Perintah itu segera
dilaksanakan, kedua tangan wanita itu diikat oleh seutas tambang, begitu juga
pinggangnya yang diikat oleh seutas tambang lainnya. Cuma kedua kakinya yang
dibiarkan tak terikat.
"Seret mereka!"
perintah si perwira, kuda yang ditunggangi segera diputar untuk mengajak
pasukannya meninggalkan tempat itu. Sedangkan di kejauhan satu dua orang
penduduk menyaksikan dengan perasaan sedih dan takut melihat tindakan para
tentara kerajaan yang demikian sadis dan ganas.
Cun Siang dan wanita itu,
kedua-duanya dalam keadaan terluka cukup parah, diseret berlari-lari di
belakang kuda yang menarik tambang yang mengikat tubuh mereka. Walau-pun sudah
tak memiliki tenaga lagi, kedua orang itu masih tetap harus berlari lari, disamping
itu kalau mereka sudah benar-benar tak kuat berlari, tubuh mereka terseret oleh
lari kuda yang tidak perlahan.
Waktu itu, mendadak dari
samping rumah seorang penduduk meloncat dua sosok tubuh yang menghadang di
tengah jalan raya, menahan jalannya pasukan kerajaan. Kedua orang itu sepasang
muda-mudi, mereka tak lain Giok Han berdua dengan Cang In Bwee.
Kebetulan mereka menyaksikan
perbuatan kejam pasukan kerajaan terhadap kedua orang yang tengah diseret oleh
dua ekor kuda, maka tak pikir panjang Giok Han segera hendak menolongi kedua
orang itu. Cang Ing Bwee tak menghalangi, karena diapun gusar melihat keganasan
pasukan kerajaan yang bertindak semena-mena.
Muka si perwira berobah
melihat dua o-rang menghadang jalan maju dia dan pasukannya. Segera dia Keprak
kudanya maju mendekati kedua orang itu.
"Menyingkir kalau tak mau
ditabrak kuda !" Bentak perwira tersebut garang. Dia juga tak menghentikan
kudanya, karena bermaksud sengaja menubruk kedua orang itu. Tapi, kedua kudanya
menerjang maju, Giok-Han tak meloncat ke pinggir atau menyingkir, maiah dia
menyambuti dada kuda dengan pukulan tangan kanannya. Kuat pukulan yang
dilakukan disertai tenaga Lwexang, angin berkesiutan keras.
Si perwira kaget, tapi sudah
terlambat buat menahan lari kudanya. Telak sekali sebelah depan leher kudanya
itu kena dihantam telapak tangan Giok Han, seketika kuda itu kesakitan,
meringkik liar mengangkat kedua kaki depannya. Kalau memang si-perwira tak
memiliki ilmu yang tinggi tentu tubuhnya sudan terbanting jatuh dari punggung
kudanya.
Untung saja dia gesit dan
linear, begitu kudanya terpukul dan mengangkat kedua kakinya, dia sudah
meloncat turun dari kuJanyu dengan tubuh yang ringan. Kudanya meringkik
nyaring, kemudian lunslai roboh menggeletak di tanah tak bergerak lagi. Pukulan
yang dilakukan Giok Han ternyata merupakan puKulan mematikan.
Mata si perwira tajam
mengawasi Giok-Han dan Cang In Bwee bergantian, kemudian dengan garang karena
marah berkata: "Sahabat, siapa kalian berdua ? Mengapa mencari urusan
dengan kami pihak kerajaan ?" tegurnya. "Apakah kalian sudah bosan
hidup?"
"Bebaskan kedua orang
itu, mereka jangan disiksa seganas itu." Bilang Giok Han dengan suara
tawar. "Kalau kalian membebaskan kedua orang itu, kami tak akan
menghalangi lagi jalan kalian! "
Si perwira gusar bukan main
sampai dia tertawa, menyeramkan suara tertawanya." Ooo, kalian kira Ban It
Say dapat digertak begitu oleh kalian ? Walaupun kalian tambah empat pasang
kaki dan tangan, tetap kalian juga harus ditangkap, karena kemungkinan besar
kalian sahabat kedua pemberontak ini !" Setelah berkata begitu, tubuh Ban
It Say menerjang maju.
Dia seorang berkepandaian
tinggi, tangannya tangguh sekali, maka Ban It Say yakin dalam satu dua jurus
bisa membekuk pemuda dan gadis ini. Karenanya dia tidak perintahkan anak
buannya, melainkan dia turun tangan-sendiri.
Giok Han dan Cang In Bwee
kaget mengetahui perwira kerajaan ini Ban It Say, yang sangat terkenal di kota
raja sebagai congkoan Gi lim-kun, yang berkepandaian tinggi dan selalu
bertindak semena-mena terhadap orang yang lemah tak berdaya.
Sedangkan Giok Han sendiri
meluap kemarahannya dia masih ingat. Ban It Say adalah salah satu dari
orang-orang yang menghancurkan keluarganya, yang dikirim Cu Bian Liat. Congkoan
Gi-lim kun ini bersama Thio Yu Liang merupakan dua orang yang memimpin pasukan
kerajaan untuk "menghukum" ayahnya, menghancurkan keluarganya.
Sekarang Siapa sangka bisa
bertemu di sini, Giok Han girang campur gusar. Tak menunggu tangan Ban It Say
tiba pada sasaran, dia sudah memapaki dengan loncatan yang cepat, tangannya
diulurkan untuk menyambuti pukulan Ban It Say. Sekali turun tangan Giok Han
lantas mempergunakan sinkangnya,dikerahkan pada jari-jari tangannya, karena
mengetahui bahwa lawannya bukan orang lemah yang bisa dipandang remeh.
Ketika tangannya beradu dengan
Congkoan Gi-lim-kun tercebur, terdengar bentrokan sangat nyaring, disusul
dengan pengerahan tenaga yang kuat, karena Giok Han merasakan tenaga dalam Ban
It Say seperti datang bergelombang semakin lama semakin kuat. Maka dia membendung
tenaga lawan dengan memusatkan tenaga sinkangnya. Mereka mengadu kekuatan.
Ban ItSay bukan hanya
mempergunakan sinkangnya saja, mengetahui lawannya yang masih muda tapi
memiliki tenaga dalam yang kuat, segera membaiengi dengan tangan kirinya untuk
mencengkeram pundak Giok Han.
Giok Han mana bisa diserang
seperti itu, biarpun tangan kanannya sedang menahan tangan congkoan Gi-lim kun
tersebut, dia juga bisa mengerahkan tenaga sinkang pada tangan kirinya. Ketika
tangan lawan menyambar ke pundaknya, dia menurunkan pundaknya dengan menekuk
kaki kirinya, kemudian menghantam pusar lawannya.
Kembali Ban It Say kaget
campur heran, karena lawannva biarpun berusia masih muda tapi memiliki ilmu
yang tinggi. Dia tak menyangka bahwa lawannya bisa melakukan tindakan demikian
maka segera dia meloncat kebelakang menarik pulang kedua tanganya. Dia
memandang tajam,
"Bocah, ternyata kau
memang kawan pemberontak-pemberontak ini! Atas nama Kaisar aku menangkapmu
juga!" Dan segera Ban It Say mengisyaratkan kepada pasukannya untuk
menyerbu maju menangkap Giok Han dan Cang In Bwee.
Belasan orang tentara menyerbu
maju lengkap dengan senjata tajam terhunus. Mereka menerjang untuk mengeroyok
Giok Han dan In Bwee. Semuanya berpikir, dengan mengandalkan jumlah banyak
tentu Giok Han dan In Bwee dapat dibikin tak berdaya dan akan mereka tangkap
dengan mudah.
Namun tak mereka
sangka-sangka, justeru waktu itu Giok Han sudah memukul telak sekali dada
seorang tentara kerajaan yang paling depan sampai terpental dan dadanya
melesak. karena kuatnya pukulan yang dilakukan Giok Han bahkan tentara kerajaan
yang seorang itu terlambung ke tengah udara sambil menjerit, berkelojotan
ketika terbanting di tunah dengan mulut berbusa, lidah terjulur keluar seperti
anjing kepanasan dan matanya mendelik dengan hidung keluar darah!
Giok Han bukan hanya
merobohkan seorang tentara kerajaan itu, karena begitu berhasil memukul
terpental tentara kerajaan yang seorang kaki kanannya juga sudah melayang
menendang selangkangan tentara kerajaan yang lainnya yang menyerbu dari arah
samping kanan.
Tak ampun lagi tubuh tentara
kerajaan itu terputar-putar menjerit kesakitan sambil memegangi selangkangan,
tubuhnya berpusing berjingkrak-jingkrak karena rasa sakit yang serasa seperti
menerobos sampai ke ubun-ubun kepalanya. Sakitnya bukan main, bahkan akhirnya
dia roboh pingsan tidak ingat diri.
Teman temannya yang lain dari
kedua tentara kerajaan itu jadi bimbang dan gentar melihat dalam waktu singkat
Giok Han sudah berhasil memukul roboh dua orang teman mereka, maka sejenak
mereka berhenti menyerbu.
Ban It Say mendongkol bukan
main, apa lagi melihat pasukan tentaranya berdiam diri tak meneruskan serbuan
mereka. Maka dibentaknya bengis. "Tangkap kedua pemberontak itu!"
Bentakan ini menyebabkan
pasukan tentara kerajaan itu sadar apa yang di perintahkan atas mereka segera
meloncat menerjang lagi sambil mengayunkan senjata masing-masing, untuk
menyerang Giok Han maupun Cang In Bwee. waktu itu Giok Han pun tak sungkan
sungkan lagi, dia segera menampar muka seorang tentara kerjaan yang ada di
sebelah kiri, membuat tentara itu kelojotan sambil membuang senjata, memegangi
mukanya, karena matanya dirasakan gelap,dan tulang mukanya seperti jadi hancur
akibat pukulan tersebut, sakitnya sampai terasa diulu hati. Giok Han pun membarengi
dengan pukulan lainnya pada tentara lainnya, yang mengalami nasib yang sama.
Cang In Bwee tidak tinggal
diam, gadis ini memiliki kepandaian yang mengagumkan karena begitu tangan dan
kakinya bergerak, dia sudah merobohkan tiga orang tentara kerajaan yang jungkir
balik kesakitan.
Menyaksikan ini kemarahan Ban
It Say meluap. Dia tahu, kedua orang ini orang-orang yang memiliki kepandaian
tinggi, menyaksikan dalam waktu singkat, dia sudah melihat bahwa setiap pukulan
Giok Han maupun In Bwe memiliki tenaga yang ampuh dan kuat sekali, tidak
mungkin pasukannya itu bisa menghadapinya. Maka dia membentak keras
"Semua minggir, biasa aku
yang menghadapi kedua pemberontak itu." Dengan langkah lebar dia maju ke
tengah gelanggang.
Tentara kerajaan yang tidak terluka
segera mengundurkan diri meninggalkan arena pertempuran sambil menggotong kawan
mereka yang terluka. Memang mereka girang menerima perintah mudur, sebab hati
mereka gentar dan jeri kepada kedua orang muda ini yang dalam satu dua gebrak
sudah dapat merobohkan kawan-kawan mereka begitu mudah.
Maka mendengar Ban It Say
perintahkan mereka mundur, girang bukan main hati tentara-tentara kerajaan itu
yang tak ayal lagi segera meninggalkan Giok Han dan In Bwee.
Ban It Say sudah berada di
depan sepasang orang muda itu, yang diawasi tajam tajam.
"Apakah kau juga
orang-orang Thio Hong Can dan Giam cu." tegurnya dingin.
"Kalau ya kenapa, kalau
tidak kenapa ?" menyahuti Cang In Bwee sebelum Giok Han menjawab
pertanyaan congkoan Gi-lim-kun itu.
"Kalau memang kau benar
orang-orang Giam cu atau Thio Hong Gan, kalian harus ditangkap, karena kalian
bekerja untuk pemberontak, bermaksud memberontakan terhadap kekuasaan Kaisar
yang ada, karenanya kalian harus menerima hukuman. Tapi kalau memang kalian
bukan orang-orang Giamcu maupun Tho Hong Gun. aku masih memberi kesempatan
kepada kalian untuk cepat-cepat angkat kaki. Aku akan meramkan mata dan tak
akan mengganggu kalian."
"Hemmm, aku tidak
mengharapkan belas kasihanmu !" kata In Bwee, yang sudah berkaia lagi
mendahului Giok Han "Yang kami harapkan kau bebaskan kedua orang tawananmu
itu, kalian boleh pergi tanpa kami ganggu!"
"Kalau aku menolak
permintaan kalian?" tanya Ban It Say mengejek dan sinis, menahan kemarahan
hati yang sudah meluap.
"Kami akan tetap merampas
kedua tawanan itu!" menyahuti In Bwee tegas.
"Ya, kami akan mengambil
kedua tawanan itu dari tangan kalian !" kata Giok Han ikut bicara.
"Baik, ambilah oleh
kalian ! "Berbareng dengan kata-katanya itu, cepat bukan main kedua tangan
Ban It Say sudah meluncur kepada Giok Han dan In Bwee jari-jari tangannya
terpentang siap mencengkeram seperti jari-jari naga dan mengandung tenaga
sinkang yang amat ampuh. Dia hendak mencengkeram batok kepala Giok Han dan In
Bwee.
Dia seorang congkoan Gi-lim
kun, yang kepandaiannya sudah mencapai tingkat tinggi serta di kotaraja
terkenal sebagai salah seorang jago utama Kaisar. Sekarang dia diejek dan
seperti tidak dipandang mata oleh la Bwee dan Giok Han, tentu saja jadi murka,
dapat dibayangkan kekuatan singkang yang dipergunakannya.
Giok Han dan In Bwee walaupun
tampak tidak memandang mata kepada congkoan Gi-lim kun ini diam diam di hati
masing-masing sudah tahu, bahwa lawan mereka ini bukanlah orang sembarangan.
Melihat lawan menyerang dahsyat seperti itu, mereka tidak berani menyambuti
dengan kekerasan, cuma menghindar, masing-masing meloncat ke kiri dan kanan,
terpisah agak jauh, membuat Ban It Say dalam waktu beberapa detik harus
memutuskan apakah dia akan menyerang Giok Han atau kepada ln Bwee, karena
keduanya berada di tempat yang bertolak kebelakang, di kiri dan kanan.
Tapi akhirnya Ban It Say
memilih Giok Han sebagai sasaran dari tangan kanannya yang menyerang pada titik
kematian di ulu hati Giok Han. Tangannya begitu cepat sulit diikuti oleh
pandangan mata, juga memang gerakan tangannya adalah jurus yang aneh sulit
ditentukan arah sasaran yang sebenarnya. Tak percuma Ban It Say sebagai
congkoan Gi-lim-kun, karena kepandaiannya memang sangat tangguh.
Giok Han tertawa mengejek dan
menghindar lagi. Tapi sekarang dia mengelak bukan berdiam diri seperti tadi,
melainkan tangan kanannya tahu-tahu sudah nyelonong ke arah pelipis lawannya,
tangan kirinya menyampok tangan Ban It Say.
Pukulan itu bukan pukulan
sembarangan, karena itulah jurus kesembilan dari "Sin-beng-kun" yang
khusus dipelajari Giok Han untuk menghadapi "Liong-heng-kun"-nya Tang
San Siansu.
Tangannya panas seperti api
membakar, seperti api yang siap menyambar membakar apapun yang berada di
dekatnya.
Tidak kepalang kaget congkoan
Gi-lim-kun tersebut, tangannya seperti terbakar oleh api yang panas luar biasa,
juga urat nadi pusat di pergelangan tangannya berdenyut keras, seakan seluruh
darah deras berkumpul di situ berdesak-desakan akan meletus! Tentu saja dia
kaget tidak terkira, karena denyut urat pusat nadi di pergelangan tangan
merupakan urat nadi yang terpenting, kalau sampai nadi pusat di pergelangan
tangan meletus, biarpun dia memiliki kepandaian lima atau enam kali lipat lebih
lihai dari sekarang, niscaya dirinya akan mati seketika begitu pembuluh darah
itu meletus.
Tak pikir lagi tangannya
segera ditarik pulang dan dia meloncat mundur, memandang Giok Han dengan
terheran-heran. Usia orang ini masih muda, mengapa dia memiliki kepandaian
demikian tinggi dan ampuh sekali ? Murid siapakah dia ?
Giok Han tertawa mengejek.
"Ayo maju lagi, mengapa bengong di situ?" tantangnya. Dia, tahu Ban
It Say kaget karena menerima salah satu jurus "Sin beng-kun" yang
sangat ampuh itu, dan memang Giok Han sengaja mempergunakan jurus-jurus ampuh
itu, dia ingin membekuk Bin It Say, karena congkoan Gi-lim-kun ini termasuk
salah seorang musuhnya yang ikut menghancurkan keluarganya.
Ban It Say tidak bengong
terlalu lama, walaupun bagaimana dia seorang lihai berkepandaian tinggi dan
memiliki kedudukan terhormat di kotaraja sebagai congkoan Gi-lim-kun. Sekarang
dia dibikin tercengang seakan tak berdaya terhadap lawannya yang masih muda
belia ini, bahkan di depan anak buahnya, mereka menyaksikan apa yang terjadi.
Timbul penasaran dan kemarahan
yang meluap sampai memukul ubun-ubun kepalanya. Tak buang waktu lagi tubuhnya
loncat ke depan Giok Han dan sekarang dia menyerang dengan penuh perhitungan,
mempergunakan ilmu andalannya.
Tangan kanannya berkesiutan
mengeluarkan angin yang menderu-deru menerjang Giok Han. Jari-jari tangannya
siap untuk merobek kulit tubuh dan mencopot daging tubuh lawan, mencengkeram
mati jalan darah terpenting di tubuh lawan.
Giok Han tahu Ban It Say
memang berkepandaian tinggi, kalau tadi dia berhasil membuat congkoan
Gi-lim-kun itu kaget karena Ban It Say tak menyangka dia memiliki ilmu mujijat
seperti Sin-beng-kun, memandang rendah padanya sehingga mempergunakan tenaga
sinkangnya tak sepenuhnya, juga kurang waspada.
Tentu saja hal ini membuat Ban
It Say menderita kerugian, pelajaran pahit tadi membuat Ban It Say sekarang
hati-hati dan jauh lebih tangguh dari tadi. Angin pukulan kedua tangannya
seperti juga ingin melepaskan baju yang melekat di tubuh Giok Han, karena
menyambar-nyambar dahsyat membuat baju pemuda itu jadi beterbangan keras
sekali.
Tak ayal lagi Giok Han
mempergunakan jurus-jurus Sin-beng-kun untuk menghadapinya berulangkali Ban It
Say terkejut menerima tangkisan Giok Han yang dahsyat dan aneh, tapi dia tidak
sampai harus menghentikan serangan-serangannya, karena Ban It Say masih dapat
bertahan.
Giok Han telah menduga bahwa
congkoan Gi-lim-kun ini paling lama bisa bertahan cuma 10 jurus. Tidak lebih
dari itu. Karena Sin beng-kun adalah pukulan mujijat yang diperuntukkan Giok
Han menghadapi Tang San Siansu. Dan dugaan pemuda ini memang tepat. Sebab pada
jurus ke enam saja Ban It Say mulai gugup dan panik, karena dia seperti
terkurung suatu kekuatan yang menyesakkan napasnya, biarpun dia memusatkan
sinkangnya pada kedua lengannya, namun tampaknya dia tidak berhasil untuk
menghalau kekuatan Sin-heng kun pemuda tersebut.
Mati-matian Ban It Say
mencurahkan seluruh kekuatan singkangnya, tetap saja dia terdesak. Masih untung
buat Ban It Say karena usianya yang masih muda Giok Han kalah pengalaman dan
latihan dibandingkan dengannya, kalau tidak dalam tiga jurus dengan
Sin-beng-kunnya itu Gion Han pasti sudah dapat merobohkan Ban It Say.
Pada jurus kedelapan tangan
Giok Han berputar-putar dan di sekitar kepala Ban It Say berkeliling sebuah
bola api yang panas bukan main melingkar isi kepala serta otak nya, matanya
juga pedas sekali. Ban It Say semakin kaget, tapi waktu dia mau meloncat mundur
dan terpikir untuk perintahkan pasukannya buat mengeroyok Giok Han, keadaan
sudah terlambat. Belum lagi dia meloncat menjauhi Giok Han, tahu-tahu tangan
kanan Giok Han berhasil mencengkram lengan Ban It Say. Walau congkoan Gi
lim-kun ini hendak melepaskan tangannya dari cengkeraman jari-jari tangan Giok
Han yang begitu kuat dan sangat panas, tangan kiri Giok Han sudah menyambar
lagi pada leher di bawah cuping daun telinga.
Bagian dari anggota tubuh di
situ memang merupakan daerah paling lemah buat pertahanan seorang manusia,
lehernya terkena pukulan begitu kuat seketika tubuh Ban It Say terhuyung, namun
dia masih bisa mempertahankan kuda-kuda-nya sehingga tidak sampai mencium
tanah.
Mukanya merah padam. Giok Han
tak memberi kesempatan kepada musuhnya belum Ban It Say sempat memperbaiki
posisi tubuhnya, pemuda ini tahu-tahu sudah berada di sampingnya dan tangannya
menghantam iga kanan Ban It Say, sampai congkoan Gi lim-kun itu terhenyak
kesakitan, mukanya meringis dan buyarlah kekuatan tenaga kuda-kuda kedua
kakinya, dia jatuh terduduk dengan muka pucat, mulutnya tampak merah karena
darah mengucur keluar.
"Orang she Ban, hari ini
adalah hari kematianmu, untuk membayar hutang jiwa dari keluarga Jenderal Giok
Hu!" Teriak Giok Han yang menghampiri dengan muka yang kaku dingin tak
memancarkan perasaan, memandang tajam penuh dendam, karena yang terduduk tak
berdaya ini adalah seorang musuhnya yang ikut menghancurkan keluarganya.
Muka Ban It Say masih pucat
waku dia bertanya bingung: "Si.... siapa kau ? Dan . . . mengapa kau
kait-kaitkan aku dengan persoalan Jenderal Giok Hu almarhum ?"
"Jangan pura pura tolol
bertanya seperti itu ! Tentu kau sendiri sudah tahu mengapa kau harus mati hari
ini, untuk menebus dosa-dosamu yang telah mencelakai keluarga jenderal Giok Hu.
Kau juga termasuk salah satu yang mengambil bagian menghancurkan keluarga
Jenderal Giok Hu."
Sekarang Ban It Say gentar
terhadap pemuda di depannya, dia melihat kenandaian pemuda ini benar benar
tangguh dan jurus-jurus silatnya mujijat sulit dihadapi. Dia jadi lemah dan
lenyap keberanian maupun keangkuhannya.
"Tunggu dulu, dengar dulu
penjelasanku!" Serak suara Ban It Say waktu bilang begitu, dia juga
menggoyang-goyangkan tangannya mencegah Giok Han maju lebih dekat padanya.
Beberapa orang pasukannya telah coba mengurung Giok Han, tapi tak seorangpun
berani menyerbu untuk menyerang Giok Han.
Mereka menyaksikan betapa
congkoan mereka sangat mudah dirubuhkan pemuda tangguh itu, aoalagi mereka,
jika maju sama saja dengan mengantarkan jiwa. Semuaoya jadi berdiri diam,
seakan menanti keputusan atau perintah congkoan mereka.
"Beritahukan dulu padaku,
siapa kau sebenarnya agar aku mengetahui jelas duduk persoalannya !"
Bilang Bin It Say gugup ketua melihat Giok Han tetap maju selangkah demi
selangkah mendekati tanpa melayani permintaannya. Mata pemuda itu memancarkan
sinar berkilauan seakan menusuk kedalam haci Ban It Say.
Melangkah maju menghampiri
tiga langkah Giok Han akhirnya berhenti dan mukanya kaku tak berperasaan ketika
bertanya: "Apa yang ingin kau jelaskan ? Duduk persoalan sudah jelas, kau
salah seorang yang ikut menghancurkan rumah tangga dan keluarga Jenderal Giok
Hu."
"Aku hanya seorang yang
makan gaji negara, maka aku harus taat pada perintah. Aantara aku dengan
Jenderal Giok Hu tak ada permusuhan, cuma melaksanakan perintah dari
Cu-kong-kong untuk membasmi jenderal yang mau memberontak itu..."
"Bohong ! Mana mungkin
jenderal setia itu ingin memberontak dan itu pasti fitnah belaka, alasan yang
kalian cari cari untuk mencelakai keluarga jenderal Giok Hu !" bentak Giok
Han dan suaranya penuh kemarahan.
"Tapi kami hanya
mengiringi thaykam yang jadi utusan Hongsiang, untuk menghukum jenderal Giok
Hu. Kami melaksanakan perintah, janganlah menimpahkan dendam itu kepadaku
ssluruhnya, karena Thio Yu Ling, congkoan Kim-ie-wie juga ikut pada pengawalan
thay kan yang hendak menghukum jenderal Giok Hu. Hukuman yang dijatuhkan pada
diri Jenderal Giok Hu berasal dari firman Hongsiang, maka seluruhnya menjadi
tanggung-jawab Hongsiang! Kami yang makan gaji negara cuma melaksanakan
perintah dan tugas kewajiban belaka...!"
"Manusia pengecut,"
memaki Giok Han mendongkol. "Sekarang kau hendak pungkiri perbuatan kejam
yang pernah kau lakukan bersama-sama dengan kawanmu itu. Walaupun demikian,
tetap saja kau harus mati !"
"Tunggu . . .kau belum
memberitahukan siapa dirimu dan masih ada hubungan apa antara kau dengan
keluarga Jenderal Giok Hu?" Ban It Say bertanya seperti itu, sebab dia tak
berhasil menduga siapa ini. Yang diketahuinya bahwa seluruh keluarga Giok Hu
telah dibasmi bersama Thio Yu Ling.
Namun mendadak mukanya
berobah, jadi pucat pias dan memandang Giok Han dengan sorot roata guram. Dia
teringat sesuatu dan pundaknya jadi terasa dingin seperti ditempelkan batangan
es. Dia ingat waktu terjadi pembasmian keluarga pemberontak Jen-deral Giok Hu,
ada seorang anak Jenderal Giok Hu yang tak ditemukan, walaupun telah dicari
disekitar tempat kediaman Jenderal Giok Hu, tetap saja anak Jenderal itu
menghilang.
Waktu itu dia tak begitu
memperhatikan keadaan tersebut, karena dianggapnya apa yang bisa dilakukan oleh
anak jenderal tersebut. Siapa tahu, sekarang timbul urusan pembunuhan keluarga
jendral Giok Hu, maka teringat pada lenyapnya anak Jenderal Giok Hu di saat
pembasmian keluarga jenderal itu, seketika Ban It Say menduga bahwa pemuda di
depannya ini apakah bukan anak jenderal tersebut?
Giok Han berkata sinis:
"Kalau aku tak menjelaskan siapa diriku, tentu kau mati dengan mata tak
meram serta penasaran. Baiklah, akulah anak jenderal Giok Hu yang sempat lolos
dan tangan mautmu dan kawan-kawanmu ! Sudah dengar jelas ? Akulah
Liong-kak-sin-hiap, anak jenderal Giok Hu yang akan mengadakan perhitungan
dengan semua orang-orang yang pernah ikut ambil bagian mencelakai keluargaku
!"
Ban It Say sudah berdiri dan
otaknya berpikir keras. Dugaannya benar. Pemuda ini anak jenderal Giok Hu yang
lenyap pada hari itu. Sekarang muncul lagi dengan kepandaian yang sangat
tangguh. Dia tidak kaget lagi mendengar keterangan Giok Han, sebab dia sudah
menduga. Otaknya bekerja keras untuk mencari jalan lolos dari tangan pemuda
ini. Sekali saja dia bisa lolos, selanjutnya dia akan melakukan pengejaran
ketat pada Giok Han.
Akan diajaknya pasukan Gi-lim-kun
yang umumnya memiliki ilmu silat tinggi untuk mencari pemuda yang jadi cucu
jenderal Giok Hu. Waktu itu diapun bisa memakai pahlawan istana lainnya, baik
dari Kim-ie-wie maupun dari pasukan pribadi Kaisar, untuk membantunya
mengadakan pengejaran pada Giok Han, dengan tuduhan pemuda itu bermaksud
memberontak!
Cang In Bwee mengawasi Giok
Han, namun dia jadi kaget karena tahu-tahu secara mendadak Ban It Say loncat
menyerang untuk menyergapnya.
Ban It Say licik, dia tahu
kepandaian Cang In Bwee jauh di bawah kepandaian Giok Han, karenanya dia
memilih "pengemis" kotor ini sebagai sasaran tangannya, di mana dia
hendak menangkap In Bwee, untuk dijadikan sandera. Sambil menyerang In Bwee dia
juga berseru:
"Tangkap pemberontak itu
mati atau hidup!" Serunya itu ditujukan buat pasukannya.
Sejak tadi semua pasukan Ban
It Say cuma berdiri ragu ragu, tapi mendengar perintah congkoan mereka, tak
berayal lagi mereka meluruk menyerang Giok Han untuk mengeroyok.
In Bwee coba menangkis
cengkeraman tangan kanan kanan Ban It Say, tapi tangan kiri Ban It Say
tahu-tahu menyambar sudah berada di depan mukanya. Ban It Say girang dia yakin
bisa menawan pengemis kotor ini dan bisa memaksa Giok Han agar menyerah untuk
ditawan olehnya. Tangannya cuma terpisah beberapa dim lagi dari muka In Bwee.
Tapi tak disangka-sangkanya,
Ban It Say merasakan tangannya yang kiri dan tengah hendak mencengkeram muka In
Bwee, sakit luar biasa, gatal gatal, seperti tertusuk sesuatu. Bahkan dia
mendengar In Bwee tertawa sambil meloncat mundur. Tubuh Ban It Say juga
mengejang, rasanya tak enak, tangannya sudah kejang sulit digerakkan, seperti
tak memiliki tenaga lagi. Tubuhnya terhuyung ke belakang dengan muka berobah
pucat dan mata memandang murka kepada In Bwee.
Apa yang terjadi dan mengapa Ban
It Say mendadak menarik tangannya yang hampir mengenai muka In Bwee, bahkan dia
merasakan tangannya jadi kejang kaku tak bertenaga sulit untuk digerakkan ?
Rupanya In Bwee menyadari juga
bahaya yang mengancam dirinya, keselamatan jiwanya terancam oteh tangan maut
Ban It Say, kalau saja mukanya kena dicengkeram, dan pasti dia akan ditawan
oleh congkoan Gi-lim-kun tersebut. Dalam keadaan terancam bahaya seperti itu.
In Bwee tidak tinggal diam, sebab cepat sekali tangannya terangkat ke atas,
seperti menyambuti tangan Ban It Say.
Padahal dia mempergunakan
jarum beracun untuk menyambuti pukulan Ban It Say, sehingga congkoan Gi-lim-kun
itu kesakitan dan menarik tangannya membatalkan cengkeramannya.
In Bwee melakukan pembelaan
diri seperti itu karena tahu kalau dia menangkis dengan kekerasan cengkraman
Ban It Say, pasti dia kalah tenaga lwekang, dan akan jatuh ketangan musuh.
Memang Ban It Say sengaja menyerang mencengkram muka In Bwee dengan harapan In
Bwee coba menangkis tangannya.
Waktu itulah Ban It Say akau
mencengkeram tangan In Bwee, batal menyerang mukanya, mencengkeram pa ia nadi
jalan darah "cung koan-niat," nya, pasti akan membuat tubuh In Bwee
jadi lumpuh tak bertenaga dan jatuh ke dalam tangan Ban It Say, untuk dijadikan
sandera.
Ban It Say sudah
memperhitungkan segalanya sebaik-baiknya,tapi siapa tahu juteru In Bwee juga
sangat cerdik Dalam keadaan terjepit di- bawah ancaman lawan, dia masih bisa
meloloskan diri dengan mempergunakan jarum beracun yang dipergunakan menyambuti
tangan Ban tt Say. Setelah Ban It Say menjerit dan tertusuk jarumnya, In Bwee
juga tidak tinggal diam, tubuhnya ringan meloncat ke belakang.
Dia mengejek sinis mentertawai
ketololan lawannya, yang kena diselomoti seperti itu.
Ban It Say melihat keadaan
tangan kiri nya. Ada titik hitam di tangannya, tanda bekas tertusuk sesuatu,
yang di sekitarnya berwarna gelap kehitam-hitaman. Meluap darah Ban It Say, dia
berjingkrak sambil meraung sengit, karena segera diketahui dirinya sudah
dilukai dengan senjata yang beracun,
Matanya bengis mengawasi si
pengemis, dia memusatkan seluruh tenaganya, untuk loncat menyerang. Tapi,
sebelum dia meloncat, sempat ditelannya beberapa pil, untuk penawar racun. Pil,
yang ditelannya adalah pil yang dibuat tabib istana, karena dia yakin pil itu
bisa memunahkan racun yang di pergunakan si pengemis. Diiringi raungan bengis
dia loncat menerjang si pengemis, sepasang tangannya bergerak-gerak dengan
tenaga sinkang penuh pada lengannya. Dia bertekad hendak membunuh si pengemis.
Giok Han terkejut melihat kekalapan
congkoan Gi lim-kun itu, sebab diketahuinya kepandaian In Bvvee berada
dibawahnya, tentu agak sulit menghadapi congkoan Gi-lim-kun yang memang
berkepandaian tinggi.
Tapi untuk menolongi In Bwee
dan menghadapi Ban It Say diapun tak bisa, dirinya sedang dikeroyok oleh
belasan orang tentara kerajaan yang mempergunakan berbagai macam senjata tajam.
Cang In Bwee cendiri menyadari
bahwa dirinya sulit mengimbangi Ban It Say, dia memang masih setingkat di bawah
sinkang congkoan Gi-lim-kun tersebut. Tapi kini mau tak mau dia harus
menghadapi congkoan Gi-lim-kun tersebut, dia berharap bisa mempergunakan racun
lagi, Waktu itu sepasang tangan Ban It Say sudah menyambar didepan mukanya, dan
In Bwee tidak tinggal diam dia mengelakkan beberapa kali pukulan yang di
lakukan congkoan Gi-lim-kun tersebut, bahkan dia telah coba balas menyerang.
Seluruh kepandaiannya
dipergunakan, dia mengandalkan Ginkangnya untuk menghindari setiap sambaran
tangan lawannya, dan setiap ada kesempatan In Bwee mempergunakan racunnya untuk
menerima serangan, misalnya dengan mempergunakan jurus beracun atau peluru
beracunnya.
Tapi Ban It Say dalam keadaan
kalap benar-benar tangguh sekali, sebab setiap In Bwee melontarkan peluru
beracunnya, congkoan Gi-lim-kun yang sudah berpe ngalaman tersebut tidak
menyampok dengan tangannya, melainkan menyambuti peluru itu agar tak meledak,
kemudian dia melontarkan kembali kepada In Bwee. Dengan demikian. In Bwee
sering kecele melihat timpukannya gagal.
Ban It Say bukan hanya
menggagalkan setiap timpukan peluru racun dan juga jarum beracun, In Bwee,
melainkan dia sudah menyerang gencar sekali.
Masih tertolong In Bwee,
memiliki ginkang yang aneh gerak-geriknya, juga tubuhnya kecil lincah, sehingga
selama itu masih bisa menghadapi lawannya yang tangguh dan kalap ini.
Giok Han yang sedang dikeroyok
belasan orang tentara kerajaan bekerja cepat, berulang kali sudah merobohkan
lawan-lawannya Mungkin sudah delapan orang tentara kerajaan yang menggeletak
terluka, sebagian tak bisa bergerak bangun, cuma mengerang-erang kesakitan.
Giok Han mau secepatnya
merobohkan semua tentaia kerajaan itu, untuk dapat menghadapi Ban It Say dan
menolongi In Bwe, dia kuatir bukan main pada keselamatan gadis itu, yang tengah
terancam ditengah kekalapan congkoan Gi-lim-kun itu.
Tetapi setiap ada seorang
tentara kerajaan yang dirobohkan, maka maju dua tiga orang tentara kerajaan
yang lainnya, yang mengeroyok dan mengepung Giok Han semakin lama bukannya
semakin sedikit malah jadi semakin banyak. Dengan demikian Giok Han tak berdaya
untuk menggeser tubuhnya kedekat In Bwee.
Keadaan In Bwe semakin
terancam, sebab biarpun dia memiliki kepandaian yang tinggi, namun menghadapi
lawan kalap seperti Ban It Say benar-benar membuat dia jadi sering terdesak
sampai tak bisa balas menyerang.
Kekalapan Ban It Say demikian
besar dan dia menyerang tanpa memperdulikan keselamatan dirinya, seakan juga
hendak mengadu jiwa. Sebab itu, In Bwee sering terdesak tanpa bisa balas
menyerang. Menghadapi lawan yang kalap memang lebih sulit dari lawan yang biasa,
apa lagi lawannya ini merupakan komandan pasukan yang khusus menjaga
keselamatan kaisar, yang pasti mempunyai kepandaian tinggi.
Dalam keadaan seperti itu, In
Bwee berulangkali berusaha menjauhi Ban It Say, tokh dia selalu gagal. Ban It
Say selalu mendesaknya dan menyebabkan mereka bertempur jarak dekat, sebab Ban
It Say melancarkan pukulan-pukulan kilat mengandung maut serta mematikan.
Suatu kali In Bwee sulit untuk
menghindarkan lagi tangan kanan Ban It Say yang menyambar cepat sekali, dia
sudah tidak keburu untuk loncat menjauhi diri. Terpaksa dia harus menangkis
tangan kanan lawannya, biarpun dia tahu tenaga pukulan yang dilakukan lawannya
itu sangat kuat sekali, sebab tenaga sinkangnya tampaknya sudah dipusatkan
disitu.
Angin pukulan itu sampai berkesiutan
keras, Dess:.... bukkk" Tangan In Bwee saling bentur dengan tangan Ban It
Say. Akibatnya benar benar hebat untuk In Bwee, tubuhnya yang kecil langsing
terpental seperti terdorong oleh suatu kekuatan yang tak terlihat, bagaikan
sehelai daun kering dia melayang di tengah udara setinggi tiga tombak, dengan
menderita kesakitan pada tulang tangannya yang tadi dipakai buat menangkis
pukulan lawannya.
Untungsaja In Bwee mempunyai
ginkang yang tinggi, dia berpoksai di tengah udara agar tubuhnya tak sampai
terbanting di tanah. Tapi, begitu kedua kakinya hinggap di tanah, tangan Ban It
Say sudah menyambar datang lagi. Lawannya tidak tidak memberikan kesempatan
sedikitpun pada In Bwee untuk mengadakan persiapan.
Kaget In Bwee, hatinya
mencelos. Bahaya maut sudah mengancam datang dari arah atas kepalanya. Dia baru
saja hinggap, belum keburu mengerahkan tenaga sinkangnya pada tangan untuk
menangkis.
Tapi sebagai seorang
berkepandaian tinggi, tentu saja In Bwee tak mau begitu saja batok kepalanya
dihantam pecah hancur berantakan, dia telah me-ngigoskan secepat kilat, tapi
masih terlambat, pundaknya kena dihantam oleh serempetan tangan Ban It Say,
nyerinya bukan main, sampai In Bwee meringis menahan sakit. Menyusul lagi
tangan kiri nan It Say menyambar ke-dadanya.
In Bwee dalam kesakitan
seperti itu masih berusa ia menghindarkan tangan kiri lawan dengan mendoyongkan
tubuhnya kesamping kanan, tapi terlambat. Baju didada nya kena dijambret robek,
malah dadanya kena dicengkeram keras sekali, untung saja terlepas dan cuma
kulit dadanya yang terkelupas, darah segera mengucur keluar.
Sejenak Ban It Say tertegun
melihat dada yang membulat montok padat dan putih mulus mencuat keluar dari
robekan baju, diantara darah yang merah membasahi baju dan kulit dada In Bwee.
In Bwee cepat-cepat menutupi dengan tangannya, agar dadanya tak terlihat olen
Ban It Say.
"Hah-hah-hah-hah-hah
!" Tertawa Ban-It Say nyaring sekali. "Tak tahunya kau budak hina
siluman wanita !" Sambil berkata begitu, tubuhnya meloncat lagi, sekarang
dia memukul kearah kepala la Bwe dengan mengerahkan sinkang sepenuhnya, yang
semuanya berkumpul di kepalan tangan kanannya, dia mau menghantam pecah batok
kepala In Bwee.
Maut benar benar mengancam In
Bwee dia dalam keadaan kikuk melindungi dadanya agar tak terlihat orang, juga
dia baru saja terluka, sekarang dia diserang begitu hebat. maka dia berada pada
posisi yang terancam benar buat keselamatan jiwanya.
Biarpun Giok Han sibuk
menghadapi pengeroyoknya yang berjumlah sangat banyak namun matanya tak pernah
lepas mengawasi In Bwee.
Melihat In Bwee terluka, Giok
Kan seperti kalap menerjang tiga orang lawannya yang dirobohkan dengan
pukulan-pukulan yang dahsyat, dia ingin segera me-nolongi In Bwee. Tapi, tiga
orang lawan iiu rubuh, maju enam orang lawan lainnya, yang tetap melibaikan
Giok Han dengan serangan-serangan mematikan, terpaksa Giok Han harus melayani
lagi, tak bisa mendekati In Bwee.
Hati Giok Han kuatir bukan
main, apa lagi sekarang dilihatnya jiwa In Bwee terancam kematian, Ban It Say
tengah meloncat melayang di udara dengan tangan kanan berkesiutan menghantam ke
arah batok kepala In Bwee.
In Bwee sendiri mengeluh,
tenaganya seperti lenyap, lukanya di dada tak ringan, selain kulit dadanya
terkelupas, juga memang dia tergempur oleh tenaga pukulan Ban It Say.
Datangnya tangan mengandung
maut hendak memukul kepalanya sulit untuk dihindarkan, untuk mengerahkan tenaga
menerima serta menangkis pukulan Jtu, juga sudah tidak mungkin. Maka jalan
satu-satunya mengadu jiwa dengan menyambuti pukulan itu sedapatnya dan sekuat
sisa tenaganya. Hati In Bwee berdebar, dia menyadari bagitu tangannya bentrok
di udara dengan tangan lawannya, maka habislah dia !
Tapi, waktu tangan Ban It Say
terpisah tak jauh lagi, cuma setengah meter dari kepala In Bwee, mendadak
congkoan Gi-lim-kun itu mengeluh, matanya dirasakan berkunang-kunang, tubuhnya
seperti jadi kejang dan kepalanya seperti dihantam oleh palu yang berat dan
keras. Tenaganya juga seperti lenyap. Dia tahu-tahu rubuh terjungkel, di tanah.
In Bwee kaget, tapi juga tak mau
mensia-siakan kesempatan ini, sebab dia segera meloncat menjauhi Ban It Say,
yang waktu itu sudah meloncat berdiri lagi, berdiri dengan tubuh
bergoyang-goyang, dia rupanya sedang berusaha mengendalikan tubuhnya,
memulihkan tenaganya.
Mengapa terjadi begitu?
Ternyata dia saat saat In Bwee
menghadapi detik-detik menentukan, waktu Ban It Say hampir berhasil
mencelakainya justru racun yang tadi dipergunakan In Bwee pada jarumnya yang
melukai tangan Ban It Say, sudah bekerja ! Pil obat yang diminum Ban It Say
hanya dapat bertahan sebentar saja, racun kemudian bekerja keras, sehingga mata
Ban It Say gelap serta badannya jadi mengejang dan dia gagal untuk mencelakai
lawannya.
Giok Han tadi mencelos
hatinya, karena tahu mencelos hatinya, karena tahu sahabatnya akan celaka
ditangan Ban It Say. Tapi dia jadi heran melihat Ban It Say roboh sendirinya
sebelum serangannya itu tiba pada sasaran, sedangkan In Bwee sudah meloncat
menjauhi diri dari congkoan GLiim-kun itu. Giok Han jadi agak tenang, walaupun
dilipua tanda tanya mengapa Ban It Say bisa roboh sebelum serangannya tiba pada
sasarannya.
Dia cuma menduga mungkin In
Bwee yang sangat cerdik sudah berhasil mempergunakan senjata rahasia beracun.
Semangat Giok Han terbangun,
dia memperhebat, pukulan-pukulannya pada pasukan tentara kerajaan, sehingga dua
orang seketika terpental dengan dada terpukul rusak, karena tenaga pukulan yang
kuat itu membuat tulang dada mereka patah dan jatuh terbanting di tanah
berkelojotan dengan lidah terjulur dan mata melotot seperti bijimata mau
keluar, kemudian pingsan tak sadarkan diri.
Menyusul Giok Han meloncat
menghindarkan tabasan golok seorang lawannya di sebelah kanan, tangannya
bekerja lagi. Sekali ini dia bernasil memukul muka tentara yang seorang itu
sampai tulang pipinya remuk, waktu terjengkang ke belakang tentara kerajaan itu
berkelojotan seperti seekor babi ingin dipotong, sakitnya bukan main, di
samping pandangan matanya jadi gelap, dia menjerit jerit kesakitan dengan tubuh
tak hentinya berkelojotan.
Tentara kerajaan yang lainnya
jadi gentar menyaksikan kawan kawan mereka roboh dengan keadaan yang
mengenaskan seperti itu karena hebatnya pukulan Giok Han, mereka jadi ragu-ragu
untuk maju terus,bahkan beberapa orang segera meloncat mundur, kuatir jadi
sasaran pukulan Giok Han.
Mempergunakan kesempatan
tersebut Giok Han menyambar pundak seorang tentara yang ada didekatnya, dia
memutar tubuh tentara itu, membuka jalan keluar dari keroyokan lawan-lawannya.
tubuhnya kemudian meloncat kedekat In Bwee sambil melemparkan tubuh tentara
yang tadi dicengkeram punduknya.
In Bwee menyambar tangan Giok
Han. "Mari kita tolongi mereka dulu !"
Giok Han menurut, dia meloncat
berdua In Bwee kedekat Cun Siang dan wanita yang jadi tawanan. Di situ berjaga
tiga orang tentara kerajaan. Mudah saja Giok Han dan In Bwee merobohkan ketiga
orang tentara kerajaan itu. Giok Han sekaligus menghantam dua orang roboh
dengan dada rusak karena tulang patah dan pingsan, sedangkan In Bwee
membereskan yang seorang, yang dihantam oleh peluru beracunnya, maka tidak
sempat menjerit lagi tentara kerajaan yang seorang itu roboh di tanah pingsan
tak sadarkan diri.
Giok Han berdua la Bwee
bekerja cepat, mereka telah membuka ikatan tali pada pinggang Cun Siang dan
wanita itu. ln Bwee menggotong wanita itu, sedangkan Giok Han menggendong Cun
Siang, yang belum sempat dibuka ikatan pada tangannya.
Mereka segera menyingkir dari
situ, sebelum Ban It Say berhasil menguasai keadaan dirinya. Dalam waktu
singkat Giok Han sudah lenyap dari para pengejarnya, yaitu tentara-tentara
kerajan yang berusaha mengejar mereka sambil berteriak-teriak: "Tangkap !
Tangkap pemberontak !"
Ban It Say ingih berdiri di
tempatnya berusaha menguasai diri karena rasa sakit di kepalanya semakin hebat
sehingga dia meringis menahan rasa sakit yang terlalu dahsyat, sampai tangannya
yang merogoh saku bajunya gemetar, mengeluarkan botol pil obatnya, menelan lima
butir.
Rasa sakit itu
berangsur-angsur mulai berkurang, tapi itu memakan waktu cukup lama, mungkin
lebih dari sepuluh menit. Butir-butir keringat mengucur deras dari sekujur
tubuh Ban It Say, dia cepat cepat menghampiri kudanya meloncat ke punggung
binatang tunggangannya tersebut.
"Ayo berangkat! Cepat !
Jangan kejar mereka !" Dia bermaksud akan pulang cepat cepat untuk
mempergunakan singkang-nya dan mencari obat yang cocok untuk menawarkan racun
yang sudah terlanjur mengendap di dalam badannya.
Sebagai seorang yang
berpengalaman, Ban It Say menyadari tadi dia sudah melakukan kekeliruan. Dia
terlalu kalap, sehingga darahnya beredar jauh lebih cepat dari wajarnya, racun
ini terbawa arus darah lebih cepat.
Coba kalau dia tidak mengumbar
amarahnya, mungkin racun tak bekerja sehebat itu, dua butir pil yang telah
ditelannya bisa membendung sedikitnya buat beberapa hari.
Sekarang setelah dia mengalami
kejadian yang sangat pahit, di mana kepalanya sakit luar biasa, tangannya
lunglai tak bertenaga, barulah dia kaget. Untung dia masih memiliki simpanan
pil obat penawar racun, yang segera ditelannya sekaligus lima butir, sehingga
sakit di kepalanya berangsur-angsur berkurang dan dia sudah bisa menggerakkan
tangan kakinya, tak mengejang lagi tubuhnya, itulah sebabnya dia mau
cepat-cepat meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan Giok Han dan In Bwee
yang sudah melarikan diri dengan membawa ke dua tawanannya. Yang terpenting,
dia ingin oiengooati dulu dirinya ....
Tentara kerajaan yang semula
pura-pura mengejar, karena mereka takut pada Ban It Say yang murka jika tawanan
itu lolos, padahal hati mereka gentar buat mengejar sungguh-sungguh pada Giok
Han dan In Bwee yang sangat lihai dan tangguh itu. Sekarang mendengar perintah
Ban It say mereka jadi girang, segera menggotong kawan kawan mereka yang
terluka dan berangkat meninggalkan tempat tersebut.
Dalam waktu singkat tempat itu
jadi sepi lagi.... seperti tak. pernah terjadi sesuatu di tempat tersebut.
00000O00000
GIOK HAN berdua In Bwee
berlari cepat sekali, tapi tak lama kemudian Giok Han terpaksa memperlambat
larinya, karena dilihatnya In Bwee yang menggotong tawanan wanita yang mereka
rampas sudah sempoyongan tak bisa berlari cepat.
Luka di dadanya tampaknya
tidak ringan, di mana selain kulit dadanya terkelupas, juga ia terluka di dalam
dari tenaga pukulan tangan Ban It Say, itulah sebabnya dia tidak bisa lari
secepat semula. Semakin lama lukanya jadi semakin berat.
Karena kuatir Ban It Say dan
pasukannya melakukan pengejaran terus. In Bwee masih memaksakan diri berlari
terus. Tapi akhirnya dia tidak kuat lagi, segera menurunkan tawanan wanita yang
digendongnya, dia sendiri roboh menggeletak di tanah.
Giok Han kaget, cepat-cepat
menurunkan Cun Siang. Dia memeriksa keadaan ln Bwee. Ternyata keadaan gadis ini
menguatirkan sekali, sekujur tubuh dan mukanya bercucuran keringat yang
besar-besar seperti kacang hijau. Cepat-cepat Giok Han menotok beberapa jalan
darah di tubuh si gadis, agar darah yang keluar terus menerus dari luka di
dadanya berhenti.
Ambilkan... ambilkan...
kantong obatku... di dalam sakuku..." Suara In Bwee lemah sekali. Dia
sudah berada dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, matanya mulai kabur
gelap, apapun tak bisa di lihatnya dengan jelas.
Giok Han sudah mengesampingkan
tata krama antara pria dan wanita, segera dirogoh saku baju si gadis
mengeluarkan sebuah kantong yang terbuat dari kain warna merah, di. dalam penuh
bermacam macam obat yang bermacam warna. Giok Han jadi bingung, obat yang mana
harus diberikan kepada In-Bwee.
"Ambilkan tiga butir obat
yang berwarna coklat..." suara In Bwee semakin lemah, Kata-kata
selanjutnya sudah tak jelas terdengar lagi.
Tidak buang waktu segera Giok
Han mengambil botol obat yang warnanya coklat, dan memasukkan tiga butir di
mulut si gadis, yang menelannya mempergunakan bantuan air ludahnya. Sesudah
meneIan obat itu, In-Bwee diam sejenak, napasnya semakin lama semakin teratur
dan perlahan-lahan pandangan matanya pulih bisa melihat jelas lagi. Dengan
tubuh masih lesu si gadis kemudian bangun duduk untuk memusatkan sinkangnya,
guna memulihkan luka di dalam tubuhnya.
Cun Siang berdiri agak jauh,
disamping kawannya, yaitu wanita yang bersama dia di tawan Ban It Say. Dia mmta
wanita itu membuka tali yang mengikat tangannya. Biarpun tangan wanita itu
diikat juga oleh tali yang besar, tapi dia bisa membuka tali yang mengikat
tangan Cun Siang.
Setelah tangannya bebas dari
ikatan tali, Cun Siang cepat-cepat membukakan tali yang mengikat tangan wanita
itu.
Giok Han membiarkan In Bwee
mengerahkan sinkangnya duduk bersemedi untuk melawan goncangan luka dalam
tubuh, supaya tak terlalu membahayakan, setidak-tidaknya agar dia bisa
memperingan luka didalam tubuhnya. Dia menghampiri Cun Siang dan wanita itu.
Cepat-cepat Cun Siang dan
wanita itu berlutut didepan Giok Han. "Terima kasih atas pertolongan
In-kong." Kata mereka berbareng.
Giok Han cepat cepat
menyingkir ke-belakang ke samping tak mau menerima hormat kedua oraag itu. Dia
juga mengeluarkan tangannya menyuruh mereka bangun. "Jangan banyak
peradatan, kami memanj berkewajiban menolong siapa saja yang ditindas oleh
manusia-manusia kejam seperti para tentara kerajaan itu! Siapakah kalian?"
"Aku Tio Cun Siang dan
ini isteriku Ho Bin Nio. Kami telah dicelakai oleh pasukan kerajaan itu...
menjelaskan Cun Siang.
"Mengapa pasukan kerajaan
hendak mencelakai kalian?" tanya Giok Han ingin tahu.
Tapi Cun Siang tampak ragu
ragu, dia melirik pada isterinya, kemudian isterinya setelah mengangguk,
barulah CunSiang bilang: "Kalau di depan In-kong yang telah menyelamatkan
jiwa kami berdua tidak bicara terus terang, bukanlah perbuatan yang pantas dan
terpuji. Kami telah diselamatkan In kong karenanya kami harus memberikan
penjelasan yang terang. Kami berdua adalah utusan Tio-Hong Gan taijin, untuk
menyelidiki keadaan diselatan ini, karena belakangan ini kami sudah mendengar
pihak kerajaan sedang mengerahkan jago-jagonya untuk pergi menghancurkan
pasukan kami!"
Kaget dan girang Giok Han
mendengar kedua orang ini anak buah Thio Hong Gan, pejuang yang semakin Iama
sekarang semakin bergerak maju, sebab sudah bertambah beberapa kora yang
berhasil direbutnya.
Segera Giok Han maju memegang
tangan Cun Siang, membuat sepasang suami isteri itu kaget tak terkira, hampir
saja Cun Siang menarik tangannya buat menyerang, untung Giok Han sambil tertawa
sudah bilang: "Kalau begitu kita orang sendiri! Akupun sedang melakukan
perjalanan untuk bergabung dengan Thio taijin."
Cun Siang dan isterinya
mengawasi Giok Han ragu-ragu, mereka tak bisa mempercayai begitu saja apa yang
dikatakan tuan penolong ini, sudah menyelamatkan jiwa mereka tokh tetap mereka
harus bersikap waspada.
"Aku Giok Han, anak
Jenderal Giok Hu yang dicelakai oleh kaisar lalim itu, guruku perintahkan bahwa
sekarang saatnya aku menggabungkan diri dengan Thio-taijin."
memberitahukan Giok Han.
Tak terkira kaget dan
girangnya Cun Siang dan isterinya, bahkan Cun Siang tiba-tiba berlutut, diikuti
oleh isterinya yang menganggukkan kepala sambil menangis.
"Thian rupanya memiliki
mata! Kami berdua memang diperintahkan Thio-taijin untuk menyelidiki tentang
anak Giok Hu Goanswe yang lolos dari tangan jahat orang-orangnya kaisar lalim
itu. Siapa tahu kami bertamu dengan kongcu di sini."
"Kaget Giok Han.
..Benarkah itu ?" tanyanya kemudian.
"Tugas kami ialah
menyelidiki tentang orang orang yang dihimpun Siangkoan Giok Lin. Orang she
Siangkoan telah diberi kekuasaan oleh Kaisar lalim itu untuk menghimpun
orang-orang kangouw. Rupanya sekarang raja lalim itu sudah menyadari bahwa
kekuatan kita bukanlah hal yang bisa diremehkan, apa lagi sekarang Thio-tai jin
sudah berhasil masuk Ciatkang, itulah sebabnya raja lalim itu ingin merangkul
orang-orang kangouw, agar membantu pihak kerajaan memusuhi kita ! Daftar mereka
ada di tangan Siangkoan Giok Lin, sebab kemarin malam orang kaisar lalim itu
sudah datang untuk mengambil daftar orang-orang kangouw yang mau tunduk dan
bekerja pada pemerintah!
Kalau hal itu terjadi, tentu
menimbulkan banjir darah yang hebat diantara kita-kita sendiri diadu domba oleh
raja lalim itu, karena kita orang-orang Han ingin diadu agar menjadi lemah
kekuatan dan persatuan kita, kemudian raja lalim itu baru menggempur hancur,
menggagalkan perjuangan suci kita!
Di samping tugas penting itu,
kami diberi tugas yang tak kalah pentingnya, yaitu menyelidiki dan kalau bisa
mencari kontak untuk bertemu dengan anak Giok Hu Goanswe, untuk dihubungi dan
diajak menemui Thio taijin yang siang dan malam selalu menguatirkan keselamatan
kongcu dan berduka sekali pada peristiwa yang menimpa Giok Hu Goanswe. Kalau
saja peristiwa itu bisa digagalkan dan Giok Hu Goanswe bisa diajak berdiri di
pihak kita, niscaya kerajaan ini akan kembali ke tangan kita orang-orang Han
dalam waktu singkat!"
Cun Siang bicara sambil
menangis, sebentar-sebentar menyusut air matanya. Giok Han terharu mendengar
Thio Hong Gan begitu memperhatikan keselamatan dirinya. Dia merasa berterima
kasih dan berduka ingat pada keluarganya yang telah dihancurkan oleh orang orang
kaisar lalim itu.
Dia jadi ikut menangis, tapi
cuma sebentar, cepat-cepat menghapus air matanya lagi, dia bilang:
"Baiklah! Aku tak lama lagi akan menghubungi Thio-taijin, sekarang aku mau
membereskan dulu beberapa orang yang mungkin bisa membahayakan usaha
Thio-taijin. Usaha besar ini harus dapat dijaga jangan sampai gagal, karena
rakyat selama ini sudah tertindas benar oleh kaisar yang lalim itu !"
"Benar Giok Kongcu,
menurut Thio-taijin justeru semakin lama raja lalim itu semakin ganas, rakyat
sudah semakin menderita, kaki tangan kaisar lalim itu bertindak semakin ganas
dan sadis tanpa pandang bulu, sehingga menimbulkan kegelisahan di kalangan
rakyat. Kami juga berhasil menghimpun rakyat yang ikut bergabung dengan kita,
jumlahnya sudah melebihi dari empat ratus ribu orang...!"
Giok Han girang bukan main
mendengar kemajuan yang dicapai oleh pasukan Thio Hong Gan dalam mengadakan
pemberontakan untuk mengambil pulang negeri mereka dari tangan raja penjajah.
"Giok kongcu, balehkah
kami mengetahui siapa-siapa saja orang yang hendak kongcu bereskan ?"
tanya CJ Siang kemudian.
"Yang pertama-tama harus
disingkirkan adalah Siangkoan Giok Lin, karena dengan matinya dia tentu usaha
raja lalim itu buat mempengaruhi dan "membeli" orang-orang gagah
kangouw lewat tangan kotor Siangkoan Giok-Lin bisa digagalkan. Orang lainnya
adalah Tang San Siansu, ia sekarang menjadi tangan Cu Bian Liat, thaykam
keparat itu ! Demikian pula Cu Bian Liat harus dilenyapkan, aku akan berusaha
untuk membunuhnya. Kalau urusan ini berhasil tanpa rintangan, tentu
berkurangnya rintangan buat usaha-besar Thio-taijin."
Cun Siang dan isterinya
mengangguk-angguk kagum. Mereka sudah menyaksikan betapa tinggi kepandaian Giok
Hu, mereka yakin Giok Hu pasti bisa membereskan Siangkoan Giok Lin dan yang
lainnya. "Biarlah kami ikut membantui dulu kongcu, baru nanti kami kembali
ke markas."
Giok Han menggeleng.
"Kalian sudah terluka, tampaknya Tio hujin juga dalam keadaan terluka
tidak ringan. Bawalah isterimu pulang ke markas, kirim salam kepada kawan kawan
dan Thio-jin, beritahukan juga tak lama lagi pasti aku akan bergabung dengan
mereka. Tentang daftar orang-orang gagah yang bersedia bekerja pada kerajaan
bisa kuusahakan merampas dari tangan Siangkoan Giok Lin. Memang berbahaya kalau
kita tak berhasil memperoleh daftar itu, sebab besok-besok kita akan kemasukan
mata-mata musuh, bisa saja seorang kangouw yang kita kira sahabat tak tahunya
berdiri dipihak kerajaan ! Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan
daftar itu. Tenanglah Tio-suheng, ajaklah isterimu pulang untuk merawat
lukanya."
Cu Siang mengangguk berterima
kasih, dia yakin Giok Han pasti berhasil membunuh Siangkoan Giok Lin dan
memperoleh daftar orang-orang kangouw yang bekerja pada pihak kerajaan.
Kepandaian Giok Han beberapa tingkat di atasnya. Secara selintas dan cepat dia
menceritakan bahwa di kota ini dia mempunyai dua orang kawan, anak buah
Thio-Hong Gan juga yang bekerja untuk memata-matai pihak kerajaan, di samping
itu menampung orang-orang Thio Hong Gan yang kebetulan datang di kota ini.
Kakek tua yang binasa di
tangan Ban It Say salah seorang dari mata mata yang ditempatkan Thio Hong Gan.
Dia sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, selain merawat Tio Cun Siang dan
isterinya yang terluka karena gagal menyerbu gedung slangkoan Giok Lin, tak
berhasil merampas daftar orang-orang kangouw yang berhasil dibujuk orang she
Siangkoan itu untuk bekerja di kaki Kaisar penjajah, juga memang mereka telah
dilukai oleh orang-orang Siangkoan Giok Lin.
Beruntung suami isteri itu
bisa meloloskan diri dan menumpang di rumah kakek tua A-nam, mata-mata Thio
Hong Gan yang berjuang dengan sepenuh kemampuannya tanpa pamrih. Tapi siapa
tahu, jejak sepasang suami isteri ini diendus oleh pihak Siangkoan Giok Lin,
dengan munculnya Ban It Say dan juga matinya kakek tua itu. Kalau saja tak
muncul Giok Han dan In Bwee, tentu celakalah Cun Siang dan isterinya.
Selama mendengarkan cerita Cun
Siang, Giok Han sering melirik kepada In Bwee yang masih mengerahkan sinkangnya
dengan duduk bersila buat menyembuhkan luka di dalam tubuhnya. Memang luka di
dalam tubuh tak bisa disembuhkan dengan satu kali saja pemusatan tenaga
sinkang, namun setidaknya bisamengurangi luka itu agar tak terlalu parah.
Lama juga ln Bwee mengerahkan
pemusatan sinkangnya, sampai akhirnya dia menyudahi dan meloncat berdiri.
Mukanya masih agak pucat.
Giok Han cepat-cepat
menghampiri, muka si gadis berobah merah, cepat cepat menutupi dadanya dengan
kedua tangannya, isteri Cun-Siang segera membuka buntalan bajunya yang cuma dua
potong, dia berikan kepada In Bwee. Gadis itu cepat cepat memakainya, walaupun
ukuran baju itu agak kebesaran tapi jauh lebih baik dari pada dadanya yang
putih montok itu terlihat orang.
Giok Han menceritakan apa yang
telah didengarnya dari Cun Siang, dia juga memperkenalkan Cun Siang suami
isteri kepada In Bwee. Mereka segera merundingkan cara untuk membunuh Siangkoan
Giok Lin. Akhirnya Giok Han bilang: "Tio-suheng percayalah, aku berdua
Cang-kouwnio akan berusaha membunuh orang she Siangkoan itu. Sekarang pergilah
kau kembali ke samping Thio-taijin, beritahukan pada Thio-taijin kalian sudah
bertemu denganku, dalam waktu dekat aku akan berangkat bergabung. Tenaga kalian
sangat diperlukan oleh Thio-taijin. Berangkatlah sekarang, kalau Ban-It Say,
congkoan Gi-lim-kun tadi, menyusul mengejar kita sampai disitu, kami yang akan
menghadapi, kalian bisa mempunyai waktu yang cukup buat meninggalkan tempat
ini."
Tio Cun Siang dan isterinya
bimbang, namun Giok Han mendesaknya terus, maka akhirnya dengan hati dan
perasaan berat merekapun pamitan untuk berpisah dengan anak jenderal Giok Hu
yang tampaknya memiliki kepandaian tinggi serta tangguh ini. Kenyatsan yang
aangat menggembirakan, karena merekapun yakin Thio Hong Gan kalau menerima
laporan ini pasti ikut gembira....
Setelah Tio Cun Siang dan
isterinya pergi, Giok Han mengawasi In Bwee, dengaa sorot mata memancarkan
kekuatiran yang sangat dia bertanya: "Bagaimana keadaan lukamu, nona
Cang?"
"Tangan orang she Ban itu
ternyata berbisa juga." bilang In Bwee dengan muka murung, "Mungkin
aku memerlukan waktu satu bulan agar tenaga dalam pulih dan kesehatanku baik
kembali."
"Baiklah kalau begitu,
sementara ini kau beristirahat dulu, untuk menyembuhkan lukamu. Marl kita
mencari tempat untuk berdiam sementara waktu. Dalam kesempatan itu aku akan
pergi mencari Siangkoan Giok Lin, untuk membunuhnya kau dapat memusatkan
sinkang untuk menyembuhkan lukamu."
In Bvves tiba-tiba teringat
sesuatu. Dia memegang tangan Giok Han.
"Hampir aku lupa
memberitahukan padamu! Dulu aku sudah menjanjikan kau akan memberitahukan
rahasia Siangkoan Giok Lin. bukan ?"
Gok Han mengangguk, mengawasi
si gadis dengan sikap berkuatir. "Ya. tapi bukan sekarang waktunya. Kini
kau perlu mencurahkan seluruh perhatian untuk penyembuhan lukamu itu."
In Bwee sangat bsrsyukur dan
berterima kasih atas sikap demikian baik dari Giok Han, yang memperhatikan dan
menguatirkan kesehatannya. Dia menggeleng. "Dengan memberitahukan padamu
rahasia Siangkoan Giok Lin tidak berarti aku harus mempergunakan caranya!
Guruku pernah memberitahukan kepadaku bahwa kematian Siangkoan Giok Lin
terletak pada... pada selangkangannya ! Dia memiliki ilmu kebal, sulit untuk
menotoknya ataupun juga melumpuhkannya dengan menyerang anggota tubuhnya yang
tain. Kau harus menyerang pada bagian yang mematikan, yaitu pada
selangkangannya, tiga dim dari tepi kiri selangkangannya. Di jalan darah *Uh
bian-hiat"nya."
Girang Giok Han mengetahui
kelemahan orang she Siangkoan itu. Dia mengingatnya baik- baik. Kemudian dia
minta agar In Bwee duduk bersila untuk mencurahkan sinkangnya dan coba
menyembuhkan lagi luka di dalam tubuhnya.
Si gadis menggeleng.
Biarpun aku memerlukan waktu
satu bulan untuk menyembuhkan lukaku ini agar menjadi sehat seperti semula,
tapi bukan berarti keadaanku sekarang ini sangat menguatirkan. Sekarang aku
sudah pulin sebagian besar, kau jangan terlalu kuatir."
Giok Han menggeleng.
"Tidak nona Gang, kau tak
boleh terlalu memakai tenagamu pada saat-saat sekarang ini dan harus
benar-benar beristirahat sambil memusatkan tenaga dalammu, agar kesehatanmu
pulih benar. Peliharalah kesehatanmu baik-baik, urusan penting apapun bisa
ditunda, sampai nanti setelah kau sembuh kita melakukannya bersama sama !
Sedangkan orang she Siangkoan iru biar aku sendiri yang menghadapinya. kukira
tak ada kesulitan apa-apa, terlebih lagi jika kaki tangan kaisar lalim yang
sebetulnya berada di gedung orang she Siangkoan itu sudah meninggalkan rumahnya
dan pulang ke kota raja, tentu tak ada kesulitan apa-apa lagi buat membunuh
Siangkoan Giok Lin !"
Si gadis sangat bersyukur, dia
menatap si pemuda dangan sorot mata berterima kasih. Tanpa disadari tangannya
masih memegangi tangan Giok Han, dan pemuda itupun balas menggenggam tangan si
gadis. Mata mereka saling menatap, dan sinar mata mereka bicara lebih banyak
dibandingkan kalau memakai mulut... seluruh isi hati mereka terpancar
jelas-jelas dari sorot mata masing-masing... keduanya sudah maklumi apa yang
mereka rasakan dan pikirkan.
Tiba-tiba Giok Han tersadar,
dia segera menarik tangan si gadis diajak meninggalkan tempat itu, "Kita
harus mencari tempat bersembunyi yang benar-benar aman, karena di saat kau
sedang berobat menyembuhkan luka di dalam tubuhmu, tak boleh terganggu
perhatianmu. Sedapat mungkin kita mencari tempat yang jarang didatangi
manusia...!"
In Bwee menatap Gtok Han
dengan pipi berobah merah, namun dia bertanya: "Kemana kita mencari tempat
yang aman dari incaran orang-orang kaisar lima itu? Sekarang saja kaki tangan
raja laim itu mungkin sedang melacak menyelidiki jejak kita !"
"Mari kita pergi melihat
dulu keadaan didepan sana, mungkin bisa dipakai untuk berdiam sementara,"
"Tapi kita jangan
menumpang di rumah penduduk, hal itu akan membahayakan. Kita tak bisa
mengatakan pemilik rumah yang kita tumpangi akan berkhianat, tapi yang banyak
terjadi memang begitu, ia melapor kepada yang berwajib."
Giok Han cuma mengangguk.
Begitulah mereka melakukan perjalanan tanpa tahu harus pergi kemana. Tapi
setelah berjalan setengah harian, mereka tiba di sebuah bukit yang agak terjal.
Keadaan di situ sepi sekali tampak juga sebuah bongkahan batu besar.
"Aku akan menggeser batu
besar itu. kau boleh bersemedi di belakang bongkahan batu itu, sehingga tak ada
seorangpun yang bisa melihatmu !"
In Bwee masih tak mengerti apa
yang dimaksudkan Giok Han, tapi pemuda itu sudah mulai bekerja Dia memusatkan
sinkang pada kedua lengannya, kemudian mengangket bungkah batu yang berukuran
besar, yang digeser hampir menempel pada bukit.
Kemudian dia mengumpulkan
ranting dan cabang pohon yang telah kering, yang diletakkan di atas batu itu,
ditimbuni oleh daun daun, sehingga tampaknya di atas bungkahan batu itu
bertumbuhan pohon-pohon liar. Padahal di bawahnya terdapat ruang terpisah yang
cukup lebar. Dengan cara demikian tentu orang tak akan mencurigakan bahwa di
balik bongkahan batu itu ada orang.
In Bwee memuji kecerdikan Gtok
Han, dia tak rewel ketika Giok Han minta dia duduk di balik bongkahan batu itu,
bersemedi untuk memusatkan sinkangnya, agar luka di dalam tubuhnya bisa
disembuhkan.
"Nah, di sini kau aman,
biarlah aku akan kembali ke dalam kota, untuk mencari orang she Siangkoan itu !
Percayalah, aku akan mengurus orang she Siangkoan itu sebaik-baiknya, kau
jangan kuatirkan apa-apa tentang diriku, karena kau perlu memusatkan seluruh
perhatian pada pemusatan tenaga sinkangmu."
In Bwee mengangguk dan
memejamkan matanya. Sedangkan Giok Han mempergunakan ginkangnya untuk kembali
ke dalam kota, mendatangi rumah Siangkoan Giok Lin.
Dia bertekad walaupun
bagaimana dia harus berhasil memperoleh daftar orang-orang kangouw yang ada di tangan
Siangkoan Giok Lin. Jika tidak, tentu Thio Hong Gan banyak mendapat kesulitan.
Sulit mengetahui orang-orang kangouw mana yang sudah menjadi anjingnya kaisar
lalim itu, bisa jadi musuh dalam selimut buat Thio Hong Gan, berarti juga
mengancam perjuangan suci Thio Hong Gan.
Karena mengetahui di kota
banyak sekali berkumpul pahlawan kaisar, Giok Han bertindak hati-hati sekali.
Dia sudah merencanakan, yang pertama-tama dilakukannya ialah menyelidiki dulu
keadaan rumah Siangkoan Giok Lin, apakah orang-orang kaisar dari kota-raja
masih berada di rumah orang she Siangkoan itu
00000O00000