Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 20

Baca Cersil Mandarin Online: Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 20
Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 20

Perintah itu segera dilaksanakan, kedua tangan wanita itu diikat oleh seutas tambang, begitu juga pinggangnya yang diikat oleh seutas tambang lainnya. Cuma kedua kakinya yang dibiarkan tak terikat.

"Seret mereka!" perintah si perwira, kuda yang ditunggangi segera diputar untuk mengajak pasukannya meninggalkan tempat itu. Sedangkan di kejauhan satu dua orang penduduk menyaksikan dengan perasaan sedih dan takut melihat tindakan para tentara kerajaan yang demikian sadis dan ganas.

Cun Siang dan wanita itu, kedua-duanya dalam keadaan terluka cukup parah, diseret berlari-lari di belakang kuda yang menarik tambang yang mengikat tubuh mereka. Walau-pun sudah tak memiliki tenaga lagi, kedua orang itu masih tetap harus berlari lari, disamping itu kalau mereka sudah benar-benar tak kuat berlari, tubuh mereka terseret oleh lari kuda yang tidak perlahan.

Waktu itu, mendadak dari samping rumah seorang penduduk meloncat dua sosok tubuh yang menghadang di tengah jalan raya, menahan jalannya pasukan kerajaan. Kedua orang itu sepasang muda-mudi, mereka tak lain Giok Han berdua dengan Cang In Bwee.

Kebetulan mereka menyaksikan perbuatan kejam pasukan kerajaan terhadap kedua orang yang tengah diseret oleh dua ekor kuda, maka tak pikir panjang Giok Han segera hendak menolongi kedua orang itu. Cang Ing Bwee tak menghalangi, karena diapun gusar melihat keganasan pasukan kerajaan yang bertindak semena-mena.

Muka si perwira berobah melihat dua o-rang menghadang jalan maju dia dan pasukannya. Segera dia Keprak kudanya maju mendekati kedua orang itu.

"Menyingkir kalau tak mau ditabrak kuda !" Bentak perwira tersebut garang. Dia juga tak menghentikan kudanya, karena bermaksud sengaja menubruk kedua orang itu. Tapi, kedua kudanya menerjang maju, Giok-Han tak meloncat ke pinggir atau menyingkir, maiah dia menyambuti dada kuda dengan pukulan tangan kanannya. Kuat pukulan yang dilakukan disertai tenaga Lwexang, angin berkesiutan keras.

Si perwira kaget, tapi sudah terlambat buat menahan lari kudanya. Telak sekali sebelah depan leher kudanya itu kena dihantam telapak tangan Giok Han, seketika kuda itu kesakitan, meringkik liar mengangkat kedua kaki depannya. Kalau memang si-perwira tak memiliki ilmu yang tinggi tentu tubuhnya sudan terbanting jatuh dari punggung kudanya.

Untung saja dia gesit dan linear, begitu kudanya terpukul dan mengangkat kedua kakinya, dia sudah meloncat turun dari kuJanyu dengan tubuh yang ringan. Kudanya meringkik nyaring, kemudian lunslai roboh menggeletak di tanah tak bergerak lagi. Pukulan yang dilakukan Giok Han ternyata merupakan puKulan mematikan.

Mata si perwira tajam mengawasi Giok-Han dan Cang In Bwee bergantian, kemudian dengan garang karena marah berkata: "Sahabat, siapa kalian berdua ? Mengapa mencari urusan dengan kami pihak kerajaan ?" tegurnya. "Apakah kalian sudah bosan hidup?"

"Bebaskan kedua orang itu, mereka jangan disiksa seganas itu." Bilang Giok Han dengan suara tawar. "Kalau kalian membebaskan kedua orang itu, kami tak akan menghalangi lagi jalan kalian! "

Si perwira gusar bukan main sampai dia tertawa, menyeramkan suara tertawanya." Ooo, kalian kira Ban It Say dapat digertak begitu oleh kalian ? Walaupun kalian tambah empat pasang kaki dan tangan, tetap kalian juga harus ditangkap, karena kemungkinan besar kalian sahabat kedua pemberontak ini !" Setelah berkata begitu, tubuh Ban It Say menerjang maju.

Dia seorang berkepandaian tinggi, tangannya tangguh sekali, maka Ban It Say yakin dalam satu dua jurus bisa membekuk pemuda dan gadis ini. Karenanya dia tidak perintahkan anak buannya, melainkan dia turun tangan-sendiri.

Giok Han dan Cang In Bwee kaget mengetahui perwira kerajaan ini Ban It Say, yang sangat terkenal di kota raja sebagai congkoan Gi lim-kun, yang berkepandaian tinggi dan selalu bertindak semena-mena terhadap orang yang lemah tak berdaya.

Sedangkan Giok Han sendiri meluap kemarahannya dia masih ingat. Ban It Say adalah salah satu dari orang-orang yang menghancurkan keluarganya, yang dikirim Cu Bian Liat. Congkoan Gi-lim kun ini bersama Thio Yu Liang merupakan dua orang yang memimpin pasukan kerajaan untuk "menghukum" ayahnya, menghancurkan keluarganya.

Sekarang Siapa sangka bisa bertemu di sini, Giok Han girang campur gusar. Tak menunggu tangan Ban It Say tiba pada sasaran, dia sudah memapaki dengan loncatan yang cepat, tangannya diulurkan untuk menyambuti pukulan Ban It Say. Sekali turun tangan Giok Han lantas mempergunakan sinkangnya,dikerahkan pada jari-jari tangannya, karena mengetahui bahwa lawannya bukan orang lemah yang bisa dipandang remeh.

Ketika tangannya beradu dengan Congkoan Gi-lim-kun tercebur, terdengar bentrokan sangat nyaring, disusul dengan pengerahan tenaga yang kuat, karena Giok Han merasakan tenaga dalam Ban It Say seperti datang bergelombang semakin lama semakin kuat. Maka dia membendung tenaga lawan dengan memusatkan tenaga sinkangnya. Mereka mengadu kekuatan.

Ban ItSay bukan hanya mempergunakan sinkangnya saja, mengetahui lawannya yang masih muda tapi memiliki tenaga dalam yang kuat, segera membaiengi dengan tangan kirinya untuk mencengkeram pundak Giok Han.

Giok Han mana bisa diserang seperti itu, biarpun tangan kanannya sedang menahan tangan congkoan Gi-lim kun tersebut, dia juga bisa mengerahkan tenaga sinkang pada tangan kirinya. Ketika tangan lawan menyambar ke pundaknya, dia menurunkan pundaknya dengan menekuk kaki kirinya, kemudian menghantam pusar lawannya.

Kembali Ban It Say kaget campur heran, karena lawannva biarpun berusia masih muda tapi memiliki ilmu yang tinggi. Dia tak menyangka bahwa lawannya bisa melakukan tindakan demikian maka segera dia meloncat kebelakang menarik pulang kedua tanganya. Dia memandang tajam,

"Bocah, ternyata kau memang kawan pemberontak-pemberontak ini! Atas nama Kaisar aku menangkapmu juga!" Dan segera Ban It Say mengisyaratkan kepada pasukannya untuk menyerbu maju menangkap Giok Han dan Cang In Bwee.

Belasan orang tentara menyerbu maju lengkap dengan senjata tajam terhunus. Mereka menerjang untuk mengeroyok Giok Han dan In Bwee. Semuanya berpikir, dengan mengandalkan jumlah banyak tentu Giok Han dan In Bwee dapat dibikin tak berdaya dan akan mereka tangkap dengan mudah.

Namun tak mereka sangka-sangka, justeru waktu itu Giok Han sudah memukul telak sekali dada seorang tentara kerajaan yang paling depan sampai terpental dan dadanya melesak. karena kuatnya pukulan yang dilakukan Giok Han bahkan tentara kerajaan yang seorang itu terlambung ke tengah udara sambil menjerit, berkelojotan ketika terbanting di tunah dengan mulut berbusa, lidah terjulur keluar seperti anjing kepanasan dan matanya mendelik dengan hidung keluar darah!

Giok Han bukan hanya merobohkan seorang tentara kerajaan itu, karena begitu berhasil memukul terpental tentara kerajaan yang seorang kaki kanannya juga sudah melayang menendang selangkangan tentara kerajaan yang lainnya yang menyerbu dari arah samping kanan.

Tak ampun lagi tubuh tentara kerajaan itu terputar-putar menjerit kesakitan sambil memegangi selangkangan, tubuhnya berpusing berjingkrak-jingkrak karena rasa sakit yang serasa seperti menerobos sampai ke ubun-ubun kepalanya. Sakitnya bukan main, bahkan akhirnya dia roboh pingsan tidak ingat diri.

Teman temannya yang lain dari kedua tentara kerajaan itu jadi bimbang dan gentar melihat dalam waktu singkat Giok Han sudah berhasil memukul roboh dua orang teman mereka, maka sejenak mereka berhenti menyerbu.

Ban It Say mendongkol bukan main, apa lagi melihat pasukan tentaranya berdiam diri tak meneruskan serbuan mereka. Maka dibentaknya bengis. "Tangkap kedua pemberontak itu!"

Bentakan ini menyebabkan pasukan tentara kerajaan itu sadar apa yang di perintahkan atas mereka segera meloncat menerjang lagi sambil mengayunkan senjata masing-masing, untuk menyerang Giok Han maupun Cang In Bwee. waktu itu Giok Han pun tak sungkan sungkan lagi, dia segera menampar muka seorang tentara kerjaan yang ada di sebelah kiri, membuat tentara itu kelojotan sambil membuang senjata, memegangi mukanya, karena matanya dirasakan gelap,dan tulang mukanya seperti jadi hancur akibat pukulan tersebut, sakitnya sampai terasa diulu hati. Giok Han pun membarengi dengan pukulan lainnya pada tentara lainnya, yang mengalami nasib yang sama.

Cang In Bwee tidak tinggal diam, gadis ini memiliki kepandaian yang mengagumkan karena begitu tangan dan kakinya bergerak, dia sudah merobohkan tiga orang tentara kerajaan yang jungkir balik kesakitan.

Menyaksikan ini kemarahan Ban It Say meluap. Dia tahu, kedua orang ini orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, menyaksikan dalam waktu singkat, dia sudah melihat bahwa setiap pukulan Giok Han maupun In Bwe memiliki tenaga yang ampuh dan kuat sekali, tidak mungkin pasukannya itu bisa menghadapinya. Maka dia membentak keras

"Semua minggir, biasa aku yang menghadapi kedua pemberontak itu." Dengan langkah lebar dia maju ke tengah gelanggang.

Tentara kerajaan yang tidak terluka segera mengundurkan diri meninggalkan arena pertempuran sambil menggotong kawan mereka yang terluka. Memang mereka girang menerima perintah mudur, sebab hati mereka gentar dan jeri kepada kedua orang muda ini yang dalam satu dua gebrak sudah dapat merobohkan kawan-kawan mereka begitu mudah.

Maka mendengar Ban It Say perintahkan mereka mundur, girang bukan main hati tentara-tentara kerajaan itu yang tak ayal lagi segera meninggalkan Giok Han dan In Bwee.

Ban It Say sudah berada di depan sepasang orang muda itu, yang diawasi tajam tajam.

"Apakah kau juga orang-orang Thio Hong Can dan Giam cu." tegurnya dingin.

"Kalau ya kenapa, kalau tidak kenapa ?" menyahuti Cang In Bwee sebelum Giok Han menjawab pertanyaan congkoan Gi-lim-kun itu.

"Kalau memang kau benar orang-orang Giam cu atau Thio Hong Gan, kalian harus ditangkap, karena kalian bekerja untuk pemberontak, bermaksud memberontakan terhadap kekuasaan Kaisar yang ada, karenanya kalian harus menerima hukuman. Tapi kalau memang kalian bukan orang-orang Giamcu maupun Tho Hong Gun. aku masih memberi kesempatan kepada kalian untuk cepat-cepat angkat kaki. Aku akan meramkan mata dan tak akan mengganggu kalian."

"Hemmm, aku tidak mengharapkan belas kasihanmu !" kata In Bwee, yang sudah berkaia lagi mendahului Giok Han "Yang kami harapkan kau bebaskan kedua orang tawananmu itu, kalian boleh pergi tanpa kami ganggu!"

"Kalau aku menolak permintaan kalian?" tanya Ban It Say mengejek dan sinis, menahan kemarahan hati yang sudah meluap.

"Kami akan tetap merampas kedua tawanan itu!" menyahuti In Bwee tegas.

"Ya, kami akan mengambil kedua tawanan itu dari tangan kalian !" kata Giok Han ikut bicara.

"Baik, ambilah oleh kalian ! "Berbareng dengan kata-katanya itu, cepat bukan main kedua tangan Ban It Say sudah meluncur kepada Giok Han dan In Bwee jari-jari tangannya terpentang siap mencengkeram seperti jari-jari naga dan mengandung tenaga sinkang yang amat ampuh. Dia hendak mencengkeram batok kepala Giok Han dan In Bwee.

Dia seorang congkoan Gi-lim kun, yang kepandaiannya sudah mencapai tingkat tinggi serta di kotaraja terkenal sebagai salah seorang jago utama Kaisar. Sekarang dia diejek dan seperti tidak dipandang mata oleh la Bwee dan Giok Han, tentu saja jadi murka, dapat dibayangkan kekuatan singkang yang dipergunakannya.

Giok Han dan In Bwee walaupun tampak tidak memandang mata kepada congkoan Gi-lim kun ini diam diam di hati masing-masing sudah tahu, bahwa lawan mereka ini bukanlah orang sembarangan. Melihat lawan menyerang dahsyat seperti itu, mereka tidak berani menyambuti dengan kekerasan, cuma menghindar, masing-masing meloncat ke kiri dan kanan, terpisah agak jauh, membuat Ban It Say dalam waktu beberapa detik harus memutuskan apakah dia akan menyerang Giok Han atau kepada ln Bwee, karena keduanya berada di tempat yang bertolak kebelakang, di kiri dan kanan.

Tapi akhirnya Ban It Say memilih Giok Han sebagai sasaran dari tangan kanannya yang menyerang pada titik kematian di ulu hati Giok Han. Tangannya begitu cepat sulit diikuti oleh pandangan mata, juga memang gerakan tangannya adalah jurus yang aneh sulit ditentukan arah sasaran yang sebenarnya. Tak percuma Ban It Say sebagai congkoan Gi-lim-kun, karena kepandaiannya memang sangat tangguh.

Giok Han tertawa mengejek dan menghindar lagi. Tapi sekarang dia mengelak bukan berdiam diri seperti tadi, melainkan tangan kanannya tahu-tahu sudah nyelonong ke arah pelipis lawannya, tangan kirinya menyampok tangan Ban It Say.

Pukulan itu bukan pukulan sembarangan, karena itulah jurus kesembilan dari "Sin-beng-kun" yang khusus dipelajari Giok Han untuk menghadapi "Liong-heng-kun"-nya Tang San Siansu.

Tangannya panas seperti api membakar, seperti api yang siap menyambar membakar apapun yang berada di dekatnya.

Tidak kepalang kaget congkoan Gi-lim-kun tersebut, tangannya seperti terbakar oleh api yang panas luar biasa, juga urat nadi pusat di pergelangan tangannya berdenyut keras, seakan seluruh darah deras berkumpul di situ berdesak-desakan akan meletus! Tentu saja dia kaget tidak terkira, karena denyut urat pusat nadi di pergelangan tangan merupakan urat nadi yang terpenting, kalau sampai nadi pusat di pergelangan tangan meletus, biarpun dia memiliki kepandaian lima atau enam kali lipat lebih lihai dari sekarang, niscaya dirinya akan mati seketika begitu pembuluh darah itu meletus.

Tak pikir lagi tangannya segera ditarik pulang dan dia meloncat mundur, memandang Giok Han dengan terheran-heran. Usia orang ini masih muda, mengapa dia memiliki kepandaian demikian tinggi dan ampuh sekali ? Murid siapakah dia ?

Giok Han tertawa mengejek. "Ayo maju lagi, mengapa bengong di situ?" tantangnya. Dia, tahu Ban It Say kaget karena menerima salah satu jurus "Sin beng-kun" yang sangat ampuh itu, dan memang Giok Han sengaja mempergunakan jurus-jurus ampuh itu, dia ingin membekuk Bin It Say, karena congkoan Gi-lim-kun ini termasuk salah seorang musuhnya yang ikut menghancurkan keluarganya.

Ban It Say tidak bengong terlalu lama, walaupun bagaimana dia seorang lihai berkepandaian tinggi dan memiliki kedudukan terhormat di kotaraja sebagai congkoan Gi-lim-kun. Sekarang dia dibikin tercengang seakan tak berdaya terhadap lawannya yang masih muda belia ini, bahkan di depan anak buahnya, mereka menyaksikan apa yang terjadi.

Timbul penasaran dan kemarahan yang meluap sampai memukul ubun-ubun kepalanya. Tak buang waktu lagi tubuhnya loncat ke depan Giok Han dan sekarang dia menyerang dengan penuh perhitungan, mempergunakan ilmu andalannya.

Tangan kanannya berkesiutan mengeluarkan angin yang menderu-deru menerjang Giok Han. Jari-jari tangannya siap untuk merobek kulit tubuh dan mencopot daging tubuh lawan, mencengkeram mati jalan darah terpenting di tubuh lawan.

Giok Han tahu Ban It Say memang berkepandaian tinggi, kalau tadi dia berhasil membuat congkoan Gi-lim-kun itu kaget karena Ban It Say tak menyangka dia memiliki ilmu mujijat seperti Sin-beng-kun, memandang rendah padanya sehingga mempergunakan tenaga sinkangnya tak sepenuhnya, juga kurang waspada.

Tentu saja hal ini membuat Ban It Say menderita kerugian, pelajaran pahit tadi membuat Ban It Say sekarang hati-hati dan jauh lebih tangguh dari tadi. Angin pukulan kedua tangannya seperti juga ingin melepaskan baju yang melekat di tubuh Giok Han, karena menyambar-nyambar dahsyat membuat baju pemuda itu jadi beterbangan keras sekali.

Tak ayal lagi Giok Han mempergunakan jurus-jurus Sin-beng-kun untuk menghadapinya berulangkali Ban It Say terkejut menerima tangkisan Giok Han yang dahsyat dan aneh, tapi dia tidak sampai harus menghentikan serangan-serangannya, karena Ban It Say masih dapat bertahan.

Giok Han telah menduga bahwa congkoan Gi-lim-kun ini paling lama bisa bertahan cuma 10 jurus. Tidak lebih dari itu. Karena Sin beng-kun adalah pukulan mujijat yang diperuntukkan Giok Han menghadapi Tang San Siansu. Dan dugaan pemuda ini memang tepat. Sebab pada jurus ke enam saja Ban It Say mulai gugup dan panik, karena dia seperti terkurung suatu kekuatan yang menyesakkan napasnya, biarpun dia memusatkan sinkangnya pada kedua lengannya, namun tampaknya dia tidak berhasil untuk menghalau kekuatan Sin-heng kun pemuda tersebut.

Mati-matian Ban It Say mencurahkan seluruh kekuatan singkangnya, tetap saja dia terdesak. Masih untung buat Ban It Say karena usianya yang masih muda Giok Han kalah pengalaman dan latihan dibandingkan dengannya, kalau tidak dalam tiga jurus dengan Sin-beng-kunnya itu Gion Han pasti sudah dapat merobohkan Ban It Say.

Pada jurus kedelapan tangan Giok Han berputar-putar dan di sekitar kepala Ban It Say berkeliling sebuah bola api yang panas bukan main melingkar isi kepala serta otak nya, matanya juga pedas sekali. Ban It Say semakin kaget, tapi waktu dia mau meloncat mundur dan terpikir untuk perintahkan pasukannya buat mengeroyok Giok Han, keadaan sudah terlambat. Belum lagi dia meloncat menjauhi Giok Han, tahu-tahu tangan kanan Giok Han berhasil mencengkram lengan Ban It Say. Walau congkoan Gi lim-kun ini hendak melepaskan tangannya dari cengkeraman jari-jari tangan Giok Han yang begitu kuat dan sangat panas, tangan kiri Giok Han sudah menyambar lagi pada leher di bawah cuping daun telinga.

Bagian dari anggota tubuh di situ memang merupakan daerah paling lemah buat pertahanan seorang manusia, lehernya terkena pukulan begitu kuat seketika tubuh Ban It Say terhuyung, namun dia masih bisa mempertahankan kuda-kuda-nya sehingga tidak sampai mencium tanah.

Mukanya merah padam. Giok Han tak memberi kesempatan kepada musuhnya belum Ban It Say sempat memperbaiki posisi tubuhnya, pemuda ini tahu-tahu sudah berada di sampingnya dan tangannya menghantam iga kanan Ban It Say, sampai congkoan Gi lim-kun itu terhenyak kesakitan, mukanya meringis dan buyarlah kekuatan tenaga kuda-kuda kedua kakinya, dia jatuh terduduk dengan muka pucat, mulutnya tampak merah karena darah mengucur keluar.

"Orang she Ban, hari ini adalah hari kematianmu, untuk membayar hutang jiwa dari keluarga Jenderal Giok Hu!" Teriak Giok Han yang menghampiri dengan muka yang kaku dingin tak memancarkan perasaan, memandang tajam penuh dendam, karena yang terduduk tak berdaya ini adalah seorang musuhnya yang ikut menghancurkan keluarganya.

Muka Ban It Say masih pucat waku dia bertanya bingung: "Si.... siapa kau ? Dan . . . mengapa kau kait-kaitkan aku dengan persoalan Jenderal Giok Hu almarhum ?"

"Jangan pura pura tolol bertanya seperti itu ! Tentu kau sendiri sudah tahu mengapa kau harus mati hari ini, untuk menebus dosa-dosamu yang telah mencelakai keluarga jenderal Giok Hu. Kau juga termasuk salah satu yang mengambil bagian menghancurkan keluarga Jenderal Giok Hu."

Sekarang Ban It Say gentar terhadap pemuda di depannya, dia melihat kenandaian pemuda ini benar benar tangguh dan jurus-jurus silatnya mujijat sulit dihadapi. Dia jadi lemah dan lenyap keberanian maupun keangkuhannya.

"Tunggu dulu, dengar dulu penjelasanku!" Serak suara Ban It Say waktu bilang begitu, dia juga menggoyang-goyangkan tangannya mencegah Giok Han maju lebih dekat padanya. Beberapa orang pasukannya telah coba mengurung Giok Han, tapi tak seorangpun berani menyerbu untuk menyerang Giok Han.

Mereka menyaksikan betapa congkoan mereka sangat mudah dirubuhkan pemuda tangguh itu, aoalagi mereka, jika maju sama saja dengan mengantarkan jiwa. Semuaoya jadi berdiri diam, seakan menanti keputusan atau perintah congkoan mereka.

"Beritahukan dulu padaku, siapa kau sebenarnya agar aku mengetahui jelas duduk persoalannya !" Bilang Bin It Say gugup ketua melihat Giok Han tetap maju selangkah demi selangkah mendekati tanpa melayani permintaannya. Mata pemuda itu memancarkan sinar berkilauan seakan menusuk kedalam haci Ban It Say.

Melangkah maju menghampiri tiga langkah Giok Han akhirnya berhenti dan mukanya kaku tak berperasaan ketika bertanya: "Apa yang ingin kau jelaskan ? Duduk persoalan sudah jelas, kau salah seorang yang ikut menghancurkan rumah tangga dan keluarga Jenderal Giok Hu."

"Aku hanya seorang yang makan gaji negara, maka aku harus taat pada perintah. Aantara aku dengan Jenderal Giok Hu tak ada permusuhan, cuma melaksanakan perintah dari Cu-kong-kong untuk membasmi jenderal yang mau memberontak itu..."

"Bohong ! Mana mungkin jenderal setia itu ingin memberontak dan itu pasti fitnah belaka, alasan yang kalian cari cari untuk mencelakai keluarga jenderal Giok Hu !" bentak Giok Han dan suaranya penuh kemarahan.

"Tapi kami hanya mengiringi thaykam yang jadi utusan Hongsiang, untuk menghukum jenderal Giok Hu. Kami melaksanakan perintah, janganlah menimpahkan dendam itu kepadaku ssluruhnya, karena Thio Yu Ling, congkoan Kim-ie-wie juga ikut pada pengawalan thay kan yang hendak menghukum jenderal Giok Hu. Hukuman yang dijatuhkan pada diri Jenderal Giok Hu berasal dari firman Hongsiang, maka seluruhnya menjadi tanggung-jawab Hongsiang! Kami yang makan gaji negara cuma melaksanakan perintah dan tugas kewajiban belaka...!"

"Manusia pengecut," memaki Giok Han mendongkol. "Sekarang kau hendak pungkiri perbuatan kejam yang pernah kau lakukan bersama-sama dengan kawanmu itu. Walaupun demikian, tetap saja kau harus mati !"

"Tunggu . . .kau belum memberitahukan siapa dirimu dan masih ada hubungan apa antara kau dengan keluarga Jenderal Giok Hu?" Ban It Say bertanya seperti itu, sebab dia tak berhasil menduga siapa ini. Yang diketahuinya bahwa seluruh keluarga Giok Hu telah dibasmi bersama Thio Yu Ling.

Namun mendadak mukanya berobah, jadi pucat pias dan memandang Giok Han dengan sorot roata guram. Dia teringat sesuatu dan pundaknya jadi terasa dingin seperti ditempelkan batangan es. Dia ingat waktu terjadi pembasmian keluarga pemberontak Jen-deral Giok Hu, ada seorang anak Jenderal Giok Hu yang tak ditemukan, walaupun telah dicari disekitar tempat kediaman Jenderal Giok Hu, tetap saja anak Jenderal itu menghilang.

Waktu itu dia tak begitu memperhatikan keadaan tersebut, karena dianggapnya apa yang bisa dilakukan oleh anak jenderal tersebut. Siapa tahu, sekarang timbul urusan pembunuhan keluarga jendral Giok Hu, maka teringat pada lenyapnya anak Jenderal Giok Hu di saat pembasmian keluarga jenderal itu, seketika Ban It Say menduga bahwa pemuda di depannya ini apakah bukan anak jenderal tersebut?

Giok Han berkata sinis: "Kalau aku tak menjelaskan siapa diriku, tentu kau mati dengan mata tak meram serta penasaran. Baiklah, akulah anak jenderal Giok Hu yang sempat lolos dan tangan mautmu dan kawan-kawanmu ! Sudah dengar jelas ? Akulah Liong-kak-sin-hiap, anak jenderal Giok Hu yang akan mengadakan perhitungan dengan semua orang-orang yang pernah ikut ambil bagian mencelakai keluargaku !"

Ban It Say sudah berdiri dan otaknya berpikir keras. Dugaannya benar. Pemuda ini anak jenderal Giok Hu yang lenyap pada hari itu. Sekarang muncul lagi dengan kepandaian yang sangat tangguh. Dia tidak kaget lagi mendengar keterangan Giok Han, sebab dia sudah menduga. Otaknya bekerja keras untuk mencari jalan lolos dari tangan pemuda ini. Sekali saja dia bisa lolos, selanjutnya dia akan melakukan pengejaran ketat pada Giok Han.

Akan diajaknya pasukan Gi-lim-kun yang umumnya memiliki ilmu silat tinggi untuk mencari pemuda yang jadi cucu jenderal Giok Hu. Waktu itu diapun bisa memakai pahlawan istana lainnya, baik dari Kim-ie-wie maupun dari pasukan pribadi Kaisar, untuk membantunya mengadakan pengejaran pada Giok Han, dengan tuduhan pemuda itu bermaksud memberontak!

Cang In Bwee mengawasi Giok Han, namun dia jadi kaget karena tahu-tahu secara mendadak Ban It Say loncat menyerang untuk menyergapnya.

Ban It Say licik, dia tahu kepandaian Cang In Bwee jauh di bawah kepandaian Giok Han, karenanya dia memilih "pengemis" kotor ini sebagai sasaran tangannya, di mana dia hendak menangkap In Bwee, untuk dijadikan sandera. Sambil menyerang In Bwee dia juga berseru:

"Tangkap pemberontak itu mati atau hidup!" Serunya itu ditujukan buat pasukannya.

Sejak tadi semua pasukan Ban It Say cuma berdiri ragu ragu, tapi mendengar perintah congkoan mereka, tak berayal lagi mereka meluruk menyerang Giok Han untuk mengeroyok.

In Bwee coba menangkis cengkeraman tangan kanan kanan Ban It Say, tapi tangan kiri Ban It Say tahu-tahu menyambar sudah berada di depan mukanya. Ban It Say girang dia yakin bisa menawan pengemis kotor ini dan bisa memaksa Giok Han agar menyerah untuk ditawan olehnya. Tangannya cuma terpisah beberapa dim lagi dari muka In Bwee.

Tapi tak disangka-sangkanya, Ban It Say merasakan tangannya yang kiri dan tengah hendak mencengkeram muka In Bwee, sakit luar biasa, gatal gatal, seperti tertusuk sesuatu. Bahkan dia mendengar In Bwee tertawa sambil meloncat mundur. Tubuh Ban It Say juga mengejang, rasanya tak enak, tangannya sudah kejang sulit digerakkan, seperti tak memiliki tenaga lagi. Tubuhnya terhuyung ke belakang dengan muka berobah pucat dan mata memandang murka kepada In Bwee.

Apa yang terjadi dan mengapa Ban It Say mendadak menarik tangannya yang hampir mengenai muka In Bwee, bahkan dia merasakan tangannya jadi kejang kaku tak bertenaga sulit untuk digerakkan ?

Rupanya In Bwee menyadari juga bahaya yang mengancam dirinya, keselamatan jiwanya terancam oteh tangan maut Ban It Say, kalau saja mukanya kena dicengkeram, dan pasti dia akan ditawan oleh congkoan Gi-lim-kun tersebut. Dalam keadaan terancam bahaya seperti itu. In Bwee tidak tinggal diam, sebab cepat sekali tangannya terangkat ke atas, seperti menyambuti tangan Ban It Say.

Padahal dia mempergunakan jarum beracun untuk menyambuti pukulan Ban It Say, sehingga congkoan Gi-lim-kun itu kesakitan dan menarik tangannya membatalkan cengkeramannya.

In Bwee melakukan pembelaan diri seperti itu karena tahu kalau dia menangkis dengan kekerasan cengkraman Ban It Say, pasti dia kalah tenaga lwekang, dan akan jatuh ketangan musuh. Memang Ban It Say sengaja menyerang mencengkram muka In Bwee dengan harapan In Bwee coba menangkis tangannya.

Waktu itulah Ban It Say akau mencengkeram tangan In Bwee, batal menyerang mukanya, mencengkeram pa ia nadi jalan darah "cung koan-niat," nya, pasti akan membuat tubuh In Bwee jadi lumpuh tak bertenaga dan jatuh ke dalam tangan Ban It Say, untuk dijadikan sandera.

Ban It Say sudah memperhitungkan segalanya sebaik-baiknya,tapi siapa tahu juteru In Bwee juga sangat cerdik Dalam keadaan terjepit di- bawah ancaman lawan, dia masih bisa meloloskan diri dengan mempergunakan jarum beracun yang dipergunakan menyambuti tangan Ban tt Say. Setelah Ban It Say menjerit dan tertusuk jarumnya, In Bwee juga tidak tinggal diam, tubuhnya ringan meloncat ke belakang.

Dia mengejek sinis mentertawai ketololan lawannya, yang kena diselomoti seperti itu.

Ban It Say melihat keadaan tangan kiri nya. Ada titik hitam di tangannya, tanda bekas tertusuk sesuatu, yang di sekitarnya berwarna gelap kehitam-hitaman. Meluap darah Ban It Say, dia berjingkrak sambil meraung sengit, karena segera diketahui dirinya sudah dilukai dengan senjata yang beracun,

Matanya bengis mengawasi si pengemis, dia memusatkan seluruh tenaganya, untuk loncat menyerang. Tapi, sebelum dia meloncat, sempat ditelannya beberapa pil, untuk penawar racun. Pil, yang ditelannya adalah pil yang dibuat tabib istana, karena dia yakin pil itu bisa memunahkan racun yang di pergunakan si pengemis. Diiringi raungan bengis dia loncat menerjang si pengemis, sepasang tangannya bergerak-gerak dengan tenaga sinkang penuh pada lengannya. Dia bertekad hendak membunuh si pengemis.

Giok Han terkejut melihat kekalapan congkoan Gi lim-kun itu, sebab diketahuinya kepandaian In Bvvee berada dibawahnya, tentu agak sulit menghadapi congkoan Gi-lim-kun yang memang berkepandaian tinggi.

Tapi untuk menolongi In Bwee dan menghadapi Ban It Say diapun tak bisa, dirinya sedang dikeroyok oleh belasan orang tentara kerajaan yang mempergunakan berbagai macam senjata tajam.

Cang In Bwee cendiri menyadari bahwa dirinya sulit mengimbangi Ban It Say, dia memang masih setingkat di bawah sinkang congkoan Gi-lim-kun tersebut. Tapi kini mau tak mau dia harus menghadapi congkoan Gi-lim-kun tersebut, dia berharap bisa mempergunakan racun lagi, Waktu itu sepasang tangan Ban It Say sudah menyambar didepan mukanya, dan In Bwee tidak tinggal diam dia mengelakkan beberapa kali pukulan yang di lakukan congkoan Gi-lim-kun tersebut, bahkan dia telah coba balas menyerang.

Seluruh kepandaiannya dipergunakan, dia mengandalkan Ginkangnya untuk menghindari setiap sambaran tangan lawannya, dan setiap ada kesempatan In Bwee mempergunakan racunnya untuk menerima serangan, misalnya dengan mempergunakan jurus beracun atau peluru beracunnya.

Tapi Ban It Say dalam keadaan kalap benar-benar tangguh sekali, sebab setiap In Bwee melontarkan peluru beracunnya, congkoan Gi-lim-kun yang sudah berpe ngalaman tersebut tidak menyampok dengan tangannya, melainkan menyambuti peluru itu agar tak meledak, kemudian dia melontarkan kembali kepada In Bwee. Dengan demikian. In Bwee sering kecele melihat timpukannya gagal.

Ban It Say bukan hanya menggagalkan setiap timpukan peluru racun dan juga jarum beracun, In Bwee, melainkan dia sudah menyerang gencar sekali.

Masih tertolong In Bwee, memiliki ginkang yang aneh gerak-geriknya, juga tubuhnya kecil lincah, sehingga selama itu masih bisa menghadapi lawannya yang tangguh dan kalap ini.

Giok Han yang sedang dikeroyok belasan orang tentara kerajaan bekerja cepat, berulang kali sudah merobohkan lawan-lawannya Mungkin sudah delapan orang tentara kerajaan yang menggeletak terluka, sebagian tak bisa bergerak bangun, cuma mengerang-erang kesakitan.

Giok Han mau secepatnya merobohkan semua tentaia kerajaan itu, untuk dapat menghadapi Ban It Say dan menolongi In Bwe, dia kuatir bukan main pada keselamatan gadis itu, yang tengah terancam ditengah kekalapan congkoan Gi-lim-kun itu.

Tetapi setiap ada seorang tentara kerajaan yang dirobohkan, maka maju dua tiga orang tentara kerajaan yang lainnya, yang mengeroyok dan mengepung Giok Han semakin lama bukannya semakin sedikit malah jadi semakin banyak. Dengan demikian Giok Han tak berdaya untuk menggeser tubuhnya kedekat In Bwee.

Keadaan In Bwe semakin terancam, sebab biarpun dia memiliki kepandaian yang tinggi, namun menghadapi lawan kalap seperti Ban It Say benar-benar membuat dia jadi sering terdesak sampai tak bisa balas menyerang.

Kekalapan Ban It Say demikian besar dan dia menyerang tanpa memperdulikan keselamatan dirinya, seakan juga hendak mengadu jiwa. Sebab itu, In Bwee sering terdesak tanpa bisa balas menyerang. Menghadapi lawan yang kalap memang lebih sulit dari lawan yang biasa, apa lagi lawannya ini merupakan komandan pasukan yang khusus menjaga keselamatan kaisar, yang pasti mempunyai kepandaian tinggi.

Dalam keadaan seperti itu, In Bwee berulangkali berusaha menjauhi Ban It Say, tokh dia selalu gagal. Ban It Say selalu mendesaknya dan menyebabkan mereka bertempur jarak dekat, sebab Ban It Say melancarkan pukulan-pukulan kilat mengandung maut serta mematikan.

Suatu kali In Bwee sulit untuk menghindarkan lagi tangan kanan Ban It Say yang menyambar cepat sekali, dia sudah tidak keburu untuk loncat menjauhi diri. Terpaksa dia harus menangkis tangan kanan lawannya, biarpun dia tahu tenaga pukulan yang dilakukan lawannya itu sangat kuat sekali, sebab tenaga sinkangnya tampaknya sudah dipusatkan disitu.

Angin pukulan itu sampai berkesiutan keras, Dess:.... bukkk" Tangan In Bwee saling bentur dengan tangan Ban It Say. Akibatnya benar benar hebat untuk In Bwee, tubuhnya yang kecil langsing terpental seperti terdorong oleh suatu kekuatan yang tak terlihat, bagaikan sehelai daun kering dia melayang di tengah udara setinggi tiga tombak, dengan menderita kesakitan pada tulang tangannya yang tadi dipakai buat menangkis pukulan lawannya.

Untungsaja In Bwee mempunyai ginkang yang tinggi, dia berpoksai di tengah udara agar tubuhnya tak sampai terbanting di tanah. Tapi, begitu kedua kakinya hinggap di tanah, tangan Ban It Say sudah menyambar datang lagi. Lawannya tidak tidak memberikan kesempatan sedikitpun pada In Bwee untuk mengadakan persiapan.

Kaget In Bwee, hatinya mencelos. Bahaya maut sudah mengancam datang dari arah atas kepalanya. Dia baru saja hinggap, belum keburu mengerahkan tenaga sinkangnya pada tangan untuk menangkis.

Tapi sebagai seorang berkepandaian tinggi, tentu saja In Bwee tak mau begitu saja batok kepalanya dihantam pecah hancur berantakan, dia telah me-ngigoskan secepat kilat, tapi masih terlambat, pundaknya kena dihantam oleh serempetan tangan Ban It Say, nyerinya bukan main, sampai In Bwee meringis menahan sakit. Menyusul lagi tangan kiri nan It Say menyambar ke-dadanya.

In Bwee dalam kesakitan seperti itu masih berusa ia menghindarkan tangan kiri lawan dengan mendoyongkan tubuhnya kesamping kanan, tapi terlambat. Baju didada nya kena dijambret robek, malah dadanya kena dicengkeram keras sekali, untung saja terlepas dan cuma kulit dadanya yang terkelupas, darah segera mengucur keluar.

Sejenak Ban It Say tertegun melihat dada yang membulat montok padat dan putih mulus mencuat keluar dari robekan baju, diantara darah yang merah membasahi baju dan kulit dada In Bwee. In Bwee cepat-cepat menutupi dengan tangannya, agar dadanya tak terlihat olen Ban It Say.

"Hah-hah-hah-hah-hah !" Tertawa Ban-It Say nyaring sekali. "Tak tahunya kau budak hina siluman wanita !" Sambil berkata begitu, tubuhnya meloncat lagi, sekarang dia memukul kearah kepala la Bwe dengan mengerahkan sinkang sepenuhnya, yang semuanya berkumpul di kepalan tangan kanannya, dia mau menghantam pecah batok kepala In Bwee.

Maut benar benar mengancam In Bwee dia dalam keadaan kikuk melindungi dadanya agar tak terlihat orang, juga dia baru saja terluka, sekarang dia diserang begitu hebat. maka dia berada pada posisi yang terancam benar buat keselamatan jiwanya.

Biarpun Giok Han sibuk menghadapi pengeroyoknya yang berjumlah sangat banyak namun matanya tak pernah lepas mengawasi In Bwee.

Melihat In Bwee terluka, Giok Kan seperti kalap menerjang tiga orang lawannya yang dirobohkan dengan pukulan-pukulan yang dahsyat, dia ingin segera me-nolongi In Bwee. Tapi, tiga orang lawan iiu rubuh, maju enam orang lawan lainnya, yang tetap melibaikan Giok Han dengan serangan-serangan mematikan, terpaksa Giok Han harus melayani lagi, tak bisa mendekati In Bwee.

Hati Giok Han kuatir bukan main, apa lagi sekarang dilihatnya jiwa In Bwee terancam kematian, Ban It Say tengah meloncat melayang di udara dengan tangan kanan berkesiutan menghantam ke arah batok kepala In Bwee.

In Bwee sendiri mengeluh, tenaganya seperti lenyap, lukanya di dada tak ringan, selain kulit dadanya terkelupas, juga memang dia tergempur oleh tenaga pukulan Ban It Say.

Datangnya tangan mengandung maut hendak memukul kepalanya sulit untuk dihindarkan, untuk mengerahkan tenaga menerima serta menangkis pukulan Jtu, juga sudah tidak mungkin. Maka jalan satu-satunya mengadu jiwa dengan menyambuti pukulan itu sedapatnya dan sekuat sisa tenaganya. Hati In Bwee berdebar, dia menyadari bagitu tangannya bentrok di udara dengan tangan lawannya, maka habislah dia !

Tapi, waktu tangan Ban It Say terpisah tak jauh lagi, cuma setengah meter dari kepala In Bwee, mendadak congkoan Gi-lim-kun itu mengeluh, matanya dirasakan berkunang-kunang, tubuhnya seperti jadi kejang dan kepalanya seperti dihantam oleh palu yang berat dan keras. Tenaganya juga seperti lenyap. Dia tahu-tahu rubuh terjungkel, di tanah.

In Bwee kaget, tapi juga tak mau mensia-siakan kesempatan ini, sebab dia segera meloncat menjauhi Ban It Say, yang waktu itu sudah meloncat berdiri lagi, berdiri dengan tubuh bergoyang-goyang, dia rupanya sedang berusaha mengendalikan tubuhnya, memulihkan tenaganya.

Mengapa terjadi begitu?

Ternyata dia saat saat In Bwee menghadapi detik-detik menentukan, waktu Ban It Say hampir berhasil mencelakainya justru racun yang tadi dipergunakan In Bwee pada jarumnya yang melukai tangan Ban It Say, sudah bekerja ! Pil obat yang diminum Ban It Say hanya dapat bertahan sebentar saja, racun kemudian bekerja keras, sehingga mata Ban It Say gelap serta badannya jadi mengejang dan dia gagal untuk mencelakai lawannya.

Giok Han tadi mencelos hatinya, karena tahu mencelos hatinya, karena tahu sahabatnya akan celaka ditangan Ban It Say. Tapi dia jadi heran melihat Ban It Say roboh sendirinya sebelum serangannya itu tiba pada sasaran, sedangkan In Bwee sudah meloncat menjauhi diri dari congkoan GLiim-kun itu. Giok Han jadi agak tenang, walaupun dilipua tanda tanya mengapa Ban It Say bisa roboh sebelum serangannya tiba pada sasarannya.

Dia cuma menduga mungkin In Bwee yang sangat cerdik sudah berhasil mempergunakan senjata rahasia beracun.

Semangat Giok Han terbangun, dia memperhebat, pukulan-pukulannya pada pasukan tentara kerajaan, sehingga dua orang seketika terpental dengan dada terpukul rusak, karena tenaga pukulan yang kuat itu membuat tulang dada mereka patah dan jatuh terbanting di tanah berkelojotan dengan lidah terjulur dan mata melotot seperti bijimata mau keluar, kemudian pingsan tak sadarkan diri.

Menyusul Giok Han meloncat menghindarkan tabasan golok seorang lawannya di sebelah kanan, tangannya bekerja lagi. Sekali ini dia bernasil memukul muka tentara yang seorang itu sampai tulang pipinya remuk, waktu terjengkang ke belakang tentara kerajaan itu berkelojotan seperti seekor babi ingin dipotong, sakitnya bukan main, di samping pandangan matanya jadi gelap, dia menjerit jerit kesakitan dengan tubuh tak hentinya berkelojotan.

Tentara kerajaan yang lainnya jadi gentar menyaksikan kawan kawan mereka roboh dengan keadaan yang mengenaskan seperti itu karena hebatnya pukulan Giok Han, mereka jadi ragu-ragu untuk maju terus,bahkan beberapa orang segera meloncat mundur, kuatir jadi sasaran pukulan Giok Han.

Mempergunakan kesempatan tersebut Giok Han menyambar pundak seorang tentara yang ada didekatnya, dia memutar tubuh tentara itu, membuka jalan keluar dari keroyokan lawan-lawannya. tubuhnya kemudian meloncat kedekat In Bwee sambil melemparkan tubuh tentara yang tadi dicengkeram punduknya.

In Bwee menyambar tangan Giok Han. "Mari kita tolongi mereka dulu !"

Giok Han menurut, dia meloncat berdua In Bwee kedekat Cun Siang dan wanita yang jadi tawanan. Di situ berjaga tiga orang tentara kerajaan. Mudah saja Giok Han dan In Bwee merobohkan ketiga orang tentara kerajaan itu. Giok Han sekaligus menghantam dua orang roboh dengan dada rusak karena tulang patah dan pingsan, sedangkan In Bwee membereskan yang seorang, yang dihantam oleh peluru beracunnya, maka tidak sempat menjerit lagi tentara kerajaan yang seorang itu roboh di tanah pingsan tak sadarkan diri.

Giok Han berdua la Bwee bekerja cepat, mereka telah membuka ikatan tali pada pinggang Cun Siang dan wanita itu. ln Bwee menggotong wanita itu, sedangkan Giok Han menggendong Cun Siang, yang belum sempat dibuka ikatan pada tangannya.

Mereka segera menyingkir dari situ, sebelum Ban It Say berhasil menguasai keadaan dirinya. Dalam waktu singkat Giok Han sudah lenyap dari para pengejarnya, yaitu tentara-tentara kerajan yang berusaha mengejar mereka sambil berteriak-teriak: "Tangkap ! Tangkap pemberontak !"

Ban It Say ingih berdiri di tempatnya berusaha menguasai diri karena rasa sakit di kepalanya semakin hebat sehingga dia meringis menahan rasa sakit yang terlalu dahsyat, sampai tangannya yang merogoh saku bajunya gemetar, mengeluarkan botol pil obatnya, menelan lima butir.

Rasa sakit itu berangsur-angsur mulai berkurang, tapi itu memakan waktu cukup lama, mungkin lebih dari sepuluh menit. Butir-butir keringat mengucur deras dari sekujur tubuh Ban It Say, dia cepat cepat menghampiri kudanya meloncat ke punggung binatang tunggangannya tersebut.

"Ayo berangkat! Cepat ! Jangan kejar mereka !" Dia bermaksud akan pulang cepat cepat untuk mempergunakan singkang-nya dan mencari obat yang cocok untuk menawarkan racun yang sudah terlanjur mengendap di dalam badannya.

Sebagai seorang yang berpengalaman, Ban It Say menyadari tadi dia sudah melakukan kekeliruan. Dia terlalu kalap, sehingga darahnya beredar jauh lebih cepat dari wajarnya, racun ini terbawa arus darah lebih cepat.

Coba kalau dia tidak mengumbar amarahnya, mungkin racun tak bekerja sehebat itu, dua butir pil yang telah ditelannya bisa membendung sedikitnya buat beberapa hari.

Sekarang setelah dia mengalami kejadian yang sangat pahit, di mana kepalanya sakit luar biasa, tangannya lunglai tak bertenaga, barulah dia kaget. Untung dia masih memiliki simpanan pil obat penawar racun, yang segera ditelannya sekaligus lima butir, sehingga sakit di kepalanya berangsur-angsur berkurang dan dia sudah bisa menggerakkan tangan kakinya, tak mengejang lagi tubuhnya, itulah sebabnya dia mau cepat-cepat meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan Giok Han dan In Bwee yang sudah melarikan diri dengan membawa ke dua tawanannya. Yang terpenting, dia ingin oiengooati dulu dirinya ....

Tentara kerajaan yang semula pura-pura mengejar, karena mereka takut pada Ban It Say yang murka jika tawanan itu lolos, padahal hati mereka gentar buat mengejar sungguh-sungguh pada Giok Han dan In Bwee yang sangat lihai dan tangguh itu. Sekarang mendengar perintah Ban It say mereka jadi girang, segera menggotong kawan kawan mereka yang terluka dan berangkat meninggalkan tempat tersebut.

Dalam waktu singkat tempat itu jadi sepi lagi.... seperti tak. pernah terjadi sesuatu di tempat tersebut.

00000O00000

GIOK HAN berdua In Bwee berlari cepat sekali, tapi tak lama kemudian Giok Han terpaksa memperlambat larinya, karena dilihatnya In Bwee yang menggotong tawanan wanita yang mereka rampas sudah sempoyongan tak bisa berlari cepat.

Luka di dadanya tampaknya tidak ringan, di mana selain kulit dadanya terkelupas, juga ia terluka di dalam dari tenaga pukulan tangan Ban It Say, itulah sebabnya dia tidak bisa lari secepat semula. Semakin lama lukanya jadi semakin berat.

Karena kuatir Ban It Say dan pasukannya melakukan pengejaran terus. In Bwee masih memaksakan diri berlari terus. Tapi akhirnya dia tidak kuat lagi, segera menurunkan tawanan wanita yang digendongnya, dia sendiri roboh menggeletak di tanah.

Giok Han kaget, cepat-cepat menurunkan Cun Siang. Dia memeriksa keadaan ln Bwee. Ternyata keadaan gadis ini menguatirkan sekali, sekujur tubuh dan mukanya bercucuran keringat yang besar-besar seperti kacang hijau. Cepat-cepat Giok Han menotok beberapa jalan darah di tubuh si gadis, agar darah yang keluar terus menerus dari luka di dadanya berhenti.

Ambilkan... ambilkan... kantong obatku... di dalam sakuku..." Suara In Bwee lemah sekali. Dia sudah berada dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, matanya mulai kabur gelap, apapun tak bisa di lihatnya dengan jelas.

Giok Han sudah mengesampingkan tata krama antara pria dan wanita, segera dirogoh saku baju si gadis mengeluarkan sebuah kantong yang terbuat dari kain warna merah, di. dalam penuh bermacam macam obat yang bermacam warna. Giok Han jadi bingung, obat yang mana harus diberikan kepada In-Bwee.

"Ambilkan tiga butir obat yang berwarna coklat..." suara In Bwee semakin lemah, Kata-kata selanjutnya sudah tak jelas terdengar lagi.

Tidak buang waktu segera Giok Han mengambil botol obat yang warnanya coklat, dan memasukkan tiga butir di mulut si gadis, yang menelannya mempergunakan bantuan air ludahnya. Sesudah meneIan obat itu, In-Bwee diam sejenak, napasnya semakin lama semakin teratur dan perlahan-lahan pandangan matanya pulih bisa melihat jelas lagi. Dengan tubuh masih lesu si gadis kemudian bangun duduk untuk memusatkan sinkangnya, guna memulihkan luka di dalam tubuhnya.

Cun Siang berdiri agak jauh, disamping kawannya, yaitu wanita yang bersama dia di tawan Ban It Say. Dia mmta wanita itu membuka tali yang mengikat tangannya. Biarpun tangan wanita itu diikat juga oleh tali yang besar, tapi dia bisa membuka tali yang mengikat tangan Cun Siang.

Setelah tangannya bebas dari ikatan tali, Cun Siang cepat-cepat membukakan tali yang mengikat tangan wanita itu.

Giok Han membiarkan In Bwee mengerahkan sinkangnya duduk bersemedi untuk melawan goncangan luka dalam tubuh, supaya tak terlalu membahayakan, setidak-tidaknya agar dia bisa memperingan luka didalam tubuhnya. Dia menghampiri Cun Siang dan wanita itu.

Cepat-cepat Cun Siang dan wanita itu berlutut didepan Giok Han. "Terima kasih atas pertolongan In-kong." Kata mereka berbareng.

Giok Han cepat cepat menyingkir ke-belakang ke samping tak mau menerima hormat kedua oraag itu. Dia juga mengeluarkan tangannya menyuruh mereka bangun. "Jangan banyak peradatan, kami memanj berkewajiban menolong siapa saja yang ditindas oleh manusia-manusia kejam seperti para tentara kerajaan itu! Siapakah kalian?"

"Aku Tio Cun Siang dan ini isteriku Ho Bin Nio. Kami telah dicelakai oleh pasukan kerajaan itu... menjelaskan Cun Siang.

"Mengapa pasukan kerajaan hendak mencelakai kalian?" tanya Giok Han ingin tahu.

Tapi Cun Siang tampak ragu ragu, dia melirik pada isterinya, kemudian isterinya setelah mengangguk, barulah CunSiang bilang: "Kalau di depan In-kong yang telah menyelamatkan jiwa kami berdua tidak bicara terus terang, bukanlah perbuatan yang pantas dan terpuji. Kami telah diselamatkan In kong karenanya kami harus memberikan penjelasan yang terang. Kami berdua adalah utusan Tio-Hong Gan taijin, untuk menyelidiki keadaan diselatan ini, karena belakangan ini kami sudah mendengar pihak kerajaan sedang mengerahkan jago-jagonya untuk pergi menghancurkan pasukan kami!"

Kaget dan girang Giok Han mendengar kedua orang ini anak buah Thio Hong Gan, pejuang yang semakin Iama sekarang semakin bergerak maju, sebab sudah bertambah beberapa kora yang berhasil direbutnya.

Segera Giok Han maju memegang tangan Cun Siang, membuat sepasang suami isteri itu kaget tak terkira, hampir saja Cun Siang menarik tangannya buat menyerang, untung Giok Han sambil tertawa sudah bilang: "Kalau begitu kita orang sendiri! Akupun sedang melakukan perjalanan untuk bergabung dengan Thio taijin."

Cun Siang dan isterinya mengawasi Giok Han ragu-ragu, mereka tak bisa mempercayai begitu saja apa yang dikatakan tuan penolong ini, sudah menyelamatkan jiwa mereka tokh tetap mereka harus bersikap waspada.

"Aku Giok Han, anak Jenderal Giok Hu yang dicelakai oleh kaisar lalim itu, guruku perintahkan bahwa sekarang saatnya aku menggabungkan diri dengan Thio-taijin." memberitahukan Giok Han.

Tak terkira kaget dan girangnya Cun Siang dan isterinya, bahkan Cun Siang tiba-tiba berlutut, diikuti oleh isterinya yang menganggukkan kepala sambil menangis.

"Thian rupanya memiliki mata! Kami berdua memang diperintahkan Thio-taijin untuk menyelidiki tentang anak Giok Hu Goanswe yang lolos dari tangan jahat orang-orangnya kaisar lalim itu. Siapa tahu kami bertamu dengan kongcu di sini."

"Kaget Giok Han. ..Benarkah itu ?" tanyanya kemudian.

"Tugas kami ialah menyelidiki tentang orang orang yang dihimpun Siangkoan Giok Lin. Orang she Siangkoan telah diberi kekuasaan oleh Kaisar lalim itu untuk menghimpun orang-orang kangouw. Rupanya sekarang raja lalim itu sudah menyadari bahwa kekuatan kita bukanlah hal yang bisa diremehkan, apa lagi sekarang Thio-tai jin sudah berhasil masuk Ciatkang, itulah sebabnya raja lalim itu ingin merangkul orang-orang kangouw, agar membantu pihak kerajaan memusuhi kita ! Daftar mereka ada di tangan Siangkoan Giok Lin, sebab kemarin malam orang kaisar lalim itu sudah datang untuk mengambil daftar orang-orang kangouw yang mau tunduk dan bekerja pada pemerintah!

Kalau hal itu terjadi, tentu menimbulkan banjir darah yang hebat diantara kita-kita sendiri diadu domba oleh raja lalim itu, karena kita orang-orang Han ingin diadu agar menjadi lemah kekuatan dan persatuan kita, kemudian raja lalim itu baru menggempur hancur, menggagalkan perjuangan suci kita!

Di samping tugas penting itu, kami diberi tugas yang tak kalah pentingnya, yaitu menyelidiki dan kalau bisa mencari kontak untuk bertemu dengan anak Giok Hu Goanswe, untuk dihubungi dan diajak menemui Thio taijin yang siang dan malam selalu menguatirkan keselamatan kongcu dan berduka sekali pada peristiwa yang menimpa Giok Hu Goanswe. Kalau saja peristiwa itu bisa digagalkan dan Giok Hu Goanswe bisa diajak berdiri di pihak kita, niscaya kerajaan ini akan kembali ke tangan kita orang-orang Han dalam waktu singkat!"

Cun Siang bicara sambil menangis, sebentar-sebentar menyusut air matanya. Giok Han terharu mendengar Thio Hong Gan begitu memperhatikan keselamatan dirinya. Dia merasa berterima kasih dan berduka ingat pada keluarganya yang telah dihancurkan oleh orang orang kaisar lalim itu.

Dia jadi ikut menangis, tapi cuma sebentar, cepat-cepat menghapus air matanya lagi, dia bilang: "Baiklah! Aku tak lama lagi akan menghubungi Thio-taijin, sekarang aku mau membereskan dulu beberapa orang yang mungkin bisa membahayakan usaha Thio-taijin. Usaha besar ini harus dapat dijaga jangan sampai gagal, karena rakyat selama ini sudah tertindas benar oleh kaisar yang lalim itu !"

"Benar Giok Kongcu, menurut Thio-taijin justeru semakin lama raja lalim itu semakin ganas, rakyat sudah semakin menderita, kaki tangan kaisar lalim itu bertindak semakin ganas dan sadis tanpa pandang bulu, sehingga menimbulkan kegelisahan di kalangan rakyat. Kami juga berhasil menghimpun rakyat yang ikut bergabung dengan kita, jumlahnya sudah melebihi dari empat ratus ribu orang...!"

Giok Han girang bukan main mendengar kemajuan yang dicapai oleh pasukan Thio Hong Gan dalam mengadakan pemberontakan untuk mengambil pulang negeri mereka dari tangan raja penjajah.

"Giok kongcu, balehkah kami mengetahui siapa-siapa saja orang yang hendak kongcu bereskan ?" tanya CJ Siang kemudian.

"Yang pertama-tama harus disingkirkan adalah Siangkoan Giok Lin, karena dengan matinya dia tentu usaha raja lalim itu buat mempengaruhi dan "membeli" orang-orang gagah kangouw lewat tangan kotor Siangkoan Giok-Lin bisa digagalkan. Orang lainnya adalah Tang San Siansu, ia sekarang menjadi tangan Cu Bian Liat, thaykam keparat itu ! Demikian pula Cu Bian Liat harus dilenyapkan, aku akan berusaha untuk membunuhnya. Kalau urusan ini berhasil tanpa rintangan, tentu berkurangnya rintangan buat usaha-besar Thio-taijin."

Cun Siang dan isterinya mengangguk-angguk kagum. Mereka sudah menyaksikan betapa tinggi kepandaian Giok Hu, mereka yakin Giok Hu pasti bisa membereskan Siangkoan Giok Lin dan yang lainnya. "Biarlah kami ikut membantui dulu kongcu, baru nanti kami kembali ke markas."

Giok Han menggeleng. "Kalian sudah terluka, tampaknya Tio hujin juga dalam keadaan terluka tidak ringan. Bawalah isterimu pulang ke markas, kirim salam kepada kawan kawan dan Thio-jin, beritahukan juga tak lama lagi pasti aku akan bergabung dengan mereka. Tentang daftar orang-orang gagah yang bersedia bekerja pada kerajaan bisa kuusahakan merampas dari tangan Siangkoan Giok Lin. Memang berbahaya kalau kita tak berhasil memperoleh daftar itu, sebab besok-besok kita akan kemasukan mata-mata musuh, bisa saja seorang kangouw yang kita kira sahabat tak tahunya berdiri dipihak kerajaan ! Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan daftar itu. Tenanglah Tio-suheng, ajaklah isterimu pulang untuk merawat lukanya."

Cu Siang mengangguk berterima kasih, dia yakin Giok Han pasti berhasil membunuh Siangkoan Giok Lin dan memperoleh daftar orang-orang kangouw yang bekerja pada pihak kerajaan. Kepandaian Giok Han beberapa tingkat di atasnya. Secara selintas dan cepat dia menceritakan bahwa di kota ini dia mempunyai dua orang kawan, anak buah Thio-Hong Gan juga yang bekerja untuk memata-matai pihak kerajaan, di samping itu menampung orang-orang Thio Hong Gan yang kebetulan datang di kota ini.

Kakek tua yang binasa di tangan Ban It Say salah seorang dari mata mata yang ditempatkan Thio Hong Gan. Dia sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, selain merawat Tio Cun Siang dan isterinya yang terluka karena gagal menyerbu gedung slangkoan Giok Lin, tak berhasil merampas daftar orang-orang kangouw yang berhasil dibujuk orang she Siangkoan itu untuk bekerja di kaki Kaisar penjajah, juga memang mereka telah dilukai oleh orang-orang Siangkoan Giok Lin.

Beruntung suami isteri itu bisa meloloskan diri dan menumpang di rumah kakek tua A-nam, mata-mata Thio Hong Gan yang berjuang dengan sepenuh kemampuannya tanpa pamrih. Tapi siapa tahu, jejak sepasang suami isteri ini diendus oleh pihak Siangkoan Giok Lin, dengan munculnya Ban It Say dan juga matinya kakek tua itu. Kalau saja tak muncul Giok Han dan In Bwee, tentu celakalah Cun Siang dan isterinya.

Selama mendengarkan cerita Cun Siang, Giok Han sering melirik kepada In Bwee yang masih mengerahkan sinkangnya dengan duduk bersila buat menyembuhkan luka di dalam tubuhnya. Memang luka di dalam tubuh tak bisa disembuhkan dengan satu kali saja pemusatan tenaga sinkang, namun setidaknya bisamengurangi luka itu agar tak terlalu parah.

Lama juga ln Bwee mengerahkan pemusatan sinkangnya, sampai akhirnya dia menyudahi dan meloncat berdiri. Mukanya masih agak pucat.

Giok Han cepat-cepat menghampiri, muka si gadis berobah merah, cepat cepat menutupi dadanya dengan kedua tangannya, isteri Cun-Siang segera membuka buntalan bajunya yang cuma dua potong, dia berikan kepada In Bwee. Gadis itu cepat cepat memakainya, walaupun ukuran baju itu agak kebesaran tapi jauh lebih baik dari pada dadanya yang putih montok itu terlihat orang.

Giok Han menceritakan apa yang telah didengarnya dari Cun Siang, dia juga memperkenalkan Cun Siang suami isteri kepada In Bwee. Mereka segera merundingkan cara untuk membunuh Siangkoan Giok Lin. Akhirnya Giok Han bilang: "Tio-suheng percayalah, aku berdua Cang-kouwnio akan berusaha membunuh orang she Siangkoan itu. Sekarang pergilah kau kembali ke samping Thio-taijin, beritahukan pada Thio-taijin kalian sudah bertemu denganku, dalam waktu dekat aku akan berangkat bergabung. Tenaga kalian sangat diperlukan oleh Thio-taijin. Berangkatlah sekarang, kalau Ban-It Say, congkoan Gi-lim-kun tadi, menyusul mengejar kita sampai disitu, kami yang akan menghadapi, kalian bisa mempunyai waktu yang cukup buat meninggalkan tempat ini."

Tio Cun Siang dan isterinya bimbang, namun Giok Han mendesaknya terus, maka akhirnya dengan hati dan perasaan berat merekapun pamitan untuk berpisah dengan anak jenderal Giok Hu yang tampaknya memiliki kepandaian tinggi serta tangguh ini. Kenyatsan yang aangat menggembirakan, karena merekapun yakin Thio Hong Gan kalau menerima laporan ini pasti ikut gembira....

Setelah Tio Cun Siang dan isterinya pergi, Giok Han mengawasi In Bwee, dengaa sorot mata memancarkan kekuatiran yang sangat dia bertanya: "Bagaimana keadaan lukamu, nona Cang?"

"Tangan orang she Ban itu ternyata berbisa juga." bilang In Bwee dengan muka murung, "Mungkin aku memerlukan waktu satu bulan agar tenaga dalam pulih dan kesehatanku baik kembali."

"Baiklah kalau begitu, sementara ini kau beristirahat dulu, untuk menyembuhkan lukamu. Marl kita mencari tempat untuk berdiam sementara waktu. Dalam kesempatan itu aku akan pergi mencari Siangkoan Giok Lin, untuk membunuhnya kau dapat memusatkan sinkang untuk menyembuhkan lukamu."

In Bvves tiba-tiba teringat sesuatu. Dia memegang tangan Giok Han.

"Hampir aku lupa memberitahukan padamu! Dulu aku sudah menjanjikan kau akan memberitahukan rahasia Siangkoan Giok Lin. bukan ?"

Gok Han mengangguk, mengawasi si gadis dengan sikap berkuatir. "Ya. tapi bukan sekarang waktunya. Kini kau perlu mencurahkan seluruh perhatian untuk penyembuhan lukamu itu."

In Bwee sangat bsrsyukur dan berterima kasih atas sikap demikian baik dari Giok Han, yang memperhatikan dan menguatirkan kesehatannya. Dia menggeleng. "Dengan memberitahukan padamu rahasia Siangkoan Giok Lin tidak berarti aku harus mempergunakan caranya! Guruku pernah memberitahukan kepadaku bahwa kematian Siangkoan Giok Lin terletak pada... pada selangkangannya ! Dia memiliki ilmu kebal, sulit untuk menotoknya ataupun juga melumpuhkannya dengan menyerang anggota tubuhnya yang tain. Kau harus menyerang pada bagian yang mematikan, yaitu pada selangkangannya, tiga dim dari tepi kiri selangkangannya. Di jalan darah *Uh bian-hiat"nya."

Girang Giok Han mengetahui kelemahan orang she Siangkoan itu. Dia mengingatnya baik- baik. Kemudian dia minta agar In Bwee duduk bersila untuk mencurahkan sinkangnya dan coba menyembuhkan lagi luka di dalam tubuhnya.

Si gadis menggeleng.

Biarpun aku memerlukan waktu satu bulan untuk menyembuhkan lukaku ini agar menjadi sehat seperti semula, tapi bukan berarti keadaanku sekarang ini sangat menguatirkan. Sekarang aku sudah pulin sebagian besar, kau jangan terlalu kuatir."

Giok Han menggeleng.

"Tidak nona Gang, kau tak boleh terlalu memakai tenagamu pada saat-saat sekarang ini dan harus benar-benar beristirahat sambil memusatkan tenaga dalammu, agar kesehatanmu pulih benar. Peliharalah kesehatanmu baik-baik, urusan penting apapun bisa ditunda, sampai nanti setelah kau sembuh kita melakukannya bersama sama ! Sedangkan orang she Siangkoan iru biar aku sendiri yang menghadapinya. kukira tak ada kesulitan apa-apa, terlebih lagi jika kaki tangan kaisar lalim yang sebetulnya berada di gedung orang she Siangkoan itu sudah meninggalkan rumahnya dan pulang ke kota raja, tentu tak ada kesulitan apa-apa lagi buat membunuh Siangkoan Giok Lin !"

Si gadis sangat bersyukur, dia menatap si pemuda dangan sorot mata berterima kasih. Tanpa disadari tangannya masih memegangi tangan Giok Han, dan pemuda itupun balas menggenggam tangan si gadis. Mata mereka saling menatap, dan sinar mata mereka bicara lebih banyak dibandingkan kalau memakai mulut... seluruh isi hati mereka terpancar jelas-jelas dari sorot mata masing-masing... keduanya sudah maklumi apa yang mereka rasakan dan pikirkan.

Tiba-tiba Giok Han tersadar, dia segera menarik tangan si gadis diajak meninggalkan tempat itu, "Kita harus mencari tempat bersembunyi yang benar-benar aman, karena di saat kau sedang berobat menyembuhkan luka di dalam tubuhmu, tak boleh terganggu perhatianmu. Sedapat mungkin kita mencari tempat yang jarang didatangi manusia...!"

In Bwee menatap Gtok Han dengan pipi berobah merah, namun dia bertanya: "Kemana kita mencari tempat yang aman dari incaran orang-orang kaisar lima itu? Sekarang saja kaki tangan raja laim itu mungkin sedang melacak menyelidiki jejak kita !"

"Mari kita pergi melihat dulu keadaan didepan sana, mungkin bisa dipakai untuk berdiam sementara,"

"Tapi kita jangan menumpang di rumah penduduk, hal itu akan membahayakan. Kita tak bisa mengatakan pemilik rumah yang kita tumpangi akan berkhianat, tapi yang banyak terjadi memang begitu, ia melapor kepada yang berwajib."

Giok Han cuma mengangguk. Begitulah mereka melakukan perjalanan tanpa tahu harus pergi kemana. Tapi setelah berjalan setengah harian, mereka tiba di sebuah bukit yang agak terjal. Keadaan di situ sepi sekali tampak juga sebuah bongkahan batu besar.

"Aku akan menggeser batu besar itu. kau boleh bersemedi di belakang bongkahan batu itu, sehingga tak ada seorangpun yang bisa melihatmu !"

In Bwee masih tak mengerti apa yang dimaksudkan Giok Han, tapi pemuda itu sudah mulai bekerja Dia memusatkan sinkang pada kedua lengannya, kemudian mengangket bungkah batu yang berukuran besar, yang digeser hampir menempel pada bukit.

Kemudian dia mengumpulkan ranting dan cabang pohon yang telah kering, yang diletakkan di atas batu itu, ditimbuni oleh daun daun, sehingga tampaknya di atas bungkahan batu itu bertumbuhan pohon-pohon liar. Padahal di bawahnya terdapat ruang terpisah yang cukup lebar. Dengan cara demikian tentu orang tak akan mencurigakan bahwa di balik bongkahan batu itu ada orang.

In Bwee memuji kecerdikan Gtok Han, dia tak rewel ketika Giok Han minta dia duduk di balik bongkahan batu itu, bersemedi untuk memusatkan sinkangnya, agar luka di dalam tubuhnya bisa disembuhkan.

"Nah, di sini kau aman, biarlah aku akan kembali ke dalam kota, untuk mencari orang she Siangkoan itu ! Percayalah, aku akan mengurus orang she Siangkoan itu sebaik-baiknya, kau jangan kuatirkan apa-apa tentang diriku, karena kau perlu memusatkan seluruh perhatian pada pemusatan tenaga sinkangmu."

In Bwee mengangguk dan memejamkan matanya. Sedangkan Giok Han mempergunakan ginkangnya untuk kembali ke dalam kota, mendatangi rumah Siangkoan Giok Lin.

Dia bertekad walaupun bagaimana dia harus berhasil memperoleh daftar orang-orang kangouw yang ada di tangan Siangkoan Giok Lin. Jika tidak, tentu Thio Hong Gan banyak mendapat kesulitan. Sulit mengetahui orang-orang kangouw mana yang sudah menjadi anjingnya kaisar lalim itu, bisa jadi musuh dalam selimut buat Thio Hong Gan, berarti juga mengancam perjuangan suci Thio Hong Gan.

Karena mengetahui di kota banyak sekali berkumpul pahlawan kaisar, Giok Han bertindak hati-hati sekali. Dia sudah merencanakan, yang pertama-tama dilakukannya ialah menyelidiki dulu keadaan rumah Siangkoan Giok Lin, apakah orang-orang kaisar dari kota-raja masih berada di rumah orang she Siangkoan itu

00000O00000
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar