Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 26

Baca Cersil Mandarin Online: Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 26
Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 26

Cu-kongkong Cu Biau Liat mengangguk-angguk sambil mengawasi daftar nama-nama orang gagah yang tertulis di secarik kertas berukuran panjang itu, mukanya berseri-seri. Di depannya berdiri dengan sikap hormat Siangkoan Giok Lin dan See-mo.

"Bagus!" kata Cu kongkong kemudian sambil menggulung lagi daftar nama nama orang partai, "Kau telah melakukan tugas dengan baik, Siangkoan-kisu ! Kau memang layak menerima penghargaan tertinggi dari Hongsiang ! Nanti akan kuberitahukan pada Hongsiang tentang jasa-jasamu, dan jika terbukti nanti seluruh usaha kita berhasil menindas pemberontak, pasti pangkat tinggi adalah bagianmu !"

Siangkoan Giok Lin cepat-cepat menekuk kaki kanannya berlutut mengucapkan terima kasih.

Cu kong-kong menoleh pada See-mo, setelah memberi isyarat pada Siangkoan Giok Lin agar berdiri lagi. "Sekarang kita sudah mendapatkan posisi sebaik-baiknya di kalangan kangouw, baik di Utara, Barat, Selatan dan Timur ! Semua ini berkat bantuan dari kalian! Tentu semua ini tak akan dilupakan Hongsiang.

Sekarang yang kuinginkan, Thio Hong Gan harus ditumpas, jika memungkinkan kepalanya dibawa kemari, untuk diperlihatkan pada Hongsiang, Selanjutnya, kalian tak usah bersusah payah lagi, untuk menduduki salah satu jabatan penting di kerajaan ! Semuanya pasti menerima penghargaan dari Hong-siang !"

"Baik kongkong, nanti kami akan usahakan membawa kepala pemberontak itu !"

"Bagus... sekarang aku ingin memberikan instruksi pada beberapa orang jenderal di perbatasan, agar untuk sementara ini mereka pulang ke kotaraja, sebab tenaga mereka diperlukan untuk ikut membasmi Thio Hong Gan dan pasukannya yang liar itu! Dalam waktu tiga bulan usaha ini sudah harus berhasil, karena Hongsiang kemarin menegurku, agar tak terlalu lama-lama menyelesaikan persoalan ini! Nah, sampaikanlah pesanku ini pada teman-teman kalian !" Setelah berkata begitu Cu kongkong mengibaskan tangannya, sikapnya mempersilahkan tamu-tamunya untuk berlalu.

Setelah See mo dan Siangkoan Giok Lin keluar, Cu-kongkong seorang diri di dalam ruangan itu. Sepasang alisnya mengkerut.

"Hemmm, manusia-manusia liar dan kasar hendak duduk sebagai pejabat pemerintahan...! Tapi. biarlah, untuk sementara waktu ini memang aku perlu merangkul mereka, jika segalanya sudah selesai, mereka akan dibereskan !"

Dan Cu kong-kong tersenyum, dia menepuk tangannya. Segera menghadap seorang pengawalnya. Dia perintahkan memanggil Tang San Siansu. Sekarang ini memang Tang-San Siansu merupakan satu-satunya orang yang paling diandalkan oleh Cu kongkong.

Namun sebagai seorang cerdik, tentu saja Cu-kong-kong tahu bagaimana menguasai dan mengendalikan "macan" ini, kalau sekali meleset saja, tentu bisa membahayakan dirinya juga. Selain licik, Tang San Siansu diketahuinya memiliki jiwa yang buruk sekali.

Tak lama kemudian Tang San Siansu sudah datang menghadap. Dia memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya, Cu-kongkong mempersilahkan dia duduk di kursi yang ada di depan meja kerjanya.

"Taisu, usaha besar yang selama ini kau lakukan telah berjalan dengan lancar. Coba sekarang kau jelaskan, apa rencanamu selanjutnya?"

"Siao-lim-si... jika telah dapat dihancurkan atau dikuasai, semuanya akan berjalan lebih lancar lagi kongkong !" menyahuti Tang San Siansu. "Dalam beberapa waktu mendatang, aku akan berusaha membasminya. Pertama-tama aku akan memaksa mereka menyerahkan kedudukan Ciangbunjin pada Cu-ji (anak Cu), jika mereka bersikeras dan menolak hal itu, berarti Siao-lim-si harus di bakar musnah dan seluruh pendetanya harus dibasmi."

Cu-kong kong mengangguk-angguk kemudian katanya: "Memang itu merupakan salah satu jalan yang cukup baik untuk mendukung lebih lancarnya usaha besar kita ! Tapi perlu kuingatkan padamu taisu, apakah tindakan seperti itu tak terlalu berat, apa lagi mengingat sekarang ini usaha kita untuk menguasai orang-orang kangouw belum berhasil sepenuhnya, yang kukuatirkan mereka akan mendapat kesan kurang baik pada kita atas penghancuran Siao-lim-si. . ."

"Tapi kongkong harus ingat, tidak semua orang senang pada Siao lim-si. Syukur kalau Siao-lim-si mau baik-baik menyerah dan menyerahkan kedudukan Ciangbunjin pada Cu-ji. tapi jika membangkang apa salahnya kita hancurkan ! inipun sebagai contoh yang sangat baik sekali buat seluruh orang-orang persilatan agar mereka selanjutnya tidak banyak lagak lagi dan patuh pada setiap perintah kongkong...!"

Cu Bin Liat mengangguk-angguk sambil tertawa. "Semua ini berkat bantuan taisu, sehingga aku bisa melaksanakan tugas dari Hongsiang dengan sebaik-baiknya ! Nah, jika memang taisu menganggap itu merupakan salah satu jalan yang baik buat kita, siiahkan taisu atur segalanya !"

"Terima kasih kongkong...!" dan Tang San Siansu kemudian mengundurkan diri.

Cu Bian Liat tidak segera meninggalkan ruang kerjanya, dia berdiam diri dengan sepasang alis yang mengkerut, karena dia tengah berpikir keras, yang dipikirkannya adalah Tang San Siansu.

Dan Cu Bian Liat ingin jika saja sudah selesai menumpas Thio Hong Gan, pemimpim pemberontak itu berhasil di tangkap atau dibawa kepalanya kehadapan-nya, maka Tang San Siansu akan disingkirkan !

Tentu saja menyingkirkan Tang San Siansu bukan urusan yang gampang, tapi dia mempunyai cara yang telah tersusun baik, karena dia hendak menyingkirkan Tang San Siansu dengan cara halus, sehingga nanti Tang San Siansu sendiri tidak akan menyadari dirinya telah disingkirkan oleh Cu Bian Liat !

Terpikir begitu, Cu Bian Liat tersenyum puas. Dia mengutamakan sekarang adalah cara-cara agar anaknya, Cu Lie Seng berhasil mendapat dulu semua warisan kepandaian Tang San Siansu, setelah tiba saatnya barulah Tang San Siansu yang dianggap bisa berbahaya itu disingkirkan ! menunggang macan memang sulit untuk turun maupun juga untuk menyingkirkannya, dan Cu Bian Liat tak akan bertindak tanggung-tanggung jika kelak hendak menyingkirkan Tang San Sian-su !

-OCOO-

Cu Siauw Hoa duduk termenung didepan jendela kamarnya menghadap keluar taman yang indah dan semarak dengan dengan bunga-bunga beraneka macam dan warna, harum semerbak tersiar dari bunga-bunga yang banyak tumbuh di taman tersebut.

Pikiran Siauw Hoa tidak tenang, dia selalu teringat pada Giok Han dan Cang In Bwee, setiap kali teringat pada kedua orang itu, hatinya semakin dibakar oleh rasa marah dan cemburu. Rasa benci yang tumbuh di hatinya semakin lama semakin hebat juga.

Sudah merupakan tekad bulat pada gadis bangsawan ini untuk membunuh Giok Han dan Cang In Bwee. Dia sudah seminggu tiba di istana ayahnya, selama itu dia telah memikirkan cara-cara terbaik untuk melenyapkan Cang In Bwee, gadis yang jadi saingannya dan berusaha untuk menarik perhatian Giok Han.

Jika Giok Han benar-benar mencintainya dan melepaskan Cang In Bwee, juga nanti terbukti bahwa Giok Han lebih mencintai Siauw Hoa, maka gadis bangsawan ini tidak akan membunuhnya. Tapi jika nanti Giok Han terbukti lebih mencintai In Bwee, tak ada pilihan lain, dia akan membunuh Giok Han juga dengan cara apapun !

Dia tengah mempertimbangkan, untuk mengirim puluhan orang Gi-lim-kun dan Kim-ie-wi yang berkepandaian tinggi, untuk mencari Giok Han dan Cang In Bwee dan membunuh kedua orang itu, cuma saja mengingat kepandaian Giok Han sangat tinggi, gadis bangsawan ini ragu-ragu kembali.

Dia tahu, jika mengirim orang-orang berkepandaian tanggung, niscaya Giok Han tak berhasil diganggu. Cang In Bwee biarpun memiliki kepandaian di bawah Giok Han, tetap saja sulit dibunuh selama dia bersama-sama dengan Giok Han, sebab Giok Han akan melindunginya.

Satu-satunya jalan adalah minta pada Tang San Siansu, guna memimpin beberapa orang berkepandaian tinggi, supaya pergi membunuh Cang In Bwee dan kalau perlu membunuh Giok Han sekalian.

Rasa benci yang sudah membakar hati dan jiwa Siauw Hoa demikian hebatnya, sehingga dari rasa mencintai akhirnya berobah menjadi rasa benci yang begitu hebat. Selama belum bisa membuat Giok Han dan Gang In Bwe hancur, dia belum puas.

Selama seminggu itulah Siauw Hoa tenggelam dalam keragu-raguan. Dia memang sebetulnya ingin mengadukan pengalamannya itu pada ayahnya, yang pasti bisa mengirim orang-orang berkepandaian tinggi untuk menangkap Giok Han dan Cang In Bwee yang dicap oleb Siauw Hoa sebagai "pemberontak-pemberontak", namun sejauh itu dia masih malu untuk menceritakan pengalamannya itu pada ayahnya!

Sebagaimana lazimnya gadis-gadis Iain, demikian juga keadaan Siauw Hoa yang merasa malu kalau harus menceritakan isi hati yang sebenarnya pada ayahnya.

Karena itu selama seminggu Siauw Hoa masih diliputi keraguan dan belum bisa memastikan tindakan apa yang hendak dilakukan.

Sebetulnya, sebagai puteri bangsawan yang paling berkuasa seperti Cu-kongkong, Siauw-Hoa tidak kekurangan orang-orang muda yang bisa dipilih menjadi suaminya. Tetapi sejauh itu, dari sekian banyak putera-putera pembesar kerajaan maupun bangsawan yang coba mendekatinya, tak seorangpun yang menarik perhatian Siauw Hoa.

Memang gadis ini selalu bergaul dengan lincah dan manis terhadap orang muda manapun juga, namun sejauh itu masih terbatas sebagai sahabat biasa saja. Umumnya orang-orang muda itu memperlihatkan sikap menjilat dan coba-coba memanggil hatinya dengan berbagai sikap yang dibuat-buat.

Hal ini yang tak menyenangkan hati Siauw Hao. Terlebih lagi umumnya orang-orang muda itu berusaha mendekati Siauw Hoa lebih banyak terdorong oleh keinginan menjadi mantu Cu-kongkong orang kedua yang paling berkuasa setelah Kaisar di seluruh kerajaan tersebut !

Berbeda dengan Giok Han, orang muda itu benar-benar menarik hati dan juga telah merebut hati Siauw Hoa, sehingga gadis bangsawan ini mencintainya. Namun cintanya itu terbentur pada keadaan yang begitu pahit, dimana Giok Han ternyata mencintai Cang In Bwee!

Hal ini membuat Siauw Hoa jadi marah dan penasaran, dia sebetulnya ingin memperlihatkan betapapun sebagai puterinya Cu-kongkong dia sangat berkuasa dan bisa saja memaksa Giok Han menjadi suaminya dengan memanfaatkan kekuasaan ayahnya.

Cuma saja, sebagai gadis umumnya, rasa harga dirinya jauh lebih menang dari cintanya, karena dia merasa begitu rendah kalau harus menghiba-hiba pada Giok Han, untuk memperoleh cintanya! Dia tak mau memaksa Giok Han untuk mencintainya!

Sejak kecil Siauw Hoa sudah demikian dimanjakan, dan siapapun memperlakukannya dengan hormat. Sekarang Giok Han ternyata tak mencintainya, betapa sakit hatinya. Bahkan dengan telinganya sendiri didengar Giok Han mencintai Cang In Bwee, kenyataan yang membuat perasaan terluka !

Baru sekali ini signdis merasa kecewa dan sedih, mengapa Giok Han tak mencintainya, padahal sebelumnya demikian banyak orang muda yang berusaha mengejar cinta Siauw Hoa dan gsdis ini umumnya memperlihatkan sikap masa bodo pada orang-orang muda itu !

Memang cinta sulit dibilang juga, dapat datang kapan saja, di mana saja dan tanpa memandang tingkat dan golongan. Karena itu Siauw Hoa sendiri sering menyesali dirinya, mengapa dia harus mencintai Giok Han, sehingga sekarang perasaannya demikian menderita oleh cintanya tersebut.

Waktu itu, dia tengah berusaha mencari jalan untuk melampiaskan penasaran-penasaran maupun kecewanya. Terkadang didorong oleh emosinya dia hendak menbunuh Giok Han dan Cang In Bwee, agar kedua orang muda itu mengetahui siapa dia sebenarnya, yang memiliki kekuasaan demikian besar.

Tapi, dilain waktu Siauw Hoa diliputi rasa rindu yang demikian besar, mendambakan sikap lembut dan kasih sayang Giok Han, mengharapkan cinta pemuda itu. Segala macam perasaan berkecamuk menyiksa perasaan Siauw Hoa.

Dia telah mempertimbangkan dan memikirkannya selama seminggu itu, tapi tak juga berhasil untuk memutuskan tindakan apa yang harus ditempuhnya.

Justeru hari ini sejak pagi tadi dia duduk mematung di depan jendela kamarnya dengan wajah murung, tubuhnya akhir-akhir ini juga semakin kurus, sebab seperti gadis-gadis lain yang sedang jatuh cinta dan kemudian patah hati sebab mengetahui laki-laki yang dicintainya itu ternyata mencintai orang lain, gadis lain yang dibencinya bukan main ! Geregetan Siauw Hoa.

Rasanya dia ingin menjambak rambut In Bwee dan mengunyeng-ngunyengnya membenturkan kepala In Bwee pada tembok sampai pecah, atau memakinya habis-habisan sebagai gadis tidak tahu malu !

Tapi apa yang dapat dilakukannya ? Dia tak berhasil mmghina In Bwee. Gadis itu juga memiliki kepandaian tinggi, Giok Han juga membela In Bwee ! Dan rasa bencinya semakin meluas pada In Bwee dan Giok Han !

Di depannya Giok Han begitu berani memperlihatkan bahwa dia memihak In Bwee, tak sedikitpun memperlihatkan bahwa dia membela dirinya, sehingga sebagai puteri bangsawan perasaannya tersinggung sekali.

Sangat penasaran, karena banyak pemuda yang patuh dan tunduk padanya, diperintah apa saja olehnya pasti akan dipatuhi oleh pemuda-pemuda lainnya dengan senang hati! Tapi Giok Han tidak ! I lnilah yang membuat Siau-Hoa semakin penasaran.

Apa yang harus dilakukannya ? Memberitahukan ayahnya agar In Bwee dan Giok Han di cap sebagai pemberontak dan ditangkap kemudian di jatuhi hukuman mati? Tidak. Giok Han sangat dicintainya, tak rela Siauw Hoa kalau laki-laki yang dicintainya harus mati karena dihukum ayahnya ! Tapi Giok Han begitu kurang ajar, dia begitu berani membela In Bwee, bahkan mencintai In Bwee!

Oohhh, Siauw Hoa benar-benar bingung mengambil keputusan untuk dilakukan selanjutnya. Semakin tenggelam dalam rencana-rencananya yang selalu membingungkannya untuk menentukan cara apa untuk melampiaskan kemarahan hatinya, hati Siauw Hoa semakin tersiksa oteh cintanya yang gagal itu.

Bayangan wajah Giok Han semakin sering menganggu pikirannya. Makan tak lezat dan minum tak menyegarkan! Selalu murung.

Mendadak Siauw Hoa dikagetkan oleh masuknya seorang pelayannya, yang melaporkan gurunya datang berkunjung. Dengan wajah tetap murung Siauw Hoa menyambut kedatangan gurunya ke ruang tamu.

Di sana tampak duduk Bwee-sim-mo li, ketika melihat wajah muridnya yang begitu muram, Bwee-sim-mo li tertawa. "Oooh, anak manis, mengapa tampaknya begitu bersedih hati ?

Siauw Hoa menjatuhkan dirinya duduk di depan gurunya. Memang sebagai gadis bangsawan, Siauw Hoa maupun Cu Lie Seng tak pernah menjalankan penghormatan pada guru-guru mereka. Namanya saja sebagai guru, tapi kedudukan Bwee-sim-mo li maupun Tang San Siansu, sebagai guru-guru darl kedua putera-puteri Cu-kongkong ini tak lebih kedudukannya dari pelayan-pelayan mereka!

"Suhu. aku sedang jengkel!" memberitahukan Siauw Hoa cemberut.

"Apa yang kau jengkelkan ?" tanya Bwee-sim-moli tertawa. "Biasanya kau anak manis yang periang yang hidup bahagia sekali. Sekarang mengapa jadi berobah seperti nenek-nenek saja cemberut seperti itu?"

Siauw Hoa melirik para gurunya, ragu-ragu untuk menceritakan apa yang tengah dialaminya. Namun, gadis ini yang tak mempunyai pelarian untuk menceritakan kesusahan hatinya pada orang lain, toh akhirnya bercerita juga tentang perasaan maupun isi hatinya.

"Wah Wah itu urusan yang mudah sekali, tinggal kau kisiki ayahmu, urusan jadi beres."

Siauw Hoa menggeleng, katanya. "Jika dia tahu aku yang mencelakai perempuan tak tahu malu itu, pasti dia benci sekali padaku..."

"Baiklah Siauw Hoa, jika kau berpendapat begitu, apakah tidak lebih bagus kalau diam-diam kita pergi membunuh perempuan tak tahu malu yang jadi sainganmu itu?"

"Tapi dia memiliki kepandaian tidak rendah, kami pernah bertempur dan aku tak berhasil merobohkannya!" menjelaskan Siauw Hoa dengan muka tetap murung.

"Ohhh ?" alis Bwee sim-mo li mengkerut. "Siapa gadis yang jadi sainganmu itu?"

"Dia disebut-sebut bermarga Cang In Bwee..." memberitahukan Siauw Hoa terpaksa sekali, karena sebetulnya untuk menyebut nama Cang In Bwee sangat dibencinya

"Cang In Bwee ? Murid siapa ? Siapa gurunya?"

"Aku tidak begitu jelas, suhu !"

"Lalu siapa orang muda yang kau cintai itu ?"

"Dia . .. bilang namanya Giok Han .. .!"

Alis Bwee-sim mo-li mengkerut, dia bilang: "Apakah pemuda yang berwajah tampan dan memiliki tubuh tegap dengan senyumnya yang selalu menghiasi bibir, usianya baru dua puluh tahun ?"

"Aku tidak tahu jelas umurnya, tapi... tapi memang dia sangat tampan ! Apakah suhu pernah bertemu dengannya ?"

"Bwee-sim-mo-li memandang ragu-ragu pada muridnya, sampai akhirnya dia bilang: "Kalau memang tidak keliru, dia itu musuh ayahmu ! Musuh yang tangguh sekali ! Dia bergelar Liong-kak-sin-hiap, satu-satunya orang yang membuat Tang San Siansu jadi pusing kepala, karena kepandaian orang muda itu memang hebat sekali, sangat tangguh dan bahkan memiliki semacam ilmu yang bisa menandingi "Liong-beng-kun" Tang San Siansu ! Dia musuh besar ayahmu, yang berusaha untuk membunuh ayahmu...!"

Kaget Siauw Hoa, matanya yang bening dan indah sampai terbuka besar-besar.

"Benarkah itu suhu ? Oooh, kumohon padamu suhu, jangan memberitahukan tentang Giok Han pada ayah, kalau dia ditangkap oleh orang-orang ayah, terjatuh ke dalam tangan ayah... ooohhh, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan dialaminya...!"

Bwee-sim-moli tersenyum. "Siauw Hoa, kau jangan kuatir, aku bukan seorang yang suka membicarakan urusan yang tidak-tidak pada ayahmu... aku tak akan membuka rahasia hatimu pada ayahmu ! Juga kau harus tahu, untuk menangkap pemuda itupun tidak terlalu mudah, karena kepandaiannya sangat tinggi! Sekarang begini saja, aku akan membantumu, agar cintamu itu tercapai, tapi engkau juga harus berjanji membantuku melakukan suatu urusan..!"

Siauw Hoa jadi girang, mukanya berseri-seri, dia loncat dan mencekal kedua tangan gurunya.

"Benarkah suhu mau membantuku ?" tanyanya dengan penuh harapan. "Apakah suhu mempunyai cara yang baik agar dia meninggalkan perempuan tak tahu malu itu dan mencintaiku ?"

Bwee-sim-moli mengangguk sambil tersenyum, "Tentu saja aku bisa membantumu, apa susahnya untuk menolongmu keluar dari kesulitan yang satu ini? Biarpun dia tangguh, tapi banyak jalan untuk menguasainya ! Bukan bicara besar, apakah gurumu ada potongan sebagai manusia gentong nasi yang tidak punya guna ?"

Siauw Hoa. "Suhu sangat lihai berkepandaian tinggi, siapa yang berani main gila di-depan suhu ? Juga, aku yakin kalau suhu mau menolongku turun tangan terhadap urusanku niscaya segalanya akan beres tanpa ada rintangan ! Apa rencana suhu...?"

"Sabar sabar anak manis. Kau harus berjanji dulu padaku bahwa kaupun harus melakukan sesuatu membantuku menyelesaikan suatu persoalan ! Kau bersedia ?"

"Tentu! Katakanlah, apa yang harus kulakukan untukmu, suhu ?" tanya Siauw Hoa tidak sabar lagi. "Aku dengan senang hati akan membantumu, suhu !"

Bwee-sim mo-li tersenyum, dia menarik tangan muridnya agar duduk, lebih dekat." Sudah lama aku minta pada Tang San Siansu agar dia memberitahukan kouwhoat jurus jurus pukulan "Liong-beng-kun"nya, tapi sejauh itu dia masih tetap tak mau memberitahukannya, karena dia seakan-akan hanya berjanji kosong saja. Belum lama yang lalu dia berjanji, setelah tiba di kotaraja akan memberitahukan bunyinya kouwhoat jurus pukulan "Liong-beng kun" kepadaku, namun setelah sampai di sini selama beberapa hari, dia tetap bungkam tak menepati janjinya, selalu pura-pura sibuk sehingga tak ada kesempatan untuk memberitahukan padaku kouwhoat jurus pukulan tersebut!"

"Lalu, apakah aku harus membujuk Tang San suhu supaya memberitahukan kouwhoat jurus pukulan andalannya itu padamu, suhu?" tanya Siauw Hoa tidak sadar. "Aku akan berusaha membujuknya, agar dia mau memberi tahukan teori-teori jurus pukulannya itu!"

Bwee sim-mo li menggeleng.

"Tidak mungkin dia menuruti keinginanmu dan memberitahukan kouwhoatnya itu padaku". Tapi aku ada jalan lain, dan ini memerlukan bantuanmu ! Kalau memang kau sungguh-sungguh mau membantuku, tentu semuanya jadi beres."

"Aku bersedia membantumu, suhu, tapi, dengan cara bagaimana ?"

"Kakakmu, Cu Lie Seng, adalah murid kesayangan Tang San Siansu, bukan ?" tanya Bwee-sim-mo-li.

Siauw Hoa mengangguk. "Hal itu bukankah suhupun sudah mengetahui sejak dulu?" dia balik bertanya.

"Benar! Tapi justeru sekarang kuncinya berada di tangan kakakmu itu ! Cu Lie Seng sudah berhasil mempelajari seluruh jurus Liongbeng-kun, karenanya kau hanya berusaha membujuknya agar dia memberitahukan bunyinya kouwhoat jurus pukulan "Liongbeng-kun", nanti memberitahukan juga padaku ! Yang terpenting buatku adalah bunyinya kouwboat jurus pukulan itu, tanpa perlu gerakannya ataupun cara-cara melatihnya.

Cukup asal kau bisa mengetahui bunyinya kouwhoat jurus pukulan tersebut hal itu sudah lebih dari cukup, kau harus berusaha membujuk kakakmu itu memberitahukan kouwboat jurus pukulan "Liong-beng-kun" itu padamu sehingga dia mau memberitahukan selengkap-lengkapnya, Sekali-sekali janganlah kau beritahukan bahwa kau melakukan semua ini untuk kepentingan diriku, beritahukan saja pada Cu Lie Seng bahwa kau sendiri yang ingin mengetahui bunyinya kouwkoat jurus pukulan Liong-beng-kun. Jika kau menerangkan padanya semua ini demi kepentinganku, niscaya Cu kongcu tak mau memberitahukan kouwkoatnya itu ! Mengertilah kau Siauw Hoa?"

Siauw Hoa sangat cerdas, dia segera dapat menangkap maksud gurunya tersebut.

"Aku tahu, tentu suhu menginginginkan kakakku itu menyangka aku sendiri yang hendak mendengar kouwkoat jurus pukulan "Liong-beng-kun" itu bukan? Nah aku paham, tentu setelah mendengar dan mengetahui bunyi kouwhoat tersebut, kau akan menciptakan semacam ilmu silat yang ampuh untuk mengimbangi Liong-beng-kun itu. Bukankah begitu suhu ?"

Bwee-sim mo-li tersenyum sambil mengangguk. "Sungguh kau murid yang sangat cerdas dan pintar! Benar apa yang kau katakan, aku bermaksud untuk menciptakan semacam ilmu silat yang bisa merobohkan dan menghadapi Liong beng kun, agar Tang San Siansu tidak terlalu bertingkah dan merasa cuma dia saja yang mempunyai kepandaian tinggi serta tidak memandang mata padaku! Tentu kau sendiri tersinggung kalau gurumu dipandang rendah oleh Tang San Siansu, bukan ?"

Siauw Hoa mengangguk sambil tersenyum.

"Baiklan suhu, kau jangan kuatir, aku akan membujuk Sengko supaya dia memberitahukan bunyi kouwhoat jurus Liong-beng-kun" gurunya, aku jamin dia akan memberitahukannya, karena dia sangat sayang padaku... Tapi, kau juga harus membantuku sungguh-sungguh, agar dia... dia... menemuiku...!"

"Giok Han, maksudku ? Jangan kuatir ! Aku sudah berjanji dan tak akan menarik janjiku itu ! Kau tahu, aku dengan mudah bisa membunuh gadis yang jadi kekasih Giok Han, kemudian kita menempuh berbagai cara untuk lebih mendekati Giok Han. Bukankah iru cara yang sangat baik ? Tanpa ada sainganmu itu, tentu perhatian Giok Han tertumpah padamu !"

Setelah seminggu bermurung diri, baru sekarang Siauw Hoa tampak pulih kegembiraannya. Dengan lincah dia telah bilang: "Baiklah suhu... aku yakin jika memang kau yang membantuku, pasti urusan jadi beres..."

"Tapi kau juga jangan lupa bahwa aku memerlukan bantuanmu dan harus mendapatkan kouwhoat jurus pukulan "Liong-beng-kun" Tang San Siansu lewat mulut kakakmu!"

Siauw Hoa mengangguk, timbul harapan baru di hatinya bahwa ia bisa mempengaruhi Giok Han, sehingga orang muda itu mau mencintainya sepenuh hati.

Dia juga yakin, jika memang gurunya turun tangan, jangan harap Cang In Bwee bisa hidup lebih lama, pasti gurunya bisa membunuh Cang In Bwee dengan mudah...!

OOOO

Angin berhembus dingin dan keras, daun-daun kering terbang terbawa hembusan angin. Tapi Toat beng-sin ciang tidak merasakannya hal itu, dia cuma merasa menderita karena sekujur tubuhnya seperti juga menjadi copot-copot ngilu dan tulang-tulangnya seperti mau terlepas satu dengan yang lainnya.

Ketika ia membuka matanya, yang pertama-tama dirasakannya adalah rasa panas yang seperti membakar sekujur tubuhnya, bahkan dari tubuhnya telah mengepul asap yang cukup tebal terhembus buyar. Itu disebabkan tubuh Toat-beng-sin ciang terlalu panas dan telah menyebabkan dia berada dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar, napasnya juga memburu keras sekali, itulah disebabkan lukanya yang terlalu hebat.

Dia juga berada dalam keadaan mengigau, mulutnya tak hentinya menggumam mengucapkan sesuatu. Tadi dia jatuh pingsan dan sudah berlangsung berapa lama barulah tersadar.

Dari semak belukar di samping kanannya mendadak loncat dua sosok tubuh, hinggap di samping Toat- beng sin ciang, dua laki laki berwajah kasar penuh dengan kumis dan jenggot. "Huh huh huh-huh, nenek-nenek tua renta yang sudah akan mampus!" menggumam yang seorang, yang hidungnya terlalu mancung seperti paruh burung, apa lagi mulutnya yang monyong itu lancip, menambah lucu mukanya yang berkumis dan berjenggot lebat. "Nenek-nenek tua renta seperti mana mempunyai barang berharga ?"

Toat beng-sin-ciang melirik, tapi dia tak berdaya untuk menggerakkan tangannya, sekujur tubuhnya sakit luar biasa, tulang- tulangnya seperti telah copot semuanya membuat dia cuma menggeletak tak berdaya, padahal dia tahu kedua orang ini pasti perampok atau penjahat yang sering mengganggu keamanan orang-orang yang lewat di tempat tersebut.

Kawan yang hidungnya seperti paruh burung, yang telinganya besar sekali melebihi ukuran normal. "Kukira tak ada salahnya kita periksa sakunya, siapa tahu dia menyimpan barang yang cukup berharga?"

Si hidung seperti paruh burung setuju. Mereka berdua jongkok untuk memeriksa saku baju Toat beng-sin-ciang. Bukan main gusar Toat-beng-sin-ciang. Biasanya dia seorang nenek sakti berkepandaian tinggi dan tak ada seorangpun berani buat bersikap kurang ajar, apalagi untuk menggeledah sakunya.

Namun dia dalam keadaan tidak berdaya, ketika kedua orang itu memeriksa saku bajunya. Toat beng-sin ciang tidak bisa berbuat apa-apa.

Seluruh barang yang ada didalam sikunya dikeluarkan kedua orang itu, mereka tampak kecewa, sebab selain botol-botol obat, tak terdapat barang apapun juga.

Satu tail uangpun tak ada didalam kantong nenek tua renta ini Saking mendongkolnya yang hidungnya seperti paruh burung telah memaki kalang-kabutan tadinya hendak menempeleng kepala Toat beng-sin-ciang, yang waktu itu cuma bisa mengawasi tanpa beriaya untuk mencegah perbuatan orang kedua tersebut.

Tapi, saat itu kawannya telah mencekal tangannya dan katanya. "Lihatlah botol-bo-tol ini penuh dengan obat-obat, mungkin ini obat mujarab, yang berharga, kita bisa menjualnya ketoko obat sehingga jadi uang..

Cepat-cepat si hidung seperti paruh burung menyambar sebuah botol, dia girang karena mendengar perkataan temannya, memiliki harapan lagi. Dibuka tutup botol dan mengendus-endusnya, Tersiar harum semerbak dari dalam botol "Obat apa harum semerbak seperti ini? jangan-jangan ini cuma bubuk-bubuk pewangi masakan saja !". gumam si hidung seperti paruh burung.

Botol di tangannya di serahkan kepada temannya, yang ikut mengendus-endusnya, kemudian mengerutkan alisnya. "Harum tapi bahunya tak enak, sangat aneh sekali...!" gumam temannya itu.

Tapi baru saja dia bilang begitu tubuhnya tahu-tahu terjungkel rubuh, matanya mendelik, tubuhnya kelojotan dan kulit badannya telah berobah hitam, tenggorokannya seperti tercekik dan napasnya putus seketika !

Si hidung seperti paruh burung tadi cuma mengendus-endus tiga kali, sendangkan kawannya sampai delapan kali. Dia tidak roboh, karena dia cuma mencendus sedikit ha wa bercaun didalam botol itu. waktu melihat kawannya roboh terjungkel berkelojotan serta sekujur tubuhnya berobah hitam, si hidung seperti paruh burung jadi kaget setengah mati, seketika dia bisa menduga penyebab kecelakaan kawannya itu.

Dia cepat-cepat menggosok hidungnya berulangkali, karena menduga bubuk didalam botol itu adalah bubuk racun. Tapi terlambat baru saja dia menggosok dua kali hidungnya, badannya sudah sempoyongan kemudian roboh terjungkel berkelojotan seperti juga yang dialami oleh kawannya, matanya mendelik, mulutnya berbusa, kemudian mengejang kaku karena lehernya seperti di cekik kuat sampai napasnya susah. Hanya terdengar suara "krokkkkk...krokkkk ! " beberapa kali dari lehernya, kemudian diam tak ber gerak lagi, kaku dan dingin karena jiwanya telah melayang....

Toat-beng sin-ciang menngawasi kedua orang itu yang menemui ajalnya sebab menciumi botol racunnya, dan dia bersukur bahwa kedua orang itu telah mengeluarkan seluruh botol-botolnya. Dia jadi ingat obat untuk "Menyambung Nyawa" yang dimilikinya.

Demikian mujarabnya obat tersebut sehingga jika seseorang menderita sakit parah tapi asal masih bernapas, kalau menelan pil obat ini niscaya tertolong jiwanya !

Tapi sulitnya Toat beng-sin-ciang tak bisa menggerakkan tangan dan kakinya, sekujur tubuhnya kaku, sedangkan di tempat itu tidak terdapat orang lain yang bisa dimintai pertolongannya. Toat-beng-sin-ciang mati-matian berusaha mengerahkan seluruh sisa tenaganya, tapi tangannya tetap tak bisa digerakkan, tak mematuhi perintahnya lagi.

Kedua tangannya seperti sudah tak memiliki tenaga sedikitpun juga. Toat-beng-sin ciang mengeluh dan menyesal setengah. Jika tadi sebelum pingsan dia ingat akat akan obatnya itu, niscaya keadaannya tidak separah ini... sedangkan sekarang biarpun dia melihat botol obatnya itu menggeletak tidak darinya dia tidak bisa mengambilnya, tidak menelan pil manjurnya itu... dia cuma bisa mengawasi, karena beberapakali usahanya untuk menggerakkan kedua tangannya sama sekali tidak berhasil.

Akhirnya Toat-beng-sin ciang putus asa. dia rebah dengan satu harapan di tempat itu lewat seseorang, yang bisa dimintai pertolongannya buat mengambilkan botol obatnya itu

Waktu berlalu ... entah berapa lama Toat-beng-sin-ciang rebah tak berdaya di situ, bahkan sekujur tubuhnya tambah sakit-sakit, seperti disayat-sayat. Toat-beng sin ciang juga menggidik, karena dia tahu jika seorang korban pukulan "Liong-beng-kun" tidak cepat-cepat memperoleh pengobatan yang tepat, niscaya syaraf-syarafnya secara perlahan-lahan akan saling putus, dan jika sampai syaraf pusat di tengkuknya terputuskan juga, seterusnya dia tak ada gunanya hidup... dia selain menjadi manusia lumpuh juga akan hilang pikirannya, menjadi orang yang tolol, dan tak tahu apa-apa...!

Keringat dingin mengucur deras membasahi tubuh Toat-beng-sin ciang, dia jadi mengharapkan benar di tempat itu lewat seseorang...

Seekor burung gagak Iewat memekik mengeluarkan suaranya yang serak, sang magrib sudah mendatang, sebentar, lagi keadaan disitu akan gelap dan habislah harapan Toat-beng-sin ciang bahwa di tempat ini akan lewat seseorang yang bisa dimintai pertolongannya...

Dalam keadaan putus asa sererti itulah, sebagai seorang yang telah terjepit, sehingga berada dalam keadaan ancaman mati dan hidup, Toat-beng-sin-ciang tiba-tiba terpikir sesuatu, yaitu tentang latihan sinkangnya yang belum lama lalu diciptakannya, tapi belum dirarnpungkannya, latihan tenaga dalam pada pusarnya, untuk membangkitkan hawa murninya dalam dirinya.

Seperti orang yang tengah terjepit dalam ancaman kematian, maka otaknya akan jauh lebih terang dab selalu ada saja jalan terakhir yang bisa ditempuh buat menyelamatkan dirinya. Demikian juga halnya dengan Toat-beng sin ciang sudah lama dia rebah di situ, sejauh itu dia tak ingat latihan sinkangnya yang istimewa itu, dan baru teringat setelah dia berada dalam keadaan putus asa.

Cepat-cepat Toat beng-sin-ciang memejamkan matanya dan mengerahkan tenaga dipusarnya, berusaha membangkitkan hawa murni dan tenaga hidup di dalam dirinya. Biarpun dia belum melatihnya selesai tenaga sinkang tersebut, namun dia telah cukup tinggi memiliki latihan sinkang, dia seorang tokoh persilatan, tak mengherankan begitu dia memusatkan sinkang dari hawa tantian (pusar)nya, segera dia merasakan sebuah bola api panas yang berputar-putar di perutnya, dan seluruh isi perutnya menjadi hangat, seperti menggelinding naik ke ulu hati, menghangati sekitar tempat itu.

Saat itulah kedua tangan Toat-beng-sin-ciang dapat digerakkan lagi, walaupun dengan kaku !

Tidak buang waktu lagi Toat-beng-sin ciang segera menyambar botol obat "Menyambung Nyawa'nya, dia membuka tutup botol dan mengeluarkan enam butir pil yang berwarna merah darah, menelannya dengan bantuan air ludahnya.

Sebetulnya, buat seseorang yang menderita sakit berat, cukup menelan tiga butir pil itu, tapi sekarang Toat-beng-sin ciang menginginkan tenaganya bisa pulih sebagian dalam waktu singkat, sekaligus telah menelan enam butir pil itu.

Berangsur-angsur rasa sakit yang menyerang sekujur tubuhnya berkurang, dia juga sudah dapat menggerakkan kedua kaki dan tubuhnya, dia lompat bangun dan berdiri dengan terhuyung-huyung. Segera Toat-beng-sin-ciang duduk lagi bersemedhi dia memusatkan tenaga sinkangnya untuk memiilihkan kesehatan tubuhnya.

Dengan bantuan enam butir pil itu, sementara dia bisa membendung arus akibat pukulan Li-ong-beng-kun Tan San Siansu yang tadi menguasai dirinya, dia bisa mempertahankan hidupnya sedikitnya satu bulan, tanpa perlu kuatir menderita cacad. Dalam sebulan itu dia pun memiliki kesempatan untuk menyembuhkan dirinya dari luka tersebut. Sebagai seorang ahli menggunakan racun dan obat-obatan, maka dia akan berusaha untuk menyembuhkan sendiri dirinya.

Di samping itu Toat - beng-sin-ci-ang juga sudah bertekad dalam sebulan ini untuk pergi mencari Tang San Siansu, mengadu jiwa dengannya, untuk mati bersama-sama !

Setelah mengerahkan singkangnya beberapa saat dan tubuhnya mulai segar kembali, Toat-beng-sin-ciang memunguti botol-botol obat dan botol-botol racun yang tadi diberantakan oleh kedua orang perampok tak bernama itu. Dia menyimpan dalam sakunya lagi, bermaksud untuk meninggalkan tempat ini guna mencari Tang San Siansu.

Tapi, melangkah belum begitu jauh mendadak dia mendengar dari balik gerombolan pohon ada beberapa orang yang sedang bercakap-cakap dengan suara perlahan sekali, suara langkah kaki mereka ringan sekali.

Diam-diam Toat beng sin-ciang terkejut dan heran? siapakah orang-orang itu? Kalau musuh, tentu keadaan seperti ini tak menguntungkan. Keadaan Toat-beng-sin-ciang belum pulih keseluruhannya dan jelas tak mungkin dia melakukan pertempuran yang berat, hanya akan menyebabkan luka dirinya kumat menjadi hebat kembali.

Dia segera menyelinap kebalik sebatang pohon dan bersembunyi di situ, mengawasi ke arah gerombolan pohon, dari mana didengar suara orang bercakap-cakap itu.

"Suheng, siluman itu pandai ilmu sihir, kita harus waspada!" kata yang seorang dengan suara perlahan.

"Ya, kita tak perlu kuatir terhadap ilmu sihirnya, kalau kita tak membiarkan diri kita dikuasai oleh ilmu sihir, dengan sinkang yang kuat pasti dapat menghadapi siluman itu!"

Suara langkah kaki itu semakin dekat dan kemudian tampak muncul beberapa orang pendeta berpakaian serba kuning, kepala batok dan mata tajam. Langkah kaki mereka ringan, semuanya berjumlah lima orang.

Yang membuat Toat-beng-sin-ciang terkejut dikenalinya kelima pendeta itu adalah pendeta-pendeta Siao limsi! Siapakah siluman yang mereka maksudkan? Apa yang hendak mereka lakukan terhadap siluman itu? Ilmu sihir apakah yang dimiliki siluman itu sehingga membuat para pendeta itu agar gentar ?

"Suheng," terdengar pendeta yang satunya bilang lagi. "Lebih baik kita bersabar dulu, nanti setelah Tang Lu Susiok tiba barulah kita satroni siluman itu, pasti dengan mudah dapat kita basmi !"

Hweshio yang dipanggil suheng itu menggeleng. "Jumlah kita berlima, tak mungkin kita kalah oleh siluman itu ! Tang Lu Susiok tiba malam ini, dan bersama dengannya kita hendak melakukan perjalanan ke kotaraja, sehingga kita tak mempunyai waktu lagi, sehari sebelumnya hongthio telah berpesan pada malaman Ce it bulan ini kita sudah harus berada di kotaraja, berkumpul dengan yang lainnya. Waktu yang dijanjikan itu tinggal empat hari dan dan tempat ini menuju ke kotaraja jika dilakukan dengan perjalanan siang malam, memerlukan waktu empat hari. Marilah sekarang juga kita cari-siluman itu.. kukira kita berlima cukup untuk membassminya...!"

"Baiklah!" adik seperguruannya setuju, dan kelima pendeta Siao li Iim-si itu pergi ke arah barat.

Toat-beng-sin-ciang kaget bukan main bercampur girang. Tang Lu Siansu dari Siao-lim si telah turun gunung dan akan pergi ke kotaraja? Tentu pendeta sakti itu hendak mencari Tang San Siansu ! Juga mendengar percakapan beberapa pendeta tadi, jelas di kotarajapun akan datang tokoh-tokoh Siao-lim-si lainnya, karena dapat ditarik kesimpulan dari percakapan pendeta-pendeta tadi, hongthio Siao-lim si, yaitu Tang Sin Siansu juga akan datang ke kotaraja, pada malaman Ce-it mereka akan saling bertemu disana!

Jika tidak menghadapi urusan yang sangat penting sekali, hongthio Siao-limsi tak akan turun gunung. Sekarang Tang Sin Siansu telah turun gunung, pasii urusan yang tengah diurus para pendeta Siao lim-si itu merupakan urusan sangat penting!

Toat-beng-sin-ciang selain girang, juga jadi tegang. Dia tak tahu urusan penting apa yang tengah dihadapi Siao-lim-si. Perasaan ingin tahunya apa yang dilakukan kelima pendeta Siao lim-si itu terhadap yang disebutnya siluman, membuat Toat beng-sin-ciang diam-diam mengikuti dari jarak tertentu di belakang kelima pendeta-pendeta itu. Dia memiliki ginkang sangat tinggi, maka kelima pendeta itu tak mengetahui bahwa diri mereka sedang dibayangi seseorang.

Ternyata kelima pendeta itu adalah pendeta-pendeta muda Siao Iim si dari tingkat Fung. Masing-masing bernama Ci, Koan, Liang, Cu dan Toan. Yang tadi dipanggil dengan sebutan suheng, kakak seperguruan, adalah Fung Ci Hweshio.

Kelima pendeta ini memang sedang melakukan perjalanan ke kotaraja, dan mereka diperintahkan menunggu Tang Lu Siansu di tempat itu karena Tang Lu Siansu melakukan perjalanan belakangan dari mereka dan nanti bersama-sama berangkat te kotaraja.

Tetapi siapa tahu waktu Fung Ci Hweshio berlima sampai ditempat ini siang tadi, mereka telah mendengar cerita penduduk bahwa akhir-akhir ini di tempat tersebut muncul seorang siluman yang jahat sekali dan pandai menggunakan ilmu sihir. Siluman itu berpakaian sebagai seorang tosu dan tak berhasil ditangkap penduduk sebab dia terlalu tangguh, bahkan belasan orang penduduk telah dibikin terluka parah, empat orang mati waktu melakukan pengeroyokan.

Siluman itu setiap malam menyatroni rumah-rumah penduduk, untuk memperkosa anak isteri orang, atau juga menculik gadis-gadis berusia balasan tahun. Hal ini sudah berlangsung hampir tiga bulan dan penduduk di sekitar tempat itu tak berdaya untuk mengatasi kejahatan siluman tersebut, mereka hanya hidup dalam ketakutan.

Tak kepalang marahnya Fung Ci Hweshio berlima mendengar cerita penduduk. Mereka menanyakan tempat bersembunyi siluman itu dan saat ini juga mereka hendak menyatroni siluman itu untuk membasminya.

Mereka yakin, dengan kepandaian yang mereka miliki dan juga berjumlah lima orang, pasti bisa menghadapi siluman tersebut. Tak ada perasaan gentar sedikitpun pada mereka, biarpun mendengar siluman jahat itu pandai sekali ilmu sihirnya.

Sebetulnya kelima pendeta Siao-lim si ini minta seorang penduduk uniuk mengantarkan mereka ke tempat bersembunyi siluman tersebut, tapi tak ada seorangpun dari penduduk yang berani mengantarkan, mereka kuatir kelima pendeta ini gagal mengusir siluman itu, walaupun Fung Ci Hweshio berlima sudah menjamin mereka pasti berhasil mengusir siluman itu, tetap saja tak ada seorangpun dan penduduk yang bersedia jadi penunjuk jalan.

Mereka cuma memberitahukan tempat persembunyian siluman itu di sebuah goa yang ada ditebing di sebelah selatan lembah. Maka terpaksa kelima pendeta Siao lim-si ini berangkat tanpa penunjuk jalan.

Tak lama kemudian mereka telah berada di lembah sebelah selatan dan mencari cari goa yang dimaksud penduduk kampung sebagai terapat bersembunyi siluman jahat itu.

Ternyata goa yarg dimaksud penduduk sekitar tempat itu sebagai tempat bersembunyi siluman jahat adalah goa yang cukup besar dan luas, letaknya cukup tinggi belasan tumbak di tebing yang sulit untuk didaki oleh orang biasa. Kelima pendeta Siao lim-si ini hati-hati mendekati goa itu, mereka mengambil sikap waspada.

Tetapi belum lagi Fang Ci Hweshio atau pendeta-pendeta lainnya berseru untuk memanggil keluar siluman itu, sudah terdengar suara tertawa bergelak-gelak menyeramkan.

"Manusia-manusia tak tahu mampus, apakah kedatangan kalian kemari hendak mengantarkan jiwa kalian?" suara itu mengguntur menyeramkan sekali, menggemparkan sekitar tempat itu.

Alis Fang Ci Hweshio berlima jadi mengkerut. Suara seruan itu demikian nyaringnya, jelas "siluman" itu mempergunakan sinkang waktu bicara, sehingga suaranya bisa bergema seperti itu.

Melihat kenyataan ini, segera para pendeta Siao-lim si semakin yakin bahwa apa yang dinamakan siluman itu tak lebih hanya seorang manusia biasa, cuma saja memiliki kepandaian dan dengan kepandiannya itu dia melakukan berbagai perbuatan jahat, sedangkan penduduk sekitar tempat itu menyangka bahwa orang tersebut adalah siluman, yang dapat pergi dan datang begitu cepat. Tentu orang itu mempergurakan ginkangnya yang tinggi.

"Sahabat, keluarlah ! Marilah kita bicara." teriak Fung Ci Hweshio setelah merangkapkan kedua tangannya memuji kebesaran Sang Buddha. "Kami murid-murid Siao-lim si ingin bicara denganmu !"

"Hah hah hah hah ! " Meledak tawa nyaring di dalam goa. "Tak kusangka murid-murid Siao-lim si demikian usil ingin mencampuri urusan orang lain! Apakah kalian sudah bosan hidup sehingga berani, mencampuri urusan denganku? Jika kalian tidak cepat-cepat angkat kaki meninggalkan tempat ini, jangan menyesal jika aku bertindak tanpa menghormati Siao lim si lagi !"

Fung Ci Hweshio tersenyum, dia semakin yakin bahwa yang bersembunyi didalam goa itu tak lebih hanya seorang manusia. "Sahabat." katanya kemudian, "Marilah kita bicara secara baik-baik, kami cuma ingin memberikan nasehat kepadamu agar menghentikan semua perbuatanmu yang tak terpuji itu, dan berhenti mengganggu ketenteraman penduduk sekitar tempat ini."

Tidak terdengar jawaban hanya sesosok bayangan melesat keluar dari dalam gua dan menuruni tebing dengan lincah menunjukkan ginkang orang itu tinggi sekali. Sekejap saja dia sudah berada di depan kelima pendeta Siao lim-si.

Fung Ci Hweshio dan pendeta-pendeta lainnya segera melihat bahwa yang disebut sebagai siluman itu tak lain hanyalah seseorang yang selalu berpakaian tosu berusia antara lima puluh tahun, mukanya lancip segi tiga, matanya seperti mata elang, tajam licik sekali, memancarkan tabiatnya yang jahat.

"Sahabat, apakah kau yang selama ini mengganggu ketenteraman penduduk?" menegasi Fung Ci Hwesio setelah mengawasi sejenak tosu tersebut.

"Benar ! Aku yang telah mengambil anak gadis mereka, untuk dipersembahkan kepada dewaku !" menyahuti Tosu itu jumawa sekali "Apakah kalian dari Siao-lim-si sudah tak memiliki kesibukan lain, membuat kalian jadi sempat mengurusi persoalan ini?" Sikap dan kata-katanya jelas mengejek dan tidak memandang sebelah mata pada kelima pendeta tersebut, sedikitpun dia tidak gentar.

Fung Ci hweshio merangkapkan kedua tangannya. "Siancai, sebetulnya lolap tak mau mencampuri urusan orang lain, tapi urusan sekali ini berhubungan dengan penduduk, yang merasa diganggu ketenteratnan hidup mereka. Perbuatan jahat yang kau lakukan juga sudah Iuber, terlalu jahat dan tidak terpuji ! Kalau memang kau tak mau insyaf dan meninggalkan perbuatan terkutuk itu. kami terpaksa bertindak untuk membasmimu, yang sama saja dengan membasmi kejahatan !"

"Hah hah hah !" Tertawa tosu itu dengan suara keras sampai tubuhnya bergoyang-goyang. Waktu itu matanya yang memang tajam menakutkan semakin bersinar seakan hendak menikam jantung kelima pendeta Siao-lim-si tersebut. "Kalian hendak membasmiku ? Apakah kalian memiliki kesanggupan itu ?"

"Siancai, lolap akan mencobanya jika memang kau tak mau juga menyadari kekeliruanmu yang selama ini melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk tersebut !"

Tiba-tiba sekali, tanpa menunggu selesai perkataan Fung Ci Hweshio, tangan kanan tosu itu sudah menyambar kuat sekali hendak menyambret jubah di dada si pendeta. Tangannya seperti cakar elang bercuitan menyambar tajam pada sasarannya.

Untung saja Fung Ci Hweshio tangguh, kepandaiannya tinggi, dia bisa mengelakkan sambaran tangan tosu tersebut. Dengan mengibaskan lengan jubah sebelah kanan Fung Ci Hweshio berusaha menyampok tangan tosu itu.

Tapi tosu tersebut keburu menarik pulang tangannya, kemudian dia menyerang lagi dengan hantaman kedua telapak tangannya. Fung Ci Hweshio sekali ini tak berhasil untuk mengelakkan, terpaksa dia menangkis.

Tenaga dalam yang keluar dari kedua telapak tangan tosu itu kuat sekali, karena begitu dua tenaga saling bentur seketika tubuh Fung Ci Hweshio terhuyung mundur dua langkah, sedangkan tosu itu masih berdiri di tempatnya, cuma badannya saja yang tergoyang-goyang namun kuda-kuda kedua kakinya sama sekali tidak berobah.

Dalam satu kali gebrakan itu segera Fung Ci Hweshio maupun tosu siluman itu sudah dapat menarik kesimpulan tentang kepandaian lawan mereka. Fung Ci Hweshio sendiri kaget, karena tak disangkanya tosu yang dianggap sebagai siluman oleh penduduk di sekitar tempat iiu adalah orang yang berkepandaian tinggi, bahkan lebih tinggi kekuatan lwekangnya dari Fung Ci Hweshio sendiri !

Keempat pendeta Siao lim-si lainnya berdiri diam tak membantui. Memang menjadi satu pantangan buat pendeta-pendeta Siao lim-si melakukan pengeroyokan terhadap seorang lawan, selama tidak membahayakan jiwa kawan mereka.

Waktu itu tosu tersebut sudah meraung dan loncat ke depan mendesak Fung Ci Hweshio dengan beberapakali pukulan kedua tangannya saling susul, angin pukulannya kuat sekali, memaksa Fung Ci Hweshio sementara itu cuma berkelit dan mengelakkan pukulan-pukulan lawannya tanpa bisa melakukan serangan balasan.

Tapi, setelah lewat enam jurus. Fung Ci Hweshio memperoleh kesempatan melakukan pukulan balasan ke dada lawannya, memaksa tosu itu loncat kesamping kanan dan tak mendesak Fung Ci Hweshio lebih jauh.

Tosu itu tak mau memperkenalkan diri dan tanpa bicara sepatah katapun sudah loncat maju lagi menyerang pada Fung Ci Hweshio. Setiap pukulannya disertai dengan pekik menyeramkan. Tangannya berkelebat-kelebat sangat dahsyat, membuat keempat saudara seperguruan Fung Ci Hweshio mengerutkan alis mereka, karena setiap jurus pukulan tosu itu merupakan ilmu silat yang sesat, mengandung hawa kematian dan haus darah !

Fung Ci Hweshio sekarang tidak sungkan-sungkan lagi mengeluarkan kepandaiannya, karena tadi dia masih ragu-ragu untuk turun tangan dengan ilmu andalannya. Sekarang setelah melihat lawannya demikian tangguh, mau tak mau dia harus menghadapinya dengan sebaik mungkin, jika tidak pasti jiwanya melayang di tangan tosu itu!

Kedua orang ini bertempur seru sekali, tubuh mereka berkelebat-kelebat sangat gesit, sehingga merupakan bayangan saja yang berkelebat sebentar ke kanan dan kiri, sekali-sekali terdengar pekik menyeramkan tosu tersebut. Tapi, lewat dua puluh jurus lebih, tampak jelas Fung Ci Hwesio jatuh di bawah angin dan dia mulai terdesak oleh pukulan-pukulan tosu siluman, membuat empat orang pendeta Siao-lim-si lainnya mulai kuatir untuk keselamatan Fung Ci Hweshio.

Fung Koan dan Fung Liang Hweshio ingin loncat maju membantui Fung Ci Hweshio, tapi Fung Cu Hweshio telah menahan mereka, bisiknya "Kalau tidak diperlukan benar, kita jangan melakukan pengeroyokan padanya !"

"Tapi dia iblis jahat yang harus dibasmi, yang selalu mengganggu ketentraman penduduk !" bantah Fung Koan Hweshio.

"Benar, tapi jangan sampai dia nanti bilang Siao lim-si cuma pandai main keroyokan ! "

Fung Koan Hweshio dan Fung Lian Hwesio membatalkan maksud mereka untuk membantui Fung Ci Hwssio, yang waktu itu tengah sibuk menghadapi berbagai pukulan-pukulan dahsyat dari tosu siluman tersebut.

Rupanya tosu siluman itu sedikitpun tak mau memberikan kesempatan kepada lawannya melakukan serangan balasan, sebab gencar sekali kedua tangannya memukul dan menampar dengan diiringi lwekang yang kuat.

Fung Ci Hwesio diam-diam mengeluh, dia harus mengakui tenaga lwekang lawannya memang berada di atasnya, maka tak ada jalan lain, terpaksa dia mencabut pedangnya. Tangannya meraba pinggangnya dan tampak di tangannya sudah tercekal sebatang pedang pendek.

Pedang itu berkelekat bergulung-gulung seperti naga yang sedang mengamuk, sinarnya seperti membungkus tosu siluman itu dengan berbagai tikaman maupun tabasan. Tosu siluman itu kaget, dia meloncat mundur meloloskan diri dari libatan pedang Fung Ci Hwesio.

Kemudian dia tertawa bergelak-gelak dengan suara nyaring. "Bagus rupanya kau hendak mengandalkan senjata untuk merebut kemenangan! Baiklah !" Setelah berkata begitu, kedua tangannya diangkat tinggi-tinggi melewati kepalanya, mulutnya komat-kamit membaca sesuatu, kemudian matanya bersinar tajam sekali, waktu Fung Ci Hwesio coba menikam lagi, saat itulah tosu siluman berkata cukup nyaring: "Lihatlah, ular di tanganmu akan menggigit lehermu !"

Seruan tosu siluman itu bukan seruan biasa saja, karena dia mempergunakan tenaga ilmu sihirnya untuk menguasai kesadaran Fung Ci Hwesio. Dan Fung Ci Hwesio kaget tak terkira, pedangnya yang semula merupakan logam tajam berkilauan, sekarang telah berobah menjadi seekor ular yang meliuk-liuk dan kepalanya siap menyambar akan menggigit lehernya! Tidak kepalang kagetnya Fung Ci Hwesio, dia sampai melemparkan pedangnya jatuh ke tanah!

Keempat pendeta lainnya heran melihat Fung Ci Hweshio, mereka melihat pedang ditangan Fung Ci Hweshio dibuang. Sedangkan Fung Ci Hweshio yang memandang heran betapa pedangnya yang berobah menjadi ular itu melata meliuk-liuk di tanah !Itulah di sebabkan dia di pengaruhi oleh ilmu sihir tosu siluman itu yang sudah mempengaruhi penglihatan Fung Ci Hweshio, sehingga pedang yang menggeletak ditanah saja masih tampak sebagai seekor ular yang sedang merayap dengan tubuh meliuk-liuk.

Tosu siluman itu tidak tinggal diam saja, kedua tangannya menyambar, karena tubuhnya sudah loncat ke depan Fung Ci Hweshio dia menghantam kepala dan dada Hweshio tersebut. Pukulan ini mematikan telengas sekali karena mengandung kekuatan lwekang yang tangguh.

Fung Ci Hweshio yang sedang terheran-heran atas kejadian aneh tadi, melihat menyambarnya pukulan yang sangat berbahaya itu, cepat-cepat dia mengelak. Tosu siluman itu sambil mengulangi pukulannya telah komat-kamit bergumam lagi: "Seekor anjing akan menyalak, keempat kakinya ditekuk dan merayap merangkak di atas tanah ! Kau adalah seekor anjing... kau seekor anjing... kau merangkak dan menyalak . . !"

Kepala Fung Ci Hweshio berdenyut, hatinya terguncang kuat sekali, dia heran seperti ada suatu kekuatan gaib yang menguasainya, yang memaksa dia untuk merangkak dan berteriak. Tapi, sebagai manusia gemblengan di pintu perguruan lurus Siao lim-si, pengaruh jahat itu tidak segera berhasil sepenuhnya, karena Fung Ci Hweshio segera memusatkan konsentrasinya, mengerahkan sinkangnya, dia berusaha melawan kekuatan gaib yang coba menguasai jalan pikirannya.

Waktu itu Tosu siluman telah meloncat sambil menghantam lagi dengan kedua tangannya.

Pada batok kepala Fung Ci Hweshio. Sedangkan saat itu Fung Ci Hweshio tengah mengerahkan sinkangnya untuk melawan pengaruh gaib yang memaksa dia untuk merangkak dan menyalak seperti seekor anjing, sehingga tak mungkin dia memecah perhatiannya untuk menangkis pukulan tosu siluman tersebut. Keadaannya benar-benar terancam bahaya yang tidak kecil.

Fang Koan Hweshio tidak sabar lagi, dia telah loncat menerjang tosu itu, yang pandai sekali mempergunakan ilmu sihirnya. Fung Cu Hweshio, Fung Toan Hweshio dan Fung Lian Hwesio juga sudah loncat menerjang tosu siluman tersenut. sebab mereda kuatir Fung Ci Hweshio benar-benar sudah tak berdaya menghadapi ilmu sihir si tosu siluman, sehingga tak bisa menjauhi diri dari pukulan mematikan lawannya tersebut. Mereka serentak menyerang tosu siluman itu dari berbagai jurusan.

Tosu siluman itu tidak gentar, bahkan tertawa-tawa mengejek dan meloncat loncat ke sana kemari. Tiba-tiba dia berteriak nyaring sekali, seperti juga suara teriakannya itu hendak menggoncangkan bumi dan meruntuhkan tebing di lembah tersebut. Pohon pohon seperti bergoyang menimbulkan keresekan pada daun daunnya yang saling bergesekan akibat getaran gaib yang terjadi dari teriakan nyaring tosu siluman tersebut.

Kemudian dengan suara nyaring tosu itu berseru lagi. "kalian adalah anjing-anjing rendah yang merangkak dan menyalak ! Ayo merangkak ! Ayo merangkak !"

Keempat hwesio yang tengah menerjang maju menyerang si tosu jadi kages, jantung mereka berdegup aneh, juga merasa kiri mereka masing-masing dikuasai oleh pengaruh gaib. Belum lagi mereka bisa melakukan sesuatu untuk memusatkan sinkang masing-masing mengadakan perlawanan terhadap ilmu sihir tosu itu, tiba-tiba kedua kaki mereka Sudah menekuk dan tanpa mereka inginkan telah memutuhi perintah tosu siluman itu.

kelima hwesio Siao-lim-si itu berlutut, kemudian dibantu oleh kedua tangan mereka, kelima pendeta itu merangkak di tanah..!

Tosu siluman itu mengangkat lagi kedua tangannya diiringi seruannja: "Sebagai anjing anjing geladak, menyalaklah kalian ! Menyalaklah ! Menyalaklah yang keras ! Ayo, menyalak !"

Kelima pendeta itu tahu mereka berada dalarr pengaruh ilmu sihir tosu itu, biarpun mereka sedang dalam pengaruh gaib ilmu sihir tosu tersebut, pikiran mereka sadar dan terang. Mereka tidak mau menuruti "perintah" tosu itu agar menyalak, namun mulut mereka tak lagi bisa dikendalikan oieh mereka sebab kelima pendeta dari Siao lim-si itu di-luar keinginan mereka telah menyalak-nyalak sambil merangkak di tanah!

Tosu siluman itu tertawa bergelak-gelak, disusul "perintahnya yang nyaring: "Ayo menyalak lagi ! Merangkak lagi ! Menyalak ! Ayo menyalak!" Sambil berseru nyaring dengan muka bengis dia menghampiri Fung -Kang Hweshio, tangan kanannya diangkat, dia mau menghantam kepala Fung Koan Hweshio yang sedang merangkak dan menyalak.

Kaget setengah mati Fung Koan Hweshio, dia mengeluh. Pikiran sadarnya tahu dirinya dalam ancaman bahaya tak enteng, karena begitu telapak tangan tosu siluman itu turun menghantam batok kepalanya, maka habislah riwayatnya, dia akan mati dengan kepala pecah berantakan.

Tapi, biarpun mengetahui adanya ancaman bahaya maut untuk dirinya, Fung Koan Hweshio tak berdaya untuk mengelak ataupun memberikan perlawanan, karena waktu itu dia berada dalam pengaruh ilmu sihir tosu siluman dan tetap merangkak sambil menyalak tak hentinya !

Tangan tosu siluman itu turun meluncur kuat sekali, dia girang bukan main, sebab yakin bisa membunuh kelima hweshio ini seorang demi seorang tanpa ada kesulitan lagi, sebab kelima Hweshio itu sedang dalam pengaruh ilmu sihirnya, sehingga tak bisa memberikan perlawanan padanya. Dia yakin begitu menghantam. hancurlah batok kepala hwesio yang seorang ini.

Namun waktu dia sedang bergirang kalau karena dapat menguasai kelima orang lawannya. tak disangka-sangka dari arah samping kanannya berkelebat sesosok bayangan yang menerjang padanya, disusul dengan iganya terasa sakit dihantam telak sekali oleh telapak tangan lawan yang baru datang, sampai tubuh si tosu terhuyung-huyung ke samping beberapa langkah, baru kemudian terjatuh duduk !

Mata tosu siluman itu terbuka lebar-lebar, dia gusar dan penasaran bukan main. Gusar karena usahanya membunuh hweshio itu yang hampir berhasil telah gagal akibat pukulan orang yang baru datang, penasaran sebab dirinya dapat dirobohkan orang ini. Setelah rasa kagetnya lenyap, yang diganti oleh perasaan murka, tosu siluman itu meloncat berdiri.

Dilihatnya orang yang muncul adalah seorang nenek tua yang berdiri dengan mata bersinar tajam sekali. Dia kaget, karena seketika mengenali nenek tua itu.

"Toat-beng-sin.ciang.?!" suaranya gemetar, sekarang dia tahu lawannya merupakan tokoh sakti dalam persilatan. Dia semula hendak loncat menerjang lawan yang baru muncul ini, namun setelah mengenali bahwa yang datang adalah Toat beng-sin-ciang, nyalinya jadi ciut. Dia membatalkan maksudnya untuk menerjang.

Toat beng sin-ciang tertawa dingin. "Im-kan Tosu ! Tak kusangka kau sekarang semakin liar dan jahat. Dulu aku pernah mengampuni jiwamu sebab kau berjanji akan meninggalkan sifat-sifat jahat dan buruk untuk hidup secara baik-baik ! Tapi siapa tahu sekarang kau malah mengumbar kejahatanmu itu lebih hebat lagi ! Hemm, sekali ini aku tak akan mengampuni jiwamu!"

Im-kan Tosu tertawa dingin, perasaan kagetnya telah berkurang. Benar lima belas tahun yang lalu dia pernah runtuh di tangan Toat-beng-sin-ciang, waktu itu kepandaiannya belum mencapai tingkat tinggi seperti sekarang. Selama limabelas tahun dia melatih diri dengan rajin dan keras dia jaga mempelajari ilmu sihir.

Karena itu. biarpun agak gentar, dia tak mundur dan bahkan tertawa bergelak-gelak nyaring sekali, disusul kata katanya yang mengejek: "Hemmm, benar ! Dulu kau pernah merobohkanku dan sekarang aku mau minta pengajaranmu Iagi!"

Tanpa membuang-buang waktu lagi, badan Im kan Tosu meloncat gesit menerjang Toat-beng sin-ciang dengan sepasang tangannya menyambar memakai pukulan yang telengas dan mematikan !

Toat-ben sinciang yang tadi sudah mengikuti kelima pendeta Siao-lim-si sempat menyaksikan Im-kan Tosu mempergunakan ilmu sinirnya untuk mempengaruhi alam sadar kelima pendeta itu.

Tapi, justeru dia telah bisa menarik kesimpulan sehebat-hebatnya ilmu sihir Im-kan Tosu, tapi jika sinkangnya masih berada dibawahnya, tentu Toat-beng-sin-ciang merasa masih sanggup menghadapinya ! Dia dapat mempergunakan kekuatan sinkangnya untuk membendung pengaruh ilmu sihir tersebut, dia akan menghadapinya dengan cepat dan keras, agar tosu itu tak sempat mempengaruhinya lebih berat dengan iImu sihir.

Sekarang melihat im-kan Tosu meloncat menerjang padanya dengan sepasang tangan menyerang dahsyat, Toat-beng-sin-ciang tertawa mengejek.

"Kau benar-berar manusia yang tak bisa bertobat dan menginsyafi kekeliruanmu, kejahatan yang selama ini kau lakukan! Manusia seperti kau tampaknya sulit diajak ke jalan yang lurus dan baik-baik ! Nah, Sekarang aku tak akan berlaku kasihan lagi padamu, kau tak akan kuampuni lagi!"

Sambil berkata begitu, Toat- beng-sin-ciang mengangkat tangan kanannya, menangkis kedua tangan Im-kan Tosu, sedangkan tangan kirinya sudah meluncur kuat sekali menghantam dada lawannya. Im-kan Tosu kaget, dia berusaha menghindarkan tangan kiri lawannya yang menyambar begitu cepat dan kuat.

Dia berhasil, tapi pundaknya kena diserempet oleh tangan kiri Toat-beng-sin-cimg. sampai badan tosu siluman itu terputar-putar beberapa-kali.

Waktu dia bisa berdiri tetap lagi, matanya menyala penuh kemarahan, dia mengerang dan kedua tangannya diangkat tinggi-tinggi keatas melewati kepalanya, kemudian berseru nyaring, seperti suara raungan harimau: "Iblis-iblis di neraka turun akan membantu ku... akan memusnahkan kau.... iblis-iblis yang sangat menakutkan dan perkasa.... jumlahnya juga banyak sekali ! "

Waktu itu udara seperti dibungkus kabut, mendadak sekali terjadinya, dan sekeliling tempat itu jadi gelap. Dalam kegelapan itu tampak meloncat-loncat mengepung Toat-beng-sin-ciang makluk-makluk hitam yang keadaannya menyeramkan bukan main.

Mereka memekik dan kedua tangan diulurkan untuk mencekik Toat beng-sin ciang

Kaget juga Toat-beng-sin-ciang melihat kekuatan ilmu sihir Im-kan Tom yang sudah mencapai tingkat demikian tinggi. Tapi dia memiliki sinkang tinggi. Biarpun dia terluka hebat oleh Liong-beng kun-nya Tang San Siansu, namun obat "Menyambung Nyawa" yang ditelannya bisa bertahan untuk satu bulan, dan selama ini dia leluasa mempergunakan sinkangnya.

Tak buang waktu lagi segera Toat-beng-sin-ciang menghirup hawa udara dakam dalam, dan kemudian membentak nyaring sekali, mengibaskan kedua lengan bajunya. Seketika makluk-makluk hitam menyeramkan itu terpental jungkir balik, dan kemudian terdengar letusan, keadaan di sekitar tempat itu jadi bersih dan terang lagi, dia bisa melihat dengan jelas, tidak seperti terbungkus kabut seluruh tempat itu.

Sedangkan Im-kan Tosu menjerit dengan badannya terjengkang ke belakang, kepalanya menghantam batu gunung, sampai matanya jadi juling, saking pusingnya, dia menggerak-gerakkan kepalanya mengurangi rasa pusing dan kunang kunang matanya, mulutnya juga terbuka lebar dengan lidah terjulur keluar.

Sekali ini Toat-beng-sin-ciang tidak tanggung tanggung turun tangan, sebab badannya sudah meloncat lincah sekali, kedua tangannya menyambar. Dia menghantam bertubi-tubi dengan pukulan dahsyat, sampai angin pukulan itu bercuitan.

Im-kan-tosu mengkeret ngeri, dia tahu sinkangnya masih berada di bawah Toat-beng sin ciang, karena tadi ilmu sihirnyapun telah dapat di musnahkan oleh Toat beng-sin-ciang ! Sekarang dirinya diserang dahsyat seperti itu, angin pukulan yang bercuitan menyambar kuat sekali padanya.

Tak ada kesempatan padanya untuk menangkis, dia cuma bisa bergulingan di tanah untuk menjauhi diri. Pukulan Toat-beng-sin ciang jatuh di tempat kosong, angin pukulan itu menerjang batu gunung yang tadi terbentur dengan kepala Im-kan Tosu, seketika terdengar suara ledakan keras dan batu itu hancur berkeping keping, sebagian iagi menjadi bubuk akibat kuatnya pukulan dari Toat-beng-sin-ciang !

Muka Im-kan Tosu pucat ketika meloncat berdiri, waktu itu kelima pendeta Siao-lim-si telah sadar sepenuhnya, mereka terlepas dari pengaruh ilmu sihir tosu siluman itu, mereka murka bukan main Melihat Im kan Tosu hendak melarikan diri, kelima hwe shio Siao lim-si ini membentak dan menerjang padanya dengan diiringi pukulan-pukulan yang dahsyat kepada tosu itu.

Dan lima pukulan dahsyat telah berbareng tiba di badan lm-kan Tosu, hebat sekali, sampai terdengar suara "Desss... bukkkk dukkkkkk" berulang kali diiringi oleh jeritan menyayatkan dari Im-kan Tosu.

Badan tosu itu terhuyung-huyung mundur dengan muka pucat, mulut memuntahkan darah dan mata terbuka lebar-lebar, seperti juga biji matanya mau meloncat keluar dari rongga matanya. Sinar matanya yang sudah beku seperti juga ingin menyatakan dia tak percaya bahwa saat itu adalah saat kematian untuknya.

Setelah mempergunakan suara "krokkkk.... krokkkk...!" beberapakali di tenggorokkannya, badan Im-kan Tosa roboh terjungkel rebah di tanah tanpa napas Iagi ! Karena tadi sebelum tubuhnya roboh ke tanah napasnya sudah berhenti !

Kelima pendeta Siao-lim-si cepat-cepat menghampiri Toat-beng-sin-ciang, mereka memberi hormat. Fung Ci Hwesio cepat-cepat bilang: "Terima kasih atas pertolongan locianpwe, sehingga kami para boanpwe lolos dari tangan jahat tosu itu !"

"Sudahlah". kata Toat-beng-sin-ciang sambil tertawa dan menyuruh kelima hwe-shio itu berdiri. "Ini sudah jadi kewajibanku, karena ketua kalian adalah sahabatku! Tadi selintas kudengar percakapan kalian yang menyatakan Tang Sin Hongthio akan pergi ke kotaraja, benarkah hal itu?"

Muka kelima pendeta itu berobah, tapi mereka tak berani berbohong pada nenek ini yang jadi penolong mereka. Fung Ci hwehio segera menyahuti: "Benar locianpwe..."

"Bagus. aku ingin sekali bertemu dengannya, Mari kita melakukan perjalanan bersama ! Kalau boleh kutahu. urusan penting apakah sampai hongthio kalian turun gunung meninggalkan kuil ?"

Fung Ci Hweshio cepat-cepat memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya dalam-dalam. "Maafkanlah boanpwe yang tak bisa membicarakan urusan itu sekarang dengan locianpwe karena yang berwenang memberitahukan persoalan tersebut pada locianpwe adalah hongthio kami .... nanti jika locianpwe telan bertemu dengan hongthio tentu akan mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya."

Toat-beng-sin-cang mengangguk dan memaklumi kesulitan hweshio-hweshio ini yang tak boleh bicara sembarangan, apa lagi berkaitan dengan kepentingan hongthio mereka, dia tidak memaksa lebih jauh, cuma mengajak kelima hweshio itu untuk meninggalkan tempat tersebut.

Fung Ci Hweshio minta agar Toat beng-sin ciang menunggu dulu sebentar, dia telah pergi ke dalam goa dan ketika keluar lagi bersama beberapa anak gadis yang semuanya pucat dan berlinang air mata.

Rupanya gadis-gadis ini dikurung oleh Im-kan Tosu di dalam goa tersebut, dan diculik dari keluarga mereka masing-masing. Toat-beng-sin ciang mengomel panjang pendek mendongkol melihat kebejatan moral Im kan Tosu, saking jengkelnya dia menendang mayat Im kan Tosu, yang menggeletak kaku dan dingin di tanah.

Setelah mengembalikan gadis-gadis yang malang nasibnya itu pada keluarganya masing-masing, kelima pendeta Siao-lim si tersebut mengajak Toat-beng-sinciang menanti dulu kedatangan Tang Lu Siansu, susiokouw mereka. Toat-beng-sin-ciang tidak keberatan sambil menanti mereka bercakap-cakap tentang perkembangan di dalam dunia kangouw dewasa ini.

Tak lama kemudian Tang Lu Siansu muncul. Bukan main girangnya pendeta sakti Siao-lim-si ini bertemu dengan Toat-beng-sin-ciang. Mereka bercakap cakap dengan asyik, sehingga seperti lupa untuk melakukan perjalanan. Kelima orang murid Siao-lim-si cuma berdiam diri menanti dengan sabar.

Akhirnya Toat beng-sin-ciang menceritakan perihal dirinya yang terluka oleh pukulan Liong-beng-kun Tang San Siansu. Wajah Tang Lu Siansu berobah guram. "Justeru lolap turun gunung bersama beberapa saudara seperguruan lolap untuk mengurus persoalan murid murtad dari pintu perguruan kami, Tang San!" menjelaskan Tang Lu Siansu.

"Siapa sangka, dia semakin lama semakin mengganas, sampai lotaipo juga dilukai seperti itu ! Tapi jangan kuatir, hongthio telah berhasil untuk mengatasi penyembuhan terhadap korban pukulan tersebut. Selama empat tahun hongthio telah memeras otak dan berhasil untuk menemukan cara penyembuhannya yang terbaik dan sempurna ! Semua itu berkat ketekunan suheng lolap dalam mengatasi persoalan tersebut, di mana salah seorang dari kami juga menjadi korkan akibat pukulan Liong bengkunnya Tang San."

"Siapa di antara kalian yang terluka oleh pukulan Tang San si keparat itu ?" tanya Toat-beng-sin-ciang kaget dan heran, karena tokoh-tokoh Siao-lim-si semuanya memiliki kepandaian tinggi, juga mereka pasti mengerti jurus pukulan Liong-beng-kun, mengingat Tang San Siansu sebetulnya masih terhitung sebagian toasuheng mereka.

"Tang Bun suheng, dia terluka oleh pukulan Liong-beng-kun. karenanya hongthio berusaha menyembuhkannya dan usaha itu berhasil, biarpun harus menelan banyak tenaga dan pikiran, hasilnya sangat gemilang sekali, sekarang Tang Bun siheng telah sembuh tanpa kurang suatu apapun, padahal dulu pernah lupa diri dan pikirannya seperti menjadi buntu akibat pukulan Liong-beng-kun!"

"Luar biasa jahatnya Tang San si keparat itu !" mengutuk Toat - beng-sin-ciang. "Sampai sutenyapun dihantam dengan Liong-beng-kun!"

"Justeru dia hendak menguasai Siao lim-si. Dia ingin merampas kedudukan Hongthio. Sejak diusir dari Siao-lim-si, dia sudah bercita-cita untuk menguasai pintu perguruan kami. Siapa yang menentangnya berarti mati."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar