"Kak Lian" Gouw sian
Eng menggelengkan kepala.
"Kenapa engkau begitu tega?"
"Itu bukan masalah tega
tidaknya," sahut Toan pit Lian sambil tersenyum.
"Kelinci liar memang
boleh untuk dimakan. Apa kah engkau tidak pernah makan daging kelinci?"
"Tidak." Gouw sian
Eng menggelengkan kepala lagi. "Terus terang, aku tidak tega. sebab
kelinci termasuk binatang jinak."
"Engkau pernah makan ayam
kan?" tanya Toan pit Lian.
"Tentu." Gouw sian
Eng mengangguk.
"Nah, itu berarti
sama," ujar Toan pit Lian sambil tertawa geli, kemudian mendadak keningnya
berkerut.
"Terus terang, hingga
saat ini aku masih merasa penasaran."
"Penasaran kenapa?"
tanya Gouw sian Eng heran.
"Itu... Tio Cie
Hiong," sahut Toan pit Lian dengan wajah agak memerah.
"Adik" Toan wie Kie
menggeleng-geleng-kan kepala. "Engkau masih teringat akan pemuda
itu?" "Ya." Toan pit Lian mengangguk.
"Adik" Toan wie Kie
menghela nafas. "Dia sudah berterus terang bahwa dia sudah punya kekasih,
kenapa engkau masih...."
"Kak" Toan pit Lian
tampak tidak senang. "Aku ingat dia sebagai teman baik dan sebagai seorang
kakak. Apakah itu tidak boleh?"
"Tentu boleh." Toan
wie Kie tersenyum. "Lalu kenapa engkau masih merasa penasaran?"
"Aku merasa penasaran
karena belum berkenalan dengan kekasihnya. Kalau kekasihnya ternyata gadis
baik, cantik dan lemah lembut, aku tidak penasaran lagi." ToanPit Lian
memberitahukan.
"oooh" Toan wie Kie
manggut-manggut.
Kalau kita sudah sampai di
markas pusat Kay Pang, dia pasti memperkenalkan kekasihnya. Nah, engkau boleh
menilai kekasihnya itu."
"Kak Lian" sela Gouw
sian Eng sambil tersenyum. "Siapa tahu kali ini engkau akan bertemu pemuda
tampan yang baik pula."
"Benar, Dik." Toan
wie Kie memandang Toan pit Lian sambil tersenyum.
"Ihhh" Wajah Toan
pit Lian kemerah-merahan. "Memangnya aku sudah ingin menikah seperti
kalian?"
"Engkau sudah dewasa,
tentunya harus menikah," ujar Toan wie Kie dan menambahkan.
"Apabila nanti engkau
bertemu pemuda idaman hatimu, aku akan mewakili orang tua kita untuk melamarnya
untukmu."
"Kak...." Toan Pit
Lian membanting-banting kaki. "Jangan mengada-ada"
"Dik" Toan wie Kie
menatapnya lembut. "Kalau engkau tidak membawa sian Eng ke Tayli, mungkin
aku masih...."
"Nah" Toan pit Lian
tertawa. "Engkau harus berterimakasih kepadaku"
"Karena itu...,"
ujar Toan wie Kie sungguh-sungguh.
"Apabila engkau bertemu
pemuda idaman hati, aku pasti akan membantumu." "
"Kakak...." Wajah
Toan pit Lian memerah lagi karena tersipu, kemudian menundukkan wajahnya
dalam-dalam.
"ohya Adik sian Eng"
Tanya Toan wie Kie. "Kira-kira berapa hari lagi kita akan sampai di markas
pusat Kay Pang?"
Kalau kita melakukan
perjalanan siang malam, mungkin dua tiga hari kita akan sampai di sana."
Gouw sian Eng memberitahukan.
Toan wie Kie manggut-manggut.
"Adik sian Eng, bagaimana kalau kita melakukan perjalanan siang
malam?"
"Baik," Gouw sian
Eng mengangguk.
"Kak" goda Toan pit
Lian sambil tersenyum, " ingin cepat-cepat bertemu calon mertua ya"
"Kira-kira begitulah," sahut Toan wie Kie dan tertawa pula.
Kalau begitu, mari kita
berangkat sekarang" ajak Toan pit Lian. Mereka bertiga lalu melanjutkan
perjalanan.
Di istana Thian Mo atau markas
sam Mo Kauw, sedang berlangsung pembicaraan serius, namun wajah mereka tampak
diliputi keheranan.
"Aku tidak habis
pikir..." ujar Tang Hai Lo Mo sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa Kay Pang masih beium menyerbu ke mari?"
"Mungkin mereka sudah
tahu akan rencana kita," sahut Thian Mo.
"Kalau begitu, lebih baik
kita menyerang ke sana." ujar Te Mo dan menambahkan dengan wajah gusar.
"Ketua Hwa san dan ketua Kun Lun telah bergabung dengan Kay Pang, kita
harus menghabiskan mereka."
"Dua hari yang lalu,
ketua GoBie, Khong Tong dan ketua swatsan juga ke markas pusat Kay Pang."
Ku Tek Cun memberitahukan.
"Ke-tiga ketua itu pun
bergabung dengan Kay Pang."
"Bagus Bagus Kalau
begitu, kita harus menghabiskan mereka semua" Tang Hai Lo Mo tertawa
seram.
"Padahal partai-partai
itu telah takluk kepada kita, tapi secara diam-diam mereka malah bergabung
dengan Kay Pang."
"Sudah waktunya kita
menyerang mereka," ujar Te Mo dan menambahkan.
"Aku dan Thian Mo
menghadapi Pek Ih sin Hiap. Empat Dhalai Lhama menghadapi Bu Lim Ji Khie, Tang
Hai Lo Mo menghabiskan para ketua itu, dan Tek cun menghabiskan para pengemis
peringkat satu dan dua."
Tang Hai Lo Mo manggut-manggut.
"Kalau begitu, besok malam kita serang markas pusat Kay Pang"
"Guru" ujar Ku Tek
Cun. "Menurut pendapatku lebih baik kita bersabar beberapa waktu
lagi." "Sudah tidak bisa bersabar lagi" sahut Tang Hai Lo Mo.
"Guru harus tahu, keadaan
Kay Pang pun seperti kita. Aku yakin mereka pun sudah mulai tidak sabaran
seperti guru. Apabila kita dapat mengendalikan emosi untuk bersabar, tidak lama
lagi mereka pasti menyerbu ke mari."
"jadi kita harus bersabar
berapa lama lagi?" tanya Thian Mo.
"cukup seminggu
saja." Ku Tek Cun tertawa. "sebab para ketua pasti mendesak Kay Pang
untuk menyerbu ke mari, agar partai mereka bebas dari tekanan kita."
"Ngmm" Bu Lim sam Mo
manggut-manggut.
Pada waktu bersamaan, masuklah
seorang berpakaian hitam, yang kemudian memberi hormat dan melapor.
Lapor pada Kauwcu Ada tiga
orang menuju ke markas Kay pang." "siapa mereka?" tanya Ku Tek
Cun.
"Mereka Toan pit Lian,
Toan wie Kie dan Gouw sian Eng," jawab orang berpakaian hitam menjelaskan.
"Toan wie Kie dan Toan
pit Lian adalah putra-putri Toan Hong Ya di Tayli, sedangkan Gouw sian Eng
adalah putri Gouw Han Tiong."
"oh?" Ku Tek Cun
tertawa gembira, kemudian berkata kepada guru-gurunya dengan wajah berseri.
"Guru, kesempatan kita
sudah datang."
"Maksudmu?" tanya
Tang Hai Lo Mo.
"Kita tangkap mereka
untuk di jadikan sandera, lalu mengutus seseorang ke Kay Pang," sahut Ku
Tek Cun merendahkan suaranya.
"Ha ha ha" Bu Lim
sam Mo tertawa gelak. "Guru, bagaimana ideku ini?, tanya Ku Tek Cun.
"Idemu tepat," sahut
Tang Hai Lo Mo.
"jadi kita mengutus
seseorang ke Kay Pang untuk mengundang Pek Ih sin Hiap ke mari." "Ha
ha ha" Thian Mo tertawa terbahak-bahak.
"Kalau dia sudah ke mari,
tidak bisa keluar dengan selamat lagi"
"Benar." Te Mo juga
tertawa. "setelah itu, barulah kita sapu habis markas pusat Kay
Pang." "Kauwcu" sela Dhalai Lhama jubah merah.
"Mereka cukup kita
tangkap. jangan dibunuh. sebab kami berempat kenal Toan Hong Ya, lagi pula
paman guru kami pernah minta bantuan kepada beliau."
Kalian berempat tidak usah
khawatir" Tang Hai Lo Mo tertawa lagi. "Kita undang mereka bertiga ke
mari, lalu kita pancing Pek Ih sin Hiap ke sini. Setelah kita membunuh Pek Ih
sin Hiap. kita akan melepaskan mereka bertiga."
Kalau begitu, kami berempat
akan pergi mengundang mereka bertiga ke mari." ujar Dhalai Lhama jubah
merah.
"seandainya mereka tidak
mau?" tanya Ku Tek Cun.
"Mereka pasti mau,"
sahut Dhalai Lhama singkat.
"Baik." Tang Hai Lo
Mo manggut-manggut. " Kalian berempat boleh berangkat sekarang."
"Ya, Kauwcu" Keempat
Dhalai Lhama itu mengangguk. kemudian setelah memberi hormat, berangkatlah
mereka berempat.
"Hua ha ha" Bu Lim
sam Mo tertawa terbahak-bahak. "setelah Pek Ih sin Hiap mati didalam
jebakan, berarti sudah saatnya kita menguasai rimba persilatan...."
Toan wie Kie, Toan pit Lian
dan Gouw sian Eng memacu kuda masing-masing sambil tertawa-tawa dengan wajah
cerah ceria. Akan tetapi, mendadak muncul empat orang di hadapan mereka,
sehingga mereka segera menghentikan kuda masing-masing. Keempat orang itu
ternyata Em-pat Dhalai Lhama Tibet.
"Maaf" ucap Dhalai
Lhama jubah merah.
"Kami berempat telah
mengganggu perjalanan Pangeran, putri dan Nona."
"oooh" Toan wie Kie
manggut-manggut. "Ternyata kalian berempat Kapan kalian datang di
Tionggoan?"
"sudah cukup lama,"
sahut Dhalai Lhama jubah merah.
"pangeran, Putri dan Nona
mau ke mana?"
"Kami mau ke markas pusat
Kay Pang," ujar Toan wie Kie sambil tersenyum dan memberitahukan.
"Nona Gouw ini calon
isteriku."
"Kami mengucapkan selamat
kepada Pangeran" ucap keempat Dhalai Lhama itu serentak sekaligus memberi
hormat lagi.
"Terimakasih" ucap
Toan wie Kie dan menambahkan. "Kami harus melanjutkan perjalanan."
"Maaf, Pangeran" Dhalai Lhama jubah kuning memberi hormat dan
berkata. "Kami mengundang Pangeran, putri dan Nona Gouw ke markas sam Mo
Kauw."
"oh?" Toan wie Kie
mengerutkan kening. " Kenapa kami harus ke sana?"
"Bu Lim sam Mo ingin
bertatap muka dengan kalian." Dhalai Lhama jubah kuning memberitahukan.
"Ada urusan apa Bu Lim
sam Mo ingin bertatap muka dengan kami?" tanya Toan pit Lian heran. "
Kami tidak kenal Bu Lim sam Mo, lagi pula kami harus melanjutkan
perjalanan."
"Bu Lim sam Mo ingin
membicarakan sesuatu dengan kalian," jawab Dhalai Lhama jubah merah.
"Kami harap Pangeran tidak akan menyulitkan kami"
"Seandainya kami tidak
mau ke sana?" tanya Toan wie Kie sambil mengerutkan kening.
"Maaf" ucap Dhalai
Lhama jubah merah. "Kami kenal baik dengan Toan Hong Ya, tentunya kami
tidak akan mencelakai Pangeran, putri dan Nona Gouw. Maka dalam hal kami harap
Pangeran tidak akan menyulitkan kami"
Toan wie Kie dan adiknya
saling memandang. Mereka tahu apabila mereka tidak menurut, tentunya Dhalai
Lhama itu akan menggunakan kekerasan. Agar tidak menimbulkan hal-hal yang tak
diinginkan, akhirnya Toan wie Kie mengangguk. "Baiklah."
"Terimakasih,
Pangeran" ucap keempat Dhalai Lhama itu serentak. "Mari ikut
kami"
Toan wie Kie, Toan pit Lian
dan Gouw sian Eng mengikuti mereka ke markas sam Mo Kauw dengan penuh
keheranan, kenapa Bu Lim sam Mo mengundang mereka ke sana? Apa yang akan dibicarakan?
Bu Lim sam Mo menyambut
kedatangan mereka bertiga dengan penuh keramahan, sebab Toan Wie Kie dan Toan
pit Lian adalah Pangeran dan putri Raja Tayli, sedangkan Gouw sian Eng adalah
calon isteri Toan wie Kie.
"Maaf" Ucap Toan wie
Kie dan bertanya.
"Ada urusan apa cianpwee
bertiga mengundang kami ke mari?"
"Ha ha" Tang Hai Lo
Mo tertawa gelak. "Toan Hong Ya sangat terkenal, tentunya kami tidak akan
mencelakai kalian, jadi kalian tidak usah khawatir"
"cianpwee" Toan wie
Kie mengerutkan kening.
"Kami masih harus
melanjutkan perjalanan, cianpwee mau bicara apa, bicaralah setelah itu, kami
mau mohon pamit."
"Pangeran" Thian Mo
menatapnya sambil tersenyum.
"Kami tahu Pangeran ingin
buru-buru menemui calon mertua. Karena itu, kami pun tidak akan menghambat
waktu Pangeran, cukup tiga hari kalian bertiga tinggal di sini."
"Cianpwee, itu berarti
telah menghambat waktu kami," sahut Toan wie Kie dan mengerutkan kening
lagi.
"Hanya tiga hari."
Te Mo tertawa gelak. "Itu tidak begitu lama."
" Cianpwee" ujar
Toan pit Lian.
"secara tidak langsung
cianpwee telah menahan kami, jelaskan apa tujuan cianpwee?"
"Terus terang,"
sahut Tang Hai Lo Mo. "Tujuan kami mengundang kalian ke mari adalah agar
Pek Ih sin Hiap ke mari juga. Kalau kalian tidak berada di sini, bagaimana
mungkin Pek Ih sin Hiap akan ke mari?"
"oooh" Toan wie Kie
manggut-manggut.
"Kami bertiga di jadikan
sandera di sini, begitu kan?"
"Kami terpaksa."
Tang Hai Lo Mo tertawa.
"Bu Lim sam Mo sangat
terkenal di rimba persilatan Tionggoan, kenapa harus menggunakan cara yang tak
terpuji?" ujar Toan pit Lian dan melanjutkan.
"Bukankah merendahkan
nama Cianpwee bertiga"
"Tidak salah." Thian
Mo manggut-manggut.
"Tapi kalau kami tidak
menggunakan cara ini, Pek Ih sin Hiap tidak akan ke mari."
"Cianpwee keliru,"
sahut Toan pit Lian.
"Kalau Cianpwee
mengundang Pek Ih Sin Hiap ke mari, aku yakin dia pasti memenuhi undangan
cianpwee."
"Cianpwee" sela Toan
wie Kie. "Kami dari Tayli, tidak turut campur urusan persilatan Tionggoan.
Maka aku harap. Cianpwee membiarkan kami melanjutkan perjalanan Apabila
cianpwee menghendaki Pek Ih sin Hiap ke mari, aku pasti memberitahukan
kepadanya."
"Terimakasih,
Pangeran" Tang Hai Lo Mo tertawa.
"Kini Pangeran, putri dan
Nona Gouw sudah berada di sini, apa salahnya menginap beberapa malam di sini?"
Toan wie Kie tahu, apabila ia
berkeras mereka bertiga mungkin akan celaka di tangan Bu Lim sam Mo. oleh
karena itu, ia manggut-manggut.
"Baiklah. Tapi tiga hari
kemudian, cianpwee harus memperbolehkan kami melanjutkan perjalanan"
"Tentu Tentu" Tang
Hai Lo Mo tertawa gelak lalu menyuruh seseorang mengantar mereka ke-sebuah
kamar.
setelah memasuki kamar
tersebut, orang itu pergi dan pintu kamar langsung tertutup kembali.
Toan wie Kie menengok ke sana
ke mart. Kamar itu cukup luas dan terdapat tiga buah ranjang.
"Ini merupakan kamar
tahanan," ujar Toan wie Kie dengan suara rendah.
"Kelihatannya Bu Lim sam
Mo tidak akan mencelakai kita, hanya menyandera kita untuk memancing Tio Cie
Hiong ke mari."
"Heran?" Toan pit
Lian menggeleng- gelengkan kepala. "Padahal Bu Lim sam Mo sangat terkenal
dan berkepandaian tinggi, kenapa harus memancing Tio cie Hiong ke mari dengan
cara ini?"
"Aku yakin..." sahut
Toan Wie Kie dengan kening berkerut.
"Di markas ini telah
dipasang berbagai macam jebakan, maka kalau Tio Cie Hiong datang...."
"Dia pasti celaka
kan?" Wajah Toan Pit Lian berubah. "Berarti kita yang mencelakainya.
"
"Adik" ujar Toan Wie
Kie sungguh-sungguh. "Tio Cie Hiong berkepandaian begitu tinggi, belum
tentu dia akan celaka."
"Benar," sela Gouw
sian Eng sambil manggut-manggut.
"Guruku adalah bibinya.
Dia pernah mempelajari tentang jebakan-jebakan pada bibinya, maka aku yakin dia
dapat melewati jebakan-jebakan di markas sam Mo Kauw ini."
"syukurlah kalau
begitu" ucap Toan Wie Kie.
"Aku tetap merasa
heran," ujar Toan Pit Lian sambil mengerutkan kening.
" Heran kenapa?"
Toan Wie Kie memandangnya.
"Padahal Bu Lim sam Mo
boleh menantang langsung pada Tio Cie Hiong, tapi kenapa mereka tidak mau
menantang langsung? Apakah mereka bertiga masih bukan tandingan Tio Cie
Hiong?" sahut Toan pit Lian dan melanjutkan.
"Apakah kepandaian Tio
Cie Hiong sudah begitu tinggi, sehingga nyali Bu Lim sam Mo menjadi ciut untuk
menghadapi Tio Cie Hiong?"
"Di rimba persilatan
Tionggoan terdapat It ceng Ji Khie dan Sam Mo," ujar Toan Wie Kie dan
menambahkan.
"Kepandaian It ceng
paling tinggiJi Khie dan Sam Mo boleh dikatakan seimbang, sedangkan Tio cie
Hiong...."
Toan Wie Kie
menggeleng-gelengkan kepala dan melanjutkan. "Sungguh mengherankan, kenapa
kepandaiannya bisa begitu tinggi?"
"Pada waktu itu..."
ujar Gouw Sian Eng. "Kakek dan ayahku pun tidak habis pikir tentang Kakak
Hiong. Padahal Kakak Hiong tidak mau belajar itmu silat, tapi malah...."
"Kini berkepandaian
begitu tinggi. Ya, kan?" sambung Toan Wie Kie sambil tersenyum.
"Ya." Gouw Sian Eng
mengangguk.
"Mungkin..." sela
Toan Pit Lian. "Itu sudah merupakan takdir, seperti kalian
berdua...."
"Kalau begitu...."
Gouw Sian Eng tertawa kecil. "Kak Lian juga akan ditakdirkan bertemu
pemuda
tampan yang baik dan berkepandaian
tinggi." "Mudah-mudahan" sahut Toan Pit Lian dan ikut tertawa
iuga.
Wajah Lim Peng Hang ketua Kay
Pang tampak serius sekali. Begitu pula Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Gouw Han
Tiong, Tok Pie Sin Wan, Tio cie Hiong, Lim ceng Im dan para ketua tujuh partai.
Di hadapan mereka berdiri
seseorang berpakaian hitam, yaitu utusan Sam Mo Kauwcu atau Bu Lim sam Mo.
"Jadi sam Mo Kauwcu
mengutusmu ke mari?" tanya Lim Peng Hang.
"Ya, Pangcu" orang
berpakaian hitam mengangguk. "Aku diutus ke mari untuk menyampaikan
sesuatu kepada Pek Ih sin Hiap."
" Engkau ingin
menyampaikan apa, beritahukanlah" ujar Tio Cie Hiong.
"sam Mo Kauwcu mengundang
Pek Ih sin Hiap ke markas," jawab orang berpakaian hitam memberitahukan.
"Dalam waktu tiga hari,
Pek Ih sin Hiap harus sampai di sana."
"Hua ha ha" sam Gan
sin Kay tertawa gelak. "Mau apa sam Mo undang Pek Ih sin Hiap ke
sana?"
"Maaf, aku tidak
tahu."
"seandainya Pek Ih sin
Hiap tidak bersedia memenuhi undangan sam Mo?" tanya Kim siauw suseng.
"Toan wie Kie, Toan pit
Lian dan Gouw sian Eng berada di sana, tentunya Pek Ih sin Hiap tidak akan
berkeberatan ke sana," sahut orang berpakaian hitam.
"Apa?" Gouw Han
Tiong terkejut bukan main. "putriku berada di sana?"
"Ya." orang
berpakaian hitam mengangguk. "Kini dia calon isteri Pangeran Tayli, maka
kalau Pek Ih sin Hiap tidak ke markas sam Mo Kauw, mereka pasti...."
"Pasti apa?" tanya
Gouw Han Tiong karena orang berpakaian hitam tidak melanjutkan. " Kalian
ingin membunuhnya?"
"Itu tergantung pada Pek
Ih sin Hiap." sahut orang berpakaian hitam sambil memandang Tio Cie Hiong.
"Beritahukan kepada Sam
Mo Kauwcu, bahwa aku pasti memenuhi undangannya" ujar Tio Cie Hiong
tenang.
Kalau begitu, aku mau mohon
diri," ujar orang berpakaian hitam sambil memberi hormat lalu meninggalkan
tempat itu.
"Cie Hiong" ujar Lim
Peng Hang. "Engkau akan ke sana?"
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk. "sesung-guhnya yang mereka inginkan adalah diriku, maka kalau
aku ke sana, mereka pasti melepaskan Toan Wie Kie, Toan Pit Lian dan Adik sian
Eng."
"Tapi...." Lim Peng
Hang menggeleng-gelengkan kepala.
"Kami akan menyertaimu ke
markas sam Mo Kauw," ujar Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong serentak.
"Ha ha" sam Gan sin
Kay tertawa. "Apakah Bu Lim Ji Khie harus ketinggalan?"
"Masih ada aku,"
sambung Tok Pie sin wan sambil tertawa.
"sudah lama aku tidak
bertarung, kali ini aku harus bertarung sepuas-puasnya."
"omitohud Kami ketua
tujuh partai juga ikut." ujar Hui Khong Taysu.
sementara Lim Ceng Im hanya
diam saja, namun terus memandang Tio Cie Hiong seakan menunggu pendapatnya .
"Terimakasih" ucap
Tio Cie Hiong. "Tapi pendapatku, lebih baik aku pergi seorang diri"
"Mana boleh" sahut sam Gan sin Kay.
"Cie Hiong" Kim
siauw suseng menatapnya.
Kalau engkau pergi seorang
diri, sangat membahayakan dirimu." "omitohud Ada baiknya kami
ikut," sambung Hui Khong Taysu.
"cie Hiong" tambah
Lim Peng Hang serius. "Kay Pang berdiri di belakangmu, artinya kita
menyerbu ke markas sam Mo Kauw."
"Maaf" ucap Tio Cie
Hiong. " Kalau kita semua menyerbu ke sana, yang akan mati duluan Adik
sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya. Ini yang harus dipikirkan jangan bergerak
menuruti emosi, haruslah dipikirkan dengan tenang. Karena itu, lebih baik aku
pergi seorang diri."
Bu Lim Ji Khie dan lainnya
langsung membungkam, sebab apa yang dikatakan Tio Cie Hiong memang masuk akal.
Namun kalau Tio Cie Hiong pergi ke markas sam Mo Kauw seorang diri, itu sangat
membahayakannya.
"Cie Hiong" sam Gan
sin Kay menatapnya dalam-dalam.
engkau pernah bilang bahwa di
sana pasti dipasang berbagai macam jebakan, apakah engkau...."
"jangan khawatir, Kakek
pengemis" Tio Cie Hiong tersenyum sambil memberitahukan. "Bibi-ku
pernah menguraikan tentang berbagai macam jebakan, jadi aku sudah mengerti,
tidak akan celaka dalam jebakan di markas sam Mo Kauw."
"Tapi... tapi...."
Lim Peng Hang terus menerus menggeleng-gelengkan kepala, dan tampak
cemas sekali. Tentu. sebab Tio
Cie Hiong boleh dikatakan calon menantunya. "Tidak usah cemas, Paman"
Tio Cie Hiong tersenyum. "Aku bisa menjaga diri"
"Cie Hiong, katakanlah
engkau dapat melewati jebakan-jebakan itu, tapi bagaimana mungkin engkau
menghadapi Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo?" ujar Kim siauw suseng.
"Apakah engkau sudah
memikirkan itu?"
"Paman sastrawan, aku
sudah memikirkan itu." Tio Cie Hiong memberitahukan.
"Tidak mungkin Empat
Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo akan mengeroyokku, karena Empat Dhalai Lhama
bergerak sesuai dengan semacam formasi, jadi kalau ditambah Bu Lim sam Mo,
mereka bertujuh jualah akan kacau balau, dan mungkin akan saling menyerang. Karena
itu, mereka pasti tidak akan mengeroyokku."
"Kami tahu kepandaianmu
jauh di atas Empat Dhalai Lhama," ujar Sam Gan sin Kay. "Tapi kalau
menghadapi Bu Lim sam bertiga...."
"Kakek pengemis, bukankah
selama ini Kakek pengemis selalu bilang, cuma aku yang dapat
menghadapi Bu Lim sam Mo? Nah,
kini sudah waktunya aku membuat perhitungan dengan Empat Dhalai Lhama dan Bu
Lim sam Mo."
Bu Lim Ji Khie saling
memandang, kemudian mereka manggut-manggut.
"Cie Hiong, engkau harus
berhati-hati" pesan sam Gan sin Kay.
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk.
"Sialan Betul-betul
sialan" caci Kim siauw suseng mendadak dengan wajah penuh kegusaran.
"Memang Memang
sialan" sam Gan sin Kay juga ikut mencaci dengan mata melotot- lotot.
"Kakek mencaci
siapa?" tanya Lim Ceng Im.
"Paman sastrawan mencaci
siapa?" Tanya Tio Cie Hiong. Yang lain pun memandang Bu Lim Ji Khie dengan
penuh keheranan.
"Kami mencaci Lam Hai sin
ceng," sahut Bu Lim Ji Khie serentak.
"Padri keparat itu entah
hilang ke mana, sama sekali tidak berani memunculkan diri"
"Mungkin...," ujar
Tui Hun Lojin. "Lam Hai sin ceng sudah hidup tenang di suatu tempat, maka
tidak mau mengotori tangannya lagi untuk mencampuri urusan persilatan."
"Hm" dengus sam Gan
sin Kay. "Dengan begitu dia kira dirinya bisa naik ke sorga. Padahal pintu
neraka yang sudah terbuka untuk dirinya"
Tio Cie Hiong diam saja, sama
sekali tidak berani memberitahukan tentang Lam Hai sin ceng.
"Cie Hiong, kapan engkau
berangkat?" tanya Lim Peng Hang.
"Besok pagi," sahut
Tio cie Hiong.
"Kakak Hiong" ujar
Lim Ceng Im sambil menundukkan kepala. "Aku ikut ya"
"Adik Im" Tio cie
Hiong tersenyum.
"Engkau tidak boleh ikut,
sebab aku pergi menempuh bahaya, bukan pergi pesiar."
"Kakak Hiong...."
"Adik Im, jangan
membantah" ujar Tio Cie Hiong dan memberitahukan.
"Apabila engkau ikut, aku
pasti celaka."
" Kenapa?" tanya Lim
Ceng Im heran.
"Aku harus terus
melindungimu, sehingga membuat diriku tidak bisa berkonsentrasi, maka aku pasti
celaka. Mengerti? Adik Im"
"Itu... itu...." Lim
Ceng Im mengerutkan kening.
" Cucuku" ujar sam
Gan sin Kay.
",Apa yang dikatakan cie
Hiong memang masuk akal, engkau harus mengerti."
"Ceng Im" sambung
Lim Peng Hang.
Kalau engkau ikut, jelas dia
harus mencurahkan perhatiannya untukmu. Kalau perhatiannya terpecah, bagaimana
akibatnya pasti engkau tahu, kan?"
"Ya." Lim Ceng Im
mengangguk.
"Aku... aku
mengerti."
Bab 33 Terkurung di dalam
ruang batu
Pagi ini, Tio Cie Hiong
berpamit pada semua orang, setelah itu barulah ia mendekati Lim Ceng Im yang
telah membengkak matanya, karena menangis semalaman memikirkan Tio Cie Hiong
yang akan berangkat ke markas sam Mo Kauw.
"Adik Im...." Tio
Cie Hiong menatapnya lembut. "Engkau tidak usah cemas, aku pasti kembali
dengan selamat
Percayalah"
Kakak Hiong...." Air mata
gadis itu tak terbendung lagi, langsung meleleh membasahi pipinya. "Adik
Im" Tio Cie Hiong membelainya. "Jangan menangis, tersenyumlah"
Bukannya tersenyum, Lim Ceng
Im malah menangis tersedu-sedu, sehingga air matanya berderai-derai.
" Cucuku" sam Gan
sin Kay menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak baik engkau
mengantar Cie Hiong dengan air mata. Engkau harus yakin Cie Hiong pasti kembali
dengan selamat"
"Kakek...." Lim Ceng
Im langsung mendekap di dada sam Gan sin Kay.
"Engkau harus tenang, itu
merupakan dukungan bagi Cie Hiong" bisik sam Gan sin Kay.
Mendadak Lim Ceng Im berhenti
menangis, kemudian mendekati Tio Cie Hiong sambil tersenyum.
"Kakak Hiong, doaku
selalu menyertaimu," ucapnya.
"Terimakasih, Adik
Im" Tio Cie Hiong membelainya.
Ternyata Lim Ceng Im telah
mengambil keputusan, apabila Tio Cie Hiong mati di markas sam Mo Kauw, maka ia
akan membunuh diri Dengan adanya keputusan tersebut, gadis itu menjadi tenang.
"cie Hiong" Gouw Han
Tiong menghampirinya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "sian Eng telah
menyusahkanmu."
"Paman jangan berkata
begitu" Tio Cie Hiong tersenyum.
"Aku memang harus membuat
perhitungan dengan mereka. Adik sian Eng tidak bersalah dalam hal ini.
Mudah-mudahan mereka akan melepaskan adik sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya
setelah aku tiba di markas itu."
"cie Hiong...." Tui
Hun Lojin memegang bahunya. "Aku yakin engkau pasti kembali dengan
selamat."
"Terimakasih atas
dukungan Kakek" ucap Tio Cie Hiong, lalu melangkah pergi. semua orang
mengantarnya sampai di luar markas pusat Kay Pang.
Tio Cie Hiong membalikkan
badannya. Ia menjura kepada semua orang, lalu memandang Lim Ceng Im sambil
tersenyum lembut, setelah itu mendadak melesat pergi menggunakan ginkang.
" Kakak Hiong..."
teriak Lim Ceng Im. Akan tetapi, Tio Cie Hiong sudah tidak kelihatan.
"Nak...." Lim Peng
Hang memegang bahu Lim Ceng Im. "Jangan khawatir, dia pasti pulang
dengan selamat"
"Ayah" Lim Ceng Im
langsung mendekap di dada Lim Peng Hang.
"Dia... dia seorang diri
pergi menempuh bahaya, sebaliknya kita semua malah cuma berdiam diri."
"Nak" Lim Peng Hang
menggeleng-gelengkan kepala, lalu mengajaknya ke dalam, dan yang lain pun
mengikuti dari belakang.
Mereka semua duduk di ruang
depan dengan mulut membungkam, sehingga suasana menjadi hening sekali.
"Ayah" ujar Lim Peng
Hang kepada sam Gan sin Kay. "Apakah kita semua diam saja?"
"Aaakh..." sam Gan
sin Kay menghela nafas. "Apa yang bisa kita lakukan?"
"Kita harus berpikir
tentang itu," ujar Kim siauw Suseng. "Kita semua tidak bisa duduk
diam." "Benar." Tui Hun Lojin manggut-manggut.
"Ayah" ujar Lim Ceng
Im mendadak. "Aku punya usul, bolehkah aku mengemukakannya?"
"Nak, apa usulmu?" tanya Lim Peng Hang.
"Begini...," jawab
Lim Ceng Im memberitahukan. "Kita susul Kakak Hiong...."
"Itu...." Lim Peng
Hang menggeleng-gelengkan kepala.
"Bukankah dia tadi telah
berpesan? Kalau kita susul dia...."
"Usui Ceng Im bisa
diterima," ujar Kim siauw suseng mendadak. "Aku setuju mengenai
usulnya."
"Eh?" sam Gan sin
Kay menatapnya. "sastrawan sialan, engkau ingin membuat keruh urusan
ini?"
"Aku justru ingin
menjernihkannya," sahut Kim siauw suseng dan melanjutkan dengan wajah
serius.
"Aku tahu maksud Ceng Im,
dia menghendaki kita menyusul cie Hiong bukan untuk menyerbu ke dalam markas
sam Mo Kauw, melainkan menunggu di luar. ceng Im, maksudmu begitu, kan?"
"Betul." Lim Ceng Im
mengangguk.
"Nah" ujar Kim siauw
suseng. "Bukankah usul itu tepat?"
"Tidak salah." sam
Gan sin Kay manggut-manggut.
Kalau begitu, mari kita
berangkat ke markas sam Mo Kauw ujar Lim Peng Hang dan menambahkan.
"Aku akan memilih puluhan
pengemis handal untuk ikut."
" Kupikir itu tidak
perlu," ujar Kim siauw suseng.
"sebab kita ke sana
secara diam-diam, jadi jangan sampai pihak sam Mo Kauw mengetahui kehadiran
kita di sana."
"Jadi cukup kita-kita
saja?" tanya sam Gan sin Kay.
"Ya." Kim siauw
suseng mengangguk. "Kita menunggu di luar markas sam Mo Kauw, siapa yang
keluar dari markas itu, kita habiskan saja" sam Gan sin Kay
manggut-manggut.
"Memang harus
begitu"
"omitohud" ucap Hui
Khong Taysu. "Kamu ketua tujuh partai juga ikut"
"Terima kasih" ucap
Lim Peng Hang, kemudian memandang putrinya. "Nak...."
"Ayah, biar bagaimana pun
aku harus ikut," sahut Lim ceng Im cepat. "Kalau aku tidak diizin-kan
ikut...."
engkau boleh ikut," ujar
sam Gan sin Kay, kemudian memandang semua orang. "Mari kita berangkat
sekarang"
ooo)00000(ooo
sementara itu, Tio Cie Hiong
sudah tiba di depan istana Thian Mo atau markas sam Mo Kauw.
Belasan orang berpakaian hitam
segera menghampirinya, dan memberi hormat.
"Pek Ih sin Hiap
dipersilakan masuk" ujar salah seorang dari mereka.
"Terimakasih" ucap
Tio Cie Hiong, lalu melangkah ke dalam tanpa merasa gentar sedikit pun.
setelah melangkah ke dalam,
Tio Cie Hiong melihat sebuah aula, dan beberapa orang duduk di situ. Mereka
adalah Bu Lim sam Mo, Empat Dhalai Lhama, Im Yang Hoatsu dan Ku Tek Cun.
Begitu melihat Ku Tek Cun, ia
terbelalak seketika, sedangkan Ku Tek Cun tersenyum-senyum.
"Bu Lim sam Mo, aku sudah
datang." ujar Tio Cie Hiong. "Maka kuharap kalian melepaskan Gouw
sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya"
"Ha ha ha" Tang Hai
Lo Mo tertawa gelak. "Selamat datang Pek Ih sin Hiap Kami sungguh kagum
akan keberanianmU"
"Bu Lim sam Mo Cepat
lepaskan mereka" tandas Tio cie Hiong.
"Itu gampang" Thian
Mo tertawa terbahak-bahak. "Duduklah, mari kita bercakap-cakap dulu
sebentar"
Tio Cie Hiong mengangguk.
sungguh mengagumkan karena pemuda itu tampak begitu tenang.
"Pek Ih sin Hiap"
ujar Tang Hai Lo Mo. "Terus terang, kami sangat kagum akan kepandaianmu.
oleh karena itu, kami berminat mengangkat engkau sebagai wakil Kauwcu. Apakah
engkau setuju?"
"Terimakasih atas
penghargaan kalian, tapi...." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan
"Engkau tidak
setuju?" tanya Te Mo bernada tidak senang.
"seharusnya aku setuju,
tapi kedua orang tuaku dan kakakku telah mati. itulah yang menyebabkan aku
tidak bisa setuju."
"Apa hubungannya dengan
penawaran kami?" tanya Tang Hai LoMo heran.
Kedua orang tuaku mati di
tangan kalian bertiga. Kakakku mati di tangan Empat Dhalai Lhama,Jadi bagaimana
mungkin aku akan menerima penawaran itu?"
"siapa kedua orang
tuamu?" tanya Thian Mo sambil mengerutkan kening.
"Hui Kiam Bu Tek dan sin
Pian Bi jin," sahut Tio Cie Hiong sambil menatap tajam pada Bu Lim sam Mo.
"Itu karena Kotak
Pusaka." Tang Hai Lo Mo memberitahukan. " Lagi pula siapa pun ingin
merebut Kotak Pusaka itu, tentunya juga akan membunuh kedua orang tuamu.
sebelum kami membunuh mereka, sekujur badan mereka telah terluka parah."
Kalau kalian hanya menghendaki
Kotak Pusaka itu, kenapa harus membunuh kedua orang tuaku?" tanya Tio cie
Hiong dengan kening berkerut.
"Itu terpaksa,"
sahut Tang Hai Lo Mo. "sebab kedua orang tuamu terus-menerus
mempertahankan Kotak Pusaka itu."
Kedua orang tuaku mati di
tangan kalian, tentunya kalian pun tahu aku harus bagaimana, kan?" ujar
Tio Cie Hiong dingin.
"Ha ha ha" Tang Hai
Lo Mo tertawa gelak. "Engkau ingin menuntut balas?"
"Membuat perhitungan
dengan kalian." sahut Tio Cie Hiong.
"Mari kita
bertarung"
"Ha ha ha" Tang Hai
Lo Mo tertawa lagi. "Bagus Bagus...."
Pada waktu bersamaan, mendadak
tempat duduk Tio Cie Hiong merosot ke bawah. Ternyata lantai di bawah tempat
duduk itu telah terbuka, dan Tio Cie Hiong terlambat untuk meloncat ke atas.
Tak seberapa lama kemudian,
barulah kaki Tio Cie Hiong menginjak dasar lubang. la menengok ke sana ke mari,
ternyata dirinya berada di sebuah ruangan kecil.
Tio cie Hiong berdiri diam.
Berselang sesaat, dinding ruang itu bergerak, lalu tampaklah sebuah pintu. Tio
Cie Hiong memandang ke dalam. Dilihatnya sebuah ruangan yang tidak begitu
gelap.
Perlahan-lahan Tio Cie Hiong
mendekati pintu itu, lalu berdiri di situ dan memandang ke dalam lagi dengan
penuh perhatian. Lantai ruangan itu rata, dan dindingnya tampak biasa.
Tio Cie Hiong mengerahkan
lweekangnya agar badannya jadi ringan, setelah itu barulah ia melangkah ke
dalam ruang tersebut. Begitu memasuki ruang itu, dinding yang merupakan pintu
itu tertutup kembali. Tio cie Hiong berdiri di tengah-tengah ruang itu, tetapi
telah mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kangnya untuk melindungi dirinya.
Lama sekali Tio Cie Hiong
berdiri di situ. Ketika ia baru mau melangkah, mendadak lantai itu bergerak dan
muncullah lima buah patung tembaga mengurungnya.
la menatap tajam pada kelima
patung tembaga itu. Di saat bersamaan kelimapatung tembaga itu bergerak
menyerangnya. Tio Cie Hiong segera berkelit, namun kelima patung tembaga itu
tetap mengurungnya. Ternyata lima patung tembaga itu bergerak sesuai dengan
semacam formasi.
Tio Cie Hiong tahu, bahwa
percuma ia balas menyerang, maka ia terus berkelit sambil memperhatikan kelima
patung tersebut.
Berselang sesaat, ia melesat
ke atas sekaligus menginjak kepala kelima patung tembaga. sudah barang tentu
patung-patung itu menjadi rusak tidak karuan, dan seketika kelima-limanya tak
bergerak lagi.
Tio Cie Hiong tersenyum. Di
saat itu pula dinding di ruangan itu bergerak dan tampak sebuah pintu. la
mendekati pintu itu, lalu memandang ke dalam. Ternyata ruangan di balik pintu
berupa sebuah terowongan.
Tio Cie Hiong tidak berani
sembarangan masuk. melainkan terus memperhatikan terowongan itu Lantai terowongan
itu berpetak-petak. begitu pula dindingnya.
setelah memperhatikan
terowongan itu, Tio Cie Hiong tahu bahwa ruangan itu merupakan sebuah jebakan
maut.
Karena itu, ia tidak langsung
masuk, melainkan terlebih dahulu memungut sebuah batu kecil lalu
digelindingkannya di lantai terowongan. Ternyata batu itu menimbulkan suara
"Derrrrk".
Tiba-tiba lantai itu bergerak.
dan seketika dari empat penjuru meluncur ribuan anak panah. Menyaksikan itu,
Tio Cie Hiong menarik nafas dalam-dalam. Apabila tadi langsung masuk. walau
berkepandaian tinggi, belum tentu ia dapat berkelit.
Jarak dari tempat ia berdiri
sampai ujung terowongan itu, kira-kira sepuluh depa. Karena bukan di tempat
terbuka, maka sulit baginya menggunakan ginkang ke ujung terowongan.
Tio Cie Hiong terus berpikir,
akhirnya menemukan jalan untuk mencapai ujung terowongan, yakni dengan cara
melesat ke atas, sepasang tangannya menempel di langit-langit, lalu melesat
lagi ke dinding dan sekaligus menendang dinding sehingga badannya melesat ke
atas lagi, sepasang tangannya menekan langit-langit lagi, maka badannya
melayang ke arah dinding, sepasang kakinya menendang dinding, akhirnya
sampailah di ujung terowongan.
Akan tetapi, mendadak lantai
yang diinjaknya bergerak, sehingga badannya terperosok ke bawah, kemudian
lantai itu pun tertutup kembali.
Tio cie Hiong tidak bisa
melihat apa-apa, sebab tempat itu gelap sekali. setelah kakinya menginjak
dasar, ia berdiri diam di tempat. Ber-selang sesaat kemudian, ia mengibaskan
lengan bajunya ke sana ke mari, tapi tidak terjadi apa pun, pertanda di ruang
itu tidak terdapat jebakan. Barulah ia melangkah mendekati dinding, sekaligus
mengetuknya .
Ternyata dinding itu terbuat
dari batu yang amat tebal, sehingga tidak mungkin dapat dihancurkan dengan
Iweekang. satu hal yang mengejutkannya, yakni di ruangan itu tiada udara.
Tio Cie Hiong bisa bertahan,
beberapa hari dengan mengerahkan pan Yok Hian Thian sin Kang, tapi lewat dari
itu tentunya ia tidak bisa bernafas. Itu yang mencemaskannya.
Diperhatikannya seluruh
ruangan itu, sama sekali tiada jalan ke luarnya. Akhirnya ia duduk bersila di
tengah-tengah ruang batu itu, lalu mengerahkan pan Yok Hian Thian sin Kang-nya.
Berselang beberapa saat
kemudian, mendadak keningnya tampak berkerut. Ternyata ia mendengar suara.
Kreeek "
Tak lama setelah itu, terlihat
ada cahaya menerobos ke dalam. sungguh di luar dugaannya, karena muncul sebuah
lubang di dinding.
"Pek Ih sin Hiap silakan
masuk ke lubang ini" Terdengar suara tetapi lirih.
Tio cie Hiong segera masuk.
seketika ia terbelalak. karena di situ merupakan sebuah ruangan pula. Tampak
seorang berpakaian hitam berdiri di situ sambil tersenyum, lalu menjura pada
Tio cie Hiong.
"Selamat bertemu, Pek Ih
sin Hiap"
"Anda...." Tio cie
Hiong tercengang.
orang itu tersenyum lagi,
kemudian kakinya menekan lantai dan lubang itu tertutup kembali.
"Pek Ih sin Hiap jangan
salah paham" ujar orang itu "Aku memang sengaja menjadi anggota sam
Mo Kauw."
"oh? Nama Anda?"
tanya Tio Cie Hiong.
"Namaku Lam Kiong Bie
Liong." orang itu memberitahukan.
"Lam Kiong Bie
Liong?" Tio Cie Hiong agak tersentak, sebab keluarga Lam Kiong sangat
terkenal dalam rimba persilatan, ahli senjata rahasia dan ahli membuat berbagai
jebakan.
"Anda berasal dari
keluarga Lam Kiong yang sangat terkenal itu?"
"Lam Kiong Hujin adalah
ibuku." orang itu memberitahukan.
"oooh" Tio Cie Hiong
manggut-manggut sambil menatapnya. orang itu masih muda dan tampan.
"Pek Ih sin Hiap...."
"Namaku Tio Cie
Hiong."
"saudara Tio" Lam
Kiong Bie Liong memandangnya kagum. "Engkau memang hebat, dapat melewati
dua jebakan itu dengan selamat"
"Tapi aku tak berkutik di
dalam ruang batu itu. Kalau saudara Lam Kong tidak menyelamatkan aku, mungkin
aku akan mati di dalam." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.
"Itu merupakan ruang batu
yang mematikan, tapi Bu Lim sam Mo justru tidak tahu di ruang batu itu terdapat
sebuah lubang rahasia," ujar Lam Kiong Bie Liong sambil tertawa.
"Kok saudara Lam Kiong
tahu?" Tio Cie Hiong heran.
"Sebab yang membuat
berbagai jebakan di sini pamanku." Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.
"sebelum berangkat ke
mari, pamanku telah meninggalkan selembar gambar mengenai berbagai jebakan di
sini. Di samping itu, tanpa setahu Bu Lim sam Mo, pamanku juga membuat lubang
dan pintu rahasia lain dijalan jebakan-jebakan tersebut."
"oooh" Tio Cie Hiong
manggut-manggut. "saudara Tio, di mana pamanmu?"
"Sudah mati di tangan Bu
Lim Sam Mo, begitu pula para pekerja lain." Lam Kiong Bie Liong
memberitahukan sambil berkertak gigi.
"Bu Lim sam Mo membunuh
pamanku dan para pekerja lain itu, agar rahasia jebakan-jebakan di sini tidak
diketahui orang luar. Tapi Bu Lim sam Mo justru tidak menduga, kalau pamanku
telah meninggalkan selembar gambar mengenai semua jebakan yang ada di sini."
" Karena itu, engkau
masuk jadi anggota sam Mo Kauw?" tanya Tio cie Hiong.
"Ya." Lam Kiong Bie
Liong mengangguk. "lbu mengutusku ke mari, baru beberapa bulan aku jadi
anggota sam Mo Kauw."
"oh?" Tio cie Hiong
tercengang. "sebelum-nya engkau berada di mana?"
"Di rumah." Lam
Kiong Bie Liong memberitahukan.
"Pada waktu pamanku
dibawa ke mari, aku sedang mempelajari semacam ilmu pedang. setelah berhasil,
ibuku mengutusku ke mari untuk membunuh Bu Lim sam Mo. Tapi...."
" Kenapa?"
"Bagaimana mungkin aku
mampu membunuh mereka? Kepandaian mereka begitu tinggi, tapi aku tidak putus
asa, sebab aku sudah mendengar tentang dirimu dan yakin engkau akan ke mari.
oleh karena itu, aku menunggumu dengan sabar."
"oooh" Tio Cie Hione
manggut-manggut.
"Terimakasih, saudara Lam
Kiong"
"sama-sama" Lam
Kiong Bie Liong tersenyum.
"ohya, engkau tahu
tentang Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya disandera di sini?"
"Tahu."
"Engkau tahu mereka
dikurung di mana?"
"Tahu." Lam Kiong
Bie Liong mengangguk. "Mereka aman, maka aku tidak berusaha menolong
mereka, sebab aku harus menunggumu. Lagipula kalau aku menolong mereka bertiga,
mungkin akan menimbulkan hal lain."
"Benar." Tio Cie
Hiong manggut-manggut dan bertanya. "ohya, engkau tahu Empat Dhalai Lhama
dan Bu Lim sam Mo berada di mana?"
"Tahu." Lam Kiong
Bie Liong mengangguk lagi.
"Mereka berada di ruang
rahasia."
"Ruang rahasia
mana?" tanya Tio Cie Hiong.
Lam Kiong Bie Liong
memberitahukan, kemudian menambahkan pula.
"Aku akan merusak semua
jebakan, jadi engkau gampang menemui mereka. Tapi Bu Lim sam Mo berkepandaian
tinggi sekali, sedangkan Im Yang Hoatsu mahir ilmu sesat, maka engkau harus
berhati-hati"
"Ya."
"Setelah merusak semua
jebakan, aku akan membawa Nona Gouw, Toan wie Kie dan adiknya meninggalkan
markas sam Mo Kauw ini."
"Terima kasih" ucap
Tio Cie Hiong.
"sama-sama" sahut
Lam Kiong Bie Liong sambil tersenyum.
"ohya, apabila pintu
ruang ini terbuka, pertanda aku telah membawa pergi mereka bertiga, maka engkau
boleh meninggalkan ruang ini menuju ruang rahasia yang kuberitahukan
tadi."
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk.
"saudara Tio, sampai
jumpa" ucap Lam Kiong Bie Liong, kemudian tangannya menekan dinding, dan
tak lama dinding itu terbuka. sebelum pergi ia berpesan lagi.
Kalau pintu ini terbuka lagi
nanti, engkau boleh keluar." "Terimakasih, saudara Lam Kiong"
ucap Tio Cie Hiong.
Lam Kiong Bie Liong masuk ke
pintu itu, dan tak lama pintu itu tertutup kembali. Tio Cie Hiong masih berdiri
di situ, tetapi hatinya merasa lega karena bertemu Lam Kiong Bie Liong. Kalau
tidak, entah apa yang akan terjadi?
sementara Gouw sian Eng, Toan
wie Kie dan adiknya berjalan mondar-mandir di dalam kamar, mendadak mereka
mendengar suara "Kreeek". Lantai kamar itu terbuka sedikit. Betapa
terkejutnya mereka bertiga, apalagi muncul seorang berpakaian hitam dari lubang
lantai itu. Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya sudah siap menyerang orang
itu.
"sabar sabar" ujar
orang itu. "Tio Cie Hiong menyuruhku ke mari untuk membawa kalian
pergi."
"oh?" Toan wie Kie
terbelalak. "Tapi Anda...."
"Namaku Lam Kiong Bie Liong,
cepatlah kalian ikut aku" Ternyata orang itu Lam Kiong Bie Liong.
Gouw sian Eng, Toan Wie Kie
dan Toan pit Lian saling memandang, kemudian mereka mengangguk.
engkau bernama Lam Kiong Bie
Liong?" tanya Toan pit Lian sambil menatapnya. Ketika dilihatnya orang itu
masih muda dan tampan, seketika wajahnya berubah kemerah-merahan.
"Benar." Lam Kiong
Bie Liong manggut-manggut.
"Barusan aku yang memberitahukan.
Ayo, mari ikut aku ke luar melalui lubang itu"
Lam Kiong Bie Liong segera
meloncat ke dalam lubang itu, lalu Toan wie Kie, Gouw sian Eng dan Toan pit
Lian mengikutinya. setelah mereka meloncat ke dalamnya, lubang itu tertutup
kembali.
Ternyata lubang itu merupakan
sebuah terowongan panjang. Lam Kiong Bie Liong terus melangkah, dan mereka
bertiga terus mengikutinya dari belakang.
"Kakak Kie, Lam Kiong Bie
Liong itu sangat tampan," bisik Gouw sian Eng.
"Tadi wajah Kakak Lian
kelihatan kemerah-merahan, mungkin tertarik padanya."
"Pemuda itu kelihatan
baik dan tampan, tapi...." Toan wie Kie mengerutkan kening. "Entah
dia
sudah punya isteri apakah
belum?"
"Kakak Kie, akupunya akal
untuk bertanya kepadanya." bisik Gouw sian Eng.
"oh?" Toan wie Kie
tersenyum-senyum.
"saudara Lam Kiong"
ujar Gouw sian Eng.
"Kenapa engkau mau
menjadi anggota sam Mo Kauw?"
"Akan kuberitahukan
nanti," jawab Lam Kiong Bie Liong.
"ohya, saudara Lam
Kiong" tanya Gouw sian Eng mendadak.
"Isterimujuga di
sini?" Lam Kiong Bie Liong tersenyum. "Aku belum punya isteri."
"Setahuku, keluarga Lam
Kiong sangat terkenal. Mungkin engkau sudah mempunyai tunangan atau
kekasih," ujar Gouw sian Eng sambil tersenyum.
"sama sekali tidak
punya," sahut Lam Kiong Bie Liong.
"ohya, kalau tidak salah,
Nona Gouw adalah calon isteri Pangeran Toan ini, bukan?"
"Betul," sahut Toan
pit Lian. "Dia calon isteri kakakku."
"Mereka berdua memang
pasangan yang serasi." Lam Kiong Bie Liong tersenyum. "saudara Lam
Kiong" ujar Toan wie Kie mendadak. "Adikku ini belum punya kekasih
lho" "oh?" Lam Kiong Bie Liong kelihatan girang sekali.
"Tadi aku mengira Tayli
Kongcu sudah mempunyai suami atau kekasih, ternyata belum...."
"Soalnya dia belum ketemu
pemuda idaman hatinya." Gouw sian Eng memberitahukan.
"oh?" Lam Kiong Bie
Liong memandang Toan Pit Lian.
"Tayli Kongcu, kita...
kita jadi teman ya"
"Jangan memanggilku Tayli
Kongcu, panggil saja namaku" sahut Toan Pit Lian dengan wajah
kemerah-merahan. " Nama ku Toan pit Lian."
"Toan pit Lian" Lam
Kiong Bie Liong mang-gut-manggut. "Nama yang indah sekali...."
"Adikku pun sangat
cantik," sambung Toan wie Kie sambil tertawa.
"Kak...." Toan pit
Lian melotot.
Berselang beberapa saat
kemudian, mereka sudah sampai di ujung terowongan itu Lam Kiong Bie Liong
menghentikan langkahnya, lalu mendekati dinding terowongan, dan tangannya
menekan sesuatu.
"Bie Liong, apa yang kau
lakukan?" tanya Toan pit Lian heran.
"setelah aku menekan
tombol itu, semua jebakan di dalam markas sam Mo Kauw akan rusak." Lam
Kiong Bie Liong memberitahukan.
"oooh" Toan pit Lian
manggut-manggut
"saudara Lam Kiong,
bagaimana Tio Cie Hiong?" tanya Toan wie Kie.
"Pintu rahasia ruang batu
itu akan terbuka, dia akan keluar," jawab Lam Kiong Bie Liong
memberitahukan, kemudian kakinya menginjak sebuah batu kecil. Kreeek
Dinding terowongan itu
terbuka, lalu tampak cahaya menerobos ke dalam, dan Lam Kiong Bie Liong
tersenyum. "Mari kita keluar" ujarnya.
Bab 34 Pertarungan mati hidup
sementara itu, Tio Cie Hiong
terus menunggu dengan sabar, tiba-tiba pintu rahasia di dinding terbuka. la
segera melangkah ke luar, Ternyata dirinya berada di sebuah koridor.
Tio Cie Hiong memperhatikan
dinding di koridor itu. Dilihatnya sebuah tombol lalu ditekannya. Kemudian
dinding itu terbuka dan tampak beberapa orang berada di dalamnya. Mereka adalah
Empat Dhalai Lhama danBu Lim sam Mo.
"Ha ha ha" Tang Hai
Lo Mo tertawa gelak. "Pek Ih sin Hiap, engkau memang hebat"
"Bu Lim sam Mo"
bentak Tio Cie Hiong. "Kini udah saatnya kita bertarung"
"Tidak salah" sahut
Thian Mo. "Tapi sebelumnya engkau harus menghadapi Empat Dhalai Lhama itu
dulu"
"Baik" Tio Cie Hiong
mengangguk. "Kalian berempat, majulah"
Empat Dhalai Lhama itu
langsung mengurung Tio Cie Hiong dengan sepasang roda bergerigi di tangan.
"serang" seru Dhalai
Lhama jubah merah.
seketika meluncur delapan roda
bergerigi ke arah Tio cie Hiong. Pemuda itu tertawa panjang sambil berkelit.
Empat Dhalai Lhama terus
menyerang dengan senjata tersebut, bahkan sekali-sekali menyerang dengan
pukulan.
Tio Cie Hiong tetap berkelit
menggunakan Kiu Kiong san Tian Pou. sedangkan Bu Lim sam Mo menyaksikan
pertarungan itu dengan penuh perhatian.
Tak terasa pertarungan mereka
sudah belasan jurus. Empat Dhalai Lhama itu menyerang dengan jurus -jurus yang
mematikan, dan bergerak sesuai dengan semacam formasi.
Ternyata mereka berempat terus
berlatih setelah sembuh, karena mereka berempat pernah dikalahkan Tio Cie
Hiong.
Mendadak Tio Cie Hiong
membentak keras, lalu mulai mengeluarkan ilmu ciptaannya, yaitu Bit Ciat sin ci
(Jari sakti Pemusnah Kepandaian), Man Thian sing sing (Bintang-Bintang
Bertaburan Di Langit).
seketika semua senjata keempat
Dhalai Lhama itu terpental. Di saat bersamaan, Tio Cie Hiong pun menyerang
mereka dengan jurus cian ci sao Te (Ribuan Jari Menyapu Bumi), Tampak jari
tangan Tio Cie Hiong berkelebatan laksana kilat, bahkan memancarkan cahaya
putih mengarah pada keempat Dhalai Lhama. "Aakh..." Terdengar suara
jeritan.
Keempat Dhalai Lhama roboh
dengan mulut menyemburkan darah segar. Mereka ingin bangkit berdiri, tapi sudah
tak bertenaga lagi.
"Aku mengampuni nyawa
kalian, namun kepandaian kalian telah musnah" ujar Tio Cie Hiong dingin
dan menambahkan.
"sebaiknya kalian
berempat segera kembali ke Tibet"
Keempat Dhalai Lhama diam
saja, sebab mereka sudah tidak mampu membuka mulut. Ketika mereka berempat
roboh, wajah Bu Lim sam Mo tampak berubah, karena tidak menyangka kalau Tio Cie
Hiong berkepandaian begitu tinggi, hanya belasan jurus sudah merobohkan keempat
lawannya.
"Bu Lim sam Mo" Tio
Cie Hiong menatap mereka bertiga dengan dingin.
"Kini giliran
kalian"