Cu agar membawa sang tamu ke sebuah kamar tamu, agar Thian Sin Cu bisa bisa beristirahat. la pun memberikan obat kepada Thian Sin Cu.

Seminggu lamanya Thian Sin Cu beristirahat di kuil Siauw Lim Sie. Kesehatannya berangsur membaik karena obat yang diberikan Tang Sin Siansu mujarab sekali. Dalam kesempatan hal banyak yang diceritakan Thian Sin Cu pada Hongthio Siauw Lim Sie, apa yang telah dialaminya, "Sebetulnya Taysu, cukup membingungkan juga Tung Yang Taihiap bersama isterinya yahg berkepandaian tinggi bisa dianiaya seperti itu, sampai menemui ajal mereka !" kata Thian Sin Cu dalam suatu kesempatan bercakap-cakap dengan ketua Siaaw Lim Sie tersebut. "Benda apakah Liong Kak itu, Taysu ?"

"Omitohud ! Loceng sendiri belum mengetahui sebetulnya benda apakah Liong Kak (Cula Naga) itu ! Tadi Kiesu bicara perihal Poan Pian Thian, apa saja yang dikatakan padamu?"

"Dia tampaknya hanya memiliki satu tujuan, yaitu memperoleh kepastian bahwa Tung Yang berdua Tung Im sudah binasa. Kemudian dia pergi !"

"Tahukah Kiesu Poan Pian Thian bekerja untuk siapa?" tanya Tang Sin Siansu lagi.

Si pengemis menggeleng "Sampai sekarang perihal dedengkot iblis See mo, Pak-mo Lam mo dan Tong-mo pun belum lagi diketahui oleh kami bekerja untuk siapa, selain dugaan kami mereda berada di bawah pengaruhnya Cu Lie Seng pemuda iblis sangat kejam itu, putera Cu Thaykam ! Poan Pian Thian apakah bekerja untuk pemuda iblis Cu Lie Seng seperti keempat dedengkot iblis itu, belum kami ketahui !"

Tang Sin Siansu menghela napas dengan perasaan jengkel. Peristiwa berlangsung demikian beruntun, tampaknya ketenangan Siauw Lim Sie di waktu mendatang bisa dilanda oleh badai, dan gelombang.

Dua hari lagi Thian Sin Cu berdiam di kuil Siauw Lim Sie, kemudian dia pamitan. Tung Sin Siansu kirim salam buat Pangcu Kaypang.

Seperginya pengemis itu, Tang Sin Siansu mengumpulkan Tang Lu Siansu dan Tang Lang Siansu, untuk berunding. Mereka membicarakan Iangkah-langkah apa yang harus mereka tempuh, jika suatu saat badai menyerang Siauw Lim Sie. Wie Sin Siansu di-ajak ikut serta dalam perundingan itu.

Dengan sikap yang tenang dan langkah kaki satu-satu, tampak seorang lelaki tua berkumis dan jenggot panjang sudah berwarna putih tengah mendaki gunurg Siong-san. Mukanya dingin seperti mayat, tidak bersinar dan pucat kuning menakutkan. Mukanya yang kaku itu seperti tertawa tapi bukan tertawa, seperti menangis tapi pun bukan menangis. Dia melangkah terus dengan sikap seenaknya. Ketika bertemu dengan dua orang hweshio Siauw Lim Sie yang tengah turun gunung untuk pergi membeli keperluan dapur, orang yang seperti muka mayat itu tidak memperlihatkan reaksi apa-apa. seakan tidak melihat kedua hweshio tersebut.

Kedua hweshio itu adalah pengurus dapur Siauw Lim Sie. Yang seorang Cie An Hweshio dan yang satunya lagi Gu Bie Hweshio. Mereka curiga melihat sikap orang asing yang mencirigakan ini. Cie An Hweshio melirik kepada temannya, memberi isyarat, kemudian melompat ke depan orang yang mukanya seperti mayat tersebut, Kedua tangannya dirangkapkan.

"Maaf, apakah Siecu ingin berkunjung ke Siauw Lim Sie untuk bersembahyang ?" tegurnya.

Orang bermuka seperti mayat mengawasi Cie An Hweshio dengan sorot mata dingin, dia tidak menyahuti, hanya meneruskan langkahnya, Sikapnya seperti tidak melihat si hweshio yang ada di depannya.

Cie An Hweshio mengerutkan keningnya. "Apakah orang ini tuli dan gagu?" pikirnya. Tapi dia masih berseru: "Sementara ini kuil kami tidak menerima tamu bersembahyang, karena kami sedang sibuk mengurus perbaikan ruang pemujaan !"

Tiba-tiba orang itu menghentikan langkah kakinya. "Apakah Tang Sin Siansu ada ?"

Pertanyaan itu tidak enak didengar oleh Cie An Hweshio maupun Gu Bie Hweshio. Selain pertanyaan itu cukup kasar, juga Hongthio mereka seperti diremehkan benar oleh orang tua bermuka seperti mayat ini.

Gu Bie Hweshio memang seorang berdarah panas. Dia memiliki tubuh yang kekar dan tegap. "Kalau Siecu tidak ada urusan penting, silahkan turun gunung. Sudah sebulan Hongthio kami tidak menerima tamu !"

"Tang Sin Siansu ada ?" masih orang itu bertanya dengan nada yang dingin tidak perdulikan Gu Cie Hweshio

"Oooo, benar-benar manusia tuli!" menggumam Gu Bie Hweshio mendongkol "Sudah pinceng beritahukan Hongthio kami sudah sebulan lebih tidak menerima tamu."

Muka orang itu tetap dingin. Dia merogoh sakunya. "Tapi sekali ini Tang Sin Siansu pasti mau menemuiku ! Bawalah surat namaku ini !" Dia memberikan selembar kartu nama lebar di mana tertulis di situ: "Poan Pian Thian hap tiauw ingin bertemu, harap Hongthio Siansu mau menerimaku."

Gu Bie Hweshio dan Cie An Hweshio saling pandang, kemudian Cie An Hweshio mengangguk. "Baiklah, tampaknya kau tidak percaya pada kami, masih ingin memaksa buat bertemu dengan Hongthio kami. Kalau nanti ditolak, kau jangan kecewa!" Setelah berkata begitu Cie An Hweshio berpesan pada Gu Bie Hweshio untuk menantinya di situ, dia sendiri pergi kembali ke kuil, untuk mengantarkan surat nama tamu yang aneh ini.

Tapi ketika Cie An Hweshio memutar tubuh, orang bermuka seperti mayat itu, yang di surat namanya tertulis sebagai Poan Pian Thian Yap Bauw ikut melangkah, Gu Sie Hweshio segera menghalanginya. "Kita tunggu di sini saja..."

Baru saja Gu Bie Hweshio berkata seperti itu, tahu-tahu dadanya kena dicengkeram Poan Pian Thian. Begitu cepat tangan orang she Yap tersebut, sampai Gu Bie Hweshio tidak bisa menghindarkan. Dadanya kena dicengkeram, kemudian digentak ke samping, tubuhnya disenderkan ke batang pohon "Kreekkkk." terdengar tulang iganya ada yang patah, dia menjerit kesakitan.

Cie An Hweshio kaget mendengar jeritan kawannya, menoleh. Dia tambah kaget. "He mengapa kau lukai Suhengku??" teriaknya sambil memutar tubuh untuk kembali. Tapi orang itu sangat gesit, tahu-tahu dia sudah menendang Gu Bie Hweshio dan berada di dekat Cie An Hweshio.

Tangan kirinya pun bergerak sama cepatnya seperti tadi, mencengkeram dada Cie An Hwesgio, menghentak kuat sekali kebatang pohon, terdengar suara "krekkkkk"", disusul jerit kesakitan Cie An Hweshio Sebetulnya Cie An Hweshio tadi hendak menghindar dari cengkeraman tangan Yap Bauw, tapi dia tidak berhasil, karena tangan itu bergerak terlalu cepat, tahu-tahu sudah mencengkeram dadanya dan tubuhnya kena ditarik keras, kemudian terdorong menyender dibatang pohon, tulang iganyapun ada yang patah, seperti yang dialami Gu Bie Hweshio.

"Ayo jalan " bentak Yap Bauw bengis, sambil melontarkan tubuh kedua Hweshio itu disusul dengan terlepasnya cengkeraman tangannya. Gu Bie Hweshio dan Cie An Hweshio terpelanting, mereka merasa dada masing-masing sakit bukan main, lalu bangkit berdiri.

"Kau... kau berani melukai orang disiang hari ?" Bentak Gu Bie Hweshio dengan suara tidak lancar.

"Jalan! Atau kalian hendak dihajar lebih dulu baru kedua kaki kalian mau melangkah?" bentak Poan Thian Yap Bauw bengis, mukanya yang dingin menakutkan seperti mayat hidup itu sangat mengerikan. Gu Bie Hweshio dan Cie An Hweshio penasaran dan gusar, tapi merekapun tak berdaya.

Tampaknya orang seperti mayat ini memang memiliki kepandaian tinggi, mereka pasti tidak mungkin bisa melawan. Keringat dingin mengucur deras membasahi baju mereka.

"Jalan !" bentak Poan Plan Thian Yap Bauw sama bengisnya seperti tadi.

Terpaksa Gu Bie dan Cie An Hweshio melangkah menuju ke kuil Siauw Lim Sie.

Poan Pian Thian Yap Biauw mengikuti di belakang, tidak sepatah perkataanmu yang diucapkannya, Mukanya tetap dingin tidak memperlihatkan perasaan apapun.

Akhirnya mareka tiba di depan pintu kuil Siauw Lim Sie. gerbang pertama. Ada tiga orang hweshio yang tengah membersihkan pintu gerbang kuil. Mereka heran melihat dua orang saudara seperguruan mereka pulang dengan muka pucat pias dan mandi keringat dingin, di belakangnya mengikuti seorang bermuka menakutkan seperti mayat.

"Gu Bie kenapa kau?" tegur salah seorang diantara ketiga hweshio itu.

"Orang ini... orang ini menganiaya kami..." memberitahukan Gu Bie Hweshio sambil ingin berlari. Tapi tahu-tahu tengkuknya dirasakan sakit, karena telah dicengkeram jari-jari tangan kuat seperti baja, kemudian tubuhnya mengejang kaku kesakitan, cengkeraman itu seperti hendak menghancurkan tengkuknya, dia hanya megap-megap tidak bisa berkata apapun, untuk menjerit saja tidak bisa.

Cie An Hweshio pun ingin berlari, tapi sebelum kakinya bergerak, kaki kanan orang she Yap sudah menendang, segera tubuh Cie An terjungkel bergulingan di tanah sambil menjerit kesakitan.

Hebat cara datangnya Poan Pian Thian Yap Bauw ke Siauw Lim Sie, tidak banyak rewel main bunuh. Sedangkan orang lain untuk banyak tingkah di kuil Siauw Lim Sie akan berpikir sepuluh kali! Siauw Lim Sie merupakan pusat perguruan silat tertua di daratan Tionggoan, yang sangat dihormati oleh segala lapisan orang Kangouw.

Murid-murid Siauw Lim Sie pun umumnya merupakan pendeta-pendeta sakti berkepandaian tinggi yang tidak pernah menyombongkan kepandaian mereka, tapi juga tidak akan mudah diperhina. Tokoh-tokoh Kangouw umumnya menaruh hormat-hormat pada pendeta-pendeta Siauw Lim Sie.

Tapi sekarang Poan Pian Thian Yap Bauw sekaligus telah membunuh tiga hweshio di depan kuil Siauw Lim Sie, dalam sejarah persilatan memang inilah pertamakali terjadi ! Tangannya telengas, hatinya kejam dan akan membunuh kalau ada orang yang merintanginya, selalu membuktikan ancamannya tanpa banyak rewel.

Gu Bie Hweshio berdua Cie An Hwesfrro jadi gentar juga, karena tamu tak diundang ini tampaknya tak main-main dengan ancamannya. Segera mereka setengah berlari ke ruang dalam untuk mengantarkan surat-nama tamu yang ganas ini.

Yap Bauw tidak masuk lebih jauh, dia berdiri dipelataran kuil tersebut. Matanya bersinar dingin memandang sekeliling. Tidak lama ia menunggu, dari dalam tampak muncul beberapa orang hweshio, yang menghampiri padanya. "Omitohud ! Onitohud ! Ada keperluan apakah kiesu berkunjung kemari?"

Sabar suara seorang hweshio yang berjalan di depan hweshio-hweshio lainnya. Dia Wie Sin Siasu, sabar sekali suaranya, hanya matanya tajam luar biasa menatap tamu yang menurut laporan Gu Bie dan Cie An Hweshio merupakan orang yang ganas bukan main.

"Aku ingin bicara dengan Tang Sin Hongthio," menyahuti Yap Bauw dingin, mukanya tetap tidak memperlihatkan reaksi apa-apa. "Suruh dia yang keluar menyambutku ! "

Wie Sin Siansu merangkapkan kedua tangannya. "Siancai. Hongthio kami kebetulan berhalangan untuk menyambut tamu, karena tengah menyepi diri. Sungguh tidak kebetulan kedatangan Kiesu. Bolehkah Loceng mengetahui nama harum Kiesu, agar nanti setelah Hongthio selesai menyepi, dapat Loceng beritahukan perihal kunjungan Kiesu?"

Alis Yap Bauw mengkerut, mukanya yang memang bengis semakin tidak sedap dilihat.

"Kalian hweshio-hwesio Siauw Lim Sie memang terlalu bertingkah dan banyak tetek-bengek dengan segala peraturan menjemukan! Sudah kuberitahukan tadi aku ingin bicara dengan Tang Sin Hongthio, tidak mungkin aku bicara dengan kau."

Gu Bie Hweshio menghampiri Wie Sin Siansu menyodorkan surat-nama Yap Bauw. Wie Sin Siansu membaca surat-nama, mukanya berobah, tapi segera pulih kembali ketenangannya. "Ah. tidak tahunya Poan Pian Thian Yap Bauw, Yap Kiesu." kata Wie Sin Siansu kemudian.

"Maukah Kiesu memberitahukan urusan apa yang hendak Kiesu bicarakan, sekarang ini Loceng yang mewakili Hongthio menerima tamu !"

Mata Yap Bauw mencilak. "Kau terlalu rewel!" dengusnya, dia melangkah ke depan, tangan kanannya mendorong ke dada Wie Sin Siansu. "Minggir, biar aku pergi menemui Hongthio kalian ! "

Omitohud !" memuji Wie Sin Siansu terhadap kebesaran Sang Budha. Dia merasakan dorongan tangan Yap Bauw kuat sekali, juga mengandung hawa yang panas, dia tidak menyambuti, hanya menyedot hawa udara sampai dadanya naik dan perutnya kempis, hanya terpisah satu dim, telapak tangan Yap Bauw tak berhasil mengenai dada si pendeta.

Tapi Yap Bauw tidak berhenti di situ, tangannya tahu-tahu seperti bisa panjang, dia mendorong dengan membungkukkan sedikit tubuhnya, melanjutkan dorongan yang pertama, tenaganya malah semakin kuat !

Kaget Wie Sin Siansu, tak sempat berpikir lagi terpaksa pendeta tua Siauw Lim Sie ini harus menangkis tangan Yap Bauw. Tidak terdengar suara bentrokan, hanya tampak tangan Bauw dengan Wie Sin Siansu saling bentrok, perlahan kelihatannya, tapi dahsyat tenaga mereka yang beradu, karena keduanya mempergunakan ilmu tenaga dalam tingkat tinggi. Wic Sin Siansu menggigil, mukanya berobah pucat dan dia mundur satu langkah. Yap Bauw tertawa dingin, juga mundur selangkah.

Bagi yang kepandaiannya sedang-sedang saja, tentu menyangka kepandaian Yap Bauw berimbang dengan khikang Wie Sin Siansu. Namun bagi yang bermata tajam, segera bisa melihat bahwa Wie Sin Siansu masih berada satu tingkat di bawah khikang Poan Pian Thian Yap Bauw.

Mengapa bisa begitu ? Karena Wie Sin Siansu mundur melangkah akibat serangan Yap Biauw, kuda-kuda kaki si pendeta kena digempur. Tapi Yap Bauw mundur hanya untuk mencari posisi yang baik, ia kuatir si hweshio balas menyerangnya, Tadi Yap Bauw cuma merasakan tangannya tergetar dan cadanya panas, tapi dia tidak sampai tergempur kuda-kuda kedua kakinya

Bagi orang-orang yang sudah memiliki ilmu tinggi, dalam sekali gebrak saja sudah bisa mengetahui dan menakar kepandaian lawan.

Kaget Wie Sin Siansu. Memang dia sering mendengar perihal Poan Pian Thian Yap Bauw, si Se enrali Langit, yang kabarnya menrupakan memedi tunggal berkepandaian tinggi dan sepak terjangnya aneh tak bisa diduga, sejauh ini ia belum pernah bertemu muka dengan memedi tunggal itu, baru sekarang mereka beradu tangan.

Ternyata khikang memedi tunggal itu memang sangat tinggi, Wie Sin Siansu sadar, jika ia memaksakan diri menghadapi Yap Biauw, mungkin ia tidak sampai rubuh di tangan Yap Biauw, tapi kemungkinan mereka berdua bisa rusak sendirinya, terluka bersama.

Walaupun Yap Bauw sudah mengetahui tenaga dalam Wie Sin Siansu masih kalah seangka dengan khikangnya, dia tidak berani ceroboh. Di luar dia tampak dingin tak berperasaan, sebetulnya hati Yap Bauw kaget.

Dia sudah memiliki lwekang demikian tinggi belum lagi Tang Sin, Tang Lu dan Tang Lang bertiga keluar mengepungku dibantu oleh pendeta-pendeta tingkat kedua dan ketiga.

"Biar aku iumbuh sayap, rasanya sulit menghadapi mereka!" Pikir Yap Biauw. Karena berpikir begitu, dia mengambil sikap lain, tidak menyusuli dengan serangan lagi.

"Aku membawa berita buat Tang Sin Hongthio dari Tang San Siansu," bilang Yap Bauw kemudian.

Kaget Wie Siansu, sejenak dia tertegun. Kemudian dia menyuruh. "Silahkan Yap Kiesu beritahukan kepada Loceng, nanti Loceng menyampaikannya kepada Hongthio !"

"Pesan itu hanya bisa disampaikan kepada Tang Sin Hongthio, tidak boleh dititipkan kepada orang lain !" dingin sekali suaru Yap Bauw.

Wie Sin Siansu jadi sulit kedudukannya. "Dia tahu, kalau saudara-saudara seperguruannya mengepung tamu tak kenal aturan dan ganas ini mungkin ia dengan kawan-kawannya bisa merebut kemenangan, Namun itulah perbuatan yang terpuji. Sedangkan tadi Tan Sin Siansu sudah perintahkan kepadanya agar ia bersama saudara seperguruannya yang menyambut tamu.

Urusan demikian penting, padahal pesan Tang San Siansu, Toa-susiok-nya. Dengan membuat Wie Sin Siansu dalam sejenak bimbang tak bisa mengambil keputusan.

"Kalau memang Tang Sin Hongthio tidak mau menemuiku menerima pesan yang dititipkan Tang San Siansu padaku, biarlah-Jika kelak di kemudian hari terjadi sesuatu, jangan mengatakan kami tak kenal aturan tanpa memberitahukan terlebih dulu ! inipun dilakukan Tang San Siansu mengingat bahwa antara dia dengan kalian dari Siauw Lim Sie masih ada ikatan perguruan !" Mendesak Poan Pian Thian Yap Bauw, dingin suaranya.

Tergerak We Sin Siansu, dia menoleh pada We Khie Siansu, mengisyaratkan untuk melapor ke dalam. Lalu dia sendiri menghadapi Yap Bauw. "Siancai. tunggulah sebentar, apakah Hongthio bersedia menyambut tamu atau menolak, itu terserah atas keputusan Hongthio."

Yap Biauw mendengus. Sikapnya benar-benar tidak memandang sebelah mata pada pendeta-pendeta Siauw Lim Sie, seakan di dunia ini hanya dia satu-satunya yang memiliki kepandaian tertinggi. Sikapnya membuat pendeta-pendeta Siauw Lim Sie yang ada di situ mendongkol.

Wie Khie Siansu tak lama kemudian keluar, diikuti oleh tiga orang hweshio, yaitu Tang Sin, Tang lu, dan Tang Lang Siansu. Muka Tang Sin Siansu bertiga guram sekali. "Siancai, ada pesan apakah yang dititipkan Tang San Toa-suheng kepada Kiesu ?" Tanya Tang Sin Siansu dengan muka guram, setelah berada dipelataran kuil.

Hati Yap Bauw bergetar juga melihat mata pendeta alim yang sudah berkumis jenggot putih, yang tajam luar biasa. Sikapnya tenang berwibawa. Sinar matanya itu menunjukkan latihan khikang Tang Sin Siansu sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali.

"Tang San Siansu berpesan, mengingat akan persaudaraan yang pernah terhalang antara dia dengan kalian pendeta-pendeta Siauw Lim Sie, maka diharap kalian memberi muka kepadanya, mengundangnya pulang ke Siauw Lim Sie, menyerahkan hak dan kedudukan yang seharusnya menjadi miliknya !" Bilang Poan pian Thian dengan suara tawar.

Muka Tang Sin Siansu bertiga Tang Lu dan Tang Lang Siansu berobah, cepat Tang Sin Siansu bisa mengendalikan perasaannya. "Omi-tohud ! Omitohud ! Jika Tang San Toasuheng mau kembali ke Siauw Lim Sie, itulah berita yang sangat menggembirakan ! Kami akan bahagia menerima pulangnya Tang San Toasuheng. Beritahukanlah begitu padanya, Tapi bicara tentang hak-hak dan kedudukan, itu bisa nanti dibicarakan oleh kami bersama-sama, itu urusan dalam pintu perguruan kami yang tidak memungkinkan Loceng bicara dengan Kiesu."

Baru saja kata-kata Tang Sin Siansu selesai, lengan jubah kanannya mengibas. Yap Bauw kaget, serangkum angin menerjang padanya. Jarak mereka terpisah cukup jauh, tapi angin kibasan lengan jubah Tang Sin Siansu menyambar sangat dahsyat. Cepat-cepat Yap Bauw mengerahkan khikangnya dan balas mendorong. Kakinya menggigil keras, bahkan telapak kakinya melesak ke-dalam lantai pelajaran satu dim, batu lantai retak pecah!

"Silahkan Kiesu memberitahukan pada Tang San Toasuheng apa yang telah jadi jawaban kami!" kata Tang Sin Siansu lagi, sikapnya seperti tidak terjadi sesuatu, tenang sekali.

Yap Bauw mengeluarkan keringat dingin. Luar biasa tenaga dalam pendeta tua ini, sekali mengibas dari jarak terpisah cukup jauh bisa mengeluarkan khikang begitu dahsyat. Jelas, ia tidak boleh main-main. Benar dia tidak sampai tergempur kuda-kudanya kedua kakinya, dirinya juga tidak sampai celaka, tokh tadi dia sudah memusatkan sebagian terbesar tenaga khikangnya baru bisa mempertahankan kedudukan kedua kakinya!

Sejenak Yap Bauw terdiam, keringat dingin dihapus, baru kemudian dia bilang dengan suara tidak sedingin dan sesombong tadi: "Tang San Siansu berperan untuk minta jawaban yang tegas. Taysu cukup memberikan jawaban "Ya" atau "Tidak". Kalau menolak bilang menolak, kalau menerima beritahukan memang menerima, jangan bertele-tele."

"Omitohud ! Omitohud! Tang San Taysu-heng adalah saudara seperguruan kami, kami menghormatinya. Segala sesuatu nanti bisa bicarakan bersama. Nah, apakah Kiesu sudah tak ada pesan lain dari Toasuheng kami?" Mata Tang Sin Hweshio tajam sekali memandang Yap Bauw.

Biji mata pendeta itu, yang sikapnya tenang, tapi sinarnya melebihi mata pisau, membuat hati Yap Bauw tergetar juga akan keangkeran sikap Hongthio Siauw Lim Sie tersebut. Dia menggeleng.

"Baiklah, nanti pesan Taysu akan kusampaikan padanya," kata Yap Bauw, dia memancang hwesio-hweshio lain yang tengah mengawasi padanya dengan sikap murka. Hatinya mendadak tergetar lagi, Jadi ciut. Kalau sampai Hongthio Siauw Lim Sie turun tangan, dibantu oleh Tang Lu maupun Tang Lang Siansu dan hweshio-hweshio Siauw Lim Sie lainnya, biar pun ia memiliki lima kepala dan sepuluh tangan, tidak nanti dia bisa meninggalkan kuil Siauw Lim Sie. Hal itu disadarinya dengan mendadak, menurun kesombongannya. Dia memutar badannya hendak berlalu.

"Tunggu dulu !" mendadak dibelakang Yao Bauw berkesiur angin dingin menyertai bentakan itu. Yap Bauw mendadak untuk menghindarkan pukulan itu, dia menangkis dengan tangan kanannya, tapi dia kecele, menangkis tempat kosong.

Tahu-tahu pinggangnya sakit, dia sampai meringis, dan menyusul kuda-kudanya tergempur, tubuhnya terhuyung sampai beberapa langkah, namun tidak sampai ter-jungkel.

Kaget bukan main Yap Bauw, itulah perbuatan Tang Sin Siansu yang menyerangnya dari jarak jauh dengan ilmu pukulan " Coan Kang Cok Tek" (Dengan gelombang Khikang Merobohkan Musuh). semacam ilmu Siauw Lim Sie yang terkenal !

Dengan "Coan Kang Cok Tek" musuh dapat diserang dari jarak cukup jauh, hanya menyalurkan khikang belaka. Akibat pukulan itu bahkan jauh lebih berbahaya dibandingkan pukulan langsung. Cuma, orang yang bisa mempergunakan jurus-jurus "Coan Kang Cok Tek" harus memiliki khikang tinggi, jika tidak jangan harap bisa mempelajari ilmu hebat Siauw Lim Sie yang satu itu.

Tang Sin Siansu merupakan Hongthio Siauw Lim Sie, Khikangnya sulit diukur lagi, dia sudah melatih baik sekali " Coan Kang Cok Tek". Melihat Yap Bauw hendak meninggalkan Siauw Lim Sie begitu saja, sepontan ia mengibas dengan tangan kanannya, dari lengan bajunya menyambar khikang yang tersalur karena mempergunakan "Coan Kang Cok Tek" memang kesudahannya membuat Yap Bauw kaget sekali. Ketika dia menoleh, dilihatnya Tang Sin Siansu berdiri angker mengawasinya, sikapnya luar biasa.

"Yap Kiesu, kau sudah menyampaikaa pesan yang dititipkan oleh Toasuheng kami, Tapi yang belum dipertanggungjawabkan oleh Kiesu ialah kelakuan Kiesu yang mengacau di kuil kami. Apakah setelah membunuh tiga orang murid kami, Kiesu mau berangkat begitu saja ? Omitohud! Omitohud !" Sabar suara Tang Sin Siansu, tapi sikapnya angker berwibawa, menunjukkan ia serius sekali dalam persoalan ini.

Yap Bauw mengerutkan alis, mukanya yang dingin jadi semakin dingin, walaupun hatinya berdebar juga menyaksikan keangkeran Hongthio Siauw Lim Sie. la bisa memahami makna perkataan Hongthio tersebut yang ingin menahannya.

" Apa yang Hongthio kehendaki dariku ? Apakah Hongihio hendak mempergunakan tenaga banyak buat menahanku? Silahkan! Aku akan menerima dengan senang hati" Sengaja Yap Bauw mengejek menantang seperti itu.

"Omitohud! Omitohud! Kami mana boleh bertindak seperti itu? Kami selalu diharuskan bertindak dengan penuh welas-asih, harus memberikan contoh-contoh yang baik, Siancai! Tak mungkin kami bertindak serendah itu! Loceng hanya ingin minta pertanggungan jawab Kiesu terhada ketiga murid Siauw Lim Sie yang telah dicelakai Kiesu !" Mata Tang Sin Siansu tak berkedip, mengawasi tajam Yap Bauw.

Bergidik juga Yap Biauw ditatap begitu oleh Tang Sin Siansu, Tadi ia sudah merasakan tenaga khikang hweshio ini luar biasa. Memang ia tidak jeri, hanya ia kuatir kalau nanti dirinya masuk dalam lingkaran pengepungan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie yang bisa saja mempersulit dirinya.

Benar tidak mungkin ia merubuhkan Tang Sin Siansu, mengingat lwekang hwesio itu lebih menang darinya, hanya dia memiliki ilmu istimewa andalannya, yaitu ginkang yang bernama "Touw Sui Tauw Su" (Menenun Menginjak Rumput) semacam ginkang kelas tinggi yang jarang sekali tertandingi dalam kalangan Kangouw.

Yap Biauw justeru angkat nama besarnya dengan mengandalkan ginkang "Touw Sui Tauw Su"-nya tersebut, di mana dia bisa berlari dan bergerak melebihi kecepatan kilat!

Betul "Coan Kang Cok Tek" Tang Sin Siansu lihai melebihi dari ilmu umum "Pek Kong Ciang" (Pukulan Udara Kosong), rasanya untuk bisa meloloskan diri Yap Bauw masih bisa, dia mungkin saja melayani si pendeta alim itu dengan ginkangnya yang sangat tinggi, dan mencari kesempatan buat meloloskan diri.

Tapi kalau sampai dia tergulung dalam kepungan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie. biarpun dia tumbuh sayap tentu tidak mungkin bisa meninggalkan Siauw Lim Sie!

Setelah menenangkan goncangan hatinya. Yap Bauw tertawa dingin mukanya yang mengerikan tarabah menyeramkan "Jadi apa yang Hongthio kehendaki ? Jiwaku ? Hutang jiwa ganti jiwa, begitu?"

"Omitohud ! Omitohud ! Sedapat mungkin kami menjauhi permusuhan ataupun dari mengalirnya darah Tapi tadi Kiesu sudak turunkan tangan berdosa kepada tiga murid kami, Kiesu harus mempertanggungjawab-kannya ! Loceng mengingat kebesaran Sang Buddha akan memberikan kesempatan pada Kiesu menyambuti tiga pukulan, kalau K'esu sanggup menerimanya, itulah nasib Kiesu masih dilindungi Sang Buddha, tapi kalau bercelaka itupun tanda dosa Kiesu sudah tak ber-ampun melewati takaran."

Diam-diam Yap Bauw girang. Bagaimana lihainya Tang Sin Siansu, tapi kalau hanya menerima tiga pukulannya apa sulitnya. Dia yakin bisa menyambutinya. Tidak perlu keras dilawan keras. Dia bisa mengandalkan ginkangnya yang luar biasa untuk mengelak dan memunahkan tiga serangan Hongthio Siauw Lim Sie itu, Tanpa pikir panjang Yap Bauw mengangguk. "Baiklah!", katanya "Silahkan Taysu memberi petunjuk ! "

Tidak ada senyum di muka Tang Sin-Siansu, dia melangkah mendekati Yap Bauw, yang waktu itu sudah bersiap-siap menerima serangan Hongthio Siauw Lim Sie tersebut. Pendeta-Pendeta Siauw Lim Sie pun mengawasi dengan tajam. Mereka ingin melihat bagaimana caranya Hongthio mereka memberikan pengajaran kepada tamu yang ganas ini.

"Sudan bersiap, Kiesu ? Loceng akan mulai dengan pukulan pertama !" Memberitahu Tang Sin Siansu,

Yap Bauw tertawa dalam hati. "Hemmm", kepala botak, kau terlalu sombong! Dengan cara menyerang memberitahukan lebih dulu begitu, apa yang kau bisa lakukan terhadapku !"

Tapi dia manggut2" Silahkan I" katanya.

Tang Sin Siansu mengibaskan lengan kirinya, lengan jubahnya yang kebesaran itu berkelebat ke arah Yap Bauw, tangan kanannya tampak bergerak lambat sekali akan mendorong dada Yap Bauw.

Yap Bauw jadi heran melihat cara menyerang Tang Sin Siansu. jurus biasa dari "Cap Pen Lo Han Kun" yang bernama "Lo Han Pe In" (Arhad Menyapu Awan) yang dikenal oleh setiap orang Bu-lim ( Rimba Persilatan ).

Heranlah Yap Bauw, Hongthio Siauw Lim Sie tidak membuka serangan dengan jurus simpanan Siauw Lim Sie, mengingat ia hanya memiliki tiga kali kesempatan menyerang padanya. Tenaga serangan itupun dirasakan lemah, hampir tidak terasa, selain gerak tangan Tang Sin Siansu lambat sekali.

Dengan tertawa mengejek Yap Bauw berkelit kekanan dengan jurus "Yauw Cu Hoan Sin"" (Elang Membalikkan Tubuhnya), dia mencelat ingin berada di sisi kanan pendeta alim itu. Menurut perhitungannya, gerakannya jauh lebih sebat dari Tang Sin Hongthio, tentu pendeta tua itu akan kecele menyerang tempat kosong, Namun kesudahannya Yap Bauw kaget sendirinya, sampai dia menjerit saking kagetnya.

Tangan Tang Sin Siansu yang bergerak lambat ini tahu-tahu berbelok dengan kelima jari tangan menunduk ke bawah, dan telah mendorong, Tenaganya memang tidak keras atau kuat, tapi begitu Yap Bauw mengibaskan menyampok tangan Hongthio Siauw Lim Sie, tangan mendatangnya seperti karet, disanggah kuat, semakin kuat tenaga mendorongnya, semangat Yap Bauw serasa terbang dan mukanya pucat.

"Dukkkk !" perlahan telapak tangan Tang Sin Siansu mengenai dada Yap Bauw, tapi dia terdorong sampai belasan langkah baru bisa berdiri tetap.

Keringat dingin mengucur dari keningnya, dadanya dirasakan sakit bukan main, lehernya bau amis, seperti mau memuntahkan darah !

Kini Yap Bauw baru sadar, biarpun jurus yang dipergunakan Tang Sin Siansu jurus biasa saja, namun dipergunakan orang yang sudah memiliki latihan begitu tinggi seperti Hongthio Siauw Lim Sie, tentu saja berobah jadi pukulan yang sangat dahsyat! Yap Bauw menyesal atas kecerobohannya, untung saja tadi dia masih sempat mengimbangi tenaga pukulan Tang Sin Siansu dengan ginkangnya untuk melompat mundur, coba kalau dia menyambuti dengan kekerasan, pasti sekarang sudah ada tulang iganya yang patah !

Cepat-cepat Yap Bauw mengempos semangat, ia waspada dan memasang mata tidak berani meremehkan Tang Sin Siansu lagi !

"Omitohud ! Tadi pukulan pertama. Sekarang bersiaplah Kiesu menerima pukulan yang kedua." Kata Tang Sin Siansu sambil menghampiri. Sekali lagi dia mempergunakan salah satu jurus "Cap Pen Lo Han Kun" yang bernama "Lo Han Kui Teng"" (Arhad Terbang Di atas Tanah).

Sekali ini Yap Bauw tidak berani berayal, ia mempergunakan "Touw Sui Touw So"", tubuhnya seperti bayangan, berkelebat ke belakang Tang Sin Siansu. Dia yakin, tanpa menyambuti pukulan Hongthio Siauw Lim Sie, dengan berkelit saja, jika sampai pada pukulan ketiga, jelas dia terhitung sebagai pemenangnya.

Namun hitungan Yap Bauw sekali inipun meleset. Walau tubuhnya berkelebat ke belakang Tang Sin Siansu, mendadak kakinya seperti terlibat tenaga tak terlihat, sampai tak bisa bergerak lagi, karena Tang Sin Siansu sudah mengibas dengan tangan kirinya, tangan kanannya tetap menyambar!

Hati Yap Bauw mencelos "Celaka !" mengeluh memedi tunggal ini. Tapi dia lihai, dia mana mau menerima begitu saja terhajar lagi oleh Tang Sin Siansu. Mati-matian dia berusaha menghindar. Tubuhnya seperti bisa mengkerut jadi pendek, lalu berkelebat meloloskan diri dari libatan tenaga Tang Sin Siansu dengan jurus It Wie Touw Kiang" (Selembar Rumput Menyeberangi Sungai). disusul lagi kemudian dengan "Lek Pek Sam San" (Memukul Tiga Gunung) tangan kanannya menghantum punggung Tang Sin Siansu dengan seluruh tenaganya !

"Omitohud!" memuji Tang Sin Siansu, sabar suaranya. Tangannya tetap meluncur tanpa ada tanda-tanda akan ditarik pulang.

Hanya kini tangan kirinya membantu mendorong. Tidak ampun lagi tubuh Yap Bauw seperti dilanggar oleh sebungkah batu besar, sampai dia menjerit tertahan, tubuhnya seperti kapas terbang di udara ! Hanya saja ginkangnya memang hebat, di tengan udara dia bica berpoksay (bersalto), turun dilantai dengan dua kaki lebih dulu ! Hanya mukanya pucat pias, karena dadanya bergemuruh keras, panas dan sakit tiada taranya ! Dia segera sadar, dirinya sudah luka di dalam akibat pukulan Tang Sin Sin Siansu !

Yap Bauw menggidik Benar-benar pendeta Siauw Lim Sle ini tidak boleh dibuat main. Dia menggeretak giginya, hanya tinggal satu jurus lagi, mustahil dia tidak bisa bertahan ? Bukankah kalau dia sanggup bertahan menerima satu pukulan lagi, dirinya akan dilepaskan oleh Tang Sin Siansu.

"Siancai!" Kiesu sudah berhasil menerima dua pukulan Loceng Tinggal satu pukulan lagi. Boleh Loceng mulai ?" tanya Tang Sin Siansu, suaranya tetap sabar, biarpun sikapnya angker cekali.

Muka Yap Bauw pucat, dia mengangguk tanpa bilang apa-apa. Tang Sin Siansu melangkah tiga tindak mendekati, kemudian dua tangannya diangkat pada sisi dada sambil menekuk kedua kakinya. Kaget Yap Bauw melihat sikap Tang Sin Siansu sekali ini.

Segera dia ingat pada jurus ilmu pukulan "Sin Wan Kun" yang lihai dari Siauw Lim Sie. Pecah keberaniannya, goncang perasaannya, Tidak menanti Tang Sin Siansu mulai dengan pukulan ketiganya, tiba-tiba Yap Bauw melesat ke belalang, dia bergerak secepat mungkin mengandalkan ginkangnya, maksudnya hendak menyingkir dari Tang Sin Siansu, karena percuma saja jika ia menyambuti pukulan ketiga itu, jiwanya bisa terancam, sebab pukulan ketiga ini Hongthio Siauw Lim Sie akan menyerang dengan hebat. Jalan satu-satunya ia meloloskan diri sebelum si pendeta mulai dengan pukulannya !

"Mau kemana Kiesu ?" menggidik Yap Bauw karena tahu-tahu didengar di belakangnya suara Tang Sin Siansu, juga ada hawa dingin menyambar ke punggungnya. Mencelos hati Yap Bauw, dia mengeluh karena tak mungkin bisa meloloskan diri dari tangan Tang Sin Siansu. Mati-matian dia mengerahkan ginkangnja yang istimewa, yaitu "Touw Sui Tauw So", dia masih berusaha meloloskan diri.

Tapi yang membuat Yap Bauw merasa arwahnya seakan meninggalkan raganya ialah ketika tahu-tahu di depannya menghadang Tang Sin Siansu dengan kedua tangan sudah mendorong padanya.

"Celaka !" menjerit Yap Bauw, dia membuang diri ke kiri, maksudnya hendak menghincar, Namun, baru dia buang tubuhnya sedikit ke arah kiri, dadanya kena terdorong telapak tangan Tang Sin Siansu, sampai berbunyi " Bukkkkkk !" tubuh Yap Bauw seperti daun kering, terpental beberapa tombak jauhnya, mukanya pucat pias melebihi sebelumnya yang memang muka mayat, kedua kakinya menggigil. Dia terluka hebat dalam tubuh.

" Omitohud ! Atas kebesaran Sang Buddha, maka Loceng mau bermurah hati tidak mengambil jiwamu! Pergilah, hukuman untuk menebus dosamu Loceng kira cukup, selanjutnya kau harus hidup baik-baik, Kiesu. Sekali saja kau melatih ilmu sesat, luka pada jalan darah Biat-hiatmu akan tambah parah, bahkan bica membawa kelumpuhan dan kematian padamu. Tapi kalau kau tidak melakukan sesuatu dengan khikangmu, sedikitnya Kiesu bisa bertahan tigapuluh tahun ! Omitohud! Sekarang silahkan Kiesu pergi...." tawar suara Tang Sin Siansu terakhir.

Gemetar tubuh Yap Bauw, Dia menahan sakit juga rasa kaget tak terhingga. la mengerti makna perkataan Tang Sin Siansu mengenai Biat-hiat yang telah tergempur itu, yaitu tenaga Khikangnya berkurang banyak, biarpun tidak sampai musnah.

Sekali saja dia mengerahkan Khikang berlebihan untuk menghadapi lawan, celakalah dia. Luka pada Biat-hiatnya akan bertambah parah, kalau sampai jalan darah Biat-hiat yang letaknya dua dim di sebelah kiri dari jantung, sampai putus, selanjutnya dia jadi orang bercacat, lumpuh ! Dengan memegangi dadanya, Yap Bauw berkelebat meninggalkan Siauw Lim Sie,

"Omitohud! Omitohud !" muka Tang Sin Siansu sangat muram. "Tampaknya kerusuhan yang akan menimpah Siauw Lim Sie tidak bisa dielakkan ! "

Tang Lu berdua Tang Lang Siansu lompat ke dekat suheng mereka. "Suheng, mengapa kau bebaskan manusia iblis itu?"

"Omitohud ! Dengan menerima pukulan "Lo Hon Jip Pek Ko" (Arhad Menyambut Dalam Ratusan Buah) itupun hukuman yang cukup setimpal untuknya, dengan rusaknya Biat-hiat manusia berdosa itu. sedikitnya ia harus beristirahat duapuluh tahun untuk memulihkan khikangnya ! Rasanya, dalam dua puluh tahun dia bisa merenung-renungkan diri, agar tidak melakukan dosa dan kekejaman lagi. Omitohud "

Tang Lang berdua Tang Lu Siansu pun memuji kebesaran Sang Budha.

"Tampaknya tak lama lagi kita harus menerima cobaan yang cukup berat, karena Tang San Toasuheng menghendaki kedudukan Hongthio pintu perguruan kita ! Kita harus berusaha menghadapinya sebijaksana mungkin !" Kata Tang Sin Siansu dengan muka guram. Pada muka Tang Lang dan Tang Lu Siansu pun kelihatan sinar duka yang dalam...

Langit bersih kebiru-biruan pada pagi yang cerah, angin juga berhembus sejuk, udara tidak dingin juga tak panas, Di lamping sebelah kanan gunung Siauw-sit-san terdapat sebuah tegalan yang penuh oleh rumput tebal tumbuh subur. Sesosok tubuh berkelebat-kelebat di ujung atas rumput itu, seakan bobot berat badannya tidak terasa oleh ujung rumput-rumput itu cuma merunduk sedikit sekali tubuh itu berkelebat-kelebat seperti terbang saja!

Tubuh orang itu tidak tinggi, juga tidak besar. Dia seorang anak lelaki dengan muka yang cakap. Tangan dan kakinya bergerak-gerak mengeluarkan suara "wututt!", "Siututt!" tak hentinya Tak kenal lelah anak, lelaki itu melakukan terus menerus gerakan tangan kakinya, ia sedang latihan.

Siapakah-dia? Ternyata anak lelaki dengan muka cakap itu tidak lain dari Giok Han, yang tengah melatih ilmu silat luar biasa "Sin Beng Kun" yang diwariskan Tang Sin Siansu. Selama beberapa bulan ini memang Giok Han melatih "Sin Beng Kun" giat sekali, siang malam setiap ada kesempatan ia melatih ilmu tersebut.

Hanya didepan Wie Sin Siansu atau saudara-saudara seperguruan lainnya ia melatih ilmu ilmu lain, seperti Sin Wan Kun atau juga ilmu yang diajarkan Wie Sin Siansu, Begitu ia berada seorang diri, Giok Han segera melatih Sin Beng Kun ! Kemajuan yang dicapainya memang cukup mengherankan, ia berhasil memperoleh kemajuan pesat dalam setengah tahun, di samping ketekunan yang dimilikinya, Giok Han juga benar-benar berbakat.

Memang melatih Sin Beng Kun dalam setengah tahun belumlah berarti apa-apa uniuk Giok Han, belum bisa dipergunakan menghadapi musuh. Apa lagi menghadapi lawan yang tangguh. Namun, dalam setengah tahun Giok Han bisa menguasai dasar ilmu Sin Beng Kun sudah merupakan hal yang jarang terjadi.

Semula Tang Sin Siansu menduga dalam dua tahun Giak Han baru bisa menguasai dasar ilmu tersebut. Girang hati Hong-thio Siauw Lim Sie mengetahui kemajuan yang diperoleh Giok Han.

Dengan bersamangat pagi itu Giok Han berlatih "Sin Beng Kun", tangannya berkelebat-kelebat tanpa mengeluarkan suara, cepat sekali, kemudian lambat, sangat perlahan, sehingga seakan-akan bergeraknya itu maju satu, dim demi satu dim. Memang Sin Beng Kun" mengutamakan kecepatan dan kelambatan, panas dan dingin, gelap dan terang, jadi jelasnya menitik beratkan Im dan Yang.

Pada unsur positif dan negatif. Giok Han selalu ingat wejangan-wejangan yang diberikan Tang Sin Siancu setiapkali memberikan petunjuk jurus-jurus ilmu "Sin Beng Kun" adanya: "Yang terpenting kau ingat ialah ilmu "Sin Beng Kun" bukanlah semacam ilmu biasa. Benar kau berbakat, tapi jangan harap dalam beberapa tahun sudah bisa menguasai ilmu mujijat tersebut ! Siaw Lim Sie memiliki ratusan macam ilmu silat.

Untuk bisa menguasai satu macam saja sampai pada puncaknya, sulitnya bukan main, Harus dilatih selama puluhan tahun! karenanya jarang sekali terjadi murid Siauw Lim Sie yang bisa sekaligus menguasai beberapa macam ilmu silat pintu perguruan kita dengan sama baik dan sama sempurnanya. la harus menentukan ilmu apa yang akan dilatihnya dengan sepenuhnya sampai sempurna.

Sampai kini Loceng sendiri dalam usia hampir tujuhpuluh dua tahun, hanya bisa menguasai tiga macam ilmu silat Siauw Lim Sie I Sin Beng Kun lebih sulit lagi dipelajari, karena Sin Beng Kun justeru mengutamakan hawa Im dan Yang dalam tubuh, sekali saja kita gagal mengendalikan hawa " Im" dan " Yang", berarti selamanya kita tidak mungkin bisa mempelajari Sm Beng Kun!

Giok Han, tahukah kau mengapa Loceng memilih kau mempelajari Sin Beng Kun, bukannya murid-murid Siau Lim Sie dari tingkat dua atau tiga, yang sudah memiliki kepandaian tinggi, untuk mempelajari Sin Beng Kun ? justeru di sinilah kunci rahasianya ! Jika Loceng perintahkan salah seorang murid tingkat dua atau tiga mempelajari Sin Beng Kun, mereka biar berlatih tekun dan penuh perhatian, namun seumur hidup sulit melatih sempurna Sin Beng Kun",

Mereka sudah mempelajari mendarah daging ilmu lainnya, tenaga Im dan Yang mereka sudah sulit dipisah-pisahkan untuk dipergunakan secara sendiri-sendiri. Tapi kau masih berusia muda, kau masih murni, juga belum mempelajari ilmu silat secara seutuhnya, Loceng yakin kau bisa melatih "Sin Beng Kun dengan sebaik-baiknya.

"Sin Beng Kun" memiliki sifat yang seperti karet, bisa melar. bisa mengkerut menjadi kecil! Begiui juga tenaga setiap jurus-jurus "Sin Beng Kun bisa mengimbangi kekuatan lawan. Semakin kuat tenaga khikang lawan, semakin rapat daya pertahanan seorag ahli "Sin Beng Kun". Semakin lemah khikang lawan, semakin kuat tenaga mendesak "Sin Beng Kun". Jika sifat-sifat Sin Beng Kun sudah berhasil kau dasari, tentu dengan mudah bisa menguasainya !"

Petuah-petuah dari Tang Sin Hong-thio itulah yang selalu diingat oleh Giok Han. Setiap kali berlatih, dia berusaha memecahkan rahasia "Sin Beng Kun", yang katanya mengandung dua kekuatan, Im dan Yang, panas dan dingin, gelap dan terang, yang selalu dapat dipergunakan terpisah sendiri-sendiri.

Tanpa kenal lelah Giok Han selalu coba mempergunakan kedua tangannya secara berbareng namun berbeda-beda jurusnya. Selalu gagal.

Yang membuat Giok Han tekun seperti itu melatih "Sin Beng Kun", Tang Sin Siansu juga selalu bilang, bagi seorang murid Siauw Lim Sie yang takut menderita, jangan harap bisa memiliki kepandaian berarti. Semakin menderita dan semakin hebat kesengsaraannya, semakin lebar kesempatan untuknya memiliki ilmu silat Siauw Lim Sie secara baik. Inilah yang menyebabkan Giok Han tidak kenal lelah berlatih diri, dengan cara-cara yang berat dan melelahkan.

Pagi itu Giok Han berlatih sejak matahari belum lagi muncul. Sudah hampir empat jam dia tanpa kenal lelah berlatih terus. Melihat tubuhnya sudah bisa melayang-layang ringan di ujung rumput-rumput tanpa rumput-rumput itu terinjak rubuh ke tanah, menunjukkan Giok Han sudah mencapai kemajuan yang pesat untuk ginkangnya.

Mendadak Giok Han merasakan kepalanya sakit sekali, ada sesuatu yang menghantam kepalanya. Ketika dia menoleh ke bawah dengan meringis, ternyata yang tadi menghantam kepalanya adalah sebutir batu kerikil kecil.

Sakitnya bukan main. Mendongkol Giok Han, entah siapa yang main-main dengannya menyerang membokong begitu. Tetapi ada pendeta yang ingin menggodanya. Sedang Giok Han bengong mengawasi sekelilingnya, mendadak dilihatnya menyambar sebutir batu lagi. Dia hendak berkelit, tapi tidak berhasil.

Batu itu meluncur terlalu cepat, menghantam pucuk hidung Giok Han, sakitnya tidak terkira. Sampai ia berseru kesakitan memegangi hidungnya.

"Siapa... siapa yang menggodaku ?" Tanya Giok Han sambil menahan sakit.

Bukannya jawaban, justeru menyambar lagi batu kecil ke arah jidatnya. Sekali ini tentu saja Giok Han tidak mau kalau jidatnya menjadi sasaran batu kerikil itu. Dia berkelit dengan jurus "Gin Liong Hie Sui" (Naga Perak Bermain Di Air"), tubuhnya menjongkok sedikit buat mengelakkan itu, tangan kanannya diulurkan untuk menanggapi batu kerikil tersebut.

Cukup gesit gerakan Giok Han tapi batu itu seperti memiliki mata. Mendadak berhenti menyambar, menukik turun, tahu-tahu Giok Kau merasa jidatnya sakit, karena batu itu menghantam jidatnya yang jadi benjol seketika !

Kaget campur penasaran Giok Han dipermainkan seperti itu, dia berlari kearah datangnya timpukan batu-batu itu. Tapi baru berlari beberapa langkah, terdengar orang tertawa. "Nih, kuhadiahkan lagi untukmu kuwe yang enak !" Dan benar-benar sepotong batu menyambar kearah bibir Giok Han, sampai bibir bocah ini pecah berdarah, sakitnya bukan main.

Giok Han segera yakin, pasti yang menggodanya bukan penghuni Siauw Lim Sie. Tidak mungkin pendeta-pendeta Siauw Lim Sie berani menggodanya seperti itu. Pasti ada orang asing yang datang kesitu. Giok Han mengawasi kearah datangnya batu, sambil menahan rasa sakit-sakit dimulut maupun dijidatnya.

Dari balik semak belukar terdengar tawa terkikik, lalu muncul orangnya. Orang itu pendek kecil, seperti seorang anak berusia dua belas tahun, cara munculnya luar biasa ! dia tidak berjalan dengan kedua kakinya seperti manusia normal umumnya, justru ke-dua kakinya naik keatas dengan kepala di-bawah.

Dia berjalan dengan tangan kiri di tanah, sedangkan tangan kanannya bebas bergerak-bergerak, Tangan kirinya itu seperti memiliki roda, kelima jari tangannya berfungsi sebagai penggerak untuk maju kedepan.

Giok Han sampai bengong melihat cara berjalan orang ini, itulah tenaga lwekang yang kuat sekali, berjalan dengan sebelah tangan belaka, malah tampaknya dilakukan dengan mudah ! Yang membuat Giok Han tambah heran, biarpun orang itu seperti anak laki-laki berusia dua belas tahun, namun mukanya berpotongan empat persegi, matanya besar, alisnya tebal hitam, bibir, nya kecil agak monyong, matanya bersinar tajam sekali, itulah raut muka seorang tua yang sudah berusia lima puluh puluh tahun!

Jadi orang ini bukan seorang anak-anak-melainkan seorang tua dengan tubuh yang cebol pendek.

"Hi-hi-hi-hi I" tertawa sicebol masih tetap "berdiri" dengan tangan kirinya. "Enak tidak kuwe yang kuhadiahkan tadi ?"

Giok Han tersadar. Dia cemberut. "Kau siapa dan mengapa berkeliaran disini ?"

"Berkeliaran disini ? Apakah ini tempatmu dan orang lain tidak boleh berada ditempat ini ?" balik tanya orang bertubuh cebol tersebut. "Apakah kau seorang yang boleh bermain-main disini ?"

"Tentu saja tidak. Tapi ini masih termasuk dalam wilayah- Siauw Lim Sie, orang luar tidak boleh sembarangan masuk kemari !" menjelaskan Giok Han.

"Oh begitu ! Jadi kau murid Siauw Lim Sie ? Tapi..." orang itu mengawasi curiga, "kau tidak cukur rambut, kau bukan hweshio..." biji matanya yang bersinar tajam mencilak-cilak mengawasi Giok Han.

"Aku memang bukan hweshio, aku hanya belajar ilmu silat disini!" jawab Giok Han.

"Ha-ha-ha-ha! Kau belajar ilmu silat di Siauw Lim Sie ! Bodoh! Dungu! Pendeta-pendeta Siauw Lim Sie gentong nasi semuanya, pembual dan sombong ! Mereka tidak ada yang pandai, ilmu silat mereka tidak ada yang berarti... kau belajar di Siauw Lim Sie sama saja dikibuli mereka, karena sampai kelak setelah dewasa kau tidak mungkin memiliki ilmu yang berarti!"

Mendongkol juga hati Giok Han mendengar orang aneh ini menjelek-jelekkan Siauw Lim Sie. "Ilmu silat pendeta-pendeta Siauw Lim Sie jelek atau bagus apa urusanmu ? Aku yang ingin belajar, apa peduli dengan kau?"

"Oooo, benar-benar kau bocah dungu !" kata orang aneh itu. "Kalau saja kau tahu, diiuar Siauw Lim Sie banyak orang pandai, tentu kau akan menyesal belajar di Siauw Lim Sie ! Percayalah padaku, tidak pernah aku berdusta !"

"Hemmm, kau sendiri tampaknya bukan manusia baik-baik ! Lihat! Apa akibat tangan usilmu yang telah menyerang cara menggelap padaku!"

Kembali orang itu tertawa terpingkal, tiba-tiba dia mendorong telapak tangan kirinya tubuhnya melompat berdiri dengan ke dua kakinya. Tinggi tubuhnya tidak lebih dari tinggi tubuh Giok Han. Dia bertolak pinggang mengawasi tajam pada Giok Han, namun mukanya kembali menyeringai tertawa.

"Kalau aku menyerangmu, sekarang kau sudah tak bernapas lagi, bocah dungu! Katanya. "Tadi aku hanya sedang, gembira ingin mengajak kau main-main !"

Giok Han tambah mendongkol. "Kau sedang gembira dan ingin main-main, junru aku yang kesakitan ditimpuki batu oleh kau !" kata Giok Han, tetap tidak senang. "Biar bagaimana kau harus menerima pembalasanmu, timpukan batu-batu juga, tanpa boleh mengelak !"

"Heh ? Boleh ! Kalau kau mau main-main menimpukku, boleh saja ! Silahkan ! Kalau kau berhasil satu kali saja menimpuk diriku, akan kuberi hadiah kau !"

"Hemmm, apa susahnya menimpukmu? Kau kira aku tamak akan hadiahmu ? Aku hanya ingin membalas timpukanmu tadi !" jawab Giok Han ketus. Da membungkuk, mengambil beberapa butir batu. Dia menimpuk. Batu meluncur kearah orang itu.

Benar-benar luar biasa orang tersebut, Dia tidak mengelak, diam saja. Waktu batu sudah dekat dengan mukanya, dia miringkan sedikit kepalanya, batu itu sudah lewat tanpa mengenai sasaran, Giok Han penasaran, menimpuk beruntun tiga kali, tetap gagal.

Baru saja Giok Han hendak menimpuk lagi, orang itu sudah berteriak-teriak: "Hei, tadi aku cuma menimpuk kau sebanyak tiga kali ! Kau sudah menimpuk empat kali! Sekarang kau masih mau menimpuk, mana adil?"

Giok Han tersadar, dia anggap perkataan orang itu benar. Biarpun dia mendongkol serta penasaran karena timpukan-timpukannya tadi tidak mengenai sasaran, tapi dia buang batu yang masih ada ditangannya.

"Baiklah" aku tidak akan menimpuk lagi. Tapi kau juga jangan ganggu aku lagi !"

"Aku tidak pernah mengganggumu, aku Cuma ingin mengajak kau bermain!" jawab orang cebol itu. "Mari kita bermain ..."

"Aku sedang sibuk, tidak ada waktu untuk bermain !" jawab Giok Han. "Pergilah kalau guruku melihat kau, tentu akan di-hukumnya kau, sebab sudah berani datang ketempat terlarang ini!"

Orang bertubuh cebol itu tertawa. "Guru mu? Ooo, aku tidak takut! Jangankan gurumu, sekalipun malaikat datang kemari, aku tidak takut !"

Giok Han mengerutkan alis, dia mengawasi manusia cebol ini, yang semakin di pandang semakin tidak enak dilihat mukanya.

"Siapa kau dan mengapa datang kemari ?" Tanya Giok Han akhirnya.

"Aku Uh Ma ...!"

"jawab orang itu. "Aku sedang tunggu kawan. Mereka mungkin akan sampai di sini dua tiga jam lagi, dan kita punya kesempatan untuk main-main selama mereka belum tiba di sini".

"Apa yang ingin kalian lakukan datang kemari?" Tanya Giok Han mengawasi curiga.

"Aku tidak mau diganggu oleh pertanyaan tetek-bengek dari kau, aku ingin bersenang-senang bermain ! Ayo kita mulai ! Oya, main apa yang enak?"

Giok Han merasa geli melihat kelakuan orang tua cebol itu, Uh Ma, yang lagaknya seperti anak-anak kecil, biarpun mukanya sudah tua menunjukkan usianya lebih dari lima puluh tahun.

Bahkan Giok Han tiba-tiba merasa kasihan pada Uh Ma, sebab dia menduga apakah Uh Ma seorang tua yang perkembangan tubuhnya tidak normal dan memiliki perangai masih seperti anak-anak ? Karenanya, dia segera bertanya lagi: "Apakah kau datang sendiri kemari ?"

"Ya... tapi tidak lama lagi teman-temanku akan datang kemari I"

"Siapa mereka ?"

"Nanti kau akan tahu... jangan rewel, ayo kita mulai bermain". Begini saja kita atur, kau boleh menimpuki aku dengan batu sebanyak sepuluh kali, kalau ada satu yang mengenaiku, maka aku akan meluluskan satu permintaanmu, pemintaan apa saja boleh kau sebut, aku tidak akan menolak ! Tapi jika sepuluh timpukanmu gagal, kau harus mematuhi perintahku! Akur ?"

Giok Han tersenyum. Sepuluh kali menimpuk mustahil satu kali tidak ada yang kena. Giok Han memang masih kanak-kanak maka bangkit kegembiraan. "Baik" dia mengangguk. "Mari kita mulai !" Segera ia mengambil sepuluh butir batu kerikil.

"Kau boleh menimpuk dengan cara apa saja, ayo mulai !" kata Uh Ma. Dia segera jungkir balik, "berdiri" di tangan kirinya ! Biarpun dengan satu tangan saja, tubuhnya bisa bergerak sangat gesit!

Giok Han sedikitpun tidak menyangka babwa manusia cebol yang tampaknya masih kekanak-kanakan biarpun umurnya sudah tua, adalah See-mo, salah satu dedengkot iblis yang paling disegani oleh orang-orang Kangouw. Kegembiraan Giok Han bangkit, dia mulai menimpuk dengan batu pertama.

Tubuh Uh Ma berputar di atas tangan kirinya, seperti gangsing, timpukan batu itu tidak berhasil tiba di sasaran. Giok Han menimpuk lagi dengan batu kedua, ketiga dan keempat saling susul. Tetap gagal. Uh Ma mudah sekali menghindarkan. "Ayo timpuk terus, cara apa saja boleh kau pergunakan!"

Giok Han penasaran bukan main. Dia mencekal dua butir batu di tangan kanannya mengawasi Uh Ma untuk cari kesempatan. Mendadak Giok Han menjejak kakinya, tubuhnya melambung ke tengah udara, dia mempergunakan jurus "Toa Mo Ho Yan" (Asap Mengepul Di Gurun), cepat sekali tangannya menimpuk, sekaligus dua butir batu mengarah pada dada dan pinggang Uh Ma.

Tapi sebat Uh Ma menghindar, tubuhnya, cuma doyong ke kiri dan ke kanan di atas tangan kirinya, kedua batu itu sudah lewat tak bisa mengenai dirinya. "Sudan enam kali tinggal empat lali !" bilang Uh Ma, kemudian dia tertawa.

Giok Han tambah penasaran, tanpa bilang apa-apa dia beruntun menimpuk tiga kali. Tapi tetap Uh Ma bisa menghindar. Ke-tiga timpukan itu meleset lagi.

Uh Ma tertawa terkikik. "Sudah sembilan kali," katanya. "Kalau satu kali lagi kau gagal, berarti sudah sepuluh kali gagal menimpukkan dan kau harus menepati janji mematuhi perintahku !"

Giok Han penasaran, dia sejak tadi mengawasi cara Uh Ma mengelakkan sstiap timpukannya. Orang ini "berdiri" di tangan kiri, mengandalkan kelima jari tangannya yang bekerja sebagai roda atau garuh yang membuat tubuhnya bisa bergerak maju, dibantu oleh ilmu meringankan tubuh.

Tapi, yang paling utama Uh Ma selalu mengelakkan timpukan batu Giok Han dengan menggerakkan tubuhnya doyong ke kiri kanan atau ke depan belakang. Tubuhnya tergantung di tengah udara, maka dia bisa mendoyongkan seenaknya, yang mengherankan adalah kekuatan tangan kirinya itu.

Melihat Giok Han cuma memperhatikannya Uh Ma jadi tak sabar. "Ayo timpuk lagi, bukankah baru sembilan kali?!"

Giok Han mengincer kemudian menimpuk lagi. Batu meluncur cepat, tapi lebih cepat lagi tubuh Uh Ma menghindarkan timpukan tersebut, karena tubuhnya doyong ke sebelah kanan, batu itu melesat lewat di sisi pinggangnya. Uh Ma tartawa bergelak-gelak. "Kau kalah !" teriaknya sambil lompat berdiri dengan kedua kakinya lagi.

Giok Han penasaran sekali, tapi dia seorang yang menghargai perkataan maupun janjinya. "Baik, aku menyerah kalah ! Apa yang harus kulakukan?" tanyanya.

"Kau harus menggendongku!" kata Uh Ma. "Aku harus dibawa berlari-lari sejauh satu lie !"

Giok Han mengangguk tanpa menjawab.

Uh Ma tidak buang waktu melesat ke tengah udara dan tahu-tahu sudah duduk di pundak Giok Han. "Ayo lari, kudaku !".perintahnya.

Mendongkol Giok Han, tapi dia berlari menuruti perintah Uh Ma. Biarpun tubuh Uh Ma cebol, tapi tubuhnya cukup berat. Berlari satu lie napas Giok Han memburu.

"Mari kita main-main lagi !" tantang Giok Han. "Kalau aku gagal menimpukmu dalam sepuluh kali timpukan, akan kugendong lagi kau sejauh dua lie! Tapi kalau kau kalah, harus mengajarkan aku cara berjalan dengan satu tangan!"

Uh, Ma ragu-ragu, tapi akhirnya mengangguk. Dia pikir mana mungkin Giok Han bisa menimpuknya? "Baik, kuterima tantanganmu !" katanya.

Giok Han girang, dia mengambil lagi sepuluh butir batu. Sekali ini otaknya bekerja keras, ia berusaha menemukan caranya untuk bisa menimpuk tepat pada si cebol ini. Sedangkan Uh Ma sudah jungkir balik berdiri di tangan kirinya.Bahkan sekarang tubuhnya berputar-putar di atas tangan kirinya bagaikan gangsing. "Ayo !" menganjurkan si cebol.

Giok Han mementang matanya. "Dia mengandalkan ginkangnya mengelakkan setiap timpukanku! Hemmmm. aku harus meng-akalinya ! Kalau kutimpuk dengan cara biasa, sampai kapan tetap saja tidak mungkin dia tertimpuk, tubuhnya selalu bisa doyong seenaknya ke kiri kanan...!"

Karena berpikir begitu. Giok Han segera berseru: "Tunggu dulu, aku ingin bicara !"

"Eh mau bicara? Bicara apa?" Tanya Uh Ma, berhenti berputar.

Kesempatan itu dipergunakan Giok Han buat menimpuk. Sekaligus dua butir batu. Timpukan itu demikian mendadak, dia juga menimpuk dengan tenaga cukup kuat, dengan salah satu jurus "Cap Peh Lo Han Kun" yang bernama "Lo Han Hui Te, "tubuhnya melesat mengimbangi kecepatan kedua batu yang tengah menyambar kepada Uh Ma, tangannya bergerak menimpuk lagi dua butir batu dari arah lain !
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar