Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 28

Baca Cersil Mandarin Online: Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 28
Bagian 28
"Nak" Lim Peng Hang membelainya. " Engkau tidak apa-apa, kan?"

"Aku baik-baik saja, Ayah," sahut Lim Ceng Im dengan mata basah, kemudian memandang Bu Lim Ji Khie. " Kakek Kakek sastrawan...."

"Ha ha ha" Bu Lim Ji Khie tertawa. "syukurlah kalian sudah pulang,Jadi kami tidak usah mencemaskan kalian lagi."

"Ayoh, kita duduk" ujar Tok Pie sin Wan.

Mereka semua lalu duduk. suasana pun berubah semarak. Berselang sesaat, barulah sam Gan sin Kay membuka mulut. "cie Hiong, bagaimana pengalamanmu di Tibet?"

"Ternyata Dhalai Lhama tua telah salah paham...." jawab Tio Cie Hiong dan menutur tentang

itu.

"syukurlah urusan itu dapat diselesaikan dengan baik, tapi di rimba persilatan malah...."

"Telah muncul seorang iblis, kan?" sambung Lim Ceng Im.

"Kalian sudah tahu?" tanya Lim Peng Hang.

"Dua hari lalu kami baru tahu. Ketika itu kami mampir di sebuah kedai teh...." Lim Ceng Im

memberitahukan.

"Aaakh..." Kim siauw suseng menghela nafas panjang. "Tujuh partai besar telah hancur, para ketuanya juga hilang entah ke mana sungguh membingungkan sekali"

" Kakek pengemis?" tanya Tio cie Hiong. "Apakah iblis itu telah menyerang ke mari?"

"Ya." sam Gan sin Kay mengangguk. "Kami semua terluka, dan banyak anggota yang mati" "Tahukah Kakek siapa iblis itu?" tanya Lim Ceng Im.

"Tidak tahu." sam Gan sin Kay menggelengkan kepala, kemudian menambahkan. "Tapi dia menyebut dirinya Im sie Hong Mo."

"Apa?" Tio Cie Hiong terkejut. Ternyata ia masih ingat akan apa yang pernah diceritakan Lam Hai sin ceng mengenai Im sie Hong Jin (orang Gila Alam Baka), Lam Hai sianjin (orang suci Laut selatan), Pak Kek siang ong (Dewa Kutub utara) dan cian ciu Kwan Im (Kwan Im Lengan seribu). oleh karena itu ia bergumam dengan kening berkerut. "Im sie Hong Mo.... Im sie Hong Jin. Tapi

tidak mungkin Im sie Hong Jin masih hidup, juga tidak mungkin Im sie Hong Mo muridnya."

"cie Hiong" sam Gan sin Kay menatapnya heran. "Tahukah engkau tentang Im sie Hong MO?"

"Tidak tahu," jawab Tio Cie Hiong dan memberitahukan. "Tapi aku tahu sedikit tentang Im sie Hong Jin. Lam Hai sin ceng yang menceritakan kepadaku."

" Kakak Hiong, ceritakanlah tentang Im sie Hong Mo itu" Desak Lim Ceng Im..

"Im sie Hong Jin...." Tio Cie Hiong menutur berdasarkan apa yang didengarnya dari Lam Hai sin

Ceng, kemudian menambahkan. "Tapi Im sie Hong Mo itu tidak mungkin murid Im sie Hong jin, sebab Im sie Hong Mo tidak mungkin bisa hidup sampai dua ratus tahun...."

"Mungkinkah...," ujar Kim sia uw suseng menduga. "Ada seseorang menemukan kitab peninggalan Im sie Hong Jin, lalu mempelajari kitab itu dan menamakan dirinya Im sie Hong Mo?"

"Ngmmm" sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Itu memang masuk akal, tapi siapa orang itu? Kenapa dia memusuhi tujuh partai besar dan kita? Dia pun berteriak-teriak ingin mencincang cie Hiong. Bukankah mengherankan sekali?"

"Oh?" Tio cie Hiong mengerutkan kening. "Kalau begitu, Im sie Hong Mo itu pasti kenal aku. Tapi... selama ini aku tidak mempunyai musuh, kenapa Im sie Hong Mo itu ingin mencincangku? "

"itulah yang membuat kami tidak habis pikir." Tok Pie sin wan menggeleng-gelengkan kepala dan melanjutkan. "Pada waktu itu kami sudah terluka, dan nyawa kami semua sudah berada di ujung pedangnya. Tapi mendadak...."

"Terjadi lagi sesuatu?" tanya Tio cie Hiong.

"Benar." Kim Siauw Suseng manggut-manggut dan menambahkan. "Kalau tidak muncul Pek Ih Hong Li (Wanita Gila Baju Putih), kami semua pasti sudah mati."

"Pek Ih Hong Li?" Tio Cie Hiong tertegun. "siapa dia?"

"Kami tidak melihat jelas wajahnya, sebab wajahnya tertutup rambutnya yang tergerai," ujar sam Gan sin Kay. "Kami memberijulukan itu kepadanya, karena dia kelihatan tidak waras. sebelum dia muncul, terdengar dulu suara tawanya yang nyaring dan melengking- lengking. Begitu muncul, dia langsung menyerang Im sie Hong Mo...."

"Yang mengherankan adalah kepandaian mereka...," ujar Kim siauw suseng. "sebab gerakan mereka agak mirip. maka kami menduga bahwa mereka kakak beradik seperguruan."

"oh?" Tio Cie Hiong mengerutkan kening.

"Im sie Hong Mo muncul disertai tawa yang menyeramkan, sedangkan Pek Ih Hong Li muncul disertai tawa nyaring dan melengking- lengking. Ketika menyerang Im sie Hong Mo, dia berteriak-teriak...," ujar Lim Peng Hang.

"Berteriak apa? " tanya Lim Ceng Im.

"Aku harus mencincangmu Aku harus mencincang mu" Lim Peng Hang meniru suara Pek Ih Hong Li dan melanjutkan. "Justru sungguh mengherankan, Im sie Hong Mo kelihatan agak takut kepadanya, itulah yang membuat kami tak habis pikir"

Kalau begitu...," ujar Tlo cie Hiong. "Di antara mereka pasti pernah terjadi sesuatu, maka Im sie Hong Mo agak takut kepadanya."

"Ngmm" sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Akupun berpikir begitu."

"Tapi...." Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau mereka memperoleh kitab

peninggalan Im sie Hong Jin, lalu bagaimana cara mereka belajar bersama? Karena kelihatannya kepandaian mereka seimbang, lagi pula... gerakan mereka hanya mirip...."

"Berarti terdapat gerakan yang tak sama, bukan?" tanya Tio Cie Hiong sambil mengerutkan kening.

"Ya." Kim siauw suseng manggut-manggut.

"Itu lebih mengherankan lagi," ujar Tio Cie Hiong sambil menghela nafas. " Kalau mereka kakak beradik seperguruan atau bersama belajar kitab peninggalan Im sie Hong Jin, tentunya gerakan mereka tidak akan berbeda. Namun...."

"Itu... itu memang mengherankan." sam Gan sin Kay menggeleng-gelengkan kepala lalu menggaruk-garuk. "Aku pusing memikirkannya."

"Pengemis bau" ujar Kim siauw suseng. "Kalau begitu, jangan dipikirkan lagi, nanti kepalamu bisa pecah"

"Dasar sastrawan sialan" caci sam Gan sin Kay.

"Ohya" Tio Cie Hiong teringat sesuatu lalu bertanya. "Bagaimana gerakan ilmu gedang mereka?"

"Wah" seru sam Gan sin Kay. "Kacau balau dan tidak karuan."

"Apa?" Terbelalak Tio Cie Hiong. "Kacau balau dan tidak karuan? Ilmu pedang apa itu?"

"Memang kacau balau dan tidak karuan ilmu pedang mereka," ujar Kim siauw suseng. "Sulit diduga pedangnya bergerak ke mana. Pedangnya bergerak menyerang ke kiri, tahu-tahu malah menyerang ke kanan. Kalau kita menangkis ke kanan, pedang justru menyerang ke atas. singkatnya kita tidak bisa menduga gerakan pedangnya."

"Itu berarti ilmu pedang yang luar biasa tinggi," ujar Tio Cie Hiong sungguh-sungguh. "Mungkin sulit bagiku merobohkannya."

"Apakah itu ilmu pedang aliran sesat?" tanya Lim Ceng Im.

"Bukan,"jawab Tio Cie Hiong memberitahukan. "Itu ilmu pedang tidak waras, jadi berlawanan dengan ilmu pedang aliran mana pun. Artinya orang tak waras baru bisa menggunakan ilmu pedang itu."

"oh?" Lim Ceng Im mengerutkan kening. " Kalau begitu...."

"Aku harus menghadapinya dengan ketenangan, kalau tidak, diriku akan celaka," ujar Tio Cie Hiong lalu menambahkan. "Apabila dia muncul, biar aku yang menghadapinya, yang lain...

bersembunyi saja"

"cie Hiong" Kim siauw suseng tertawa. "Kami bukan kura-kura yang suka menyembunyikan kepala, jadi jangan harap kami akan bersembunyi"

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay juga tertawa.

"Memang benar apa yang dikatakan sastrawan sialan itu, kami bukan kura-kura."

"Hi hi hi" Lim Ceng Im tertawa geli. "siapa yang bilang kalian kura-kura?"

"siapa ya?" sam Gan sin Kay menggaruk-garuk kepala, kemudian menunjuk Kim siauw suseng sambil tertawa gelak. "Dia yang mengaku dirinya kura-kura."

"Dasar pengemis bau" caci Kim siauw suseng.

Pada waktu bersamaan, di luar terdengar suara seruan saling menyusul dari para anggota Kay Pang.

"Lam Kiong Bie Liong berkunjung Lam Kiong Bie Liong berkunjung..."

Cepat undang dia masuk" sahut Lim Peng Hang.

Undang Lam Kiong Bie Cieng masuk Un-dang Lam Kiong Bie Cieng masuk...."

Berselang beberapa saat, tampak berjalan ke dalam seorang pemuda dengan wajah murung dan cemas. Dialah Lam Kiong Bie Cieng.

"Lam Kiong Bie Cieng memberi hormat kepada Bu Lim Ji Khie dan paman-paman" ucap pemuda itu sambil memberi hormat.

"silakan duduk" sahut Lim Peng Hang.

"Terima kasih, Paman" ucap Lam Kiong Bie Cieng, alu duduk sambil memandang Tio Cie Hiong.

"saudara Lam Kiong" panggil Tio Cie Hiong.

"Adik Hiong" Lam Kiong Bie Cieng tersenyum. "Engkau harus memanggilku kakak Iho" "oh?" Tio Cie Hiong tercengang.

"Engkau pasti belum tahu, bahwa ayahmu dan ayahku ternyata saudara angkat. Ibu yang memberitahukan kepadaku." Lam Kiong Ble Cieng memberitahukan.

"oh?" Tio Cie Hiong girang bukan main "Kakak Cieng...."

"Adik Hiong, apa yang telah terjadi?" tanya Lam Kiong Bie Cieng. "siapa Im sie Hong Mo itu?"

"Aku pun sedang kebingungan." jawab Tio Cie Hiong. "sebab aku dan adik Im baru pulang dari Tibet."

"Pulang dari Tibet? Kenapa kalian ke sana?" tanya Lam Kiong Bie Cieng.

"Karena...," tutur Tio cie Hiong. "Maka aku berangkat ke Tibet. Justru aku tidak tahu kejadian-kejadian yang menimpa rimba persilatan. oh ya, Kakak Liong kapan pulang? Kek adik sian Eng tidak ikut?"

"Aku pulang duluan. Mereka akan menyusui nanti," jawab Lam Kiong Bie Liong memberitahukan. "Beberapa hari lalu aku sudah pulang, tapi begitu sampai di rumah...."

"ibumu tidak ada, kan?" sambung Lim Peng Hang.

"Ya." Lam Kiong Bie Liong mengangguk. "Tahukah Paman di mana ibuku?"

"Aaakh..." Lim Peng Hang menarik nafas panjang. "selain ibumu, Tui Hun Lojin, Gouw Hantiong dan para ketua tujuh partai pun hilang entah ke mana."

Kakak Liong. Apakah pelayan di rumah menceritakan tentang kejadian itu?" tanya Tio Cie Hiong.

"Mereka memang telah menceritakan." Lam Kiong Bie Liong menghela nafas. "Malam itu muncul Im sie Hong Mo, kemudian ibuku hilang begitu saja."

Kalau begitu...." Tio Cie Hiong mengerutkan kening. "Aku yakin mereka semua pasti ditangkap Im sie Hong Mo."

"Mungkin begitu." sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Hanya saja kita tidak tahu mereka disekap di mana."

"Adik Hiong, sebetulnya siapa Im sie Hong Mo itu?" tanya Lam Kiong Bie Liong.

"Kakak Liong" Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Kami semua sama sekali tidak tahu siapa dia, namun yang jelas kepandaiannya sangat tinggi."

"Oh?" Lam Kiong Bie Liong mengerutkan kening, kemudian menghela nafas panjang. "Heran Rimba persilatan tidak pernah tenang, aman dan damai. setelah kepandaian Bu Lim sam Mo, Empat Dhalai Lhama dan Ku Tek Cun musnah, kita mengira rimba persilatan akan aman dan damai, tapi tidak tahunya malah muncul Im sie Hong Mo yang begitu ganas dan kejam Ini sungguh di luar dugaan"

suasana di markas pusat Kay Pang memang agak tercekam, sebab sewaktu-waktu akan muncul Im sie Hong Mo. oleh karena itu, Bu Lim Ji Khie dan lainnya dalam keadaan was-was.

setiap hari mereka pasti berkumpul di aula dalam, begitu pula hari ini. Yang paling cemas adalah Lam Kiong Bie Cieng, sebab ibunya juga ikut hilang.

"Aaaakh..." Lam Kiong Bie Cieng terus-menerus menghela nafas. " Entah bagaimana keadaan ibuku?"

"Kakak Cieng" ujar Tio Cie Hiong. "Tenanglah Aku yakin ibumu tidak terjadi sesuatu."

"Adik Hiong" Lam Kiong Bie Cieng menggeleng-gelengkan kemala. "Di saat utusan Tay li mau ke mari, justru timbul kejadian ini"

"Utusan Tayli mau ke mari?" tanya Tio Cic Hiong.

"Ya." Lam Kiong Bie Cieng mengangguk. "Utusan itu mewakili Toan Hong Ya melamar Gouw sian Eng, maka Toan wie Kie juga datang."

"Celaka" seru sam Gan sin Kay. "Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong malah hilang Bagaimana kalau utusan itu dan Toan wie Kie keburu datang?"

"Yaaah" sahut Kim Siauw suseng. "Ceritakan saja apa adanya"

"ibuku pun akan dijemput ke Tayli, tapi...." Lam Kiong Bie Cieng menggeleng-gelengkan kepala

lagi.

"Kakak Liong" Tio Cie Hiong tersenyum. "Mudah-mudahan kita dapat mencari ibumu dan lainnya sebelum utusan Tayli datang"

"Adik Hiong...." Lam Kiong Bie Liong tersenyum getir.

Mendadak masuk seorang pengemis tua. setelah memberi hormat, pengemis tua itu berkata.

"Aku Kiu Ci Cui Kay (Pengemis Mabuk Jari sembilan) melapor kepada Pancu Tanpa sengaja aku telah melihat para ketua tujuh partai, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin."

"Di mana mereka?" tanya Lim Peng Hang tegang, begitu pula yang lain, terutama Lam Kiong Bie Liong.

"Mereka berada di bekas markas sam Mo Kauw." Kiu Ci Cui Kay memberitahukan.

"Apa yang mereka lakukan di sana?" tanya sam Gan sin Kay.

"Tidak melakukan apa-apa, cuma berdiri dan berjalan seperti kehilangan sukma. Bahkan...

mereka juga kelihatan tidak saling mengenal, lagi pula wajah mereka tampak bengis sekali. oleh karena itu, aku tidak berani menghampiri mereka, hanya mengintip dari balik pohon saja."

"Jadi mereka disekap di markas sam Mo Kauw...," gumam Lim Peng Hang.

"ohya Kenapa engkau ke sana?"

"Aku minta dihukum, pangcu" jawab Kiu Ci Cui Kay.

"Karena engkau telah berjasa dalam hal ini, maka engkau tidak dihukum," ujar Lim Peng Hang.

"Terimakasih, Pangcu" ucap Kiu Ci Cui Kay dan memberitahukan. "Hari itu aku teriampau banyak minum, sehingga mabuk berat. Aku melesat ke sana ke mari, akhirnya tak sadarkan diri. Ketika siuman, aku mendapatkan diriku berada di bawah sebuah pohon. Kemudian aku bangkit berdiri dan menengok kian ke mari. Aku terkejut ketika melihat sebuah bangunan megah, sebab bangunan itu bekas markas Sam Mo Kauw. Lebih terkejut lagi ketika aku melihat para ketua dan lainnya sedang berdiri di halaman, kelihatannya mereka seperti orang linglung, tapi wajah mereka tampak bengis sekali. oleh karena itu, aku cepat-cepat ke mari untuk melapor."

"Ngmm" Lim Peng Hang manggut-manggut. "Masih ada laporan lain?"

"Ada." Kiu Ci Cui Kay mengangguk. "Yakni mengenai Pek Ih Hong Li. Dia selalu membunuh kaum golongan hitam dan sesat."

"Baiklah." Lim Peng Hang manggut-manggut lagi. "Sekarang engkau boleh pergi istirahat."

"Terimakasih, Pangcu" Kiu Ci Cui Kay memberi hormat kepada Lim Peng Hang, Bu Lim Ji Khie dan lainnya, lalu pergi sambil menarik nafas lega, karena ketua Kay Pang tidak menjatuhkan hukuman kepadanya.

"Jadi kini kita sudah tahu para ketua tujuh partai, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin berada di mana. Lalu apa langkah kita?" tanya Lim Peng Hang kepada Bu Lim Ji Khie.

"Mari kita berunding bersama" ajak Sam Gan Sin Kay.

"Bagaimana kalau aku pergi menolong mereka?" tanya Lam Kiong Bie Liong.

"Kakak Cieng" sahut Tio Cie Hiong. "Jangan main-main dengan urusan ini, sebab akan membahayakan dirimu"

"Adik Hiong, ibuku...."

"Aku tahu, Kakak Cieng," ujar Tio Cie Hiong dan menambahkan. "Aku yakin Im sie Hong Mo memiliki ilmu sesat, sehingga mereka kehilangan kesadarannya. Tapi mungkin aku bisa menyadarkan mereka...."

"Adik Hiong, bagaimana cara engkau menyadarkan mereka?" tanya Lam Kiong Bie Cieng.

"Kakak Cieng" Tio Cie Hiong memberitahukan. "Aku memiliki Ilmu Penakluk iblis, jadi aku bisa menyadarkan mereka."

"Benar," sela Lim Ceng Im. "Aku telah menyaksikannya...."

Lim Ceng Im menutur tentang Tio Cie Hiong memusnahkan mayat-mayat yang dibangkitkan oleh ilmu sesat.

"Ngmmm" sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Lain apa rencanamu?"

"Kita harus sebera ke sana untuk menolong mereka," ujar Tio Cie Hiong dan melanjutkan. "Tapi hanya aku yang boleh mendekati mereka, agar tidak menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan."

"Baik. Kalau begitu mari kita berangkat sekarang" ujar sam Gan sin Kay. "Kita jangan membuang waktu"

"Apabila muncul Im sie Hong Mo di sana, aku yang menghadapinya." Tio Cie Hiong mengingatkan. "Kakek pengemis, Paman sastrawan dan lainnya harus berusaha menolong mereka"

"Ya." Bu Lim Ji Khie mengangguk.

setelah berunding lagi sejenak. barulah mereka berangkat dengan perasaan tegang dan tercekam.

Kini mereka telah sampai di tempat tujuan, tapi mereka hanya berdiri di tempat yang agak tinggi sambil memandang ke arah bangunan megah itu. Tampak para ketua tujuh partai, Tui Hun Lojin,

Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin berjalan mondar-mandir di halaman bangunan, yaitu bangunan bekas markas sam Mo Kauw atau istana Thian Mo.

"Aku akan ke sana," ujar Tio Cie Hiong. "Apabila muncul Im Sie Hong Mo, aku akan memancingnya ke tempat lain."

"Kami mengerti," sahut sam Gan sin Kay dan berpesan. "Cie Hiong, hati-hatilah"

"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk.

Kakak Hiong" Lim Ceng Im menatapnya. " Hati- hati ya" Tio Cie Hiong tersenyum sambil manggut-manggut.

"Adik Hiong" Lam Kiong Bie Liong memegang bahunya. "sebelumnya kuucapkan terima- kasih kepadamu"

"Jangan berkata begitu" ujar Tio Cie Hiong. "Ibumu juga boleh dikatakan bibiku."

"Adik Hiong, hati-hati" pesan Lam Kiong Bie Liong.

Tio Cie Hiong mengangguk. lalu melesat pergi. Bu Lim Ji Khie dan lainnya terus memperhatikan halaman bangunan itu.

Sementara Tio Cie Hiong telah melayang turun di halaman bangunan tersebut, bahkan telah mengeluarkan suling kumalanya.

Munculnya Tio Cie Hiong membuat para ketua tujuh partai, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin menggeram, kelihatan ingin menyerang.

Tio Cie Hiong segera duduk bersila, kemudian mulai meniup suling kumalanya. Ia mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kang dan Ilmu Penakluk iblis.

Para ketua tujuh partai, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin tampak tertarik akan suara suling Tio Cie Hiong. Mereka semua berdiri mematung di tempat, dan terus mendengarkan dengan air muka berubah tak menentu.

suara suling terus mengalun lembut menggetarkan hati dan pikiran. sesaat kemudian mereka semua mulai menengok ke sana ke mari. Wajah mereka yang semula tampak bengis, berubah perlahan-lahan.

Lewat beberapa saat, mereka kelihatan seakan tersentak dan saiing memandang.

"omitohud" ucap Hui Khong Taysu. "omitohud....,

"Aaaakh..." Yang lain pun mengeluarkan seruan, sepertinya baru tersadar dari mimpi buruk.

Tio cie Hiong berhenti meniup sulingnya, kemudian memandang mereka satu persatu.

"Pek Ih Sin Hiap" panggil mereka serentak.

"Syukurlah" Tio cie Hiong tersenyum sambil bangkit berdiri. "Kalian semua telah bebas dari pengaruh ilmu sesat"

"omitohud Terima kasih...," ucap Hui Khong Taysu.

"Bu Lim Ji Khie dan lainnya juga sudah ke mari. Mari kita temui mereka"

Tio cie Hiong mengajak mereka pergi menemui Bu Lim Ji Khie dan lainnya. Yang paling gembira adalah Lam Kiong Bie Liong. Pemuda itu langsung bersujud di hadapan ibunya. "Ibu Ibu...."

"Nak" Lam Kiong hujin membelainya seraya berkata. "Bangunlah Engkau harus berterima-kasih kepada pemuda itu"

"Ibu...." Lam Kiong Bie Liong bangkit berdiri sambil memberitahukan. "Dia Tio cie Hiong."

"Oh?" Lam Kiong hujin memandangnya dengan penuh kasih sayang. "Nak...."

"Bibi..." panggil Tio cie Hiong dan memberi hormat.

"Mari kita tinggalkan tempat ini" seru Sam Gan Sin Kay lidak sabaran.

"Kita bicara di markas saja"

Mereka telah sampai di markas pusat Kay Pang. semuanya duduk di aula dalam sambil ber-cakap-cakap.

" Kepala gundul Tuturkanlah kejadian itu" ujar Kim siauw suseng.

"omitohud...." Hui Khong Taysu menghela nafas. " Kejadian itu sungguh mengerikan. Cap Pwee

Lo Han mati dengan puluhan tusukan dan sabetan pedang, sedangkan ketiga paman guruku....

omitohud"

"siauw Lim sam Tianglo dapat bertahan berapa lama ketika bertarung dengan lm sie Hong Mo?" tanya sam Gan sin Kay.

"Tidak begitu lama." Hui Khong Taysu memberitahukan. "Gerakan pedang Im sie Hong Mo begitu cepat dan kacau balau, sehingga sulit diikuti dengan mata. Mendadak ketiga paman guruku berdiri diam di tempat, kemudian roboh. Namun tubuh bagian bawah dari pinggang sampai di kaki tetap berdiri di situ...."

"Tubuh ketiga Tetua itu terpotong dua?" tanya Lam Kiong Bie Liong dengan air muka berubah. "omitohud...." Mata Hui Khong Taysu tampak basah. "omitohud..."

"Im sie Hong Mo memang kejam sekali," ujar It Hian Tojin. "Para murid Butong telah dibantai habis, hanya tersisa Butong Ngo Hiap."

"Aaaakh..." Wie Hian Cinjin menghela nafas panjang. "Kun Lun Pay kami telah musnah, sebab cuma tinggal aku seorang diri Aku... aku sungguh malu terhadap sucouw (Pendiri Partai Kun Lun)."

"sama," sambung Ceng sinsuthay, ketua partai GoBie dan Beng Leng Hoatsu, ketua partai Khong Tong.

"Aaaakh..." keluh Pek Bie Lojin. ketua partai swat san sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Partai swat sanpun telah habis...."

"Aku masih tidak habis pikir, siapa sebenarnya Im sie Hong Mo itu?" ujar Tui Hun Lojin. "

Kepandaiannya begitu tinggi, ilmu sesatnya pun sangat luar biasa."

"Dia dapat mengendalikan pikiran kita." sela Lam Kiong hujin. "ohya, suara suling itu kok bisa menyadarkan kita?"

"Itu suling kumala, boleh dikatakan tergolong benda pusaka." Kim siauw suseng memberitahukan. "sedangkan Cie Hiong mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kang dan Ilmu Penakluk iblis ketika meniup suling kumala itu, maka setelah kalian mendengar suara suling itu, sudah barang tentu punah pula pengaruh ilmu sesat dalam pikiran kalian, dan kalian tersentak sadar."

"ooooh" Lam Kiong hujin dan lainnya manggut-manggut.

"lbu" Lam Kiong Bie Liong memberitahukan. "Mungkin tidak lama lagi utusan Toan Hong Ya akan tiba di sini."

"oh, ya?" Wajah Lam Kiong hujin berseri.

"Utusan itu dan Toan wie Kie akan melamar Gouw sian Eng, setelah itu kita semua akan berangkat ke Tayli," ujar Lam Kiong Bie Liong sambil memandang Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong.

"Kalau begitu, kami berdua harus segera pulang," sahut Tui Hun Lojin.

"Setan tua" ujar sam Gan sin Kay. "Lebih baik kalian tunggu di sini Untuk sementara ini, kita semua tidak boleh berpencar ingat, sewaktu-waktu Im sie Hong Mo pasti akan muncul lagi"

"Tapi kalau utusan itu dan Toan wie Kie ke rumah?" Tanya Gouw Han Tiong

"Jangan khawatir" Lim Peng Hang tersenyum. "Akan kusuruh seseorang ke sana memberitahukan kepada pelayan di sana, bahwa kalian berdua menunggu di sini."

"Terimakasih, Lim Pangcu" ucap Gouw Han Tiong.

"lbu" ujar Lam Kiong Bie Liong. "Kita pun menunggu di sini saja, sebab terlampau bahaya apabila kita berpencar."

"Ng" Lam Kiong hujin mengangguk.

"Aaaakh..." Hui Khong Taysu menghela nafas. "Hingga saat ini aku tidak habis pikir," katanya. "Kepala gundul" Kim siauw suseng tertawa. "Apa yang menyebabkan engkau tak habis pikir?" "Tujuh partai telah hancur, tapi... kenapa Kay Pang tidak diganggu Im sie Hong Mo itu?" "siapa bilang tidak?" sahut sam Gan sin Kay. "Kami semua nyaris mati di tangannya."

"Tapi...." It Hian Tojin menatapnya heran. "Buktinya kalian semua masih hidup, Apakah dia tidak

jadi membunuh kalian?"

"Yaah" Sam Gan Sin Kay menggeleng-gelengkan kepala. " Kalau waktu itu tidak muncul Pek Ih Hong Li, kami semua pasti sudah mati."

"Apa?" It Hian Tojin terbelalak. "Pek Ih Hong Li? siapa dia?"

"seperti Im sie Hong Mo, tiada seorang pun tahu siapa dia," sahut sam Gan sin Kay. "sebab

wajahnya tertutup rambutnya yang panjang. Na-mun gerakan pedangnya mirip Im sie Hong MO."

"oh?" Hui Khong Taysu tercengang. "Mungkinkah mereka kakak beradik seperguruan?"

Kami pun menduga begitu," sahut Kim siauw suseng. "Masuk akal tapi tidak mungkin."

Kenapa begitu?" Hui Khong Taysu heran.

Gerakan pedang mereka hanya mirip. masih terdapat perbedaan. itulah yang membingungkan," ujar Kim siauw suseng.

"Heran..." gumam It Hian Tojin. "sebetulnya siapa Im sie Hong Mo dan gurunya...?"

"Menurut cie Hiong, Im sie Hong Mo pasti ada hubungannya dengan im sie Hong Jin," sahut sam Gan sin Kay.

"Im sie Hong Jin?" it Hian Tojin terheran-heran. "Siapa Im sie Hong Jin itu?"

"Omitohud Im sie Hong Jin yang hidup dua ratus tahun lampau itu?" tanya Hui Khong Taysu.

"Ya." sam Gan sin Kay mengangguk lalu bertanya. "Taysu kepala gundul, tahukah engkau tentang Im sie Hong Jin itu?"

Ketiga paman guruku pernah menceritakan, Tapi itu juga tidak begitu jelas,"jawab Hui Khong Taysu. "Tapi... bagaimana mungkin Im sie Hong Jin masih hidup?"

"Mungkin seseorang memperoleh kitab pusaka ilmu silat peninggalannya, lalu muncul dengan julukan Im sie Hong Mo," sahut Kim siauw suseng.

"omitohud...." Hui Khong Taysu menghela nafas. " Entah kapan rimba persilatan bisa tenang,

aman dan damai? omitohud...."

Bab 42 Utusan Tayli

sungguh mengherankan, walau sudah lewat belasan hari, namun Im sie Hong Mo tidak pernah muncul lagi di markas pusat Kay Pang. oleh karena itu semua orang Kay Pang merasa lega.

"Mungkinkah Im sie Hong Mo telah dibunuh oleh Pek Ih Hong Li?" gumam sam Gan sin Kay. "Mungkin," sahut Kim siauw suseng. "sebab hingga saat ini dia tidak pernah muncul."

"Itu hanya mungkin," ujar Tok Pie sin wan. "Menurut pendapatku, Im sie Hong Mo tidak mungkin telah dibunuh Pek Ih Hong Li, sebab kepandaian mereka berdua seimbang. Mungkin.... Im

sie Hong Mo sedang menghindari Pek Ih Hong Li, maka dia tidak berani muncul."

"Ngmm" sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Mungkin."

" Kakek bagaimana sih?" tegur Lim Ceng Im. "Ini mungkin dan itu mungkin...."

Cucuku yang pintar Menurutmu apa yang harus dipastikan?" sam Gan sin Kay menatap Lim Ceng Im sambil tersenyum.

"Yang jelas...." Wajah Lim Ceng Im berseri. "Kakak Hiong sudah berada di sini, maka Im sie

Hong Mo tidak berani ke mari."

"Mungkin." sam Gan sin Kay manggut-manggut.

"Mungkin lagi mungkin lagi" Lim Ceng Im menggeleng-gelengkan kepala.

"Adik Im" ujar Tio Cie Hiong sungguh-sung-guh. "Im sie Hong Mo tidak muncul bukan karena aku di sini, melainkan... dia sedang menunggu kesempatan."

" Kakak Hiong" Lim Ceng Im heran. " Kenapa dia harus menunggu kesempatan?"

"Sebab kini dia masih terhalang oleh Pek Ih Hong Li, maka dia belum mau muncul. Yang penting, kita semua harus hati-hati" ujar Tio Cie Hiong. "Masuk akal dan mungkin begitu," sahut sam Gan sin Kay.

Pada waktu bersamaan, terdengarlah suara seruan di luar susul menyusul dan bergema. "Utusan Tayli dan Toan wie Kie datang"

"Utusan Tayli dan Toan wie Kie datang...."

Undang mereka masuk" sahut Lim Peng Hang.

Undang mereka masuk...." suara seruan ini saling menyusul ke luar.

"Mari kita sambut mereka" ujar Lim Peng Hang. Bu Lim Ji Khie dan lainnya segera beranjak ke pintu.

sesaat kemudian, muncullah utusan Tayli dan Toan wie Kie. Utusan Tayli ternyata Hian Teng Taysu, Koksu istana Tayli, sin san Lojin dan Ang Kin sian Li.

"selamat datang selamat datang" ucap Lim Peng Hang sambil memberi hormat kepada mereka.

"selamat bertemu" sahut Hian Teng Taysu dan balas memberi hormat. "Toan Hong Ya mengutus kami ke mari."

"silakan masuk" ucap Lim Peng Hang selaku tuan rumah.

"saudara Tio" Toan wie Kie menepuk bahu Tio Cie Hiong. "Nanti kita baru mengobrol." "saudara Kie" Tio Cie Hiong manggut-manggut sambil tersenyum.

"silakan duduk" ucap Lim Peng Hang lagi. Kemudian mereka saling memperkenalkan diri, dan suasana pun menjadi semarak.

"Maaf" ucap Hian Teng Taysu. "Kedatangan kami telah mengganggu markas pusat Kay Pang ini"

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Kepala gun.... eh Taysu...."

"Ha ha ha" Hian Teng Taysu juga tertawa. "Aku memang kepala gundul, engkau pengemis bau yang sangat terkenal."

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak. "Kalau begitu, aku pun tidak perlu sungkan-sungkan lagi. Kepala gundul, kalian bertiga ke mari ingin melamar Gouw sian Eng, kan?"

"Betul, pengemis bau." Hian Teng Taysu manggut-manggut. "Kami mewakili Hong Ya untuk melamar Gouw sian Eng. Tui Hun Lojin dan Gouw tayhiap. apakah lamaran ini akan diterima dengan senang hati?"

"Tentu Tentu...." Tui Hun Lojin tertawa gembira.

"setan tua" ujar sam Gan sin Kay. "Engkau boleh makan enak dan tidur nyenyak di istana Tayli lho"

"Pengemis bau" Tui Hun Lojin tertawa lagi.

" Engkau boleh ikut."

"Benar, benar," sela sin san Lojin. "Kalau Bu Lim Ji Khie mau berkunjung ke Tayli, itu merupakan suatu kehormatan bagi kami."

"Ha ha ha" Kim siauw suseng tertawa terbahak-bahak. " Kalau begitu, kelak kami pasti ke sana." "Kami sangat mengharapkan," sahut sin san Lojin sungguh-sungguh. "Terimakasih" ucap Kim siauw suseng.

"ohya" ujar Hian Teng Taysu memberitahukan. "Lam Kiong Bie Liong, Hong Ya juga perintahkan kami untuk menjemput ibumu ke Tayli."

"Terimakasih, Koksu" ucap Lam Kiong Bie Liong.

"Apakah kehadiranku di sana tidak akan mengganggu ketenangan istana Tayli?" tanya Lam Kiong hujin sambil tersenyum.

"Tentu tidak," sahut Hian Teng Taysu sambil tertawa. "Malah akan menambah semarak suasana di istana Tayli."

"Terimakasih" ucap Lam Kiong hujin.

"Tentu tidak" sahut Hian Teng Taysu.

"ohya" Ang Kin sian Li memberitahukan. "Hong Ya juga mengundang Tui Hun Lojin dan Gouw tayhiap ke sana."

"Terimakasih" ucap Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong serentak.

"Hua ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak.

"Tuuuh setan tua, mulai saat ini engkau akan hidup senang, punya menantu pangeran Tayli Jangan jangan engkau akan melupakan kami yang di sini"

"Pengemis bau Bagaimana mungkin aku melupakan kalian?" sahut TUi Hun Lojin sambil tertawa.

"Ohya" Hian Teng Taysu memberitahukan. "Hong Ya dan Hujin mengundang Pek Ih sin Hiap ke sana."

"Terima kasih atas undangan Hong Ya dan Hujin" ucap Tio Cie Hiong. "Tapi aku tidak bisa memenuhi undangan itu."

"Kenapa?" Hian Teng Taysu heran.

"Sebab aku sedang menghadapi suatu masalah." Tio Cie Hiong memberitahukan. "setelah masalah itu selesai, kami pasti berkunjung ke Tayli."

"Masalah apa?" tanya sin san Lojin dan Ang Kin sian Li serentak.

"Di rimba persilatan sini telah muncul seorang iblis, yang berjuluk Im sie Hong Mo.

Kepandaiannya sangat tinggi, maka aku harus menghadapinya," jawab Tio Cie Hiong.

"Im sie Hong Mo?" sin san Lojin, Ang Kin sian Li dan Hian Teng Taysu saling memandang.

"Im sie Hong Mo..." tutur Tlo Cie Hiong.

"Apa?" Hian Teng Taysu terbelalak. "Tujuh partai besar telah hancur?"

"Omitohud" ucap Hui Khong Taysu. "Memang benar. oleh karena itu, kami semua berkumpul di sini menunggu kemunculan Im sie Hong Mo itu."

"Pantas ketua-ketua partai berada di sini" Hian Teng Taysu manggut-manggut menghela nafas. "Sungguh di luar dugaan"

"Kalau begitu...," ujar Sin San Lojin sungguh-sungguh. "Agar tidak terjadi sesuatu, lebih baik kita berangkat besok."

"Tidak terlalu cepat?" tanya sam Gan sin Kay.

"Kami memang harus cepat kembali ke Tayli, itu perintah Hong Ya." sin san Lojin

memberitahukan. "Lagipula... kalau terjadi sesuatu, berat sekali tanggung jawab kami."

"Baiklah." sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Kami tidak akan menahan kalian. Memang ada baiknya kaitan segera berangkat ke Tayli, mudah-mudahan Im Sie Hong Mo tidak muncul malam ini"

Malam hari, Tio Cie Hiong, Lim Ceng Im, Lam Kiong Bie Liong dan Toan wie Kie ber-cakap-cakap di halaman, namun wajah Toan wie Kie tampak agak kecewa.

"sayang sekali" ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kalian berdua tidak bisa ke Tayli"

"sesungguhnya kami memang ingin menghadiri pesta pernikahan kalian, tapi...." Tio Cie Hiong

menghela nafas. "Bagaimana mungkin aku dan adik Im berangkat ke sana?"

"saudara Tio" Toan wie Kie menatapnya. "Benarkah Im sie Hong Mo itu berkepandaian tinggi sekali?"

"Benar." Tio Cie Hiong mengangguk. "Dapat dibayangkan betapa tingginya kepandaian Im sie Hong Mo itu. Berdasarkan bukti kematian siauw Lim sam Tianglo, maka kita dapat membayangkan kepandaiannya."

"saudara Tio" Toan Wie Kie mengerutkan kening. "Engkau dapat menghadapinya?"

"Mudah-mudahan" sahut Tio cie Hiong. "Aku tidak yakin dapat menghadapinya karena ilmu pedangnya sangat berbeda."

" Kenapa berbeda?" tanya Toan Wie Kie heran.

"Im sie Hong Mo adalah orang tak waras, maka ilmu pedangnya juga kacau balau tidak karuan, tapi lihay sekali. Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang dan Tok Pie sin Wan nyaris mati di tangannya. Kalau Pek In Hong Li tidak muncul di saat itu, mereka semua pasti sudah mati."

"saudara Tio" tanya Toan Wie Kie. "Engkau tahu siapa Pek Ih Hong Li itu?"

"Aku sama sekali tidak tahu, lagi pula aku tidak bertemu dia dan Im sie Hong Mo, maka aku tidak tahu siapa mereka." Tio cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.

Kalau begitu, bukankah engkau boleh bergabung dengan Pek Ih Hong Li untuk membasmi Im sie Hong Mo?" ujar Toan Wie Kie seakan mengusulkan.

"Tidak mungkin." Tio cie Hiong menggelengkan kepala lagi.

" Kenapa?" tanya Toan wie Kie.

"Pek Ih Hong Li juga tak waras, jadi bagaimana mungkin aku bergabung dengannya?" Tio Cie Hiong memberitahukan. "Mereka berdua sama-sama tak waras, maka aku malah khawatir mereka berdua akan bergabung menghadapiku."

" Kakak Hiong...." Lim Ceng Im tersentak. "Mungkinkah begitu?"

"Mungkin juga." Tio Cle Hiong manggut-manggut. " Karena orang tak waras akan lebih dekat dengan orang tak waras pula."

"Tapi...." Lim Ceng Im mengerutkan kening. "Kata kakek, Pek Ih Hong Li justru memusuhi Im

sie Hong Mo. Karena itu, aku yakin Pek Ih Hong Li tidak akan bergabung dengan Im sie Hong Mo untuk menghadapi Kakak Hiong."

"Mudah-mudahan begitu" sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum getir. "Kapan rimba persilatan akan aman...?"

"Tapi sungguh mengherankan" sela Lam Kiong Bie Liong. "Kenapa hingga saat ini Im sie Hong Mo belum muncul?"

"Dia sedang menunggu kesempatan. Aku yakin tidak lama lagi dia akan muncul di sini," sahut Tio Cie Hiong.

"Kenapa engkau yakin begitu?" tanya Lam Kiong Bie Liong.

"Apabila Pek Ih Hong Li lengah, dia pasti muncul," sahut Tio Cie Hiong memberitahukan. "Dia agak takut kepada Pek Ih Hong Li, maka sementara ini dia menghindar. setelah itu, barulah muncul."

"Adik Hiong" Lam Kiong Bie Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak habis pikir, kenapa Im sie Hong Mo agak takut kepada Pek Ih Hong Li? Apakah mereka mempunyai suatu hubungan?"

"Mungkin." Tio Cie Hiong manggut-manggut. "Kalau tidak, bagaimana mungkin Im sie Hong Mo agak takut kepada Pek Ih Hong Li?"

"Memang membingungkan." Lam Kiong Bie Liong menggeleng-gelengkan kepala, kemudian memandang Tio Cie Hiong seraya berkata, "Adik Hiong, tentunya engkau tidak berkeberatan memberi petunjuk kepadaku mengenai ilmu pedang, bukan?"

"Kakak Liong...." sesungguhnya Tio Cie Hiong ingin menolak, namun merasa tidak enak.

" Kepandaianku. ... "

"Adik Hiong" ujar Lam Kiong Bie Liong sungguh-sungguh. "Jangan merendah, aku akan memperlihatkan ilmu pedangku, di mana terdapat kekurangannya, aku harap engkau memberi petunjuk"

Kakak Liong...." Tio cie Hiong berpikir, lalu mengangguk seraya berkata. ."Baiklah. silakan Kakak Liong memperlihatkan ilmu pedangmu itu"

"Terima kasih, Adik Hiong" ucap Lam Kiong Bie Liong girang, lalu menghunuskan pedangnya dan berkata. "Yang kuandalkan adalah Thay Yang Kiam Hoat (Ilmu Pedang surya)."

Usai berkata begitu, mulailah Lam Kiong Bie Liong menggerakkan pedangnya mempertunjukkan Thay Yang Kiam Hoat.

Tio Cie Hiong terus memperhatikan dengan cermat. la manggut-manggut tapi kadang-kadang mengerutkan kening.

Berselang beberapa saat kemudian, barulah Lam Kiong Bie Liong berhenti lalu bertanya. "Adik Hiong, bagaimana? Apakah ilmu pedang ku terdapat kekurangannya?"

"Kakak Liong," sahut Tio Cie Hiong. "sesungguhnya ilmu pedang mu sangat hebat dan mengagumkan tergolong ilmu pedang tingkat tinggi. Tapi...."

"Kenapa?" tanya Lam Kiong Bie Liong cepat.

"Ada beberapa jurus yang masih terdapat kekurangannya," jawab Tio Cie Hiong memberitahukan. "Yaitu pada jurus ketujuh, kesembilan, dan ketiga belas. Apakah engkau sengaja tidak melanjutkan jurus-jurus itu?"

"Adik Hiong" Lam Kiong Bie Liong menatapnya kagum. "Sungguh tajam dan cermat penglihatanmu. Aku belajar ilmu pedang itu dari sebuah kitab, tapi tersobek sedikit, sehingga tidak dapat kupelajari dengan baik jurus-jurus itu."

"ooooh" Tio Cie Hiong manggut-manggut dan mulai memberi petunjuk. "Pada jurus ketujuh engkau harus melanjutkan dengan gerakan ini"

Lam Kiong Bie Liong segera mengikuti gerakan tersebut. Bukan main terkejut dan girangnya, karena jurus itu menjadi sempurna.

"Adik Hiong" ujarnya kemudian. "Berbulan-bulan aku berpikir setengah mati untuk menyempurnakan jurus itu, namun tidak berhasil sama sekali. Engkau cuma sekali pandang sudah mampu menyempurnakan jurus itu. Aku... aku sungguh tidak mengerti."

Tio Cie Hiong hanya tersenyum, kemudian memberi petunjuk lagi, sehingga ilmu pedang tersebut bertambah hebat dan lihay. Betapa girangnya Lam Kiong Bie Liong, dan dia memandang Tio Cie Hiong dengan mata terbelalak.

" Kakak Liong" Tio Cie Hiong tersenyum.

"Terima kasih, Adik Hiong Aku merasa bangga sekali mempunyai adik...."

"Kakak Liong, jangan terus-menerus memujiku" Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Aku jadi malu...."

Pagi ini, utusan Tayli dan Toan wie Kie berpamit. Begitu pula Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong Bie Liong, juga ikut berangkat ke Tayli.

"Setan tua" ujar sam Gan sin Kay. "Bukan kami tidak hadir, melainkan...."

"Aku tahu, kalau bukan terpaksa, aku pun tidak akan berangkat ke Tayli," sahut Tui Hun Lojin, kemudian memegang bahu Tio Cie Hiong.

"Hati-hati terhadap Im sie Hong Mo"

"Ya, Kakek." Tio cie Hiong mengangguk.

"saudara Tio" ujar Toan wie Kie berpesan. "Apabila urusanmu telah selesai, jangan lupa berkunjung ke Tayli"

"Tentu." Tio cie Hiong tersenyum. "saudara Kie, sampaikan salamku kepada kedua orang tuamu dan adik sian Eng"

"Pasti kusampaikan." Toan wie Kie mengangguk.

"Adik Hiong" Lam Kiong Bie Liong memegang bahu Tio cie Hiong erat-erat. "setelah engkau mengalahkan Im sie Hong Mo, susullah kami"

" Ya." Tio Cie Hiong mengangguk.

Kemudian berangkatlah mereka dengan naik kuda. setelah itu Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin Wan, Tio Cie Hiong, Lim Peng Hang, Lim Ceng Im dan para ketua tujuh partai baru masuk. Mereka duduk di aula dalam. sam Gan sin Kay menarik nafas lega seraya berkata.

"Mereka lebih aman diTayli daripada di sini jadi kita tidak usah mengkhawatirkan mereka"

"sayangnya kita tidak bisa menghadiri pesta pernikahan itu." Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan kepala. "Padahal aku ingin sekali pesiar ke Tayli."

"Kalau begitu, cepatlah susul mereka" ujar sam Gan sin Kay sambil tertawa. "Masih keburu kok"

"Pengemis bau, jangan menyindir" sahut Kim siauw suseng. "Aku bukan orang yang takut mati Iho"

"Aku tahu. Aku tahu...." Sam Gan Sin Kay tertawa lagi, lalu memandang cucunya. "Ceng Im,

kalau tidak terganggu oleh kemunculan Im sie Hong Mo, engkau dan cie Hiong pun pasti telah melangsungkan pernikahan."

"Kakek...." Wajah Lim Ceng Im memerah.

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak^

sementara itu, utusan Tayli terus melakukan perjalanan. Tampak Tui Hun Lojin sedang bercakap-cakap dengan Gouw Han Tiong.

"Terus terang, aku merasa tidak enak ikut ke Tayli...." Tui Hun Lojin menghela nafas.

"sian Eng dan wie Kie akan melangsungkan pernikahan, tentunya ayah harus hadir, kenapa malah bilang tidak enak?" Gouw Han Tiong heran.

"Aku merasa tidak enak terhadap yang berada di markas pusat Kay Pang. Karena mereka sedang menghadapi musuh tangguh, tapi kita malah berangkat ke Tayli."

"Kalaupun Ayah tetap berada di sana, juga tidak bisa membantu." ujar Gouw Han Tiong sungguh-sungguh. "Bahkan aku akan merasa tidak enak terhadap Toan Hong Ya, kalau Ayah tidak hadir."

Tui Hun Lojin menghela nafas. "Mudah-mudahan cie Hiong dapat mengalahkan Im sie Hong Mo"

Ucapan Tui Hun Lojin terhenti, karena mendadak mereka semua mendengar suara tawa yang menyeramkan.

Celaka" seru Gouw Han Tiong dengan wajah pucat pias. "Im sie Hong Mo" "semua harus hati-hati" teriak Tui Hun Lojin. "Itu suara tawa Im sie Hong Mo"

Mereka semua berhenti. Hian Teng Taysu, Sin San Lojin dan Ang Kin Sian Li saling memandang.

sungguh tak disangka, di tempat ini mereka akan menghadapi Im sie Hong Mo.

"Hua ha ha He he he...." suara tawa yang menyeramkan itu terus bergema, dan tak lama

muncullah seseorang berpakaian kumal, rambutnya yang panjang awut-awutan menutupi wajahnya. orang itu ternyata memang Im sie Hong Mo.

"omitohud" Hian Teng Taysu menatapnya seraya berkata. " Kami pihak Tayli tidak bermusuhan denganmu, harap engkau jangan mengganggu perjalanan kami yang akan kembali ke Tayli"

"He h e h e" Im Sie Hong Mo masih terus tertawa. "Pokoknya kalian semua harus mati Harus mati"

"Engkau. ingin menanam permusuhan dengan Tayli?" tanya sin san Lojin sambil mengerutkan kening.

"Tayli? Phui" Im sie Hong Mo meludah. "Aku Im sie Hong Mo, tidak akan takut kepada siapa pun Kalian semua harus mati He he he...."

Im sie Hong Mo mulai menghunuskan pedangnya, namun di saat bersamaan terdengarlah suara tawa nyaring yang melengking- lengking.

Im sie Hong Mo tampak tersentak lalu menengok ke sana ke mari. sekonyong-konyong berkelebat sosok bayangan putih ke hadapan Im sie Hong Mo. Bayangan itu ternyata Pek Ih Hong Li.

"Aku harus mencincangmu Aku harus mencincang mu" Pek Ih Hong Li langsung menyerang Im sie Hong Mo. Maka terjadilah pertarungan yang sangat seru.

Hian Teng Taysu dan lainnya menyaksikan pertarungan itu dengan mata terbelalak, sebab ilmu pedang Pek Ih Hong Li dan Im sie Hong Mo begitu hebat dan lihay, tapi kacau balau tidak karuan.

"He he he" Im sie Hong Mo tertawa keras dan mendadak melesat pergi. Pek Ih Hong Li pun melesat mengejarnya. seketika juga suasana di tempat itu menjadi hening.

"omitohud" Hian Teng Taysu menghela nafas. " Kalau wanita berbaju putih itu tidak muncul, kita semua pasti mati di tangan Im sie Hong Mo."

"Wanita berbaju putih itu pasti Pek Ih Hong Li," ujar Toan wie Kie sambil menarik nafas legg. "Secara tidak langsung dia telah menolong kita semua."

"Benar." Lam Kiong Bie Liong manggut-manggut. " Wanita itu pasti Pek Ih Hong Li. Im sie Hong Mo tampak agak takut kepadanya."

"Ayoh, kita melanjutkan perjalanan" seru sin san Lojin.

Mereka segera melanjutkan perjalanan dengan hati tercekam, sebab khawatir kalau sewaktu-waktu Im sie Hong Mo muncul lagi.

Toan Hong Ya dan Hujin menyambut mereka dengan penuh kegembiraan, lalu beramah tamah dengan mereka di ruang khusus. para dayang pun segera menyuguhkan berbagai macam makanan dan minuman.

"Ha ha ha" Toan Hong Ya tertawa gembira. "Terimakasih atas kedatangan kalian semua" "Terimakasih atas keramahan Hong Ya dan Hujin" sahut Tui Hun Lojin.

Kami telah mempersiapkan segala keperluan pernikahan. Bagaimana kalau pesta pernikahan diselenggarakan esok?" tanya Toan Hong Ya.

"Kami setuju," jawab Tui Hun Lojin.

"Lam Kiong Hujin" ujar Toan Hong Ya memberitahukan. "pesta pernikahan Bie Liong dan Pit Lian juga diselenggarakan bersama. Bagaimana?"

"Itu memang baik sekali." Lani Kiong hujin manggut-manggut.

"Baik" Toan Hong Ya tertawa. " Kita pastikan esok menyelenggarakan pesta pernikahan." "Ya." Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin mengangguk.

"ohya" Toan Hong Ya mengerutkan kening. " Kenapa Cie Hiong dan Ceng Im tidak datang?"

"Ayah" Toan wie Kie memberitahukan. "Cie Hiong harus menghadapi seorang musuh tangguh."

"Oh?" Toan Hong Ya mengerutkan kening lagi. "Siapa musuh tangguhnya itu?"

"Im sie Hong Mo," jawab Toan wie Kie.

"Kepandaiannya sungguh tinggi. Dalam perjalanan pulang, kami bertemu Im sie Hong Mo itu"

"Oh, ya?" Toan Hong Ya terkejut. "Kalian bertarung dengan dia?"

"Omitohud" sahut Hian Teng Taysu. "Kalau kami bertarung dengan Im sie Hong Mo, tentu kami semua sudah mati."

"Apakah dia begitu hebat?" Toan Hong Ya kelihatan kurang percaya.

"Benar." Tui Hun Lojin mengangguk lalu menutur kejadian itu "Kami disadarkan dengan suara suling. Kalau tidak, pikiran kami masih terpengaruh dan dikendalikan oleh ilmu hitam itu."

"Apakah Im sie Hong Mo juga mahir ilmu hitam?" tanya Toan Hong Ya terkejut.

"Ilmu hitamnya tinggi sekali," jawab Lam Kiong hujin. "Kami dan para ketua tujuh partai besar di Tionggoan tak sanggup melawan ilmu hitam yang dimiliki Im sie Hong Mo."

"Tapi Cie Hiong...." Toan Hong Ya tercengang. "Dia cuma meniup suling...."

"Cie Hiong memiliki Ilmu Penakluk iblis. Dia mengerahkan ilmu itu di saat meniup suling, sehingga membuat pikiran kami menjadi jernih."

"Ooooh" Toan Hong Ya manggut-manggut, kemudian bertanya. "Ohya, dapatkah dia menghadapi Im sie Hong Mo itu?" ^

"Entahlah." Tui Hun Lojin menggelengkan kepala. "Yang jelas Im sie Hong Mo kelihatan takut kepada Pek Ih Hong Li. Ketika Im sie Hong Mo muncul menghadang kami, tak lama Pek Ih Hong Lipun muncul. Kalau Pek Ih Hong Li tidak muncul di saat itu, kami semua pasti celaka."

"Bukan cuma celaka, tapi pasti mati," sela Ang Kin sian Li. "Sebab kepandaian Im sie Hong Mo memang lihay dan bukan main hebatnya."

"Kalau begitu...," Toan Hong Ya tampak cemas. "Bagaimana Cie Hiong?"

"Mudah-mudahan dia sanggup menghadapinya" ucap Tui Hun Lojin dan menambahkan. "Lagipula masih ada Pek Ih Hong Li yang terus menerus mengejar Im sie Hong Mo. Dengan begitu Im sie Hong Mo tiada kesempatan untuk bertarung dengan cie Hiong"

"Benar." Lam Kiong hujin manggut-manggut.

"syukurlah kalau begitu" ucap Toan Hong Ya agak berlega hati.

Keesokan harinya, Toan Hong Ya menyelenggarakan pesta pernikahan putra putrinya.

selama tiga hari tiga malam, seluruh rakyat Tayli juga ikut berpesta pora dengan penuh kegembiraan dan semarak.

Akan tetapi, sementara itu pula di markas pusat Kay Pang justru tengah terjadi sesuatu.

Bab 43 Wajah rusak tidak mempengaruhi cinta

Ketika hari mulai gelap. tiba-tiba di markas pusat terdengar suara tawa yang menyeramkan.

Pemilik suara itu tak lain Im sie Hong Mo.

Tio Cie Hiong, Lim Ceng Im, Bu Lim Ji Khie dan lainnya tampak berhambur keluar dengan perasaan tegang.

"cie Hiong, hati-hati" seru sam Gan sin Kay.

Tio Cie Hiong mengangguk. Pemuda itu berdiri di tengah halaman dengan kening berkerut-kerut.

Tak seberapa lama kemudian, muncullah Im sie Hong Mo di hadapannya sambil tertawa seram.

"He he he Bagus, bagus Kalian semua berkumpul di sini, aku harus membunuh kalian semua" ujar Im sie Hong Mo dengan suaranya yang parau.

Tersentak Tio Cie Hiong ketika melihat Im sie Hong Mo. Walau wajahnya tertutup oleh rambut, Tio Cie Hiong merasa kenal padanya.

"Im sie Hong Mo Apa urusanmu datang ke mari...?" tanya Tio Cie Hiong.

"Ha ha ha... aku harus membunuhmu dan lainnya Malam ini ajal kalian telah tiba. Ha ha ha..."

"Kila tidak saling punya dendam, kenapa engkau ingin membunuh kami?" Tio Cie Hiong menatapnya, ingin melihat lebih jelas siapa sosok lelaki di hadapannya itu.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar