Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 24

Baca Cersil Mandarin Online: Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 24
Cula Naga Pendekar Sakti  Bagian 24
Tapi, setelah orang Persia itu mendesak semakin kalap, di samping itu Giok Han melihat In Bwee juga didesak oleh rangsekan hebat orang Persia yang satunya, maka akhirnya Giok Han memutuskan untuk merobohkan dulu kedua orang Persia itu.

"Sahabat, jika kau tak mau berhenti menyerang untuk membiarkan majikanmu mendengarkan keteranganku, akan merugikan dirimu sendiri!" bilang Giok Han dengan suara yang nyaring.

Orang Persia itu tidak peduli dengan ancaman Giok Han, karena badannya sudah meloncat ke depan lebih dekat pada Giok Han, dibarengi teriakannya yang bengis kedua tangannya diulurkan hendak mencekik lerer Giok Han.

Habislah kesabaran Giok Han. Dia tidak bergerak lebih jauh untuk mengelakkan kedua tangan lawannya, dia menunggu sampai kedua tangan lawannya sudah dekat, barulah dia membentak diiringi kedua tangannya menyelusup naik ke atas di antara sela-sela kedua tangan orang Persia itu, kemudian Giok Han membentangkan kedua tangannya, sehingga kedua tangan orang Persia itu tertolak ke kiri-kanan, dadanya jadi lowong terbuka tanpa penjagaan.

Kesempatan ini tak disia-siakan oleh Giok Han, tahu tahu tangannya sudah menjadi satu, menghantam kedepan, ke ulu hati orang Persia itu "Dukkkkkk .... !"

"tangan Giok Han telah menghantam ulu hati orang Persia itu, badan yang tinggi besar itu terhuyung ke belakang dengan diiringi teriakan kesakitan, mvkanya juga pucat.

Giok Han bertindak cepat, dia meloncat ke dekat In Bwee, tangannya juga bekerja mencengkeram baju dipundak orang Persia yang jadi lawan si gadis. Berbareng dengan itu ia memusatkan tenaga dalamnya, membentak nyaring, melontarkan tubuh yang tinggi besar itu.

Orang Persia yang satu tersebut, yang sedang mendesak In Bwee, kaget ketika baju dipunggungnya dicengkeram Giok Han, bahkan tahu-tahu tubuhnya sudah terbang di tengah udara, mati-matian dia berusaha untuk mengendalikan tubuhnya supaya tidak terbanting ditanah, dia berusaha mengimbangi badannya. Tapi usahanya itu gagal, sebab badannya terbanting jatuh di tanah, kepalanya pusing bukan main.

Tidak kepalang marah dan mendongkol Siauw Hoa menyaksikan peristiwa ini, karena dua orarg pengawalnya dirobohkan oleh Giok Han. Dia menjerit nyaring, tubuhnya meloncat kedepan sambil tangannya merabah pinggangnya.

"Sreengggg...!" tahu-tahu berkelebat sinar yang berkilauan putih gemerlapan, ditangan Siauw Hoa sudah tercekal sebatang pedang, yang menikam lurus ke leher Giok-Han!

Giok Han menghindari tikaman itu, dia-heran mengapa Siauw Hoa yang sebelumnya begitu ramah dan baik hati, sekarang tampak jadi demikian telengas, pedangnya meluncur dengan tikaman-tikaman yang mematikan tanpa memberikan kesempatan kepada Giok Han untuk balas menyerang.

In Bwee mendongkol melihat Siauw Hoa menyerang Giok Han dengan gencar dia ce-pat-cepat berseru. "Perempuan tidak tahu malu, akulah lawanmu ! Mari kita bertanding 10 jurus lagi!"

Memang Siauw Hoa membenci In Bwee setengah mati, karena menganggap In Bwee sebagai saingannya. Sekarang mendengar tantangan In Bwee tidak perlu sampai dua kali, pedangnya tahu-tahu berobah arah, sasarannya jadi diganti, bukan Giok Han lagi, melainkan In Bwee.

Pedang menyambar-nyambar dengan ujungnya yang bergetar, sehingga tampaknya pedang itu bisa berobah menjadi belasan mata pedang yang memusingkan kepala.

In Bwee juga tidak tinggal diam, cepat luar biasa tangannya menghunus senjata, sebatang pedang pendek, dia menghadapi serangan Siauw Hoa dengan tak hentinya mengejek.

"Perempuan tidak tahu malu mengapa engkau seperti perempuan sinting yang tidak hujan tidak angin menyerang kami? Hmmm, apa kekuasaanmu sehingga menyebut kami berdua sebagai pemberontak?"

Siauw Hoa mendengus, dia tidak melayani ejekan In Bwee melainkan pedangnya seperti hujan telah menikam dan menabas In-Bwee, sedetik juga dia tidak memberikan kesempatan pada ln Bwee untuk balas menyerang padanya. Yang luar biasa justeru cara menyerangnya itu selalu datang beruntun seperti sambung menyambung tidak berkeputusan.

Benar Cang ln Bwee memiliki kepandaian tinggi merupakan wanita gemblengan namun menghadapi serangan pedang yang datangnya seperti kalap dan nekad, membuat dia harus main mundur dan selalu berusaha mengelakkan dulu tanpa memperoleh kesempatan untuk balas menikam pada lawannya.

Pedang pendeknya berkelebat-kelebat dan terkadang diputar unluk menutupi dirinya dengan sinar pedangnya tersebut, sehingga semua serangan Siauw Hoa dapat dibendung-nya dengan baik.

Waktu itu Giok Han tambah bingung. Jika sebelumnya Siauw Hoa dan In Bwee bertempur dengan tangan kosong, tapi sekarang memakai pedang. Perkelahian dengan senjata tajam sangat berbahaya, sedikit saja lengah tentu salah seorang, diantara mereka akan terluka atau terbinasa.

Karena itu berulangkali Giok Han berseru agar kedua gadis itu berhenti bertanding. Sampai akhirnya setelah berseru-seru terus tanpa diladeni oleh kedua gadis tersebut, Giok Han tidak sabar lagi, apa lagi melihat serangan-serangan kedua gadis itu dalam perkelahian dengan pedang berlangsung semakin cepat dan mematikan.

Dengan cepat Giok Han meloncat ke tengah gelanggang. Sekarang dia bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Tubuhnya menyelinap diantara kedua pedang yang sedang rnenyambar-nyambar itu, kedua tangannya bergerak dan dengan gerakan sangat manis dia berhasil menjepit pedang Siauw Hoa maupun pedang pendek In Bwee.



Kedua pedang itu terjepit kuat sekali, sehingga tak bisa bergerak lebih jiuh. Sungguh kepandaian yang sangat mengagumkan, karena sekaligus Giok Han bisa menjepit kedua pedang itu, apa yang dilakukannya sebenarnya sangat berbahaya karena jika dia melakukan suatu kekeliruan, bagaimana kecilnya sekalipun, niscaya jari tangannya buntung terbabat oleh pedang. Begitu juga kalau sinkangnya kurang kuat, niscaya berbahaya sekali melakukan tindakan seperti itu.

In Bwee dan Siauw Hoa terkejut karena tahu-tahu pedang mereka terjepit di kedua tangan Giok Han dan tidak bisa digerakkan lebih jauh. Kalau In Bwee berdiam diri dan tidak berusaha menarik pedangnya dari jepitan Giok Han, lain dengan Siauw Hoa yang mati-matian mengerahkan tenaga dalamnya buat menarik terlepas pedangnya dari jepitan tangan Giok Han. Namun usahanya itu tidak berhasil, jepitan Giok Han kuat sekali.

"Nona, sabar, tenanglah, dengarkan dulu keteranganku...!" Giok Han coba membujuk.

Muka Siauw Hoa merah padam, dia marah dan penasaran bukan main. "Laki-laki mata keranjang, genit dan tidak tahu malu!" Teriak Siauw Hoa sambil menarik sekuat tenaga pedangnya agar terlepas dari jepitan tangan Giok Han. Dimaki seperti itu tentu saja Giok Han jadi bengong.

Dia mata keranjang ? Genit ? Tidak tahu malu ? Kenapa ? Benar-benar membuat Giok Han tidak mengerti.

Waktu dia bengong seperti itulah tenaga menjepit jari tangannya pada pedang Siauw Hoa jadi mengendur tanpa disadarinya, Siauw Hoa telah menarik pedangnya sekuat tenaga sehingga pedang lolos dari jepitan jari tangan.

Dia malah membarengi dengan menikam dan tangan kirinya menghantam sekuat tenaga pakai telapak tangan pada dada Giok Han, angin pukulan itu menderu deru menerbangkan baju Giok Han yang jadi berkibar-kibar. Rupanya Siauw Hoa benar-benar telah kalap dan hendak menyerang untuk mematikan Giok Han maupun In Bwee.

Giok Han cepat sadar, dia berseru nyaring, kedua tangannya tampak menyambar lagi hendak menjepit pedang Siauw Hoa. Namun sekali ini Siauw Hoa benar-benar telah waspada, tadi pedangnya telah terjepit oleh jari tangan Giok Han. merupakan pelajaran pahit untuknya, membuat dia berhati-hati waktu menyerang.

Kini, melihat jari tangan Giok Han hendak menjepit pedangnya lagi, dia segera menggetarkan pedangnya, mau tak mau Giok Han harus membatalkan maksudnya mejjepit pedang lawan, menarik pulang tangannya dengan segera, sebab jika dia meneruskan usahanya untuk menjepit pedang gadis ini, pasti jari tangannya terbabat putus oleh pedang itu !

"Nona !" berseru Giok Han sambil mengelakkan pukulan tangan kiri Siauw Hoa. "Apakah benar-benar kau tidak bisa diajak bicara baik-baik ?"

Siauw Hoa gagal dengan dua serangannya itu, tikaman pedang dan pukulan telapak tangan kirinya, dia tidak melanjutkan penyerangan lainnya, badannya ringan meloncat ke belakang, mukanya merah padam dan pucat bergantian, mendelik pada Giok Han dan In Bwee berganti-gantian.

"Ingatlah, kemanapun kalian pergi, aku akan tetap mengejar kalian, kalian akan menerima pembalasan yang jauh lebih hebat dari penghinaan yang kalian lakukan padaku hari ini !" mengancam Siauw Hoa dengan suara tersendat-sendat, karena gadis ini berusaha menahan isak tangisnya, dia tidak mau menangis di depan Giok Han dan In Bwee, gadis yang jadi saingannya itu.

Heran dan tertegun Giok Han mendengar ancaman Siauw Hoa. Penghinaan apa yang telah dilakukannya terhadap Siauw Hoa ? Mengapa gadis ini tampaknya demikian membenci dan sakit hati begitu besar padanya dan In Bwee.

"Dengar dulu Siauw Hoa kau keliru dan salah paham...!" Giok Han hendak menjelaskan.

Tapi Siauw Hoa sudah memutar tubuhnya dengan pedang masih tercekal di tangannya, dia memberi isyarat kepada kedua orang Persia yang tengah merangkak bangun untuk pergi meninggalkan tempat itu. Tangan kirinya memperbaiki baju di pundaknya yang robek, agar kulit pundaknya yang putih itu tidak kelihatan.

Luka baju bisa ditambal, tapi luka di hati mana bisa ditambal ? Pukulan-pukulan yang tadi jatuh ditubuhnya waktu bertempur dengan In Bwee tidak dirasakan sakit, karena yang sakit adalah hatinya. Dia penasaran sekali mengetahui pemuda yang dipikirkannya siang malam ini ternyata mencintai gadis lain, musnah harapannya yang semula telah tumbuh semakin lama semakin subur. Seperti pohon yang mendadak disiram oleh guyuran air panas, sehingga seketika pohon yang baru mau tumbuh itu jadi mati !

Cinta dan Benci sebetulnya terpisah tidak terlalu jauh," tidak lebih dari selembar rambut dibelah tujuh. Perbatasan yang ada di antara dua perasaan itu memang sangat tipis sekali. Seseorang yang gagal dalam cinta, bisa mendadak jadi membenci kepada orang yang pernah dicintainya.Bahkan bencinya itu hebat sekali, perasaan benci yang seperti merasuk tulang maupun daging di sekujur tubuhnya.

Demikian juga halnya dengan Siauw Hoa dia pergi dengan menahan isak tangisnya dan menenteng pedangnya, meninggalkan tempat tersebut, meninggalkan Giok Han yang berdiri tertegun karena bingung disamping In Bwee.

Sedangkan In Bwee tersenyum mengejek, senang hatinya bisa melayani Siauw Hoa, sehingga wanita itu akhirnya pergi sendirinya. Yang membuat In Bwee puas dia tidak sampai roboh di tangan Siauw Hoa.



Benar kepandaian In Bwee tinggi dan dia merupakan wanita gemblengan namun ilmu pedang Siauw Hoa tampaknya merupakan ilmu pukulan dan pedang yang lihai, karena setiap jurusnya mengandung hawa pukulan dan tikaman yang mematikan!

Setelah bertempur dengan Siauw Hoa sekian banyak jurus, In Bwee di dalam hati harus mengakui bahwa sebenarnya kepandaian Siauw Hoa lebih tinggi satu tingkat darinya. Cuma yang membuat In Bwee heran, mengapa gadis secantik dan sehalus Siauw Hoa bisa memiliki kepandaian begiiu tinggi dan aneh pula perangainya.

Dia tahu bahwa Siauw Hoa juga menaruh hati pada Giok Han, tapi adatnya yang angkuh dan sombong membuat Siauw Hoa tidak bisa diajak bicara baik-baik, malah tadi saja dia memperlihatkan kebencian yang berlebih-lebihan kepada Giok Han dan In Bwee.

Sikapnya itu seperti sikap seorang pembesar kerajaan yang perintahnya tidak diindahkan, atau maksud hatinya ditentang

Sambil memasukkan pedang pendek ke dalam sarungnya. In Bwee tertawa.

"Giok Han koko . . . dia sangat mencintaimu!" katanya dengan suara halus.

Muka Giok Han berobah merah, dia tersadar dari tertegunnya menoleh mengawasi In Bwee, yang waktu itu juga sedang memandanginya dengan pipi yang merah dan bibir tersenyum.

"Kau jangan bergurau, Bwee-moay... kau telah mengetahui isi hatiku, jangan menggodaku !" kata Giok Han hati-hati, karena dia kuatir nanti timbul salah paham lagi antara dia dengan In Bwee.

Senang mendengar perkataan Giok Han seperti itu, la Bwee maju mendekati, memegang tangan Giok Han. Matanya memandang terang sekali kepada orang muda yang jadi pujaan hatinya ini, "Benarkah Han koko . . ? Apakah nanti kau tidak akan mengkhianatiku ? Mengkhianati cinta kita?" tanyanya dengan suara tergetar, walaupun dia merasa malu untuk bertanya begitu, namun kata-kata itu meluncur sendirinya dari mulutnya. Cuma saja, setelah bertanya seperti itu dia akhirnya menunduk malu dengan pipi yang berobah merah.

Giok Han tersenyum, dia memegang dagu In Bwee, mengangkat dagu si gadis sehingga kepalanya menengadah, mata mereka jadi bertemu.

"In Bwee. kau adalah gadis yang membuat hidupku jadi terang benderang, membuat hidupku menjadi ada artinya !" bilang Giok Han. "Bagaimana mungkin aku bisa mengkhianati cinta kita ?"

"Benarkah, Han ko ?" lirih sekali suara In Bwee, dia bertanya sambil melirik.

Giok Han mengangguk dan si gadis menjatuhkan kepalanya di dada si pemuda, menjatuhkan dirinya dalam pelukan Giok Han.

000)^0(000

Cinta memang seringkali membuat seseorang berada dalam keadaan yang lain dari sebelumnya. Begitu juga halnya dengan Siauw-Hoa. Gadis yang memang semula begitu polos dan periang, sekarang sejak jatuh hati pada Giok Han, setelah berhari-hari memikirkan pemuda itu, membayangkan wajahnya penuh kerinduan, sampai akhirnya harus menerima kenyataan yang begitu pahit bahwa pemuda yang dipujanya itu mencintai gadis lain, telah menghancurkan sifat sifatnya yang semula.

Jika sebelumnya dia begitu periang dan polos, sekarang justeru hatinya dibakar oleh dendam dan sakit hati yang dalam. Cintanya terasa dicampakkan dan hancur jadi puing-puing. Rasa bencinya membakar hati dan semakin membesar juga.

Memang, jika seseorang yang mengejar cinta, waktu-waktunya dirasakan sangat manis. Tapi begitu mengetahui bahwa dia hanya bertepuk sebelah tangan saja, niscaya timbul kekecewaan yang sangat besar, bahkan kekecewaan itu bisa membakar jiwanya, dari cinta menjadi benci yang besar dan dahsyat.

Sambil berlari-lari menenteng pedangnya, di belakangnya mengikuti kedua orang pengawalnya, Siauw Hoa menahan isak tangisnya, air matanya bercucuran membasahi pipinya, dia seperti hendak menjerit sekuat suaranya, untuk melampiaskan tekanan yang terasa begitu berat membebani hatinya maupun perasaannya.

Sebelumnya Siauw Hoa senang sekali menyaksikan panorama yang indah, pemandangan alam yang menarik hati, tapi sekarang sedikitpun dia tidak memiliki selera untuk melihat pemandangan alam di sekelilingnya.

Setelah berlari sekian lama, akhirnya gadis ini berhenti, memasukkan pedang kedalam sarung, berdiri tegak, tangannya menghapus matanya, menyusut air mata.

Kedua pengawalnya juga ikut berhenti, mereka saling pandang dan tak tahu bagaimana harus menghibur majikan mereka. Padahal mereka tahu Siauw Hoa sebetulnya jatuh hati dan mencintai Giok Han, dan kejadian tadi membuat majikan mereka jadi patah hati.

Tapi mereka tidak berani sembarangan bicara, hanya berdiam diri terpisah cukup jauh dan prajurit tidak memperhatikan kelakuan majikan mereka..

Siauw Hoa berdiri tegak cukup lama, mukanya jadi keras dan akhirnya terdengar gumamnya yang perlahan: "Tunggulah Giok Han.... nanti kau akan tahu siapa aku... aku mau lihat jika sudah sampai saatnya, apa yang akan kau lakukan terhadapku, apakah kau akan mengemis-ngemis pengampunan dariku atau tetap mencintai kambing jelek itu?!"

Dia sudah bertekad, untuk memounuh Giok Han dan In Bwee. Ya, membunuh kedua orang yang telah melukai perasaan dan hatinya. Merusak jiwanya. Menbuat dia menderita kesedihan dan ikian berat. Dia sebagai puteri Cu-kongkong, sekarang serasa menerima penghinaan yang sangat besar.



Biasanya dia dimanjakan dan setiap keinginannya di turuti, baik oleh ayahnya maupun oleh yang lain-lainnya. Tapi sekarang di saat dia jatuh cinta, cintanya itu telah terbentur kegagalan... dia jadi patah hati.

Timbul tekadnya, bagaimanapun juga dia akan membuat kedua orang itu merangkak-rangkak di bawah kakinya, menghiba-hiba pengampunan darinya. Dia tersenyum sinis dan bibirnya itu memperlihatkan betapa hatinya sangat membenci kedua orang itu. Dan tekadnya itu sudah bulat, bagaimanapun juga memang dia ingin membunuh Giok Han dan In Bwee.

Jika nanti Giok Han memohon pengampunan darinya dan menyatakan bahwa ia sebelumnya mencintai Siauw Hoa, tetap gadis ini tak akan melayani lagi. Hatinya telah luka, dia benci, benci sekali pada Giok Han. Ya. benci sekali juga pada In Bwee, gadis saingannya itu, tidak kepalang bencinya!

Tetapi, setelah hatinya dibakar oleh rasa panas dan marah yang seperti itu, dia jadi mengucurkan air mata menangis lagi. Mengapa nasibnya demikian buruk. Dia yakin dirinya lebih cantik dari ln Bwee. Jauh lebih kaya dari ln Bwee, segala apa dia punya, ayahnya orang kedua yang paling berkuasa di seluruh kerajaan.

Tapi mengapa justeru Giok Han memilih ln Bwee. Justeru dia juga telah memperlakukan Giok Han dengan manis, tapi tokh pemuda itu masih menyatakan cintanya pada ln Bwee. Bahkan ia mendengar sendiri dengan kedua telinganya pernyataan cinta Giok Han pada In Bwee. Benar benar melukai hatinya, menyayat perasaannya.

Setelah menangis cukup lama, Siauw Hoa akhirnya berlari lagi dengan cepat, seperti orang kalap. Kedua pengawalnya kaget dan cepat-cepat menyusul. Siauw Hoa bertekad hendak cepat-cepat pulang ke kotaraja, kemudian mengatur rencananya untuk mencelakai Giok Han dan In Bwe. Dia akan mengerahkan orang-orang ayahnya yang semuanya berkepandaian tinggi, untuk menyeret Giok Han dan In Bwee ke depan kakinya, dia mau lihat nanti apa yang akan dilakukan dan dikatakan Giok Han...

Rasanya Siauw Hoa tidak sabar ingin sampai di kota raja. Semula dia tak mau ikut kakaknya, Cu Lie Seng, pulang ke kota raja, karena dia hendak mengambil jalan sendiri, melakukan perjalanan sambil menikmati pemandangan alam yang indah serta menarik hati, justeru sekarang dia tidak sabar ingin cepat cepat bertemu dengan kakaknya itu.

Untuk menceritakan padanya bahwa ada dua orang pemberontak, yang masing-masing bernama Giok Han dan Cang In Bwee.... Berbagai cara dia akan pergunakan, untuk memberikan hajaran kepada Giok Han dan In Bwee yang telah melukai perasaan maupun hatinya, kalau kedua orang itu sudah merangkak-rangkak di depan kakinya seperti dua ekor anjing, barulah hati Siauw Hoa puas.

Dan hati gadis yang puteri bangsawan ini sudah semakin keras membatu, tekadnya telah berkarat di hatinya!

oooo)0(oooo

Burung kulik memperdengarkan suaranya yang panjang dan kepak sayapnya juga seringkali terdengar. "Kelepak... kelepak...." di antara suaranya angin yang mempermainkan daun-daun dari pohon-pohon yang bertumbuhan di hutan kecil itu.

Bunyi dari suara binatang-binatang hutan itu merupakan keadaan yang tetap setiap hari di hutan tersebut. Manusia boleh tua dan mati, pohon boleh tua dan mati, burung dan binatang lainnya boleh mati, tapi keadaan di hutan itu tak akan berobah. Selalu diisi oleh suara binatang penghuni hutan tersebut.

Tapi di antara suara-suara binatang penghuni hutan tersebut, justeru sore itu ditambah juga oleh suara desah manusia yang memburu keras. Rupanya, di dalam hutan kecil itu, dibalik pohon-pohon yang rimbun dan tersembunyi, duduk seorang manusia.

Dia seorang nenek tua yang mukanya pucat dan tubuhnya menggigil, napasnya memburu keras sekali, tampaknya tengah menderita sesuatu yang kurang beres puda tubuhnya. Beberap kali nenek tua itu berusaha mengempos semangat dan tenaga dalamnya untuk bertahan agar tidak menggigil seperti itu, namun usahanya gagal.

Tubuhnya menggigil semakin keras, mukanya yang pucat memperlihatkan dia sangat menderita, meringis seperti sedang menahan rasi sakit yang hebat.

Nenek tua itu tidak lain dari Toat Beng Sin ciang Khu Cian. Dia waktu melarikan diri dari lembah dalam keadaan terluka parah, akibat tangan maut Tang San Siansu yang mempergunakan pukulan "Liong beng-kun"nya.

Sebetulnya, kalau waktu itu Toat-beng-sin-ciang memperoleh kesempatan untuk beristirahat dan mempergunakan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan diri, lukanya tidak terlalu parah, setidak-tidaknya dia bisa mengendalikan tubuhnya tidak menderita rasa sakit di dalam tubuh yang hebat seperti sekarang, di mana seluruh isi perutnya seakan terbalik-balik dan sangat menyiksanya.

Tapi justeru tadi Toan Yok telah minta agar dia meloloskan diri lebih dulu, dengan terpaksa dia menuruti permintaan Toan Yok, dia berlari-lari dengan mempergunakan ginkangnya untuk menjauhi lembah dan mencari tempat persembunyian.

Setelah berlari-lari sekian lama, dia sampai di hutan kecil ini. Sebetulnya Toat-beng sin-ciang masih hendak menyingkir lebih jauh, tapi mendadak napasnya sesak, tenggorokannya kering, napasnya seperti tertutup dan sesak sekali dadanya.

Seluruh isi perutnya seperti jungkir balik berantakan, mendatangkan rasa sakit tidak terkira. Karenanya, dia membatalkan keinginannya untuk menyingkir lebih jauh, dia duduk di bawah sebatang pohon di balik kerimbunan pohon, sehingga dia tersembunyi dari pandangan orang yang lewat di hutan kecil tersebut.



Cepat-cepat dia memusatkan tenaga dalamnya dan menghirup hawa udara dalam-dalam. Hatinya tercekat.

Dia merasakan jantungnya sakit dan perih sekali, seperti disiram oleh cuka disusul kemudian seluruh isi perutnya seperti jungkir balik, membuat dia mandi keringat dingin menahan rasa sakit yang tak terkira.

Saat itulah Toat-beng-sin ciang Khu-Ci an menyadari dirinya sudah terluka parah oleh "Liong beng-kun''nya Tang San Siansu. Hatinya jadi dingin. Biasanya, jika seseorang jadi korban pukulan "Liong beng-kun" Tang San Siansu, tipis harapan bisa hidup terus. Yang membuat Toat-beng-sin-ciang penasaran justeru dia kemungkinan tak memiliki kesempatan untuk membalas sakit hatinya ini.

Ada lagi yang memberatkan hatinya, muridnya sekarang tidak berada didekatnya, jika dia harus mati di tempat ini, tentu muridnya tak mengetahui. Yang terpenting muridnya juga tak mengetahui bahwa yang menyebabkan kematiannya adalah Tang San Siansu sehingga muridnya itu tak bisa membalaskan sakit hatinya.

Mati-matian Toat-beng-sin-ciang mengerahkan tenaga dalamnya, dia juga sudah menelan beberapa pil obat, Kemudian duduk bersemedhi guna mencurahkan seluruh konsentrasi pengerahan sinkangnya. Perlahan-lahan rasa sakit di perutnya dan dijantungnya berkurang walaupun masih tetap terasa sakit menyiksa.

Cuma napas Toat beng-sinciang yang sekarang jadi memburu keras serta panas sekali.

Seharian dia berusaha mengerahkan sinkangnya untuk mengalahkan siksaan lukanya itu. Tapi dia gagal. Perasaan sakit pada perutnya tak bisa juga dilenyapkan.

Sebetulnya Toat-beng-sin-ciang pun boleh bersyukur, sebab dia terpukul tidak terlalu telak, tidak terduga sepenuhnya! Kalau saja dia terserang telak oleh pukulan "Liong-beng-kun" biarpun dia mempunyai obat dewa dan tenaga sinkang yang sempurna, jangan harap dia bisa hidup dengan keadaan utuh!

Seseorang yang jadi korban pukulan Li-ong beng-kun tentu akan rusak isi perut dan syarafnya, akan menjadi manusia patung yang lupa seluruh daya ingatnya syaraf-saraf otaknya banyak yang putus dan orang itu akan jadi seperti orang tolol, apapun tidak diingatnya lagi.

Beberapa organ isi tubuhnya juga rusak, termasuk beberapa macam isi perutnya, usus, ginjal dan jantung. Semuanya mengalami kerusakan perlahan-lahan tapi pasti, sehingga setelah melewatkan waktu satu tahun, korban pukulan Liong beng-kun tersebut, jadi mati sendirinya!

Toat-beng-sm ciang bukan tidak mengetahui hal itu. Dia telah mendengar kehebatan Liong-beng-kun dari Tang San Siansu. Namun sejauh itu dia masih yakin bahwa dirinya bisa menghadapi Tang San Siansu. Namun siapa sangka, justeru sekarang dia terluka ditangan Tang San Siansu, kemungkinan dirinya akan jadi lumpuh dan ingatannya lenyap, dia akan hidup sebagai manusia tanpa ingatan seperti patung, tapi bernapas dan hidup.

Kelak setelah setahun barulah dia mati . . . , , !

Menggidik Toatbeng sin ciang berpikir hal itu disebabkan dia takut mati! Sebagai wanita gemblengan, seorang pedekar wanita yang sejak kecilnya sudah memiliki jiwa gagah dan kesatria, apa lagi sekarang usianya sudah demikian lanjut, dia tidak pernah gentar menghadapi kematian !

Diapun bahkan senang dan bahagia kalau bisa mati secara gagah dalam pertempuran dengan lawan tangguh ! Tapi sekarang yang membuat dia jadi penasaran dan menggidik ngeri, sebab dia akan mati meroyot perlahan-lahan, karena anggota dalam tubuhnya mengalami kerusakan secara perlahan-lahan, namun pasti, sampai akhirnya dia mati !

Inilah cara kematian yang hina ! Cara kematian yang memalukan dan membuat dia kecewa! Seorang pendekar harus mati dengan penuh kegagahan! Mati karena suatu pertempuran dan mempertahankan hidupnya sampai pada titik akhir darahnya, tetap melayani musuhnya sampai napasnya yang terakhir !

Tapi sekarang ? Dia telah melarikan diri dalam keadaan terluka ! Dia juga sekarang menderita luka yang sangat parah, perlahan-lahan anggora dalam tubuhnya akan mengalami kerusakan dan pada akhirnya dia mati juga !

Terpikir seperti itu, dia menyesal bukan main ! Dia kecewa karena tadi tidak berusaha mengadu jiwa saja dengan Tang San Siansu agar mereka mati bersama-sama !

Sekarang biarpun dia bisa meloloskan diri dari Tang San Siansu dan orang-orangnya, apa gunanya? Tak ada artinya, karena tokh dia akan mati juga oleh lukanya yang parah ini !

Lama Toat beng-sin ciang mengerahkan sinkangnya, dan akhirnya dia menghela napas selelah merasakan isi perutnya masih mendatangkan rasa sakit yang hebat, seperti terbalik-balik. jantungnya juga masih dingin seperti direndam di dalam salju.

"Akan kucari Tang San Siansu si gundul untuk mengajaknya mengadu jiwa!" pikir Toat-beng-sin ciang jadi nekad. Hemm, dia bisa membunuhku, tapi dia juga harus mati bersamaku!"

Karena berpikir begitu, Toat beng sin-ciang meloncat berdiri, dia ingin kembali ke lembah, untuk mengadu jiwa dengan Tang San Siansu atau anak buahnya. Jika dia gagal membunuh Tang San Siansu, tapi kalau bisa merobohkan beberapa orang anak buah si pendeta, itupun sudah jauh lebih terhormat mati dengan membunuh lawan lawannya.

Sedangkan mati dengan keadaan seperti sekarang, melarikan diri tapi lukanya tetap ? membuat dia akan mati, membuat Toat-beng-sin-ciang benar-benar penasaran.

Akan tetapi, begitu Toat-beng-sin ciang berdiri segera dia merasakan dunia seperti berputar keras sekali, tubuhnya seperti melayang-layang melambung kecengah udara, juga perutnya melilit sakit bukan main, keringat dingin telah mengucur keluar dari sekujur tubuhnya, Matanya berkunang-kunang dan biji matanya seperti mau meloncat keluar, kepalanya berdenyut-denyut seperti hendak meledak pecah, seluruh syarafnya seperti hendak putus.

Toat-beng-sin-ciang mengeluh perlahan dan tubuhnya terguling di atas tanah, di atas tumpukan daun-daun kering, dunia seperti berputar, pinggangnya seperti mau patah, seluruh otot-otot disekujur tubuhnya seperti mengejang.

Benar-benar penderitaan yang luar biasa. Sebagai wanita gemblengan Khu Cian atau yang dikenal oleh orang kangouw dengan gelaran Toat-beng-sin ciang, sejak muda tidak pernah takut pada penderitaan.

Dia tidak akan berkedip menghadapi penderitaan maupun kematian. Tapi sekarang justeru rasa sakit yang dideritanya demikian dahsyat, sehingga rasanya tidak tertanggung lagi, tanpa dikehendaki dia menggeliat di atas tanah pada tumpukan daun-daun kering dan mengeluh ....

Cuma dua kali Toat-beng-sing-ciang menggeliat dan mengeluh, karena tubuhnya kemudian diam tidak bergerak lagi, tidak terdengar pula keluhannya, karena dia pingsan tidak sadarkan diri.

Burung kulik terbang di atas hutan kecil itu memperdengarkan suaranya diiringi kepak sayapnya. Selanjutnya cuma terdengar suara binatang-binatang yang jadi penghuni hutan tersebut, mengisi kesunyian di tempat itu, bergurau dengan angin .....

00000O00000

Kesepian sangat dibenci oleh Bwee-sim-mo-li Liok Bi Lan. Sejak dia berobah menjadi iblis yang paling ditakuti orang-orang kangouw, sepak terjangnya selalu menuju pada kesenangan-kesenangan yang sadis dan kejam. Dia selalu hendak mengisi waktu-waktu sepinya dengan perbuatan-perbuatan cabul, yang akhirnya pasti selesai dengan lumuran darah! Banyak pria-pria yang mati di tangan iblis ini, terutama para orang mudanya.

Tak ada yang ditakuti Bwee-sim-mo-li Liok Bi Lan, dia selalu melakukan apa yang hendak dilakukannya. Tapi sekarang, justeru dia terpaksa sekali mesti tunduk pada Cu Lie Seng, murid Tang San Siansu.

Yang membuat takut Bwee-sim-mo li Liok Bi Lan bukanlah Cu Lie Seng. atau ayahnya, Cu Bian Liat, orang kedua yang paling berkuasa di kerajaan pada saat sekarang, setelah Kaisar.

Justeru yang membuat Bwee-sim-mo-li gentar adalah Tang San Siansu, pendeta itu terlalu lihai, terutama sekali Liong beng-kunnya. Dalam suatu pertempuran dua tahun yang lalu, Bwee-sim-mo-li pernah dirubuhkan dan hampir saja dia dihajar dengan Liong-beng-kun si pendeta.

Sebagai seorang berpengalaman dan malang melintang dalam dunia kangouw dengan kekejamannya, Bwee-sim-mo li tahu akan kekejaman Tang San Siansu, juga dia tahu Liong-beng-kun merupakan jurus pukulan yang bisa membuat orang mati dengan sangat menderita.

Sebab itu, tanpa peduli lagi akan harga dirinya, dia mengakui kalah dan selanjutnya akan patuh pada setiap perintah Tang San Siansu. Dengan pengakuannya itu, Tang San Siansu tak mendesaknya lebih jauh dan bahkan minta agar Bwee-sim-mo-li mendampingi muridnya, membantu usaha muridnya.

Biar-pun gusar, tapi Bwee-sim-mo-li tak mau memperlihatkan perasaannya itu pada Tang San Siansu, dia mematuhi perintah tersebut, cuma di dalam hatinya dia bertekad akan melatih ilmunya lebih hebat lagi dan suatu saat kelak akan dipergunakan untuk merobohkan Liong-beng-kunnya Tang San Siansu.

Sekarang dia tengah berada dalam perjalanan bersama dengan Tang San Siansu maupun yang lain-lainnya, termasuk Cu Lie Seng, selama itu memang Tang San Siansu telah "memakai"-nya untuk mengisi kesepian pendeta tersebut, menemaninya dengan segala kemesraan.

Tapi, dia biarpun tampaknya senang bermesraan dengan pendeta ini, hatinya selalu diliputi kebencian dan mengutuk habis-habisan pada pendeta yang seorang ini, yang kepandaiannya memang tangguh dan berada diatas kepandaiannya sendiri.

Sebetulnya Bwee-sim-mo li mengincar Cu Lie Seng. Pemuda itu sudah mewarisi kepandaian Tang San Siansu, berusia muda dan tampan, juga putera dari orang yang sangat berkuasa di seluruh kerajaan setelah Kaisar.

Maka Cu Lie Seng merupakan satu-satunya orang muda yang paling menarik hati Bwee-sim-mo-li Tapi Tang San Siansu seringkali berpesan padanya, agar dia tidak mengganggu dari hidup muridnya, jangan coba-coba mencumbunya, karena Tang San Siansu menghendaki Cu Lie Seng benar-benar mewarisi seluruh kepandaiannya dan kelak menjadi orang tanpa tanding, satu-satunya orang yang berkepandaian tertinggi.

Cu Lie Seng merupakan satu-satunya harapan Tang San Siansu untuk memperlihatkan kepada seluruh dunia kangouw bahwa muridnya bisa menjadi orang tergagah.

Karena pesan Tang San Siansu itulah Bwee-sim-mo-li tak pernah berani mengganggu pemuda bangsawan tersebut. Setiap kali menemani Tang San Siansu bermesra-mesraan Bwee-sim- mo-li selalu merasa muak. Pendeta ini memang memiliki kepandaian tinggi, tapi dia memiliki wajah yang memuakkan, sudah tua dan juga tubuhnya yang gemuk membuat si pendeta sering kesulitan napas di saat mereka bermesraan ....

Melakukan perjalanan mengawal Cu Lie Seng yang membawa daftar nama para pendekar yang bersedia bekerja pada kerajaan sebetulnya merupakan pekerjaan yang tidak disenangi Bwe-sim.mo li. Dia memiliki beberapa orang dayang yang siap melayaninya dengan penuh hormat dan Bwe sim-mo li juga selalu diperlakukan sebagai dewi yang agung.

Sekarang dia harus menempuh perjalanan yang melelahkan, menjemukan dan penuh kesepian, jika biasanya dia bisa memanfaatkan para pemuda untuk mengisi kesepian hatinya, sekarang tidak, Paling tidak Tang San Siansu saja yang menghangatkan tubuhnya dan ini menjemukan selain membosankan.

Karenanya tak mengherankan selama dalam perjalanan Bwe-sim-mo-li lebih banyak termenung saja, berdiam diri, dia jadi alim sekali dan jarang bicara jika tidak perlu. Hanya sekali-sekali saja melirik kepada Cu Lie Seng, pemuda bangsawan yang tampan itu. Akh, betapa mengasyikkan jika dia bisa mempengaruhi Cu Lie Seng, selain tampan dan angkuh.



Hanya adanya Tang San Siansu membuat Bwee-sim-mo-li selama itu tak berani berterang memperlihatkan perasaan sukanya pada pemuda bangsawan tersebut. Dia masih bisa menahan diri.

Setelah melakukan perjalanan lebih dari setengah bulan, hatinya mulai berontak karena kesepian yang sangat. Selama dalam perjalanan hatinya jadi gersang dilanda kesepian, selain pertempuran demi pertempuran dengan orang-orang yang berusaha menghadang rombongan mereka, tidak pernah ada sesuatu yang menarik hatinya.

Rasanya Bwee-sim-mo-li sudah ingin cepat-cepat meninggalkan rombongannya tersebut, untuk ber-senang-senang kembali dilayani oleh para dayangnya, pelayan-pelayannya yang cantik dan tahu akan selera dewinya ini.

Malam itu, hawa udara dingin sekali. Rombongan Cu Lie Seng berkemah diluar pimu kampung Yuan-ci. Malam ini Tang San Siansu tidak seperti saat-saat sebelumnya, dia lebih serius tidak banyak bicara, pendiam dan juga tak mau bertemu dengan siapapun juga. Dia berdiam di dalam kemahnya seorang diri dan tak ada yang mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh pendeta yang sakti ini.

Cu Lie Seng berada di dalam kemahnya dan tidak bisa tidur, hatinya gelisah sekali. sebab dia merasakan malam ini seakan-akan ada ancaman untuk rombongannya. Perasaan hati kecilnya menyatakan kemungkinan adanya penyerbuan dari para pendekar yang hendak memperebutkan daftar nama orang-orang gagah.

Karena itu. biarpun malam sudah larut dan dingin Cu Lie Seng tetap tidak tidur, pakaiannya tetap tak dibuka, dia dalam keadaan siap untuk menghadapi segala kemungkinan, kalau ada penyerbuan dari pihak lawan.

Memang selama dalam perjalanan ke kota raja, banyak kesulitan yang dialami rombongannya, sebab banyak sekali orang-orang kangouw dan berbagai kalangan, yang secara berganti-gantian menyerbu rombongannya, berusaha meminta atau merampas daftar nama orang-orang gagah.

Sejauh itu, dia dan gurunya maupun para pembantunya, berhasil menghalau penyerbu-penyerbu ini. Memang ada juga yang terluka, tapi tak berarti.

Seperti Pak-mo terluka pada lengannya karena dikeroyok oleh dua puluh orang pengeroyok waktu terjadi penyerbuan lebih dari seratus orang yang tak diketahui dari aliran atau pintu perguruan mana, karena semuanya mengenakan topeng yang terbuat dari kain hitam, menutupi seluruh wajah mereka, hanya mempunyai dua lobang untuk mata mereka.

Cu Lie Seng tidik gentar menghadapi siapapun yang menghadang rombongannya, dia yakin bisa menghadapinya, terutama sekali di-samping ada para pahlawan istana Kaisar, juga ada pembantu-pembantunya yang berkepandaian tinggi, seperti See mo, Pak-mo, Tong-mo can Lam mo.

Kepandaian Bwee-sim-mo-li juga tidak rendah. Karena itu, tak pernah Cu-Lie Seng berkuatir sebab merasa pihaknya sangat kuat, dan yang benar-benar jadi andalannya adalah Tang San Siansu, sang guru yang kepandaiannya hebat sekali, hampir tak ada tandingan !


Memang sebelumnya Kaisar juga telah menduga bahwa pengiriman daftar nama-nama orang gagah yang bersedia bekerja pada kerajaan pasti akan mengalami kesulitan. Itulah sebabnya mengapa diperintahkan congkoan Gi-lim-kun dan Congkoan Kim-ie-wie untuk mengawal Cu Lie Seng.

Tapi yang tidak disangka oleh Cu Lie Seng, justeru yang berusaha merampas daftar nama orang-orang gagah itu demikian banyaknya.

Sebagai pemuda yang cerdik, dia berpikir sebetulnya cukup Siangkoan Giok Lin ikut dengannya ke kotaraja, di sana dia bisa menuliskan daftar nama-nama orang gagah itu. Sekarang Siangkoan Giok Lin ikut serta dengannya, sedangkan tentang daftar nama orang-orang gagah telah tersiar luas dalam dunia kangouw, dengan demikian jelas memancing keinginan para orang-orang gagah kangouw untuk merampas daftar itu.

Hal ini pernah diberitahukan kepada Tang San Siansu, tadinya lebih sempurna rencana mereka kalau hanya sekedar mengundang Siangkoan Giok Lin ke kotaraja, disana barulah Siangkoan Giok Lin menuliskan nama orang-orang yang tersedia bekerja untuk kerajaan, sehingga tidak menimbulkan kericuhan yang demikian berbelit dan rintangan yang demikian banyak selama dalam perjalanan ke kotaraja.

Tetapi Tang San Siansu tidak memperhatikan apa yang diberitahukan muridnya, dengan angkuh dia bilang: "Sekarang siapa yang berani mati mencoba untuk merampas daftar itu? Mereka hanya manusia-manusia tak berharga untuk dipikirkan. Siapa yang bisa merampas daftar mana itu? Kukira, tak ada seorangpun yang bisa merampas daftar itu selama aku berada di sini !"

Perjalanan yang dilakukan ronbongan ini berlangsung penuh kewaspadaan. Dan justeru malam itu setelah berkemah, waktu Cu Lie Seng dan yang lainnya berada di dalam kemah masing-masing, Bwee sim-mo-li keluardari tendanya.

Perkemahan yang didirikan oleh mereka terdiri dari tenda-tenda berukuran tak begitu besar, hanya bisa ditempati oleh beberapa orang saja. Bwee sim-mo-li sendiri memperoleh kemah untuk seorang diri.

Cuma Tang San Siansu pada malam-malam sebelumnya suka datang ke tenda Bwee-sim mo-li, atau sebaliknya Bwee-sim-mo-li juga dipanggil menemani Tang San Siansu di tendanya.

Malam ini benar-benar Bwee-sim-mo-li gelisah karena kesepian yang sangat menyiksanya. Jika sebelumnya dia masih berusaha untuk menahan diri tak melakukan sesuatu dalam kesepiannya itu,inilah disebabkan dia masih gentar untuk berurusan dengan Tang San Siansu.



Tapi sekarang setelah melakukan perjalanan berhari-hari lamanya, kesepiannya semakin bergolak. Dan dia tak tahan lagi, dia keluar dari kemahnya. Maksudnya hendak mencari sasaran untuk mengurangi kesepiannya, mencari calon korbannya.

Sekarang mereka berada diluar pintu kampung Yuan-ci, jarak ke dalam perkampungan tersebut tidak terlalu jauh, dan Bwe sim-mo-li yakin bahwa didalam perkampungan itu pasti ada satu dua orang pemuda yang bisa menambal kesepian hatinya.

Baju yang robek mudah ditambal dan di jahit, tapi hati yang kesepian sulit untuk ditambal dengan apapun, dengan gelak tawa sekalipun, Bila dengan tambalan seorang pria yang menghangati tubuhnya!

Hati-hati Bwee sim-mo-li keluar dari tendanya, dia melihat ada beberapa orang Kim-ie-wie yang telah melakukan penjagaan, keadaan sepi sekali. Para penjaga itupun melihat Bwee-sim-mo- li, tapi mereka mengenali iblis wanita ini, mereka hanya memberi hormat, dan menyapa dengan suara sangat menghormat, mereka tak berani banyak-banyak bertanya, karena Bwee sim-mo-li cuma Hm mendengar begitu saja dan melangkah terus.

"Aku hendak berangin-angin dulu!" gumam Bwee-sim-mo li kemudian.

Sudah bulat tekad Bwee-sim-mo li, dia akan mencari korbannya didalam perkampungan Yuan ci. Sebetulnya dia bisa saja mengambil satu atau dua orang pengawal Kim-ie-wie, tapi ia kuatir nanti mereka banyak mulut sehingga Tang San Siansu mendengar perbuatannya dan ini pasti menimbulkan hal yang kurang menggembirakan.

Sebab itulah Bwee-sim-mo li memilih jalan lain, yaitu akan mencari korbannya di dalam perkampungan Yuan-ci. Setelah meninggalkan perkemahan cukup jauh, barulah Bwee-sim-mo-li mempergunakan ginkangnya untuk berlari dengan cepat menghilang dalam kegelapan, pergi memasuki perkampungan Yuan ci.

-00O00-

Hawa malam cukup dingin, tapi didepan warung arak, "Hian - louw " semuanya masih tampak berkumpul beberapa orang.

Mereka adalah pemuda-pemuda kampung itu yang senang sekali menghabisi waktu-waktu di malam hari dengan mengobrol, sambil menghangati tubuh mereka dengan arak.

Memang warung arak "Hian louw" ini buka sampai larut malam, mendekati fajar barulah ditutup.

Diantara para pemuda itu, yang jumlahnya enam orang, terdapat Su Nan Su, seorang pemuda yang pandai sekali bercerita. Walau-pun usianya baru duapuluh tiga tahun, tapi orang muda ini selalu bercerita menarik dan membuat para pendengarnya tertarik.

Tidak mengherankan kalau kawan-kawannya seringkali minta padanya untuk bercerita, mereka mentraktir pemuda itu minum arak. Semakin larut malam, semakin banyak arak yang diminumnya dan membuat dia mulai mabuk, cerita Su Nan Su semakin menarik juga

"Sebetulnya," bercerita Su Nan Su pada malam itu. "Tidaklah terlalu menakutkan sekali, jika saja Thang mau melihat kenyataan bahwa hantu yang muncul di depannya adalah wanita cantik jelita, dia pasti bisa menghadapinya lebih tenang. Namun, Thang seperti orang-orang lainnya, sudah terpengaruh sejak kecil pada cerita-cerita hantu yang menakutkan, sehingga begitu hantu itu memperlihatkan diri, dia sudah gemetar ketakutan, bahkan kemudian pingsan...!"

Kawan-kawannya tertawa. Memang yang biasa diceritakan Su Nan Su umumnya cerita-cerita tentang hantu yang menyeramkan tapi sangat menarik hati.

"Su-laoko, jika kebetulan kau yang berhadapan dengan hantu yang cantik itu, apakah kau juga akan ketakutan terkencing-kencing dan pingsan seperti yang dialami oleh Thang ?" Tanya salah seorang kawannya yang memiliki potongan tubuh kurus jangkung seperti orang berpenyakit paru-paru.

Su Nan Su tersenyum dan menggeleng. "Mengapa harus takut? Bukankah tadi sudah kukatakan, seharusnya Thang tidak perlu takut, karena yang muncul di hadapannya bukanlah hantu yang menakutkan, dengan muka yang bengis atau bertaring, justeru yang muncul di depannya adalah hantu cantik jelita, yang menarik hati, mempunyai potongan tubuh sangat menggiurkan.

Mengapa harus takut? Bukankan dengan hantu itu Thang bisa bersenang-senang ? Biarpun hantu tapi tokh dia sangat cantik dan kita tidak rugi apa-apa bermesraan dengannya, bahkan kita seharusnya merasa beruntung, karena jarang sekali manusia bisa mendapat kesempatan untut bermesra-mesra dengan hantu cantik !"

Kawan-kawannya tertawa. Memang mereka senang sekali mendengar cerita Su Nan Su, yang acapkali sangat menarik hati, tegang tapi juga menyenangkan untuk mengisi waktu-waktu luang mereka di malam hari yang dingin ini.

"Tapi Su-Iaoko, bagaimana kalau waktu kalian bermesra-mesraan dan hantu itu memperlihatkan ujudnya yang asli, dengan dada berlobang dan menyiarkan bau busuk, atau dengan muka bertaring menakutkan, bisa juga dalam bentuk tengkorak yang menakutkan. Inhhh, aku takut... biarpun dibayar seratus tail perak untuk bermesraan dengan hantu bagaimana cantiknya dia, tetap saja aku tidak berani !" bilang salah seorang kawannya yang lain yang memiliki bentuk kepala agak gepeng, sehingga dagunya turun ke bawah panjang sekali, tidak normal seperti dagu-dagu lainnya yang wajar.

Su Han Su mengangkat cawan araknya, tenang sekali sikapnya, kemudian setelah meneguk arak didalam cawannya, baru dia menyahuti: "A-puy kau keliru! jangankan memperlihatkan bentuknya atau ujutnya yang menyeramkan sedangkan yang sudah diperlihatkan begitu cantik jelita, Bagaimana mungkin hantu itu bisa memperlihatkan ujud yang lain dan menakutkan!? Jika pertama kalinya ia muncul dan sudah memperlihatkan ujud-nya yang cantik jelita montok menarik hati tak mungkin ujudnya bisa berobah, paling tidak dia hanya menghilang! Akh, kau ini ada-ada saja, A puy, jika memang dibayar mengapa harus takut? Tidak dibayar saja aku mau, apa lagi bertaruh dan dibayar 100 tail perak ! Kalau memang terjadi hal seperti itu, biarlah nanti uang yang 100 tail itu ku-pergunakan seluruhnya untuk mentraktir kalian minum arak sampai sinting!"



Mendengar perkataan Su Nan Su seperti itu, kawannya tertawa ramai. Sedangkan kakek Sie bungkuk, pemilik warung arak, tengah duduk melenggut di sudut ruangan di atas kursi yang sudah tidak bagus lagi karena sudah hampir rusak, jadi terbangun dari tidurnya, dengan mata masih menguntuk dia menoleh keluar karena suara tartawa para pemuda yang berkumpul di ruang depan warung araknya itu telah mengejutkannya. Kemudian tak acuh dia menunduk lagi, melenggut pula, ingin meneruskan tidurnya.

"Ayo cerita lagi, Su-lao-ko... bagaimana dengan Thang yang tolol itu? Setelah dia pingsan, apa yang dilakukan hantu cantik itu padanya ?" tanya salah seorang kawannya.

"Hantu cantik itu berusaha menyadarkan Thang, tapi Thang benar-benar manusia pengecut. Begitu dia siuman dari pingsannya dan melihat hantu cantik masih tetap berada di depannya, dia jadi kelojotan ketakutan setengah mati, lalu pingsan lagi !"

Kawan-kawan Su Nan Su tertawa terping-kal-pingkal lagi. "Benar-benar pengecut Thang seperti anak kecil saja !" gumam A-puy.

"Hu. sia-sia dia jadi laki laki kalau memang pengecut seperti itu !" Gumam pemuda yang tubuhnya kurus seperti menderita sakit paru-paru.

"Benar," mengangguk Su Nan Su, "sudah kubilang tadi, seharusnya dia tidak perlu ketakutan hebat seperti itu ! Dia pingsan jika memang hantu itu mau mencekiknya tokh akan dicekiknya juga. Mengapa harus pingsan ? Apakah dengan pingsan hantu itu akan pergi ? Tentu tidak ! Karenanya, benar benar tolol si Thang, seharusnya dia lebih tenang dan tabah, jika memang dia tabah tak ada hantu yang menang dari manusia!"

Su Nan Su mengambil cawan araknya dan meneguknya lagi, tapi waktu Su Nan Su hendak menaruh cawan araknya dan siap meneruskan ceritanya, mendadak A-puy jadi pucat, tangannya dingin sekali mencekal tangan Su Nan Su, tubuhnya gemetar dan suaranya tergetar. "Su-laoko... Su-laoko.... coba kau lihat ke situ...!" Dia mengawasi keluar warung arak.

Su Nan Su dan yang lainnya jadi heran, mereka menoleh ke arah yang diawasi A-puy. Muka mereka semuanya seketika berobah jadi pucat dan jantung mereka berdegup jauh lebih cepat. Su Nan Su sendiri hampir tak mempercayai matanya.

Terpisah cukup jauh dari ruang depan warung arak, di bawah sebatang pohon yang tumbuh di pinggir jalan depan warung arak tersebut, berdiri sesosok tubuh dengan pakaian serba putih bersih.

Yang mengejutkan justru orang itu adalah wanita yang sangat cantik. Biarpun terpisah cukup jauh, mereka bisa melihat jelas wanita cantik itu beidiri tenang-tenang di bawah pohon sambil tersenyum manis sekali.

"Hantu cantik . . ." Suara A puy semakin gemetar.

"Tenang...!" Su Nan Su berusaha menenangkan teman-temannya, karena yang lainnya pun sudah gemetar ketakutan. "Tabah, kita harus tabah."

"Dia pasti tentu. . di malam selarut ini mana mungkin ada wanita yang keluyuran di jalan, apa lagi seorang wanita cantik jelita seperti dia...!" gumam orang yang bertubuh kurus seperti sakit paru-paru. Suaranya gemetar, mukanya pucat, jelas dia ketakutan sekali.

"Apalagi pula dia wanita asing, bukan penduduk kampung kita," gumam tiga orang lainnya, suaranya gemetar keras sampai giginya bercatrukan menahan perasaan ngeri dan takut.

"Dia .... dia pasti hantu...!" matanya juga mengawasi kepada wanita di bawah pohon itu, seperti juga biji matanya mau meloncat keluar dari rongga matanya.

Su Nin Su juga ketakutan, tapi dia berusaha menahan rasa takutnya agar tetap tenang, karena selama ini di depan kawan-kawannya dia bersikap seakan-akan dirinya pemberani dan tak akan gentar terhadap hantu.

"Tenang .... kita tunggu saja, kita lihat apa yang akan dilakukan hantu itu ....!" katanya sambil cepat-cepat mengambil cawan araknya dan meneguknya, karena lehernya dirasakan telah kering.

Sie bungkuk, pemilik warung arak tersebut, terbangun dari tidurnya. Dengan mata yang masih mengantuk dia mengawasi ke arah wanita cantik itu berada. Hatinya jadi berdebar ketakutan, apa lagi mendengar kata-kata para pemuda itu bahwa wanita yang berada di luar warungnya itu adalah hantu cantik.

Biarpun usia Sie bungkuk sudah tua, namun dia seorang pengecut, Sekujur tubuhnya jadi menggigil keras, bajunya sudah basah sebab dari sekujur tubuhnya mengalir keringat dingin, mukanya pucat pias, dia sampai mengigil sambil terkencing-kencing, kemudian dengan memaksakan diri dan lutut gemetar keras serta lemas tak bertenaga, setengah merangkak dia pergi ke kolong meja dagangannya, untuk bersembunyi di situ. Cuma saja, giginya bercatrukan keras, sehingga tetap terdengar suara bercatrukan giginya tersebut.

Wanita cantik yang tadi berdiri di bawah pohon yang tumbuh di tepi jalan di depan warung arak, sekarang telah melangkah menghampiri warung arak tersebut dengan langkah kaki yang sangat ringan, sikapnya tenang sekali, mukanya luar biasa cantiknya.

Sekarang para pemuda itu semakin yakin bahwa wanita ini adalah hantu cantik, karena tak mungkin ada wanita secantik itu. Bibirnya yang tersenyum manis sebetulnya sangat menarik hati, tapi sekarang di mata para orang muda itu malah merupakan senyum yang sangat menakutkan, mengerikan sekali, membuat tubuh mereka semakin menggigil keras dengan semakin mendekatnya wanita cantik itu dengan mereka.



Tapi, hidung mereka kembang kempis coba mengendus-endus mencium sesuatu, tak ada bau busuk, tak ada harum semerbak, sebab setiap cerita hantu yang mereka dengar, jika hantu yang muncul pasti menimbulkan hawa yang bau busuk atau sebaliknya harum semerbak.

Tetapi setelah wanita cantik itu berada semakin dekat dengan mereka, mendadak hati mereka seperti mau copot, terbawa oleh siliran angin tercium harum semerbak yang memabukkan kepala, jantung mereka seperti mau berhenti berdenyut, semangat mereka serasa terbang meninggalkan raga semuanya diliputi ketegangan, tubuh mereka mengigil keras dan kalau mereka tidak malu tentu masing-masing akan berusaha lari meninggalkan warung arak ini.

Cuma sayangnya, tenaga mereka seperti lenyap dan kedua lutut mereka seperti tidak menuruti kata hati lagi, lemas tidak bisa lari atau digerakkan, sehingga mereka duduk saja di tempat masing-masing dengan perasaan takut yang semakin hebat menyerang mereka.


Wanita cantik itu mengawasi mereka sambil tersenyum manis. Kemudian waktu bicara, suaranya sangat merdu sekali. "Sungguh cerita yang menarik tentang hantu cantik itu.... maukah kau bercerita lagi dan membiarkan aku ikut mendengarkan ceritamu??" Kata-kata itu ditujukan kepada Su Nan Su.

"Matilah kau !" bisik A-puy dengan suara perlahan sekali di samping Su Nan Su dengan suara gemetar "Dia pasti hantu cantik yang kau ceritakan tadi telah mengganggu si Thang, dia tentu tak senang dan marah...!"

Su Nan Su menelan ludah, tenggorokannya terasa kering sekali Sebetulnya diapun merasa takut, tapi dia malu jika kawan-kawannya mengetahui dia merasa takut. Akhirnya dengan memaksakan diri dia menoleh dan tersenyum kepada wanita itu.

"Siapakah kouwnio... mengapa malam selarut ini masih berada di luar rumah ? Apakah kouwnio tidak kuatir nanti diganggu orang jahat ?" Suara Su Nan Su gemetar dan serak, tapi dia berhasil menindih sebagian rasa takutnya karena malu kalau dia memperlihatkan perasaan takutnya di depan teman-temannya,

"Aku memang sangat takut diganggu orang jahat," menyahuti wanita cantik itu. "Kedatanganku ke kampung Yuan-ci ini untuk menjenguk sanak-familiku yang tinggal di sini, tapi aku tiba terlambat sudah selarut maiam ini... beruntung tak ada penjahat yang menggangguku!"

Hati Su Nan Su jadi lebih tenang waktu mendengar jawaban wanita cantik ini, dia melirik kepada teman-temannya, kemudian kembali mengawasi wanita cantik ini. Di dalam hati dia berpikir: "Tak mungkin dia hantu... mungkin benar keterangannya itu bahwa dia kemalaman tiba di kampung ini, dia bermaksud menengoki sanak familinya..."

"Kalau kami boleh tahu, siapakah sanak famili kouwnio yang tinggal di sini ?" tanya Su Nan Su, suaranya tidak gemetar seperti tadi, malah matanya kini sempat menikmati seraut wajah yang benar-benar cantik, sulit bertemu dengan wanita secantik ini di dunia.

"Nanti akan kuberitahukan ! Tapi sekarang aku tertarik untuk mendengar cerita tentang hantu tadi...!" menyahuti wanita itu. "Lagi pula, kalau aku datang kerumah sanak familiku itu di malam selarut ini tentu kurang pantas, akan mengejutkan mereka. Boleh aku duduk bersama kalian ?"

Su Nan Su bimbang sejenak, tapi akhirnya mengangguk. "Silahkan!" katanya.

Wanita itu duduk di kursi yang kosong, dan A puy bersama kawan-kawannya kembang-kempis hidungnya, karena mereka mencium harum semerbak berasal dari tubuh wanita cantik ini.

Sedangkan Su Nan Su kini semakin tenang, karena dia sudah memperhatikan muka dan keadaan tubuh wanita cantik itu tak ada tanda-tandanya dia sebagai hantu.

"Ceritaku sudah habis, kalau memang kouwnio mau, besok boleh kuceritakan tentang hantu...! Sekarang sudah larut malam lebih baik nona pergi ke rumah sanak-familimu itu, mereka tentu tak gusar atas kedatanganmu, bahkan mereka akan membenarkan tindakan nona, sebab di malam selarut ini berkeliaran seorang diri, sungguh tidak pantas untuk seorang wanita... apa lagi secantik kouwnio !"

Wanita itu tersenyum, tahu tahu tangannya diulurkan menggenggam tangan Su Nan Su yang ada diatas meja, membuat semangat Su Nan Su seperti mau terbang dari tubuhnya karena kaget.

Dia mau menarik tangannya dari cekatan tangan wanita cantik itu, tapi tidak bisa, karena cekalannya kuat. Juga jari-jari tangan halus itu sudah mengusap dengan lembut, sehingga hati Su Nan Su tergoncang oleh berbagai perasaan.

Merasakan ucapan jari-jari tangan wanita ini, yang demikian halus Su Nan Su semakin yakin bahwa wanita cantik ini bukanlah hantu, sebab hantu tak bisa memegang seperti itu, juga tak mungkin berani memperlihatkan diri di tempat yang ramai seperti saat itu, di mana Su Nan Su berkumpul dengan beberapa orang temannya, juga dibawah terangnya api pelita. Dia jadi diam saja pada akhirnya, membiarkan tangannya dipegang wanita cantik itu.

"Kau sangat baik hati, terima kasih atas perhatianmu," kata wanita itu, "Aku sangat berterima kasih benar kepadamu dan tak akan melupakan budimu. Maukah kau mengantarkan aku ke rumah sanak familiku ? Tidak jauh, Letaknya berada di tengah-tengah perkampungan ini."

Su Nan Su mengeluh. Dia memang sudah tidak setakut seperti tadi, tapi untuk mengantar wanita cantik ini tentu saja dia jadi pikir dua kali. Betapa tidak, bagaimana kalau nanti ternyata wanita cantik ini adalah hantu yang menakutkan ?"

"Bagaimana?" tanya wanita itu. "Aku Liok Bi Lan tentu tak akan melupakan budi kebaikanmu."

Betapa indah dan enak didengar nama wanita ini, Liok Bin Lan. Apakah hantu bisa mempunyai nama sebagus ini ? Hantu biasanya akan mengganggu orang jika korbannya sedang sendirian. Tidak seperti sekarang, ditengah teman-temannya dia muncul, maka Liok Bi Lan pasti bukan hantu. Tapi untuk pergi mengantarkan sendirian, Su Nan Su masih ragu-ragu, maka akhirnya dia bilang: "Baik, kami akan mengantarkan kau ke rumah sanak familimu, aku dengan beberapa orang kawanku akan mengantarkan kau ke sana !" Setelah berkata begitu, Su Nan Su membusungkan dadanya, lenyap perasaan takutnya, dia bilang kepada kawan-kawannya:



"Sahabat, mari kita pergi mengantarkan nona Liok ke rumah sanak familinya."

Tapi A-puy dan pemuda lainnya menggeleng, mereka tetap takut dan tak mau terlibat dalam urusan ini. Mereka tetap kuatir kalau-kalau wanita cantik ini hantu.

"Ayolah... tidakkah kalian kasihan pada nona Liok jika dia pergi sendirian ke rumah sanak familinya, sedangkan malam sudah demikian larut?" membujuk Su Nan Su jengkel melihat semua kawannya menggeleng saja tak mau ikut.

"Ya, aku takut... tolonglah antarkan aku," mohon Liok Bi Lian sambil memperlihatkan sikap memelas dan minta dikasihani.

"Pergilah kau antarkan, Su-laoko... nanti selesai mengantarkan, kau kembali kemari, kami akan mentraktir kau lima kati arak!" kata A-puy.

"Ya, pergilah kau antarkan Su-laoko... kukira memang tepat kau yang mengantarkannya!" menganjurkan pemuda yang kurus berdada tipis seperti menderita sakit paru-paru.

Su Nan Su sebetulnya tadi sudah setengah mabuk, karena sudah banyak sekali arak yang diminum. Tapi tadi ketika wanita cantik ini muncul, karena rasa kagetnya yang tak terhingga, membuat mabuknya lenyap. Dia mendongkol mendengar kata-kata teman2nya, yang jelas-jelas mengejeknya, disindirnya, agar dia membuktikan keberaniannya, sebab selama ini Su Nan Su memang mengaku tak akan takut pada hantu yang bagaimanapun juga.

Dia jadi salah tingkah. Namun karena tak mau menjadi malu didepan teman-temannya, juga memang dia yakin wanita ini adalah manusia bukan hantu, dia memberanikan diri." Baiklah. mari kouwnio kuantarkan kau !" Sambil bilang begitu dia bangkit berdiri. "Kalian jangan kemana-mana ya, aku akan segera kembali....!"

Kawan-kawannya cuma mengangguk saja, sedangkan Liok Bi Lan sudah bangkit dan melangkah dengan langkahnya yang membuat semua teman-teman Su Nan Su, termasuk A-puy, jadi memandang kepergian gadis itu berdua Su Nan Su dengan menelan air ludah.

"Kalau memang wanita itu bukan hantu, beruntunglah nasib Su Nan Su," menggumam A-puy waktu kedua orang itu sudah lenyap dalam kegelapan.

"Kalau aku tak mau mempertaruhkan diri seperti itu, aku yakin wanita itu pasti hantu cantik seperti yang tadi diceritakan Su Nan Su, tak mungkin tidak wanita itu pasti hantu ! Aku yakin hal ini, mana mungkin seorang wanita secantik itu bisa keluyuran di tengah malam, seorang diri lagi !" menggumam katanya.

Demikianlah, mereka jadi membicarakan tentang wanita itu yang kecantikannya luar biasa, tapi juga mereka merasa takut dan ngeri kalau ingat bahwa kemungkinan wanita cantik itu adalah hantu.

Kini marilah kita melihat Su Nan Su dan Liok Bi Lan. Tentu anda sudah dapat menerka siapa adanya wanita sangat cantik jelita yang bernama Liok Bi Lan itu, bukan. Benar! dia tak lain dari Bwee sim-mo-li Liok Bi Lan !

Hatinya girang dapat memancing Su Nan Su, tampaknya pemuda ini masih muda dan juga bertubuh tegap gagah, walaupun sekali melihat saja Bwee-sim-mo-li tahu bahwa orang muda ini sedikitpun tidak mengerti ilmu kungfu.

Namun hal itu tak menjadi persoalan lagi, sebab yang terpenting buat Bwa-sim-mo li bagaimana mengisi kesepiannya, yang sudah berhari-hari dalam kegersangan.

"Di mana rumah sanak familimu?" tanya Su Nan Su sambil melirik mengawasi Bwee-sim-mo-li yang cantik jelita ini, yang sejak tadi berdiam diri saja.

"Masih jauhkah?"

"Aku sendiri tidak begitu jelas letak rumahnya dia hanya memberitahukan padaku bahwa rumahnya berada ditengah-tengah kampung, kalau kutanyakan pada penduduk tentu akan banyak yang kenal akan keluarga itu,"

Alis Su Nan Su mengkerut, sulit mencari rumah seseorang tanpa mengetahui alamatnya yang tepat. Tanyanya kemudian: "Siapa nama sanak familimu itu?"

"Dia She Yang bernama Cie Siong," menjelaskan Bwee-sim-mo-li seenaknya. "Dia mempunyai dua orang anak yang kini mungkin berusia lima dan enam tahun. Isterinya bernama Hiau Kee Niang."

"Aku tak pernah dengar nama itu di kampung ini," menggumam Su Nan Su "Apakah kau tak keliru rumahnya ada dikampung ini?"

Bwee sim-mo-li sengaja memperlihatkan perasaan bingung, dia bilang: "Justeru inilah yang membingungkan mencari orang di malam hari, kalau besok pagi tentu aku bisa bertanya-tanya kepada penduduk kampung ini dan mereka bisa memberitahukan dimana rumah pamanku itu..."

"Kalau begitu sudahlah, kita kembali saja ke kedai arak dulu, kau tunggu sampai pagi hari baru mencari rumah familimu itu!" menyarankan Su Nan Su.

Bwee-sim-mo li sengaja memperlihatkan sikap bimbang, sampai akhirnya dia mengangguk. "Baiklah... memang sejak semula sudah kurasakan kurang sopan datang ke rumah orang di malam selarut ini ! Biarlah aku menunggu sang fajar di kedai arak itu bersama kau dan teman-teman !"



Girang bukan main hati Su Nan Su, karena segera dia menduga dengan penuh keyakinan bahwa wanita cantik ini benar-benar seorang manusia, bukan hantu seperti yang dikuatirkannya. Karena wanita cantik ini lebih senang menunggu di kedai arak, bukan mengajaknya ke tempat sepi!

"Mari kita kembali ke kedai arak!" ajak Su Nan Su tak sabar, hatinya semakin besar dan tenang, sekarang dia sudah tidak curiga bahwa Liok Bi Lan hantu yang bisa mencelakainya.

"Baik, tapi aku tadi meninggalkan pauw-hokku dipintu perkampungan, aku hendak mengambilnya dulu..!" kata Liok Bi Lan

Kaget hati Su Nan Su, dia memandang curiga lagi pada Liok Bi Lan, dia benar-benar bimbang.

Bwee sim moli rupanya mengetahui hal ini, sengaja dia bilang: "Biar aku yang pergi mengambilnya sendiri, kau boleh kembali ke kedai arak, nanti aku menyusul ke sana !"

Mendengar perkataan Liok Bi Lan seperti itu, kesangsian Su Nan Su semakin besar. Dia bukan sangsi bahwa wanita ini hantu, tapi kuatir wanita ini nanti tak kembali lagi ke kedai arak, melainkan pergi entah kemana !"

"Apakah kau tidak kuatir diganggu orang jahat jika pergi mengambil pauwhokmu seorang diri ? Biar kuantarkan !" bilang Su Nan Su.

Bwee-sim-mo-Ii cuma mengangguk. Dia sudah melangkah menuju ke pintu perkampungan tersebut, diikuti oleh Su Nan Su, yang jadi bawel dan cerewet sekali bertanya ini dan itu tentang keluarga gadis yang cantik ini.

Bwee-sim-mo-li memberikan keterangan bohong seenaknya, dia menceritakan bahwa ayahnya seorang hartawan, tapi dia hendak di kawinkan dengan seorang pemuda yang tak dicintainya, maka dia melarikan diri. Karena tak tahu mau pergi kemana, maka tujuannya akhirnya pada familinya di kampung ini untuk menumpang sementara waktu.

Tetapi ketika sampai di luar pintu perkampungan, Bwee-sim-mo-li tidak berhenti melangkah. Tak ada barang di gerbang pintu kampung tersebut. Su Nan Su mulai curiga ketika melihat wanita yang mengaku bernama Liok Bi Lan ini masih terus berjalan. Dia mulai ingat lagi akan dugaan-dugaan teman-temannya, A puy dan lain-lainnya, bahwa wanita cantik ini adalah hantu.

Dia jadi takut dan tubuhnya mulai menggigil dengan jantung berdegup keras. Keadaan di situ gelap dan sepi sekali tidak ada seorang manusiapun juga.

"Di.. di... dimana kau . . . taruh pauwhokmu?" tanya Su Nan Su akhirnya, terpaksa, dengan suara gemetar, karena Bwee-sim mo-Ii masuh terus juga melangkah meninggalkan perkampungan tersebut.

"Tidak jauh lagi, di sana..." menunjuk Bwee-sim-mo-li sambil tertawa melirik manis sekali pada Su Nan Su.

Entah mengapa Su Nan Su sekali ini melihat senyum Bwee-sim-mo-li tanpa tertarik sedikitpun juga, bahkan tubuhnya menggigil, rasa takutnya semakin besar. Dia mendadak berhenti melangkah, bahkan kalau bisa memutar tubuhnya untuk lari meninggalkan tempat itu, meninggalkan perempuan ini karena dia segera mulai menduga-duga lagi bahwa Liok Bin Lan ini adalah hantu .... bukankah Liok Bin Lan tengah memancingnya untuk pergi ketempat sepi dan gelap? Tapi sayang kedua kakinya jadi lemas tak bertenaga karena rasa takutnya, dia berdiri dengan lutut menggigil.

Liok Bi Lan tertawa, menghampiri dan memegang tangan Su Nan Su, memijat jalan darah "koai-hiat, lemaslah benar-benar seluruh tubuh Su Nan Su, sedikitpun tidak bertenaga, sehingga waktu tangannya ditarik dia terseret mengikuti Liok Bi Lan tanpa ada perlawanan sedikitpun, hanya menurut saja, meninggalkan perkampungan Yuan ci semakin jauh.

Keringat dingin membanjiri tubuh Su Nan Su, dia ketakutan setengah mati. Di luar keinginannya, dia mengikuti saja diseret oleh wanita cantik tersebut, benar-benar tidak berdaya untuk memberikan perlawanan. Untuk memberontak saja dia tidak sanggup, bahkan tenaganya semua seperti telah lenyap sehingga sedikitpun dia tidak bisa menggerakkan tangannya yang dicekal oleh wanita cantik ini.

Yang membuat dia tambah ketakutan, Liok Bi Lan telah menyeretnya ke tempat yang gelap dan rimbun oleh pohon-pohon.

Liok Bi Lan menyeret Su Nan Su seperti terbang karena dia telah mempergunakan ginkangnya yang sangat tinggi, sedikitpun tidak ada kesulitan buat dia menyeret tubuh Su Nan Su yang sebetulnya tidak enteng itu.

Hal ini malah membuat Su Nan Su tambah ketakutan, bayangkan saja di kedua sisi telinganya berkesiuran angin yang kencang, dirinya seperti tergantung di tengah udara di tenteng, diseret dengan cepat sekali, seperti tengah diajak terbang.

Tentu saja dia jadi menduga bahwa Liok Bi Lan benar-benar hantu yang bisa terbang ! Dugaannya semakin kuat, karena waku itu dia merasakan kakinya tidak menginjak tanah, terseret seperti terbang saja, seperti kapas, yang dibawa lari oleh wanita itu secepat kilat.

Pohon-pohon dan barang barang lainnya yang berkelebat tidak bisa dilihatnya dengan jelas, bahkan kepalanya seketika jadi pusing,dan akhirnya dengan perasaan ngeri sekali dia memejamkan matanya rapat-rapat.

Dia ingin menangis saja layaknya untuk merengek agar hantu cantik ini mengampuni-nya. Tapi tidak ada suara yang meluncur keluar dari mulutnya, cuma bibirnya saja yang gemetaran, karena menahan rasa takut.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar