Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 35

Baca Cersil Mandarin Online: Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 35
Bagian 35

"Tidak mungkin. sebab mereka berangkat duluan," sahut Yasuki Nichiba.

"Kalau begitu memang mengherankan." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Kakak Tio, apakah calon isterimu sudah ada kabar beritanya?" tanya Michiko mendadak. "Belum." Tio Cie Hiong menghela nafas. "Tapi aku yakin, dia pasti masih hidup dan...."

Mendadak kening Tio Cie Hiong tampak berkerut-kerut. Yasuki Nichiba dan Michiko menatapnya dengan heran.

"Ada apa?" tanya mereka serentak.

"Aku mendengar suara di dalam tanah," sahut Tio Cie Hiong. "Entah apa itu?"

"Suara di dalam tanah?" Yasuki Nichiba terkejut. "Mungkin suara Ninja. Kita harus berhati-hati"

Mereka bertiga langsung bangkit berdiri. Di saat bersamaan, mendadak dari dalam tanah muncul lima sosok bayangan. Tidak salah. Lima sosok itu memang Ninja.

Yasuki Nichiba membentak. dan kelima Ninja itu menyahut. Tio Cie Hiong tidak mengerti, sebab mereka menggunakan bahasa Jepang.

Michiko maju beberapa langkah sambil mengeluarkan sulingnya, sedangkan Tio Cie Hiong tetap berdiri di tempat.

Kelima Ninja mulai menghunus senjata ma-sing-masing, begitu pula Yasuki Nichiba. "Hiyaaat" teriak kelima Ninja sambil menyerang Yasuki Nichiba dan Michiko

Terjadilah pertarungan dahsyat di antara mereka, yang disertaipula dengan suara teriakan-teriakan.

Berselang beberapa saat kemudian, Yasuki Nichiba dan Michiko tampak mulai keteter, sebab kelima Ninja bertarung dengan cara yang luar biasa, yaitu menelusup ke dalam tanah laiu muncul dan mendadak menyerang Yasuki Nichiba serta Michiko Bahkan kadang-kadang kalima Ninja itu melempar semacam bom asap. lalu menghilang.

Tio Cie Hiong terus memperhatikan cara-cara kelima Ninja itu bertarung. Ketika Yasuki Nichiba dan Michiko mulai di bawah angin, Tio Cie Hiong membentak keras.

"Berhenti" suara bentakannya sangat mengejutkan kelima Ninja, sehingga mereka langsung berhenti bertarung. Begitu pula Yasuki Nichiba dan Michiko

"siapa kau?" bentak salah seorang Ninja dengan bahasa Han. "engkau berani mencampuri urusan kami?"

"Aku boleh dikatakan majikan di tempat ini, maka aku berhak menyuruh kalian berhenti bertarung Kalian berlima penjahat dari Jepang, sedangkan di sini Tionggoan, maka aku berhak turut campur"

"Kami memang Ninja dari Jepang, tapi kini sudah bergabung dengan Bu Tek pay Kalau engkau turut campur, berarti akan menjadi musuh Bu Tek Pay" ujar salah seorang Ninja.

"Kalian tahu siapa ketua Bu Tek Pay itu?" tanya Tio Cie Hiong mendadak.

"Kami tidak tahu, tapi kepandaian mereka tinggi sekali" sahut salah seorang Ninja.

"Mereka?" Tio Cie Hiong tertegun. "Berarti lebih dari satu orang, bukan?"

"Benar"

"Tiga orang?"

"Apakah mereka Bu Lim sam Mo?"

"Kami tidak tahu" bentak salah seorang Ninja. "sudahlah Engkau tidak usah banyak bertanya dan jangan campur urusan ini ohya Apakah engkau Pek Ih sin Hiap?"

"Betul" Tio Cie Hiong mengangguk.

"Kebetulan sekali" Kelima Ninja itu tertawa. "Ketua Bu Tek Pay juga menyuruh kami membunuh mu"

Tio Cie Hiong tertawa dingin. "Kalau begitu, cobalah kalian turun tangan membunuhku"

"Serang" teriak salah seroang Ninja dan langsung menyerang Tio Cie Hiong. Kemudian yang lain juga ikut menyerang.

Tio Cie Hiong tertawa, dan tiba-tiba badannya bergerak lalu seketika juga lenyap dari hadapan mereka.

Kelima Ninja itu terkejut sekali, karena Tio cie Hiong sudah berdiri di belakang mereka.

"Hiyaaat" Kelima Ninja itu mulai menyerang lagi.

Tio Cie Hiong mengibaskan lengan bajunya, seketika kelima Ninja itu terpental beberapa depa.

Bukan main terkejutnya kelima Ninja itu, mereka berlima saling memandang, kemudian mendadak melemparkan bom asap. Tio Cie Hiong tetap berdiri di tempat, namun begitu asap bom itu sirna, kelima Ninja itu tak kelihatan lagi.

sesaat kemudian, kelima Ninja itu muncul dari dalam tanah dan langsung menyerang Tio Cie Hiong dengan berbagai macam senjata rahasia. Akan tetapi, di saat bersamaan badan Tio Cie Hiong bergerak laksana kilat dengan gerakan Kiu Kiong san Tian Pou, sekaligus menyerang dengan ilmu Bit Ciat sin Ci (Jari sakti Pemusnah Kepandaian), menggunakan jurus Cian cisoh Te (Ribuan Jari Menyapu Bumi). "Aaaakh Aaaakh" Terdengar suara jeritan yang susul menyusul.

Dalam waktu sekejap, kelima Ninja itu telah terkapar dengan mulut mengeluarkan darah, dan kepandaian mereka pun telah musnah. "Terima kasih atas bantuanmu" ucap Yasuki Nichiba.

"sama-sama," sahut Tio Cie Hiong dan memberitahukan. "Kini kepandaian mereka telah musnah, maka tidak bisa melakukan kejahatan lagi."

Yasuki Nichiba terbelalak lalu mendekati kelima Ninja itu dan membentak dengan bahasa Jepang. Kelima Ninja Jepang itu diam saja, namun memandang Tio Cie Hiong dengan penuh dendam dan kebencian.

Kakak Tio" Michiko menatap Tio Cie Hiong dengan kagum. "Kini baru terbuka mataku, kepandaianmu memang tinggi sekali. Guru kami juga masih bukan tandinganmu."

Tio Cie Hiong hanya tersenyum. Michiko menundukkan kepala, diam-diam merasa sayang, karena Tio Cie Hiong sudah mempunyai calon isteri, seandainya belum.... Akhirnya gadis Jepang

itu menghela nafas.

"cie Hiong" Yasuki Nichiba mendekatinya seraya berkata. "Besok pagi kami akan bawa mereka kembali ke Jepang."

"Kakak...." Michiko terkejut. "Besok pagi kita akan kembali ke Jepang?"

"Ya." Yasuki Nichiba mengangguk.

"Kakak, apakah tidak bisa menunggu beberapa hari lagi?" Michiko merasa berat sekali berpisah dengan Tio cie Hiong.

"Adik" Yasuki Nichiba tahu bagaimana perasaan adiknya, tapi Tio Cie Hiong sudah mempunyai calon isteri, maka tidak baik adiknya lama-lama di situ.

Tugas kita telah usai, maka kita harus segera membawa mereka kembali ke Jepang." "Kakak...." Michiko menundukkan kepala.

"Adik Michiko" Tio Cie Hiong memegang bahunya. "Aku tahu bagaimana perasaanmu terhadapku, dan aku merasa beruntung sekali. Tapi engkau harus tahu, bahwa aku sudah mempunyai calon isteri."

"Kakak Tio..." Michiko menangis terisak-isak.

"Jangan menangis" ujar Tio Cie Hiong. " Kelak engkau pasti akan bertemu pemuda yang ideal, percayalah"

Kakak Tio...." Air mata Michiko mulai berderai. "Besok pagi kita akan berpisah. Entah kapan kita akan bertemu kembali?"

Tampak dua ekor kuda berlari tidak begitu kencang di sebuah jalan sepi, dan terdengar pula suara tawa riang gembira. Mereka ternyata dua pasang suami isteri, yaitu Lam Kiong Bie Liong, Toan Pit Lian, Toan wie Kie dan Gouw sian Eng.

Kakak Kie Entah Kakak Hiong sudah menikah dengan Kakak Im belum?" tanya Gouw sian Eng sambil tersenyum.

"Entahlah. Mungkin belum, sebab aku yakin mereka sedang menunggu kedatangan kita," sahut Toan wie Kie.

"Mereka berdua merupakan pasangan yang serasi."

"Kita berdua juga merupakan pasangan yang serasi, bukan?"

"Idiiih"

Tiba-tiba di hadapan mereka muncul belasan orang, maka segeralah mereka menghentikan kudanya.

"siapa kalian?" bentak Lam Kiong Bie Liong. "Kenapa kalian menghadang perjalanan kami?"

"Ha ha ha" Terdengar suara tawa yang keras. "Aku Ang Bin sat sin, pelindung Bu Tek Pay"

"Ang Bin sat sin?" Lam Kiong Bie Liong tertegun. "Partai Tanpa Tanding?"

"Betul" Ang Bin sat sin tertawa lagi. "Kini rimba persilatan telah dikuasai oleh Bu Tek Pay" " omong kosong" bentak Lam Kiong Bie Liong.

"Hm" dengus Ang Bin sat sin. " untuk apa aku omong kosong, justru Ketua Bu Tek Pay mengutus kami membawa kalian ke markas"

Lam Kiong Bie Liong tertawa dingin. " Jadi kalian ingin menangkap kami?"

"Tidak salah" sahut Ang Bin sat sin.

Lam Kiong Bie Liong memandang Toan wie Kie, kemudian mereka semua meloncat turun daricunggung kuda.

"cianpwee" ujar Toan wie Kie sopan. "Kita tidak bermusuhan, kenapa kalian ingin menangkap kami?"

Itu perintah ketua Bu Tek Pay" sahut Ang Bin sat sin memberitahukan. "Bu Lim Ji Khie, TUi Hun, Lojin, Lam Kiong Hujin, Gouw Han Tiong, Lim Ceng Im, ketua Kay Pang dan para ketua tujuh partai telah kami tangkap semua, jadi lebih baik kalian ikut kami secara baik-baik"

"Apa?" Lam Kiong Bie Liong dan Gouw Sian Eng tidak percaya.

"Lam Kiong Bie Liong Gouw sian Eng orang tua kalian memang telah ditangkap. dan kini dikurung di markas Bu Tek Pay" ujar Ang Bin sat sin.

"omong kosong" bentak Lam Kiong Bie Liong. " Kalau begitu, di mana Tio Cie Hiong?"

"Dia berada di markas pusat Kay Pang, tapi tidak tahu tentang itu setelah kami menangkap kalian, barulah kami akan menghadapi Tio Cie Hiong" ujar Ang Bin sat sin sungguh-sungguh .

"Hm" dengus Lam Kiong Bie Liong sambil menghunus gedangnya. "Kau kira gampang menangkap kami?"

Mendadak Ang Bin sat sin melempar beberapa buah bom asap yang mengandung racun, dan seketika juga asap beracun itu mengebul.

Lam Kiong Bie Liong dan lainnya terbatuk-batuk beberapa kali, kemudian terkulai pingsan.

"Ha ha ha" Ang Bin sat sin tertawa dan lalu memberi perintah. "Ikat mereka dan bawa ke markas"

"Ya." Para anggota Bu Tek Pay segera mengikat Lam Kiong Bie Liong dan lainnya,lalu membawa mereka ke markas. sedangkan Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun terus tertawa gelak.

suasana di ruang depan markas Bu Tek Pay hening sekali. Ketika itu Bu Lim sam Mo duduk di situ dengan wajah tak sedap dipandang. Di hadapan mereka tampak berdiri Lauw Liang Hauw, kepala regu bendera hitam Bu Tek Pay.

"Jadi Tio cie Hiong yang merobohkan kelima Ninja itu?" tanya Tang Hai Lo Mo dengan kening berkerut.

"Ya, Ketua," jawab Lauw Liang Hauw dan menambahkan. "Kelima Ninja itu telah dibawa ke Jepang pagi ini."

"Tio Cie Hiong" geram Tang Hai Lo Mo sambil berkertak gigi. "suatu saat aku pasti akan memusnahkan kepandaianmu"

"Lo Mo" Thian Mo tertawa. " Kenapa harus memusingkan itu? Mereka Ninja- ninja dari Jepang, boleh dikatakan tiada hubungan apa-apa dengan kita."

"Memang Tapi...." Tang Hai Lo Mo berkertak gigi lagi. "Mereka berlima sudah bergabung dengan

kita, berarti anggota kita pula. Tio Cie Hiong merobohkan mereka, itu merupakan suatu penghinaan bagi Bu Tek Pay"

"Tenang, Lo Mo" ujar Te Mo sambil tertawa. "setelah Ang Bin sat sin menangkap Lam Kiong Bie Liong dan lainnya, barulah kita mencari akal untuk menghadapi Tio Cie Hiong." Tang Hai Lo Mo manggut-manggut.

Pada saat bersamaan, muncullah Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun dengan wajah ceria.

Lapor kepada Ketua" ujar Ang Bin sat sin sambil memberi hormat. "Kami telah berhasil menangkap Lam Kiong Bie Liong dan lainnya."

"Bagus Bagus Ha ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa terbahak-bahak. "Apakah Ban Tok shia Cun sudah memberi minum mereka racun pelemah badan?"

"Sudah," sahut Ang Bin sat sin dan menambahkan. "Mereka juga telah dimasukkan ke dalam kurungan."

"Bagus" Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "Kalian duduklah"

"Terima kasih, Ketua" ucap Ang Bin sat sin, lalu duduk di kursi. Begitu pula Liu siauw Kun.

"Kini mereka telah kita tangkap." ujar Thian Mo. "Bagaimana akal kita menghadapi Tio Cie Hiong?"

"Aku pikir..." sahut Tang Hai Lo Mo. "Bu Tek Pay yang kita dirikan ini masih kurang kuat, maka kita harus mengundang beberapa tokoh tua dari golongan hitam untuk memperkuat partai kita ini."

"Lo Mo, kita harus mengundang siapa?" tanya Te Mo.

"Tokoh tua golongan hitam yang berkepandaian paling tinggi adalah Kwan Gwa siang Koay (sepasang siluman Luar Perbatasan)." Tang Hai Lo Mo memberitahukan.

Kedua siluman itu?" Thian Mo dan Te Mo tampak terkejut. "sudah puluhan tahun mereka berdua mengundurkan diri dari rimba persilatan, lagipula belum tentu mereka masih hidup,"

"Aku mau berangkat ke Kwan Gwa. Kalau kedua siluman itu masih hidup, aku akan mengundang mereka ke mari untuk diangkat menjadi wakil ketua. Bagaimana menurut kalian berdua?" ujar Tang Hai Lo Mo.

"Itu memang ide yang bagus," sahut Thian Mo. "Tapi belum tentu kedua siluman itu mau memenuhi undanganmu."

"Aku yakin kedua siluman itu akan memenuhi undanganku." Tang Hai Lo Mo tertawa. "Kok engkau begitu yakin, Lo Mo?" Te Mo heran

"Mereka berdua pernah berhutang budi kepada Thian Gwa sin Mo, almarhum paman guruku, maka mereka pasti akan memenuhi undanganku."

Thian Mo dan Te Mo manggut-manggut. "Kapan engkau akan berangkat ke Kwan Gwa, Lo Mo?"

"Besok pagi," sahut Tang Hai Lo Mo dan melanjutkan. "Dalam waktu satu bulan, aku pasti kembali."

"Lo Mo Kalau Kwan Gwa siang Koay bersedia diundang ke mari, Bu Tek Pay pasti jaya dalam rimba persilatan." ujar Thian Mo.

"itulah yang kuhendaki." Tang Hai Lo Mo tertawa. "Kalian berdua harus tahu, kedua siluman suka main perempuan, maka kalau kita sediakan perempuan cantik untuk mereka, tentu mereka akan merasa senang dan betah di sini."

"Tapi...." Te Mo mengerutkan kening. "Mereka sudah begitu tua, bagaimana mungkin masih

bisa...."

"Ha ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa gelak. "Mereka berdua justru makin tua makin kuat."

"oh?" Thian Mo dan Te Mo tercengang. "Kok begitu?"

"Sebab...." Tang Hai Lo Mo memberitahukan. "Mereka berdua memiliki ilmu Tok Im Ciang (Ilmu

Pukulan Dingin Beracun), maka sejak muda mereka selalu berhubungan intim dengan kaum wanita untuk menyedot Im Khi (Hawa Negatif) kaum wanita. oleh karena itu, mereka berdua makin tua makin kuat."

Tian Mo, dan Te Mo manggut-manggut. "Apa-kah Tok Im Ciang sama seperti Pak Kek sin Ciang yang kita miliki?"

"Tidak sama." Tang Hai Lo Mo menjelaskan. "Tok Im Ciang mengandung racun, siapa yang terkena pukulan kedua siluman itu, pasti mati dengan tubuh kehijau-hijauan. sedangkan Pak Kek sin ciang yang kita miliki, akan membuat orang mati beku."

"Apakah Tok Im Ciang lebih lihay dari Pak Kek sin ciang?" tanya Thian Mo ingin mengetahuinya .

"Kedua ilmu itu memiliki keistimewaan tersendiri, jadi sulit dibanding-bandingkan," jawab Tang Hai Lo Mo. "Nah, aku akan berangkat besok."

Bab 55 Tiada kemanusiaan

Di suatu tempat yang sepi, tampak sebuah gubuk. Di situ pula suara tawa gembira. Ternyata seorang tua sedang bermain dengan seorang anak gadis kecil berusia setahunan.

siapa orang tua dan anak gadis kecil itu? Mereka ternyata guru silat Tan dan Lim Ay Lan, putri Tan Li Cu yang telah kehilangan ayah.

"Ayoh cepat berjalan kemari" Guru silat Tan sedang mengejar cucunya berjalan. Lim Ay Lan tertawa-tawa sambil berjalan tertatih-tatih ke hadapan guru silat Tan. "Ha ha ha" Guru silat Tan tertawa gembira. "cucuku sudah bisa jalan sendiri Ha ha ha"

Guru silat Tan mundur lagi beberapa langkah, lalu memberi isyarat agar cucunya berjalan menghampirinya.

Anak gadis kecil itu berjalan tertatih-tatih lagi menghampiri guru silat Tan, tapi mendadak terjatuh.

"Eeeh Cucuku jatuh" seru guru silat Tan sambil tersenyum.

Tapi sungguh mengherankan, anak gadis kecil itu sama sekali tidak menangis, malah lalu bangkit berdiri dan mulai berjalan tertatih-tatih lagi ke hadapan guru silat Tan.

"Ha ha ha" Guru silat Tan tertawa bangga. " Cucuku memang hebat, walau terjatuh tapi tidak menangis Ha ha ha"

"Ayah" Terdengar suara seruan, lalu tampak seorang wanita muda berdiri di depan pintu gubuk. Wanita muda itu Tan Li cu. "Mau makan belum?"

"Belum," sahut guru silat Tan sambil tertawa. "Ayah sedang asyik mengajar Ay Lan berjalan, nanti saja baru makan."

"Ayah...." Tan Li cu menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum, kemudian menghampiri

mereka.

Lim Ay Lan langsung berjalan tertatih-tatih mendekati Tan Li cu. segeralah Tan Li cu menggendongnya dan membelainya dengan penuh kasih sayang.

"Nak. engkau masih kecil, tetapi sudah tidak mempunyai ayah," gumam Tan Li cu dengan mata berkaca-kaca.

"Li Cu" Guru silat Tan menghela nafas. "Jangan menimbulkan kedukaan dalam hati"

"Ayah...." Tan Li Cu terisak-isak. "Nasibku . sungguh malang, begitu pula nasib adik In Nio."

"Yang harus kita kasihani adalah Ay Lan." Mata guru silat Tan juga sudah basah.

"Ayah, kita sudah pindah di tempat ini secara diam-diam. Mungkin Liu siauw Kun tidak akan tahu."

"Ha ha ha" sekonyong-konyong terdengar suara tawa, lalu tampak melayang turun seseorang. "siapa bilang aku tidak tahu? Ha ha ha..."

Begitu melihat orang itu, wajah guru silat Tan dan putrinya langsung memucat, karena orang itu ternyata Liu siauw Kun.

"Engkau...." sekujur badan Tan Li cu menggigil seperti kedinginan.

"He he he" Liu siauw Kun tertawa terkekeh sambil menatap Tan Li cu dengan penuh gairah nafsu birahi. "Kini engkau sudah menjadi janda, lebih baik ikut aku"

"Diam" bentak Tan Li cu. "Binatang kau Cepatlah enyah dari sini"

"Enyah dari sini? Aku sudah ke mari, bagaimana mungkin akan enyah lagi?" Liu Siauw Kun mulai mendekatinya.

Tan Li cu melangkah ke belakang sambil menggendong anaknya.

"Berhenti" bentak guru silat Tan.

Liu siauw Kun berhenti lalu perlahan-lahan membalikkan badannya, dan menatap guru silat Tan dengan dingin sekali.

"Aku masih memandang Li cu" ujarnya dingin pula. " Kalau tidak- engkau sudah tergeletak menjadi mayat"

" Kurang ajar" bentak guru silat Tan lagi, kemudian mendadak menyerangnya.

"He h e he" Liu siauw Kun tertawa terkekeh. "Dengan kepandaianmu itu kau ingin menyerangku? Hm Dasar tak tahu diri"

Liu siauw Kun berkelit, sedangkan guru silat Tan terus menyerangnya sambil berseru. "Li Cu Cepat kabur"

"He he he Kabur?" Liu siauw Kun tertawa terkekeh lagi, dan sekonyong-konyong sepasang tangannya bergerak menyerang guru silat Tan.

"Aaaakh..."Jerit guru silat Tan. la terkapar seketika dan mulutnya menyemburkan darah segar. "Li Cu, cepat... cepat ka... bur..."

"Ayah Ayah" teriak Tan Li Cu sambil mendekati guru silat Tan. Ternyata orang tua itu telah mati. "Ayah...."

Tan Li cu menangis gerung-gerungan dan air matanya berlinang-linang, sedangkan Liu siauw Kun terus tertawa terkekeh-kekeh.

"Sudahlah" ujar Liu Siauw Kun kemudian sambil tersenyum. "Kini ayahmu telah mati, lebih baik engkau ikut aku Aku jamin engkau pasti hidup senang...."

"Diam Binatang" bentak Tan Li cu dengan mata berapi-api. "Akan kubunuh kau"

"Li Cu Dari dulu aku sudah jatuh cinta kepadamu, namun engkau malah mencintai Lim Hay Beng. Kemudian muncul Tio Cie Hiong memusnahkan kepandaianku, setelah itu engkau menikah dengan Lim Hay Beng. Betapa sakitnya hatiku, tapi kini kepandaianku telah pulih, bahkan bertambah tinggi sehingga dapat membunuh Lim Hay Beng He he he..."

" Engkau...." Tan Li cu terus menatapnya dengan mata membara. "Engkau memang binatang"

"Terserah engkau mau bilang apa" Liu siauw Kun tertawa. "Pokoknya hari ini aku harus bersenang-senang denganmu"

" Engkau...." Tan Li cu melangkah mundur dengan wajah pucat.

"He he" Liu siauw Kun tertawa sambil mendekatinya selangkah demi selangkah, dan tiba-tiba tangannya bergerak, lahu-tahu Lim Ay Lan sudah berpindah ke tangannya.

Kembalikan anakku Kembalikan anakku" teriak Tan Li cu dan berusaha merebut Lim Ay Lan dari tangan Liu siauw Kun.

"He he" Liu siauw Kun tertawa licik. "Engkau harus diam di tempat Kalau tidak. putri kesayanganmu ini pasti kubunuh"

"Jangan jangan..." ujar Tan Li cu memohon.

"Kalau begitu...." Liu Siauw Kun tertawa licik lagi. "Engkau harus menuruti keinginanku"

"Apa keinginanmu?"

Cepat buka bajumu Aku sudah tidak tahan lagi" "Engkau...." sekujur tubuh Tan Li cu bergemetar.

"Hm" dengus Liu siauw Kun dingin. " Kalau engkau tidak sebera membuka baju, anakmu ini pasti mampus"

Lim Ay Lan adalah anaknya yang melebihi segala-galanya, maka tentu Tan Li Cu bersedia mengorbankan dirinya demi anaknya itu. Perlahan-lahan ia membuka bajunya. seketika mata Liu siauw Kun melotot, karena melihat sepasang payudara Tan Li cu yang putih mulus dan montok.

Namun tidak disangkanya Lim Ay Lan yang di tangan Liu siauw Kun menggigit telinganya, sehingga membuat Liu siauw Kun menjerit kesakitan. "Aduuuh" jeritnya dan langsung menghempaskan anak gadis kecil itu ke tanah.

"Buuuuk." Lim Ay Lan yang baru berusia setahunan itu terhempas di tanah, sehingga sepasang matanya melotot dan mulutnya mengeluarkan darah segar.

"Nak Nak...."jerit Tan Li cu dan segera menggendong anaknya. "Nak...." sungguh kasihan anak

gadis kecil itu, ia telah mati dengan mata melotot.

"Anakku Anakku..." Tan Li cu menangis meraung-raung. " Kenapa engkau diam saja? Lagi bobok ya? oh Anakku...."

Tan Li Cu terkulai, pingsan. Ketika melihat Tan Li Cu pingsan dengan tubuh telentang, Liu siauw Kun langsung menelan air liur. la menghampirinya sambil tersenyum-senyum, lalu membungkukkan badannya sekaligus meremas-remas sepasang payudara Tan Li Cu yang montok itu.

Akan tetapi, mendadak ia merasa tangannya ngilu, ternyata tersambit oleh sebutir batu kerikil.

Betapa terkejutnya Liu siauw Kun. la menengok ke sana ke mari, namun tidak melihat siapa pun, maka ia terheran-heran. setelah itu, ia meremas-remas lagi payudara Tan Li Cu. Plaaak

"Aduuh" jerit Liu siauw Kun kesakitan, karena telah tersambit sebutir batu kerikil. "siapa? Cepat perlihatkan dirimu Jangan cuma berani menyerang secara gelap" bentaknya.

Engkau harus segera pergi Aku pantang membunuh, kalau tidak. nyawa mu pasti sudah melayang" Terdengar suara sahutan.

"si...."

Plaak

"Aduuuh" jerit Liu siauw Kun kesakitan dan dua buah giginya telah roniok. Kini ia betul-betul terkejut dan tahu orang yang bersembunyi itu berkepandaian tinggi sekali, maka kalau ia tidak cepat-cepat kabur, mungkin nyawanya akan melayang. setelah berpikir begitu, ia segera melesat pergi.

Tak lama kemudian, melayang turun seorang padri tua yang tidak lain Tayli Lo Ceng.

"omitohud Aku datang terlambat omito-hud Anak gadis yang masih begitu kecil pun dibunuh omitohud...."

Tayli Lo Ceng menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang, lalu menutupkan baju Tan Li cu.

setelah itu, Tayli Lo Ceng menggali sebuah lubang, lalu mengubur mayat guru silat Tan dan mayat Lim Ay Lan.

"omitohud...." Tayli Lo Ceng menghela nafas lagi, kemudian menggendong Tan Li cu yang masih

dalam keadaan pingsan itu meninggalkan tempat tersebut.

Di dalam sebuah biara di gunung Hong Lay San, tampak seorang padri tua dan seorang biarawati tua duduk bersila dengan wajah serius.

"omitohud Biar bagaimana pun engkau harus menerimanya sebagai murid. Kalau tidak. wanita muda itu pasti jadi gila," ujar padri tua, yang ternyata Tayli Lo Ceng.

"Kenapa engkau merepotkan aku?" ujar biarawati tua itu, yang tidak lain It Sim Sin Ni.

"Bukan merepotkan Melainkan dia memang berjodoh menjadi muridmu," sahut Tayli Lo Ceng sambil tersenyum.

"Yaaah" It Sim Sin Ni menghela nafas. "Puluhan tahun lampau...."

"Kenapa?" Tayli Lo Ceng menatapnya.

"Aaaakh..." It Sim Sin N Imenggeleng-gelengkan kepala. "Aku telah melanggar ajaran Sang Budha, akhirnya...."

"Maukah engkau menuturkan tentang itu?" tanya Tayli Lo Ceng.

"Lo Ceng" It Sim Sin Ni tersenyum getir. "Itu telah berialu, jadi tidak periu dituturkan lagi."

"Kalau begitu, janganlah kau pikirkan"

"Aku tidak memikirkan, hanya mendadak teringat. Engkau mendesakku menerima wanita muda itu menjadi murid, sebetulnya apa tujuanmu?"

"Tiada tujuan apa pun. cuma... dia memang berjodoh menjadi muridmu."

"Kenapa engkau tidak mau menerimanya menjadi murid?"

"sin Ni" Tayli Lo Ceng tersenyum. "Sesungguhnya aku sudah mempunyai murid, hanya belum waktunya ditampilkan di rimba persilatan."

It sim sin Ni terbelalak. "Engkau sudah punya murid? Kenapa engkau merahasiakannya selama ini?"

"Bukan merahasiakan, melainkan tidak mau memberitahukan," ujar Tayli Lo Ceng. "Kini sudah saatnya aku memberitahukan, maka engkau harus menerima Tan Li cu sebagai murid."

"Karena engkau mempunyai murid, akupun harus menerimanya sebagai murid." It sim sin Ni tersenyum. "Mudah-mudahan muridku itu tidak akan menyaingi muridmu"

"Ha ha ha" Tayli Lo Ceng tertawa. "Itu tidak akan terjadi." "Lo Ceng Ceritakan riwayat hidup Tan Li Cu" ujar It sim sin Ni.

"Kalau aku yang menceritakan, akan kurang jelas. Lebih baik dia yang menceritakan." sahut Tayli Lo Ceng.

"Ohya" It sim sin Ni mengerutkan kening. "Kenapa engkau tidak mau menyadarkannya dengan Iweekangmu?"

"Sin Ni" Tayli Lo Ceng menggeleng-geleng-ka n kepala. "Kalau menyadarkannya di tengah jalan, aku pasti repot tidak karuan."

"Kenapa?"

"Karena aku tidak bisa menghiburnya."

"Apakah aku bisa menghiburnya?"

"Engkau pasti bisa." Tayli Lo Ceng manggut-manggut. "sebab kalian sesama wanita."

"Nasibnya memang malang...." It sim sin Ni menghela nafas. "Kehilangan suami, kehilangan

ayah dan anak."

"Aku pantang membunuh. Kalau tidak. pemuda itu pasti sudah mati di tanganku," ujar Tayli Lo Ceng memberitahukan. "Begitu pula Tio cie Hiong, karena dia tidak tega membunuh orang, akhirnya dia yang menderita."

"Pemuda itu seharusnya jadi rahib, tapi...."

"Dia ditakdirkan harus mempunyai isteri dan anak. maka tidak boleh menjadi rahib. Walau jalan hidupnya penuh percobaan, tapi dia pasti hidup tenang, damai dan bahagia di kemudian hari. omitohud"

"Lo Ceng" Wajah It sim sin Ni berubah serius. "Pikiran Tan Li Cu tergoncang karena mengalami pukulan batin yang begitu hebat. Aku ingin menyadarkannya, tetapi setelah dia sadar, aku khawatir...."

"Dia akan menjadi gila?"

"Ya."

"Engkau harus menyalurkan Kiu Yang sin Kangmu ke dalam tubuhnya, agar dia bisa tenang."

It sim sin Ni manggut-manggut. "Apabila perlu, engkau juga harus menyalurkan Hud Bun Pan Yok sin Kang ke dalam tubuhnya."

"Tentu." Tayli Lo Ceng tersenyum. "Kita harus menolongnya, agar kelak dia bisa menuntut balas."

"Apa?" It sim sin Ni terbelalak. "Engkau tidak takut dosa mengatakan begitu?"

"sin Ni" Tayli Lo Ceng menghela nafas. " Kalau itu adalah dosa, aku bersedia memikulnya. Tapi engkau harus tahu, Liu siauw Kun berhati iblis. oleh karena itu, dia harus dibasmi melalui tangan Tan Li Cu. Kalau tidak. entah berapa banyak nyawa orang akan melayang di tangannya."

"Lo Ceng" It sim sin Ni menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau kita tidak pantang membunuh, kita pula yang akan membasmi mereka."

"Muridku akan mewakiliku, muridmu akan mewakilimu," ujar Tayli Lo Ceng dan menambahkan. "Mereka harus membantu Tio Cie Hiong membasmi kaum iblis yang berkeliaran dalam rimba persilatan."

"Baik." It sim sin Ni manggut-manggut. "Aku pasti mencurahkan perhatianku untuk membimbing Tan Li Cu."

It sim sin Ni bangkit berdiri, lalu mendekati Tan Li Cu yang terbaring di tempat tidur dalam keadaan pingsan. Kemudian ditempelkannya sebelah tangannya di dada Tan Li Cu, dan setelah itu mulailah ia menyalurkan Kiu Yang sin Kang ke dalam tubuh Tan Li Cu.

Berselang beberapa saat, Tan Li Cu membuka matanya perlahan-lahan, lalu mendadak meloncat bangun sambil berteriak-teriak. "Ay Lan Anakku Anakku, di mana engkau? Anakku...."

"Tenang" It sim sin N Imemegang bahunya. "Biar bagaimana pun engkau harus tenang, tabahkanlah hatimu"

"Anakku Anakku...." Tan Li cu menangis meraung-raung. "oooh Anakku...."

"Li Cu, tenanglah" ujar It sim sin Ni lembut.

"Liu siauw Kun Aku akan membunuhmu Aku akan membunuhmu" teriak Tan Li cu dan tiba-tiba.... "uaaaakh"

Mulut Tan Li cu menyemburkan darah segar. Cepat-cepat It sim sin Ni memegang lengannya, sekaligus menyalurkan lweekangnya.

"omitohud" Tayli Lo Ceng juga segera memegang bahu Tan Li cu, lalu menyalurkan lweekangnya.

seketika Tan Li cu berhenti memuntahkan darah. Berselang sesaat, barulah It sim sin Ni dan Tayli Lo Ceng melepaskan tangan masing-masing.

"Li Cu, mulai saat ini engkau menjadi muridku. Aku pasti menurunkan ilmu tingkat tinggi kepadamu, agar engkau dapat menuntut balas terhadap Liu siauw Kun kelak."

"Guru...." Tan Li cu langsung berlutut di hadapan It sim sin Ni. "Terima kasih atas pertolongan

Guru...."

"Li Cu" It sim sin Ni tersenyum lembut. "Lo Ceng itu yang menolongmu, dan membawamu ke mari."

"Terima kasih atas pertolongan Lo Ceng" ucap Tan Li cu sambil berlutut di hadapan Tayli Lo Ceng.

"omitohud Engkau harus belajar dengan sungguh-sungguh, agar bisa menuntut balas kelak

omitohud Aku yang mengatakan demikian, biar aku yang memikul dosanya." sahut Tayli Lo Ceng.

"Lo ceng...." Tan Li cu terisak-isak.

"Bangunlah" ujar Tayli Lo Ceng lembut. " Engkau masih perlu beristirahat."

"Ya, Lo Ceng." Tan Li Cu mengangguk.

"Li Cu" It sim sin Ni tersenyum. "Berbaring-lah di tempat tidur saja"

"Ya, Guru." Tan Li Cu lalu berbaring di tempat tidur, kemudian menangis sedih.

"Li Cu" It sim sin Ni membelainya. "Engkau harus tabah menghadapi kenyataan itu, dan jangan terlampau bersedih"

"Guru...." Air mata Tan Li Cu berderai-derai.

It sim sin Ni dan Tayli Lo Ceng saling memandang. Mereka tahu bahwa tidak mudah kesedihan itu sirna dari dalam hati Tan Li cu. oleh karena itu. It sim sin Ni dan Tayli Lo Ceng selalu menghiburnya.

Bab 56 Kwan Gwa siang Koay (sepasang siluman luar perbataan)

Tang Hai Lo Mo sudah tiba di lembah Tengkorak di luar perbatasan. Di mulut lembah itu berserakan lengkorak-tengkorak, maka lembah tersebut dinamai lembah Tengkorak.

siapa saja atau binatang apa pun yang memasuki lembah itu, pasti dibunuh. siapa pembunuhnya? Tidak lain sepasang siluman, yakni siluman Gemuk dan siluman Kurus.

Kedua siluman itu sangat ditakuti di luar perbatasan. Para penduduk di sana harus menyediakan berbagai macam makanan dan minuman di mulut lembah itu beberapa hari sekali. Kalau tidak. pasti ada penduduk yang dibunuh.

Sementara Tang Hai Lo Mo terus berjalan memasuki lembah itu. Berselang beberapa saat, mendadak terdengar suara bentakan keras.

"siapa begitu lancang memasuki lembah ini? Apakah mau cari mampus?" Muncul dua orang tua berusia sembilan puluhan, yang satu tinggi kurus, sedangkan yang satu lagi gemuk pendek.

"siang Koay Apakah kalian tidak mengenalku lagi?" tanya Tang Hai Lo Mo sambil tertawa.

"Eh? Engkau.... Tang Hai Lo Mo?" tanya siluman Kurus.

"Benar." Tang Hai Lo Mo mengangguk. "Bukan main, kalian berdua masih sehat walafiat"

"Tentu." Kedua siluman itu tertawa gelak. "Hei Tang Hai Lo Mo, angin apa yang membawamu ke mari?"

"Angin yang akan menyenangkan kalian berdua," sahut Tang Hai Lo Mo yang juga tertawa gelak.

"Tang Hai Lo Mo Bagaimana keadaan di rimba persilatan Tionggoan? Apakah engkau tergeser sampai ke mari?"

"Tentu tidak." Tang Hai Lo Mo memberitahukan. "Bahkan kami telah mendirikan Bu Tek Pay"

"Partai Tanpa Tanding?" siluman Kurus tertegun lalu tertawa terkekeh. "Kau anggap dirimu sudah tiada tanding?"

"Terhadap yang lain memang begitu, tapi terhadap kalian berdua tidak begitu."

"Wuah" siluman Gemuk tertawa terbahak-bahak. "sejak kapan engkau belajar menepuk pantat orang?"

"Ha ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa.

"Tang Hai Lo Mo Bagaimana keadaan paman gurumu?" tanya siluman Kurus mendadak.

"Paman guruku telah meninggal."

"Kami turut berduka cita."

"Siang Koay Aku ke mari ingin berunding dengan kalian," ujar Tang Hai Lo Mo.

"Mau berunding apa?"

"Begini" Tang Hai LoMo memandang mereka seraya memberitahukan. "Kini Bu Lim sam Mo adalah ketua Bu Tek Pay yang telah menguasai rimba persilatan. Karena itu, aku ingin mengundang kalian berdua untuk hidup senang dalam Bu Tek Pay...."

"Bilang saja ingin minta bantuan kami" tandas siluman Gemuk. " Karena engkau menghadapi musuh tangguh, kan?"

"Bukan." Tang Hai LoMo menggelengkan kepala "Agar Bu Tek Pay bertambah kuat dan jaya maka kami sangat membutuhkan kehadiran kalian berdua."

"Engkau ingin mengangkat kami sebagai apa dalamBu tek Pay?" tanya siluman Kurus. " Wakil ketua...."

Kentut" bentak siluman Gemuk. " Engkau, Thian Mo dan Te Mo adalah ketua, maka kalau kami sebagai wakil, sudah barang tentu dibawah perintah kalian. Itu tak usah ya"

Kalau begitu, kalian berdua menghendaki kedudukan apa?"

"Tidak tertarik.".

"Kalian berdua harus tahu bahwa di Tiong-goan banyak wanita cantik lho Kami akan menyediakan untuk kalian."

Hati sepasang siluman mulai tertarik. "sudah cukup lama kami tidak bersenang-senang dengan kaum wanita.."

"Pokoknya kami pasti menyediakan wanita-wanita cantik untuk kalian berdua. Sungguh"

"Tapi kedudukan sebagai wakil ketua, itu sangat merendahkan derajad kami," ujar siluman Kurus.

"Tang Hai LoMo Bagaimana kalau kami diangkat sebagai tetua dalam Bu Tek Pay?" usul siluman Gemuk.

"Baik Baik" Tang Hai LoMo mengangguk. "Kedudukan itu memang sangat pantas untuk kalian berdua."

"Tapi ingat, Engkau harus menyediakan wanita cantik untuk kami" tegas siluman Kurus. "Tentu." Tang Hai Lo Mo mengangguk girang. " Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" "Baiklah." sepasang siluman itu tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha..."

Thian Mo, Te Mo, Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun menyambut kedatangan mereka dengan penuh kegembiraan.

"Selamat datang siang Koay" ucap Thian Mo, Te Mo dan Ang Bin sat sin serentak.

"Ha ha ha" Kedua siluman itu tertawa. "Thian Mo, Te Mo Kalian berdua juga sudah menjadi ketua Bu Tek Pay, lalu apa kedudukan Ang Bin sat sin?"

"Kedudukannya sebagai pelindung," sahut Thian Mo memberitahukan.

"Ngmm" Siang Koay manggut-manggut. "Bagus Bagus, kini kita berkumpul semua di sini. Ha ha ha..."

"Mari kita duduk siang Koay" ucap Tang Hai Lo Mo.

Mereka semua duduk, kemudian Tang Hai Lo Mo mengumumkan dengan suara lantang. "Mulai sekarang, siang Koay sebagai Tetua Bu Tek Pay"

"Kami mengucapkan selamat kepada siang Koay" seru Thian Mo, Te Mo dan Ang Bin sat sin serentak.

"Ha ha ha" Kedua siluman itu tertawa gembira.

" Cepat sediakan makanan dan minuman" seru Tang Hai Lo Mo.

seketika para anggota Bu Tek Pay sibuk menyediakan berbagai macam makanan dan minuman. setelah itu mendadak Thian Mo bertepuk tangan tiga kali, lalu muncullah para pemain musik dan penari yang terdiri dari kaum wanita cantik.

Para pemain musik langsung duduk. lalu memainkan alat musik masing-masing dan terdengarlah suara musik yang sangat menyedapkan telinga. Para penari pun mulai menari dengan lemah gemulai. Kwan Gwa siang Koay memandang para penari dengan mata tak berkedip. sehingga membuat Bu Lim sam Mo tersenyum-senyum. "Mari kita bersulang" seru Tang Hai Lo Mo sambil tertawa gelak.

"Mari" sahut yang lain.

Mereka bersulang sambil tertawa terbahak-bahak. Sementara musik terus mengalun merdu, dan para penari pun terus menari sambil melirik genit ke arah Kwan owa siang Koay.

"Hua ha hal" Kwan Gwa siang Koay tertawa gembira sambil mengedip-ngedipkan mata ke arah para penari.

Entah berapa lama kemudian, Thian Mo bertepuk tangan dua kali. seketika suara musik langsung berhenti, dan para pemainnya bangkit berdiri " Kalian boleh. kembali ke tempat masing-masing" ujar Thian Mo.

"Eeeh?" Kwan Gwa siang Koay, kelihatan tidak senang.

"Tenang" Thian Mo tertawa. "Mereka berdua sudah siap melayani kalian berdua Ha ha ha"

"oh?" Kwan Gwa siang Koay saling memandang, kemudian mereka berdua, tertawa terkekeh-kekeh saking gembiranya.

"siang Koay" Tang Hai LoMO memberitahukan. "Kami sudah menangkapBu Lim Ji Khie, ketua Kay Pang, para ketua tujuh partai dan lain-lainnya."

"Bagus" siluman Kururs manggut-manggut. "Kalau begitu Bu Tek Pay yang berkuasa di rimba persilatan."

"Tapi...." Tang Hai Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala "Kita punya seorang musuh tangguh."

"oh?" siang Koay mengerutkan kening. "siapa dia? Apakah It Ceng?"

"It Ceng sudah mati di tangan kami," ujar Tang Hai Lo Mo. " orang itu masih muda, bernama, Tio Cie Hiong."

"Bagaimana kepandaiannya?" tanya siluman Kurus.

"Tinggi sekali, Kami..." tutur Tang Hai Lo Mo tentang mereka bertiga pernah dimusnahkan kepandaian mereka oleh Tio Cie Hiong dan lain sebagainya.

Kedua siluman itu mengerutkan kening- "Jadi kekasihnya juga telah kalian, tangkap?" tanya siluman Kurus.

"Ya." Tang Hai Lo Mo mengangguk.

"Bagus Bagus" siluman Gemuk tertawa. "Itu merupakan senjata kita untuk menghadapi Tio cie Hiong."

"suruh Tio Cie Hong menyerah Kalau tidak kekasihnya dan lain-lainnya akan kita bunuh." sahut siluman Gemuk.

"Benar." Bu Lim sam Mo tertawa girang. "Kenapa kami tidak berpikir sampai di situ?"

"Karena kalian sangat goblok," ujar Siluman Gemuk.

"Kalau Tio cie Hiong menyerap perlukah kita membunuhnya?" tanya Tang Hai Lo Mo.

"Tidak perlu membunuhnya," jawab siluman Kurus. "Kita harus membuatnya mati tidak. hidup juga tidak."

"Ngmm" Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "Dia pernah memusnahkan kepandaian kami, maka kami juga harus memusnahkan kepandaiannya."

"Seluruh urat di tubuhnya harus diputuskan, tulang punggungnya pun harus dipatahkan," ujar Siluman Kurus. Jadi kepandaiannya tidak mungkin bisa pulih lagi."

"Betul." Tang Hai Lo Mo tertawa, kemudian bertanya kepada Thian Mo dan Te Mo. "Bagaimana menurut kalian?"

"Memang harus begitu, sebab terlalu enak baginya kalau kita bunuh. Dia harus hidup tersiksa.

Ha ha ha" Thian Mo dan Te Mo tertawa gelak.

"Ohya, Bagaimana keadaan para tawanan kita itu?" tanya Siluman Kurus.

"Dalam kondisi lemah." Tang Hai Lo Mo memberitahukan. "Sebab setiap hari mereka diberi minum racun pelemah tubuh."

"Bagus" Siluman Kurus tertawa. "Setelah Tio cie Hiong menyerah, kita tidak periu membunuh mereka."

"Punya ide bagus?" tanya Tang Hai Lo Mo.

"Tujuh partai besar itu sangat terkenal di Tionggoan. Kalau partai-partai itu di bawah kekuasaan Bu Tek Pay, maka Bu Tek Pay merupakan partai nomor satu dalam rimba persilatan. oleh karena itu, kita lepaskan saja mereka," jawab siluman Kurus.

"Tapi bagaimana kalau mereka berontak kita?" sela Ang Bin sat sin.

"Kalau begitu, berarti mereka cari mati," sahut siluman Gemuk dan menambahkan. "sebelum kita lepaskan, mereka harus menyatakan tunduk kepada Bu Tek Pay. Apabila ada yang berani menentang setelah dilepaskan, maka harus dibunuh."

"Benar." Tang Hai Lo Mo manggut-manggut "Jadi Bu Tek Pay merupakan partai nomor satu dalam rimba persilatan, dan partai lain harus di bawah perintah Bu Tek Pay."

"Ha ha ha" Thian Mo tertawa gelak. "Itu merupakan sejarah baru dalam rimba persilatan Bu Tek Pay nomor satu dalam rimba persilatan"

"He he he Ha ha ha" Kwan Gwa siang Koay, Tang Hai Lo Mo, Te Mo dan lainnya juga tertawa terbahak-bahak. sehingga ruang itu

menjadi riuh gemuruh.

sementara di dalam penjara bawah tanah, tampak Bu Lim Ji Khie dan lainnya duduk bersandar pada dinding. Mereka semua kelihatan lemas dengan wajah muram.

"Tidak disangka sama sekali...." sam Gan sin Kay menghela nafas. "Kita semua akan tertangkap

dan dikurungnya di dalam penjara ini."

"Siapa pun tidak menduga kalau kepandaian Bu Lim sam Mo bisa pulih kembali bahkan bertambah tinggi." Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan kepala. "It Ceng mati di tangan mereka...."

"Ini merupakan kesuraman bagi golongan putih. Bahkan Toan wie Kie dan Toan Pit Lian terbawa-bawa pula. Kalau Toan Hong Ya tahu, pasti marah-marah." ujar Lam Kiong Hujin.

"Ayah kami tidak akan marah." ujar Toan wie Kie melanjutkan. "Yang kuherankan malah Cie Hiong, kenapa dia tidak muncul menolong kita?"

"Mungkin Kakak Hiong tidak tahu kalau kita ditangkap pleh Bu Lim Sam Mo," wajah Lim Ceng Im tampak murung. "Dia pasti cemas sekali."

"omitohud" Hui Khong Taysu menghela nafas. "setelah Imsie Hong Mo mati, muncul pula Bu Lim sam Mo...."

Itulah kesalahan cie Hiong. Kalau tempo hari dia bunuh mereka, tentu tidak akan ada kejadian ini, dan rimba persilatan pun akan aman." ujar sam Gan sin Kay.

Kakek jangan mempersalahkan Kakak Hiong Dia tidak tega membunuh ya bagaimana mungkin memaksakan diri?" sahut Lim Ceng Im.

"omitohud" Hui Khong Taysu menghela nafas lagi. "semua ini sudah merupakan takdir jadi jangan mempersalahkan cie Hiong."

"Aaaakh..." sam Gah sin Kay menggeleng-gelengkan kepala. "Lam Hai sin ceng telah mati, Bu Lim Ji Khie setengah mati."

"Pengemis bau, Lam Hai sin ceng sungguh bahagia, sebaliknya kita yang sangat menderita. Dipermalukan oleh Bu Lim sam Mo, rasanya aku ingin bunuh diri"

"Benar." sam Gan sin Kay manggut-manggut. " Lam Hai sin Ceng mati secara terhormat, sedangkan kita...."

"Ayah" Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala. "Biar bagaimana cun kita harus sabar. Aku yakin cie Hiong pasti muncul."

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa. "Kita telah dipermalukan dengan cara demikian, tentunya harus bersabar. Kalau kita mati sekarang, berarti sia-sia."

"Benar, pengemis bau," sahut Kim siauw su-seng. "Kita harus melihat bagaimana kematianBu Lim sam Mo. Karena itu, kita harus hidup,"

"Aku...." Mata Lim Ceng Im mulai bersimbah air. "Entah bagaimana keadaan Kakak Hiong dan

entah ke mana dia mencariku."

"Tenang Kakak Im" Gouw sian Eng memegang bahunya. "Percayalah, dia pasti akan muncul menolong kita"

"Padahal...." Air mata Lim Ceng Im mulai meleleh. "Kami sudah mau menikah, tapi...."

"Tenang, Nak" Lim Peng Hang memegang bahu Lim Ceng Im. "sabarlah"

"setiap hari kita diberi minum racun hingga badan kita lemah tak bertenaga sama sekali, dan Iweekang tak bisa dihimpun." gumam Tui Hun Lojin sambil menggeleng-gelengkan kepala. " Kalau masih bisa menghimpun Iweekang, aku pasti melawan mereka"

"setan tua" tegur sam Gan sin Kay. Jangan cari mati secara sia-sia Kalau kita masih bernafas, berarti kita masih punya kesempatan untuk menuntut balas."

"Benar" Kim siauw suseng manggut-manggut. "Kita sudah bersabar sekian lama, kenapa tidak bisa bersabar lagi?"

"Kini yang dapat melawan mereka hanya Tio Cie Hiong. Kita semua tak berguna sama sekali." sela Tok Pie sin Wan.

Walau demikian, paling tidak pun kita bisa membantu Cie Hiong, kan?" ujar Lam Kiong Hujin. "Benar." Gouw Han Tiong mengangguk. "Nanti akan kubantai semua para anggota Bu Tek Pay"

"Ayah...." Gouw sian Eng menghela nafas. "Kami tidak tahu akan kejadian ini. Kalau tahu, kami

pasti tidak akan kembali ke Tionggoan dulu."

"Adik sian Eng" Toan wie Kie membelainya. "Jangan menyesali apa pun, kita harus bersyukur karena telah bertemu kakek. ayah dan lainnya di sini"

"Benar." Lam Kiong Bie Liong manggut-manggut. "Yang penting kita belum mati, berarti kita masih mempunyai kesempatan untuk menuntut balas."

Mendadak pintu penjara itu terbuka, lalu tampak Liu siauw Kun berjalan masuk dengan dada terangkat.

"Perintah dari ketua Bu Tek Pay, kalian semua harus menghadapnya." ujarnya memberitahukan.

Bu Lim Ji Khie dan lainnya saling memandang, kemudian berjalan ke luar mengikuti Liu Tiauw Kun.

Begitu sampai di ruang depan, terkejutlah Bu Lim Ji Khie karena melihat Kwan Gwa siang Koay duduk di situ.

"Celaka!!" bisik sam Gan sin Kay pada Kim siauw suseng. "sepasang siluman itu berada di sini"

"Heran" sahut Kim siauw suseng. "Bagaimana mereka bisa berada di sini?"

"Pasti Bu Lim sam Mo yang mengundang mereka," ujar sam Gan sin Kay dengan suara rendah.

Kim siauw suseng manggut-manggut. "Kini ditambah Kwan Gwa siang Koay, Cie Hiong agak sulit menghadapi mereka semua."

Bu Lim Ji Khie dan lainnya berdiri di tengah-tengah ruangan itu Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay menatap mereka sambil tertawa terbahak-bahak.

"Bu Lim Ji Khie Apa kabar?" tanya siluman Kurus mengejek. " Kalian berdua baik-baik saja, bukan?"

"Tentu," sahut sam Gan sin Kay sambil tertawa. "Kukira kalian berdua sudah mampus di lembah Tengkorak, tidak tahunya masih hidup dan berada di sini Ha ha..."

"Pengemis bau" siluman Gemuk tersenyum. "Bagaimana rasanya di dalam penjara?"

"sungguh menyenangkan," sahut sam Gan Sin Kay dan tertawa lagi. "Karena bisa makan enak dan tidur nyenyak. Hei, siang Koay Kalian berdua menjadi apa di sini?"

"Kami berdua sebagai tetua Bu Tek Pay," sahut siluman Kurus memberitahukan. Kim siauw suseng tertawa gelak. "Kalau begitu, kalian berdua pasti hidup senang."

"Tentu." siluman Kurus tertawa terkekeh-kekeh. "Kaum wanita di Tionggoan sungguh menyenangkan hati He he he"

"Kalau begitu, kuucapkan selamat kepada kalian berdua" sam Gan sin Kay tertawa.

"Terima kasih Terima kasih" sahut siluman Gemuk. "Dengan adanya ucapanmu itu, maka kami akan mengampuni nyawa kalian."

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar