Bab 18
Bukan main! Manusia-manusia
apakah mereka yang memiliki mata mencorong seperti mata harimau?! Yu Goan
berseru.
Hebatnya, bagaimana mereka
dapat bergerak demikian cepatnya?! Siauw Bwee berkata lirih dan diam-diam ia
terkejut sekali. Setelah ia memiliki ilmu sakti gerak kaki tangan kilat dari
rombongan kaki buntung dan lengan buntung, gin-kangnya mencapai tingkat tinggi
sekali. Akan tetapi mengapa semalam dia tidak mampu menangkap orang-orang aneh
ini? Mungkinkah mereka memiliki kepandaian menghilang seperti setan?
Jumlah mereka banyak dan tapak
kaki mereka menuju ke satu jurusan. Kita dapat mengikuti mereka.! Yu Goan
berkata sambil meneliti tanah.
Hemm, aku merasa curiga
sekali. Mari kita cari mereka!! Siauw Bwee berkata.
Kedua orang itu lalu berjalan
mengikuti arah jejak tapak kaki yang menuju ke selatan. Setelah berjalan dua
jam lamanya, mereka berdua berhenti di tepi sebuah tebing yang amat curam.
Ah, tentu di bawah itu sarang
mereka....!! kata Yu Goan menunjuk ke bawah.
Tebing itu amat curam, kiranya
tidak kurang dari dua ribu kaki. Dan jauh di bawah sana kelihatan kecil sekali
seperti mainan kanak-kanak, tampak sebuah perkampungan kecil dengan beberapa
buah rumah sederhana. Lembah di bawah itu kelihatan sunyi, seolah-olah
perkampungan itu tidak ada penghuninya.
Aneh sekali. Lembah di bawah
itu dikelilingi tebing yang begini curam, seolah-olah terpisah dari dunia
ramai. Siapakah gerangan yang tinggal di bawah sana?! Siauw Bwee berkata,
termangu-mangu.
Sebaiknya kita mencari jalan
turun ke sana untuk menyelidikinya, Nona.!
Memang begitu kehendakku. Akan
tetapi, aku mendapat firasat di hati bahwa tempat itu amat berbahaya, dan
agaknya orang-orang yang tinggal di tempat seperti itu tentulah orang-orang
aneh yang berilmu tinggi. Aku tidak ingin melihat engkau menghadapi malapetaka
di sana, Yu-twako.!
Yu Goan menoleh, mereka
berpandangan dan pemuda itu tersenyum. Engkau baik sekali, Nona. Jangan
khawatir, aku dapat menjaga diri dengan pedangku.!
Sejenak Siauw Bwee memandang
pemuda itu. Akhirnya ia tersenyum dan mengangguk,
Baiklah, aku pun percaya bahwa
engkau bukanlah seorang yang mudah dikalahkan, Yu-twako. Mari kita mencari
jalan turun!!
Nanti dulu, Nona!!
Siauw Bwee membalikkan tubuh
dan melihat pemuda itu memandangnya penuh perhatian, ia bertanya, Ada apakah?!
Pemuda itu kelihatan bingung
dan ragu-ragu, agaknya sukar sekali membuka mulut menyatakan isi hatinya. Harap
Nona sudi memaafkan kalau aku bersikap kurang ajar, karena sungguh tidak sopan
bagi seorang pemuda untuk mengajukan pertanyaan ini kepada seorang dara
terhormat....!
Aihhh, katakanlah. Apa yang
ingin kaukatakan, Twako? Engkau terlalu sungkan.!
Aku terpaksa mengajukan
pertanyaan ini, Nona, mengingat bahwa kita telah saling berkenalan dan kita
bersama menghadapi hal yang belum kita ketahui bagaimana sifatnya, mungkin
berbahaya.!
Siauw Bwee mengangguk tak
sabar. Tanyalah!!
Aku ingin mengetahui siapakah
Nona? Dan siapakah nama Nona yang mulia?!
Siauw Bwee tertawa dan
menggunakan tangan kiri menutupi mulut. Hi-hi-hik! Engkau benar-benar lucu
sekali, Twako! Engkau terlalu ditekan dan diselubungi kesopanan sehingga
kelihatan lucu! Bertanya nama saja apa sih dosanya? Tentu saja kau boleh
menanyakan namaku, bahkan aku yang lupa belum memperkenalkan diri, padahal aku
telah mengetahui namamu. Mengapa kau ragu-ragu dan malu-malu, minta maaf
segala? Dengarlah, namaku adalah Khu Siauw Bwee.!
Khu Siauw Bwee....?! Yu Goan
mengingat-ingat, akan tetapi merasa belum pernah mendengar nama ini. Tiba-tiba
ia mengangkat muka memandang. Khu-lihiap (Pendekar Wanita she Khu), aku pernah
mendengar nama besar murid dari pendekar sakti Kam Liong yang menjadi menteri,
murid Menteri Kam Liong itu seorang pahlawan yang gagah perkasa, dan yang telah
gugur bersama gurunya di kota raja karena fitnah. Namanya Khu Tek San, dan
mengingat she itu....! Yu Goan berhenti bicara dan memandang terbelalak ke
wajah jelita yang berubah agak pucat. Dua butir air mata menitik turun dan
bibir yang kecil merah itu bergerak-gerak lalu digigit.
Khu-lihiap, maafkan aku.
Apakah mendiang Khu Tek San itu....!
Siauw Bwee mengangguk. Dia
adalah ayahku sendiri!!
Yu Goan cepat mengangkat kedua
tangan ke depan dada, membungkuk penuh hormat.
Ahhh, sudah kuduga bahwa Nona
tentulah bukan orang sembarangan! Kiranya puteri mendiang Khu-ciangkun, murid
yang setia dan gagah perkasa dari mendiang Menteri Kam yang terkenal di seluruh
dunia! Maafkan kalau aku bersikap kurang hormat, Lihiap!!
Siauw Bwee menarik napas
panjang. Sudahlah, Twako. Sikapmu yang terlalu sungkan dan hormat itu bisa membuat
orang salah mengerti, mengira bahwa engkau memiliki watak penjilat. Bagimu
mungkin aku puteri seorang pahlawan, akan tetapi banyak orang menganggap aku
puteri seorang pemberontak! Aku tahu bahwa engkau seorang yang terpelajar dan
berbudi halus, penuh kesopanan, dan aku suka bersahabat denganmu, Twako. Akan
tetapi kalau engkau tidak membuang sikapmu yang sungkan dan sopan itu, aku akan
benci padamu. Aku paling tidak suka melihat pria yang menunduk-nunduk seperti
seorang penjilat!!
Wajah Yu Goan menjadi merah
sekali. Tidak ada seujung rambut pun di dalam hatiku ingin menjilat kepadamu
atau kepada siapa pun di dunia ini, Nona. Sikapku tidak kubuat-buat dan
sewajarnya, sesuai dengan pelajaran-pelajaran yang semenjak kecil kuterima
dalam pendidikan. Karena itu maafkan aku, Lihiap.!
Twako, aku ingin sekali
mengetahui bagaimana engkau bisa mengenal ayahku, dan mengenal nama Menteri
Kam?!
Ayah bundaku mengenal baik
Menteri Kam yang sakti, Nona. Terutama sekali ayahku, dia banyak bercerita
tentang pendekar-pendekar sakti keturunan Suling Emas. Ayah amat kagum terhadap
keturunan Suling Emas, kekaguman yang tertanam pula di dalam hatiku. Ah, betapa
ayah dan ibu akan merasa bangga bahwa aku dapat bertemu dan bersahabat dengan
puteri Khu-ciangkun yang terkenal, murid Menteri Kam!!
Sudahlah, Twako. Aku menjadi
pening mendengar pujian-pujian dan segala nama besar yang kosong itu! Lihat, di
bawah itu mulai ada gerakan!! Siauw Bwee menuding dan ketika Yu Goan memandang
ke bawah, dia melihat pula manusia manusia bergerak ke sana ke mari akan tetapi
karena jaraknya amat jauh sehingga manusia-manusia di bawah itu hanya kelihatan
sebesar jari tangan, maka mereka tidak dapat melihat jelas.
Dengan hati-hati dari
berindap-indap, Siauw Bwee dan Yu Goan mencari jalan turun ke lembah di bawah
yang penuh rahasia itu. Akan tetapi dengan kaget mereka mendapat kenyataan
bahwa tebing yang amat curam itu tidak mungkin dapat dituruni. Mana mungkin
turun melalui dinding karang yang ratusan kaki tingginya, licin dan tegak tidak
ada tempat kaki berpijak atau tangan bergantung? Untuk menggunakan gin-kang
meloncat ke bawah? Lebih tak masuk akal lagi.
Namun Siauw Bwee dan Yu Goan
bukanlah orang-orang lemah yang muda berputus asa. Mereka terus mencari,
meneliti setiap kemungkinan menuruni tebing dan memeriksa sekeliling tebing
yang berada di situ sampai setengah hari mereka mencari jalan turun, namun
hasilnya sia-sia. Lembah di bawah itu, perkampungan yang aneh, dikelilingi
tebing terjal yang tidak mungkin dituruni atau didaki. Seekor monyet sekalipun
kiranya tak mungkin menuruni tebing itu yang halus licin tanpa ada tempat
menahan tubuh. Perkampungan di lembah bawah itu seolah-olah terputus sama
sekali dari dunia luar daerah mereka. Mereka seperti hidup di dalam sebuah
mangkok, tidak mungkin dapat menjen guk keluar dari bibir mangkok yang
merupakan tebing yang mengelilingi tempat tinggal mereka.
Akhirnya Siauw Bwee dan Yu
Goan terpaksa mengaku kalah. Mereka telah melakukan pemeriksaan mengitari
sekeliling lembah sampai kembali ke tempat mereka berangkat, tempat mereka
mula-mula melakukan pemeriksaan. Keduanya duduk mengaso di tepi tebing sambil
memandang ke bawah dengan hati penasaran. Dari atas tampak manusia di bawah itu
menuju ke suatu tempat di tengah perkampungan, kemudian tampak api bernyala,
asap mengepul tinggi seolah-olah mereka yang berada di bawah itu membakar
sesuatu. Terlalu tinggi tempat itu untuk dapat melihat jelas apa yang
dikerjakan oleh manusia-manusia di lembah itu.
Tanpa sayap seperti burung,
mana mungkin menuruni tempat itu?! Yu Goan berkata sambil menghapus peluh dari
lehernya.
Memang tidak mungkin, kecuali
kalau menggunakan alat.! Siauw Bwee berkata memandang ke bawah dengan alis
berkerut. Menggunakan kaitan besi atau tali untuk merayap ke bawah.!
Akan tetapi terlalu berbahaya.
Biarpun merayap ke bawah tidak amat berbahaya, namun kalau orang-orang di bawah
itu menyambut dengan sikap bermusuh, kita sedang merayap tak berdaya itu tentu
merupakan sasaran yang lunak.!
Siauw Bwee mengangguk-angguk.
Memang aneh sekali. Makin sukar tempat itu didatangi, makin tertarik hatiku
untuk membongkar rahasia mereka itu. Yang mengherankan hati, kalau memang benar
mereka di bawah sana itu yang malam tadi mengganggu kita, bagaimana cara mereka
mendaki tebing?!
Dan gerakan mereka begitu
cepat seperti menghilang!! Yu Goan berkata.
Yu-twako, awasss....!!
Tiba-tiba Siauw Bwee berseru dan tubuhnya yang tadinya duduk di atas rumput
dekat pemuda itu, mencelat ke belakang, berjungkir-balik beberapa kali.
Yu Goan terkejut pula, meloncat
ke atas dan ketika ia membalik, dengan kagum ia melihat dara jelita itu telah
mendorong roboh dua orang laki-laki yang bertubuh tegap kuat dan berpakaian
sederhana kasar seperti orang liar! Betapa cepatnya gadis itu mengetahui
kedatangan musuh dan betapa cepatnya bergerak merobohkan lawan! Dari
gerakan-gerakan itu mengertilah Yu Goan bahwa tingkat kepandaian dara ini jauh
lebih tinggi daripada tingkatnya, bahkan dia dapat menduga bahwa dara itu lebih
pandai daripada ibunya, atau ayahnya sekalipun!
Akan tetapi dia terkejut
sekali ketika melihat bahwa yang datang mengurung tempat itu bukan hanya dua
orang yang didorong roboh oleh Siauw Bwee tadi, melainkan banyak sekali.
Sebagian sudah memperlihatkan diri, dan masih banyak pula yang menyelinap di
balik pohon-pohon dan tetumbuhan!
Siauw Bwee tadi sengaja
mendorong dua orang terdekat sampai terguling, akan tetapi betapa heran hatinya
ketika melihat dua orang itu sudah meloncat bangun lagi! Ketika ia tadi
berloncatan berjungkir balik lalu menyerang, dua orang itu membuat gerakan
tangan yang baginya amat canggung dan tidak ada artinya sehingga mudah saja dia
mendorong mereka dan menotok pundak mereka. Akan tetapi sungguh luar biasa.
Kedua orang kasar itu bukan roboh tertotok, melainkan terguling karena tenaga dorongan
dan begitu menyentuh tanah mereka sudah meloncat bangun kembali. Dan kini
tampak belasan orang mengurung dia dan Yu Goan.
Tahan!! Siauw Bwee membentak
ketika melihat orang-orang itu mulai bergerak hendak menyerang. Dia melihat
orang-orang ini bukan seperti perampok-perampok, bahkan mereka seperti
manusia-manusia liar dengan pakaian sederhana, muka yang membayangkan
kebodohan, akan tetapi sepasang mata mereka mengeluarkan sinar berkilat! Ah,
kiranya orang-orang inilah yang semalam mengintai. Mata mereka yang aneh
seperti mata harimau itu mencorong karena sinar api unggun!
Diam-diam Siauw Bwee
terheran-heran karena menurut penuturan suhengnya, hanya orang-orang yang
memiliki sin-kang tingkat tinggi saja yang dapat membuat matanya mencorong
seperti mata harimau. Dia dan suci serta suhengnya pun dapat membuat matanya
mencorong kalau dia kehendaki, akan tetapi tentu saja dia tidak mau melakukan
itu karena hal demikian hanya akan membuat dia menjadi tontonan! Akan tetapi
orang-orang kasar ini semua memiliki sinar mata yang mencorong!
Siapakah kalian dan mengapa
kalian mengurung kami berdua?! Siauw Bwee membentak.
Orang-orang itu saling
pandang, tidak ada yang menjawab.
Heii! Apakah kalian tuli, atau
gagu?! Siauw Bwee membentak lagi.
Mereka hanya melaksanakan
perintah!! Tiba-tiba terdengar suara orang dan muncullah seorang laki-laki
berusia kurang lebih empat puluh tahun dari belakang sebatang pohon besar.
Siauw Bwee dan Yu Goan menoleh dan mereka mengerutkan kening melihat bahwa
orang itu tidak segolongan para pengepung tadi. Orang ini berpakaian biasa,
bahkan pakaiannya bersih dari sutera mahal, bentuk pakaian seorang sastrawan,
tubuhnya tinggi kurus dan wajahnya biasa saja. Akan tetapi anehnya, juga
pancaran pandang mata orang ini aneh, mencorong seperti semua orang liar itu.
Perintah siapa?! Siauw Bwee
bertanya, maklum bahwa tentu sastrawan inilah yang menjadi komandan pasukan
orang liar yang mengepung.
Tentu saja perintah ketua
kami. Kalian berdua memasuki daerah kami, daerah terlarang, karenanya kalian
harus menyerah sebagai tawanan kami untuk kami bawa menghadap Ketua!!
Hemm, kami berdua tidak salah
apa-apa, mengapa akan dijadikan tawanan?! Yu Goan membantah. Mau apa kalian
menawan kami?!
Sastrawan itu memandang Yu
Goan dan tersenyum mengejek. Hanya ketua kami yang akan memutuskan.!
Aku tidak sudi menyerah!!
Siauw Bwee membentak. Pergilah kalian, jangan menggangguku. Kalian akan
menyesal nanti!!
Sastrawan itu mengerutkan
kening, memberi aba-aba dan menyerbulah belasan orang liar itu. Gerakan mereka
kaku sekali, akan tetapi baik Siauw Bwee maupun Yu Goat terkejut sekali ketika
dari gerakan tangan mereka itu menyambar hawa pukulan yang amat dahsyat!
Hati-hati, Twako. Sin-kang
mereka amat kuat!! Siauw Bwee berseru dan dara perkasa ini sengaja berkelebatan
cepat mengirim pukulan-pukulan dan tendangan-tendangan, mempergunakan ilmu
mukjizat gerak kaki tangan kilat sehingga dalam sekejap mata saja dia sudah
merobohkan delapan orang terrnasuk Si Sastrawan! Akan tetapi, kembali dia
terkejut karena seperti halnya dua orang yang pertama kali dia robohkan tadi,
delapan orang ini pun meloncat bangun begitu tubuh mereka terbanting ke tanah,
sedikitpun tidak tampak tanda-tanda mereka itu menderita nyeri.
Yu Goan juga cepat mengerahkan
gin-kangnya untuk mengelak ke sana-sini, karena tanpa peringatan Siauw Bwee pun
dia maklum betapa pukulan-pukulan para pengurung liar ini mendatangkan angin
keras. Sambil mengelak, dia sudah menotok jalan darah di leher seorang
pengeroyok, dan pada detik berikutnya, kakinya sudah menendang sambungan lutut
seorang pengeroyok lain. Kedua orang itu terpelanting, akan tetapi mereka
mencelat bangun lagi. Baik totokannya maupun tendangannya tidak hanya membuat
kedua orang itu terpelanting, akan tetapi sama sekali tidak mengalahkan mereka.
Berkali-kali Siauw Bwee dan Yu
Goan merobohkan para pengeroyok yang ternyata tidak memiliki ilmu silat tinggi.
Bahkan Si Sastrawan itu hanya memiliki ilmu silat yang bagi Siauw Bwee biasa
saja. Akan tetapi jelas terbukti bahwa segala macam pukulan, totokan,
tendangan, tidak mampu merobohkan para pengeroyok yang agaknya memiliki
kekebalan luar biasa, atau tubuh mereka seolah-olah dilindungi oleh semacam
hawa mukjizat.
Siauw Bwee merasa
terheran-heran dan diam-diam ia mencurahkan perhatian untuk menyelidiki keadaan
lawan. Ketika ia sengaja menerima pukulan dengan telapak tangannya, ia merasa
ada hawa yang panas keluar dari kepalan orang itu, yang cepat dapat ia enyahkan
dengan sin-kangnya. Akan tetapi pukulan kedua orang dari orang yang sama,
mengandung hawa yang sejuk nyaman. Juga Im-kang yang aneh ini tentu saja dapat
ia lawan dengan sin-kang yang amat tinggi dan kuat, yang ia latih di Pulau Es.
Biarpun Siauw Bwee belum tahu dengan jelas, namun kini ia sudah dapat menduga
bahwa para pengeroyoknya itu biarpun tidak memiliki ilmu silat tinggi, namun
memiliki inti tenaga sin-kang yang amat kuat dan aneh, dan agaknya mereka yang
masih rendah ilmu silatnya ini secara luar biasa telah dapat menggabungkan
tenaga sakti Im dan Yang.
Twako, pergunakan senjatamu!!
Tiba-tiba Siauw Bwee berseru dan dia sendiri mencabut pedangnya.
Sing! Singgg!! Dia sinar
berkelebat ketika dua orang muda itu mencabut pedang mereka dan benar saja
seperti yang diduga Siauw Bwee, para pengeroyok itu, kecuali Si Sastrawan,
kelihatan jerih.
Twako, robohkan akan tetapi
jangan bunuh orang!! Kembali Siauw Bwee berseru dan diam-diam Yu Goan menjadi
makin suka dan kagum kepada dara perkasa itu yang ternyata selain lihai, cantik
jelita, juga hatinya lembut, tidak kejam.
Orang-orang ini biarpun kelihatan
jerih, namun mereka itu menyerbu dengan nekat. Yu Goan membacokkan pedangnya,
mengarah bagian yang tidak berbahaya. Dua kali pedangnya berkelebat, menyambar
pangkal lengan seorang dan paha orang ke dua.
Plak! Plak!! Pedangnya itu
mengenai sasaran, akan tetapi telapak tangannya terasa panas karena dua kali
pedangnya membalik seperti membacok karet yang ulet dan kuat. Dua orang itu
terhuyung. Pangkal lengan dan paha yang terbacok itu terluka, akan tetapi
lukanya hanya merupakan goresan pada kulit saja, sedangkan dagingnya tidak
terluka sama sekali. Darah yang keluar hanya merupakan goresan merah pada kulit
yang terbacok. Ternyata baju mereka lebih parah terobek pedang daripada kulit
mereka.
Demikian pula Siauw Bwee
mengalami hal yang sama. Dia kaget dan makin kagum. Kekebalan yang hebat sekali
dimiliki oleh orang kasar ini. Sungguh aneh sekali. Tentu mereka ini
orang-orang yang kasar dan bodoh, telah menerima ilmu berlatih sin-kang yang
amat mukjizat! Apalagi ketika ia menyerang Si Sastrawan yang dianggapnya
pimpinan orang-orang itu, dia lebih terkejut lagi. Pedangnya selalu mencong
arahnya, menyeleweng ketika ujungnya mendekati tubuh Si Sastrawan, seolah-olah
ada tenaga tak tampak yang mendorong senjatanya ke samping! Hal ini membuktikan
sin-kang yang amat kuat, dan untung baginya bahwa sin-kang kuat yang dimiliki
orang-orang ini, terutama Si Sastrawan, hanya mereka kuasai untuk melindungi
tubuh saja. Kalau sin-kang yang sedemikian kuatnya itu dapat mereka pergunakan
untuk menyerang, agaknya dia sendiri belum tentu akan mampu menandingi
pengeroyokan orang-orang yang sehebat itu tenaga sin-kangnya!
Tangkap mereka dengan jala!!
Tiba-tiba Si Sastrawan mengeluarkan aba-aba.
Wuuuuttt! Wuuuuutttt!! Para
pengeroyok itu dengan cepat sekali telah mengeluarkan jala yang istimewa. Jala
ini amat lebar dan ringan, namun demikian kuat sehingga dengan jala ini mereka
biasanya menangkap binatang-binatang buas seperti harimau, biruang dan
lain-lain! Juga agaknya mereka ahli mainkan jala-jala itu yang kedua ujungnya
dipegang oleh dua orang, kemudian mereka mengayun dan menggerakkan jala-jala
itu seperti orang bermain tari naga. Bagaikan dua ekor naga besar, kini dua
buah jala yang dimainkan empat orang itu menyerang Siauw Bwee dan Yu Goan.
Sedangkan para pengeroyok lain masih tetap mengeroyoknya, terutama Si Sastrawan
yang melancarkan pukulan-pukulan berat kepada Yu Goan, sedangkan Siauw Bwee
dikeroyok sisa-sisa orang liar itu.
Yu Goan menggerakkan pedangnya
membacok sekuat tenaga untuk memutus jala yang melayang-layang ringan di atas
kepalanya itu. Akan tetapi betapa kaget hatinya ketika ia mendapat kenyataan
bahwa pedangnya tidak mampu membikin putus tali jala. Kiranya jala itu terbuat
dari pada benang-benang yang amat luar biasa, berwarna hitam mengkilap dan amat
ringan, halus dan ulet sekali, dapat mulur sehingga bacokan senjata tajam itu
sama sekali tidak berbekas. Yu Goan merasa seolah-olah senjatanya membacok asap
saja!
Sementara itu, jala yang
melayang-layang itu menyambar turun. Yu Goan cepat meloncat jauh ke kiri untuk
mengelak. Dua orang pengeroyok menubruknya dari kanan kiri dan dia berhasil
membuat mereka terhuyung-huyung dengan pukulan tangan kiri dan sabetan pedang
ke arah kaki orang ke dua.
Dukkk!! Pukulan Si Sastrawan
menyerempet punggungnya. Yu Goan terhuyung, pandang matanya berkunang. Biarpun
pukulan itu tidak tepat kenanya, namun karena mengandung tenaga sin-kang yang
hebat, dia merasa tubuhnya tergetar dan cepat-cepat pemuda ini mengatur
pernapasan. Pada saat itu, bayangan jala sudah melayang turun lagi menimpa ke
arah kepalanya!
Yu Goan melempar tubuhnya ke
bawah dan berusaha mengelak dengan cara bergulingan ke atas tanah. Akan tetapi,
ternyata dua orang yang memegang jala itu adalah ahli-ahli yang cekatan sekali.
Jala mereka sudah melayang dan kalau tadi bergulung-gulung kini jala itu
terbuka dan terbentang selebarnya, langsung menutup tubuh Yu Goan yang tidak
mungkin mengelak lagi.
Yu Goan makin kaget dan cepat
ia mengerahkan gin-kangnya, meloncat bangun dan memutar pedangnya. Akan tetapi,
jala itu seperti hidup, bergerak menggulungnya dan makin keras ia meloncat,
makin keras pula ia terbanting karena jala itu bersifat mulur seperti karet
namun kuat melebihi baja. Tubuh Yu Goan tergulung jala dan pedangnya terlepas,
jauh di luar jala. Ketika Yu Goan hendak mengambilnya, pedang itu sudah
disambar oleh seorang pengeroyok. Kemudian jala itu terus diguling-gulingkan
sehingga tubuh Yu Goan terbelit-belit ketat dan tak dapat berkutik pula!
Melihat ini, Siauw Bwee kaget
dan marah sekali. Dengan sin-kangnya yang istimewa kuatnya itu pun Siauw Bwee
tidak mampu membikin putus jala dengan pedangnya. Akan tetapi dengan
gin-kangnya yang membuat dia bergerak seperti kilat itu membuat mereka yang
menggunakan jala tidak mungkin dapat menangkapnya!
Dara itu mencelat ke sana
sini, dikejar bayangan jala sehingga kelihatannya seperti dia bermain-main, di
antara dua orang pemegang jala, bermain loncat-loncatan dengan gaya yang indah
sekali! Kini keadaannya berubah. Melihat Yu Goan tertawan, Siauw Bwee
mengeluarkan suara melengking nyaring, pedangnya bergerak ke depan dan robohlah
seorang pemegang jala dengan kulit dada robek dari kiri ke kanan, lukanya cukup
dalam karena dalam penyerangannya sekali ini Siauw Bwee menambah tenaganya.
Bebaskan dia, kalau tidak, aku
akan membunuh kalian semua!! bentaknya dan bagaikan seekor burung garuda
menyambar, tubuhnya sudah melayang ke arah Si Sastrawan, didahului sinar
pedangnya yang menyambar. Sastrawan itu cepat mengelak, akan tetapi,
brettt!! kedua helai pita
rambut sastrawan itu yang panjang terbabat putus!
Kalau tidak kaulepaskan dia,
lehermu yang akan putus!! Siauw Bwee yang sudah marah sekali itu membentak.
Tiba-tiba sastrawan itu
menggulingkan tubuhnya, bergulingan dan tahu-tahu ia sudah berada di dekat Yu
Goan yang sudah terbelenggu seluruh tubuhnya oleh jala dan tak dapat bergerak
itu.
Bergeraklah dan sahabatmu ini
akan kubunuh lebih dulu!! Si Sastrawan berseru sambil menodongkan pedang Yu
Goan ke punggung pemuda yang rebah miring itu.
Siauw Bwee terkejut,
terbelalak dan mukanya menjadi pucat. Tak disangkanya bahwa Si Sastrawan itu
ternyata amat cerdik dan licik. Pada saat dia terkejut dan berdiri termangu
itu, tiba-tiba sebuah jala melayang dari atas dan tahu-tahu tubuhnya sudah
tertutup jala. Siauw Bwee kaget dan cepat ia mencelat ke atas. Jala itu terbawa
melayang ke atas dan ketika kedua orang pemegangnya menggerakkan tangan, jala
itu terputar-putar dengan tubuh Siauw Bwee di dalamnya. Akan tetapi tiba-tiba
dara perkasa itu berseru keras dan tubuhnya dalam jala meluncur dengan kekuatan
yang luar biasa sehingga dua orang pemegang jala di kanan kiri itu tidak dapat
bertahan dan mereka ikut tertarik, roboh terseret ke depan!
Para pengeroyok, dan juga Si
Sastrawan yang menlnggalkan Yu Goan untuk membantu teman-temannya menundukkan
dara yang amat lihai itu, datang menyerbu ke arah tubuh Siauw Bwee yang sudah
mulai tergulung jala. Akan tetapi, biarpun tubuhnya sudah dibelit-belit jala,
Siauw Bwee masih memegang pedangnya dan begitu tubuhnya mencelat ke depan,
robohlah tiga orang pengeroyok termasuk Si Sastrawan yang kena ditendang
dadanya, seorang dipukul kepalanya dan seorang lagi hampir putus pahanya
terkena pedang dara perkasa itu yang meluncur keluar dari dalam jala!
Tahan....!! Tiba-tiba
terdengar seruan halus dan mendengar seruan ini, para pengeroyok seketika
menghentikan sernua gerakan mereka dan menjatuhkan diri berlutut di atas tanah,
kecuali Si Sastrawan yang berdiri dengan muka tunduk ke arah kakek yang
tiba-tiba muncul di tempat itu.
Lepaskan mereka berdua! Buka
jala-jala itu!! Kembali kakek itu berseru halus dan para pengeroyok tadi kini
sibuk membuka jala dari kanan kiri dan melepaskan belitan-belitan yang amat
kuat itu.
Yu Goan yang sudah terbebas
dari dalam jala, menyambar pedang dan sarung pedangnya yang dilempar di atas
tanah oleh Si Sastrawan, kemudian pemuda itu berdiri dekat Siauw Bwee yang
sudah bebas lebih dulu. Mereka berdiri memandang kakek yang datang itu dan siap
menghadapi segala kemungklnan tanpa mengeluarkan suara. Ketika mereka
mengerling kiranya di situ sudah berkumpul banyak sekali orang-orang liar itu.
Adapun kakek yang muncul itu agaknya adalah ketua mereka, melihat dari sikap
hormat dan takut semua orang liar, kecuali Si Sastrawan yang kelihatannya
bersikap takut hormat buatan, sikapnya palsu dan hal ini diam-diam tidak
terlepas dari pandang mata Yu Goan dan Siauw Bwee. Kakek itu sudah tua sekali,
jenggot dan rambutnya yang tidak terpelihara baik-baik itu sudah putih, matanya
yang cekung dan tubuhnya yang jangkung itu amat kurus, akan tetapi sepasang
matanya mengeluarkan sinar yang aneh, lebih mencorong daripada mata orang-orang
liar itu! Pakaiannya juga sederhana sekali sehingga tampak jelas betapa bedanya
dengan pakaian Si Sastrawan.
Jala-jala itu kubikin untuk
menangkap binatang buas, untuk memenuhi kebutuhan perut kita. Mengapa sekarang
kalian pergunakan untuk menangkap manusia-manusia? Bukankah aku sudah melarang
kalian bertanding dengan orang luar?!
Para pengeroyok tadi tidak ada
yang menjawab, hanya berlutut dan menundukkan muka, akan tetapi beberapa orang
di antara mereka melirik ke arah Si Sastrawan, seolah-olah menyerahkan
jawabannya kepada sastrawan itu.
Kakek itu dapat menangkap
sikap anak buahnya ini, maka dia menoleh ke arah sastrawan itu dan berkata,
Ang-siucai, engkau adalah tamu terhormat di sini, mengapa membawa anak buah
kami untuk mengeroyok dua orang muda ini?!
Sastrawan itu menjura dan
menjawab dengan suara tenang, Harap Pangcu (Ketua) suka memaafkan saya. Karena
dua orang ini melanggar wilayah Pangcu dan sikap mereka mencurigakan, maka saya
mengusulkan kepada kawan-kawan untuk menangkap mereka dan membawa mereka ke
depan Pangcu untuk diadili. Akan tetapi, mereka berdua tidak mau menyerah,
bahkan melawan sehingga terjadilah pertempuran.!
Kakek itu mengerutkan
keningnya. Hemmm, tidak pernah aku memerintahkan untuk mengganggu orang yang
lewat, asal mereka tidak mengganggu kami. Biarlah sekali ini aku tidak akan
menghukum anak buahku. Dan kuharap Ang-siucai suka ingat agar tidak melakukan
hal seperti ini pula, karena kalau demikian, terpaksa aku tidak akan dapat
menganggap engkau sebagai tamu terhormat dan sahabat baik lagi. Nah, harap
kalian semua kembali lebih dulu!!
Anak buah orang-orang liar itu
bersama Si Sastrawan lalu bangkit dan pergi dari situ dengan kepala menunduk.
Mereka itu semua kelihatan patuh dan sama sekali tidak memperlihatkan muka
penasaran, akan tetapi dengan kerling matanya Siauw Bwee dapat menangkap
ketidak-puasan membayang di wajah sastrawan itu, bahkan mulut sastrawan itu
membayangkan senyum mengejek. Hemm, orang itu bukan seorang baik-baik, pikir
Siauw Bwee, akan tetapi karena urusan orang-orang itu tidak ada sangkut-pautnya
dengan dia, maka dia pun diam saja dan hanya memandang kakek yang masih berdiri
di depannya.
Kakek itu sejenak memandang
kepada Yu Goan, kemudian memandang lebih lama dan penuh perhatian kepada Siauw
Bwee, kemudian membungkuk dan berkata, Harap Ji-wi suka memaafkan kekerasan
anak buahku yang tidak berpendidikan. Melihat gerakan-gerakan Lihiap tadi, aku
percaya bahwa Lihiap tentulah seorang pendekar muda yang menjadi murid seorang
sakti.!
Siauw Bwee tersenyum. Biarpun
sederhana keadaannya, kakek ini tidaklah sebodoh orang-orang kasar tadi, maka
dia pun mengangkat kedua tangan memberi horrnat seperti yang dilakukan Yu Goan
lalu berkata, Kami berdua hanya kebetulan lewat saja lewat di hutan sana akan
tetapi malam tadi anak buahmu mengintai kami. Kami menjadi curiga dan mengikuti
jejak mereka sampai di sini dan tiba-tiba kami dikeroyok. Pangcu siapakah dan
perkumpulan apakah yang Pangcu pimpin, dan di bawah tebing sana itu.... apakah
ada hubungannya dengan Pangcu?!
Tiba-tiba wajah kakek itu
berubah agak pucat dan ia cepat menggeleng kepala sambil berkata, Harap Lihiap
tidak bertanya-tanya lebih banyak lagi. Aku sudah mohon maaf atas kelancangan
anak buahku. Sudahlah, aku minta dengan hormat sukalah Ji-wi meninggalkan
tempat ini dan harap jangan menceritakan orang lain akan keadaan kami, dan
jangan pula kembali ke tempat ini. Percayalah, aku seorang tua yang bicara demi
kebaikan Ji-wi sendiri.! Tiba-tiba kakek itu mengerutkan keningnya, menyentuh
dahi dengan tangan kanan, mukanya berubah pucat membiru, matanya dipejamkan,
mulutnya menyeringai dan seluruh tubuh tergetar menggigil seperti orang
kedinginan hebat. Giginya saling beradu dan akhirnya kakek itu menjatuhkan diri
di atas tanah, mengeluh dan mengerang kedinginan, mukanya makin membiru.
Pangcu....!
Sssttt....!! Yu Goan mencegah
Siauw Bwee dan ketika nona ini memandang temannya, pemuda itu mendekati ketua
itu dan memandang penuh perhatian dengan alis berkerut.
Kini wajah kakek itu mulai
putih kembali, dari biru menjadi putih dan tubuhnya tidak menggigil lagi. Dia
dapat duduk bersila tenang dan wajahnya yang pucat itu mulai kemerahan. Akan
tetapi betapa terkejut hati Siauw Bwee ketika melihat bahwa muka itu makin lama
makin merah dan tubuh kakek itu seolah-olah mengeluarkan hawa panas yang sampai
terasa olehnya. Kakek itu kembali tersiksa, kini seperti seekor cacing terkena
abu panas, bergulingan di atas tanah!
Pangcu....! Kembali Siauw Bwee
melangkah maju.
Jangan, biarkan saja. Dia
sedang terancam jiwanya oleh penyakit yang amat berat, aku sedang mempelajari
penyakitnya.!
Seperti tadi Yu Goan mendekat
dan memandang penuh perhatian. Siauw Bwee merasa heran dan juga kagum. Kiranya
pernuda itu, yang sudah ia saksi kan ilmu silatnya yang sungguh tak boleh
dikatakan masih rendah tingkatnya, bahkan amat tinggi mutunya, memiliki pula
ilmu kepandaian pengobatan! Pemuda yang aneh dan mengagumkan!
Kurang lebih satu jam lamanya
kakek itu menderita, akhirnya keadaannya tenang kembali. Dia membuka mata,
mengeluh dan meloncat bangun, menghapus keringat dari dahi dan lehernya,
memandang kepada dua orang muda itu dan berkata perlahan.
Maafkan.... ah, aku telah
membuat Ji-wi kaget saja. Sedikit gangguan kesehatanku....!
Gangguan kesehatan? Aihh,
Pangcu tidak tahukah pangcu bahwa yang Pangcu ceritakan ini bukan sekedar
gangguan kesehatan, melainkan ancaman jiwa Pangcu? Pangcu telah menderlta
keracunan hebat sekali, racun yang menimbulkan hawa meresap ke dalam pusar dan
mempengaruhi seluruh tubuh Pangcu!!
Kakek itu menjadi pucat
wajahnya. Bagaimana Sicu bisa tahu?!
Sedikit-sedikit aku tahu akan
ilmu pengobatan, Pangcu. Bolehkah aku memeriksanya?!
Kakek itu mengangguk-angguk,
kemudian duduk bersila dan Yu Goan mempersilakan dia membuka bajunya. Dengan
gerakan tangan tetap pemuda itu lalu memeriksa denyut nadi, kemudian
menempelkan telapak tangan ke pusar dan ke atas kedua dada kakek itu. Keningnya
berkerut tanda bahwa pemuda itu memusatkan pikiran, kemudian berkata,
Benar seperti dugaanku. Pangcu
terkena racun yang amat hebat. Bukankah kadang-kadang hawa sin-kang di tubuh
Pangcu tak dapat dikendalikan, di pusar terasa sakit seperti ditusuk, dada
sesak dan kadang-kadang terasa amat dingin adakalanya amat panas hampir tak
tertahankan? Pandangan mata menjadi berkunang telinga terdengar bunyi
melengking?!
Kakek itu terbelalak. Sicu
benar! Ahh, kiranya Sicu seorang ahli yang pandai. Bolehkah aku mengetahui
siapa guru Sicu?!
Aku mendapat ilmu pengobatan
dari kakekku sendiri yang berjuluk Yok-sanjin.!
Ahh, kiranya Si Raja Obat Song
Hai?! kakek itu berseru girang, lalu merangkap kedua tangannya. Mohon
pertolongan Sicu untuk mengobati dan menalong nyawaku.!
Sudah menjadi kewajiban setiap
orang untuk menolong sesamanya yang menderita, Pangcu. Akan tetapi mengobati
Pangcu tidaklah mudah, membutuhkan tenaga sin-kang yang amat besar dan pula
bukan di sini tempatnya.!
Ahh, aku berlaku kurang
hormat. Marilah, silakan Ji-wi datang ke tempat kami!!
Yu Goan mengangguk dan Siauw
Bwee memandang kepadanya dengan penuh rasa kagum. Mereka berdua mengikuti kakek
itu pergi meninggalkan tebing menuju ke dalam hutan. Di tengah jalan Siauw Bwee
berkata,
Wah, kiranya engkau seorang
ahli pengobatan yang lihai, Yu-twako.!
Ahh, pengertianku hanya
dangkal saja, Lihiap. Pula, aku merasa sangsi apakah aku akan cukup kuat untuk
menyembuhkan orang tua ini.!
Harap Sicu jangan khawatir.
Berhasil atau tidak bukanlah soal bagiku. Aku tetap berterima kasih kepada Sicu
yang telah sudi melimpahkan budi dan berusaha menolong aku, padahal tadi anak
buahku telah mengganggu Ji-wi. Bolehkah aku mengetahui Ji-wi yang gagah? Aku
sendiri bernama Ouw Teng dan sudah belasan tahun menjadi ketua di sini.!
Siauw Bwee dan Yu Goan menjura
dan pemuda itu berkata, Lihiap ini adalah Khu Siauw Bwee, dan aku bernama Yu
Goan.!
Biarpun kakek itu belum pernah
mendengar nama dua orang muda itu, namun karena sudah lama dia tidak muncul di
dunia kang-ouw, dia percaya bahwa mereka itu tentulah tokoh-tokoh muda murid
orang pandai, maka ia bersikap menghormat sekali. Setelah melalul jalan
berliku-liku, akhirnya tibalah mereka di perkampungan yang sederhana, di tengah
hutan gelap akan tetapi tanah di daerah ini amat subur dan sebagian dari hutan
itu telah berubah menjadi sawah dan kebun sayur.
Daerah kami ini jarang
didatangi orang luar dan kami hidup tenang di sini, tidak pernah kekurangan
makan. Di dalam kesederhanaan kami, kami tidak membutuhkan apa-apa, karena itu
kami hidup cukup bahagia,! kata Ouw-pangcu sambil mempersilakan kedua orang
muda itu memasuki pondok terbesar yang menjadi rumahnya. Orang-orang yang
berpakaian sederhana seperti yang mengeroyok mereka tadi, nampak hilir mudik
dan sibuk bekerja. Agaknya mereka semua telah mendengar tentang kedua orang muda
itu, maka mereka memandang dengan penuh perhatian, akan tetapi tidak ada
seorang pun yang berani membuka suara karena kini dua orang muda itu datang
bersama ketua mereka.
Diam-diam Yu Goan tersentuh
oleh ucapan ketua itu. Terbukti kebenaran pelajaran yang pernah ia dengar dari
kakeknya bahwa kebahagiaan hanya dapat dirasakan oleh orang yang tidak
membutuhkan apa-apa! Bahkan tidak membutuhkan kebahagiaan itu sendiri!
Keinginan timbul karena panca indera ditempeli pikiran yang membayangkan dan
mengenang segala pengalaman kenikmatan jasmani dan kesenangan.
Kalau keinginan sudah timbul,
maka memuaskan keinginan itulah yang menciptakan kebutuhan. Ada kebutuhan
disusul dengan usaha pencarian, yaitu mencari apa yang dibutuhkan. Sungguh
berlika-liku dan sulit ditempuh, padahal setelah mencapai apa yang dicari,
hahya mendatangkan kesenangan sesaat saja, kemudian dilupakan untuk disambung
kebutuhan lainnya yang tak kunjung habis, tak kunjung henti karena kebutuhan
itu diciptakannya sendiri tanpa sadar. Betapa mungkin manusia yang selalu
dikejar-kejar kebutuhan yang diciptakan sendiri oleh kehausan dan kerakusan
akan kenikmatan duniawi, dapat merasakan kebahagiaan? Kebahagiaan bukanlah
senang bukan pula susah, bukan jntung bukan pula rugi, karena itu tidak ada kebalikannya,
tidak ada perbandingannya. Jika masih dapat dibandingkan, itu bukanlah bahagia!
Pondok tempat tinggal Ouw
Pangcu cukup besar, akan tetapi amatlah sederhana. Dindingnya terbuat daripada
bata bertumpuk-tumpuk secara kasar, daun pintunya dari kayu dengan bentuk
bersahaja. Pembaringan kakek ini pun hanya merupakan sebuah dipan bambu! Belum
pernah selama hidupnya dua orang muda itu melihat seorang ketua semiskin ini!
Mereka duduk berhadapan di
atas dipan, Yu Goan dan Ouw-pangcu. Adapun Siauw Bwee duduk di atas bangku tak
jauh dari situ mendengarkan percakapan dua orang itu. Dia sendiri tidak
mengerti ilmu pengobatan maka dia hanya ingin menonton bagaimana sahabatnya itu
mengobati Ouw-pangcu.
Bagaimanakah aku sampai
keracunan? Aku sama sekali tidak pernah bertanding dengan orang lihai dan tidak
pernah kena pukul,! kata kakek itu, menyatakan keheranannya biarpun dia tidak
meragukan keterangan Yu Goan yang cocok dengan penderitaannya.
Engkau tidak terluka oleh
pukulan, Pangcu. Akan tetapi karena makanan atau minum sesuatu yang dicampuri
racun. Dan racun ini mengacaukan hawa murni di tubuhmu. Karena engkau telah
melatih diri dengan sin-kang yang tinggi dan aneh, yang agaknya telah dapat kau
kuasai sedemikian rupa sehingga engkau mampu mempergunakan Im-kang dan
Yang-kang yang amat kuat, maka kini kedua hawa yang sifatnya bertentangan itu
saling menggempur tubuhmu sendiri.!
Kakek itu membelalakkan
matanya. Betapa mungkin makanan atau minumanku diracuni orang? Akan tetapi....
keteranganmu tepat sekali, Sicu. Memang aku telah melatih diri dengan sin-kang
yang.... yang....! Kakek itu kelihatan ragu-ragu.
Hemm, bukankah engkau melatih
Im-yang-sin-kang secara berbareng dan pandai menggunakan kedua sin-kang itu
secara berbareng?! Tiba-tiba Siauw Bwee menyambung ketika melihat kakek itu
agak ragu-ragu untuk memberi tahu.
Kakek itu makin kaget dan
memandang Siauw Bwee penuh kagum. Engkau tahu akan hal itu, Nona? Bukan main!
Agaknya di dunia ini penuh dengan orang-orang muda yang berilmu tinggi! Tidak
salah, sesungguhnya ilmuku ini merupakan rahasia, akan tetapi heran sekali
mengapa engkau dapat menduga begitu tepat, dan Sicu ini dapat pula memberi
keterangan yang cocok.!
Hemm, apa anehnya Pangcu?!
Siauw Bwee berkata. Anak buahmu tidak pan dai ilmu silat tinggi, namun mereka
rata-rata memiliki sin-kang yang amat kuat. Dan juga sastrawan itu....!
Tiba-tiba wajah kakek itu
menjadi pucat. Aihh! Apakah bisa jadi....?!
Apa yang hendak kaukatakan,
Pangcu?! Yu Goan berkata.
Racun itu....! Anak buahku
tidak mungkin meracuniku, akan tetapi dia.... Ang-siucai itu.... dia banyak
mengajarkan ilmu masakan kepada para koki kami! Dan anggur yang dibuatnya
itu....!! Tiba-tiba ia menarik napas panjang, kemudian melanjutkan dengan suara
lirih hampir berbisik, Ah, aku sudah membuka rahasia. Akan tetapi agaknya
keadaan gawat, dan entah mengapa, timbul kepercayaan besar di hatiku terhadap
Ji-wi. Biarlah kuceritakan keadaan kami sebelum engkau mencoba mengobatiku,
Sicu.!
Kakek ini dengan suara
perlahan lalu menceritakan keadaan orang-orang di situ yang dipimpinnya. Dahulu
di tempat itu tinggal sekelompok orang, kurang lebih dua ratus orang jumlahnya,
yang hidupnya masih terbelakang dan jarang bertemu dengan orang luar. Mereka
hidup sederhana, bahkan masih setengah liar. Kemudian muncullah seorang kakek
sakti yang aneh dan berilmu seperti dewa. Melihat keadaan sekelompok manusia
yang wajar dan sederhana ini, kakek itu lalu memimpin mereka dan mengajarkan
ilmu kepandaian agar mereka itu dapat menjaga diri, dan dapat mengalahkan segala
tantangan hidup dalam dunia yang masih liar itu.
Karena pimpinan Locianpwe
itulah maka kami memiliki sedikit ilmu kepandaian sehingga kami dapat menangkap
binatang buas yang bagaimana kuat pun. Akan tetapi, sungguh celaka, nasib buruk
menimpa kami. Tidak lama setelah Locianpwe itu berada di sini dan beliau suka
sekali hidup di antara orang-orang yang masih sederhana, wajar dan liar seperti
kami, malapetaka menimpa kami, yaitu berupa penyakit yang menyeramkan.!
Penyakit apakah, Pangcu?!
Siauw Bwee bertanya, hatinya tertarik sekali mendengar penuturan itu dan
menduga-duga siapa gerangan kakek sakti itu.
Penyakit kusta.!
Kusta....?! Yu Goan sebagai
seorang ahli pengobatan tentu saja merasa ngeri mendengar penyakit yang belum
pernah dapat diobati itu. Lalu bagaimana, Pangcu?!
Inilah sebetulnya rahasia
besar kami yang sekarang kubuka kepada Ji-wi karena Ji-wi sudah kuanggap bukan
orang lain. Mereka yang terkena penyakit itu terpaksa harus menjauhkan diri
agar jangan sampai menular kepada orang lain. Hal ini diatur oleh Locianpwe itu
dan mereka itu ditempatkan di lembah.!
Di bawah sana itu? Jadi
orang-orang di bawah itu adalah penderita-penderita penyakit kusta?! tanya
Siauw Bwee.
Benar, jadi di antara mereka
dan kami sebenarnya masih ada hubungan erat, bahkan masih keluarga, dan lebih
lagi, di antara mereka yang menderita itu terdapat ketua kami yang dahulu
dipilih oleh Locianpwe itu sehingga sampai sekarang pun, tingkat mereka lebih
tinggi dari pada kami orang-orang penghuni hutan di bukit ini. Karena penderitaan
mereka itulah, Locianpwe menurunkan ilmu melatih sin-kang yang disebut
Jit-goat-sin-kang (Hawa Sakti Matahari Bulan). Hanya mereka yang berada di
lembah saja yang memperoleh ilmu itu, dan di atas sini hanya ketuanya, yaitu
aku sendiri yang mendapatkan ilmu itu. Aku melatih sin-kang itu dengan
mengambil tenaga sakti matahari dan bulan, kulatih bertahun-tahun. Siapa
mengira, sekarang aku menjadi korban dari sin-kang itu sendiri.!
Kenapa engkau keracunan,
Pangcu. Dan agaknya ada orang yang sengaja meracunimu,! kata Yu Goan.
Tentu orang yang tahu akan
Jit-goat-sin-kang, dan satu-satunya.... hemmm, hanya Ang-siucai yang kuberi
tahu akan rahasia ilmu itu untuk membalas budinya. Setelah Locianpwe itu pergi
beberapa tahun yang lalu, datanglah Ang-siucai sebagai utusan pemerintah yang
bersikap baik sekali kepada kami, mengajarkan masak dan baca tulis.
Mungkinkah dia....? Aihh,
jangan-jangan sikap beberapa orang anak buahku yang berubah ini pun hasil
perbuatannya! Celaka, dan aku terluka. Ah, Sicu, tolonglah aku agar aku dapat
menyelidiki hal ini dan mencegah terjadinya hal yang lebih hebat lagi. Aku
khawatir kalau-kalau akan terjadi pemberontakan di sini. Dalam beberapa bulan
ini aku sudah melihat gejala-gejala perlawanan dan sikap tidak mau menaati
perintahku, termasuk penyerangan mereka kepada Ji-wi tadi.!
Baik, Pangcu. Akan kucoba.
Silakan Pangcu duduk bersila dan aku akan membantumu membersihkan hawa beracun
yang mengacaukan sin-kang di tubuhmu.! kata Yu Goan. Pemuda ini lalu duduk
bersila di atas dipan, di belakang kakek itu, kemudian ia menempelkan kedua
telapak tangannya di atas punggung yang telanjang itu, mengerahkan sin-kangnya.
Tak lama kemudian, Yu Goan
berteriak keras dan tubuhnya terpelanting jatuh dari atas dipan, mukanya pucat
penuh keringat dan matanya terbelalak.
Siauw Bwee cepat menyambar
lengan Yu Goan dan membantu pemuda itu berdiri. Kakek itu menoleh dan
mengerutkan alisnya yang putih. Bagaimana, Sicu?!
Bagaimana, Twako? Kenapa kau
jatuh?! Siauw Bwee juga bertanya.
Yu Goan mengusap peluhnya dan
menggeleng kepala. Percuma. Agaknya Jit-goat-sin-kang yang kaumiliki itu luar
biasa kuatnya, Pangcu. Aku tidak kuat menahan. Untuk mengobatimu membutuhkan
orang yang memiliki sin-kang jauh lebih tinggi daripada kekuatanmu sendiri.
Sin-kangmu yang dua macam saling berlawanan itu mana mungkin dilawan orang
biasa seperti aku? Yang mengobati harus membagi tenaganya, sebagian untuk
menahan penolakan Jit-goat-sin-kang yang berlawanan itu, sebagian untuk
mengirim hawa murni ke pusarmu dan membantumu menguasai kembali sin-kangmu dan
bersama-sama mengusir hawa beracun. Tak mungkin aku melakukannya, bahkan
seluruh sin-kangku masih tidak kuat menghadapl pergolakan Jit-goat-sin-kang
yang saling berlawanan itu, apalagi untuk mengusir hawa beracun.!
Aihh, sudah nasibku. Untuk
menghadapi maut, bagiku bukan apa-apa, karena aku pun sudah cukup tua. Akan
tetapi kalau yang kukhawatirkan terjadi, kalau samnpai timbul pemberontakan,
celakalah anak buahku semua....! Kakek itu mengeluh dengan air muka berduka
sekali.
Pangcu, jangan khawatir. Aku
akan membantumu mengobati penyakitmu. Twako, jelaskan apa yang harus
kulakukan?!
Khu-lihiap...., hal itu....
berbahaya sekali. Jit-goat-sin-kang di tubuhnya liar dan amat kuatnya.
Salah-salah engkau akan terluka parah di sebelah dalam tubuhmu!!
Sicu benar, Lihiap. Harap
jangan main-main dan mengorbankan diri sendiri untukku,! Ouw-pangcu juga
berkata dengan hati tulus.
Siauw Bwee tersenyum. Kalau
belum dicoba mana kita tahu, Twako? Biarlah aku mencobanya.!
Khu-lihiap, ini bukan
main-main, mana boleh dicoba-coba? Aku tahu bahwa kepandaianmu jauh lebih
tinggi daripada tingkatku. Aku tidak hendak mengatakan bahwa sin-kangmu lebih
lemah daripada sin-kangku, akan tetapi betapapun, tak mungkin dapat melawan
Jit-goat-sin-kang yang liar di tubuh Ouw-pangcu.!
Kembali Siauw Bwee tersenyum.
Ouw-pangcu, Locianpwe yang kausebutkan tadi, apakah dia seorang kakek bertubuh
kecil seperti kanak-kanak akan tetapi kepalanya besar sekali dan namanya Bu-tek
Lo-jin?!
Ouw-pangcu begitu kaget
mendengar ini sampai dia meloncat turun dari dipan dan memandang Siauw Bwee
dengan mata terbelalak. Ini.... ini.... rahasia besar.... bagaimana Lihiap bisa
tahu....?! tanyanya gugup dan Yu Goan juga terkejut. Dia pernah mendengar dari
ayahnya akan nama Bu-tek Lo-jin itu, seorang manusia setengah dewa yang sakti
dan aneh sekali, bahkan lebih terkenal daripada nama Pek-kek Sian-ong dan
Lam-kek Sian-ong, dua orang kakek beradik yang tidak lumrah manusia itu dan
hanya kalah kebesaran dan keanehannya oleh Bu Kek Siansu!
Karena engkau telah
mempercayakan rahasiamu kepadaku, Pangcu, dan karena aku sudah percaya penuh
kepada Yu-twako, maka tidak perlu aku menyembunyikan rahasia diriku lagi. Aku
mendengar nama besar Bu-tek Lo-jin dari suhengku ketika aku digemblengnya di Pulau
Es.!
Pulau Es....?! Kini seruan itu
keluar hampir berbareng dari mulut Yu Goan dan Ouw-pangcu.
Khu-lihiap, jadi engkau....
murid penghuni Istana Pulau Es? Engkau murid manusia dewa Bu Kek Siansu....?!
Yu Goan bertanya dengan mata terbelalak.
Siauw Bwee tersenyum,
mengangguk. Aku murid beliau, akan tetapi beliau tidak ikut bersama kami ke
Pulau Es dan yang mengajarku adalah Suheng. Penghuni Pulau Es hanyalah kami
bertiga, aku, suciku dan suhengku.!
Ah, aku bersikap kurang
hormat....!! Ouw-pangcu cepat menjatuhkan diri berlutut. Akan tetapi baru
setengahnya, tangan Siauw Bwee telah menangkap lengannya dan sekali tarik,
tubuh kakek itu telah melayang ke atas dipan! Kakek itu duduk bersila dan
memejamkan mata sambil berkata,
Khu-lihiap penghuni Istana Pulau
Es, aku menyerahkan nyawaku ke tangan Lihiap!!
Jangan terlalu sungkan,
Ouw-pangcu. Aku pun belum dapat menentukan apakah aku akan dapat
menyembuhkanmu. Twako, jangan banyak pujian dan sungkan-sungkan lagi, lekas
terangkan bagaimana caranya mengobati luka Ouw-pangcu.!
Dengan keheranan dan kekaguman
masih menyelubungi hatinya, Yu Goan lalu memberi petunjuk. Tiba-tiba terdengar
suara gaduh di luar, suara beradunya senjata dan teriakan anak buah Ouw-pangcu,
Pemberontak! Pengkhianat! Manusia palsu Ang Hok Ci!!
Ouw-pangcu menjadi pucat
wajahnya, akan tetapi dengan tenang Siauw Bwee berkata, Twako, kau menjaga di
pintu, biar aku mengobatinya.! Lalu dara perkasa ini menempelkan kedua telapak
tangannya ke punggung kakek itu. Ouw-pangcu hendak melawan karena ingin dia
menghadapi para pemberontak, akan tetapi sungguh aneh, tenaga Jit-goat-sin-kang
di tubuhnya tiba-tiba bertemu dengan sin-kang yang amat kuat, juga sin-kang
yang keluar dari kedua tangan dara itu merupakan dua macam sin-kang, panas dan
dingin. Dia terheran-heran. Apakah dara ini pandai pula Jit-goat-sin-kang?
Sebenarnya bukanlah demikian, Siauw Bwee tidak pernah melakukan ilmu sin-kang
dari inti hawa sakti matahari dan bulan, akan tetapi dia berlatih di Pulau Es
di bawah petunjuk Han Ki dan menurut kitab-kitab pelajaran Bu Kek Siansu tentu
saja dia menguasai Yang-kang dan Im-yang dengan baiknya.
Sementara itu, di luar pondok
terjadi perang yang amat seru. Anak buah yang masih setia kepada Ouw-pangcu
diserbu anak buah lain yang telah dipengaruhi Ang Hok Ci atau Ang-siucai.
Kiranya diam-diam Ang-siucai selama setengah tahun berada di situ, telah
menurunkan ilmu silat kepada para kawan yang dipengaruhinya sehingga dalam
pertempuran itu, anak buah Ouw-pangcu banyak yang roboh dan tewas.
Bunuh Ouw-pangcu!! terdengar
teriakan Ang-siucai dan ternyata bahwa kini selain Ang-siucai dan para anak
buah yang dapat dipengaruhinya, muncul pula beberapa orang kawan Ang-siucai
yang datang dari luar dan pada saat itu sudah menyerbu masuk perkampungan itu
untuk membantu pemberontakan yang dicetuskan oleh sastrawan itu! Mereka itu
rata-rata memiliki ilmu kepandaian tinggi, dan Ang-siucai sendiri sekarang pun
tidak pura-pura. Biasanya, dia menyembunyikan kepandaiannya maka ia selalu
bergerak dengan kaku seperti orang-orang di situ, akan tetapi sekarang, di
samping tenaga Jit-goat-sin-kang yang telah dimilikinya walaupun belum mencapai
tingkat tinggi, dia juga menggunakan ilmu silatnya sendiri yang ternyata cukup
hebat. Seorang demi seorang robohlah para pengikut Ouw-pangcu dan sebagian kini
menyerbu ke pondok tempat tinggal Ouw-pangcu!
Daun pintu dibobol dari luar
dan Yu Goan cepat menggerakkan pedangnya, merobohkan orang pertama yang
menyerbu masuk. Pemuda itu maklum bahwa selagi Siauw Bwee mengobati Ouw-pangcu,
kedua orang itu tidak berdaya untuk membantunya. Bahkan kalau mereka berdua
diganggu, amat berbahaya bagi keselamatan mereka. Selain itu, cara pengobatan
menggunakan sin-kang itu tidak dapat dihentikan di tengah jalan karena hal ini
akan membahayakan yang diobati. Dia harus dapat bertahan seorang diri sampai
Siauw Bwee selesai mengobati kakek itu.
Dua orang dengan gerakan liar
menyerbu masuk dengan tangan memegang golok. Mereka menyerang berbareng ke arah
Yu Goan. Pemuda ini sudah melolos pedang dan sarung pedangnya karena dia maklum
akan menghadapi pengeroyokan banyak lawan. Melihat datangnya dua batang golok
yang digerakkan dengan tenaga kuat itu, ia menangkis dengan pedang dan sarung
pedangnya.
Untung baginya bahwa dua orang
itu hanya memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat akan tetapi gerakan mereka
sama sekali tidak berbahaya, maka begitu menangkis, pedangnya terus berkelebat
ke kanan kiri menusuk dada dan menyabet perut. Dua orang itu berteriak keras,
akan tetapi benar-benar tubuh mereka kebal, karena tusukan ke arah dada itu
meleset dan hanya mendatangkan luka pada kulit, sedangkan sabetan pada perut
hanya merobek baju dan kulit.
Dua orang itu sambil berteriak
kaget sudah menerjang lagi dengan buas, akan tetapi Yu Goan yang melihat betapa
di belakang dua orang itu menyerbu banyak sekali lawan, bergerak cepat sekali.
Serangan orang di sebelah kanannya ia elakkan sehingga orang itu terhuyung ke
belakang, cepat pedangnya dibalik dan secara tiba-tiba pedangnya menusuk ke
belakang dan tepat menancap pada punggung lawan ini yang menjerit dan muntahkan
darah segar dari mulutnya lalu terjungkal. Adapun penyerangnya dari kiri ia
sambut dengan totokan sarung pedang pada pergelangan tangan orang itu sehingga
goloknya terlempar karena tangan itu menjadi lumpuh.
Pedang Yu Goan menyambar, kini
mengarah leher dan biarpun leher itu juga kebal, namun goresan mengenai jalan
darah di leher sehingga tampak getar ketika bertemu dengan golok yang dipegang
seorang berpakaian seperti orang Han, dahinya lebar sekali dan gerakan goloknya
aneh dan tangkas. Bersama orang ini, menyerbu pula enam orang liar dan Yu Goan
segera dikeroyok di depan pintu. Pemuda ini memutar pedang dan sarung
pedangnya.
Namun kepandaian orang Han
yang menjadi kawan Ang-siucai itu benar-benar tak dapat dipandang ringan
sehingga Yu Goan harus bersikap hati-hati sekali. Dia memutar pedang dan sarung
pedang, berloncatan ke sana-sini tanpa meninggalkan posisinya melindungi Siauw
Bwee yang sedang mengobati Ouw-pangcu di sebelah belakangnya. Dia berhasil
merobohkan dua orang pengeroyok pula, akan tetapi kini Ang-siucai sendiri
bersama teman-temannya datang, dan Yu Goan terkurung oleh delapan orang
termasuk Ang-siucai, dan dua orang Han yang lihai!
Yu Goan bukanlah seorang
pendekar muda biasa. Dia adalah putera tunggal pendekar besar Yu Siang Ki,
keturunan langsung dari tokoh-tokoh besar Ketua Khong-sim Kai-pang, perkumpulan
pengemis pendekar yang amat terkenal itu. Ayahnya sendiri yang telah
menggemblengnya dalam ilmu silat, bahkan ayahnya yang menjadi seorang ahli ilmu
tongkat keluarga Yu, telah mengubah ilmu pedang dari ilmu tongkatnya itu. Kini,
Yu Goan mainkan pedang di tangan kanan dan sarung pedang di tangan kiri yang
dipergunakan sebagai tongkat, dapat menangkis dan juga menotok jalan darah
lawan!
Namun, jumlah pengeroyok
terlalu banyak. Roboh dua maju empat orang dan sebentar saja banyak lawan
menyerobot masuk sehingga Yu Goan menjadi sibuk dan bingung juga karena dia
harus melindungi Siauw Bwee dan Ouw-pangcu. Andaikata dia tidak harus
melindungi dua orang itu, tentu saja sejak tadi dia sudah meloncat keluar
mencari tempat yang lebih luas agar enak dia mengamuk. Kini, di tempat sempit
itu, dan separuh perhatiannya ia tujukan untuk melindungi Siauw Bwee dan
Ouw-pangcu, tentu saja dia kurang menjaga diri sendiri sehingga beberapa kali
dia terkena sambaran senjata yang bagaikan hujan datangnya. Pundaknya, pangkal
lengan kirinya dan paha kanannya sudah terluka, namun Yu Goan tak pernah
berhenti bergerak menahan musuh yang seolah-olah air bah mengancam Siauw Bwee
dan Ouw-pangcu.
Kurung dia rapat-rapat!!
Ang-siucai berseru dan kini dua belas orang mengepung Yu Goan. Pemuda ini
bingung sekali karena dia tidak dapat lagi melindungi Siauw Bwee. Baginya
hanyalah Siauw Bwee yang penting maka kembali dia terkena tusukan ujung golok
pada dada kanannya yang mengakibatkan luka lumayan dalamnya. Hal ini dapat
terjadi karena dia nekat meloncat keluar dari kepungan mendekati Siauw Bwee.
Pada saat itu, dua orang liar telah dekat di belakang Siauw Bwee, telah
mengangkat golok hendak membacok wanita muda yang duduk bersila dan memejamkan
mata, kedua telapak tangan menempel di punggung Ouw-pangcu itu.
Trang-trang! Cepp! Cepp!!
Dalam kemarahan dan kegelisahannya, Yu Goan menangkis golok dari belakang,
kemudian dua kali pedangnya amblas mema suki lambung dua orang itu yang tidak
sempat mengerahkan sin-kang karena serangan itu datangnya amat cepatnya.
Bukkk!! Tubuh Yu Goan
terguling ketika pukulan tangan kiri Ang-siucai mengenai punggungnya. Belasan
batang golok dan pedang menghunjam ke bawah mengarah tubuh pemuda ini, akan
tetapi dengan sikap seperti seekor burung terbang, tubuh Yu Goan sudah mencelat
ke atas dan terdengar bunyi nyaring ketika pedang dan sarung pedangnya
menangkis sekian banyaknya senjata!
Kesempatan ini dipergunakan
oleh dua orang Han pembantu Ang-siucai untuk menerjang Siauw Bwee dari
belakang. Mereka telah melihat Siauw Bwee dan diam-diam mereka ini
tergila-gila, maka ketika mereka menerjang, mereka tidak ingin membunuh dara
jelita itu, melainkan ingin menangkapnya. Dua orang ini menubruk dan karena
tanpa berunding lebih dulu memang mereka mempunyai nafsu hati yang sama,
seorang mencengkeram pundak kiri Siauw Bwee dan orang ke dua mencengkeram
pundak kanan. Niat hati mereka, dara itu akan ditangkap, dipeluk, dipondong dan
dibawa lari!
Auugghhh!!
Aiiighhh!!
Dua orang itu begitu menyentuh
pundak Siauw Bwee, terpelanting dan terbanting ke atas lantai. Yang memegang
pundak kiri seketika menjadi kejang, mula-mula menggigil lalu mati kaku dengan
muka dan tubuh membiru karena darahnya telah membeku terserang Im-kang yang
dahsyat. Adapun yang menyentuh pundak kanan tadi menjadi hitam seluruh tubuhnya
dan mati seperti orang terbakar karena darahnya telah terbakar oleh Yang-kang!
Ihhhh....!! Ang-siucai
berteriak kaget dan memberi aba-aba kepada para kawannya agar tidak menyerang
nona itu. Namun terlambat dua orang pembantunya, anak buah Ouw-pangcu yang
memberontak telah menusukkan golok mereka ke punggung Siauw Bwee. Begitu ujung
golok menyentuh punggung, keduanya memekik dan terjengkang ke belakang dan mati
seketika! Pada saat itu Siauw Bwee sedang mengerahkan seluruh tenaga
sin-kangnya, dan tenaga itu bercampur dengan tenaga Jit-goat-sin-kang dari
Ouw-pangcu, maka dahsyatnya bukan kepalang. Tenaga itu seolah-olah melindungi
tubuh mereka berdua dan tentu saja penyerang yang kurang kuat sin-kangnya akan
mati seketika seperti yang dialami empat orang sembono itu.
Ang-siucai membawa
teman-temannya keluar dan kini pertandingan dilanjutkan di luar. Pihak pengikut
Ouw-pangcu terdesak hebat dan Yu Goan yang masih mengamuk dan terkurung dan
terdesak karena pemuda perkasa ini sudah menderita banyak luka. Keadaannya
berbahaya, sekali, namun Yu Goan sedikit pun tidak menjadi gentar dan, bertekad
melawan sampai detik terakhir.
Ouw-pangcu menghela napas
panjang, tubuhnya bergerak dan ia berkata dengan suara nyaring, Terima kasih,
Lihiap. Budimu takkan kulupakan dan ternyata Lihiap tidak kecewa menjadi murid
Bu Kek Siansu!!
Tidak perlu berterima kasih,
Pangcu. Lebih baik lekas kita membantu Yu-twako.!
Kedua orang ini meloncat
keluar. Ouw-pangcu masih bertelanjang baju dan tangannya sudah menyambar
goloknya yang tadi tergantung di dinding, begitu tiba di luar, Siauw Bwee dan
Ouw-pangcu mengamuk. Terutama sekali Ouw-pangcu yang masih menyaksikan Yu Goan
menderita banyak luka dan orangnya banyak yang tewas. Ketua ini mengamuk
seperti harimau terluka dan banyak kaum pemberontak roboh dan tewas di ujung
golok atau di bawah telapak tangan kirinya.
Namun, ketika para pemberontak
melemparkan senjata dan berlutut minta ampun, di antara mereka tidak terdapat
Ang-siucai dan kawan-kawannya yang telah lebih dulu melarikan diri. Hanya dua
orang Han yang menyerang Siauw Bwee tadi yang tewas, selebihnya telah berhasil
melarikan diri semua. Ouw-pangcu yang merasa penasaran, mengerahkan
orang-orangnya untuk melakukan pengejaran, namun Ang-siucai dan teman-temannya
lenyap seperti ditelan bumi. Dengan hati penuh penasaran dan duka Ouw-pangcu
memimpin anak buahnya untuk mengurus mayat-mayat yang bergelimpangan, dan
mengobati yang terluka.
Yu Goan mencerita luka, namun
tidak ada yang berbahaya sehingga setelah mengobati dirinya sendiri, pemuda
perkasa ini masih sibuk mengobati anak buah Ouw-pangcu yang terluka.
Hati Ouw-pangcu menjadi
terharu sekali. Dia menjatuhkan diri berlutut di depan Siauw Bwee dan Yu Goan.
Ketika dua orang itu menolak dan membujuknya untuk berdiri, dia berkata,
Aku tidak mau berdiri kalau
Ji-wi tidak suka menjadi anak-anak angkatku!!
Yu Goan dan Siauw Bwee saling
pandang akhirnya keduanya mengangguk.
Baiklah, Gihu!!
Bangkitlah sekarang, Gihu!!
kata pula Siauw Bwee yang mencontoh Yu Goan menyebut gihu (ayah angkat) kepada
kakek itu. Ouw-pangcu melompat bangun, tertawa bergelak dan merangkul pundak
kedua orang muda itu, memandang muka mereka saling berganti penuh kebanggaan.
Ha-ha-ha-ha! Mempunyai dua
orang anak angkat seperti kalian, biar sekarang mati pun aku akan mati dengan
senyum bahagia!!
Siauw Bwee dan Yu Goan menjadi
terharu sekali dan diam-diam mereka tidak menyesal, bahkan bangga mempunyai
seorang ayah angkat yang demikian gagah perkasa, jujur, dan hidup dalam keadaan
wajar. Marilah, anak-anakku. Marilah kuajarkan ilmu melatih sin-kang untuk
memperoleh tenaga inti matahari dan bulan. Kebetulan bulan sedang purnama malam
ini, kau bisa mulai.!
Bagi Yu Goan tentu saja ilmu
ini merupakan keuntungan besar bukan main dan dengan tekun ia mulai melatih
diri. Bagi Siauw Bwee, sesungguhnya dia memiliki sin-kang yang lebih dahsyat
daripada yang dimlilki Ouw-pangcu, akan tetapi ketika dia mempelajari teori
pelajaran ini, dia mendapat kenyataan bahwa kalau orang dapat mencapai tingkat
tertinggi dari ilmu ini, bukan saja akan memliiki sin-kang yang dahsyat, pun
akan dapat memetik hawa mukjizat dari matahari dan bulan! Maka dia pun lalu
mempelajari dengan teliti dan mulai berlatih bersama Yu Goan.
Ouw Teng, ketua penghuni
tebing dan hutan itu, bersikap amat baik kepada Yu Goan dan Siauw Bwee. Kakek
ini tidak mempunyai isteri atau anak, dan rasa terima kasih membuat dia
berusaha sedapatnya untuk menyenangkan hati kedua orang anak angkatnya. Dia
menceritakan segala hal mengenai keadaan para penghuni di situ tanpa menyimpan
rahasia. Anak buahnya, yaitu para penghuni tebing dan hutan, tadinya berjumlah
seratus orang lebih. Mereka membentuk keluarga di situ dan beranak bini. Akan
tetapi pemberontakan itu menewaskan belasan orang anak buahnya, sedangkan yang
terbujuk oleh Ang-siucai dan tewas serta melarikan diri, ada tiga puluh orang.
Setelah tinggal di tempat itu
selama dua bulan, Siauw Bwee dan Yu Goan mendapat kenyataan betapa orang-orang
itu sesungguhnya hidup jauh lebih bahagia daripada orang-orang kota. Dan
sesungguhnya mereka hidup dengan tenang, tenteram dan penuh damai. Tidak pernah
ada percekcokan. Tidak pernah ada pencurian karena mereka tidak mengenal
istilah mencuri. Semua benda yang terdapat di situ adalah milik mereka bersama
dan siapa yang membutuhkan boleh mengambilnya. Tidak ada iri hati karena
keadaan hidup mereka sama, bahkan Ouw-pangcu sendiri hidupnya tidak berbeda
dengan mereka.
Melihat keadaan ini, Siauw
Bwee diam-diam membenarkan Bu-tek Lo-jin yang menaruh kasihan dan mengajarkan
ilmu kepada mereka. Hidup secara liar seperti itu tentu saja lebih membutuhkan
kekuatan untuk melawan ancaman binatang buas, penyakit yang timbul dari hawa
udara dan lain ancaman lagi. Karena melihat bahwa mereka itu hanya memiliki
kekebalan, Siauw Bwee lalu mengajarkan beberapa jurus ilmu pukulan dan ilmu
meringankan tubuh. Kini ia mendapat kenyataan bahwa ketika malam-malam mereka
mengintai dia dan Yu Goan, mereka itu melenyapkan diri bukan karena memiliki
gerakan cepat, melainkan karena mempunyai tempat persembunyian di hutan-hutan
yang tentu saja sudah mereka kenal betul keadaannya. Pula, karena mata mereka
mengeluarkan cahaya mencorong berkat sin-kang mereka, maka begitu mereka
memejamkan mata dan mendekam di tempat gelap, Siauw Bwee tidak dapat melihat
mereka.
Bagi Siauw Bwee yang sudah
mengalami banyak hal aneh, bahkan pernah tinggal di tempat Pulau Es yang sunyi,
kini tinggal di dalam hutan di antara orang-orang yang demikian sederhana
hidupnya, ia merasakan ketenteraman hati yang amat menyenangkan. Ia merasa
kerasan di tempat itu, hidup di antara pohon-pohon dan tanaman-tanaman liar,
tidak pernah terlihat kemewahan kota, tidak pernah melihat kesibukan manusia
mengejar uang, tidak pernah melihat percekcokan-percekcokan.
Juga Yu Goan, di samping tekun
melatih diri dengan Ilmu Jit-goat-sin-kang, juga merasa amat senang tinggal di
situ. Akan tetapi, berbeda dengan perasaan Siauw Bwee, pemuda ini maklum bahwa
jangankan tinggal di tempat yang tenang itu, biar tinggal di dalam neraka
sekalipun dia akan merasa senang kalau di situ terdapat Siauw Bwee di
sampingnya! Pemuda ini menyadari sedalamnya bahwa dia telah jatuh cinta kepada
dara jelita yang sakti itu. Jatuh bertekuk lutut, mencinta Khu Siauw Bwee bukan
hanya dengan jiwa raganya, melainkan seluruh hidupnya seakan-akan kini ia
tujukan demi cinta kasihnya kepada dara itu! Dia tidak berani mengeluarkan isi
hatinya, akan tetapi setiap pandang matanya, suaranya, gerak-geriknya jelas
membayangkan cintanya yang amat mendalam.
Siauw Bwee sendiri bukan tidak
tahu akan perasaan pemuda itu, dan hal ini amat mengganggu hatinya. Dia suka
kepadanya. Yu Goan yang ia tahu adalah seorang pemuda yang amat halus budi pekertinya,
seorang pemuda yang berkepandaian tinggi, bukan hanya dalam ilmu silat, juga
dalam kesusastraan dan ilmu pengobatan, sopan-santun dan jujur, pendeknya
seorang pemuda pilihan. Akan tetapi, hatinya yang sudah jatuh cinta kepada
suhengnya Kam Han Ki, tidak mungkin mencinta pria lain. Dia merasa kasihan
kepada Yu Goan, terharu kalau melihat betapa sinar mata pemuda itu memandangnya
penuh kasih, dan ia mengambil keputusan untuk mengakhiri penderitaan pemuda itu
dengan satu-satunya jalan yang ia ketahui, yaitu memisahkan diri dari pemuda
itu.
Pagi itu mereka berdua
berlatih di waktu matahari mulai naik tinggi, duduk bersila dan melatih
sin-kang menerima cahaya matahari dan membiarkan sinar matahari yang mengandung
inti hawa panas yang menjadi sumber segala hawa panas itu meresap ke dalam
tubuh mereka. Setelah mereka menghentikan lati han mereka dan tubuh mereka
basah oleh peluh, mereka mengaso di bawah pohon yang teduh sambli menghapus
peluh. Kesempatan ini dipergunakan oleh Siauw Bwee untuk mengutarakan keinginan
hatinya.
Yu-twako, kurasa kita sudah
cukup memahami cara melatih diri dengan Jit-goat-sin-kang. Kini yang penting
hanya tinggal melatih diri yang dapat kita lakukan di manapun juga. Sudah
terlalu lama kita tinggal di tempat ini.!
Yu Goan menoleh dan memandang
dara itu dengan matanya yang lembut. Kemudian ia berkata, Ucapanmu benar,
Lihiap....!
Aihh, sudah berapa kali aku
minta agar engkau tidak menyebutku dengan lihiap, Twako. Bukankah sejak lama
aku menyebutmu Twako?!
Terima kasih, ....eh, Bwee-moi.
Sesungguhnya engkau baik sekali dan aku merasa amat beruntung diperbolehkan
menyebutmu adik. Akan tetapi, engkau adalah seorang pendeker wanita yang tiada
keduanya di dunia ini, den aku.... aku merasa terlalu rendah untuk manyebutmu
adik.!
Omongan apakah ini? Aku hanya
seorang manusia biasa, Twako. Kalau kau tidak menyebutku adik, aku tidak mau
menjawabnya.!
Baiklah, Bwee-moi. Maafkan
aku. Apa yang kaukatakan tadi benar bahwa kita sudah memaharni
Jit-goat-sin-kang dan sudah terlalu lama tinggal di sini mengganggu ayah angkat
kita. Akan tetapi...., kita akan pergi ke manakah?!
Inilah yang berat bagi Siauw
Bwee dan semua tadi ia ucapkan hanya untuk dipergunakan sebagai alasan belaka.
Maksudnya hanya untuk mencari jalan agar ia dapat memisahkan diri dari pemuda
ini.
Aku akan melakukan
perjalananku mencari suci dan suheng, Twako. Kita berpisah di sini, aku
melanjutkan perjalanan dan engkau pun melanjutkan perjalananmu sendiri.!
Dengan hati perih Siauw Bwee
melihat betapa wajah yang tampan itu menjadi pucat, mata itu memandangnya
dengan sinar mata penuh permohonan. Bwee-moi...., mengapa.... mengapa kita
harus saling berpisah? Bukankah kita dapat melakukan perjalanan bersama? Aku
akan membantumu mencari suheng dan sucimu sampai engkau dapat bertemu dengan
mereka!!
Siauw Bwee menggeleng
kepalanya. Twako, engkau baik sekali dan percayalah bahwa aku selamanya tidak
akan melupakan engkau sebagai seorang sahabat yang paling baik, bahkan sebagai
saudara angkat karena setelah kita berdua menjadi anak-anak angkat Ouw-pangcu,
kita pun menjadi saudara angkat. Akan tetapi, tidak baik kalau kita melakukan
perjalanan bersama, apalagi aku tidak ingin menyusahkanmu. Urusan pribadiku
masih amat banyak, dan engkau sendiri tentu mempunyai urusan pribadi. Biarlah
kita berpisah di sini dan tentu kelak kita masih akan dapat saling berjumpa
kembali.!
Yu Goan menggunakan kedua
tangan menutupi mukanya untuk menyembunyikan kedukaan yang membayang di
wajahnya. Ah, Bwee-moi.... aku mohon kepadamu, jangan aku harus berpisah darimu....
jangan kita saling berpisah lagi....!
Siauw Bwee tentu saja sudah
menduga akan isi hati pemuda ini, akan tetapi ia mengeraskan hati, memandang
dengan alis berkerut dan bertanya dengan suara nyaring mendesak, Twako! Apa
maksudmu dengan kata-kata itu?!
Yu Goan menurunkan kedua
tangannya dan memandang wajah dara itu dengan muka pucat namun sinar mata
membayangkan isi hatinya tanpa disembunyikan lagi. Suaranya menggetar, namun ia
memaksa diri untuk menggunakan saat itu mengeluarkan semua isi hatinya.
Bwee-moi, dengarlah. Semenjak
saat pertama aku melihatmu, kemudian mendengar bahwa engkau adalah puteri dari
mendiang pahlawan Khu Tek San, cucu murid Menteri Kam Liong, kemudian
dilanjutkan melihat sepak terjangmu, menyaksikan kelihaian ilmu kepandaianmu
dan watakmu yang amat mulia, aku telah jatuh cinta kepadamu! Tidak tahukah
engkau, Bwee-moi? Aku cinta kepadamu, Bwee-moi, dan aku tidak akan dapat hidup
kalau harus berpisah dari sampingmu. Engkau telah menjadi separuh nyawaku dan
aku....!
Cukup, Twako!! Siauw Bwee
berkata keras, tidak marah, hanya sengaja memperkeras sikapnya untuk mengobati!
penyakit yang menyerang hati pemuda itu. Aku bukan seorang buta yang tidak
melihat tanda-tanda itu semua, dari sinar matamu, dari suara dan gerak-gerikmu.
Aku tahu bahwa engkau sudah jatuh cinta kepadaku. Akan tetapi, karena aku tahu
pula bahwa amat tidak mungkin bagiku untuk membalas perasaan hatimu itu, aku
mengambil keputusan bahwa kita harus saling berpisah sebelum penyakitmu menjadi
makin berat.!
Yu Goan memandang dengan mata
terbelalak kosong, sekosong hatinya yang mengalami pukulan hebat. Wajahnya yang
pucat, matanya yang memandang kosong, mulutnya yang agak terbuka seolah-olah
sukar mengeluarkan suara, merupakan ujung pedang yang menusuk hati Siauw Bwee.
Meng.... mengapa tidak
mungkin...., Bwee-moi?! Suara ini lebih mirip rintihan yang membuat Siauw Bwee
memejamkan mata sejenak. Ketika dibukanya kembali, dua titik air mata menetes
turun. Sejenak dia memandang wajah Yu Goan yang pucat, rambutnya yang mawut,
matanya yang sayu, mulutnya yang tertarik derita hatinya. Ahhh, betapa mudahnya
jatuh cinta kepada seorang pemuda seperti ini, pikiran ini seperti kilat
memasuki kepalanya. Akan tetapi di sana ada Kam Han Ki dan dia tidak mau
menukar suhengnya itu dengan pria lain yang manapun juga, betapa tampan dan
baik pun!
Yu-twako, aku suka kepadamu,
aku menganggap engkau sebagai sahabat terbaik, bahkan sebagai saudara, akan
tetapi tidak mungkin aku membalas cintamu karena.... karena cinta kasihku telah
dimiliki pria lain, Twako.!
Yu Goan terbelalak, kemudian
kedua lengannya bergerak ke atas, yang kanan menjambak rambut sendiri, yang
kiri menutupi muka, tubuhnya gemetar dan suaranya menggetar, Ahhhh.... maafkan
aku, Bwee-moi.... maafkan aku....!!
Siauw Bwee memegang kedua
tangan Yu Goan dan menariknya turun. Ia memandang air mata yang menetes-netes
turun di wajah yang pucat itu, menahan air matanya sendiri dan mengeraskan
suaranya, Twako! Begini lemahkan engkau? Seorang pemuda gagah perkasa, begini
sajakah kekuatan batinmu?!
Yu Goan memandang dara itu,
lalu memejamkan mata dan menundukkan mukanya. Maafkan aku.... maafkan....!
Siauw Bwee mengguncang kedua
lengan pemuda itu. Yu-twako! Engkau mengatakan bahwa engkau cinta kepadaku,
akan tetapi kalau ternyata bahwa engkau menderita batin karena aku tidak bisa
membalas cintamu, berarti bahwa engkau bukan mencinta aku melainkan mencinta
dirimu sendiri!!
Yu Goan mengangkat mukanya
yang basah air mata, memandang terbelalak. Apa maksudmu, Bwee-moi?!
Di balik cintamu itu tersembunyi
nafsu mementingkan diri sendiri, tersembunyi keinginan untuk menyenangkan diri
sendiri, kau ingin dicinta, ingin memiliki, itu bukanlah cinta sejati, Twako,
melainkan cinta diri yang bergelimang nafsu. Karena di balik cintamu
bersembunyi hal-hal itulah maka engkau menjadi berduka dengan merasa sengsara
ketika mendengar bahwa aku tidak dapat membalas cintamu! Renungkanlah, Twako,
siapakah yang kaucinta itu? Aku ataukah dirimu sendiri?!
Yu Goan termenung, tangannya
mengusap air mata yang membasahi pipi, kemudian ia mengangguk. Akan tetapi....
adakah cinta yang murni, tanpa keinginan untuk tidak berpisah lagi selamanya
dari orang yang dicintanya?!
Tentu saja ada, Twako. Cinta
murni melupakan keinginan hati sendiri, hanya ingin melihat orang yang dicintanya
bahagia. Karena kita yakin bahwa aku tidak mungkin membalas cinta kasihmu,
robahlah cintamu itu, bersihkan daripada nafsu berahi. Lihatlah, aku memegang
tanganmu, tanpa getaran nafsu, akan tetapi dengan rasa cinta sepenuhnya, cinta
saudara. Dapatkah engkau merasakan itu, Twako?!
Yu Goan memandang tajam,
kemudian menghela napas panjang dan mengangguk.
Aku mengerti, Bwee-moi.! Ia
lalu meraih tubuh dara itu dan mencium dahinya, ciuman yang lembut dan bersih
daripada nafsu, jauh daripada kemesraan kasih sayang lawan kelamin. Siauw Bwee
dapat melaksanakan pula hal ini, maka dia tidak kaget, tidak membantah, dan
diam-diam ia merasa bersyukur dan kagum bahwa pemuda itu benar-benar seorang
yang memiliki budi pekerti yang bersih.
Yu Goan menekan keharuannya
dan melepaskan pelukannya. Mereka hanya duduk berhadapan, saling berpegang
tangan. Kini terbayang senyum di bibir Yu Goan biarpun pada matanya yang
biasanya tajam penuh kegembiraan itu kini berganti pandang sayu tanda bahwa
hatinya terluka oleh ujung anak panah Dewa Cinta yang beracun.
Bwee-moi, terima kasih. Aku
memang bodoh sekali, bodoh karena mementingkan diri sendiri saja. Bwee-moi,
kalau boleh aku bertanya, apakah cinta kasihmu terhadap pria yang berbahagia
itu juga murni dan bersih daripada nafsu?!
Wajah Siauw Bwee tiba-tiba
menjadi merah sekali dan ia menggenggam tangan Yu Goan ketika menjawab, Aku....
aku juga bodoh seperti engkau, Twako. Aku.... aku mencinta dia seperti engkau
mencintaku tadi. Ahhh.... sudah mengerti namun tetap tidak dapat mengalahkan
perasaan sendiri, betapa lemah dan bodohnya aku, lebih bodoh dan lebih lemah
daripada engkau, Twako.! Tiba-tiba Siauw Bwee menangis, teringat akan Han Ki,
teringat akan Maya, teringat akan cintanya yang masih berbelit-belit itu karena
dia tidak tahu kepada siapakah sesungguhnya Han Ki mencinta, cinta seorang pria
terhadap wanita, cinta yang tak dapat dibagi-bagi, kepada dia ataukah kepada
Maya?
Yu Goan menjadi terharu dan
merasa kasihan sekali. Ia merangkul pundak Siauw Bwee, menepuk-nepuk punggungnya
perlahan sambil berkata, Bwee-moi, kasihan engkau....! Engkau sedang menderita,
ditambah oleh gangguan lagi. Tenanglah, Bwee-moi, aku berjanji takkan
mengganggumu lagi dan aku akan bersembahyang setiap saat kepada Tuhan semoga
engkau akan berbahagia dalam cinta kasihmu itu.!
Terima kasih, Yu-twako, engkau
baik sekali.!
Tiba-tiba kedua orang ini
tersentak kaget dan meloncat berdiri ketika pada saat itu terdengar suara
hiruk-pikuk kentongan-kentongan bambu yang dipukul bertalu-talu. Tanpa bicara
keduanya melesat meninggalkan tempat itu, kembali ke perkampungan dan mereka
melihat orang-orang lari tergopoh-gopoh berkumpul di depan pondok Ouw-pangcu.
Ketika melihat dari jauh wajah
Ouw-pangcu dan wajah anak buahnya kelihatan tegang, Siauw Bwee dan Yu Goan tidak
mau mengganggu, hanya meman dang bengong ketika melihat Ouw-pangcu memimpin
anak buahnya, berbondong-bondong lari menuruni bukit memasuki hutan. Siauw Bwee
dan Yu Goan saling berpandangan, kemudian mereka bergerak mengikuti rombongan
itu dari belakang.
Sudah lama Siauw Bwee dan Yu
Goan mempunyai keinginan bertemu dengan penghuni lembah di bawah, atau
setidaknya ketuanya karena mereka itu adalah orang-orang yang menerima
pendidikan langsung dari Bu-tek Lo-jin. Biarpun mereka mendengar dari
Ouw-pangcu bahwa Bu-tek Lo-jin sudah lama sekali meninggalkan daerah itu, namun
menurut Ouw-pangcu, ilmu kepandaian para tokoh penderita kusta itu amat tinggi
dan karena inilah maka Siauw Bwee dan Yu Goan ingin sekali bertemu dan
menyaksikan sendiri keadaan mereka.
Akan tetapi menurut penuturan
Ouw-pangcu, tidak ada seorang manusia boleh turun ke lembah, pula tidak ada
jalan menuruninya, kecuali jalan rahasia yang dikuasai oleh orang-orang lembah.
Kini melihat kesibukan itu, dan ketegangan yang tampak pada wajah Ouw-pangcu
dan anak buahnya, Siauw Bwee dan Yu Goan menduga-duga bahwa tentu ada urusan
yang menyangkut orang-orang lembah yang penuh rahasia itu.
Siauw Bwee dan Yu Goan yang
mengikuti rombongan itu memasuki hutan yang belum pernah mereka datangi. Mereka
menerobos ke sana ke mari, melalui hutan yang penuh pohon-pohon raksasa,
kemudian melintasi padang rumput yang tinggi dan tebal, melalui tanaman-tanaman
berduri yang agaknya sudah bertahun-tahun tidak dilalui manusia. Dari jauh
terdengar suara melengking tinggi dan agaknya ke arah suara itulah mereka
menuju.
Rombongan itu berhenti di
dalam sebuah hutan, tak jauh dari sebatang pohon raksasa yang amat besar dan
tua.
Di bawah pohon ini tampak
sebuah batu besar yang dilihat dari jauh berbentuk sebuah kepala raksasa.
Ouw-pangcu dan anak buahnya menjatuhkan diri berlutut dalam jarak lima meter
dari pohon raksasa itu, berlutut tanpa berkutik seperti menanti sesuatu. Siauw
Bwee dan Yu Goan bersembunyi di balik pohon, mengintai dengan hati tegang
karena mereka tidak mengerti apa artinya semua itu dan apa yang akan terjadi di
situ.
Suara melengking yang
terdengar dari pohon tua itu berhenti. Keadaan sunyi senyap, sunyi yang
mendebarkan jantung penuh ketegangan. Tiba-tiba Siauw Bwee dan Yu Goan
memandang terbelalak ke arah batu besar itu. Batu itu bergerak perlahan,
bergeser dari kanan ke kiri. Dan tampaklah sebuah lubang di bawah batu itu,
seperti sebuah sumur dan batu itu terus menggeser sampai lubang itu tampak
semua, berbentuk bundar dan bergaris tengah satu meter.
Tiba-tiba terdengar suara
kelentingan ramai dari dalam lubang, seperti suara banyak kelenengan kecil
dibunyikan berbareng. Keadaan makin tegang dan kalau Ouw-pangcu dan anak
buahnya semua berlutut menundukkan muka tanpa berani memandang, Siauw Bwee dan
Yu Goan terbelalak memandang ke arah lubang sumur itu. Tiba-tiba di depan
lubang itu telah berdiri seorang manusia yang amat menyeramkan!
Demikian cepat gerakan orang
itu, seolah-olah dia seorang iblis yang muncul dari alam lain, seperti pandai
melenyapkan diri dan tiba-tiba kini menampakkan diri di depan lubang. Hanya
pandang mata Siauw Bwee saja yang lebih tajam dan kuat dari pandang mata Yu
Goan dapat melihat berkelebatnya sinar hitam dari dalam lubang, maka dara sakti
ini maklum bahwa orang itu muncul dari dalam lubang dengan gerakan yang amat
ringan dan cepat, tanda bahwa orang itu memiliki ilmu kepandaian yang tinggi
sekali. Akan tetapi ketika ia memandang orang itu, seperti juga Yu Goan, ia
bergidik dan bulu tengkuknya berdiri.
Orang itu benar-benar amat
menyeramkan dan keadaan tubuhnya amat mengerikan. Tubuhnya jangkung kurus,
seperti tengkorak terbungkus kulit, badannya tertutup jubah hitam yang sudah
butut, dekil kotor dan robek-robek di pinggir dan ujungnya. Jubah yang panjang
sampai menutupi lutut, berlengan lebar panjang, namun karena robek-robek maka
jubah itu tidak dapat menyembunyikan keadaan tubuh yang mengerikan. Tubuh yang
tidak normal, penuh cacat-cacat seperti batang pohon yang dikerokoti kutu.
Tangan kiri orang itu memegang tongkat, karena kelingking dan jari tengahnya
sudah hilang, tinggal sisanya sedikit saja.
Tangan kanannya sudah hilang
sama sekali, tinggal lengan yang tulangnya menonjol halus merupakan ujungnya,
keluar dari lengan baju amat mengerikan, jari-jari kakinya pun tidak utuh. Jari
kaki kiri tinggal dua buah ibu jari dan jari tengah, sedangkan jari kaki
kanannya tinggal tiga buah saja. Kulit yang membungkus kaki pun tidak utuh,
sudah pecah-pecah di sana-sini seperti digerogoti rayap. Ketika Siauw Bwee yang
bergidik itu memandang ke arah muka orang itu, ia merasa betapa seluruh bulu
tubuhnya berdiri saking ngerinya! Kepala orang itu ditutup kain hitam yang
menyembunyikan seluruh kepalanya dan bagian muka, yaitu di bagian atas sehingga
yang tampak hanya mulai dari alis ke bawah. Akan tetapi itu pun sudah amat
menakutkan!
Kalau kulit kaki hanya
sebagian yang lenyap, maka kulit muka itu boleh dibilang sudah hampir habis
dimakan rayap! Tampak tulang-tulang pipi menonjol, dagunya menjadi runcing
karena tidak ada kulitnya, putih mengerikan. Bibirnya habis pula sehingga
tampak mulut ompong menonjol panjang. Separuh hidungnya hilang sehingga
merupakan lubang hitam. Matanya seperti melotot terus karena pelupuknya tinggal
separuh, tidak dapat dipejamkan. Benar-benar amat mengerikan dan melihat sebuah
tengkorak tidak akan sengeri ini. Manusia yang berdiri di depan lubang itu tak
patut disebut manusia, akan tetapi juga tidak atau belum menjadi mayat!
Di samping perasaan ngeri dan
serem ini, timbul rasa iba yang besar di hati Siauw Bwee dan Yu Goan yang
sebagai seorang ahli pengobatan maklum betul betapa menderita dan sengsaranya
keadaan orang yang ia tahu menjadi korban penyakit kusta yang dahsyat itu.
Kini muncul dua orang lain
dari dalam lubang, keadaan mereka juga mengerikan seperti orang pertama. Akan
tetapi kedua orang ini tidak meloncat seperti orang pertama tadi, melainkan
berjalan terpincang-pincang keluar dari lubang dan berdiri di kanan kiri orang
pertama yang sudah marah-marah, mengeluarkan kata-kata yang sama sekali tidak
dimengerti oleh Siauw Bwee dan Yu Goan. Orang itu bicara tidak karuan dan
karena tidak mempunyai bibir, giginya ompong-ompong dan lidahnya tinggal
sepotong, bicaranya sukar dimengerti. Akan tetapi agaknya Ouw-pangcu sudah
biasa mendengar suara seperti itu, buktinya ketua ini lalu menjawab dan membela
diri, menceritakan tentang peristiwa pemberontakan di perkampungan yang
dipimpinnya. Dari jawaban Ouw-pangcu ini mengertilah Siauw Bwee dan Yu Goan
bahwa agaknya Ouw-pangcu dipersalahkan oleh orang-orang lembah tentang
peristiwa pertempuran di antara orang-orang tebing.
Harap para Locianpwe dari
lembah mengetahui bahwa saya dan anak buah saya sama sekali tidak melakukan
pelanggaran. Yang melakukan pelanggaran adalah mereka yang memberontak dan
mereka telah diberi hukuman setimpal. Tolong disampaikan kepada Pangcu di bawah
bahwa kami semua tidak pernah melanggar perintah.!
Orang penderita kusta yang
pertama itu kembali bicara ribut-ribut tidak karuan. Ouw-pangcu menjawab,
mukanya memperlihatkan kekagetan dan ketakutan.
Ia menggoyang tangan kiri yang
diangkat ke atas sambil berkata, Tidak bisa, Locianpwe! Saya tidak bersalah,
maka tentu saja menolak untuk dibawa turun menerima hukuman. Pula, siapa pun
tidak boleh turun, kalau saya sudah turun, bukankah berarti saya melanggar?
Saya tidak merasa bersalah, maka saya pun tidak mau ikut Locianpwe turun ke
bawah!!
Orang ke dua yang berdiri di
sebelah kanan orang pertama, mengeluarkan suara gerengan seperti seekor
binatang terluka, kemudian tubuhnya meloncat maju dengan kecepatan kilat
sehingga diam-diam Siauw Bwee kagum karena orang ini pun memiliki gin-kang yang
amat luar biasa! Dengan tangan kirinya yang tinggal empat buah jarinya itu,
orang sakit kusta ini mencengkeram pundak Ouw-pangcu.
Crottt!! Empat buah jari
tangan itu menancap di pundak seperti empat buah pisau tajam, akan tetapi
tiba-tiba orang itu terpental ke belakang karena Ouwpangcu telah mengerahkan
Jit-goat-sin-kang. Ketika terpental, orang itu memandang tangan kirinya yang
ternyata tertinggal di pundak Ouw-pangcu! Penyakit kusta membuat buku-buku dan
ruas-ruas tangannya lemah dan rapuh, maka tentu saja tidak dapat melawan aliran
sin-kang yang demikian kuatnya! Dua buah jari yang tertinggal di pundak
Ouw-pangcu juga tercabut keluar ter dorong oleh daya tolak sin-kang Ouw-pangcu.
Anehnya, biarpun dua buah jari tangannya putus, orang itu tidak kelihatan
menderita nyeri dan tangannya tidak berdarah. Seolah-olah hanya dua batang kayu
saja yang potong!