Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 25

Baca Cersil Mandarin Online: Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 25
Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 25

Liok Bi Lan tak peduli dengan keadaan Su Nan Su dia terus, juga berlari kepohon-pohon yang rimbun, di sana tumbuh pohon-pohon yang tinggi dan batangnya menjulang ke atas dengan daun-daun yang lebat sehingga di situ gelap sekali, sedikitpun sinar bulan tak bisa menerobos masuk.

Di tempat itu Liok Bi Lan baru berhenti berlari, Dia melepaskan cekalan pada tangan Su Nan Su.

Kontan kedua kaki Su Nan Su yang memang sudah lemas, tak bisa berdiri karena menggigil gemeteran, telah tertekuk dan dia menjatuhkan dirinya berlutut sambil tidak hentinya memanggut-manggutkan kepalanya.

"Ampunilah... ampunilah aku .... jangan menggungguku . . . tadi yang kuceritakan kepada teman-temanku adalah .... adalah kejadian yang terlalu kulebih-lebihkan!" merapat Su Nan Su sambil menangis saking ketakutan.

Liok Bi Lan berdiri dengan senyumnya yang manis. Dia bertanya-tawar: "Mengampuni kau? Kenapa? Kau tidak bersalah apa-apa padaku...! Berdirilah!"

"Aku... aku telah menceritakan tentang kejadian antara hantu cantik sesungguhnya hal itu terlalu dilebih-lebihkan...!"

"Hemmm, aku bukan hantu cantik, aku manusia !" kata Liok Bi Lan tawar. "Ayo, berdirilah, aku mau bicara dengan kau !"

Hati Su Nan Su berdebar keras. Dengan kedua kaki masih menggigil karena rasa takut, dia mengangkat kepalanya sambil berdiri mengawasi kepada wanita cantik di depannya.

"Be... benarkah kau... kau manusia biasa ? Manusia seperti aku ?" tanyanya dengan suara bimbang.

Liok Bi Lan mengangguk. "Benar... kau tidak perlu takut, aku manusia yang sama seperti kau ! Aku bukan hantu ! Apakah kau kira hantu dapat memegang tanganmu seperti tadi ? Apakah hantu dapat menginjak tanah dengan kedua kakinya? Nan, kau lihatlah apakah kedua kakiku ini menginjak tanah?" Sambil berkata begitu sengaja Liok Bi Lian mengangkat sedikit gaunnya, sehingga terlihat kedua kakinya yang memang menapak tanah.

Su Nan Su mengawasi dengan mata terbuka lebar-lebar, dia melihat kedua kaki wanita cantik ini memang menginjak tanah. Menurut cerita orang-orang tua, jika hantu tak bisa menginjak tanah, kedua kakinya tak menyentuh bumi, karena tubuhnya melayang-layang. Tapi, wanita cantik ini berdiri dengan kedua kaki menempel di tanah, Dia melihat jelas.

"Jadi... jadi kau manusia biasa ?" Dia mencgasi lagi sambil mengawasi dengan sikap masih ragu-ragu.

Liok Bi Lan mengangguk. "Ya,.. kau tidak usah takut, aku mengajakmu kemari untuk minta pertolongan kepadamu!"

"Katakanlah... katakanlah pertolongan apa yang bisa kuberikan ? Mengantarkan kau ke rumah sanak familimu ? Atau aku harus mengantarkan kau pulang ?" Tanya Su Nan Su dengan suara masih gemetar oleh rasa takut, dia ingin cepat-cepat bisa meninggalkan tempat ini dan kembali ditengah-tengah kawan-kawannya, karena berada di tempat ini, yang gelap dan rimbun oleh pohon, menimbulkan suasana yang mengerikan.

"Aku sedang kesepian, justeru aku hendak minta padamu supaya menemaniku untuk mengurangi kesepianku itu !" menyahuti Liok Bi Lan.

Semangat Su Nan Su kembali terbang meninggalkan raganya Memang biasa nya hantu wanita yang mengganggu korbannya, selalu pura-pura kesepian dan nanti jika korbannya sudah kena dicumbunya. ia akan memperlihatkan ujudnya yang sebenarnya, sangat menakutkan dan mengerikan sekali.

Apakah wanita ini benar-benar manusia ? Kembali keraguan memenuhi benak Su Nan Su. Dia sampai mengawasi wanita cantik di depannya dengan sepasang mata terbuka lebar-lebar.

"Berdirilah !" perintah Liok Bi Lan lagi.

Biarpun kedua lututnya masih gemetaran tapi Su Nan Su telah berdiri. Dia ketakutan setengah mati. "Ampunilah aku... biarkan aku pergi meninggalkan tempat ini...!" memohon Su Nan Su dengan suara yang tidak begitu jelas, karena suaranya gemetar dan dia menghapus air matanya, saking ketakutan dia tidak malu-malu lagi menangis.

"Jangan cengeng seperti banci !" bentak Liok Bi Lan dengan suara nyaring. "Aku memilih kau karena semula kusangka kau seorang laki-laki jantan yang gagah dan pemberani. Tak tahunya kau seorang manusia tidak punya guna ! Tapi aku sudah terlanjur mengajakmu kemari, maka aku cuma minta kau menghiburku, mengisi kesepianku, jika telah selesai segalanya, kau boleh meninggalkan tempat ini...!"

Dibentak begitu Su Nan Su tidak berani rewel lagi, dia cuma menyuaut air matanya dan juga keringat dingin yang memenuhi wajah maupun tubuhnya, dia masih diliputi rasa takut dan ngeri yang tidak kepalang. Keadaan di tempat itu sunyi sepi dan hanya terdengar suara binatang malam penghuni hutan yang memperdengarkan suaranya.

"Sekarang kau jawablah pertanyaanku!" kata Liok Bi Lan lagi dengan suara tawar. "Tidak boleh satu pertanyaan juga yang kau jawab dengan main-main ! Aku menghendaki setiap jawabanmu dengan jujur, sekali saja kau berbohong, aku tidak akan sungkan-sungkan membunuhmu! Mengerti kau ?!"

"Me... mengerti I" menyahuti Su Nan Su sambil menunduk ketakutan, diam-diam di dalam hati dia berdoa pada Thian agar hantu ini tidak mengganggunya.

"Apakah kau sudah kawin?" tanya Liok Bi Lan mulai dengan pertanyaan-rertanyaan yang harus dijawab oleh Su Nan Su.

"Be... belum...!!"

"Sudah pernah berhubungan dengan wanita ?"

"Be . .. belum !"

"Jawab yang jujur!" bentak Liok Bi Lan nyaring.

Tubuh Su Nan Su gemetar keras, dia tersentak oleh bentakan itu, saking ketakutan sampai melangkah mundur dua tindak, mukanya pucat pias.

"Su... sudah !"

"Sering?!"

"Se... sering...!"

"Dengan bunga raya ?!"

"Ya... dengan bunga raya (pelacur) !"

"Tidak pernah dengan anak isteri keluarga kaik-baik?!" tanya Liok Bi Lan lagi.

"Be... belum pernah !"

"Jawab yang jujur, atau aku akan menyiksamu !" mengancam Liok Bi Lan.

"Sungguh! bersumpah apapun aku berani, belum pernah aku mengganggu anak isteri orang lain... dengan bunga raya memang sudah sering....!".

"Hmmm, tentu kau sudah berpengalaman untuk urusan pria dan wanita, bukan?" tanya Liok Bi Lan lagi.

"Tidak... tidak berpengalaman.... yang berpengalaman urusan wanita adalah temanku .... Si A-puy .... dia berpengalaman sekali, karena sudah banyak benar bunga raya yang menjadi langganannya dia selalu pergi ketempat pelesiran, sedikitnya setiap bulan sempai sepuluh kali ... !"

"Hmmm, aku tidak bertanya tentang temanmu itu! Aku bertanya tentang dirimu!" bentak Liok Bi Lan.

Kuncup lagi hati Su Nan Su, dia sampai merasakan sepasang lututnya lemas tidak bertenaga, tidak ampun lagi dia jatuh duduk dan menangis pula, karena dia tambah ketakutan.

"Aku . . . aku telah memberitahukan yang sebenarnya...!" Dia bilang diantara isak tangis karena ketakutan."kalau memang kau kesepian, A-puy dapat menghiburmu!"

"Aku menginginkan kau yang menghibur mengisi kesepian ku!" Kata Liok Bi Lan sambil tertawa dingin, "Dengarlah aku bukan hantu ! percayalah, aku manusia biasa sepeni kau, yang mempunyai daging, tulang dan juga panca indera yang lengkap seperti kau ! Aku menghendaki kau mengisi kesepian hatiku ! Kulihat yang kau takuti adalah hantu... lihatlah, apakah aku mirip hantu?!"

Su Nan Su mengawasi bimbang, tubuhnya masih menggigit menahan rasa takut.

"Kalau memang kau bukan hantu....!" kata Su Nan Su yang kemudian mendapat akal. "Baiklah, mari kita kembali ke dalam kampung disana kita bisa menyewa kamar rumah penginapan .... aku jamin kau pasti terbebaskan dari kesepian, aku... aku akan berusaha menghiburmu...!"

