Cu-kongkong Cu Biau Liat
mengangguk-angguk sambil mengawasi daftar nama-nama orang gagah yang tertulis
di secarik kertas berukuran panjang itu, mukanya berseri-seri. Di depannya
berdiri dengan sikap hormat Siangkoan Giok Lin dan See-mo.
"Bagus!" kata Cu
kongkong kemudian sambil menggulung lagi daftar nama nama orang partai,
"Kau telah melakukan tugas dengan baik, Siangkoan-kisu ! Kau memang layak
menerima penghargaan tertinggi dari Hongsiang ! Nanti akan kuberitahukan pada
Hongsiang tentang jasa-jasamu, dan jika terbukti nanti seluruh usaha kita
berhasil menindas pemberontak, pasti pangkat tinggi adalah bagianmu !"
Siangkoan Giok Lin cepat-cepat
menekuk kaki kanannya berlutut mengucapkan terima kasih.
Cu kong-kong menoleh pada
See-mo, setelah memberi isyarat pada Siangkoan Giok Lin agar berdiri lagi.
"Sekarang kita sudah mendapatkan posisi sebaik-baiknya di kalangan
kangouw, baik di Utara, Barat, Selatan dan Timur ! Semua ini berkat bantuan
dari kalian! Tentu semua ini tak akan dilupakan Hongsiang.
Sekarang yang kuinginkan, Thio
Hong Gan harus ditumpas, jika memungkinkan kepalanya dibawa kemari, untuk
diperlihatkan pada Hongsiang, Selanjutnya, kalian tak usah bersusah payah lagi,
untuk menduduki salah satu jabatan penting di kerajaan ! Semuanya pasti
menerima penghargaan dari Hong-siang !"
"Baik kongkong, nanti
kami akan usahakan membawa kepala pemberontak itu !"
"Bagus... sekarang aku
ingin memberikan instruksi pada beberapa orang jenderal di perbatasan, agar
untuk sementara ini mereka pulang ke kotaraja, sebab tenaga mereka diperlukan
untuk ikut membasmi Thio Hong Gan dan pasukannya yang liar itu! Dalam waktu
tiga bulan usaha ini sudah harus berhasil, karena Hongsiang kemarin menegurku,
agar tak terlalu lama-lama menyelesaikan persoalan ini! Nah, sampaikanlah
pesanku ini pada teman-teman kalian !" Setelah berkata begitu Cu kongkong
mengibaskan tangannya, sikapnya mempersilahkan tamu-tamunya untuk berlalu.
Setelah See mo dan Siangkoan
Giok Lin keluar, Cu-kongkong seorang diri di dalam ruangan itu. Sepasang
alisnya mengkerut.
"Hemmm, manusia-manusia
liar dan kasar hendak duduk sebagai pejabat pemerintahan...! Tapi. biarlah,
untuk sementara waktu ini memang aku perlu merangkul mereka, jika segalanya
sudah selesai, mereka akan dibereskan !"
Dan Cu kong-kong tersenyum,
dia menepuk tangannya. Segera menghadap seorang pengawalnya. Dia perintahkan
memanggil Tang San Siansu. Sekarang ini memang Tang-San Siansu merupakan
satu-satunya orang yang paling diandalkan oleh Cu kongkong.
Namun sebagai seorang cerdik,
tentu saja Cu-kong-kong tahu bagaimana menguasai dan mengendalikan
"macan" ini, kalau sekali meleset saja, tentu bisa membahayakan
dirinya juga. Selain licik, Tang San Siansu diketahuinya memiliki jiwa yang
buruk sekali.
Tak lama kemudian Tang San
Siansu sudah datang menghadap. Dia memberi hormat dengan membungkukkan
tubuhnya, Cu-kongkong mempersilahkan dia duduk di kursi yang ada di depan meja
kerjanya.
"Taisu, usaha besar yang
selama ini kau lakukan telah berjalan dengan lancar. Coba sekarang kau
jelaskan, apa rencanamu selanjutnya?"
"Siao-lim-si... jika
telah dapat dihancurkan atau dikuasai, semuanya akan berjalan lebih lancar lagi
kongkong !" menyahuti Tang San Siansu. "Dalam beberapa waktu
mendatang, aku akan berusaha membasminya. Pertama-tama aku akan memaksa mereka
menyerahkan kedudukan Ciangbunjin pada Cu-ji (anak Cu), jika mereka bersikeras
dan menolak hal itu, berarti Siao-lim-si harus di bakar musnah dan seluruh
pendetanya harus dibasmi."
Cu-kong kong mengangguk-angguk
kemudian katanya: "Memang itu merupakan salah satu jalan yang cukup baik
untuk mendukung lebih lancarnya usaha besar kita ! Tapi perlu kuingatkan padamu
taisu, apakah tindakan seperti itu tak terlalu berat, apa lagi mengingat
sekarang ini usaha kita untuk menguasai orang-orang kangouw belum berhasil
sepenuhnya, yang kukuatirkan mereka akan mendapat kesan kurang baik pada kita
atas penghancuran Siao-lim-si. . ."
"Tapi kongkong harus
ingat, tidak semua orang senang pada Siao lim-si. Syukur kalau Siao-lim-si mau
baik-baik menyerah dan menyerahkan kedudukan Ciangbunjin pada Cu-ji. tapi jika
membangkang apa salahnya kita hancurkan ! inipun sebagai contoh yang sangat
baik sekali buat seluruh orang-orang persilatan agar mereka selanjutnya tidak
banyak lagak lagi dan patuh pada setiap perintah kongkong...!"
Cu Bin Liat mengangguk-angguk
sambil tertawa. "Semua ini berkat bantuan taisu, sehingga aku bisa
melaksanakan tugas dari Hongsiang dengan sebaik-baiknya ! Nah, jika memang
taisu menganggap itu merupakan salah satu jalan yang baik buat kita, siiahkan
taisu atur segalanya !"
"Terima kasih
kongkong...!" dan Tang San Siansu kemudian mengundurkan diri.
Cu Bian Liat tidak segera
meninggalkan ruang kerjanya, dia berdiam diri dengan sepasang alis yang
mengkerut, karena dia tengah berpikir keras, yang dipikirkannya adalah Tang San
Siansu.
Dan Cu Bian Liat ingin jika
saja sudah selesai menumpas Thio Hong Gan, pemimpim pemberontak itu berhasil di
tangkap atau dibawa kepalanya kehadapan-nya, maka Tang San Siansu akan
disingkirkan !
Tentu saja menyingkirkan Tang
San Siansu bukan urusan yang gampang, tapi dia mempunyai cara yang telah
tersusun baik, karena dia hendak menyingkirkan Tang San Siansu dengan cara
halus, sehingga nanti Tang San Siansu sendiri tidak akan menyadari dirinya
telah disingkirkan oleh Cu Bian Liat !
Terpikir begitu, Cu Bian Liat
tersenyum puas. Dia mengutamakan sekarang adalah cara-cara agar anaknya, Cu Lie
Seng berhasil mendapat dulu semua warisan kepandaian Tang San Siansu, setelah
tiba saatnya barulah Tang San Siansu yang dianggap bisa berbahaya itu
disingkirkan ! menunggang macan memang sulit untuk turun maupun juga untuk menyingkirkannya,
dan Cu Bian Liat tak akan bertindak tanggung-tanggung jika kelak hendak
menyingkirkan Tang San Sian-su !
-OCOO-
Cu Siauw Hoa duduk termenung
didepan jendela kamarnya menghadap keluar taman yang indah dan semarak dengan
dengan bunga-bunga beraneka macam dan warna, harum semerbak tersiar dari
bunga-bunga yang banyak tumbuh di taman tersebut.
Pikiran Siauw Hoa tidak
tenang, dia selalu teringat pada Giok Han dan Cang In Bwee, setiap kali
teringat pada kedua orang itu, hatinya semakin dibakar oleh rasa marah dan
cemburu. Rasa benci yang tumbuh di hatinya semakin lama semakin hebat juga.
Sudah merupakan tekad bulat
pada gadis bangsawan ini untuk membunuh Giok Han dan Cang In Bwee. Dia sudah
seminggu tiba di istana ayahnya, selama itu dia telah memikirkan cara-cara
terbaik untuk melenyapkan Cang In Bwee, gadis yang jadi saingannya dan berusaha
untuk menarik perhatian Giok Han.
Jika Giok Han benar-benar
mencintainya dan melepaskan Cang In Bwee, juga nanti terbukti bahwa Giok Han
lebih mencintai Siauw Hoa, maka gadis bangsawan ini tidak akan membunuhnya.
Tapi jika nanti Giok Han terbukti lebih mencintai In Bwee, tak ada pilihan
lain, dia akan membunuh Giok Han juga dengan cara apapun !
Dia tengah mempertimbangkan,
untuk mengirim puluhan orang Gi-lim-kun dan Kim-ie-wi yang berkepandaian
tinggi, untuk mencari Giok Han dan Cang In Bwee dan membunuh kedua orang itu,
cuma saja mengingat kepandaian Giok Han sangat tinggi, gadis bangsawan ini
ragu-ragu kembali.
Dia tahu, jika mengirim
orang-orang berkepandaian tanggung, niscaya Giok Han tak berhasil diganggu.
Cang In Bwee biarpun memiliki kepandaian di bawah Giok Han, tetap saja sulit
dibunuh selama dia bersama-sama dengan Giok Han, sebab Giok Han akan
melindunginya.
Satu-satunya jalan adalah
minta pada Tang San Siansu, guna memimpin beberapa orang berkepandaian tinggi,
supaya pergi membunuh Cang In Bwee dan kalau perlu membunuh Giok Han sekalian.
Rasa benci yang sudah membakar
hati dan jiwa Siauw Hoa demikian hebatnya, sehingga dari rasa mencintai
akhirnya berobah menjadi rasa benci yang begitu hebat. Selama belum bisa
membuat Giok Han dan Gang In Bwe hancur, dia belum puas.
Selama seminggu itulah Siauw
Hoa tenggelam dalam keragu-raguan. Dia memang sebetulnya ingin mengadukan
pengalamannya itu pada ayahnya, yang pasti bisa mengirim orang-orang
berkepandaian tinggi untuk menangkap Giok Han dan Cang In Bwee yang dicap oleb
Siauw Hoa sebagai "pemberontak-pemberontak", namun sejauh itu dia
masih malu untuk menceritakan pengalamannya itu pada ayahnya!
Sebagaimana lazimnya
gadis-gadis Iain, demikian juga keadaan Siauw Hoa yang merasa malu kalau harus
menceritakan isi hati yang sebenarnya pada ayahnya.
Karena itu selama seminggu
Siauw Hoa masih diliputi keraguan dan belum bisa memastikan tindakan apa yang
hendak dilakukan.
Sebetulnya, sebagai puteri
bangsawan yang paling berkuasa seperti Cu-kongkong, Siauw-Hoa tidak kekurangan
orang-orang muda yang bisa dipilih menjadi suaminya. Tetapi sejauh itu, dari
sekian banyak putera-putera pembesar kerajaan maupun bangsawan yang coba
mendekatinya, tak seorangpun yang menarik perhatian Siauw Hoa.
Memang gadis ini selalu
bergaul dengan lincah dan manis terhadap orang muda manapun juga, namun sejauh
itu masih terbatas sebagai sahabat biasa saja. Umumnya orang-orang muda itu
memperlihatkan sikap menjilat dan coba-coba memanggil hatinya dengan berbagai
sikap yang dibuat-buat.
Hal ini yang tak menyenangkan
hati Siauw Hao. Terlebih lagi umumnya orang-orang muda itu berusaha mendekati
Siauw Hoa lebih banyak terdorong oleh keinginan menjadi mantu Cu-kongkong orang
kedua yang paling berkuasa setelah Kaisar di seluruh kerajaan tersebut !
Berbeda dengan Giok Han, orang
muda itu benar-benar menarik hati dan juga telah merebut hati Siauw Hoa,
sehingga gadis bangsawan ini mencintainya. Namun cintanya itu terbentur pada
keadaan yang begitu pahit, dimana Giok Han ternyata mencintai Cang In Bwee!
Hal ini membuat Siauw Hoa jadi
marah dan penasaran, dia sebetulnya ingin memperlihatkan betapapun sebagai
puterinya Cu-kongkong dia sangat berkuasa dan bisa saja memaksa Giok Han
menjadi suaminya dengan memanfaatkan kekuasaan ayahnya.
Cuma saja, sebagai gadis
umumnya, rasa harga dirinya jauh lebih menang dari cintanya, karena dia merasa
begitu rendah kalau harus menghiba-hiba pada Giok Han, untuk memperoleh
cintanya! Dia tak mau memaksa Giok Han untuk mencintainya!
Sejak kecil Siauw Hoa sudah
demikian dimanjakan, dan siapapun memperlakukannya dengan hormat. Sekarang Giok
Han ternyata tak mencintainya, betapa sakit hatinya. Bahkan dengan telinganya
sendiri didengar Giok Han mencintai Cang In Bwee, kenyataan yang membuat
perasaan terluka !
Baru sekali ini signdis merasa
kecewa dan sedih, mengapa Giok Han tak mencintainya, padahal sebelumnya
demikian banyak orang muda yang berusaha mengejar cinta Siauw Hoa dan gsdis ini
umumnya memperlihatkan sikap masa bodo pada orang-orang muda itu !
Memang cinta sulit dibilang
juga, dapat datang kapan saja, di mana saja dan tanpa memandang tingkat dan
golongan. Karena itu Siauw Hoa sendiri sering menyesali dirinya, mengapa dia
harus mencintai Giok Han, sehingga sekarang perasaannya demikian menderita oleh
cintanya tersebut.
Waktu itu, dia tengah berusaha
mencari jalan untuk melampiaskan penasaran-penasaran maupun kecewanya.
Terkadang didorong oleh emosinya dia hendak menbunuh Giok Han dan Cang In Bwee,
agar kedua orang muda itu mengetahui siapa dia sebenarnya, yang memiliki
kekuasaan demikian besar.
Tapi, dilain waktu Siauw Hoa
diliputi rasa rindu yang demikian besar, mendambakan sikap lembut dan kasih
sayang Giok Han, mengharapkan cinta pemuda itu. Segala macam perasaan
berkecamuk menyiksa perasaan Siauw Hoa.
Dia telah mempertimbangkan dan
memikirkannya selama seminggu itu, tapi tak juga berhasil untuk memutuskan
tindakan apa yang harus ditempuhnya.
Justeru hari ini sejak pagi
tadi dia duduk mematung di depan jendela kamarnya dengan wajah murung, tubuhnya
akhir-akhir ini juga semakin kurus, sebab seperti gadis-gadis lain yang sedang
jatuh cinta dan kemudian patah hati sebab mengetahui laki-laki yang dicintainya
itu ternyata mencintai orang lain, gadis lain yang dibencinya bukan main !
Geregetan Siauw Hoa.
Rasanya dia ingin menjambak
rambut In Bwee dan mengunyeng-ngunyengnya membenturkan kepala In Bwee pada
tembok sampai pecah, atau memakinya habis-habisan sebagai gadis tidak tahu malu
!
Tapi apa yang dapat
dilakukannya ? Dia tak berhasil mmghina In Bwee. Gadis itu juga memiliki
kepandaian tinggi, Giok Han juga membela In Bwee ! Dan rasa bencinya semakin
meluas pada In Bwee dan Giok Han !
Di depannya Giok Han begitu
berani memperlihatkan bahwa dia memihak In Bwee, tak sedikitpun memperlihatkan
bahwa dia membela dirinya, sehingga sebagai puteri bangsawan perasaannya
tersinggung sekali.
Sangat penasaran, karena
banyak pemuda yang patuh dan tunduk padanya, diperintah apa saja olehnya pasti
akan dipatuhi oleh pemuda-pemuda lainnya dengan senang hati! Tapi Giok Han
tidak ! I lnilah yang membuat Siau-Hoa semakin penasaran.
Apa yang harus dilakukannya ?
Memberitahukan ayahnya agar In Bwee dan Giok Han di cap sebagai pemberontak dan
ditangkap kemudian di jatuhi hukuman mati? Tidak. Giok Han sangat dicintainya,
tak rela Siauw Hoa kalau laki-laki yang dicintainya harus mati karena dihukum
ayahnya ! Tapi Giok Han begitu kurang ajar, dia begitu berani membela In Bwee,
bahkan mencintai In Bwee!
Oohhh, Siauw Hoa benar-benar
bingung mengambil keputusan untuk dilakukan selanjutnya. Semakin tenggelam
dalam rencana-rencananya yang selalu membingungkannya untuk menentukan cara apa
untuk melampiaskan kemarahan hatinya, hati Siauw Hoa semakin tersiksa oteh
cintanya yang gagal itu.
Bayangan wajah Giok Han
semakin sering menganggu pikirannya. Makan tak lezat dan minum tak menyegarkan!
Selalu murung.
Mendadak Siauw Hoa dikagetkan
oleh masuknya seorang pelayannya, yang melaporkan gurunya datang berkunjung.
Dengan wajah tetap murung Siauw Hoa menyambut kedatangan gurunya ke ruang tamu.
Di sana tampak duduk
Bwee-sim-mo li, ketika melihat wajah muridnya yang begitu muram, Bwee-sim-mo li
tertawa. "Oooh, anak manis, mengapa tampaknya begitu bersedih hati ?
Siauw Hoa menjatuhkan dirinya
duduk di depan gurunya. Memang sebagai gadis bangsawan, Siauw Hoa maupun Cu Lie
Seng tak pernah menjalankan penghormatan pada guru-guru mereka. Namanya saja
sebagai guru, tapi kedudukan Bwee-sim-mo li maupun Tang San Siansu, sebagai
guru-guru darl kedua putera-puteri Cu-kongkong ini tak lebih kedudukannya dari
pelayan-pelayan mereka!
"Suhu. aku sedang
jengkel!" memberitahukan Siauw Hoa cemberut.
"Apa yang kau jengkelkan
?" tanya Bwee-sim-moli tertawa. "Biasanya kau anak manis yang periang
yang hidup bahagia sekali. Sekarang mengapa jadi berobah seperti nenek-nenek
saja cemberut seperti itu?"
Siauw Hoa melirik para gurunya,
ragu-ragu untuk menceritakan apa yang tengah dialaminya. Namun, gadis ini yang
tak mempunyai pelarian untuk menceritakan kesusahan hatinya pada orang lain,
toh akhirnya bercerita juga tentang perasaan maupun isi hatinya.
"Wah Wah itu urusan yang
mudah sekali, tinggal kau kisiki ayahmu, urusan jadi beres."
Siauw Hoa menggeleng, katanya.
"Jika dia tahu aku yang mencelakai perempuan tak tahu malu itu, pasti dia
benci sekali padaku..."
"Baiklah Siauw Hoa, jika
kau berpendapat begitu, apakah tidak lebih bagus kalau diam-diam kita pergi
membunuh perempuan tak tahu malu yang jadi sainganmu itu?"
"Tapi dia memiliki
kepandaian tidak rendah, kami pernah bertempur dan aku tak berhasil
merobohkannya!" menjelaskan Siauw Hoa dengan muka tetap murung.
"Ohhh ?" alis Bwee
sim-mo li mengkerut. "Siapa gadis yang jadi sainganmu itu?"
"Dia disebut-sebut
bermarga Cang In Bwee..." memberitahukan Siauw Hoa terpaksa sekali, karena
sebetulnya untuk menyebut nama Cang In Bwee sangat dibencinya
"Cang In Bwee ? Murid
siapa ? Siapa gurunya?"
"Aku tidak begitu jelas,
suhu !"
"Lalu siapa orang muda
yang kau cintai itu ?"
"Dia . .. bilang namanya
Giok Han .. .!"
Alis Bwee-sim mo-li mengkerut,
dia bilang: "Apakah pemuda yang berwajah tampan dan memiliki tubuh tegap
dengan senyumnya yang selalu menghiasi bibir, usianya baru dua puluh tahun
?"
"Aku tidak tahu jelas
umurnya, tapi... tapi memang dia sangat tampan ! Apakah suhu pernah bertemu
dengannya ?"
"Bwee-sim-mo-li memandang
ragu-ragu pada muridnya, sampai akhirnya dia bilang: "Kalau memang tidak
keliru, dia itu musuh ayahmu ! Musuh yang tangguh sekali ! Dia bergelar
Liong-kak-sin-hiap, satu-satunya orang yang membuat Tang San Siansu jadi pusing
kepala, karena kepandaian orang muda itu memang hebat sekali, sangat tangguh
dan bahkan memiliki semacam ilmu yang bisa menandingi
"Liong-beng-kun" Tang San Siansu ! Dia musuh besar ayahmu, yang
berusaha untuk membunuh ayahmu...!"
Kaget Siauw Hoa, matanya yang
bening dan indah sampai terbuka besar-besar.
"Benarkah itu suhu ?
Oooh, kumohon padamu suhu, jangan memberitahukan tentang Giok Han pada ayah,
kalau dia ditangkap oleh orang-orang ayah, terjatuh ke dalam tangan ayah...
ooohhh, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan dialaminya...!"
Bwee-sim-moli tersenyum.
"Siauw Hoa, kau jangan kuatir, aku bukan seorang yang suka membicarakan
urusan yang tidak-tidak pada ayahmu... aku tak akan membuka rahasia hatimu pada
ayahmu ! Juga kau harus tahu, untuk menangkap pemuda itupun tidak terlalu
mudah, karena kepandaiannya sangat tinggi! Sekarang begini saja, aku akan
membantumu, agar cintamu itu tercapai, tapi engkau juga harus berjanji
membantuku melakukan suatu urusan..!"
Siauw Hoa jadi girang, mukanya
berseri-seri, dia loncat dan mencekal kedua tangan gurunya.
"Benarkah suhu mau
membantuku ?" tanyanya dengan penuh harapan. "Apakah suhu mempunyai
cara yang baik agar dia meninggalkan perempuan tak tahu malu itu dan
mencintaiku ?"
Bwee-sim-moli mengangguk
sambil tersenyum, "Tentu saja aku bisa membantumu, apa susahnya untuk
menolongmu keluar dari kesulitan yang satu ini? Biarpun dia tangguh, tapi
banyak jalan untuk menguasainya ! Bukan bicara besar, apakah gurumu ada
potongan sebagai manusia gentong nasi yang tidak punya guna ?"
Siauw Hoa. "Suhu sangat lihai
berkepandaian tinggi, siapa yang berani main gila di-depan suhu ? Juga, aku
yakin kalau suhu mau menolongku turun tangan terhadap urusanku niscaya
segalanya akan beres tanpa ada rintangan ! Apa rencana suhu...?"
"Sabar sabar anak manis.
Kau harus berjanji dulu padaku bahwa kaupun harus melakukan sesuatu membantuku
menyelesaikan suatu persoalan ! Kau bersedia ?"
"Tentu! Katakanlah, apa
yang harus kulakukan untukmu, suhu ?" tanya Siauw Hoa tidak sabar lagi.
"Aku dengan senang hati akan membantumu, suhu !"
Bwee-sim mo-li tersenyum, dia
menarik tangan muridnya agar duduk, lebih dekat." Sudah lama aku minta
pada Tang San Siansu agar dia memberitahukan kouwhoat jurus jurus pukulan
"Liong-beng-kun"nya, tapi sejauh itu dia masih tetap tak mau
memberitahukannya, karena dia seakan-akan hanya berjanji kosong saja. Belum
lama yang lalu dia berjanji, setelah tiba di kotaraja akan memberitahukan
bunyinya kouwhoat jurus pukulan "Liong-beng kun" kepadaku, namun
setelah sampai di sini selama beberapa hari, dia tetap bungkam tak menepati
janjinya, selalu pura-pura sibuk sehingga tak ada kesempatan untuk
memberitahukan padaku kouwhoat jurus pukulan tersebut!"
"Lalu, apakah aku harus
membujuk Tang San suhu supaya memberitahukan kouwhoat jurus pukulan andalannya
itu padamu, suhu?" tanya Siauw Hoa tidak sadar. "Aku akan berusaha
membujuknya, agar dia mau memberi tahukan teori-teori jurus pukulannya
itu!"
Bwee sim-mo li menggeleng.
"Tidak mungkin dia
menuruti keinginanmu dan memberitahukan kouwhoatnya itu padaku". Tapi aku
ada jalan lain, dan ini memerlukan bantuanmu ! Kalau memang kau sungguh-sungguh
mau membantuku, tentu semuanya jadi beres."
"Aku bersedia membantumu,
suhu, tapi, dengan cara bagaimana ?"
"Kakakmu, Cu Lie Seng,
adalah murid kesayangan Tang San Siansu, bukan ?" tanya Bwee-sim-mo-li.
Siauw Hoa mengangguk.
"Hal itu bukankah suhupun sudah mengetahui sejak dulu?" dia balik
bertanya.
"Benar! Tapi justeru
sekarang kuncinya berada di tangan kakakmu itu ! Cu Lie Seng sudah berhasil
mempelajari seluruh jurus Liongbeng-kun, karenanya kau hanya berusaha
membujuknya agar dia memberitahukan bunyinya kouwhoat jurus pukulan
"Liongbeng-kun", nanti memberitahukan juga padaku ! Yang terpenting
buatku adalah bunyinya kouwboat jurus pukulan itu, tanpa perlu gerakannya
ataupun cara-cara melatihnya.
Cukup asal kau bisa mengetahui
bunyinya kouwhoat jurus pukulan tersebut hal itu sudah lebih dari cukup, kau
harus berusaha membujuk kakakmu itu memberitahukan kouwboat jurus pukulan
"Liong-beng-kun" itu padamu sehingga dia mau memberitahukan selengkap-lengkapnya,
Sekali-sekali janganlah kau beritahukan bahwa kau melakukan semua ini untuk
kepentingan diriku, beritahukan saja pada Cu Lie Seng bahwa kau sendiri yang
ingin mengetahui bunyinya kouwkoat jurus pukulan Liong-beng-kun. Jika kau
menerangkan padanya semua ini demi kepentinganku, niscaya Cu kongcu tak mau
memberitahukan kouwkoatnya itu ! Mengertilah kau Siauw Hoa?"
Siauw Hoa sangat cerdas, dia
segera dapat menangkap maksud gurunya tersebut.
"Aku tahu, tentu suhu
menginginginkan kakakku itu menyangka aku sendiri yang hendak mendengar
kouwkoat jurus pukulan "Liong-beng-kun" itu bukan? Nah aku paham,
tentu setelah mendengar dan mengetahui bunyi kouwhoat tersebut, kau akan
menciptakan semacam ilmu silat yang ampuh untuk mengimbangi Liong-beng-kun itu.
Bukankah begitu suhu ?"
Bwee-sim mo-li tersenyum
sambil mengangguk. "Sungguh kau murid yang sangat cerdas dan pintar! Benar
apa yang kau katakan, aku bermaksud untuk menciptakan semacam ilmu silat yang
bisa merobohkan dan menghadapi Liong beng kun, agar Tang San Siansu tidak
terlalu bertingkah dan merasa cuma dia saja yang mempunyai kepandaian tinggi
serta tidak memandang mata padaku! Tentu kau sendiri tersinggung kalau gurumu
dipandang rendah oleh Tang San Siansu, bukan ?"
Siauw Hoa mengangguk sambil
tersenyum.
"Baiklan suhu, kau jangan
kuatir, aku akan membujuk Sengko supaya dia memberitahukan bunyi kouwhoat jurus
Liong-beng-kun" gurunya, aku jamin dia akan memberitahukannya, karena dia
sangat sayang padaku... Tapi, kau juga harus membantuku sungguh-sungguh, agar
dia... dia... menemuiku...!"
"Giok Han, maksudku ?
Jangan kuatir ! Aku sudah berjanji dan tak akan menarik janjiku itu ! Kau tahu,
aku dengan mudah bisa membunuh gadis yang jadi kekasih Giok Han, kemudian kita
menempuh berbagai cara untuk lebih mendekati Giok Han. Bukankah iru cara yang
sangat baik ? Tanpa ada sainganmu itu, tentu perhatian Giok Han tertumpah
padamu !"
Setelah seminggu bermurung
diri, baru sekarang Siauw Hoa tampak pulih kegembiraannya. Dengan lincah dia
telah bilang: "Baiklah suhu... aku yakin jika memang kau yang membantuku,
pasti urusan jadi beres..."
"Tapi kau juga jangan
lupa bahwa aku memerlukan bantuanmu dan harus mendapatkan kouwhoat jurus
pukulan "Liong-beng-kun" Tang San Siansu lewat mulut kakakmu!"
Siauw Hoa mengangguk, timbul
harapan baru di hatinya bahwa ia bisa mempengaruhi Giok Han, sehingga orang
muda itu mau mencintainya sepenuh hati.
Dia juga yakin, jika memang
gurunya turun tangan, jangan harap Cang In Bwee bisa hidup lebih lama, pasti
gurunya bisa membunuh Cang In Bwee dengan mudah...!
OOOO
Angin berhembus dingin dan
keras, daun-daun kering terbang terbawa hembusan angin. Tapi Toat beng-sin
ciang tidak merasakannya hal itu, dia cuma merasa menderita karena sekujur
tubuhnya seperti juga menjadi copot-copot ngilu dan tulang-tulangnya seperti mau
terlepas satu dengan yang lainnya.
Ketika ia membuka matanya,
yang pertama-tama dirasakannya adalah rasa panas yang seperti membakar sekujur
tubuhnya, bahkan dari tubuhnya telah mengepul asap yang cukup tebal terhembus
buyar. Itu disebabkan tubuh Toat-beng-sin ciang terlalu panas dan telah
menyebabkan dia berada dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar, napasnya
juga memburu keras sekali, itulah disebabkan lukanya yang terlalu hebat.
Dia juga berada dalam keadaan
mengigau, mulutnya tak hentinya menggumam mengucapkan sesuatu. Tadi dia jatuh
pingsan dan sudah berlangsung berapa lama barulah tersadar.
Dari semak belukar di samping
kanannya mendadak loncat dua sosok tubuh, hinggap di samping Toat- beng sin
ciang, dua laki laki berwajah kasar penuh dengan kumis dan jenggot. "Huh
huh huh-huh, nenek-nenek tua renta yang sudah akan mampus!" menggumam yang
seorang, yang hidungnya terlalu mancung seperti paruh burung, apa lagi mulutnya
yang monyong itu lancip, menambah lucu mukanya yang berkumis dan berjenggot
lebat. "Nenek-nenek tua renta seperti mana mempunyai barang berharga
?"
Toat beng-sin-ciang melirik,
tapi dia tak berdaya untuk menggerakkan tangannya, sekujur tubuhnya sakit luar
biasa, tulang- tulangnya seperti telah copot semuanya membuat dia cuma
menggeletak tak berdaya, padahal dia tahu kedua orang ini pasti perampok atau
penjahat yang sering mengganggu keamanan orang-orang yang lewat di tempat
tersebut.
Kawan yang hidungnya seperti
paruh burung, yang telinganya besar sekali melebihi ukuran normal. "Kukira
tak ada salahnya kita periksa sakunya, siapa tahu dia menyimpan barang yang
cukup berharga?"
Si hidung seperti paruh burung
setuju. Mereka berdua jongkok untuk memeriksa saku baju Toat beng-sin-ciang.
Bukan main gusar Toat-beng-sin-ciang. Biasanya dia seorang nenek sakti
berkepandaian tinggi dan tak ada seorangpun berani buat bersikap kurang ajar,
apalagi untuk menggeledah sakunya.
Namun dia dalam keadaan tidak
berdaya, ketika kedua orang itu memeriksa saku bajunya. Toat beng-sin ciang
tidak bisa berbuat apa-apa.
Seluruh barang yang ada
didalam sikunya dikeluarkan kedua orang itu, mereka tampak kecewa, sebab selain
botol-botol obat, tak terdapat barang apapun juga.
Satu tail uangpun tak ada
didalam kantong nenek tua renta ini Saking mendongkolnya yang hidungnya seperti
paruh burung telah memaki kalang-kabutan tadinya hendak menempeleng kepala Toat
beng-sin-ciang, yang waktu itu cuma bisa mengawasi tanpa beriaya untuk mencegah
perbuatan orang kedua tersebut.
Tapi, saat itu kawannya telah
mencekal tangannya dan katanya. "Lihatlah botol-bo-tol ini penuh dengan
obat-obat, mungkin ini obat mujarab, yang berharga, kita bisa menjualnya ketoko
obat sehingga jadi uang..
Cepat-cepat si hidung seperti
paruh burung menyambar sebuah botol, dia girang karena mendengar perkataan
temannya, memiliki harapan lagi. Dibuka tutup botol dan mengendus-endusnya,
Tersiar harum semerbak dari dalam botol "Obat apa harum semerbak seperti
ini? jangan-jangan ini cuma bubuk-bubuk pewangi masakan saja !". gumam si
hidung seperti paruh burung.
Botol di tangannya di serahkan
kepada temannya, yang ikut mengendus-endusnya, kemudian mengerutkan alisnya.
"Harum tapi bahunya tak enak, sangat aneh sekali...!" gumam temannya
itu.
Tapi baru saja dia bilang
begitu tubuhnya tahu-tahu terjungkel rubuh, matanya mendelik, tubuhnya
kelojotan dan kulit badannya telah berobah hitam, tenggorokannya seperti
tercekik dan napasnya putus seketika !
Si hidung seperti paruh burung
tadi cuma mengendus-endus tiga kali, sendangkan kawannya sampai delapan kali.
Dia tidak roboh, karena dia cuma mencendus sedikit ha wa bercaun didalam botol
itu. waktu melihat kawannya roboh terjungkel berkelojotan serta sekujur
tubuhnya berobah hitam, si hidung seperti paruh burung jadi kaget setengah
mati, seketika dia bisa menduga penyebab kecelakaan kawannya itu.
Dia cepat-cepat menggosok
hidungnya berulangkali, karena menduga bubuk didalam botol itu adalah bubuk
racun. Tapi terlambat baru saja dia menggosok dua kali hidungnya, badannya
sudah sempoyongan kemudian roboh terjungkel berkelojotan seperti juga yang
dialami oleh kawannya, matanya mendelik, mulutnya berbusa, kemudian mengejang
kaku karena lehernya seperti di cekik kuat sampai napasnya susah. Hanya terdengar
suara "krokkkkk...krokkkk ! " beberapa kali dari lehernya, kemudian
diam tak ber gerak lagi, kaku dan dingin karena jiwanya telah melayang....
Toat-beng sin-ciang menngawasi
kedua orang itu yang menemui ajalnya sebab menciumi botol racunnya, dan dia
bersukur bahwa kedua orang itu telah mengeluarkan seluruh botol-botolnya. Dia
jadi ingat obat untuk "Menyambung Nyawa" yang dimilikinya.
Demikian mujarabnya obat
tersebut sehingga jika seseorang menderita sakit parah tapi asal masih
bernapas, kalau menelan pil obat ini niscaya tertolong jiwanya !
Tapi sulitnya Toat
beng-sin-ciang tak bisa menggerakkan tangan dan kakinya, sekujur tubuhnya kaku,
sedangkan di tempat itu tidak terdapat orang lain yang bisa dimintai
pertolongannya. Toat-beng-sin-ciang mati-matian berusaha mengerahkan seluruh
sisa tenaganya, tapi tangannya tetap tak bisa digerakkan, tak mematuhi
perintahnya lagi.
Kedua tangannya seperti sudah
tak memiliki tenaga sedikitpun juga. Toat-beng-sin ciang mengeluh dan menyesal
setengah. Jika tadi sebelum pingsan dia ingat akat akan obatnya itu, niscaya
keadaannya tidak separah ini... sedangkan sekarang biarpun dia melihat botol
obatnya itu menggeletak tidak darinya dia tidak bisa mengambilnya, tidak
menelan pil manjurnya itu... dia cuma bisa mengawasi, karena beberapakali
usahanya untuk menggerakkan kedua tangannya sama sekali tidak berhasil.
Akhirnya Toat-beng-sin ciang
putus asa. dia rebah dengan satu harapan di tempat itu lewat seseorang, yang
bisa dimintai pertolongannya buat mengambilkan botol obatnya itu
Waktu berlalu ... entah berapa
lama Toat-beng-sin-ciang rebah tak berdaya di situ, bahkan sekujur tubuhnya
tambah sakit-sakit, seperti disayat-sayat. Toat-beng sin ciang juga menggidik,
karena dia tahu jika seorang korban pukulan "Liong-beng-kun" tidak
cepat-cepat memperoleh pengobatan yang tepat, niscaya syaraf-syarafnya secara
perlahan-lahan akan saling putus, dan jika sampai syaraf pusat di tengkuknya
terputuskan juga, seterusnya dia tak ada gunanya hidup... dia selain menjadi
manusia lumpuh juga akan hilang pikirannya, menjadi orang yang tolol, dan tak
tahu apa-apa...!
Keringat dingin mengucur deras
membasahi tubuh Toat-beng-sin ciang, dia jadi mengharapkan benar di tempat itu
lewat seseorang...
Seekor burung gagak Iewat
memekik mengeluarkan suaranya yang serak, sang magrib sudah mendatang,
sebentar, lagi keadaan disitu akan gelap dan habislah harapan Toat-beng-sin
ciang bahwa di tempat ini akan lewat seseorang yang bisa dimintai
pertolongannya...
Dalam keadaan putus asa
sererti itulah, sebagai seorang yang telah terjepit, sehingga berada dalam
keadaan ancaman mati dan hidup, Toat-beng-sin-ciang tiba-tiba terpikir sesuatu,
yaitu tentang latihan sinkangnya yang belum lama lalu diciptakannya, tapi belum
dirarnpungkannya, latihan tenaga dalam pada pusarnya, untuk membangkitkan hawa
murninya dalam dirinya.
Seperti orang yang tengah
terjepit dalam ancaman kematian, maka otaknya akan jauh lebih terang dab selalu
ada saja jalan terakhir yang bisa ditempuh buat menyelamatkan dirinya. Demikian
juga halnya dengan Toat-beng sin ciang sudah lama dia rebah di situ, sejauh itu
dia tak ingat latihan sinkangnya yang istimewa itu, dan baru teringat setelah
dia berada dalam keadaan putus asa.
Cepat-cepat Toat
beng-sin-ciang memejamkan matanya dan mengerahkan tenaga dipusarnya, berusaha
membangkitkan hawa murni dan tenaga hidup di dalam dirinya. Biarpun dia belum
melatihnya selesai tenaga sinkang tersebut, namun dia telah cukup tinggi
memiliki latihan sinkang, dia seorang tokoh persilatan, tak mengherankan begitu
dia memusatkan sinkang dari hawa tantian (pusar)nya, segera dia merasakan
sebuah bola api panas yang berputar-putar di perutnya, dan seluruh isi perutnya
menjadi hangat, seperti menggelinding naik ke ulu hati, menghangati sekitar
tempat itu.
Saat itulah kedua tangan
Toat-beng-sin-ciang dapat digerakkan lagi, walaupun dengan kaku !
Tidak buang waktu lagi
Toat-beng-sin ciang segera menyambar botol obat "Menyambung Nyawa'nya, dia
membuka tutup botol dan mengeluarkan enam butir pil yang berwarna merah darah,
menelannya dengan bantuan air ludahnya.
Sebetulnya, buat seseorang
yang menderita sakit berat, cukup menelan tiga butir pil itu, tapi sekarang
Toat-beng-sin ciang menginginkan tenaganya bisa pulih sebagian dalam waktu
singkat, sekaligus telah menelan enam butir pil itu.
Berangsur-angsur rasa sakit
yang menyerang sekujur tubuhnya berkurang, dia juga sudah dapat menggerakkan
kedua kaki dan tubuhnya, dia lompat bangun dan berdiri dengan terhuyung-huyung.
Segera Toat-beng-sin-ciang duduk lagi bersemedhi dia memusatkan tenaga
sinkangnya untuk memiilihkan kesehatan tubuhnya.
Dengan bantuan enam butir pil
itu, sementara dia bisa membendung arus akibat pukulan Li-ong-beng-kun Tan San
Siansu yang tadi menguasai dirinya, dia bisa mempertahankan hidupnya sedikitnya
satu bulan, tanpa perlu kuatir menderita cacad. Dalam sebulan itu dia pun
memiliki kesempatan untuk menyembuhkan dirinya dari luka tersebut. Sebagai
seorang ahli menggunakan racun dan obat-obatan, maka dia akan berusaha untuk
menyembuhkan sendiri dirinya.
Di samping itu Toat -
beng-sin-ci-ang juga sudah bertekad dalam sebulan ini untuk pergi mencari Tang
San Siansu, mengadu jiwa dengannya, untuk mati bersama-sama !
Setelah mengerahkan
singkangnya beberapa saat dan tubuhnya mulai segar kembali, Toat-beng-sin-ciang
memunguti botol-botol obat dan botol-botol racun yang tadi diberantakan oleh
kedua orang perampok tak bernama itu. Dia menyimpan dalam sakunya lagi,
bermaksud untuk meninggalkan tempat ini guna mencari Tang San Siansu.
Tapi, melangkah belum begitu
jauh mendadak dia mendengar dari balik gerombolan pohon ada beberapa orang yang
sedang bercakap-cakap dengan suara perlahan sekali, suara langkah kaki mereka
ringan sekali.
Diam-diam Toat beng sin-ciang
terkejut dan heran? siapakah orang-orang itu? Kalau musuh, tentu keadaan
seperti ini tak menguntungkan. Keadaan Toat-beng-sin-ciang belum pulih
keseluruhannya dan jelas tak mungkin dia melakukan pertempuran yang berat,
hanya akan menyebabkan luka dirinya kumat menjadi hebat kembali.
Dia segera menyelinap kebalik
sebatang pohon dan bersembunyi di situ, mengawasi ke arah gerombolan pohon,
dari mana didengar suara orang bercakap-cakap itu.
"Suheng, siluman itu
pandai ilmu sihir, kita harus waspada!" kata yang seorang dengan suara
perlahan.
"Ya, kita tak perlu
kuatir terhadap ilmu sihirnya, kalau kita tak membiarkan diri kita dikuasai
oleh ilmu sihir, dengan sinkang yang kuat pasti dapat menghadapi siluman
itu!"
Suara langkah kaki itu semakin
dekat dan kemudian tampak muncul beberapa orang pendeta berpakaian serba
kuning, kepala batok dan mata tajam. Langkah kaki mereka ringan, semuanya
berjumlah lima orang.
Yang membuat
Toat-beng-sin-ciang terkejut dikenalinya kelima pendeta itu adalah
pendeta-pendeta Siao limsi! Siapakah siluman yang mereka maksudkan? Apa yang
hendak mereka lakukan terhadap siluman itu? Ilmu sihir apakah yang dimiliki
siluman itu sehingga membuat para pendeta itu agar gentar ?
"Suheng," terdengar
pendeta yang satunya bilang lagi. "Lebih baik kita bersabar dulu, nanti
setelah Tang Lu Susiok tiba barulah kita satroni siluman itu, pasti dengan
mudah dapat kita basmi !"
Hweshio yang dipanggil suheng
itu menggeleng. "Jumlah kita berlima, tak mungkin kita kalah oleh siluman
itu ! Tang Lu Susiok tiba malam ini, dan bersama dengannya kita hendak
melakukan perjalanan ke kotaraja, sehingga kita tak mempunyai waktu lagi,
sehari sebelumnya hongthio telah berpesan pada malaman Ce it bulan ini kita
sudah harus berada di kotaraja, berkumpul dengan yang lainnya. Waktu yang
dijanjikan itu tinggal empat hari dan dan tempat ini menuju ke kotaraja jika
dilakukan dengan perjalanan siang malam, memerlukan waktu empat hari. Marilah
sekarang juga kita cari-siluman itu.. kukira kita berlima cukup untuk
membassminya...!"
"Baiklah!" adik
seperguruannya setuju, dan kelima pendeta Siao li Iim-si itu pergi ke arah
barat.
Toat-beng-sin-ciang kaget
bukan main bercampur girang. Tang Lu Siansu dari Siao-lim si telah turun gunung
dan akan pergi ke kotaraja? Tentu pendeta sakti itu hendak mencari Tang San
Siansu ! Juga mendengar percakapan beberapa pendeta tadi, jelas di kotarajapun
akan datang tokoh-tokoh Siao-lim-si lainnya, karena dapat ditarik kesimpulan dari
percakapan pendeta-pendeta tadi, hongthio Siao-lim si, yaitu Tang Sin Siansu
juga akan datang ke kotaraja, pada malaman Ce-it mereka akan saling bertemu
disana!
Jika tidak menghadapi urusan
yang sangat penting sekali, hongthio Siao-limsi tak akan turun gunung. Sekarang
Tang Sin Siansu telah turun gunung, pasii urusan yang tengah diurus para
pendeta Siao lim-si itu merupakan urusan sangat penting!
Toat-beng-sin-ciang selain
girang, juga jadi tegang. Dia tak tahu urusan penting apa yang tengah dihadapi
Siao-lim-si. Perasaan ingin tahunya apa yang dilakukan kelima pendeta Siao
lim-si itu terhadap yang disebutnya siluman, membuat Toat beng-sin-ciang
diam-diam mengikuti dari jarak tertentu di belakang kelima pendeta-pendeta itu.
Dia memiliki ginkang sangat tinggi, maka kelima pendeta itu tak mengetahui
bahwa diri mereka sedang dibayangi seseorang.
Ternyata kelima pendeta itu
adalah pendeta-pendeta muda Siao Iim si dari tingkat Fung. Masing-masing
bernama Ci, Koan, Liang, Cu dan Toan. Yang tadi dipanggil dengan sebutan
suheng, kakak seperguruan, adalah Fung Ci Hweshio.
Kelima pendeta ini memang
sedang melakukan perjalanan ke kotaraja, dan mereka diperintahkan menunggu Tang
Lu Siansu di tempat itu karena Tang Lu Siansu melakukan perjalanan belakangan
dari mereka dan nanti bersama-sama berangkat te kotaraja.
Tetapi siapa tahu waktu Fung
Ci Hweshio berlima sampai ditempat ini siang tadi, mereka telah mendengar
cerita penduduk bahwa akhir-akhir ini di tempat tersebut muncul seorang siluman
yang jahat sekali dan pandai menggunakan ilmu sihir. Siluman itu berpakaian
sebagai seorang tosu dan tak berhasil ditangkap penduduk sebab dia terlalu
tangguh, bahkan belasan orang penduduk telah dibikin terluka parah, empat orang
mati waktu melakukan pengeroyokan.
Siluman itu setiap malam
menyatroni rumah-rumah penduduk, untuk memperkosa anak isteri orang, atau juga
menculik gadis-gadis berusia balasan tahun. Hal ini sudah berlangsung hampir
tiga bulan dan penduduk di sekitar tempat itu tak berdaya untuk mengatasi
kejahatan siluman tersebut, mereka hanya hidup dalam ketakutan.
Tak kepalang marahnya Fung Ci
Hweshio berlima mendengar cerita penduduk. Mereka menanyakan tempat bersembunyi
siluman itu dan saat ini juga mereka hendak menyatroni siluman itu untuk
membasminya.
Mereka yakin, dengan
kepandaian yang mereka miliki dan juga berjumlah lima orang, pasti bisa
menghadapi siluman tersebut. Tak ada perasaan gentar sedikitpun pada mereka,
biarpun mendengar siluman jahat itu pandai sekali ilmu sihirnya.
Sebetulnya kelima pendeta
Siao-lim si ini minta seorang penduduk uniuk mengantarkan mereka ke tempat
bersembunyi siluman tersebut, tapi tak ada seorangpun dari penduduk yang berani
mengantarkan, mereka kuatir kelima pendeta ini gagal mengusir siluman itu,
walaupun Fung Ci Hweshio berlima sudah menjamin mereka pasti berhasil mengusir
siluman itu, tetap saja tak ada seorangpun dan penduduk yang bersedia jadi
penunjuk jalan.
Mereka cuma memberitahukan
tempat persembunyian siluman itu di sebuah goa yang ada ditebing di sebelah
selatan lembah. Maka terpaksa kelima pendeta Siao lim-si ini berangkat tanpa
penunjuk jalan.
Tak lama kemudian mereka telah
berada di lembah sebelah selatan dan mencari cari goa yang dimaksud penduduk
kampung sebagai terapat bersembunyi siluman jahat itu.
Ternyata goa yarg dimaksud
penduduk sekitar tempat itu sebagai tempat bersembunyi siluman jahat adalah goa
yang cukup besar dan luas, letaknya cukup tinggi belasan tumbak di tebing yang
sulit untuk didaki oleh orang biasa. Kelima pendeta Siao lim-si ini hati-hati
mendekati goa itu, mereka mengambil sikap waspada.
Tetapi belum lagi Fang Ci
Hweshio atau pendeta-pendeta lainnya berseru untuk memanggil keluar siluman
itu, sudah terdengar suara tertawa bergelak-gelak menyeramkan.
"Manusia-manusia tak tahu
mampus, apakah kedatangan kalian kemari hendak mengantarkan jiwa kalian?"
suara itu mengguntur menyeramkan sekali, menggemparkan sekitar tempat itu.
Alis Fang Ci Hweshio berlima
jadi mengkerut. Suara seruan itu demikian nyaringnya, jelas "siluman"
itu mempergunakan sinkang waktu bicara, sehingga suaranya bisa bergema seperti
itu.
Melihat kenyataan ini, segera
para pendeta Siao-lim si semakin yakin bahwa apa yang dinamakan siluman itu tak
lebih hanya seorang manusia biasa, cuma saja memiliki kepandaian dan dengan
kepandiannya itu dia melakukan berbagai perbuatan jahat, sedangkan penduduk
sekitar tempat itu menyangka bahwa orang tersebut adalah siluman, yang dapat
pergi dan datang begitu cepat. Tentu orang itu mempergurakan ginkangnya yang
tinggi.
"Sahabat, keluarlah !
Marilah kita bicara." teriak Fung Ci Hweshio setelah merangkapkan kedua
tangannya memuji kebesaran Sang Buddha. "Kami murid-murid Siao-lim si
ingin bicara denganmu !"
"Hah hah hah hah ! "
Meledak tawa nyaring di dalam goa. "Tak kusangka murid-murid Siao-lim si
demikian usil ingin mencampuri urusan orang lain! Apakah kalian sudah bosan
hidup sehingga berani, mencampuri urusan denganku? Jika kalian tidak cepat-cepat
angkat kaki meninggalkan tempat ini, jangan menyesal jika aku bertindak tanpa
menghormati Siao lim si lagi !"
Fung Ci Hweshio tersenyum, dia
semakin yakin bahwa yang bersembunyi didalam goa itu tak lebih hanya seorang
manusia. "Sahabat." katanya kemudian, "Marilah kita bicara
secara baik-baik, kami cuma ingin memberikan nasehat kepadamu agar menghentikan
semua perbuatanmu yang tak terpuji itu, dan berhenti mengganggu ketenteraman
penduduk sekitar tempat ini."
Tidak terdengar jawaban hanya
sesosok bayangan melesat keluar dari dalam gua dan menuruni tebing dengan
lincah menunjukkan ginkang orang itu tinggi sekali. Sekejap saja dia sudah
berada di depan kelima pendeta Siao lim-si.
Fung Ci Hweshio dan
pendeta-pendeta lainnya segera melihat bahwa yang disebut sebagai siluman itu
tak lain hanyalah seseorang yang selalu berpakaian tosu berusia antara lima
puluh tahun, mukanya lancip segi tiga, matanya seperti mata elang, tajam licik
sekali, memancarkan tabiatnya yang jahat.
"Sahabat, apakah kau yang
selama ini mengganggu ketenteraman penduduk?" menegasi Fung Ci Hwesio
setelah mengawasi sejenak tosu tersebut.
"Benar ! Aku yang telah
mengambil anak gadis mereka, untuk dipersembahkan kepada dewaku !"
menyahuti Tosu itu jumawa sekali "Apakah kalian dari Siao-lim-si sudah tak
memiliki kesibukan lain, membuat kalian jadi sempat mengurusi persoalan
ini?" Sikap dan kata-katanya jelas mengejek dan tidak memandang sebelah
mata pada kelima pendeta tersebut, sedikitpun dia tidak gentar.
Fung Ci hweshio merangkapkan
kedua tangannya. "Siancai, sebetulnya lolap tak mau mencampuri urusan
orang lain, tapi urusan sekali ini berhubungan dengan penduduk, yang merasa
diganggu ketenteratnan hidup mereka. Perbuatan jahat yang kau lakukan juga
sudah Iuber, terlalu jahat dan tidak terpuji ! Kalau memang kau tak mau insyaf
dan meninggalkan perbuatan terkutuk itu. kami terpaksa bertindak untuk
membasmimu, yang sama saja dengan membasmi kejahatan !"
"Hah hah hah !"
Tertawa tosu itu dengan suara keras sampai tubuhnya bergoyang-goyang. Waktu itu
matanya yang memang tajam menakutkan semakin bersinar seakan hendak menikam
jantung kelima pendeta Siao-lim-si tersebut. "Kalian hendak membasmiku ?
Apakah kalian memiliki kesanggupan itu ?"
"Siancai, lolap akan
mencobanya jika memang kau tak mau juga menyadari kekeliruanmu yang selama ini
melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk tersebut !"
Tiba-tiba sekali, tanpa
menunggu selesai perkataan Fung Ci Hweshio, tangan kanan tosu itu sudah
menyambar kuat sekali hendak menyambret jubah di dada si pendeta. Tangannya
seperti cakar elang bercuitan menyambar tajam pada sasarannya.
Untung saja Fung Ci Hweshio
tangguh, kepandaiannya tinggi, dia bisa mengelakkan sambaran tangan tosu
tersebut. Dengan mengibaskan lengan jubah sebelah kanan Fung Ci Hweshio
berusaha menyampok tangan tosu itu.
Tapi tosu tersebut keburu
menarik pulang tangannya, kemudian dia menyerang lagi dengan hantaman kedua
telapak tangannya. Fung Ci Hweshio sekali ini tak berhasil untuk mengelakkan,
terpaksa dia menangkis.
Tenaga dalam yang keluar dari
kedua telapak tangan tosu itu kuat sekali, karena begitu dua tenaga saling
bentur seketika tubuh Fung Ci Hweshio terhuyung mundur dua langkah, sedangkan
tosu itu masih berdiri di tempatnya, cuma badannya saja yang tergoyang-goyang
namun kuda-kuda kedua kakinya sama sekali tidak berobah.
Dalam satu kali gebrakan itu
segera Fung Ci Hweshio maupun tosu siluman itu sudah dapat menarik kesimpulan
tentang kepandaian lawan mereka. Fung Ci Hweshio sendiri kaget, karena tak
disangkanya tosu yang dianggap sebagai siluman oleh penduduk di sekitar tempat
iiu adalah orang yang berkepandaian tinggi, bahkan lebih tinggi kekuatan
lwekangnya dari Fung Ci Hweshio sendiri !
Keempat pendeta Siao lim-si
lainnya berdiri diam tak membantui. Memang menjadi satu pantangan buat
pendeta-pendeta Siao lim-si melakukan pengeroyokan terhadap seorang lawan,
selama tidak membahayakan jiwa kawan mereka.
Waktu itu tosu tersebut sudah
meraung dan loncat ke depan mendesak Fung Ci Hweshio dengan beberapakali
pukulan kedua tangannya saling susul, angin pukulannya kuat sekali, memaksa
Fung Ci Hweshio sementara itu cuma berkelit dan mengelakkan pukulan-pukulan
lawannya tanpa bisa melakukan serangan balasan.
Tapi, setelah lewat enam
jurus. Fung Ci Hweshio memperoleh kesempatan melakukan pukulan balasan ke dada
lawannya, memaksa tosu itu loncat kesamping kanan dan tak mendesak Fung Ci
Hweshio lebih jauh.
Tosu itu tak mau
memperkenalkan diri dan tanpa bicara sepatah katapun sudah loncat maju lagi
menyerang pada Fung Ci Hweshio. Setiap pukulannya disertai dengan pekik
menyeramkan. Tangannya berkelebat-kelebat sangat dahsyat, membuat keempat
saudara seperguruan Fung Ci Hweshio mengerutkan alis mereka, karena setiap
jurus pukulan tosu itu merupakan ilmu silat yang sesat, mengandung hawa
kematian dan haus darah !
Fung Ci Hweshio sekarang tidak
sungkan-sungkan lagi mengeluarkan kepandaiannya, karena tadi dia masih
ragu-ragu untuk turun tangan dengan ilmu andalannya. Sekarang setelah melihat
lawannya demikian tangguh, mau tak mau dia harus menghadapinya dengan sebaik
mungkin, jika tidak pasti jiwanya melayang di tangan tosu itu!
Kedua orang ini bertempur seru
sekali, tubuh mereka berkelebat-kelebat sangat gesit, sehingga merupakan
bayangan saja yang berkelebat sebentar ke kanan dan kiri, sekali-sekali
terdengar pekik menyeramkan tosu tersebut. Tapi, lewat dua puluh jurus lebih,
tampak jelas Fung Ci Hwesio jatuh di bawah angin dan dia mulai terdesak oleh
pukulan-pukulan tosu siluman, membuat empat orang pendeta Siao-lim-si lainnya
mulai kuatir untuk keselamatan Fung Ci Hweshio.
Fung Koan dan Fung Liang
Hweshio ingin loncat maju membantui Fung Ci Hweshio, tapi Fung Cu Hweshio telah
menahan mereka, bisiknya "Kalau tidak diperlukan benar, kita jangan
melakukan pengeroyokan padanya !"
"Tapi dia iblis jahat
yang harus dibasmi, yang selalu mengganggu ketentraman penduduk !" bantah
Fung Koan Hweshio.
"Benar, tapi jangan
sampai dia nanti bilang Siao lim-si cuma pandai main keroyokan ! "
Fung Koan Hweshio dan Fung
Lian Hwesio membatalkan maksud mereka untuk membantui Fung Ci Hwssio, yang
waktu itu tengah sibuk menghadapi berbagai pukulan-pukulan dahsyat dari tosu
siluman tersebut.
Rupanya tosu siluman itu
sedikitpun tak mau memberikan kesempatan kepada lawannya melakukan serangan
balasan, sebab gencar sekali kedua tangannya memukul dan menampar dengan
diiringi lwekang yang kuat.
Fung Ci Hwesio diam-diam
mengeluh, dia harus mengakui tenaga lwekang lawannya memang berada di atasnya,
maka tak ada jalan lain, terpaksa dia mencabut pedangnya. Tangannya meraba
pinggangnya dan tampak di tangannya sudah tercekal sebatang pedang pendek.
Pedang itu berkelekat
bergulung-gulung seperti naga yang sedang mengamuk, sinarnya seperti membungkus
tosu siluman itu dengan berbagai tikaman maupun tabasan. Tosu siluman itu
kaget, dia meloncat mundur meloloskan diri dari libatan pedang Fung Ci Hwesio.
Kemudian dia tertawa
bergelak-gelak dengan suara nyaring. "Bagus rupanya kau hendak
mengandalkan senjata untuk merebut kemenangan! Baiklah !" Setelah berkata
begitu, kedua tangannya diangkat tinggi-tinggi melewati kepalanya, mulutnya
komat-kamit membaca sesuatu, kemudian matanya bersinar tajam sekali, waktu Fung
Ci Hwesio coba menikam lagi, saat itulah tosu siluman berkata cukup nyaring:
"Lihatlah, ular di tanganmu akan menggigit lehermu !"
Seruan tosu siluman itu bukan
seruan biasa saja, karena dia mempergunakan tenaga ilmu sihirnya untuk
menguasai kesadaran Fung Ci Hwesio. Dan Fung Ci Hwesio kaget tak terkira,
pedangnya yang semula merupakan logam tajam berkilauan, sekarang telah berobah
menjadi seekor ular yang meliuk-liuk dan kepalanya siap menyambar akan
menggigit lehernya! Tidak kepalang kagetnya Fung Ci Hwesio, dia sampai
melemparkan pedangnya jatuh ke tanah!
Keempat pendeta lainnya heran
melihat Fung Ci Hweshio, mereka melihat pedang ditangan Fung Ci Hweshio
dibuang. Sedangkan Fung Ci Hweshio yang memandang heran betapa pedangnya yang
berobah menjadi ular itu melata meliuk-liuk di tanah !Itulah di sebabkan dia di
pengaruhi oleh ilmu sihir tosu siluman itu yang sudah mempengaruhi penglihatan
Fung Ci Hweshio, sehingga pedang yang menggeletak ditanah saja masih tampak
sebagai seekor ular yang sedang merayap dengan tubuh meliuk-liuk.
Tosu siluman itu tidak tinggal
diam saja, kedua tangannya menyambar, karena tubuhnya sudah loncat ke depan
Fung Ci Hweshio dia menghantam kepala dan dada Hweshio tersebut. Pukulan ini
mematikan telengas sekali karena mengandung kekuatan lwekang yang tangguh.
Fung Ci Hweshio yang sedang
terheran-heran atas kejadian aneh tadi, melihat menyambarnya pukulan yang
sangat berbahaya itu, cepat-cepat dia mengelak. Tosu siluman itu sambil
mengulangi pukulannya telah komat-kamit bergumam lagi: "Seekor anjing akan
menyalak, keempat kakinya ditekuk dan merayap merangkak di atas tanah ! Kau
adalah seekor anjing... kau seekor anjing... kau merangkak dan menyalak . .
!"
Kepala Fung Ci Hweshio
berdenyut, hatinya terguncang kuat sekali, dia heran seperti ada suatu kekuatan
gaib yang menguasainya, yang memaksa dia untuk merangkak dan berteriak. Tapi,
sebagai manusia gemblengan di pintu perguruan lurus Siao lim-si, pengaruh jahat
itu tidak segera berhasil sepenuhnya, karena Fung Ci Hweshio segera memusatkan
konsentrasinya, mengerahkan sinkangnya, dia berusaha melawan kekuatan gaib yang
coba menguasai jalan pikirannya.
Waktu itu Tosu siluman telah
meloncat sambil menghantam lagi dengan kedua tangannya.
Pada batok kepala Fung Ci
Hweshio. Sedangkan saat itu Fung Ci Hweshio tengah mengerahkan sinkangnya untuk
melawan pengaruh gaib yang memaksa dia untuk merangkak dan menyalak seperti
seekor anjing, sehingga tak mungkin dia memecah perhatiannya untuk menangkis
pukulan tosu siluman tersebut. Keadaannya benar-benar terancam bahaya yang
tidak kecil.
Fang Koan Hweshio tidak sabar
lagi, dia telah loncat menerjang tosu itu, yang pandai sekali mempergunakan
ilmu sihirnya. Fung Cu Hweshio, Fung Toan Hweshio dan Fung Lian Hwesio juga
sudah loncat menerjang tosu siluman tersenut. sebab mereda kuatir Fung Ci
Hweshio benar-benar sudah tak berdaya menghadapi ilmu sihir si tosu siluman,
sehingga tak bisa menjauhi diri dari pukulan mematikan lawannya tersebut.
Mereka serentak menyerang tosu siluman itu dari berbagai jurusan.
Tosu siluman itu tidak gentar,
bahkan tertawa-tawa mengejek dan meloncat loncat ke sana kemari. Tiba-tiba dia
berteriak nyaring sekali, seperti juga suara teriakannya itu hendak
menggoncangkan bumi dan meruntuhkan tebing di lembah tersebut. Pohon pohon
seperti bergoyang menimbulkan keresekan pada daun daunnya yang saling
bergesekan akibat getaran gaib yang terjadi dari teriakan nyaring tosu siluman
tersebut.
Kemudian dengan suara nyaring
tosu itu berseru lagi. "kalian adalah anjing-anjing rendah yang merangkak
dan menyalak ! Ayo merangkak ! Ayo merangkak !"
Keempat hwesio yang tengah
menerjang maju menyerang si tosu jadi kages, jantung mereka berdegup aneh, juga
merasa kiri mereka masing-masing dikuasai oleh pengaruh gaib. Belum lagi mereka
bisa melakukan sesuatu untuk memusatkan sinkang masing-masing mengadakan
perlawanan terhadap ilmu sihir tosu itu, tiba-tiba kedua kaki mereka Sudah
menekuk dan tanpa mereka inginkan telah memutuhi perintah tosu siluman itu.
kelima hwesio Siao-lim-si itu
berlutut, kemudian dibantu oleh kedua tangan mereka, kelima pendeta itu
merangkak di tanah..!
Tosu siluman itu mengangkat
lagi kedua tangannya diiringi seruannja: "Sebagai anjing anjing geladak,
menyalaklah kalian ! Menyalaklah ! Menyalaklah yang keras ! Ayo, menyalak
!"
Kelima pendeta itu tahu mereka
berada dalarr pengaruh ilmu sihir tosu itu, biarpun mereka sedang dalam
pengaruh gaib ilmu sihir tosu tersebut, pikiran mereka sadar dan terang. Mereka
tidak mau menuruti "perintah" tosu itu agar menyalak, namun mulut
mereka tak lagi bisa dikendalikan oieh mereka sebab kelima pendeta dari Siao
lim-si itu di-luar keinginan mereka telah menyalak-nyalak sambil merangkak di
tanah!
Tosu siluman itu tertawa
bergelak-gelak, disusul "perintahnya yang nyaring: "Ayo menyalak lagi
! Merangkak lagi ! Menyalak ! Ayo menyalak!" Sambil berseru nyaring dengan
muka bengis dia menghampiri Fung -Kang Hweshio, tangan kanannya diangkat, dia
mau menghantam kepala Fung Koan Hweshio yang sedang merangkak dan menyalak.
Kaget setengah mati Fung Koan
Hweshio, dia mengeluh. Pikiran sadarnya tahu dirinya dalam ancaman bahaya tak
enteng, karena begitu telapak tangan tosu siluman itu turun menghantam batok
kepalanya, maka habislah riwayatnya, dia akan mati dengan kepala pecah
berantakan.
Tapi, biarpun mengetahui
adanya ancaman bahaya maut untuk dirinya, Fung Koan Hweshio tak berdaya untuk
mengelak ataupun memberikan perlawanan, karena waktu itu dia berada dalam
pengaruh ilmu sihir tosu siluman dan tetap merangkak sambil menyalak tak
hentinya !
Tangan tosu siluman itu turun
meluncur kuat sekali, dia girang bukan main, sebab yakin bisa membunuh kelima
hweshio ini seorang demi seorang tanpa ada kesulitan lagi, sebab kelima Hweshio
itu sedang dalam pengaruh ilmu sihirnya, sehingga tak bisa memberikan perlawanan
padanya. Dia yakin begitu menghantam. hancurlah batok kepala hwesio yang
seorang ini.
Namun waktu dia sedang
bergirang kalau karena dapat menguasai kelima orang lawannya. tak
disangka-sangka dari arah samping kanannya berkelebat sesosok bayangan yang
menerjang padanya, disusul dengan iganya terasa sakit dihantam telak sekali
oleh telapak tangan lawan yang baru datang, sampai tubuh si tosu
terhuyung-huyung ke samping beberapa langkah, baru kemudian terjatuh duduk !
Mata tosu siluman itu terbuka
lebar-lebar, dia gusar dan penasaran bukan main. Gusar karena usahanya membunuh
hweshio itu yang hampir berhasil telah gagal akibat pukulan orang yang baru
datang, penasaran sebab dirinya dapat dirobohkan orang ini. Setelah rasa
kagetnya lenyap, yang diganti oleh perasaan murka, tosu siluman itu meloncat
berdiri.
Dilihatnya orang yang muncul
adalah seorang nenek tua yang berdiri dengan mata bersinar tajam sekali. Dia
kaget, karena seketika mengenali nenek tua itu.
"Toat-beng-sin.ciang.?!"
suaranya gemetar, sekarang dia tahu lawannya merupakan tokoh sakti dalam
persilatan. Dia semula hendak loncat menerjang lawan yang baru muncul ini,
namun setelah mengenali bahwa yang datang adalah Toat beng-sin-ciang, nyalinya
jadi ciut. Dia membatalkan maksudnya untuk menerjang.
Toat beng sin-ciang tertawa
dingin. "Im-kan Tosu ! Tak kusangka kau sekarang semakin liar dan jahat.
Dulu aku pernah mengampuni jiwamu sebab kau berjanji akan meninggalkan
sifat-sifat jahat dan buruk untuk hidup secara baik-baik ! Tapi siapa tahu
sekarang kau malah mengumbar kejahatanmu itu lebih hebat lagi ! Hemm, sekali
ini aku tak akan mengampuni jiwamu!"
Im-kan Tosu tertawa dingin,
perasaan kagetnya telah berkurang. Benar lima belas tahun yang lalu dia pernah
runtuh di tangan Toat-beng-sin-ciang, waktu itu kepandaiannya belum mencapai
tingkat tinggi seperti sekarang. Selama limabelas tahun dia melatih diri dengan
rajin dan keras dia jaga mempelajari ilmu sihir.
Karena itu. biarpun agak
gentar, dia tak mundur dan bahkan tertawa bergelak-gelak nyaring sekali,
disusul kata katanya yang mengejek: "Hemmm, benar ! Dulu kau pernah
merobohkanku dan sekarang aku mau minta pengajaranmu Iagi!"
Tanpa membuang-buang waktu
lagi, badan Im kan Tosu meloncat gesit menerjang Toat-beng sin-ciang dengan
sepasang tangannya menyambar memakai pukulan yang telengas dan mematikan !
Toat-ben sinciang yang tadi
sudah mengikuti kelima pendeta Siao-lim-si sempat menyaksikan Im-kan Tosu
mempergunakan ilmu sinirnya untuk mempengaruhi alam sadar kelima pendeta itu.
Tapi, justeru dia telah bisa
menarik kesimpulan sehebat-hebatnya ilmu sihir Im-kan Tosu, tapi jika
sinkangnya masih berada dibawahnya, tentu Toat-beng-sin-ciang merasa masih
sanggup menghadapinya ! Dia dapat mempergunakan kekuatan sinkangnya untuk
membendung pengaruh ilmu sihir tersebut, dia akan menghadapinya dengan cepat dan
keras, agar tosu itu tak sempat mempengaruhinya lebih berat dengan iImu sihir.
Sekarang melihat im-kan Tosu
meloncat menerjang padanya dengan sepasang tangan menyerang dahsyat,
Toat-beng-sin-ciang tertawa mengejek.
"Kau benar-berar manusia
yang tak bisa bertobat dan menginsyafi kekeliruanmu, kejahatan yang selama ini
kau lakukan! Manusia seperti kau tampaknya sulit diajak ke jalan yang lurus dan
baik-baik ! Nah, Sekarang aku tak akan berlaku kasihan lagi padamu, kau tak
akan kuampuni lagi!"
Sambil berkata begitu, Toat-
beng-sin-ciang mengangkat tangan kanannya, menangkis kedua tangan Im-kan Tosu,
sedangkan tangan kirinya sudah meluncur kuat sekali menghantam dada lawannya.
Im-kan Tosu kaget, dia berusaha menghindarkan tangan kiri lawannya yang menyambar
begitu cepat dan kuat.
Dia berhasil, tapi pundaknya
kena diserempet oleh tangan kiri Toat-beng-sin-cimg. sampai badan tosu siluman
itu terputar-putar beberapa-kali.
Waktu dia bisa berdiri tetap
lagi, matanya menyala penuh kemarahan, dia mengerang dan kedua tangannya
diangkat tinggi-tinggi keatas melewati kepalanya, kemudian berseru nyaring,
seperti suara raungan harimau: "Iblis-iblis di neraka turun akan membantu
ku... akan memusnahkan kau.... iblis-iblis yang sangat menakutkan dan perkasa....
jumlahnya juga banyak sekali ! "
Waktu itu udara seperti
dibungkus kabut, mendadak sekali terjadinya, dan sekeliling tempat itu jadi
gelap. Dalam kegelapan itu tampak meloncat-loncat mengepung Toat-beng-sin-ciang
makluk-makluk hitam yang keadaannya menyeramkan bukan main.
Mereka memekik dan kedua
tangan diulurkan untuk mencekik Toat beng-sin ciang
Kaget juga Toat-beng-sin-ciang
melihat kekuatan ilmu sihir Im-kan Tom yang sudah mencapai tingkat demikian
tinggi. Tapi dia memiliki sinkang tinggi. Biarpun dia terluka hebat oleh
Liong-beng kun-nya Tang San Siansu, namun obat "Menyambung Nyawa"
yang ditelannya bisa bertahan untuk satu bulan, dan selama ini dia leluasa
mempergunakan sinkangnya.
Tak buang waktu lagi segera
Toat-beng-sin-ciang menghirup hawa udara dakam dalam, dan kemudian membentak
nyaring sekali, mengibaskan kedua lengan bajunya. Seketika makluk-makluk hitam
menyeramkan itu terpental jungkir balik, dan kemudian terdengar letusan,
keadaan di sekitar tempat itu jadi bersih dan terang lagi, dia bisa melihat
dengan jelas, tidak seperti terbungkus kabut seluruh tempat itu.
Sedangkan Im-kan Tosu menjerit
dengan badannya terjengkang ke belakang, kepalanya menghantam batu gunung,
sampai matanya jadi juling, saking pusingnya, dia menggerak-gerakkan kepalanya
mengurangi rasa pusing dan kunang kunang matanya, mulutnya juga terbuka lebar
dengan lidah terjulur keluar.
Sekali ini Toat-beng-sin-ciang
tidak tanggung tanggung turun tangan, sebab badannya sudah meloncat lincah
sekali, kedua tangannya menyambar. Dia menghantam bertubi-tubi dengan pukulan
dahsyat, sampai angin pukulan itu bercuitan.
Im-kan-tosu mengkeret ngeri,
dia tahu sinkangnya masih berada di bawah Toat-beng sin ciang, karena tadi ilmu
sihirnyapun telah dapat di musnahkan oleh Toat beng-sin-ciang ! Sekarang
dirinya diserang dahsyat seperti itu, angin pukulan yang bercuitan menyambar
kuat sekali padanya.
Tak ada kesempatan padanya
untuk menangkis, dia cuma bisa bergulingan di tanah untuk menjauhi diri.
Pukulan Toat-beng-sin ciang jatuh di tempat kosong, angin pukulan itu menerjang
batu gunung yang tadi terbentur dengan kepala Im-kan Tosu, seketika terdengar
suara ledakan keras dan batu itu hancur berkeping keping, sebagian iagi menjadi
bubuk akibat kuatnya pukulan dari Toat-beng-sin-ciang !
Muka Im-kan Tosu pucat ketika
meloncat berdiri, waktu itu kelima pendeta Siao-lim-si telah sadar sepenuhnya,
mereka terlepas dari pengaruh ilmu sihir tosu siluman itu, mereka murka bukan
main Melihat Im kan Tosu hendak melarikan diri, kelima hwe shio Siao lim-si ini
membentak dan menerjang padanya dengan diiringi pukulan-pukulan yang dahsyat
kepada tosu itu.
Dan lima pukulan dahsyat telah
berbareng tiba di badan lm-kan Tosu, hebat sekali, sampai terdengar suara
"Desss... bukkkk dukkkkkk" berulang kali diiringi oleh jeritan
menyayatkan dari Im-kan Tosu.
Badan tosu itu
terhuyung-huyung mundur dengan muka pucat, mulut memuntahkan darah dan mata
terbuka lebar-lebar, seperti juga biji matanya mau meloncat keluar dari rongga
matanya. Sinar matanya yang sudah beku seperti juga ingin menyatakan dia tak
percaya bahwa saat itu adalah saat kematian untuknya.
Setelah mempergunakan suara
"krokkkk.... krokkkk...!" beberapakali di tenggorokkannya, badan
Im-kan Tosa roboh terjungkel rebah di tanah tanpa napas Iagi ! Karena tadi
sebelum tubuhnya roboh ke tanah napasnya sudah berhenti !
Kelima pendeta Siao-lim-si
cepat-cepat menghampiri Toat-beng-sin-ciang, mereka memberi hormat. Fung Ci
Hwesio cepat-cepat bilang: "Terima kasih atas pertolongan locianpwe,
sehingga kami para boanpwe lolos dari tangan jahat tosu itu !"
"Sudahlah". kata
Toat-beng-sin-ciang sambil tertawa dan menyuruh kelima hwe-shio itu berdiri.
"Ini sudah jadi kewajibanku, karena ketua kalian adalah sahabatku! Tadi
selintas kudengar percakapan kalian yang menyatakan Tang Sin Hongthio akan
pergi ke kotaraja, benarkah hal itu?"
Muka kelima pendeta itu
berobah, tapi mereka tak berani berbohong pada nenek ini yang jadi penolong
mereka. Fung Ci hwehio segera menyahuti: "Benar locianpwe..."
"Bagus. aku ingin sekali
bertemu dengannya, Mari kita melakukan perjalanan bersama ! Kalau boleh kutahu.
urusan penting apakah sampai hongthio kalian turun gunung meninggalkan kuil
?"
Fung Ci Hweshio cepat-cepat
memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya dalam-dalam. "Maafkanlah
boanpwe yang tak bisa membicarakan urusan itu sekarang dengan locianpwe karena
yang berwenang memberitahukan persoalan tersebut pada locianpwe adalah hongthio
kami .... nanti jika locianpwe telan bertemu dengan hongthio tentu akan
mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya."
Toat-beng-sin-cang mengangguk
dan memaklumi kesulitan hweshio-hweshio ini yang tak boleh bicara sembarangan,
apa lagi berkaitan dengan kepentingan hongthio mereka, dia tidak memaksa lebih
jauh, cuma mengajak kelima hweshio itu untuk meninggalkan tempat tersebut.
Fung Ci Hweshio minta agar
Toat beng-sin ciang menunggu dulu sebentar, dia telah pergi ke dalam goa dan
ketika keluar lagi bersama beberapa anak gadis yang semuanya pucat dan
berlinang air mata.
Rupanya gadis-gadis ini
dikurung oleh Im-kan Tosu di dalam goa tersebut, dan diculik dari keluarga
mereka masing-masing. Toat-beng-sin ciang mengomel panjang pendek mendongkol
melihat kebejatan moral Im kan Tosu, saking jengkelnya dia menendang mayat Im
kan Tosu, yang menggeletak kaku dan dingin di tanah.
Setelah mengembalikan
gadis-gadis yang malang nasibnya itu pada keluarganya masing-masing, kelima
pendeta Siao-lim si tersebut mengajak Toat-beng-sinciang menanti dulu
kedatangan Tang Lu Siansu, susiokouw mereka. Toat-beng-sin-ciang tidak
keberatan sambil menanti mereka bercakap-cakap tentang perkembangan di dalam
dunia kangouw dewasa ini.
Tak lama kemudian Tang Lu
Siansu muncul. Bukan main girangnya pendeta sakti Siao-lim-si ini bertemu
dengan Toat-beng-sin-ciang. Mereka bercakap cakap dengan asyik, sehingga
seperti lupa untuk melakukan perjalanan. Kelima orang murid Siao-lim-si cuma
berdiam diri menanti dengan sabar.
Akhirnya Toat beng-sin-ciang
menceritakan perihal dirinya yang terluka oleh pukulan Liong-beng-kun Tang San
Siansu. Wajah Tang Lu Siansu berobah guram. "Justeru lolap turun gunung
bersama beberapa saudara seperguruan lolap untuk mengurus persoalan murid murtad
dari pintu perguruan kami, Tang San!" menjelaskan Tang Lu Siansu.
"Siapa sangka, dia
semakin lama semakin mengganas, sampai lotaipo juga dilukai seperti itu ! Tapi
jangan kuatir, hongthio telah berhasil untuk mengatasi penyembuhan terhadap
korban pukulan tersebut. Selama empat tahun hongthio telah memeras otak dan
berhasil untuk menemukan cara penyembuhannya yang terbaik dan sempurna ! Semua
itu berkat ketekunan suheng lolap dalam mengatasi persoalan tersebut, di mana
salah seorang dari kami juga menjadi korkan akibat pukulan Liong bengkunnya
Tang San."
"Siapa di antara kalian
yang terluka oleh pukulan Tang San si keparat itu ?" tanya
Toat-beng-sin-ciang kaget dan heran, karena tokoh-tokoh Siao-lim-si semuanya
memiliki kepandaian tinggi, juga mereka pasti mengerti jurus pukulan
Liong-beng-kun, mengingat Tang San Siansu sebetulnya masih terhitung sebagian
toasuheng mereka.
"Tang Bun suheng, dia
terluka oleh pukulan Liong-beng-kun. karenanya hongthio berusaha
menyembuhkannya dan usaha itu berhasil, biarpun harus menelan banyak tenaga dan
pikiran, hasilnya sangat gemilang sekali, sekarang Tang Bun siheng telah sembuh
tanpa kurang suatu apapun, padahal dulu pernah lupa diri dan pikirannya seperti
menjadi buntu akibat pukulan Liong-beng-kun!"
"Luar biasa jahatnya Tang
San si keparat itu !" mengutuk Toat - beng-sin-ciang. "Sampai
sutenyapun dihantam dengan Liong-beng-kun!"
"Justeru dia hendak
menguasai Siao lim-si. Dia ingin merampas kedudukan Hongthio. Sejak diusir dari
Siao-lim-si, dia sudah bercita-cita untuk menguasai pintu perguruan kami. Siapa
yang menentangnya berarti mati."