"Tapi kepandaian Tang Bun
hweshio sangat tinggi, mengapa dia bisa begitu mudah terkena pukulan Liong-beng
kun ?" tanya Toat beng-sin-ciang lagi tambah heran.
Tang Lu Siansu menghela napas
dalam-dalam, mukanya murung sekali.
"Waktu itu Tang Bun
Suheng sedang turun gunung untuk mengurus suaru persoalan, kericuhan yang di
timbulkan oleh sepak terjang Tang Sin murid murtad itu... dan dengan tidak tahu
malu Tang San mempergunakan akal muslihat sangat licik dan rendah, dia
mencampurkan racun dalam minuman Tang Bun Suheng dengan meminjam tangan orang
lain!
Dalam keadaan keracunan
seperti itulah Tans Bun Suheng dihantam olei Liong-bengkun...! Untung saja
sin-kang Tang Bun Suheng tangguh dan kuat, sehingga sejauh itu biarpun terluka
parah tak membuatnya sampai mati... dan hongthio akhirnya "berhasil
menyermbuhkanya".
Sekarang, justeru Tang Bun
Suheng hendak mencari Tang san si murid murtad, dia berpendapat murid murtad
itu harus dibasmi, dihukum seberat-beratnya sesuai dengan peraturan pintu
perguruan kami ! Terlebih lagi dari laporan yang masuk pada kami, akhir-akhir
ini Tang San si murid murtad tengah menghimpun orang-orang kangouw yang bisa
di-picuk dengan janji-janji pangkat dan uang, atas perintah Cu Bian Liat,
thaykam yang jahat itu, untuk membasmi orang-orang yang tak disenanginya.
Satu tujuan Tang San, ingin
mengerahkan sebanyak mungkin orang kangouw yang dapat dipengaruhinya itu untuk
menghancurkan Siao-lim-si. Karenanya, keinginan Tang Bun Suheng akhirnya
diluluskan oleh hongthio, yang berpendapat kalau tindakan Tang San murid murtad
itu dibiarkan berlarut-larut tentu keadaan semakin gawat dan nanti sulit
ditumpas, itulah sebabnya, kami semua turun gunung, untuk membasmi murid murtad
itu, di samping itu juga kami memiliki kepentingan lain, yaitu melindungi Tang
Bun Suheng, sebab kami kuatir jika dia mengalami kejadian tak diinginkan lagi,
kami harus mengakui selain kepandaiannya sudah mencapai tingkat sangat tinggi,
Tang San si murid murtad juga sangat licik. Hongthio sampai turun gunung dan
sementara kepengurusan kuil kami diserahkan kepada Tang Lang sute...!"
Toat-beng-sin ciang
mengangguk-angguk, dia baru mengerti mengapa hongthio Siao-lim-si sampai turun
gunung dan meninggalkan kuil menuju ke kotaraja.
"Kalau demikian, mari
kita bersama-sama berangkat ke kotaraja, nanti kita hadapi bersama-sama Tang
San si keparat itu! Muridku juga telah melakukan perjalanan lebih dulu ke
kotaraja, mungkin kita bisa bertemu di sana...!"
Tang Lu Siansu mengangguk.
"Kami pun sedang
menguatirkan keselamatan sute kecil kami, yang telah berangkat lebih dulu...
dia benar sudah melatih dengan baik, tapi usianya masih terlalu muda."
"0ohhh, siapa sute kecil
taisu ?" tanya Toat-beng-sinciang.
"Dia sebetulnya sute tak
resmi, karena guru kami mengambilnya sebagai murid secara kebetulan, hanya demi
kepentingan supaya dia dapat menghadapi Tang San si murid murtad ! Scbetutnya
dia murid Siao-lim-ii tingkat ke tiga dari golongan Wie, usianya juga masih
muda sekali, tapi suhu kami melihat ia memiliki bakat yang sangat bagus, maka
dibawa untuk digembleng.
Benar tidak diadakan upacara
pengangkatan guru dan murid antara sute kecil kami itu dengan guru kami, namun
secara tak langsung memang dia tetap sebagai adik seperguruan kami yang paling
bungsu ! Kini dia menerima tugas untuk menghukum Tang San si murid murtad,
sambil membantu perjuangan orang-orang gagah pencinta negeri, kami kuatirkan sekali
tentang dia, itulah alasan kami lainnya yang menyebabkan kami meninggalkan kuil
dan turun gunung! Hongthio kuatir sute kecil kami itu gagal dengan tugasnya dan
celaka di tangan Tang San murid murtad."
"Siapa nama sute Siansu
?"
"Giok Han... dia juga
bergelar..."
"Liong Kak Sin Hiap
!" menyambung Toat-beng-sin-ciajg sebelum pendeta siao-lim-si ini
menyelesaikan perkataannya. Tang Lu Siansu jadi memandang heran pada
Toat-beng-sin-ciang.
"Kau sudah bertemu
dengannya, lotai-po?"
"Belum, tapi sudah
mendengar tentang dia yang kini ramai jadi pembicaraan orang-orang kangouw !
Dia pemuda yang sangat luar biasa, kepandaiannya menakjubkan, dan gelarannya
itu juga sangat mengejutkan, Liong-kak-sin-hiap! Tapi, mengapa dia bukan seorang
hwesio... seperti halnya taisu maupun pendeta-pendeta siao lim-si lainnya
?"
"Ya, sute kecil kami
memang tak mencukur rambut, usianya masih terlalu muda dan jika tokh kami yang
meminta dia mencukur rambut kelak akan jadi sesalan jika dia tak ingin menganut
kehidupan seorang petapa."
"Belakangan ini memang
benar bahwa dia merupakan calon tandingan Tang San si keparat itu ! Liong
beng-kun dari si keparat itu rupanya tak membuat orang muda itu gentar !"
menjelaskan Toat-beng-sin ciang.
Tang Lu Siansu mengangguk.
"Benar, guru kami telah memberikan semacam jurus pukulan baru untuknya
menghadapi Liong-beng kun agar dapat menghukum murid-murid murtad itu. Juga,
guru kami telah sengaja menyuruh nya memakai gelaran Liong- kak- sin-hiap,
untuk memancing murid murtad itu memperlihatkan diri !"
"Hemmm... tetapi
sebetulnya... sebetulnya aku sendiri ingin sekali bertemu dengannya, tapi
sejauh ini belum berhasil bertemu dengannya. Ada sesuatu yang hendak kuserahkan
padanya."
"Menyerahkan apa pada
sute kecil kami itu. Lotaipo?" tanya Tang Lang Siansu.
Toat-beng-sin ciang tampak
ragu-ragu, namun akhirnya dia tersenyum. "Tak ada perlunya aku
merahasiakan hal ini, taisu sebetulnya aku ingin menyerahkan tongkat Liong-kak
padanya ! Tongkat pusaka itu kebetulan berada ditanganku, sesuai dengan
gelarannya, Liong-kak-sin-hiap, maka tongkat itu akan kuhadiahkan padanya,
sangat cocok untuknya, kaiena tongkat itu bemanfaat sekali untuk dia pergunakan
menghadapi Tang San si keparat !"
Tang Lu Siansu tampak kaget,
matanya sampai terbuka lebar, "Jadi... tongkat pusaka Liong-kak berada
ditangan lotaipo?"
"Ya... nanti jika bertemu
dengannya akan ku hadiahkan tongkat Liong-kak padanya !" menyahuti
Toat-beng-sin-hiap.
Girang bukan main Tang Lu
Siansu dengan memperoleh tongkat Liong-kak yang menjadi rebutan orang orang
kangouw, Giok Han pasti mempunyai harapan lebih besar untuk merobohkan Tang San
Siansu, karena dengan tongkat pusaka itulah Liong-beng-kun Tang San Siansu
dapat dimusnahkan.
Setelah bercakap-cakap
beberapa saat lagi, karena mereka perlu mengejar waktu, dalam waktu empat hari
harus tiba di kotaraja pendeta-pendeta Siao-lim-si dan Toat-beng-sin ciang
telah melakukan perjalanan.
Selama dalam perjalanan Tang
Lu Siansu menghibur Toat-beng-sin-ciang, jika telah tiba di kotaraja tentu
Toat-beng-sin ciang bisa bertemu dengan hongthio Siao-lim-si yang pasti dapat
menyembuhkan lukanya akibat pukulan Liong beng-kun. Ini merupakan harapan buat
Toat-beng-sin-ciang sehingga nenek tua renta ini semakin bersemangat dalam
perjalanannya tersebut.
ooo)0(ooo
Cuaca tidak begitu bagus,
karena awan mendung tampak memenuhi langit dan tak lama lagi pasti turun hujan.
Angin berhembus kencang dan dingin, di jalan dekat pintu masuk ke kotaraja
tampak tidak seramai seperti biasanya, jika tidak terlalu penting tentu orang
segan keluar rumah dalam cuaca demikian buruk.
Tapi dari arah luar kotaraja
tengah mendatangi sepasang muda-mudi, yang satu pemuda tampan gagah dan yang
pemudinya merupakan gadis remaja sangat cantik dengan sepasang alis yang
memanjang melengkung seperti bulan sabit, bibirnya merekah merah mungil,
sungguh wajah yang menawan. Mereka berdua merupakan pasangan yang sangaut
setimpal.
Sikap mereka riang dan tenang
waktu memasuki pintu kotaraja, menikmati keindahan gedung-gedung mewah dan
bagus, karena umumnya penghuni kotaraja mereka merupakan orang-orang penting
baik dalam kerajaan maupun hartawan-hartawan kaya, para pedagang besar ataupun
juga orang-orang terkenal, semuanya terkumpul menjadi satu di sini.
Berbeda benar keadaan di
kotaraja ini dengan kampung-kampung yang lebih melambangkan kesederhadaan dalam
hidup ini.
Sepasang muda-mudi ini tak
lain Giok Han dan Cang In Bwee ! Mereka tiba di-kotaraja dengan tujuan satu,
yaitu mencari jejak Tang San Siansu dan juga akan berusaha untuk memperoleh
kesempatan membunuh Cu-kongkong Cu Bian Liat !
Mereka memang cuma berdua,
tapi kedua muda mudi ini sangat tabah, merekapun yakin akan kepandaian yang
mereka miliki, karenanya biarpun mendatangi sarang naga, mereka tak gentar
sedikitpun.
Waktu mereka memasuki pintu
kotaraja. Sebetulnya Giok Han dan Cang In Bwee sudah menyadari bahwa diri
mereka berdua tengah diikuti oleh seseorang, dibayang-bayangi.
Tapi mereka pura-pura tak
tahu. Mereka tetap bercakap-cakap dengan gembira tanpa peduli dengan orang yang
membayangi diri mereka. Orang tersebut berpakaian kumal dan kotor, sebagai
seorang kasar, mungkin juga penjahat kecil yang memang cukup banyak terdapat di
kotaraja.
Cang In Bwee sendiri sudah
berbisik pada Giok Han: "Biar dia mengikuti kita, nanti kita beri hajaran!
Hemmm, mungkin dia mengincar pauwhok kita !"
Cuaca yang buruk, hawa udara
yang dingin menyebabkan jalan-jalan raya di kotaraja tidak ramai seperti
biasanya, tapi sepasang muda-mudi ini tetap saja berjalan dengan tenang menyusuri
jalan yang satu ke jalan raya yang lainnya, tanpa menoleh sedikitpun. Ketika
mereka tiba di sebuah lorong jalan agak sempit dan sepi, keduanya memutar tubuh
dengan mendadak.
Orang yang sejak tadi
mengikuti mereka rupanya terkejut, tak menyangka kedua orang yang tengah
dibayanginya memutar tubuh, begitu mendadak dan cepat, sehingga dia tidak
keburu menyingkir maka tak ada jalan lain baginya selain melangkah terus
seakan-akan tengah mengambil arah yang sama dengan Giok Han dan Cang In Bwee.
Ketika lewat di dekat Giok Han
dan Cang In Bwee yang mengawasinya tajam, orang itu melirik dan menggumam
perlahan: "Sungguh sayang, masih demikian muda mencari kematian..."
Alis Cang In Bwee naik,
tahu-tahu tangan kanannya menyambar ke baju orang itu, kemudian menghentaknya
hendak membanting tubuh orang tersebut, yang dari kerut-kerut di sisi mata dan
mukanya memperlihatkan usianya mungkin sudah limapulun tahun. Tapi, licin seperti
belut tahu-tahu orang itu berhasil membebaskan diri dari cengkeraman tangan
Cang In Bwee.
Bergeraknya orang itu aneh
sekali, demikian cepat dan juga agak luar biasa, sebab baju yang dicengkeram
kuat oleh Cang In Bwee dapat dilepaskannya dengan mudah dan tak
tersangka-sangka, seperti tak terjadi apa-apa dia melangkah terus buat pergi
meninggalkan tempat itu.
Cang In Bwee dan Giok Han
sempat dibikin tertegun oleh kelakuan orang itu, Kepandaian Cang Bwee tidak
rendah, tadi dia juga menjambret dengan cengkeraman tangan sangat kuat, namun
orang itu dapat meloloskan diri biarpun bajunya sudah kena dicengkeram oleh In
Bwee, licinnya seperti belut. Jelas dia mempunyai kepandaian tinggi!
Setelah tersadar, In Bwee
berseru: "Hai mau kemana kau?" bentakan itu disusul dengan tubuhnya
loncat mengejar orang itu, Giok Han juga mengikuti di belakangnya.
Orang itu menahan langkah
kakinya, nyengir, "Nona manis, kau memanggilku ?" tanyanya sinis
sekali.
"Sejak tadi dari pintu
kota kau mengikuti kami, apa maksudmu ?" bentak Cang ln Bwee, mendongkol
dan penasaran, sedangkan otaknya bekerja keras menduga-duga entah siapa orang
ini. Cuma saja dia tak berhasil tahu siapa orang ini, dia belum pernah melihat
orang tersebut.
"Aku mengikuti kalian ?
Oooh, lucu ! Lucu ! Apakah jalan raya di kotaraja ini milik nenek moyang kalian
sehingga orang lain tak boleh memakai jalan raya ini bersama-sama dengan
kalian? Aku mempunyai kedua kaki, aku bebas kemana aku mau pergi, apa urusannya
dengan kalian berdia? Atau kalian menyangka aku si tua tua masih genit hendak
menyaksikan pasangan remaja yang sedang bermesra-mesraan ?"
Muka Cang In Bwee berobah
merah, sedangkan Giok Han mengerukan alisnya, dilihatnya orang ini sama sekali
tak memperlihatkan rasa takut, dari sinar matanya yang tajam segera dapat
dipastikan bahwa kepandaian orang ini niscaya tinggi.
"Kalau kau tidak mau
bicara terus-terang nanti akan kupaksa kau bicara sebenarnya !" kata Cang
In Bwee yang sedang penasaran dan benar-benar dia membuktikan ancamannya, tanpa
menunggu jawaban orang itu, tangannya sudah menyambar ke arah dada orang itu.
Ancaman pukulan itu tak
membuat orang tersebut gentar, dia malah tertawa sinis, waktu kepalan tangan In
Bwee hampir mengenai dadanya, sekali lagi badan itu licin seperti belut melejit
ke samping, berhasil menghindar dari pukulan in Bwee, bahkan sekarang tahu-tahu
jari telunjuk tangan kanannya meluncur akan mengetuk perlahan pada siku tangan
Cang In Bwee.
Tampaknya perlahan gerakan
tangan orang itu, tapi sebenarnya itu merupakan totokan jari tangannya. Kaget
In Bwee. cepat dia menarik pulang tangannya, dia memunahkan totokan jari tangan
orang tersebut.
Tapi sebagai gadis yang
berkepandaian tinggi dan merupakan wanita gemblengan tentu saja dia tak mau
sudah sampai di situ saja, dia bukan cuma sekedar menghindarkan totokan jari
tangan orang tersebut, tahu-tahu lengan kanannya mendorong siku tangan orang
itu, menyusul tangan kirinya masuk menghantam iga orang itu. Dessss...!
Dukkkk...!" cukup kuat iga orang itu kena dihantam Cang In Bwee, tubuhnya
terdorong mundur tiga tindak, mukanya berobah, tapi dia tak sampai roboh.
"Budak hina mau mampus
!" Teriak orang tersebut gusar. "Kau benar-benar mencari
mampus!" Dia juga sudah menerjang maju menyerang dahsyat sekali dengan
kedua tangannya, angin pukulannya bercuitan, karena dia memakai tenaga lwekang
yang hebat.
Cang In Bwee tidak main-main,
dia tahu lawannya bukan orang biasa. Biarpun pakaiannya kumal kotor seperti itu
namun jelas dia seorang berkepandaian tinggi. Maka dia juga mengempos
semangatnya dan mengeluarkan jurus-jurus pukulannya mengimbangi serangan orang
tersebut, mereka bertempur seru sekali tubuh mereka berkelebat-kelebat dikurung
oleh bayangan tangan masing-masing yang bercuitan nyaring sekali. Saat itu Giok
Han mengerutkan alisnya mengawasi kedua orang yang sedang mengadu ilmu dan
tenaga, dia tak mengerti siapa orang itu, apakah dia kawan atau lawan ? Namun,
mendengar gumaman orang itu tadi, bahwa mereka dianggap mencari mati dengan
kedatangan mereka di kotaraja, menunjukan orang itu seperti hendak mengejek dan
merupakan orang yang berdiri dipihak lawan!
Namun sebagai orang yang baru
pertama kali datang di kotaraja, Giok Han tak berani terlalu cepat menarik
kesimpulan, dia msngawasi sementara waktu In Bwee sedang melayani
serangan-serangan orang tersebut.
Cang In Bwee wanita
gemblengan, kepandaiannya juga tidak sembarangan dia murid Toat beng - sin cang
tokoh persilatan ternama, maka pukulan-pukulan yang dipergunakan juga dahsyat
sekali, dia telah berhasil mendesak lawannya sampai beberapa kali lawannya cuma
berhasil menangkis atau mengelak pukulan-pukulan Cang In Bwee tanpa sempat
membalas menyerang, karena waktu itu mereka telah bertempur belasan jurus.
"Kalau kau tak mau bicara
terus terang, nanti menyesalpun sudah terlambat!" mengancam In Bwee..
"Aku tak akan membiarkan kau angkat kaki dari tempat ini sebelum
menjelaskan kepada kami siapa kau sebenarnya dan apa yang kau inginkan dari
kami !"
"Kau kira bisa menggertak
aku?" teriak orang itu dan kedua tangannya bergerak semakin cepat
memberikan perlawanan, tenaganya lebih kuat, dia sekarang seperti nekad
menerjang In Bwee dengan tubrukan-tubrukan kalap.
Kepandaiannya tidak rendah,
dengan kekalapannya seperti itu membuat In Bwee jadi sibuk juga. Tapi, sebagai
orang yang sudah tergembleng kuat. In Bwee tidak jadi gugup. Sikap kalap
lawannya malah membuka banyak kesempatan padanya, dan saat itulah, waktu
melihat dibagian dada kanan orang itu terbuka, tak buang waktu lagi In-Bwee
menghantam kuat sekali, telak kepalan tangan kanannya mengenai dada orang itu
sampai terdengar suara keras.
"Dessss...!" tubuh
oranj itu terpental keras terjengkang ke belakang, terbanting ditanah dengan
muka meringis, mata yang agak juling sebab pusing dan matanya berkunang-kunang,
waktu itu dadanya yang tergempur pukulan keras tangan In Bwee menyebabkan rasa
sakit yang bukan main.
In Bwee tidak mau memberi
kesempatan kepada orang itu, badannya seperti burung seriti sudah melambung
ditengah udara, menyambar akan menghantam lagi pundak lawannya yang masih
terduduk akibat terpental oleh pukulannya tadi.
Kedua tangan In Bwee sekali
ini berciutan keras, karena waktu itu sepasang tangan menyerang beruntun dengan
pukulan berangkai, In Bwee sudah memperhitungkan jika pukulan tangan kanannya
bisa dihindarkan lawannya maka dia akan menyusuli dengan tangan kirinya.
Lawannya masih tertunduk
dengan kepala agak pusing, melihat In Bwee sudah menyambar datang dengan
pukulan-pukulan kuat seperti itu, tak buang waktu dia melejit ke samping
bergulingan di tanah, seperti belut saja licinnya dan cepat luar biasa dia sudah
meloncat berdiri hendak melarikan diri.
Dia memiliki kegesitan yang
mengagumkan, dia tadi berkali-kali bisa meloloskan diri dari tangan ln Bwee
dengan mengandalkan kelicinan tubuhnya.
Tapi sekali ini biarpun dia
berhasil menjatuhi In Bwee yang sekali lagi gagal menyerang tempat kosong,
orang gagal buat melarikan diri. Dia mau angkat kaki, tapi pundaknya tahu-tahu
dirasakan sakit nyeri sehingga menusuk ke jantungnya, membuat dia meringis, dia
berusaha mempergunakan kelincahannya yang licin seperti belut guna membebaskan
dirinya dari cengkeraman itu, tapi gagal.
Bahkan tubuhnya telah diangkat
ke tengah udara, disusul oleh suara yang tawar: "Sahabat, jangan harap kau
bisa pergi dari sini sebelum memberikan keterangan pada kami !"
Badannya tahu-tahu terbanting
keras. Pinggulnya sakit bukan main, dia sampai meringis, apalagi tadi
terbanting pada pinggulnya dan menyebabkan rasa sakit itu naik ke mata dan
otaknya. Sejenak sekelilingnya jadi berputar-putar. Di depannya berdiri pemuda
yang gagah itu, tengah mengawasi tawar padanya.
Rupanya Giok Han telah loncat
menyambar pundak orang itu yang dicengkeram kuat ketika melihat orang tersebut
hendak angkat kaki meninggalkan mereka, dia membantingnya juga.
Kepandaian Giok Han memang di
atas In Bwee, tak mengherankan orang ini jadi mati kutu, tak bisa mempergunakan
kelincahannya untuk melejit melepaskan diri dari cengkeraman tangan Giok Han.
Muka orang itu jadi meringis.
"Kalian... kalian jangan
mengada-ada ! Aku tak mengikuti kalian, aku sedang menuju pulang ke rumah,
mengapa kalian tidak hujan tidak angin menuduhku tidak-tidak ?" menyanggah
orang itu kemudian sambil memperlihatkan perasaan tak puas.
Giok Han tersenyum sinis, dia
menghampiri lebih dekat, katanya: "Sahabat, kalau kau tak mau bicara juga,
kami bisa memaksa kau bicara dengan cara kami !" Sambil berkata begitu
tangan kanan Giok Han menyambar, terlalu cepat untuk dilihat jelas oleh orang
itu, karena tahu-tahu dia merasakan puting susu dadanya kena ditotok keras dan
sakit sekali, sampai dia dalam keadaan terduduk akibat bantingan Giok Han,
terjengkit kesakitan.
Kemudian mukanya jadi pucat,
karena tubuhnya jadi kejang disusul perasaan sakit hebat seperti ditusuki
ribuan batang jarum di sekujur tubuhnya !
Rupanya Giok Han sudah menotok
jalan darah "Mieh-bu-hiat" di puting susunya, untuk memaksa dia
bicara. Jalan darah itu merupakan titik jalan darah yang berhubungan dengan
seluruh pusat syaraf di tengkuk, yang akan mendatangkan rasa nyeri dan sakit
bukan main di sekujur tubuh, membuat orang itu menggigil keras dan keringat
dingin membasahi sekujur tubuhnya sebab menahan rasa sakit yang semakin lama
semakin hebat juga.
Mati-matian dia menahan rasa
takit itu dengan menggigit bibirnya luat-kuat, sedangkan Giok Han dan In Bwee
berdiri mengawasinya dengan tersenyum mengejek.
Tidak lama daya pertahanan
orang itu, pecahlah ketabahan hatinya ketika rasa sakit itu naik sampai ke
kepala, selain tubuhnya sakit-sakit juga kepalanya seperti hendak pecah !
Akhirnya dia bergulingan di tanah sambil menjerit-jerit: "Aku bicara ! Bebaskan
aku... jangan menyiksa aku... bebaskan aku... aku akan bicara !"
"Ayo bicaralah, nanti
kami bebaskan kau dari siksaan itu !" kata Giok Han dingin, sengaja dia
tak mau membebaskan dulu orang itu dari pengaruh totokannya, sebab dia tahu
orang ini nanti dalam keadaan biasa akan mempersulit keterangannya, justeru
dalam kesakitan hebat seperti itu, apapun yang sebenarnya akan dikatakannya
sejujur-jujurnya.
Orang itu menjerit-jerit
berguling di-tanah, sambil berkata: "Aku cuma diperintahkan...
diperintahkan Thio taijin untuk mengawasi semua orang asing yang masuk ke
kotaraja pada sebulan terakhir ini... dan kalian.... adalah orang-asing...
karena itu aku harus mengikuti kalian.... harus mengetanui apa maksud
kedatangan kalian kemari...!"
"Hmmm, apakah Thio taijin
ituThio Yu Liang?" tanya Giok Han
"Be... benar...! Ayo
bebaskan aku... aduhhhhh, jangan menyiksa aku terus seperti ini... aku tidak
tahan lagi... ayo bebaskan... aduhuhh....!" erang kesakitan orang itu
bergulingan sambil mencucurkan air mata !
"Jawab dulu pertanyaan
kami !" bentak Giok Han. "Apa maksudnya tadi mengatakan kami datang
ke kotaraja ini seperti mengantarkan jiwa dan mencari kemauan ?"
"Karena kalian kulihat
bukan muda-mudi biasa kalian pasti memiliki kepandaian... aduhhhhh, sakit
sekali.... kalian pasti orang-orang yang biasa berkelana dalam kangouw... dan
kalian pasti sengaja datang ke kotaraja bersama dengan yang Iain-lainnya untuk
memusuhi kerajaan...!"
"Yang lain-lainnya ?
Siapa mereka ?" bentak Giok Han.
"Banyak... banyak
sekali... bahkan beberapa orang pendeta... pendeta Siao-lim-si, tosu Bu
tong-pai... dan orang-orang kangouw dari berbagai aliran telah berkumpul di
kotaraja.. karenanya mereka harus diawasi. Aduhhh... jangan terlalu lama dong
.... bebaskan aku ....aduhhhh . . . sakit . . . sakit!"
Kaget Giok Han dan In Bwee
mendengar pendeta-pendeta Siao-lim-si berdatangan ke kotaraja. "Siapa
pendeta-pendeta Siao lim-si yang sudah datang kemari?" tanya Giok Han
lagi.
"Menurut penyelidikan
.... aduhhhh, sakit.... sakit.... mereka adalah pemimpin Siao lim sie telah
datang kemari juga beberapa pemimpin Siao-lim si, serta tokoh-tokoh Bu-tong pai
dan lain lain tokoh dari pintu perguruan di Tionggoan ini !"
Tidak kepalang kaget campur
girang Giok Han mendengar Tang Sin Siansu berada di kotaraja. Dia menendang
dada orang itu. berkurang rasa sakit menyiksanya. "Kau harus menjawab dulu
satu pertanyaan kami baru boleh pergi!" Giok Han. "Apa maksud orang
orang itu datang ke kotaraja ini ? Juga, di mana mereka berkumpul ?"
Orang itu menghapus keringat
dan air matanya, tadi saking kesakitan dia sampai mandi keringat dingin dan
bercucuran air mata, napasnya masih memburu. "Mereka memusuhi kerajaan dan
Cu kongkong, karena itu sekarang sedang dipersiapkan pasukan untuk membasmi
mereka! Tempat mereka berkumpul tidak tetap, berpindah-pindah.. tapi mereka
telah berada dalam pengawasan pihak kerajaan Mereka jangan harap bisa lolos
dari jaring yang sudah dipasang Cu-kongkong ! Seluruh kotaraja telah tersebar
semua kawan-kawanku... Dan tak ada seorangpun yang sudah masuk ke kotaraja bisa
lolos keluar dari kotaraja, biarpun memiliki kepandaian bisa menghilang!"
Kata-kata terakhir orang ini
masih hendak menggertak Giok Han dan Cang In Bwee, untuk melampiaskan
penasarannya. Mendadak mulutnya tertutup rapat, karena waktu itu kaki kanan In
Bwee sudah menyambar menendang mulutnya sampai giginya copot dua ! Hancur
keberaniannya, dia tidak berani menggertak lagi, nona yang cantik manis itu
rupanya sangat galak juga.
"Kau sendiri sebetulnya
menjabat kedudukan apa di bawah Thio Yu Liang?"
"AKU... aku anggota Kim
ie-wie...!" menyahuti orang itu.
Giok Han yakin orang ini tidak
berdusta, pantas kepandaian orang ini cukup tinggi, tak tahunya dia salah
seorang anggota Kim ie wie. Jika orang ini di lepaskan, tentu akan menimbulkan
kesulitan buat mereka berdua diwaktu mendatang, pasti dia akan membawa kawan-kawannya
mencari Giofc Han dan ln Bwee setelah dia bebaskan. Bahkan Giok Han dan In Bwee
merasa gentar menghadapi berapa banyakpun orang orang yang akan mencari mereka,
Kim-ie-wie ataupun orang-kerajaan lainnya tapi yang mereka tak inginkan justeru
kalau kalau mereka diganggu olen orang-orang kaisar sedangkan Giok Han ingin
menemui hongthio Siao-lim si, yang menjadi sucouw merangkap jadi suhengnya juga
!
Baiklah karena kau telah
bicara jujur dan terus terang, jiwamu, kuampuni !" kata Giok Han. "Tapi
sementara ini selama dua hari biarlah kau beristirahat dulu di sini !"
Sambil berkata begitu tangan Giok Han secepat kilat menotok ke jalan darah
"Miiang hi at" didekat leher orang itu.
Orang tersebet cuma sempat
bilang: "Ja.... jangan...!" kemudian roboh terguling pingsan tidak
sadarkan diri, totokan Giok Han sudah di perhitungkan tenaganya, maka itu orang
ini akan ini pingsan selama dua atau tiga hari ! Cepat-cepat Giok Han menenteng
tubuh orang ini dan meloncat ke atas genting rumah penduduk, Dia meletakkan
tubuh orang tersebut dibalik genteng wuwungan sehingga selama dua atau tiga
hari anggota kim ie-wie yang menyamar dengan pakaian mesum itu akan berada di
situ tanpa ingat diri, juga tak ada orang yang melihatnya.
"Bwee-moay, mari kita
mencari hongthio!" ajak Giok Han. "Menurut dia tadi, hongthio dan
ketua Siao-lim-si lainnya berada di kotaraja !"
In Bwee mengangguk. Dia tak
banyak bertanya, memang sebagai wanita gemblengan dia tahu apa yang harus
dilakukannya untuk mencari Tang San Siansu dan yang lain lainnya. Keduanya
gesit dan lincah, sekali loncat naik ke atas genting penduduk, kemudian
berlari-lari di atas genting rumah penduduk mengelilingi kotaraja!
Benar saja waktu mereka sedang
berlari-lari lincah di sebelah selatan kotaraja waktu Giok Han meloncati
genting rumah penduduk, mendadak berkelebat sesosok bayangan disusul
berkesiuran angin pukulan yang kuat, karena suara pukulan itu sampai bercuitan,
menunjukkan sinkang penyerangnya telah sempurna.
Giok Han menangkis, semula dia
menyangka yang membokongnya adalah orang-orangnya kaisar, tapi begitu tangannya
bentrok dengan pembokongnya, cepat-cepat Giok Han menarik pulang tenaganya dan
berteriak girang: "Tang Lu Susiok !"
Badannya dijatuhkan, dia
berlutut. In Bwee yang semula sudah bersiap-siap hendak menghadapi penyerangan
pembokong itu, jadi mengawasi heran.
Di depan mereka berdiri
seorang pendeta sudah lanjut usia, mukanya welas-asih dan sabar. Dia tak lain
Tang Lu Siansu. "Bangunlah anak baik ! Kepandaianmu sudah mendapat
kemajuan yang pesat sekali, padahal tadi kuserang kati dengan
"Hauw-liong-cut-sin", tapi kau bisa menangkis dengan baik dan juga
menarik pulang tenaga dalammu begitu leluasa ! Sungguh mengagumkan!"
Giok Han berdiri. "Tang
Lu Susiok, apakah hongthio juga datang kemari ?"
Tang Lu Siansu mengangguk.
"Ayo kalian ikut menemuinya !" Kemudian Tang Lu Siansu meloncati dua
wuwungan rumah dan meloncat turun di sebuah rumah. Giok Han dan In Bwee
mengikuti. Ternyata di situ sudah berkumpul banyak sekali orang, yang terdiri
dari pendeta dan orang-orang lain berbagai golongan. Di antara orang-orang itu
Giok Han lihat Tang Sin Siansu dan Tang Bun Siansu, cepat-cepat dia menghampiri
dan berlutut.
In Bwee yang loncat belakangan
juga jadi berseru girang: "Suhu !" ketika melihat di samping kanan
Tang Bun Siansu duduk Toat-beng-sin-ciang, dia berlutut memberi hormat.
Toat-beng sin-ciang juga tak kurang girangnya bertemu dengan muridnya, Dia segera
memperkenalkannya kepada ketua Siao-lim-si dan orang-orang gagah lainnya yang
berkumpul di situ.
Ternyata, di antara
pendeta-pendeta Siao-lim-si itu berkumpul juga ciangbunjin Bu-tong-pai tingkat
kedua dan ketiga, juga dari perguruan Ceng-shia-pai, Kaipang dan lain-lainnya.
Rumah yang dijadikan tempat pertemuan mereka adalah rumah Tai Po San, seorang murid
Siao-lim-si yang kemudian mengundurkan diri dari kalangan kangouw hidup
berdagang di kotaraja. Dia merupakan tuan rumah yang sangat ramah dan juga
simpatik.
Pihak kerajaan memang memiliki
penciuman dan pendengaran sangat tajam, tapi berkumpul di rumah Tai Po San,
seorang penduduk kotaraja itu, menyebabkan orang-orang kerajaan tidak mudah
membayangi mereka, karena setidak-tidaknya orang-orang kaisar akan menyelidiki
dimana jejak dari Tang Sin Hongthio dan yang lain lainnya, mereka tak akan
menyangka bahwa mereka bersembunyi di rumah penduduk biasa, justeru yang akan
menjadi incaran orang- orang kaisar adalah kuil-kuil maupun tempat, tempat
lainnya disekitar kotaraja, dan terlepas dari perhatian mereka bahwa semuanya
tertampung di salah satu rumah penduduk di tengah-tengah kotaraja !
Tapi memang Tang Lu Siansu dan
yang lainnya tengah berunding mendadak mendengar suara langkah kaki ringan dari
dua orang yang berlari lari di atas genting. Gesit sekali Tang Lu Siansu
meloncat naik ke atas genting untuk memeriksa, sebab menduga yang datang adalah
mata-mata kerajaan. Tapi, bukan kepalang girangnya melihat Giok Han,
cepat-cepat dia menyerang untuk menguji kepandaian keponakan murid merangkap
sebagai adik seperguruan juga, dan kagumnya semakin bertambah karena sinkang
pemuda ini biarpun usianya masih sedemikian muda, telah mencapai tingkat sangat
tinggi, dapat dipergunakan dengan leluasa, untuk menangkis dan menarik pulang
tenaga sinkangnya begitu mudah, bahkan kuat sekali, sama sekali tidak terpental
waktu membentur tenaga serangan Tang Lu Siansu, padahal pendeta ini tadi telah
mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya! Tidak kecewa Giok Han telah
digembleng oleh Tai Giok Siansu, gurunya.
Orang muda ini benar-benar
sudah menjelma seperti seekor naga yang dahsyat luar biasa dan kepandaiannya
bisa diandalkan! Berkurang rasa kuatir Tang Lu Siansu mengingat Giok Han
memikul tugas yang berat, yaitu harus menghukum murid murtad Tang San Siansu !
Hal ini kemudian juga
diceritakan kepada Tang Sin Siansu dan yang lain-lainnya, mereka jadi memuji
kehebatan Giok Han. Orang muda ini cepat-cepat merendah, mukanya merah karena
merasa malu. Tapi hatinya gembira sekali bisa berkumpul dengan ketua-ketua
pintu perguruannya. Kemudian didengarnya keterangan Tan Sin Siansu, bahwa
mereka berkumpul di sini justeru hendak menangkap Tang San Siansu.
Tang Bun Siansu sendiri, yang
kesehatannya tampak sudah sehat dan sembuh benar dari luka akibat pukulan
Liong-beng kun, bilang dengan suara yang sabar: "Sebetulnya lolap sudah
mendengar kau diperintahkan suhu untuk menghukum murid murtad Tang San, kami
bukan tak percaya akan kesanggupanmu, sute kecil ! Tapi justeru kami
menginginkan Tang San dibawa pulang dan nanti kami yang akan mengadili, sebab
dosa-dosanya sangat besar!"
"Jika memang tokh dia
harus dihukum, lolap minta agar sute kecil mau mengalah, membiarkan lolap yang
menghukumnya, karena hampir saja lolap nyaris celaka oleh tangan beracunnya
!"
Giok Han cepat-cepat berlutut.
"Tentu saja tecu memerlukan petunjuk susiok....!" kata Giok Han tahu
diri, biarpun pendeta itu
menyebut dia dengan sute
kecil, namun dia tetap menyebut pimpinan pimpinan Siao-lim-si dengan panggilan
Susiok, paman guru Dia tidak memanggil dengan sebutan suheng, kakak
seperguruan.
Tang Sin Siansu yang
menyaksikan ini jadi mengangguk-angguk sambil mengusap-usap jenggotnya yang
sudah putih semuanya. "Anak ini benar-benar pandai bawa diri dan
kelakuannya sangat baik!" pikirnya.
"Tidak kecewa suhu
mengambilnya sebagai murid penutup ! Kepandaiannya juga tidak mengecewakan,
biarpun usianya masih demikian muda, suhu tidak keliru bahwa anak ini
benar-benar memiliki bakat luar biasa !"
Waktu mendadak
Toat-beng-sin-ciang berseru: "Hei orang muda, kau yang bergelar
Liong-kak-sin-hiap, bukan?"
Pipi Giok Han berobah merah,
dia cepat-cepat membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Locianpwe, boanpwei tak
berani menyebut gelaran itu di depan locianpwe, karena penggunaan gelaran itu
sebetulnya berdasarkan perintah suhuku... jika tidak, tentu aku tak berani
memakai gelaran yang sangat... sangat..."
"Sangat luar biasa, bukan
?" memotong Toat-beng-sin ciang sambil tertawa. "Tidak apa apa, kau
memang pantas memakai gelaran itu! Biarpun usiamu masih muda, tapi kepandaianmu
sudah jarang tandingan ! jangankan dari golongan muda yang sebaya dengan kau,
dari tingkatan tua dan kami-kami ini, rasanya sulit buat mengimbangi
kepandaianmu !"
"Locianpwe terlalu memuji
!" kata Giok Han setelah mengucapkan terima kasih. "Semua ini berkat
budi suhu yang sudah mendidik boanpwe."
"Anak ini benar-benar
pandai sekali membawa diri!" berseru Toat-beng-sin-ciang. "Senang aku
bertemu dengan kau, karenanya aku mau menghadiahkan kau sepotong barang tua
yang tak berharga, entah kau mau menerimanya atau hanya akan mentertawakannya,
aku tak peduli !"
Setelah berkata begitu Toat
beng-sin-ciang mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, ternyata sepotong kayu
berwarna coklat tua berkilat, panjangnya cuma satu jengkal tangan, tapi ketika
kayu itu ditarik bisa jadi panjang sekali, hampir satu depa !
Rupanya kayu itu memiliki
ruas-ruas untuk digulung masuk sehingga bentuknya bisa di pendek-panjangkan
dengan leluasa. "Hi hi hi barang tak berharga itu, nama barang ini
Liong-kak, yang selama itu kebetulan sekali terjatuh dalam tanganku dan dalam
kesempatan ini ingin kuhadiahkan untuk kau sebagai tanda gembiraku !"
Kaget semua orang-orang, tak
disangka bahwa Liong-kak benar-benar bisa ada di tangan Toat-beng-sin ciang.
Selama ini, banyak orang orang kangouw yang bermaksud mencari benda pusaka itu,
yang merupakan pusaka mujijat dan hebat dalam kangouw, tapi sejauh itu tak ada
seorangpun yang tahu di mana adanya senjata pusaka tersebut.
Akhir-akhir ini memang dalam
dunia kangouw tersiar berita bahwa Toat-beng-sin-ciang menyimpan benda pusaka
tersebut, bahkan Cu Lie Seng sendiri pernah perintahkan anak buahnya pergi ke
tempat tinggal Toat beng-sin-ciang buat merampas benda pusaka itu, yang paling
ditakuti gurunya karena tongkat pusaka Liong-kak jika dipergunakan dengan tepat
bisa memusnahkan Liong beng-kun jurus pukulan yang paling diandalkan oleh
gurunya.
Giok Han juga kaget tidak
terkira, cepat-cepat dia merangkap kedua tangannya memberi hormat. "Mana
berani boanpwe menerima hadiah begitu berharga ! Maaf locianpwe, boanpwe tak
berani menerimanya maaf..."
Toat-beng-sin ciang tertawa
"Kau tidak usah banyak peradatan, aku menghadiahkan barang ini dengan
setulus hati bukan dengan maksud-maksud tertentu ! Kukira tongkat ini juga
sangai berpaedah sekali jika berada di tanganmu sebab kau akan berhadapan
dengan Tang San si keparat jahat itu ?
Dia memiliki ilmu andalah
"Liong-beng-kun", dan ilmu ini bisa dipunahkan jika kemaluannya dipukul
dengan ujung tongkat yang terbuat dari ramuan biji besi dan biji kayu yang
sudah berumur ribuan tahun dan diolah menjadi tongkat ini !
Tanpa tongkat ini, jangan
haraf dapat melumpuhkan Tang San, dengan Liong-beng-kun-nya dia seperti menjadi
kebal dan tak bisa dilukai oleh senjata apapun juga. Aku bicara demikian bukan
ingin bilang kau tak bisa menghadapinya tanpa tongkat ini, namun dengan memakai
tongkat Liong kak tentu jauh lebih mudah untuk merobohkan dan memunahkan
kekebalan Liong-beng-kunnya ! Ambillah, aku menghadiahkannya untukmu dengan
rela dan setulus hati!"
Giok Han sendiri sudah
mengetahui manfaat Liong-kak, tapi sejauh itu diapun tidak tahu harus mencari
kemana tongkat pusaka tersebut. Gurunya sendiri telah memberitahukan khasiat
tongkat pusaka tersebut kalau saja Giok Han bisa memperolehnya untuk
melumpuhkan kekebalan badan Tang San Siansu dengan Liong-beng-kunnya tersebut,
tapi sejauh itu dia juga tak berhasil untuk mendapatkan pusaka tersebut.
Gurunya telah berpesan juga,
untuk memancing Tang San Siansu dia harus mempergunakan gelaran Liong-kak-sin
hiap, karena Tang San Siansu sendiri sudah mengetahui satu-satunya senjata yang
bisa memunahkan kekebalan tubuhnya dari latihan Liong-beng kun adalah tongkat
pusaka Liong-kak.
Namun, menerima hadiah
berharga demikian dari Toat beng-sin ciang, tokoh persilatan yang baru sekali
ini bertemu, juga melihat nenek tua ini sungguh-sungguh hendak menyerahkan
tongkat pusaka itu padanya, membuat dia tidak enak hati menerimanya.
"Maaf locianpwe, boanpwe
benar-benar tidak berani menerima hadiah yang demikian berharga, biarlah nanti
locianpwe mempergunakan untuk memunahkan kekebalan Lioag-beng-kun Tang Sin...
baru nanti boanpwe yang merobohkannya".
Toat-beng sin kun tertawa
bergelak-gelak. "Anak baik, anak baik!" pujinya. "Ternyata
jiwamu bersih dan baik sekali, tidak jadi tamak melihat barang bagus ini!"
Kemudian Toat-beng sin-ciang
menoleh kepada Tang Sin Siansu, hongthio Siao lim si, tegurnya: "Tai-su, mengapa
kau masih tidak perintahkan sute kecilmu agar menerima barang tak berharga ini
dariku? Apakah benar-benar demikian tak berharganya barangku ini, membuat sute
kecilmu itu segan menerimanya ?"
Tang Sin Siansu tersenyum, dia
melihat Toat-beng-sm-ciang sungguh-sungguh hendak menghadiahkan barang pusaka
itu pada sute kecilnya, memang pusaka inipun diperlukan sekali oieh Giok Han
untuk menghadapi Tang San si murid murtad, maka ketua Siao-lim-si ini kemudian
bilang dengan suara sabar: "Giok Han, terimalah hadiah lotai-po . . .
.!"
Menerima perintah hongthionya,
Giok Han tidak berani banyak rewel lagi, menyambuti tongkat pusaka itu dan
mengucapkan terima kasih kepada Toat-beng-sin-ciang. Hati Giok Han girang bukan
main, harapannya jadi besar untnk bisa merobohkan Tang San Siansu. Dengan
tongkat pusaka Liong kak ada di tangannya, bagaimana tangguhnya Tang San Siansu
sudah tak berarti apa-apa lagi buat Giok Han.
Toat-bengsin-ciang kemudian
asyik bercakap-cakap dengan Cang In Bwee, murid tunggalnya. Kesehatan
Toat-beng-sin-ciang sudah mendapat kemajuan yang pesat, karena sudah hampir
seminggu dia bertemu dengan Tang Sin Siansu yang sudah membantunya untuk
menyembuhkan lukanya dengan menotok beberapa titik jalan darah terpenting
dibadannya, sehingga sekarang biarpun belum keseluruhan lukanya itu setnbuh,
tapi sebagian besar memang telah sembuh, tinggal beristirahat selama satu bulan
dan tubuhnya akan pulih sehat seperti sebelumnya.
Tang Sin Siansu berhasil
menemukan cara pengobatan dan penyembuhan buat korban totokan Liong-beng-kun,
sebab selama bertahun-tahun terakhir ini dia memutar otak dan berusaha sekuat
tenaganya untuk menyembuhkan Tang Bun Siansu.
Usahanya berhasil dengan beberapa
totokan tertentu, diiringi oleh tenaga sinkang yang diperhitungkan benar,
ditambah juga dengan beberapa pil ramuannya, maka Tang Bun Siansu bisa
disembuhkan Kini Toat beng-sin ciangpun yang terluka tidak parah akibat pukulan
Liong-bengkun yang di lakukan Tang San Siansu, dapat disembuhkan juga. Pada
Toat-beng-sin ciang di bagi lima pil berwarna merah darah ramuan yang dibuat
sendiri oleh Tang Sin Siansu. Setiap satu minggu Toat beng-sin-ciang harus
menelan sebutir pil itu, dan jika kelima pil itu sudah di telan semuanya dalam
satu bulan kesehatan badan Toat beng-sin-ciang pulih utuh tanpa mendapatkan
akibat-akibat buruk pukulan Liong-beng kun !
Bahyak yang diceritakan Cang
In Bwee, pengalamannya sedang berkelana seorang diri dalam kangOuw, sebagai
orang yang berpengalaman Toat-beng-sin ciang segera mengetahui bahwa muridnya
mencintai Giok Han, diam-diam dia girang, karena sang guru setuju dengan
pilihan hati muridnya.
Mereka yang berkumpul di rumah
Tai Po San segera berunding membicarakan rencana mereka untuk menghadapi Tang
San Siansu. yang mempunyai kaki tangan banyak sekali dan juga kaisar maupun Cu
Bian Liat sebagai tulang punggungnya, di samping memang kepandaian Tang San
Siansu sangat tangguh.
Giok Han waktu itu tengah
memperhatikan dengan perasaan kagum pada tongkat Liong-kak, yang berukuran
pendek setelah ruas-ruasnya didorong masuk, terukir indah sekali. Sungguh benda
pusaka yang luar biasa.
Waktu Giok Han mencekalnya,
dia merasakan getaran ajaib dari tongkat ini, dan dia coba mengempos
sinkangnya, tongkat itu seperti tergetar, mendadak saja, tanpa ditarik lagi
tongkat itu terpental menjadi panjang ! Ujung tongkat menghantam tepi meja di
mana tersedia makanan dan minuman untuk para tamu, meja itu berukuran besar,
tapi kena tersentuh perlahan oleh ujung tongkat itu, segera meja itu terjungkir
dan terbalik, membuat orang-orang yang duduk mengelilingi meja tersebut
meloncat untuk menghindari diri dari tubrukan meja.
Cuma Tang Sin Siansu yang
berdiri sambil mengulurkan kedua tangannya, kedua telapak tangannya menahan
meja itu dan meja tersebut tidak sampai terbalik, jatuh kembali pada posisi
semula, namun pada bagian tengah meja itu telah pecah dua dan meja kemudian ambruk!
Seluruh perabotan makan di
atas meja jatuh berantakan di lantai Sungguh sinkang yang bukan main
dahsyatnya, Tang Sin Siansu bermaksud mencegah meja itu terbalik, tapi tak
disangkanya tenaga mengungkit dari ujung tongkat pusaka Liong-kak demikian dahsyatnya,
sehingga dua tenaga dalam yang kuat sekali saling beradu dan yang jadi korban
adalah meja itu sendiri yang menjadi pecah dua pada tengahnya.
Semua orang yang ada di dalam
ruang tersebut jadi tertegun memandang kagum apa yang terjadi, pertama-tama
mereka terkejut metihat ketangguhan tenaga dalam Giok Han dengan tongkat pusaka
Liong kak di tangan-nya, tadi hanya sedikit dan perlahan sekali meja tersentuh
oleh ujung tongkat Liong-kak tetapi begitu hebat kesudahannya, meja terangkat
hampir terpental.
Yang membuat mereka jadi lebih
kagum lagi adalah Hongthio Siao lim-si yang dengan mempergunakan tenaga dua
telapak tangannya dapat menahan meja tersebut, sehingga saking kuatnya dua
tenaga dalam Giok Han dan Tang Sin Siansu. meja itu yang jadi korban pecah dua
di tengahnya.
Giok Han sendiri tidak kurang
kagetnya cepat-cepat dia menjatuhkan diri berlutut didepan hongthio Siao-lim-si
"Ampuni tecu, hongthio, tadi semuanya terjadi di luar keinginan tecu !
Tecu bersedia menerima hukuman seberat-beratnya dari hongthio...!"
Tang Sin Siansu tersenyum.
"Bangunlah Han-ji, kami mengetahui dan memaklumi akan hal itu. Bahkan
seharusnya kami bersyukur dan bergirang hati melihat suhu telah berhasil
menggembleng kau benar-benar menjadi seorang yang berkepandaian sangat tinggi!
Tadi tanpa sengaja kau telah memperlihatkan sinkang yang berhasi kau latih, dan
sekarang kami boleh berlapang hati atas tugasmu yang harus menghukum murid
murtad dari pintu perguruan kita, yaitu Tang San !
Terus terang saja sebelumnya kami
masih ragu-ragu dan kuatirkan keselamatan dirimu, kami tak menyangka bahwa
kemajuan yang kau peroleh demikian cepat. Usiamu demikian muda, tapi
kepandaianmu sudah mencapai tingkat yang benar-benar berada di luar dugaan kami
!"
Girang Giok Han, dia juga
menyadari betapa kekuatan tenaga dalamnya seperti bertambah beberapakali lipat
jika mempergunakan tongkat pusaka yang memiliki getaran ajaib, yang dapat
menyalurkan kekuatan sinkangnya pada ujung tongkat, dari hasilnya memang sangat
luar biasa ! Yang lain-lainnya segera memberikan ucapan selamat kepada Giok
Han, mereka yakin Giok-Han bisa menghadapi Tang San Siansu, karena mereka telah
melihat bahwa Tai Giok Siansu, guru mereka, benar-benar berhasil menggembleng
orang muda ini menjadi sangat tangguh seperti naga perkasa saja.
Jago-jago dari pintu perguruan
lain sangat kagum dan takjub, karena Siao lim-si benar benar bukan nama kosong,
orang muda ini saja sudah tergembleng demikian tangguh. Mereka semakin
menghormati Siao lim-si dan menaruh rasa segan.
ooooOoooo
Malam belum begitu larut, di
ruang kerja Cu-kongkong tampak thaykam yang akhir-akhir ini merupakan orang
paling berkuasa di seluruh daratan Tionggoan setelah Kaisar, tengah sibuk
mengatur segala keperluan, menumpas para pemberontak.
Laporan terakhir yang
diterimanya sore tadi menyatakan bahwa pasukan rakyat Thio Hong Gan sudah maju
sampai ke Sucoan dan menyerang tiga kota lagi yaitu Huan go To liong dan
Kang-uh.
Tiga kota itu memang kecil dan
penduduknya tak begitu banyak, namun letaknya merupakan kedudukan sangat
strategis untuk maju ke kotaraja, ini merupakan ancaman buat pihak kerajaan.
Karena itu Cu kongkong tengah mengeluarkan perintah-perintahnya kepada beberapa
orang jenderal perang kerajaan untuk menumpas pemberontakan itu lebih ketat
lagi dengan mengerahkan 100.000 pasukan tentara tambahan di garis depan.
Ransum untuk para tentara juga
sudat diatur pengirimannya, dalam jumlah cukup, bahkan berlebihan, karena
ransum memegang peranan utama dalam suatu peperangan.
Cu kongkong menyadari benar
akan hal itu.
Kepada jenderal Hoan Yu telah
diperintahkan dengan keras dan tegas oleh Cu-kongkong, dalam waktu dua bulan
harus dapat menumpas para pemberontak, atau setidak-tidaknya memukul mundur
pasukan pemberontak dan merebut kembali tiga kota Buao go, To-liang dan Kang
uh.
"Ingat, jika hal ini
gagal, berarti kau akan dicopot dari kedudukanmu sekarang dan dipindahkan ke
Sinkiang !" memberitahukan Cu-kongkong dengan sikap tawar pada Jenderal
yang terkenal tangguh, dalam peperangan, merupakan macan paling ampuh buat pasukan
pemberontak. Dimajukan jenderal ini karena memang keadaan sudah mendesak benar.
"Jangan kuatir, kongkong,
dalam waktu yang diberikan kongkong, pasti ketiga kota itu sudah kita rebut
kembali ! Jika memungkinkan nantipun akan kuhadiahkan pada kongkong kepala Thio
Hong Gan !" berjanji jenderal tersebut.
"Bagus! Malam ini juga
bawalah pasukan ke Sucoan!" mengangguk Cu-kongkong.
Jenderal itu keluar dari kamar
kerja Cu-kongkong, thaykam itu menggeliat, tubuhnya penat sekali, karena
seharian ini dia benar-benar sibuk dan sangat melelahkan. Datang laporan dari
pengawalnya tentang kedatangan Tang San Siansu.
Sebetulnya Cu-kongkong sudah
mau beristirahat, namun terhadap Tang San Siansu memang ada rasa segan dan
hormat, maka dia mempersilahkan tamu itu menemuinya. Tang San Siansu memberi
hormat sambil bilang: "Hongkong tentu sudah mempertimbangkan permohonanku
yang dimajukan kemarin pagi ?"
"Duduklah, taisu,"
kata Cu-kongkong sambil mengawasi pendeta ini. Orang ini merupakan andalannya
untuk menghadapi orang-orang kangouw, selain kepandaiannya sangat tinggi, juga
Tang San Siansu bisa diharapkan menguasai seluruh jago-jago kangow, berarti
dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi pihak kerajaan.
Menjadi kenyataan yang tak
dapat ditolak lagi, kalau jago-jago kangouw berpihak pada pemberontak dan
membantu perjuangan Thio Hong Gan, niscaya pihak kerajaan akan menghadapi
kesulitan tak kecil, dimana pasukan perang Thio Hong Gan pasti jauh bertambah kuat
beberapakali lipat dari sekarang !
Dalam peperangan memang bukan
ditentukan oleh ilmu silat, tapi oleh taktik dalam peperangan tersebut. Tetapi
pasukan perang yang terdiri dari orang-orang yang tangguh dan berkepandaian
tinggi, niscaya ditambah dengan taktik peperangan yang ampuh, niscaya pihak
kerajaan mengalami ancaman yang cukup mengerikan!
Tang San Siansu duduk di
hadapan Cu-kongkong, tampak tak sabar. Tapi waktu melihat Cu kongkong
mengangguk dengan wajah berseri, muka Tang San Siansu juga jadi terang.
"Mengenai permohonan
taisu sudah kupertimbangkan, dan alasan-alasan yang dikemukakan taisu memang
dapat diterima ! Hanya yang ingin kutanyakan pada taisu, yaitu saatnya,
waktunya yang kukira tidak terlalu tepat."
"Maksud kongkong ?"
"Sekarang ini pasukan
perang Thio-Hong Gan sudah maju sampai Sucoan dan telah berhasil merampas tiga
kota di sebelah barat, kami sedang mengerahkan tambahan pasukan 100.000 orang,
juga telah mengutus Jenderal Hoan Yu untuk memperkuat garis depan pertahanan kita,
guna memukul mundur pasukan pemberontak dan merebut kembali tiga kota tersebut.
Kalau usaha ini gagal, di
waktu mendatang pasti kesulitan yang kita hadapi jauh lebih besar lagi, sebab
pasukan pemberontak dari Sucoan dengan menguasai tiga kota di sebelah barat,
jauh lebih mudah maju untuk ke kotaraja ! Bahaya yang mengancam sebetulnya
tidak kecil, karena itu keinginan taisu untuk membawa beberapa pahlawan istana
dan teman-teman lainnya yang semuanya justeru memiliki kepandaian tinggi dan
sebetulnya bisa dimanfaatkan untuk memperkuat pasukan Hoan Yu menghalau
pemberontak di Sucoan. ingin dibawa oleh taisu ke Siao-lim si, itulah yang
membuat aku harus mempertimbangkannya dengan semasak-masaknya dan belum
memberikan keputusan sampai siang tadi !"
"Ooooh, kongkong rupanya
keliru menanggapi situasi !" kata Tang San Si-ansu. "justeru lolap
juga telah mengetahui perihal majunya pasukan Thio Hong Gan yang berhasil
menguasai Sucoan, karenanya lolap memajukan permohonan untuk membawa kawan-kawan
yang semuanya memiliki kepandaian tinggi guna menguasai Siao-lim si, memaksa
mereka menyerah dan memberikan kedudukan ciangbunjin dari pintu perguruan
tersebut kepada Seng ji. Jika usaha itu berhasil, maka tak ada kesulitan lagi
menghimpun orang-orang kangouw guna dari Tiang-pek berangkat ke Sucoan memotong
jalan dari sebelah Utara, dalam waktu setengah bulan kami sudah bisa tiba di
sana, dan bukankah dengan demikian sangat membantu usaha Hoan Yu menghalau
pasukan pemberontak dari Sucoan ?!"
Cu-kongkong berseri-seri dan
menepuk tangan. "Bagus! Bagus ! Taisu memang pembantuku yang terbaik dan
kelak jika semuanya telah beres pasti akan kulaporkan pada hongsiang tentang
jasa-jasa yang telah taisu dirikan ! Baiklah, kululuskan permohonan taisu,
kapan kalian hendak berangkat ke Siongsan ?"
"Dua hari lagi, kami
tengah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk perbekalan dan pasukan tentara
kerajaan ysng mungkin berjumlah 1000 orang. Tapi mereka bukan pasukan biasa,
lolap mohon kongkong mengijinkan lolap membawa 1000 Kim-ie-wie Gi-lim-kun,
dengan demikian biarpun jumlahnya cuma 1000 orang, tapi mereka bisa melakukan
sesuatu untuk mengatasi murid-murid Siao-lim-si. Sengaja lolap membawa
Kim-ie-wie Gi-lim-kun, karena mereka semua merupakan orang-orang yang berkepandaian
lumayan, dengan demikian mereka tak mudah dirubuhkan oleh murid-murid Siao-lim
si, jika mereka membangkang dan tak mau menyerah ! Lain jika lolap membawa
pasukan terdiri dari tentara biasa mereka tentu mudah sekali dilumpuhkan oleh
murid murid Siao lim-si "
Cu-kongkong sekali ini tidak
banyak rewel, segera meluluskan permintaan Tang San Siansu, "Taisu atur
saja semuanya, dan aku hanya bantu berdoa untuk sukses yang bisa taisu capai,
semoga usaha besar taisu berhasil dengan gemilang, jasa ini sangat besar untuk
kerajaan, hongsiang pasti menganugrahi penghargaan yang sebesar-besarnya pada
taisu !"
Senang Tang San Siansu, dia
mengawasi saja Cu-kongkong telah menulis sepucuk firman, yang akan dibawa oleh
Tang San Siansu, isi firman itu perintahkan pendeta-pendeta Siao-Lim-si
menyerahkan diri baik baik pada Tang San Siansu dan juga kedudukan Ciangbunjin
pintu perguruan itu diserahkan kepada Cu Lie Seng, jika memang menolak perintah
ini, maka pihak kerajaan menganggap Sino lim-si sebagai pemberontak yang harus
dibasmi habis.
Selesai menulis firman itu,
Cu-kongkong segera rnencapnya dengan cap kerajaan, memang selama ini setiap
firman Kaisar semuanya dibuat oleh Cu-kongkong, karenanya dia pribadipun mudah
sekali mengeluarkan firman untuk menghukum orang yang tak di senangi tanpa
setahu kaisar!
Itulah sebabnya, biarpun
banyak pembesar kerajaan maupun jenderal-jenderal yang tak menyukai
Cu-kongkong, namun mereka tak berani memperlihatkan perasaan tak senang pada
thay-kam yang seorang ini dan paling berkuasa, sebab sekali saja Cu-kongkong
mengetahui ada salah seorang pembesar kerajaan atau jenderal yang tak
menyukainya, betapapun besar kesetiaan dan jasa dari pembesar dan jenderal itu,
pasti akan dijatuhi hukuman mati sekeluarga, dengan keluarnya firman yang
dibuat Cu-kongkong pribadi, mengatas namakan Kaisar !
Tang San Siansu menerima
firman tersebut dari Cu kongkong dan mengucapkan terima kasih. Diapun
mengundurkan diri.
00000O00000
Udara semakin dingin, tanpa
setahu Cu-kongkong maupun penghuni istananya yang lain, waktu itu beberapa
sosok tubuh berkelebat, dan mendekati jendela kamar yang ada di sebelah timur.
Tapi, beberapa sosok bayangan tersebut kecele, di dalam kamar itu cuma tampak
beberapa orang pelayan wanita yang sedang bergurau. Bukan orang yang mereka
cari.
Dengan hati-hati beberapa
sosok tubuh itu menyelinap ke ruang berikutnya di istana Cu-kongkong. Sosok
tubuh yang bergerak lincah dan gesit semuanya berjumlah enam orang, mereka
masing-masing berkepandaian tinggi. Yang seorang berpakaian sebagai pendeta,
dia tak lain Tang Lu Siansu.
Sedangkan yang seorang lagi
tidak lain Toat-beng-sin ciang. Di depan mereka ber-lari-lari lebih dulu Giok
Han dan Tang Sin Siansu, hongthio Siao lim-si. Paling depan lagi yang dua orang
adalah Tang Bun Siansu berdua Cang In Bwee !
Enam orang ini masing-masing
memiliki kepandaian tinggi yang paling lemah cuma Cang In Bwee seorang. Mereka
bertekad malam ini juga membinasakan Cu kongkong, karena tadi mereka telah
menerima laporan dari mata-mata yang mereka tempatkan di sekitar istana
Cu-kongkong, yaitu dua orang murid Tai Po San, bahwa Cu-kongkong telah
perintahkan jenderal Hoan Yu untuk pergi ke Sucoan, membasmi pemberontak yang
di pimpin Thio Hong Gan.
Semua orang terkejut, sebab
mereka tahu Hoan Yu merupakan jenderal yang pandai dan tangguh, dengan perginya
jenderal itu ke garis depan di Sucoan dengan membawa 100.000 pasukan tentara
membantu kekuatan tentara kerajaan yang sudah ada di sana, Thio Hong Gan dan
orang-orangnya mengalami atcaroan tak kecil.
Setelah berunding sejenak,
mereka memutuskan malam ini juga harus membunuh Cu-kongkong. Memang tidak mudah
membunuh kebiri itu, yang pasti setiap menit dan setiap detik dikawal ketat
sekali oleh orang-orang berkepandaian tinggi.
Tapi, jika Cu-kongkong tidak
dibunuh, niscaya usaha besar Thio Hong Gan memperoleh rintangan besar sekali.
Dengan terbunuhnya thaykam tersebut, rencana keberangkatan Hoan Yu pasti
berobah, atau setidak-tidaknya ditunda, sehingga Thio Hong Gan bisa maju lebib
jauh.
Besar harapan semua orang,
terbunuhnya Cu kongkong maka pertahanan pemerintah juga bisa bertambah lemah,
ini bisa menguntungkan sekali bagi Thio Hong Gan, yang usaha besarnya tampak
tengah mendapat kemajuan sangat pesat, karena kota demi kota telah dapat
dirampas oleh pasukannya, biarpun kota-kota kecli, namua besar manfaatnya untuk
medan pertahanan pasukan Thio Hong Gan dari gempuran pasukan kerajaan.
Tugas untuk coba membunuh
Cu-kongkong bukanlah pekerjaan mudah karena itu diputuskan Tang Sin Hongthio
sendiri yang akan turun tangan, bahkan ikut bersamanya Tang Bun Siansu, Tang Lu
Siansu, Giok Han, Toat-beng-sin-ciang dan Cang ln Bwee. Mereka yakin, berenam
teatu bisa berhasil dengan usaha mereka.
Semula rencana keberangkatan
mereka cuma berlima, tanpa Cang In Bwee, tapi gadis ini merengek dan memaksa
hendak ikut serta, akhirnya Tang Sin Siansu tidak sampai hati menolak gadis itu
ikut serta dengan mereka, meluluskannya untuk ikut bersama mereka cuma berpesan
jika keadaan berkembang tidak baik untuk rombongan mereka, Cang In Bwee harus
cepat-cepat meninggalkan istana Cu-kongkong, karena kepandaian gadis ini yang
paling lemah di antara mereka.
Cang In Bwee berjanji akan
memenuhi permintaan Tang Sin Siansu cuma di dalam hatinya mendongkol bukan
main: "Hm, kau kira aku si pengecut yang akan simpan ekor jika menghadapi
bahaya ? Biarpun harus mati dengan tubuh terpotong-potong aku tak akan lari
menyelamatkan diri ! Mati sebagai seorang gagah jauh lebih berharga dari
melarikan diri !"
Tapi pikirannya itu tidak
diutarakannya, dia cuma berdiam saja, karena kuatir dirinya tak diajak serta.
Sedangkan Ciangbunjin Bu-tong-pai dan juga orang-orang dari golotigan lainnya,
menunggu di rumah Tai Po San, mereka hanya akan ikut untuk membunuh Tang San
Siansu.
Lagi pula hal ini telah
dipertimbangkan sebaik-baiknya oleh Tang Sin Siansu, jika mefeka pergi dengan
rombongan terlalu besar, niscaya pihak musuh akan lebih cepat mengetahui
kedatangan mereka. Semua orang akan bisa mengerti atas pertimbangan Tang Sin
Siansu dan tak memaksa ikut serta.
Tiba diistana Cu-kongkong
keadaan di situ sangat sepi hanya tampak beberapa pengawal yang tengah
melakukan tugas menjaga dengan pengawalan ketat pada istana thaykam tersebut.
Cuma saja kepandaian keenam orang ini sangat tinggi, mudah saja mereka melewati
penjagaan tersebut, masuk ke dalam istana Cu-kongkong, Sekarang yang membuat
mereka jadi agak bingung justeru tak mengetahui di mana kamar thaykam tersebut.
Giok Han hendak menawan
seorang pengawal istana, untuk memaksa memberikan keterangan tentang letak
kamar Cu-kongkong namun Tang Sin Siansu melarangnya, menurut Tang Sin Siansu
lebih baik mereka menawan seorang pelayan istana thaykam ini, dari pada menawan
pengawalnya.
Seorang pelayan tentu jauh
lebih mengetahui tentang keadaan di istana ini. Usul itu disetujui semua orang.
Namun, waktu mereka hendak menangkap seorang pelayan yang berada di ruang
tengah sedang membawa nampan yang berisi teko air dan beberapa camilan,
mendadak Tang Sin Si-nsu berbisik: "Bersembunyi...!"
Semua orang bersembunyi dan
mengawasi. Ternyata dari belakang pelayan itu sedang mendatangi seseorang yang
membuat hati mereka berdeyut. itulah Tang San Siansu, yang baru keluar dari
kamar kerja Cu-kongkong dengan hati gembira, karena permohonannya sudah
disetujui oleh Cu-kongkong, dia sedang melangkah cepat-cepat untuk pulang
memberitahukan teman temannya bahwa dua hari lagi mereka berangkat ke
Siao-lim-si
Sebetulnya, kalau saja waktu
itu Tang Sin Siansu tetap diam di tempat mereka berada, pasti Tang San Siansu
tak melihat mereka karena terlindung oleh selapis dinding tembok yang tebal
juga sebuah lemari yang tinggi, namun akibat Tang Sin Siansu berbisik agar
semua orang bersembunyi, Cang In-Bwee yang ke susu hendak menyender di tembok
telah melakukan gerakan yang menimbulkan suara berkeresek.
Tang San Siansu memiliki
pendengaran sangat tajam, karena itu matanya segera melirik dan dia melihat ada
yang tidak beres di situ, karena disudut tembok masih ada bayangan kepala
beberapa orang yang terlihat olehnya !
Timbul kecurigaannya, tidak
biasa pelayan-pelayan istana Cu-kongkong akan berdiam di tempat itu, karena
batas dinding tembok itu tak ada jalan untuk pergi ke jurusan ruang lainnya,
tetap harus melalui sebelah kanan, dia sangar cerdik, biarpun sudan bercuriga
tetap saja melangkah keluar dari ruangan tersebut, tanpa menimbulkan gerakan
apa pun juga.
Tapi, waktu tiba di ruangan
berikutnya, Tang San Siansu sudah memutar badannya dan masuk kembali keruangan
tadi ! Tang Sin Siansu dan lainnya girang melihat Tang San Siansu sudah pergi,
karena dengan demikian tugas mereka tidak terlalu berat buat menyelesaikan Cu
Bian Liat, nanti setelah membereskan thay-kam ini barulah mereka membereskai
Tang San Siansu. Mereka keluar dari tempat persembunyian.
Giok Han cepat sekali meloncat
akan mencekal lengan pelayan yang membawa nampan minuman, ingin di seret ke
sudut ruangan itu, guna di kompas keterangannya.
Namun, waktu badan Giok Han
meluncur di tengah udara ingin mencekal lengan pelayan itu, justeru dari arah
samping kanannya menyambar angin pukulan sangat kuat, sehingga orang muda ini
kaget tak terkira.
Dia batal mencekal lengan
pelayan yang sudah kaget dan ketakutan menjerit nyaring, sedangkan tangan kanan
Giok Han sudah menangkis pukulan orang yang membokongnya. Tapi waktu tangannya
saling bentur dengan pembokongnya, badan Giok Han tergetar, terpental ke
samping, kemudian terputar hampir saja jatuh di lantai.
Untung Giok Han cepat
memusatkan sinkangnya sehingga kuda-ku-danya kuat menancapkan kedua kakinya di
lantai.
Cuma, begitu melihat orang
yang membokongnya, Giok Han terkejut, orang itu tidak lain Tang San Siansu.
Rasa kaget Tang San Siansu juga tak terkira. Dia mengenali si pemuda. Dan baru
saja dia mau membentak, justeru ada tiga serangan yang kuat sekali dari belakangnya,
waktu Tang San Siansu menangkis ke belakang, hatinya mencelos, tenaga serangan
itu sama-sama kuatnya, membuat dia terdorong dua langkah, ltu masih mending,
yang membuat Tang San Siansu lebih kaget, sehingga kuda-kudanya goyah dan dia
terhuyung mundur, sebab mengenali ketiga orang yang menyerangnya !
Yang seorang adalah
Toat-beng-sin-ciang, ini tak terlalu mengejutkannya. Tapi yang benar-benar
membuat Tang San Siansu kaget setengah mati di depannya juga berdiri Tang Sin
Siansu dan Tang Bun Siansu ! Di belakang Tang Sin Siansu juga berdiri Tang Lu
Siansu !
Dua hari lagi dia akan
mengajak kawan-kawannya untuk menyatrori Siao-lim-si merampas kedudukan
Ciangbunjin, tapi siapa tahu sekarang tokoh-tokoh Siao-lim-si sudah muncul di
depannya. Tentu saja hal ini membuatnya kaget, apalagi melihat Tang Bun Siansu,
yang tampak sudah sehat dan pulih dari lukanya !
Tapi, sebagai seorang yang
telah mencapai tingkat sangat tinggi, Tang-San Siansu tak gentar, perasaan
kagetnya hilang, cepat sekali ia dapat menguasai dirinya. Dengan tertawa dingin
dia bilang: "Aha, tak tahunya kalian yang datang !? Sungguh kebetulan !
Memang tak lama lagi aku ingin pergi menemui kalian, untuk menyampaikan firman
Kaisar, supaya kalian mau baik-baik menyerahkan kedudukan Ciang bunjin kepada
muridku ! Tang Sin, apakah kau masih ingat hubungan kita antara suheng dan
sute? Kalau kau kau mau menghormat suhengmu, aku tak akan mengecewakan kau,
akan kuperlakukan kau dengan sebaik-baiknya ! Tapi ingat, jika kau coba coba
membangkang serta menentangku, kau akan menyesal !"
Tang Sin Siansu mengawasi
dingin pada bekas suhengnya.
"Tang San murid murtad!
Kedatangan kami sekali ini untuk menghukum kau ! Baik-baiklah, serahkan dirimu
agar kami bawa pulang ke Siong-san, di mana kau akan kami adili !"
Tang San Siansu tertegun
sejenak, tapi kemudian tertawa bergelak-gelak nyaring sekali membuat ruangan
itu tergetar, dia marah bukan main mendengar kata-kata Tang Sin Siansu.
"Kau sudah berani lancang
bicara seperti itu pada suhengmu?" tegurnya bengis.
"Kau bukan suheng kami
lagi ! Terhadap pintu perguruan sudah kau khianati, kau murid murtad, dan
janganlan bicara lagi persoalan tingkat kita antara suheng dan sute karena kau
sudah dipecat oleh suhu ! Kami justeru mendapat tugas untuk menghukummu!"
Waktu Tang Sin Siansu bicara
pada Tang San Siansu Tang Bun Siansu mendekati Giok Han, berbisik:
"Pergilah kau mencari tempat Cu Bian Liat, bunuhlah dia! jeritan pelayan
ini pasti mengundang para pengawal istana yang datang tak lama lagi, cepat kau
pergi! Jika Cu Bian Liat nanti menyembunyikan diri, usaha kita malam ini pasti
gagal dan selanjutnya jauh lebih sulit lagi buat membunuh thaykam keparat itu!
Tang San serahkan pada kami saja ! Pergilah !"
Giok Han sangat cerdas, dia
mengerti maksud Tang Bun, jika dia berada di situ saja tokh tak berarti terlalu
besar untuk rombongan mereka, sebab Tang Sin Siansu beramai juga memiliki
kepandaian tinggi, belum tentu Tang San Siansu dapat merobohkan hweshio-hweshio
Siao-lim-si tersebut, sedangkan yang paling utama untuk kedatangan mereka ke
istana Cu Bian Liat ialah membunuh thaykam tersebut.
Jika nanti para pengawal sudah
datang, tenru lebih sulit lagi untuk mencari kamar Cu Bian Liat atau
kemungkinan thaykam itu sudah melarikan diri dan bersembunyi di suatu tempat.
Giok Han tidak bilang apa-apa,
cuma mengangguk dan tubuhnya seperti terbang loncat menyambar tangan pelayan
yang sedang ketakutan dan ingin lari keluar dari ruangan itu.
Tang San Siansu awas matanya
melihat Giok Han loncat kepada pelayan itu, ia membentak bengis: "Hei, mau
kemana kau ?!"
Tangan kanannya sudah
menyambar akan menghantam punggung Giok Han. Tapi Tang Sin Siansu tidak tinggal
diam, pendeta sakti hongthio Siao lim-si ini telah mengibas lengan jubahnya,
tangan Tang San Siansu disampoknya, kuat bukan main.
Tenaga mereka sama kuatnya,
bahkan Tang San Siansu lebih menang setingkat, sebab ia memakai Liong-beng-kun
yang terlatih sangat baik, karenya jika Tang San Siansu mundur dua langkah,
Tang Sin Siansu sampai tujuh langkah dengan muka pucat sambil membentak:
"Tang San murid murtad,
sekali ini kau haus menerima hukuman seberat-beratnya ! Dulu licik sekali kau
mencelakaiku, sskarang saatnya kita lihat siapa yang lebih kuat dan diantara
kita !" Tang Bun Siansu sekaligus menggunakan dua tangannya menyerang
berantai sebanyak enam pukulan!
Tang San Siansu terpaksa
melayani Tang Bun Siansu. ditambah Tang Lu Siansu dan Tang Sin Siansu juga
meloncat maju mengepungnya. Giok Han yang berhasil mencekal lengan pelayan itu,
segera loncat ke atas genting sambil menenteng pelayan itu berlari-lari cepat
sekali meninggalkan tempat tersebut, tangan kirinya menotok titik jalan darah
gagu pelayan itu, sehingga selanjutnya tak bisa menjerit lagi. Giok Han akan
memaksa pelayan itu supaya memberitahukan di mana kamar Cu Bian Liat.
Cang In Bwee berseru:
"Han-koko, aku ikut kau!" Dan badannya segera melesat ke atas genting
untuk ikut serta dengan Giok Han.
Tang San Siansu mengamuk hebat
sekali, sepasang tangannya menyambar-nyambar bercuitan seperti cakar-cakar naga
yang hendak mencengkeram korbannya.
Dia benar-benar tangguh,
biarpun dikepung Tang Sin Siansu, Tang Lu Siansu dan Tang Bun Siansu, tetap tak
memperlihatkan tanda-tanda dia jatuh di bawah angin.
Toat beng sin-ciang yang sakit
hati karena pernah dilukai oleh Tang San Siansu, dengan Liong-beng-kunnya dan
nyaris jiwanya melayang kalau tak ditolong oleh Tang Sin Siansu, tak bisa
menahan diri juga.
Tak peduli melihat Tang San
Siansu sudah dikepung tiga orang pendeta Siao-lim-si, dia juga menerjang maju
dengan pukulan-pukulan kedua tangannya yang kuat sekali, membuat Tang San
Siansu semakin berat menerima serangan empat orang yang masing-masing berkepandaian
tinggi tersebut.
Waktu itu terdengar suara
ramai-ramai, muncul belasan orang pengawal, karena mereka mendengar suara
ribut-ribut.
Segera mereka menyerang Tang
Sin Siansu dan kawan-kawannya. bersama para pengawal itu ikut serta Thio Yu Liang,
kaget tak terkira dia melihat tokoh-tokoh Siao-lim-si berada di situ dan sedang
mengepung Tang San Siansu.
Maka tak buang waktu lagi dia
telah mengayunkan pedangnya diiringi bentakannya: "Tangkap
pemberontak-pemberontak itu !" dia menyerang pada Tang Lu Siansu dengan
tikaman pedang yang beruntun sampai tujuh kali. Dia ahli kiam-khek ternama,
jurus yang dipergunakannya mematikan dan lihai sekali.
Tang Lu Siansu juga tak berani
meremehkannya, pendeta ini segera menyelamatkan dirinya dengan beberapakali
loncatan menjauhi diri dari Thio Yu Liang. Tapi pedang Thio Yu Liang sudah
menyambar pada Tang Bun Siansu, mengincar ulu hati dan jantung.
"Tang Sin Suheng, hadapi
murid murtad itu, biarlah anjing kaisar ini kubereskan ! " Sambil berkata
begitu secepat kilat tubuh Tang Bun Siansu berkelebat beberapakali, selain
menghindarkan tikaman pedang Thio-Yu Liang, tangannya meayerang lawannya.
Kaget Thio Yu Liang, sekarang
dia menyadari betapapun juga pendeta-pendeta Siao lim-si ini memang tak bernama
kosong, sangat lihai. Pedangnya tetap menyambar akan menabas tangan Tang Bun
Siansu.
Tan Bun Siansu dalam gusarnya
sudah mengulurkan tangannya untuk menghantam kepala Thio Yu Liang, dia melihat
datang pedang lawan, tangannya tidak ditarik pulang, melainkan diputar ke bawah
dan tahu-tahu sudah menjepit batang pedang Thio Yu Liang.
Jepitan jari tangannya kuat
sekali seperti japit besi, Thio Yu Liang kaget tak terkira, doa mengempos
lwekangnya untuk membetot pedang itu, tapi gagal. Waktu itu Tang Bun Siansu
menghantam dengan tangan kirinya:
"Bukkkkk !" kuat
bukan main, sangat menakjubkan, telapak tangan itu sudah mengenai telak sekali
dada Thio Yu Liang. Badan congkoan Gi-lim-kun itu terpental keras dengan mata
terbuka lebar-lebar seperci tak percaya di dunia ada pukulan yang bisa datang
begitu cepat, kemudian mulutnya terbuka, menyemburkan darah. Pedangnya telah
dilepas karena jepitan jari tangan Tang Bun Siansu kuat sekali dan dia sedang
kesakitan, dadanya terpukul seperti remuk, waktu itu Tang Bun sudah menghentak
tangan kanannya, pedang yang dijepit jari tangannya segera berbalik meluncur
pesat menancap tepat di dada Thio Yu Liang, menancap dalam sekali.
Mata Thio Yu Liang terbuka
lebar-lebar seperti memancarkan sinar yang menyatakan bahwa dia menyesal. Dan
memang, dia menyesal karena tak disangkanya Tang Bun Siansu yang pernah dilukai
oleh Tang San Siansu dengan Liong-beng-kunnya, ternyata sudah memperoleh
kemajuan demikian hebat kepandaiannya. Kecepatan menimpukkan pedang yang
dilakukan Tang Bun Siansu juga luar biasa sekali, melebihi cepatnya suara.
Sebetulnya kepandaian Thio Yu
Liang tinggi sekali, dia sebagai salah seorang datuk pedang dalam kalangan
kangouw, tapi kesalahan yang pernah dilakukannya dalam seumur hidupnya yang tak
bisa dimaafkan olehnya, dia meremehkan Tang Bun Siansu dan yakin akan kepandaiannya
sendiri.
Dan kesalahan itu akhirnya
membuat dia harus menyesal tak habisnya. Tubuhnya roboh dengan mata masih
mendelik, tenggorokannya seperti di cekik, napasnya putus.. . . !
Hati Tang San Siansu
tergoncang melihat kematian yang dialami Thio Yu Liang. Dia tahu Thio Yu Liang
memiliki kepandaian tinggi dan hanya satu tingkat di bawahnya. Tapi Tang Bun
Siansu dapat membunuhnya begitu mudah dalam beberapa gebrakan saja, membuat
hati Tang San Siansu jadi berdebar juga
Dia benar-benar tak habis
mengerti, mengapa Tang Bun Siansu yang dulu pernah dilukainya dengan
Liong-beng-kun, sekarang tampaknya malah jadi semakin lihai ?
Tapi, Tang San Siansu
sedikitpun tak mau memperlihatkan perasaannya, dia tertawa bergelak-gelak,
perintahkan pengawal istana Cu-kongkong maju mengepung lawan-lawannya. Tang Bun
Siansu bekerja cepat, setiap tangannya menyambar terdengar jeritan menyayatkan
karena ada seorang pengawal istana Cu kongkong yang terpental, pingsan atau
terluka parah tak bisa bangun lagi !
Ada satu hal yang membuat Tang
San Siansu menyesal pada saat itu, karena kawan-kawannya tidak berada di situ.
Kalau saja Bwee-sim-mo li, Cu Lie Seng, See-mo, Pak-mo, Lam-mo dan Tong mo
berada di situ, berarti dia lebih mudah menghadapi lawan lawannya.
Cuma saja, merasa dirinya
sudah mencapai tingkat tertinggi melatih Liong-beng-kun, dia tidak gentar.
Biarpun Tang Bun Siansu sudah ikut menyerang lagi padanya, dengan desakan
pukulan pukulan yang kuat dan bisa mematikan.
Tang San Siansu mengempos
semangatnya mempergunakan Liong beng-kunnya, tenaga pukulan dari tangannya
menimbulkan suara bercuitan karena mengeluarkan angin yang-panas bukan main,
itulah pukulan-pukulan yang mematikan.
Tang Sin Siansu dan yang
lain-lainnya walaupun lihai, tapi tak berani mendesak terlalu dekat, sebab
sekali terkena pukulan "Liongbeng-kun" niscaya akan melemahkan tubuh
mereka.
Toat-beng-sin-ciang bertempur
bersemangat sekali, dia lebih banyak membasmi para pengawal istana Cu-kongkong
yang jumlahnya semakin lama semakin banyak.
Ban It Say juga telah muncul,
dia kaget sejenak melihat Tang San Sian.su tengah menghadapi beberapa orang
pendeta, kemudian tanpa banyak bicara dia ikut menerjang menyerang
Toat-beng-sin ciang, yang dikenali dulu pernah muncul di lembah waktu mereka
sedang dalam perjalanan pulang ke kotaraja.
Pukulannya pada
Toat-beng-sin-ciang dahsyat bukan main, sehingga Toat-beng-sin-ciang harus
hati-hati menghadapinya.
Demikianlah, pertempuran itu
berlangsung seru sekali, para pengawal istana Cu Bian Liat, tak berarti apa-apa
buat Tang Sin Siansu dan kawan-kawannya, kepandaian mereka sudah mencapai
tingkat tinggi sekali sehingga mereka tak pernah menghiraukan pukulan dan
serangan para pengawal istana yang kepandaiannya tak seberapa, setiap kali
disampok oleh lengan jubah Tang Sin Siansu dan yang lain-lainnya, para pengawal
istana Cu Bian Liat jungkir balik.
Begitu juga buat pengawal
istana yang berlaku nekad menerjang maju, belum lagi sampai menyerang, mereka
sudah terpental keras, karena angin pukulan dari orang-orang yang tengah
bertempur itu kuat sekali menyampok dirinya !
Akhirnya para pengawat istana
cuma berteriak-teriak saja di pinggir tanpa maju menyerang, mereka gentar dan
cuma menimbulkan suara berisik.
Ban It Say menyerang sambil
memaki kalang kabutan pada Toat Beng Sin-ciang yang waktu itu main kelit dan
mengelakkan setiap pukulannya, sampai akhirnya Toat-beng-sia ciang bilang:
"Sekarang saatnya kau dikirim ke neraka !"
Dan cepat luar biasa kedua
tangan Toat-beng-sin-ciang menyambar-nyambar cepat dan kuat mendesak congkoan
Kim-ie-wie tersebut.
Kepandaian Ban In Say tangguh
dan hebat, tapi menghadapi Toat-beng-sin ciang memang dia seperti mati kutu dan
kelabakan main kelit ke sana kemari, berusaha menyelamatkan dirinya, semakin
lama semakin jelas tampak dia terdesak hebat ! Keringat dingin mengucur deras
membasahi tubuhnya.
Tang San Siansu telah berseru
agar salah seorang pengawal istana itu pergi memberi tahukan Cu Lie Seng
tentang keributan yang terjadi di situ.
"Suruh mereka semua
datang kemari !* perintahnya, maksudnya selain Cu Lie Seng, juga Pak-mo,See-mo
dan yang lain-lainnya agar datang untuk bantu dia mengatasi Tang Sin Siansu dan
kawan-kawan-nya.
Tiga kali Tang Sin Siansu
berhasil menghantam telak pundak dan perut Tang San Siansu, tapi pukulannya
yang dahsyat itu tak juga memberikan hasil apa apa. sebab tubuh Tang San Siansu
benar-benar kedot dan kebal, tidak ada pengaruhnya atas pukulan-pukulan tersebut
di tubuhnya, bahkan Tang San Siansu menjerit murka sambil membalas menyerang.
Tang Sin Siansu hongthio
Siao-lim-si, kepandaiannya sudah mencapai tingkat sangat.tinggi, maka dari itu
biarpun dia agak terdesak, tetap saja Tang San Siansu tak mudah untuk
merobohkan.
Kepandaian mereka tampak
berimbang, hal ini disadari oleh mereka setelah bertempur duapuluh jurus lebih.
Cuma saja, Tang San Siansu memiliki kelebihan sebab menguasai ilmu Liong-beng
kun dan tubuhnya juga kebal terhadap pukulan lawan.
Pertempuran itu masih terus
berlangsung seru sekali, mari kita tinggalkan sebentar dan menengok Giok Han
dan Cang In Bwee yang tengah berlari-lari di atas genting. Tangan kanan Giok
Han menenteng pelayan yang ditawannya, kemudian setelah meninggalkan ruang di
mana terjadi pertempuran itu cukup jauh, Giok Han berhenti lari, membuka
totokan pada ah-hiat pelayan itu, bentaknya bengis: "Di mana kamar Cu Bian
Liat ?"
Pelayan itu ketakutan.
"Ampun jangan membunuhku, kisu (orang gagah)... aku.... aku tidak tahu
apa-apa..!"
"Beritahukan di mana
tempat Cu Bian Liat, setelah itu kau boleh pergi tanpa kami ganggu ! "
"Kamar Cu-kongkong ada di
belakang sebelah kiri istana ini, sepanjang malam selalu Cu-kongkong menghabisi
waktunya di situ !"
Giok Han menotok lagi titik
jalan darah gagu pelayan itu, dia mengisyaratkan pada Cang In Bwee, gesit
sekali mereka pergi ke ruang belakang istana itu. Benar saja, di sebelah barat
dari istana ini ada bangunan gedung yang mentereng sekali, penerangan di situ
juga terang sekali, tampak seseorang tengah berlari-lari keluar dari ruang
mewah itu. Di belakangnya mengikuti dua orang.
Orang itu tidak lain Cu Bian
Liat yang diikuti oleh dua orang Persia, yang pernah mengawal Cu Siauw Hoa !
Tidak buang waktu lagi Giok Han loncat menerjang kedua orang Persia tersebut,
yang berusaha mati-matian melindungi cukong mereka.
Pelayan yang tadi ditawan Giok
Han sudah dilemparkan ke tanah terbanting pingsan tidak sadarkan diri. Cang In
Bwee loncat menghantam kepala Cu Bian Liat dengan tangan kanannya. Tapi sayang,
Cu Bian Liat sempat membuang diri bergulingan di tanah, sehingga pukulan Cang
In Bwee mengenai tempat kosong. Waktu itulah berkelebat sinar menyilaukan mata,
menyambar pundak Cang In Bwee disusul bentakan:
"Perempuan hina, kau
berani menghina ayahku !"
Cang In Bwee melirik, dia
mengenali yang menyerangnya dengan pedang tak lain gadis yang pernah cemburu
dan bertempur dengannya beberapa waktu yang lalu. "Hemm, pantas kau
terlalu bertingkah dan kepala besar tidak tahunya anaknya thaykam keparat ini
?" pikir Cang In Bwee, dia mengelakkan tikaman pedang Cu Siauw Hoa, tapi
waktu itu pedang puteri Cu-kong-kong menyambar terlalu cepat, menyerempet
pundak In Bwee, sehingga bajunya robek dan darah memancur keluar.
Marah sekali In Bwee, diiringi
jeritannya, dia membalas menyerang bertubi-tubi dengan sepasang tangannya,
mendesak Siauw Hoa. Kepandaian Cu Siauw Hoa sebetulnya masih berada di bawah
kepandaian Cang In Bwee, tapi dia tidak gentar menghadapi In Bwee, mati-matian
dia menikam berulangkali dan berseru: "Ayah, cepat selamatkan dirimu...
cepat pergi !" teriaknya.
Cu Bian Liat tidak menyahuti
apa-apa, cuma bangkit berdiri dan berlari bermaksud menyingkirkan diri.
Giok Han meiihat Cu-kongkong
hendak melarikan diri, dia mengeluh. Dua orang Persia ini biarpun kepandaiannya
tidak terlalu tinggi, namun juga tidak rendah, mereka tak bisa dirobohkan dalam
waktu singkat.
Giok Han dilibat oleh
serangan-serangan maut kedua orang Persia tersebut, sehingga dia gelisah sekali
melihat Cu Bian Liat hendak kabur.
Cang la Bwee juga gelisah
sekali, sedangkan tikaman pedang Cu Siauw Hoa menyambar gencar padanya. Tadi Cu
Siauw Hoa mendengar dari pelayannya bahwa istana telah diserbu penjahat, maka
gadis ini kuatirkan keselamatan ayahnya, mengajak dua orang Persia yang jadi
pengawalnya untuk melihat keadaan ayahnya.
Dia girang dan lega melihat
ayahnya tidak mengalami cidera apa apa dan mengajaknya untuk meninggalkan
tempat itu. Bukan main kaget dan sakit hatinya ketika mendadak muncul Giok Han
dan Cang In Bwee yang ingin membunuh ayahnya.
Dalam murka dan sedih, Cu
Siauw Hoa memainkan pedangnya seperti kalap, itulah sebabnya biarpun
kepandaiannya masih setingkat di bawah kepandaian Cang ln Bwee, tetap saja In
Bwee tak gampang-gampang untuk merobohkannya.
Cu Bian Liat tahu jiwanya
terancam, dia mau cepat-cepat pergi ke ruang rahasia untuk menyembunyikan diri.
Namun, baru saja dia berlari beberapa tindak, mendadak menyambar benda-benda
halus, dan tubuhnya mengejang kaku dengan mata mendelik, mulutnya mengeluarkan
jeritan tersendat, karena badannya telah penuh tertancap oleh jarum-jarum Bwee
hoa ciam beracun yang di timpukkan oleh Cang In Bwee.
Dalam keadaan gelisah melihat
musuh bessrnya hendak meloloskan diri, Cang In Bwee segera menimpuk dengan
bwee-hoa-ciamnya, yang sekali tampuk telah melepaskan lebih tiga puluh batang
jarum-jarum halus itu.
Cu Siauw Hoa menjerit lirih
dan cepat cepat berlari menghampiri ayahnya. Kedua orang Persa mendengar
jeritan Cu Bian Liat jadi berhenti menyerang Giok Han. Kesempatan ini
dipergunakan Giok Han meloncat gesit sekali seperti burung walet badannya
meluncur turun, dia menghantam kepala Cu Bian Liat, kepala thaykam itu pecah
dan tubahnya meloso rubuh di lantai tanpa napas lagi !
Cu Siauw Hoa kalap, sambil
menangis dan memaki kalang kabut pedangnya menikam nekad pada Giok Han tanpa
peduli keselamatan dirinya. Giok Han tahu teman-temannya di ruangan lain tentu
sedang sibuk menghadapi Tang San Siansu, maka tak mau melayani
serangan-serangan Siauw Hoa. Dia mengibaskan tangannya, pedang Siauw Hoa kena
disentil terpental, sampai terlepas dari cekalannya.
Berbareng dengan itu tangan
kiri Giok Han menotok dua jalan darah dekat leher Cu Siauw Hoa. Cuma mata gadis
itu yang terbuka lebar; badannya segera rubuh kaku tak bisa bergerak. Dua orang
Persia loncat menyerang Giok Han, tapi Giok Han telah loncat menjauhi meninggalkan
tempat itu diikuti oleh Cang In-Bwee.
Kedua orang Persia itu
cepat-cepat berusaha menolongi Siauw Hoa, mereka berusaha membuka totokan pada
tubuh Siauw Hoa, tapi usaha mereka gagal, karena totokan Giok Han dilakukan
luar biasa anehnya.
Cepat sekali Giok Han dan Cang
In Bwe telah tiba di ruangan tempat di mana Tang Sin Slansu dan yang lain
sedang berusaha membunuh Tang San Siansu, Waktu itu di ruangan tersebut selain
sudah berkumpul para pengawal istana dengan jumlah banyak sekali, juga telah berdatangan
Cu Lie Seng, Pak-mo See-mo, Tong-mo, Lam mo, Bwee sim-mo li, Siangkoan Giok Lin
dan beberapa jago-jago yang jadi kaki tangan Cu Lie Seng.
Tang San Siansu waktu itu
terbangun semangatnya melihat muridnya dan kawan-kawannya telah tiba, dia yakin
para pendeta Siao lim li tak akan bisa berbuat apa-apa padanya, bahkan dia
bermaksud menangkap hidup-hidup atau mati pendeta-pendeta Siao lim-si dan
Toan-beng-sin-ciang. Dia berseru berulangkali perintahkan Cu Lie Seng agar maju
membantuinya.
Saat itulah Giok Han tiba, dia
segera mengeluarkan tongkat Liong-kak. Cu-Lie Seng meloncat maju, dia semula
ingin menyerang pada Tang Sin Siansu, namun melihat Giok Han, niatnya
dibatalkan, justeru tangannya jadi meluncur menghantam kuat sekali pada perut
Giok Han.
ltulah pukulan mematikan, dia
mengincar bagian terlemah yang bisa membuat lawan jadi terkapar mati oleh
pukulan tersebut, yaitu pusar Giok Han !
Tapi hampir tak terlihat oleh
mata manusia biasa, Tongkat Liong-kak menyerampang tangan Cu Lie Seng. Setengah
mati putera Cu-kongkong kaget karena tangannya sakit bukan main, tulangnya
remuk terbentur oleh tongkat pusaka itu.
Sebelum dia tahu apa-apa, ujung
tongkat tergetar menyambar perutnya, dan mata Cu Lie Seng mendelik lebar-lebar,
dia tidak keburu berkelit, tahu-tahu badannya terangkat naik ke tengah udara,
sebab ujung tongkat telah menembusi perutnya, Cu Lie Seng tersate oleh tongkat
Liong-kak! Cu Lie Seng mati tanpa sempat mengeluarkan jeritan.
Pak-mo dan yang lainnya jadi
tertegun menyaksikan kejadian dahsyat itu. Cu Lie Seng memiliki kepandaian
tinggi, tapi dia begitu mudah di sate oleh tongkat yang ada di tangan Giok Han.
Tang San Siansu waktu itu
sedang dikepung oleh lawan-lawan tangguh, tapi dia masih sempat melirik dan
menyaksikan muridnya disate seperti itu oleh tongkat Liong-kak, hatinya
tergoncang hebat. Dan jantungnya memukul semakin keras, karena saat itu dia
mengenali tongkat yang ada di tangan Giok Han adalah tongkat pusaka Liong-kak
yang selama ini ditakutinya!
Muka Tang San Siansu jadi
pucat pias, saat itu dia jadi lengah, telapak tangan kanan Tang Sin Siansu
menyambar telak menghantam pundaknya, membuat dia mundur satu tindak, namun
tubuhnya yang kebal tak mengalami cidera apa-apa.
Dengan diiringi raungan
seperti singa terluka Tang San Siansu kemudian mengamuk hebat, Kematian
muridnya membuat dia berduka bukan main, dia seperti juga mendapat tambahan
tenaga, nekad dan kalap sekali.
Padahal waktu itu Tang San
Siansu sudah putus asa melihat tongkat Liong-kak dia gentar bukan main,
karenanya sebelum Giok Han sempat datang mendekatinya dia ingin membunuh Tang
Sin Siansu. Tang Bun Siansu atau Toat- beng-sin-ciang.
Tang Lu juga di hantam gencar
sekali olehnya. Dia mau membunuh sebanyak mungkin.
Sementara itu Tang Sin Siansu
dan yang lain-lain jadi tidak berani mendesak terlalu dekat dengan lawan yang
sedang kalap dan nekad ini, mereka hanya mengepung dan setiap ada kesempatan
baru membalas menyerang. Sedangkan Tang San Siansu sudah tak peduli lagi pada
keselamatan dirinya, menyerang gencar sekali pada lawan lawannya.
Giok Han tidak tinggal diam.
Dia berse ru sambil meloncat masuk dalam gelanggang pertempuran. "Susiok,
biarlah tecu yang membereskannya!" tongkat Liong-kak-nya menyambar-nyambar
dahsyat sekali, tenaga sinkang yang dikerahkannya membuat tongkat itu tergetar
mengaung nyaring.
Tang San Siansu yang sedang
mengamuk jadi kaget tak terkira, dia loncat mundur waktu sinar coklat menyambar
ke mukanya Dia berseru lirih, mukanya pucat. Namun dia sudah nekad, dia
memasang kuda-kuda kedua kakinya, seluruh sinkangnya telah disalurkan pada
kedua lengannya, dia ingin membunuh Giok Han.
Giok Han berulang kali menyerang
Tang San Siansu. Benar kepandaian Giok Han masih satu tingkat di bawah Tang San
Siansu, namun berkat tongkat Liong-kak membuat Tan San Siansu jadi terdesak.
Berulang kali tubuh hampir terhantam ujung tongkat, tapi dia masih bisa
menghindarkannya.
Pak mo, See-mo dan yang
lain-Iainnya tadi sempat bengong menyaksikan pertempuran yang dahsyat itu, juga
kaget melihat Cu Lie Seng mati disate oleh tongkat Giok Han. sekarang tersadar
dan mereka cepat&cepat menyerbu maju. Tang Sin Siansu, Tang Bun Siansu dan
Tang Lu Siansu menghadapi mereka dengan gigih.
Kepandaian mereka memang
tangguh, tapi tokoh-tokoh Siao-lim-si juga hebat sekali. Karena itu,
pertempuran berlangsung sangat hebat, seru sekali. Para pengawal istana
Cu-kongkong tak berani maju membantui, karena angin pukulan dari orang-orang
yang sedang bertempur itu berkesiuran dahsyat sekali di sekeliling mereka, jika
ada pengawal istana yang nekad maju, belum bisa mendekati lawan tubuhnya sudah
terpental lagi disampok angin pukulan mereka yang sedang terlibat dalam
pertempuran menegangkan tersebut !
Giok Han mati-matian
memusatkan seluruh kepandaiannya untuk mengatasi Tang San Siansu, namun
lawannya benar-benar hebat sekali, bahkan setiap pukulannya mengandung maut,
dia memakai pukulan-pukulan Liong-beng kun tingkat tertinggi, karena-nya Giok
Han pun tidak berani terlalu dekat dengan lawannya yang nekad ini.
Tapi satu kali, Tang San
Siansu melakukan suatu kesalahan besar dalam hidupnya Dia melihat dirinya tak
mungkin bisa menghadapi orang muda yang bersenjatakan Liong-kak ini, senjata
yang paling ditakutinya, maka dia bermaksud untuk menyingkir saja. Dia meloncat
untuk angkat kaki, tapi saat itulah ujung tongkat Tiong-kak menyambar, mengenai
selangkangannya.
Maka Tang San Siansu seketika
pucat pias dengan tubuh menggigil! Kekebalan tubuhnya seketika musnah, celana
di selangkangannya seketika berwarna merah, karena bagian selangkangannya telah
robek terluka oleh ujung tongkat. Saat itu badan Tang San Siansu tengah berada
di tengah udara, tergantung oleh ujung tongkat yang menancap pada selangkangannya,
matanya mendelik, namun dia benar-benar kuat, kedua tangannya diangkat mau
menghantam batok kepala Giok Han, Saat itu Giok Han sedang menahan tongkat
Liong-kak dengan kedua tangannya, memegang kuat-kuat, karenanya tak mungkin dia
bisa mengelakkan pukulan telapak tangan Tang San Siansu.
Hati orang muda ini
mencelos..Habislah aku...!" pikirnya karena menduga kepalanya pasti pecah
berantakan oleh pukulan telapak tangan Tang San Siansu.
Toat-beng-sin-ciang yang sejak
tadi sambil bertempur menghadapi Siangkoan Giok Lin, juga diam-diam mengikuti
jalan pertempuran antara Tang San Siansu dan Giok Han. Mencelos hatinya ketika
melihai Giok Han terancam pukulan kedua telapak tangan Tang San Siansu.
Tanpa buang waktu lagi dia
meninggalkan Siangkoan Giok Lin. tubuhnya melesat ke tengah udara, kedua
tangannya bukan me nangkis kedua tangan Tang San Siansu, sebab kedua tangan
Toat-beng sin-ciang justeru menyambar kepala Tang San Siansu dengan sepuluh jari
tangannya, menancap kuat-kuat pada ubun-ubun kepala Tang San Siansu.
Sedangkan kedua tangan Tang
San Siansu singgah telak sekali di dada Toat beng-sin-ciang Tubuh kedua orang
itu jadi kaku mata Tang San Siansu mengejang dengan mendelik, dan mengalir darah
dari sudut matanya, hidung dan mulutnya juga, kemudian tubuh kedua orang itu
roboh terbanting ke lantai sebab selangkangan Tang San Siansu sudah terlepas
dari ujung tongkat Liong-kak, berguling-guling di laniai dan tetap dengan
posisi kedua tangan Toat beng sin-ciang menancap dalam di ubun-ubun kepala Tang
San Siansu, sedangkan jaii-jari tangan Tang San Siansu menancap dalam
mencengkeram kuat - kuat dada Toat betig-sin ciang, seperti juga hendak
mengambil keluar jantung Toat beng-sin ciang, napas kedua orang ini sudah
berhenti !
Cang In Bwee kaget setengah
mati, dia menjerit dan menarik tubuh gurunya, Tapi tangan Toat beng sin ciang
kaku, mencengkeram ubun-ubun kepala Targ San Siansu, begitu juga jari-jari
tangan Tang San Siansu kaku mencengkeram dada Toat-beng-sin ciang. Sungguh
kematian mengerikan dari dua tokoh kangouw !
Yang lainnya jadi beihenti
bertempur. See mo, Bwee sim-mo-li dan yang lain lainnya jadi lemas dan lenyap
nafsu bertempur ketika melihat pemimpin mereka, Tang San Siansu dan juga Cu Lie
Seng, telah mati. Tang Sin-Siansu waktu itu telah memberikan isyarat agar
mereka segera engkat kaki meninggalkan istana Cu Bian Liat, sebab kalau bala
bantuan pasukan kerajaan datang di situ, mereka sulit buat meloLoskar diri.
Sambil menangis keras Cang ln
Bwee mengangkat mayat gurunya meninggalkan tempat itu ikut dengan
kawan-kawannya yang lain. Tak ada yang menghalangi mereka pergi meninggalkan
istana tersebut, para pengawal istana malah menyingkir ke samping, sedangkan
Pak mo, See-mo dan yang lain lainnya cuma berdiri "mematung" dengan
bermacam-macam perasaan ber golak di hati mereka, nafsu untuk bertempur mereka
lenyap, apa lagi dari beberapa orang pengawal mereka mendengar Cu Bian Liat
juga telah mati, para pengawal itu berteriak-teriak:
"Cu-kongkong dianiaya
oleh penjahat! Cu-kongkong dibunuh penjahat!"
Sebentar saja Tang Sin Siansu
dan yang la'nnya sudah lenyap dari pandangan mata See mo dan lain-lainnya,
mereka malam itu juga meninggalkan kotaraja, untuk menghindarkan kesulitan
kalau-kalau Kaisar perintahkan para pahlawannya untuk menangkap mereka.
Yang membuat semua orang gagah
itu puas justeru Tang San Siansu, murid murtad Siao lim-si dapat dibinasakan
sebagai hukuman yang setimpal, juga Cu-kongkong berhasil mereka binasakan!
Keesokan paginya, kotaraja
gempar oleh berita kematian Cu Hongkong dan Tang San Siansu. Thaykam yang
paling berkuasa selama hidupnya, sebetulnya banyak yang membenci dan tak
menyukainya.
Berita kematiannya itu malah
membuat sebagian besar penduduk kotaraja jadi gembira, termasuk juga beberapa
orang pembesar kerajaan dan jenderal-jenderal yang sebelumnya membenci Cu Bian
Liat.
Setelab menikah, Giok Han dan
Cang In Bwec berdua ikut Thio Hong Gan, membantu perjuangan para orang gagah
buat membebaskan tanah-air mereka dari cengkeraman kaisar penjajah. Tapi,
biarpun bagaimana Thio Hong Gin mengalami kemajuan yang pesat, tokh saat itu
pihak kerajaan sangat kuat, sehingga setelah melalui pertempuran-pertempuran
yang menentukan, pasukan kerajaan dapat mendesak pasukan Thio Hong Gan ke
utara, karena jenderal Hoan Yu akhirnya memimpin sendiri semua pertempuran
pertempuran, antara angkatan perang kerajaan dengan pasukan Thio Hong Gan.
Terakhir, Thio Hong Gan
kehilangan pasukannya, karena sisanya cuma tak lebih dari 9000 orang. Karena
putus asa, banyak yang berlaku nekad, untuk bertempur dan mati menghadapi
tentara kerajaan, mereka semua gagah perkasa. Thio Hong Gan sendiri pada
akhirnya menemui ajalnya.
Waktu dalam suatu pertempuran
di sebelah utara Seen-fu, Thio Hong Gan dalam keadaan sakit parah, namun dia
memaksakan diri untuk memimpin pasukannya yang tinggal sedikit itu, dan
ditengah-tengah pertempuran tersebut Thio Hong Gan menemui ajalnya terkena
empat batang anak panah yang dilepas oleh anak jenderal Hoan Yu.
Sisa pasukan Thio Hong Gan
yang tak mau menyerah pada pihak kerajaan, sudah pergi ke tempat-tempat sunyi
untuk mengasingkan diri, menangisi kegagalan usaha mereka sambil menanti
saat-saat yang tepat untuk bangun kembali.
Sedangkan Giok Han dan
isterinya, Cang In Bwee. dengan hati duka dan putus asa, pergi ke Pulau Es yang
ada di sebelah Utara. Mereka hidup terasing di situ, untuk melewati hari-hari
mereka. Kematian Thio Hong Gan membuat hati mereka tawar, dan waktu-waktu
mereka selama hidup mengasingkan diri di Pulau Es, mereka melatih ilmu silat
mereka, sampai akhirnya tiga tahun setelab berdiam di Pulau Es, Cang In Bwee
hamil.
Bahagia sekali sepasang suami
isteri ini, bermaksud mendidik anak mereka sebaik-baiknya, dan yang mereka
harapkan adalah anak laki-laki.
Rupanya Thian mendengar
keinginan sepasang suami isteri ini, sebab setelah sembilan bulan sepuluh hari
hamil, Cang In Bwee melahirkan seorang bayi laki-laki yang montok dan manis
sekali wajahnya. Tubuhnya sehat benar. Hadirnya bayi ini menyebabkan sepasang
suami isteri tersebut semakin berat meninggalkan Pulau Es, mereka tak mau
mencampuri lagi urusan di dalam dunia kangouw, mereka hidup tenang dan tenteram
di tempat pengasingan mereka tersebut.
T A M A T