Liok Bi Lan tertawa dingin, "Hemm, kau hendak membuktikan bahwa aku bukan hantu bukan? Apakah ada hantu yang bisa berbicara tentang hantu? Percayalah aku bukan hantu!

Su Nan Su mengawasi, dia masih ragu-ragu. Tapi Liok Bi Lan sudah bilang lagi; "Lihatlah, apakah hantu memiliki bentuk badan sebagus ini?" saat itu Liok Bi Lan telah melepaskan segala sesuatu yang menempel di tubuhnya.

Sinar bulan yang memang tak bisa menembus rimbunnya daun-daun pohon, tapi tak menjadi persoalan untuk memperlihatkan keindahan tubuh Liok Bi Lan pada Su-Nan Su. Bahkan tubuh Liok Bi Lan begitu putih mulus bersinar dalam kegelapan tersebut seperti sepotong giok yang bercahaya terang Su Nan Su bisa melihat jelas.

Darahnya mendesir, rasa takut dan kagum terhadap tubuh Liok Bi Lan bercampur menjadi satu.

Liok Bi Lan sudah melangkah mendekati Su Nan Su, sikapnya sekarang tidak galak seperti tadi, malah sangat manja sekali, karena saat itu kedua tangannya sudah melingkari leher Su Nan Su.

"Ayolah, kau harus mengisi kesepianku!" berbisik Liok Bi Lan

Sebetulnya Su Nan Su masih ketakutan tapi keindahan tubuh Liok Bi Lan membuat darahnya mendesir jauh lebih cepat, dia juga akhirnya mulai melupakan rasa takutnya ketika tangan Liok Bi Lan demikian pandainya membuat Su Nan Su menjelma jadi laki-laki yang benar-benar sangat jantan.

Akhirnya Su Nan Su memang benar-benar sudah melupakan semua rasa takutnya, dia juga sudah tidak ingat lagi apakah wanita yang ada dalam pelukannya ini hantu atau memang gadis cantik manusia sama seperti dirinya.

Dia telah tenggelam dalam cumbu rayu dengan Liok Bi Lan, napas Su Nan Su memburu keras, seperti juga dia tengah berlari kuat-kuat, begitu panas napasnya.

Tapi, mendadak terdengar suara seruan marah Liok Bi Lan. "Laki-.laki bodoh tidak punya guna !" Disusul juga dengan tubuh Su Nan Su terpental keras terbanting di tanah ! Rupanya dia tidak berhasil mengisi kesepian Liok Bi Lan.

Justeru Bwee-sim-mo li membawa Su Nan Su demi kepentingan untuk mengisi "kesepian jiwa dan hatinya yang dirasakannya belakangan ini sangat gersang sekali, tapi laki-laki ini justeru terlalu mementingkan dirinya sendiri, bukan Liok Bin Lan yang terobati dari rasa kesepiannya, malah Su Nan Su yang seperti laki-laki rakus yang telah berusaha mendapatkan semua-nya untuk dia.

Dan semuanya berlangsung begitu singkat dan cepat, membuat Liok Bi Lan jadi sangat kecewa, maka akhirnya dia mendorong dada Su Nan Su, sampai badan -laki-laki itu "terbang" ke tengah udara kemudian terbanting keras di tanah !

Su Nan Su waktu sangat lemas tak bertenaga, tahu-tahu dadanya didorong begitu kuat, sampai terpental. Waktu terbanting, dia kesakitan sekali, menyebabkan dia berteriak, matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing bukan main.

Liok Bi Lan telah meloncat bangun dan mengenakan pakaiannya lagi dengan muka merah padam karena mendongkol, karena apa yang diinginkannya tidak juga diperolehnya. Dia menyesal sekali selama ini tak bisa memperoleh pemuda atau orang muda yang benar-benar jantan dan tangguh untuk mengisi kesepian hatinya.

Seakan saja dia mendapat orang muda yang bersemangat pada awalnya saja, kemudian seperti balon yang kempis, sebelum dia memperoleh kesempatan melenyapkan kesepian hatinya.

Waktu itu Su Nan Su sudah merangkak bangun, dia berdiri gemetar ketakutan. Sebetulnya kedua lututnya lemas tidak bertenaga, tapi rasa takutnya menyebabkan dia berhasil berdiri dengan memaksakan diri mengerahkan seluruh sisa tenaganya.

"Pakailah kembali bajumu !" perintah Liok Bi Lan dengan suara yang bengis.

Su Nan Su mematuhi perintah itu, tangannya gemetar waktu dia memakai kembali bajunya. Kemudian selesai mengikat tali pinggangnya dia berdiri ketakutan dengan kedua tangan diturunkan, kepalanya tertunduk dalam-dalam. Dia yakin, bahwa wanita ini manusia, sebab kalau hantu tentu dia tak bisa merabahi seluruh tubuh yang begitu padat berisi, juga dengus napasnya begitu hangat,

Tapi, sekarang, dia tidak tahu mengapa wanita cantik ini begitu marah kepadanya. Dia jadi tidak mengerti akan sikap wanita ini, yang sebentar hangat sebentar marah, sebentar mesra, sebentar bengis.

"Kau seharusnya dihukum mati" kata Liok Bi Lan tawar. "Telah kau kecewakan hatiku... tapi biarlah, aku tidak mau melihat kau mampus di depan mataku !" Setelah berkata begitu, tanpa bisa diikuti oleh pandangan mata Su Nan Su tangan kanan Liok Bi Lan telah menyambar menotok beberapa jalan darah Su Nan Su, totokan itu telah diperhitungkan, biarpun jatuh di jalan darah yang mematikan, tapi tidak membuat Su Nan Su jatuh rubuh mati seketika. Dan itu sudah diperhitungkan benar-benar oleh Liok Bi Lan.

"Sekarang," kata Liok Biak Lan sambil tersenyum bengis setelah menotok beberapa titik jalan darah Su Nan Su. "Kau lihatlah baik-baik !" Setelah bekata begitu Liok Bi Lan mengerahkan sinkangnya, maka dari sekujur tubuhnya mengepul asap putih yang tipis.

Kaget setengah mati Su Nan Su. "Hantu...!" teriaknya sambil mundur. Karena memang dia tahu dari cerita-cerita, jika hantu hendak pergi, tentu dengan mudah tubuhnya menghilang setelah dari badannya mengeluarkan gumpalan asap.

Dan sekarang wanita cantik ini juga mengeluarkan asap dari sekujur tubuhnya, tentu saja membuat Su Nan Su jadi ketakutan lagi. Dia mengawasi dengan mata terbelalak lebar-lebar pada Liok Bi Lan. asap yang keluar dari tubuh wsnita ini semakin lama semakin banyak.

Asap itu berasal pengarahan sinkang yang benar-benar telah mencapai tingkat sangat tinggi.

Sambil tertawa nyaring Liok Bi Lan mempergunakan gingkangnya, tahu-tahu tubuhnya melesat lenyap dari tempatnya. Su Nan Su memang tengah ketakutan, dia juga tak bisa mengikuti gerakan badan Liok Bi Lan begitu cepat, karena tahu-tahu telah lenyap dari penglihatannya.

Dia sampai menggigil keras sekali, karena menyangka hantu di depannya telah menghilang. Setelah tersadar pada keadaannya, dengan diiringi jerit ketakutan Su Nan Su berlari sekuat tenaganya meninggikan tempat itu, kembali ke warung arak di mana teman-temannya telah menanti.

Si bungkuk, pemilik warung arak itu, juga teman-temannya, jadi kaget tidak terkira karena mendengar jeritan yang panjang penuh rasa ngeri dan ketakutan Su Nan Su yang dari kejauhan mendesir semakin mendekati. Akhirnya tampak Su Nan Su berlari seperti terbang saja kerakusan bukan main disertai jeritannya, napasnya memburu keras sekali, ketika sampai di dekat warung arak dia berhenti dengan napas memburu: "Hantu... han... hantu itu... dia... dia benar hantu... hantu cantik... aku... aku telah dipaksa... untuk mengisi keispian hatinya...!"

Kawan-kawannya telah berlari keluar ruangan warung arak, mengelilingi Su Nan Su unruk mendengar ceritanya tentang hantu cantik itu, wajah mereka pucat, Sedangkan Su Nan Su sendiri demikian pucat mukanya, sehingga seperti kapur tembok, badannya menggigil keras sekali.

"Di mana hantu itu sekarang ?" tanya A-puy, dari mukanya jelas dia merasa ngeri.

"Dia .... dia menghilang...!" Berkata sampai di situ napas Su Nan Su tersendat, lehernya seperti dicekik sesuatu, napasnya jadi putus dan dadanya seperti hendak meledak karena sesak tak terkira, dia berkelojotan dan rubuh terguling di tanah, badannya berguling-guling tanpa mengeluarkan suara tenggorokannya saja yang terdengar bunyi "Krokkkkkk ! Krokkkk....!"

Semua kawan-kawannya kaget dan ketakutan, apa yang telah terjadi pada Su Nan Su? Mereka merasakan seluruh bulu tengkuk jadi berdiri.

Tubuh Su Nan Su berkelojotan dengan mata mendelik lebar-lebar, tubuh terbuka serta lidah melelet keluar, kedua tangannya memegangi lehernya seperti juga lehernya itu sedang tercekik sesuatu.

Kemudian dadanya mengejang kaku diam tak bergerak lagi. Napasnya telah putus, lidahnya terjulur panjang.

Sebetulnya Su Nan Su mati akibat totokan yang dilakukan Liok Bi Lan dengan perhitungan tepat, dia membiarkan Su Nan Su sempat berlari mencapai warung arak itu. Dia memperhitungkan sangat jitu, karena sekarang Su Nan Su sudah menggeletak mati dicekik oleh hantu cantik itu, muka mereka pucat pias dan seperti telah berjanji semuanya berlari meninggalkan warung arak tersebut, mereka pulang kerumah masing-masing dengan badan menggigil.

Tak seorangpun berani menyentuh tubuh Su Nan Su yang menggeletak di tanah dalam keadaan kejang kaku dengan mata mendelik dan lidah terjulur panjang.

Sie bungkuk juga ketakutan, dengan badan gemetar dia berusaha menutup warung araknya, kemudian melingkar di pembaringan dalam kamarnya dengan tubuh tidak hentinya menggigil keras.

Tubuh Su Nan Su yang sudah kaku dingin tidak berjiwa lagi menggeletak saja di jalan.. Sie bungkuk maupun teman-teman Su Nan Su tidak berani memeriksa keadaan Su Nan Su mereka menunggu sampai besok pagi, dengan para penduduk lainnya barulah memeriksa keadaan Su Nan Su.

Mereka semua yakin bahwa Su Nan Su mati karena menjadi korban hantu cantik.. dicekik mati, Tapi tak seorangpun yang tahu bahwa sebenarnya Su Nan Su mati akibat totokan dibeberapa titik jalan darahnya yang telah membuat napasnya tersumbat dan akhirnya membuat dia mati seperti tercekik karena memang dia tidak bisa bernapas lagi peristiwa ini telah menggemparkan penduduk kampung tersebut, seluruh penduduk kampung Yuan-ci jadi ketakutan selama beberapa hari berikutnya, mereka takut kalau-kalau hantu cantik itu muncul lagi dan menggangu mereka.

"Iblis tidak tahu malu !"

Kata-kata makian itu membuat Bwee-sim-mo-li Liok Bi Lan terkejut juga marah, dia sampai memutar tubuhnya dengan cepat dan tangan kanannya bergerak menghantam ke arah gerombolan pohon dari mana datangnya suara makian tersebut.

Angin pukulan itu bercuitan karena Bwee-sim-mo-li mempergunakan jurus pukulan menghantam udara kosong disertai tenaga sinkang yang kuat, maka tak heran daun daun beterbangan kena di sambar tenaga pukulan yang sangat dahsyat itu.

Berkelebat sesosok bayangan sambil memperdengarkan tertawa dingin, meloncat keluar dari tempat persembunyiannya di belakang pohon-pohon yang rimbun, karena angin pukulan itu jelas kuat sekali dan jika dia menangkis pasti akan membahayakan keselamatan dirinya, dia dalam keadaan berjongkok.

Bwe-sim-mo li tidak mau memberikan kesempatan kepada orang yang sejapat memakinya itu buat mengadakan persiapan, setelah pukulan tangan kanannya berhasil memaksa orang itu keluar dari tempat bersembunyinya, tanpa menunggu sampai kedua kaki orang itu hinggap di tanah, badan Bwee-sim-mo-li Liok Bi Lan telah melesat sangat cepat dan ringan, kedua tangannya bergerak-gerak seperti cakar naga yang hendak mencengkeram mangsanya, dari kedua telapak tangan Bwee-sim-mo li meluncur angin pukulan yang dahsyat.

Orang itu berseru kaget, dia mati-matian menangkis memakai kedua tangannya, sebab sudah tidak keburu mengelakkan lagi pukulan iblis yang ganas ini. Tapi, tenaga dalamnya masih kalah jauh jika dibandingkan dengan tenaga dalam Bwee-sim-mo-li, sebab begitu tenaga dalam mereka saling bentur, tak ampun lagi badan orang itu terpental berguling-guling di tanah diiringi jerit kesakitan !

Bwee-sim-mo-li diam tak mengejar lebih jauh, dia membiarkan orang itu meloncat berdiri, dan melihat pakaian orang itu penuh tambalan, berpakaian sebagai pengemis, yaitu anggota dari Kaipang!

"Hmm, kukira siapa, tak tahunya kura-kura miskin melarat dari kaipang!" mengejek Bwee-sim-mo-li tawar. "Baik, kau sudah bosan hidup rupanya berani mengintip apa yang kulakukan ! Setiap orang yang bertemu denganku sebetulnya sudah lebih dari cukup untuk aku membunuhnya, apalagi sekarang kau demikian kurang ajar berani mengintai apa yang kulakukan !"

Pengemis itu memang anggota kaipang usianya baru tigapuluh tahun. Di dalan kaipang dia dipanggil dengan sebutan Lo kan,kepandaiannya cukup tinggi dan menduduki tingkat keempat. Tadi dia memang kebetulan sekali lewat di dekat tempat di mana Bwee-sim mo-li tengah memaksa Su Nan Su untuk mengisi kesepian hatinya.

Sebetulnya pengemis ini, yang tengah ikut Toan Yok untuk memata-matai semua rombongan Cu Lie Seng ingin sekali keluar untuk melabrak Bwee-sim-mo li, tapi dia menyadari kepandaiannya tidak mencukupi untuk menandingi iblis yang kejam itu.

Karenanya dia berdiam diri saja di tempat persembunyiannya, di balik pohon-pohon yang rimbun. Dia memang menyaksikan semua yang dilakukan Liok Bi Lan terhadap Su Nan Su. Sampai akhirnya dia menyaksikan betapa kejamnya Liok Bi Lan menotok beberapa titik jalan darah mematikan di tubuh Su Nan Su, dengan tenaga totokan yang telah diperhitungkan benar sehingga Su Nan Su tidak mati di waktu itu juga, diberi kesempatan untuk pulang ke dalam kampung.

Rasa gusar dan muak melihat apa yang dilakukan Bwee-sim-mo-li, membuat Lo-kan jadi tak bisa menahan diri dan memakinya juga setelah Su Nan Su berlari-lari pergi.

Waktu itu melompat "lenyap" dari hadapan Su Nan Su, sebetulnya Bwee-sim-mo-li tidak pergi jauh, sebab dia cuma menempatkan dirinya di atas sebatang cabang pohon, berjongkok dan tertawa geli ketika melihat Su Kan Su lari terbirit-birit karena menyangka dia telah menghilang dan sebagai hantu cantik yang sangat menakutkan sekali."

Lo kan berada di tempat itu juga secara kebetulan. Dia diperintahkan Toan Yok, pangcunya, untuk menyelidiki keadaan orang-orangnya Cu Lie Seng. Dan dia bertemu dengan Bwee-sim-mo-li, walaupun jeri, tapi dia gagah sekali, dia tidak segera lari meninggalkan tempat itu, karena Lo kan ingin sekali mengetahui apa yang akan dilakukan Liok Bi Lan membawa-bawa Su Nan Su.

Dan akhirnya Lo-kan mengerti apa yang mereka lakukan di tempat itu, setelah menyaksikan sendiri semua yang dilakukan Bwee-sim mo-li dan Su Nan Su. Sungguh memuakkannya.

Tetapi sekarang dengan saling beradunya kekuatan tangkisan yang dilakukannya dengan tenaga pukulan Bwee-sim-mo-li dia semakin yakin bahwa dirinya bukan tandingan iblis yang jahat dan kejam ini. Maka dia pikir jalan yang paling baik adalah menyingkir, karena percuma saja jika dia melakukan perlawanan.

Sambil meloncat berdiri dia memutar tubuhnya hendak melesat pergi dari tempat itu dengan mempergunakan ginkangnya. Tapi, baru saja tubuhnya melesat ke tengah udara, tiba-tiba melesat beberapa sinar terang dan kedua pahanya dirasakan sakit bukan main, membuat dia menjerit dan rubuh terjungkel lagi di tanah, dengan kedua kaki lumpuh tak bisa berdiri lagi, sebab Bwee-sim mo li telah menyerangnya dengan jarum beracunnya !

"Hemmm !" si iblis melangkah menghampiri dengan muka dingin pada pengemis ini.

"Kau harus mati. Sudah ku katakan tadi, siapa saja, bertemu denganku berarti dia harus mati, apa lagi kau yang dengan sengaja mengintai apa yang kulakukan! Kematianmu tentu saja bukan cara yang enak, harus perlahan-lahan!"

Lo kan nekad, dia tahu tak mungkin lolos dari tangan ibis yang kejam ini. Maka jalan satu-satunya ialah mengadu jiwa dengan iblis tersebut. Melihat Bwee sim-mo-li tengah melangkah menghampirinya, tahu-tahu tangan dirinya menekan tanah, tubuhnya melesat menubruk si iblis dengan tangan kanan menyambar ke dada Bwee-sim mo-li, maksudnya hendak mengadu jiwa.

Dia tidak peduli lagi dengan penjagaan dirinya dan keselamatannya, juga tangan kirinya ikut melakukan serangan tenaga pukulannya bercuitan, dia telah mempergunakan seluruh Lwekang-nya

Bwee sim mo li benar-benar lihai, karena sedikitpun dia tidak berkisar dari tempatnya.berdiri. Matanya saja mengawasi tajam dan waktu kedua tangan pengemis ini hampir mencapai sasaran, tahu-tahu dia menekuk ke-dua lututnya, dan kedua tangannya dilonjorkan.

"Nggggekkkkk... Blesssss!"

Sepuluh jari tangan Bwee-sim- mo li menancap dalam sekali dada si pengemis, mata Lo-kan mendelik, mulutnya terbuka lebar, seperti juga dia tidak percaya pada jurus yang begitu aneh dan cepat, di mana kesepuluh jari tangan iblis tersebut bisa menembusi dadanya tanpa dia melihat gerakan kedua tangan iblis tersebut, dan akhirnya tubuhnya mengejang, waktu Bwee-sim-mo-li menarik ke sepuluh jari tangannya dari dada si pengemis, badan Lokan terguling dengan dada mengeluarkan darah sangat banyak, memancur... kemudian berkelojotan sejenak, terdengar suara di tenggorokannya dan tubuhnya kemudian diam kaku, tak bergerak lagi mati.

Bwee-sim-mo Ii tertawa mengejek, dia mempergunakan baju korbannya untuk menyusut tangannya, agar bersih dari lumuran darah, Kemudian seperti tidak terjadi sesuatu dia melangkah pergi meninggalkan tempat itu, tanpa menoleh lagi meninggalkan mayat Lokan menggeletak disitu. Tubuh Bwee-sim-mo li melesat berkelebat, lenyap dalam kegelapan malam . . .

-0OO00-

Malam memang selalu gelap. Tapi tidak ada sesuatu yang abadi, kegelapan itu akhirnya lenyap dengan munculnya matahari fajar menggantikan rembulan untuk menyinari bumi dengan sinarnya yang hangat, mengusir kegelapan.

Tapi disaat fajar mulai menyingsing, tampak balasan sosok tubuh sedang menuju ke suatu tempat yang tampak merupakan tujuan mereka. Semuanya membekal senjata tajam, sikap mereka penuh kewaspadaan, dan yang lebih luar biasa semua orang berpakaian sebagai TOSU, pendeta penganut agama To.

Sikap mereka tegang, terlihat jelas dari muka masing-masing yang tak ada senyum dan serius sekali, mata mereka bersinar tajam, penuh kewaspadaan.

Didepan rombongan tosu ini, berlari seorang tosu berusia lanjut. Dia memang seorang berilmu tinggi, karena badannya ringan sekali seperti terbang berkelebat pergi mendekati tempat yang dituju, kedua kakinya seperti tidak menginjak tanah.

Waktu sampai ditempat tujuan mereka yaitu sebuah lapangan tidak begitu besar dan di kejauhan terlihat belasan tenda perkemahan semuanya berhenti berlari, Yang menjadi pemimpin rombongan tosu itu, yaitu tosu tua yang sudah berusia kurang lebih enam puluh tahun dan berjalan di sebelah depan, mengisyaratkan dengan pedangnya yang dikibaskan ke atas maka belasan tosu itu berpencar membagi diri mengambil sikap seperti mengepung.

"Hmm. . sekarang kita harus mempertaruhkan nama baik Kun lun kita, jika memang tak berhasil kita harus membuang jiwa !" menggumam tosu yang sudah tua itu kepada tosu yang berdiri di sampingnya yang menemaninya walaupun kawan-kawannya yang lain sudah berpencar mengambil tempat masing-masing disekitar tempat itu.

"Benar, suheng!" mengangguk tosu yang diajak bicara itu mungkin berusia lima puluh empat tahun, sikapnya gagah sekali, matanya bersinar tajam menunjukkan dia memiliki kepandaian tinggi. "Usaha kita sekali ini harus berhasil, jika gagal lebih baik kita tak perlu kembali ke Kun-lun-san! "

"Bagus... apakah semuanya sudah siap?" tanya pemimpin tosu-tosu itu lagi.

"Semua sudah siap, suheng" Mereka hanya menanti perintah Suheng .,..!" menyahuti tosu yang seorang itu.

Tosu tua itu mengawasi ke tenda-tenda yang terpisah tak jauh lagi yang dari tempat dia dan tosu-tosu lainnya berada. Sampai akhirnya diiringi dengan suara nyaring, badannya telah meloncat menghampiri tenda-tenda itu, diikuti oleh tosu-tosu yang lainnya.

Gerakan tubuh mereka semuanya ringan dan gesit, juga ditangan masing-masing sudah mencekal pedang yang berkilauan terkena sinar matahari pagi. Semuanya menyerbu ke tenda tenda itu.

Dari dalam tenda keluar belasan orang juga. Mereka tak lain Tang Siansu dan yang lain-lainnya. Mereka sudah mengetahui kedatangan belasan orang tosu ini, Tang San Siansu tak mau para pengawalnya menjadi kurban dan berjatuhan mati di tangan para tosu itu yang tampaknya lihai dan gagah.

Sebagai seorang yang sudah mencapai sinkang sangat tajam. Yang luar biasa justeru dia bisa menerka berapa tinggi kepandaian tamu yang tak diundang dengan hanya mendengar suara langkah kakinya saja!

Dan sekarang dia juga tahu bahwa belasan orang tosu yang menyatroni rombongannya semua berkepandaian tinggi, karenanya dia telah perintahkan Cu Lie Seng tak keluar, dia saja bersama-sama dengan Pak mo, See-mo dan yang lain-lainnya keluar menyambut.

Tosu tua itu sudah berdiri di depan Tang San Siansu, bentaknya tanpa memberi hormat kepada pendeta itu. "Kerbau gundul cepat kau berikan daftar nama orang-orang gagah dan menyerahkan orang kepada kami!"

Waktu itu Tang San Siansu sudah melihat jelas tosu tua itu. dia tertawa bergelak-gelak sampai tubuhnya ikut tergoncang. "Ah, kiranya Yuan Ci Tojin ! Siapa sangka kau datang berkunjung kemari ! Sayang aku tak bisa menyambut kedatanganmu dengan jamuan yang meriah ! "

"Jangan banyak rewel, cepat serahkan daftar nama orang-orang gagah dan menyerahkan orang pada kami ! "

"Siapa yang hendak kau minta?" Tanya Tang San Siansu dingin dan tidak memandang sebelah mata pada tosu ini, bahkan mata nya yang tajam luar biasa telah mengawasi satu persatu tosu-tosu lainnya.

"Orang yang hendak kami minta adalah muridmu, Cu Lie Seng! Dia akan kami bawa ke Kun lun.san, nanti Ciangbunjin kami akan mengadilinya !"

Tang San Siansu tetap tenang, dia tidak memperlihatkan sedikitpun perasaan kaget, malah kemudian dengan sikap mengejek dia bilang: "Kalian hendak minta muridku agar bisa dibawa oleh kalian ke Kun lun-san ?" tanyanya dingin. "Bagus ! Kukira kau sudah makan nyali macan dan gajah sehingga berani bersikap demikian kurang ajar padaku !"

Tosu tua yang jadi pemimpin rombongan tosu itu, yang tadi disebut gelarannya oleh Tang San Siansu dengan panggilan Yuan Ci Tojin, tidak mau rewel, tangan kanannya telah melepaskan jarum jarum "Bwee-hoa-ciam" yang sangat halus empat puluh batang lebih Bwee-hoa-ciam sudah menyambar ke dada Tang San Siansu.

Yuan Ci Tojin adalah tosu berkepandaian tinggi, dia melatih senjata rahasianya itu selama duapuluh tahun lamanya. Tak pernah ada orang yang sanggup menerima timpukan jarum Bwee-hoa-ciamnya, apa lagi dia memang menyerang dengan sekaligus begitu yaitu mempergunakan Bwee-hoa-ciam dengan jumlah sangat banyak, biarpun Tang San Siansu memiliki kepandaian tinggi, tak mungkin dia bisa lolos dari sambaran jarun Bwee-hoa-ciam.

Melatih Bwee-hoa ciam bukanlah pekerjaan yang mudah, seseorang harus melatih untuk mengendalikan dulu bobot jarum yang dipergunakan sebagai senjata rahasia, sebab tenaga menimpuk jarum-jarum yang berukuran halus dan kecil itu, harus disertai dengan sinkang kuat.

Jika tidak, jangan harap Bwee-hoa-ciam bisa memberikan hasil yang sempurna, tenaga menancapnya tentu tidak bisa terlalu kuat. Sekarang jarum-jarum Bwee-hoa-ciam itu dilepas oleh seorang ahli seperti Yuan Ci Tojin. tenaga sinkang tojin itu cukup tinggi, maka jarum-jarum itu secepat kilat telah menyambar sekujur badan Tang San siansu.

Namun Tang Siansu sediktpun tidak memandang sebelah mata pada senjata rahasia tosu tersebut, malah dengan gesit tahu tahu di tangannya sudah tercekal sebatang tombak yang diambil dari salah seorang Kim-ie-wie yang berdiri tak begitu jauh darinya.

Dan, sekali memutar tombak itu, maka rontoklah jarum-jarum Bwee-hoa ciam tersebut, sebagian menjadi bubuk, sedangkan sebagian lagi menempel di ujung tombak itu, seperti bunga bwee.

Tidak kepalang kaget dan kagumnya Yuan Ci Tojin dan kawan-kawannya melihat kehebatan sinkang Tang San Siansu. Sebagai orang yang sudah mencapai tingkat sangat tinggi maka Tang San Siansu dapat mempergunakan sinkangnya dengan baik, dia leluasa untuk menyalurkan tenaga dalamnya baik pada lengan maupun benda yang dicekalnya.

Karena tenaga dalam itu telah disalurkan pada batang tombak, maka batang tombak seperti berobah jadi besi berani yang memiliki daya menarik yang kuat, jarum-jarum tersedot keujung tombok itu dan berkumpul menempel menjadi satu seperti bunga bwee yang gompiok!

Yuan Ci Tojin menyerang, pedangnya berkelebat secepat kilat akan menikam leher Tang San Siansu, namun pedangnya dapat di-sampok oleh tombak Tang San Siansu begitu keras, sehingga pedang patah jadi dua !

Yuan Ci Tojin yang sudah nekad tidak mundur, dia menyerang terus dengan pedang buntungnya. Tang San Siansu beberapa kali memaksa tosu itu untuk merobah cara menyerangnya karena tombaknya dapat mendesak hebat sekali. Tenaga dalam tosu itu bagaimanapun memang masih berada dibawah sinkang Tang San Siansu.

Tosu-tosu lainnya sudah menyerbu, mereka menyerang Tang San Siansu. "Biarkan aku yang membereskan mereka semua !" Teriak Tang San Siansu kepada kawan-kawannya. Pak-mo dan yang lainnya jadi berdiri diam menyaksikan jalannya pertempuran tersebut tanpa ikut turun tangan, mereka diam-diam semakin kagum pada Tang San Siansu, karena dengan cara bertempur seperti sekarang ini Tang San Siansu seperti sedang mempercontohkan kepandaiannya yang memang sangat tinggi, sehingga setiap serangannya itu membikin tosu-tosu yang berjumlah belasan orang tersebut tak dapat mendesaknya sedikitpun juga.

Bahkan Tang San Siansu selalu berhasil mendesak lawan-lawannya dengan tombaknya yang digerakkan sangat dahsyat,sehingga bergulung-gulung sambil memperdengarkan suara bercuitan nyaring, karena kuatnya sinkang yang telah disalurkan pada batang tombak tersebut.

Yuan Ci Tojin sudah mengambil pedang salah seorang temannya, membuang pedang buntungnya, kemudian menyerang lebih dahsyat pada Tang San Siansu. Dengan dibantu oleh teman-temannya Yuan Ci Tojin jadi lebih hebat dari tadi, karena kalau tadi dia hanya seorang diri menghadapi Tang San Siansu, sekarang Tang San Siansu dibikin sibuk oleh teman-temannya dan Yuan Ci Tojin bisa menyerang semakin hebat.

Tang San Siansu mengempos semangatnya, waktu dia mengayunkan tombak pada tangannya seperti gulungan sinar hitam, terdengar dua kali jeritan disusul meloncat mundur dua orang tosu dengan dada yang berlumuran darah. Tapi kedua orang tosu itu tidak roboh, mereka nekad sekali meloncat maju lagi, sekali ini tanpa peduli akan keselamatan dirinya, mereka sudah meloncat dekat sekali dengan pedang menikam dada Tang San Siansu.

Tapi, belum lagi pedang mereka tiba di sasaran, tombak Tang San Siansu telah berkelebat membuat leher mereka robek oleh mata tombak, sampai kepala kedua tosu itu hampir putus dari lehernya, karena luka di dileher mereka begitu besar, darah juga mancur deras.

Mata kedua tosu itu terbuka lebar-lebar, mereka tidak percaya bahwa di dunia ada kecepatan yang demikian seperti yang dilakukan Tang San Siansu.

Dalam keadaan seperti ini Yuan Ci Tojin yang sudah nekad tidak tinggal diam, pedangnya berkelebat menikam. "Brettttt!" mata pedangnya berhasil memobek baju di pundak Tang San Siansu.

Sebetulnya mata pedang itu menikam pundak Tang San Siansu, namun kulit pundak Tang San Siansu keras melebihi besi, dia memiliki ilmu kebal, sehingga pedang tak dapat menikam tembus pundaknya, melesat melejit ke samping, merobek baju Tang San Siansu saja.

Tapi, hebat kesudahannya untuk Yuan Ci Tojin. Karena gagal serangannya itu, waktu tangannya tengah terulur menikamkan pedangnya, mata Tang San Siansu menyambar bersilang dari samping kanan ke kiri, masuk ke bawah ketiak Yuan Ci Tojin waktu itulah mata tombak tersebut telah menikam ke iga Yuan Ci Tojin, ketika Tang San Siansu mengangkat tombaknya, maka tubuh Yuan Ci Tojin yang seperti disate oleh tombak itu terangkat naik ke tengah udara !

Kawan-kawan Yuan Ci Tojin kaget, mereka merasa ngeri bukan main dan marah kalap sekali, mereka meloncat bersama menikam dan menabas dengan pedang masing-masing.

Tang San Siansu memutar tombaknya, badan Yu Ci Tojin yang berada di mata tombaknya ikut berputar, dan terdengar suara "Desssss... Bleeesssss...!" berulangkali, sebab pedang-pedang para tosu itu telah menabas dan menikam badan Yuan Ci Tojin sampai badan tosu itu terpotong-potong, kaki tangannya buntung!

Yuan Ci Tojin benar-benar kuat, karena dia tidak mati biarpun keadaannya sudah demikian, tiba-tiba dia mengempos seluruh sisa tenaganya, dengan mengerang, tahu tahu tubuhnya yang sudah racik itu meluncur terlepas dari mata tombak, karena tubuhnya seperti bisa meloncat ke atas, dan kepalanya menyeruduk akan membentur kuat sekali kepala Tang San Siansu !

Inilah cara mengadu jiwa dari orang-orang Kun lun-pai, saat terakhir Yuan Ci Tojin tidak mau mati sendirian, dia telah mengempos semangatnya yang terakhir untuk mati bersama dengan Tang San Siansu.

Kaget Tang San Siansu, dia tak keburu mengelakkan benturan kepala Yuan Ci Tojin, dan satu-satunya jalan hanyalah mengerahkan sinkangnya pada kepalanya.

"Dukkkkk ....!" kepala Yuan Ci Tosu membentur kepala Tang San Siansu, darah bercampur otak segera berpercikan kemana-mana, badan Yuan Ci Tojin meloso roboh terbanting di tanah, berkelojotan beberapakali, kemudian diam tak bergerak lagi, mati.

Ternyata akibat benturan kepalanya dengan kepala Tang San Siansu menyebabkan kepala Yuan Ci Tojin sendiri yang pecah hancur dan mati, sedangkan kepala Tang San Siansu sama sekali tak mengalami cidera, kepala Tang San Siansu begitu kuat.

Dia cuma merasa agak gelap pandangan matanya dan berkunang-kunang ketika kepala Yuan Ci Tojin membentur kepalanya, itu hanya sekejap dan beberapa detik, kemudian matanya bersinar tajam lagi memandang terang.

Bahkan, dengan kepala berlumuran darah dan otak, darah dan otak Yuan Ci Tojin yang menodai baju dan kepalanya.

Tang San Siansu mengamuk seperti naga terluka. Tombak ditangannya menyambar-nyambar memakai "Liong beng-kun" dahsyat sekali ! Angin pukulan kedua tangannya menderu-deru dansyat, bagaikan amukan badai, setiapkali telapak tangannya itu, baik tangan kiri maupun tangan kanan menyambar, maka maka terdengar jerit menyayatkan hati, seorang tosu telah terpental dan ambruk dengan mata juling dan mulut terbuka, dada yang melesak karena tulangnya hancur remuk, hanya sempat berkelojotan beberapakali dan kemudian putus napas!

Waktu itu cuma tinggal lima orang tosu. mereka tidak berusaha melarikan diri biarpun melihat kawan-kawan mereka seorang demi seorang roboh mati di tangan Tang San Siansu.

Mereka benar-benar nekad dan seperti sengaja hendak mati dengan semangat penuh, mempertaruhkan jiwa dengan Tang San Siansu. Kelitna tosu itu menjerit serentak, mereka meloncat kalap menikam dengan pedang masing-masing.

Melihat serangan yang datang serentak seperti ini, Tang San Siansu tidak berkelit, kedua tangannya berkelebatan dan lima batang pedang lawannya kena dirampas semua nya, dan waktu Tang San Siansu menggerakan tangannya lagi, pedang-pedang itu patah menjadi sepuluh potong.

Dan si pendeta bukan hanya sampai di situ saja bertindak, kedua tangannya cepat sekali telah menyambar dahsyat, beruntun telah mematikan kelima tosu itu, yang masing-masing terpental akibat pukulan mematikan " Liong-beng-kun".

Setelah membereskan kelima tosu ini. Tang San Siansu berdiri dengan sikap angker, kepala dan baju berlumuran darah dan otak menyebabkan keadaannya sangat mengerikan. Teman-temannya yang menyaksikan jalannya pertempuran tersebut diam diam menggidik.

Demikian hebat Tang San Siansu, seorang diri telah berhasil membereskan senua lawan-lawannya yang berjumlah belasan orang itu, bahkan tosu-tosu yang memiliki kepandaian tidak rendah !

Pak-mo dan yang lainnya diam-diam juga jadi semakin tunduk pada Tang San - Siansu. Mereka memiliki kepandaian tinggi, sebagai datuk persilatan, yang ditakuti oleh orang-orang kangouw, juga mereka telengas dan kejam, namun mereka tidak dapat melebihi kehebatan Tang San Siansu!

Waktu itu dengan suara angkuh Tang San Siansu sudah bilang: "Mereka benar-benar sengaja mengantar jiwa..! Kun-lun-pai harus dibasmi rata dengan bumi, tak ada seorang Kun-lun-pai yang dapat dibiarkan hidup ! Jika kita telah sampai di kotaraja, nanti akan kuminta pada Cu-kongkong untuk membasmi habis semua orang-orang Kun-lun-pai !"

Kemudian Tang San Siansu pergi ke tendanya, dia salin pakaian dan membersihkan badannya dari noda darah. Baru kemudian dia bercakap-cakap dengan See-mo, Cu Lie Seng dan yang lain-lainnya.

"Kita harus melakukan perjalanan empat atau selambat-lambatnya lima hari lagi, kita segera sampai di kotaraja!" bilang Tang San Siansu dengan muka yang angker.

"Selama lima hari itu kita tak boleh lengah. Justeru umumnya yang dilakukan olen orang lain ialah semakin dekat pada tujuan, semakin lengah, sehingga kita bisa terkecoh oleh lawan, yang mendadak melakukan serangan total.

Kita harus waspada, jangan sampai semakin dekat kandang sendiri dibikin malu. Jika memang mereka tahu kita selalu waspada, kupikir merekapun akan berpikir dua-kali untuk bertindak ...!"

"

"Suhu bagaimana dengan orang-orang Siao-lim si?" tanya Cu Lie Seng sambil mengawasi gurunya.

"Kukira sekarang sudah tiba saatnya. Setelah kita tiba di kotaraja nanti kita bicarakan lagi tentang Siao-lim-si. Memang sekarang sudah kucapai tingkat yang tertinggi dari "Liong-beng kun" dan tak ada seorangpun yang sanggup mengatasi jurus-jurus pukulan "Liong-beng-kun'ku itu ! Kukira, tahun ini adalah tahun terakhir untuk Siao-lim-si, kalau mereka tetap tidak tahu diri dan tidak mau menyerahkan kedudukan Ciangbunjin Siao lim si padaku, maka mereka harus dibabat habis semuanya, kuilnya kita ratakan dengan bumi dan semua pendeta Siao-lim kita bunuh habis mereka!"

"Tetapi kitab-kitab pusaka milik Siao-lim-si itu..." Cu Lie Seng ragu-ragu.

Tang San Siansu tertawa dingin.

"Tentu saja waktu kita menyerbu kesana, yang paling utama adalah menyelamatkan dulu kitab-kitab itu, sebagian dari kita memecah diri untuk membereskan kitab-kitab pusaka itu... aku dengan yang lain akan menghabisi pendeta-pendeta Siao lim-si... kemudian kita bakar kuil itu !"

Cu Lie Seng tampak girang. Kalau gurunya berhasil mendapatkan kitab-kitab pusaka Siao lim-si, jelas akhirnya warisan kitab-kitab pusaka itu jatuh ke tangannya, karena dia murid kesayangan Tang San Siansu, tak ada murid lainnya lagi, ilmu silat andalan maupun kitab pusaka semuanya akan jatuh di tangannya !

Tiba-tiba muka TangSan Siansu berobah. "Ehhhhh, mana dia Bi Lan ?" tanyanya.

Dia tidak melihat Bwee-sim-mo-li sejak tadi, rupanya sekarang baru menyadarinya. Dia celingukan ke sana kemari, tapi Bwee-sim-mo li memang tidak berada di antara mereka.

"Ya, sejak tadi kami tak melihatnya juga," menyahuti See-mo.

"Aku berada di sini !" Tiba-tiba di luar tanda terdengar suara Bwee-sim-mo-li, disusul munculnya iblis kejam itu dengan bibir tersenyum-senyum.

Tang San Siansu mengerutkan alis dan menatap tajam menyelidik pada Bwee-sim-mo-li, kemudian dia menggerendeng: "Pakaianmu tidak rapi, apakah kau..." Tapi dia tidak meneruskan kata-katanya tersebut.

Bwee-sim-mo-li tahu bahwa Tang San Siansu cemburu padanya, pasti dia menduga Bwee-sim-mo li telah pergi mencari mangsa, korbannya lagi, yaitu orang orang muda. Sebagai seorang yang licik, Bwee-sim mo li cepat-cepat memperlihatkan wajah seperti marah, menggerutu juga:

"Mengapa pakaianku yang kau ributkatn? Aku baru bangun dari tidur karena mendengar suara ribut-ribut dan langsung keluar ! Apakah, di dunia ini ada orang yang bangun tidur dengan pakaian yang tetap rapi dan utuh?"

Tang San Siansu diam tidak menyahuti, cuma mukanya yang masam memperlihatkan bahwa dia mendongkol dan tidak senang. Yang lain-lainnya segera keluar dari tenda meninggalkan Tang San Siansu, karena setiap kali Tang San Siansu sedang uring-uringan seperti itu, mereka bisa jadi korban dimaki olehnya. Maka yang paling selamat adalah cepat cepat menjauhinya.

Sekarang tinggallah Tang San Siansu berdua dengan Bwee-sim-mo-li di dalam tenda itu. Bwee-sim-mo-li tahu pendeta ini sedang ngambek. Karena memang selama ini dia jeri dan gentar terhadap kepandaian dahsyat Tang San Siansu, maka dia mengalah dan tak mau membawa adat. Dia menghampiri dan duduk di samping Tang San Siansu.

"Mengapa sih kau selalu marah marah saja ?" tanya Bwee-sim- mo-li berbisik lirih manja sekali, tangannya memegang tangan kanan Tang San Siansu, mengusap usap seperti orang yang tengah bersedih hati.

Tang San Siansu melirik.

"Kau sangat liar... tetap saja kau tak bisa tenang di sampingku, selalu hendak mencari korban-korbanmu saja...!" menggumam Tang San Siansu dan wajahnya memperlihatkan rasa cemburu yang nyata sekali.

Bwee-sim-mo-li tersenyum manja. "Kau ini ada-ada saja... Apakah Taisu memang menduga begitu jelek padaku ? selama ini aku telah digembirakan olehmu, aku tak pernah merasa kesepian lagi ! Mengapa aku harus mencari korban-korbanku lagi ? Di dalam dunia ini mana ada manusia yang melebihi kehebatan taisu ? Mana ada laki-laki yang sanggup menandingi kehebatan taisu?"

Mendengar pujian tidak langsung Bwee-sim mo-li, Tang San Siansu berkurang mendongkolnya, dia melirik. "Benarkah aku merupakan satu-satunya laki-laki yang paling hebat ?" tanyanya.

Bwee-sim-mo-li mengangguk.

"Apakah aku pernah berdusta di depan taisu ? Apakah aku pernah menyatakan pada taisu bahwa aku tak pernah senang dengan taisu ? Aku tidak pernah bilang bahwa kau gagal menyenangkan hatiku, bukan ?"

Senang hati Tang San Siansu. Dia mencekal tangan Bwee-sim-mo-li. "Aku inginkan kau selalu berada di sampingku !" bisiknya.

"Tentu... aku juga senang jika selalu bisa berada di samping taisu... tapi yang kukuatirkan...." Bwee-sim mo-li tidak meneruskan kata-katanya.

"Apa yang kau kuatirkan? Apakah kau takut nanti ada yang berusaha menghalangi hubungan kita?" tanya Tang San Siansu cepat dan matanya memandang tajam. "Atau kau sudah jatuh hati pada laki-laki lain?"

Bwee-sim-mo-li menggeleng.

"Bukan... bukan...!" jawabnya segera. "Tapi yang kukuatirkan justeru kalau Taisu sudah bosan padaku dan menendangku! " kata-kata ini diiringi dengan sikap sangat manja, menjatuhkan kepala di dada Tang San Siansu, membiarkan pendeta itu memeluk tubuhnya.

Tang San Siansu tertawa gembira, dia memeluk Bwee-sim-mo-li dengan hangat mulutnya mencium pipi Bwee sim mo-li yang putih halus.

Bwee sim-mo li mengikik sambil tertawa genit, tangannya mendorong dada Tang San Siansu.

"Kenapa?" tanya Tang San Siansu sambil memandang dengan mata terbuka lebar-lebar.

"Geli, kumis jenggotmu begitu kasar," menjelaskan Bwee sim- mo-li sambil tertawa.

Tang San Siansu juga tertawa, rasa cemburunya sudah lenyap seluruhnya. Dia memeluk lagi Bwee sim mo li, namun sekali ini waktu tangannya menggerayang, Bwee-sim-mo-li telah mendorong lagi dadanya. Sekali ini Tang San Siansu jadi mendongkol.

"Mengapa hari ini sikapmu aneh sekali, Bi Lan?" tegurnya dengan hati tak senang.

"Tunggu dulu... semuanya dapat berlangsung dengan lancar dan menyenangkan, tapi aku benar-benar mendongkol dan penasaran !"

"Apa yang membuat kau penasaran?!"

"Kau ! Engkau yang telah membuat aku sangat penasaran !"

"Kenapa? "Tang San Siansu mengawasi semakin tajam, matanya yang memang sudah, besar semakin besar saja seperti juga biji matanya hendak meloncat keluar. "Aku membuat kau penasaran? Kenapa? Katakan. kenapa?"

"Dulu kau sudah berjanji akan memberitahukan latihan-latihan "Liong-beng kun" padaku, tapi sekarang sudah sekian lama kita bersahabat, tapi tak pernah sepatah kata kouw-hoat (teori) dari jurus pukulan "Liong-beng-kun" yang kau beritahukan padaku!"

"Ooooh tentang persoalan itu !" kata Tang San Siansu sambil tertawa bergelak-gelak. "Kukira kau sudah jatuh hati pada laki-laki lain sehingga jadi penasaran padaku! Kalau soal itu gampang ! Gampang sekali! Nanti akan kuajarkan padamu teori dan latihan jurus-jurus pukulan "Liongbeng-kun", jangan kuatir, aku tak akan membohongimu !"

"Nah, nah apakah ini tidak membuat aku penasaran ! Kau selalu menggampangkan persoalan, selalu bilang gampang, gampang, gampang... tapi buat aku sendiri, sudah sekian lama kunanti-nantikan kau beritahukan kauw-hoat "Liong-beng-kun", tetap saja kau tak mau memberi tahukan! Apakah keadaan seperti ini tidak membuatku selalu jadi penasaran?"

Tang San Siansu berdiam sejenak, alisnya berkerut. Di dalam hati ia berpikir: "Hemmm. iblis ini kira aku mudah ditipunya! Dia iblis liar, sekarang dia tunduk padaku dan menuruti apa yang kuinginkan karena dia memang mempunyai maksud-maksud tertentu, disamping itu memang dia sangat takut padaku ! Coba kalau dia tak gentar padaku, apakah dia mau tunduk seperti ini! Mengajarkan dia Liong-beng-kun ? Memberi tahukan teori jurus jurus pukulan "Liong-beng-kun" padanya?

Ooooh, ini hanya membuat dia seperti tumbuh sayap ! Dia tentu kelak tak tunduk lagi padaku ! Dikiranya aku ini terlalu bodoh untuk menuruti keinginannya!"

Waktu Tang Sin Siansu sedang berpikir seperti itu. Bwee-sim-mo-li mengawasi saja, Dia juga berpikir: "Hemmm, setan keparat ini licik sekali, dia selalu mengelak dan tak mau memberitahukan kouwkoat "Liong-beng-kun"-nya, Kalau memang sudah diberitahukan kouwhoat itu dan aku berhasil merobek seluruh kouwhoat Liong-beng-kun" darinya, walaupun dia cuma memberitahukan dan membacakan kouwhoat "Liong-beng kun" satu kali saja, itu sudah cukup untuk aku memahami jurus pukulan itu, setidak-tidaknya untuk menciptakan jurus-jurus lain yang bisa mengatasi "Liong-beng kun", selanjutnya aku tidak perlu gentar lagi padanya ....! Tapi, bagaimana caranya untuk membujuk dia memberitahukan kouwhoat beng-kun nya ?"

Tang San Siansu melihat Bwee-sim-mo-li berdiam diri seperti itu, tiba-tiba tertawa bergelak-gelak dan mengulurkan kedua tangannya, merangkul erat sekali.

"Mengapa kau harus bersedih hati seperti itu?" Apakah kau tidak percaya padaku dan kuatir aku mendustaikau ?" bisik Tang San Siansu sambil menciumi pipi dan leher Bwee-sim-mo li.

Bwee-sim-moli menghela napas dalam-dalam.

"Aku benar-benar sedih... aku penasaran, karena merasa cuma dipermainkan olehmu, taisu." menyahuti Bwee sim-mo-li. Suaranya mengandung kesedihan.

Tang San Siansu tertawa. "Kau menuduh aku membuat kau penasaran, sedangkan sebenarnya aku berusaha untuk menyenangkan kau! Tentang kouwhoat "Liong-beng kun" nanti pasti kuberitahukan, sekarang belum waktunya!"

"Kenapa belum waktunya ? Nanti atau sekarang toh sama saja ?" mendesak Bwee-sim-mo-li.

Sekarang bukan saatnya yang tepat, nanti jika kita sudah tiba di kotaraja akan kuberitahukan kouwhoat "Liong-beng-kun" itu padamu!"

"Mengapa tidak sekarang? Apa bedanya disini dengan di kotaraja?" mendesak Bwee sim-mo-li sambil mengawasi Tang San Siansu dengan sorot mata tajam.

Sekarang aku tentu akan membuat muridku nanti mendongkol...." menyahuti Tang San Siansu.

"Maksudmu Cu Lie Seng, Cu-kongcu ?" tanya Bwee-sim-mo-li menegasi.

Tang San Siansu mengangguk.

"Benar ... jika dia mengetahui aka memberitahukan kouwhoat "Liong-beng-kun" kepadamu, tentu dia akan tersinggung dan merasa tidak puas. Sebagai murid tunggal pasti dia ingin agar seluruh kepandaianku hanya diwarisi padanya! Jika ada perasaan tidak senang padanya tentu keadaan-keadaan selanjutnya kurang menggembirakan !"

Bwee-sim-mo li tiba mendorong pundak Tang San Siansu, kemudian tertawa keras: "Lucu! Sungguh taisu ini sangat lucu !"

Muka Tang San Siansu berobah tidak senang dia mengawasi tajam pada Bwee-sim-mo-li, karena dia tersinggung dirinya disebut lucu, dan juga tertawa Bwee-sim-mo li seperti mengejeknya.

"Apa yang lucu di diriku ?" tanyanya mendongkol. "Apa yang kau tertawakan ? Apakah memang benar-benar ada sesuatu yang lucu dan tidak beres pada diriku ?"

Bwee-sim-mo-li masih tertawa terus, sampai memegangi perutnya, karena tertawa geli seperti itu.

"Tentu saja bukan tubuhmu yang lucu, taisu ! Tetapi sikapmu ! Mana ada sejarahnya dalam dunia kangouw seorang guru kuatir dan takut muridnya tidak senang karena si guru memberituhukan kouwhoat kepandaiannya kepada orang lain? Yang selalu terjadi justeru si murid yang takut dan kuatir kalau-kalau gurunya gusar dan menjadi tidak senang hati oleh tindakannya, bukan si guru yang harus takut dan kuatir!"

Muka Tang Sar Siansu berobah. "Aku tidak takut, mengapa aku harus takut pada Cu si tolol itu ?" katanya dengan suara agak keras menunjukkan perasaan tak senangnya. "Cuma aku tak mau melukai perasaannya, karena aku kuatir jika dia merasa iri dan tak senang hati nanti, nanti pelajarannya mengalami kemunduran, semangat untuk berlatihnya akan turun dan ini mempengaruhi kemajuannya untuk latihan "Liong-beng-kun" yang tengah diyakininya!

Aku menginginkan dia berhasil melatih dengan sempurna seluruh kepandaian yang kuwariskan padanya, karena dia satu-satunya murid tunggalku ! Karena itu, aku tak mau jika kelak dia cuma membawa malu untukku, karena sebagai murid tunggalku dia bisa dirobohkan oleh orang lain !

Dia harus memiliki kepandaian yang dahsyat dan siapapun tak boleh mengalahkannya ! Harus dia satu-satunya yang berkepandaian tertinggi didalam dunia kangouw!"

Bwee-sim-mo li tertawa lagi.

"Sungguh keinginan yang sangat terpuji, karena seorang guru demikian memperhatikan untuk perkembangan muridnya !" memuji Bwe-sim-mo-li. Dia cerdik, segera dia tahu si pendeta ini merasa tak senang oleh kata-katanya.

Tapi memang tadi sengaja Bwee-sim mo li melontarkan kata-kata itu untuk memancing emosi Tang San Siansu, dia tengah mengatur siasat untuk menyudutkan Tang San Siansu dan akkirnya nanti mau memberitahukan teori jurus jurus pukulan "Liong-beng-kun" padanya. "Tapi sayang... ada sesuatu yang harus disayangkan! "

"Apa yang kurang ? Aku telah mendidik muridku dengan sebaik-baiknya, apakah kau anggap kemajaan muridku itu masih kurang dan pantas ditertawakan orang-orang gagah dalam kangouw ?"

"Bukan! Bukan itu maksudku ! Tetapi sayangnya, justeru kau tak bisa membuat muridmu itu merupakan ciangbunjin dari seluruh pintu perguruan silat dalam kangouw ! Coba kau bayangkan taisu, kalau memang kedudukan ciangbunjin dari semua pintu perguruan silat dijabat oleh muridmu, bukankah hal itu sangat menggembirakan sekali?"

Tang San Siansu tertegun mendengar perkataan Bwee-sim-mo-li, tapi kemudian dia bertanya: "Maksudmu itu menjabat semua kedudukan ciangbunjin dari pintu-pintu perguruan silat di seluruh kangouw? Begitu maksudmu?"

Bwee sim-mo-li mengangguk.

"Ya, dia murid seorang yang paling tangguh seperti taisu, tentu tak ada seorangpun yang berani menentang ! Menjadi bengcu saja tidak cukup. Hanya jadi pemimpin kalangan kangouw, dengan kedudukan ciangbunjin dari setiap perguruan silat ditangan orang-orang lain, tentu suatu waktu akan ada sikap membangkang dan memberontak ! Apa salahnya kalau memang kedudukan ciangbunjin dari setiap pintu perguruan dipegang oleh muridmu, sehingga seluruh kangouw dikuasai sepenuhnya!

Tang San Siansu mengangguk-angguk ragu-ragu. Memang saran yang dikemukakan Bwee sim-mo li merupakan salah satu cara dan jaian terbaik untuk menguasai rimba persilatan ! Muridnya memang tengah berusaha untuk menguasai kangouw dengan menyatakan bahwa dirinya sebagai bengcu atau ketua kangouw, dan alangkah lebih baiknya kalau kedudukan ciangbunjin dari semua pintu perguruan silat dipegang oleh muridnya, tentu tak ada satupun pintu perguruan siiat yang berani membangkang atau memberontak lagi !

"Bagus !" akhirnya Tang San Siansu berseru nyaring sambil menepuk paha Bwee-sim-mo-li. "Apa yang kau sarankan memang merupakan pendapat yang sangat baik.

Kedudukan Ciangbunjin Siao- lim-si, Butong, Kun-lun, Go bie pai dan lain-lainnya dipegang oleh muridku ! Dalam sejarah persilatan memang belum terjadi seluruh pintu perguruan silat dipegang oleh satu orang !

Dan ini memang bisa lebih mudah untuk menertibkan orang-orang kangouw! Aku akan berusaha menundukkan semua pintu perguruan silat, agar mereka mengakui muridku sebagai ciangbunjin mereka, supaya ciangbunjin mereka menyerahkan kedudukan ciangbunjin pada muridku! Jika mereka membangkang tak mau menyerahkan kedudukan ketua perguruan silatnya, maka kita babat habis mereka!"

Setelah berkata begitu, Tang San Siansu tertawa bergelak-gelak nyaring sekali. Tampak dia sangat gembira. Dia memeluk Bwee-sim-mo-li sambil menciumi dan memujinya: "Kau benar-benar sangat cerdas sekali bisa memberikan saran yang demikian bagus !"

"Tapi sayangnya," kata Bwee-sim-mo-li lagi. "Kau tak pernah menepati janjimu, taisu ! Kalau kau memberitahukan kouwhoat "Liong-beng-kun" kepadaku, sehingga kepandaianku lebih mahir dan lebih tinggi tingkatnya, tentu tak akan sia-sia apa yang telah kau lakukan, aku bisa mendampingimu menghadapi seluruh orang kangouw tanpa perlu gentar ! Aku selalu akan mendukung muridmu itu agar mencapai kedudukan tertinggi di dalam kalangan kangouw!"

"Hah-hah-bah-hah, kembali kau penasaran tentang kouw-hoat "Liong-beng-kun", percayalah, nanti akan kuberitahukan kepadamu!" kata Tang San Siansu.

"Tapi Taisu, jika kau memberitahukan sekarang padaku teori jurus-jurus pukulan "Liong-beng-kun"- muridmu itu juga tak akan mengetahui, aku tak akan memberitahukan pada siapapun juga, kau tak usah kuatir...!" janji Bwee sim-mo li.

"Bukankah kita hanya berdua saja, tak ada orang yang mengetahui jika memang kau atau aku tak memberitahukannya ?"

"Sabarlah... nanti juga aku akan tepati janji. Jangan kuatir, aku tidak akan membohongimu... sekarang janganlah mengganggu kegembiraanku dengan permintaan yang tidak-tidak ! Ayo, kita bersenang-senang...!"

"Tapi taisu harus berjanji benar-benar tak akan mengingkari janjimu itu untuk memberitahukan padaku kouwhoat "Liong beng-kun" !"

"Jangan kuatir... nanti setelah tiba di kota raja, selama lima hari akan kuberitahukan kau teori jurus-jurus "Liong-beng-kun"

"Benar, taisu ?"

"Pasti kutepati janjiku itu ! Aku juga berharap memang kau bisa mendukung muridku, secara tidak langsung membantuku untuk meringankan tugasku menghadapi orang-orang kangouw ! Sekarang saja kepandaianmu sudah demikian tinggi, kalau memang kau kuberitahukan kouwhoat "Liong-beng-kun", niscaya kepandaianmu memperoleh kemajuan yang pesat sekali sehingga sulit orang menandingimu lagi !"

Girang Bwee-sim-mo-li, dia akan menahan diri untuk bersabar selama beberapa hari lagi, sampai mereka tiba di kotaraja dan akan mendesak Tang San Siansu untuk menepati janjinya memberitahukan padanya teori jurus pukulan "Liong-beng-kun".

Mati-matian Bwee-sim-mo li ingin sekali mengetahui teori jurus-jurus pukulan "Liong-beng-kun" yang diketahuinya memiliki kepentingan sangat besar untuk perkembangan ilmu silatnya, sehingga dia pasti bisa lebih tinggi lagi kepandaiannya.

Diam-diam sebetulnya Bwee sim-mo-li juga memiliki ambisi untuk menjadi satu-satunya orang yang paling lihai dalam kalangan kangouw, dia juga hendak menjadi ketua dari seluruh orang-orang kangouw.

Keinginannya itu memang sudah terpikirkan olehnya cukup lama. Jika sekarang dia sengaja menganjurkan Cu Lie Seng untuk jadi ketua kangouw, itulah disebabkan dia memang sangat cerdik, hanya memancing agar Tang San Siansu mau memberitahukan kouwhoat jurus-jurus pukulan "Liong-beng-kun".

Justeru Bwee-sim-mo-li yang sudah memiliki kepandaian sangat tinggi ini merasa gentar pada si pendeta sebab jurus pukulan "Liong-beng-kun" itu, kalau dia sudah mengetahui seluruh kouwhoat jurus pukulan "Liong-beng-kun", niscaya dia bisa melihat kelemahan jurus pukulan itu, berarti juga dia bisa mempersiapkan ilmu silat untuk mematahkan Liong-beng-kun, yang nanti akan dipergunakan untuk merobohkan Tang San Siansu.

Di saat itu kalau dia sudah berhasil tentu dia tak perlu gentar lagi pada Tang San Siansu. Dan kalau saatnya sudah tiba, dia pasti tidak akan mendukung Cu Lie Seng melainkan ingin merampas kedudukan ketua Kangouw untuk dirinya sendiri !

Tang San Siansu yang sedang gembira, tampak tak sabar. Tangannya kasar sekali mengangkat badan Bwee-sim-mo-li, membantingnya !

Bwee-siin mo-li menjerit lirih dan menggeliat, sedangkan Tang San Siansu sudah menjambak rambut Bwee sim mo-li, kemudian menengadahkan kepala iblis perempuan ini. Waktu itu Bwe sim-mo li merintih dengan memejamkan matanya.

Tangan kiri Tang San Siansu menampari muka Bwee sim-mo-li kuat sekali, sampai terdengar suara "plakkkk . . . plokkk ..." tidak hentinya, sampai muka iblis itu merah akibat tamparan kuat itu.

"Ayolah...! " suara Bwee sim-mo li semakin lirih, dia menggeliat lagi. "Ayolah Taisu..." dan pukulan-pukulan Tang San Siansu semakin keras memukuli muka dan tubuh Bwee-sim mo li, sedangkan Bwee-sim-mo-li tampaknya semakin terangsang !

Rupanya, Bwee-sim-mo-li memiliki semacara penyakit jiwa, yaitu histeris dan baru bisa memperoleh kegembiraan dengan Tang San Siansu jika sudah diperlakukan kasar dan tubuhnya dipersakiti ! Semakin hebat perlakuan yang mempersakiti dirinya, semakin hebat rangsangan yaig diperolehnya.

Waktu itu matanya sudah terbalik-balik dan hanya terlihat putihnya saja. Tangannya mencengkeram kuat-kuat pundak Tang San Siansu.

"Akan kumampusi kau!" kata Tang San Siansu dengan napas memburu keras dan mengangkat badan Bee-sim-moli yang dibanting berulangkali sampai gedebak-gedebuk keras sekali, dan memang ini yang diinginkan Bwee-sim-mo-li dan dia seperti tenggelam semakin dalam, dalam kesenangan yang bisa diberikan Tang San Siansu, karena pendeta yang kasar ini mengetahui apa yang di inginkan Bwee-sim mo-li dan telah memenuhi apa yang diinginkan Bwee-sim-mo-li ....

000000O00000
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar