Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 29

Baca Cersil Mandarin Online: Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 29
Bagian 29
"Pokoknya aku harus mencabut nyawamu, setelah itu barulah giliran mereka He he he" Im sie Hong Mo mulai menghunus pedangnya.

" Harap semua minggir" seru Tio Cie Hiong, seraya mengeluarkan suling kumala.

Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin wan, dan lainnya segera mundur belasan depa. Melihat Lim Ceng Im masih berdiri di situ, Lim Peng Hang cepat-cepat menariknya.

"Ayah...." Wajah gadis itu mulai memucat.

"Tenang" bisik Lim Peng Hang.

"Tio Cie Hiong Malam ini engkau harus mampus" bentak Im sie Hong Mo sambil menyerang. Tio Cie Hiong cepat berkelit. Hatinya merasa heran, karena Im sie Hong Mo tahu namanya.

"siapa engkau?" tanyanya lagi.

"Aku adalah Im sie Hong Mo, aku harus mencabut nyawamu" sahut Im sie Hong Mo sambil terus menyerang.

Para peimbaca yang budiman tentunya tahu siapa Im sie Hong Mo itu. Dia adalah Ku Tek Cun. Tokoh yang telah berhasil mempelajari Kitab Im sie Cin Keng, peninggalan Im sie Hong Jin, serta kitab Cih Hun Tay Hoat pemberian Im Yang Hoatsu. oleh karena itu, ia betul-betul jadi gila tapi masih ingat siapa-siapa yang harus dibunuhnya. saat ini ia menyerang Tio Cie Hiong dengan Hong Loan Kiam Hoat (Ilmu Pedang Kacau Balau). Bagi orang yang normal, pasti tidak bisa mempelajari ilmu pedang tersebut.

Tio Cie Hiong pun segera mengeluarkan ilmu Giok siauw Bit Ciat Kang Hoat ciptaannya.

sementara kakinya bergerak berdasarkan ilmu Kiu Kiong san Tian Pou. Akan tetapi, pedang di tangan Im sie Hong Mo seakan punya mata, di mana suling Tio Cie Hiong bergerak. di situ pula pedang Im sie Hong Mo menangkis.

satu hal lagi yang sangat membingungkan, pada saat Tio Cie Hiong sudah berderak laksana kilat, Im sie Hong Mo dapat mengimbanginya, bahkan kelihatan seakan tahu ke mana lawannya akan bergerak.

Biasanya Tio Cie Hiong mampu melihat jelas gerakan-gerakan ilmu pedang lawan. Namun kali ini ia justru tidak dapat melihat kelebatan-kelebatan pedang Im sie Hong Mo. Hal itu tentu membuatnya terkejut bukan main. Mendadak pemuda ini mengeluarkan bunyi siulan panjang.

Ternyata ia menyerang im sie Hong Mo dengan jurus Hoan Thian coan Te (Membalikkan Langit Memutarkan Bumi). sebuah jurus yang sangat dahsyat.

Namun im sie Hong Mo tampak hanya ter-tawa-tawa. la sama sekali tidak menangkis, melainkan balas menyerang. Dan yang sangat mengherankan, serangannya yang kacau balau itu, mampu mematahkan serangan Tio Cie Hiong. Cess

Badan Tio Cie Hiong terpekik kaget. Darah segar mengucur di tubuhnya ketika pedang lawan berhasil menusuknya.

" Kakak Hiong..." Urn Ceng Im menjerit karena merasa cemas.

"Jangan menjerit, itu akan mengganggu perhatiannya" bisik UrnPeng Hang. Keringat dingin pun mulai mengucur karena merasa tegang menyaksikan pertarungan itu

Wajah Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin wan, dan para ketua tujuh partai sudah pucat pias.

"Ha ha ha He he he" Im sie Hong Mo terus tertawa seram. "Engkau harus mampus Engkau harus mampus" pekiknya dengan penuh kegeraman.

Im sie Hong Mo terus menyerang Tio Cie Hiong. sungguh mengagumkan, makin lama makin hebat ilmu pedang Im sie Hong Mo.

Mendadak Tio cie Hiong bersiul panjang lagi, lalu menyerang Im sie Hong Mo secepat kilat dengan jurus san pang Te Liat (Gunung Runtuh Bumi Retak). TUk TUk TUk

Ujung suling kumala berhasil menotok beberapa jalan darah penting di tubuh Im sie Hong Mo.

Akan tetapi, terbelalaklah Tio Cie Hiong melihat Im sie Hong Mo tidak roboh. Lelaki seram itu malah tertawa terkekeh-kekeh lalu menyerang Tio cie Hiong bertubi-lubi. Pedangnya berkelebat-kelebat laksana kilat menusuk dan menyabet badan Tio Cie Hiong.

Cepat-cepat Tio Cie Hiong berkelit menggunakan Kiu Kiong san Tian Pou, namun pedang Im sie Hong Mo bergerak lebih cepat. cess Breet

Badan Tio cie Hiong tertusuk dan tersabet pedang Im sie Hong Mo lagi. sekujur badannya berlumuran darah hingga pakaiannya yang putih itu berubah merah.

"Kakak Hiong Kakak Hiong..." Lim Ceng Im menjerit dan menangis.

"Nak...," Wajah Lim Peng Hang sudah bertambah pucat karena tegang. Begitu pula wajah Bu Lim Ji Khie dan lainnya.

Sementara Im Sie Hong Mo terus melancarkan serangan, sedangkan Tio Cie Hiong memang sudah mulai terdesak hebat, hingga hanya mampu menangkis saja. Breet crass Badan Tio Cie Hiong pun tersabet pedang im sie Hong Mo.

"HahahaHehehe"Im sie Hong Mo tertawa seram sambil terus menyerang Tio cie Hiong.

"sert" Wajah Tio Cie Hiong pun tersabet pedang.

Walau wajah dan sekujur badan telah terluka, Tio cie Hiong tidak menjerit sama sekali. Dia tetap berusaha menangkis sambil mengerahkan pan Yok Hian Thian sin Kang untuk melindungi diri agar darah tidak terus mengucur.

Keadaan Tio Cie Hiong semakin gawat. Sementara itu Bu Lim Ji Khie, Tok Jie sin wan, Lim Peng Hang, dan para ketua tujuh partai tampak sudah siap menyerang im sie Hong Mo. Akan tetapi, di saat bersamaan terdengarlah suara tawa yang melengking nyaring.

Mendengar suara tawa itu, Im sie Hong Mo pun tampak tertegun. Dihentikan serangannya terhadap Tio cie Hiong. Pemuda itu pun terkulai.

"Kakak Hiong..." jerit Lim Ceng im. Tanpa menghiraukan apa pun ia langsung berlari mendekatinya. " Kakak Hiong"

"Adik Im..." sahut Tio Cie Hiong lemah. Darah masih tampak mengalir dari wajahnya.

"Aku cincang engkau Aku cincang engkau" Terdengar cula suara teriakan menyertai munculnya Pek Ih Hong Li. "Engkau berani melukainya? Aku cincang tubuhmu"

Pek Ih Hong Li langsung melesat melancarkan serangan,-^embuat Im sie Hong Mo termundur-mundur.

"Kucincang tubuhmu Kucincang tubuhmu..." Teriak Pek Ih Hong Li, geram sekali. la menyerang Im sie Hong Mo dengan ganas dan dahsyat.

Sementara Tio Cie Hiong memperhatikan Pek Ih Hong Li. Matanya terbelalak kaget melihat wanita itu. "Adik In Adik In..."

"Kakak Hiong" Lim Ceng Im juga kaget. "Pek Ih Hong Li adalah Yap In Nio?"

"Ya" Tio Cie Hiong mengangguk. "Im sie Hong Mo adalah Ku Tek Cun...."

Pek Ih Hong Li terus menyerang dengan ganas dan cepat sekali, membuat Im sie Hong Mo meloncat ke sana ke mari dan akhirnya melesat pergi.

"Mau kabur ke mana? Akan kubunuh kau" Pek Ih Hong Li juga melesat mengejar Im sie Hong Mo.

"Adik In Nio..." Tio Cie Hiong berseru keras, namun mendadak ia pingsan.

"Kakak Hiong Kakak Hiong..." jerit Lim Ceng Im sambil menangis.

Lim Peng Hang segera mendekati Tio Cie Hiong, lalu bersama Lim Ceng Im menggotongnya ke dalam.

Ketika siuman, Tio Cie Hiong sudah berada di tempat tidur. Namun badan, tangan, dan kaki tak bisa digerakkan sama sekali. sekujur tubuhnya telah dibalut, begitu pula mukanya sehingga dirinya menyerupai sosok mummi, yang tampak hanya sepasang matanya. Di dekatnya terlihat Lim Ceng Im terisak-isak. "Engkau sudah siuman?"

"Adik Im...." Panggil Tio Cie Hiong sambil memandangnya.

Kakak Hiong...." Air mata Lim Ceng Im berderai-derai.

Engkau yang membalut luka-lukaku?"

Lim Ceng Im menggeleng kepala. "Ayah, kakek dan kakek sastrawan yang melakukan semua ini."

Tak lama kemudian muncul Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang, dan Tok Pie sin Wan. "Syukurlah engkau sudah siuman"

"Aku...."

"Jangan banyak bicara, beristirahat saja" ujar sam Gan sin Kay.

"Tidak apa-apa," sahut Tio Cie, Hiong, dan kemudian menghela nafas panjang. "Untung aku memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang dan pernah makan buah Kiu Yap Ling che. Kalau tidak, aku pasti sudah mati kehabisan darah."

"Aaakh...." Lim Peng Hang menggeleng-geleng kepala. " Luka- luka mu itu cukup parah, untung

kami menyimpan obatmu."

"sungguh di luar dugaan," gumam Tio Cie Hiong. "Im sie Hong Mo ternyata Ku Tck Cun, dia tidak mati di dasar jurang Padahal kepandaiannya telah kumusnahkan, jadi bagaimana mungkin dia bisa seperti itu?"

Kami pun tidak habis pikir," timpal Kim-siauw suseng. " Kalau Pek Ih Hong Li tidak muncul di saat itu...."

"Aku pasti sudah mati," sambung Tio Cie Hiong. " Itu pun diluar dugaan. Pek Ih Hong Li ternyata Yap In Nio. Hanya dalam waktu setahun lebih, kepandaian mereka kok jadi begitu hebat? Dua-duanya pun sudah jadi gila pula"

"Apakah mereka berdua sama-sama memperoleh kitab pusaka peninggalan Im sie Hong Jin?" gumam sam Gan sin Kay.

Tidak dapat diduga tentang itu," sahut Kim siauw suseng. " Kecuali kita bertanya pada Yap In Nio"

"Dia sudah gila, bagaimana mungkin kita bisa menanyakannya?" ujar Tok Pie sin Wan.

"Heran Itu sungguh mengherankan" gumam Kim siauw suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Paman, berapa tusukan dan sabetan di tubuhku?" tanya Tio Cie Hiong mendadak.

"Ada tiga puluh enam tusukan dan tiga puluh enam sabetan di tubuhmu." Lim Peng Hang memberitahukan.

"Mukaku?"

Lim Peng Hang tampak ragu memberitahukan.

"Beritahukanlah" desak Tio cie Hiong.

"Tujuh tusukan dan tujuh sabetan." Lim Peng Hang terpaksa memberitahukan.

"Aaakh..." keluh Tio Cie Hiong. "Kalau begitu, wajahku... pasti rusak"

"Jangan memikirkan yang bukan-bukan, engkau beristirahat saja Ceng Im akan menemanimu di sini," ujar sam Gan sin Kay.

Usai berkata begitu, Sam Gan sin Kay melangkah pergi diikuti Kim siauw suseng, Lim Peng Hang, dan Tok Pie sin wan dari belakang.

Kemudian mereka duduk di ruang dalam dengan mulut membungkam, hanya saling memandang sambil menghela nafas panjang.

"Kita harus terus menghibur Cie Hiong," ujar sam Gan sin Kay. "sebab wajahnya pasti rusak berat."

"Aku kuatir...." Kim siauw suseng mengerutkan kening. sam Gan sin Kay menatapnya, kemudian

bertanya.

"sastrawan sialan. Apa yang engkau kuatirkan?"

Cucumu itu."

Kenapa cucuku?"

"Wajah Cie Hiong telah rusak berat, pasti berubah menyeramkan. Maka aku kuatir cucumu terhadapnya...."

"Maksudmu cucuku akan berubah terhadapnya."

"Ya"

"sastrawan sialan, jangan menghina cucuku" sam Gan sin Kay tampak tidak senang.

Cucuku bukan gadis semacam itu." "Aku tahu, tapi...."

"Tidak ada tapi-tapian cucuku akan tetap mencintai Cie Hiong " "Itu yang kuharapkan. Kalau tidak... "^

"Aku yakin putriku tetap mencintai cie Hiong walau wajahnya telah rusak tidak karuan," ujar Lim Peng Hang.

"sebab aku tahu jelas mengenai sifat putriku."

"syukurlah" ucap Kim siauw suseng.

"Kita pun harus terus menghibur Cie Hiong, agar kuat hatinya," tambah Tok Pie sin Wan. "Jangan sampai dia kehilangan gairah hidup hanya karena wajahnya rusak"

"Benar" sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Yang penting adalah Ceng Im, dia harus mendampingi cie Hiong dan terus menghiburnya."

seminggu kemudian Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang, dan Tok Pie sin Wan membuka balutan Cie Hiong. selelah balutan itu dibuka, diam-diam mereka pun menghela nafas panjang saat melihat wajah pemuda itu.

Ternyata wajah Tio Cie Hiong memang telah rusak karuan, penuh bekas tusukan dan sabetan.

Begitu pula tangan, kaki dan sekujur badannya.

"Paman" Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tahu, wajahku telah rusak tidak karuan...."

Lim Peng Hang tersenyum. "Cepatlah engkau berpakaian, ceng Im akan ke mari menemanimu" Tio Cie Hiong segera berpakaian, kemudian duduk melamun di pinggir tempat tidur. "Tenang saja, Cie Hiong" Lim Peng Hang menepuk bahunya.

Kim siauw suseng menatapnya sambil tersenyum. "Engkau tidak usah mengkhawatirkan apa pun, percayalah" ujarnya menghibur.

Tio Cie Hiong terdiam. la tahu apa maksud perkataan mereka. Namun kini ia tahu wajahnya telah rusak.

Bu Lim Ji Khie memandangnya sejenak. lalu meninggalkan kamar itu. Tok Pie sin Wan dan Lim Peng Hang juga ikut keluar.

Tak lama kemudian, tampak Lim Ceng Im berjalan ke dalam sambil memandang Tio Cie Hiong dengan iba.

"Kakak Hiong...," panggilnya dengan air mata berderai.

"Adik Im...," sahut Tio Cie Hiong sambil menghela nafas panjang.

"Kakak Hiong...." Lim Ceng Im mendekap di dadanya dan menangis terisak-isak dengan air mata

terus bercucuran.

"Adik Im, kini wajahku telah rusak, tentunya...."

Kakak Hiong," potong Lim ceng Im cepat. " Walau wajahmu telah rusak, aku tetap mencintaimu. Percayalah"

"Adik Im" Tio cie Hiong menggeleng-geleng-kan kemala. "Aku... aku merasa malu terhadap diriku sendiri"

"Jangan begitu, Kakak Hiong" ujar Lim Ceng Im sungguh-sungguh. "Wajahmu memang telah berubah menyeramkan, tapi cintaku terhadapmu takkan berubah selama-lamanya. Percayalah Kakak Hiong"

"Adik Im...," Dua baris air mata mengalir turun dari mata Tio Cie Hiong. "Terima kasih, Adik Im" " Kakak Hiong, mari kita ke depan" ajak Lim Ceng Im.

Tio cie Hiong mengangguk. Mereka berdua lalu meninggalkan kamar itu. Kebetulan Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin Wan, dan Lim Peng Hang duduk di ruang dalam. Tio cie Hiong dan Lim Ceng Im menghampiri mereka lalu duduk.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Lim Peng Hang.

"Sudah baik semua luka luar, hanya meninggalkan bekas saja," jawab Tio Cie Hiong sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"cie Hiong" sam Gan sin Kay menatapnya seraya berkata, " Engkau tetap tenang, jangan membayangkan yang bukan-bukan sebab... cucuku tetap mencintaimu."

"Betul" timpal Kim siauw suseng.

"Ceng Im sangat mencintaimu. Walau wajahmu telah rusak. tidak akan mempengaruhi cintanya terhadapmu," ujar Tok Pie sin Wan meyakinkan.

Lim Peng Hang tersenyum. " Kami tidak menghibur, ceng Im telah mengatakan begitu pada kami."

"Benar, Kakak Hiong," ujar Lim Ceng Im sambil menundukkan kepala. " Ketika wajahku dekil tidak karuan, kau pun tetap baik padaku."

"Itu cuma dekil, tapi wajahku...," Tio Cie Hiong menghela nafas panjang.

"Kakak Hiong" Lim Ceng Im mendongakkan kepala memandangnya. "Kalau Kakak Hiong tidak mempercayaiku, aku akan merusak wajahku"

"Jangan" Tio Cie Hiong terkejut. "Adik Im, engkau tidak boleh berbuat begitu."

"Tapi Kakak Hiong harus mempercayai, bahwa aku tetap mencintaimu"

Tio Cie Hiong mengangguk. "Aku mempercayaimu, Adik Im."

"Nah Harus begitu" Lim Ceng Im tersenyum.

Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang, dan Tok Pic sin wan juga tersenyum mendengar pembicaraan kedua muda-muda ini.

"Cie Hiong" Sam Gan Sin Kay memandangnya. "Engkau tidak dapat memecahkan ilmu pedang Im Sie Hong Mo itu?"

"Aku justru masih bingung, ilmu pedang itu sangat aneh" Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Aku sama sekali tidak dapat melihat Jelas gerakan-gerakan pedangnya."

"Engkau bisa mengingatnya kembali?" tanya Kim Siauw Suseng.

"Aku akan mencobanya" Tio Cie Hiong memejamkan mata, ia berusaha mengingat gerakan-gerakan ilmu pedang Im Sie Hong Mo.

Tak lama kemudian, tangannya juga bergerak tapi berhenti lagi. Setelah itu bergerak lagi, namun berselang sesaat ia pun berhenti sambil membuka matanya dan menghela nafas.

"Aku tidak bisa mengingat gerakan-gerakan ilmu pedang itu, terlampau kacau balau" ujarnya dengan kening berkerut. "Aku masih tidak habis pikir, entah Iweekang apa yang dimilikinya."

"Memangnya kenapa?" tanya Lim Ceng Im.

"Makin lama bertarung, iwee kangnya makin dahsyat menyerangku" jawab Tio Cie Hiong memberitahukan. "Kalau aku tidak memiliki Pan Yok Hian Thian Sin Kang, pasti sudah terluka dalam."

"Heran?" gumam Lim Peng Hang. "Bagaimana Ku Tek Cun itu berkepandaian begitu tinggi dalam waktu satu tahun?"

"Padahal urat penting dalam tubuhnya telah kuputuskan, tapi...." Tio Cie Hiong mengerutkan

kening.

"Mungkinkah dia telah mempelajari semacam Iwee kang sesat?"

"Mungkin" Kim Siauw Suseng manggut-manggut. "Bukankah dia telah berubah jadi gila? "Nah, itu mungkin terpengaruh oleh Iwee kang sesat yang dimilikinya."

"Masuk akal" sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Tapi..., Yap In Niopun telah gila. Berarti dia mempelajari Iwee kang yang sama. Bagaimana mungkin mereka mempelajari Iwee kang itu bersama?"

"Itu sungguh membingungkan" Tok Pie sin Wan menggeleng-geleng kepala.

"Mungkin...," ujar Lim Peng Hang setelah berpikir sejenak. "Im sie Hong Jin punya saudara seperguruan.Jadi...."

"Lam Hai sin ceng tidak memberitahukan, bahwa Im sie Hong Jin punya saudara seperguruan," tukas Tio cie Hiong.

"Kalau begitu..," Lim Peng Hang menggeleng-geleng kepala. "Lebih baik tidak perlu membicarakan tentang itu, membuat kita bertambah pusing"

"Cie Hiong" Kim siauw suseng memandangnya. "Kini kita harus bagaimana?"

"Entahlah" Tio Cie Hiong menghela nafas. "Aku sungguh bingung, bagaimana kita kalau Im sie Hong Mo muncul lagi?"

"Kakak Hiong, sebaiknya kita bersembunyi," usul Lim Ceng Im. "Maksudku kita semua."

"Bisa bersembunyi untuk sementara waktu, tidak mungkin untuk selama-lamanya, oh ya, di mana para ketua?"

"Mereka sedang berunding di ruang depan." Lim Peng Hang memberitahukan.

"Untuk sementara ini...," ujar Kim siauw su-seng. "Aku yakin Im sie Hong Mo tidak akan muncul di sini, sebab Pek Ih Hong Li pasti terus mengejarnya."

"Benar" Sam Gan Sin Kay manggut-manggut. "Maka kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memikirkan jalan keluarnya."

"Jalan keluar bagaimana?" tanya Tok Pie sin Wan.

"justru kita harus berpikir." sahut sam Gan sin Kay. "Kita tidak bisa duduk diam saja."

Kim siauw suseng memandang Tio cie Hiong. "Kecuali kalau dia dapat ciptakan semacam ilmu pedang untuk mengalahkan Im sie Hong Mo itu. Kalau tidak...."

"Terus terang," ujar Tio Cie Hiong dengan wajah murung. "Tentang itu aku tidak mampu, sebab aku tidak melihat jelas gerakan- gerakan pedang Im sie Hong Mo. Lagipula dia memiliki Iweekang yang aneh, semakin lama bertarung ilmu pedangnya pun makin hebat."

"Kalau begitu. Kita cuma berharap Pek Ih Hong Li dapat membunuhnya." ujar Tok Pie sin Wan.

"Hanya itu harapan kita," sahut Sam Gan Sin Kay.

"Ada jalan Ada jalan" seru Tio cie Hiong mendadak dengan wajah berseri tapijustru tampak menyeramkan.

"Jalan apa?" tanya mereka serentak.

"Aku harus segera berangkat Aku harus segera berangkat" sahut Tio cie Hiong.

"Kakak Hiong harus berangkat ke mana?" tanya Lim ceng Im heran.

"Aku harus segera berangkat ke Gunung Thian San" Tio cie Hiong memberitahukan. "Di dalam goa itu terdapat beberapa macam gerakan, pada waktu itu aku tidak mempelajarinya karena belum tertarik belajar ilmu silat. Lagipula keterangannya diukir dengan huruf-huruf Han kuno, aku tidak mengerti. Namun sekarang aku sudah mengerti, Thian Thi Siansu yang mengajarkan padaku."

"Kalau begitu, cepatlah engkau berangkat" ujar Sam Gan Sin Kay. "Siapa tahu gerakan-gerakan itu dapat mengalahkan ilmu pedang Im Sie Hong Mo." "Benar" Sela Kim Siauw suseng. "Manfaat-kanlah kesempatan ini untuk berangkat"

Tio cie Hiong mengangguk.

"Kakak Hiong, aku ikut," ujar Lim ceng Im.

Tio Cie Hiong menggeleng kepala. " Engkau tidak bisa ikut"

" Kenapa?"

"sebab puncak Gunung Thian san sangat dingin, dirimu tidak akan tahan"

"Kakak Hiong bisa tahan, kenapa aku tidak?"

"Aku memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang, yang membuatku mampu menahan dingin"

"Kakak Hiong...."

"Kalau aku berangkat ke Gunung Thian san...."

"Jangan khawatir" ujar sam Gan sin Kay. "Kami menjaga Ceng Im baik-baik. Kalau perlu, kami akan menyembunyikannya di suatu tempat yang aman."

"Terima kasih, Kakek pengemis," ucap Tio Cie Hiong.

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Cie Hiong, Ceng Im adalah cucuku. Tentunya aku pun bertanggung jawab atas keselamatannya, jadi tidak perlu gelisah."

Tio Cie Hiong mengangguk. "Baik kalau begitu."

Kakak Hiong...," Lim Ceng Im menatapnya dengan mata basah seraya bertanya. " Kapan engkau berangkat?"

"sekarang"

"sekarang?" Mata Lim Ceng Im membelalak.

"Ya"

"cie Hiong," ujar Lim Peng Hang. "Akan kusiapkan kuda jempolan, agar engkau cepat tiba di Gunung Thian san."

"Terima kasih, Paman. Tapi, lebih baik aku menggunakan ginkang saja" sahut Tio Cie Hiong. "Mungkin akan lebih cepat."

"Baiklah." Lim Peng Hang manggut-manggut.

Engkau boleh berangkat dengan tenang, jangan khawatirkan Ceng Im" "Ya, Paman" Tio Cie Hiong mengangguk.

Tio Cie Hiong telah berangkat ke Gunung Thian san. Di tempat sepi ia menggunakan ginkang.

Malam harinya, ia cuma duduk bersamadi sejenak. lalu melanjutkan lagi perjalanannya.

Kira-kira belasan hari kemudian, ia sudah tiba di kaki Gunung Thian. segeralah ia mengerahkan ginkangnya melesat ke puncak gunung itu. Begitu sampai di puncak. la bersiul panjang lalu berteriak menggunakan Iwee kang. "Kauw heng (saudara Monyet) Aku datang Kauw heng...."

Mendadak tampak sosok bayangan putih berkelebat- kelebat di permukaan saiju menuju ke arahnya, disertai suara cuit-cuitan yang amat nyaring.

"Kauw heng" Betapa girangnya Tio Cie Hiong ketika melihat sosok bayangan itu yang tak lain monyet berbulu putih.

setelah dekat, monyet putih itu langsung meloncat merangkul Tio Cie Hiong erat-erat sambil mengeluarkan suara cuit-cuitan.

"Kauw heng..." Tio Cie Hiong membelainya.

Mendadak monyet putih itu memandangnya sambil menggaruk-garuk kepala, sepertinya merasa heran kenapa wajah Tio Cie Hiong berubah jadi begitu menyeramkan.

"Kauw heng...." Tio Cie Hiong menghela nafas. "Wajah dan sekujur badanku dilukai musuh,"

ujarnya memberitahu.

Monyet putih bercuit-cuitan, sambil meloncat turun, kemudian menarik tangan Tio Cie Hiong.

"Kauw heng, aku ke mari untuk belajar ilmu silat yang terukir di dinding goa. Engkau tidak berkeberatan, kan?"

Monyet putih manggut-manggut, dan langsung menarik Tio Cie Hiong ke goa tersebut.

Keadaan di dalam goa itu masih seperti dulu. Tio Cie Hiong duduk sejenak di atas batu yang dingin, sedangkan monyet putih itu terus berloncat- loncatan, gembira sekali.

Tio Cie Hiong bangkit berdiri, lalu mendekati dinding yang berukir huruf-huruf Han kuno itu. Dia lalu mulai membacanya.

Ini adalah Kan Kun Taylo sin Kang (Tenaga sakti Alam semesta). Tenaga sakti ini bersifat menahan dan menggempur balik serangan Iwee kang orang lain.

Gerakan-gerakan yang diukir di dinding goa ini adalah cara melatih Kan Kun Taylo sin Kang. Bagi siapa yang telah memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang dan pernah makan buah Kiu Yap Ling che, tidaklah sulit untuk belajar Kan Kun Taylo sin Kang dalam waktu beberapa bulan pasti berhasil.

Di dinding goa ini juga diukir tiga jurus pukulan dan tiga jurus pedang. Walau cuma tiga jurus, tapi kehebatannya sangat luar biasa.

Tiga jurus pukulan ini hanya untuk menahan, dan sekaligus menggempur balik Iweekang pihak musuh.

Begitu pula tiga jurus ilmu pedang, dapat menahan ilmu pedang apapun yang dikolong langit, juga sekaligus menggempur balik ilmu pedang pihak musuh.

Ingat Kalau tidak dalam keadaan bahaya, janganlah mengerahkan Kan Kun Taylo sin Kang berikut jurus-jurus pukulan dan jurus-jurus pedang tersebut. BuBeng sian sU

setelah membaca huruf-huruf itu, dapat dibayangkan betapa girangnya Tio Cie Hiong. Mulailah ia mempelajari Kan Kun Taylo sin Kang.

Bab 44 Pek Ih Hong Li (Wanita Gila Baju Putih)

Beberapa hari kemudian setelah Tio Cie Hiong berangkat ke Gunung Thian san, ketika hari mulai gelap. mendadak bergema suara tawa yang menyeramkan di markas pusat Kay Pang.

Begitu mendengar suara tawa seram itu, wajah Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin wan, Lim Peng Hang, dan para ketua tujuh partai langsung berubah pucat pias. sebab, mereka mengenali suara tawa seram itu.

"Aaaakh...," keluh Lim Peng Hnng. "Kita harus bagaimana?"

" Cepat sembunyikan Ceng Im" ujar Sam Gan sin Kay.

Akan tetapi, gadis itu justru malah keluar mendekati mereka. Wajahnya juga sudah pucat pias. "Ayah Im sie Hong Mo...?"

"Ceng im, cepatlah bersembunyi ke dalam" perintah Lim Peng Hang dengan suara bergemetar.

"He he he Percuma bersembunyi, pokoknya malam ini kalian harus mampus" Terdengar suara seruan im sie Hong Mo, ternyata ia telah berada di halaman.

"Pengemis bau" Kim siauw suseng menatapnya sambil tersenyum. " Kelihatannya ajal kita telah tiba malam ini."

" Kira- kira begitulah," sahut sam Gan sin Kay sambil tertawa.

"omitohud" Hui Khong Taysu memandang mereka. " Kalau memangnya sudah takdir, terimalah dengan hati terbuka"

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa lagi. "Mari kita keluar untuk menerima takdir kita"

sam Gan sin Kay berjalan keluar, Kim siauw suseng mengikutinya dari belakang, setelah itu barulah para ketua tujuh partai dan Tok Pee sin wan. sedangkan Lim Peng Hang dan putrinya tetap berada dijalan. Kening Lim Peng Hang terus berkerut.

"Ayah..." panggil Lim Ceng im dengan suara rendah.

"Nak Apabila mereka tidak sanggup membendung terjangan im sie Hong Mo, engkau harus segera kabur" pesan Lim Peng Hang.

Lim Ceng Im mengangguk. "Aku sudah tahu tempat yang aman untuk bersembunyi."

"Engkau di sini saja, Ayah mau keluar"

"Ya"

sementara Bu Lim Ji Khie sudah sampai di luar. Mereka melihat Im sie Hong Mo berdiri dengan sinar mata kehijau-hijauan.

"Ku Tek Cun" bentak sam Gan sin Kay. "Mau apa engkau ke mari?"

"Ku Tek Cun? Siapa dia?" tanya Im Sie Hong Mo sambil tertawa terkekeh. "Aku Im Sie Hong Mo, bukan Ku Tek cun"

"Engkau Ku Tek Cun" sahut Kim siauw suseng. "Ayahmu adalah Hong Lui Kiam Kheh-Ku Tiok Beng"

"Aku Im sie Hong Mo, aku tidak punya ayah He he he" Im sie Hong Mo tertawa lagi, kemudian menghunus pedangnya.

"sastrawan sialan" ujar sam Gan sin Kay. "Kita harus berupaya menahannya sampai belasan jurus, agar ceng Im bisa kabur"

"Baik" Kim siauw suseng mengangguk.

"He he he" Im sie Hong Mo menatap mereka seraya membentak. "Dalam tiga jurus kepala kalian pasti copot"

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Belum tentu, Im sie Hong Mo "

Engkau tertawa? Bagus" Mendadak sepasang mata menyorot cahaya hijau. "Ayo, terus tertawalah"

"Hua ha ha Hua ha ha" sam Gan sin Kay betul-betul terus tertawa. "Ha ha ha ha..."

"Pengemis baur bentak Kim siauw Suseng sambil memukul bahunya. "Diam"

"Haaah..." sam Gan sin Kay tersentak. melihat Im sie Hong Mo menyerang mereka sambil tertawa seram dan membentak-bentak. " Kalian harus mampus"

sam Gan sin Kay menangkis dengan tongkat bambu, sedangkan Kim siauw suseng menangkis dengan suling emas dan....

Plaak Trang Terdengar suara benturan.

"He he he" Im sie Hong Mo tertawa terkekeh-kekeh.

sam Gan sin Kay dan Kim siauw suseng terhuyung-huyung, pakaian mereka telah robek tersabet pedang Im sie Hong Mo. Bukan main Hanya satu jurus Im sie Hong Mo telah berhasil membuat robek pakaian Bu Lim Ji Khie, itu membuktikan betapa tingginya kepandaian im sie Hong Mo itu.

"Pengemis bau" Kim siauw suseng tersenyum getir. "Kelihatannya ajal kita memang telah tiba" "Takdir" sahut sam Gan sin Kay sambil tertawa gelak.

"He h e he..." Im sie Hong Mo tertawa terkekeh lagi. "Ajal kalian semua memang telah tiba."

Mendadak berkumandang tawa nyaring yang melengking- lengking. Begitu mendengar tawa itu, Bu Lim Ji Khie langsung menarik nafas lega, sedangkan im sie Hong Mo tampak tertegun.

"Hi hi hi Hi hi hi Aku akan mencincang tubuhmu"

sosok bayangan putih melayang turun di hadapan im sie Hong Mo. la adalah Pek Ih Hong Li.

Begitu melayang turun, Pek Ih Hong Li langsung menyerang Im sie Hong Mo.

"Eeeeh..." Im sie Hong Mo tampak kalang kabut menangkis serangan-serangan yang dilancarkan Pek Ih Hong Li. "Aku harus mencincang Hiya...".

Im sie Hong Mo bergerak karena terdesak. Dia tampaknya kurang berani balas menyerang terhadap Pek Ih Hong Li. Bahkan akhirnya melesat pergi.

"Mau kabur ke mana? Akan kubunuh kau..." Pek Ih Hong Li melesat mengejarnya. Bu Lim Ji Khie dan lainnya saling memandang. Lim Ceng Im menghambur keluar.

"Ayah Im sie Hong Mo sudah pergi?" tanya gadis itu.

"Ya" Lim Peng Hang mengangguk sambil menarik nafas dalam-dalam. "Pek Ih Hong Li muncul, membuat Im sie Hong Mo langsung kabur"

"Yap In Nio?"

"Ya"

"omitohud" ucap Hui Khong Taysu. "Kita semua belum ditakdirkan mati...."

Kepala gundul" sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Aku mulai mempercayai takdir." "omitohud" Hui Khong Taysu tersenyum.

"Ayo, mari kita ke dalam" ajak sam Gan sin Kay.

Ketika mereka baru mau masuk mendadak berkelebat sosok bayangan putih. sosok berpakaian putih itu tak lain Pek Ih Hong Li.

Kemunculan Pek Ih Hong Li sangat mengherankan mereka. semua memandangi wanita itu dengan kening berkerut.

"Eh?" sam Gan sin Kay tampak bingung. "Mau apa dia balik ke mari?"

" Entahlah," sahut Kim siauw suseng menggelengkan kepala.

sementara Pek Ih Hong Li setelah melayang turun, lalu mendekati sebuah pohon dan duduk di situ.

"Ayah...," bisik Lim Ceng Im. "Kenapa dia duduk di bawah pohon?"

"Entahlah." Lim Peng Hang menggeleng kepala. "Mungkin... dia ingin beristirahat di sana."

"Ayolah Mari kita masuk" ajak sam Gan sin Kay dan berjalan ke dalam. Kim siauw suseng, Tok Pie sin wan, dan lainnya juga masuk kemudian, mereka duduk di ruang depan.

Heran?" Gumam Kim siauw suseng. "Kenapa Pek Ih Hong Li datang lagi? Itu berarti dia tidak berhasil mengejar im sie Hong Mo"

"Mungkinkah..." ujar sam Gan sin Kay setelah berpikir sejenak. "Dia duduk di bawah pohon dengan maksud ingin melindungi kita?"

"Benar" sahut Kim siauw suseng.

"Tapi...," Tok Pie sin wan menggeleng-gelengkan kepala. "Pikirannya tidak waras, bagaimana mungkin...."

"Mungkin dia masih ingat kita, maka timbul suatu perasaan, sehingga membuatnya merasa harus melindungi kita," tukas Kim siauw suseng.

"Mungkini..." sela sam Gan sin Kay. "Di- karena kan im sie Hong Mo sering muncul di sini, maka dia menunggunya di sini."

"Masuk akal." ujar Kim siauw suseng. " Walau dia sudah gila, tapi masih memiliki naluri."

"omitohud" ucap Hui Khong Taysu. "Kita masih dilindungi. Dengan adanya Pek Ih Hong Li di sana, Im sie Hong Mo pasti tidak berani muncul."

"Ngmm" sam oan sin Kay manggut-manggut, kemudian tertawa gelak dan berkata. "Kita semua memang ditakdirkan mati. Buktinya Pek Ih Hong Li muncul melindungi kita."

"Ceng Im" Lim Peng Hang menatap putrinya. "Cobalah engkau mendekatinya, siapa tahu ia masih ingat padamu."

"Ya, Ayah" Lim Ceng Im mengangguk.

"Tunggu" seru sam Gan sin Kay.

Lim Ceng Im berhenti, gadis itu memandang kakeknya dengan penuh keheranan^. "Kakek...."

"Ceng im, biar bagaimanapun engkau harus hati-hati," pesan sam Gan Sin Kay sungguh-sungguh. "sebab ia sudah gila, jadi...."

"Kakek. aku tahu itu," ujar Lim Ceng Im lalu berjalan keluar.

sesampainya di luar, dilihatnya Pek Ih Hong Li masih duduk diam di bawah pohon. Lim Ceng Im mendekati lalu duduk di hadapannya.

Kehadiran Lim Ceng Im sama sekali tidak digubris Pek Ih Hong Li, tetap duduk diam sambil memandang kosong ke depan.

"Adik in" panggil Lim ceng im. "Adik In..."

Pek Ih Hong Li memandang Lim Ceng im dengan mata tak berkedip. Karena takut, Lim Ceng im dan cepat-cepat menundukkan kepala.

"Kenapa engkau panggil Adik In...?" bentak Pek Ih Hong Li mendadak. "siapa Adik In itu?"

"Yap In Nlo" sahut Lim Ceng Im. "Engkau adalah Yap in Nlo"

"Yap In Nio Yap In Nio...?" gumam Pek Ih Hong Li. "Nama yang indah, Yap In Nio Nama yang indah"

"Itu namamu"

"Aku tidak punya nama, aku bukan Yap In Nio Aku... lapar Lapar"

"Aku ambilkan makanan dan minuman, ya?"

"Cepat Cepaaat Aku sudah lapar sekali"

"Baik...Baik" Lim Ceng Im cepat-cepat berlari ke dalam, membuat semua yang ada di dalam terkejut.

"Ceng Im Ada apa?" tanya Lim Peng Hang cemas.

"Dia... dia lapar," sahut Lim Ceng Im memberitahukan. "Aku akan ambilkan dia makanan dan minuman."

"oooh" Lim Peng Hang menarik nafas lega.

Bu Lim Ji Khie dan lainnya saling memandang, kemudian tertawa terbahak-bahak.

"omitohud..." ucap Hui Khong Taysu.

Lim Ceng Im membawakan nasi, lauk pauk, dan air minum untuk Pek Ih Hong Li yang telah kelaparan itu.

Begitu ditaruh ke hadapannya, langsung saja Pek Ih Hong Li menyantapnya dengan lahap sekali. Dalam waktu sekejap. habislah nasi dan lauk pauk itu Airnya juga ditenggaknya habis.

"Gleek Gleeek Gleeek Aaaakh..." Pek Ih Hong Li tertawa-tawa sambil memegang perutnya. "

Kenyang Kenyang sekali."

"In Nio" Lim Ceng Im menatapnya sambil tersenyum, kemudian bertanya. " Kenapa engkau duduk di sini?"

"Aku... aku harus duduk di sini."

" Kenapa?"

"Aku di sini, Ku Tek cun tidak berani ke mari. Kalian... kalian selamat"

"Engkau kenal Ku Tek cun?"

"Dia jahat Aku harus mencincang tubuhnya. Aku harus cincang dia..." Mendadak Pek Ih Hong Li tersenyum dan berkata lembut. "Ada seorang pemuda yang sangat baik sekali, dia... dia sayang padaku, aku suka dia."

"siapa dia?"

"Dia adalah pemuda itu"

"siapa pemuda itu?"

"Pemuda itu adalah dia" jawaban Pek Ih Hong Li membuat Lim Ceng Im melongo. Kemudian ia pun tertawa sendiri, karena yang dihadapinya orang tak waras. "Engkau kenal dia?"

"Aku kenal." Pek ih Hong Li tersenyum-senyum, seakan teringat sesuatu yang indah. "Dia orang baik, dia sayang padaku...."

"Dia berada di mana sekarang?"

"Dia... dia telah mati"

"Kenapa dia mati?"

"Aku... aku...." Mendadak Pek Ih Hong Li menangis. "Aku... aku tusuk dia dengan belati,

perutnya berdarah...."

"Kenapa engkau tusuk dia?" tanya Lim Ceng im lagi. Ternyata ia ingin menyadarkan Pek Ih Hong Li dengan menggali ingatannya.

"Dia... dia...." Tiba-tiba sepasang mata Pek Ih Hong Li memancarkan sinar yang berapi-api

penuh dendam. "Bukan dia, tapi adalah Ku Tek Cun Aku harus cincang dia Harus cincang dia"

"siapa pemuda yang engkau tusuk itu?"

"Dia sangat baik dan sayang padaku." Wajah Pek Ih Hong Li mulai berseri lagi. "Dia... dia... aaaakh..."

"Engkau lupa namanya?"

"Namanya... namanya...." Pek Ih Hong Li mengerutkan kening, lalu kembali menangis gerung-gerungan. "Dia... dia telah mati Aku... aku bersalah...."

"In Nio" Lim Ceng im menatapnya dalam-dalam serada bertanya. "Kepandaianmu sangat tinggi sekali, engkau berguru pada siapa?"

"Bibi"

"siapa bibi itu?"

"Dia... dia sudah berubah jadi tulang-"

"Dia yang mengajar engkau silat?"

"Bukan" Pek Ih Hong Li tertawa. "Ada tulisan di atas batu, aku harus memeluk dia. Aku menurut dan langsung memeluknya, tapi... hi hi hi Dia berubah jadi tulang."

"Kenapa dia bisa berubahjudi tulang?" tanya Lim Ceng Im merasa kebingungan.

"Kenapa, ya?" Pek Ih Hong Li menggaruk-garuk kepala dan tersenyum. "Setelah aku peluk dia, aku... aku jadi kuat sekali."

"oh?" Lim Ceng Im bertambah bingung. "Lalu siapa yang mengajar engkau ilmu silat?"

"Hi h Hi" Pek Ih Hong Li tertawa gembira. "Aku belajar sendiri, aku pintar, kan?"

" Engkau memang pintar" Lim Ceng im tersenyum dan menatapnya iba.

"Dia juga pernah bilang aku adalah gadis pintar..." gumam Pek Ih Hong Li. "Aku... aku gembira sekali"

"siapa dia?"

"Eh? Kenapa kau goblok sekali? Dia adalah pemuda yang baik itu. sudah kukatakan dari tadi, engkau masih terus bertanya. Dasar goblok"

"Ya Ya, aku memang goblok" Lim Ceng Im manggut-manggut. "Engkau belajar silat dari mana?"

"Aku membaca sebuah kitab, aku belajar dari kitab itu"

"Di mana?"

"Di dalam goa Hi hi hil sekarang aku sudah bisa terbang...."

"Masih ada siapa di dalam goa itu?"

"Cuma ada bayanganku sendiri"

"Tidak ada orang lain?"

"Tidak ada"

"Engkau kenal Ku Tek cun?"

"Dia orang jahat Aku harus membunuhnya. Aku harus mencincang tubuhnya"

"Ilmu pedangnya mirip ilmu pedangmu? Apa-kah dia juga belajar di dalam goa itu?"

"Eeeeh?" Pek Ih Hong Li menatapnya dengan bola mata berputar-pular. "Engkau kok goblok amat? Jangan-jangan engkau sudah gila Tadi sudah kukatakan, di dalam goa cuma ada bayanganku sendiri, mana ada orang lain lagi, sih?"

"Tapi..." Lim Ceng Im menggeleng-geleng kepala.

"Ku Tek Cun jahat Dia... dia adalah.,.." Pek Ih Hong Li menggaruk-garuk kepala.

Gurunya pasti adalah Im sie Hong Jin, aku harus membunuhnya. Aku harus membunuhnya, aku harus mencincang dia"

Engkau kenal Im sie Hong Jin?"

"Wuaah" Pek Ih Hong Li tertawa. "Engkau betul-betul sudah gila, aku mana kenal dia? Bibi berpesan melalui tulisannya, aku harus cari keturunan im sie Hong Jin, karena Im sie Hong Jin pernah menganiayai bibi"

"oooh" Lim Ceng Im manggut-manggut. " Kenapa engkau begitu dendam pada Ku Tek Cun?"

"Dia... dia menyamar jadi pemuda yang baik itu, dan aku... aku tidak tahu." Pek Ih Hong Li menangis sedih. "Aku tidur sama dia, aku... aku kira pemuda yang baik itu tidak mau bertanggung jawab. Maka aku... aku tusuk dia dengan belati, perutnya berdarah.... mati"

"Engkau ingat seseorang?" tanya Lim Ceng Im menyelidik. "Dia bernama Tio Cie Hiong"

Tio Cie Hiong...?" Pek Ih Hong Li menggumam. "Tio Cie Hiong.... Hiong.... Kakak Hiong? Kakak Hiong Aaaakh.... Kakak Hiong Aku bersalah padamu, aku telah membunuhmu Kakak Hiong...."

Pek Ih Hong Li terus menangis sedih. Diam-diam Lim Ceng im menghela nafas panjang.

"Sudahlah, In Nio, jangan menangis Kakak Hiong tidak mati...." Lim Ceng Im memberitahukan.

"Hi h H i" Pek Ih Hong Li tertawa melengking- lengking. " Kakak Hiong sudah mati, aku... aku yang bunuh dia Kakak Hiong... Ku Tek Cun Aku harus cincang engkau Aku lumatkan tubuhmu..."

Mendadak Pek Ih Hong Li melesat pergi.

Betapa terkejutnya Lim Ceng Im melihat hal itu.

"In Nio In Nio..." Lim ceng Im berteriak-teriak memanggil gadis itu.

Tiada sahutan, Lim Ceng Im duduk termangu di situ. Berselang sesaat tiba-tiba melayang turun sosok bayangan putih yang tiada lain Pek Ih Hong Li. seketika itu juga Lim ceng Im menarik nafas lega. "In Nio"

Pek Ih Hong Li tidak menggubrisnya. la menjatuhkan diri dan duduk di bawah pohon.

"Aku tidak boleh pergi. Aku tidak boleh pergi- Kalau aku pergi, Ku Tek cun akan ke mari, semua orang di sini pasti mati. Aku harus berjaga di sini"

"Berjaga di sini? Lim Ceng Im tidak habis pikir, kenapa Yap In Nio punya pikiran begitu.

"In Nio Kenapa engkau harus berjaga di sini?" tanya Lim Ceng Im ingin mengetahuinya.

"Aku pernah berada di sini, aku harus menjaga semua orang di sini. orang-orang di sini sangat baik terhadap Kakak Hiong, aku... aku harus menjaga di sini"

"In Nio" Lim Ceng Im menatapnya iba. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, yakni yakin Tio cie Hiong dapat menyembuhkannya.

Jangan berisik" Pek Ih Hong Li melotot.

Kenapa?" tanya Lim Ceng Im heran.

"Aku sudah ngantuk, mau tidur" Pek Ih Hong Li langsung menelentangkan badannya. "Aku mau tidur."

"In Nio, tidur di dalam saja"

"Tidak."

"ln Nio...."

"Diam Jangan berisik"

Lim Ceng Im menghela nafas, lalu meninggalkannya, la berjalan ke dalam dengan kepala tertunduk, hatinya merasa kasihan terhadap Yap In Nio.

"Ceng Im" Lim Peng Hang menatapnya. " Ke-napa engkau?"

"Kasihan Yap In Nio" Lim ceng Im menghela nafas. "Dia betul-betul gila, tidak tahu siapa dirinya. Namun masih ingat sedikit masa lalunya."

"oh? Engkau bicara apa padanya?"

"Membicarakan ini dan itu."

"Ceng Im, duduk" seru sam Gan Sin Kay. "Beritahukanlah apa yang engkau bicarakan padanya" Lim Ceng Im duduk. kemudian menarik nafas.

"Dia tahu Ku Tek Cun yang menodai dirinya, maka dia begitu mendendam padanya" "Dia memberitahukan siapa gurunya?" tanya Kim siauw suseng.

"Dia bilang bibi," jawab Lim Ceng Im dan memberitahukan tentang itu berdasarkan apa yang didengarnya dari Pek Ih Hong Li.

Kalau begitu...," Kim siauw suseng mengerutkan kening. "Yang dia panggil bibi adalah wanita itu. Dia memeluknya kemudian wanita itu berubah jadi tulang...."

"sastrawan sialan" sam Gan sin Kay tertawa. "Mungkin wanita itu memiliki suatu ilmu, maka ketika Yap in Nio memeluk maka Iwee kang yang dimilikinya semasa hidup tersalur ke dalam tubuh Yap In Nio"

"Benar" Kim siauw suseng mengangguk. "Begitu pula yang dialami Ku Tek Cun."

"Kalau begitu," sela Tok Pie sin wan. " Wanita itu dan im sie Hong Jin pasti punya hubungan erat. Bukankah ilmu pedang mereka hampir mirip?"

"Menurutku, wanita itu dan im sie Hong Jin adalah kakak beradik seperguruan," duga sam Gan sin Kay. "Kini kita sudah tahu itu, dan kita pun aman karena Pek Ih Hong Li menjaga di situ."

"Mudah-mudahan dia menjaga sampai Cie Hiong pulang" ucap Lim Peng Hang.

"ohya" Lim Ceng im bangkit berdiri "Aku mau ke dalam mengambil tikar dan selimut untuk In Nio, dia tidur di bawah pohon itu"

"Kenapa engkau tidak menyuruhnya tidur di dalam saja?" Lim Peng Hang mengerutkan kening.

"Aku sudah menyuruhnya, tapi tidak maur Lim Ceng im menggeleng-geleng kepala, lalu berjalan ke dalam.

Berselang beberapa saat, ia sudah balik ke bawah pohon itu dengan membawa sehelai tikar dan selimut.

Ternyata Pek Ih Hong Li sudah tidur. Namun ketika Lim Ceng Im mendekatinya, ia langsung meloncat bangun. "Mau apa engkau?" bentaknya.

"Aku membawakan tikar dan selimut untukmu," ujar Lim Ceng Im sambil tersenyum lembut.

"Tikar dan selimut?"

"Ya"

Lim Ceng Im menaruh tikar dan selimut itu, kemudian menatap Pek Ih Hong Li seraya berkata. "Tikar untuk alas tidur, selimut untuk menutupi dirimu agar tidak dingin."

"Lucu Lucu sekali Hi h H i" Pek Ih Hong Li tertawa geli. "Aku sudah biasa tidur begini, kenapa engkau bawakan tikar dan selimut?"

"Kalau pakai tikar, pakaianmu tidak akan kotor." Lim Ceng im memberitahukan. "Pakai selimut tidak akan kedinginan."

"Oh? Terima kasih Terima kasih" ucap Pek Ih Hong Li, tersenyum lucu. "Engkau gila, tapi baik hati"

"Oh, ya?" Lim Ceng im tersenyum getir.

"Sudah, ya Jangan ke mari menggangguku lagi, aku mau tidur" Pek Ih Hong Li langsung membaringkan dirinya ke atas tikar, kemudian menarik selimut untuk menutupi badannya. "Hei Besok pagi bawakan makanan dan minuman, ya"

"Tentu" Lim Ceng Im tersenyum.

"Hei selamat malam" ucap Pek Ih Hong Li.

"Selamat malam" sahut Lim Ceng Im. Tidak disangkanya Yap In Nio yang telah gila itu masih bisa mengucapkan "selamat Malam" padanya. la menggeleng-geleng kepala sambil meninggalkan tempat itu.

Pagi-pagi sekali Lim Ceng im membawakan makanan dan minuman berupa teh hangat untuk Pek Ih Hong Li. Ternyata ia sudah bangun, duduk di atas tikar sambil memandang kosong ke depan.

"In Nio" Panggil Lim Ceng Im-sambil menaruh makanan dan minuman ke hadapannya, lalu ia pun duduk.

"Hi h H i" Pek Ih Hong Li tertawa "Aku punya pelayan. Aku punya pelayan sungguh menggembirakan"

"In Nio, selamat pagi" ucap Lim Ceng im.

"siapa bilang pagi? Sudah mau malam engkau bilang pagi" Pek Ih Hong Li menggeleng-geleng kepala.

" Engkau betul-betul sudah gila"

"In Nio, makanlah" Lim Ceng im menarik nafas.

"Hi hi hi Ada makanan lezat" Pek Ih Hong Li tertawa gembira. "Ayam, daging dan... wah Nikmat sekali ini"

Pek Ih Hong Li langsung bersantap seperti macan kelaparan, setelah itu ia pun tertawa-tawa seraya berseru. "Aku kenyang Aku kenyang"

"Mau tambah lagi?"

"Eh?" Pek Ih Hong Li menatapnya. "Aku sudah bilang kenyang, kenapa engkau masih bertanya mau tambah lagi? Penyakit gilamu kumat lagi, ya?"

"In Nio...." Lim Ceng Im menggeleng-geleng kepala.

"Sekarang sudah pagi, aku pun sudah makan kenyang... mandi Aku mau mandi. Di mana ada sungai, aku mau mandi"

"Mau mandi, ya?"

"Kok tanya lagi?"

"Mari ikut aku ke dalam, di sana ada kamar mandi Engkau boleh mandi sepuas-puasnya."

"Boleh berenang?"

"Tentu boleh."

"cihuii..." Pek Ih Hong Li berseru kegirangan.

"Ayo, ikut aku"

Lim Ceng Im melangkah ke markas, Pek Ih Hong Li mengikutinya dari belakang.

Begitu masuk- puluhan mata langsung memandang padanya. Pek Ih Hong Li tersenyum-senyum.

"selamat pagi" ucapnya sambil terus tersenyum lucu.

"Pagi" sahut Bu Lim Ji Khie dan lainnya.

setelah Lim Ceng Im dan Pek Ih Hong Li masuk menuju ke kamar mandi, Bu Lim Ji Khie saling memandang lalu tertawa.

"Huaha ha ha sebetulnya yang sudah gila itu dia atau kita? Dia masih ingat mengucapkan "selamat pagi" pada kita lho"

"omitohud" ucap Hui Khong Taysu. " Walau dia sudah gila, namun masih memiliki jiwa kemanusiaan dan sopan santun."

"Ha ha ha" Kim siauw suseng tertawa sambil memandang Tok Pie sin Wan. " Lutung gila, dia lebih sopan dari padamu."

"Kita yang waras malah tidak tahu diri," timpal Tok Pie sin Wan.

"Aku yakin, dia bisa sembuh," ujar sam Gan sin Kay.

"Belum tentu" Kim siauw suseng menggeleng kepala.

"Kenapa?" sam Gan sin Kay mengerutkan kening. "sastrawan sialan,jelaskanlah"

"sebab dia telah belajar semacam ilmu sesat, itu yang mempengaruhi pikirannya. Tapi... aku percaya Cie Hiong dapat menyembuhkannya," sahut Kim siauw suseng menjelaskan. "Kita tahu, Cie Hiong memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang dan mahir ilmu pengobatan."

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar