Liok Bi Lan tak peduli dengan
keadaan Su Nan Su dia terus, juga berlari kepohon-pohon yang rimbun, di sana
tumbuh pohon-pohon yang tinggi dan batangnya menjulang ke atas dengan daun-daun
yang lebat sehingga di situ gelap sekali, sedikitpun sinar bulan tak bisa
menerobos masuk.
Di tempat itu Liok Bi Lan baru
berhenti berlari, Dia melepaskan cekalan pada tangan Su Nan Su.
Kontan kedua kaki Su Nan Su
yang memang sudah lemas, tak bisa berdiri karena menggigil gemeteran, telah
tertekuk dan dia menjatuhkan dirinya berlutut sambil tidak hentinya
memanggut-manggutkan kepalanya.
"Ampunilah... ampunilah
aku .... jangan menggungguku . . . tadi yang kuceritakan kepada teman-temanku
adalah .... adalah kejadian yang terlalu kulebih-lebihkan!" merapat Su Nan
Su sambil menangis saking ketakutan.
Liok Bi Lan berdiri dengan
senyumnya yang manis. Dia bertanya-tawar: "Mengampuni kau? Kenapa? Kau
tidak bersalah apa-apa padaku...! Berdirilah!"
"Aku... aku telah
menceritakan tentang kejadian antara hantu cantik sesungguhnya hal itu terlalu
dilebih-lebihkan...!"
"Hemmm, aku bukan hantu
cantik, aku manusia !" kata Liok Bi Lan tawar. "Ayo, berdirilah, aku
mau bicara dengan kau !"
Hati Su Nan Su berdebar keras.
Dengan kedua kaki masih menggigil karena rasa takut, dia mengangkat kepalanya
sambil berdiri mengawasi kepada wanita cantik di depannya.
"Be... benarkah kau...
kau manusia biasa ? Manusia seperti aku ?" tanyanya dengan suara bimbang.
Liok Bi Lan mengangguk.
"Benar... kau tidak perlu takut, aku manusia yang sama seperti kau ! Aku
bukan hantu ! Apakah kau kira hantu dapat memegang tanganmu seperti tadi ?
Apakah hantu dapat menginjak tanah dengan kedua kakinya? Nan, kau lihatlah apakah
kedua kakiku ini menginjak tanah?" Sambil berkata begitu sengaja Liok Bi
Lian mengangkat sedikit gaunnya, sehingga terlihat kedua kakinya yang memang
menapak tanah.
Su Nan Su mengawasi dengan
mata terbuka lebar-lebar, dia melihat kedua kaki wanita cantik ini memang
menginjak tanah. Menurut cerita orang-orang tua, jika hantu tak bisa menginjak
tanah, kedua kakinya tak menyentuh bumi, karena tubuhnya melayang-layang. Tapi,
wanita cantik ini berdiri dengan kedua kaki menempel di tanah, Dia melihat
jelas.
"Jadi... jadi kau manusia
biasa ?" Dia mencgasi lagi sambil mengawasi dengan sikap masih ragu-ragu.
Liok Bi Lan mengangguk.
"Ya,.. kau tidak usah takut, aku mengajakmu kemari untuk minta pertolongan
kepadamu!"
"Katakanlah... katakanlah
pertolongan apa yang bisa kuberikan ? Mengantarkan kau ke rumah sanak familimu
? Atau aku harus mengantarkan kau pulang ?" Tanya Su Nan Su dengan suara
masih gemetar oleh rasa takut, dia ingin cepat-cepat bisa meninggalkan tempat
ini dan kembali ditengah-tengah kawan-kawannya, karena berada di tempat ini,
yang gelap dan rimbun oleh pohon, menimbulkan suasana yang mengerikan.
"Aku sedang kesepian,
justeru aku hendak minta padamu supaya menemaniku untuk mengurangi kesepianku
itu !" menyahuti Liok Bi Lan.
Semangat Su Nan Su kembali
terbang meninggalkan raganya Memang biasa nya hantu wanita yang mengganggu
korbannya, selalu pura-pura kesepian dan nanti jika korbannya sudah kena
dicumbunya. ia akan memperlihatkan ujudnya yang sebenarnya, sangat menakutkan
dan mengerikan sekali.
Apakah wanita ini benar-benar
manusia ? Kembali keraguan memenuhi benak Su Nan Su. Dia sampai mengawasi
wanita cantik di depannya dengan sepasang mata terbuka lebar-lebar.
"Berdirilah !"
perintah Liok Bi Lan lagi.
Biarpun kedua lututnya masih
gemetaran tapi Su Nan Su telah berdiri. Dia ketakutan setengah mati.
"Ampunilah aku... biarkan aku pergi meninggalkan tempat ini...!"
memohon Su Nan Su dengan suara yang tidak begitu jelas, karena suaranya gemetar
dan dia menghapus air matanya, saking ketakutan dia tidak malu-malu lagi
menangis.
"Jangan cengeng seperti
banci !" bentak Liok Bi Lan dengan suara nyaring. "Aku memilih kau
karena semula kusangka kau seorang laki-laki jantan yang gagah dan pemberani.
Tak tahunya kau seorang manusia tidak punya guna ! Tapi aku sudah terlanjur
mengajakmu kemari, maka aku cuma minta kau menghiburku, mengisi kesepianku,
jika telah selesai segalanya, kau boleh meninggalkan tempat ini...!"
Dibentak begitu Su Nan Su
tidak berani rewel lagi, dia cuma menyuaut air matanya dan juga keringat dingin
yang memenuhi wajah maupun tubuhnya, dia masih diliputi rasa takut dan ngeri
yang tidak kepalang. Keadaan di tempat itu sunyi sepi dan hanya terdengar suara
binatang malam penghuni hutan yang memperdengarkan suaranya.
"Sekarang kau jawablah
pertanyaanku!" kata Liok Bi Lan lagi dengan suara tawar. "Tidak boleh
satu pertanyaan juga yang kau jawab dengan main-main ! Aku menghendaki setiap
jawabanmu dengan jujur, sekali saja kau berbohong, aku tidak akan
sungkan-sungkan membunuhmu! Mengerti kau ?!"
"Me... mengerti I"
menyahuti Su Nan Su sambil menunduk ketakutan, diam-diam di dalam hati dia
berdoa pada Thian agar hantu ini tidak mengganggunya.
"Apakah kau sudah
kawin?" tanya Liok Bi Lan mulai dengan pertanyaan-rertanyaan yang harus
dijawab oleh Su Nan Su.
"Be... belum...!!"
"Sudah pernah berhubungan
dengan wanita ?"
"Be . .. belum !"
"Jawab yang jujur!"
bentak Liok Bi Lan nyaring.
Tubuh Su Nan Su gemetar keras,
dia tersentak oleh bentakan itu, saking ketakutan sampai melangkah mundur dua
tindak, mukanya pucat pias.
"Su... sudah !"
"Sering?!"
"Se... sering...!"
"Dengan bunga raya
?!"
"Ya... dengan bunga raya
(pelacur) !"
"Tidak pernah dengan anak
isteri keluarga kaik-baik?!" tanya Liok Bi Lan lagi.
"Be... belum pernah
!"
"Jawab yang jujur, atau
aku akan menyiksamu !" mengancam Liok Bi Lan.
"Sungguh! bersumpah
apapun aku berani, belum pernah aku mengganggu anak isteri orang lain... dengan
bunga raya memang sudah sering....!".
"Hmmm, tentu kau sudah
berpengalaman untuk urusan pria dan wanita, bukan?" tanya Liok Bi Lan
lagi.
"Tidak... tidak
berpengalaman.... yang berpengalaman urusan wanita adalah temanku .... Si A-puy
.... dia berpengalaman sekali, karena sudah banyak benar bunga raya yang
menjadi langganannya dia selalu pergi ketempat pelesiran, sedikitnya setiap
bulan sempai sepuluh kali ... !"
"Hmmm, aku tidak bertanya
tentang temanmu itu! Aku bertanya tentang dirimu!" bentak Liok Bi Lan.
Kuncup lagi hati Su Nan Su,
dia sampai merasakan sepasang lututnya lemas tidak bertenaga, tidak ampun lagi
dia jatuh duduk dan menangis pula, karena dia tambah ketakutan.
"Aku . . . aku telah
memberitahukan yang sebenarnya...!" Dia bilang diantara isak tangis karena
ketakutan."kalau memang kau kesepian, A-puy dapat menghiburmu!"
"Aku menginginkan kau
yang menghibur mengisi kesepian ku!" Kata Liok Bi Lan sambil tertawa
dingin, "Dengarlah aku bukan hantu ! percayalah, aku manusia biasa sepeni
kau, yang mempunyai daging, tulang dan juga panca indera yang lengkap seperti
kau ! Aku menghendaki kau mengisi kesepian hatiku ! Kulihat yang kau takuti adalah
hantu... lihatlah, apakah aku mirip hantu?!"
Su Nan Su mengawasi bimbang,
tubuhnya masih menggigit menahan rasa takut.
"Kalau memang kau bukan
hantu....!" kata Su Nan Su yang kemudian mendapat akal. "Baiklah,
mari kita kembali ke dalam kampung disana kita bisa menyewa kamar rumah
penginapan .... aku jamin kau pasti terbebaskan dari kesepian, aku... aku akan
berusaha menghiburmu...!"
Liok Bi Lan tertawa dingin,
"Hemm, kau hendak membuktikan bahwa aku bukan hantu bukan? Apakah ada
hantu yang bisa berbicara tentang hantu? Percayalah aku bukan hantu!
Su Nan Su mengawasi, dia masih
ragu-ragu. Tapi Liok Bi Lan sudah bilang lagi; "Lihatlah, apakah hantu
memiliki bentuk badan sebagus ini?" saat itu Liok Bi Lan telah melepaskan
segala sesuatu yang menempel di tubuhnya.
Sinar bulan yang memang tak
bisa menembus rimbunnya daun-daun pohon, tapi tak menjadi persoalan untuk memperlihatkan
keindahan tubuh Liok Bi Lan pada Su-Nan Su. Bahkan tubuh Liok Bi Lan begitu
putih mulus bersinar dalam kegelapan tersebut seperti sepotong giok yang
bercahaya terang Su Nan Su bisa melihat jelas.
Darahnya mendesir, rasa takut
dan kagum terhadap tubuh Liok Bi Lan bercampur menjadi satu.
Liok Bi Lan sudah melangkah
mendekati Su Nan Su, sikapnya sekarang tidak galak seperti tadi, malah sangat
manja sekali, karena saat itu kedua tangannya sudah melingkari leher Su Nan Su.
"Ayolah, kau harus
mengisi kesepianku!" berbisik Liok Bi Lan
Sebetulnya Su Nan Su masih
ketakutan tapi keindahan tubuh Liok Bi Lan membuat darahnya mendesir jauh lebih
cepat, dia juga akhirnya mulai melupakan rasa takutnya ketika tangan Liok Bi
Lan demikian pandainya membuat Su Nan Su menjelma jadi laki-laki yang
benar-benar sangat jantan.
Akhirnya Su Nan Su memang
benar-benar sudah melupakan semua rasa takutnya, dia juga sudah tidak ingat
lagi apakah wanita yang ada dalam pelukannya ini hantu atau memang gadis cantik
manusia sama seperti dirinya.
Dia telah tenggelam dalam
cumbu rayu dengan Liok Bi Lan, napas Su Nan Su memburu keras, seperti juga dia
tengah berlari kuat-kuat, begitu panas napasnya.
Tapi, mendadak terdengar suara
seruan marah Liok Bi Lan. "Laki-.laki bodoh tidak punya guna !"
Disusul juga dengan tubuh Su Nan Su terpental keras terbanting di tanah !
Rupanya dia tidak berhasil mengisi kesepian Liok Bi Lan.
Justeru Bwee-sim-mo li membawa
Su Nan Su demi kepentingan untuk mengisi "kesepian jiwa dan hatinya yang
dirasakannya belakangan ini sangat gersang sekali, tapi laki-laki ini justeru
terlalu mementingkan dirinya sendiri, bukan Liok Bin Lan yang terobati dari
rasa kesepiannya, malah Su Nan Su yang seperti laki-laki rakus yang telah
berusaha mendapatkan semua-nya untuk dia.
Dan semuanya berlangsung
begitu singkat dan cepat, membuat Liok Bi Lan jadi sangat kecewa, maka akhirnya
dia mendorong dada Su Nan Su, sampai badan -laki-laki itu "terbang"
ke tengah udara kemudian terbanting keras di tanah !
Su Nan Su waktu sangat lemas
tak bertenaga, tahu-tahu dadanya didorong begitu kuat, sampai terpental. Waktu
terbanting, dia kesakitan sekali, menyebabkan dia berteriak, matanya
berkunang-kunang dan kepalanya pusing bukan main.
Liok Bi Lan telah meloncat
bangun dan mengenakan pakaiannya lagi dengan muka merah padam karena
mendongkol, karena apa yang diinginkannya tidak juga diperolehnya. Dia menyesal
sekali selama ini tak bisa memperoleh pemuda atau orang muda yang benar-benar jantan
dan tangguh untuk mengisi kesepian hatinya.
Seakan saja dia mendapat orang
muda yang bersemangat pada awalnya saja, kemudian seperti balon yang kempis,
sebelum dia memperoleh kesempatan melenyapkan kesepian hatinya.
Waktu itu Su Nan Su sudah
merangkak bangun, dia berdiri gemetar ketakutan. Sebetulnya kedua lututnya
lemas tidak bertenaga, tapi rasa takutnya menyebabkan dia berhasil berdiri
dengan memaksakan diri mengerahkan seluruh sisa tenaganya.
"Pakailah kembali bajumu
!" perintah Liok Bi Lan dengan suara yang bengis.
Su Nan Su mematuhi perintah
itu, tangannya gemetar waktu dia memakai kembali bajunya. Kemudian selesai
mengikat tali pinggangnya dia berdiri ketakutan dengan kedua tangan diturunkan,
kepalanya tertunduk dalam-dalam. Dia yakin, bahwa wanita ini manusia, sebab
kalau hantu tentu dia tak bisa merabahi seluruh tubuh yang begitu padat berisi,
juga dengus napasnya begitu hangat,
Tapi, sekarang, dia tidak tahu
mengapa wanita cantik ini begitu marah kepadanya. Dia jadi tidak mengerti akan
sikap wanita ini, yang sebentar hangat sebentar marah, sebentar mesra, sebentar
bengis.
"Kau seharusnya dihukum
mati" kata Liok Bi Lan tawar. "Telah kau kecewakan hatiku... tapi
biarlah, aku tidak mau melihat kau mampus di depan mataku !" Setelah
berkata begitu, tanpa bisa diikuti oleh pandangan mata Su Nan Su tangan kanan
Liok Bi Lan telah menyambar menotok beberapa jalan darah Su Nan Su, totokan itu
telah diperhitungkan, biarpun jatuh di jalan darah yang mematikan, tapi tidak
membuat Su Nan Su jatuh rubuh mati seketika. Dan itu sudah diperhitungkan
benar-benar oleh Liok Bi Lan.
"Sekarang," kata
Liok Biak Lan sambil tersenyum bengis setelah menotok beberapa titik jalan
darah Su Nan Su. "Kau lihatlah baik-baik !" Setelah bekata begitu
Liok Bi Lan mengerahkan sinkangnya, maka dari sekujur tubuhnya mengepul asap
putih yang tipis.
Kaget setengah mati Su Nan Su.
"Hantu...!" teriaknya sambil mundur. Karena memang dia tahu dari
cerita-cerita, jika hantu hendak pergi, tentu dengan mudah tubuhnya menghilang
setelah dari badannya mengeluarkan gumpalan asap.
Dan sekarang wanita cantik ini
juga mengeluarkan asap dari sekujur tubuhnya, tentu saja membuat Su Nan Su jadi
ketakutan lagi. Dia mengawasi dengan mata terbelalak lebar-lebar pada Liok Bi
Lan. asap yang keluar dari tubuh wsnita ini semakin lama semakin banyak.
Asap itu berasal pengarahan sinkang
yang benar-benar telah mencapai tingkat sangat tinggi.
Sambil tertawa nyaring Liok Bi
Lan mempergunakan gingkangnya, tahu-tahu tubuhnya melesat lenyap dari
tempatnya. Su Nan Su memang tengah ketakutan, dia juga tak bisa mengikuti
gerakan badan Liok Bi Lan begitu cepat, karena tahu-tahu telah lenyap dari
penglihatannya.
Dia sampai menggigil keras
sekali, karena menyangka hantu di depannya telah menghilang. Setelah tersadar
pada keadaannya, dengan diiringi jerit ketakutan Su Nan Su berlari sekuat
tenaganya meninggikan tempat itu, kembali ke warung arak di mana teman-temannya
telah menanti.
Si bungkuk, pemilik warung
arak itu, juga teman-temannya, jadi kaget tidak terkira karena mendengar
jeritan yang panjang penuh rasa ngeri dan ketakutan Su Nan Su yang dari
kejauhan mendesir semakin mendekati. Akhirnya tampak Su Nan Su berlari seperti
terbang saja kerakusan bukan main disertai jeritannya, napasnya memburu keras
sekali, ketika sampai di dekat warung arak dia berhenti dengan napas memburu:
"Hantu... han... hantu itu... dia... dia benar hantu... hantu cantik...
aku... aku telah dipaksa... untuk mengisi keispian hatinya...!"
Kawan-kawannya telah berlari
keluar ruangan warung arak, mengelilingi Su Nan Su unruk mendengar ceritanya
tentang hantu cantik itu, wajah mereka pucat, Sedangkan Su Nan Su sendiri
demikian pucat mukanya, sehingga seperti kapur tembok, badannya menggigil keras
sekali.
"Di mana hantu itu
sekarang ?" tanya A-puy, dari mukanya jelas dia merasa ngeri.
"Dia .... dia
menghilang...!" Berkata sampai di situ napas Su Nan Su tersendat, lehernya
seperti dicekik sesuatu, napasnya jadi putus dan dadanya seperti hendak meledak
karena sesak tak terkira, dia berkelojotan dan rubuh terguling di tanah,
badannya berguling-guling tanpa mengeluarkan suara tenggorokannya saja yang
terdengar bunyi "Krokkkkkk ! Krokkkk....!"
Semua kawan-kawannya kaget dan
ketakutan, apa yang telah terjadi pada Su Nan Su? Mereka merasakan seluruh bulu
tengkuk jadi berdiri.
Tubuh Su Nan Su berkelojotan
dengan mata mendelik lebar-lebar, tubuh terbuka serta lidah melelet keluar,
kedua tangannya memegangi lehernya seperti juga lehernya itu sedang tercekik
sesuatu.
Kemudian dadanya mengejang
kaku diam tak bergerak lagi. Napasnya telah putus, lidahnya terjulur panjang.
Sebetulnya Su Nan Su mati
akibat totokan yang dilakukan Liok Bi Lan dengan perhitungan tepat, dia
membiarkan Su Nan Su sempat berlari mencapai warung arak itu. Dia
memperhitungkan sangat jitu, karena sekarang Su Nan Su sudah menggeletak mati
dicekik oleh hantu cantik itu, muka mereka pucat pias dan seperti telah
berjanji semuanya berlari meninggalkan warung arak tersebut, mereka pulang
kerumah masing-masing dengan badan menggigil.
Tak seorangpun berani
menyentuh tubuh Su Nan Su yang menggeletak di tanah dalam keadaan kejang kaku
dengan mata mendelik dan lidah terjulur panjang.
Sie bungkuk juga ketakutan,
dengan badan gemetar dia berusaha menutup warung araknya, kemudian melingkar di
pembaringan dalam kamarnya dengan tubuh tidak hentinya menggigil keras.
Tubuh Su Nan Su yang sudah
kaku dingin tidak berjiwa lagi menggeletak saja di jalan.. Sie bungkuk maupun
teman-teman Su Nan Su tidak berani memeriksa keadaan Su Nan Su mereka menunggu
sampai besok pagi, dengan para penduduk lainnya barulah memeriksa keadaan Su
Nan Su.
Mereka semua yakin bahwa Su
Nan Su mati karena menjadi korban hantu cantik.. dicekik mati, Tapi tak
seorangpun yang tahu bahwa sebenarnya Su Nan Su mati akibat totokan dibeberapa
titik jalan darahnya yang telah membuat napasnya tersumbat dan akhirnya membuat
dia mati seperti tercekik karena memang dia tidak bisa bernapas lagi peristiwa
ini telah menggemparkan penduduk kampung tersebut, seluruh penduduk kampung
Yuan-ci jadi ketakutan selama beberapa hari berikutnya, mereka takut kalau-kalau
hantu cantik itu muncul lagi dan menggangu mereka.
"Iblis tidak tahu malu
!"
Kata-kata makian itu membuat
Bwee-sim-mo-li Liok Bi Lan terkejut juga marah, dia sampai memutar tubuhnya
dengan cepat dan tangan kanannya bergerak menghantam ke arah gerombolan pohon
dari mana datangnya suara makian tersebut.
Angin pukulan itu bercuitan
karena Bwee-sim-mo-li mempergunakan jurus pukulan menghantam udara kosong
disertai tenaga sinkang yang kuat, maka tak heran daun daun beterbangan kena di
sambar tenaga pukulan yang sangat dahsyat itu.
Berkelebat sesosok bayangan
sambil memperdengarkan tertawa dingin, meloncat keluar dari tempat
persembunyiannya di belakang pohon-pohon yang rimbun, karena angin pukulan itu
jelas kuat sekali dan jika dia menangkis pasti akan membahayakan keselamatan
dirinya, dia dalam keadaan berjongkok.
Bwe-sim-mo li tidak mau
memberikan kesempatan kepada orang yang sejapat memakinya itu buat mengadakan
persiapan, setelah pukulan tangan kanannya berhasil memaksa orang itu keluar
dari tempat bersembunyinya, tanpa menunggu sampai kedua kaki orang itu hinggap
di tanah, badan Bwee-sim-mo-li Liok Bi Lan telah melesat sangat cepat dan
ringan, kedua tangannya bergerak-gerak seperti cakar naga yang hendak
mencengkeram mangsanya, dari kedua telapak tangan Bwee-sim-mo li meluncur angin
pukulan yang dahsyat.
Orang itu berseru kaget, dia
mati-matian menangkis memakai kedua tangannya, sebab sudah tidak keburu
mengelakkan lagi pukulan iblis yang ganas ini. Tapi, tenaga dalamnya masih
kalah jauh jika dibandingkan dengan tenaga dalam Bwee-sim-mo-li, sebab begitu
tenaga dalam mereka saling bentur, tak ampun lagi badan orang itu terpental
berguling-guling di tanah diiringi jerit kesakitan !
Bwee-sim-mo-li diam tak
mengejar lebih jauh, dia membiarkan orang itu meloncat berdiri, dan melihat
pakaian orang itu penuh tambalan, berpakaian sebagai pengemis, yaitu anggota
dari Kaipang!
"Hmm, kukira siapa, tak
tahunya kura-kura miskin melarat dari kaipang!" mengejek Bwee-sim-mo-li
tawar. "Baik, kau sudah bosan hidup rupanya berani mengintip apa yang
kulakukan ! Setiap orang yang bertemu denganku sebetulnya sudah lebih dari
cukup untuk aku membunuhnya, apalagi sekarang kau demikian kurang ajar berani
mengintai apa yang kulakukan !"
Pengemis itu memang anggota
kaipang usianya baru tigapuluh tahun. Di dalan kaipang dia dipanggil dengan
sebutan Lo kan,kepandaiannya cukup tinggi dan menduduki tingkat keempat. Tadi
dia memang kebetulan sekali lewat di dekat tempat di mana Bwee-sim mo-li tengah
memaksa Su Nan Su untuk mengisi kesepian hatinya.
Sebetulnya pengemis ini, yang
tengah ikut Toan Yok untuk memata-matai semua rombongan Cu Lie Seng ingin
sekali keluar untuk melabrak Bwee-sim-mo li, tapi dia menyadari kepandaiannya
tidak mencukupi untuk menandingi iblis yang kejam itu.
Karenanya dia berdiam diri
saja di tempat persembunyiannya, di balik pohon-pohon yang rimbun. Dia memang
menyaksikan semua yang dilakukan Liok Bi Lan terhadap Su Nan Su. Sampai
akhirnya dia menyaksikan betapa kejamnya Liok Bi Lan menotok beberapa titik jalan
darah mematikan di tubuh Su Nan Su, dengan tenaga totokan yang telah
diperhitungkan benar sehingga Su Nan Su tidak mati di waktu itu juga, diberi
kesempatan untuk pulang ke dalam kampung.
Rasa gusar dan muak melihat
apa yang dilakukan Bwee-sim-mo-li, membuat Lo-kan jadi tak bisa menahan diri
dan memakinya juga setelah Su Nan Su berlari-lari pergi.
Waktu itu melompat
"lenyap" dari hadapan Su Nan Su, sebetulnya Bwee-sim-mo-li tidak
pergi jauh, sebab dia cuma menempatkan dirinya di atas sebatang cabang pohon,
berjongkok dan tertawa geli ketika melihat Su Kan Su lari terbirit-birit karena
menyangka dia telah menghilang dan sebagai hantu cantik yang sangat menakutkan
sekali."
Lo kan berada di tempat itu
juga secara kebetulan. Dia diperintahkan Toan Yok, pangcunya, untuk menyelidiki
keadaan orang-orangnya Cu Lie Seng. Dan dia bertemu dengan Bwee-sim-mo-li,
walaupun jeri, tapi dia gagah sekali, dia tidak segera lari meninggalkan tempat
itu, karena Lo kan ingin sekali mengetahui apa yang akan dilakukan Liok Bi Lan
membawa-bawa Su Nan Su.
Dan akhirnya Lo-kan mengerti
apa yang mereka lakukan di tempat itu, setelah menyaksikan sendiri semua yang
dilakukan Bwee-sim mo-li dan Su Nan Su. Sungguh memuakkannya.
Tetapi sekarang dengan saling
beradunya kekuatan tangkisan yang dilakukannya dengan tenaga pukulan
Bwee-sim-mo-li dia semakin yakin bahwa dirinya bukan tandingan iblis yang jahat
dan kejam ini. Maka dia pikir jalan yang paling baik adalah menyingkir, karena
percuma saja jika dia melakukan perlawanan.
Sambil meloncat berdiri dia
memutar tubuhnya hendak melesat pergi dari tempat itu dengan mempergunakan
ginkangnya. Tapi, baru saja tubuhnya melesat ke tengah udara, tiba-tiba melesat
beberapa sinar terang dan kedua pahanya dirasakan sakit bukan main, membuat dia
menjerit dan rubuh terjungkel lagi di tanah, dengan kedua kaki lumpuh tak bisa
berdiri lagi, sebab Bwee-sim mo li telah menyerangnya dengan jarum beracunnya !
"Hemmm !" si iblis
melangkah menghampiri dengan muka dingin pada pengemis ini.
"Kau harus mati. Sudah ku
katakan tadi, siapa saja, bertemu denganku berarti dia harus mati, apa lagi kau
yang dengan sengaja mengintai apa yang kulakukan! Kematianmu tentu saja bukan
cara yang enak, harus perlahan-lahan!"
Lo kan nekad, dia tahu tak
mungkin lolos dari tangan ibis yang kejam ini. Maka jalan satu-satunya ialah
mengadu jiwa dengan iblis tersebut. Melihat Bwee sim-mo-li tengah melangkah
menghampirinya, tahu-tahu tangan dirinya menekan tanah, tubuhnya melesat
menubruk si iblis dengan tangan kanan menyambar ke dada Bwee-sim mo-li,
maksudnya hendak mengadu jiwa.
Dia tidak peduli lagi dengan
penjagaan dirinya dan keselamatannya, juga tangan kirinya ikut melakukan
serangan tenaga pukulannya bercuitan, dia telah mempergunakan seluruh Lwekang-nya
Bwee sim mo li benar-benar
lihai, karena sedikitpun dia tidak berkisar dari tempatnya.berdiri. Matanya
saja mengawasi tajam dan waktu kedua tangan pengemis ini hampir mencapai
sasaran, tahu-tahu dia menekuk ke-dua lututnya, dan kedua tangannya dilonjorkan.
"Nggggekkkkk...
Blesssss!"
Sepuluh jari tangan Bwee-sim-
mo li menancap dalam sekali dada si pengemis, mata Lo-kan mendelik, mulutnya
terbuka lebar, seperti juga dia tidak percaya pada jurus yang begitu aneh dan
cepat, di mana kesepuluh jari tangan iblis tersebut bisa menembusi dadanya
tanpa dia melihat gerakan kedua tangan iblis tersebut, dan akhirnya tubuhnya
mengejang, waktu Bwee-sim-mo-li menarik ke sepuluh jari tangannya dari dada si
pengemis, badan Lokan terguling dengan dada mengeluarkan darah sangat banyak,
memancur... kemudian berkelojotan sejenak, terdengar suara di tenggorokannya
dan tubuhnya kemudian diam kaku, tak bergerak lagi mati.
Bwee-sim-mo Ii tertawa
mengejek, dia mempergunakan baju korbannya untuk menyusut tangannya, agar
bersih dari lumuran darah, Kemudian seperti tidak terjadi sesuatu dia melangkah
pergi meninggalkan tempat itu, tanpa menoleh lagi meninggalkan mayat Lokan
menggeletak disitu. Tubuh Bwee-sim-mo li melesat berkelebat, lenyap dalam
kegelapan malam . . .
-0OO00-
Malam memang selalu gelap.
Tapi tidak ada sesuatu yang abadi, kegelapan itu akhirnya lenyap dengan
munculnya matahari fajar menggantikan rembulan untuk menyinari bumi dengan
sinarnya yang hangat, mengusir kegelapan.
Tapi disaat fajar mulai
menyingsing, tampak balasan sosok tubuh sedang menuju ke suatu tempat yang
tampak merupakan tujuan mereka. Semuanya membekal senjata tajam, sikap mereka
penuh kewaspadaan, dan yang lebih luar biasa semua orang berpakaian sebagai
TOSU, pendeta penganut agama To.
Sikap mereka tegang, terlihat
jelas dari muka masing-masing yang tak ada senyum dan serius sekali, mata
mereka bersinar tajam, penuh kewaspadaan.
Didepan rombongan tosu ini,
berlari seorang tosu berusia lanjut. Dia memang seorang berilmu tinggi, karena
badannya ringan sekali seperti terbang berkelebat pergi mendekati tempat yang
dituju, kedua kakinya seperti tidak menginjak tanah.
Waktu sampai ditempat tujuan
mereka yaitu sebuah lapangan tidak begitu besar dan di kejauhan terlihat
belasan tenda perkemahan semuanya berhenti berlari, Yang menjadi pemimpin
rombongan tosu itu, yaitu tosu tua yang sudah berusia kurang lebih enam puluh
tahun dan berjalan di sebelah depan, mengisyaratkan dengan pedangnya yang
dikibaskan ke atas maka belasan tosu itu berpencar membagi diri mengambil sikap
seperti mengepung.
"Hmm. . sekarang kita
harus mempertaruhkan nama baik Kun lun kita, jika memang tak berhasil kita
harus membuang jiwa !" menggumam tosu yang sudah tua itu kepada tosu yang
berdiri di sampingnya yang menemaninya walaupun kawan-kawannya yang lain sudah
berpencar mengambil tempat masing-masing disekitar tempat itu.
"Benar, suheng!"
mengangguk tosu yang diajak bicara itu mungkin berusia lima puluh empat tahun,
sikapnya gagah sekali, matanya bersinar tajam menunjukkan dia memiliki
kepandaian tinggi. "Usaha kita sekali ini harus berhasil, jika gagal lebih
baik kita tak perlu kembali ke Kun-lun-san! "
"Bagus... apakah semuanya
sudah siap?" tanya pemimpin tosu-tosu itu lagi.
"Semua sudah siap,
suheng" Mereka hanya menanti perintah Suheng .,..!" menyahuti tosu
yang seorang itu.
Tosu tua itu mengawasi ke
tenda-tenda yang terpisah tak jauh lagi yang dari tempat dia dan tosu-tosu
lainnya berada. Sampai akhirnya diiringi dengan suara nyaring, badannya telah
meloncat menghampiri tenda-tenda itu, diikuti oleh tosu-tosu yang lainnya.
Gerakan tubuh mereka semuanya
ringan dan gesit, juga ditangan masing-masing sudah mencekal pedang yang
berkilauan terkena sinar matahari pagi. Semuanya menyerbu ke tenda tenda itu.
Dari dalam tenda keluar
belasan orang juga. Mereka tak lain Tang Siansu dan yang lain-lainnya. Mereka
sudah mengetahui kedatangan belasan orang tosu ini, Tang San Siansu tak mau
para pengawalnya menjadi kurban dan berjatuhan mati di tangan para tosu itu
yang tampaknya lihai dan gagah.
Sebagai seorang yang sudah
mencapai sinkang sangat tajam. Yang luar biasa justeru dia bisa menerka berapa
tinggi kepandaian tamu yang tak diundang dengan hanya mendengar suara langkah
kakinya saja!
Dan sekarang dia juga tahu
bahwa belasan orang tosu yang menyatroni rombongannya semua berkepandaian
tinggi, karenanya dia telah perintahkan Cu Lie Seng tak keluar, dia saja
bersama-sama dengan Pak mo, See-mo dan yang lain-lainnya keluar menyambut.
Tosu tua itu sudah berdiri di
depan Tang San Siansu, bentaknya tanpa memberi hormat kepada pendeta itu.
"Kerbau gundul cepat kau berikan daftar nama orang-orang gagah dan
menyerahkan orang kepada kami!"
Waktu itu Tang San Siansu
sudah melihat jelas tosu tua itu. dia tertawa bergelak-gelak sampai tubuhnya
ikut tergoncang. "Ah, kiranya Yuan Ci Tojin ! Siapa sangka kau datang
berkunjung kemari ! Sayang aku tak bisa menyambut kedatanganmu dengan jamuan
yang meriah ! "
"Jangan banyak rewel,
cepat serahkan daftar nama orang-orang gagah dan menyerahkan orang pada kami !
"
"Siapa yang hendak kau
minta?" Tanya Tang San Siansu dingin dan tidak memandang sebelah mata pada
tosu ini, bahkan mata nya yang tajam luar biasa telah mengawasi satu persatu
tosu-tosu lainnya.
"Orang yang hendak kami
minta adalah muridmu, Cu Lie Seng! Dia akan kami bawa ke Kun lun.san, nanti
Ciangbunjin kami akan mengadilinya !"
Tang San Siansu tetap tenang,
dia tidak memperlihatkan sedikitpun perasaan kaget, malah kemudian dengan sikap
mengejek dia bilang: "Kalian hendak minta muridku agar bisa dibawa oleh
kalian ke Kun lun-san ?" tanyanya dingin. "Bagus ! Kukira kau sudah
makan nyali macan dan gajah sehingga berani bersikap demikian kurang ajar
padaku !"
Tosu tua yang jadi pemimpin
rombongan tosu itu, yang tadi disebut gelarannya oleh Tang San Siansu dengan
panggilan Yuan Ci Tojin, tidak mau rewel, tangan kanannya telah melepaskan
jarum jarum "Bwee-hoa-ciam" yang sangat halus empat puluh batang
lebih Bwee-hoa-ciam sudah menyambar ke dada Tang San Siansu.
Yuan Ci Tojin adalah tosu
berkepandaian tinggi, dia melatih senjata rahasianya itu selama duapuluh tahun
lamanya. Tak pernah ada orang yang sanggup menerima timpukan jarum
Bwee-hoa-ciamnya, apa lagi dia memang menyerang dengan sekaligus begitu yaitu
mempergunakan Bwee-hoa-ciam dengan jumlah sangat banyak, biarpun Tang San
Siansu memiliki kepandaian tinggi, tak mungkin dia bisa lolos dari sambaran
jarun Bwee-hoa-ciam.
Melatih Bwee-hoa ciam bukanlah
pekerjaan yang mudah, seseorang harus melatih untuk mengendalikan dulu bobot
jarum yang dipergunakan sebagai senjata rahasia, sebab tenaga menimpuk
jarum-jarum yang berukuran halus dan kecil itu, harus disertai dengan sinkang
kuat.
Jika tidak, jangan harap
Bwee-hoa-ciam bisa memberikan hasil yang sempurna, tenaga menancapnya tentu
tidak bisa terlalu kuat. Sekarang jarum-jarum Bwee-hoa-ciam itu dilepas oleh
seorang ahli seperti Yuan Ci Tojin. tenaga sinkang tojin itu cukup tinggi, maka
jarum-jarum itu secepat kilat telah menyambar sekujur badan Tang San siansu.
Namun Tang Siansu sediktpun
tidak memandang sebelah mata pada senjata rahasia tosu tersebut, malah dengan
gesit tahu tahu di tangannya sudah tercekal sebatang tombak yang diambil dari
salah seorang Kim-ie-wie yang berdiri tak begitu jauh darinya.
Dan, sekali memutar tombak
itu, maka rontoklah jarum-jarum Bwee-hoa ciam tersebut, sebagian menjadi bubuk,
sedangkan sebagian lagi menempel di ujung tombak itu, seperti bunga bwee.
Tidak kepalang kaget dan
kagumnya Yuan Ci Tojin dan kawan-kawannya melihat kehebatan sinkang Tang San
Siansu. Sebagai orang yang sudah mencapai tingkat sangat tinggi maka Tang San
Siansu dapat mempergunakan sinkangnya dengan baik, dia leluasa untuk menyalurkan
tenaga dalamnya baik pada lengan maupun benda yang dicekalnya.
Karena tenaga dalam itu telah
disalurkan pada batang tombak, maka batang tombak seperti berobah jadi besi
berani yang memiliki daya menarik yang kuat, jarum-jarum tersedot keujung tombok
itu dan berkumpul menempel menjadi satu seperti bunga bwee yang gompiok!
Yuan Ci Tojin menyerang,
pedangnya berkelebat secepat kilat akan menikam leher Tang San Siansu, namun
pedangnya dapat di-sampok oleh tombak Tang San Siansu begitu keras, sehingga
pedang patah jadi dua !
Yuan Ci Tojin yang sudah nekad
tidak mundur, dia menyerang terus dengan pedang buntungnya. Tang San Siansu
beberapa kali memaksa tosu itu untuk merobah cara menyerangnya karena tombaknya
dapat mendesak hebat sekali. Tenaga dalam tosu itu bagaimanapun memang masih
berada dibawah sinkang Tang San Siansu.
Tosu-tosu lainnya sudah
menyerbu, mereka menyerang Tang San Siansu. "Biarkan aku yang membereskan
mereka semua !" Teriak Tang San Siansu kepada kawan-kawannya. Pak-mo dan
yang lainnya jadi berdiri diam menyaksikan jalannya pertempuran tersebut tanpa
ikut turun tangan, mereka diam-diam semakin kagum pada Tang San Siansu, karena
dengan cara bertempur seperti sekarang ini Tang San Siansu seperti sedang
mempercontohkan kepandaiannya yang memang sangat tinggi, sehingga setiap
serangannya itu membikin tosu-tosu yang berjumlah belasan orang tersebut tak
dapat mendesaknya sedikitpun juga.
Bahkan Tang San Siansu selalu
berhasil mendesak lawan-lawannya dengan tombaknya yang digerakkan sangat
dahsyat,sehingga bergulung-gulung sambil memperdengarkan suara bercuitan
nyaring, karena kuatnya sinkang yang telah disalurkan pada batang tombak
tersebut.
Yuan Ci Tojin sudah mengambil
pedang salah seorang temannya, membuang pedang buntungnya, kemudian menyerang
lebih dahsyat pada Tang San Siansu. Dengan dibantu oleh teman-temannya Yuan Ci
Tojin jadi lebih hebat dari tadi, karena kalau tadi dia hanya seorang diri
menghadapi Tang San Siansu, sekarang Tang San Siansu dibikin sibuk oleh
teman-temannya dan Yuan Ci Tojin bisa menyerang semakin hebat.
Tang San Siansu mengempos
semangatnya, waktu dia mengayunkan tombak pada tangannya seperti gulungan sinar
hitam, terdengar dua kali jeritan disusul meloncat mundur dua orang tosu dengan
dada yang berlumuran darah. Tapi kedua orang tosu itu tidak roboh, mereka nekad
sekali meloncat maju lagi, sekali ini tanpa peduli akan keselamatan dirinya,
mereka sudah meloncat dekat sekali dengan pedang menikam dada Tang San Siansu.
Tapi, belum lagi pedang mereka
tiba di sasaran, tombak Tang San Siansu telah berkelebat membuat leher mereka
robek oleh mata tombak, sampai kepala kedua tosu itu hampir putus dari
lehernya, karena luka di dileher mereka begitu besar, darah juga mancur deras.
Mata kedua tosu itu terbuka
lebar-lebar, mereka tidak percaya bahwa di dunia ada kecepatan yang demikian
seperti yang dilakukan Tang San Siansu.
Dalam keadaan seperti ini Yuan
Ci Tojin yang sudah nekad tidak tinggal diam, pedangnya berkelebat menikam.
"Brettttt!" mata pedangnya berhasil memobek baju di pundak Tang San
Siansu.
Sebetulnya mata pedang itu
menikam pundak Tang San Siansu, namun kulit pundak Tang San Siansu keras
melebihi besi, dia memiliki ilmu kebal, sehingga pedang tak dapat menikam
tembus pundaknya, melesat melejit ke samping, merobek baju Tang San Siansu
saja.
Tapi, hebat kesudahannya untuk
Yuan Ci Tojin. Karena gagal serangannya itu, waktu tangannya tengah terulur
menikamkan pedangnya, mata Tang San Siansu menyambar bersilang dari samping
kanan ke kiri, masuk ke bawah ketiak Yuan Ci Tojin waktu itulah mata tombak
tersebut telah menikam ke iga Yuan Ci Tojin, ketika Tang San Siansu mengangkat
tombaknya, maka tubuh Yuan Ci Tojin yang seperti disate oleh tombak itu
terangkat naik ke tengah udara !
Kawan-kawan Yuan Ci Tojin
kaget, mereka merasa ngeri bukan main dan marah kalap sekali, mereka meloncat
bersama menikam dan menabas dengan pedang masing-masing.
Tang San Siansu memutar
tombaknya, badan Yu Ci Tojin yang berada di mata tombaknya ikut berputar, dan
terdengar suara "Desssss... Bleeesssss...!" berulangkali, sebab
pedang-pedang para tosu itu telah menabas dan menikam badan Yuan Ci Tojin
sampai badan tosu itu terpotong-potong, kaki tangannya buntung!
Yuan Ci Tojin benar-benar
kuat, karena dia tidak mati biarpun keadaannya sudah demikian, tiba-tiba dia
mengempos seluruh sisa tenaganya, dengan mengerang, tahu tahu tubuhnya yang
sudah racik itu meluncur terlepas dari mata tombak, karena tubuhnya seperti
bisa meloncat ke atas, dan kepalanya menyeruduk akan membentur kuat sekali
kepala Tang San Siansu !
Inilah cara mengadu jiwa dari
orang-orang Kun lun-pai, saat terakhir Yuan Ci Tojin tidak mau mati sendirian,
dia telah mengempos semangatnya yang terakhir untuk mati bersama dengan Tang
San Siansu.
Kaget Tang San Siansu, dia tak
keburu mengelakkan benturan kepala Yuan Ci Tojin, dan satu-satunya jalan
hanyalah mengerahkan sinkangnya pada kepalanya.
"Dukkkkk ....!"
kepala Yuan Ci Tosu membentur kepala Tang San Siansu, darah bercampur otak segera
berpercikan kemana-mana, badan Yuan Ci Tojin meloso roboh terbanting di tanah,
berkelojotan beberapakali, kemudian diam tak bergerak lagi, mati.
Ternyata akibat benturan
kepalanya dengan kepala Tang San Siansu menyebabkan kepala Yuan Ci Tojin
sendiri yang pecah hancur dan mati, sedangkan kepala Tang San Siansu sama
sekali tak mengalami cidera, kepala Tang San Siansu begitu kuat.
Dia cuma merasa agak gelap
pandangan matanya dan berkunang-kunang ketika kepala Yuan Ci Tojin membentur
kepalanya, itu hanya sekejap dan beberapa detik, kemudian matanya bersinar
tajam lagi memandang terang.
Bahkan, dengan kepala
berlumuran darah dan otak, darah dan otak Yuan Ci Tojin yang menodai baju dan
kepalanya.
Tang San Siansu mengamuk
seperti naga terluka. Tombak ditangannya menyambar-nyambar memakai "Liong
beng-kun" dahsyat sekali ! Angin pukulan kedua tangannya menderu-deru
dansyat, bagaikan amukan badai, setiapkali telapak tangannya itu, baik tangan
kiri maupun tangan kanan menyambar, maka maka terdengar jerit menyayatkan hati,
seorang tosu telah terpental dan ambruk dengan mata juling dan mulut terbuka,
dada yang melesak karena tulangnya hancur remuk, hanya sempat berkelojotan
beberapakali dan kemudian putus napas!
Waktu itu cuma tinggal lima
orang tosu. mereka tidak berusaha melarikan diri biarpun melihat kawan-kawan
mereka seorang demi seorang roboh mati di tangan Tang San Siansu.
Mereka benar-benar nekad dan
seperti sengaja hendak mati dengan semangat penuh, mempertaruhkan jiwa dengan
Tang San Siansu. Kelitna tosu itu menjerit serentak, mereka meloncat kalap
menikam dengan pedang masing-masing.
Melihat serangan yang datang
serentak seperti ini, Tang San Siansu tidak berkelit, kedua tangannya
berkelebatan dan lima batang pedang lawannya kena dirampas semua nya, dan waktu
Tang San Siansu menggerakan tangannya lagi, pedang-pedang itu patah menjadi
sepuluh potong.
Dan si pendeta bukan hanya
sampai di situ saja bertindak, kedua tangannya cepat sekali telah menyambar
dahsyat, beruntun telah mematikan kelima tosu itu, yang masing-masing terpental
akibat pukulan mematikan " Liong-beng-kun".
Setelah membereskan kelima
tosu ini. Tang San Siansu berdiri dengan sikap angker, kepala dan baju
berlumuran darah dan otak menyebabkan keadaannya sangat mengerikan.
Teman-temannya yang menyaksikan jalannya pertempuran tersebut diam diam
menggidik.
Demikian hebat Tang San
Siansu, seorang diri telah berhasil membereskan senua lawan-lawannya yang
berjumlah belasan orang itu, bahkan tosu-tosu yang memiliki kepandaian tidak
rendah !
Pak-mo dan yang lainnya
diam-diam juga jadi semakin tunduk pada Tang San - Siansu. Mereka memiliki
kepandaian tinggi, sebagai datuk persilatan, yang ditakuti oleh orang-orang
kangouw, juga mereka telengas dan kejam, namun mereka tidak dapat melebihi
kehebatan Tang San Siansu!
Waktu itu dengan suara angkuh
Tang San Siansu sudah bilang: "Mereka benar-benar sengaja mengantar
jiwa..! Kun-lun-pai harus dibasmi rata dengan bumi, tak ada seorang Kun-lun-pai
yang dapat dibiarkan hidup ! Jika kita telah sampai di kotaraja, nanti akan
kuminta pada Cu-kongkong untuk membasmi habis semua orang-orang Kun-lun-pai
!"
Kemudian Tang San Siansu pergi
ke tendanya, dia salin pakaian dan membersihkan badannya dari noda darah. Baru
kemudian dia bercakap-cakap dengan See-mo, Cu Lie Seng dan yang lain-lainnya.
"Kita harus melakukan
perjalanan empat atau selambat-lambatnya lima hari lagi, kita segera sampai di
kotaraja!" bilang Tang San Siansu dengan muka yang angker.
"Selama lima hari itu
kita tak boleh lengah. Justeru umumnya yang dilakukan olen orang lain ialah
semakin dekat pada tujuan, semakin lengah, sehingga kita bisa terkecoh oleh
lawan, yang mendadak melakukan serangan total.
Kita harus waspada, jangan
sampai semakin dekat kandang sendiri dibikin malu. Jika memang mereka tahu kita
selalu waspada, kupikir merekapun akan berpikir dua-kali untuk bertindak
...!"
"
"Suhu bagaimana dengan
orang-orang Siao-lim si?" tanya Cu Lie Seng sambil mengawasi gurunya.
"Kukira sekarang sudah
tiba saatnya. Setelah kita tiba di kotaraja nanti kita bicarakan lagi tentang
Siao-lim-si. Memang sekarang sudah kucapai tingkat yang tertinggi dari
"Liong-beng kun" dan tak ada seorangpun yang sanggup mengatasi
jurus-jurus pukulan "Liong-beng-kun'ku itu ! Kukira, tahun ini adalah
tahun terakhir untuk Siao-lim-si, kalau mereka tetap tidak tahu diri dan tidak
mau menyerahkan kedudukan Ciangbunjin Siao lim si padaku, maka mereka harus
dibabat habis semuanya, kuilnya kita ratakan dengan bumi dan semua pendeta
Siao-lim kita bunuh habis mereka!"
"Tetapi kitab-kitab
pusaka milik Siao-lim-si itu..." Cu Lie Seng ragu-ragu.
Tang San Siansu tertawa
dingin.
"Tentu saja waktu kita
menyerbu kesana, yang paling utama adalah menyelamatkan dulu kitab-kitab itu,
sebagian dari kita memecah diri untuk membereskan kitab-kitab pusaka itu... aku
dengan yang lain akan menghabisi pendeta-pendeta Siao lim-si... kemudian kita
bakar kuil itu !"
Cu Lie Seng tampak girang.
Kalau gurunya berhasil mendapatkan kitab-kitab pusaka Siao lim-si, jelas
akhirnya warisan kitab-kitab pusaka itu jatuh ke tangannya, karena dia murid
kesayangan Tang San Siansu, tak ada murid lainnya lagi, ilmu silat andalan maupun
kitab pusaka semuanya akan jatuh di tangannya !
Tiba-tiba muka TangSan Siansu
berobah. "Ehhhhh, mana dia Bi Lan ?" tanyanya.
Dia tidak melihat
Bwee-sim-mo-li sejak tadi, rupanya sekarang baru menyadarinya. Dia celingukan
ke sana kemari, tapi Bwee-sim-mo li memang tidak berada di antara mereka.
"Ya, sejak tadi kami tak
melihatnya juga," menyahuti See-mo.
"Aku berada di sini
!" Tiba-tiba di luar tanda terdengar suara Bwee-sim-mo-li, disusul
munculnya iblis kejam itu dengan bibir tersenyum-senyum.
Tang San Siansu mengerutkan
alis dan menatap tajam menyelidik pada Bwee-sim-mo-li, kemudian dia
menggerendeng: "Pakaianmu tidak rapi, apakah kau..." Tapi dia tidak
meneruskan kata-katanya tersebut.
Bwee-sim-mo-li tahu bahwa Tang
San Siansu cemburu padanya, pasti dia menduga Bwee-sim-mo li telah pergi
mencari mangsa, korbannya lagi, yaitu orang orang muda. Sebagai seorang yang
licik, Bwee-sim mo li cepat-cepat memperlihatkan wajah seperti marah,
menggerutu juga:
"Mengapa pakaianku yang
kau ributkatn? Aku baru bangun dari tidur karena mendengar suara ribut-ribut
dan langsung keluar ! Apakah, di dunia ini ada orang yang bangun tidur dengan
pakaian yang tetap rapi dan utuh?"
Tang San Siansu diam tidak
menyahuti, cuma mukanya yang masam memperlihatkan bahwa dia mendongkol dan
tidak senang. Yang lain-lainnya segera keluar dari tenda meninggalkan Tang San
Siansu, karena setiap kali Tang San Siansu sedang uring-uringan seperti itu,
mereka bisa jadi korban dimaki olehnya. Maka yang paling selamat adalah cepat
cepat menjauhinya.
Sekarang tinggallah Tang San
Siansu berdua dengan Bwee-sim-mo-li di dalam tenda itu. Bwee-sim-mo-li tahu
pendeta ini sedang ngambek. Karena memang selama ini dia jeri dan gentar
terhadap kepandaian dahsyat Tang San Siansu, maka dia mengalah dan tak mau
membawa adat. Dia menghampiri dan duduk di samping Tang San Siansu.
"Mengapa sih kau selalu
marah marah saja ?" tanya Bwee-sim- mo-li berbisik lirih manja sekali,
tangannya memegang tangan kanan Tang San Siansu, mengusap usap seperti orang
yang tengah bersedih hati.
Tang San Siansu melirik.
"Kau sangat liar... tetap
saja kau tak bisa tenang di sampingku, selalu hendak mencari korban-korbanmu
saja...!" menggumam Tang San Siansu dan wajahnya memperlihatkan rasa
cemburu yang nyata sekali.
Bwee-sim-mo-li tersenyum
manja. "Kau ini ada-ada saja... Apakah Taisu memang menduga begitu jelek
padaku ? selama ini aku telah digembirakan olehmu, aku tak pernah merasa
kesepian lagi ! Mengapa aku harus mencari korban-korbanku lagi ? Di dalam dunia
ini mana ada manusia yang melebihi kehebatan taisu ? Mana ada laki-laki yang
sanggup menandingi kehebatan taisu?"
Mendengar pujian tidak
langsung Bwee-sim mo-li, Tang San Siansu berkurang mendongkolnya, dia melirik.
"Benarkah aku merupakan satu-satunya laki-laki yang paling hebat ?"
tanyanya.
Bwee-sim-mo-li mengangguk.
"Apakah aku pernah
berdusta di depan taisu ? Apakah aku pernah menyatakan pada taisu bahwa aku tak
pernah senang dengan taisu ? Aku tidak pernah bilang bahwa kau gagal
menyenangkan hatiku, bukan ?"
Senang hati Tang San Siansu.
Dia mencekal tangan Bwee-sim-mo-li. "Aku inginkan kau selalu berada di
sampingku !" bisiknya.
"Tentu... aku juga senang
jika selalu bisa berada di samping taisu... tapi yang kukuatirkan...."
Bwee-sim mo-li tidak meneruskan kata-katanya.
"Apa yang kau kuatirkan?
Apakah kau takut nanti ada yang berusaha menghalangi hubungan kita?" tanya
Tang San Siansu cepat dan matanya memandang tajam. "Atau kau sudah jatuh
hati pada laki-laki lain?"
Bwee-sim-mo-li menggeleng.
"Bukan... bukan...!"
jawabnya segera. "Tapi yang kukuatirkan justeru kalau Taisu sudah bosan
padaku dan menendangku! " kata-kata ini diiringi dengan sikap sangat
manja, menjatuhkan kepala di dada Tang San Siansu, membiarkan pendeta itu
memeluk tubuhnya.
Tang San Siansu tertawa
gembira, dia memeluk Bwee-sim-mo-li dengan hangat mulutnya mencium pipi Bwee
sim mo-li yang putih halus.
Bwee sim-mo li mengikik sambil
tertawa genit, tangannya mendorong dada Tang San Siansu.
"Kenapa?" tanya Tang
San Siansu sambil memandang dengan mata terbuka lebar-lebar.
"Geli, kumis jenggotmu
begitu kasar," menjelaskan Bwee sim- mo-li sambil tertawa.
Tang San Siansu juga tertawa,
rasa cemburunya sudah lenyap seluruhnya. Dia memeluk lagi Bwee sim mo li, namun
sekali ini waktu tangannya menggerayang, Bwee-sim-mo-li telah mendorong lagi
dadanya. Sekali ini Tang San Siansu jadi mendongkol.
"Mengapa hari ini sikapmu
aneh sekali, Bi Lan?" tegurnya dengan hati tak senang.
"Tunggu dulu... semuanya
dapat berlangsung dengan lancar dan menyenangkan, tapi aku benar-benar
mendongkol dan penasaran !"
"Apa yang membuat kau
penasaran?!"
"Kau ! Engkau yang telah
membuat aku sangat penasaran !"
"Kenapa? "Tang San
Siansu mengawasi semakin tajam, matanya yang memang sudah, besar semakin besar
saja seperti juga biji matanya hendak meloncat keluar. "Aku membuat kau
penasaran? Kenapa? Katakan. kenapa?"
"Dulu kau sudah berjanji
akan memberitahukan latihan-latihan "Liong-beng kun" padaku, tapi
sekarang sudah sekian lama kita bersahabat, tapi tak pernah sepatah kata
kouw-hoat (teori) dari jurus pukulan "Liong-beng-kun" yang kau
beritahukan padaku!"
"Ooooh tentang persoalan
itu !" kata Tang San Siansu sambil tertawa bergelak-gelak. "Kukira
kau sudah jatuh hati pada laki-laki lain sehingga jadi penasaran padaku! Kalau
soal itu gampang ! Gampang sekali! Nanti akan kuajarkan padamu teori dan
latihan jurus-jurus pukulan "Liongbeng-kun", jangan kuatir, aku tak
akan membohongimu !"
"Nah, nah apakah ini
tidak membuat aku penasaran ! Kau selalu menggampangkan persoalan, selalu
bilang gampang, gampang, gampang... tapi buat aku sendiri, sudah sekian lama
kunanti-nantikan kau beritahukan kauw-hoat "Liong-beng-kun", tetap
saja kau tak mau memberi tahukan! Apakah keadaan seperti ini tidak membuatku
selalu jadi penasaran?"
Tang San Siansu berdiam
sejenak, alisnya berkerut. Di dalam hati ia berpikir: "Hemmm. iblis ini
kira aku mudah ditipunya! Dia iblis liar, sekarang dia tunduk padaku dan
menuruti apa yang kuinginkan karena dia memang mempunyai maksud-maksud
tertentu, disamping itu memang dia sangat takut padaku ! Coba kalau dia tak
gentar padaku, apakah dia mau tunduk seperti ini! Mengajarkan dia
Liong-beng-kun ? Memberi tahukan teori jurus jurus pukulan
"Liong-beng-kun" padanya?
Ooooh, ini hanya membuat dia
seperti tumbuh sayap ! Dia tentu kelak tak tunduk lagi padaku ! Dikiranya aku
ini terlalu bodoh untuk menuruti keinginannya!"
Waktu Tang Sin Siansu sedang
berpikir seperti itu. Bwee-sim-mo-li mengawasi saja, Dia juga berpikir:
"Hemmm, setan keparat ini licik sekali, dia selalu mengelak dan tak mau
memberitahukan kouwkoat "Liong-beng-kun"-nya, Kalau memang sudah
diberitahukan kouwhoat itu dan aku berhasil merobek seluruh kouwhoat
Liong-beng-kun" darinya, walaupun dia cuma memberitahukan dan membacakan
kouwhoat "Liong-beng kun" satu kali saja, itu sudah cukup untuk aku
memahami jurus pukulan itu, setidak-tidaknya untuk menciptakan jurus-jurus lain
yang bisa mengatasi "Liong-beng kun", selanjutnya aku tidak perlu
gentar lagi padanya ....! Tapi, bagaimana caranya untuk membujuk dia
memberitahukan kouwhoat beng-kun nya ?"
Tang San Siansu melihat
Bwee-sim-mo-li berdiam diri seperti itu, tiba-tiba tertawa bergelak-gelak dan
mengulurkan kedua tangannya, merangkul erat sekali.
"Mengapa kau harus
bersedih hati seperti itu?" Apakah kau tidak percaya padaku dan kuatir aku
mendustaikau ?" bisik Tang San Siansu sambil menciumi pipi dan leher
Bwee-sim-mo li.
Bwee-sim-moli menghela napas
dalam-dalam.
"Aku benar-benar sedih...
aku penasaran, karena merasa cuma dipermainkan olehmu, taisu." menyahuti
Bwee sim-mo-li. Suaranya mengandung kesedihan.
Tang San Siansu tertawa.
"Kau menuduh aku membuat kau penasaran, sedangkan sebenarnya aku berusaha
untuk menyenangkan kau! Tentang kouwhoat "Liong-beng kun" nanti pasti
kuberitahukan, sekarang belum waktunya!"
"Kenapa belum waktunya ?
Nanti atau sekarang toh sama saja ?" mendesak Bwee-sim-mo-li.
Sekarang bukan saatnya yang
tepat, nanti jika kita sudah tiba di kotaraja akan kuberitahukan kouwhoat
"Liong-beng-kun" itu padamu!"
"Mengapa tidak sekarang?
Apa bedanya disini dengan di kotaraja?" mendesak Bwee sim-mo-li sambil
mengawasi Tang San Siansu dengan sorot mata tajam.
Sekarang aku tentu akan
membuat muridku nanti mendongkol...." menyahuti Tang San Siansu.
"Maksudmu Cu Lie Seng,
Cu-kongcu ?" tanya Bwee-sim-mo-li menegasi.
Tang San Siansu mengangguk.
"Benar ... jika dia
mengetahui aka memberitahukan kouwhoat "Liong-beng-kun" kepadamu,
tentu dia akan tersinggung dan merasa tidak puas. Sebagai murid tunggal pasti
dia ingin agar seluruh kepandaianku hanya diwarisi padanya! Jika ada perasaan
tidak senang padanya tentu keadaan-keadaan selanjutnya kurang menggembirakan
!"
Bwee-sim-mo li tiba mendorong
pundak Tang San Siansu, kemudian tertawa keras: "Lucu! Sungguh taisu ini
sangat lucu !"
Muka Tang San Siansu berobah
tidak senang dia mengawasi tajam pada Bwee-sim-mo-li, karena dia tersinggung
dirinya disebut lucu, dan juga tertawa Bwee-sim-mo li seperti mengejeknya.
"Apa yang lucu di diriku
?" tanyanya mendongkol. "Apa yang kau tertawakan ? Apakah memang
benar-benar ada sesuatu yang lucu dan tidak beres pada diriku ?"
Bwee-sim-mo-li masih tertawa
terus, sampai memegangi perutnya, karena tertawa geli seperti itu.
"Tentu saja bukan tubuhmu
yang lucu, taisu ! Tetapi sikapmu ! Mana ada sejarahnya dalam dunia kangouw
seorang guru kuatir dan takut muridnya tidak senang karena si guru
memberituhukan kouwhoat kepandaiannya kepada orang lain? Yang selalu terjadi
justeru si murid yang takut dan kuatir kalau-kalau gurunya gusar dan menjadi
tidak senang hati oleh tindakannya, bukan si guru yang harus takut dan
kuatir!"
Muka Tang Sar Siansu berobah.
"Aku tidak takut, mengapa aku harus takut pada Cu si tolol itu ?"
katanya dengan suara agak keras menunjukkan perasaan tak senangnya. "Cuma
aku tak mau melukai perasaannya, karena aku kuatir jika dia merasa iri dan tak
senang hati nanti, nanti pelajarannya mengalami kemunduran, semangat untuk
berlatihnya akan turun dan ini mempengaruhi kemajuannya untuk latihan
"Liong-beng-kun" yang tengah diyakininya!
Aku menginginkan dia berhasil
melatih dengan sempurna seluruh kepandaian yang kuwariskan padanya, karena dia
satu-satunya murid tunggalku ! Karena itu, aku tak mau jika kelak dia cuma
membawa malu untukku, karena sebagai murid tunggalku dia bisa dirobohkan oleh
orang lain !
Dia harus memiliki kepandaian
yang dahsyat dan siapapun tak boleh mengalahkannya ! Harus dia satu-satunya
yang berkepandaian tertinggi didalam dunia kangouw!"
Bwee-sim-mo li tertawa lagi.
"Sungguh keinginan yang
sangat terpuji, karena seorang guru demikian memperhatikan untuk perkembangan
muridnya !" memuji Bwe-sim-mo-li. Dia cerdik, segera dia tahu si pendeta
ini merasa tak senang oleh kata-katanya.
Tapi memang tadi sengaja
Bwee-sim mo li melontarkan kata-kata itu untuk memancing emosi Tang San Siansu,
dia tengah mengatur siasat untuk menyudutkan Tang San Siansu dan akkirnya nanti
mau memberitahukan teori jurus jurus pukulan "Liong-beng-kun"
padanya. "Tapi sayang... ada sesuatu yang harus disayangkan! "
"Apa yang kurang ? Aku
telah mendidik muridku dengan sebaik-baiknya, apakah kau anggap kemajaan
muridku itu masih kurang dan pantas ditertawakan orang-orang gagah dalam
kangouw ?"
"Bukan! Bukan itu
maksudku ! Tetapi sayangnya, justeru kau tak bisa membuat muridmu itu merupakan
ciangbunjin dari seluruh pintu perguruan silat dalam kangouw ! Coba kau
bayangkan taisu, kalau memang kedudukan ciangbunjin dari semua pintu perguruan
silat dijabat oleh muridmu, bukankah hal itu sangat menggembirakan
sekali?"
Tang San Siansu tertegun
mendengar perkataan Bwee-sim-mo-li, tapi kemudian dia bertanya: "Maksudmu
itu menjabat semua kedudukan ciangbunjin dari pintu-pintu perguruan silat di
seluruh kangouw? Begitu maksudmu?"
Bwee sim-mo-li mengangguk.
"Ya, dia murid seorang
yang paling tangguh seperti taisu, tentu tak ada seorangpun yang berani
menentang ! Menjadi bengcu saja tidak cukup. Hanya jadi pemimpin kalangan
kangouw, dengan kedudukan ciangbunjin dari setiap perguruan silat ditangan
orang-orang lain, tentu suatu waktu akan ada sikap membangkang dan memberontak
! Apa salahnya kalau memang kedudukan ciangbunjin dari setiap pintu perguruan
dipegang oleh muridmu, sehingga seluruh kangouw dikuasai sepenuhnya!
Tang San Siansu
mengangguk-angguk ragu-ragu. Memang saran yang dikemukakan Bwee sim-mo li
merupakan salah satu cara dan jaian terbaik untuk menguasai rimba persilatan !
Muridnya memang tengah berusaha untuk menguasai kangouw dengan menyatakan bahwa
dirinya sebagai bengcu atau ketua kangouw, dan alangkah lebih baiknya kalau
kedudukan ciangbunjin dari semua pintu perguruan silat dipegang oleh muridnya,
tentu tak ada satupun pintu perguruan siiat yang berani membangkang atau
memberontak lagi !
"Bagus !" akhirnya
Tang San Siansu berseru nyaring sambil menepuk paha Bwee-sim-mo-li. "Apa
yang kau sarankan memang merupakan pendapat yang sangat baik.
Kedudukan Ciangbunjin Siao-
lim-si, Butong, Kun-lun, Go bie pai dan lain-lainnya dipegang oleh muridku !
Dalam sejarah persilatan memang belum terjadi seluruh pintu perguruan silat
dipegang oleh satu orang !
Dan ini memang bisa lebih
mudah untuk menertibkan orang-orang kangouw! Aku akan berusaha menundukkan
semua pintu perguruan silat, agar mereka mengakui muridku sebagai ciangbunjin
mereka, supaya ciangbunjin mereka menyerahkan kedudukan ciangbunjin pada
muridku! Jika mereka membangkang tak mau menyerahkan kedudukan ketua perguruan
silatnya, maka kita babat habis mereka!"
Setelah berkata begitu, Tang
San Siansu tertawa bergelak-gelak nyaring sekali. Tampak dia sangat gembira.
Dia memeluk Bwee-sim-mo-li sambil menciumi dan memujinya: "Kau benar-benar
sangat cerdas sekali bisa memberikan saran yang demikian bagus !"
"Tapi sayangnya,"
kata Bwee-sim-mo-li lagi. "Kau tak pernah menepati janjimu, taisu ! Kalau
kau memberitahukan kouwhoat "Liong-beng-kun" kepadaku, sehingga
kepandaianku lebih mahir dan lebih tinggi tingkatnya, tentu tak akan sia-sia
apa yang telah kau lakukan, aku bisa mendampingimu menghadapi seluruh orang
kangouw tanpa perlu gentar ! Aku selalu akan mendukung muridmu itu agar
mencapai kedudukan tertinggi di dalam kalangan kangouw!"
"Hah-hah-bah-hah, kembali
kau penasaran tentang kouw-hoat "Liong-beng-kun", percayalah, nanti
akan kuberitahukan kepadamu!" kata Tang San Siansu.
"Tapi Taisu, jika kau
memberitahukan sekarang padaku teori jurus-jurus pukulan
"Liong-beng-kun"- muridmu itu juga tak akan mengetahui, aku tak akan
memberitahukan pada siapapun juga, kau tak usah kuatir...!" janji Bwee
sim-mo li.
"Bukankah kita hanya
berdua saja, tak ada orang yang mengetahui jika memang kau atau aku tak
memberitahukannya ?"
"Sabarlah... nanti juga
aku akan tepati janji. Jangan kuatir, aku tidak akan membohongimu... sekarang
janganlah mengganggu kegembiraanku dengan permintaan yang tidak-tidak ! Ayo,
kita bersenang-senang...!"
"Tapi taisu harus
berjanji benar-benar tak akan mengingkari janjimu itu untuk memberitahukan
padaku kouwhoat "Liong beng-kun" !"
"Jangan kuatir... nanti
setelah tiba di kota raja, selama lima hari akan kuberitahukan kau teori
jurus-jurus "Liong-beng-kun"
"Benar, taisu ?"
"Pasti kutepati janjiku
itu ! Aku juga berharap memang kau bisa mendukung muridku, secara tidak
langsung membantuku untuk meringankan tugasku menghadapi orang-orang kangouw !
Sekarang saja kepandaianmu sudah demikian tinggi, kalau memang kau
kuberitahukan kouwhoat "Liong-beng-kun", niscaya kepandaianmu
memperoleh kemajuan yang pesat sekali sehingga sulit orang menandingimu lagi
!"
Girang Bwee-sim-mo-li, dia
akan menahan diri untuk bersabar selama beberapa hari lagi, sampai mereka tiba
di kotaraja dan akan mendesak Tang San Siansu untuk menepati janjinya
memberitahukan padanya teori jurus pukulan "Liong-beng-kun".
Mati-matian Bwee-sim-mo li
ingin sekali mengetahui teori jurus-jurus pukulan "Liong-beng-kun"
yang diketahuinya memiliki kepentingan sangat besar untuk perkembangan ilmu
silatnya, sehingga dia pasti bisa lebih tinggi lagi kepandaiannya.
Diam-diam sebetulnya Bwee
sim-mo-li juga memiliki ambisi untuk menjadi satu-satunya orang yang paling
lihai dalam kalangan kangouw, dia juga hendak menjadi ketua dari seluruh
orang-orang kangouw.
Keinginannya itu memang sudah
terpikirkan olehnya cukup lama. Jika sekarang dia sengaja menganjurkan Cu Lie
Seng untuk jadi ketua kangouw, itulah disebabkan dia memang sangat cerdik,
hanya memancing agar Tang San Siansu mau memberitahukan kouwhoat jurus-jurus
pukulan "Liong-beng-kun".
Justeru Bwee-sim-mo-li yang
sudah memiliki kepandaian sangat tinggi ini merasa gentar pada si pendeta sebab
jurus pukulan "Liong-beng-kun" itu, kalau dia sudah mengetahui
seluruh kouwhoat jurus pukulan "Liong-beng-kun", niscaya dia bisa
melihat kelemahan jurus pukulan itu, berarti juga dia bisa mempersiapkan ilmu
silat untuk mematahkan Liong-beng-kun, yang nanti akan dipergunakan untuk
merobohkan Tang San Siansu.
Di saat itu kalau dia sudah
berhasil tentu dia tak perlu gentar lagi pada Tang San Siansu. Dan kalau
saatnya sudah tiba, dia pasti tidak akan mendukung Cu Lie Seng melainkan ingin
merampas kedudukan ketua Kangouw untuk dirinya sendiri !
Tang San Siansu yang sedang
gembira, tampak tak sabar. Tangannya kasar sekali mengangkat badan
Bwee-sim-mo-li, membantingnya !
Bwee-siin mo-li menjerit lirih
dan menggeliat, sedangkan Tang San Siansu sudah menjambak rambut Bwee sim
mo-li, kemudian menengadahkan kepala iblis perempuan ini. Waktu itu Bwe sim-mo
li merintih dengan memejamkan matanya.
Tangan kiri Tang San Siansu
menampari muka Bwee sim-mo-li kuat sekali, sampai terdengar suara "plakkkk
. . . plokkk ..." tidak hentinya, sampai muka iblis itu merah akibat
tamparan kuat itu.
"Ayolah...! " suara
Bwee sim-mo li semakin lirih, dia menggeliat lagi. "Ayolah Taisu..."
dan pukulan-pukulan Tang San Siansu semakin keras memukuli muka dan tubuh
Bwee-sim mo li, sedangkan Bwee-sim-mo-li tampaknya semakin terangsang !
Rupanya, Bwee-sim-mo-li
memiliki semacara penyakit jiwa, yaitu histeris dan baru bisa memperoleh
kegembiraan dengan Tang San Siansu jika sudah diperlakukan kasar dan tubuhnya
dipersakiti ! Semakin hebat perlakuan yang mempersakiti dirinya, semakin hebat
rangsangan yaig diperolehnya.
Waktu itu matanya sudah
terbalik-balik dan hanya terlihat putihnya saja. Tangannya mencengkeram
kuat-kuat pundak Tang San Siansu.
"Akan kumampusi
kau!" kata Tang San Siansu dengan napas memburu keras dan mengangkat badan
Bee-sim-moli yang dibanting berulangkali sampai gedebak-gedebuk keras sekali,
dan memang ini yang diinginkan Bwee-sim-mo-li dan dia seperti tenggelam semakin
dalam, dalam kesenangan yang bisa diberikan Tang San Siansu, karena pendeta
yang kasar ini mengetahui apa yang di inginkan Bwee-sim mo-li dan telah
memenuhi apa yang diinginkan Bwee-sim-mo-li ....
000000O00000