Wie Sin Siansu bersama
adik-adik seperguruannya memberi hormat kepada hongthionya, kemudian mereka
melaporkan perihal bentrokan yang terjadi dengan Cu Lie Seng dan juga perihal
munculnya See-mo Tong-mo, Pak-mo dan Lam-mo. empat dedengkot iblis, yang
tampaknya mereka bisa bekerja saling bahu membahu dibawah pimpinan seseorang.
Muka Tang Sin Siansu jadi
berobah guram. Cu Lie Seng putera Cu Kongkong Thaykam ?"
"Benar, Hongthio."
Mengangguk Wie Sin Siansu. "kepandaiannya tidak terlalu tinggi tetapi
See-mo, Tong-mo, Pak-mo dan Lam mo berempat bertindak sebagai pelindungnya,
Kami dirintangi oleh mereka. Malah menurut hasil penyelidikan kami, disamping
See-mo berempat, ada seseorang yang kepandaiannya luar biasa, yang bisa
menguasai dan menaklukan keempat dedengkos iblis itu, yang dipersatukan, untuk
menjadt pengikutnya. Tapi kami belum mengetahui jelas, entah siapa orang yang
berhasil mengendalikan keempat dedengkot iblis tersebut, hanya dapat dipastikan
bukan Cu Lie Seng."
"Omitohud ! Omitohud
!" memuji Tang Sin S'ansu dengan muka muram, Tang Lu dan Tang Lang Siansu
yang baru datang. mendengarkan kembali laporan Wie Sin Siansu. Merekapun
terkejut, malah Tang Lu Siansu bertanya: "Jadi empat dedengkot itu sudah
bekerja sama untuk seseorang ?"
Wie Sin Siansu mengangguk.
"Benar. Biasanya empat dedengkot iblis itu saling berlomba, bersaing satu
dengan yang Iain tanpa pernah mau saling mengalah ! Namun sekarang mereka
sekaligus empat dedengkot iblis dari empat wilayah kekuasaan masing-masing,
telah dapat dikumpulkan dan dikendalikan oleh seseorang, sehingga mereka
berempat tidak saling berlomba lagi, malah bisa bekerja sama untuk menentang
siapa saja yang menjadi musuh mereka."
Tang Lu Siansu menghela napas,
menoleh kepada Tang Sin Siansu. "Suheng, apakah tidak mungkin orang yang menguasai
dan mengendalikan keempat dedengkot iblis itu adalah DIA ."
Tang Sin Siansu menghela napas
dalam-dalam, "Mungkin juga DIA, mungkin juga bukan. Tetapi, kini tampaknya
kita mulai akan menghadapi kesulitan, Siauvv Lim Sie akan menerima ujian...!
Berurusan dengan Cu Thaykam bukanlah persoalan kecil, karena berurusan dengan
Thaykam itu sama saja berurusan dengan pemerintah dan berurusan dengan
pemerintah akan mendatangkan, kesulitan yang tidak kecil ! Selama ini Siauw Lim
Sie berusaha membatasi diri tidak pernah mencampuri segala persoalan di luar
Siauw Lim Sie, hal itu untuk mencegah terjadi bentrokan dengan pihak
pemerintah.. Tapi siapa sangka, tampaknya kini hal itu sulit untuk dihindarkan.
Dengan adanya niat mengadu dombakan Siauw Lim Sie dengan Bu Tong Pay, memang
ada orang-orang yang bermaksud buruk pada Siauw Lim Sie, yang pasti tidak akan
berhenti sampai disini saja, masih akan ada ekornya ..."
Setelah berkata begitu Tang
Sin Siansu menghela napas dalam-dalam dia menoleh kepada Wie Sin Siansu, menceritakan
apa yang terjadi pada Tang Bun Siansu, juga memberitahukan perihal dugaannya
pada pelakunya tidak lain Tang San Siansu. Wie Sin Siansu beramai terkejut,
tapi mereka ber-diam diri tidak berani berkomentar apa-apa.
"MuIai sekarang,"
kata Tang Sin Siansu- "Kita harus lebih hati-hati. Hindarkanlah bentrokan
dengan pihak manapun. Wie Sin kau beritahukan murid-murid lain, untuk membatasi
diri jangan melakukan kegiatan apapun diluar kuil! !"
"Baik, Hongthio !
menyahuti Wie Sin Siansu. "Perintah akan kujalankan segera." Segera
Wie Sin Siansu dengan sute-sutenya mengundurkan diri. Tang Lu dan Tang Lang pun
meninggalkan ruangan itu setelah berunding beberapa saat dengan Tang Sin
Siansu.
Melihat yang lainnya sudah
mengundurkan diri, Giok Han pun bermaksud mengundurkan diri. Tang Sin Siansu
tiba-tiba menoleh kepadanya, melambaikan tangannya. "Kemari kau Giok Han
!"
Giok Han menghampiri dengan
sikap hormat.
"Giok Han," kata
Tang Sin Siansu, suaranya jadi sabar. "Peristiwa telah berkembang
sedemikian rupa, maka Loceng harap kau lebih tekun dan giat melatih Sin Beng
Kun ! Harapan Loceng hanya padamu, kelak setelah dewasa bisa menjaga nama baik
Siauw Lim Sie. Besok akan Loceng beritahukan kepada gurumu, Wei Sin, agar
sementara dia menghentikan pengajaran padamu, memberikan kesempatan sepenuhnya
kepadamu melatih Sin Beng Kun. Tetapi, Loceng harap kau tidak mengecewakan
harapan kami!"
Giok Han cepat-cepat berlutut.
"Tecu akan memperhatikan setiap petunjuk dan berusaha tidak mengecewakan
harapan Susiok-couw !"
"Bagus ! Berdirilah
I" perintah Tang Sin Siansu. "Perhatikanlah, Loceng akan menurunkan
sejurus lagi dari ilmu pukulan Sin Beng Kun!" Kemudian Tang Sin Siansu
mulai bergerak sangat lincah, memberikan petunjuk I epada Giok Han. Dengan penuh
perhatian Giok Han memperhatikan cermat sekali. Kemudian Tang Sin Siansu
perintahkan Giok Han mengikuti setiap gerakan yang dilakukannya, anak itu bisa
mengikutinya dengan baik.
Tang Sin Siansu tampak puas.
"Pergilah kau berlatih lagi !"
Giok Han membungkuk memberi
hormat dia ingin mengundurkan diti. Namun sebelum Giok Han meninggalkan ruangan
tersebut, masuk seorang pendeta muda, melaporkan diluar kuil ada seorang
pengemis yang mengaku sebagai murid Kaypang, ingin bertemu dengan Tang Sin
Siansu.
Alis Tang Sin Siansu mengkerut,
dia heran apa maksud kunjungan murid Kaypang, itu. Malah pendeta tua itu sudah
menduga pasti ada persoalan baru yang dibawa pengemis Kaypang itu.
"Perintahkan dia masuk
!" kata Tang Sin Siansu akhirnya.
Ternyata pengemis Kaypang itu
tidak lain dari Thian Sin Cu Mukanya pucat pias, sekali lihat Tang Sin Siansu
tahu bahwa pengemis ini tengah menderita luka di dalam yang parah.
"Kiesu (pendekar) apa
yang terjadi padamu ?" tanya Tang Sin Siansu bimbang.
Mengetahui di depannva adalah
Tang Sin Siansu. Hongthio Siauw Lim Sie. Thian Sin Cu memberi hormat, Lalu dia
menceritakan apa yang dialaminya, pertemuannya dengan Tung Yang dan Tung Irn,
pesan yang diminta Tung Yang agar disampaikan kepada pimpinan Siauw Lim Sie
tersebut.
"Liong-kak! Ooooh.
persoalan itu tampaknya menjadi persoalan yang cukup penting !" mengguman
Tang Sin Siansu tambah guram mukanya. "Siancai. Terima kasih atas berita
yang dibawa Kiesu. Luka Kiesu tampaknya tidak ringan, lebih baik beristirahat
dulu !" Tang Sin Siansu kemudian perintahkan pendeta muda yang tadi
memberi tahukan kedatangan Thian Sin Cu agar membawa sang tamu ke sebuah kamar
tamu, agar Thian Sin Cu bisa bisa beristirahat. la pun memberikan obat kepada
Thian Sin Cu.
Seminggu lamanya Thian Sin Cu
beristirahat di kuil Siauw Lim Sie. Kesehatannya berangsur membaik karena obat
yang diberikan Tang Sin Siansu mujarab sekali. Dalam kesempatan hal banyak yang
diceritakan Thian Sin Cu pada Hongthio Siauw Lim Sie, apa yang telah
dialaminya, "Sebetulnya Taysu, cukup membingungkan juga Tung Yang Taihiap
bersama isterinya yahg berkepandaian tinggi bisa dianiaya seperti itu, sampai
menemui ajal mereka !" kata Thian Sin Cu dalam suatu kesempatan
bercakap-cakap dengan ketua Siaaw Lim Sie tersebut. "Benda apakah Liong
Kak itu, Taysu ?"
"Omitohud ! Loceng
sendiri belum mengetahui sebetulnya benda apakah Liong Kak (Cula Naga) itu !
Tadi Kiesu bicara perihal Poan Pian Thian, apa saja yang dikatakan
padamu?"
"Dia tampaknya hanya
memiliki satu tujuan, yaitu memperoleh kepastian bahwa Tung Yang berdua Tung Im
sudah binasa. Kemudian dia pergi !"
"Tahukah Kiesu Poan Pian
Thian bekerja untuk siapa?" tanya Tang Sin Siansu lagi.
Si pengemis menggeleng
"Sampai sekarang perihal dedengkot iblis See mo, Pak-mo Lam mo dan Tong-mo
pun belum lagi diketahui oleh kami bekerja untuk siapa, selain dugaan kami
mereda berada di bawah pengaruhnya Cu Lie Seng pemuda iblis sangat kejam itu,
putera Cu Thaykam ! Poan Pian Thian apakah bekerja untuk pemuda iblis Cu Lie
Seng seperti keempat dedengkot iblis itu, belum kami ketahui !"
Tang Sin Siansu menghela napas
dengan perasaan jengkel. Peristiwa berlangsung demikian beruntun, tampaknya
ketenangan Siauw Lim Sie di waktu mendatang bisa dilanda oleh badai, dan
gelombang.
Dua hari lagi Thian Sin Cu
berdiam di kuil Siauw Lim Sie, kemudian dia pamitan. Tung Sin Siansu kirim
salam buat Pangcu Kaypang.
Seperginya pengemis itu, Tang
Sin Siansu mengumpulkan Tang Lu Siansu dan Tang Lang Siansu, untuk berunding.
Mereka membicarakan Iangkah-langkah apa yang harus mereka tempuh, jika suatu
saat badai menyerang Siauw Lim Sie. Wie Sin Siansu di-ajak ikut serta dalam
perundingan itu.
Dengan sikap yang tenang dan
langkah kaki satu-satu, tampak seorang lelaki tua berkumis dan jenggot panjang
sudah berwarna putih tengah mendaki gunurg Siong-san. Mukanya dingin seperti
mayat, tidak bersinar dan pucat kuning menakutkan. Mukanya yang kaku itu
seperti tertawa tapi bukan tertawa, seperti menangis tapi pun bukan menangis.
Dia melangkah terus dengan sikap seenaknya. Ketika bertemu dengan dua orang
hweshio Siauw Lim Sie yang tengah turun gunung untuk pergi membeli keperluan
dapur, orang yang seperti muka mayat itu tidak memperlihatkan reaksi apa-apa.
seakan tidak melihat kedua hweshio tersebut.
Kedua hweshio itu adalah
pengurus dapur Siauw Lim Sie. Yang seorang Cie An Hweshio dan yang satunya lagi
Gu Bie Hweshio. Mereka curiga melihat sikap orang asing yang mencirigakan ini.
Cie An Hweshio melirik kepada temannya, memberi isyarat, kemudian melompat ke
depan orang yang mukanya seperti mayat tersebut, Kedua tangannya dirangkapkan.
"Maaf, apakah Siecu ingin
berkunjung ke Siauw Lim Sie untuk bersembahyang ?" tegurnya.
Orang bermuka seperti mayat
mengawasi Cie An Hweshio dengan sorot mata dingin, dia tidak menyahuti, hanya
meneruskan langkahnya, Sikapnya seperti tidak melihat si hweshio yang ada di
depannya.
Cie An Hweshio mengerutkan
keningnya. "Apakah orang ini tuli dan gagu?" pikirnya. Tapi dia masih
berseru: "Sementara ini kuil kami tidak menerima tamu bersembahyang,
karena kami sedang sibuk mengurus perbaikan ruang pemujaan !"
Tiba-tiba orang itu
menghentikan langkah kakinya. "Apakah Tang Sin Siansu ada ?"
Pertanyaan itu tidak enak
didengar oleh Cie An Hweshio maupun Gu Bie Hweshio. Selain pertanyaan itu cukup
kasar, juga Hongthio mereka seperti diremehkan benar oleh orang tua bermuka
seperti mayat ini.
Gu Bie Hweshio memang seorang
berdarah panas. Dia memiliki tubuh yang kekar dan tegap. "Kalau Siecu
tidak ada urusan penting, silahkan turun gunung. Sudah sebulan Hongthio kami
tidak menerima tamu !"
"Tang Sin Siansu ada
?" masih orang itu bertanya dengan nada yang dingin tidak perdulikan Gu
Cie Hweshio
"Oooo, benar-benar
manusia tuli!" menggumam Gu Bie Hweshio mendongkol "Sudah pinceng
beritahukan Hongthio kami sudah sebulan lebih tidak menerima tamu."
Muka orang itu tetap dingin.
Dia merogoh sakunya. "Tapi sekali ini Tang Sin Siansu pasti mau menemuiku
! Bawalah surat namaku ini !" Dia memberikan selembar kartu nama lebar di
mana tertulis di situ: "Poan Pian Thian hap tiauw ingin bertemu, harap
Hongthio Siansu mau menerimaku."
Gu Bie Hweshio dan Cie An
Hweshio saling pandang, kemudian Cie An Hweshio mengangguk. "Baiklah,
tampaknya kau tidak percaya pada kami, masih ingin memaksa buat bertemu dengan
Hongthio kami. Kalau nanti ditolak, kau jangan kecewa!" Setelah berkata
begitu Cie An Hweshio berpesan pada Gu Bie Hweshio untuk menantinya di situ,
dia sendiri pergi kembali ke kuil, untuk mengantarkan surat nama tamu yang aneh
ini.
Tapi ketika Cie An Hweshio
memutar tubuh, orang bermuka seperti mayat itu, yang di surat namanya tertulis
sebagai Poan Pian Thian Yap Bauw ikut melangkah, Gu Sie Hweshio segera
menghalanginya. "Kita tunggu di sini saja..."
Baru saja Gu Bie Hweshio
berkata seperti itu, tahu-tahu dadanya kena dicengkeram Poan Pian Thian. Begitu
cepat tangan orang she Yap tersebut, sampai Gu Bie Hweshio tidak bisa
menghindarkan. Dadanya kena dicengkeram, kemudian digentak ke samping, tubuhnya
disenderkan ke batang pohon "Kreekkkk." terdengar tulang iganya ada
yang patah, dia menjerit kesakitan.
Cie An Hweshio kaget mendengar
jeritan kawannya, menoleh. Dia tambah kaget. "He mengapa kau lukai
Suhengku??" teriaknya sambil memutar tubuh untuk kembali. Tapi orang itu
sangat gesit, tahu-tahu dia sudah menendang Gu Bie Hweshio dan berada di dekat
Cie An Hweshio.
Tangan kirinya pun bergerak
sama cepatnya seperti tadi, mencengkeram dada Cie An Hwesgio, menghentak kuat
sekali kebatang pohon, terdengar suara "krekkkkk"", disusul
jerit kesakitan Cie An Hweshio Sebetulnya Cie An Hweshio tadi hendak menghindar
dari cengkeraman tangan Yap Bauw, tapi dia tidak berhasil, karena tangan itu
bergerak terlalu cepat, tahu-tahu sudah mencengkeram dadanya dan tubuhnya kena
ditarik keras, kemudian terdorong menyender dibatang pohon, tulang iganyapun
ada yang patah, seperti yang dialami Gu Bie Hweshio.
"Ayo jalan " bentak
Yap Bauw bengis, sambil melontarkan tubuh kedua Hweshio itu disusul dengan
terlepasnya cengkeraman tangannya. Gu Bie Hweshio dan Cie An Hweshio
terpelanting, mereka merasa dada masing-masing sakit bukan main, lalu bangkit
berdiri.
"Kau... kau berani
melukai orang disiang hari ?" Bentak Gu Bie Hweshio dengan suara tidak
lancar.
"Jalan! Atau kalian
hendak dihajar lebih dulu baru kedua kaki kalian mau melangkah?" bentak
Poan Thian Yap Bauw bengis, mukanya yang dingin menakutkan seperti mayat hidup
itu sangat mengerikan. Gu Bie Hweshio dan Cie An Hweshio penasaran dan gusar,
tapi merekapun tak berdaya.
Tampaknya orang seperti mayat
ini memang memiliki kepandaian tinggi, mereka pasti tidak mungkin bisa melawan.
Keringat dingin mengucur deras membasahi baju mereka.
"Jalan !" bentak
Poan Plan Thian Yap Bauw sama bengisnya seperti tadi.
Terpaksa Gu Bie dan Cie An
Hweshio melangkah menuju ke kuil Siauw Lim Sie.
Poan Pian Thian Yap Biauw
mengikuti di belakang, tidak sepatah perkataanmu yang diucapkannya, Mukanya
tetap dingin tidak memperlihatkan perasaan apapun.
Akhirnya mareka tiba di depan
pintu kuil Siauw Lim Sie. gerbang pertama. Ada tiga orang hweshio yang tengah
membersihkan pintu gerbang kuil. Mereka heran melihat dua orang saudara
seperguruan mereka pulang dengan muka pucat pias dan mandi keringat dingin, di
belakangnya mengikuti seorang bermuka menakutkan seperti mayat.
"Gu Bie kenapa kau?"
tegur salah seorang diantara ketiga hweshio itu.
"Orang ini... orang ini
menganiaya kami..." memberitahukan Gu Bie Hweshio sambil ingin berlari.
Tapi tahu-tahu tengkuknya dirasakan sakit, karena telah dicengkeram jari-jari
tangan kuat seperti baja, kemudian tubuhnya mengejang kaku kesakitan,
cengkeraman itu seperti hendak menghancurkan tengkuknya, dia hanya megap-megap
tidak bisa berkata apapun, untuk menjerit saja tidak bisa.
Cie An Hweshio pun ingin
berlari, tapi sebelum kakinya bergerak, kaki kanan orang she Yap sudah
menendang, segera tubuh Cie An terjungkel bergulingan di tanah sambil menjerit
kesakitan.
Hebat cara datangnya Poan Pian
Thian Yap Bauw ke Siauw Lim Sie, tidak banyak rewel main bunuh. Sedangkan orang
lain untuk banyak tingkah di kuil Siauw Lim Sie akan berpikir sepuluh kali!
Siauw Lim Sie merupakan pusat perguruan silat tertua di daratan Tionggoan, yang
sangat dihormati oleh segala lapisan orang Kangouw.
Murid-murid Siauw Lim Sie pun
umumnya merupakan pendeta-pendeta sakti berkepandaian tinggi yang tidak pernah
menyombongkan kepandaian mereka, tapi juga tidak akan mudah diperhina.
Tokoh-tokoh Kangouw umumnya menaruh hormat-hormat pada pendeta-pendeta Siauw
Lim Sie.
Tapi sekarang Poan Pian Thian
Yap Bauw sekaligus telah membunuh tiga hweshio di depan kuil Siauw Lim Sie,
dalam sejarah persilatan memang inilah pertamakali terjadi ! Tangannya
telengas, hatinya kejam dan akan membunuh kalau ada orang yang merintanginya,
selalu membuktikan ancamannya tanpa banyak rewel.
Gu Bie Hweshio berdua Cie An
Hwesfrro jadi gentar juga, karena tamu tak diundang ini tampaknya tak main-main
dengan ancamannya. Segera mereka setengah berlari ke ruang dalam untuk
mengantarkan surat-nama tamu yang ganas ini.
Yap Bauw tidak masuk lebih
jauh, dia berdiri dipelataran kuil tersebut. Matanya bersinar dingin memandang
sekeliling. Tidak lama ia menunggu, dari dalam tampak muncul beberapa orang
hweshio, yang menghampiri padanya. "Omitohud ! Onitohud ! Ada keperluan
apakah kiesu berkunjung kemari?"
Sabar suara seorang hweshio
yang berjalan di depan hweshio-hweshio lainnya. Dia Wie Sin Siasu, sabar sekali
suaranya, hanya matanya tajam luar biasa menatap tamu yang menurut laporan Gu
Bie dan Cie An Hweshio merupakan orang yang ganas bukan main.
"Aku ingin bicara dengan
Tang Sin Hongthio," menyahuti Yap Bauw dingin, mukanya tetap tidak
memperlihatkan reaksi apa-apa. "Suruh dia yang keluar menyambutku ! "
Wie Sin Siansu merangkapkan
kedua tangannya. "Siancai. Hongthio kami kebetulan berhalangan untuk
menyambut tamu, karena tengah menyepi diri. Sungguh tidak kebetulan kedatangan Kiesu.
Bolehkah Loceng mengetahui nama harum Kiesu, agar nanti setelah Hongthio
selesai menyepi, dapat Loceng beritahukan perihal kunjungan Kiesu?"
Alis Yap Bauw mengkerut,
mukanya yang memang bengis semakin tidak sedap dilihat.
"Kalian hweshio-hwesio Siauw
Lim Sie memang terlalu bertingkah dan banyak tetek-bengek dengan segala
peraturan menjemukan! Sudah kuberitahukan tadi aku ingin bicara dengan Tang Sin
Hongthio, tidak mungkin aku bicara dengan kau."
Gu Bie Hweshio menghampiri Wie
Sin Siansu menyodorkan surat-nama Yap Bauw. Wie Sin Siansu membaca surat-nama,
mukanya berobah, tapi segera pulih kembali ketenangannya. "Ah. tidak
tahunya Poan Pian Thian Yap Bauw, Yap Kiesu." kata Wie Sin Siansu
kemudian.
"Maukah Kiesu
memberitahukan urusan apa yang hendak Kiesu bicarakan, sekarang ini Loceng yang
mewakili Hongthio menerima tamu !"
Mata Yap Bauw mencilak.
"Kau terlalu rewel!" dengusnya, dia melangkah ke depan, tangan
kanannya mendorong ke dada Wie Sin Siansu. "Minggir, biar aku pergi
menemui Hongthio kalian ! "
Omitohud !" memuji Wie
Sin Siansu terhadap kebesaran Sang Budha. Dia merasakan dorongan tangan Yap
Bauw kuat sekali, juga mengandung hawa yang panas, dia tidak menyambuti, hanya
menyedot hawa udara sampai dadanya naik dan perutnya kempis, hanya terpisah
satu dim, telapak tangan Yap Bauw tak berhasil mengenai dada si pendeta.
Tapi Yap Bauw tidak berhenti
di situ, tangannya tahu-tahu seperti bisa panjang, dia mendorong dengan
membungkukkan sedikit tubuhnya, melanjutkan dorongan yang pertama, tenaganya
malah semakin kuat !
Kaget Wie Sin Siansu, tak
sempat berpikir lagi terpaksa pendeta tua Siauw Lim Sie ini harus menangkis
tangan Yap Bauw. Tidak terdengar suara bentrokan, hanya tampak tangan Bauw
dengan Wie Sin Siansu saling bentrok, perlahan kelihatannya, tapi dahsyat
tenaga mereka yang beradu, karena keduanya mempergunakan ilmu tenaga dalam
tingkat tinggi. Wic Sin Siansu menggigil, mukanya berobah pucat dan dia mundur
satu langkah. Yap Bauw tertawa dingin, juga mundur selangkah.
Bagi yang kepandaiannya
sedang-sedang saja, tentu menyangka kepandaian Yap Bauw berimbang dengan
khikang Wie Sin Siansu. Namun bagi yang bermata tajam, segera bisa melihat
bahwa Wie Sin Siansu masih berada satu tingkat di bawah khikang Poan Pian Thian
Yap Bauw.
Mengapa bisa begitu ? Karena
Wie Sin Siansu mundur melangkah akibat serangan Yap Biauw, kuda-kuda kaki si
pendeta kena digempur. Tapi Yap Bauw mundur hanya untuk mencari posisi yang
baik, ia kuatir si hweshio balas menyerangnya, Tadi Yap Bauw cuma merasakan
tangannya tergetar dan cadanya panas, tapi dia tidak sampai tergempur kuda-kuda
kedua kakinya
Bagi orang-orang yang sudah
memiliki ilmu tinggi, dalam sekali gebrak saja sudah bisa mengetahui dan
menakar kepandaian lawan.
Kaget Wie Sin Siansu. Memang
dia sering mendengar perihal Poan Pian Thian Yap Bauw, si Se enrali Langit,
yang kabarnya menrupakan memedi tunggal berkepandaian tinggi dan sepak
terjangnya aneh tak bisa diduga, sejauh ini ia belum pernah bertemu muka dengan
memedi tunggal itu, baru sekarang mereka beradu tangan.
Ternyata khikang memedi
tunggal itu memang sangat tinggi, Wie Sin Siansu sadar, jika ia memaksakan diri
menghadapi Yap Biauw, mungkin ia tidak sampai rubuh di tangan Yap Biauw, tapi
kemungkinan mereka berdua bisa rusak sendirinya, terluka bersama.
Walaupun Yap Bauw sudah
mengetahui tenaga dalam Wie Sin Siansu masih kalah seangka dengan khikangnya,
dia tidak berani ceroboh. Di luar dia tampak dingin tak berperasaan, sebetulnya
hati Yap Bauw kaget.
Dia sudah memiliki lwekang
demikian tinggi belum lagi Tang Sin, Tang Lu dan Tang Lang bertiga keluar
mengepungku dibantu oleh pendeta-pendeta tingkat kedua dan ketiga.
"Biar aku iumbuh sayap,
rasanya sulit menghadapi mereka!" Pikir Yap Biauw. Karena berpikir begitu,
dia mengambil sikap lain, tidak menyusuli dengan serangan lagi.
"Aku membawa berita buat
Tang Sin Hongthio dari Tang San Siansu," bilang Yap Bauw kemudian.
Kaget Wie Siansu, sejenak dia
tertegun. Kemudian dia menyuruh. "Silahkan Yap Kiesu beritahukan kepada
Loceng, nanti Loceng menyampaikannya kepada Hongthio !"
"Pesan itu hanya bisa
disampaikan kepada Tang Sin Hongthio, tidak boleh dititipkan kepada orang lain
!" dingin sekali suaru Yap Bauw.
Wie Sin Siansu jadi sulit
kedudukannya. "Dia tahu, kalau saudara-saudara seperguruannya mengepung
tamu tak kenal aturan dan ganas ini mungkin ia dengan kawan-kawannya bisa
merebut kemenangan, Namun itulah perbuatan yang terpuji. Sedangkan tadi Tan Sin
Siansu sudah perintahkan kepadanya agar ia bersama saudara seperguruannya yang
menyambut tamu.
Urusan demikian penting,
padahal pesan Tang San Siansu, Toa-susiok-nya. Dengan membuat Wie Sin Siansu
dalam sejenak bimbang tak bisa mengambil keputusan.
"Kalau memang Tang Sin
Hongthio tidak mau menemuiku menerima pesan yang dititipkan Tang San Siansu
padaku, biarlah-Jika kelak di kemudian hari terjadi sesuatu, jangan mengatakan
kami tak kenal aturan tanpa memberitahukan terlebih dulu ! inipun dilakukan
Tang San Siansu mengingat bahwa antara dia dengan kalian dari Siauw Lim Sie
masih ada ikatan perguruan !" Mendesak Poan Pian Thian Yap Bauw, dingin
suaranya.
Tergerak We Sin Siansu, dia
menoleh pada We Khie Siansu, mengisyaratkan untuk melapor ke dalam. Lalu dia
sendiri menghadapi Yap Bauw. "Siancai. tunggulah sebentar, apakah Hongthio
bersedia menyambut tamu atau menolak, itu terserah atas keputusan
Hongthio."
Yap Biauw mendengus. Sikapnya
benar-benar tidak memandang sebelah mata pada pendeta-pendeta Siauw Lim Sie,
seakan di dunia ini hanya dia satu-satunya yang memiliki kepandaian tertinggi.
Sikapnya membuat pendeta-pendeta Siauw Lim Sie yang ada di situ mendongkol.
Wie Khie Siansu tak lama
kemudian keluar, diikuti oleh tiga orang hweshio, yaitu Tang Sin, Tang lu, dan
Tang Lang Siansu. Muka Tang Sin Siansu bertiga guram sekali. "Siancai, ada
pesan apakah yang dititipkan Tang San Toa-suheng kepada Kiesu ?" Tanya
Tang Sin Siansu dengan muka guram, setelah berada dipelataran kuil.
Hati Yap Bauw bergetar juga
melihat mata pendeta alim yang sudah berkumis jenggot putih, yang tajam luar
biasa. Sikapnya tenang berwibawa. Sinar matanya itu menunjukkan latihan khikang
Tang Sin Siansu sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali.
"Tang San Siansu
berpesan, mengingat akan persaudaraan yang pernah terhalang antara dia dengan
kalian pendeta-pendeta Siauw Lim Sie, maka diharap kalian memberi muka
kepadanya, mengundangnya pulang ke Siauw Lim Sie, menyerahkan hak dan kedudukan
yang seharusnya menjadi miliknya !" Bilang Poan pian Thian dengan suara
tawar.
Muka Tang Sin Siansu bertiga
Tang Lu dan Tang Lang Siansu berobah, cepat Tang Sin Siansu bisa mengendalikan
perasaannya. "Omi-tohud ! Omitohud ! Jika Tang San Toasuheng mau kembali
ke Siauw Lim Sie, itulah berita yang sangat menggembirakan ! Kami akan bahagia
menerima pulangnya Tang San Toasuheng. Beritahukanlah begitu padanya, Tapi
bicara tentang hak-hak dan kedudukan, itu bisa nanti dibicarakan oleh kami
bersama-sama, itu urusan dalam pintu perguruan kami yang tidak memungkinkan
Loceng bicara dengan Kiesu."
Baru saja kata-kata Tang Sin
Siansu selesai, lengan jubah kanannya mengibas. Yap Bauw kaget, serangkum angin
menerjang padanya. Jarak mereka terpisah cukup jauh, tapi angin kibasan lengan
jubah Tang Sin Siansu menyambar sangat dahsyat. Cepat-cepat Yap Bauw
mengerahkan khikangnya dan balas mendorong. Kakinya menggigil keras, bahkan
telapak kakinya melesak ke-dalam lantai pelajaran satu dim, batu lantai retak
pecah!
"Silahkan Kiesu
memberitahukan pada Tang San Toasuheng apa yang telah jadi jawaban kami!"
kata Tang Sin Siansu lagi, sikapnya seperti tidak terjadi sesuatu, tenang
sekali.
Yap Bauw mengeluarkan keringat
dingin. Luar biasa tenaga dalam pendeta tua ini, sekali mengibas dari jarak
terpisah cukup jauh bisa mengeluarkan khikang begitu dahsyat. Jelas, ia tidak
boleh main-main. Benar dia tidak sampai tergempur kuda-kudanya kedua kakinya,
dirinya juga tidak sampai celaka, tokh tadi dia sudah memusatkan sebagian
terbesar tenaga khikangnya baru bisa mempertahankan kedudukan kedua kakinya!
Sejenak Yap Bauw terdiam,
keringat dingin dihapus, baru kemudian dia bilang dengan suara tidak sedingin
dan sesombong tadi: "Tang San Siansu berperan untuk minta jawaban yang
tegas. Taysu cukup memberikan jawaban "Ya" atau "Tidak".
Kalau menolak bilang menolak, kalau menerima beritahukan memang menerima,
jangan bertele-tele."
"Omitohud ! Omitohud!
Tang San Taysu-heng adalah saudara seperguruan kami, kami menghormatinya.
Segala sesuatu nanti bisa bicarakan bersama. Nah, apakah Kiesu sudah tak ada
pesan lain dari Toasuheng kami?" Mata Tang Sin Hweshio tajam sekali
memandang Yap Bauw.
Biji mata pendeta itu, yang
sikapnya tenang, tapi sinarnya melebihi mata pisau, membuat hati Yap Bauw
tergetar juga akan keangkeran sikap Hongthio Siauw Lim Sie tersebut. Dia
menggeleng.
"Baiklah, nanti pesan
Taysu akan kusampaikan padanya," kata Yap Bauw, dia memancang
hwesio-hweshio lain yang tengah mengawasi padanya dengan sikap murka. Hatinya
mendadak tergetar lagi, Jadi ciut. Kalau sampai Hongthio Siauw Lim Sie turun
tangan, dibantu oleh Tang Lu maupun Tang Lang Siansu dan hweshio-hweshio Siauw
Lim Sie lainnya, biar pun ia memiliki lima kepala dan sepuluh tangan, tidak
nanti dia bisa meninggalkan kuil Siauw Lim Sie. Hal itu disadarinya dengan
mendadak, menurun kesombongannya. Dia memutar badannya hendak berlalu.
"Tunggu dulu !"
mendadak dibelakang Yao Bauw berkesiur angin dingin menyertai bentakan itu. Yap
Bauw mendadak untuk menghindarkan pukulan itu, dia menangkis dengan tangan
kanannya, tapi dia kecele, menangkis tempat kosong.
Tahu-tahu pinggangnya sakit,
dia sampai meringis, dan menyusul kuda-kudanya tergempur, tubuhnya terhuyung
sampai beberapa langkah, namun tidak sampai ter-jungkel.
Kaget bukan main Yap Bauw,
itulah perbuatan Tang Sin Siansu yang menyerangnya dari jarak jauh dengan ilmu
pukulan " Coan Kang Cok Tek" (Dengan gelombang Khikang Merobohkan
Musuh). semacam ilmu Siauw Lim Sie yang terkenal !
Dengan "Coan Kang Cok
Tek" musuh dapat diserang dari jarak cukup jauh, hanya menyalurkan khikang
belaka. Akibat pukulan itu bahkan jauh lebih berbahaya dibandingkan pukulan
langsung. Cuma, orang yang bisa mempergunakan jurus-jurus "Coan Kang Cok
Tek" harus memiliki khikang tinggi, jika tidak jangan harap bisa
mempelajari ilmu hebat Siauw Lim Sie yang satu itu.
Tang Sin Siansu merupakan
Hongthio Siauw Lim Sie, Khikangnya sulit diukur lagi, dia sudah melatih baik
sekali " Coan Kang Cok Tek". Melihat Yap Bauw hendak meninggalkan
Siauw Lim Sie begitu saja, sepontan ia mengibas dengan tangan kanannya, dari
lengan bajunya menyambar khikang yang tersalur karena mempergunakan "Coan
Kang Cok Tek" memang kesudahannya membuat Yap Bauw kaget sekali. Ketika
dia menoleh, dilihatnya Tang Sin Siansu berdiri angker mengawasinya, sikapnya
luar biasa.
"Yap Kiesu, kau sudah
menyampaikaa pesan yang dititipkan oleh Toasuheng kami, Tapi yang belum
dipertanggungjawabkan oleh Kiesu ialah kelakuan Kiesu yang mengacau di kuil
kami. Apakah setelah membunuh tiga orang murid kami, Kiesu mau berangkat begitu
saja ? Omitohud! Omitohud !" Sabar suara Tang Sin Siansu, tapi sikapnya
angker berwibawa, menunjukkan ia serius sekali dalam persoalan ini.
Yap Bauw mengerutkan alis,
mukanya yang dingin jadi semakin dingin, walaupun hatinya berdebar juga
menyaksikan keangkeran Hongthio Siauw Lim Sie. la bisa memahami makna perkataan
Hongthio tersebut yang ingin menahannya.
" Apa yang Hongthio kehendaki
dariku ? Apakah Hongihio hendak mempergunakan tenaga banyak buat menahanku?
Silahkan! Aku akan menerima dengan senang hati" Sengaja Yap Bauw mengejek
menantang seperti itu.
"Omitohud! Omitohud! Kami
mana boleh bertindak seperti itu? Kami selalu diharuskan bertindak dengan penuh
welas-asih, harus memberikan contoh-contoh yang baik, Siancai! Tak mungkin kami
bertindak serendah itu! Loceng hanya ingin minta pertanggungan jawab Kiesu
terhada ketiga murid Siauw Lim Sie yang telah dicelakai Kiesu !" Mata Tang
Sin Siansu tak berkedip, mengawasi tajam Yap Bauw.
Bergidik juga Yap Biauw
ditatap begitu oleh Tang Sin Siansu, Tadi ia sudah merasakan tenaga khikang
hweshio ini luar biasa. Memang ia tidak jeri, hanya ia kuatir kalau nanti
dirinya masuk dalam lingkaran pengepungan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie yang
bisa saja mempersulit dirinya.
Benar tidak mungkin ia
merubuhkan Tang Sin Siansu, mengingat lwekang hwesio itu lebih menang darinya,
hanya dia memiliki ilmu istimewa andalannya, yaitu ginkang yang bernama
"Touw Sui Tauw Su" (Menenun Menginjak Rumput) semacam ginkang kelas
tinggi yang jarang sekali tertandingi dalam kalangan Kangouw.
Yap Biauw justeru angkat nama
besarnya dengan mengandalkan ginkang "Touw Sui Tauw Su"-nya tersebut,
di mana dia bisa berlari dan bergerak melebihi kecepatan kilat!
Betul "Coan Kang Cok
Tek" Tang Sin Siansu lihai melebihi dari ilmu umum "Pek Kong
Ciang" (Pukulan Udara Kosong), rasanya untuk bisa meloloskan diri Yap Bauw
masih bisa, dia mungkin saja melayani si pendeta alim itu dengan ginkangnya
yang sangat tinggi, dan mencari kesempatan buat meloloskan diri.
Tapi kalau sampai dia
tergulung dalam kepungan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie. biarpun dia tumbuh
sayap tentu tidak mungkin bisa meninggalkan Siauw Lim Sie!
Setelah menenangkan goncangan
hatinya. Yap Bauw tertawa dingin mukanya yang mengerikan tarabah menyeramkan
"Jadi apa yang Hongthio kehendaki ? Jiwaku ? Hutang jiwa ganti jiwa,
begitu?"
"Omitohud ! Omitohud !
Sedapat mungkin kami menjauhi permusuhan ataupun dari mengalirnya darah Tapi
tadi Kiesu sudak turunkan tangan berdosa kepada tiga murid kami, Kiesu harus
mempertanggungjawab-kannya ! Loceng mengingat kebesaran Sang Buddha akan
memberikan kesempatan pada Kiesu menyambuti tiga pukulan, kalau K'esu sanggup
menerimanya, itulah nasib Kiesu masih dilindungi Sang Buddha, tapi kalau
bercelaka itupun tanda dosa Kiesu sudah tak ber-ampun melewati takaran."
Diam-diam Yap Bauw girang.
Bagaimana lihainya Tang Sin Siansu, tapi kalau hanya menerima tiga pukulannya
apa sulitnya. Dia yakin bisa menyambutinya. Tidak perlu keras dilawan keras.
Dia bisa mengandalkan ginkangnya yang luar biasa untuk mengelak dan memunahkan
tiga serangan Hongthio Siauw Lim Sie itu, Tanpa pikir panjang Yap Bauw
mengangguk. "Baiklah!", katanya "Silahkan Taysu memberi petunjuk
! "
Tidak ada senyum di muka Tang
Sin-Siansu, dia melangkah mendekati Yap Bauw, yang waktu itu sudah bersiap-siap
menerima serangan Hongthio Siauw Lim Sie tersebut. Pendeta-Pendeta Siauw Lim
Sie pun mengawasi dengan tajam. Mereka ingin melihat bagaimana caranya Hongthio
mereka memberikan pengajaran kepada tamu yang ganas ini.
"Sudan bersiap, Kiesu ?
Loceng akan mulai dengan pukulan pertama !" Memberitahu Tang Sin Siansu,
Yap Bauw tertawa dalam hati.
"Hemmm", kepala botak, kau terlalu sombong! Dengan cara menyerang
memberitahukan lebih dulu begitu, apa yang kau bisa lakukan terhadapku !"
Tapi dia manggut2"
Silahkan I" katanya.
Tang Sin Siansu mengibaskan
lengan kirinya, lengan jubahnya yang kebesaran itu berkelebat ke arah Yap Bauw,
tangan kanannya tampak bergerak lambat sekali akan mendorong dada Yap Bauw.
Yap Bauw jadi heran melihat
cara menyerang Tang Sin Siansu. jurus biasa dari "Cap Pen Lo Han Kun"
yang bernama "Lo Han Pe In" (Arhad Menyapu Awan) yang dikenal oleh
setiap orang Bu-lim ( Rimba Persilatan ).
Heranlah Yap Bauw, Hongthio
Siauw Lim Sie tidak membuka serangan dengan jurus simpanan Siauw Lim Sie,
mengingat ia hanya memiliki tiga kali kesempatan menyerang padanya. Tenaga
serangan itupun dirasakan lemah, hampir tidak terasa, selain gerak tangan Tang
Sin Siansu lambat sekali.
Dengan tertawa mengejek Yap
Bauw berkelit kekanan dengan jurus "Yauw Cu Hoan Sin"" (Elang
Membalikkan Tubuhnya), dia mencelat ingin berada di sisi kanan pendeta alim
itu. Menurut perhitungannya, gerakannya jauh lebih sebat dari Tang Sin
Hongthio, tentu pendeta tua itu akan kecele menyerang tempat kosong, Namun
kesudahannya Yap Bauw kaget sendirinya, sampai dia menjerit saking kagetnya.
Tangan Tang Sin Siansu yang
bergerak lambat ini tahu-tahu berbelok dengan kelima jari tangan menunduk ke
bawah, dan telah mendorong, Tenaganya memang tidak keras atau kuat, tapi begitu
Yap Bauw mengibaskan menyampok tangan Hongthio Siauw Lim Sie, tangan
mendatangnya seperti karet, disanggah kuat, semakin kuat tenaga mendorongnya,
semangat Yap Bauw serasa terbang dan mukanya pucat.
"Dukkkk !" perlahan
telapak tangan Tang Sin Siansu mengenai dada Yap Bauw, tapi dia terdorong
sampai belasan langkah baru bisa berdiri tetap.
Keringat dingin mengucur dari
keningnya, dadanya dirasakan sakit bukan main, lehernya bau amis, seperti mau
memuntahkan darah !
Kini Yap Bauw baru sadar,
biarpun jurus yang dipergunakan Tang Sin Siansu jurus biasa saja, namun
dipergunakan orang yang sudah memiliki latihan begitu tinggi seperti Hongthio Siauw
Lim Sie, tentu saja berobah jadi pukulan yang sangat dahsyat! Yap Bauw menyesal
atas kecerobohannya, untung saja tadi dia masih sempat mengimbangi tenaga
pukulan Tang Sin Siansu dengan ginkangnya untuk melompat mundur, coba kalau dia
menyambuti dengan kekerasan, pasti sekarang sudah ada tulang iganya yang patah
!
Cepat-cepat Yap Bauw mengempos
semangat, ia waspada dan memasang mata tidak berani meremehkan Tang Sin Siansu
lagi !
"Omitohud ! Tadi pukulan
pertama. Sekarang bersiaplah Kiesu menerima pukulan yang kedua." Kata Tang
Sin Siansu sambil menghampiri. Sekali lagi dia mempergunakan salah satu jurus
"Cap Pen Lo Han Kun" yang bernama "Lo Han Kui Teng""
(Arhad Terbang Di atas Tanah).
Sekali ini Yap Bauw tidak
berani berayal, ia mempergunakan "Touw Sui Touw So"", tubuhnya
seperti bayangan, berkelebat ke belakang Tang Sin Siansu. Dia yakin, tanpa
menyambuti pukulan Hongthio Siauw Lim Sie, dengan berkelit saja, jika sampai
pada pukulan ketiga, jelas dia terhitung sebagai pemenangnya.
Namun hitungan Yap Bauw sekali
inipun meleset. Walau tubuhnya berkelebat ke belakang Tang Sin Siansu, mendadak
kakinya seperti terlibat tenaga tak terlihat, sampai tak bisa bergerak lagi,
karena Tang Sin Siansu sudah mengibas dengan tangan kirinya, tangan kanannya
tetap menyambar!
Hati Yap Bauw mencelos
"Celaka !" mengeluh memedi tunggal ini. Tapi dia lihai, dia mana mau
menerima begitu saja terhajar lagi oleh Tang Sin Siansu. Mati-matian dia
berusaha menghindar. Tubuhnya seperti bisa mengkerut jadi pendek, lalu berkelebat
meloloskan diri dari libatan tenaga Tang Sin Siansu dengan jurus It Wie Touw
Kiang" (Selembar Rumput Menyeberangi Sungai). disusul lagi kemudian dengan
"Lek Pek Sam San" (Memukul Tiga Gunung) tangan kanannya menghantum
punggung Tang Sin Siansu dengan seluruh tenaganya !
"Omitohud!" memuji
Tang Sin Siansu, sabar suaranya. Tangannya tetap meluncur tanpa ada tanda-tanda
akan ditarik pulang.
Hanya kini tangan kirinya
membantu mendorong. Tidak ampun lagi tubuh Yap Bauw seperti dilanggar oleh
sebungkah batu besar, sampai dia menjerit tertahan, tubuhnya seperti kapas
terbang di udara ! Hanya saja ginkangnya memang hebat, di tengan udara dia bica
berpoksay (bersalto), turun dilantai dengan dua kaki lebih dulu ! Hanya mukanya
pucat pias, karena dadanya bergemuruh keras, panas dan sakit tiada taranya !
Dia segera sadar, dirinya sudah luka di dalam akibat pukulan Tang Sin Sin
Siansu !
Yap Bauw menggidik Benar-benar
pendeta Siauw Lim Sle ini tidak boleh dibuat main. Dia menggeretak giginya,
hanya tinggal satu jurus lagi, mustahil dia tidak bisa bertahan ? Bukankah
kalau dia sanggup bertahan menerima satu pukulan lagi, dirinya akan dilepaskan
oleh Tang Sin Siansu.
"Siancai!" Kiesu
sudah berhasil menerima dua pukulan Loceng Tinggal satu pukulan lagi. Boleh
Loceng mulai ?" tanya Tang Sin Siansu, suaranya tetap sabar, biarpun
sikapnya angker cekali.
Muka Yap Bauw pucat, dia
mengangguk tanpa bilang apa-apa. Tang Sin Siansu melangkah tiga tindak
mendekati, kemudian dua tangannya diangkat pada sisi dada sambil menekuk kedua kakinya.
Kaget Yap Bauw melihat sikap Tang Sin Siansu sekali ini.
Segera dia ingat pada jurus
ilmu pukulan "Sin Wan Kun" yang lihai dari Siauw Lim Sie. Pecah
keberaniannya, goncang perasaannya, Tidak menanti Tang Sin Siansu mulai dengan
pukulan ketiganya, tiba-tiba Yap Bauw melesat ke belalang, dia bergerak secepat
mungkin mengandalkan ginkangnya, maksudnya hendak menyingkir dari Tang Sin
Siansu, karena percuma saja jika ia menyambuti pukulan ketiga itu, jiwanya bisa
terancam, sebab pukulan ketiga ini Hongthio Siauw Lim Sie akan menyerang dengan
hebat. Jalan satu-satunya ia meloloskan diri sebelum si pendeta mulai dengan
pukulannya !
"Mau kemana Kiesu ?"
menggidik Yap Bauw karena tahu-tahu didengar di belakangnya suara Tang Sin
Siansu, juga ada hawa dingin menyambar ke punggungnya. Mencelos hati Yap Bauw,
dia mengeluh karena tak mungkin bisa meloloskan diri dari tangan Tang Sin
Siansu. Mati-matian dia mengerahkan ginkangnja yang istimewa, yaitu "Touw
Sui Tauw So", dia masih berusaha meloloskan diri.
Tapi yang membuat Yap Bauw
merasa arwahnya seakan meninggalkan raganya ialah ketika tahu-tahu di depannya
menghadang Tang Sin Siansu dengan kedua tangan sudah mendorong padanya.
"Celaka !" menjerit
Yap Bauw, dia membuang diri ke kiri, maksudnya hendak menghincar, Namun, baru
dia buang tubuhnya sedikit ke arah kiri, dadanya kena terdorong telapak tangan
Tang Sin Siansu, sampai berbunyi " Bukkkkkk !" tubuh Yap Bauw seperti
daun kering, terpental beberapa tombak jauhnya, mukanya pucat pias melebihi
sebelumnya yang memang muka mayat, kedua kakinya menggigil. Dia terluka hebat
dalam tubuh.
" Omitohud ! Atas
kebesaran Sang Buddha, maka Loceng mau bermurah hati tidak mengambil jiwamu!
Pergilah, hukuman untuk menebus dosamu Loceng kira cukup, selanjutnya kau harus
hidup baik-baik, Kiesu. Sekali saja kau melatih ilmu sesat, luka pada jalan
darah Biat-hiatmu akan tambah parah, bahkan bica membawa kelumpuhan dan
kematian padamu. Tapi kalau kau tidak melakukan sesuatu dengan khikangmu,
sedikitnya Kiesu bisa bertahan tigapuluh tahun ! Omitohud! Sekarang silahkan
Kiesu pergi...." tawar suara Tang Sin Siansu terakhir.
Gemetar tubuh Yap Bauw, Dia
menahan sakit juga rasa kaget tak terhingga. la mengerti makna perkataan Tang
Sin Siansu mengenai Biat-hiat yang telah tergempur itu, yaitu tenaga Khikangnya
berkurang banyak, biarpun tidak sampai musnah.
Sekali saja dia mengerahkan
Khikang berlebihan untuk menghadapi lawan, celakalah dia. Luka pada
Biat-hiatnya akan bertambah parah, kalau sampai jalan darah Biat-hiat yang
letaknya dua dim di sebelah kiri dari jantung, sampai putus, selanjutnya dia
jadi orang bercacat, lumpuh ! Dengan memegangi dadanya, Yap Bauw berkelebat
meninggalkan Siauw Lim Sie,
"Omitohud! Omitohud
!" muka Tang Sin Siansu sangat muram. "Tampaknya kerusuhan yang akan
menimpah Siauw Lim Sie tidak bisa dielakkan ! "
Tang Lu berdua Tang Lang
Siansu lompat ke dekat suheng mereka. "Suheng, mengapa kau bebaskan
manusia iblis itu?"
"Omitohud ! Dengan
menerima pukulan "Lo Hon Jip Pek Ko" (Arhad Menyambut Dalam Ratusan
Buah) itupun hukuman yang cukup setimpal untuknya, dengan rusaknya Biat-hiat
manusia berdosa itu. sedikitnya ia harus beristirahat duapuluh tahun untuk
memulihkan khikangnya ! Rasanya, dalam dua puluh tahun dia bisa
merenung-renungkan diri, agar tidak melakukan dosa dan kekejaman lagi. Omitohud
"
Tang Lang berdua Tang Lu
Siansu pun memuji kebesaran Sang Budha.
"Tampaknya tak lama lagi
kita harus menerima cobaan yang cukup berat, karena Tang San Toasuheng
menghendaki kedudukan Hongthio pintu perguruan kita ! Kita harus berusaha
menghadapinya sebijaksana mungkin !" Kata Tang Sin Siansu dengan muka
guram. Pada muka Tang Lang dan Tang Lu Siansu pun kelihatan sinar duka yang
dalam...
Langit bersih kebiru-biruan
pada pagi yang cerah, angin juga berhembus sejuk, udara tidak dingin juga tak
panas, Di lamping sebelah kanan gunung Siauw-sit-san terdapat sebuah tegalan
yang penuh oleh rumput tebal tumbuh subur. Sesosok tubuh berkelebat-kelebat di
ujung atas rumput itu, seakan bobot berat badannya tidak terasa oleh ujung rumput-rumput
itu cuma merunduk sedikit sekali tubuh itu berkelebat-kelebat seperti terbang
saja!
Tubuh orang itu tidak tinggi,
juga tidak besar. Dia seorang anak lelaki dengan muka yang cakap. Tangan dan
kakinya bergerak-gerak mengeluarkan suara "wututt!",
"Siututt!" tak hentinya Tak kenal lelah anak, lelaki itu melakukan
terus menerus gerakan tangan kakinya, ia sedang latihan.
Siapakah-dia? Ternyata anak
lelaki dengan muka cakap itu tidak lain dari Giok Han, yang tengah melatih ilmu
silat luar biasa "Sin Beng Kun" yang diwariskan Tang Sin Siansu.
Selama beberapa bulan ini memang Giok Han melatih "Sin Beng Kun" giat
sekali, siang malam setiap ada kesempatan ia melatih ilmu tersebut.
Hanya didepan Wie Sin Siansu
atau saudara-saudara seperguruan lainnya ia melatih ilmu ilmu lain, seperti Sin
Wan Kun atau juga ilmu yang diajarkan Wie Sin Siansu, Begitu ia berada seorang
diri, Giok Han segera melatih Sin Beng Kun ! Kemajuan yang dicapainya memang
cukup mengherankan, ia berhasil memperoleh kemajuan pesat dalam setengah tahun,
di samping ketekunan yang dimilikinya, Giok Han juga benar-benar berbakat.
Memang melatih Sin Beng Kun
dalam setengah tahun belumlah berarti apa-apa uniuk Giok Han, belum bisa
dipergunakan menghadapi musuh. Apa lagi menghadapi lawan yang tangguh. Namun,
dalam setengah tahun Giok Han bisa menguasai dasar ilmu Sin Beng Kun sudah
merupakan hal yang jarang terjadi.
Semula Tang Sin Siansu menduga
dalam dua tahun Giak Han baru bisa menguasai dasar ilmu tersebut. Girang hati
Hong-thio Siauw Lim Sie mengetahui kemajuan yang diperoleh Giok Han.
Dengan bersamangat pagi itu
Giok Han berlatih "Sin Beng Kun", tangannya berkelebat-kelebat tanpa
mengeluarkan suara, cepat sekali, kemudian lambat, sangat perlahan, sehingga
seakan-akan bergeraknya itu maju satu, dim demi satu dim. Memang Sin Beng
Kun" mengutamakan kecepatan dan kelambatan, panas dan dingin, gelap dan
terang, jadi jelasnya menitik beratkan Im dan Yang.
Pada unsur positif dan
negatif. Giok Han selalu ingat wejangan-wejangan yang diberikan Tang Sin Siancu
setiapkali memberikan petunjuk jurus-jurus ilmu "Sin Beng Kun"
adanya: "Yang terpenting kau ingat ialah ilmu "Sin Beng Kun"
bukanlah semacam ilmu biasa. Benar kau berbakat, tapi jangan harap dalam
beberapa tahun sudah bisa menguasai ilmu mujijat tersebut ! Siaw Lim Sie
memiliki ratusan macam ilmu silat.
Untuk bisa menguasai satu
macam saja sampai pada puncaknya, sulitnya bukan main, Harus dilatih selama
puluhan tahun! karenanya jarang sekali terjadi murid Siauw Lim Sie yang bisa
sekaligus menguasai beberapa macam ilmu silat pintu perguruan kita dengan sama
baik dan sama sempurnanya. la harus menentukan ilmu apa yang akan dilatihnya
dengan sepenuhnya sampai sempurna.
Sampai kini Loceng sendiri
dalam usia hampir tujuhpuluh dua tahun, hanya bisa menguasai tiga macam ilmu
silat Siauw Lim Sie I Sin Beng Kun lebih sulit lagi dipelajari, karena Sin Beng
Kun justeru mengutamakan hawa Im dan Yang dalam tubuh, sekali saja kita gagal
mengendalikan hawa " Im" dan " Yang", berarti selamanya
kita tidak mungkin bisa mempelajari Sm Beng Kun!
Giok Han, tahukah kau mengapa
Loceng memilih kau mempelajari Sin Beng Kun, bukannya murid-murid Siau Lim Sie
dari tingkat dua atau tiga, yang sudah memiliki kepandaian tinggi, untuk
mempelajari Sin Beng Kun ? justeru di sinilah kunci rahasianya ! Jika Loceng
perintahkan salah seorang murid tingkat dua atau tiga mempelajari Sin Beng Kun,
mereka biar berlatih tekun dan penuh perhatian, namun seumur hidup sulit
melatih sempurna Sin Beng Kun",
Mereka sudah mempelajari
mendarah daging ilmu lainnya, tenaga Im dan Yang mereka sudah sulit
dipisah-pisahkan untuk dipergunakan secara sendiri-sendiri. Tapi kau masih
berusia muda, kau masih murni, juga belum mempelajari ilmu silat secara
seutuhnya, Loceng yakin kau bisa melatih "Sin Beng Kun dengan
sebaik-baiknya.
"Sin Beng Kun"
memiliki sifat yang seperti karet, bisa melar. bisa mengkerut menjadi kecil!
Begiui juga tenaga setiap jurus-jurus "Sin Beng Kun bisa mengimbangi
kekuatan lawan. Semakin kuat tenaga khikang lawan, semakin rapat daya
pertahanan seorag ahli "Sin Beng Kun". Semakin lemah khikang lawan,
semakin kuat tenaga mendesak "Sin Beng Kun". Jika sifat-sifat Sin
Beng Kun sudah berhasil kau dasari, tentu dengan mudah bisa menguasainya
!"
Petuah-petuah dari Tang Sin
Hong-thio itulah yang selalu diingat oleh Giok Han. Setiap kali berlatih, dia
berusaha memecahkan rahasia "Sin Beng Kun", yang katanya mengandung
dua kekuatan, Im dan Yang, panas dan dingin, gelap dan terang, yang selalu
dapat dipergunakan terpisah sendiri-sendiri.
Tanpa kenal lelah Giok Han
selalu coba mempergunakan kedua tangannya secara berbareng namun berbeda-beda
jurusnya. Selalu gagal.
Yang membuat Giok Han tekun
seperti itu melatih "Sin Beng Kun", Tang Sin Siansu juga selalu
bilang, bagi seorang murid Siauw Lim Sie yang takut menderita, jangan harap
bisa memiliki kepandaian berarti. Semakin menderita dan semakin hebat
kesengsaraannya, semakin lebar kesempatan untuknya memiliki ilmu silat Siauw
Lim Sie secara baik. Inilah yang menyebabkan Giok Han tidak kenal lelah
berlatih diri, dengan cara-cara yang berat dan melelahkan.
Pagi itu Giok Han berlatih
sejak matahari belum lagi muncul. Sudah hampir empat jam dia tanpa kenal lelah
berlatih terus. Melihat tubuhnya sudah bisa melayang-layang ringan di ujung
rumput-rumput tanpa rumput-rumput itu terinjak rubuh ke tanah, menunjukkan Giok
Han sudah mencapai kemajuan yang pesat untuk ginkangnya.
Mendadak Giok Han merasakan
kepalanya sakit sekali, ada sesuatu yang menghantam kepalanya. Ketika dia
menoleh ke bawah dengan meringis, ternyata yang tadi menghantam kepalanya
adalah sebutir batu kerikil kecil.
Sakitnya bukan main.
Mendongkol Giok Han, entah siapa yang main-main dengannya menyerang membokong
begitu. Tetapi ada pendeta yang ingin menggodanya. Sedang Giok Han bengong
mengawasi sekelilingnya, mendadak dilihatnya menyambar sebutir batu lagi. Dia
hendak berkelit, tapi tidak berhasil.
Batu itu meluncur terlalu
cepat, menghantam pucuk hidung Giok Han, sakitnya tidak terkira. Sampai ia
berseru kesakitan memegangi hidungnya.
"Siapa... siapa yang
menggodaku ?" Tanya Giok Han sambil menahan sakit.
Bukannya jawaban, justeru
menyambar lagi batu kecil ke arah jidatnya. Sekali ini tentu saja Giok Han
tidak mau kalau jidatnya menjadi sasaran batu kerikil itu. Dia berkelit dengan
jurus "Gin Liong Hie Sui" (Naga Perak Bermain Di Air"), tubuhnya
menjongkok sedikit buat mengelakkan itu, tangan kanannya diulurkan untuk
menanggapi batu kerikil tersebut.
Cukup gesit gerakan Giok Han
tapi batu itu seperti memiliki mata. Mendadak berhenti menyambar, menukik
turun, tahu-tahu Giok Kau merasa jidatnya sakit, karena batu itu menghantam
jidatnya yang jadi benjol seketika !
Kaget campur penasaran Giok
Han dipermainkan seperti itu, dia berlari kearah datangnya timpukan batu-batu
itu. Tapi baru berlari beberapa langkah, terdengar orang tertawa. "Nih,
kuhadiahkan lagi untukmu kuwe yang enak !" Dan benar-benar sepotong batu
menyambar kearah bibir Giok Han, sampai bibir bocah ini pecah berdarah,
sakitnya bukan main.
Giok Han segera yakin, pasti
yang menggodanya bukan penghuni Siauw Lim Sie. Tidak mungkin pendeta-pendeta
Siauw Lim Sie berani menggodanya seperti itu. Pasti ada orang asing yang datang
kesitu. Giok Han mengawasi kearah datangnya batu, sambil menahan rasa
sakit-sakit dimulut maupun dijidatnya.
Dari balik semak belukar
terdengar tawa terkikik, lalu muncul orangnya. Orang itu pendek kecil, seperti
seorang anak berusia dua belas tahun, cara munculnya luar biasa ! dia tidak
berjalan dengan kedua kakinya seperti manusia normal umumnya, justru ke-dua
kakinya naik keatas dengan kepala di-bawah.
Dia berjalan dengan tangan
kiri di tanah, sedangkan tangan kanannya bebas bergerak-bergerak, Tangan
kirinya itu seperti memiliki roda, kelima jari tangannya berfungsi sebagai
penggerak untuk maju kedepan.
Giok Han sampai bengong
melihat cara berjalan orang ini, itulah tenaga lwekang yang kuat sekali,
berjalan dengan sebelah tangan belaka, malah tampaknya dilakukan dengan mudah !
Yang membuat Giok Han tambah heran, biarpun orang itu seperti anak laki-laki
berusia dua belas tahun, namun mukanya berpotongan empat persegi, matanya
besar, alisnya tebal hitam, bibir, nya kecil agak monyong, matanya bersinar
tajam sekali, itulah raut muka seorang tua yang sudah berusia lima puluh puluh
tahun!
Jadi orang ini bukan seorang
anak-anak-melainkan seorang tua dengan tubuh yang cebol pendek.
"Hi-hi-hi-hi I"
tertawa sicebol masih tetap "berdiri" dengan tangan kirinya.
"Enak tidak kuwe yang kuhadiahkan tadi ?"
Giok Han tersadar. Dia
cemberut. "Kau siapa dan mengapa berkeliaran disini ?"
"Berkeliaran disini ?
Apakah ini tempatmu dan orang lain tidak boleh berada ditempat ini ?"
balik tanya orang bertubuh cebol tersebut. "Apakah kau seorang yang boleh
bermain-main disini ?"
"Tentu saja tidak. Tapi
ini masih termasuk dalam wilayah- Siauw Lim Sie, orang luar tidak boleh
sembarangan masuk kemari !" menjelaskan Giok Han.
"Oh begitu ! Jadi kau
murid Siauw Lim Sie ? Tapi..." orang itu mengawasi curiga, "kau tidak
cukur rambut, kau bukan hweshio..." biji matanya yang bersinar tajam
mencilak-cilak mengawasi Giok Han.
"Aku memang bukan
hweshio, aku hanya belajar ilmu silat disini!" jawab Giok Han.
"Ha-ha-ha-ha! Kau belajar
ilmu silat di Siauw Lim Sie ! Bodoh! Dungu! Pendeta-pendeta Siauw Lim Sie
gentong nasi semuanya, pembual dan sombong ! Mereka tidak ada yang pandai, ilmu
silat mereka tidak ada yang berarti... kau belajar di Siauw Lim Sie sama saja
dikibuli mereka, karena sampai kelak setelah dewasa kau tidak mungkin memiliki
ilmu yang berarti!"
Mendongkol juga hati Giok Han mendengar
orang aneh ini menjelek-jelekkan Siauw Lim Sie. "Ilmu silat
pendeta-pendeta Siauw Lim Sie jelek atau bagus apa urusanmu ? Aku yang ingin
belajar, apa peduli dengan kau?"
"Oooo, benar-benar kau
bocah dungu !" kata orang aneh itu. "Kalau saja kau tahu, diiuar
Siauw Lim Sie banyak orang pandai, tentu kau akan menyesal belajar di Siauw Lim
Sie ! Percayalah padaku, tidak pernah aku berdusta !"
"Hemmm, kau sendiri
tampaknya bukan manusia baik-baik ! Lihat! Apa akibat tangan usilmu yang telah
menyerang cara menggelap padaku!"
Kembali orang itu tertawa
terpingkal, tiba-tiba dia mendorong telapak tangan kirinya tubuhnya melompat
berdiri dengan ke dua kakinya. Tinggi tubuhnya tidak lebih dari tinggi tubuh
Giok Han. Dia bertolak pinggang mengawasi tajam pada Giok Han, namun mukanya
kembali menyeringai tertawa.
"Kalau aku menyerangmu,
sekarang kau sudah tak bernapas lagi, bocah dungu! Katanya. "Tadi aku
hanya sedang, gembira ingin mengajak kau main-main !"
Giok Han tambah mendongkol.
"Kau sedang gembira dan ingin main-main, junru aku yang kesakitan
ditimpuki batu oleh kau !" kata Giok Han, tetap tidak senang. "Biar
bagaimana kau harus menerima pembalasanmu, timpukan batu-batu juga, tanpa boleh
mengelak !"
"Heh ? Boleh ! Kalau kau
mau main-main menimpukku, boleh saja ! Silahkan ! Kalau kau berhasil satu kali
saja menimpuk diriku, akan kuberi hadiah kau !"
"Hemmm, apa susahnya
menimpukmu? Kau kira aku tamak akan hadiahmu ? Aku hanya ingin membalas
timpukanmu tadi !" jawab Giok Han ketus. Da membungkuk, mengambil beberapa
butir batu. Dia menimpuk. Batu meluncur kearah orang itu.
Benar-benar luar biasa orang
tersebut, Dia tidak mengelak, diam saja. Waktu batu sudah dekat dengan mukanya,
dia miringkan sedikit kepalanya, batu itu sudah lewat tanpa mengenai sasaran,
Giok Han penasaran, menimpuk beruntun tiga kali, tetap gagal.
Baru saja Giok Han hendak
menimpuk lagi, orang itu sudah berteriak-teriak: "Hei, tadi aku cuma
menimpuk kau sebanyak tiga kali ! Kau sudah menimpuk empat kali! Sekarang kau
masih mau menimpuk, mana adil?"
Giok Han tersadar, dia anggap
perkataan orang itu benar. Biarpun dia mendongkol serta penasaran karena
timpukan-timpukannya tadi tidak mengenai sasaran, tapi dia buang batu yang
masih ada ditangannya.
"Baiklah" aku tidak
akan menimpuk lagi. Tapi kau juga jangan ganggu aku lagi !"
"Aku tidak pernah
mengganggumu, aku Cuma ingin mengajak kau bermain!" jawab orang cebol itu.
"Mari kita bermain ..."
"Aku sedang sibuk, tidak
ada waktu untuk bermain !" jawab Giok Han. "Pergilah kalau guruku melihat
kau, tentu akan di-hukumnya kau, sebab sudah berani datang ketempat terlarang
ini!"
Orang bertubuh cebol itu
tertawa. "Guru mu? Ooo, aku tidak takut! Jangankan gurumu, sekalipun
malaikat datang kemari, aku tidak takut !"
Giok Han mengerutkan alis, dia
mengawasi manusia cebol ini, yang semakin di pandang semakin tidak enak dilihat
mukanya.
"Siapa kau dan mengapa
datang kemari ?" Tanya Giok Han akhirnya.
"Aku Uh Ma ...!"
"jawab orang itu.
"Aku sedang tunggu kawan. Mereka mungkin akan sampai di sini dua tiga jam
lagi, dan kita punya kesempatan untuk main-main selama mereka belum tiba di
sini".
"Apa yang ingin kalian
lakukan datang kemari?" Tanya Giok Han mengawasi curiga.
"Aku tidak mau diganggu
oleh pertanyaan tetek-bengek dari kau, aku ingin bersenang-senang bermain ! Ayo
kita mulai ! Oya, main apa yang enak?"
Giok Han merasa geli melihat
kelakuan orang tua cebol itu, Uh Ma, yang lagaknya seperti anak-anak kecil,
biarpun mukanya sudah tua menunjukkan usianya lebih dari lima puluh tahun.
Bahkan Giok Han tiba-tiba
merasa kasihan pada Uh Ma, sebab dia menduga apakah Uh Ma seorang tua yang
perkembangan tubuhnya tidak normal dan memiliki perangai masih seperti
anak-anak ? Karenanya, dia segera bertanya lagi: "Apakah kau datang
sendiri kemari ?"
"Ya... tapi tidak lama
lagi teman-temanku akan datang kemari I"
"Siapa mereka ?"
"Nanti kau akan tahu...
jangan rewel, ayo kita mulai bermain". Begini saja kita atur, kau boleh
menimpuki aku dengan batu sebanyak sepuluh kali, kalau ada satu yang
mengenaiku, maka aku akan meluluskan satu permintaanmu, pemintaan apa saja
boleh kau sebut, aku tidak akan menolak ! Tapi jika sepuluh timpukanmu gagal,
kau harus mematuhi perintahku! Akur ?"
Giok Han tersenyum. Sepuluh
kali menimpuk mustahil satu kali tidak ada yang kena. Giok Han memang masih
kanak-kanak maka bangkit kegembiraan. "Baik" dia mengangguk.
"Mari kita mulai !" Segera ia mengambil sepuluh butir batu kerikil.
"Kau boleh menimpuk
dengan cara apa saja, ayo mulai !" kata Uh Ma. Dia segera jungkir balik,
"berdiri" di tangan kirinya ! Biarpun dengan satu tangan saja,
tubuhnya bisa bergerak sangat gesit!
Giok Han sedikitpun tidak
menyangka babwa manusia cebol yang tampaknya masih kekanak-kanakan biarpun
umurnya sudah tua, adalah See-mo, salah satu dedengkot iblis yang paling
disegani oleh orang-orang Kangouw. Kegembiraan Giok Han bangkit, dia mulai
menimpuk dengan batu pertama.
Tubuh Uh Ma berputar di atas
tangan kirinya, seperti gangsing, timpukan batu itu tidak berhasil tiba di
sasaran. Giok Han menimpuk lagi dengan batu kedua, ketiga dan keempat saling
susul. Tetap gagal. Uh Ma mudah sekali menghindarkan. "Ayo timpuk terus,
cara apa saja boleh kau pergunakan!"
Giok Han penasaran bukan main.
Dia mencekal dua butir batu di tangan kanannya mengawasi Uh Ma untuk cari
kesempatan. Mendadak Giok Han menjejak kakinya, tubuhnya melambung ke tengah
udara, dia mempergunakan jurus "Toa Mo Ho Yan" (Asap Mengepul Di
Gurun), cepat sekali tangannya menimpuk, sekaligus dua butir batu mengarah pada
dada dan pinggang Uh Ma.
Tapi sebat Uh Ma menghindar,
tubuhnya, cuma doyong ke kiri dan ke kanan di atas tangan kirinya, kedua batu
itu sudah lewat tak bisa mengenai dirinya. "Sudan enam kali tinggal empat
lali !" bilang Uh Ma, kemudian dia tertawa.
Giok Han tambah penasaran,
tanpa bilang apa-apa dia beruntun menimpuk tiga kali. Tapi tetap Uh Ma bisa
menghindar. Ke-tiga timpukan itu meleset lagi.
Uh Ma tertawa terkikik.
"Sudah sembilan kali," katanya. "Kalau satu kali lagi kau gagal,
berarti sudah sepuluh kali gagal menimpukkan dan kau harus menepati janji
mematuhi perintahku !"
Giok Han penasaran, dia sejak
tadi mengawasi cara Uh Ma mengelakkan sstiap timpukannya. Orang ini
"berdiri" di tangan kiri, mengandalkan kelima jari tangannya yang
bekerja sebagai roda atau garuh yang membuat tubuhnya bisa bergerak maju,
dibantu oleh ilmu meringankan tubuh.
Tapi, yang paling utama Uh Ma
selalu mengelakkan timpukan batu Giok Han dengan menggerakkan tubuhnya doyong
ke kiri kanan atau ke depan belakang. Tubuhnya tergantung di tengah udara, maka
dia bisa mendoyongkan seenaknya, yang mengherankan adalah kekuatan tangan
kirinya itu.
Melihat Giok Han cuma
memperhatikannya Uh Ma jadi tak sabar. "Ayo timpuk lagi, bukankah baru
sembilan kali?!"
Giok Han mengincer kemudian
menimpuk lagi. Batu meluncur cepat, tapi lebih cepat lagi tubuh Uh Ma
menghindarkan timpukan tersebut, karena tubuhnya doyong ke sebelah kanan, batu
itu melesat lewat di sisi pinggangnya. Uh Ma tartawa bergelak-gelak. "Kau
kalah !" teriaknya sambil lompat berdiri dengan kedua kakinya lagi.
Giok Han penasaran sekali,
tapi dia seorang yang menghargai perkataan maupun janjinya. "Baik, aku
menyerah kalah ! Apa yang harus kulakukan?" tanyanya.
"Kau harus
menggendongku!" kata Uh Ma. "Aku harus dibawa berlari-lari sejauh
satu lie !"
Giok Han mengangguk tanpa
menjawab.
Uh Ma tidak buang waktu
melesat ke tengah udara dan tahu-tahu sudah duduk di pundak Giok Han. "Ayo
lari, kudaku !".perintahnya.
Mendongkol Giok Han, tapi dia
berlari menuruti perintah Uh Ma. Biarpun tubuh Uh Ma cebol, tapi tubuhnya cukup
berat. Berlari satu lie napas Giok Han memburu.
"Mari kita main-main lagi
!" tantang Giok Han. "Kalau aku gagal menimpukmu dalam sepuluh kali
timpukan, akan kugendong lagi kau sejauh dua lie! Tapi kalau kau kalah, harus
mengajarkan aku cara berjalan dengan satu tangan!"
Uh, Ma ragu-ragu, tapi
akhirnya mengangguk. Dia pikir mana mungkin Giok Han bisa menimpuknya?
"Baik, kuterima tantanganmu !" katanya.
Giok Han girang, dia mengambil
lagi sepuluh butir batu. Sekali ini otaknya bekerja keras, ia berusaha
menemukan caranya untuk bisa menimpuk tepat pada si cebol ini. Sedangkan Uh Ma
sudah jungkir balik berdiri di tangan kirinya.Bahkan sekarang tubuhnya
berputar-putar di atas tangan kirinya bagaikan gangsing. "Ayo !"
menganjurkan si cebol.
Giok Han mementang matanya.
"Dia mengandalkan ginkangnya mengelakkan setiap timpukanku! Hemmmm. aku
harus meng-akalinya ! Kalau kutimpuk dengan cara biasa, sampai kapan tetap saja
tidak mungkin dia tertimpuk, tubuhnya selalu bisa doyong seenaknya ke kiri
kanan...!"
Karena berpikir begitu. Giok
Han segera berseru: "Tunggu dulu, aku ingin bicara !"
"Eh mau bicara? Bicara
apa?" Tanya Uh Ma, berhenti berputar.
Kesempatan itu dipergunakan
Giok Han buat menimpuk. Sekaligus dua butir batu. Timpukan itu demikian mendadak,
dia juga menimpuk dengan tenaga cukup kuat, dengan salah satu jurus "Cap
Peh Lo Han Kun" yang bernama "Lo Han Hui Te, "tubuhnya melesat
mengimbangi kecepatan kedua batu yang tengah menyambar kepada Uh Ma, tangannya
bergerak menimpuk lagi dua butir batu dari arah lain !