Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 27 (Tamat)

Baca Cersil Mandarin Online: Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 27 (Tamat)
Cula Naga Pendekar Sakti Bagian 27 (Tamat)

"Tapi kepandaian Tang Bun hweshio sangat tinggi, mengapa dia bisa begitu mudah terkena pukulan Liong-beng kun ?" tanya Toat beng-sin-ciang lagi tambah heran.

Tang Lu Siansu menghela napas dalam-dalam, mukanya murung sekali.

"Waktu itu Tang Bun Suheng sedang turun gunung untuk mengurus suaru persoalan, kericuhan yang di timbulkan oleh sepak terjang Tang Sin murid murtad itu... dan dengan tidak tahu malu Tang San mempergunakan akal muslihat sangat licik dan rendah, dia mencampurkan racun dalam minuman Tang Bun Suheng dengan meminjam tangan orang lain!

Dalam keadaan keracunan seperti itulah Tans Bun Suheng dihantam olei Liong-bengkun...! Untung saja sin-kang Tang Bun Suheng tangguh dan kuat, sehingga sejauh itu biarpun terluka parah tak membuatnya sampai mati... dan hongthio akhirnya "berhasil menyermbuhkanya".

Sekarang, justeru Tang Bun Suheng hendak mencari Tang san si murid murtad, dia berpendapat murid murtad itu harus dibasmi, dihukum seberat-beratnya sesuai dengan peraturan pintu perguruan kami ! Terlebih lagi dari laporan yang masuk pada kami, akhir-akhir ini Tang San si murid murtad tengah menghimpun orang-orang kangouw yang bisa di-picuk dengan janji-janji pangkat dan uang, atas perintah Cu Bian Liat, thaykam yang jahat itu, untuk membasmi orang-orang yang tak disenanginya.

Satu tujuan Tang San, ingin mengerahkan sebanyak mungkin orang kangouw yang dapat dipengaruhinya itu untuk menghancurkan Siao-lim-si. Karenanya, keinginan Tang Bun Suheng akhirnya diluluskan oleh hongthio, yang berpendapat kalau tindakan Tang San murid murtad itu dibiarkan berlarut-larut tentu keadaan semakin gawat dan nanti sulit ditumpas, itulah sebabnya, kami semua turun gunung, untuk membasmi murid murtad itu, di samping itu juga kami memiliki kepentingan lain, yaitu melindungi Tang Bun Suheng, sebab kami kuatir jika dia mengalami kejadian tak diinginkan lagi, kami harus mengakui selain kepandaiannya sudah mencapai tingkat sangat tinggi, Tang San si murid murtad juga sangat licik. Hongthio sampai turun gunung dan sementara kepengurusan kuil kami diserahkan kepada Tang Lang sute...!"

Toat-beng-sin ciang mengangguk-angguk, dia baru mengerti mengapa hongthio Siao-lim-si sampai turun gunung dan meninggalkan kuil menuju ke kotaraja.

"Kalau demikian, mari kita bersama-sama berangkat ke kotaraja, nanti kita hadapi bersama-sama Tang San si keparat itu! Muridku juga telah melakukan perjalanan lebih dulu ke kotaraja, mungkin kita bisa bertemu di sana...!"

Tang Lu Siansu mengangguk.

"Kami pun sedang menguatirkan keselamatan sute kecil kami, yang telah berangkat lebih dulu... dia benar sudah melatih dengan baik, tapi usianya masih terlalu muda."

"0ohhh, siapa sute kecil taisu ?" tanya Toat-beng-sinciang.

"Dia sebetulnya sute tak resmi, karena guru kami mengambilnya sebagai murid secara kebetulan, hanya demi kepentingan supaya dia dapat menghadapi Tang San si murid murtad ! Scbetutnya dia murid Siao-lim-ii tingkat ke tiga dari golongan Wie, usianya juga masih muda sekali, tapi suhu kami melihat ia memiliki bakat yang sangat bagus, maka dibawa untuk digembleng.

Benar tidak diadakan upacara pengangkatan guru dan murid antara sute kecil kami itu dengan guru kami, namun secara tak langsung memang dia tetap sebagai adik seperguruan kami yang paling bungsu ! Kini dia menerima tugas untuk menghukum Tang San si murid murtad, sambil membantu perjuangan orang-orang gagah pencinta negeri, kami kuatirkan sekali tentang dia, itulah alasan kami lainnya yang menyebabkan kami meninggalkan kuil dan turun gunung! Hongthio kuatir sute kecil kami itu gagal dengan tugasnya dan celaka di tangan Tang San murid murtad."

"Siapa nama sute Siansu ?"

"Giok Han... dia juga bergelar..."

"Liong Kak Sin Hiap !" menyambung Toat-beng-sin-ciajg sebelum pendeta siao-lim-si ini menyelesaikan perkataannya. Tang Lu Siansu jadi memandang heran pada Toat-beng-sin-ciang.

"Kau sudah bertemu dengannya, lotai-po?"

"Belum, tapi sudah mendengar tentang dia yang kini ramai jadi pembicaraan orang-orang kangouw ! Dia pemuda yang sangat luar biasa, kepandaiannya menakjubkan, dan gelarannya itu juga sangat mengejutkan, Liong-kak-sin-hiap! Tapi, mengapa dia bukan seorang hwesio... seperti halnya taisu maupun pendeta-pendeta siao lim-si lainnya ?"

"Ya, sute kecil kami memang tak mencukur rambut, usianya masih terlalu muda dan jika tokh kami yang meminta dia mencukur rambut kelak akan jadi sesalan jika dia tak ingin menganut kehidupan seorang petapa."

"Belakangan ini memang benar bahwa dia merupakan calon tandingan Tang San si keparat itu ! Liong beng-kun dari si keparat itu rupanya tak membuat orang muda itu gentar !" menjelaskan Toat-beng-sin ciang.

Tang Lu Siansu mengangguk. "Benar, guru kami telah memberikan semacam jurus pukulan baru untuknya menghadapi Liong-beng kun agar dapat menghukum murid-murid murtad itu. Juga, guru kami telah sengaja menyuruh nya memakai gelaran Liong- kak- sin-hiap, untuk memancing murid murtad itu memperlihatkan diri !"

"Hemmm... tetapi sebetulnya... sebetulnya aku sendiri ingin sekali bertemu dengannya, tapi sejauh ini belum berhasil bertemu dengannya. Ada sesuatu yang hendak kuserahkan padanya."

"Menyerahkan apa pada sute kecil kami itu. Lotaipo?" tanya Tang Lang Siansu.

Toat-beng-sin ciang tampak ragu-ragu, namun akhirnya dia tersenyum. "Tak ada perlunya aku merahasiakan hal ini, taisu sebetulnya aku ingin menyerahkan tongkat Liong-kak padanya ! Tongkat pusaka itu kebetulan berada ditanganku, sesuai dengan gelarannya, Liong-kak-sin-hiap, maka tongkat itu akan kuhadiahkan padanya, sangat cocok untuknya, kaiena tongkat itu bemanfaat sekali untuk dia pergunakan menghadapi Tang San si keparat !"

Tang Lu Siansu tampak kaget, matanya sampai terbuka lebar, "Jadi... tongkat pusaka Liong-kak berada ditangan lotaipo?"

"Ya... nanti jika bertemu dengannya akan ku hadiahkan tongkat Liong-kak padanya !" menyahuti Toat-beng-sin-hiap.

Girang bukan main Tang Lu Siansu dengan memperoleh tongkat Liong-kak yang menjadi rebutan orang orang kangouw, Giok Han pasti mempunyai harapan lebih besar untuk merobohkan Tang San Siansu, karena dengan tongkat pusaka itulah Liong-beng-kun Tang San Siansu dapat dimusnahkan.

Setelah bercakap-cakap beberapa saat lagi, karena mereka perlu mengejar waktu, dalam waktu empat hari harus tiba di kotaraja pendeta-pendeta Siao-lim-si dan Toat-beng-sin ciang telah melakukan perjalanan.

Selama dalam perjalanan Tang Lu Siansu menghibur Toat-beng-sin-ciang, jika telah tiba di kotaraja tentu Toat-beng-sin ciang bisa bertemu dengan hongthio Siao-lim-si yang pasti dapat menyembuhkan lukanya akibat pukulan Liong beng-kun. Ini merupakan harapan buat Toat-beng-sin-ciang sehingga nenek tua renta ini semakin bersemangat dalam perjalanannya tersebut.

ooo)0(ooo

Cuaca tidak begitu bagus, karena awan mendung tampak memenuhi langit dan tak lama lagi pasti turun hujan. Angin berhembus kencang dan dingin, di jalan dekat pintu masuk ke kotaraja tampak tidak seramai seperti biasanya, jika tidak terlalu penting tentu orang segan keluar rumah dalam cuaca demikian buruk.

Tapi dari arah luar kotaraja tengah mendatangi sepasang muda-mudi, yang satu pemuda tampan gagah dan yang pemudinya merupakan gadis remaja sangat cantik dengan sepasang alis yang memanjang melengkung seperti bulan sabit, bibirnya merekah merah mungil, sungguh wajah yang menawan. Mereka berdua merupakan pasangan yang sangaut setimpal.

Sikap mereka riang dan tenang waktu memasuki pintu kotaraja, menikmati keindahan gedung-gedung mewah dan bagus, karena umumnya penghuni kotaraja mereka merupakan orang-orang penting baik dalam kerajaan maupun hartawan-hartawan kaya, para pedagang besar ataupun juga orang-orang terkenal, semuanya terkumpul menjadi satu di sini.

Berbeda benar keadaan di kotaraja ini dengan kampung-kampung yang lebih melambangkan kesederhadaan dalam hidup ini.

Sepasang muda-mudi ini tak lain Giok Han dan Cang In Bwee ! Mereka tiba di-kotaraja dengan tujuan satu, yaitu mencari jejak Tang San Siansu dan juga akan berusaha untuk memperoleh kesempatan membunuh Cu-kongkong Cu Bian Liat !

Mereka memang cuma berdua, tapi kedua muda mudi ini sangat tabah, merekapun yakin akan kepandaian yang mereka miliki, karenanya biarpun mendatangi sarang naga, mereka tak gentar sedikitpun.

Waktu mereka memasuki pintu kotaraja. Sebetulnya Giok Han dan Cang In Bwee sudah menyadari bahwa diri mereka berdua tengah diikuti oleh seseorang, dibayang-bayangi.

Tapi mereka pura-pura tak tahu. Mereka tetap bercakap-cakap dengan gembira tanpa peduli dengan orang yang membayangi diri mereka. Orang tersebut berpakaian kumal dan kotor, sebagai seorang kasar, mungkin juga penjahat kecil yang memang cukup banyak terdapat di kotaraja.

Cang In Bwee sendiri sudah berbisik pada Giok Han: "Biar dia mengikuti kita, nanti kita beri hajaran! Hemmm, mungkin dia mengincar pauwhok kita !"

Cuaca yang buruk, hawa udara yang dingin menyebabkan jalan-jalan raya di kotaraja tidak ramai seperti biasanya, tapi sepasang muda-mudi ini tetap saja berjalan dengan tenang menyusuri jalan yang satu ke jalan raya yang lainnya, tanpa menoleh sedikitpun. Ketika mereka tiba di sebuah lorong jalan agak sempit dan sepi, keduanya memutar tubuh dengan mendadak.

Orang yang sejak tadi mengikuti mereka rupanya terkejut, tak menyangka kedua orang yang tengah dibayanginya memutar tubuh, begitu mendadak dan cepat, sehingga dia tidak keburu menyingkir maka tak ada jalan lain baginya selain melangkah terus seakan-akan tengah mengambil arah yang sama dengan Giok Han dan Cang In Bwee.

Ketika lewat di dekat Giok Han dan Cang In Bwee yang mengawasinya tajam, orang itu melirik dan menggumam perlahan: "Sungguh sayang, masih demikian muda mencari kematian..."

Alis Cang In Bwee naik, tahu-tahu tangan kanannya menyambar ke baju orang itu, kemudian menghentaknya hendak membanting tubuh orang tersebut, yang dari kerut-kerut di sisi mata dan mukanya memperlihatkan usianya mungkin sudah limapulun tahun. Tapi, licin seperti belut tahu-tahu orang itu berhasil membebaskan diri dari cengkeraman tangan Cang In Bwee.

Bergeraknya orang itu aneh sekali, demikian cepat dan juga agak luar biasa, sebab baju yang dicengkeram kuat oleh Cang In Bwee dapat dilepaskannya dengan mudah dan tak tersangka-sangka, seperti tak terjadi apa-apa dia melangkah terus buat pergi meninggalkan tempat itu.

Cang In Bwee dan Giok Han sempat dibikin tertegun oleh kelakuan orang itu, Kepandaian Cang Bwee tidak rendah, tadi dia juga menjambret dengan cengkeraman tangan sangat kuat, namun orang itu dapat meloloskan diri biarpun bajunya sudah kena dicengkeram oleh In Bwee, licinnya seperti belut. Jelas dia mempunyai kepandaian tinggi!

Setelah tersadar, In Bwee berseru: "Hai mau kemana kau?" bentakan itu disusul dengan tubuhnya loncat mengejar orang itu, Giok Han juga mengikuti di belakangnya.

Orang itu menahan langkah kakinya, nyengir, "Nona manis, kau memanggilku ?" tanyanya sinis sekali.

"Sejak tadi dari pintu kota kau mengikuti kami, apa maksudmu ?" bentak Cang ln Bwee, mendongkol dan penasaran, sedangkan otaknya bekerja keras menduga-duga entah siapa orang ini. Cuma saja dia tak berhasil tahu siapa orang ini, dia belum pernah melihat orang tersebut.

"Aku mengikuti kalian ? Oooh, lucu ! Lucu ! Apakah jalan raya di kotaraja ini milik nenek moyang kalian sehingga orang lain tak boleh memakai jalan raya ini bersama-sama dengan kalian? Aku mempunyai kedua kaki, aku bebas kemana aku mau pergi, apa urusannya dengan kalian berdia? Atau kalian menyangka aku si tua tua masih genit hendak menyaksikan pasangan remaja yang sedang bermesra-mesraan ?"

Muka Cang In Bwee berobah merah, sedangkan Giok Han mengerukan alisnya, dilihatnya orang ini sama sekali tak memperlihatkan rasa takut, dari sinar matanya yang tajam segera dapat dipastikan bahwa kepandaian orang ini niscaya tinggi.

"Kalau kau tidak mau bicara terus-terang nanti akan kupaksa kau bicara sebenarnya !" kata Cang In Bwee yang sedang penasaran dan benar-benar dia membuktikan ancamannya, tanpa menunggu jawaban orang itu, tangannya sudah menyambar ke arah dada orang itu.

Ancaman pukulan itu tak membuat orang tersebut gentar, dia malah tertawa sinis, waktu kepalan tangan In Bwee hampir mengenai dadanya, sekali lagi badan itu licin seperti belut melejit ke samping, berhasil menghindar dari pukulan in Bwee, bahkan sekarang tahu-tahu jari telunjuk tangan kanannya meluncur akan mengetuk perlahan pada siku tangan Cang In Bwee.

Tampaknya perlahan gerakan tangan orang itu, tapi sebenarnya itu merupakan totokan jari tangannya. Kaget In Bwee. cepat dia menarik pulang tangannya, dia memunahkan totokan jari tangan orang tersebut.

Tapi sebagai gadis yang berkepandaian tinggi dan merupakan wanita gemblengan tentu saja dia tak mau sudah sampai di situ saja, dia bukan cuma sekedar menghindarkan totokan jari tangan orang tersebut, tahu-tahu lengan kanannya mendorong siku tangan orang itu, menyusul tangan kirinya masuk menghantam iga orang itu. Dessss...! Dukkkk...!" cukup kuat iga orang itu kena dihantam Cang In Bwee, tubuhnya terdorong mundur tiga tindak, mukanya berobah, tapi dia tak sampai roboh.

"Budak hina mau mampus !" Teriak orang tersebut gusar. "Kau benar-benar mencari mampus!" Dia juga sudah menerjang maju menyerang dahsyat sekali dengan kedua tangannya, angin pukulannya bercuitan, karena dia memakai tenaga lwekang yang hebat.

Cang In Bwee tidak main-main, dia tahu lawannya bukan orang biasa. Biarpun pakaiannya kumal kotor seperti itu namun jelas dia seorang berkepandaian tinggi. Maka dia juga mengempos semangatnya dan mengeluarkan jurus-jurus pukulannya mengimbangi serangan orang tersebut, mereka bertempur seru sekali tubuh mereka berkelebat-kelebat dikurung oleh bayangan tangan masing-masing yang bercuitan nyaring sekali. Saat itu Giok Han mengerutkan alisnya mengawasi kedua orang yang sedang mengadu ilmu dan tenaga, dia tak mengerti siapa orang itu, apakah dia kawan atau lawan ? Namun, mendengar gumaman orang itu tadi, bahwa mereka dianggap mencari mati dengan kedatangan mereka di kotaraja, menunjukan orang itu seperti hendak mengejek dan merupakan orang yang berdiri dipihak lawan!

Namun sebagai orang yang baru pertama kali datang di kotaraja, Giok Han tak berani terlalu cepat menarik kesimpulan, dia msngawasi sementara waktu In Bwee sedang melayani serangan-serangan orang tersebut.

Cang In Bwee wanita gemblengan, kepandaiannya juga tidak sembarangan dia murid Toat beng - sin cang tokoh persilatan ternama, maka pukulan-pukulan yang dipergunakan juga dahsyat sekali, dia telah berhasil mendesak lawannya sampai beberapa kali lawannya cuma berhasil menangkis atau mengelak pukulan-pukulan Cang In Bwee tanpa sempat membalas menyerang, karena waktu itu mereka telah bertempur belasan jurus.

"Kalau kau tak mau bicara terus terang, nanti menyesalpun sudah terlambat!" mengancam In Bwee.. "Aku tak akan membiarkan kau angkat kaki dari tempat ini sebelum menjelaskan kepada kami siapa kau sebenarnya dan apa yang kau inginkan dari kami !"

"Kau kira bisa menggertak aku?" teriak orang itu dan kedua tangannya bergerak semakin cepat memberikan perlawanan, tenaganya lebih kuat, dia sekarang seperti nekad menerjang In Bwee dengan tubrukan-tubrukan kalap.

Kepandaiannya tidak rendah, dengan kekalapannya seperti itu membuat In Bwee jadi sibuk juga. Tapi, sebagai orang yang sudah tergembleng kuat. In Bwee tidak jadi gugup. Sikap kalap lawannya malah membuka banyak kesempatan padanya, dan saat itulah, waktu melihat dibagian dada kanan orang itu terbuka, tak buang waktu lagi In-Bwee menghantam kuat sekali, telak kepalan tangan kanannya mengenai dada orang itu sampai terdengar suara keras.

"Dessss...!" tubuh oranj itu terpental keras terjengkang ke belakang, terbanting ditanah dengan muka meringis, mata yang agak juling sebab pusing dan matanya berkunang-kunang, waktu itu dadanya yang tergempur pukulan keras tangan In Bwee menyebabkan rasa sakit yang bukan main.

In Bwee tidak mau memberi kesempatan kepada orang itu, badannya seperti burung seriti sudah melambung ditengah udara, menyambar akan menghantam lagi pundak lawannya yang masih terduduk akibat terpental oleh pukulannya tadi.

Kedua tangan In Bwee sekali ini berciutan keras, karena waktu itu sepasang tangan menyerang beruntun dengan pukulan berangkai, In Bwee sudah memperhitungkan jika pukulan tangan kanannya bisa dihindarkan lawannya maka dia akan menyusuli dengan tangan kirinya.

Lawannya masih tertunduk dengan kepala agak pusing, melihat In Bwee sudah menyambar datang dengan pukulan-pukulan kuat seperti itu, tak buang waktu dia melejit ke samping bergulingan di tanah, seperti belut saja licinnya dan cepat luar biasa dia sudah meloncat berdiri hendak melarikan diri.

Dia memiliki kegesitan yang mengagumkan, dia tadi berkali-kali bisa meloloskan diri dari tangan ln Bwee dengan mengandalkan kelicinan tubuhnya.

Tapi sekali ini biarpun dia berhasil menjatuhi In Bwee yang sekali lagi gagal menyerang tempat kosong, orang gagal buat melarikan diri. Dia mau angkat kaki, tapi pundaknya tahu-tahu dirasakan sakit nyeri sehingga menusuk ke jantungnya, membuat dia meringis, dia berusaha mempergunakan kelincahannya yang licin seperti belut guna membebaskan dirinya dari cengkeraman itu, tapi gagal.

Bahkan tubuhnya telah diangkat ke tengah udara, disusul oleh suara yang tawar: "Sahabat, jangan harap kau bisa pergi dari sini sebelum memberikan keterangan pada kami !"

Badannya tahu-tahu terbanting keras. Pinggulnya sakit bukan main, dia sampai meringis, apalagi tadi terbanting pada pinggulnya dan menyebabkan rasa sakit itu naik ke mata dan otaknya. Sejenak sekelilingnya jadi berputar-putar. Di depannya berdiri pemuda yang gagah itu, tengah mengawasi tawar padanya.

Rupanya Giok Han telah loncat menyambar pundak orang itu yang dicengkeram kuat ketika melihat orang tersebut hendak angkat kaki meninggalkan mereka, dia membantingnya juga.

Kepandaian Giok Han memang di atas In Bwee, tak mengherankan orang ini jadi mati kutu, tak bisa mempergunakan kelincahannya untuk melejit melepaskan diri dari cengkeraman tangan Giok Han. Muka orang itu jadi meringis.

"Kalian... kalian jangan mengada-ada ! Aku tak mengikuti kalian, aku sedang menuju pulang ke rumah, mengapa kalian tidak hujan tidak angin menuduhku tidak-tidak ?" menyanggah orang itu kemudian sambil memperlihatkan perasaan tak puas.

Giok Han tersenyum sinis, dia menghampiri lebih dekat, katanya: "Sahabat, kalau kau tak mau bicara juga, kami bisa memaksa kau bicara dengan cara kami !" Sambil berkata begitu tangan kanan Giok Han menyambar, terlalu cepat untuk dilihat jelas oleh orang itu, karena tahu-tahu dia merasakan puting susu dadanya kena ditotok keras dan sakit sekali, sampai dia dalam keadaan terduduk akibat bantingan Giok Han, terjengkit kesakitan.

Kemudian mukanya jadi pucat, karena tubuhnya jadi kejang disusul perasaan sakit hebat seperti ditusuki ribuan batang jarum di sekujur tubuhnya !

Rupanya Giok Han sudah menotok jalan darah "Mieh-bu-hiat" di puting susunya, untuk memaksa dia bicara. Jalan darah itu merupakan titik jalan darah yang berhubungan dengan seluruh pusat syaraf di tengkuk, yang akan mendatangkan rasa nyeri dan sakit bukan main di sekujur tubuh, membuat orang itu menggigil keras dan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya sebab menahan rasa sakit yang semakin lama semakin hebat juga.

Mati-matian dia menahan rasa takit itu dengan menggigit bibirnya luat-kuat, sedangkan Giok Han dan In Bwee berdiri mengawasinya dengan tersenyum mengejek.

Tidak lama daya pertahanan orang itu, pecahlah ketabahan hatinya ketika rasa sakit itu naik sampai ke kepala, selain tubuhnya sakit-sakit juga kepalanya seperti hendak pecah ! Akhirnya dia bergulingan di tanah sambil menjerit-jerit: "Aku bicara ! Bebaskan aku... jangan menyiksa aku... bebaskan aku... aku akan bicara !"

"Ayo bicaralah, nanti kami bebaskan kau dari siksaan itu !" kata Giok Han dingin, sengaja dia tak mau membebaskan dulu orang itu dari pengaruh totokannya, sebab dia tahu orang ini nanti dalam keadaan biasa akan mempersulit keterangannya, justeru dalam kesakitan hebat seperti itu, apapun yang sebenarnya akan dikatakannya sejujur-jujurnya.

Orang itu menjerit-jerit berguling di-tanah, sambil berkata: "Aku cuma diperintahkan... diperintahkan Thio taijin untuk mengawasi semua orang asing yang masuk ke kotaraja pada sebulan terakhir ini... dan kalian.... adalah orang-asing... karena itu aku harus mengikuti kalian.... harus mengetanui apa maksud kedatangan kalian kemari...!"

"Hmmm, apakah Thio taijin ituThio Yu Liang?" tanya Giok Han

"Be... benar...! Ayo bebaskan aku... aduhhhhh, jangan menyiksa aku terus seperti ini... aku tidak tahan lagi... ayo bebaskan... aduhuhh....!" erang kesakitan orang itu bergulingan sambil mencucurkan air mata !

"Jawab dulu pertanyaan kami !" bentak Giok Han. "Apa maksudnya tadi mengatakan kami datang ke kotaraja ini seperti mengantarkan jiwa dan mencari kemauan ?"

"Karena kalian kulihat bukan muda-mudi biasa kalian pasti memiliki kepandaian... aduhhhhh, sakit sekali.... kalian pasti orang-orang yang biasa berkelana dalam kangouw... dan kalian pasti sengaja datang ke kotaraja bersama dengan yang Iain-lainnya untuk memusuhi kerajaan...!"

"Yang lain-lainnya ? Siapa mereka ?" bentak Giok Han.

"Banyak... banyak sekali... bahkan beberapa orang pendeta... pendeta Siao-lim-si, tosu Bu tong-pai... dan orang-orang kangouw dari berbagai aliran telah berkumpul di kotaraja.. karenanya mereka harus diawasi. Aduhhh... jangan terlalu lama dong .... bebaskan aku ....aduhhhh . . . sakit . . . sakit!"

Kaget Giok Han dan In Bwee mendengar pendeta-pendeta Siao-lim-si berdatangan ke kotaraja. "Siapa pendeta-pendeta Siao lim-si yang sudah datang kemari?" tanya Giok Han lagi.

"Menurut penyelidikan .... aduhhhh, sakit.... sakit.... mereka adalah pemimpin Siao lim sie telah datang kemari juga beberapa pemimpin Siao-lim si, serta tokoh-tokoh Bu-tong pai dan lain lain tokoh dari pintu perguruan di Tionggoan ini !"

Tidak kepalang kaget campur girang Giok Han mendengar Tang Sin Siansu berada di kotaraja. Dia menendang dada orang itu. berkurang rasa sakit menyiksanya. "Kau harus menjawab dulu satu pertanyaan kami baru boleh pergi!" Giok Han. "Apa maksud orang orang itu datang ke kotaraja ini ? Juga, di mana mereka berkumpul ?"

Orang itu menghapus keringat dan air matanya, tadi saking kesakitan dia sampai mandi keringat dingin dan bercucuran air mata, napasnya masih memburu. "Mereka memusuhi kerajaan dan Cu kongkong, karena itu sekarang sedang dipersiapkan pasukan untuk membasmi mereka! Tempat mereka berkumpul tidak tetap, berpindah-pindah.. tapi mereka telah berada dalam pengawasan pihak kerajaan Mereka jangan harap bisa lolos dari jaring yang sudah dipasang Cu-kongkong ! Seluruh kotaraja telah tersebar semua kawan-kawanku... Dan tak ada seorangpun yang sudah masuk ke kotaraja bisa lolos keluar dari kotaraja, biarpun memiliki kepandaian bisa menghilang!"

Kata-kata terakhir orang ini masih hendak menggertak Giok Han dan Cang In Bwee, untuk melampiaskan penasarannya. Mendadak mulutnya tertutup rapat, karena waktu itu kaki kanan In Bwee sudah menyambar menendang mulutnya sampai giginya copot dua ! Hancur keberaniannya, dia tidak berani menggertak lagi, nona yang cantik manis itu rupanya sangat galak juga.

"Kau sendiri sebetulnya menjabat kedudukan apa di bawah Thio Yu Liang?"

"AKU... aku anggota Kim ie-wie...!" menyahuti orang itu.

Giok Han yakin orang ini tidak berdusta, pantas kepandaian orang ini cukup tinggi, tak tahunya dia salah seorang anggota Kim ie wie. Jika orang ini di lepaskan, tentu akan menimbulkan kesulitan buat mereka berdua diwaktu mendatang, pasti dia akan membawa kawan-kawannya mencari Giofc Han dan ln Bwee setelah dia bebaskan. Bahkan Giok Han dan In Bwee merasa gentar menghadapi berapa banyakpun orang orang yang akan mencari mereka, Kim-ie-wie ataupun orang-kerajaan lainnya tapi yang mereka tak inginkan justeru kalau kalau mereka diganggu olen orang-orang kaisar sedangkan Giok Han ingin menemui hongthio Siao-lim si, yang menjadi sucouw merangkap jadi suhengnya juga !

Baiklah karena kau telah bicara jujur dan terus terang, jiwamu, kuampuni !" kata Giok Han. "Tapi sementara ini selama dua hari biarlah kau beristirahat dulu di sini !" Sambil berkata begitu tangan Giok Han secepat kilat menotok ke jalan darah "Miiang hi at" didekat leher orang itu.

Orang tersebet cuma sempat bilang: "Ja.... jangan...!" kemudian roboh terguling pingsan tidak sadarkan diri, totokan Giok Han sudah di perhitungkan tenaganya, maka itu orang ini akan ini pingsan selama dua atau tiga hari ! Cepat-cepat Giok Han menenteng tubuh orang ini dan meloncat ke atas genting rumah penduduk, Dia meletakkan tubuh orang tersebut dibalik genteng wuwungan sehingga selama dua atau tiga hari anggota kim ie-wie yang menyamar dengan pakaian mesum itu akan berada di situ tanpa ingat diri, juga tak ada orang yang melihatnya.

"Bwee-moay, mari kita mencari hongthio!" ajak Giok Han. "Menurut dia tadi, hongthio dan ketua Siao-lim-si lainnya berada di kotaraja !"

In Bwee mengangguk. Dia tak banyak bertanya, memang sebagai wanita gemblengan dia tahu apa yang harus dilakukannya untuk mencari Tang San Siansu dan yang lain lainnya. Keduanya gesit dan lincah, sekali loncat naik ke atas genting penduduk, kemudian berlari-lari di atas genting rumah penduduk mengelilingi kotaraja!

Benar saja waktu mereka sedang berlari-lari lincah di sebelah selatan kotaraja waktu Giok Han meloncati genting rumah penduduk, mendadak berkelebat sesosok bayangan disusul berkesiuran angin pukulan yang kuat, karena suara pukulan itu sampai bercuitan, menunjukkan sinkang penyerangnya telah sempurna.

Giok Han menangkis, semula dia menyangka yang membokongnya adalah orang-orangnya kaisar, tapi begitu tangannya bentrok dengan pembokongnya, cepat-cepat Giok Han menarik pulang tenaganya dan berteriak girang: "Tang Lu Susiok !"

Badannya dijatuhkan, dia berlutut. In Bwee yang semula sudah bersiap-siap hendak menghadapi penyerangan pembokong itu, jadi mengawasi heran.

Di depan mereka berdiri seorang pendeta sudah lanjut usia, mukanya welas-asih dan sabar. Dia tak lain Tang Lu Siansu. "Bangunlah anak baik ! Kepandaianmu sudah mendapat kemajuan yang pesat sekali, padahal tadi kuserang kati dengan "Hauw-liong-cut-sin", tapi kau bisa menangkis dengan baik dan juga menarik pulang tenaga dalammu begitu leluasa ! Sungguh mengagumkan!"

Giok Han berdiri. "Tang Lu Susiok, apakah hongthio juga datang kemari ?"

Tang Lu Siansu mengangguk. "Ayo kalian ikut menemuinya !" Kemudian Tang Lu Siansu meloncati dua wuwungan rumah dan meloncat turun di sebuah rumah. Giok Han dan In Bwee mengikuti. Ternyata di situ sudah berkumpul banyak sekali orang, yang terdiri dari pendeta dan orang-orang lain berbagai golongan. Di antara orang-orang itu Giok Han lihat Tang Sin Siansu dan Tang Bun Siansu, cepat-cepat dia menghampiri dan berlutut.

In Bwee yang loncat belakangan juga jadi berseru girang: "Suhu !" ketika melihat di samping kanan Tang Bun Siansu duduk Toat-beng-sin-ciang, dia berlutut memberi hormat. Toat-beng sin-ciang juga tak kurang girangnya bertemu dengan muridnya, Dia segera memperkenalkannya kepada ketua Siao-lim-si dan orang-orang gagah lainnya yang berkumpul di situ.

Ternyata, di antara pendeta-pendeta Siao-lim-si itu berkumpul juga ciangbunjin Bu-tong-pai tingkat kedua dan ketiga, juga dari perguruan Ceng-shia-pai, Kaipang dan lain-lainnya. Rumah yang dijadikan tempat pertemuan mereka adalah rumah Tai Po San, seorang murid Siao-lim-si yang kemudian mengundurkan diri dari kalangan kangouw hidup berdagang di kotaraja. Dia merupakan tuan rumah yang sangat ramah dan juga simpatik.

Pihak kerajaan memang memiliki penciuman dan pendengaran sangat tajam, tapi berkumpul di rumah Tai Po San, seorang penduduk kotaraja itu, menyebabkan orang-orang kerajaan tidak mudah membayangi mereka, karena setidak-tidaknya orang-orang kaisar akan menyelidiki dimana jejak dari Tang Sin Hongthio dan yang lain lainnya, mereka tak akan menyangka bahwa mereka bersembunyi di rumah penduduk biasa, justeru yang akan menjadi incaran orang- orang kaisar adalah kuil-kuil maupun tempat, tempat lainnya disekitar kotaraja, dan terlepas dari perhatian mereka bahwa semuanya tertampung di salah satu rumah penduduk di tengah-tengah kotaraja !

Tapi memang Tang Lu Siansu dan yang lainnya tengah berunding mendadak mendengar suara langkah kaki ringan dari dua orang yang berlari lari di atas genting. Gesit sekali Tang Lu Siansu meloncat naik ke atas genting untuk memeriksa, sebab menduga yang datang adalah mata-mata kerajaan. Tapi, bukan kepalang girangnya melihat Giok Han, cepat-cepat dia menyerang untuk menguji kepandaian keponakan murid merangkap sebagai adik seperguruan juga, dan kagumnya semakin bertambah karena sinkang pemuda ini biarpun usianya masih sedemikian muda, telah mencapai tingkat sangat tinggi, dapat dipergunakan dengan leluasa, untuk menangkis dan menarik pulang tenaga sinkangnya begitu mudah, bahkan kuat sekali, sama sekali tidak terpental waktu membentur tenaga serangan Tang Lu Siansu, padahal pendeta ini tadi telah mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya! Tidak kecewa Giok Han telah digembleng oleh Tai Giok Siansu, gurunya.

Orang muda ini benar-benar sudah menjelma seperti seekor naga yang dahsyat luar biasa dan kepandaiannya bisa diandalkan! Berkurang rasa kuatir Tang Lu Siansu mengingat Giok Han memikul tugas yang berat, yaitu harus menghukum murid murtad Tang San Siansu !


Hal ini kemudian juga diceritakan kepada Tang Sin Siansu dan yang lain-lainnya, mereka jadi memuji kehebatan Giok Han. Orang muda ini cepat-cepat merendah, mukanya merah karena merasa malu. Tapi hatinya gembira sekali bisa berkumpul dengan ketua-ketua pintu perguruannya. Kemudian didengarnya keterangan Tan Sin Siansu, bahwa mereka berkumpul di sini justeru hendak menangkap Tang San Siansu.

Tang Bun Siansu sendiri, yang kesehatannya tampak sudah sehat dan sembuh benar dari luka akibat pukulan Liong-beng kun, bilang dengan suara yang sabar: "Sebetulnya lolap sudah mendengar kau diperintahkan suhu untuk menghukum murid murtad Tang San, kami bukan tak percaya akan kesanggupanmu, sute kecil ! Tapi justeru kami menginginkan Tang San dibawa pulang dan nanti kami yang akan mengadili, sebab dosa-dosanya sangat besar!"

"Jika memang tokh dia harus dihukum, lolap minta agar sute kecil mau mengalah, membiarkan lolap yang menghukumnya, karena hampir saja lolap nyaris celaka oleh tangan beracunnya !"

Giok Han cepat-cepat berlutut. "Tentu saja tecu memerlukan petunjuk susiok....!" kata Giok Han tahu diri, biarpun pendeta itu

menyebut dia dengan sute kecil, namun dia tetap menyebut pimpinan pimpinan Siao-lim-si dengan panggilan Susiok, paman guru Dia tidak memanggil dengan sebutan suheng, kakak seperguruan.

Tang Sin Siansu yang menyaksikan ini jadi mengangguk-angguk sambil mengusap-usap jenggotnya yang sudah putih semuanya. "Anak ini benar-benar pandai bawa diri dan kelakuannya sangat baik!" pikirnya.

"Tidak kecewa suhu mengambilnya sebagai murid penutup ! Kepandaiannya juga tidak mengecewakan, biarpun usianya masih demikian muda, suhu tidak keliru bahwa anak ini benar-benar memiliki bakat luar biasa !"

Waktu mendadak Toat-beng-sin-ciang berseru: "Hei orang muda, kau yang bergelar Liong-kak-sin-hiap, bukan?"

Pipi Giok Han berobah merah, dia cepat-cepat membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

"Locianpwe, boanpwei tak berani menyebut gelaran itu di depan locianpwe, karena penggunaan gelaran itu sebetulnya berdasarkan perintah suhuku... jika tidak, tentu aku tak berani memakai gelaran yang sangat... sangat..."

"Sangat luar biasa, bukan ?" memotong Toat-beng-sin ciang sambil tertawa. "Tidak apa apa, kau memang pantas memakai gelaran itu! Biarpun usiamu masih muda, tapi kepandaianmu sudah jarang tandingan ! jangankan dari golongan muda yang sebaya dengan kau, dari tingkatan tua dan kami-kami ini, rasanya sulit buat mengimbangi kepandaianmu !"

"Locianpwe terlalu memuji !" kata Giok Han setelah mengucapkan terima kasih. "Semua ini berkat budi suhu yang sudah mendidik boanpwe."

"Anak ini benar-benar pandai sekali membawa diri!" berseru Toat-beng-sin-ciang. "Senang aku bertemu dengan kau, karenanya aku mau menghadiahkan kau sepotong barang tua yang tak berharga, entah kau mau menerimanya atau hanya akan mentertawakannya, aku tak peduli !"

Setelah berkata begitu Toat beng-sin-ciang mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, ternyata sepotong kayu berwarna coklat tua berkilat, panjangnya cuma satu jengkal tangan, tapi ketika kayu itu ditarik bisa jadi panjang sekali, hampir satu depa !

Rupanya kayu itu memiliki ruas-ruas untuk digulung masuk sehingga bentuknya bisa di pendek-panjangkan dengan leluasa. "Hi hi hi barang tak berharga itu, nama barang ini Liong-kak, yang selama itu kebetulan sekali terjatuh dalam tanganku dan dalam kesempatan ini ingin kuhadiahkan untuk kau sebagai tanda gembiraku !"

Kaget semua orang-orang, tak disangka bahwa Liong-kak benar-benar bisa ada di tangan Toat-beng-sin ciang. Selama ini, banyak orang orang kangouw yang bermaksud mencari benda pusaka itu, yang merupakan pusaka mujijat dan hebat dalam kangouw, tapi sejauh itu tak ada seorangpun yang tahu di mana adanya senjata pusaka tersebut.

Akhir-akhir ini memang dalam dunia kangouw tersiar berita bahwa Toat-beng-sin-ciang menyimpan benda pusaka tersebut, bahkan Cu Lie Seng sendiri pernah perintahkan anak buahnya pergi ke tempat tinggal Toat beng-sin-ciang buat merampas benda pusaka itu, yang paling ditakuti gurunya karena tongkat pusaka Liong-kak jika dipergunakan dengan tepat bisa memusnahkan Liong beng-kun jurus pukulan yang paling diandalkan oleh gurunya.

Giok Han juga kaget tidak terkira, cepat-cepat dia merangkap kedua tangannya memberi hormat. "Mana berani boanpwe menerima hadiah begitu berharga ! Maaf locianpwe, boanpwe tak berani menerimanya maaf..."

Toat-beng-sin ciang tertawa "Kau tidak usah banyak peradatan, aku menghadiahkan barang ini dengan setulus hati bukan dengan maksud-maksud tertentu ! Kukira tongkat ini juga sangai berpaedah sekali jika berada di tanganmu sebab kau akan berhadapan dengan Tang San si keparat jahat itu ?

Dia memiliki ilmu andalah "Liong-beng-kun", dan ilmu ini bisa dipunahkan jika kemaluannya dipukul dengan ujung tongkat yang terbuat dari ramuan biji besi dan biji kayu yang sudah berumur ribuan tahun dan diolah menjadi tongkat ini !

Tanpa tongkat ini, jangan haraf dapat melumpuhkan Tang San, dengan Liong-beng-kun-nya dia seperti menjadi kebal dan tak bisa dilukai oleh senjata apapun juga. Aku bicara demikian bukan ingin bilang kau tak bisa menghadapinya tanpa tongkat ini, namun dengan memakai tongkat Liong kak tentu jauh lebih mudah untuk merobohkan dan memunahkan kekebalan Liong-beng-kunnya ! Ambillah, aku menghadiahkannya untukmu dengan rela dan setulus hati!"

Giok Han sendiri sudah mengetahui manfaat Liong-kak, tapi sejauh itu diapun tidak tahu harus mencari kemana tongkat pusaka tersebut. Gurunya sendiri telah memberitahukan khasiat tongkat pusaka tersebut kalau saja Giok Han bisa memperolehnya untuk melumpuhkan kekebalan badan Tang San Siansu dengan Liong-beng-kunnya tersebut, tapi sejauh itu dia juga tak berhasil untuk mendapatkan pusaka tersebut.

Gurunya telah berpesan juga, untuk memancing Tang San Siansu dia harus mempergunakan gelaran Liong-kak-sin hiap, karena Tang San Siansu sendiri sudah mengetahui satu-satunya senjata yang bisa memunahkan kekebalan tubuhnya dari latihan Liong-beng kun adalah tongkat pusaka Liong-kak.

Namun, menerima hadiah berharga demikian dari Toat beng-sin ciang, tokoh persilatan yang baru sekali ini bertemu, juga melihat nenek tua ini sungguh-sungguh hendak menyerahkan tongkat pusaka itu padanya, membuat dia tidak enak hati menerimanya.

"Maaf locianpwe, boanpwe benar-benar tidak berani menerima hadiah yang demikian berharga, biarlah nanti locianpwe mempergunakan untuk memunahkan kekebalan Lioag-beng-kun Tang Sin... baru nanti boanpwe yang merobohkannya".

Toat-beng sin kun tertawa bergelak-gelak. "Anak baik, anak baik!" pujinya. "Ternyata jiwamu bersih dan baik sekali, tidak jadi tamak melihat barang bagus ini!"

Kemudian Toat-beng sin-ciang menoleh kepada Tang Sin Siansu, hongthio Siao lim si, tegurnya: "Tai-su, mengapa kau masih tidak perintahkan sute kecilmu agar menerima barang tak berharga ini dariku? Apakah benar-benar demikian tak berharganya barangku ini, membuat sute kecilmu itu segan menerimanya ?"

Tang Sin Siansu tersenyum, dia melihat Toat-beng-sm-ciang sungguh-sungguh hendak menghadiahkan barang pusaka itu pada sute kecilnya, memang pusaka inipun diperlukan sekali oieh Giok Han untuk menghadapi Tang San si murid murtad, maka ketua Siao-lim-si ini kemudian bilang dengan suara sabar: "Giok Han, terimalah hadiah lotai-po . . . .!"

Menerima perintah hongthionya, Giok Han tidak berani banyak rewel lagi, menyambuti tongkat pusaka itu dan mengucapkan terima kasih kepada Toat-beng-sin-ciang. Hati Giok Han girang bukan main, harapannya jadi besar untnk bisa merobohkan Tang San Siansu. Dengan tongkat pusaka Liong kak ada di tangannya, bagaimana tangguhnya Tang San Siansu sudah tak berarti apa-apa lagi buat Giok Han.

Toat-bengsin-ciang kemudian asyik bercakap-cakap dengan Cang In Bwee, murid tunggalnya. Kesehatan Toat-beng-sin-ciang sudah mendapat kemajuan yang pesat, karena sudah hampir seminggu dia bertemu dengan Tang Sin Siansu yang sudah membantunya untuk menyembuhkan lukanya dengan menotok beberapa titik jalan darah terpenting dibadannya, sehingga sekarang biarpun belum keseluruhan lukanya itu setnbuh, tapi sebagian besar memang telah sembuh, tinggal beristirahat selama satu bulan dan tubuhnya akan pulih sehat seperti sebelumnya.

Tang Sin Siansu berhasil menemukan cara pengobatan dan penyembuhan buat korban totokan Liong-beng-kun, sebab selama bertahun-tahun terakhir ini dia memutar otak dan berusaha sekuat tenaganya untuk menyembuhkan Tang Bun Siansu.

Usahanya berhasil dengan beberapa totokan tertentu, diiringi oleh tenaga sinkang yang diperhitungkan benar, ditambah juga dengan beberapa pil ramuannya, maka Tang Bun Siansu bisa disembuhkan Kini Toat beng-sin ciangpun yang terluka tidak parah akibat pukulan Liong-bengkun yang di lakukan Tang San Siansu, dapat disembuhkan juga. Pada Toat-beng-sin ciang di bagi lima pil berwarna merah darah ramuan yang dibuat sendiri oleh Tang Sin Siansu. Setiap satu minggu Toat beng-sin-ciang harus menelan sebutir pil itu, dan jika kelima pil itu sudah di telan semuanya dalam satu bulan kesehatan badan Toat beng-sin-ciang pulih utuh tanpa mendapatkan akibat-akibat buruk pukulan Liong-beng kun !

Bahyak yang diceritakan Cang In Bwee, pengalamannya sedang berkelana seorang diri dalam kangOuw, sebagai orang yang berpengalaman Toat-beng-sin ciang segera mengetahui bahwa muridnya mencintai Giok Han, diam-diam dia girang, karena sang guru setuju dengan pilihan hati muridnya.

Mereka yang berkumpul di rumah Tai Po San segera berunding membicarakan rencana mereka untuk menghadapi Tang San Siansu. yang mempunyai kaki tangan banyak sekali dan juga kaisar maupun Cu Bian Liat sebagai tulang punggungnya, di samping memang kepandaian Tang San Siansu sangat tangguh.

Giok Han waktu itu tengah memperhatikan dengan perasaan kagum pada tongkat Liong-kak, yang berukuran pendek setelah ruas-ruasnya didorong masuk, terukir indah sekali. Sungguh benda pusaka yang luar biasa.

Waktu Giok Han mencekalnya, dia merasakan getaran ajaib dari tongkat ini, dan dia coba mengempos sinkangnya, tongkat itu seperti tergetar, mendadak saja, tanpa ditarik lagi tongkat itu terpental menjadi panjang ! Ujung tongkat menghantam tepi meja di mana tersedia makanan dan minuman untuk para tamu, meja itu berukuran besar, tapi kena tersentuh perlahan oleh ujung tongkat itu, segera meja itu terjungkir dan terbalik, membuat orang-orang yang duduk mengelilingi meja tersebut meloncat untuk menghindari diri dari tubrukan meja.

Cuma Tang Sin Siansu yang berdiri sambil mengulurkan kedua tangannya, kedua telapak tangannya menahan meja itu dan meja tersebut tidak sampai terbalik, jatuh kembali pada posisi semula, namun pada bagian tengah meja itu telah pecah dua dan meja kemudian ambruk!

Seluruh perabotan makan di atas meja jatuh berantakan di lantai Sungguh sinkang yang bukan main dahsyatnya, Tang Sin Siansu bermaksud mencegah meja itu terbalik, tapi tak disangkanya tenaga mengungkit dari ujung tongkat pusaka Liong-kak demikian dahsyatnya, sehingga dua tenaga dalam yang kuat sekali saling beradu dan yang jadi korban adalah meja itu sendiri yang menjadi pecah dua pada tengahnya.

Semua orang yang ada di dalam ruang tersebut jadi tertegun memandang kagum apa yang terjadi, pertama-tama mereka terkejut metihat ketangguhan tenaga dalam Giok Han dengan tongkat pusaka Liong kak di tangan-nya, tadi hanya sedikit dan perlahan sekali meja tersentuh oleh ujung tongkat Liong-kak tetapi begitu hebat kesudahannya, meja terangkat hampir terpental.

Yang membuat mereka jadi lebih kagum lagi adalah Hongthio Siao lim-si yang dengan mempergunakan tenaga dua telapak tangannya dapat menahan meja tersebut, sehingga saking kuatnya dua tenaga dalam Giok Han dan Tang Sin Siansu. meja itu yang jadi korban pecah dua di tengahnya.

Giok Han sendiri tidak kurang kagetnya cepat-cepat dia menjatuhkan diri berlutut didepan hongthio Siao-lim-si "Ampuni tecu, hongthio, tadi semuanya terjadi di luar keinginan tecu ! Tecu bersedia menerima hukuman seberat-beratnya dari hongthio...!"

Tang Sin Siansu tersenyum. "Bangunlah Han-ji, kami mengetahui dan memaklumi akan hal itu. Bahkan seharusnya kami bersyukur dan bergirang hati melihat suhu telah berhasil menggembleng kau benar-benar menjadi seorang yang berkepandaian sangat tinggi! Tadi tanpa sengaja kau telah memperlihatkan sinkang yang berhasi kau latih, dan sekarang kami boleh berlapang hati atas tugasmu yang harus menghukum murid murtad dari pintu perguruan kita, yaitu Tang San !

Terus terang saja sebelumnya kami masih ragu-ragu dan kuatirkan keselamatan dirimu, kami tak menyangka bahwa kemajuan yang kau peroleh demikian cepat. Usiamu demikian muda, tapi kepandaianmu sudah mencapai tingkat yang benar-benar berada di luar dugaan kami !"

Girang Giok Han, dia juga menyadari betapa kekuatan tenaga dalamnya seperti bertambah beberapakali lipat jika mempergunakan tongkat pusaka yang memiliki getaran ajaib, yang dapat menyalurkan kekuatan sinkangnya pada ujung tongkat, dari hasilnya memang sangat luar biasa ! Yang lain-lainnya segera memberikan ucapan selamat kepada Giok Han, mereka yakin Giok-Han bisa menghadapi Tang San Siansu, karena mereka telah melihat bahwa Tai Giok Siansu, guru mereka, benar-benar berhasil menggembleng orang muda ini menjadi sangat tangguh seperti naga perkasa saja.

Jago-jago dari pintu perguruan lain sangat kagum dan takjub, karena Siao lim-si benar benar bukan nama kosong, orang muda ini saja sudah tergembleng demikian tangguh. Mereka semakin menghormati Siao lim-si dan menaruh rasa segan.

ooooOoooo

Malam belum begitu larut, di ruang kerja Cu-kongkong tampak thaykam yang akhir-akhir ini merupakan orang paling berkuasa di seluruh daratan Tionggoan setelah Kaisar, tengah sibuk mengatur segala keperluan, menumpas para pemberontak.

Laporan terakhir yang diterimanya sore tadi menyatakan bahwa pasukan rakyat Thio Hong Gan sudah maju sampai ke Sucoan dan menyerang tiga kota lagi yaitu Huan go To liong dan Kang-uh.

Tiga kota itu memang kecil dan penduduknya tak begitu banyak, namun letaknya merupakan kedudukan sangat strategis untuk maju ke kotaraja, ini merupakan ancaman buat pihak kerajaan. Karena itu Cu kongkong tengah mengeluarkan perintah-perintahnya kepada beberapa orang jenderal perang kerajaan untuk menumpas pemberontakan itu lebih ketat lagi dengan mengerahkan 100.000 pasukan tentara tambahan di garis depan.

Ransum untuk para tentara juga sudat diatur pengirimannya, dalam jumlah cukup, bahkan berlebihan, karena ransum memegang peranan utama dalam suatu peperangan.

Cu kongkong menyadari benar akan hal itu.

Kepada jenderal Hoan Yu telah diperintahkan dengan keras dan tegas oleh Cu-kongkong, dalam waktu dua bulan harus dapat menumpas para pemberontak, atau setidak-tidaknya memukul mundur pasukan pemberontak dan merebut kembali tiga kota Buao go, To-liang dan Kang uh.

"Ingat, jika hal ini gagal, berarti kau akan dicopot dari kedudukanmu sekarang dan dipindahkan ke Sinkiang !" memberitahukan Cu-kongkong dengan sikap tawar pada Jenderal yang terkenal tangguh, dalam peperangan, merupakan macan paling ampuh buat pasukan pemberontak. Dimajukan jenderal ini karena memang keadaan sudah mendesak benar.

"Jangan kuatir, kongkong, dalam waktu yang diberikan kongkong, pasti ketiga kota itu sudah kita rebut kembali ! Jika memungkinkan nantipun akan kuhadiahkan pada kongkong kepala Thio Hong Gan !" berjanji jenderal tersebut.

"Bagus! Malam ini juga bawalah pasukan ke Sucoan!" mengangguk Cu-kongkong.

Jenderal itu keluar dari kamar kerja Cu-kongkong, thaykam itu menggeliat, tubuhnya penat sekali, karena seharian ini dia benar-benar sibuk dan sangat melelahkan. Datang laporan dari pengawalnya tentang kedatangan Tang San Siansu.

Sebetulnya Cu-kongkong sudah mau beristirahat, namun terhadap Tang San Siansu memang ada rasa segan dan hormat, maka dia mempersilahkan tamu itu menemuinya. Tang San Siansu memberi hormat sambil bilang: "Hongkong tentu sudah mempertimbangkan permohonanku yang dimajukan kemarin pagi ?"

"Duduklah, taisu," kata Cu-kongkong sambil mengawasi pendeta ini. Orang ini merupakan andalannya untuk menghadapi orang-orang kangouw, selain kepandaiannya sangat tinggi, juga Tang San Siansu bisa diharapkan menguasai seluruh jago-jago kangow, berarti dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi pihak kerajaan.

Menjadi kenyataan yang tak dapat ditolak lagi, kalau jago-jago kangouw berpihak pada pemberontak dan membantu perjuangan Thio Hong Gan, niscaya pihak kerajaan akan menghadapi kesulitan tak kecil, dimana pasukan perang Thio Hong Gan pasti jauh bertambah kuat beberapakali lipat dari sekarang !

Dalam peperangan memang bukan ditentukan oleh ilmu silat, tapi oleh taktik dalam peperangan tersebut. Tetapi pasukan perang yang terdiri dari orang-orang yang tangguh dan berkepandaian tinggi, niscaya ditambah dengan taktik peperangan yang ampuh, niscaya pihak kerajaan mengalami ancaman yang cukup mengerikan!

Tang San Siansu duduk di hadapan Cu-kongkong, tampak tak sabar. Tapi waktu melihat Cu kongkong mengangguk dengan wajah berseri, muka Tang San Siansu juga jadi terang.

"Mengenai permohonan taisu sudah kupertimbangkan, dan alasan-alasan yang dikemukakan taisu memang dapat diterima ! Hanya yang ingin kutanyakan pada taisu, yaitu saatnya, waktunya yang kukira tidak terlalu tepat."

"Maksud kongkong ?"

"Sekarang ini pasukan perang Thio-Hong Gan sudah maju sampai Sucoan dan telah berhasil merampas tiga kota di sebelah barat, kami sedang mengerahkan tambahan pasukan 100.000 orang, juga telah mengutus Jenderal Hoan Yu untuk memperkuat garis depan pertahanan kita, guna memukul mundur pasukan pemberontak dan merebut kembali tiga kota tersebut.

Kalau usaha ini gagal, di waktu mendatang pasti kesulitan yang kita hadapi jauh lebih besar lagi, sebab pasukan pemberontak dari Sucoan dengan menguasai tiga kota di sebelah barat, jauh lebih mudah maju untuk ke kotaraja ! Bahaya yang mengancam sebetulnya tidak kecil, karena itu keinginan taisu untuk membawa beberapa pahlawan istana dan teman-teman lainnya yang semuanya justeru memiliki kepandaian tinggi dan sebetulnya bisa dimanfaatkan untuk memperkuat pasukan Hoan Yu menghalau pemberontak di Sucoan. ingin dibawa oleh taisu ke Siao-lim si, itulah yang membuat aku harus mempertimbangkannya dengan semasak-masaknya dan belum memberikan keputusan sampai siang tadi !"

"Ooooh, kongkong rupanya keliru menanggapi situasi !" kata Tang San Si-ansu. "justeru lolap juga telah mengetahui perihal majunya pasukan Thio Hong Gan yang berhasil menguasai Sucoan, karenanya lolap memajukan permohonan untuk membawa kawan-kawan yang semuanya memiliki kepandaian tinggi guna menguasai Siao-lim si, memaksa mereka menyerah dan memberikan kedudukan ciangbunjin dari pintu perguruan tersebut kepada Seng ji. Jika usaha itu berhasil, maka tak ada kesulitan lagi menghimpun orang-orang kangouw guna dari Tiang-pek berangkat ke Sucoan memotong jalan dari sebelah Utara, dalam waktu setengah bulan kami sudah bisa tiba di sana, dan bukankah dengan demikian sangat membantu usaha Hoan Yu menghalau pasukan pemberontak dari Sucoan ?!"

Cu-kongkong berseri-seri dan menepuk tangan. "Bagus! Bagus ! Taisu memang pembantuku yang terbaik dan kelak jika semuanya telah beres pasti akan kulaporkan pada hongsiang tentang jasa-jasa yang telah taisu dirikan ! Baiklah, kululuskan permohonan taisu, kapan kalian hendak berangkat ke Siongsan ?"

"Dua hari lagi, kami tengah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk perbekalan dan pasukan tentara kerajaan ysng mungkin berjumlah 1000 orang. Tapi mereka bukan pasukan biasa, lolap mohon kongkong mengijinkan lolap membawa 1000 Kim-ie-wie Gi-lim-kun, dengan demikian biarpun jumlahnya cuma 1000 orang, tapi mereka bisa melakukan sesuatu untuk mengatasi murid-murid Siao-lim-si. Sengaja lolap membawa Kim-ie-wie Gi-lim-kun, karena mereka semua merupakan orang-orang yang berkepandaian lumayan, dengan demikian mereka tak mudah dirubuhkan oleh murid-murid Siao-lim si, jika mereka membangkang dan tak mau menyerah ! Lain jika lolap membawa pasukan terdiri dari tentara biasa mereka tentu mudah sekali dilumpuhkan oleh murid murid Siao lim-si "

Cu-kongkong sekali ini tidak banyak rewel, segera meluluskan permintaan Tang San Siansu, "Taisu atur saja semuanya, dan aku hanya bantu berdoa untuk sukses yang bisa taisu capai, semoga usaha besar taisu berhasil dengan gemilang, jasa ini sangat besar untuk kerajaan, hongsiang pasti menganugrahi penghargaan yang sebesar-besarnya pada taisu !"

Senang Tang San Siansu, dia mengawasi saja Cu-kongkong telah menulis sepucuk firman, yang akan dibawa oleh Tang San Siansu, isi firman itu perintahkan pendeta-pendeta Siao-Lim-si menyerahkan diri baik baik pada Tang San Siansu dan juga kedudukan Ciangbunjin pintu perguruan itu diserahkan kepada Cu Lie Seng, jika memang menolak perintah ini, maka pihak kerajaan menganggap Sino lim-si sebagai pemberontak yang harus dibasmi habis.

Selesai menulis firman itu, Cu-kongkong segera rnencapnya dengan cap kerajaan, memang selama ini setiap firman Kaisar semuanya dibuat oleh Cu-kongkong, karenanya dia pribadipun mudah sekali mengeluarkan firman untuk menghukum orang yang tak di senangi tanpa setahu kaisar!

Itulah sebabnya, biarpun banyak pembesar kerajaan maupun jenderal-jenderal yang tak menyukai Cu-kongkong, namun mereka tak berani memperlihatkan perasaan tak senang pada thay-kam yang seorang ini dan paling berkuasa, sebab sekali saja Cu-kongkong mengetahui ada salah seorang pembesar kerajaan atau jenderal yang tak menyukainya, betapapun besar kesetiaan dan jasa dari pembesar dan jenderal itu, pasti akan dijatuhi hukuman mati sekeluarga, dengan keluarnya firman yang dibuat Cu-kongkong pribadi, mengatas namakan Kaisar !

Tang San Siansu menerima firman tersebut dari Cu kongkong dan mengucapkan terima kasih. Diapun mengundurkan diri.

00000O00000

Udara semakin dingin, tanpa setahu Cu-kongkong maupun penghuni istananya yang lain, waktu itu beberapa sosok tubuh berkelebat, dan mendekati jendela kamar yang ada di sebelah timur. Tapi, beberapa sosok bayangan tersebut kecele, di dalam kamar itu cuma tampak beberapa orang pelayan wanita yang sedang bergurau. Bukan orang yang mereka cari.

Dengan hati-hati beberapa sosok tubuh itu menyelinap ke ruang berikutnya di istana Cu-kongkong. Sosok tubuh yang bergerak lincah dan gesit semuanya berjumlah enam orang, mereka masing-masing berkepandaian tinggi. Yang seorang berpakaian sebagai pendeta, dia tak lain Tang Lu Siansu.

Sedangkan yang seorang lagi tidak lain Toat-beng-sin ciang. Di depan mereka ber-lari-lari lebih dulu Giok Han dan Tang Sin Siansu, hongthio Siao lim-si. Paling depan lagi yang dua orang adalah Tang Bun Siansu berdua Cang In Bwee !

Enam orang ini masing-masing memiliki kepandaian tinggi yang paling lemah cuma Cang In Bwee seorang. Mereka bertekad malam ini juga membinasakan Cu kongkong, karena tadi mereka telah menerima laporan dari mata-mata yang mereka tempatkan di sekitar istana Cu-kongkong, yaitu dua orang murid Tai Po San, bahwa Cu-kongkong telah perintahkan jenderal Hoan Yu untuk pergi ke Sucoan, membasmi pemberontak yang di pimpin Thio Hong Gan.

Semua orang terkejut, sebab mereka tahu Hoan Yu merupakan jenderal yang pandai dan tangguh, dengan perginya jenderal itu ke garis depan di Sucoan dengan membawa 100.000 pasukan tentara membantu kekuatan tentara kerajaan yang sudah ada di sana, Thio Hong Gan dan orang-orangnya mengalami atcaroan tak kecil.

Setelah berunding sejenak, mereka memutuskan malam ini juga harus membunuh Cu-kongkong. Memang tidak mudah membunuh kebiri itu, yang pasti setiap menit dan setiap detik dikawal ketat sekali oleh orang-orang berkepandaian tinggi.

Tapi, jika Cu-kongkong tidak dibunuh, niscaya usaha besar Thio Hong Gan memperoleh rintangan besar sekali. Dengan terbunuhnya thaykam tersebut, rencana keberangkatan Hoan Yu pasti berobah, atau setidak-tidaknya ditunda, sehingga Thio Hong Gan bisa maju lebib jauh.

Besar harapan semua orang, terbunuhnya Cu kongkong maka pertahanan pemerintah juga bisa bertambah lemah, ini bisa menguntungkan sekali bagi Thio Hong Gan, yang usaha besarnya tampak tengah mendapat kemajuan sangat pesat, karena kota demi kota telah dapat dirampas oleh pasukannya, biarpun kota-kota kecli, namua besar manfaatnya untuk medan pertahanan pasukan Thio Hong Gan dari gempuran pasukan kerajaan.

Tugas untuk coba membunuh Cu-kongkong bukanlah pekerjaan mudah karena itu diputuskan Tang Sin Hongthio sendiri yang akan turun tangan, bahkan ikut bersamanya Tang Bun Siansu, Tang Lu Siansu, Giok Han, Toat-beng-sin-ciang dan Cang ln Bwee. Mereka yakin, berenam teatu bisa berhasil dengan usaha mereka.

Semula rencana keberangkatan mereka cuma berlima, tanpa Cang In Bwee, tapi gadis ini merengek dan memaksa hendak ikut serta, akhirnya Tang Sin Siansu tidak sampai hati menolak gadis itu ikut serta dengan mereka, meluluskannya untuk ikut bersama mereka cuma berpesan jika keadaan berkembang tidak baik untuk rombongan mereka, Cang In Bwee harus cepat-cepat meninggalkan istana Cu-kongkong, karena kepandaian gadis ini yang paling lemah di antara mereka.

Cang In Bwee berjanji akan memenuhi permintaan Tang Sin Siansu cuma di dalam hatinya mendongkol bukan main: "Hm, kau kira aku si pengecut yang akan simpan ekor jika menghadapi bahaya ? Biarpun harus mati dengan tubuh terpotong-potong aku tak akan lari menyelamatkan diri ! Mati sebagai seorang gagah jauh lebih berharga dari melarikan diri !"

Tapi pikirannya itu tidak diutarakannya, dia cuma berdiam saja, karena kuatir dirinya tak diajak serta. Sedangkan Ciangbunjin Bu-tong-pai dan juga orang-orang dari golotigan lainnya, menunggu di rumah Tai Po San, mereka hanya akan ikut untuk membunuh Tang San Siansu.

Lagi pula hal ini telah dipertimbangkan sebaik-baiknya oleh Tang Sin Siansu, jika mefeka pergi dengan rombongan terlalu besar, niscaya pihak musuh akan lebih cepat mengetahui kedatangan mereka. Semua orang akan bisa mengerti atas pertimbangan Tang Sin Siansu dan tak memaksa ikut serta.

Tiba diistana Cu-kongkong keadaan di situ sangat sepi hanya tampak beberapa pengawal yang tengah melakukan tugas menjaga dengan pengawalan ketat pada istana thaykam tersebut. Cuma saja kepandaian keenam orang ini sangat tinggi, mudah saja mereka melewati penjagaan tersebut, masuk ke dalam istana Cu-kongkong, Sekarang yang membuat mereka jadi agak bingung justeru tak mengetahui di mana kamar thaykam tersebut.

Giok Han hendak menawan seorang pengawal istana, untuk memaksa memberikan keterangan tentang letak kamar Cu-kongkong namun Tang Sin Siansu melarangnya, menurut Tang Sin Siansu lebih baik mereka menawan seorang pelayan istana thaykam ini, dari pada menawan pengawalnya.

Seorang pelayan tentu jauh lebih mengetahui tentang keadaan di istana ini. Usul itu disetujui semua orang. Namun, waktu mereka hendak menangkap seorang pelayan yang berada di ruang tengah sedang membawa nampan yang berisi teko air dan beberapa camilan, mendadak Tang Sin Si-nsu berbisik: "Bersembunyi...!"

Semua orang bersembunyi dan mengawasi. Ternyata dari belakang pelayan itu sedang mendatangi seseorang yang membuat hati mereka berdeyut. itulah Tang San Siansu, yang baru keluar dari kamar kerja Cu-kongkong dengan hati gembira, karena permohonannya sudah disetujui oleh Cu-kongkong, dia sedang melangkah cepat-cepat untuk pulang memberitahukan teman temannya bahwa dua hari lagi mereka berangkat ke Siao-lim-si

Sebetulnya, kalau saja waktu itu Tang Sin Siansu tetap diam di tempat mereka berada, pasti Tang San Siansu tak melihat mereka karena terlindung oleh selapis dinding tembok yang tebal juga sebuah lemari yang tinggi, namun akibat Tang Sin Siansu berbisik agar semua orang bersembunyi, Cang In-Bwee yang ke susu hendak menyender di tembok telah melakukan gerakan yang menimbulkan suara berkeresek.

Tang San Siansu memiliki pendengaran sangat tajam, karena itu matanya segera melirik dan dia melihat ada yang tidak beres di situ, karena disudut tembok masih ada bayangan kepala beberapa orang yang terlihat olehnya !

Timbul kecurigaannya, tidak biasa pelayan-pelayan istana Cu-kongkong akan berdiam di tempat itu, karena batas dinding tembok itu tak ada jalan untuk pergi ke jurusan ruang lainnya, tetap harus melalui sebelah kanan, dia sangar cerdik, biarpun sudan bercuriga tetap saja melangkah keluar dari ruangan tersebut, tanpa menimbulkan gerakan apa pun juga.

Tapi, waktu tiba di ruangan berikutnya, Tang San Siansu sudah memutar badannya dan masuk kembali keruangan tadi ! Tang Sin Siansu dan lainnya girang melihat Tang San Siansu sudah pergi, karena dengan demikian tugas mereka tidak terlalu berat buat menyelesaikan Cu Bian Liat, nanti setelah membereskan thay-kam ini barulah mereka membereskai Tang San Siansu. Mereka keluar dari tempat persembunyian.

Giok Han cepat sekali meloncat akan mencekal lengan pelayan yang membawa nampan minuman, ingin di seret ke sudut ruangan itu, guna di kompas keterangannya.

Namun, waktu badan Giok Han meluncur di tengah udara ingin mencekal lengan pelayan itu, justeru dari arah samping kanannya menyambar angin pukulan sangat kuat, sehingga orang muda ini kaget tak terkira.

Dia batal mencekal lengan pelayan yang sudah kaget dan ketakutan menjerit nyaring, sedangkan tangan kanan Giok Han sudah menangkis pukulan orang yang membokongnya. Tapi waktu tangannya saling bentur dengan pembokongnya, badan Giok Han tergetar, terpental ke samping, kemudian terputar hampir saja jatuh di lantai.

Untung Giok Han cepat memusatkan sinkangnya sehingga kuda-ku-danya kuat menancapkan kedua kakinya di lantai.

Cuma, begitu melihat orang yang membokongnya, Giok Han terkejut, orang itu tidak lain Tang San Siansu. Rasa kaget Tang San Siansu juga tak terkira. Dia mengenali si pemuda. Dan baru saja dia mau membentak, justeru ada tiga serangan yang kuat sekali dari belakangnya, waktu Tang San Siansu menangkis ke belakang, hatinya mencelos, tenaga serangan itu sama-sama kuatnya, membuat dia terdorong dua langkah, ltu masih mending, yang membuat Tang San Siansu lebih kaget, sehingga kuda-kudanya goyah dan dia terhuyung mundur, sebab mengenali ketiga orang yang menyerangnya !

Yang seorang adalah Toat-beng-sin-ciang, ini tak terlalu mengejutkannya. Tapi yang benar-benar membuat Tang San Siansu kaget setengah mati di depannya juga berdiri Tang Sin Siansu dan Tang Bun Siansu ! Di belakang Tang Sin Siansu juga berdiri Tang Lu Siansu !

Dua hari lagi dia akan mengajak kawan-kawannya untuk menyatrori Siao-lim-si merampas kedudukan Ciangbunjin, tapi siapa tahu sekarang tokoh-tokoh Siao-lim-si sudah muncul di depannya. Tentu saja hal ini membuatnya kaget, apalagi melihat Tang Bun Siansu, yang tampak sudah sehat dan pulih dari lukanya !

Tapi, sebagai seorang yang telah mencapai tingkat sangat tinggi, Tang-San Siansu tak gentar, perasaan kagetnya hilang, cepat sekali ia dapat menguasai dirinya. Dengan tertawa dingin dia bilang: "Aha, tak tahunya kalian yang datang !? Sungguh kebetulan ! Memang tak lama lagi aku ingin pergi menemui kalian, untuk menyampaikan firman Kaisar, supaya kalian mau baik-baik menyerahkan kedudukan Ciang bunjin kepada muridku ! Tang Sin, apakah kau masih ingat hubungan kita antara suheng dan sute? Kalau kau kau mau menghormat suhengmu, aku tak akan mengecewakan kau, akan kuperlakukan kau dengan sebaik-baiknya ! Tapi ingat, jika kau coba coba membangkang serta menentangku, kau akan menyesal !"

Tang Sin Siansu mengawasi dingin pada bekas suhengnya.

"Tang San murid murtad! Kedatangan kami sekali ini untuk menghukum kau ! Baik-baiklah, serahkan dirimu agar kami bawa pulang ke Siong-san, di mana kau akan kami adili !"

Tang San Siansu tertegun sejenak, tapi kemudian tertawa bergelak-gelak nyaring sekali membuat ruangan itu tergetar, dia marah bukan main mendengar kata-kata Tang Sin Siansu.

"Kau sudah berani lancang bicara seperti itu pada suhengmu?" tegurnya bengis.

"Kau bukan suheng kami lagi ! Terhadap pintu perguruan sudah kau khianati, kau murid murtad, dan janganlan bicara lagi persoalan tingkat kita antara suheng dan sute karena kau sudah dipecat oleh suhu ! Kami justeru mendapat tugas untuk menghukummu!"

Waktu Tang Sin Siansu bicara pada Tang San Siansu Tang Bun Siansu mendekati Giok Han, berbisik: "Pergilah kau mencari tempat Cu Bian Liat, bunuhlah dia! jeritan pelayan ini pasti mengundang para pengawal istana yang datang tak lama lagi, cepat kau pergi! Jika Cu Bian Liat nanti menyembunyikan diri, usaha kita malam ini pasti gagal dan selanjutnya jauh lebih sulit lagi buat membunuh thaykam keparat itu! Tang San serahkan pada kami saja ! Pergilah !"

Giok Han sangat cerdas, dia mengerti maksud Tang Bun, jika dia berada di situ saja tokh tak berarti terlalu besar untuk rombongan mereka, sebab Tang Sin Siansu beramai juga memiliki kepandaian tinggi, belum tentu Tang San Siansu dapat merobohkan hweshio-hweshio Siao-lim-si tersebut, sedangkan yang paling utama untuk kedatangan mereka ke istana Cu Bian Liat ialah membunuh thaykam tersebut.

Jika nanti para pengawal sudah datang, tenru lebih sulit lagi untuk mencari kamar Cu Bian Liat atau kemungkinan thaykam itu sudah melarikan diri dan bersembunyi di suatu tempat.

Giok Han tidak bilang apa-apa, cuma mengangguk dan tubuhnya seperti terbang loncat menyambar tangan pelayan yang sedang ketakutan dan ingin lari keluar dari ruangan itu.

Tang San Siansu awas matanya melihat Giok Han loncat kepada pelayan itu, ia membentak bengis: "Hei, mau kemana kau ?!"

Tangan kanannya sudah menyambar akan menghantam punggung Giok Han. Tapi Tang Sin Siansu tidak tinggal diam, pendeta sakti hongthio Siao lim-si ini telah mengibas lengan jubahnya, tangan Tang San Siansu disampoknya, kuat bukan main.

Tenaga mereka sama kuatnya, bahkan Tang San Siansu lebih menang setingkat, sebab ia memakai Liong-beng-kun yang terlatih sangat baik, karenya jika Tang San Siansu mundur dua langkah, Tang Sin Siansu sampai tujuh langkah dengan muka pucat sambil membentak:


"Tang San murid murtad, sekali ini kau haus menerima hukuman seberat-beratnya ! Dulu licik sekali kau mencelakaiku, sskarang saatnya kita lihat siapa yang lebih kuat dan diantara kita !" Tang Bun Siansu sekaligus menggunakan dua tangannya menyerang berantai sebanyak enam pukulan!

Tang San Siansu terpaksa melayani Tang Bun Siansu. ditambah Tang Lu Siansu dan Tang Sin Siansu juga meloncat maju mengepungnya. Giok Han yang berhasil mencekal lengan pelayan itu, segera loncat ke atas genting sambil menenteng pelayan itu berlari-lari cepat sekali meninggalkan tempat tersebut, tangan kirinya menotok titik jalan darah gagu pelayan itu, sehingga selanjutnya tak bisa menjerit lagi. Giok Han akan memaksa pelayan itu supaya memberitahukan di mana kamar Cu Bian Liat.

Cang In Bwee berseru: "Han-koko, aku ikut kau!" Dan badannya segera melesat ke atas genting untuk ikut serta dengan Giok Han.

Tang San Siansu mengamuk hebat sekali, sepasang tangannya menyambar-nyambar bercuitan seperti cakar-cakar naga yang hendak mencengkeram korbannya.

Dia benar-benar tangguh, biarpun dikepung Tang Sin Siansu, Tang Lu Siansu dan Tang Bun Siansu, tetap tak memperlihatkan tanda-tanda dia jatuh di bawah angin.

Toat beng sin-ciang yang sakit hati karena pernah dilukai oleh Tang San Siansu, dengan Liong-beng-kunnya dan nyaris jiwanya melayang kalau tak ditolong oleh Tang Sin Siansu, tak bisa menahan diri juga.

Tak peduli melihat Tang San Siansu sudah dikepung tiga orang pendeta Siao-lim-si, dia juga menerjang maju dengan pukulan-pukulan kedua tangannya yang kuat sekali, membuat Tang San Siansu semakin berat menerima serangan empat orang yang masing-masing berkepandaian tinggi tersebut.

Waktu itu terdengar suara ramai-ramai, muncul belasan orang pengawal, karena mereka mendengar suara ribut-ribut.

Segera mereka menyerang Tang Sin Siansu dan kawan-kawannya. bersama para pengawal itu ikut serta Thio Yu Liang, kaget tak terkira dia melihat tokoh-tokoh Siao-lim-si berada di situ dan sedang mengepung Tang San Siansu.

Maka tak buang waktu lagi dia telah mengayunkan pedangnya diiringi bentakannya: "Tangkap pemberontak-pemberontak itu !" dia menyerang pada Tang Lu Siansu dengan tikaman pedang yang beruntun sampai tujuh kali. Dia ahli kiam-khek ternama, jurus yang dipergunakannya mematikan dan lihai sekali.

Tang Lu Siansu juga tak berani meremehkannya, pendeta ini segera menyelamatkan dirinya dengan beberapakali loncatan menjauhi diri dari Thio Yu Liang. Tapi pedang Thio Yu Liang sudah menyambar pada Tang Bun Siansu, mengincar ulu hati dan jantung.

"Tang Sin Suheng, hadapi murid murtad itu, biarlah anjing kaisar ini kubereskan ! " Sambil berkata begitu secepat kilat tubuh Tang Bun Siansu berkelebat beberapakali, selain menghindarkan tikaman pedang Thio-Yu Liang, tangannya meayerang lawannya.

Kaget Thio Yu Liang, sekarang dia menyadari betapapun juga pendeta-pendeta Siao lim-si ini memang tak bernama kosong, sangat lihai. Pedangnya tetap menyambar akan menabas tangan Tang Bun Siansu.

Tan Bun Siansu dalam gusarnya sudah mengulurkan tangannya untuk menghantam kepala Thio Yu Liang, dia melihat datang pedang lawan, tangannya tidak ditarik pulang, melainkan diputar ke bawah dan tahu-tahu sudah menjepit batang pedang Thio Yu Liang.

Jepitan jari tangannya kuat sekali seperti japit besi, Thio Yu Liang kaget tak terkira, doa mengempos lwekangnya untuk membetot pedang itu, tapi gagal. Waktu itu Tang Bun Siansu menghantam dengan tangan kirinya:

"Bukkkkk !" kuat bukan main, sangat menakjubkan, telapak tangan itu sudah mengenai telak sekali dada Thio Yu Liang. Badan congkoan Gi-lim-kun itu terpental keras dengan mata terbuka lebar-lebar seperci tak percaya di dunia ada pukulan yang bisa datang begitu cepat, kemudian mulutnya terbuka, menyemburkan darah. Pedangnya telah dilepas karena jepitan jari tangan Tang Bun Siansu kuat sekali dan dia sedang kesakitan, dadanya terpukul seperti remuk, waktu itu Tang Bun sudah menghentak tangan kanannya, pedang yang dijepit jari tangannya segera berbalik meluncur pesat menancap tepat di dada Thio Yu Liang, menancap dalam sekali.

Mata Thio Yu Liang terbuka lebar-lebar seperti memancarkan sinar yang menyatakan bahwa dia menyesal. Dan memang, dia menyesal karena tak disangkanya Tang Bun Siansu yang pernah dilukai oleh Tang San Siansu dengan Liong-beng-kunnya, ternyata sudah memperoleh kemajuan demikian hebat kepandaiannya. Kecepatan menimpukkan pedang yang dilakukan Tang Bun Siansu juga luar biasa sekali, melebihi cepatnya suara.

Sebetulnya kepandaian Thio Yu Liang tinggi sekali, dia sebagai salah seorang datuk pedang dalam kalangan kangouw, tapi kesalahan yang pernah dilakukannya dalam seumur hidupnya yang tak bisa dimaafkan olehnya, dia meremehkan Tang Bun Siansu dan yakin akan kepandaiannya sendiri.

Dan kesalahan itu akhirnya membuat dia harus menyesal tak habisnya. Tubuhnya roboh dengan mata masih mendelik, tenggorokannya seperti di cekik, napasnya putus.. . . !

Hati Tang San Siansu tergoncang melihat kematian yang dialami Thio Yu Liang. Dia tahu Thio Yu Liang memiliki kepandaian tinggi dan hanya satu tingkat di bawahnya. Tapi Tang Bun Siansu dapat membunuhnya begitu mudah dalam beberapa gebrakan saja, membuat hati Tang San Siansu jadi berdebar juga

Dia benar-benar tak habis mengerti, mengapa Tang Bun Siansu yang dulu pernah dilukainya dengan Liong-beng-kun, sekarang tampaknya malah jadi semakin lihai ?

Tapi, Tang San Siansu sedikitpun tak mau memperlihatkan perasaannya, dia tertawa bergelak-gelak, perintahkan pengawal istana Cu-kongkong maju mengepung lawan-lawannya. Tang Bun Siansu bekerja cepat, setiap tangannya menyambar terdengar jeritan menyayatkan karena ada seorang pengawal istana Cu kongkong yang terpental, pingsan atau terluka parah tak bisa bangun lagi !

Ada satu hal yang membuat Tang San Siansu menyesal pada saat itu, karena kawan-kawannya tidak berada di situ. Kalau saja Bwee-sim-mo li, Cu Lie Seng, See-mo, Pak-mo, Lam-mo dan Tong mo berada di situ, berarti dia lebih mudah menghadapi lawan lawannya.

Cuma saja, merasa dirinya sudah mencapai tingkat tertinggi melatih Liong-beng-kun, dia tidak gentar. Biarpun Tang Bun Siansu sudah ikut menyerang lagi padanya, dengan desakan pukulan pukulan yang kuat dan bisa mematikan.

Tang San Siansu mengempos semangatnya mempergunakan Liong beng-kunnya, tenaga pukulan dari tangannya menimbulkan suara bercuitan karena mengeluarkan angin yang-panas bukan main, itulah pukulan-pukulan yang mematikan.

Tang Sin Siansu dan yang lain-lainnya walaupun lihai, tapi tak berani mendesak terlalu dekat, sebab sekali terkena pukulan "Liongbeng-kun" niscaya akan melemahkan tubuh mereka.

Toat-beng-sin-ciang bertempur bersemangat sekali, dia lebih banyak membasmi para pengawal istana Cu-kongkong yang jumlahnya semakin lama semakin banyak.

Ban It Say juga telah muncul, dia kaget sejenak melihat Tang San Sian.su tengah menghadapi beberapa orang pendeta, kemudian tanpa banyak bicara dia ikut menerjang menyerang Toat-beng-sin ciang, yang dikenali dulu pernah muncul di lembah waktu mereka sedang dalam perjalanan pulang ke kotaraja.

Pukulannya pada Toat-beng-sin-ciang dahsyat bukan main, sehingga Toat-beng-sin-ciang harus hati-hati menghadapinya.

Demikianlah, pertempuran itu berlangsung seru sekali, para pengawal istana Cu Bian Liat, tak berarti apa-apa buat Tang Sin Siansu dan kawan-kawannya, kepandaian mereka sudah mencapai tingkat tinggi sekali sehingga mereka tak pernah menghiraukan pukulan dan serangan para pengawal istana yang kepandaiannya tak seberapa, setiap kali disampok oleh lengan jubah Tang Sin Siansu dan yang lain-lainnya, para pengawal istana Cu Bian Liat jungkir balik.

Begitu juga buat pengawal istana yang berlaku nekad menerjang maju, belum lagi sampai menyerang, mereka sudah terpental keras, karena angin pukulan dari orang-orang yang tengah bertempur itu kuat sekali menyampok dirinya !

Akhirnya para pengawat istana cuma berteriak-teriak saja di pinggir tanpa maju menyerang, mereka gentar dan cuma menimbulkan suara berisik.

Ban It Say menyerang sambil memaki kalang kabutan pada Toat Beng Sin-ciang yang waktu itu main kelit dan mengelakkan setiap pukulannya, sampai akhirnya Toat-beng-sia ciang bilang: "Sekarang saatnya kau dikirim ke neraka !"

Dan cepat luar biasa kedua tangan Toat-beng-sin-ciang menyambar-nyambar cepat dan kuat mendesak congkoan Kim-ie-wie tersebut.

Kepandaian Ban In Say tangguh dan hebat, tapi menghadapi Toat-beng-sin ciang memang dia seperti mati kutu dan kelabakan main kelit ke sana kemari, berusaha menyelamatkan dirinya, semakin lama semakin jelas tampak dia terdesak hebat ! Keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya.

Tang San Siansu telah berseru agar salah seorang pengawal istana itu pergi memberi tahukan Cu Lie Seng tentang keributan yang terjadi di situ.

"Suruh mereka semua datang kemari !* perintahnya, maksudnya selain Cu Lie Seng, juga Pak-mo,See-mo dan yang lain-lainnya agar datang untuk bantu dia mengatasi Tang Sin Siansu dan kawan-kawan-nya.

Tiga kali Tang Sin Siansu berhasil menghantam telak pundak dan perut Tang San Siansu, tapi pukulannya yang dahsyat itu tak juga memberikan hasil apa apa. sebab tubuh Tang San Siansu benar-benar kedot dan kebal, tidak ada pengaruhnya atas pukulan-pukulan tersebut di tubuhnya, bahkan Tang San Siansu menjerit murka sambil membalas menyerang.

Tang Sin Siansu hongthio Siao-lim-si, kepandaiannya sudah mencapai tingkat sangat.tinggi, maka dari itu biarpun dia agak terdesak, tetap saja Tang San Siansu tak mudah untuk merobohkan.

Kepandaian mereka tampak berimbang, hal ini disadari oleh mereka setelah bertempur duapuluh jurus lebih. Cuma saja, Tang San Siansu memiliki kelebihan sebab menguasai ilmu Liong-beng kun dan tubuhnya juga kebal terhadap pukulan lawan.

Pertempuran itu masih terus berlangsung seru sekali, mari kita tinggalkan sebentar dan menengok Giok Han dan Cang In Bwee yang tengah berlari-lari di atas genting. Tangan kanan Giok Han menenteng pelayan yang ditawannya, kemudian setelah meninggalkan ruang di mana terjadi pertempuran itu cukup jauh, Giok Han berhenti lari, membuka totokan pada ah-hiat pelayan itu, bentaknya bengis: "Di mana kamar Cu Bian Liat ?"

Pelayan itu ketakutan. "Ampun jangan membunuhku, kisu (orang gagah)... aku.... aku tidak tahu apa-apa..!"

"Beritahukan di mana tempat Cu Bian Liat, setelah itu kau boleh pergi tanpa kami ganggu ! "

"Kamar Cu-kongkong ada di belakang sebelah kiri istana ini, sepanjang malam selalu Cu-kongkong menghabisi waktunya di situ !"

Giok Han menotok lagi titik jalan darah gagu pelayan itu, dia mengisyaratkan pada Cang In Bwee, gesit sekali mereka pergi ke ruang belakang istana itu. Benar saja, di sebelah barat dari istana ini ada bangunan gedung yang mentereng sekali, penerangan di situ juga terang sekali, tampak seseorang tengah berlari-lari keluar dari ruang mewah itu. Di belakangnya mengikuti dua orang.

Orang itu tidak lain Cu Bian Liat yang diikuti oleh dua orang Persia, yang pernah mengawal Cu Siauw Hoa ! Tidak buang waktu lagi Giok Han loncat menerjang kedua orang Persia tersebut, yang berusaha mati-matian melindungi cukong mereka.

Pelayan yang tadi ditawan Giok Han sudah dilemparkan ke tanah terbanting pingsan tidak sadarkan diri. Cang In Bwee loncat menghantam kepala Cu Bian Liat dengan tangan kanannya. Tapi sayang, Cu Bian Liat sempat membuang diri bergulingan di tanah, sehingga pukulan Cang In Bwee mengenai tempat kosong. Waktu itulah berkelebat sinar menyilaukan mata, menyambar pundak Cang In Bwee disusul bentakan:

"Perempuan hina, kau berani menghina ayahku !"

Cang In Bwee melirik, dia mengenali yang menyerangnya dengan pedang tak lain gadis yang pernah cemburu dan bertempur dengannya beberapa waktu yang lalu. "Hemm, pantas kau terlalu bertingkah dan kepala besar tidak tahunya anaknya thaykam keparat ini ?" pikir Cang In Bwee, dia mengelakkan tikaman pedang Cu Siauw Hoa, tapi waktu itu pedang puteri Cu-kong-kong menyambar terlalu cepat, menyerempet pundak In Bwee, sehingga bajunya robek dan darah memancur keluar.

Marah sekali In Bwee, diiringi jeritannya, dia membalas menyerang bertubi-tubi dengan sepasang tangannya, mendesak Siauw Hoa. Kepandaian Cu Siauw Hoa sebetulnya masih berada di bawah kepandaian Cang In Bwee, tapi dia tidak gentar menghadapi In Bwee, mati-matian dia menikam berulangkali dan berseru: "Ayah, cepat selamatkan dirimu... cepat pergi !" teriaknya.

Cu Bian Liat tidak menyahuti apa-apa, cuma bangkit berdiri dan berlari bermaksud menyingkirkan diri.

Giok Han meiihat Cu-kongkong hendak melarikan diri, dia mengeluh. Dua orang Persia ini biarpun kepandaiannya tidak terlalu tinggi, namun juga tidak rendah, mereka tak bisa dirobohkan dalam waktu singkat.

Giok Han dilibat oleh serangan-serangan maut kedua orang Persia tersebut, sehingga dia gelisah sekali melihat Cu Bian Liat hendak kabur.

Cang la Bwee juga gelisah sekali, sedangkan tikaman pedang Cu Siauw Hoa menyambar gencar padanya. Tadi Cu Siauw Hoa mendengar dari pelayannya bahwa istana telah diserbu penjahat, maka gadis ini kuatirkan keselamatan ayahnya, mengajak dua orang Persia yang jadi pengawalnya untuk melihat keadaan ayahnya.

Dia girang dan lega melihat ayahnya tidak mengalami cidera apa apa dan mengajaknya untuk meninggalkan tempat itu. Bukan main kaget dan sakit hatinya ketika mendadak muncul Giok Han dan Cang In Bwee yang ingin membunuh ayahnya.

Dalam murka dan sedih, Cu Siauw Hoa memainkan pedangnya seperti kalap, itulah sebabnya biarpun kepandaiannya masih setingkat di bawah kepandaian Cang ln Bwee, tetap saja In Bwee tak gampang-gampang untuk merobohkannya.

Cu Bian Liat tahu jiwanya terancam, dia mau cepat-cepat pergi ke ruang rahasia untuk menyembunyikan diri. Namun, baru saja dia berlari beberapa tindak, mendadak menyambar benda-benda halus, dan tubuhnya mengejang kaku dengan mata mendelik, mulutnya mengeluarkan jeritan tersendat, karena badannya telah penuh tertancap oleh jarum-jarum Bwee hoa ciam beracun yang di timpukkan oleh Cang In Bwee.

Dalam keadaan gelisah melihat musuh bessrnya hendak meloloskan diri, Cang In Bwee segera menimpuk dengan bwee-hoa-ciamnya, yang sekali tampuk telah melepaskan lebih tiga puluh batang jarum-jarum halus itu.

Cu Siauw Hoa menjerit lirih dan cepat cepat berlari menghampiri ayahnya. Kedua orang Persa mendengar jeritan Cu Bian Liat jadi berhenti menyerang Giok Han. Kesempatan ini dipergunakan Giok Han meloncat gesit sekali seperti burung walet badannya meluncur turun, dia menghantam kepala Cu Bian Liat, kepala thaykam itu pecah dan tubahnya meloso rubuh di lantai tanpa napas lagi !

Cu Siauw Hoa kalap, sambil menangis dan memaki kalang kabut pedangnya menikam nekad pada Giok Han tanpa peduli keselamatan dirinya. Giok Han tahu teman-temannya di ruangan lain tentu sedang sibuk menghadapi Tang San Siansu, maka tak mau melayani serangan-serangan Siauw Hoa. Dia mengibaskan tangannya, pedang Siauw Hoa kena disentil terpental, sampai terlepas dari cekalannya.

Berbareng dengan itu tangan kiri Giok Han menotok dua jalan darah dekat leher Cu Siauw Hoa. Cuma mata gadis itu yang terbuka lebar; badannya segera rubuh kaku tak bisa bergerak. Dua orang Persia loncat menyerang Giok Han, tapi Giok Han telah loncat menjauhi meninggalkan tempat itu diikuti oleh Cang In-Bwee.

Kedua orang Persia itu cepat-cepat berusaha menolongi Siauw Hoa, mereka berusaha membuka totokan pada tubuh Siauw Hoa, tapi usaha mereka gagal, karena totokan Giok Han dilakukan luar biasa anehnya.

Cepat sekali Giok Han dan Cang In Bwe telah tiba di ruangan tempat di mana Tang Sin Slansu dan yang lain sedang berusaha membunuh Tang San Siansu, Waktu itu di ruangan tersebut selain sudah berkumpul para pengawal istana dengan jumlah banyak sekali, juga telah berdatangan Cu Lie Seng, Pak-mo See-mo, Tong-mo, Lam mo, Bwee sim-mo li, Siangkoan Giok Lin dan beberapa jago-jago yang jadi kaki tangan Cu Lie Seng.

Tang San Siansu waktu itu terbangun semangatnya melihat muridnya dan kawan-kawannya telah tiba, dia yakin para pendeta Siao lim li tak akan bisa berbuat apa-apa padanya, bahkan dia bermaksud menangkap hidup-hidup atau mati pendeta-pendeta Siao lim-si dan Toan-beng-sin-ciang. Dia berseru berulangkali perintahkan Cu Lie Seng agar maju membantuinya.

Saat itulah Giok Han tiba, dia segera mengeluarkan tongkat Liong-kak. Cu-Lie Seng meloncat maju, dia semula ingin menyerang pada Tang Sin Siansu, namun melihat Giok Han, niatnya dibatalkan, justeru tangannya jadi meluncur menghantam kuat sekali pada perut Giok Han.

ltulah pukulan mematikan, dia mengincar bagian terlemah yang bisa membuat lawan jadi terkapar mati oleh pukulan tersebut, yaitu pusar Giok Han !

Tapi hampir tak terlihat oleh mata manusia biasa, Tongkat Liong-kak menyerampang tangan Cu Lie Seng. Setengah mati putera Cu-kongkong kaget karena tangannya sakit bukan main, tulangnya remuk terbentur oleh tongkat pusaka itu.

Sebelum dia tahu apa-apa, ujung tongkat tergetar menyambar perutnya, dan mata Cu Lie Seng mendelik lebar-lebar, dia tidak keburu berkelit, tahu-tahu badannya terangkat naik ke tengah udara, sebab ujung tongkat telah menembusi perutnya, Cu Lie Seng tersate oleh tongkat Liong-kak! Cu Lie Seng mati tanpa sempat mengeluarkan jeritan.

Pak-mo dan yang lainnya jadi tertegun menyaksikan kejadian dahsyat itu. Cu Lie Seng memiliki kepandaian tinggi, tapi dia begitu mudah di sate oleh tongkat yang ada di tangan Giok Han.

Tang San Siansu waktu itu sedang dikepung oleh lawan-lawan tangguh, tapi dia masih sempat melirik dan menyaksikan muridnya disate seperti itu oleh tongkat Liong-kak, hatinya tergoncang hebat. Dan jantungnya memukul semakin keras, karena saat itu dia mengenali tongkat yang ada di tangan Giok Han adalah tongkat pusaka Liong-kak yang selama ini ditakutinya!

Muka Tang San Siansu jadi pucat pias, saat itu dia jadi lengah, telapak tangan kanan Tang Sin Siansu menyambar telak menghantam pundaknya, membuat dia mundur satu tindak, namun tubuhnya yang kebal tak mengalami cidera apa-apa.

Dengan diiringi raungan seperti singa terluka Tang San Siansu kemudian mengamuk hebat, Kematian muridnya membuat dia berduka bukan main, dia seperti juga mendapat tambahan tenaga, nekad dan kalap sekali.

Padahal waktu itu Tang San Siansu sudah putus asa melihat tongkat Liong-kak dia gentar bukan main, karenanya sebelum Giok Han sempat datang mendekatinya dia ingin membunuh Tang Sin Siansu. Tang Bun Siansu atau Toat- beng-sin-ciang.

Tang Lu juga di hantam gencar sekali olehnya. Dia mau membunuh sebanyak mungkin.

Sementara itu Tang Sin Siansu dan yang lain-lain jadi tidak berani mendesak terlalu dekat dengan lawan yang sedang kalap dan nekad ini, mereka hanya mengepung dan setiap ada kesempatan baru membalas menyerang. Sedangkan Tang San Siansu sudah tak peduli lagi pada keselamatan dirinya, menyerang gencar sekali pada lawan lawannya.

Giok Han tidak tinggal diam. Dia berse ru sambil meloncat masuk dalam gelanggang pertempuran. "Susiok, biarlah tecu yang membereskannya!" tongkat Liong-kak-nya menyambar-nyambar dahsyat sekali, tenaga sinkang yang dikerahkannya membuat tongkat itu tergetar mengaung nyaring.

Tang San Siansu yang sedang mengamuk jadi kaget tak terkira, dia loncat mundur waktu sinar coklat menyambar ke mukanya Dia berseru lirih, mukanya pucat. Namun dia sudah nekad, dia memasang kuda-kuda kedua kakinya, seluruh sinkangnya telah disalurkan pada kedua lengannya, dia ingin membunuh Giok Han.

Giok Han berulang kali menyerang Tang San Siansu. Benar kepandaian Giok Han masih satu tingkat di bawah Tang San Siansu, namun berkat tongkat Liong-kak membuat Tan San Siansu jadi terdesak. Berulang kali tubuh hampir terhantam ujung tongkat, tapi dia masih bisa menghindarkannya.

Pak mo, See-mo dan yang lain-Iainnya tadi sempat bengong menyaksikan pertempuran yang dahsyat itu, juga kaget melihat Cu Lie Seng mati disate oleh tongkat Giok Han. sekarang tersadar dan mereka cepat&cepat menyerbu maju. Tang Sin Siansu, Tang Bun Siansu dan Tang Lu Siansu menghadapi mereka dengan gigih.

Kepandaian mereka memang tangguh, tapi tokoh-tokoh Siao-lim-si juga hebat sekali. Karena itu, pertempuran berlangsung sangat hebat, seru sekali. Para pengawal istana Cu-kongkong tak berani maju membantui, karena angin pukulan dari orang-orang yang sedang bertempur itu berkesiuran dahsyat sekali di sekeliling mereka, jika ada pengawal istana yang nekad maju, belum bisa mendekati lawan tubuhnya sudah terpental lagi disampok angin pukulan mereka yang sedang terlibat dalam pertempuran menegangkan tersebut !

Giok Han mati-matian memusatkan seluruh kepandaiannya untuk mengatasi Tang San Siansu, namun lawannya benar-benar hebat sekali, bahkan setiap pukulannya mengandung maut, dia memakai pukulan-pukulan Liong-beng kun tingkat tertinggi, karena-nya Giok Han pun tidak berani terlalu dekat dengan lawannya yang nekad ini.

Tapi satu kali, Tang San Siansu melakukan suatu kesalahan besar dalam hidupnya Dia melihat dirinya tak mungkin bisa menghadapi orang muda yang bersenjatakan Liong-kak ini, senjata yang paling ditakutinya, maka dia bermaksud untuk menyingkir saja. Dia meloncat untuk angkat kaki, tapi saat itulah ujung tongkat Tiong-kak menyambar, mengenai selangkangannya.

Maka Tang San Siansu seketika pucat pias dengan tubuh menggigil! Kekebalan tubuhnya seketika musnah, celana di selangkangannya seketika berwarna merah, karena bagian selangkangannya telah robek terluka oleh ujung tongkat. Saat itu badan Tang San Siansu tengah berada di tengah udara, tergantung oleh ujung tongkat yang menancap pada selangkangannya, matanya mendelik, namun dia benar-benar kuat, kedua tangannya diangkat mau menghantam batok kepala Giok Han, Saat itu Giok Han sedang menahan tongkat Liong-kak dengan kedua tangannya, memegang kuat-kuat, karenanya tak mungkin dia bisa mengelakkan pukulan telapak tangan Tang San Siansu.

Hati orang muda ini mencelos..Habislah aku...!" pikirnya karena menduga kepalanya pasti pecah berantakan oleh pukulan telapak tangan Tang San Siansu.

Toat-beng-sin-ciang yang sejak tadi sambil bertempur menghadapi Siangkoan Giok Lin, juga diam-diam mengikuti jalan pertempuran antara Tang San Siansu dan Giok Han. Mencelos hatinya ketika melihai Giok Han terancam pukulan kedua telapak tangan Tang San Siansu.

Tanpa buang waktu lagi dia meninggalkan Siangkoan Giok Lin. tubuhnya melesat ke tengah udara, kedua tangannya bukan me nangkis kedua tangan Tang San Siansu, sebab kedua tangan Toat-beng sin-ciang justeru menyambar kepala Tang San Siansu dengan sepuluh jari tangannya, menancap kuat-kuat pada ubun-ubun kepala Tang San Siansu.

Sedangkan kedua tangan Tang San Siansu singgah telak sekali di dada Toat beng-sin-ciang Tubuh kedua orang itu jadi kaku mata Tang San Siansu mengejang dengan mendelik, dan mengalir darah dari sudut matanya, hidung dan mulutnya juga, kemudian tubuh kedua orang itu roboh terbanting ke lantai sebab selangkangan Tang San Siansu sudah terlepas dari ujung tongkat Liong-kak, berguling-guling di laniai dan tetap dengan posisi kedua tangan Toat beng sin-ciang menancap dalam di ubun-ubun kepala Tang San Siansu, sedangkan jaii-jari tangan Tang San Siansu menancap dalam mencengkeram kuat - kuat dada Toat betig-sin ciang, seperti juga hendak mengambil keluar jantung Toat beng-sin ciang, napas kedua orang ini sudah berhenti !

Cang In Bwee kaget setengah mati, dia menjerit dan menarik tubuh gurunya, Tapi tangan Toat beng sin ciang kaku, mencengkeram ubun-ubun kepala Targ San Siansu, begitu juga jari-jari tangan Tang San Siansu kaku mencengkeram dada Toat-beng-sin ciang. Sungguh kematian mengerikan dari dua tokoh kangouw !

Yang lainnya jadi beihenti bertempur. See mo, Bwee sim-mo-li dan yang lain lainnya jadi lemas dan lenyap nafsu bertempur ketika melihat pemimpin mereka, Tang San Siansu dan juga Cu Lie Seng, telah mati. Tang Sin-Siansu waktu itu telah memberikan isyarat agar mereka segera engkat kaki meninggalkan istana Cu Bian Liat, sebab kalau bala bantuan pasukan kerajaan datang di situ, mereka sulit buat meloLoskar diri.

Sambil menangis keras Cang ln Bwee mengangkat mayat gurunya meninggalkan tempat itu ikut dengan kawan-kawannya yang lain. Tak ada yang menghalangi mereka pergi meninggalkan istana tersebut, para pengawal istana malah menyingkir ke samping, sedangkan Pak mo, See-mo dan yang lain lainnya cuma berdiri "mematung" dengan bermacam-macam perasaan ber golak di hati mereka, nafsu untuk bertempur mereka lenyap, apa lagi dari beberapa orang pengawal mereka mendengar Cu Bian Liat juga telah mati, para pengawal itu berteriak-teriak:

"Cu-kongkong dianiaya oleh penjahat! Cu-kongkong dibunuh penjahat!"

Sebentar saja Tang Sin Siansu dan yang la'nnya sudah lenyap dari pandangan mata See mo dan lain-lainnya, mereka malam itu juga meninggalkan kotaraja, untuk menghindarkan kesulitan kalau-kalau Kaisar perintahkan para pahlawannya untuk menangkap mereka.

Yang membuat semua orang gagah itu puas justeru Tang San Siansu, murid murtad Siao lim-si dapat dibinasakan sebagai hukuman yang setimpal, juga Cu-kongkong berhasil mereka binasakan!

Keesokan paginya, kotaraja gempar oleh berita kematian Cu Hongkong dan Tang San Siansu. Thaykam yang paling berkuasa selama hidupnya, sebetulnya banyak yang membenci dan tak menyukainya.

Berita kematiannya itu malah membuat sebagian besar penduduk kotaraja jadi gembira, termasuk juga beberapa orang pembesar kerajaan dan jenderal-jenderal yang sebelumnya membenci Cu Bian Liat.

Setelab menikah, Giok Han dan Cang In Bwec berdua ikut Thio Hong Gan, membantu perjuangan para orang gagah buat membebaskan tanah-air mereka dari cengkeraman kaisar penjajah. Tapi, biarpun bagaimana Thio Hong Gin mengalami kemajuan yang pesat, tokh saat itu pihak kerajaan sangat kuat, sehingga setelah melalui pertempuran-pertempuran yang menentukan, pasukan kerajaan dapat mendesak pasukan Thio Hong Gan ke utara, karena jenderal Hoan Yu akhirnya memimpin sendiri semua pertempuran pertempuran, antara angkatan perang kerajaan dengan pasukan Thio Hong Gan.

Terakhir, Thio Hong Gan kehilangan pasukannya, karena sisanya cuma tak lebih dari 9000 orang. Karena putus asa, banyak yang berlaku nekad, untuk bertempur dan mati menghadapi tentara kerajaan, mereka semua gagah perkasa. Thio Hong Gan sendiri pada akhirnya menemui ajalnya.

Waktu dalam suatu pertempuran di sebelah utara Seen-fu, Thio Hong Gan dalam keadaan sakit parah, namun dia memaksakan diri untuk memimpin pasukannya yang tinggal sedikit itu, dan ditengah-tengah pertempuran tersebut Thio Hong Gan menemui ajalnya terkena empat batang anak panah yang dilepas oleh anak jenderal Hoan Yu.

Sisa pasukan Thio Hong Gan yang tak mau menyerah pada pihak kerajaan, sudah pergi ke tempat-tempat sunyi untuk mengasingkan diri, menangisi kegagalan usaha mereka sambil menanti saat-saat yang tepat untuk bangun kembali.

Sedangkan Giok Han dan isterinya, Cang In Bwee. dengan hati duka dan putus asa, pergi ke Pulau Es yang ada di sebelah Utara. Mereka hidup terasing di situ, untuk melewati hari-hari mereka. Kematian Thio Hong Gan membuat hati mereka tawar, dan waktu-waktu mereka selama hidup mengasingkan diri di Pulau Es, mereka melatih ilmu silat mereka, sampai akhirnya tiga tahun setelab berdiam di Pulau Es, Cang In Bwee hamil.

Bahagia sekali sepasang suami isteri ini, bermaksud mendidik anak mereka sebaik-baiknya, dan yang mereka harapkan adalah anak laki-laki.

Rupanya Thian mendengar keinginan sepasang suami isteri ini, sebab setelah sembilan bulan sepuluh hari hamil, Cang In Bwee melahirkan seorang bayi laki-laki yang montok dan manis sekali wajahnya. Tubuhnya sehat benar. Hadirnya bayi ini menyebabkan sepasang suami isteri tersebut semakin berat meninggalkan Pulau Es, mereka tak mau mencampuri lagi urusan di dalam dunia kangouw, mereka hidup tenang dan tenteram di tempat pengasingan mereka tersebut.

T A M A T
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar