Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 46

Baca Cersil Mandarin Online: Kesatria Baju Putih (Pek In Sin Hiap) Bagian 46
Bagian 46

"ohya, sebetulnya engkau mau ke mana?" tanya Kou Hun Bijin sambil memandangnya.

"Aku mencari Tan Li cu, kini aku sudah tahu tentang dirinya, jadi tidak usah mencarinya lagi"

"Lalu engkau mau ke mana sekarang?"

"Ke markas pusat Kay Pang."

"Kalau begitu, kita berpisah di sini, sebab aku harus segera kembali ke markas Bu Tek Pay."

"ohya" pesan Tio Cie Hiong. "Setelah Tan Li cu membalas dendamnya, Kakak tolong suruh dia ke gunung Hong Lay san"

"Baik,"

"Kakak. sampai jumpa" ucap Tio Cie Hiong, lalu melesat pergi menuju markas pusat Kay Pang.

Kou Hun Bijin berdiri termangu di tempat, berselang sesaat barulah ia melesat ke arah markas Bu Tek Pay.

Tio Cie Hiong telah tiba di markas pusat Kay Pang. Betapa gembiranya Lim Ceng im, dan langsung mendekap di dadanya. sedangkan Tio cie Hiong membelai-belainya dengan penuh cinta kasih.

"Kakak Hiong...."

"Adik Im...."

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak. "Yang satu mendekap. yang satu lagi membelai. Asyiiik"

"Kakek..." Lim Ceng Im membanting-banting kaki. "Kenapa Kakek selalu usil?"

"Lho siapa yang usil? Kalian berdua atau kami?" sahut sam Gan sin Kay dan tertawa lagi. "Engkau mendekap di dada Cie Hiong, sedangkan cie Hiong membelaimu. Padahal kami semua berada di sini, namun kalian.... Nah, siapa yang usil?"

"Kakek sungguh keterlaluan" wajah Lim Ceng im memerah. "Kakak Hiong, kita duduk ya" Tio Cie Hiong mengangguk. seketika sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak lagi.

"Bukan main Begitu merdu dan lembut suaranya, bagaikan suara kicauan burung dipagi hari" katanya.

"Kakek" Lim Ceng im melototinya, lalu duduk di sisi Tio Cie Hiong.

"cie Hiong" Lim Peng Hang memandangnya seraya bertanya. "Engkau sudah bertemu paman, kakakmu dan lainnya?"

"Sudah." Tio Cie Hiong mengangguk. "Kami pun ke Gunung Hong Lay san, hanya saja Tan Li Cu tidak bersama kami."

"Kenapa?" Lim Peng Hang heran.

"Paman dan kakak bertemu Tan Li cu yang bersama Thian Liong Kiam Khek. namun kemudian Tan Li cu pergi tanpa pamit." Tio Cie Hiong memberitahukan. "Ternyata Tan Li cu tidak menghendaki timbulnya suatu salah paham, maka pergi tanpa pamit."

"oooh" Lim Peng Hang manggut-manggut.

"ohya, engkau tidak berhasil mencarinya?"

"cie Hiong pasti sudah bertemu Tan Li Cu," sahut Kim siauw suseng. "Kalau tidak, bagaimana mungkin dia kembali ke sini?"

"Sesungguhnya aku tidak bertemu Tan Li cu, tapi aku sudah tahu kabar beritanya," ujar Tio Cie Hiong. "Karena aku bertemu seorang wanita awet muda...."

"Wanita awet muda?" Kim siauw suseng mengerutkan kening. "siapa wanita itu?"

"Dia Kou Hun Bijin."

"Haaah?" Mulut Kim siauw suseng ternganga lebar. "Dia masih hidup?"

"Mungkinkah Cie Hiong bertemu rohnya?" sahut Sam Gan Sin Kay sambil tertawa, namun tampak terkejut juga. "cie Hiong, engkau bercakap-cakap dengannya?"

"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk. "Bahkan kami pun bertanding."

"Apa?" Kim siauw suseng terperanjat. "Bagaimana hasil pertandingan itu?"

"Menimbulkan kesan baik." Tio Cie Hiong tersenyum. "Dia menganggapku sebagai adik, aku juga menganggapnya sebagai kakak."

"Gila" sam Gan sin Kay menggaruk-garuk kepala. "Usianya sudah seratus lebih, engkau menganggapnya sebagai kakak?"

"Ya." Tio Cie Hiong memberitahukan. "Tapi dia tampak baru berusia empat puluhan."

"Dia memiliki kecantikan yang membetot sukma, kan?" tanya Kim siauw suseng. "Sukmamu tidak terbetot olehnya?"

"Tentu tidak." sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum. "Sebab aku memiliki Ilmu Penakluk iblis." "ooooh" Kim siauw suseng manggut-manggut.

"Kakak Hiong" tanya Lim Ceng Im mendadak. "Betulkah Kou Hun Bijin itu cantik sekali?" "Betul." Tio Cie Hiong mengangguk.

"Kalau engkau tidak memiliki Ilmu Penakluk iblis, apakah sukmamu akan terbetot oleh kecantikannya? "

"Pertanyaan yang bagus dan tepat?" seru sam Gan sin Kay. Tio Cie Hiong tersenyum, lalu memandang Lim Ceng im seraya menjawab. "Tentu tidak. sebab aku memiliki iman yang kuat, lagi pula cintaku hanya untukmu, Jadi hatiku tidak gampang tergoda."

"Yang benar?" Lim Ceng Im tersenyum manis. "ohya, Kou Hun Bijin lebih cantik atau aku yang lebih cantik?"

"Bagus" seru Sam Gan Sin Kay lagi sambil tertawa. "Pertanyaan yang jitu sekali?"

"Adik Im" Tio Cie Hiong tersenyum lembut. "Suatu kecantikan harus disertai kebersihan jiwa. Kalau hanya cantik tapi berjiwa kotor dan berhati jahat, itu cuma merupakan suatu kedok seperti yang kupakai ini."

"Bagus Jawaban yang tepat" seru Sam Gan Sin Kay sambil tertawa lagi.

"Heran?" Lim Ceng Im cemberut. "Aku yang sedang berbicara dengan Kakak Hiong, namun Kakek yang berteriak-teriak tidak karuan"

"Ha ha ha" Sam Gan Sin Kay terus tertawa.

"Sudah cukup belum engkau tertawa, Pengemis Bau" tegur Kim Siauw Suseng. "Lho? Kenapa?" Sam Gan Sin Kay melotot. "Punya hak apa engkau menegurku?"

"Dasar Pengemis Bau" sahut Kim Siauw Suseng, kemudian bertanya kepada Tio Cie Hiong. "Bagaimana perbandingan itu? Apakah Kou Hun Bijin terluka?"

"Tidak, hanya saja..." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Dia nyaris berubah tua." "Lho? Kenapa?" Kim Siauw Suseng tertegun.

"Karena..." Tio Cie Hiong menutur tentang itu. "Dia sangat terharu sehingga langsung memanggilku adik kecil."

"oooh" Kim Siauw Suseng manggut-manggut. "Cie Hiong, engkau memang berhati mulai. Tidak heran kalau dia terharu."

"Untung dia bertemu Cie Hiong, kalau bertemu orang lain..." Sam Gan Sin Kay menggeleng-gelengkan kepala. "Kini dia pasti sudah berubah tua."

"sastrawan sialan" ujar Tui Hun Lojin mendadak. "Kou Hun Bijin awet muda, engkau pun awet muda, maka...."

"Mereka merupakan pasangan yang serasi," sambung sam Gan sin Kay sambil tertawa gelak.

"Pengemis bau” tegur Kim siauw suseng. "Jangan omong sembarangan, kalau Kou Hun Bijin mendengarnya, engkau pasti celaka."

"Dia tidak berada di sini, maka aku berani omong begitu." sam Gan sin Kay menyengir. "Kalau dia berada di sini, aku akan berubah gagu."

"Aaakh..." Kim siauw suseng menghela nafas panjang. "sesungguhnya Kou Hun Bijin adalah kawan baik guruku, bahkan guruku sangat mencintainya. Tapi.... Kou Hun Bijin justru menolaknya,

itu membuat guruku jadi frustasi."

"Dia memang suka menggoda kaum lelaki hidung belang, lagi pula memiliki daya tarik alami." sam Gan sin Kay menggeleng-gelengkan kepala. "Lelaki mana yang melihatnya, pasti tergila-gila. Karena itu, dia dijuluki Kou Hun Bijin."

"Benar." Kim siauw suseng mengangguk. "Sekitar tujuh puluh lima tahun silam, rimba persilatan digegerkan oleh munculnya Kou Hun Bijin. Entah berapa banyak kaum pendekar yang tergila-gila kepadanya, termasuk guruku. setelah itu, barulah muncul Hong Hoang Leng. Namun, sejak itu Kou Hun Bijin entah menghilang ke mana, dan tiada kabar beritanya sama sekali. Justru sungguh di luar dugaan, kini dia muncul lagi."

"Mungkinkah dia punya hubungan dengan Bu Lim Sam Mo, Thian Gwa Siang Koay dan Lak Kui?" gumam sam Gan sin Kay.

"Kou Hun Bijin memang ke markas Bu Tek Pay." Tio Cie Hiong memberitahukan. "Tapi itu bukan berarti dia punya hubungan dengan mereka, hanya saja kenal guru-guru mereka."

"oh?" sam Gan sin Kay menatapnya. "Dia memberitahukan kepadamu?"

"Benar." Tio cie Hiong mengangguk dan melanjutkan. "sebelum bertemu denganku, dia sudah bertemu Tan Li cu."

"Dia menangkap Li Cu?" tanya Lim Peng Hang.

"Tidak." Tio Cie Hiong menggelengkan kepala. "Sebaliknya Kou Hun Bijin malah bersimpati kepadanya, maka ingin membantunya."

"Bagaimana caranya membantu Tan Li Cu?" tanya sam Gan sin Kay.

"Dia akan memancing Liu siauw Kun keluar, sebab pemuda itu sangat kurang ajar juga terhadapnya," jawab Tio Cie Hiong dan menambahkan. "Kou Hun Bijin bukan wanita berhati jahat. Ketika berusia dua puluhan, dia ditinggal mentah-mentah oleh kekasihnya, sehingga frustasi dan nyaris membunuh diri Di saat itulah dia bertemu seorang biarawati tua, yang bersedia menerimanya sebagai murid. Karena pernah mengalami itu, maka dia sangat membenci kaum lelaki."

"Dia yang menceritakan riwayat hidupnya kepadamu?" tanya Kim siauw suseng agak tertegun.

"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk. "Aku pun menceritakan tentang diriku, bahkan dia pun telah menyaksikan wajahku."

"Kakak Hiong..." Lim Ceng im tersentak. "Dia... dia tidak akan memberitahukan kepada Bu Lim sam Mo?"

"Tentu tidak." Tio cie Hiong tersenyum. "sebab kami sudah merupakan kakak adik. oh ya, aku juga memberitahukan kepadanya tentang dirimu. Apabila ada sempat, dia pasti menemuimu."

"Kalau aku bertemu dia, aku harus panggil dia apa?" tanya Lim Ceng im sambil tersenyum. "Tidak mungkin panggil dia nenek. kan?"

"Panggil dia bibi saja" sahut Tio Cie Hiong.

"Baik," Lim Ceng im mengangguk.

"ohya" Tio Cie Hiong tersenyum. "Thian Liong Kiam Khek Cie Man chiu dan Tio Hong Hoa sudah dijodohkan."

"Bagus, bagus" sam Gan sin Kay tertawa gembira. "Itu merupakan kabar yang menggembirakan. "

"Mereka berdua memang cocok dan serasi. Aku pun turut gembira," ujar Tio Cie Hiong.

"Kakak Hiong, kapan aku bisa bertemu Kakak Hong Hoa?" tanya Lim Ceng im mendadak.

"Engkau pasti bertemu mereka kelak, "jawab Tio Cie Hiong dan menambahkan. "ohya, aku akan tinggal di sini beberapa hari, setelah itu akan pergi ke gunung Hong Lay san lagi untuk berunding."

"Kakak Hiong..." Lim Ceng im menghela nafas. "Cuma beberapa hari engkau tinggal di sini?"

"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk. "Adik im, aku harap engkau maklum dan mengerti"

Lim Ceng Im manggut-manggut, namun wajahnya tampak agak murung. "Kakak Hiong...."

"cie Hiong" Lim Peng Hang tersenyum. "Temanilah Ceng im ke halaman belakang, kalian ngobrollah di sana saja"

"Wuah" sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Ayah yang baik dan tahu perasaan anak Ha ha ha..."

"Memangnya seperti kakek yang selalu usil" sahut Lim Ceng im, kemudian menggandeng Tio cie Hiong ke belakang.

"Asyiiik Berdua di halaman belakang Ha ha ha..." sam Gan sin Kay terus tertawa gelak.

Bab 75 Mati secara mengenaskan

Kou Hun Bijin telah tiba di markas Bu Tek Pay. Bu Lim sam Mo, Thian Gwa siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat sin menyambutnya dengan penuh kegembiraan. Terutama Liu siauw Kun, yang terus memandangnya dengan mesra.

"silakan duduk. Bijin" ucap Bu Lim sam Mo ramah.

"Terima kasih" Kou Hun Bijin duduk sambil tersenyum-senyum.

Beberapa anggota Bu Tek Pay langsung menyuguhkan minuman. Bu Lim sam Mo tertawa gelak. "Ha ha ha Mari kita bersulang dulu"

Mereka bersulang sambil tertawa gembira, sementara Liu siauw Kun masih terus memandang

Kou Hun Bijin dengan mesra. Kou Hun Bijin tersenyum manis, sekaligus mengedipkan matanya.

Kedipan mata itu membuat hati Liu siauw Kun langsung berbunga-bunga.

"Bijin" tanya Kwan Gwa Siang Koay. "Apakah Bijin telah bertemu lelaki berkepandaian tinggi itu?"

"Aku memang telah bertemu dia," sahut Kou Hun Bijin sambil manggut-manggut. "Kepandaiannya memang tinggi sekali."

"Apakah Bijin kalah bertanding dengannya?" tanya Tiau Am Kui dengan suara agak rendah. "omong kosong" bentak Kou Hun Bijin. "Tiau Am Kui Engkau anggap aku tak berguna ya?" "Maaf, Bijin Maaf...," ucap Tiau Am Kui sambil menundukkan kepala. "Aku yakin...," ujar siluman Kurus. "Bijin pasti berhasil melukainya."

"Benar. Hi hi hi" Kou Hun Bijin tertawa cekikikan. " Walau dia berkepandaian tinggi, aku masih berhasil melukainya dengan Giok Lisin Kang."

"oh?" Tang Hai Lo Mo terkejut. Jadi.... Bijin memiliki iweekang itu?"

"Apakah paman gurumu tidak memberitahukan?" tanya Kou Hun Bijin.

"Paman guruku memang tidak memberitahukan kepadaku, hanya saja..." Tang Hai Lo Mo memberitahukan. "Beliau memberiku Kitab Hian Bun Kui Goan Kang Khi, tapi tidak memberitahukan tentang Bijin memiliki Giok Li sin Kang."

"Hi hi hi" Kou Hun Bijin tertawa nyaring. "Engkau kira aku tidak tahu, kalian bertiga telah berhasil mempelajari ilmu itu? Hihihi Pada waktu itu, Thian Gwa sin Mo ingin memberikan kitab tersebut kepadaku, namun dengan syarat aku harus jadi istrinya. Aku menolak langsung, sejak itu Thian Gwa sin Mo hilang entah ke mana."

"Paman guruku pulang ke Tang Hai." Tang Hai Lo Mo memberitahukan.

"Hi hi hi" Kou Hun Bijin tertawa cekikikan. "Karena frustasi, dia pulang ke Tang Hai."

"Bijin Setelah lelaki itu terluka, lalu bagaimana keadaannya?" tanya Siluman Kurus. "Apa-kah Bijin membunuhnya?"

"Kami cuma bertanding," sahut Kou Hun Bijin. "Maka setelah dia teriuka, aku membiarkan dia pergi"

"Kenapa Bijin tidak membunuhnya?" tanya Tang Hai Lo Mo sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Apa?" Wajah Kou Hun Bijin langsung berubah. "Jadi engkau ingin memperalat diriku untuk membunuhnya?"

"Ti... tidak." Tang Hai Lo Mo menundukkan kepala. "Dia musuh besar Bu Tek Pay...."

"Tapi aku dan dia tidak punya dendam, maka kami cuma bertanding saja, tidak berniat saling membunuh Tahu?" bentak Kou Hun Bijin.

"Ya, ya..." Tang Hai Lo Mo mengangguk.

"Nah" Kou Hun Bijin bangkit berdiri. "Aku mau ke taman bunga untuk beristirahat sejenak."

Kou Hun Bijin berjalan ke belakang, Liu siauw Kun segera mengikutinya. Bu Lim Sam Mo, Kwan Gwa Siang Koay, Lak Kui hanya menghela nafas.

"Sayang sekali" Tang Hai Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala. "Kou Hun Bijin tidak membunuh lelaki itu"

"Tapi sudah melukainya," sahut siluman Kurus. "Maka aku yakin lelaki itu tidak begitu berani lagi menentang kita."

"Benar." ThianMo manggut-manggut. "Itu boleh dikatakan sebagai pelajaran bagai lelaki itu. Ha ha ha..."

"Biar bagaimanapun..." bisik Te Mo. "Kita harus berupaya agar Kou Hun Bijin selalu membantu kita."

"Ngmm" Tang Hai Lo Mo manggut-manggut, kemudian tertawa gelak.

Sementara Kou Hun Bijin sudah sampai di taman bunga, lalu duduk sambil tersenyum-senyum.

"Bijin..." panggil Liu siauw Kun lembut.

"N g?" Kou Hun Bijin mengerlingnya. "Duduklah"

"Terimakasih" Liu siauw Kun langsung duduk di sisinya, sekaligus menggenggam tangannya. "urusan Bijin sudah beres, kan?"

"Ya, kenapa?"

"Apakah Bijin sudah lupa akan janji itu?"

"Janji apa?"

"Setelah urusan Bijin beres, bukankah Bijin akan..:."

"Oh, itu" Kou Hun Bijin tertawa. "Hi hi Jadi engkau menagih janjiku itu ya?"

"Ya." Liu siauw Kun mengangguk. "Karena Bijin yang berjanji, maka aku pun boleh menagihnya."

"Betul, betul." Kou Hun Bijin manggut-manggut.

"Kalau begitu..." Liu siauw Kun menatapnya dengan penuh gairah nafsu birahi. "Mari kita ke kamar bersenang-senang"

"Kok engkau tidak bisa bersabar? Aku kan baru pulang, lagi pula..." Kou Hun Bijin tersenyum memikat. "Tidak baik kita bersenang-senang di markas Bu Tek Pay ini."

"Lho? Kenapa?"

"Kalau Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan lainnya tahu, mukamu mau ditaruh ke mana? Ya, kan?"

"Kalau begitu..."

"Aku punya rencana yang bagus."

"Rencana apa?"

"Kita bersenang-senang di tempat lain, jadi tiada seorang pun tahu. juga tidak akan terganggu oleh siapa pun."

"Benar." Liu siauw Kun tertawa gembira. "Oh, Bijin Engkau memang jantung hatiku." "Oh, ya?" Kou Hun Bijin tersenyum manis.

"Bijin..." Liu siauw Kun menciumnya. Jari tangan pemuda itu pun mulai jail meraba-raba sepasang payudara Kou Hun Bijin yang sangat montok itu.

"Idiiih" Kou Hun Bijin menggeserkan badannya seraya menegur. "jangan begitu, kalau terlihat orang, bukankah akan membmtku malu?"

"Tiada seorang pun berani ke mari. Bijin tenang saja" sahut Liu siauw Kun dan meraba-raba lagi payudara Kou Hun Bijin.

"Siauw Kun" ujar Kou Hun Bijin lembut. "Engkau harus sabar dikit, cara begini tidak mengasyikkan. Lebih baik tunggu nanti, pokoknya engkau akan melihat semuanya."

"Bijin, kita akan ke tempat mana?" Kelihatan-nya Liu siauw Kun sudah tidak dapat berlahan lagi, karena nafsu birahinya terus bergejolak.

"Begini," bisik Kou Hun Bijin.

"Engkau harus mencari alasan untuk meninggalkan markas ini di malam hari ini juga. selelah itu, engkau pergi dan tunggu aku di bawah pohon..."

"Pohon yang mana?"

"Pohon yang paling besar di luar markas, di situ juga terdapat sebuah batu besar. Engkau tahu kan?"

"Tahu." Liu siauw Kun mengangguk. "Lalu kapan Bijin menyusulku?"

"Besok pagi."

"Kenapa harus besok pagi? Bagaimana kalau malam, ini juga?"

"Kalau malam ini aku menyusulmu, tentu akan menimbulkan kecurigaan guru-gurumu."

"Baiklah. Malam ini aku akan meninggalkan markas ini. Tapi..." Liu siauw Kun menatapnya mesra. "Engkau tidak boleh membohongi aku Iho Besok pagi kau harus menyusulku"

"Pasti." Kou Hun Bijin mengangguk. "Aku pasti menyusulmu, sebab... aku sangat membutuhkanmu. "

"Ha ha" Liu siauw Kun tertawa gembira. "Pokoknya aku akan memuaskanmu."

"Itu yang kuharapkan," sahut Kou Hun Bijin sambil tertawa cekikikan, kemudian mendadak mengecup pipi pemuda itu.

"Bijin..." Kecupan itu membuat Liu siauw Kun nyaris terlena. la memejamkan matanya seraya berkata. "Kecuplah aku sekali lagi"

Kou Hun-Bijin tersenyum, lalu mengecup pipi Liu siauw Kun beberapa kali, sehingga Liu siauw Kun langsung memeluknya erat-erat.

Ketika hari sudah gelap. Liu siauw Kun pergi ke ruang tengah untuk menemui Bu Lim sam Mo.

Kebetulan hanya ada Bu Lim sam Mo di situ.

"Guru..." Liu siauw Kun berdiri di hadapan mereka.

"Ada apa?" tanya Tang Hai Lo Mo sambil menatapnya, "ingin menyampaikan sesuatu?" "Guru, aku... aku ingin pergi jalan-jalan," ujar Liu siauw Kun dengan kepala tertunduk. "Ha ha " Thian Mo tertawa . "Mau pergi bersenang-senang ya? " "Guru..."

"Aku tahu, sudah sekian lama engkau tidak pergi ke mana-mana, maka malam ini engkau ingin pergi mencari hiburan di luar, bukan?" Te Mo juga tertawa. "Tidak apa-apa. Tapi... jangan sampai lupa pulang"

"Ya, Guru." Liu siauw Kun mengangguk dengan wajah ceria.

"Siauw Kun" Tang Hai Lo Mo menatapnya. "Bukankah Kou Hun Bijin sangat baik terhadapmu, kenapa engkau tidak mau bersenang-senang dengannya di sini?"

"Guru, itu bagaimana mungkin?" Liu siauw Kun menggelengkan kepala. "Usia Kou Hun Bijin sudah di atas seratus, sedangkan usiaku..."

"Ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa. "Tapi dia masih cantik dan montok. Kenapa engkau tidak mau?"

"Guru, itu tidak baik. sebab dia tamu agung di sini. Kalau aku berbuat begitu, tentu akan merusak rencana guru."

"Ngmm" Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "Baiklah. Engkau boleh pergi mencari hiburan di luar, namun jangan lupa pulang"

"Ya, Guru." Liu siauw Kun mengangguk girang. "Guru, aku pergi"

Liu siauw Kun meninggalkan markas Bu Tek Pay sesuai dengan janji maka ia menunggu di bawah pohon besar di depan markas.

Pagi harinya, Kou Hun Bijin duduk di taman bunga. Tak seberapa lama muncullah Bu Lim sam Mo, mereka bertiga memandangnya sambil tersenyum-senyum.

"Sedang menghirup udara segar di sini, Bijin?" tanya Tang Hai Lo Mo.

"Ya." Kou Hun Bijin mengangguk dan tersenyum. "Sungguh indah bunga-bunga yang baru mekar itu oh ya, kok tidak kelihatan muridmu?"

"Dia pergi semalam," jawab Thian Mo. "Biasa anak muda, mencari hiburan di luar karena sudah lama dia tidak bersenang-senang."

"oh?" Kou Hun Bijin menghela nafas. "Kenapa dia tidak memberitahukan kepadaku?"

Bu Lim sam Mo saling memandang, kemudian Tang Hai Lo Mo bertanya sambil tertawa. "Bijin, apakah engkau tertarik pada murid kami itu?"

"Dia memang ganteng dan romantis, aku memang tertarik padanya. Namun mengingat akan usiaku..."

"Ha ha Bijin, sebetulnya usia tidak jadi masalah," ujar Tang Hai Lo Mo sungguh-sungguh . "Yang penting ... "

"saling mencinta," sela Thian Mo sambil tertawa. "Ha ha ha..."

"Benar," sambung Te Mo. "Kalau sudah saling mencinta, usia tidak jadi masalah."

"Tidak mungkin...," Kou Hun Bijin menghela nafas. "ohya, aku juga mau mohon pamit."

"Kok begitu cepat?" Tang Hai Lo Mo berusaha menahannya. "Tinggal di sini saja?"

"Yah" Kou Hun Bijin tersenyum. "Aku ingin pergi jalan-jalan."

"Baiklah" Tang Hai Lo Mo manggut-manggut dan berkata. "Pintu markas ini selalu terbuka untukmu, Bijin."

"Terimakasih" ucap Kou Hun Bijin sambil tersenyum manis. "Kita pasti berjumpa kembali." Kou Hun Bijin melangkah pergi, Bu Lim sam Mo saling memandang dan menghela nafas pula.

"Apakah kalian tidak tertarik padanya?" tanya Tang Hai Lo Mo mendadak sambil menatap Thian Mo dan Te Mo.

"Ha ha" Thian Mo tersenyum. "Aku yakin engkau pasti tertarik padanya, hanya saja...."

"sama-sama," sahut Tang Hai Lo Mo. "Namun kita tidak boleh berlaku kurang ajar, sebab dia mantan kekasih paman guruku. Lagi pula... kepandaiannya sangat tinggi, kalau dia marah danjadi musuh kita, repotlah kita."

"Benar." Thian Mo manggut-manggut. "ohya, mungkinkah dia pergi mencari Liu siauw Kun?"

"Mungkin juga," sahut Tang Hai Lo Mo. "Itu urusannya, kita tidak usah ikut campur."

"Kelihatannya murid kita itu telah mabuk kepayang, namun kenapa dia malah mencari wantta lain?" Thian Mo heran.

"Mungkin Kou Hun Bijin tidak begitu meladeninya, maka dia pergi mencari wanita lain," ujar Te Mo sambil tertawa. "Kalau aku masih muda, tentunya aku akan mendekati Kou Hun Bijin. Ha ha ha..."

Liu siauw Kun terus menunggu di bawah pohon dengan sabar. Pemuda itu yakin Kou Hun Bijin pasti ke tempat itu menemuinya. Ketika terbayang wajahnya yang begitu cantik, serta sepasang payudara yang masih montok. tersenyum-senyum.

"Hi hi hi" Terdengar suara tawa cekikikan yang sangat, merdu.

"Bijin Bijin..." seru Liu siauw Kun girang. "Kok begitu lama baru ke mari? setengah mati aku menunggu di sini Iho"

"Cuma setengah mati, tidak apa-apa," sahut Kou Hun Bijin sambil melayang ke hadapannya. "Bagaimana? Apakah engkau kedinginan semalam di sini?" "Tentu kedinginan."

"Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan menghangatkanmu."

"Bijin..." Liu siauw Kun memeluknya erat-erat, bahkan juga menciumnya dengan mesra. "Engkau sungguh jantung hatiku"

"Oh, ya?" Kou Hun Bijin membelainya.

"Ya." Liu siauw Kun mengangguk. "Bijin, kita bersenang-senang di mana?"

"Tentunya tidak di sini," sahut Kou Hun Bijin sambil tersenyum. "Aku tahu suatu tempat yang sangat sepi. Di situ pun terdapat sebuah gubuk kosong. Mari kita ke sana saja"

"Baik," Liu siauw Kun tidak bercuriga sama sekali, maka ketika Kou Hun Bijin melesat pergi, ia segera mengikutinya.

Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di tempat itu. Mereka bisa begitu cepat sampai karena menggunakan ginkang. Liu siauw Kun gembira bukan main, lantaran tempat itu memang cocok untuk bersenang-senang.

"Kosongkah gubuk itu?" tanya Liu siauw Kun sambil menunjuk gubuk tersebut.

"Benar." Kou Hun Bijin tertawa nyaring.

"Kalau begitu, cepatlah kita ke dalam..." ucapan Liu siauw Kun terhenti, sebab ia melihat sosok bayangan melesat ke luar dari gubuk itu.

"Liu siauw Kun" Terdengar suara bentakan pula.

Dapat dibayangkan, betapa terkejutnya Liu siauw Kun, karena tidak menyangka Tan Li cu berada di situ.

"Li Cu..." Wajahnya langsung berubah pucat pias. " Kalian."

"Hi hi hi" Kou Hun Bijin tertawa cekikikan. "Nah, kini sudah waktunya engkau bersenang-senang"

"Bijin..." Liu siauw Kun terbelalak. "Engkau... engkau menipuku ke mari?"

"Benar." Kou Hun Bijin manggut-manggut. "Engkau begitu jahat, maka hari ini engkau harus mampus di tangan wanita itu."

"Engkau kenal dia?"

"Aku pernah bertemu dia, dan metelah mendengar penuturannya, aku pun cari akal untuk menipumu ke mari. Hi hi hi Bersiap-siaplah menyambut ajalmu" Kou Hun Bijin tertawa nyaring.

"Hm" dengus Liu siauw Kun. " Kalau guru-guruku tahu...."

"Guru-gurumu tidak akan tahu. Kalaupun tahu, aku pun tidak takut," sahut Kou Hun Bijin, lalu berkata kepada Tan Li cu. "Nah, dia sudah berada di sini. Engkau boleh membunuhnya . "

"Terimakasih, Bijin" ucap Tan Li Cu, kemudian menatap Liu siauw Kun dengan mata berapi-api sambil menghunus pedang Loan Kang Pokiamnya.

"Liu siauw KUn Terimalah kematianmU"

Tan Li cu langsung menyerangnya. Guguplah Liu siauw Kun karena tidak membawa senjata. "Curang" bentaknya. "Engkau bersenjata, aku cuma bertangan kosong...."

"Li Cu, cepat serang dia Tidak usah banyak bicara dengan dia" seru Kou Hun Bijin.

Tan Li cu segera menyerang Liu siauw Kun lagi. Pemuda itu terpaksa melawannya dengan tangan kosong, mengeluarkan Pak Kek sin ciang (Ilmu Pukulan sakti Kutub utara).

Akan tetapi, Liu siauw Kun kurang latihan, sehingga Ilmu Pukulan sakti itu berkurang kedahsyatannya. Beberapa jurus kemudian, ia sudah mulai terdesak.

"Bagus" seru Kou Hun Bijin sambil tertawa. "Li Cu, terus serang dia, gunakan jurus-jurus yang mematikan"

Mendadak Tan Li cu membentak keras, lalu menyerang Liu siauw Kun dengan jurus Lui Tian Toh san (Petir Kilat Merobohkan Gunung). Tampak pedangnya berkelebatan bagaikan kilat menyambar ke arah Liu siauw Kun, bahkan terdengar suara yang menggelegar.

"Jurus yang hebat" seru Kou Hun Bijin kagum.

"Aaaakh..."Terdengar suara jeritan Liu siauw Kun, ternyata lengannya sudah kutung sebelah dan darahnya terus mengucur.

"Liu Siauw Kun, terimalah kematianmu" bentak Tan Li cu sekaligus menyerangnya mempergunakan jurus Lui Tian Liak Te (Petir Kilat Membelah Bumi), yang sangat dahsyat, lihay dan ganas.

Liu siauw Kun tak sempat menjerit lagi, sebab badannya telah terbelah dua. sungguh mengerikan cara kematiannya sedangkan Kou Hun Bijin memandang mayat itu dengan sikap acuh tak acuh.

Setelah berhasil membunuh Liu siauw Kun, Tan Li cu menjatuhkan diri berlutut sambil menangis terisak-isak.

"Ayah, suami dan anakku Aku... aku telah berhasil membalas dendam kalian," ujar Tan Li Cu dengan air mata berderai-derai. Kemudian ia juga berlutut di hadapan Kou Hun Bijin. "Terimakasih atas bantuan Bijin" ucap Tan Li cu.

"Bangunlah" Kou Hun Bijin membangunkannya. "Li Cu, kini Liu siauw Kun lelah mati, lalu apa rencanamu?"

"Aku... aku akan kembali ke Gunung Hong Lay san." Tan Li cu memberitahukan. "Aku mau menjadi biarawati."

"Itu terserah niatmu." Kou Hun Bijin tersenyum. "oh ya, aku sudah bertemu Tio Cie Hiong."

"Apa?" Tan Li cu tersentak. "Bijin kenal dia?"

"Aku tidak kenal dia, namun Bu Lim sam Mo memberitahukan kepadaku, bahwa di rimba persilatan telah muncul seorang lelaki yang berkepandaian sangat tinggi, lelaki itu membawa seekor monyet putih."

"Tempo hari Bijin bilang mau mencari seseorang, apakah lelaki itu?"

"Ya."

"Kok Bijin tahu kalau dia Tio Cie Hiong?"

"Li Cu" Kou Hun Bijin tersenyum dan menutur tentang itu "Dia memang pemuda yang berhati mulia."

"Syukurlah Bijin dan dia saling menganggap sebagai kakak adik. ohya, dia sudah punya calon istri."

"Dia telah memberitahukan kepadaku, dan aku turut gembira mendengarnya."

"Bijin... mau kembali ke markas Bu Tek Pay?"

"Belurn dapat dipastikan, yang jelas aku akan ke markas pusat Kay Pang untuk memberitahukan kepada Cie Hiong tentang ini."

"Tapi..."

"Kenapa?"

"Bijin harus berhati-hati, jangan sampai terlihat oleh pihak Bu Tek Pay, sebab kalau kedatangan Bijin terlihat pihak Bu Tek Pay, akan menyusahkan Kay Pang."

"Aku tahu." Kou Hun Bijin tersenyum, lalu melesat pergi seraya berseri. "Sampai jumpa" "Sampai jumpa, Bijin" sahut Tan Li Cu, kemudian melesat pergi menuju Hong Lay san.

Pada malam harinya, di markas pusat Kay Pang tampak Lim Ceng Im tidak bisa duduk diam di ruang tengah. la berjalan mondar-mandir di situ dengan wajah murung.

Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang, Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong saling memandang sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Nak. Cie Hiong harus pergi ke Gunung Hong Lay San untuk berunding. Engkau tenang saja"

ujar Lim Peng Hang sambil menghela nafas. "Setelah berunding, dia pasti kembali."

Ternyata tadi pagi Tio Cie Hiong terangkat ke Gunung Hong Lay san. Lim Ceng Im merasa berat berpisah dengannya, bahkan merengek-rengek ingin ikut, namun Tio Cie Hiong melarangnya. setelah Tio Cie Hiong berangkat, gadis itu tampak murung.

"Cuma beberapa hari di sini, dia pergi lagi pagi ini. Aku..." Mata Lim Ceng Im berkaca-kaca. "Kenapa kami harus selalu berpisah? Apakah akan terus begini?"

"Tentu tidak," sahut sam Gan sin Kay dan menambahkan. "Percayalah, tidak lama lagi kalian berdua pasti selalu berdampingan"

"Aku justru khawatir akan terjadi sesuatu lagi pada kami." Lim Ceng Im menghela nafas.

"Itu tidak akan terjadi." Kim siauw suseng tersenyum. "Yang penting engkau harus tenang dan sabar."

"Benar," sambung Tui Hun Lojin. " ingat, takkan lari gunung dikejar"

"Tapi aku dan Kakak Hiong bukan gunung," sahut Lim Ceng Im sambil menggeleng-gelengkan kepala

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Setan tua, engkau sok mengucapkan pepatah, akhirnya...."

"Pengemis bau Wajah Tui Hun Lojin kemerah-merahan. "Itu cuma kiasan, maksudku adalah... takkan lari kebahagiaan dikejar."

"Buktinya lari terus," sahut Lim Ceng Im dan menghela nafas lagi. "Aku jadi pusing."

"HihihiIHihihi..." Mendadak terdengar suara tawa cekikikan. "Kenapa pusing? Memikirkan cie Hiong ya?"

Tampak sosok bayangan berkelebat ke dalam, seorang wanita cantik berdiri di situ sambil

tersenyum-senyum. Begitu menyaksikan wanita cantik itu, seketika juga Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Lim Peng IHang dan Gouw Han Tiong ternganga lebar mulut mereka.

"Idiiih" Ternyata wanita cantik itu Kou Hun Bijin. "Kenapa kalian jadi begitu?"

"Se... selamat datang, Bijin" ucap Sam Gan Sin Kay dengan hormat.

"Eeeh?" Kou Hun Bijin menatapnya. "Kok engkau bertambah dekil? Sudah punya cucu masih begitu dekil, dasar pengemis bau"

"Ha ha ha" Sam Gan Sin Kay tertawa terbahak-bahak "Bijin, dari kecil hingga besar, dari besar hingga tua aku memang bau. Maka engkau jangan dekat-dekat, nanti akan jadi bau pula."

"Hi hi hi" Kou Hun Bijin tertawa cekikikan. "Pengemis bau, engkau memang usil dari dulu. Kini sudah jadi kakek juga masih tetap usil, dasar...."

"Ha ha ha..." Sam Gan Sin Kay tetap tertawa gelak.

"Eeeh? Kok aku tidak dipersilahkan duduk? Tidak senang aku ke mari ya?" tanya Kou Hun Bijin sambil tersenyum-senyum.

"Silakan duduk, bibi" ucap Lim Ceng Im cepat.

"Gadis cantik" Kou Hun Bijin memandangnya. "Engkau pasti calon istri Tio Cie Hiong, bukan?" "Betul, bibi." Lim Ceng Im mengangguk dengan wajah agak kemerah-merahan.

"Ngmm" Kou Hun Bijin manggut-manggut. "Engkau dan dia memang merupakan pasangan yang serasi. ohya, kenapa engkau memanggilku bibi?"

"Kakak Hiong yang menyuruhku memanggil demikian, jadi aku menurut saja," jawab Lim Ceng Im memberitahukan.

"Boleh juga engkau memanggilku bibi, tidak pantas memanggilku Bijin. Lagi pula Cie Hiong memanggilku kakak." ujar Kou Hun Bijin, lalu memandang Kim Siauw suseng yang duduk diam dari tadi. "Engkau...."

"Dia Kim siauw suseng." sam Gan sin Kay memberitahukan sambil tertawa. "Dia pun awet muda, lho"

"Kim siauw suseng...," gumam Kou Hun Bijin sambil berpikir. "oooh Aku ingat sekarang, engkau murid si Tampan suling Emas itu, bukan?"

"Betul, Bijin." Kim siauw suseng mengangguk.

"Kim siauw suseng, bagaimana kabarnya gurumu itu?" tanya Kou Hun Bijin mendadak.

"Sudah lama guruku meninggal," sahut Kim siauw suseng sambil menghela nafas panjang.

"oh?" Kou Hun Bijin menggeleng-gelengkan kepala. "Tak disangka dia juga sudah meninggal Dia... berupaya agar bisa awet muda seperti aku, namun gagal, muridnya malah awet muda"

"Bijin" Tiba-tiba Kim Siauw suseng menatapnya tajam. "Padahal guruku sangat mencintaimu, kenapa...."

"Maksudmu aku mempermainkannya?"

"Ya."

"Sesungguhnya aku tidak mempermainkannya, aku juga mencintainya. Tapi..." Kou Hun Bijin menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak bisa menikah dengannya."

"Kenapa?" tanya Kim siauw suseng dengan kening berkerut.

"Cobalah pikir, kalau aku menikah dengannya, apa pula yang akan terjadi pada dirinya?" sahut Keu Hun Bijin.

"Maaf, Bijin Aku tidak tahu."

"Kini dia pasti sudah tua renta, sedangkan aku masih tetap muda. otomatis dia akan hidup tersiksa, bukan?"

"oooh" Kim siauw suseng mengangguk. "Kalau begitu, Bijin tidak mempermainkannya"

"Tidak salah." Kou Hun Bijin menghela nafas. "Pada waktu itu, aku sarankan padanya berusaha cari semacam buah aneh yang dapat membuat orang awet muda..."

"Guruku memang berhasil memperoleh buah aneh itu, tapi..." Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan kepala. "Guruku terpagut ular yang sangat berbisa akhirnya mati. sebelum menghembuskan nafas penghabisan, beliau memberikan buah aneh itu kepadaku."

"Engkau yang makan buah aneh itu, maka jadi awet muda?" tanya Kou Hun Bijin.

"Ya." Kim siauw suseng mengangguk. "Guru yang menyuruhku makan. Kalau tidak. aku tidak berani makan."

"Kasihan gurumu" Kou Hun Bijin menghela nafas. "Gara-gara aku menyarankan begitu, dia mati dipagut ular berbisa"

"Bibi" Lim Ceng Im menatapnya seraya bertanya. "Bibi ke mari mencari Kakak Hiong?"

"Benar." Kou Hun Bijin tersenyum. "Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadanya. Apakah dia berada di sini?"

"Dia sudah berangkat ke Hong Lay san," sahut Lim Ceng Im dan bertanya. "Bibi mau menyampaikan apa kepadanya?"

"Tentang Tan Li cu."

"Bagaimana kakak Li Cu?" tanya Lim Ceng Im cepat. "Dia berhasil membunuh Liu siauw Kun?"

"Ya." Kou Hun Bijin mengangguk. "Dia telah berhasil membunuh pemuda jahat itu."

"Lalu Kakak Li Cu ke mana?"

"Ke Gunung Hong Lay san, cie Hiong pasti bertemu dia di sana. Nah, aku sudah menyampaikan itu. sekarang aku mau pamit"

"Bibi mau ke mana? Lebih baik menginap di sini saja" ujar Lim Ceng Im. "Gadis cantik" Kou Hun Bijin tersenyum. "Aku tidak boleh menginap di sini Iho" "Kenapa?" Lim Ceng Im heran.

"Akan menyusahkan semua orang di sini," sahut Kou Hun Bijin. "Nah, sampai jumpa" "Bibi..." seru Lim Ceng Im memanggilnya.

Namun Kou Hun Bijin telah melesat pergi, namun sayup-sayup masih terdengar suara sahutannya.

"Ceng Im Cie Hiong pemuda baik, jujur dan setia, engkau pasti bahagia bersamanya...."

"Bibi...."

"Nak Dia sudah pergi, percuma engkau memanggilnya lagi," ujar Lim Peng Hang, kemudian bergumam. "Aku tidak menyangka, Kou Hun Bijin berhati begitu baik."

"Dia memang berhati baik, berhati baik,.." sahut Kim siauw suseng seperti bergumam.

"Celaka" seru sam Gan sin Kay mendadak. "Kim siauw suseng jatuh hati kepadanya, sungguh celaka"

"Itu tidak celaka," sahut Tui Hun Lojin. "Kou Hun Bijin awet muda, Kim siauw suseng juga awet muda. Mereka berdua... sungguh merupakan pasangan yang serasi Ha ha ha"

"setan tua" Kim siauw suseng melolot. "Kalian jangan omong sembarangan Kalau Kou Hun Bijin dengar, kalian pasti celaka."

"sastrawan sialan" ujar sam Gan sin Kay sambil tertawa. "Aku dan setan tua bersedia jadi perantara. Ha ha ha..."

"Pengemis bau Engkau..." Wajah Kim siauw suseng memerah. "Jangan bergurau yang bukan-bukan"

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay dan Tui Hun Lojin terus tertawa, sedangkan Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong saling memandang sambil tersenyum-senyum.

Bab 76 Bu Tek Pay menyerang Kay Pang

Sementara itu, Tio Cie Hiong telah tiba di Hong Lay san. It sim sin Ni memberitahukannya, bahwa Tan Li Cu berhasil membunuh Liu siauw Kun atas bantuan Kou Hun Bijin.

Mendengar itu, Tio Cie Hiong manggut-manggut, kemudian memandang It sim sin Ni seraya bertanya.

"Nek, Li cu berada di mana sekarang?"

"Berada di ruang meditasi." It Sim sin Ni memberitahukan. "Kini dia telah resmi jadi biarawati, dan tidak mau bertemu siapa pun."

"Kalau begitu, aku tidak perlu menemuinya," ujar Tio Cie Hiong. "Aku tidak mau mengganggu ketenangannya."

"omitohud" ucap Tayli Lo Ceng. "Aku tidak menyangka engkau bertemu Kou Hun Bijin, bahkan dia menganggapmu sebagai adik pula. Itu sungguh di luar dugaan"

"Lo Ceng kenal Kou Hun Bijin?" tanya Tio Cie Hiong.

"Kenal." Tayli Lo Ceng mengangguk. "Dia memang cantik sekali, dan juga awet muda, hanya saja tidak mau menikah."

"Lo Ceng tahu mengenai riwayat hidupnya?"

"Tidak tahu. Engkau tahu?"

"Dia telah menceritakan kepadaku..." tutur Tio Cie Hiong kemudian menambahkan. "Kami pun telah bertanding. Dia memiliki Giok Li Sin Kang."

"Li Cu telah menceritakan itu omitohud" Tayli Lo Ceng tersenyum. " Engkau memang berhati bajik, Kalau tidak. kini Kou Hun Bijin pasti sudah berubah tua."

"Lo Ceng, pada waktu itu aku merasa tidak tega. Karena itu, aku segera menarik kembali Kan Kun Taylo sin Kang."

"Engkau juga terluka karenanya?" Tayli Lo Ceng tersenyum lagi. "Namun engkau masih memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang, bahkan juga dua kali makan buah Kiu Yap Ling che, maka engkau cuma menderita luka ringan saja."

"Ya." Tio Cie Hiong mengangguk. lalu memandang Tio Hong Hoa seraya bertanya.

"Bagaimana latihan Kakak. sudah ada kemajuan?"

"Maksudmu ilmu pedang Liong Hong Hap It Kiam Hoat?" Tio Hong Hoa balik bertanya. Tio Cie Hiong mengangguk.

"Adik Cie Hiong" Tio Hong Hoa tersenyum. "Kami telah berhasil menguasai ilmu pedang itu."

"Bagus" Tio Cie Hiong manggul-mangguL kemudian memandang Tio Tay seng seraya bertanya. "Paman sudah punya suatu rencana?"

"Rencana untuk memberantas Bu Tek Pay?"

"Ya, Paman."

"Menurut paman...," Tio Tay seng berpikir sejenak lalu melanjutkan. "Lebih baik kita tunggu perkembangannya lagi, sebab kita tidak boleh bertindak ceroboh, sebab itu akan merugikan kita semua."

"Ya, Paman." Tio Cie Hiong mengangguk. "Kalau begitu, aku akan kembali ke markas pusat Kay Pang."

"Nak" Tio Tay seng tersenyum. "Engkau tinggal di sini dulu, lihat bagaimana perkembangan selanjutnya.Jadi engkau tidak usah ke sana ke mari."

"Tapi...."

"Paman tahu, engkau pasti merasa berat berpisah dengan Ceng Im. Maka engkau tinggal di sini beberapa hari, setelah itu barulah engkau kembali ke markas pusat Kay Pang."

"Baik, Paman." Tio Cie Hiong menurut. la justru tidak tahu sama sekali, akan terjadi sesuatu di markas pusat Kay Pang.

Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat sin duduk di ruang tengah dengan wajah serius, bahkan kening mereka tampak berkerut-kerut.

"Heran" gumam Tang Hai Lo Mo. " Kenapa Siauw Kun belum pulang?"

"Mungkin Kou Hun Bijin telah bertemu dia, mereka lalu bersenang-senang sehingga membuat Siauw Kun lupa pulang," sahut Thian Mo menduga.

"Mungkin dan tidak,"ujar Te Mo. "Aku malah khawatir telah terjadi sesuatu atas dirinya."

"Itu yang dikuatirkan," sela siluman Gemuk dan menambahkan. "Karena Kou Hun Bijin tidak mungkin akan bersenang-senang dengan dia. Walau Kou Hun Bijin kelihatan genit, namun tidak pernah berbuat begitu."

"Benar," sahut siluman Kurus. "Kami tahu jelas tentang itu."

"Memang tidak salah," sambung Kwan Gwa Lak Kui. "Kami juga tahu jelas mengenai itu, Kou Hun Bijin tidak pernah berbuat begitu."

"Tapi...." Tang Hai Lo Mo mengerutkan kening. "Kenapa siauw Kun belum pulang? Benar-kah

telah terjadi sesuatu alas dirinya?"

"Bagaimana kalau kita suruh beberapa orang untuk mencarinya?" usul Thian Mo.

"Boleh juga..." ucapan Tang Hai Lo Mo terputus, karena melihat salah seorang anggotanya masuk. Ternyata orang yang diutus menyamar sebagai pengemis untuk memata-matai Kay Pang pusat.

"Lapor pada Ketua...," ujar orang itu sambil memberi hormat. "Aku telah memperoleh informasi."

"Informasi apa?" tanya Tang Hai Lo Mo.

"Dua malam lalu, sai Pi Lo Kay mabuk sehingga aku berhasil memancingnya. Dia bilang pernah melihat lelaki yang membawa monyet berada di dalam markas pusat Kay Pang. Kelihatannya mereka merundingkan sesuatu."

"oh?" Betapa gusarnya Tang Hai Lo Mo. "Ternyata Kay Pang punya hubungan dengan lelaki itu Bagus, bagus Itu membuktikan pihak Kay Pang mulai menentang kita"

"Kalau begitu, kita bumi hanguskan saja markas pusat Kay Pang" ujar Thian Mo.

"Ng" Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "Kita memang harus memusnahkah markas pusat kay Pang"

"Benar." Te Mo mengangguk. kemudian bertanya pada orang itu. "Apakah masih ada informasi lain?"

"Ada." orang itu mengangguk sekaligus memberitahukan. "Di belakang markas pusat itu terdapat sebuah pintu rahasia, kemungkinan besar mereka akan kabur melalui pintu rahasia itu"

"Bagus" Te Mo tertawa. "Karena engkau telah berjasa, maka akan kami naikkan kedudukanmu. sekarang engkau boleh pergi beristirahat dulu."

"Terima kasih, Ketua" ucap orang itu sambil memberi hormat lalu pergi.

"Bagaimana rencana kita sekarang?" tanya Tang Hai Lo Mo sambil memandang Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui.

"Kita serang saja markas pusat Kay Pang," sahut Kwan Gwa siang Mo.

"Benar," sela Kwan Gwa Lak Kui. "Mari kita serang mereka sekarang, jangan sampai ada yang lolos"

"Ngmm" Tang Hai Lo Mo manggut-manggul. "Kini di markas pusat Kay Pang cuma terdapat Bu Lim Ji Khie, Lim Peng IHang, Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong. Kita harus bunuh mereka semua, tapi Lim Ceng Im harus ditangkap hidup-hidup."

"Kalau begitu, biar kami yang pergi melaksanakan tugas ini," ujar Kwan Gwa Siang Koay.

"Begini," ujar Thian Mo serius. "Kwan Gwa Lak Kui dan Ang Bin Sat Sin menyerang dari depan, sedangkan siang Koay menunggu di belakang markas, agar tiada seorang pun yang dapat meloloskan diri."

"Bagus, bagus" Tang Hai Lo Mo tertawa gelak. "Nah, kapan kalian akan berangkat ke sana?" "Sekarang," sahut Kwan Gwa Siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat Sin serentak.

"Baik." Tang Hai Lo Mo mengangguk^ "Bawa juga lima puluh orang yang berkepandaian tinggi, para anggota Kay Pang harus dibantai semua"

"Ya." Kwan Gwa Siang Koay dan Lak Kui mengangguk. lalu tertawa gelak. "Ha ha ha..."

Salah seorang anggota Kay Pang melesat memasuki markas dengan wajah pucat pias, sudah barang tentu mengejutkan Bu Lim Ji Khie dan lainnya.

"Ada apa?" tanya Sam Gan Sin Kay.

"Celaka, Tetua" sahut anggota Kay Pang itu. "Pihak Bu Tek Pay sedang menuju ke mari."

"Apa?" Betapa terkejutnya Sam Gan sin Kay. "Jangan-jangan mereka sudah tahu tentang Tio Cie Hiong?"

"Ayah, kita harus bagaimana?" tanya Lim Peng Hang cemas.

"Siapa saja yang menuju ke mari?" tanya sam Gan sin Kay kepada anggota Kay Pang itu.

"Kwan Gwa Lak Kui, Ang Bin sat sin dan puluhan anggota Bu Tek Pay," sahut Anggota Kay Pang itu memberitahukan.

"Cepat sampaikan perintah ku kepada semua anggota yang berada di sini, jangan melawan, harus segera meninggalkan tempat ini" ujar sam Gan sin Kay.

"Ya, Tetua." Anggota Kay Pang itu sebera melesat ke luar.

"Ayah, kita harus bagaimana?" tanya Lim Peng Hang lagi karena sam Gan sin Kay tidak menjawabnya.

"Peng Hang" sahut sam Gan sin Kay. "Cepat suruh Ceng Im kabur melalui pintu belakang"

"Ada apa, Kakek?" tanya Lim Ceng Im yang baru muncul. Gadis itu merasa heran karena mereka tampak gugup,

"Ceng Im Pihak Bu Tek Pay menuju ke mari, engkau harus segera pergi melalui pintu belakang" sahut sam Gan sin Kay.

"Lebih baik kita lawan saja, Kek," ujar Lim Ceng Im.

"Yang ke mari adalah Kwan Gwa Lak Kui dan Ang Bin sat sin, jadi kita masih tidak kuat menghadapi mereka. Engkau harus segera pergi" bentak sam Gan sin Kay.

"Lalu bagaimana dengan Kakek. ayah dan lainnya?" tanya Lim Ceng Im cemas.

"Kami masih bisa meloloskan diri," sahut sam Gan sin Kay. "Engkau tidak usah memikirkan kami"

"Nak Cepatlah engkau pergi Kalau terlambat, engkau akan celaka" desak Lim Peng Hang. "

Engkau harus langsung menuju ke Gunung Hong Lay san"

"Ya." Lim Ceng Im berlari ke dalam, namun siapa pun tidak menyangka kalau Kwan Gwa siang Koay sudah menunggu di belakang markas.

"Pengemis bau, apakah kita harus melawan mereka sampai titik darah penghabisan?" tanya Kim siauw suseng.

"Aku pikir tidak perlu," sahut sam Gan sin Kay. "Kita harus berusaha meloloskan diri"

"Pengemis bau" tegur Tui Hun Lojin. " Kenapa engkau jadi pengecut?"

"Aku bukan pengecut, hanya tidak menghendaki kita mati sia-sia di sini," ujar sam Gan sin Kay sungguh-sungguh. "Kita semua harus pergi ke Gunung Hong Lay san, maka harus menggunakan Kiu Kiong san Tian Pou untuk meloloskan diri"

"Benar." Kim siauw suseng manggut-manggut. "Kita pun harus berpencar kemudian berkumpul di Gunung Hong Lay san."

"Baik." sam Gan sin Kay mengangguk. "Kalau begitu, mari kita ke luar menyambut mereka"

Mereka sebera melesat ke luar. Di saat itu terdengarlah suara tawa yang terkekeh di luar, ternyata Kwan Gwa Lak Kui dan Ang Bin sat sin sudah sampai di situ "Ada urusan apa kalian ke mari?" tanya sam Gan sin Kay.

"Pengemis baur bentak Tiau Am Kui. "Kau kira kami tidak tahu, kalian di sini punya hubungan dengan lelaki yang membawa monyet putih? Itu pertanda kalian mulai menentang kami, maka hari int kalian harus mampus semua"

"Ha ha ha" sam Gan sin Kay tertawa gelak. " Kalian kira kami begitu gampang mampus di tangan kalian? Ha ha ha...."

"Mungkin kalian yang akan mamcus di sini" ujar Kim siauw suseng.

"Benar" sambung Tui Hun Lojin. "Mereka pasti mati di sini"

"Apa?" Bukan main gusarnya Kwan Gwa Lak Kui dan Ang Bin sat sin. "Kalau begitu, sambutlah serangan kami"

Kwan Gwa Lak Kui dan Ang Bin sat sin mulai menyerang mereka. seketika terjadilah pertarungan yang sangat seru. Kwan Gwa Lak Kui menggunakan ilmu pukulan Ku Lu Ciang Hoat, Bu Lim Ji Khie dan lainnya menangkis dengan ilmu pukulan Kan Kun ciang Hoat, sekaligus berkelit dengan ilmu Kiu Kiong san Tian Pou.

Sementara Ang Bin sat sin hanya menonton, berselang beberapa saat kemudian mendadak ia melemparkan sesuatu ke bawah. Daar Terdengar suara ledakan dan asap pun mengebul.

"Awas asap beracun" seru sam Gan sin Kay. Mereka cepat-cepat menutup pernafasan.

Akan tetapi, di saat bersamaan Kwan Gwa Lak Kui juga melancarkan serangan dengan gencar sekali.

"Pergunakan Kiu Kiong san Tian Pou untuk meloloskan diri" seru sam Gan sin Kay lagi.

Sedangkan Ang Bin sat sin terus melemparkan bom asap beracun. Bu Lim Ji Khie dan lainnya tidak bisa mengerahkan lweekang, karena sedang menahan nafas. Maka, mereka terpukul oleh Kwan Gwa Lak Kui, sehingga mengalami luka yang cukup parah.

Oleh karena itu mereka segera menggunakan Kiu Kiong San Tian Pou untuk meloloskan diri.

"Jangan sampai mereka lolos" teriak Tiau Am Kui.

Namun Bu Lim Ji Khie dan lainnya sudah tidak kelihatan. Betapa gusarnya Kwan Gwa Lak Kui. sudah barang tentu kegusarannya dilampiaskan kepada para anggota Kay Pang yang tidak cepat-cepat kabur.

Sementara itu di Gunung Hong Lay san, tampak Tayli Lo Ceng sedang bersemedi, tiba-tiba padri tua meloncat bangun.

"Lo Ceng," It Sim sin Ni heran. "Kenapa engkau?"

"Telah terjadi sesuatu," sahut Tayli Lo Ceng. "Karena mendadak aku tidak bisa bersemedi dengan tenang. omitohud...."

"Kira-kira apa yang terjadi?" tanya It sim sin Ni menatapnya.

"omitohud Aku tidak tahujelas," sahut Tayli Lo Ceng. "Kalau bukan di Tayli, pasti di markas pusat Kay Pang."

"Oh?" It sim sin Ni mengerutkan kening. "Kalau begitu, pasti di markas pusat Kay Pang."

"Omitohud" Tayli Lo Ceng menggeleng-gelengkan kepala. "Mudah-mudahan semuanya bisa selamat"

Malam harinya, tampak beberapa sosok bayangan berjalan sempoyongan menuju sebuah biara di Gunung Hong Lay san. Mereka adalah Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong.

"siapa kalian?" bentak kedua murid It sim sin Ni, penjaga biara itu

"Kami dari markas pusat Kay Pang," sahut sam Gan sin Kay. "Tolong beritahukan kepada Cie Hiong, bahwa markas Kay Pang telah diserang Bu Tek Pay"

"Baik," salah seorang biarawati itu segera melesat pergi, dan tak lama kemudian ia sudah kembali bersama Tio Cie Hiong, Tio Tay seng, Tio Lo Toa, Tio Hong Hoa dan Lle Man chiu.

"Kakek pengemis" seru Tio cie Hiong.

"Cie Hiong..." sahut sam Gan sin Kay lalu terkulai.

"Kakek pengemis" Tio cie Hiong segera memeriksanya, kemudian menarik nafas lega. " Cepat papah mereka ke dalam biara"

Setelah berseru, Tio Cie Hiong memapah sam Gan sin Kay. Berselang sesaat, mereka sudah sampai di dalam biara.

"omitohud..." ucap Tayli Lo Ceng. "Ternyata Bu Tek Pay menyerang Kay Pang...."

"Mereka terkena asap beracun dan pukulan beracun." Tio Cie Hiong memberitahukan sambil mengeluarkan sebuah botol, lalu memberikan obat penawar racun kepada mereka.

Berselang beberapa saat kemudian setelah makan obat penawar racun itu, Bu Lim Ji Khie dan lainnya tampak membaik,

"Cie Hiong, di mana Ceng Im?" tanya Lim Peng Hang mendadak.

"Apa?" Tio Cie Hiong tersentak. "Adik Im juga ke mari?"

"Ya." Lim Peng Hang mengangguk.

"Dia lebih dulu ke mari."

"Tapi...." Wajah Tio Cie Hiong mulai cemas. "Dia... dia belum sampai di sini."

"Ha ah?" Lim Peng Hang terkejut.

"Mungkinkah dia kesasar?" Tio Cie, Hiong mengerutkan kening. "sebab dia tidak pernah ke mari."

"Mungkin." Lim Peng Hang manggut-manggut.

"omitohud Lebih baik kalian beristirahat dulu," ujar Tayli Lo Ceng. "Besok kalian pasti sembuh."

"Lo Ceng" Tio Cie Hiong memandangnya. "Ceng Im...."

"Tenang" sahut Tayli Lo Ceng, lalu berkata kepada muridnya. "Man chiu, pergilah kau ke kaki gunung, cari Lim Ceng Im"

"Ya, Guru."

"Kakak Chiu, aku ikut" ujar Tio Hong Hoa.

Lie Man chiu tidak berani langsung bilang boleh, melainkan memandang gurunya. "Man chiu, dia boleh ikut," Tayli Lo Ceng manggut-manggut. "Terima kasih, Guru"

"Terima kasih, Lo Ceng"

Lie Man chiu dan Tio Hong Hoa segera melesat pergi, sedangkan Tio Cic Hiong berdiri termangu-mangu.

"Nak" TioTay Seng memegang bahunya. "Engkau harus tenang"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar