Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 23

Baca Cersil Mandarin Online: Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 23
Bagian 23

"Kak Lian" Gouw sian Eng menggelengkan kepala.

"Kenapa engkau begitu tega?"

"Itu bukan masalah tega tidaknya," sahut Toan pit Lian sambil tersenyum.

"Kelinci liar memang boleh untuk dimakan. Apa kah engkau tidak pernah makan daging kelinci?"

"Tidak." Gouw sian Eng menggelengkan kepala lagi. "Terus terang, aku tidak tega. sebab kelinci termasuk binatang jinak."

"Engkau pernah makan ayam kan?" tanya Toan pit Lian.

"Tentu." Gouw sian Eng mengangguk.

"Nah, itu berarti sama," ujar Toan pit Lian sambil tertawa geli, kemudian mendadak keningnya berkerut.

"Terus terang, hingga saat ini aku masih merasa penasaran."

"Penasaran kenapa?" tanya Gouw sian Eng heran.

"Itu... Tio Cie Hiong," sahut Toan pit Lian dengan wajah agak memerah.

"Adik" Toan wie Kie menggeleng-geleng-kan kepala. "Engkau masih teringat akan pemuda itu?" "Ya." Toan pit Lian mengangguk.

"Adik" Toan wie Kie menghela nafas. "Dia sudah berterus terang bahwa dia sudah punya kekasih, kenapa engkau masih...."

"Kak" Toan pit Lian tampak tidak senang. "Aku ingat dia sebagai teman baik dan sebagai seorang kakak. Apakah itu tidak boleh?"

"Tentu boleh." Toan wie Kie tersenyum. "Lalu kenapa engkau masih merasa penasaran?"

"Aku merasa penasaran karena belum berkenalan dengan kekasihnya. Kalau kekasihnya ternyata gadis baik, cantik dan lemah lembut, aku tidak penasaran lagi." ToanPit Lian memberitahukan.

"oooh" Toan wie Kie manggut-manggut.

Kalau kita sudah sampai di markas pusat Kay Pang, dia pasti memperkenalkan kekasihnya. Nah, engkau boleh menilai kekasihnya itu."

"Kak Lian" sela Gouw sian Eng sambil tersenyum. "Siapa tahu kali ini engkau akan bertemu pemuda tampan yang baik pula."

"Benar, Dik." Toan wie Kie memandang Toan pit Lian sambil tersenyum.

"Ihhh" Wajah Toan pit Lian kemerah-merahan. "Memangnya aku sudah ingin menikah seperti kalian?"

"Engkau sudah dewasa, tentunya harus menikah," ujar Toan wie Kie dan menambahkan.

"Apabila nanti engkau bertemu pemuda idaman hatimu, aku akan mewakili orang tua kita untuk melamarnya untukmu."

"Kak...." Toan Pit Lian membanting-banting kaki. "Jangan mengada-ada"

"Dik" Toan wie Kie menatapnya lembut. "Kalau engkau tidak membawa sian Eng ke Tayli, mungkin aku masih...."

"Nah" Toan pit Lian tertawa. "Engkau harus berterimakasih kepadaku"

"Karena itu...," ujar Toan wie Kie sungguh-sungguh.

"Apabila engkau bertemu pemuda idaman hati, aku pasti akan membantumu." "

"Kakak...." Wajah Toan pit Lian memerah lagi karena tersipu, kemudian menundukkan wajahnya

dalam-dalam.

"ohya Adik sian Eng" Tanya Toan wie Kie. "Kira-kira berapa hari lagi kita akan sampai di markas pusat Kay Pang?"

Kalau kita melakukan perjalanan siang malam, mungkin dua tiga hari kita akan sampai di sana." Gouw sian Eng memberitahukan.

Toan wie Kie manggut-manggut. "Adik sian Eng, bagaimana kalau kita melakukan perjalanan siang malam?"

"Baik," Gouw sian Eng mengangguk.

"Kak" goda Toan pit Lian sambil tersenyum, " ingin cepat-cepat bertemu calon mertua ya" "Kira-kira begitulah," sahut Toan wie Kie dan tertawa pula.

Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" ajak Toan pit Lian. Mereka bertiga lalu melanjutkan perjalanan.

Di istana Thian Mo atau markas sam Mo Kauw, sedang berlangsung pembicaraan serius, namun wajah mereka tampak diliputi keheranan.

"Aku tidak habis pikir..." ujar Tang Hai Lo Mo sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa Kay Pang masih beium menyerbu ke mari?"

"Mungkin mereka sudah tahu akan rencana kita," sahut Thian Mo.

"Kalau begitu, lebih baik kita menyerang ke sana." ujar Te Mo dan menambahkan dengan wajah gusar. "Ketua Hwa san dan ketua Kun Lun telah bergabung dengan Kay Pang, kita harus menghabiskan mereka."

"Dua hari yang lalu, ketua GoBie, Khong Tong dan ketua swatsan juga ke markas pusat Kay Pang." Ku Tek Cun memberitahukan.

"Ke-tiga ketua itu pun bergabung dengan Kay Pang."

"Bagus Bagus Kalau begitu, kita harus menghabiskan mereka semua" Tang Hai Lo Mo tertawa seram.

"Padahal partai-partai itu telah takluk kepada kita, tapi secara diam-diam mereka malah bergabung dengan Kay Pang."

"Sudah waktunya kita menyerang mereka," ujar Te Mo dan menambahkan.

"Aku dan Thian Mo menghadapi Pek Ih sin Hiap. Empat Dhalai Lhama menghadapi Bu Lim Ji Khie, Tang Hai Lo Mo menghabiskan para ketua itu, dan Tek cun menghabiskan para pengemis peringkat satu dan dua."

Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "Kalau begitu, besok malam kita serang markas pusat Kay Pang"

"Guru" ujar Ku Tek Cun. "Menurut pendapatku lebih baik kita bersabar beberapa waktu lagi." "Sudah tidak bisa bersabar lagi" sahut Tang Hai Lo Mo.

"Guru harus tahu, keadaan Kay Pang pun seperti kita. Aku yakin mereka pun sudah mulai tidak sabaran seperti guru. Apabila kita dapat mengendalikan emosi untuk bersabar, tidak lama lagi mereka pasti menyerbu ke mari."

"jadi kita harus bersabar berapa lama lagi?" tanya Thian Mo.

"cukup seminggu saja." Ku Tek Cun tertawa. "sebab para ketua pasti mendesak Kay Pang untuk menyerbu ke mari, agar partai mereka bebas dari tekanan kita."

"Ngmm" Bu Lim sam Mo manggut-manggut.

Pada waktu bersamaan, masuklah seorang berpakaian hitam, yang kemudian memberi hormat dan melapor.

Lapor pada Kauwcu Ada tiga orang menuju ke markas Kay pang." "siapa mereka?" tanya Ku Tek Cun.

"Mereka Toan pit Lian, Toan wie Kie dan Gouw sian Eng," jawab orang berpakaian hitam menjelaskan.

"Toan wie Kie dan Toan pit Lian adalah putra-putri Toan Hong Ya di Tayli, sedangkan Gouw sian Eng adalah putri Gouw Han Tiong."

"oh?" Ku Tek Cun tertawa gembira, kemudian berkata kepada guru-gurunya dengan wajah berseri.

"Guru, kesempatan kita sudah datang."

"Maksudmu?" tanya Tang Hai Lo Mo.

"Kita tangkap mereka untuk di jadikan sandera, lalu mengutus seseorang ke Kay Pang," sahut Ku Tek Cun merendahkan suaranya.

"Ha ha ha" Bu Lim sam Mo tertawa gelak. "Guru, bagaimana ideku ini?, tanya Ku Tek Cun.

"Idemu tepat," sahut Tang Hai Lo Mo.

"jadi kita mengutus seseorang ke Kay Pang untuk mengundang Pek Ih sin Hiap ke mari." "Ha ha ha" Thian Mo tertawa terbahak-bahak.

"Kalau dia sudah ke mari, tidak bisa keluar dengan selamat lagi"

"Benar." Te Mo juga tertawa. "setelah itu, barulah kita sapu habis markas pusat Kay Pang." "Kauwcu" sela Dhalai Lhama jubah merah.

"Mereka cukup kita tangkap. jangan dibunuh. sebab kami berempat kenal Toan Hong Ya, lagi pula paman guru kami pernah minta bantuan kepada beliau."

Kalian berempat tidak usah khawatir" Tang Hai Lo Mo tertawa lagi. "Kita undang mereka bertiga ke mari, lalu kita pancing Pek Ih sin Hiap ke sini. Setelah kita membunuh Pek Ih sin Hiap. kita akan melepaskan mereka bertiga."

Kalau begitu, kami berempat akan pergi mengundang mereka bertiga ke mari." ujar Dhalai Lhama jubah merah.

"seandainya mereka tidak mau?" tanya Ku Tek Cun.

"Mereka pasti mau," sahut Dhalai Lhama singkat.

"Baik." Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. " Kalian berempat boleh berangkat sekarang."

"Ya, Kauwcu" Keempat Dhalai Lhama itu mengangguk. kemudian setelah memberi hormat, berangkatlah mereka berempat.

"Hua ha ha" Bu Lim sam Mo tertawa terbahak-bahak. "setelah Pek Ih sin Hiap mati didalam jebakan, berarti sudah saatnya kita menguasai rimba persilatan...."

Toan wie Kie, Toan pit Lian dan Gouw sian Eng memacu kuda masing-masing sambil tertawa-tawa dengan wajah cerah ceria. Akan tetapi, mendadak muncul empat orang di hadapan mereka, sehingga mereka segera menghentikan kuda masing-masing. Keempat orang itu ternyata Em-pat Dhalai Lhama Tibet.

"Maaf" ucap Dhalai Lhama jubah merah.

"Kami berempat telah mengganggu perjalanan Pangeran, putri dan Nona."

"oooh" Toan wie Kie manggut-manggut. "Ternyata kalian berempat Kapan kalian datang di Tionggoan?"

"sudah cukup lama," sahut Dhalai Lhama jubah merah.

"pangeran, Putri dan Nona mau ke mana?"

"Kami mau ke markas pusat Kay Pang," ujar Toan wie Kie sambil tersenyum dan memberitahukan.

"Nona Gouw ini calon isteriku."

"Kami mengucapkan selamat kepada Pangeran" ucap keempat Dhalai Lhama itu serentak sekaligus memberi hormat lagi.

"Terimakasih" ucap Toan wie Kie dan menambahkan. "Kami harus melanjutkan perjalanan." "Maaf, Pangeran" Dhalai Lhama jubah kuning memberi hormat dan berkata. "Kami mengundang Pangeran, putri dan Nona Gouw ke markas sam Mo Kauw."

"oh?" Toan wie Kie mengerutkan kening. " Kenapa kami harus ke sana?"

"Bu Lim sam Mo ingin bertatap muka dengan kalian." Dhalai Lhama jubah kuning memberitahukan.

"Ada urusan apa Bu Lim sam Mo ingin bertatap muka dengan kami?" tanya Toan pit Lian heran. " Kami tidak kenal Bu Lim sam Mo, lagi pula kami harus melanjutkan perjalanan."

"Bu Lim sam Mo ingin membicarakan sesuatu dengan kalian," jawab Dhalai Lhama jubah merah. "Kami harap Pangeran tidak akan menyulitkan kami"

"Seandainya kami tidak mau ke sana?" tanya Toan wie Kie sambil mengerutkan kening.

"Maaf" ucap Dhalai Lhama jubah merah. "Kami kenal baik dengan Toan Hong Ya, tentunya kami tidak akan mencelakai Pangeran, putri dan Nona Gouw. Maka dalam hal kami harap Pangeran tidak akan menyulitkan kami"

Toan wie Kie dan adiknya saling memandang. Mereka tahu apabila mereka tidak menurut, tentunya Dhalai Lhama itu akan menggunakan kekerasan. Agar tidak menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan, akhirnya Toan wie Kie mengangguk. "Baiklah."

"Terimakasih, Pangeran" ucap keempat Dhalai Lhama itu serentak. "Mari ikut kami"

Toan wie Kie, Toan pit Lian dan Gouw sian Eng mengikuti mereka ke markas sam Mo Kauw dengan penuh keheranan, kenapa Bu Lim sam Mo mengundang mereka ke sana? Apa yang akan dibicarakan?

Bu Lim sam Mo menyambut kedatangan mereka bertiga dengan penuh keramahan, sebab Toan Wie Kie dan Toan pit Lian adalah Pangeran dan putri Raja Tayli, sedangkan Gouw sian Eng adalah calon isteri Toan wie Kie.

"Maaf" Ucap Toan wie Kie dan bertanya.

"Ada urusan apa cianpwee bertiga mengundang kami ke mari?"

"Ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa gelak. "Toan Hong Ya sangat terkenal, tentunya kami tidak akan mencelakai kalian, jadi kalian tidak usah khawatir"

"cianpwee" Toan wie Kie mengerutkan kening.

"Kami masih harus melanjutkan perjalanan, cianpwee mau bicara apa, bicaralah setelah itu, kami mau mohon pamit."

"Pangeran" Thian Mo menatapnya sambil tersenyum.

"Kami tahu Pangeran ingin buru-buru menemui calon mertua. Karena itu, kami pun tidak akan menghambat waktu Pangeran, cukup tiga hari kalian bertiga tinggal di sini."

"Cianpwee, itu berarti telah menghambat waktu kami," sahut Toan wie Kie dan mengerutkan kening lagi.

"Hanya tiga hari." Te Mo tertawa gelak. "Itu tidak begitu lama."

" Cianpwee" ujar Toan pit Lian.

"secara tidak langsung cianpwee telah menahan kami, jelaskan apa tujuan cianpwee?"

"Terus terang," sahut Tang Hai Lo Mo. "Tujuan kami mengundang kalian ke mari adalah agar Pek Ih sin Hiap ke mari juga. Kalau kalian tidak berada di sini, bagaimana mungkin Pek Ih sin Hiap akan ke mari?"

"oooh" Toan wie Kie manggut-manggut.

"Kami bertiga di jadikan sandera di sini, begitu kan?"

"Kami terpaksa." Tang Hai Lo Mo tertawa.

"Bu Lim sam Mo sangat terkenal di rimba persilatan Tionggoan, kenapa harus menggunakan cara yang tak terpuji?" ujar Toan pit Lian dan melanjutkan.

"Bukankah merendahkan nama Cianpwee bertiga"

"Tidak salah." Thian Mo manggut-manggut.

"Tapi kalau kami tidak menggunakan cara ini, Pek Ih sin Hiap tidak akan ke mari."

"Cianpwee keliru," sahut Toan pit Lian.

"Kalau Cianpwee mengundang Pek Ih Sin Hiap ke mari, aku yakin dia pasti memenuhi undangan cianpwee."

"Cianpwee" sela Toan wie Kie. "Kami dari Tayli, tidak turut campur urusan persilatan Tionggoan. Maka aku harap. Cianpwee membiarkan kami melanjutkan perjalanan Apabila cianpwee menghendaki Pek Ih sin Hiap ke mari, aku pasti memberitahukan kepadanya."

"Terimakasih, Pangeran" Tang Hai Lo Mo tertawa.

"Kini Pangeran, putri dan Nona Gouw sudah berada di sini, apa salahnya menginap beberapa malam di sini?"

Toan wie Kie tahu, apabila ia berkeras mereka bertiga mungkin akan celaka di tangan Bu Lim sam Mo. oleh karena itu, ia manggut-manggut.

"Baiklah. Tapi tiga hari kemudian, cianpwee harus memperbolehkan kami melanjutkan perjalanan"

"Tentu Tentu" Tang Hai Lo Mo tertawa gelak lalu menyuruh seseorang mengantar mereka ke-sebuah kamar.

setelah memasuki kamar tersebut, orang itu pergi dan pintu kamar langsung tertutup kembali.

Toan wie Kie menengok ke sana ke mart. Kamar itu cukup luas dan terdapat tiga buah ranjang.

"Ini merupakan kamar tahanan," ujar Toan wie Kie dengan suara rendah.

"Kelihatannya Bu Lim sam Mo tidak akan mencelakai kita, hanya menyandera kita untuk memancing Tio Cie Hiong ke mari."

"Heran?" Toan pit Lian menggeleng- gelengkan kepala. "Padahal Bu Lim sam Mo sangat terkenal dan berkepandaian tinggi, kenapa harus memancing Tio cie Hiong ke mari dengan cara ini?"

"Aku yakin..." sahut Toan Wie Kie dengan kening berkerut.

"Di markas ini telah dipasang berbagai macam jebakan, maka kalau Tio Cie Hiong datang...."

"Dia pasti celaka kan?" Wajah Toan Pit Lian berubah. "Berarti kita yang mencelakainya. "

"Adik" ujar Toan Wie Kie sungguh-sungguh. "Tio Cie Hiong berkepandaian begitu tinggi, belum tentu dia akan celaka."

"Benar," sela Gouw sian Eng sambil manggut-manggut.

"Guruku adalah bibinya. Dia pernah mempelajari tentang jebakan-jebakan pada bibinya, maka aku yakin dia dapat melewati jebakan-jebakan di markas sam Mo Kauw ini."

"syukurlah kalau begitu" ucap Toan Wie Kie.

"Aku tetap merasa heran," ujar Toan Pit Lian sambil mengerutkan kening.

" Heran kenapa?" Toan Wie Kie memandangnya.

"Padahal Bu Lim sam Mo boleh menantang langsung pada Tio Cie Hiong, tapi kenapa mereka tidak mau menantang langsung? Apakah mereka bertiga masih bukan tandingan Tio Cie Hiong?" sahut Toan pit Lian dan melanjutkan.

"Apakah kepandaian Tio Cie Hiong sudah begitu tinggi, sehingga nyali Bu Lim sam Mo menjadi ciut untuk menghadapi Tio Cie Hiong?"

"Di rimba persilatan Tionggoan terdapat It ceng Ji Khie dan Sam Mo," ujar Toan Wie Kie dan menambahkan.

"Kepandaian It ceng paling tinggiJi Khie dan Sam Mo boleh dikatakan seimbang, sedangkan Tio cie Hiong...."

Toan Wie Kie menggeleng-gelengkan kepala dan melanjutkan. "Sungguh mengherankan, kenapa kepandaiannya bisa begitu tinggi?"

"Pada waktu itu..." ujar Gouw Sian Eng. "Kakek dan ayahku pun tidak habis pikir tentang Kakak Hiong. Padahal Kakak Hiong tidak mau belajar itmu silat, tapi malah...."

"Kini berkepandaian begitu tinggi. Ya, kan?" sambung Toan Wie Kie sambil tersenyum.

"Ya." Gouw Sian Eng mengangguk.

"Mungkin..." sela Toan Pit Lian. "Itu sudah merupakan takdir, seperti kalian berdua...."

"Kalau begitu...." Gouw Sian Eng tertawa kecil. "Kak Lian juga akan ditakdirkan bertemu pemuda

tampan yang baik dan berkepandaian tinggi." "Mudah-mudahan" sahut Toan Pit Lian dan ikut tertawa iuga.

Wajah Lim Peng Hang ketua Kay Pang tampak serius sekali. Begitu pula Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong, Tok Pie Sin Wan, Tio cie Hiong, Lim ceng Im dan para ketua tujuh partai.

Di hadapan mereka berdiri seseorang berpakaian hitam, yaitu utusan Sam Mo Kauwcu atau Bu Lim sam Mo.

"Jadi sam Mo Kauwcu mengutusmu ke mari?" tanya Lim Peng Hang.

"Ya, Pangcu" orang berpakaian hitam mengangguk. "Aku diutus ke mari untuk menyampaikan sesuatu kepada Pek Ih sin Hiap."

" Engkau ingin menyampaikan apa, beritahukanlah" ujar Tio Cie Hiong.

"sam Mo Kauwcu mengundang Pek Ih sin Hiap ke markas," jawab orang berpakaian hitam memberitahukan.

"Dalam waktu tiga hari, Pek Ih sin Hiap harus sampai di sana."

"Hua ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Mau apa sam Mo undang Pek Ih sin Hiap ke sana?"

"Maaf, aku tidak tahu."

"seandainya Pek Ih sin Hiap tidak bersedia memenuhi undangan sam Mo?" tanya Kim siauw suseng.

"Toan wie Kie, Toan pit Lian dan Gouw sian Eng berada di sana, tentunya Pek Ih sin Hiap tidak akan berkeberatan ke sana," sahut orang berpakaian hitam.

"Apa?" Gouw Han Tiong terkejut bukan main. "putriku berada di sana?"

"Ya." orang berpakaian hitam mengangguk. "Kini dia calon isteri Pangeran Tayli, maka kalau Pek Ih sin Hiap tidak ke markas sam Mo Kauw, mereka pasti...."

"Pasti apa?" tanya Gouw Han Tiong karena orang berpakaian hitam tidak melanjutkan. " Kalian ingin membunuhnya?"

"Itu tergantung pada Pek Ih sin Hiap." sahut orang berpakaian hitam sambil memandang Tio Cie Hiong.

"Beritahukan kepada Sam Mo Kauwcu, bahwa aku pasti memenuhi undangannya" ujar Tio Cie Hiong tenang.

Kalau begitu, aku mau mohon diri," ujar orang berpakaian hitam sambil memberi hormat lalu meninggalkan tempat itu.

"Cie Hiong" ujar Lim Peng Hang. "Engkau akan ke sana?"

"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk. "sesung-guhnya yang mereka inginkan adalah diriku, maka kalau aku ke sana, mereka pasti melepaskan Toan Wie Kie, Toan Pit Lian dan Adik sian Eng."

"Tapi...." Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.

"Kami akan menyertaimu ke markas sam Mo Kauw," ujar Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong serentak.

"Ha ha" sam Gan sin Kay tertawa. "Apakah Bu Lim Ji Khie harus ketinggalan?"

"Masih ada aku," sambung Tok Pie sin wan sambil tertawa.

"sudah lama aku tidak bertarung, kali ini aku harus bertarung sepuas-puasnya."

"omitohud Kami ketua tujuh partai juga ikut." ujar Hui Khong Taysu.

sementara Lim Ceng Im hanya diam saja, namun terus memandang Tio Cie Hiong seakan menunggu pendapatnya .

"Terimakasih" ucap Tio Cie Hiong. "Tapi pendapatku, lebih baik aku pergi seorang diri" "Mana boleh" sahut sam Gan sin Kay.

"Cie Hiong" Kim siauw suseng menatapnya.

Kalau engkau pergi seorang diri, sangat membahayakan dirimu." "omitohud Ada baiknya kami ikut," sambung Hui Khong Taysu.

"cie Hiong" tambah Lim Peng Hang serius. "Kay Pang berdiri di belakangmu, artinya kita menyerbu ke markas sam Mo Kauw."

"Maaf" ucap Tio Cie Hiong. " Kalau kita semua menyerbu ke sana, yang akan mati duluan Adik sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya. Ini yang harus dipikirkan jangan bergerak menuruti emosi, haruslah dipikirkan dengan tenang. Karena itu, lebih baik aku pergi seorang diri."

Bu Lim Ji Khie dan lainnya langsung membungkam, sebab apa yang dikatakan Tio Cie Hiong memang masuk akal. Namun kalau Tio Cie Hiong pergi ke markas sam Mo Kauw seorang diri, itu sangat membahayakannya.

"Cie Hiong" sam Gan sin Kay menatapnya dalam-dalam.

engkau pernah bilang bahwa di sana pasti dipasang berbagai macam jebakan, apakah engkau...."

"jangan khawatir, Kakek pengemis" Tio Cie Hiong tersenyum sambil memberitahukan. "Bibi-ku pernah menguraikan tentang berbagai macam jebakan, jadi aku sudah mengerti, tidak akan celaka dalam jebakan di markas sam Mo Kauw."

"Tapi... tapi...." Lim Peng Hang terus menerus menggeleng-gelengkan kepala, dan tampak

cemas sekali. Tentu. sebab Tio Cie Hiong boleh dikatakan calon menantunya. "Tidak usah cemas, Paman" Tio Cie Hiong tersenyum. "Aku bisa menjaga diri"

"Cie Hiong, katakanlah engkau dapat melewati jebakan-jebakan itu, tapi bagaimana mungkin engkau menghadapi Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo?" ujar Kim siauw suseng.

"Apakah engkau sudah memikirkan itu?"

"Paman sastrawan, aku sudah memikirkan itu." Tio Cie Hiong memberitahukan.

"Tidak mungkin Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo akan mengeroyokku, karena Empat Dhalai Lhama bergerak sesuai dengan semacam formasi, jadi kalau ditambah Bu Lim sam Mo, mereka bertujuh jualah akan kacau balau, dan mungkin akan saling menyerang. Karena itu, mereka pasti tidak akan mengeroyokku."

"Kami tahu kepandaianmu jauh di atas Empat Dhalai Lhama," ujar Sam Gan sin Kay. "Tapi kalau menghadapi Bu Lim sam bertiga...."

"Kakek pengemis, bukankah selama ini Kakek pengemis selalu bilang, cuma aku yang dapat

menghadapi Bu Lim sam Mo? Nah, kini sudah waktunya aku membuat perhitungan dengan Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo."

Bu Lim Ji Khie saling memandang, kemudian mereka manggut-manggut.

"Cie Hiong, engkau harus berhati-hati" pesan sam Gan sin Kay.

"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk.

"Sialan Betul-betul sialan" caci Kim siauw suseng mendadak dengan wajah penuh kegusaran.

"Memang Memang sialan" sam Gan sin Kay juga ikut mencaci dengan mata melotot- lotot.

"Kakek mencaci siapa?" tanya Lim Ceng Im.

"Paman sastrawan mencaci siapa?" Tanya Tio Cie Hiong. Yang lain pun memandang Bu Lim Ji Khie dengan penuh keheranan.

"Kami mencaci Lam Hai sin ceng," sahut Bu Lim Ji Khie serentak.

"Padri keparat itu entah hilang ke mana, sama sekali tidak berani memunculkan diri"

"Mungkin...," ujar Tui Hun Lojin. "Lam Hai sin ceng sudah hidup tenang di suatu tempat, maka tidak mau mengotori tangannya lagi untuk mencampuri urusan persilatan."

"Hm" dengus sam Gan sin Kay. "Dengan begitu dia kira dirinya bisa naik ke sorga. Padahal pintu neraka yang sudah terbuka untuk dirinya"

Tio Cie Hiong diam saja, sama sekali tidak berani memberitahukan tentang Lam Hai sin ceng.

"Cie Hiong, kapan engkau berangkat?" tanya Lim Peng Hang.

"Besok pagi," sahut Tio cie Hiong.

"Kakak Hiong" ujar Lim Ceng Im sambil menundukkan kepala. "Aku ikut ya"

"Adik Im" Tio cie Hiong tersenyum.

"Engkau tidak boleh ikut, sebab aku pergi menempuh bahaya, bukan pergi pesiar."

"Kakak Hiong...."

"Adik Im, jangan membantah" ujar Tio Cie Hiong dan memberitahukan.

"Apabila engkau ikut, aku pasti celaka."

" Kenapa?" tanya Lim Ceng Im heran.

"Aku harus terus melindungimu, sehingga membuat diriku tidak bisa berkonsentrasi, maka aku pasti celaka. Mengerti? Adik Im"

"Itu... itu...." Lim Ceng Im mengerutkan kening.

" Cucuku" ujar sam Gan sin Kay.

",Apa yang dikatakan cie Hiong memang masuk akal, engkau harus mengerti."

"Ceng Im" sambung Lim Peng Hang.

Kalau engkau ikut, jelas dia harus mencurahkan perhatiannya untukmu. Kalau perhatiannya terpecah, bagaimana akibatnya pasti engkau tahu, kan?"

"Ya." Lim Ceng Im mengangguk.

"Aku... aku mengerti."

Bab 33 Terkurung di dalam ruang batu

Pagi ini, Tio Cie Hiong berpamit pada semua orang, setelah itu barulah ia mendekati Lim Ceng Im yang telah membengkak matanya, karena menangis semalaman memikirkan Tio Cie Hiong yang akan berangkat ke markas sam Mo Kauw.

"Adik Im...." Tio Cie Hiong menatapnya lembut. "Engkau tidak usah cemas, aku pasti kembali

dengan selamat Percayalah"

Kakak Hiong...." Air mata gadis itu tak terbendung lagi, langsung meleleh membasahi pipinya. "Adik Im" Tio Cie Hiong membelainya. "Jangan menangis, tersenyumlah"

Bukannya tersenyum, Lim Ceng Im malah menangis tersedu-sedu, sehingga air matanya berderai-derai.

" Cucuku" sam Gan sin Kay menggeleng-gelengkan kepala.

"Tidak baik engkau mengantar Cie Hiong dengan air mata. Engkau harus yakin Cie Hiong pasti kembali dengan selamat"

"Kakek...." Lim Ceng Im langsung mendekap di dada sam Gan sin Kay.

"Engkau harus tenang, itu merupakan dukungan bagi Cie Hiong" bisik sam Gan sin Kay.

Mendadak Lim Ceng Im berhenti menangis, kemudian mendekati Tio Cie Hiong sambil tersenyum.

"Kakak Hiong, doaku selalu menyertaimu," ucapnya.

"Terimakasih, Adik Im" Tio Cie Hiong membelainya.

Ternyata Lim Ceng Im telah mengambil keputusan, apabila Tio Cie Hiong mati di markas sam Mo Kauw, maka ia akan membunuh diri Dengan adanya keputusan tersebut, gadis itu menjadi tenang.

"cie Hiong" Gouw Han Tiong menghampirinya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "sian Eng telah menyusahkanmu."

"Paman jangan berkata begitu" Tio Cie Hiong tersenyum.

"Aku memang harus membuat perhitungan dengan mereka. Adik sian Eng tidak bersalah dalam hal ini. Mudah-mudahan mereka akan melepaskan adik sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya setelah aku tiba di markas itu."

"cie Hiong...." Tui Hun Lojin memegang bahunya. "Aku yakin engkau pasti kembali dengan

selamat."

"Terimakasih atas dukungan Kakek" ucap Tio Cie Hiong, lalu melangkah pergi. semua orang mengantarnya sampai di luar markas pusat Kay Pang.

Tio Cie Hiong membalikkan badannya. Ia menjura kepada semua orang, lalu memandang Lim Ceng Im sambil tersenyum lembut, setelah itu mendadak melesat pergi menggunakan ginkang.

" Kakak Hiong..." teriak Lim Ceng Im. Akan tetapi, Tio Cie Hiong sudah tidak kelihatan.

"Nak...." Lim Peng Hang memegang bahu Lim Ceng Im. "Jangan khawatir, dia pasti pulang

dengan selamat"

"Ayah" Lim Ceng Im langsung mendekap di dada Lim Peng Hang.

"Dia... dia seorang diri pergi menempuh bahaya, sebaliknya kita semua malah cuma berdiam diri."

"Nak" Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala, lalu mengajaknya ke dalam, dan yang lain pun mengikuti dari belakang.

Mereka semua duduk di ruang depan dengan mulut membungkam, sehingga suasana menjadi hening sekali.

"Ayah" ujar Lim Peng Hang kepada sam Gan sin Kay. "Apakah kita semua diam saja?"

"Aaakh..." sam Gan sin Kay menghela nafas. "Apa yang bisa kita lakukan?"

"Kita harus berpikir tentang itu," ujar Kim siauw Suseng. "Kita semua tidak bisa duduk diam." "Benar." Tui Hun Lojin manggut-manggut.

"Ayah" ujar Lim Ceng Im mendadak. "Aku punya usul, bolehkah aku mengemukakannya?" "Nak, apa usulmu?" tanya Lim Peng Hang.

"Begini...," jawab Lim Ceng Im memberitahukan. "Kita susul Kakak Hiong...."

"Itu...." Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.

"Bukankah dia tadi telah berpesan? Kalau kita susul dia...."

"Usui Ceng Im bisa diterima," ujar Kim siauw suseng mendadak. "Aku setuju mengenai usulnya."

"Eh?" sam Gan sin Kay menatapnya. "sastrawan sialan, engkau ingin membuat keruh urusan ini?"

"Aku justru ingin menjernihkannya," sahut Kim siauw suseng dan melanjutkan dengan wajah serius.

"Aku tahu maksud Ceng Im, dia menghendaki kita menyusul cie Hiong bukan untuk menyerbu ke dalam markas sam Mo Kauw, melainkan menunggu di luar. ceng Im, maksudmu begitu, kan?"

"Betul." Lim Ceng Im mengangguk.

"Nah" ujar Kim siauw suseng. "Bukankah usul itu tepat?"

"Tidak salah." sam Gan sin Kay manggut-manggut.

Kalau begitu, mari kita berangkat ke markas sam Mo Kauw ujar Lim Peng Hang dan menambahkan.

"Aku akan memilih puluhan pengemis handal untuk ikut."

" Kupikir itu tidak perlu," ujar Kim siauw suseng.

"sebab kita ke sana secara diam-diam, jadi jangan sampai pihak sam Mo Kauw mengetahui kehadiran kita di sana."

"Jadi cukup kita-kita saja?" tanya sam Gan sin Kay.

"Ya." Kim siauw suseng mengangguk. "Kita menunggu di luar markas sam Mo Kauw, siapa yang keluar dari markas itu, kita habiskan saja" sam Gan sin Kay manggut-manggut.

"Memang harus begitu"

"omitohud" ucap Hui Khong Taysu. "Kamu ketua tujuh partai juga ikut"

"Terima kasih" ucap Lim Peng Hang, kemudian memandang putrinya. "Nak...."

"Ayah, biar bagaimana pun aku harus ikut," sahut Lim ceng Im cepat. "Kalau aku tidak diizin-kan ikut...."

engkau boleh ikut," ujar sam Gan sin Kay, kemudian memandang semua orang. "Mari kita berangkat sekarang"

ooo)00000(ooo

sementara itu, Tio Cie Hiong sudah tiba di depan istana Thian Mo atau markas sam Mo Kauw.

Belasan orang berpakaian hitam segera menghampirinya, dan memberi hormat.

"Pek Ih sin Hiap dipersilakan masuk" ujar salah seorang dari mereka.

"Terimakasih" ucap Tio Cie Hiong, lalu melangkah ke dalam tanpa merasa gentar sedikit pun.

setelah melangkah ke dalam, Tio Cie Hiong melihat sebuah aula, dan beberapa orang duduk di situ. Mereka adalah Bu Lim sam Mo, Empat Dhalai Lhama, Im Yang Hoatsu dan Ku Tek Cun.

Begitu melihat Ku Tek Cun, ia terbelalak seketika, sedangkan Ku Tek Cun tersenyum-senyum.

"Bu Lim sam Mo, aku sudah datang." ujar Tio Cie Hiong. "Maka kuharap kalian melepaskan Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya"

"Ha ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa gelak. "Selamat datang Pek Ih sin Hiap Kami sungguh kagum akan keberanianmU"

"Bu Lim sam Mo Cepat lepaskan mereka" tandas Tio cie Hiong.

"Itu gampang" Thian Mo tertawa terbahak-bahak. "Duduklah, mari kita bercakap-cakap dulu sebentar"

Tio Cie Hiong mengangguk. sungguh mengagumkan karena pemuda itu tampak begitu tenang.

"Pek Ih sin Hiap" ujar Tang Hai Lo Mo. "Terus terang, kami sangat kagum akan kepandaianmu. oleh karena itu, kami berminat mengangkat engkau sebagai wakil Kauwcu. Apakah engkau setuju?"

"Terimakasih atas penghargaan kalian, tapi...." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan

"Engkau tidak setuju?" tanya Te Mo bernada tidak senang.

"seharusnya aku setuju, tapi kedua orang tuaku dan kakakku telah mati. itulah yang menyebabkan aku tidak bisa setuju."

"Apa hubungannya dengan penawaran kami?" tanya Tang Hai LoMo heran.

Kedua orang tuaku mati di tangan kalian bertiga. Kakakku mati di tangan Empat Dhalai Lhama,Jadi bagaimana mungkin aku akan menerima penawaran itu?"

"siapa kedua orang tuamu?" tanya Thian Mo sambil mengerutkan kening.

"Hui Kiam Bu Tek dan sin Pian Bi jin," sahut Tio Cie Hiong sambil menatap tajam pada Bu Lim sam Mo.

"Itu karena Kotak Pusaka." Tang Hai Lo Mo memberitahukan. " Lagi pula siapa pun ingin merebut Kotak Pusaka itu, tentunya juga akan membunuh kedua orang tuamu. sebelum kami membunuh mereka, sekujur badan mereka telah terluka parah."

Kalau kalian hanya menghendaki Kotak Pusaka itu, kenapa harus membunuh kedua orang tuaku?" tanya Tio cie Hiong dengan kening berkerut.

"Itu terpaksa," sahut Tang Hai Lo Mo. "sebab kedua orang tuamu terus-menerus mempertahankan Kotak Pusaka itu."

Kedua orang tuaku mati di tangan kalian, tentunya kalian pun tahu aku harus bagaimana, kan?" ujar Tio Cie Hiong dingin.

"Ha ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa gelak. "Engkau ingin menuntut balas?"

"Membuat perhitungan dengan kalian." sahut Tio Cie Hiong.

"Mari kita bertarung"

"Ha ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa lagi. "Bagus Bagus...."

Pada waktu bersamaan, mendadak tempat duduk Tio Cie Hiong merosot ke bawah. Ternyata lantai di bawah tempat duduk itu telah terbuka, dan Tio Cie Hiong terlambat untuk meloncat ke atas.

Tak seberapa lama kemudian, barulah kaki Tio Cie Hiong menginjak dasar lubang. la menengok ke sana ke mari, ternyata dirinya berada di sebuah ruangan kecil.

Tio cie Hiong berdiri diam. Berselang sesaat, dinding ruang itu bergerak, lalu tampaklah sebuah pintu. Tio Cie Hiong memandang ke dalam. Dilihatnya sebuah ruangan yang tidak begitu gelap.

Perlahan-lahan Tio Cie Hiong mendekati pintu itu, lalu berdiri di situ dan memandang ke dalam lagi dengan penuh perhatian. Lantai ruangan itu rata, dan dindingnya tampak biasa.

Tio Cie Hiong mengerahkan lweekangnya agar badannya jadi ringan, setelah itu barulah ia melangkah ke dalam ruang tersebut. Begitu memasuki ruang itu, dinding yang merupakan pintu itu tertutup kembali. Tio cie Hiong berdiri di tengah-tengah ruang itu, tetapi telah mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kangnya untuk melindungi dirinya.

Lama sekali Tio Cie Hiong berdiri di situ. Ketika ia baru mau melangkah, mendadak lantai itu bergerak dan muncullah lima buah patung tembaga mengurungnya.

la menatap tajam pada kelima patung tembaga itu. Di saat bersamaan kelimapatung tembaga itu bergerak menyerangnya. Tio Cie Hiong segera berkelit, namun kelima patung tembaga itu tetap mengurungnya. Ternyata lima patung tembaga itu bergerak sesuai dengan semacam formasi.

Tio Cie Hiong tahu, bahwa percuma ia balas menyerang, maka ia terus berkelit sambil memperhatikan kelima patung tersebut.

Berselang sesaat, ia melesat ke atas sekaligus menginjak kepala kelima patung tembaga. sudah barang tentu patung-patung itu menjadi rusak tidak karuan, dan seketika kelima-limanya tak bergerak lagi.

Tio Cie Hiong tersenyum. Di saat itu pula dinding di ruangan itu bergerak dan tampak sebuah pintu. la mendekati pintu itu, lalu memandang ke dalam. Ternyata ruangan di balik pintu berupa sebuah terowongan.

Tio Cie Hiong tidak berani sembarangan masuk. melainkan terus memperhatikan terowongan itu Lantai terowongan itu berpetak-petak. begitu pula dindingnya.

setelah memperhatikan terowongan itu, Tio Cie Hiong tahu bahwa ruangan itu merupakan sebuah jebakan maut.

Karena itu, ia tidak langsung masuk, melainkan terlebih dahulu memungut sebuah batu kecil lalu digelindingkannya di lantai terowongan. Ternyata batu itu menimbulkan suara "Derrrrk".

Tiba-tiba lantai itu bergerak. dan seketika dari empat penjuru meluncur ribuan anak panah. Menyaksikan itu, Tio Cie Hiong menarik nafas dalam-dalam. Apabila tadi langsung masuk. walau berkepandaian tinggi, belum tentu ia dapat berkelit.

Jarak dari tempat ia berdiri sampai ujung terowongan itu, kira-kira sepuluh depa. Karena bukan di tempat terbuka, maka sulit baginya menggunakan ginkang ke ujung terowongan.

Tio Cie Hiong terus berpikir, akhirnya menemukan jalan untuk mencapai ujung terowongan, yakni dengan cara melesat ke atas, sepasang tangannya menempel di langit-langit, lalu melesat lagi ke dinding dan sekaligus menendang dinding sehingga badannya melesat ke atas lagi, sepasang tangannya menekan langit-langit lagi, maka badannya melayang ke arah dinding, sepasang kakinya menendang dinding, akhirnya sampailah di ujung terowongan.

Akan tetapi, mendadak lantai yang diinjaknya bergerak, sehingga badannya terperosok ke bawah, kemudian lantai itu pun tertutup kembali.

Tio cie Hiong tidak bisa melihat apa-apa, sebab tempat itu gelap sekali. setelah kakinya menginjak dasar, ia berdiri diam di tempat. Ber-selang sesaat kemudian, ia mengibaskan lengan bajunya ke sana ke mari, tapi tidak terjadi apa pun, pertanda di ruang itu tidak terdapat jebakan. Barulah ia melangkah mendekati dinding, sekaligus mengetuknya .

Ternyata dinding itu terbuat dari batu yang amat tebal, sehingga tidak mungkin dapat dihancurkan dengan Iweekang. satu hal yang mengejutkannya, yakni di ruangan itu tiada udara.

Tio Cie Hiong bisa bertahan, beberapa hari dengan mengerahkan pan Yok Hian Thian sin Kang, tapi lewat dari itu tentunya ia tidak bisa bernafas. Itu yang mencemaskannya.

Diperhatikannya seluruh ruangan itu, sama sekali tiada jalan ke luarnya. Akhirnya ia duduk bersila di tengah-tengah ruang batu itu, lalu mengerahkan pan Yok Hian Thian sin Kang-nya.

Berselang beberapa saat kemudian, mendadak keningnya tampak berkerut. Ternyata ia mendengar suara. Kreeek "

Tak lama setelah itu, terlihat ada cahaya menerobos ke dalam. sungguh di luar dugaannya, karena muncul sebuah lubang di dinding.

"Pek Ih sin Hiap silakan masuk ke lubang ini" Terdengar suara tetapi lirih.

Tio cie Hiong segera masuk. seketika ia terbelalak. karena di situ merupakan sebuah ruangan pula. Tampak seorang berpakaian hitam berdiri di situ sambil tersenyum, lalu menjura pada Tio cie Hiong.

"Selamat bertemu, Pek Ih sin Hiap"

"Anda...." Tio cie Hiong tercengang.

orang itu tersenyum lagi, kemudian kakinya menekan lantai dan lubang itu tertutup kembali.

"Pek Ih sin Hiap jangan salah paham" ujar orang itu "Aku memang sengaja menjadi anggota sam Mo Kauw."

"oh? Nama Anda?" tanya Tio Cie Hiong.

"Namaku Lam Kiong Bie Liong." orang itu memberitahukan.

"Lam Kiong Bie Liong?" Tio Cie Hiong agak tersentak, sebab keluarga Lam Kiong sangat terkenal dalam rimba persilatan, ahli senjata rahasia dan ahli membuat berbagai jebakan.

"Anda berasal dari keluarga Lam Kiong yang sangat terkenal itu?"

"Lam Kiong Hujin adalah ibuku." orang itu memberitahukan.

"oooh" Tio Cie Hiong manggut-manggut sambil menatapnya. orang itu masih muda dan tampan.

"Pek Ih sin Hiap...."

"Namaku Tio Cie Hiong."

"saudara Tio" Lam Kiong Bie Liong memandangnya kagum. "Engkau memang hebat, dapat melewati dua jebakan itu dengan selamat"

"Tapi aku tak berkutik di dalam ruang batu itu. Kalau saudara Lam Kong tidak menyelamatkan aku, mungkin aku akan mati di dalam." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.

"Itu merupakan ruang batu yang mematikan, tapi Bu Lim sam Mo justru tidak tahu di ruang batu itu terdapat sebuah lubang rahasia," ujar Lam Kiong Bie Liong sambil tertawa.

"Kok saudara Lam Kiong tahu?" Tio Cie Hiong heran.

"Sebab yang membuat berbagai jebakan di sini pamanku." Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.

"sebelum berangkat ke mari, pamanku telah meninggalkan selembar gambar mengenai berbagai jebakan di sini. Di samping itu, tanpa setahu Bu Lim sam Mo, pamanku juga membuat lubang dan pintu rahasia lain dijalan jebakan-jebakan tersebut."

"oooh" Tio Cie Hiong manggut-manggut. "saudara Tio, di mana pamanmu?"

"Sudah mati di tangan Bu Lim Sam Mo, begitu pula para pekerja lain." Lam Kiong Bie Liong memberitahukan sambil berkertak gigi.

"Bu Lim sam Mo membunuh pamanku dan para pekerja lain itu, agar rahasia jebakan-jebakan di sini tidak diketahui orang luar. Tapi Bu Lim sam Mo justru tidak menduga, kalau pamanku telah meninggalkan selembar gambar mengenai semua jebakan yang ada di sini."

" Karena itu, engkau masuk jadi anggota sam Mo Kauw?" tanya Tio cie Hiong.

"Ya." Lam Kiong Bie Liong mengangguk. "lbu mengutusku ke mari, baru beberapa bulan aku jadi anggota sam Mo Kauw."

"oh?" Tio cie Hiong tercengang. "sebelum-nya engkau berada di mana?"

"Di rumah." Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.

"Pada waktu pamanku dibawa ke mari, aku sedang mempelajari semacam ilmu pedang. setelah berhasil, ibuku mengutusku ke mari untuk membunuh Bu Lim sam Mo. Tapi...."

" Kenapa?"

"Bagaimana mungkin aku mampu membunuh mereka? Kepandaian mereka begitu tinggi, tapi aku tidak putus asa, sebab aku sudah mendengar tentang dirimu dan yakin engkau akan ke mari. oleh karena itu, aku menunggumu dengan sabar."

"oooh" Tio Cie Hione manggut-manggut.

"Terimakasih, saudara Lam Kiong"

"sama-sama" Lam Kiong Bie Liong tersenyum.

"ohya, engkau tahu tentang Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya disandera di sini?"

"Tahu."

"Engkau tahu mereka dikurung di mana?"

"Tahu." Lam Kiong Bie Liong mengangguk. "Mereka aman, maka aku tidak berusaha menolong mereka, sebab aku harus menunggumu. Lagipula kalau aku menolong mereka bertiga, mungkin akan menimbulkan hal lain."

"Benar." Tio Cie Hiong manggut-manggut dan bertanya. "ohya, engkau tahu Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo berada di mana?"

"Tahu." Lam Kiong Bie Liong mengangguk lagi.

"Mereka berada di ruang rahasia."

"Ruang rahasia mana?" tanya Tio Cie Hiong.

Lam Kiong Bie Liong memberitahukan, kemudian menambahkan pula.

"Aku akan merusak semua jebakan, jadi engkau gampang menemui mereka. Tapi Bu Lim sam Mo berkepandaian tinggi sekali, sedangkan Im Yang Hoatsu mahir ilmu sesat, maka engkau harus berhati-hati"

"Ya."

"Setelah merusak semua jebakan, aku akan membawa Nona Gouw, Toan wie Kie dan adiknya meninggalkan markas sam Mo Kauw ini."

"Terima kasih" ucap Tio Cie Hiong.

"sama-sama" sahut Lam Kiong Bie Liong sambil tersenyum.

"ohya, apabila pintu ruang ini terbuka, pertanda aku telah membawa pergi mereka bertiga, maka engkau boleh meninggalkan ruang ini menuju ruang rahasia yang kuberitahukan tadi."

"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk.

"saudara Tio, sampai jumpa" ucap Lam Kiong Bie Liong, kemudian tangannya menekan dinding, dan tak lama dinding itu terbuka. sebelum pergi ia berpesan lagi.

Kalau pintu ini terbuka lagi nanti, engkau boleh keluar." "Terimakasih, saudara Lam Kiong" ucap Tio Cie Hiong.

Lam Kiong Bie Liong masuk ke pintu itu, dan tak lama pintu itu tertutup kembali. Tio Cie Hiong masih berdiri di situ, tetapi hatinya merasa lega karena bertemu Lam Kiong Bie Liong. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi?

sementara Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya berjalan mondar-mandir di dalam kamar, mendadak mereka mendengar suara "Kreeek". Lantai kamar itu terbuka sedikit. Betapa terkejutnya mereka bertiga, apalagi muncul seorang berpakaian hitam dari lubang lantai itu. Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya sudah siap menyerang orang itu.

"sabar sabar" ujar orang itu. "Tio Cie Hiong menyuruhku ke mari untuk membawa kalian pergi."

"oh?" Toan wie Kie terbelalak. "Tapi Anda...."

"Namaku Lam Kiong Bie Liong, cepatlah kalian ikut aku" Ternyata orang itu Lam Kiong Bie Liong.

Gouw sian Eng, Toan Wie Kie dan Toan pit Lian saling memandang, kemudian mereka mengangguk.

engkau bernama Lam Kiong Bie Liong?" tanya Toan pit Lian sambil menatapnya. Ketika dilihatnya orang itu masih muda dan tampan, seketika wajahnya berubah kemerah-merahan.

"Benar." Lam Kiong Bie Liong manggut-manggut.

"Barusan aku yang memberitahukan. Ayo, mari ikut aku ke luar melalui lubang itu"

Lam Kiong Bie Liong segera meloncat ke dalam lubang itu, lalu Toan wie Kie, Gouw sian Eng dan Toan pit Lian mengikutinya. setelah mereka meloncat ke dalamnya, lubang itu tertutup kembali.

Ternyata lubang itu merupakan sebuah terowongan panjang. Lam Kiong Bie Liong terus melangkah, dan mereka bertiga terus mengikutinya dari belakang.

"Kakak Kie, Lam Kiong Bie Liong itu sangat tampan," bisik Gouw sian Eng.

"Tadi wajah Kakak Lian kelihatan kemerah-merahan, mungkin tertarik padanya."

"Pemuda itu kelihatan baik dan tampan, tapi...." Toan wie Kie mengerutkan kening. "Entah dia

sudah punya isteri apakah belum?"

"Kakak Kie, akupunya akal untuk bertanya kepadanya." bisik Gouw sian Eng.

"oh?" Toan wie Kie tersenyum-senyum.

"saudara Lam Kiong" ujar Gouw sian Eng.

"Kenapa engkau mau menjadi anggota sam Mo Kauw?"

"Akan kuberitahukan nanti," jawab Lam Kiong Bie Liong.

"ohya, saudara Lam Kiong" tanya Gouw sian Eng mendadak.

"Isterimujuga di sini?" Lam Kiong Bie Liong tersenyum. "Aku belum punya isteri."

"Setahuku, keluarga Lam Kiong sangat terkenal. Mungkin engkau sudah mempunyai tunangan atau kekasih," ujar Gouw sian Eng sambil tersenyum.

"sama sekali tidak punya," sahut Lam Kiong Bie Liong.

"ohya, kalau tidak salah, Nona Gouw adalah calon isteri Pangeran Toan ini, bukan?"

"Betul," sahut Toan pit Lian. "Dia calon isteri kakakku."

"Mereka berdua memang pasangan yang serasi." Lam Kiong Bie Liong tersenyum. "saudara Lam Kiong" ujar Toan wie Kie mendadak. "Adikku ini belum punya kekasih lho" "oh?" Lam Kiong Bie Liong kelihatan girang sekali.

"Tadi aku mengira Tayli Kongcu sudah mempunyai suami atau kekasih, ternyata belum...."

"Soalnya dia belum ketemu pemuda idaman hatinya." Gouw sian Eng memberitahukan.

"oh?" Lam Kiong Bie Liong memandang Toan Pit Lian.

"Tayli Kongcu, kita... kita jadi teman ya"

"Jangan memanggilku Tayli Kongcu, panggil saja namaku" sahut Toan Pit Lian dengan wajah kemerah-merahan. " Nama ku Toan pit Lian."

"Toan pit Lian" Lam Kiong Bie Liong mang-gut-manggut. "Nama yang indah sekali...."

"Adikku pun sangat cantik," sambung Toan wie Kie sambil tertawa.

"Kak...." Toan pit Lian melotot.

Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di ujung terowongan itu Lam Kiong Bie Liong menghentikan langkahnya, lalu mendekati dinding terowongan, dan tangannya menekan sesuatu.

"Bie Liong, apa yang kau lakukan?" tanya Toan pit Lian heran.

"setelah aku menekan tombol itu, semua jebakan di dalam markas sam Mo Kauw akan rusak." Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.

"oooh" Toan pit Lian manggut-manggut

"saudara Lam Kiong, bagaimana Tio Cie Hiong?" tanya Toan wie Kie.

"Pintu rahasia ruang batu itu akan terbuka, dia akan keluar," jawab Lam Kiong Bie Liong memberitahukan, kemudian kakinya menginjak sebuah batu kecil. Kreeek

Dinding terowongan itu terbuka, lalu tampak cahaya menerobos ke dalam, dan Lam Kiong Bie Liong tersenyum. "Mari kita keluar" ujarnya.

Bab 34 Pertarungan mati hidup

sementara itu, Tio Cie Hiong terus menunggu dengan sabar, tiba-tiba pintu rahasia di dinding terbuka. la segera melangkah ke luar, Ternyata dirinya berada di sebuah koridor.

Tio Cie Hiong memperhatikan dinding di koridor itu. Dilihatnya sebuah tombol lalu ditekannya. Kemudian dinding itu terbuka dan tampak beberapa orang berada di dalamnya. Mereka adalah Empat Dhalai Lhama danBu Lim sam Mo.

"Ha ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa gelak. "Pek Ih sin Hiap, engkau memang hebat"

"Bu Lim sam Mo" bentak Tio Cie Hiong. "Kini udah saatnya kita bertarung"

"Tidak salah" sahut Thian Mo. "Tapi sebelumnya engkau harus menghadapi Empat Dhalai Lhama itu dulu"

"Baik" Tio Cie Hiong mengangguk. "Kalian berempat, majulah"

Empat Dhalai Lhama itu langsung mengurung Tio Cie Hiong dengan sepasang roda bergerigi di tangan.

"serang" seru Dhalai Lhama jubah merah.

seketika meluncur delapan roda bergerigi ke arah Tio cie Hiong. Pemuda itu tertawa panjang sambil berkelit.

Empat Dhalai Lhama terus menyerang dengan senjata tersebut, bahkan sekali-sekali menyerang dengan pukulan.

Tio Cie Hiong tetap berkelit menggunakan Kiu Kiong san Tian Pou. sedangkan Bu Lim sam Mo menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian.

Tak terasa pertarungan mereka sudah belasan jurus. Empat Dhalai Lhama itu menyerang dengan jurus -jurus yang mematikan, dan bergerak sesuai dengan semacam formasi.

Ternyata mereka berempat terus berlatih setelah sembuh, karena mereka berempat pernah dikalahkan Tio Cie Hiong.

Mendadak Tio Cie Hiong membentak keras, lalu mulai mengeluarkan ilmu ciptaannya, yaitu Bit Ciat sin ci (Jari sakti Pemusnah Kepandaian), Man Thian sing sing (Bintang-Bintang Bertaburan Di Langit).

seketika semua senjata keempat Dhalai Lhama itu terpental. Di saat bersamaan, Tio Cie Hiong pun menyerang mereka dengan jurus cian ci sao Te (Ribuan Jari Menyapu Bumi), Tampak jari tangan Tio Cie Hiong berkelebatan laksana kilat, bahkan memancarkan cahaya putih mengarah pada keempat Dhalai Lhama. "Aakh..." Terdengar suara jeritan.

Keempat Dhalai Lhama roboh dengan mulut menyemburkan darah segar. Mereka ingin bangkit berdiri, tapi sudah tak bertenaga lagi.

"Aku mengampuni nyawa kalian, namun kepandaian kalian telah musnah" ujar Tio Cie Hiong dingin dan menambahkan.

"sebaiknya kalian berempat segera kembali ke Tibet"

Keempat Dhalai Lhama diam saja, sebab mereka sudah tidak mampu membuka mulut. Ketika mereka berempat roboh, wajah Bu Lim sam Mo tampak berubah, karena tidak menyangka kalau Tio Cie Hiong berkepandaian begitu tinggi, hanya belasan jurus sudah merobohkan keempat lawannya.

"Bu Lim sam Mo" Tio Cie Hiong menatap mereka bertiga dengan dingin.

"Kini giliran kalian"

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar