Bagian 14
"Phang Liang Hiang yang
mengatakan begitu?" Kening Ku Tek Cun berkerut.
"Ya-" Tio Cie Hiong
mengangguk-
"Itu— itu bagaimana
mungkin?" gumam, Ku Tek Cun tidak percaya.
"Maaf" ucap Tio Cie
Hiong dan menambahkan agar Ku Tek Cun percaya.
"Pada waktu itu, engkau
sering menggunakan diriku untuk melatih ilmu pedangmu, maka dia mengatakan
begitu"
"ooooh" Ku Tek Cun
manggut-manggut, kemudian wajahnya berubah dingin, tapi Tio Cie Hiong tidak
melihatnya.
"sekarang sekali dia
telah mati, kalau tidak- aku pasti akan menegurnya karena omong yang
bukan-bukan"
"Tek Cun" Tio Cie
Hiong memandangnya.
"Engkau sudah tahu siapa
pembunuh ayahmu?"
"sudah sekian lama aku
menyelidikinya, namun...." Ku Tek Cun menghela nafas.
"Aku masih belum berhasil
menyingkap siapa orang-orang berpakaian hitam itu."
"Perlahan- lahan
menyelidikinya.... "
"ohya, cie Hiong" Ku
Tek Cun menatapnya.
"Engkau mau ke
mana?"
"Aku mau ke markas pusat
Kay Pang,"jawab Tio Cie Hiong jujur.
"oh?" Ku Tek Cun
mengerutkan kening,
"engkau mempunyai
hubungan dengan Partai Pengemis?"
"Tidak juga." Tio
Cie Hiong menggelengkan kepala.
"Aku ke sana hanya ingin
menemui seseorang."
"oooh" Ku Tek Cun
manggut-manggut, kemudian memandang Tio Cie Hiong sambil tersenyum. "Cie
Hiong, aku harus memberi selamat pada mu." "Lho? Kenapa?" Tio Cie
Hiong kebingungan.
"Engkau kok masih
berpura-pura?" Ku Tek Cun tertawa.
"Bukankah kini engkau
telah berkepandaian tinggi, bahkan memperoleh julukan Pek Ih sin Hiap
pula?"
"Itu cuma julukan
kosong," sahut Tio Cie Hiong merendah-"Padahal aku tidak memiliki
kepandaian tinggi." "Cie Hiong" Wajah Ku Tek Cun berseri.
"Aku sungguh gembira,
tapi akupun harus minta maaf kepadamu."
"Memangnya kenapa?"
tanya Tio Cie Hiong heran.
"Sebab dulu aku sering
menghinamu. Aaakh, dulu aku memang terlampau sombong Setelah ayahku dan Phang
Ling Hiang mati terbunuh, barulah aku menyadari akan kesalahanku itu. Cie
Hiong, sudikah engkau memaafkan aku?" Ku Tek Cun tampak bersungguh-sungguh.
"Itu telah berlalu, lagi
pula aku tidak pernah membencimu." Tio Cie Hiong tersenyum. "Jadi
engkau tidak perlu minta maaf kepadaku."
"cie Hiong...." Ku
Tek Cun menggeleng-ge-lengkan kepala, kemudian mengangkat cangkir yang
di hadapan Tio Cie Hiong. Ketika
mengangkat cangkir itu. Ku Tek Cun pun menjatuhkan sesuatu ke dalam cangkir.
"Aku mengangkat cangkir
ini untukmu, engkau harus terima dan meneguknya, pertanda engkau sudi memberi
maaf kepadaku"
"Baiklah-" Tio Cie
Hiong tersenyum. la menerima cangkir itu dan meneguknya sampai kering.
"Terima kasih, Cie
Hiong" Ku Tek Cun tertawa gembira.
"Engkau memang berjiwa
besar mau memaafkan aku"
"Kita adalah teman,
tentunya harus saling memaafkan" ucap Tio Cie Hiong dan tersenyum, la
tidak tahu bahwa secara diam-diam Ku Tek Cun telah menaruh semacam racun ke
dalam cangkir yang berisi air teh itu. la girang bukan main karena Tio Cie Hiong
telah meneguknya.
"Cie Hiong, aku masih ada
urusan lain" ujar Ku Tek Cun.
"Maaf, aku mohon diri
dulu"
Tio Cie Hiong mengangguk- Ku
Tek Cun meninggalkan kedai itu, kemudian bersembunyi di balik pohon sambil
mengintip ke arah Tio Cie Hiong. la tahu, dalam waktu setengah jam, racun itu
pasti bereaksi sehingga akan membuat Tio Cie Hiong mati keracunan.
Sementara Tio Cie Hiong masih
bersantap. Kira-kira setengah jam kemudian, barulah ia meninggalkan kedai itu.
Ku Tek Cun terbelalak dan
tidak habis pikir, sebab Tio Cie Hiong tidak terjadi apa-apa. la mana tahu,
kalau Tio Cie Hiong lelah memakan buah Ling che, maka dirinya kebal terhadap
racun apa pun.
justru sungguh mengherankan,
padahal Tio Cie Hiong tiada dendam apa pun terhadap Ku Tek Cun, namun kenapa
pemuda itu ingin membunuhnya dengan cara meracuninya? Apabila Tio Cie Hiong
tahu tentang itu, tentunya ia pun tidak habis pikir- Mungkinkah Ku Tek Cun
masih merasa cemburu, karena Phang Ling Hiang pernah bersikap lembut dan baik
terhadap Tio cie Hiong, ketika Tio cie Hiong bekerja di Hong Lui Po? Tapi gadis
itu telah mati, kenapa Ku Tek Cun masih merasa cemburu pada Tio Cie Hiong?
Bukankah aneh sekali? Lagi pula pada waktu itu, usia Tio Cie Hiong masih kecil,
mungkinkah ada sebab lain sehingga membuat Ku Tek Cun harus membunuh Tio Cie
Hiong? itu memang merupakan suatu teka-teki-
Sementara itu di tempat lain,
yakni di- markas pusat Kay Pang, tampak Lim Ceng Im terus menerus berjalan
mondar-mandir di ruang dalam, la masih tetap berpakaian pengemis yang penuh
tambalan, dan mukanya dekil sekali.
"Ceng Im" Lim Peng
Hang si Tongkat Maut, ketua Kay Pang mendekatinya sambil menggeleng-gelengkan
kepala.
"Kenapa dari tadi engkau
berjalan mondar-mandir di sini?"
"Ayah Apakah aku masih
belum boleh pergi mengembara?" tanya Lim Ceng Im dengan wajah masam.
"Ceng Im" Lim Peng
Hang menarik nafas.
" untuk sementara ini
jangan, sebab rimba persilatan kelihatan dalam bahaya...."
"Ayah" Lim Ceng Im
membanting-banting kaki-
"Kenapa engkau ingin
pergi mengembara?" tanya Lim Peng Hang mendadak-"Aku... aku-—"
Lim Ceng Im tergagap.
"ooooh" Lim Peng
Hang manggut-manggut sambil tertawa
" Engkau pasti sangat
merindukan Tio Cie Hiong, maka ingin pergi mencarinya, bukan?"
"Ayah sudah tahu kok
masih bertanya?" sahut Lim Ceng Im dengan wajah agak kemerah-merahan.
"Ceng Im, apakah engkau
tidak pernah menerima informasi dari para pengemis handal dalam Kay Pang
kita?" Lim Peng Hang menatapnya.
"Aku terus menerus
memikirkan cie Hiong, mana ada waktu—" Wajah Lim Ceng Im bertambah merah,
sebab telah keterlepasan omong.
"Engkau terus menerus
memikirkan cie Hiong?" Lim Peng Hang tersenyum.
"Tidak heran badanmu
menjadi kurus Cie Hiong mana mau gadis yang kurus kering?"
"Ayah" Lim Ceng Im
cemberut, kemudian tersenyum-senyum seraya berkata dengan suara lembut
"Ayah memperbolehkan aku
pergi mencarinya?"
"Wah" Lim Peng Hang
tertawa gelak.
"Bisa merayu juga
nih?"
"Ayah" Lim Ceng Im
langsung melotot.
Kalau ayah tidak
memperbolehkan aku pergi mencarinya, aku— aku—." "Akan kabur
kan?" Lim Peng Hang tertawa lagi.
"Ya-" Lim Ceng Im
mengangguk-
"Ceng Im" ujar Lim
Peng Hang serius sambil memandangnya-
"Tentunya engkau belum
tahu, bahwa kini Tio cie Hiong telah berkepandaian tinggi."
"oh?" Wajah Lim Ceng Im berseri.
"Kok Ayah tahu?"
"Ayah telah menerima
informasi tentang Tio cie Hiong, dia telah berkecimpung dalam rimba persilatan,
selalu memberantas kejahatan." Lim Peng Hang memberitahukan,
"oh, ya?" Lim Ceng
Im tertegun.
"Apakah dia telah banyak
membunuh para penjahat?"
"Dia tidak pernah
membunuh penjahat yang manapun, melainkan hanya memusnahkan kepandaian
mereka."
"Ayah Apakah
kepandaiannya sudah tinggi sekali?"
"Tentang itu belum begitu
jelas. Namun dia telah memperoleh julukan Pek Ih sin Hiap."
"Pendekar sakti Baju
Putih?"
"Ya." Lim Peng Hang
mengangguk dan menambahkan, julukannya itu sudah cukup terkenal dalam rimba
persilatan."
"Ayah" Wajah Lim
Ceng Im cerah ceria.
"Kalau begitu, aku ingin
cepat-cepat pergi mencarinya."
"Ceng Im" Lim Peng
Hang tersenyum.
"Kini kepandaianmu sudah
cukup tinggi, maka ayah...."
"Ayah memperbolehkan aku
pergi mencarinya?" tanya Lim Ceng Im cepat dan ia girang bukan main.
"Ng" Lim Peng Hang
mengangguk-
"Terima kasih, Ayah"
Lir" Ceng Im langsung merangkul ayahnya erat-erat.
"Iiih" Goda Lim Peng
Hang.
"engkau berbau keringat
dan mukamu begitu dekil, Cie Hiong mana menyukaimu?" "Ayah" Lim
Ceng Im cemberut.
"Bagaimana
rencanamu?" tanya Lim Peng Hang.
"Aku akan berangkat esok
pagi," jawab Lim Ceng Im, kemudian tersenyum sambil melanjutkan. "Aku
tetap berpakaian pengemis, muka ku pun tetap kubikin dekil."
"Eh?" Lim Peng Hang terbelalak-
"Kini engkau sudah boleh
berpakaian wanita, tidak usah berpakaian pengemis lagi-"
"Ayah Aku justru ingin
berpakaian pengemis dengan muka dekil," ujar Lim Ceng Im dan tersenyum
lagi-
"Kalau begitu, bukankah
dia tidak akan tahu kalau engkau seorang gadis?" Lim Peng Hang mengerutkan
kening.
"Aku punya cara istimewa
untuk memperlihatkan asliku" jawab Lim Ceng Im serius. "Bah-kan akan
membuat kejutan."
"oh?" Lim Peng Hang
menatapnya, kemudian berkata menggoda-
"Asal jangan membuatnya
kelewat terkejut sehingga langsung kabur. Akhirnya engkau yang menggigit
jari-"
"Ayah—"" Lim
Ceng Im cemberut.
"Ceng Im" Lim Peng
Hang menatapnya dalam-dalam.
"Ayah harap engkau jangan
membuat onar dalam rimba persilatan"
"Ya, Ayah" Lim Ceng
Im mengangguk-
"Aku hanya ingin mencari
kakak Hiong saja.Mudah-mudahan aku bisa bertemu dia dalam waktu singkat"
"Mudah-mudahan" ucap
Lim Peng Hang sambil tersenyum.
-ooo00000ooo-
Bab 22 Pek sim seng Li (Wanita
suci Hati Putih)
Tio Cie Hiong terus
melanjutkan perjalanannya menuju markas pusat Partai Pengemis. Tiba-tiba ia
tersenyum karena teringat akan Lim Ceng Im, karena itu ia pun ingin lekas-lekas
bertemu pengemis dekil itu.
Ketika Tio cie Hiong memasuki
sebuah lembah, sekonyong-konyong melayang turun dua wanita muda di hadapannya.
Begitu melihat kedua wanita itu, Tio Cie Hiong pun teringat sesuatu.
"Apakah Anda Pek Ih sin
Hiap bernama Tio Cie Hiong?" tanya salah seorang wanita muda itu sambil
menjura.
"Betul." Tio cie
Hiong mengangguk dan balas menjura.
Kalau begitu. Anda harus ikut
kami" "Kenapa aku harus ikut kalian?"
"Setelah sampai di tempat
tujuan. Anda pasti mengetahuinya."
"Maaf Aku mau ke markas
pusat Kay Pang, maka tidak bisa ikut kalian." Tio Cie Hiong menatap
mereka, kemudian bertanya.
"Apakah kalian berdua
yang mencu... maksudku membawa pergi Gouw sian Eng, putri cit Pou Tui Hun- Gouw
Han Tiong?"
"Benar." Kedua wanita
muda itu mengangguk sambil tersenyum.
"Kenapa kalian membawanya
pergi? sungguh keterlaluan kalian berdua" tegur Tio Cie Hiong. "Bikin
susah Tui Hun Lojin dan membuat ayahnya cemas sekali" "oh?"
salah seorang wanita muda itu tertawa.
"Tadi engkau mau bilang
kami menculik gadis itu, kan?"
"Ya." Tio cie Hiong
mengangguk.
"Kenapa tidak
dicetuskan?" Wanita muda itu tertawa lagi.
"Kalian berdua... tidak
mirip wanita jahat, jadi aku tidak mau bilang begitu,"jawab Tio Cie Hiong
menjelaskan.
"O0ooo" Wanita muda
itu manggut-manggut
"Kalau begitu, engkau
harus ikut kami"
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk-
"Itu memang harus, sebab
aku ingin bertemu sian Eng."
"Apakah gadis itu
kekasihmu?" tanya wanita itu mendadak sambil tersenyum.
"Bukan. Tapi aku
menganggapnya sebagai adik," jawab Tio Cie Hiong jujur.
"Dia gadis baik dan lemah
lembut," ujar wanita muda itu.
"Nah, mari ikut
kami"
Tio Cie Hiong mengangguk-
Kemudian kedua wanita muda itu melesat pergi menggunakan ginkang. Tio Cie Hiong
sebera mengikutinya dengan menggunakan ginkang juga.
Kedua wanita muda itu saling
memandang sambil memberi isyarat, kemudian mereka melesat lebih cepat. Namun
Tio Cie Hiong tetap mengikuti mereka dengan jarak yang sama. Kedua wanita muda
itu kelihatan penasaran, maka mereka melesat lebih cepat lagi.
Tio Cie Hiong tersenyum, la
tahu kedua wanita muda itu sedang menguji ginkangnya. Karena itu, ia pun
mengerahkan Pak Yok Hian Thian sin Kang, sehingga badannya melesat laksana
kilat melewati kedua wanita muda itu.
Bukan main terkejutnya kedua
wanita muda itu. Mereka berdua tidak menyangka kalau Tio Cie Hiong yang masih
belia itu memiliki ginkang begitu tinggi, maka timbullah rasa kagum dalam diri
hati mereka.
Berselang beberapa saat
kemudian, kedua wanita itu berhenti, begitu pula Tio cie Hiong.
Ternyata mereka berhenti di
depan dinding tebing, maka membuat Tio Cie Hiong keheranan.
"Kenapa kalian berdua
mengajakku ke mari?"
"Memang harus ke
mari," sahut salah seorang wanita muda itu sambil tersenyum,
"Gin-kangmu sungguh tinggi, maka kami kagum sekali pada mu."
Tio Cie Hiong hanya tersenyum,
sedangkan wanita muda yang satu lagi memutar sebuah batu yang ada di situ.
Kreeek Dinding tebing itu
terbuka dan tampak sebuah goa.
"Mari ikut kami ke
dalam" ujar salah seorang wanita muda itu.
Tio Cie Hiong mengangguk-
Kemudian kedua wanita muda itu melangkah masuk, dan Tio cie Hiong mengikuti
mereka dari belakang, setelah ketiga-tiganya masuk, dinding tebing itu tertutup
kembali.
Akan tetapi, goa itu tetap
terang sehingga membuat Tio cie Hiong terheran-heran.
"Jangan heran" ujar
salah seorang wanita muda itu memberitahukan.
"Dinding goa ini terdapat
semacam batu yang memancarkan cahaya, maka goa ini menjadi terang."
"ooh" Tio Cie Hiong
manggut-manggut.
Goa tersebut mirip sebuah
terowongan. Kedua wanita muda itu terus berjalan ke dalam. dan Tio Cie Hiong
terus mengikuti mereka.
Berselang beberapa saat
kemudian, mereka sudah sampai di ujung goa dan melihat sinar yang terang
benderang di luar. Begitu keluar dari goa itu, Tio cie Hiong terbelalak karena
menyaksikan pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan.
Ternyata tempat itu merupakan
sebuah lembah- Di lembah itu terdapat air terjun dan taman bunga bwee- Akan
tetapi, taman bunga Bwee itu tampak agak aneh
"Setelah melewati taman
bunga dan sebuah kolam besar, kita sudah sampai di tempat tujuan." salah
seorang wanita muda itu memberitahukan.
"Taman bunga bwee itu kok
kelihatan agak aneh?" tanya Tio Cie Hiong sambil memandang taman bunga
bwee itu.
"Taman bunga bwee itu
merupakan semacam formasi, yang orang bisa masuk tapi sulit keluar." jawab
wanita muda itu
"Maka engkau harus
mengikuti langkah kami."
"Maksudmu semacam formasi
Ngo Heng?" tanya Tio Cie Hiong tertarik. sebab Thian Thay siansu pernah
menjelaskan tentang berbagai macam formasi tersebut kepadanya.
"Ya." Wanita muda
itu mengangguk,-
"Kalau begitu.."
ujar Tio Cie Hiong sambil tersenyum.
"Bolehkah aku mencoba
berjalan sendiri ke dalam taman bunga bwee itu?"
Kedua wanita itu saling
memandang, berselang sesaat barulah, mereka mengangguk-"Baiklah,"
sahut kedua wanita muda itu serentak-
Perlahan-lahan Tio Cie Hiong
berjalan ke dalam taman bunga bwee itu setelah ia masuk, mendadak pohon-pohon
bwee itu bergerak, makin lama makin cepat sehingga memusingkan Tio Cie Hiong.
Pemuda itu segera duduk
bersila, sedangkan pohon-pohon bwee itu masih terus bergerak dan berputar. Tio
Cie Hiong memejamkan matanya, lalu mengerahkan Pan yok Hian Thian sin Kang.
setelah itu, ia membuka matanya, dan seketika ia terbelalak karena tempat itu
telah berubah gelap, bahkan terdengar suara hembusan angin dan suara halilintar
yang memekakkan telinga.
Tio Cie Hiong memandang dengan
penuh perhatian, kemudian bangkit berdiri lalu berjalan. Entah berapa lama,
barulah ia berhenti, tetapi ternyata ia masih berada di tempat itu. Diam-diam
ia mengakui akan kelihayan formasi pohon-pohon bwee itu.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu,
seketika juga wajahnya berseri dan langsung melesat ke atas berjungkir balik di
udara sehingga badannya melambung ke atas lagi.
Pohon-pohon bwee itu juga ikut
meluncur ke atas, namun tidak secepat gerakan Tio Cie Hiong, maka akhirnya ia
berhasil menginjak ujung salah satu pohon bwee itu Kemudian ia bergerak lagi
menggunakan Kiu Kiong san Thian Pou, sehingga tubuhnya berkelebatan laksana
kilat, setelah itu ia pun berhasil melewati formasi pohon bwee tersebut.
Ketika sepasang kakinya
menginjak tanah, ia melihat kedua wanita muda itu memandangnya dengan mata
terbelalak-
"Aku berhasil, kan?"
tanya Tio Cie Hiong sambil tersenyum-
"Bukan main sungguh luar
biasa sekali" gumam kedua wanita muda itu-"Apakah sekarang kita harus
melewati sebuah kolam?" tanya Tio Cie Hiong-"Ya-" salah seorang
wanita muda itu mengangguk-"Mari ikut kami-"
Tio Cie Hiong mengikuti kedua
wanita muda itu, dan tak seberapa lama mereka sudah tiba di pinggir sebuah
kolam besar. Air kolam itu berbuih dan mengepulkan asap. Begitu lihat, Tio Cie
Hiong sudah tahu bahwa air kolam itu mengandung racun.
"Apakah aku harus
melewati kolam ini?" tanya Tio Cie Hiong sambil memandang ke seberang.
Dari tempat ia berdiri ke
seberang berjarak lima puluhan depa.
"Ya." salah seorang
wanita muda itu mengangguk-
"Kali ini engkau harus
mengikuti langkah kami,"
"oh?" Tio Cie Hiong
tersenyum-
sekonyong-konyong di dalam
kolam itu muncul puluhan buah batu berbentuk segi empat, lalu secara tersusun
batu itu menuju seberang.
"Kita harus menginjak
batu-batu itu ke seberang, namun tidak boleh salah injak-" ujar salah
seorang wanita muda itu menjelaskan. "Apabila salah injak, maka batu itu
akan tenggelam-"
"orang yang menginjak
batu itu pasti tenggelam juga-" ujar Tio Cie Hiong sambil mengerutkan
kening.
"Dan pasti mati
keracunan, bukan?"
"Ya." Kedua wanita
muda itu mengangguk,-
"Sungguh ganas racun
itu" Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala-"Siapa yang menaburkan
racun ke dalam kolam itu?"
"Itu kolam alam, air
kolam itu memang mengandung racun." salah seorang wanita muda itu
memberitahukan.
"Jadi tidak ditaburi
racun."
"ooooh" Tio Cie
Hiong manggut-manggut, kemudian tersenyum.
"Aku akan
menyeberang."
Mendadak Tio Cie Hiong melesat
ke depan, Itu sungguh mengejutkan kedua wanita muda, sehingga wajah mereka
langsung berubah pucat pias. Tapi kemudian mereka berdua malah terbelalak
dengan mulut ternganga lebar.
Ternyata Tio Cie Hiong telah
berhasil menyeberang, dengan empat kali jungkir balik saja.
Tio Cie Hiong berdiri di
seberang sambil tersenyum-senyum. la melihat kedua wanita muda itu
berloncat-loncat di permukaan kolam, dan tak lama sudah sampai di seberang.
"ginkangmu...."
Kedua wanita muda itu menatap Tio Cie Hiong dengan mata tak berkedip sama
sekali.
"Ayoh, mari ikut
kami"
Kedua wanita muda itu mengajak
Tio Cie Hiong ke sebuah goa besar. Ketika sampai di dalam Tio Cie Hiong
terbeliak, karena goa besar itu bergemerlapan. Tampak puluhan butir mutiara
menempel di dinding goa memancarkan cahaya.
Makin ke dalam goa itu makin luas
dan makin terang pula. Bukan main indahnya tempat itu, membuat Tio Cie Hiong
kagum dan takjub. Tampak seorang wanita duduk di sebuah kursi batu. Wanita itu
berusia lima puluhan, namun masih tampak anggun, la mengenakan jubah putih yang
terbuat dari bahan sutera.
"seng Li (Wanita
suci)" ucap kedua wanita muda itu sambil memberi hormat.
"Kami telah berhasil
membawa Tio Cie Hiong kemari."
"Ng" Wanita itu
manggut-manggut kemudian menatap Tio Cie Hiong dengan penuh perhatian.
"Tahukah engkau kenapa
aku mengutus siauw Loan dan siauw Ing pergi menjemputmu ke mari?"
"Tidak tahu." Tio
Cie Hiong menggelengkan kepala.
"Engkau bernama Tio Cie
Hiong. Tahukah engkau siapa kedua orang tuamu?" tanya wanita itu mendadak.
"Tahu." Tio Cie
Hiong memberitahukan.
"Ayahku adalah Hui Kiam
Bu Tek Tio Hiang, ibuku adalah sin Pian Bijin Lie Hui Hong."
"Aaaakh..." Wanita itu menghela nafas dan matanya tampak bersimbah
air.
Eng kau tahu masih punya
seorang kakak?" "Kakakku adalah Tio suan suan."
"Cie Hiong...."
Mendadak wanita itu terisak-isak-"Tahukah engkau siapa aku?"
"Maaf, aku tidak
tahu"
"Nak" Air mata
wanita itu telah meleleh-
"Aku adalah Pek sim seng
Li (Wanita suci Hati Putih) Lie Mei Hong...."
"Apa?" Tio Cie Hiong
tertegun.
"Jadi seng Li adalah
bibiku?"
"Ya" Pek sim seng Li
mengangguk-
"Bibi" panggil Tio
Cie Hiong dan langsung menjatuhkan diri untuk berlutut.
"Bangunlah, Nak"
ujar Pek sim seng Li sambil tersenyum lembut.
Tio Cie Hiong bangkit berdiri,
lalu memandang Pek sim seng Li dengan air mata berderai-derai, ia sama sekali
tidak menyangka, Pek sim seng Li adalah adik ibunya-
"Bibi Kakakku telah
mati-" Tio Cie Hiong memberitahukan.
"Apa?" Wajah Pek sim
seng Li berubah murung.
"Dia— dia kok mati?"
Tio Cie Hiong menutur tentang
kejadian yang menimpa kakaknya. Pek sim seng Li menghela nafas setelah
mendengar penuturan Tio Cie Hiong.
"Aku tidak tahu tentang
keempat Dhalai Lhama Tibet itu, namun aku yakin mereka berempat berkepandaian
tinggi, maka engkau harus hati-hati terhadap mereka."
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk,-
"Jangan terus
berdiri" Pek sim seng Li tersenyum lembut.
"Duduklah"
Tio Cie Hiong duduk di hadapan
Pek sim seng Li, kemudian bertanya sambil memandangnya - "Kenapa Bibi
menyuruh kedua wanita itu membawa Gouw sian Eng ke mari?"
"Nak Kedua wanita itu
pelayanku, panggil saja mereka kakak siauw Loan dan kakak siauw Ing" Pek
sim seng Li memperkenalkan kedua wanita muda itu.
"Ya-" Tio Cie Hiong
mengangguk.
Kira-kira setengah tahun talu,
aku mengutus kedua pelayanku itu ke gunung Wu san. Aku pun berpesan kepada
mereka, apabila bertemu anak gadis yang berbakat, harus dibawa pulang."
Pek sim seng Li memberitahukan.
"Kenapa Bibi mengutus
mereka ke gunung Wu san?" tanya Tio Cie Hiong heran.
"Untuk mengundang Sok
Beng Yok ong (Raja obat Penyambung Nyawa) ke mari, namun dia telah
meninggal." Pek sim seng Li menghela nafas.
"Kenapa Bibi ingin
mengundang Sok Beng Yok ong ke mari?" Tio Cie Hiong bertambah heran.
"Setahun lalu, aku
menderita semacam penyakit aneh-" Pek sim seng Li menjelaskan.
"Aku telah makan obat ini
dan itu, tapi tidak bisa sembuh."
"Bibi tidak mengundang
tabib lain ke mari?" tanya Tio Cie Hiong.
"sudah puluhan tabib
kuundang ke mari, tapi tiada satu pun yang dapat menyembuhkan penyakitku."
Pek sim seng Li menggeleng-geleng-kan kepala,
"sebetulnya Bibi
menderita sakit apa?" Tio Cie Hiong ingin mengetahuinya.
"Justru sungguh
mengherankan, tujuh delapan bulan lalu, tiba-tiba sepasang tangan dan kakiku
tak bertenaga sama sekali, setelah itu akupun sering kedinginan."
"Bibi Bolehkah aku
memeriksa nadi Bibi?"
"Nak" Pek sim seng
Li menatapnya heran.
"Apakah engkau mengerti
ilmu pengobatan?"
"sedikit." Tio Cie
Hiong tersenyum, lalu mulai memeriksa nadt Pek sim seng Li, setelah itu ia
manggut-manggut.
"Bagaimana?"
"Ternyata ada beberapa
jalan darah yang tersumbat." Tio Cie Hiong memberitahukan,
"Itu disebabkan terjadi
suatu kesalahan di saat Bibi mengerahkan Iweekang, jadi tidak bisa disembuhkan
dengan obat, harus ditembusi dengan Iweekang orang lain."
"oh?" Pek sim seng
Li mengerutkan kening.
"Kalau begitu harus
bagaimana?"
"Bibi, aku bisa
melakukannya." Tio Cie Hiong tersenyum, lalu mengerahkan Pan yok Hian
Thian sin Kang ke dalam tubuh Pek sim seng Li.
seketika juga Pek sim seng Li
merasakan adanya hawa hangat mengalir ke dalam tubuhnya, membuatnya merasa
nyaman sekali. Berselang sesaat, barulah Tio Cie Hiong berhenti-
"Kini Bibi sudah
sembuh" katanya.
"Nak" Pek Sim Seng
Li memandangnya kagum. "Engkau memang hebat dan luar biasa sekali Mampu
melewati formasi pohon bwee dan dapat pula melewati kolam beracun itu hanya
dengan empat kali jungkir balik-"
"Bibi menyaksikan
itu?" Tio Cie Hiong tertegun.
"Ya." Pek sim seng
Li mengangguk-
"ohya. Bibi" tanya
Tio Cie Hiong mendadak-
"Bagaimana Bibi bisa tahu
tentang diriku, sehingga mengutus siauw Loan dan siauw Ing pergi menjemputku ke
mari?"
"Itu dikarenakan sian Eng
pernah bergumam menyebut namamu, kemudian aku bertanya lalu mengutus siauw Loan
dan siauw Ing pergi mencarimu." Pek sim seng Li memberitahukan.
"Bibi, di mana sian
Eng?"
"Dia sedang melatih seng
Li sin Kang (Tenaga sakti Wanita suci) dan seng Li Kiam Hoat (Ilmu Pedang
Wanita suci), jadi untuk sekarang ini tidak boleh diganggu."
"oooh" Tio Cie Hiong
manggut-manggut.
"ohya, tahukah Bibi Ku
Tok Lojin berada di mana?"
"Tentunya engkau sudah
tahu. Ku Tok Lojin itu kakekmu. Beberapa tahun lalu, kakekmu ke mari dalam
keadaan sakit, dan tak lama...." Pek sim seng Li menghela nafas.
" Kakek sudah
meninggal?"
"ya." Pek sim seng
Li menatapnya.
"Nak. engkau harus
menuntut balas dendam kedua orang tuamu dan dendam kakakmu"
"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk-
"Bibi...."
"Katakankaniah, Nak"
Pek sim seng Li tersenyum lembut.
"Jangan ragu"
"Ayah Sian Eng sangat
mencemaskannya, maukah Bibi menyuruh Sian Eng menulis sepucuk surat kepada
ayahnya?" ujar Tio Cie Hiong.
"Tentu mau. siauw Loan,
cepat ke ruang rahasia menyuruh sian Eng menulis sepucuk surat untuk
ayahnya"
"ya, seng Li." siauw
Loan segera masuk ke dalam.
"Nak" ujar Pek sim
seng Li memberitahukan.
"Aku tidak bisa
mewariskan kepandaian kepadamu, sebab kepandaianmu jauh lebih tinggi d ariku.
Tapi aku akan menjelaskan kepadamu tentang berbagai macam alat rahasia untuk
mengontrol berbagai macam jebakan."
"Terima kasih, Bibi"
ucap Tio Cie Hiong girang.
Pek sim seng Li mulai
menjelaskan tentang itu, dan Tio Cie Hiong mendengarkan dengan penuh perhatian,
setelah usai menjelaskan, Pek sim seng Lipun memberitahukan.
"Nak. aku murid Kiu Thian
seng Bo (Ibu suci Langit sembilan). Puluhan tahun lampau guruku pernah
memunculkan diri tiga kali dalam rimba persilatan. Karena hanya tiga kali, maka
guruku tidak begitu terkenal. Tapi guruku berkepandaian tinggi, kebetulan aku bertemu
beliau, maka aku dijadikan muridnya, seng Li sin Kang dan seng Li Kiam Hoat
hanya boleh diwariskan kepada anak gadis, maka kini kuwariskan kepada sian
Eng."
"Ooooh" Tio Cie
Hiong manggut-manggut.
"Aku harus memberitahukan
kabar gembira ini kepada ayahnya"
siauw Loan sudah muncul, ia
menyerahkan sepucuk surat pada Tio Cie Hiong, yaitu surat dari
Gouw sian Eng untuk ayahnya.
Tio Cie Hiong menerima surat tersebut lalu disimpan dalam bajunya. "Terima
kasih. Kakak Siauw Loan"
"Sama-sama" sahut
Siauw Loan sambil tersenyum.
"Bibi Aku mau mohon
pamit" ujar Tio Cie Hiong sambil bangkit berdiri.
"Baiklah." Pek Sim
Seng Li mengangguk.
"Nak, apabila urusanmu
telah selesai, jangan lupa datang ke mari"
"Ya" Tio Cie Hiong
mengangguk.
-ooo00000ooo-
Sementara itu, di dalam istana
Thian mo telah berlangsung pembicaraan yang sangat serius, yaitu antara Bu Lim
Sam Mo, Empat Dhalai Lhama Tibet, Im yang Hoatsu. Ku Tek Cun dan beberapa tokoh
tua dari golongan hitam. Sungguh di luar dugaan, ternyata Empat Dhalai Lhama
dan Im yang Hoatsu telah bergabung dengan Bu Lim Sam Mo. yang lebih di luar
dugaan lagi justru Ku Tek Cun, karena ia murid Bu Lim sam Mo.
"Kini kekuatan kita sudah
cukup, maka tidak perlu bergerak secara sembunyi-sembunyi lagi." ujar Tang
Hai Lo Mo.
"Empat Dhalai Lhama,
tugas kalian membasmi tujuh partai besar."
"Ya," sahut keempat
Dhalai Lhama itu serentak.
"Setelah itu, kalian
berempat pun harus membunuh Bu Lim Ji Khie" Tang Hai Lo Mo menatap mereka
seraya melanjutkan.
"Kami bertiga akan
membunuh Bu Lim It Ceng."
"Tek Cun" Thian mo
memandangnya.
"Tugasmu membunuh Pek Ih
Sin Hiap Tio Cie Hiong, engkau telah gagal sekali, lain kali engkau harus
berhasil"
"Ya, Guru," jawab Ku
Tek Cun.
"Tapi sebelumnya, engkau
harus belajar ilmu hitam pada Im yang Hoatsu, itu dapat membantu dirimu"
ujar Te mo-
"ya, Guru" jawab Ku
Tek Cun girang, sebab ia memang ingin belajar ilmu hitam tersebut. "Aku
masih merasa heran..." gumam Tang Hai Lo Mo-
"Sebenarnya siapa guru
Pek Ih sin Hiap itu? Dia masih begitu muda, tapi kepandaiannya sudah tinggi
sekali."
"Guru" Ku Tek Cun
memberitahukan,
"se-betulnya dia pernah
bekerja di Hong Lui Po. Pada waktu itu dia sama sekali tidak mengerti ilmu
silat."
"Oh?" Tang Hai Lo Mo
mengerutkan kening.
" Engkau tahu siapa orang
tuanya?"
"Tidak tahu, Guru."
Ku Tek Cun menggelengkan kepala.
"Tang Hai Lo Mo"
ujar Thian mo-
"Kenapa engkau
memusingkan Pek Ih sin Hiap yang tak berarti itu? Kini kita telah berhasil
mempelajari ilmu silat peninggalan Pak Kek siang ong, maka apa lagi yang kita
takuti?"
"Benar." Te mo
tertawa gelak-
"Ha ha ha Bu Lim H Ceng
pun sudah bukan lawan kita lagi."
"Tidak salah-" Tang
Hai Lo Mo manggut-manggut.
"Lagi cula kini sudah
banyak golongan hitam dan sesat bergabung dengan kita, maka sudah saatnya kita
menguasai rimba persilatan."
"Benar Benar" Dhalai
Lhama jubah merah tertawa gelak-"Karena itu, paman guru mengutus kami ke
mari-"
"Sayang sekali, Paman
guru kalian tidak mau mencicipi kesenangan di Tionggoan" Tang Hai Lo Mo
menggeleng-gelengkan kepala.
"Itu dikarenakan paman
guru masih sibuk mengatur para Dhalai Lhama," ujar Dhalai Lhama jubah
kuning memberitahukan.
"setelah guru kami
meninggal, barulah paman guru bisa memegang kekuasaan di sana. Namun masih
banyak Dhalai Lhama yang tidak senang, maka paman guru harus mengatasi mereka.
Karena sam Mo mengundangnya ke mari, maka kami berempat diutus ke mari."
"Ngmm" Tang Hai Lo
Mo manggut-mang-gut, kemudian tertawa gelak-
"Ha ha Begitu kalian
muncul di Tionggoan, langsung pula melukai Pek Ih Mo Li, maka secara tidak
langsung kalian berempat telah berbuat jasa untuk kami-"
"Setelah itu—"
sambung ThianMo-
"Kalian berempat pun
membunuh para murid tujuh partai besar Ha ha ha"
"Kini sudah saatnya Bu
Lim It Ceng mati," ujar Te mo dingin. "ohya" Tang Hai Lo Mo
memandang keempat Dhalai Lhama. "sanggupkah kalian berempat membunuh Bu
Lim Ji Khie?" "sanggup," sahut mereka berempat serentak-
"Bagus Bagus" Tang
Hai Lo Mo tertawa gelak, talu menambahkan.
"Mulai besok, para
anggota kita tidak perlu memakai kain hitam penutup kepala lagi, sebab sam Mo
Kauw (Agama Tiga iblis) akan muncul di rimba persilatan secara resmi dan
terang-terangan"
"Benar." Thian mo
manggut-manggut.
"Partai mana yang tidak
mau tunduk pada sam Mo Kauw, harus dibasmi."
"Itu sudah merupakan
keputusan Bu Lim sam Mo, maka rimba persilatan akan tergoncang karena
kemunculan sam Mo Kauw."
Bagaimana Ku Tek Cun bisa
berguru pada Bu Lim sam Mo? Ternyata setelah Tio Cie Hiong meninggalkan Hong
Lui Po, sejak itu Hong Lui Kiam Khek-Ku TiokBeng mulai mendidik Ku Tek Cun
dengan keras, Itu justru membuat Ku Tek Cun merasa tidak senang. Kebetulan
suatu malam salah seorang pelayan tua mabuk saking banyak minum, sehingga tanpa
sadar memberitahukan kepada Ku Tek Cun bahwa ia bukan anak kandung Ku Tiok
Beng.
oleh karena itu, timbullah
rasa dendam pada Ku Tek Cun dalam hati, sebab Ku Tiok Beng mendidiknya dengan
keras, bahkan sering memarahinya pula. Kebetulan pada waktu itu. Ku Tek Cun
bergaul dengan salah seorang tokoh golongan hitam. Tokoh golongan hitam itulah
yang mengusulkannya berguru kepada Bu Lim sam Mo- usui tersebut sangat
menggirangkan Ku Tek Cun, maka atas petunjuk tokoh golongan hitam tersebut. Ku
Tek Cun segera berangkat ke istana Thian mo- semula Bu Lim sam Mo menolaknya,
namun Ku Tek Cun terus berlutut, akhirnya Bu Lim sam Mo menerimanya juga
sebagai murid tak resmi-
Bu Lim sam Mo tidak mempunyai
murid, lagi pula Ku Tek Cun sangat berbakat dan bersifat seperti ketiga iblis
itu, sehingga Bu Lim sam Mo mau menerimanya sebagai murid tak resmi-
Tujuh delapan bulan lalu, bu
Lim sam Mo mengatakan kepada Ku Tek Cun, bahwa mereka
bertiga bersedia menerimanya
sebagai murid resmi, asal Ku Tek Cun bersedia pula menunjukkan kesetiaannya,
yakni harus membunuh Hong Lui Kiam Khek sekaligus memusnahkan Hong Lui Po-
Ku Tek Cun menyanggupinya,
sebab Hong Lui Kiam Khek bukan ayahnya, namun ia juga tahu Hong Lui Kiam Khek
berkepandaian tinggi, maka terlebih dahulu ia meracuninya. setelah itu, pada
suatu malam ia mengajak puluhan orang dari golongan hitam menyerbu ke Hong Lui
Po.
sesungguhnya Ku Tek Cun tidak
membunuh Phang Ling Hiang sumoinya itu, sebaliknya malah mengajak gadis itu
pergi. Tapi Phang Ling Hiang menolak karena telah menyaksikan kesadisannya.
Ku Tek Cun terus mendesak,
Phang Ling Hiang sama sekali tidak mau, sehingga akhirnya bunuh diri- sejak itu
Bu Lim sam Mo mulai menurunkan kepandaian mereka kepada Ku Tek Cun. Belum lama
ini Bu Lim sam Mo menerima informasi tentang Pek Ih sin Hiap yang selalu
memberantas kaum golongan hitam, karena itu Bu Lim sam Mo menyuruh Ku Tek Cun
pergi membunuhnya.
Akan tetapi. Ku Tek Cun gagal
berhubungan Tio Cie Hiong kebal terhadap racun apa pun. Kini Ku Tek Cun mulai
belajar ilmu hitam pada Im yang Hoatsu, sesudah itu ia akan mencari Tio Cie
Hiong lagi untuk membunuhnya. Ku Tek Cun memang masih mendendam pada
sebab Phang Ling Hiang pernah
berlaku lembut dan baik terhadap Tio Cie Hiong.
-ooo00000ooo-
Bab 23 sam Mo Kauw (Agama Tiga
iblis)
setelah berpamit pada Pek Sim
seng Li, Tio cie Hiong meninggalkan seng Li Tong (Goa Wanita suci) melanjutkan
perjalanannya menuju markas pusat Partai Pengemis. Namun sebelumnya, terlebih
dahulu ia kembali ke Ekspedisi Harimau Terbang untuk menemui Cit Puw Tui
Hun-Gouw Han Tiong.
Kedatangannya membuat Gouw Han
Tiong tercengang, tapi diam-diam ia bergirang hati, sebab ia yakin Tio Cie
Hiong pasti membawa kabar untuknya mengenai Gouw sian Eng, putrinya itu.
"Nak—" Gouw Han
Tiong menatapnya dengan tegang, kemudian berlega hati karena melihat air muka
Tio Cie Hiong begitu tenang.
"Paman" Tio Cie
Hiong tersenyum.
"Aku kembali lagi ke mari
karena harus menyampaikan suatu kabar"
"Kabar baik atau kabar
buruk?" tanya Gouw Han Tiong cepat.
"Kabar baik yang
menggembirakan," sahut Tio cie Hiong dengan wajah berseri-seri.
"Nak Cepatlah
beritahukan" Gouw Han Tiong tampak tidak sabaran.
"Setengah tahun lagi sian
Eng akan pulang." Tio Cie Hiong memberitahukan.
"Oh? sebetulnya dia
berada di mana?" tanya Gouw Han Tiong sambil menatapnya.
"Cepatlah
beritahukan"
"Sian Eng sedang belajar
ilmu tingkat tinggi. Ternyata kedua wanita itu membawanya menemui Pek sim seng
Li, kemudian Pek sim seng Li menerimanya sebagai murid."
"Pek sim seng Li?"
Gouw Han Tiong tidak pernah mendengarnya, sebab Pek sim seng Li memang tidak
pernah berkecimpung dalam rimba persilatan.
"Aku tidak pernah
mendengar tentang Pek sim seng Li."
"Pernahkah Paman
mendengar tentang Kui Thian seng Bo?" tanya Tio Cie Hiong sambil
memandangnya.
"Kiu Thian seng Bo?"
Wajah Gouw Han Tiong tampak berubah-
"Aku pernah dengar dari
ayahku. Puluhan tahun lalu Kiu Thian seng Bo pernah muncul di rimba persilatan,
namun setelah itu tidak pernah muncul lagi- Kiu Thian seng Bo berkepandaian
tinggi sekali-"
"Pek sim seng Li adalah
murid Kiu Thian seng Bo, jadi kini sian Eng adalah cucu muridnya-"
"oooh" Gouw Han Tiong manggut-manggut girang, "sekarang sian Eng
tinggal di mana?"
"Di Seng Li TOng."
"Seng Li Tong? Di mana
goa itu?"
"Paman" Tio Cie
Hiong menjelaskan.
"Tidak gampang ke seng Li
Tong, lebih baik Paman menunggu di rumah saja. sebab setengah tahun lagi sian
Eng pasti pulang, percayalah"
"Nak" Gouw Han Tiong
menatapnya dalam-dalam.
"Apakah engkau telah
bertemu Pek sim seng Li?"
"ya."
"sudah bertemu sian
Eng?"
"Belum."
"Kenapa?"
"Karena sementara ini dia
tidak boleh diganggu, sedang belajar seng Li sin Kang dan seng Lie Kiam
Hoat"
"Engkau tidak bertemu
sian Eng...."
"Paman" Tio Cie
Hiong memberitahukan.
"Paman tidak usah ragu
dan bercuriga, sebab Pek sim seng Li adalah bibiku."
"Apa?" Gouw Han
Tiong terbelalak- Jadi— Pek sim seng Li adalah Lie Mei Hong, adik almarhumah
ibumu?"
"Ya." Tio cie Hiong
mengangguk.
"Syukurlah" ucap
Gouw Han Tiong.
"Engkau telah bertemu
bibimu"
"ohya" Tio cie Hiong
mengeluarkan surat yang dibawanya, lalu diserahkan kepada Gouw Han Tiong.
"Agar Paman yakin, maka
Sian Eng menulis surat ini untuk Paman."
Gouw Han Tiong menerima surat
itu dan langsung membacanya, kemudian wajahnya tampak makin berseri.
"Terima kasihi Nak"
ucapnya kemudian.
"Tak disangka engkau yang
berhasil mencari Sian Eng."
"Itu cuma kebetulan saja.
Sebab Pek Sim Seng Li mengutus kedua pelayannya untuk menjemputku ke
sana." Tio cie Hiong memberitahukan.
"Kok Pek Sim seng Li tahu
tentang dirimu?" tanya Gouw Han Tiong heran.
"Secara tidak sengaja
Sian Eng pernah menyebut namaku, maka Pek Sim seng Li tahu tentang
diriku."
"Oooh"Gouw Han Tiong
manggut-manggut sambil tertawa gembira.
"Ha ha Tak disangka Sian
Eng akan menjadi murid Pek Sim seng Li, bibimu itu...."
Kini Tio cie Hiong melanjutkan
perjalanannya menuju markas pusat Kay Pang. la gembira sekali karena Gouw Han
Tiong telah menjadi murid bibinya.
Ketika ia baru memasuki sebuah
rimba, mendadak terdengar suara benturan senjata, maka segeralah ia melesat ke
tempat itu. la terbelalak karena melihat belasan orang berpakaian hitam sedang
mengeroyok seorang pengemis muda yang dikenalnya, yaitu Lim Ceng Im.
la pun merasa heran, sebab
orang-orang berpakaian hitam itu tidak memakai kain penutup kepala lagi, tapi
ia tetap tidak mengenali mereka.
sementara pertempuran sengit
terus berlangsung. Lim Ceng im tampak mulai berada di bawah angin, sebab ada
salah seorang berpakaian hitam yang berkepandaian sangat tinggi. Di bagian
depan dan belakang baju orang itu terdapat simbol tiga wajah iblis. Rupanya
dialah pemimpin belasan orang tersebut.
Ketika melihat Lim Ceng im
berada di bawah angin, Tio cie Hiong sebera melesat sambil membentak.
"Berhenti"
Belasan orang berpakaian hitam
itu langsung berhenti, karena dikejutkan oleh bentakan Tio Cie Hiong yang
sangat nyaring dan menusuk telinga.
Lim Ceng Impun terkejut bukan
main, tapi setelah melihat yang melayang turun di sisinya itu Tio Cie Hiong, ia
terbelalak dengan mulut ternganga lebar.
"Adik Im" seru Tio
cie Hiong girang, kemudian menggenggam tangannya erat-erat.
Kakak Hiong" Mata Lim
Ceng Im bersimbah air saking gembira. "Apakah ini bukan mimpi?"
Engkau merasa aku menggenggam
tanganmu?" tanya Tio Cie Hiong sambil tersenyum.
"Merasa." Lim Ceng
im mengangguk dengan wajah agak kemerah-merahan, tapi Tio Cie Hiong sama sekali
tidak memperhatikannya.
"Nan Itu pertanda engkau
bukan sedang bermimpi," ujar Tio Cie Hiong dan tersenyum lagi.
"Pek Ih sin Hiap Pek Ih
sin Hiap" seru orang-orang berpakaian hitam terkejut.
"Adik Im, engkau tenang
saja, aku akan memberesi mereka" bisik Tio Cie Hiong, lalu membentak
orang-orang berpakaian hitam itu.
"siapa kalian?"
"Kami anggota sam Mo
Kauw" sahut pemimpin itu. "sam Mo Kauw?" Tio Cie Hiong
mengerutkan kening. "Apakah Kauwcu kalian adalah Bu Lim sam Mo?"
"Tidak salah"
"Bagus Aku memang ingin
membuat perhitungan dengan mereka bertiga"