Bagian 12
sebelum sore, Yap In Hio sudah
mengajak Tio Cie Hiong ke panggung tempat akan diadakan pertandingan silat itu.
Tempat tersebut telah ramai sekali. Para penonton membludak sehingga Tio Cie
Hiong dan yap In Hio terpaksa berdiri agak jauh dari panggung.
Panggung tersebut berukuran
cukup besar dan tinggi. Tampak beberapa buah kursi di sisi panggung, namun
masih kosong.
"Kursi itu untuk guru
silat Tan dan beberapa tamu terhormat." yap In Hio memberitahukan.
"Rumah yang besar itu
rumah Guru silat Tan, muridnya sudah mencapai ratusan."
"Ooooo" Tio Cie
Hiong manggut-manggut.
"Engkau melihat Liu siauw
Kun itu?"
"Tidak- Mungkin belum
hadir," sahut yap In Hio sambil menyebarkan pandangannya. "Tuh Pemuda
itu kekasih nona Tan"
Tio Cie Hiong menoleh ke sana,
melihat seorang pemuda tampan berdiri agak depan, wajahnya kelihatan muram.
"Dia bernama Lim Hay
Beng, kan?" tanya Tio Cie Hiong.
"Engkau tahu?" tanya
yap In Hio, heran.
"Aku dengar dari
orang." Tio Cie Hiong tersenyum,
"Kakak Hiong." Wajah
yap In Hio agak ke-merah-merahan.
"Tolong engkau jangan
sering tersenyum."
"Lho? Kenapa?" Tio
Cie Hiong bingung.
"Tahukah engkau?
senyumanmu membuat hatiku berdebar-debar tidak karuan," ujar Yap In Nio
blak-blakan.
"Engkau...," Tio Cie
Hiong kaget mendengar kata-kata gadis itu yang blak-blakan.
"Kakak Hiong" Yap In
Hio tersenyum.
"Lebih baik aku
blak-blakan daripada aku diam saja. Ya, kan?"
Tio Cie Hiong mengangguk dan
tersenyum lagi.
"TUh" Yap In Hio
cemberut.
" Engkau senyum
lagi"
"Itu disebabkan engkau
senyum dulu barusan, jadi aku ikut tersenyum. Aku tidak bersalah, kan?"
sahut Tio Cie Hiong sambil menoleh ke tempat lain, sebab ia tersenyum lagi.
"Pura-pura." kata
Yap In Hio merungut. "Pura-pura apa?" tanya Tio Cie Hiong sambil
memandangnya-
"Barusan engkau senyum
lagi, tapi mengarah ke tempat lain engkau kira aku tidak tahu, ya?" Yap In
Hio cemberut.
"nona In Hio, aku...
aku...." Tio cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kakak Hiong, kau panggil
saja aku Adik In jangan memanggil nona Tahu?" Yap In Hio melotot.
"Baik," Tio cie Hiong mengangguk-
"Kalau sudah menjawab
baik, haruslah memanggilku Adik In" tandas gadis itu tagi.
"Adik In" Panggil
Tio Cie Hiong dan nyaris tertawa geli karena gadis itu memang nakal dan lincah-
"Nan Aku senang
sekali" yap In Nio tersenyum.
"Adik In, engkau boleh
senyum, kenapa aku tidak?" tanya Tio Cie Hiong mendadak.
"senyumanku membuat
hatimu berdebar-debar tidak?" Gadis itu balik bertanya sambil menatapnya.
"Tidak" jawab Tio
cie Hiong polos, yap In Hio tampak kecewa.
"Tapi...," tambah
Tio Cie Hiong.
"senyuman-mu sangat
manis."
"oh?" Wajah gadis
itu langsung berubah-
"Kalau begitu, aku harus
terus senyum."
"Jangan" Tio Cie
Hiong menggeleng kepala.
"Nanti orang lain akan
mengira dirimu gadis sinting."
"Masa bodoh" yap In
Hio tertawa. Mendadak terdengar tepuk sorak yang riuh gemuruh, ternyata seorang
pria berusia lima puluhan bersama seorang gadis cantik jelita berjalan menuju
ke panggung.
"Tuh Guru silat Tan dan
putrinya Beberapa pemuda yang mengikuti dari belakang adalah murid-murid
kesayangannya"
"oooh" Tio cie Hiong
manggut-manggut sambil melihat ke panggung.
"nona Tan memang cantik
jelita"
"Engkau tertarik
ya?" tanya yap In Hio.
"Tertarik?" Tio cie
Hiong tersenyum.
"Dia sudah punya kekasih,
lagipula usianya lebih tua dari aku." "jadi engkau tidak tertarik
padanya?" yap In Nio menatapnya. "Tentu tidak-" sahut Tio cie
Hiong sungguh-sungguh. "Kakak Hiong" bisik gadis itu
"Engkau tertarik
padaku?"
"Eh?" Tio Cie Hiong
tertegun.
"Adik In,
engkau...."
"Kakak Hiong, kau harus
tahu Aku seorang gadis yang suka berterus terang, jadi— aku harap jangan kau
mengira aku gadis yang tak tahu malu"
"Memang ada baiknya
berterus terang." ujar Tio Cie Hiong sambil manggut-manggut.
Ketika yap In Nio ingin
mengatakan sesuatu, mendadak Guru silat Tan meloncat ke atas panggung, lalu
berkata dengan lantang. Karena itu, yap In Nio batal mencetuskan apa yang ingin
dikatakannya itu.
"Aku mendirikan panggung
ini, untuk memberi kesempatan pada kaum pemuda yang memiliki ilmu silat, siapa
yang dapat mengalahkan putriku, maka dia adalah jodohnya."
Terdengarlah tepuk sorak gegap
gempita. Pemuda mana yang tidak ingin mempersunting Tan Li cu yang cantik
jelita itu?
"Apabila ada pemuda yang
dapat mengalahkan putriku tapi...," lanjut guru silat itu.
"Kalau masih ada
penantang lain, maka harus bertanding lagi melawan si penantang itu Peraturan
dalam pertandingan ini, baik tangan kosong maupun bersenjata, dilarang saling
melukai pertandingan tangan kosong cukup saling menjatuhkan, pertandingan
dengan senjata cukup saling menyentuh saja Bagi siapa yang melanggar peraturan
ini, walau menang tetap dianggap tidak sah Harap para peserta mentaati
peraturan tersebut"
setelah mengumumkan itu, guru
silat Tan meloncat turun. Tak lama tampak Tan Li Cu meloncat ke atas, lalu
menjura pada para penonton seraya berkata sambil tersenyum lembut.
"Pemuda mana yang ingin
memberi pelajaran padaku, aku persilakan naik"
seketika meloncat ke atas
seorang pemuda bertubuh kurus. Begitu sampai di atas panggung, ia pun menjura
pada Tan Li cu.
"Aku ingin bertanding
dengan Nona" ujarnya-
"Baik," Tan Li Cu
mengangguk
"Bertanding dengan tangan
kosong atau dengan senjata?"
"Tangan kosong
saja," sahut pemuda kurus itu.
"Silakan menyerang"
ujar Tan Li cu.
"Maaf" Pemuda kurus
itu mulai menyerang, namun tidak sampai dua puluh jurus, pemuda kurus itu telah
roboh, lalu meloncat turun dengan wajah merah padam. "Uuuuh" Para penonton
berteriak-teriak gemuruh.
setelah pemuda kurus itu
turun, tampak seorang pemuda meloncat ke atas lagi, namun pemuda itu juga roboh
dalam dua puluh jurus. "Uuuh" teriak para penonton lagi.
"yaah" Yap In Nio
yang menonton itu meng-geleng-geleng kepala.
"Tidak ada pemuda
berkepandaian tinggi naik ke panggung"
"sabar bisik Tio Cie
Hiong.
"Makin lama pasti makin
seru."
"Ei Kakak Hiong" yap
In Nlo menatapnya.
"Lebih baik engkau coba
bertanding dengan Nona Tan itu"
"Adik In" Tio Cie
Hiong tersenyum.
"Kalau aku roboh di
tangannya, bukankah aku akan mempermalukanmu?"
"Benar juga." yap In
Hio manggut-manggut.
"Nanti Nona Tan akan
menganggap aku membawa gentong nasi ke mari."
"Engkaulah yang telah
menganggap diriku gentong nasi" sahut Tio Cie Hiong sambil tertawa kecil.
"Eh? Maaf, maaf Kakak
Hiong" ucap yap In Nio.
sementara di atas panggung,
berturut-turut Tan Li Cu telah mengalahkan beberapa pemuda.
Mendadak meloncat ke atas
seorang pemuda tampan.
"Nah" seru yap In
Nio.
"Itu dia, kekasih Nona
Tan"
"Adik In" bisik Tio
Cie Hiong.
"Percayalah, Nona Tan
pasti kalah"
"Bagaimana mungkin?"
sahut yap ia Nio.
"Kepandaian Nona Tan
lebih tinggi, tak mungwn pemuda itu dapat merobohkannya" "Tapi Nona
Tan akan pura-pura kalah," ujar Tio Cie Hiong dan melanjutkan,
"Pemuda ttopan dapat mempersuntingnya." "Ah?" yap In Hia
kurang percaya.
Di atas pmgguug itu telah terjadi
pertandingan yang cukup seru, setelah puluhan jurus kemudian, Tan Li Cu tampak
terhuyung-huyung.
"TUh ya, kan?" Tio
Cie Hiong tersenyum.
"Bukankah Nona Tan telah
kalah?"
"Dari mana kau
tahu?" tanya yap In Hio heran.
"Mereka berdua telah
saling mencinta, tentu saja nona Tan harus mengalah agar pemuda itu dapat
memenangkannya...."
Mendadak Yap In Hio menunjuk
ke arah kiri-
"Liu Siauw Kun itu telah
datang bersama anak buahnya"
Tio Cie Hiong segera memandang
ke arah itu- Tampak seorang pemuda berpakaian mentereng berjalan mendekati
panggung dengan kepala terangkat-angkat. Para penonton begitu melihat
kemunculan pemuda itu, langsung menyingkir-
setelah dekat panggung, Liu
siauw Kun tertawa panjang, lalu meloncat ke atas. Ia menjura pada Tan Li cu,
tapi memandang sinis pada Lim Hay Beng.
"saudara Lim, engkau
telah mengalahkan Nona Tan Maka kini aku menantang engkau"
"Baik-" Lim Hay Beng mengangguk
"Kita bertanding dengan
tangan kosong atau dengan senjata?"
"Aku cukup menggunakan
sepasang tanganku, kau boleh menggunakan senjata apa pun" sahut Liu siauw
Kun jumawa.
"Mari kita bertanding
dengan tangan kosong saja" ujar Lim Hay Beng.
"Ngmm" Liu siauw Kun
manggut-manggut.
"Engkau boleh mulai
menyerang"
"Maaf" ucap Lim Hay
Beng, lalu menyerang Liu siauw Kun.
Liu siauw Kun tertawa gelak
sambil bergerak mengelak, kemudian balas menyerang, sementara Tan Li cu masih
tetap berdiri di pinggir panggung, Gadis itu terus memperhatikan pertarungan.
"Tidak sampai tiga puluh
jurus, Lim Hay Beng pasti roboh," ujar Tio Cie Hiong pada Yap In Nio yang
sedang memperhatikan pertandingan seru itu.
"Kok engkau tahu?"
yap In Nio heran.
"Lihat saja" sahut
Tio Cie Hiong.
Pada jurus kedua puluh, Lim
Hay Beng sudah tampak kewalahan menghadapi serangan Liu siauw Kun.
Tan Li Cu yang berdiri di
pinggir panggung terus mengerutkan kening. Diam-diam ia telah meraba gagang
pedang di punggungnya.
Itu tidak terlepas dari mata Tio
Cie Hiong. la tahu apabila Liu siauw Kun berlaku jahat terhadap Lim Hay Beng,
gadis itu pasti menolongnya.
"Hiyaaf teriak Liu siauw
Kun sambil menyerang Lim Hay Beng, mengerahkan jurus ganas yang paling
diandalkannya.
Duuk Dada Lim Hay Beng terpukul
sehingga badannya terhuyung-huyung ke belakang, kemudian mulutnya menyembur
darah segar.
Liu siauw Kun tertawa gelak,
mendadak ia mengayunkan kakinya menendang Lim Hay Beng, dengan sebuah tendangan
yang mematikan.
Di saat bersamaan, Tan Li Cu
bergerak menyerang Liu siauw Kun dengan pedangnya. Karena diserang secara
mendadak, Liu siauw Kun terpaksa meloncat mundur, sehingga nyawa Lim Hay Beng
tertolong. Tampak dua murid Guru silat Tan meloncat ke atas, mereka berdua segera
memapah Lim Hay Beng ke bawah.
"Ha ha ha" Liu siauw
Kun tertawa terbahak-bahak.
"Bagus Bagus Aku memang
ingin bertanding denganmu, Nona Tan yang cantik manis" "Diam"
bentak Tan Li cu, lalu menyerangnya lagi dengan pedang.
Liu siauw Kun berkelit sambil
tertawa. De-ngan tangan kosong ia melayani Tan Li Cu.
Liu siauw Kun memang
berkepandaian tinggi, walau cuma bertangan kosong, ia masih berada di atas
angin. Bahkan sekali-kali ia masih dapat meraba sepasang payudara gadis itu
Karena gusarnya Tan Li cu
menyerang Liu siauw Kun bertubi-tubi. Akan tetapi, pemuda itu masih dapat
berkelit sambil menowel pipi Tan Li Cu. Puluhan jurus kemudian, Liu siauw Kun
berhasil membuat pedang di tangan gadis itu terpental, sekaligus membuatnya
jatuh pula.
Liu siauw Kun telah menang
dengan gemilang, tapi tiada seorang penonton yang bertepuk tangan, kecuali para
anak buahnya saja yang bersorak-sorak gembira-
"sialan Kalau aku
berkepandaian tinggi, aku pasti naik ke panggung menghajar pemuda itu"
ujar yap In Hio dengan wajah merah padam karena gusar.
"Tenang" bisik Tio
Cie Hiong.
"sebentar lagi pasti
muncul seseorang menghajarnya." "Tidak mungkin" Yap In Nio
menggeleng-geleng kepala.
"Ah Celaka Kakak Li Cu,
bagaimana mungkin dia akan kawin dengan pemuda jahat itu?" "Engkau
menyebut Nona Tan Kakak Li Cu?" tanya Tio Cie Hiong heran.
"Aku memang selalu
memanggilnya Kakak Li Cu. Engkau sih..-, " Yap In Nio menarik nafas
panjang.
"Kenapa aku?"
"Kalau dirimu
berkepandaian tinggi, bukankah kau bisa ke panggung itu menghajar pemuda jahat
itu"
"Tenang" Tio Cie
Hiong tersenyum.
setelah mengalahkan Tan Li Cu,
Liu siauw Kun tampak bertolak pinggang di atas panggung seraya berseru
menantang.
"Siapa berani melawan
aku? Ayoh, naik ke mari"
"Huh, sombong benar
pemuda itu Kakak Hiong, tadi kau bilang ada seseorang akan menghajarnya, siapa
orang itu?"
"Aku" sahut Tio cie
Hiong, mendadak tubuhnya bergerak, tahu-tahu sudah melesat kearah panggung,
"Kakak Hiong..." yap
In Hio terbelalak kaget. Mulutnya ternganga lebar karena sangat terperangah-
Perlu diketahui, dari tempat di mana ia berdiri itu berjarak puluhan depa,
namun Tio Cie Hiong mampu melesat sampai di panggung itu?
Tio Cie Hiong mampu
melakukannya sebab mengerahkan ginkangnya. Berjungkir balik di udara beberapa
kali sambil berseru keras.
"Pemuda jahat, aku yang
menerima tantangan-mu"
Betapa terkejutnya para
penonton, melihat sesosok bayangan di udara dan berjungkir balik pula.
Kemudian melayang ringan dan
turun di atas panggung terbuka itu.
Tan Li cu menyaksikan itu
dengan mata terbelalak, la lebih terbelalak lagi ketika melihat seorang pemuda
yang begitu tampan melayang di atas panggung itu. Liu siauw Kun juga terkejut
bukan main, bahkan wajahnya sudah mulai pucat.
sementara guru silat Tan tak
henti-hentinya mengucek mata. Dia kelihatan tidak percaya dengan apa yang
dilihatnya barusan.
yang paling girang adalah yap
In Hio, ia bertepuk-tepuk tangan sambil tertawa gembira- Karena itu, para
penonton pun ikut bertepuk tangan dan bersorak-sorak. sementara itu yap In Hio
sudah mendesak ke depan.
Guru silat Tan juga bergirang
dalam hati, ia yakin pemuda yang baru muncul itu pasti dapat merobohkan Liu
siauw Kun.
"Siapa engkau?"
tanya Liu siauw Kun sambil menatap Tio Cie Hiong.
"Mau apa engkau naik ke
mari?"
"Tidak usah tahu siapa
diriku, mau apa aku naik ke mari, tentu kau sudah tahu" sahut Tio Cie
Hiong.
"Engkau ingin ikut
bertanding memperebutkan nona Tan?" tanya Liu siauw Kun sambil mengerutkan
kening.
Tio cie Hiong tidak langsung
menyahut, melainkan memandang Tan Li Cu yang berdiri sambil tersenyum, setelah
itu, barulah ia berkata.
"Aku tidak berniat itu,
lagipula Nona Tan sudah punya kekasih, tidak lama lagi mereka akan
melangsungkan pernikahan."
"Kalau begitu, untuk apa
engkau naik ke mari?" tanya Liu siauw Kun heran.
"Engkau pemuda jahat,
bahkan sering mengganggu anak gadis orang dan sering membunuh orang puLa
maka...," Tio Cie Hiong menatapnya tajam.
"Aku naik ke mah untuk
menghajar dirimu"
"Engkau berani menghajar
aku?"
"Kenapa tidak?"
"Tahukah engkau siapa
guruku?"
"Kalau tidak salah,
gurumu adalah Tok Gan sin Coa (ular sakti Mata satu) ya, kan?"
"Engkau kenal
guruku?"
"Tidak."
"Hm" dengus Liu
siauw Kun.
"Kalau guruku berada di
sini, engkau pasti takkan berani omong besar"
"Kalau gurumu berada di
sini, aku juga akan menghajarnya." ujar Tio Cie Hiong tanpa ragu dan
takut.
"Bahkan kalau ayahmu
berada di sini, aku akan menghajarnya pula. sebab ayahmu cuma tahu
bersenang-senang, sama sekali tidak bisa mendidik anak-"
"Engkau berani menghina
guru dan ayahku?" bentak Liu siauw Kun gusar sekali.
"Tentu." Tio Cie
Hiong manggut-manggut.
Ketika Tio cie Hiong
mengatakan itu, Tan Li Cu dan ayahnya nyaris tertawa geli-Begitu pula para
penonton dan yap In Hio yang telah berdiri dekat panggung itu.
"Engkau..." saking
gusar Liu siauw Kun me-nundingnya.
"Pemuda jahat"
bentak Tio Cie Hiong cepat.
"Engkau membawa pedang,
cepatlah hunus pedangmu Aku akan melayanimu dengan tangan kosong"
"Baik-" Liu siauw
Kun menghunus pedangnya, kemudian mendadak menyerang Tio Cie Hiong dengan sin
coa Kiam Hoat (Ilmu Pedang ular sakti). Lalu mengeluarkan jurus Tok Coa Cut
Tong (ular Berbisa Keluar Goa), merupakan jurus yang berbahaya dan terganas
dari Ilmu Pedang ular sakti.
Akan tetapi, tiba-tiba badan
Tio Cie Hiong bergerak, tahu-tahu sudah hilang dari hadapan Liu siauw Kun.
Pemuda itu tersentak kaget, lalu menengok ke sana ke mari. Kejadian itu membuat
para penonton tertawa geli, salah seorang berseru.
"Dia berada di
belakang"
Liu siauw Kun segera
membalikkan badannya. Ternyata Tio Cie Hiong berdiri di belakang sambil
tersenyum-senyum.
"Hm" dengus Liu
siauw Kun.
"Kalau engkau berani,
sambutlah seranganku cuma bersembunyi di belakangku"
"Memang sudah waktunya
aku menghajarmu" sahut Tio Cie Hiong.
"Hiyaaat" teriak Liu
siauw Kun keras sambit menyerangnya.
Tio Cie Hiong berdiri diam di
tempat. Hal itu sungguh mengejutkan Tan Li Cu, guru silat Tan dan yap In Nio.
Begitu pula para penonton, mereka terlongong bengong.
Liu siauw Kun tertawa girang,
ia yakin pedangnya pasti dapat menembus dada Tio Cie Hiong.
Akan tetapi, mendadak Tio Cie
Hiong mengibaskan lengan bajunya. Maka....
Teang Teang Teang... Pedang di
tangan Liu siauw Kun telah patah menjadi beberapa potong.
"Aaakh.." Menyusul
suara jeritan Liu siauw Kun. Badannya terpental beberapa depa danjatuh di bawah
panggung. Terdengarlah suara tepuk sorak yang riuh gemuruh.
"Rasakan Itu ganjaranmu,
pemuda jahat" seru salah seorang penonton.
"Biar dia mampus Dia pernah
mengganggu adik perempuanku" sambung yang lain.
sementara para anak buah Liu
siauw Kun langsung menggotongnya pergi. Tio Cie Hiong menjura pada para
penonton, lalu meloncat turun ke hadapan guru silat Tan, ia menjura memberi
hormat pada lelaki setengah baya itu.
"Maaf, Guru Tan Aku telah
mengganggu pertandingan itu." "Siauw hiap Te... terima kasih"
ucap Guru silat Tan. "Siauw hiap" Tan Li Cu menghampirinya.
" Aku pun mengucapkan
terima kasih padamu."
"Tidak perlu mengucapkan
terima kasih" Tio cie Hiong tersenyum.
"Paman, Kakak Li cu"
yap In Nio berlari mendekati mereka dengan wajah berseri-seri.
"Eh? In Nio" Tan Li
cu menatapnya heran.
"engkau ikut menonton
juga?"
"ya." yap In Nio
mengangguk, kemudian melotot ke arah Tio Cie Hiong seraya menegurnya.
Kakak Hiong Engkau sungguh
keterlaluan"
"Adik In Nio..."
Tertegun Tio Cie Hiong karena ditegur demikian. "Kenapa aku?"
"Eh?" Tan Li Cu pun
kaget memandangnya. "In Nio, engkau kenal siauw hiap ini?"
"Aku yang mengajaknya ke
mari" jawab yap In Nio sambil tertawa-tawa.
"Dia memang keterlaluan,
berkepandaian tinggi tapi mengaku berkepandaian rendah" "In Nio"
tanya Guru Silat Tan.
"Sejak kapan engkau kenal
siauw hiap ini?" "Baru hari ini- iawab yap In Nio jujur.
"Apa?" Tan Li Cu tercengang.
"Baru hari ini engkau
kenal dia?" "Ya." yap In Nio mengangguk.
"Bagaimana kalian bisa
saling berkenalan?" tanya Guru Silat Tan.
"Ibuku yang mengajaknya
ke rumah, maka kami berkenalan di rumah," jawab yap In Nio. "Kok
ibumu mengajaknya ke rumah?" tanya Tan Li Cu.
"Karena...," yap In
Nio memberitahukan.
"Oooohh" Tan Li Cu
manggut-manggut dan tersenyum geli pula.
"Siauw hiap, mari ke
rumahku" ajak Guru Silat Tan, kemudian berpesan pada salah seorang
muridnya.
"Beritahukan pada para
penonton, bahwa pertandingan telah usai"
Murid itu mengangguk.
Guru Silat Tan bejalan ke
dalam halaman rumahnya, sedangkan Tan Li Cu dan yap In Nio berjalan
berdampingan.
"In Nio" bisik Tan
Li Cu.
"Engkau sungguh beruntung
bisa kenal pemuda itu Dia sangat tampan dan berkepandaian tinggi."
"Memang beruntung, tapi
juga membuat hatiku kacau balau," sahut Yap In Nio jujur.
"Lho? Kenapa?" tanya
Tan Li cu, heran.
"Begitu melihat dia, aku
sudah merasa senang padanya," jawab yap In Nio berterus terang-"Tapi—
aku yakin dia tidak akan suka padaku." "Kenapa?"
"Sebab aku termasuk gadis
binal, lagipula tidak begitu cantik. Bagaimana mungkin dia suka padaku?"
yap In Nio menggeleng-geleng kepala.
"In Nio" Tan Li cu
tersenyum.
"Menurut aku, engkau
seorang gadis yang amat cantik-"
Kakak Li Cu, yang penting dia
tidak akan melupakan aku. Itu... aku sudah merasa puas- Aku yakin dia akan
meninggalkanku, karena dia seorang pendekar yang berkelana."
"Aaakh—" Tan Li cu
berkeluh.
"Eh? Kakak Li Cu, kenapa
engkau berkeluh?" tanya yap In Nio heran.
"Alangkah baiknya kalau
kalian bisa saling mencinta," sahut Tan Li Cu.
Rumah Guru silat Tan sungguh
besar, halaman nya luas sekali. Terdapat pula berbagai macam alat olahraga di
situ. Tio Cie Hiong yakin, halaman itu merupakan tempat latihan para murid.
"Silakan duduk- siauw
hiap" ucap Guru silat Tan setelah masuk ke dalam rumah.
"Terima kasih, Guru
Tan," ucap Tio Cie Hiong sambil duduk,
Tan Li cu dan yap In Nio duduk
berdampingan. Tak lama kemudian pelayan pun menyuguhkan air minum dan lain
sebagainya.
"Siauw hiap, bolehkah aku
tahu namamu?" tanya Guru silat Tan.
"Paman, dia bernama Tio
Cie Hiong" sela yap In Nio, memberitahukan.
"Tio siauw hiap"
Guru silat Tan memandangnya kagum.
"Engkau masih belia, tapu
kepandaianmu sudah begitu tinggi, benar-benar mengagumkan" "Guru Tan,
kepandaianku biasa-biasa saja," ujar Tio Cie Hiong merendah. "Kakak
Hiong" tegur yap In Nio.
"Jangan bohong"
"Aku bohong apa?"
sahut Tio Cie Hiong merasa kebingungan.
"Engkau berkepandaian
begitu tinggi, tapi bilang berkepandaian biasa-biasa saja. Bukankah engkau
telah berdusta?"
"Aku harus bilang
apa?" Tio Cie Hiong menghela nafas. "Haruskah aku bilang bahwa
kepandaianku setinggi langit?" "Aku yakin itu" yap In Nio
tersenyum.
Guru silat Tan dan putrinya
saling memandang, kemudian mereka pun tersenyum-senyum "ohya Di mana
saudara Lim Hay Beng?" tanya Tio Cie Hiong mendadak-"Dia—" Guru
silat Tan menarik nafas panjang.
"Dia terluka dalam yang
cukup parah, kini sedang beristirahat di dalam. Aku kuatir... dia tidak akan
cepat sembuh."
"Guru Tan, bolehkah aku
melihatnya sebentar?" tanya Tio Cie Hiong.
"Tentu boleh-" Guru
silat Tan mengangguk.
"Mari ikut aku ke
dalam"
Tio Cie Hiong mengikuti Guru
silat Tan ke dalam- Tan Li Cu dan yap In Nio juga mengikuti mereka- Lim Hay
Beng duduk di sebuah kursi dengan wajah pucat pias, tampak noda darah di bibirnya.
"Kakak Hay Beng,
bagaimana keadaanmu?" tanya Tan Li Cu cemas.
"Aku... aku...." Lim
Hay Beng tersenyum getir.
"saudara Lim" Tio
Cie Hiong mendekatinya.
"Perbolehkanlah aku
memeriksa lukamu"
Lim Hay Beng mengangguk. Tio
Cie Hiong segera memeriksanya dengan teliti sekali, kemudian manggut-manggut.
"Lukamu memang cukup
parah, tapi kalau Nona Tan tidak keburu menolongmu, mungkin engkau telah mati
tertendang Liu siauw Kun itu"
"Aaakh..." Lim Hay
Beng menarik nafas panjang-
Kakak Hiong, engkau tahu Liu
siauw Kun akan menendang Kakak Hay Beng, kenapa diam saja pada waktu itu?"
tanya yap In Nio mendadak-
"Ketika Lim Hay Beng
sedang bertanding dengan Liu siauw Kun, nona Tan sudah meraba gagang pedang
siap menolongnya, maka aku diam saja," ujar Tio Cie Hiong.
"Engkau melihat
itu?" tanya yap In Nio merasa heran.
"ya." Tio Cie Hiong
mengangguk.
"Puluhan depa jauhnya
engkau bisa melihat begitu jelas?"
"Itu pertanda Tio siauw
hiap berkepandaian amat tinggi," ujar Guru silat Tan memberitahukan.
"Setinggi langit"
sahut yap In Nio sambil tertawa.
Tio Cie Hiong tersenyum,
kemudian memandang Lim Hay Beng.
"Lukamu memang parah,
tapi tidak apa-apa." Tio Cie Hiong mengambil sebutir obat, diberikannya
pada Lim Hay Beng.
"setelah makan obat ini,
dalam waktu tiga hari, engkau pasti sembuh."
"oh?" Lim Hay Beng
kurang percaya, ia menerima obat itu dan mengucapkan terima kasih-Tan Li Cu
segera mengambil air minum. Lim Hay Beng lalu makan obat itu.
"Tio siauw hiap-"
Guru silat Tan menatapnya. "Benarkah dia akan sembuh dalam waktu tiga
hari?" "Benar." Tio Cie Hiong mengangguk-"Aku tidak
bohong"
"Aku percaya," ujar
yap In Nio sambil tersenyum-
"Kakak Hiong adalah orang
yang tidak mau menyombongkan diri, tentunya dia pun tidak akan omong
besar."
"oh, ya?" ujar Tan
Li cu menggodanya-
"Kakak Li Cu—-"
Wajah yap In Nio kemerah-merahan.
"Ayoh" Guru silat
Tan tersenyum
"Mari kita kembali ke
ruang depan"
Mereka kembali ke ruang depan,
setelah duduk Guru silat Tan pun berkata sambil memandang Tio Cie Hiong.
"Tio siauw hiap,
bagaimana kalau malam ini engkau menginap di sini?"
"Itu tidak boleh-"
sahut yap In Nio cepat-
"sebab ibuku telah
berpesan, aku dan Kakak Hiong harus pulang malam ini."
"In Nio...." Guru
silat Tan tertegun, kemudian tertawa terbahak-bahak-
"Aku tahu Aku
tahu--"
"Paman...." Wajah
yap In Nio memerah lagi.
"ohya" Guru Silat
Tan teringat sesuatu.
"Liu Siauw Kun telah
dihajar oleh Tio siauw hiap, mungkin mulai sekarang dia tidak berani berlaku
sewenang-wenang lagi-"
"ya-" Tio Cie Hiong
mengangguk-
"selanjut-nya dia tidak
bisa melakukan kejahatan lagi."
"Memangnya kenapa?"
tanya yap In Nio.
"Sebab tadi aku telah
memusnahkan kepandaiannya, dia tidak bisa melakukan kejahatan lagi" Tio
Cie Hiong memberitahukan.
"oooh" Guru silat
Tan menarik nafas lega, namun kemudian mengerutkan kening seraya berkata.
"Tapi gurunya
berkepandaian tinggi sekali."
"Bukankah tadi kakak
Hiong sudah bilang, dan gurunya muncul, kakak Hiong pasti menghajarnya,"
sahut yap In Nio.
Mendadak salah seorang murid
berlari-lari ke dalam dengan wajah pucat pias, sehingga membuat Guru silat Tan
terkejut.
" Guru Celaka..."
"Apa yang celaka?"
tanya Guru silat Tan.
" Guru Liu siauw Kun
datang" Murid itu memberitahukan.
"Haah?" Guru silat
Tan terkejut bukan main, begitu pula Tan Li cu. Hanya yap In Nio yang
tersenyum-senyum.
"Kakak Hiong, hajar
dia" ujar gadis itu
"Tentu" Tio Cie
Hiong mengangguk-
"Tok cian sin coa (ular
sakti Mata satu) itu juga sering melakukan kejahatan, maka aku harus
memusnahkan kepandaiannya-"
"Tio siauw hiap-—"
"Guru silat Tan" Tio
Cie Hiong tersenyum.
"Tenang saja"
"Pemuda bangsat Cepat
keluar untuk menerima kematian" Terdengar seruan di luar-
Tio Cie Hiong bangkit berdiri,
lalu berjalan keluar. Guru silat Tan, putrinya dan Yap In Nio mengikuti Tio Cie
Hiong menuju ke depan.
seorang lelaki berusia lima
puluhan berdiri di halaman, wajahnya cukup seram dan memelihara kumis fu
Manchu, sedangkan matanya picak sebelah.
"Engkau yang melukai
muridku sampai kepandaiannya musnah?" tanya lelaki itu sambil menuding Tio
Cie Hiong yang baru keluar.
"Benar" Tio Cie
Hiong mengangguk-
"Kalau tidak salah,
engkau adalah Tok Gan sin coa"
"Hm" dengus Tok Gan
sin coa.
"Engkau memusnahkan
kepandaian muridku, maka aku harus membunuh mu"
"Tok Gan sin Coa"
sahut Tio Cie Hiong sambil menatapnya tajam.
"Engkau pun sering
membunuh orang, karena itu aku harus memusnahkan kepandaianmu" "oh?
Ha ha ha" Tok Gan sin coa tertawa gelak-
"Kematianmu telah berada
di depan mata, masih berani omong besar?" "Tok Gan sin Coa, tidak
perlu banyak omong kosong" tandas Tio Cie Hiong.
"Cepatlah menghunus
pedang, aku akan melayanimu dengan tangan kosong" "Sebelum engkau
mati, beritahukanlah namamu" bentak Tok Gan sin Coa.. "Namaku Tio Cie
Hiong"
"Tio Cie Hiong...?"
Gumam Tok Gan sin coa sambil berpikir- Tiba-tiba wajahnya berubah hebat.
"Apakah engkau Pek Ih sin Hiap (Kesatria Baju Putin)?"
Tio Cie Hiong tertegun, la
sama sekali tidak mengetahui julukannya, padahal belum lama ia memperoleh
julukan tersebut. Guru silat Tan pun terperanjat, sebab dua minggu yang lalu,
salah seorang temannya pernah memberitahukannya, bahwa dalam rimba persilatan
telah muncul seorang pendekar muda belia dengan julukan Pek Ih sin Hiap. la
justru tidak menyangka Tio Cie Hiong adalah Kesatria Baju Putin itu.
"Tidak salah-" Tio
Cie Hiong manggut-mang-gut.
"Aku adalah Pek Ih sin
Hiap"
"Hm" dengus Tok Gan
sin coa.
"Aku kira siapa Pek Ih
sin Hiap itu, tidak tahunya cuma seorang bocah yang masih bau kencur"
Cepat hunus pedang"
bentak Tio cie Hiong mendadak- Bentakan itu disertai dengan Iwee-kang, sehingga
nyaringnya sangat menusuk telinga, membuat Tok Gan sin coa terkejut bukan
kepalang-
Hati-hati" ujarnya sambil
menghunus pedang, lalu berteriak keras sekaligus menyerang Tio Cie Hiong dengan
jurus sin Coa yu sui (ular sakti Berenang Di Air) - Tampak pedangnya berkelebat
meliuk-liuk mengarah pada pemuda itu jurus tersebut merupakan jurus
simpanannya, belum pernah diajarkan pada Liu siauw Kun, muridnya itu.
Tio Cie Hiong tetap berdiri di
tempat sambil tersenyum-senyum, tapi kemudian mendadak ia mengibaskan lengan
bajunya-
Teang Pedang itu patah menjadi
dua potong, sedangkan badan Tok Gan sin coa terpental beberapa depa, lalu jatuh
dengan keras di tanah -
Mulut Tok Gan sin Coa mengalir
darah dan wajahnya meringis-ringis- Dia menuding Tio Cie Hiong dengan tangan
bergemetar.
"Engkau... engkau
memusnahkan kepandaianku?"
"Aku masih mengampuni
nyawamu. Mulai sekarang, aku harap engkau jadi orang baik-baik" ujar Tio
cie Hiong.
"TUnggu Tunggu pembalasan
dari kakak seperguruanku" Tok Gan sin coa menatapnya dengan penuh dendam,
kemudian berjalan pergi terhuyung-huyung.
"Kakak Hiong" yap In
Nio memandangnya dengan kagum.
"Engkau sungguh hebat
sekali Hanya mengibaskan lengan baju saja sudah merobohkan Tok Gan sin coa yang
berkepandaian tinggi itu."
"Adik In,
kepandaianku...."
"Biasa-biasa saja,
kan?" sambung yap In Nio cepat.
Tio Cie Hiong tersenyum. Guru
silat Tan menghampirinya dengan penuh kekaguman.
"Tio siauw hiap, ternyata
engkau Pek Ih sin Hiap," ujar Guru silat Tan.
"Sebetulnya aku malu
dengan julukan ini." Tio cie Hiong menggeleng-geleng kepala,
"penduduk desa Peng An yang memberikan julukan tersebut."
"Engkau memang
hebat" Guru silat Tan menepuk bahunya. "Mampu mengalahkan Im ya
Hoatsu yang berilmu sihir tinggi."
"Guru Tan" Tio Cie
Hiong memberitahukan secara jujur.
"Kebetulan aku memiliki
Ilmu Pe-nakluk iblis, maka aku mampu melawan ilmu sihirnya."
"oh?" Guru silat Tan terbelalak,
"ilmu Penakluk iblis
merupakan ilmu yang sangat tinggi dan sulit dipelajari, engkau masih belia tapi
sudah memiliki ilmu itu?"
"ya." Tio Cie Hiong
mengangguk-
"Pantas engkau memperoleh
julukan Pek Ih sin Hiap" Guru silat Tan manggut-manggut. " Aku pun
mendengar, engkau memiliki ilmu pengobatan tinggi juga."
"Aku memang mahir ilmu
pengobatan, tapi tidak begitu tinggi," sahut Tio Cie Hiong.
"Kakak Hiong...,"
yap In Nio menatapnya dengan mata berbinar-binar.
"Engkau kok begitu luar
biasa?"
"Tidak begitu luar biasa,
cuma biasa-biasa saja." Tio Cie Hiong tersenyum.
"Kakak Hiong, sudah malam
nih. Kita harus pulang" ajak yap In Nio sambil menarik tangannya.
"Baiklah." Tio Cie
Hiong mengangguk, la berpamit kepada Gut^^latTan dan putrinya, lalu pergi
bersama yap In Nio.
-ooo00000ooo-
Bab 20 Puri Angin Halilintar
telah musnah
Begitu sampai di rumah, yap In
Nio langsung menceritakan tentang semua itu pada ibunya, ibunya mendengar
dengan mata terbelalak- setelah ttu, ia menatap Tio Cie Hiong dengan kagum
sekali-
"Nak" Wanita itu
tersenyum lembut.
"sungguh tidak disangka,
engkau berkepandaian begitu tinggi."
Tio cie Hiong cuma tersenyum,
justru mendadak yap In Nio berseru sambil berjingkrak ksjingkrak-
"Eh? In Nio Kenapa
engkau?" tanya ibunya heran.
"Ibu" ujar yap In
Nio sambil tersenyum.
"Mulai esok pagi. Kakak
Hiong akan mengajar aku ilmu pedang"
"Befum tentu" Ibunya
tertawa.
Kakak Hiong Engkau mau
mengajariku, kan?" yap In Nio menatapnya penuh harap. "Baiklah"
Tio Cie Hiong mengangguk-
"Terima kasih. Kakak
Hiong" ucap yap In Nio sambil menari-nari saking girang, ibunya
menggeleng-geleng kepala menyaksikannya -
Keesokan harinya, Tio Cie
Hiong mulai memberi petunjuk mengenai ilmu pedang pada yap In Nio- Gadis itu
memang cerdas, semua petunjuk dari Tio Cie Hiong dapat ditanggapnya dengan
cepat, tentunya sangat menggirangkan hati Tio Cie Hiong.
Tak terasa sudah tiga hari Tio
Cie Hiong tinggat di rumah itu. Dalam waktu tiga hari, kepandaian yap In Nio
sudah maju pesat. Pagi ini gadis tersebut berlatih di halaman rumah, Tio Cie
Hiong memperhatikannya sambil memberi petunjuk-Berselang beberapa saat
kemudian, yap In Nio berhenti berlatih, ia memandang Tio cie Hiong dengan wajah
berseri-
"Kakak Hiong, apakah aku
bisa jadi seorang pendekar dengan kepandaian yang kumiliki ini?"
"Belum-" Tio cie Hiong menggelengkan kepala-
"Kenapa?" Mimik yap
In Nio tampak kecewa-
"Adik In, selama ini
engkau cuma bisa ilmu pukulan dan ilmu pedang, namun engkau belum memiliki
Iweekang." Tio Cie Hiong menjelaskan,
"oleh karena itu, engkau
masih belum bisa menjadi seorang pendekar wanita."
"Kalau begitu—" yap
In Nio menatapnya-
"Kakak Hiong ajari aku
ilmu Iweekang"
Tio cie Hiong diam. Ternyata
ia sedang berpikir Iweekang apa yang cocok bagi yap In Nio. Ketika ia berada di
gunung Thian Thay san, Thian Thay siansu telah menjelaskan tentang berbagai
macam ilmu Iweekang kepadanya.
"Kakak Hiong...."
"Adik In" Tio Cie
Hiong tersenyum.
"Aku akan ajarkan padamu
semacam ilmu Iweekang."
"oh?" yap In Nio
girang bukan main.
"Terima kasih, Kakak
Hiong"
Tio Cie Hiong segera
mengajarkannya semacam ilmu Iweekang, yap In Nio mendengar dengan penuh
perhatian.
"setiap pagi dan malam
engkau harus terus menerus melatih ilmu Iweekang yang kuajarkan ini" pesan
Tio Cie Hiong dan menambahkan.
"Tiga tahun kemudian
engkau pasti bisa menjadi pendekar wanita -" "Terima kasih, Kakak
Hiong" ucap yap In Nio dengan wajah berseri-"Adik In" Tio Cie
Hiong menatapnya.
"Karena aku telah
mengajarimu ilmu Iweekang, maka aku pun harus mengajarmu semacam ilmu
pedang."
"oh?" Karena
girangnya yap In Nio langsung menggenggam tangan Tio cie Hiong erat-erat.
"Terima kasih, Kakak Hiong"
Tio Cie Hiong mengajar yap In
Nio ToatBeng Kiam Hoat (Ilmu Pedang pencabut Nyawa). Ternyata ia telah
menghafal ilmu pedang tersebut ketika menyaksikan tiouw sian Eng berlatih, dan
kini diajarkannya kepada yap In Nio.
"Adik In, kalau tidak
dalam keadaan bahaya, janganlah engkau mengeluarkan ilmu pedang ini" pesan
Tio Cie Hiong sungguh-sungguh-
"sebab setiap j urus
dalam ilmu pedang tersebut akan mencabut nyawa orang."
"ya." yap In Nio
mengangguk, lalu mulai berlatih ilmu pedang itu.
Tio Cie Hiong terus
memperhatikan, setiap Yap In Nio melakukan gerakan yang salah, ia segera
memberi petunjuk- YaP In Nio memang merupakan gadis yang cerdas, maka berselang
beberapa saat kemudian, ia sudah menguasai ilmu pedang tersebut walau
gerakannya masih agak lamban. Karena girangnya, gadis itu terus menerus
berlatih.
Ketika hari sudah siang,
mendadak muncul Tan Li cu bersama Lim Hay Beng. Pemuda itu telah sembuh,
"In Nio" seru Tan Li
cu.
Yap In Nio langsung berhenti
berlatih- Betapa gembiranya ketika melihat kedatangan Tan Li cu bersama Lim Hay
Beng.
"Kakak Li Cu"
sahutnya berseri-
"sedang berlatih ilmu
pedang ya?" tanya Tan Li Cu sambil tersenyum-
"Ya"" Yap In
Nio mengangguk..
sementara Lim Hay Beng
menghampiri Tio Cie Hiong, dan memandangnya dengan kagum sekali.
"saudara Tio, engkau
memang hebat sekali," ujarnya.
Hanya satu kali mengibaskan
lengan baju, Tok Gan sin coa langsung terpental." Tio Cie Hiong cuma
tersenyum, sedangkan Lim Hay Beng berkata lagi.
"Selain berkepandaian
tinggi, engkau pun mahir ilmu pengobatan. Aku betul-betul salut padamu, oh y a,
kini aku telah sembuh. Terima kasih, saudara Tio"
"sama..sama.." Tio
Cie Hiong tetap merendahkan diri "Kakak Li cu" ujar yap In Nio.
"Aku pernah kalah
bertanding dengan engkau kan?"
"Benar- Ken apa?"
Tan Li cu menatapnya heran.
"Hari ini aku menantangmu
bertanding lagi," sahut Yap In Nio.
"Baik," Tan Li cu
tersenyum. Kemudian ia mengambil dua batang ranting, lalu diberikan sebatang
kepada yap In Nio.
"Ayolah Engkau boleh
mulai menyerangku dulu"
"Hati-hati, Kakak Li
cu" ujar yap In Nio sambil tertawa kecil.
"Hari ini engkau pasti kalah-"
"oh?" Tan Li cujuga
tertawa.
Lim Hay Beng dan Tio Cie Hiong
saling memandang, setelah itu mereka berdua pun tersenyum.
Kakak Li Cu, inilah jurus
pertama" yap In Nio memberitahukan sambil menyerangnya dengan jurus
KiamTeng Kan Kun (Pedang Menggetarkan jagat).
"Haaaah,..?" Tan Li
cu terkejut bukan main ketika menyaksikan serangan, bahkan nyaris membuatnya tak
mampu berkelit.
Lim Hay Beng terbelalak,
sedangkan Tio Cie Hiong cuma tersenyum-senyum sambil memperhatikan gerakan yap
In Nio.
"Kakak Li Cu,
hati-hati" ujar yap In Nio memberitahukan, "inilah jurus kedua"
Gadis itu menyerang Tan Li cu
denganjurus Cian Kiam soh Lang (Ribuan Pedang Menyapu ombak). Tampak ranting
yang di tangan yap In Nio berkelebatan mengarah ke Tan Li cu, sehingga membuat
gadis itu sibuk mengelak, lalu meloncat mundur dengan mata terbelalak.
"Kakak Li cu" seru
yap In Nio.
"inilah jurus ketiga,
hati-hatilah"-"
yap In Nio langsung menyerang
Tan Li Cu dengan jurus Kiam In Liat Te (Bayangan Pedang meretakkan Bumi).
"Auuuh" jerit Tan Li
cu. Ternyata bahunya telah terpukul oleh ujung ranting itu, sehingga badannya
terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang.