"Baik. Tang Hai Lo Mo
mengangguk. "Tempat ini sangat sempit, mari kita bertarung di luar"
"Boleh" Tio Cie Hiong mengangguk. Mereka berempat lalu berjalan ke
luar.
Lam Kiong Bie Liong, Gouw sian
Eng, Toan wie Kie dan Toan pit Lian sudah berada di luar markas sam Mo Kauw
Justru mereka terbelalak, karena melihat mayat-mayat anggota sam Mo Kauw
berserakan di mana-mana.
Di saat mereka termangu-
mangu, mendadak berkelebat beberapa sosok bayangan ke hadapan mereka.
Bayangan-bayangan itu ternyata Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Tok Pie sin Wan,
Gouw Han Tiong dan Lim Ceng Im. Kemudian menyusul pula para ketua tujuh partai
dan Lim Peng Hang ketua Kay Pang.
"Ayah" seru Gouw
sian Eng girang.
"Nak" Betapa
girangnya Gouw Han Tiong begitu melihat putrinya selamat.
"Nak...."
"Ayah" Gouw sian Eng
langsung mendekap di dada Gouw Han Tiong.
"Nak...." Gouw Han
Tiong membelainya.
"Anak muda Apakah engkau
Toan wie Kie?" tanya Tui Hun Lojin sambil menatapnya tajam.
Ya," jawab Toan wie Kie
sambil memberi hormat. "Bagus Bagus...." Tui Hun Lojin tertawa
girang.
"Eeeh?" sam Gan sin
Kay memandang Lam Kiong Bie Liong dengan heran. "Engkau siapa? Kek
berpakaian hitam?"
"Namaku Lam Kiong Bie
Liong, cianpwee," jawab pemuda itu sambil memberi hormat. "Lam Kiong
Bie Liong..." gumam sam Gan sin Kay.
"Apakah engkau putra Lam
Kiong siu?"
"Ya, Cianpwee," Lam
Kiong Bie Liong mengangguk. "Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak.
"Tidak disangka, engkau
putra Lam Kiong siu"
Cianpwee kenal ayahku?"
tanya Lam Kiong Bie Liong heran.
"Kenal." sam Gan sin
Kay manggut-manggut. "Tapi sudah belasan tahun kami tidak bertemu.
Bagaimana kabar ayahmu? Baik-baik saja?"
Cianpwee, ayahku sudah
meninggal beberapa tahun lalu." Lam Kiong Bie Liong memberitahukan dengan
wajah murung.
"ohya, bagaimana kabar
pamanmu?" tanya sam Gan sin Kay mendadak.
"Pamanku mati di tangan
Bu Lim sam Mo...," jawab Lam Kiong Bie Liong dan menutur tentang kejadian
itu.
"oooh" sam Gan sin
Kay manggut-manggut. "Ternyata begitu...."
"Bie Liong, di mana Cie
Hiong?" tanya Lim Peng Hang yang mencemaskan calon menantunya.
"Dia masih berada di
dalam markas Sam Mo Kauw, mungkin- sedang bertarung dengan Empat Dhalai Lhama
dan Bu Lim sam Mo."
"Ayah" Lim Peng Hang
menatap sam Gan sin Kay seraya bertanya. "Bagaimana kita kalau menyerbu ke
dalam?"
"Itu...." sam Gan
sin Kay mengerutkan kening.
"Kakek" tegur Lim
Ceng Im. "Kakek sama sekali tidak menaruh perhatian pada Kakak Hiong"
"Tapi jebakan-jebakan
itu...."
"cianpwee" Lam Kiong
Bie Liong memberitahukan. "semua jebakan di markas ini telah kubikin
rusak."
"Bagus" sam Gan sin
Kay tertawa.
" Kalau begitu, mari kita
menyerbu ke dalam"
"Tunggu" cegah Kim
siauw suseng. Ternyata ia melihat beberapa sosok bayangan melayang turun.
"Tuh Mereka Bu Lim sam Mo
dan cie Hiong."
Mereka sebera memandang ke
sana. Tidak salah yang melayang turun itu memang Bu Lim sam Mo dan Tio cie
Hiong, maka seberalah mereka mendekati.
"Ha ha ha" Bu Lim
sam Mo tertawa gelak. "Bu Lim Ji Khie dan lainnya telah hadir semua, bagus
Bagus"
"Ha ha ha" sam an
sin Kay juga tertawa. "Bu Lim sam Mo, para anggota kalian telah kami sikat
habis"
"Hm" dengus Tang Hai
Lo Mo. "setelah kurobohkan Pek Ih sin Hiap. barulah giliran kalian"
"Huaha ha ha" Sam
Gan Sin Kay tertawa lagi. " Kalian bertiga mana mampu melawan Pek Ih sin
Hiap? Aku yakin kalian bertiga pasti roboh di tangannya"
"Benar" sambung Kim
siauw suseng sambil tertawa pula.
"Bu Lim sam Mo akan
berubah menjadi Bu Lim sam Cut (Tiba Manusia Kecil Rimba Persilatan)."
"Kalian berdua berani menghina kami?" bentak Tang Hai Lo Mo.
"Ayoh, mari kita bertarung"
"Bu Lim sam Mo"
sahut Tio Cie Hiong. " Urusan kita belum selesai, lebih baik kita mulai
saja" "Baik" Tang Hai Lo Mo mengangguk.
Mereka bertiga lalu mengurung
Tio Cie Hiong, setelah itu mulailah mereka mengerahkan Pak Kek sin Kang (Tenaga
sakti Kutub Utara). Bukan main terkejutnya Bu Lim Ji Khie dan lainnya, sebab
mereka merasa ada hawa dingin sekali, membuat badan mereka menggigil seketika.
Maka cepat-cepatlah mereka melangkah mundur belasan depa.
Tio Cie Hiong juga terkejut.
la segera mengerahkan Pan Yok Han Thian sin Kang, maka seketika juga badannya
mengeluarkan hawa hangat. Tentunya sangat mengejutkan Bu Lim sam Mo. oleh
karena itu mereka saling memandang, lalu mendadak menyerang serentak ke arah
Tio Cie Hiong.
Lim Ceng Im ingin menjerit,
namun Lim Peng Hang sebera berbisik di telinganya.
"Jangan menjerit Itu akan
memecahkan perhatian cie Hiong"
Lim Ceng Im langsung diam,
tapi wajahnya tampak memucat, sebab serangan Bu Lim sam Mo begitu dahsyat
sekali.
Tio cie Hiong langsung
berkelit dengan ilmu Langkah Kilat, walau berhasil berkelit tapi badannya
menjadi agak dingin. Ternyata Bu Lim sam Mo menyerangnya dengan Pak Kek sin
ciang (Pukulan sakti Kutub Utara).
Ketika melihat Tio Cie Hiong
berhasil berkelit, Bu Lim sam Mo langsung menyerang serentak lagi. Tang Hai Lo
Mo mengeluarkan jurus swat Hoa Phiauw Phiauw (Bunga salju Bertaburan), Thian Mo
mengeluarkan jurus Han Thian soh swat (Musin Dingin Menyapu salju), sedangkan
Te Mo mengeluarkan jurus Ling swat Teng Hai (salju Menutup Laut).
Betapa dahsyatnya ketiga jurus
itu, sebab jurus-jurus itu adalah jurus-jurus yang amat lihay dariPek Kek sin ciang,
bahkan mengandung hawa yang sangat dingin.
Bu Lim Ji Khie yang berdiri
belasan depa masih merasa dingin, begitu pula yang lain.
Lim Ceng Im menyaksikan
pertarungan itu dengan wajah pucat pias. Lim Peng Hang memegang bahunya. Ketua
Kay Pang itu kelihatan tegang sekali. Bu Lim Ji Khie menggeleng-gelengkan
kepala, kemudian mereka berdua berbisik-bisik.
"pengemis bau Kalau kita
berdua yang diserang sam Mo, apa yang akan terjadi di atas diri kita?"
tanya Kim siauw suseng.
Langsung mati beku,"
sahut sam Gan sin Kay. "sungguh luar biasa ilmu peninggalan Pak Kek siang
ong"
"Benar." Kim siauw
suseng manggut-mang-gut. Blammm Mendadak terdengar suara benturan dahsyat.
Ketika diserang dengan
jurus-jurus itu, Tio Cie Hiong tidak berkelit lagi, melainkan mengibaskan
lengan bajunya sambil memutar badannya untuk menangkis ketiga serangan itu.
Bagaimana hasil benturan itu?
Bu Lim Sam Mo terdorong ke belakang selangkah, sedangkan Tio cie Hiong tetap
berdiri di tempat. Mendadak Tio cie Hiong bersiul panjang sambil menyerang Bu
Lim sam Mo dengan Bit ciat sin ci (Jari sakti Pemusnah Kepandaian). la
mengeluarkan jurus Hong siau
Yun Hang (Angin Berhembus Awan
Bergerak), yakni ilmu ciptaannya yang mengandung Pan Yok Hian Thian sin Kang
dan bergerak dengan Kiu Kiong san Tan Pou. Dapat dibayangkan, betapa cepat dan
dahsyatnya serangan itu.
Bu Lim sam Mo terkejut bukan
main. Mereka sama sekali tidak menyangka, hawa dingin pukulan mereka tidak
dapat mempengaruhi badan Tio Cie Hiong, sebaliknya badan Tio Cie Hiong malah
mengeluarkan hawa hangat yang dapat membuyarkan hawa dingin pukulan mereka.
serangan Tio Cie Hiong yang
cepat dan dahsyat itu membuat Bu Lim sam Mo harus cepat-cepat meloncat mundur,
namun pakaian mereka telah berlubang.
Wajah Bu Lim sam Mo memucat,
sebab mereka tidak tahu Tio Cie Hiong mengeluarkan ilmu apa, juga tidak tahu
lweekang apa yang dimilikinya.
Tio Cie Hiong berdiri tegak di
tempat, dan menatap dingin pada Bu Lim sam Mo. sedangkan yang menyaksikan
kejadian itu, tampak terbelalak dengan mulut ternganga lebar.
"Ayah, apakah kakak Hiong
telah berhasil melukai Bu Lim sam Mo?" tanya Lim Ceng Im dan mulai berlega
hati, karena Tio Cie Hiong mampu balas menyerang Bu Lim sam Mo, bahkan membuat
mereka bertiga harus meloncat mundur.
"cie Hiong belum berhasil
melukai Bu Lim sam Mo," jawab Lim Peng Hang. " Kelihatannya
kepandaian mereka seimbang."
"sastrawan sialan"
bisik sam Gan sin Kay serius. "Kalau kita berdua di serang cie Hiong, kita
akan bagaimana?"
"Tentunya langsung
roboh," sahut Kim siauw suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku sama sekali tidak menyangka kalau kepandaian cie Hiong begitu
tinggi."
"Aaaakh..." sam Gan
sin Kay menghela nafas. " Kelihatannya sudah waktunya kita mengundurkan
diri dari rimba persilatan."
"Kira-kira
begitulah." Kim siauw suseng juga menghela nafas.
"Aku yakin kepandaian Cie
Hiong masih jauh di atas Lam Hai sin Ceng."
"Itu sudah jelas,"
sahut sam Gan sin Kay.
"Bu Lim sam Mo telah
berhasil mempelajari ilmu peninggalan Pak Kek siang ong, maka sudah pasti
kepandaian mereka bertiga di atas kita. Hanya Cie Hiong yang mampu menghadapi
mereka bertiga...."
Ucapan sam Gan sin Kay
terputus, karena Bu Lim sam Mo membentak keras sambil menyerang Tio Cie Hiong
dengan jurus-jurus andalan, Tio Cie Hiong berkelit, menangkis dan sekaligus
balas menyerang dengan jurus Man Thian sing sing (Bintang-Bintang Bertaburan Di
Langit).
Tak terasa pertarungan mereka
telah melewati belasan jurus. Namun pertarungan itu semakin seru, sengit dan
menegangkan hati yang menyaksikannya.
Bu Lim sam Mo menyerang dari
kiri, kanan dan atas. Tio Cie Hiong bersiul panjang sambil menangkis dan balas
menyerang dengan jurus cian ci soh Te (Ribuan Jari Menyapu Bumi).
serangan itu membuat Bu Lim
sam Mo termental ke belakang dua langkah. Mereka bertiga saling memandang,
sedangkan Tio cie Hiong berdiri tegak di tempat.
Berselang sesaat,
perlahan-lahan Bu Lim Sam Mo mengeluarkan senjata masing-masing yaitu pedang
lemas. Namun begitu sampai di tangan mereka, pedang lemas itu berubah keras
bagaikan baja.
"Ayah" Lim Ceng im
terkejut bukan main. "Bu Lim sam Mo menggunakan senjata" serunya.
"Jangan cemas, Nak"
ujar Lim Peng Hang dan berpesan, "ingat, biar bagaimana pun engkau tidak
boleh menjerit, sebab akan memecahkan perhatian dan konsentrasinya."
"Ya." Lim Ceng im
mengangguk.
"sastrawan sialan Bu Lim
sam Mo sungguh tak tahu malu. Mereka bertiga mengeroyok Cie Hiong, bahkan kini
menggunakan senjata," ujar sam Gan sin Kay bernada gusar.
"Pengemis bau" sahut
Kim siauw suseng. "Jangan khawatir, cie Hiong juga memiliki senjata
pusaka."
"Oooh" sam Gan sin
Kay manggut-manggut. "suling kumala...."
Tidak salah. Ketika melihat Bu
Lim sim Mo mengeluarkan senjata, Tio Cie Hiong mengeluarkan suling kumalanya.
"Hiyaaat" pekik Bu
Lim sam Mo keras sambil menyerang Tio Cie Hiong dengan pedang.
Pedang Bu Lim sam Mo
berkelebat mengarah pada Tio Cie Hiong. Lim Ceng Im nyaris menjerit begitu
melihatnya.
Yang paling kagum adalah Toan
wie Kie Toan pit Lian, Gouw sian Eng, Lam Kiong Bie Liong dan para ketua tujuh
partai. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Tio Cie Hiong berkepandaian
setinggi itu.
"Aaakh..." Lam Kiong
Bie Liong menarik nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala.
" Kenapa engkau, saudara
Lam Kiong?" tanya Toan wie Kie heran.
"Padahal aku telah
berhasil mempelajari semacam ilmu pedang keluarga Lam Kiong. selama puluhan
tahun, tiada seorang pun keluarga Lam Kiong dapat mempelajari ilmu pedang itu,
hanya aku yang berhasil. Tapi...." Lam Kiong Bie Liong menggeleng-gelengkan
kepala lagi.
"setelah menyaksikan
pertarungan itu, rasanya tiada artinya sama sekali ilmu pedangku."
"saudara Lam Kiong" Toan wie Kie tersenyum.
"Jangan berkata begitu,
aku pun sama seperti dirimu. Mungkin... Bu Lim Ji Khie juga berpikir
demikian."
"Yang paling beruntung
adalah Putri paman Lim, sebab Kakak Hiong sangat mencintainya." ujar Gouw
sian Eng.
"Adik, sian Eng, semua
itu telah merupakan takdir." Toan wie Kie tersenyum lembut sambil
memandangnya.
"Kita juga beruntung
karena... telah saling mencintai untuk selama-lamanya. Ya, kan?"
"Kakak Kie...."
Wajah Gouw Sian Eng memerah.
"oh ya, Adikku...."
Toan Wie Kie memandang Toan Pit Lian, lalu menoleh pada Lam Kiong Bie
Liong seraya berkata,
"Saudara Lam Kiong, adikku itu terlampau dimanjakan, maka kadang-kadang
sikapnya...."
"Kak Kenapa menyinggung
diriku?" Toan Pit Lian melotot.
"Ha ha" Toan Wie Kie
tertawa.
"Sesungguhnya...,"
ujar Lam Kiong Bie Liong malu-malu. "Saudara Toan, adikmu sangat lembut
dan... cantik manis. Aku... aku terpukau melihatnya."
"Untung cuma
terpukau," sela Gouw Sian Eng sambil tersenyum. "Belum mabuk
kepayang...."
"Nona Gouw...."
Wajah Lam Kiong Bie Liong memerah, namun bergirang dalam hati, karena
secara tidak langsung Gouw
Sian Eng telah membantunya mencurahkan perasaannya pada Toan Pit Lian.
"Hi hi...." Toan Pit
Lian tertawa geli.
Sementara pertarungan tampak
semakin tegang mencekam. Sebab Bu Lim Sam Mo telah menyerang Tio cie Hiong,
sedangkan Tio cie Hiong pun mengayunkan suling kumalanya.
Bu Lim Sam Mo menggunakan Pak
Kek Kiam Hoat (Ilmu Pedang Kutub Utara), sedangkan cie Hiong menggunakan Glok
SiauwBit ciat Kang Hoat (Ilmu Suling Kumala Pemusnah Kepandaian) yang
diciptakannya sendiri.
Trang Trang Trang Terdengar
suara benturan senjata. Bunga api pun berpijar menyilaukan mata.
Mendadak Tio Cie Hiong bersiul
panjang dan nyaring, kemudian menyerang Bu Lim sam Mo denganjurus Hai Lang Thau
Thau (ombak Laut Menderu- deru).
Trang Trang Trang Terdengar
lagi suara benturan senjata. Bunga api pun berpijar ke mana-mana.
Pertarungan itu merupakan
pertarungan antara mati dan hidup. oleh karena itu siapa yang lengah, pasti
roboh.
Lim Ceng Im menyaksikan
pertarungan itu sambil menahan nafas, bahkan mengatupkan agar tidak menjerit
tanpa sadar. sedangkan Lim Peng Hang telah berkeringat dingin. Begitu pula Bu
Lim Ji Khie, Tui Hun, Lojin dan lainnya.
sementara pertarungan antara
mati dan hidup itu terus berlangsung, tak terasa telah melewati puluhan jurus .
Mendadak Bu Lim sam Mo
menyerang Tio cie Hiong bertubi-tubi dengan jurus-jurus andalan yang mematikan.
Tio Cie Hiong mengibaskan lengan kirinya. Ternyata ia membendung
serangan-serangan lawan dengan lengan bajunya yang mengandung Pan Yok Hian
Thian sin Kang, sehingga membuat pedang-pedang Bu Lim sam Mo tertahan sejenak.
Tio Cie Hiong tidak menyia-nyiakan kesempatan itu la langsung menyerang mereka
denganjurus Hoan Thian coan Te (Membalikkan Langit Memutarkan Bumi) .
Tampak suling kumalanya
berkelebatan ke sana ke mari. Pada waktu bersamaan, Bu Lim sam Mo menyerang Tio
Cie Hiong dengan Pak Kek sin ciang (Pukulan sakti Kutub Utara) yang mengandung
hawa sangat dingin.
"Aaaakh..."Jerit Bu
Lim sam Mo. Ternyata suling kumala Tio Cie Hiong telah berhasil memutuskan nadi
Bu Lim sam Mo, sehingga membuat mereka roboh dan mulut mereka menyemburkan
darah segar.
Akan tetapi, Tio Cie Hiong pun
terpukul oleh pukulan-pukulan yang dilancarkan Bu Lim sam Mo tadi. Namun ia
tetap berdiri tegak di tempat, hanya saja wajahnya pucat pias. Cepat-cepat ia
mengeluarkan dua butir obat, dan langsung ditelannya. Berselang sesaat, barulah
ia berkata.
"Bu Lim sam Mo Walau
kalian telah membunuh kedua orang tuaku, tapi aku tetap mengampuni nyawa
kalian" Tio Cie Hiong menatap mereka dengan dingin.
cepatlah kalian enyah dari
sini, dan melewati sisa hidup kalian dengan tenang di tempat terpencil Kini
kepandaian kalian bertiga telah musnah"
"Pek Ih sin Hiap"
ujar Tang Hai Lo Mo lemah. " Engkau jangan bergirang karena telah
memusnahkan kepandaian kami Engkau pun telah terkena pukulan-pukulan kami, maka
engkau tak akan bisa hidup lama"
"Aku tahu itu" Tio
Cie Hiong manggut-manggut.
"Tapi aku masih bisa
mengobati diriku sendiri Nah, cepatlah kalian enyah"
Bu Lim sam Mo bangkit berdiri.
Mereka memandang Tio Cie Hiong dengan mata redup, kemudian dengan
tertatih-tatih meninggalkan tempat itu.
Sesaat suasana di tempat itu
menjadi hening. Ketika Lim Ceng Im mau mendekati Tio Cie Hiong, tiba-tiba
terdengar suara bentakan Lam Kiong Bie Liong.
"Mau kabur ke mana"
Lam Kiong Bie Liong langsung melesat pergi, Ternyata ia melihat sosok bayangan
berkelebat. la mengenali sosok bayangan itu, yang tidak lain Ku Tek Cun.
Toan wie Kie, Toan pit Lian
dan Gouw sian Eng juga ikut melesat mengikuti Lam Kiong Bie Liong, begitu pula
yang lain.
Tio Cie Hiong tidak tahu Lam
Kiong Bie Liong mengejar siapa, namun ia pun melesat menyusul mereka.
Yang kabur itu memang Ku Tek
Cun. Ketika Bu Lim sam Mo bertarung dengan Tio Cie Hiong, ia bersembunyi di
balik sebuah pohon. setelah Bu Lim sam Mo roboh, segeralah ia kabur tapi
terlihat oleh Lam Kiong Bie Liong.
Akhirnya Lam Kiong Bie Liong
berhasil menyusul Ku Tek Cun. Pemuda itu terpaksa berhenti, karena di
hadapannya terdapat sebuah jurang yang ribuan kaki dalamnya.
"saudara Lam Kiong,
kenapa engkau mengejarku?" tanya Ku Tek Cun dingin.
"Hm" dengus Lam
Kiong Bie Liong. "Engkau lebih jahat dari Bu Lim sam Mo Engkau ingin
kabur? Tidak begitu gampang"
Ku Tek Cun menatap Lam Kiong
Bie Liong dengan mata berapa api, lalu mendadak ia menyerangnya dengan pedang.
Lam Kiong Bie Liong berkelit
sekaligus menghunus pedangnya. Di saat bersamaan, muncullah Bu Lim Ji Khie, Lim
Peng Hang dan lainnya.
"Ku Tek Cun" bentak
Lim Peng Hang. "Apa hubunganmu dengan Bu Lim sam Mo?"
"Mereka guru-guruku"
jawab Ku Tek Cun sambil tersenyum dingin. "Kalian ingin mengeroyokku?
"
"Itu akan mengotori
tangan kami" sahut Lim Peng Hang.
Kenapa engkau menodai Nona
Yap. bahkan mempengaruhinya dengan ilmu sesat agar membunuh Tio Cie
Hiong?"
"Ha ha ha Aku Ku Tek Cun.
Aku memang ingin membunuh Tio Cie Hiong...."
"Ku Tek Cun" Muncul
Tio Cie Hiong sambit menatapnya tajam.
"Aku tiada permusuhan
apa-apa denganmu, kenapa engkau begitu mendendam kepadaku?"
"Hm" dengus Ku Tek
Cun. "Sejak pertama kali melihatmu, aku sudah membencimu"
"Kenapa?" tanya Tio
Cie Hiong heran. "Gara-gara engkau, Hong Lui Kiam Khek jadi tidak
menyayangiku, bahkan Phang Ling Hiang juga bersikap dingin terhadapku Nah,
karena itulah aku mendendam kepadamu"
"Ku Tek Cun" Tio Cie
Hiong menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak mempersalahkan
itu, tapi... karena engkau menodai Yap In Nio dengan ilmu sesat, sehingga dia
menuduhku?"
"Ha ha ha" Ku Tek
Cun tertawa gelak. "Memang itu yang kuinginkan"
Engkau terlampau jahat dan
licik, maka aku terpaksa memusnahkan kepandaianmu" ujar Tio Cie Hiong.
"oh?" Ku Tek Cun
tertawa dingin. "Mari kita bertarung satu lawan satu"
"Baik," Tio cie
Hiong mengangguk.
Lihat serangan" Ku Tek
Cun langsung menyerangnya dengan Pak Kek Kiam Hoat (Ilmu Pedang Kutub Utara).
"Ternyata engkau telah
mempelajari ilmu pedang itu" ujar Tio Cie Hiong sambil berkelit, kemudian
balas menyerang.
setelah beberapa jurus, Ku Tek
cun sudah berada di bawah angin. Tiba-tiba Ku Tek cun membentak dengan mata
menyorot tajam. Ternyata ia mengerahkan ilmu sesatnya.
"Tio Cie Hiong Engkau
harus berlutut di hadapanku"
"Ku Tek Cun" sahut
Tio Cie Hiong halus. "Engkaulah yang harus berlutut"
sungguh di luar dugaan,
mendadak Ku Tek Cun menjatuhkan diri berlutut di hadapan Tio cie Hiong.
Tio Cie Hiong mengibaskan
lengan bajunya, dan seketika Ku Tek cun terpental beberapa depa.
Engkau... engkau...." Ku
Tek cun menu-dingnya dengan jangan bergemetar. Ilmu kepandaiannya pun telah
musnah.
Engkau memusnahkan
kepandaianku?"
"Ku Tek Cun" sahut
Tio Cie Hiong.
"Aku telah mengampuni
nyawamu Maka mulai sekarang engkau harus menjadi orang baik-baik" "Ha
ha ha" Ku Tek Cun terus tertawa seperti orang gila.
"Ha ha ha Tio Cie Hiong,
engkau akan merasakan pembalasanku kelak Aku akan mencincangmu, aku akan
mencincangmu^
"cie Hiong" bisik
Lim Peng Hang.
"Dia begitu jahat,
daripada menjadi penyakit dikemudian hari, lebih baik...."
"Jangan" Tio Cie
Hiong menggelengkan kepala. "Aku pantang membunuh, Paman."
"Aaakh..." Lim Peng
Hang menghela nafas.
"Ku Tek Cun engkau boleh
pergi sekarang" ujar Tio Cie Hiong sambil menatapnya. "Ha ha ha Tio
Cie Hiong Engkau akan merasakan pembalasanku kelak Ha ha ha...."
Mendadak badan Ku Tek Cun
bergerak. ternyata ia meloncat ke dalam jurang yang menganga lebar. sayup,sayup
masih terdengar suara tawanya.
"Aaakh..." Tio Cie
Hiong menarik nafas panjang.
"Aku tidak mau
membunuhnya, tapi dia malah mencari mati sendiri..."
Usai berkata begitu, tiba-tiba
Tio cie Hiong terkulai dengan wajah pucat pias, dan sekujur badannya menggigil
kedinginan.
"Kakak Hiong..."
jerit Lim Ceng Im sambil memeluknya. "Haaah..."
la langsung melepaskan
pelukannya, karena badan Tio Cie Hiong sedingin es. sedangkan Tio Cie Hiong
berusaha duduk bersila, lalu memejamkan matanya.
semua orang memandangnya
dengan cemas, dan Lim Ceng Im sudah menangis terisak-isak.
"Dia juga terkena
pukulan-pukulan sam Mo," bisik sam Gan sin Kay sambil mengerutkan kening.
"Ya." Kim siauw
suseng mengangguk. " Kelihatannya dia telah mengalami luka dalam yang
cukup parah."
Berselang beberapa saat
kemudian, barulah Tio Cie Hiong membuka matanya lalu tersenyum kepada Lim Ceng
Im.
"Adik Im...."
" Kakak Hiong...."
Air mata Lim Ceng Im sudah meleleh. "Bagaimana keadaanmu?"
"Ti... tidak
apa-apa," jawab Tio Cie Hiong dan tersenyum lagi. sesungguhnya ia telah
menderita luka dalam yang sangat parah. Kalau ia tidak memiliki Pan Yok Hian
Thian sin Kang dan pernah makan Kiu Yap Ling che, sudah mati dari tadi.
Kakak Hiong...." L^m Ceng
Im terus menangis. "Ceng Im" ujar sam Gan sin Kay.
"Jangan terus menangis,
kita harus segera kembali ke markas pusat"
"Kakek, aku akan
menggendongnya," ujar Lim Ceng Im dengan suara rendah. "Jangan"
sam Gan sin Kay menggelengkan kepala. " Lebih baik kita membuat
usungan."
"Betul." Kim siauw
suseng mengangguk.
Lam Kiong Bie Liong, Toan wie
Kie, Toan pit Lian, Gouw sian Eng dan Lim Ceng Im sebera membuat sebuah
usungan. Tak lama mereka telah berhasil membuat sebuah usungan darurat, Lam
Kiong Bie Liong dan Toan wie Kie menggotong Tio Cie Hiong, kemudian membaringkannya
di usungan itu Lam Kiong Bie Liong dan Toan wie Kie ingin menggotong usungan
tersebut, tapi Lim Peng Hang mencegah, lalu menyuruh beberapa pengemis
peringkat kedua menggotong usungan itu
Begitu sampai di markas pusat
Kay Pang, Lim Ceng Im langsung memapah Tio Cie Hiong ke kamar. Lam Kiong Bie
Liong, Toan Wie Kie, Toan pit Lian dan Gouw sian Eng juga ikut ke kamar.
Dengan hati-hati sekali Lim
Ceng Im membaringkan Tio Cie Hiong ke tempat tidur, sedangkan Tio cie Hiong
menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik Im, aku masih bisa
berjalan...," ujarnya dengan suara lemah.
"Kakak Hiong, engkau
jangan banyak bicara, beristirahatlah" Lim Ceng Im membelainya.
sejak melihat gadis itu, Toan
pit Lian terus memperhatikannya. Lim Ceng Im memang berwajah cantik, bahkan
lemah lembut, maka Toan Pit Lian membatin. Pantas Tio Cie Hiong begitu
mencintainya Kini Tayli Kongcu itu tidak begitu memusingkan itu lagi, sebab ia
sudah jatuh hati kepada Lam Kiong Bie Liong.
"saudara Lam Kiong, Ku
Tek Cun mahir ilmu sesat, apakah dia belajar kepada Im Yang Hoat-su?"
tanya Tio Cie Hiong.
"Benar." Lam Kiong
Bie Liong mengangguk.
"Di mana Im Yang Hoatsu
itu?" tanya Tio Cie Hiong lagi.
"Dia sudah mati,"
jawab Lam Kiong Bie Liong memberitahukan. "Aku yang membunuhnya."
"ooh" Tio Cie Hiong manggut-manggut.
"saudara Tio" Toan
wie Kie tersenyum. "Apakah nona ini Lim Im Ceng?"
"saudara Kie" Tio
cie Hiong juga tersenyum. "sesungguhnya dia Lim Ceng Im, pengemis dekil
itu" "Apa?" Toan wie Kie terbelalak, begitu pula Toan pit Lian.
Ketika kami berada di Tayli,
aku pun tidak mengetahuinya." Tio cie Hiong memberitahukan.
"oh?" Toan wie Kie terbelalak. "jadi...."
"setelah Yap In Nio
menusukku dtngan belati, barulah dia berterus terang kepadaku." Tio cie
Hiong tersenyum.
"Im Ceng... Ceng Im"
Toan Pit Lian mendekatinya sambil tertawa kecil. "Aku harus memanggilmu
apa?"
"Im Ceng atau Ceng Im
sama saja," sahut Lim Ceng Im sambil tersenyum, lalu berbisik.
"Kakak Lian, Lam Kiong
Bie Liong adalah pemuda yang baik dan sangat tampan pula. Engkau...."
"Hussh" Wajah Toan
pit Lian kemerah-merahan. "Jangan menggodaku"
sementara di luar di aula
depan, berlangsung pula pembicaraan serius. Ternyata para ketua tujuh partai
mengemukakan sesuatu.
"Mulai sekarang, rimba
persilatan telah aman. Itu berkat Pek Ih sin Hiap. oleh karena itu, kami
bersepakat mengangkat Pek Ih sin Hiap sebagai Bu Lim Beng cu (Ketua Rimba
persilatan)," ujar Hui Khong Taysu.
"Bagaimana menurut Bu Lim
Ji Khie?"
"Itu merupakan suatu
penghormatan yang sangat tinggi bagi Pek Ih sin Hiap. Tapi menurut pendapatku
dia pasti menolak. Lagi pula dia harus mengobati lukanya," jawab sam Gan
sin Kay dan menambahkan.
"Kini rimba persilatan
telah aman, jadi kita semua harus bersyukur pada Thian (Tuhan)"
"omitohud" Hui Khong Taysu manggut-manggut.
"Akupun yakin Pek Ih sin
Hiap akan menolak. namun dalam hati kami, dia tetapi Bu Lim Beng cu."
"oleh karena
itu...," sambut It Hian Tojin "Kami pasti mematuhi apa perintahnya."
"seluju" sahut
HuHiong sin Kiam ketua Hwa san, wie Hian cinjin ketua Kun Lun, Ceng sim suthay
ketua GoBie. Beng Leng cinjin dan PekBie Lojin ketua swat san serentak.
"Ha ha ha" Kim siauw
suseng tertawa gelak. "Bagaimana mungkin Pek Ih sin Hiap akan memberikan
suatu perintah kepada kalian ketua-ketua partai? sudahlah semua itu tidak
perlu, yang penting kini rimba persilatan telah aman."
"omitohud" Hui Khong
Taysu manggut-manggut.
"Maaf" sam Gan sin
Kay bangkit berdiri "Aku harus ke dalam menjenguk Tio Cie Hiong"
sam Gan sin Kay melangkah ke
dalam. Kim siauw suseng, Lim Peng Hang, Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong pun
mengikutinya.
Tio Cie Hiong ingin bangun
ketika melihat mereka masuk. namun sam Gan sin Kay segera mencegahnya.
"Engkau tidak usah
bangun, berbaring saja"
Tio cie Hiong mengangguk,
Bu Lim Ji Khie dan lainnya
menatap Tio Cie Hiong dengan penuh perhatian, kemudian Kim siauw suseng
bertanya.
"cie Hiong, bagaimana
luka dalammu?"
Cukup parah," jawab Tio
Cie Hiong jujur. "seluruh isi perutku telah membeku, namun untung aku
memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang dan pernah makan Kiu Yap Ling che, maka
jantungku terlindung. Kalau tidak, aku pasti sudah mati."
"Haah?" Lim Ceng Im
terkejut bukan main. "Kakak Hiong...."
"Karena itu, aku harus
mengobati diriku sendiri" Tio Cie Hiong memberitahukan.
Untuk itu aku membutuhkan
waktu satu tahun, barulah aku pulih." "cie Hiong" Lim Peng Hang
terperanjat.
Kalau begitu, lukamu itu parah
sekali."
"Ya." Tio Cie Hiong
mengangguk, "Aku terkena cukulan Pak Kek sin ciang gabungan Bu Lim sam Mo.
Namun aku pun berhasil memusnahkan kepandaian mereka."
"cie Hiong" Kim
siauw suseng menatapnya lembut.
Engkau telah menyelamatkan
rimba persilatan. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi?"
"ohya" ujar sam Gan sin Kay sambil tersenyum.
"Para ketua tujuh partai
berniat mengangkatmu sebagai Bu Lim Beng cu."
Kakek pengemis, tolong wakili
aku menolak itu" ujar Tio cie Hiong.
"Aku tidak mau diangkat
menjadi Bu Lim Beng cu. setelah lukaku sembuh, aku... aku ingin hidup tenang
dalam damai di suatu tempat terpencil bersama... Adik Im."
"Ha ha" sam Gan sin
Kay tertawa. "Tadi aku telah mewakilimu menolak itu"
"Terima kasih, Kakek
pengemis "
"Ayoh Mari kita keluar
dulur ujar sam Gan sin Kay. "Biar Tio Cie Hiong beristirahat."
semuanya langsung meninggalkan
kamar itu, kecuali Lim Ceng Im. Gadis itu duduk di pinggir tempat tidur.
Kakak Hiong, benarkah harus
membutuhkan waktu satu tahun lukamu akan pulih?" tanya Lim Ceng Im lembut.
Tio Cie Hiong mengangguk.
"Setiap hari aku harus makan obat dan menghimpun pan Yok Hian Thian sin
Kang."
"Kakak Hiong...."
Lim Ceng Im menatapnya dengan penuh cinta kasih dan mesra. "syukur
engkau tidak apa-apa."
"Adik Im."Tio Cie
Hiong menghela nafas. "setelah aku sembuh nanti, lebih baik kita tinggal
di tempat yang sepi, jangan mencampuri urusan persilatan lagi. Kita nikmati
hari-hari yang indah dan bahagia, bagaimana?"
"Aku setuju," Lim
Ceng Im mengangguk. "sudah jemu aku menyaksikan situasi rimba persilatan,
saling membalas dendam dan bunuh-membunuh, tiada artinya sama sekali."
Tio cie Hiong tersenyum.
"Sejak berkecimpung dalam rimba persilatan, aku sama sekali tidak pernah
membunuh orang, hanya memusnahkan kepandaian mereka Jadi sepasang tanganku
tidak berlumuran darah...."
Engkau berbudi luhur, kok.
Mestinya engkau menjadi hweeshio" ujar Lim Ceng Im sambil tertawa kecil.
"Kalau akujadi hweeshio,
engkau bagaimana? Lagipula aku harus punya turunan." Tio Cie Hiong
menggenggam tangannya.
"Adik Im, aku ingin punya
anak belasan kelak"
"Apa?" Lim Ceng Im
terbelalak. "Aku yang akan pusing mengurusinya." "Jangan
kuatir" Tio Cie Hiong tersenyum. "Akan kubantu mengurusi mereka"
"Kakak Hiong...." Lim Ceng Im menaruh kepalanya di dadanya.
"Kita... kita harus
saling mencinta selama-lamanya, tidak boleh ribut ya?" Tio Cie Hiong
membelainya dengan lembut.
Apakah tubuh Ku Tek Cun akan
hancur lebur di dasar jurang? Benarkah dia akan mati? Kepandaiannya telah
musnah, sehingga membuatnya tak bertenaga, pasti dia akan mati di dasar jurang
Akan tetapi, ternyata tidak.
Mungkin itu sudah merupakan takdir. Ketika badannya meluncur ke bawah, sepasang
tangannya masih meraih ke sana ke mari, bahkan masih berteriak-teriak.
"Tio cie Hiong Aku pasti
akan membunuhmu Akan kucincang tubuhmu..."
Memang mengherankan. Di antara
mereka tiada dendam apa pun. Tapi Ku Tek Cun begitu membenci dan mendendam Tio
Cie Hiong. sepertinya mereka dilahirkan untuk menjadi musuh.
Lantaran Tio Cie Hiong tidak
mau membunuh orang, termasuk Ku Tek Cun itu, mungkin akan menanamkan bibit
bencana untuk kemudian hari.
Badan Ku Tek Cun yang tengah
meluncur akhirnya sempat tersangkut pada sebuah pohon yang tumbuh di tebing
jurang. Namun setelah dia tersangkut dia pun pingsan.
Entah berapa lama kemudian,
barulah ia siuman. Dan ketika mendapatkan dirinya menyangkut di pohon serta
tidak mati, dia tertawa penuh kegembiraan.
"Ha ha ha Aku tidak mati
Aku tidak mati Aku tidak mati Tio cie Hiong, aku akan mencincang tubuhmu. Ha ha
ha"
Ku Tek Cun terus tertawa,
seperti orang yang sudah agak tidak waras. setelah puas tertawa, barulah ia
mencoba turun dari pohon itu. Ternyata di dinding jurang itu terdapat batu
besar yang menonjol. Ku Tek Cun menengok ke sana ke mari. Dilihatnya ada sebuah
goa.
la langsung mendekati mulut
goa itu. sambil tertawa-tawa lagi dia memasuki goa tersebut. seketika matanya
membelalak karena melihat goa itu ternyata sangat luas dan terang. cahaya
terang itu bukan dari matahari melainkan cahaya yang dipancarkan batu-batu di
dinding goa.
"Ha ha ha Aku mendapat
tempat tinggal yang indah." Ku Tek Cun tertawa girang, sambil menengok
kian kemari.
"Eh, kenapa ada orang
duduk di situ?"
la melihat seseorang duduk
dekat dinding goa. Di sisi orang itu terdapat batu yang mirip sebuah meja.
"Hei, Tua Bangka"
seru Ku Tek Cun. " Kenapa engkau duduk di situ? Aku datang ke mari, kita
akan jadi teman. Ha ha"
Ku Tek cun mendekati orang
itu. Dia tidak tahu kalau sosok itu ternyata mayat yang tak membusuk.
setelah mendekat, ia melihat
ada sebuah kitab di atas batu, bahkan terdapat pula ukiran-ukiran huruf.
"Ha ha" Ku Tek Cun
tertawa. "Aku tidak buta huruf, aku bisa baca."
Ku Tek Cun membaca huruf-huruf
itu yang berbunyi demikian. "Aku adalah Im sie Hong Jin
(orang Gila Alam Baka), siapa
yang memasuki goa ini berarti berjodoh denganku, maka harus jadi muridku Engkau
harus memelukku, sebab aku akan menyalurkan Iweekangku. Di atas batu itu adalah
Im Sie Cing Keng (Kitab Pusaka Alam Baka). Kitab Pusaka itu berisi pelajaran
Imsie Hong Kang (Tenaga sakti Abnormal Alam Baka), Hong Luan Ciang Hoat (Ilmu
Pukulan Kacau Balau) dan Hong Luan Kiam Hoat (Ilmu Pedang Kacau Balau). Aku
belum berhasil mempelajari ilmu-ilmu itu, sebab aku tidak tahan pusing siapa
pun yang mempelajari Imsie Hong Kang, maka peredaran darahnya akan terbalik,
membuat pusing kepala dan membuat orang yang mempelajarinya jadi gila. Nah,
terserah engkau mau mempelajarinya atau tidak? Tertanda Im sie HongJin".
setelah membaca, Ku Tek Cun
langsung tertawa sambil menari-nari, persis seperti orang gila.
"Ha ha ha Aku harus
mempelajarinya, aku harus mempelajarinya Ha ha setelah aku berhasil mempelajari
semua ilmu itu, aku akan muncul lagi di rimba persilatan. Tio Cie Hiong, itu
berarti hari kematian bagimu. Ha ha ha"
Memang kebetulan, kepandaian
Ku Tek Cun telah musnah, karena salah satu nadi penting di tubuhnya telah
diputuskan Tio cie Hiong. sebetulnya ia sudah tidak bisa belajar ilmu silat
lagi. Akan tetapi, Im sie Hong Kang itu ternyata berbeda dari ilmu lweekang apa
pun. Karena akan membuat peredaran orang jadi terbalik. Karena urat nadi
penting Ku Tek Cun telah putus, menyebabkan dirinya lebih gampang mempelajari
Im sie Hong Kang.
"Ha ha" Ku Tek Cun
masih terus tertawa. Namun mendadak ia teringat sesuatu dan langsung merogoh ke
dalam bajunya. Kemudian dikeluarkannya sebuah kitab. "Ha ha Aku pun harus
mempelajari ilmu Cih Hua Tay.Hoat (Ilmu Pengendali Pikiran)."
Itu ternyata kitab Cih Hun Tay
Hoat, pemberian Im Yang Hoatsu, ketika ia meninggalkan markas sam Mo Kauw. Ke
mana pun dibawanya kitab tersebut. semua itu memang serba kebetulan. setelah ia
memiliki Im sie Hong Kang, tentu akan mempermudahkannya belajar cih Hun Tay
Hoat itu.
Bab 35 Tiga jurus pengikat
jodoh
sebulan kemudian, para ketua
tujuh partai ber-pamit pada Bu Lim Ji Khie dan Lim Peng Hang. Namun tidak
berpamit pada Tio Cie Hiong, karena pemuda itu sedang mengobati lukanya dan
tidak boleh diganggu.
setelah para ketua tujuh
partai pergi, beberapa hari kemudian, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong, Toan wie
Kie, Toan Pit Lian, Gouw sian Eng, dan Lam Kiong Bie Liong juga berpamit.
Mereka semua menuju ke Ekspedisi Harimau Terbang, yaitu tempat tinggal Gouw
Han Tiong. Begitu sampai di
rumah, Gouw Han Tiong membubarkan ekspedisinya itu. Para piauw-su memperoleh
uang imbalan jasa yang cukup banyak.
Kini di markas pusat Kay Pang
yang tinggal Bu Lim Ji Khie dan Tok Pie sin Wan. Mereka bertiga bercakap-cakap
di aula depan.
"Pengemis bau," ujar
Kim siauw suseng. "Aku tak ingin terus makan dan tidur gratis di sini.
Hanya saja... Cie Hiong masih belum sembuh. Kalau Cie Hiong sudah sembuh, aku
pasti akan pergi."
"Ha ha" sam Gan sin
Kay tertawa gelak. "sastrawan sialan Kami tidak mengusir dirimu, Iho.
seandainya kau masih merasa betah, boleh saja tinggal di sini
selama-lamanya."
"Pengemis bau, itu akan
menyiksa diriku," sahut Kim siauw suseng sambil tertawa.
"Aku suka bebas dan
pesiar, tidak mau terikat di sini."
"Benar," sela Tok
Pie sin wan. "Akupun sama"
Heran," gumam sam Gan sin
Kay. " Kenapa kalian berdua bisa kentut bareng?" "Eh? Pengemis
baur Kim siauw suseng melotot.
Engkau ingin menantang aku
bertanding,"
"Ha ha ha" sam Gan
sin Kay tertawa terbahak-bahak. "Begini saja, aku mengaku salah
padamu." "Eeeh?" Kim siauw suseng terbelalak.
"Kenapa engkau bisa
berubah jadi begitu sabar?"
"sastrawan sialan,"
ujar sam Gan. sin Kay sambil menghela nafas.
"setelah menyaksikan
pertarungan cie Hiong dengan sam Mo itu, aku pun sudah merasa enggan untuk
membicarakan ilmu silat"
"Benar" Kim Siauw
Suseng manggut-manggut. "Kalau begitu, setelah Cie Hiong sembuh, bagaimana
kalau kita pergi pesiar saja?"
"setuju," sahut sam
Gan sin Kay sambil tertawa gembira. "Kita harus menikmati keindahan
alam."
"Aku ikut" sela Tok
Pie sin wan mendadak.
Lutung Gila" Kim siauw
suseng tertawa geli.
Engkau bukan anak kecil, kami
mau pergi pesiar nanti, engkau mau ikut?" "Tidak boleh, ya?" Tok
Pie sin wan tidak senang.
"Pokoknya aku ikut"
"Tidak boleh" tolak
sam Gan sin Kay.
Kalau tidak boleh, aku
ngambek" ujar Tok Pie sin wan.
"Ha ha ha" Kim siauw
suseng tertawa. "Kalau Lutung Gila ngambek, pasti mencakar ke sana ke mari
dan berloncat- loncatan. Tontonan yang sangat menarik."
"Lutung Gila, ayolah
Cepat ngambek" goda Sam Gan sin Kay. "Jangan malu-malu Ha ha
ha..."
setelah tinggal di rumah Gouw
Han Tiong beberapa hari, Lam Kiong Bie Liong pun berpamit pada Tui Hun Lojin
dan Gouw Han Tiong. "Kok begitu cepat hendak pulang?" Gouw Han Tiong
ingin menahannya.
"Paman, aku sudah rindu
sekali pada ibuku," ujar Lam Kiong Bie Liong sambil melirik Toan pit Lian.
Hal itu tak terlepas dari mata Gouw sian Eng.
Kakak Lam Kiong, bolehkah kami
ikut?" tanya Gouw sian Eng sambil tersenyum. "Boleh, boleh,"
jawab Lam Kiong Bie Liong cepat. "Itu yang kuharapkan."
"Hi h i" Gouw sian
Eng dan Toan pit Lian tertawa geli. "Saudara Lam Kiong" Toan wie Kie
tertawa, "jawabanmu...."
Wajah Lam Kiong Bie Liong
langsung kemerah-merahan. "Aku memang ingin mengundang kalian ke
rumahku."
"Meng undang kami atau
mengundang Kakak Lian seorang?" tanya Gouw sian Eng sambil melirik Toan
pit Lian.
"Adik Eng" Wajah
Toan pit Lian memerah karena malu.
" Engkau mulai nakal dan
suka menggoda."
"Bilang saja engkau
memang ingin ke rumah Kakak Lam Kiong" Gouw sian Eng tertawa kecil.
"Tidak usah malu-malu"
"Eeh...." Toan pit
Lian segera menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Ngmm" Gouw Han
Tiong manggut-manggut. "sian Eng, jangan lupa sampaikan salamku pada Lam
Kiong hujin"
"Ya, Ayah." Gouw
sian Eng mengangguk.
Mereka berempat lalu berangkat
dengan dua ekor kuda, Toan wie Kie bersama Gouw sian Eng, Lam Kiong Bie Liong bersama
Toan pit Lian.
Mereka melakukan perjalanan
dengan wajah cerah ceria, kadang-kadang bersenda gurau pula.
Dua hari kemudian, sampailah
di rumah Lam Kiong hujin. Para pelayan berhamburan keluar menyambut mereka.
"Tuan muda sudah pulang
Tuan muda pulang" seru para pelayan dengan penuh kegembiraan.
"Bagaimana kalian,
baik-baik saja?" tanya Lam Kiong Bie Liong ramah.
"Kami baik-baik saja,
Tuan muda," sahut para pelayan.
"Di mana ibuku?"
"Lo hujin (Nyonya tua)
sudah menunggu di ruang dalam."
Lam Kiong Bie Liong
manggut-manggut, kemudian memperkenalkan Toan wie Kie, Toan Pit Lian, dan Gouw
sian Eng. Betapa terkejutnya para pelayan ketika mengetahui mereka berdua
adalah Tayli Kongcu dan Tayli Thaycu. Para pelayan itu ingin berlutut, tapi
cepat dicegah Toan wie Kie sambil tersenyum.
" Kalian tidak usah
berlutut"
"Terimakasih,
Pangeran," ucap para pelayan lalu memberi hormat.
"Mari kita ke dalam"
ajak Lam Kiong Bie Liong, lalu berjalan masuk. Toan wie Kie, Toan pit Lian, dan
Gouw sian Eng mengikutinya.
"Di ruang dalam yang
indah dan luas itu, duduk seorang wanita berusia lima puluhan. Tangannya
memegang sebuah tongkat berkepala naga. Wajahnya tampak lembut ramah. Wanita
tersebut adalah Lam Kiong hujin.
"Ibu" Lam Kiong Bie
Liong langsung bersujud.
"Bangun, Nak" Lam
Kiong hujin memandangnya dengan penuh kasih sayang. sementara Toan Wie Kie,
Toan pit Lian, dan Gouw sian Eng segera memberi hormat.
"Ibu" Lam Kiong Bie
Llong bangkit berdiri, kemudian memperkenalkan mereka pada ibunya.
Lam Kiong hujin
manggut-manggut gembira. Ternyata yang berkunjung kemari Pengeran dan putri
Tayli, juga cucunya Tui Hun Lojin. "selamat datang"
"Bibi," ujar Toan
wie Kie hormat. "Kami kakak beradik bernama Toan wie Kie dan Toan Pit
Lian, Bibi panggil nama kami saja"
"Baik, baik" Lam
Kiong hujin tersenyum lembut. "Duduklah kalian"
Para pelayan langsung
menyuguhkan minuman. Merck a tampak girang sekali karena melihat Toan pit Lian
begitu baik pada majikan muda mereka.
"Ibu" Lam Kiong Bie
Liong memberitahukan. "Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo telah
dimusnahkan kepandaian mereka."
"Ngmm" Lam Kiong
hujin manggut-manggut. "Ibu sudah tahu itu. secara tidak langsung dendam
pamanmu telah terbalas. oh ya, Nak. Engkau kenal Pek Ih sin Hiap?"
"Kami sudah jadi teman
baik," Lam Kiong Bie Liong tersenyum. " Kepandaiannya sungguh tinggi
sekali"
Kalau tidak. bagaimana mungkin
dapat memusnahkan kepandaian Empat Dhalai Lhama Tibet dan Bu Lim sam Mo?"
ujar Lam Kion hujin.
"Nak, engkau tahu, siapa
orang tuanya?"
"Ibu, aku tidak tahu
siapa orang tuanya." jawab Lam Kiong Bie Liong jujur. "sebab aku
tidak bertanya padanya."
"Bibi, aku tahu."
sela Gouw sian Eng memberitahukan. "Hui Kiam Bu Tek dan sin Pian Bijin
adalah ayah bundanya."
"Apa?" Lam Kiong
hujin tampak terkejut. "Mereka... mereka ayah dan ibunya?"
"Ya, Bibi." Gouw
sian Eng mengangguk. "Namanya Tio Cie Hiong."
Lam Kong hujin menghela nafas.
"Kedua orang tuanya adalah teman baik mendiang suamiku. Belasan tahun
lalu, Hui Kiam Bu Tek dan Sin PianBijin memperoleh Kotak Pusaka yang berisi
ilmu silat peninggalan Pak Kek Siang ong, tapi kemudian dibunuh oleh Bu Lim Sam
Mo. Kenapa Cie Hiong cuma memusnahkan kepandaian mereka? Seharusnya mereka
dibunuh"
"Ibu" Lam Kiong Bie
Liong tersenyum. "Saudara Tio itu tidak pernah membunuh orang, maka tidak
mau membunuh Bu Lim Sam Mo, kecuali memusnahkan kepandaian mereka"
"Sifat itu persis seperti
mendiang ayahnya." gumam Lara Kiong hujin sambil manggut-manggut kagum.
"Nak, engkau seharusnya
memanggilnya adik, sebab mendiang ayahnya dan ayahmu telah saling mengangkat
jadi saudara."
"oh?" Lam Kiong Bie
Liong tampak gembira. "Mungkin adik Hiong belum tahu tentang ini."
"Dia pasti tidak tahu,
engkau yang harus memberitahukan kalau bertemu," pesan Lam Kiong hujin.
"ohya, di mana kakaknya
yang bernama Tio Suan Suan?"
"Kakaknya telah mati di
tangan Empat Dhalai Lhama," jawab Gouw Sian Eng.
"Hahh h..." Lam
Kiong hujin menarik nafas panjang.
"Sungguh kasihan Suan
Suan itu. ohya, kenapa Cie Hiong tidak kemari?"
"Dia teriuka parah, jadi
tidak bisa kemari," jawab Lam Kiong Bie Liong.
"Teriuka parah?"
Wajah Lam Kiong hujin tampak cemas. "Bagaimana keadaannya sekarang?"
"Masih dalam pengobatan.
Harus membutuhkan waktu satu tahun lukanya baru bisa sembuh." ujar Lam
Kiong Bie Liong.
"Dia teriuka dalam?"
tanya Lam Kiong hujin.
Lam Kiong Bie Liong
mengangguk. "Adik Hiong terkena pukulan Pak Kek Sin ciang yang
dilancarkanBu Lim sam Mo," ujarnya.
"sungguh luar biasa, dia
cuma terluka parah. Kalau orang lain, sudah pasti mati beku. oh ya, siapa guru
cie Hiong?" Lam Kiong Bie Liong menggeleng-geleng kepala.
"Bibi, dia tidak punya
guru," sela Gouw sian Eng memberitahukan. Lam Kiong hujin tertegun.
"Dia tidak punya guru, lalu dari mana belajar ilmu silat?"
"Kakak Hiong pernah
bercerita padaku, bahwa seorang tua memberikannya sebuah kitab tipis.
Maka dia belajar ilmu lweekang
dari kitab tipis itu," jawab Gouw sian Eng.
"Kitab tipis apa
itu?" tanya Lam Kiong hujin ingin tahu. "Pan Yok Hian Thian sin
Kang" "Pan Yok Hian Thian sin Kang.... Pan Yok Hian Thian sin
Kang...," gumam Lam Kiong hujin.
"Ibu tahu tentang
lweekang itu?" tanya Lam Kiong Bie Liong karena melihat ibunya bergumam.
Kakekmu pernah menceritakan
tentang Pan Yok Hian Thian sin Kang, tapi ibu sudah lupa," jawab Lam Kiong
hujin.
"Ohya, Nak Kalau begitu
kau harus mengantarkan obat untuk Cie Hiong."
"Bibi, aku pikir tidak
usah," ujar Gouw sian Eng.
Kenapa?" tanya Lam Kiong
hujin heran.
Kakak Hiong mengerti ilmu
pengobatan."
itu percuma" Lam Kiong
hujin menggeleng-geleng kepala.
"Terus terang, keluarga
Lam Kiong punya semacam obat mujarab, mungkin dapat menyembuhkan lukanya
itu."
"Bibi." Gouw sian
Eng tersenyum. "sokBeng Yok ong adalah guru ilmu pengobatan kakak Hiong,
lagipula kakak Hiong pernah makan Kiu Yap Ling Che."
"ooooh" Lam Kiong
hujin manggut-manggut. " Kalau begitu, obat keluarga Lam Kiong sudah tiada
artinya."
"Ibu, aku ingin
memberitahukan...." Lam Kiong Bie Liong tidak melanjutkan, melainkan
menundukkan wajahnya
dalam-dalam.
"Engkau ingin
memberitahukan apa, Nak?" Lam Kiong hujin tersenyum. "Katakanlah
Jangan malu-malu, engkau bukan anak kecil lagi."
"Ibu...," Lam Kiong
Bie Liong mengangkat kepalanya, lalu melanjutkan dengan wajah agak
kemerah-merahan.
"Aku dan pit Lian
telah... telah...."
"Telah saling mencinta,
kan?" sahut Lam Kiong hujin lembut.
"Benar, Ibu" Lam
Kiong Bie Liong mengangguk.
"Engkau sudah dewasa,
wajar kalau jatuh cinta," ujar Lam Kiong hujin. "Juga sudah waktunya
engkau punya isteri. seandainya ayahmu masih hidup,..."
"Bibi setuju akan
perjalinan cinta mereka?" tanya Toan wie Kie. "Tentu setuju,"
jawab Lam Kiong hujin manggut-manggut. "Tapi...," "Kenapa?"
tanya Toan wie Kie heran.
Lam Kiong hujin memandang
putranya. "Beritahukanlah, Nak"
"Maaf" ucap Lam
Kiong Bie Liong memberitahukan. "Keluarga kami punya satu peraturan, yakni
siapa yang akan menjadi menantu keluarga Lam Kiong, harus diuji
kepandaiannya"
"oooh" Toan wie Kie
manggut-manggut. "Jadi adikku harus bertanding dengan engkau?"
tanyanya kemudian.
"Tidak" Lam Kiong
Bie Liong tersenyum. "Pit Lian harus menyambut tiga jurus ilmu tongkat
ibuku."
"Adikku boleh balas
menyerang?" tanya Toan wie Kie.
"Boleh" Lam Kiong
Bie Liong mengangguk.
"Pit Lian" Lam Kiong
hujin memandangnya lembut.
"Ini adalah.peraturan
keluarga Lam Kiong. Kaum persilatan Tionggoan sudah tahu akan peraturan
tersebut, maka aku harus mengujimu."
"Bibi...," Toan pit
Lian merasa tidak enak harus bertanding dengan Lam Kiong hujin.
"Pit Lian," ujar Lam
Kiong Bie Liong. "Engkau jangan merasa tidak enak. ini memang suatu
keharusan."
"Kakak Liong...,"
Toan pit Lian masih tampak ragu.
Lam Kiong Bie Liong tersenyum.
"Jangan ragu, pit Liang" "Kalau begitu, baiklah." Akhirnya
Toan pit Lian mengangguk.
"Bagus" Lam Kiong
hujin manggut-manggut gembira, kemudian bangkit berdiri dan berjalan ke
tengah-tengah ruang itu.
"Pit Lian, senjataku
tongkat ini. Mana senjatamu?"
"Selendangku ini,"
jawab Toan pit Lian.
"Ngmm" Lam Kiong
hujin manggut-manggut lagi. "Aku mengujimu hanya tiga jurus. Dalam tiga
jurus itu, engkau pun boleh balas menyerang."
"Ya, Bibi." Toan pit
Lian mengangguk.
"Engkau sudah siap?"
tanya Lam Kiong hujin sambil mengangkat tongkatnya.
"Aku sudah siap.
Bibi," jawab Toan pit Lian.
Hati- hati" seru Lam
Kiong hujin dan langsung menyerangnya .Jurus yang dikeluarkan tampak sederhana,
tapi menimbulkan suara menderu- deru. Ujung tongkat itu mengarah pada kepala
Toan pit Lian dengan jurus Ap san ciauw Hai (Menekan Gunung Mengaduk Laut).
Toan pit Lian meloncat mundur,
bersamaan dengan itu mendadak Lam Kiong hujin maju dua langkah dan langsung
menyapu badan Toan pit Lian dengan toyanya.
Toan pit Lian meloncat ke atas
sambil memutarkan badannya. Ketika melayang turun, ia menggerakkan selendangnya
mengeluarkan jurus YunTlong caiHong (Pelangi Dalam Awan).
Bukan main indahnya gerakan
itu, sehingga membuat Lam Kiong Bie Liong terpukau. Ketika Toan pit Lian
melayang turun dengan ringan, selendangnya pun meliuk-liuk lemas menyerang Lam
Kiong hujin.
Lam Kiong hujin
manggut-manggut, dengan wajah tampak gembira sekali. Ternyata ia sangat kagum
melihat gerakan Toan pit Lian. Lam Kiong hujin melesat ke atas menghindari
serangan itu, dan dengan cepat menyerang pula lewat jurus sin Liong seng Thian
(Naga sakti Terbang Ke Langit)