Anak rajawali Jilid 35
Melihat Ko Tie pingsan tidak
sadarkan diri, Oey Yok Su berdiri diam beberapa saat, mengawasi, tapi sinar
matanya tidak memancarkan perasaan apa pun juga. Ia melangkah maju beberapa
langkah mendekati Ko Tie, mempergunakan ujung kakinya menelentangkan tubuh Ko
Tie, sampai pemuda itu telentang.
Diawasinya beberapa saat
akhirnya Oey Yok Su, menggumam perlahan: “Hemmmm…… masih memerlukan hari
beberapa lagi.....!”
Baru saja Oey Yok Su menggumam
seperti itu, mendadak dari balik semak belukar terdengar suara berkeresek.
Perlahan sekali, bola mata Oey Yok Su berputar, kemudian ia mendengus perlahan:
“Hemmm!” dan memutar tubuhnya
menghampiri ke arah semak belukar itu. Tahu-tahu tubuhnya cepat sekali
berkelebat lenyap dan masuk ke dalam semak belukar.
Terdengar suara jeritan
tertahan, disusul dengan tubuh yang terpental dari semak belukar itu, ambruk di
tanah tanpa berkutik lagi.
Oey Yok Su melangkah keluar,
ia memperlihatkan sikap yang dingin. Mukanya sampai menyerupai muka mayat yang tidak
memperlihatkan perasaan apapun juga.
Sosok tubuh yang terlempar
dari balik semak belukar itu tidak lain dari seorang gadis berusia delapanbelas
tahun. Wajahnya cantik dan ia mengenakan baju warna hijau daun.
Ia dalam keadaan tidak bisa
bergerak dan tidak pingsan. Bola matanya saja yang mengawasi Oey Yok Su dengan
pancaran sinar yang tajam.
Oey Yok Su telah menghampiri
dekat pada gadis itu, katanya dengan suara yang dingin:
“Hemmm, budak kecil, kau
rupanya mencari penyakit.....!”
Dingin sekali suara Oey Yok
Su, sehingga jika ada yang mendengar suaranya seperti itu, walaupun seorang
jago rimba persilatan, pun akan menggigil.
Gadis itu dalam keadaan
tertotok. Ia tidak bisa bergerak, juga tidak bisa berkata-kata. Waktu itu Oey
Yok Su menyentil jari tangannya, gadis tersebut terbuka totokannya. Dari
mulutnya terdengar suara jeritan tertahan.
“Siapa kau?” tanya Oey Yok Su
dengan suara yang dingin. “Mengapa engkau bersembunyi di situ untuk mengintai?”
Gadis tersebut meringis,
tampaknya ia masih merasa kesakitan. Kemudian ia bilang dengan suara tidak
lancar:
“Aku..... aku kebetulan lewat
di tempat ini...... Siapa yang kesudian mengintai kau?!”
Oey Yok Su tersenyum dingin.
Ia menghampiri, tangan kanannya diangkat, ia bilang, “Hemmm, budak setan,
rupanya engkau memang mencari mati..... bicara yang benar. Kau dengar tidak,
aku bertanya, siapa kau?!”
Gadis itu memandang sejenak
pada Oey Yok Su. Wajahnya memperlihatkan bahwa ia ragu-ragu sampai akhirnya ia
menyahuti juga: “Mengenai siapa diriku, itu bukan menjadi urusanmu!”
Oey Yok Su tercengang sejenak,
kemudian ia tertawa bergelak-gelak, sampai bergema jauh sekali suara tertawanya
itu, dan lama sekali mengalun terus.
Tapi gadis itu sama sekali
tidak memperlihatkan perasaan gentar sedikitpun juga, dia malah mengawasi Oey
Yok Su dengan sorot mata yang tajam.
Sedangkan pada saat yang
menegangkan itu yang kaget bukan main adalah Ko Tie, karena segera juga ia
mengenali siapa adanya gadis tersebut, sehingga hati Ko Tie tercekat dan
semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya.
“Kam..... Kam Lian Cu?”
Begitulah pikir di dalam hatinya, karena memang dia mengenali gadis cantik
manis yang kini menjadi tawanan Oey Yok Su tidak lain dari Kam Lian Cu, si
gadis cantik yang pernah bertemu dengannya, tapi telah berpisah lagi.
Mengapa Kam Lian Cu bisa
berada di tempat ini? Dan celakanya lagi justeru ia telah menjadi tawanan Oey
Yok Su.
Dengan mata terbuka
lebar-lebar Ko Tie cuma bisa mengawasi saja, sedangkan Oey Yok Su yang telah
puas tertawa keras, berkata dengan suara yang tawar.
“Hemm, tampaknya memang engkau
telah makan nyali macan, sehingga engkau sama sekali tidak merasa jeri
terhadapku......!”
Kam Lian Cu tertawa tawar.
“Mengapa aku harus takut
padamu? Bukankah engkau bukan hantu? Bukan harimau yang buas? Dan juga bukan
hantu yang selalu senang mengganggu wanita?!” Dingin sekali waktu Kam Lian Cu
menyahuti seperti itu.
Oey Yok Su jadi tercengang,
buat sesaat lamanya ia tertegun dan telah memandang dengan sikap tidak mengerti
bahwa kali ini ia telah disanggapi seperti itu oleh seorang gadis seperti Kam
Lian Cu.
Jika dipikir-pikir, memang dia
anggap benar juga perkataan si gadis. Dia memang seorang yang ku-koay, karena
itu, sekarang ia melihat sikap si gadis yang demikian ku-koay.
Dengan demikian telah membuatnya
seketika menjadi lunak, karena ia malah jadi girang dianggap bukan hantu yang
menakutkan, bukan pula setan atau dedemit yang perlu ditakuti oleh si gadis.
“Jadi....... engkau tidak
takut padaku?” tanyanya dengan suara yang tawar.
Si gadis mengangguk.
“Ya, mengapa aku harus takut
padamu?!”“ menyahuti Kam Lian Cu tawar. “Bukankah engkaupun sama seperti aku
ini, yaitu seorang manusia juga? Mengapa aku harus takut padamu?!”
Oey Yok Su memandang bengong
beberapa saat, sampai akhirnya ia tertawa tergelak-gelak.
“Bagus! Bagus sekali!” katanya
kemudian suara yang nyaring. “Dengan demikian, barulah pertama kali ini aku
bertemu dengan seorang manusia seperti engkau!
“Benar! Tepat sekali! Memang
aku bukan sebangsa manusia yang perlu ditakuti! Justeru dengan sikap kau
seperti itu, tampaknya memang engkau seorang yang cukup mengerti akan
keadaan.....!”
Setelah berkata begitu, segera
juga Oey Yok Su menggerakkan tangannya, menyentil.
Cepat sekali si gadis
merasakan tubuhnya tidak kaku lagi, karena segera juga ia bisa menggerakkan
tubuhnya, malah dia telah berhasil melompat buat berdiri.
Dengan tersenyum manis tampak
gadis itu telah berkata kepada Oey Yok Su: “Terima kasih!” Dia pun merangkapkan
ke dua tangannya, menjura memberi hormat.
“Atas kebaikanmu, tentu aku
tidak akan melupakannya, tapi kebengisanmu tadi waktu menangkap diriku, main
turun tangan dengan kasar, akupun tidak akan melupakannya!”
“Ihhh!” Oey Yok Su
mengeluarkan seruan heran, tercengang, karena baru sekali ini ada seorang
manusia yang berani mengucapkan kata-kata seperti itu kepadanya.
Jika saja gadis itu hanya
mengucapkan terima kasih, tentu Oey Yok Su akan mengejeknya. Tapi justeru si
gadis menyinggung akan kebaikannya dan juga kekasarannya, membuat Oey Yok Su
yang tercengang.
Ko Tie mengawasi apa yang
terjadi, diam-diam hatinya geli. Diapun merasa lega karena melihat Kam Lian Cu
berhasil menghadapi Oey Yok Su, malah tampaknya si gadis she Kam yang nakal ini
berhasil buat mempermainkan Oey Yok Su,
Persoalan yang sebenarnya
mengapa Oey Yok Su tidak turunkan tangan keras dan juga tidak marah walaupun
gadis itu jelas-jelas seperti hendak mempermainkannya, karena di waktu segera
ia teringat kepada puterinya sendiri, yaitu Oey Yong,
Oey Yong seusia seperti gadis
she Kam ini memang sifatnya dan perangainya pun sama nakalnya, karena itu, Oey
Yok Su jadi tercengang dan tidak turunkan tangan keras kepada si gadis. Dia
hanya mengawasi beberapa saat, barulah kemudian tanyanya:
“Kau tahu atau tidak siapa
adanya diriku?”
Kam Lian Cu berkata dengan
suara yang tawar. “Jika melihat lagakmu, usiamu yang sudah tua itu, dan cara
berpakaianmu, maka aku ingin menduga kau adalah seseorang yang terkenal di
dalam rimba persilatan, jika memang tidak salah kau tentulah si tua……!”
Dan berkata sampai di situ, tampak
Kam Lian Cu sengaja tidak meneruskan perkataannya.
Oey Yok Su mendongkol, namun
ia bertanya juga: “Si tua siapa?!” bentaknya.
Kam Lian Cu tersenyum.
“Tentu saja jika tidak salah
kau ini adalah Oey Yok Su!”
“Lalu apakah setelah engkau
mengetahui siapa adanya diriku, engkau tidak merasa jeri?” tanya Oey Yok Su.
“Mengapa harus takut? Bukankah
engkau sama saja seperti diriku, yaitu sesama manusia?” tanya Kam Lian Cu.
Kembali Oey Yok Su dibuat
tercengang oleh jawaban si gadis, sampai mulutnya terbuka. Namun akhirnya ia
tertawa tergelak-gelak, katanya.
“Baiklah! Kalau memang engkau
berpikir seperti itu, itulah yang sangat bagus! Aku memang sama seperti engkau,
yaitu manusia juga. Tapi engkaupun jangan harap bisa bersikap kurang ajar
kepadaku.
“Karena jika sampai engkau
berlaku lancang, hemmm, hemmm, aku Tong-shia akan turunkan tangan keras
kepadamu.....!”
“Tong-shia tentu tidak akan
menghina seorang golongan muda!” kata Kam Lian Cu dengan suara nyaring. “Jika
memang Tong-shia menurunkan tangan tidak tahu malu seperti itu, dia berarti
bukan Tong-shia, melainkan seorang manusia pengecut yang tak tahu malu!”
“Apa kau bilang?” bentak Oey
Yok Su meluap darahnya.
Kam Lian Cu tersenyum.
“Aku bilang, jika memang
Tong-shia berani menghina seorang golongan muda, maka dia bukan Tong-shia,
melainkan seorang pengecut yang tidak tahu malu. Apa yang kukatakan itu
bukankah benar?”
Muka Tong-shia berobah, karena
memang Oey Yok Su memiliki adat yang sangat ku-koay sekali. Menghadapi si gadis
yang memiliki perangai yang nakal ini, ia malah bukannya marah sebaliknya jadi
menyukainya.
Sambil mengurut-urut kumis dan
jenggotnya yang telah memutih dan tumbuh panjang, dia bilang:
“Baiklah! Sekarang kau katakan
dengan terus terang, apa maksudmu mengintaiku?!”
Tiba-tiba si gadis tertawa
cekikikan, membuat Oey Yok Su mengawasinya dengan tajam. Namun akhirnya Oey Yok
Su ikut merasa geli karena melihat si gadis tertawa terus seperti itu. Dia
sampai tersenyum-senyum ikut merasa lucu.
“Mengapa kau tertawa seperti
itu?!” bentaknya kemudian menahan perasaan geli di hatinya.
“Pertanyaanmu lucu sekali!”
kata Kam Lian Cu masih tertawa terus.
“Pertanyaanku lucu? Di mana
letak kelucuannya?” tanya Oey Yok Su.
“Kau mengatakan itu mengintai
dirimu, bukan?” tanya Kam Lian Cu kemudian.
Oey Yok Su mengangguk.
“Ya, memang benar. Aku meminta
kau bicara terus terang jangan sampai membuatku marah, apa maksudmu, dengan
mengintaiku secara sembunyi-sembunyi seperti itu?!”
Gadis itu masih tertawa geli.
“Apakah aku perlu
mengintai-intai seorang tua seperti engkau? Apakah engkau si tua bangka yang
telah jenggotan dan kumisan putih seperti itu masih pantas diintip-intip
olehku, seorang gadis remaja? Kalau memang engkau seorang pemuda yang tampan,
mungkin masih ada harganya diintai olehku!”
Mendengar jawaban Kam Lian Cu,
tidak tertahan lagi Oey Yok Su tertawa bergelak-gelak..... Dia tidak marah,
malah dia merasa lucu juga dengan jawaban si gadis.
“Ya, memang aku telah tua dan
tidak pantas diintip oleh seorang gadis remaja, dan kau tentu saja bukan
mengintipku karena naksir padaku! Tapi, aku menanyakan, apa maksudmu
bersembunyi dan mengintai apa yang tengah kulakukan?!”
Si gadis tersenyum.
“Aku tertarik menyaksikan apa
yang kau lakukan!” kata si gadis.
“Apa yang tengah kulakukan?”
tanya Oey Yok Su.
Si gadis memperlihatkan sikap
heran.
“Bukankah engkau tengah
berusaha mengobati pemuda itu?” tanya Kam Lian Cu.
“Ihhhh!” berseru Oey Yok Su
kaget, karena dia tidak menyangka bahwa si gadis dapat menerkanya begitu tepat.
“Mengapa terkejut? Aku telah
menyaksikan, bahwa engkau tengah mengobati pemuda itu, bukankah demikian?”
tanya Kam Lian Cu lagi.
Oey Yok Su menghela napas dia
mengangguk.
“Matamu sangat tajam sekali,”
katanya.
“Tentu saja, aku masih muda,
jarak yang jauh saja aku masih bisa melihatnya dengan jelas, apa lagi dalam
jarak pisah yang dekat seperti ini.......!”
“Bukan itu maksudku!” kata Oey
Yok Su
“Lalu apa maksudmu?”
Oey Yok Su menghela napas,
katanya: “Aku tidak bermaksud untuk secara berterang mengobati pemuda itu. Aku memang
telah mengobatinya, dengan cara menghajar dan melontarkannya, sesungguhnya aku
tengah mengerahkan tenaga dalamku, agar beberapa bagian dari jalan darah pemuda
itu dapat beredar kembali dengan lancar..... sedangkan pemuda itu beranggapan
aku tengah menyiksanya!
“Hemmm, lihatlah, pemuda itu
sendiri tidak mengetahui bahwa dirinya tengah kuobati. Sedangkan kau sekali
melihat saja, engkau telah mengetahui bahwa aku tengah berusaha mengobati
pemuda itu. Bukankah dengan demikian engkau sangat cerdik dan juga sangat tajam
sekali matamu?”
Si gadis tersenyum, girang
hatinya mendengar pujian tersebut, dia bilang: “Ya, semua ini berkat pengajaran
dari guruku!”
“Siapa gurumu?” tanya Oey Yok
Su.
“Itu rahasiaku, kau tidak
boleh tahu!” menyahuti si gadis dengan manja.
Oey Yok Su mendongkol lagi.
“Jangan main-main……!” katanya.
“Siapa yang ingin main-main
dengan aku? Bukankah sudah sepantasnya orang setua engkau kuhormati, tidak
berani aku main-main dan bersikap kurang ajar……!”
“Mengapa engkau tidak mau
menjelaskan siapa gurumu dan siapa namamu?!” kata Oey Yok Su.
“Itu hakku, bukankah engkau
tidak bisa memaksa aku buat memberitahukan siapa guruku dan siapa namaku?”
Oey Yok Su berobah mukanya.
“Aku akan memaksa kau
memberitahukan siapa gurumu dan siapa namamu?” katanya mengancam.
“Hemmm, tidak mudah! Paling
tidak dengan kepandaianmu, kau cuma bisa membunuhku! Tapi kau jangan mimpi bisa
mendesak dan memaksa aku memberitahukan siapa guruku dan siapa namaku!”
“Tapi aku akan memaksamu!”
Setelah berkata begitu, tubuh
Oey Yok Su telah bergerak sangat gesit sekali, sehingga tidak bisa dilihat
dengan pandangan mata tahu-tahu dia telah berada di samping si gadis.
Kam Lian Cu sendiri kagum
bukan main melihat gin-kang Oey Yok Su, karena tahu-tahu jago tua itu telah berada
di sampingnya.
Sesungguhnya Kam Lian Cu
tengah merasa gentar dan jeri berurusan dengan Oey Yok Su, yang diketahuinya
memiliki adat yang sangat ku-koay sekali.
Tapi sebagai seorang gadis
yang cerdas, segera juga ia mengetahui, seseorang yang memiliki adat sangat
aneh, jelas harus dihadapi dengan sikap yang ku-koay pula. Karena itu, dia
sengaja membawa lagak seperti itu, buat menghadapi Oey Yok Su.
Sekarang melihat Oey Yok Su
hendak memaksa dirinya agar memberitahukan nama gurunya dan namanya sendiri,
dan Oey Yok Su dengan begitu lincah tahu-tahu telah berada di dekatnya, tanpa
Kam Lian Cu melihat jelas gerakannya, membuat si gadis tercekat hatinya.
Dan belum lagi si gadis sempat
berkata apa-apa, justeru Oey Yok Su telah berkata dengan suara yang dingin.
“Rebahlah!” Dan jari tangan
Oey Yok Su telah bergerak menotoknya. Tidak ampun lagi tubuh Kam Lian Cu
terjungkal rubuh tidak bisa bergerak.
“Ohh, kau orang tua tidak tahu
malu!” teriak Kam Lian Cu.
Walaupun dia dalam keadaan
tertotok, akan tetapi dia tidak tertotok pada jalan darah Ah-hiat atau jalan
darah gagunya, sehingga dia bisa berseru seperti itu. Dia cuma tertotok pada
jalan darah kakunya belaka, menyebabkan dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Oey Yok Su tertawa dingin.
“Hemmm, tidak tahu malu? Aku
tidak tahu malu? Kau buktikan, apa saja yang kulakukan sehingga engkau
menyebutku sebagai manusia tidak tahu malu?!”
Kam Lian Cu sengit sekali
bilang: “Hemm, tua bangka tidak tahu malu! Bukankah dengan merubuhkan seorang
golongan muda seperti aku, dengan mengandalkan kepandaian buat menghina
golongan muda seperti aku, terlebih lagi seorang gadis yang tidak berdaya,
engkau merupakan seorang jago tua yang tidak tahu malu?!”
Muka Oey Yok Su dingin sekali.
“Aku tidak perduli apakah
orang akan menyebutku si tua yang tidak tahu malu atau bukan, tapi yang jelas,
aku akan memaksa engkau bicara yang jujur. Aku akan memaksa engkau, akan
mengajari engkau, agar lain kali janganlah jadi si bocah setan yang nakal, yang
main belit-belit jika bicara!”
Kam Lian Cu tercekat hatinya.
Ia kaget mendengar perkataan Oey Yok Su itu.
“Apa yang ingin engkau katakan
dan lakukan padaku?!” tanya Kam Lian Cu kemudian.
Oey Yok Su tertawa dingin.
“Aku akan memaksa engkau agar
mau bicara dengan jujur, dengan cara apapun juga……!” kata Oey Yok Su kemudian.
Kam Lian Cu jadi mengeluarkan
keringat dingin. Memang Oey Yok Su seorang yang memiliki perangai sangat
ku-koay, maka apa pun dapat dilakukannya.
Karena itu, kalau sampai
memang dia menurunkan tangannya, berarti Kam Lian Cu akan menderita. Yang
membuat dia lebih kaget lagi ketika mendengar Oey Yok Su berkata:
“Aku akan membuka seluruh
pakaianmu! Setiap kali aku bertanya engkau tidak mau menjawab, maka aku akan
membuka sepotong bajumu! Begitu seterusnya, setiap satu jawaban yang tidak mau
kau berikan, aku akan melepaskan sepotong pakaianmu!”
Kam Lian Cu mengeluarkan
seruan kaget. Inilah hebat.
Dia memang tidak takut untuk
disiksa. Menghadapi lawan tangguh, dia pun tidak jeri untuk menemui kematian.
Tapi jika ingin ditelanjangi seperti itu, tentu saja dia jadi gentar dan
ketakutan bukan main.
“Manusia rendah! Manusia
rendah!” memaki Kam Lian Cu kalang kabutan. “Apakah dengan perbuatan seperti
itu engkau bisa mengangkat mukamu sebagai seorang tokoh sakti dalam rimba persilatan?!”
Oey Yok Su tertawa dingin.
“Aku tidak perlu muka terang
atau muka gelap! Apa yang ingin kulakukan pasti kulakukan!” katanya dengan
tawar. “Kau tidak perlu memaki-makiku, karena jika aku naik darah, hemmm,
hukuman yang kau terima tentu jauh lebih berat lagi.....!”
Mendengar ancaman Oey Yok Su
seperti itu, Kam Lian Cu jadi terdiam. Dia memutar otaknya, berusaha mencari
akal, untuk dapat menghadapi Oey Yok Su, si tua ku-koay itu.
Sedangkan Oey Yok Su telah
berkata. “Sekarang kita mulai setiap pertanyaan harus kau jawab. Jika memang
tidak, aku akan segera melepaskan sepotong pakaianmu. Begitu juga selanjutnya!”
Kam Lian Cu diam saja.
Sedangkan Oey Yok Su telah
berkata lagi. “Siapa namamu?!”
Kam Lian Cu menyahuti. “Engkau
tidak perlu tahu!”
“Hemmmm, kalau begitu,
sekarang giliran potongan pakaianmu yang pertama kubuka!”
Sambil berkata begitu, tampak
Oey Yok Su mengulurkan tangannya buat membuka baju di sebelah atas dari Kam
Lian Cu.
Kam Lian Cu jadi gugup.
“Tunggu dulu, hentikan!” kata
Kam Lian Cu dengan suara berteriak.
Oey Yok Su tertawa dingin.
“Hemm, sudah kukatakan, jika
memang engkau tidak mau menjawab pertanyaanku, aku akan melepaskan sepotong
pakaianmu, dan juga pada pertanyaan berikutnya!”
“Tapi aku telah menjawab
pertanyaanmu itu!” kata Kam Lian Cu kemudian dengan suara yang nyaring.
“Menjawab? Kau telah
menjawab?!” tanya Oey Yok Su sambil memandang dengan mata yang terbeliak
lebar-lebar.
Sedangkan pada waktu itu
terlihat betapa Kam Lian Cu tersenyum memperoleh kemenangan.
“Bukan tadi kau sendiri yang
mengatakan, bahwa jika kau mengajukan pertanyaan dan aku tidak menyahuti, maka
kau akan membuka sepotong pakaianku?!”
“Benar!” Oey Yok Su
mengangguk.
“Lalu, setelah aku menyahuti
pertanyaanmu, mengapa engkau masih hendak melepaskan sepotong pakaianku!?”tanya
Kam Lian Cu.
“Kau telah menjawab
pertanyaanku?!” tanya Oey Yok Su dengan mata terbeliak. “Ohh, setan busuk, kau
jangan coba-coba mempermainkan diriku!”
“Aku tidak bermaksud
mempermainkan dirimu, aku benar-benar telah menyahuti! Tadi engkau bertanya dan
aku telah menyahuti: “Kau tidak perlu tahu! Bukankah itu sudah berarti aku
memberikan jawaban, yang kau inginkan?!”
Oey Yok Su terdiam sejenak.
Dia mengakui, inilah disebabkan ketidak telitiannya.
Maka akhirnya dia bilang:
“Jawaban yang ku inginkan adalah jawaban yang benar. Jika memang engkau
menjawabnya dengan tidak bersungguh-sungguh, kuanggap engkau tidak memberikan
jawaban, dan hukuman itu akan kulaksanakan
Kam Lian Cu jadi tambah gugup.
Jika memang nanti Oey Yok Su membuktikan ancamannya, tentu dia akan menderita
malu yang luar biasa. Karena itu, dia terdiam saja, sedangkan matanya memandang
sekelilingnya, dia berusaha mencari akal.
Melihat lagak si gadis, Oey
Yok Su tertawa dingin.
“Hemmm, engkau tidak perlu
mengharap dapat mencari akal untuk meloloskan diri dari tangan Tong-shia……! Kau
harus menjawabnya pertanyaanku dengan benar. Sekali lagi engkau main-main, aku
tidak akan memperdulikan lagi kata-katamu!”
Setelah berkata begitu, dengan
memperlihatkan sikap sungguh-sungguh, tampak Oey Yok Su bertanya lagi: “Siapa
namamu?!”
Kam Lian Cu telah terdiam
beberapa saat, kemudian dia bilang: “Aku she Kam…….!”
“Aku tidak tanya she
mu........ aku tanya siapa namamu?!” tanya Oey Yok Su lagi.
“Aku…… aku…….” Kam Lian Cu tidak
segera menyahuti. Tampaknya dia bimbang, tapi biarpun hatinya mendongkol, dia
ngeri dan takut sekali, kalau-kalau Oey Yok Su membuktikan ancamannya tersebut.
“Cepat katakan, atau memang
perlu sepotong pakaianmu itu dicopotkan.....?!” tanya Oey Yok Su.
Muka Kam Lian Cu berobah
memerah, dia bilang: “Aku bernama Kam Lian Cu……!”
“Bagus! Begitulah kau harus
menjawab setiap pertanyaanku!” kata Oey Yok Su.
Sedangkan Kam Lian Cu sengit
sekali berkata: “Tapi aku bisa saja memberikan jawaban palsu kepadamu!”
“Aku akan mengetahuinya jika
memang kau memberikan jawaban palsu padaku, karena itu, tanpa tawar menawar
lagi, begitu aku mengetahui engkau mendustai aku, segera aku akan membuka
sepotong pakaianmu! Karenanya engkau jangan bermimpi coba-coba untuk mendustai
aku…….!”
Kam Lian Cu jadi bingung bukan
main, karena ia mengetahui Oey Yok Su memang bukan orang sembarangan.
“Siapa nama gurumu?!” tanya
Oey Yok Su lagi.
Waktu itu tidak
diperhatikannya sikap si gadis yang gugup sekali. Dia mengajukan pertanyaannya
dengan sikap seenaknya.
“Guruku?!”
“Ya, siapa gurumu? Siapa
namanya?!”
“Dia adalah ayahku!”
“Namanya?!” bentak Oey Yok Su.
“Namanya?!”
“Ya...... atau memang engkau
menginginkan aku membuka sepotong pakaianmu, dengan pura-pura memperpanjang dan
mengulur-ulur waktu seperti itu?!” mengancam Oey Yok Su.
“Dia…… dia bernama Kam Cu
Ie……!” menyahuti Kam Lian Cu kemudian.
“Kam Cu Ie?!” Oey Yok Su
mengerutkan sepasang alisnya, mengawasi si gadis beberapa saat.
Waktu itu tampak Kam Lian Cu
mengangguk.
“Ya, guruku adalah ayahku.
Ayahku bernama Kam Cu Ie……!” kata si gadis.
“Apakah Kam Cu Ie, si tua
bangka dari Barat daya yang terkenal sebagai Siucai pemabokan?!”
Kam Lian Cu girang, dia
mengangguk dengan segera.
“Benar! Apakah kau kenal
dengan ayahku?!” tanya Kam Lian Cu penuh harap, karena jika saja Oey Yok Su
kenal dengan ayahnya, dengan memandang muka terang ayahnya niscaya dia tidak
akan dipermainkan Oey Yok Su lagi, dia akan dibebaskan.
“Cissss!” Tiba-tiba sekali Oey
Yok Su meludah dan sikapnya dingin sekali, sehingga Kam Lian Cu jadi memandang
bengong kepada Oey Yok Su.
“Kenal ayahmu? Hemm, melihat
tampangnya saja belum pernah! Apakah sebangsa manusia seperti ia pantas menjadi
kenalanku? Apakah manusia seperti dia memang pantas untuk menjadi orang yang
diperhatikan olehku? Cissss, kenalpun tidak!”
Kembali satu kali Oey Yok Su
meludah, bahkan waktu dia meludah diperhatikannya sikap yang memandang hina dan
rendah!
Bukan main sakit hati Kam Lian
Cu, dia jadi kalap dan nekad, malah dia membentak:
“Ayahku pun tidak kesudian
berkenalan dengan seorang manusia jadi-jadian seperti engkau yang memiliki adat
seperti adat setan penasaran!” Makinya.
“Apa?” melompat Oey Yok Su
dari duduknya mendengar perkataan dan makian dari si gadis, mukanya merah
padam, matanya terpentang lebar memancarkan hawa kemarahan.
Dialah seorang tokoh rimba
persilatan yang sakti dan disegani oleh seluruh orang rimba persilatan. Tapi
sekarang dia dimaki seperti itu oleh Kam Lian Cu, tentu saja darahnya jadi
meluap mendidih. Dia telah memandang bengis.
Kam Lian Cu yang telah memaki
karena kalap dan lupa akan dirinya disebabkan amarahnya mendengar ayahnya
dihina. Sekarang melihat sikap Oey Yok Su, jadi menggidik.
Dia teringat bahwa Oey Yok Su
ini seorang yang ku-koay. Dia gentar melihat sinar mata si kakek yang menyala
bengis seperti itu.
“Apa yang kau bilang tadi?”
tanya Oey Yok Su dengan suara yang nyaring.
Kam Lian Cu diam saja.
“Jawab! Jika engkau tidak
menjawab, mulutmu akan kurobek!” ancam Oey Yok Su.
Menggigil tubuh Kam Lian Cu
karena perasaan gentar! Ia mengetahui Oey Yok Su jika mengancam tentunya bukan
ancaman kosong belaka.
Dia bisa saja memenuhi
ancamannya itu, dan akan membuktikannya. Kalau sampai mulutnya dirobek,
bukankah itu merupakan bencana terburuk buat seumur hidupnya?
“Aku……, aku....... aku tidak
bermaksud menghinamu, jika memang engkau tidat menghina ayahku!” menyahuti si
gadis kemudian dengan gugup.
Oey Yok Su berangsur-angsur
berobah jadi tenang kembali. Wajahnya pun tidak memperlihatkan sikap bengis
seperti tadi, karena perlahan-lahan amarahnya telah menurun kembali.
Dia pun teringat kepada
puterinya sendiri, Oey Yong. Dia berpikir, sebagai seorang gadis, yang ayahnya
dihina, tentu saja si gadis lupa diri.
Mungkin jika urusan itu
terjadi pada diri Oey Yong, di mana Kam Lian Cu diganti sebagai Oey Yong, malah
Oey Yong bisa-bisa memaki kalang kabutan karena nekad.
Karena teringat akan
puterinya, berangsur kemarahan Oey Yok Su jadi menurun.
Walaupun dia memang seorang
ku-koay, akan tetapi disebabkan usianya yang memang telah meningkat semakin
tua, dia jadi jauh lebih sabar dibandingkan dulu-dulu.
Dulu jika dia tidak senang,
murid-muridnya saja bisa dibikin bercacad semuanya. Hanya disebabkan Bwee Tiauw
Hong berdua dengan suaminya telah mencuri kitabnya, dia juga telah mematahkan
seluruh kaki dari muridnya.
Bahkan Oey Yok Su telah
melakukan pencarian dan pengejaran pada Bwee Tiauw Hong, yang ketakutan
setengah mati kalau-kalau sampai terkejar oleh gurunya.
Sekarang si gadis justeru
tampaknya tidak merasa takut pada Oey Yok Su. Bahkan juga tampaknya memang ia
tidak jeri untuk menentang kata-kata Oey Yok Su.
Tentu saja hal ini membuat Oey
Yok Su benar-benar jadi mendongkol. Tapi dengan sifatnya yang ku-koay, ia malah
jadi menyukai juga gadis ini.
Ia tidak bermaksud untuk
menganiaya. Karena ia beranggapan gadis ini memang gagah dengan sikapnya dan
juga berani sekali, patut dihargai sifatnya yang gagah itu.
Oey Yok Su menghela napas,
kemudian dia memandang kepada si gadis. Dia telah bilang: “Baiklah, jika dengan
tidak memperdulikan keselamatan jiwamu, kau ingin membalas perasaan tidak
senangmu itu dengan memakiku. Hemmm, berarti tidak ada jalan lain lagi kau akan
mati karenanya!”
Si gadis she Kam jadi terdiam
beberapa saat. Betapapun juga memang Oey Yok Su seorang yang ku-koay sekali.
Dengan demikian tentu saja membuat dia jadi putus asa.
Dan akhirnya berobah jadi
tenang. “Baiklah! Dari pada aku mati di tangannya dengan percuma, lebih baik
jika aku memakinya dulu!”
Karena berpikir begitu, segera
juga tampak Kam Lian Cu telah membuka mulutnya, memaki:
“Baiklah, kau ingin
membunuhku, bunuhlah. Aku tidak akan gentar menghadapi kematian, tapi kau
sebangsa manusia pengecut, kau yang hanya pandai menghina manusia dari golongan
muda yang tidak berdaya.....
“Kau akan menjadi bahan
tertawaan dari orang orang gagah dalam rimba persilatan! Kecewa kau memiliki
nama besar jika memang kau hanya pandai menghina orang yang tidak berdaya!”
Muka Oey Yok Su merah.
“Siapa yang kau anggap pantas
menjadi lawanku?” tanya Oey Yok Su dengan suara yang dingin. “Apakah ayahmu?”
Kam Lian Cu tertawa dingin.
“Hemmmmm..... banyak orang
bisa menjadi tandinganmu! Walaupun seorang yang memiliki tingkat lebih rendah
dari kau, tapi jika memang bertempur aecara jujur, tentu akan dapat menghadapi
dirimu dengan sebaik-baiknya……. sayangnya justeru engkau seringkali melakukan
hal-hal yang sangat memalukan dan curang sekali untuk merebut
kemenangan.......!”
Merah muka Oey Yok Su.
“Kau jangan menuduh
sembarangan…...!” katanya sengit.
“Aku bukan menuduh, itu
kenyataan!”
“Siapa yang pernah mengalami
hal itu dariku?!” bentak Oey Yok Su, “Jika memang engkau tidak dapat memberikan
bukti, maka engkau akan kusiksa hebat......!”
“Kau ingin bukti?” tanya si
gadis she Kam tersebut tertawa dingin.
Muka Oey Yok Su tampak dingin
sekali, dengan suara yang tawar ia bilang: “Ya, jika engkau tidak dapat
memberikan bukti, maka ke dua kakimu akan kupatahkan!”
Waktu berkata begitu bengis
bukan main sikap Oey Yok Su. Ko Tie yang mendengar suara Oey Yok Su sampai menggigil
karena ia tergetar hatinya dan menguatirkan akan diri gadis she Kam tersebut.
“Gampang, aku memiliki bukti
yang tidak mungkin kau bisa sangkal!” menyahuti Kam Lian Cu dengan suara yang
dingin, sikapnya tabah sekali.
“Katakan!” bentak Oey Yok Su.
“Hemmm, sekarang saja sudah
ada buktinya!” kata Kam Lian Cu dengan tawar.
“Apa?” mata Oey Yok Su
terpentang lebar-lebar, namun akhirnya tampak wajahnya muram.
“Akulah sebagai bukti nyata,
karena aku orang yang mengalami betapa engkau perlakukan tidak baik!” Begitulah
kata Kam Lian Cu dengan suara yang tawar.
Oey Yok Su tidak bilang
apa-apa lagi wajahnya muram. Dia mengangkat kepalanya, memandang kepada langit,
kemudian dia bersenandung dengan suara yang perlahan:
“Hujan salju turun tipis
sekali,
dan mendung tebal telah
menyelimuti bumi……!”
Sambil bersenandung begitu,
dia melangkah perlahan akan meninggalkan tempat tersebut.
“Heei tunggu dulu……!” teriak
Kam Lian Cu nyaring.
Oey Yok Su menoleh tanpa
mengatakan apa-apa.
“Kau belum menyembuhkan luka dia.....!”
Bilang Kam Lian Cu sambil memonyongkan mulutnya kepada Ko Tie yang masih rebah
di atas tanah.
Oey Yok Su tidak menyahuti,
dia telah kembali melangkah buat pergi meninggalkan tempat tersebut. Suara
senandungnya terdengar sangat samar.
Dikala itu Kam Lian Cu jadi
mendongkol sekali.
“Engkaulah seorang manusia
tidak tahu diri, karena telah melakukan sesuatu hanya setengah jalan dan
benar-benar tidak tahu malu!” teriak si gadis.
Oey Yok Su seperti tidak
mendengarnya, sebentar saja ia telah lenyap dari pandangan mata.
Kam Lian Cu jadi gugup, karena
dia dalam keadaan tertotok, sedangkan Ko Tie rebah dalam keadaan tidak berdaya.
Waktu itu, Ko Tie telah
mengawasi si gadis, perlahan-lahan bibirnya tersenyum! Ia merasa lucu dan geli
melihat gadis she Kam ini berhasil menghadapi Oey Yok Su, mempermainkannya.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya
Kam Lian Cu kemudian sambil tersenyum juga.
“Tidak apa-apa……. mungkin juga
benar apa yang dilakukan Oey Yok Su tadi merupakan suatu cara pengobatan buat
diriku...... karena sekarang aku merasakan betapa napasku telah dapat berjalan
lancar dan lurus kembali.
Kam Lian Cu mengangguk dan
berkata dengan suara yang perlahan: “Dia sesungguhnya tidak bermaksud buruk
padaku.....”
“Tapi kita dalam keadaan tidak
berdaya. Kau dalam keadaan tertotok, sedangkan aku dalam keadaan tidak
berdaya.....!” kata Ko Tie kemudian.
“Ya...... itulah yang
mempersulit kita……!” kata Kam Lian Cu.
“Hemmm...... jika memang
demikian halnya baiklah. Jika kita berdiam saja beberapa saat, karena tidak lama
lagi tentu totokannya pada tubuhku akan segera terbuka dengan sendirinya
setelah lewat beberapa saat!”
Ko Tie mengangguk.
Tapi bersamaan dengan dia
mengangguk waktu itu terdengar suara yang samar sekali. suara yang aneh
terdengar di kejauhan. Kemudian suara itu lenyap.
“Suara apa itu?” kata Kam Lian
Cu dengan wajah memperlihatkan perasaan heran.
“Entah.....!” menyahuti Ko
Tie.
“Suara itu aneh sekali, apakah
Oey Yok Su yang berseru seperti itu?!”
“Kukira bukan.....!” menyahuti
Ko Tie.
Begitulah, mereka telah
terdiam lagi.
Suara aneh itu terdengar lagi
semakin dekat juga.
Aneh sekali suara tersebut,
karena seperti suara lolong serigala, tapi juga seperti pekik seorang bayi.
Dikala itu Ko Tie telah
memandang kepada Kam Lian Cu katanya: “Kukira telah mendatangi seseorang yang
agak luar biasa ke tempat ini, nona Kam.....!”
Kam Lian Cu mengangguk.
“Kukira juga begitu.....!”
Baru saja Kam Lian Cu berkata
sampai di situ, justeru terlihat sesosok tubuh mendatangi cepat sekali, gesit
bukan main gerakannya, tubuhnya begitu ringan.
Kam Lian Cu dan Ko Tie
mengawasinya. Mereka melihat yang baru muncul itu bukan seorang manusia.
Melainkan seekor kera yang tinggi besar. Kera raksasa itu, yang setinggi
manusia dewasa, yang mulutnya menyeringai, selalu mengeluarkan bunyi yang aneh.
Yang luar biasa, justeru tubuh
kera itu, yang kurus memanjang ke atas, dapat bergerak begitu lincah dan gesit
sekali, seakan juga seorang ahli gin-kang yang mahir sekali.
Kam Lian Cu dan Ko Tie saling
pandang dengan hati berdebar, karena mereka kuatir kera itu akan menganiaya
mereka di saat mereka dalam keadaan tidak berdaya.
Kera tersebut telah berseru
nyaring lagi, dia menari-nari beberapa saat, di mana ia telah berusaha
mengelilingi Kam Lian Cu, seakan juga ia tengah menemukan sesuatu yang
menggembirakan hatinya.
Suara pekikannya juga
terdengar berulang kali.
Tapi suatu saat, ketika ia
melihat Ko Tie yang menggeletak tidak jauh dari tempat itu, mendadak saja ia
mengeluarkan suara pekik yang menyeramkan. Matanya mendelik bengis.
Ko Tie terkejut. Sinar mata
yang buas memperlihatkan kera itu tidak bermaksud baik padanya.
Kera itu juga telah melompat
ke dekatnya menghampiri dengan sikap mengancam. Mulut kera itu mengeluarkan
suara pekik yang menyeramkan.
Di antara keadaan yang hening
mengerikan yang menegangkan itu, Ko Tie berusaha memutar otaknya mencari akal,
karena ia bermaksud untuk dapat berusaha menghindar dari keganasan kera itu.
Sedangkan kera tersebut telah
menghampiri dekat sekali. Matanya masih memandang buas. Ia pun memperdengarkan
suata yang mengerikan sekali.
Ko Tie menghela napas.
Jika memang kera itu
mengkoyak-koyak tubuhnya, habislah dia!
Kam Lian Cu pun jadi berkuatir
bukan main. Dilihat lagaknya, tampaknya kera itu walaupun memang terlihat
begitu aneh dan luar biasa, bisa bergerak sangat lincah, iapun tampaknya buas
sekali.
Kam Lian Cu kuatir kalau-kalau
kera itu akan mengkoyak tubuh Ko Tie.
Akhirnya, untuk memancing
perhatian kera tersebut, Kam Lian Cu sengaja mengeluarkan jeritan.
Benar saja. Kera itu menoleh.
Ia pun malah telah melompat ke dekat Kam Lian Cu.
Bola matanya memain tidak
hentinya, tampaknya ia tengah memperhatikan Kam Lian Cu dengan teliti, karena
dia heran si gadis mengeluarkan suara jeritan.
Tapi setelah memperhatikan
sekian lamanya, ia akhirnya mengeluarkan suara pekik yang nyaring sekali. dia
rupanya segera tahu bahwa tidak ada sesuatu yang menguatirkan pada Kam Lian Cu.
Cepat sekali ia kembali kepada
Ko Tie.
Ko Tie mengeluh.
Kali ini memang tampaknya ia
tidak mungkin lolos dari kebuasan kera itu.
Bulu kera tersebut berwarna
kuning keemas-emasan. Mungkin juga dia seekor kera yang selama ini terkenal
sebagai Kim Go, Kera Emas. Dan Ko Tie mengetahui bahwa Kim Go memang memiliki
kecerdikan seperti seorang manusia.
Jika sampai kera ini, Kim Go,
bermaksud untuk mengkoyak tubuhnya, dia dalam keadaan tidak berdaya.
Kam Lian Cu pun tidak berdaya,
ia tengah rebah karena dalam keadaan tertotok.
Kim Go, atau kera berbulu emas
itu, telah mengeluarkan pekikan. Dengan kaki kanannya, tahu-tahu dia mendorong
tubuh Ko Tie, segera terbalik dan terlentang.
Hati Ko Tie berdebar.
Menghadapi binatang buas ini benar-benar membuatnya jadi gentar juga, terlebih
lagi dalam keadaan tidak berdaya seperti itu.
Jika saja, memang di waktu itu
ia tidak dalam keadaan terluka parah dan tidak berdaya, niscaya ia akan dapat
menghadapi Kim Go itu.
Di kala itu Ko Tie berusaha
untuk mengendalikan perasaannya. Dia memandang kera itu dengan sikap yang
diusahakan setenang mungkin.
Ko Tie menyadari, jika saja ia
melakukan suatu gerakan, walaupun gerakan yang sangat perlahan, niscaya akan
menyebabkan kera itu segera akan mencabik-cabik tubuhnya.
Karena Ko Tie telah berdiam
diri saja, dia berdiam dengan hati tergoncang.
Kam Liang Cu kembali
mengeluarkan suara seruan nyaring buat memancing perhatian kera itu.
Namun Kim Go cuma menoleh
sejenak. Dia sama sekali tidak menghampiri Kam Lian Cu lagi, karena dia tahu
bahwa gadis itu hanya berseru tapi tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Perlahan-lahan, sepasang
tangannya yang terjuntai panjang itu, telah diulurkannya. Dia telah mengangkat
tubuh Ko Tie.
Ko Tie berdebar-debar juga.
Dia tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh kera itu. Atau memang
tubuhnya yang akan dikoyak-koyaknya?
Karena Ko Tie berdiam diri
saja, berdiam terus sampai sekian lama, di mana tubuhnya telah diangkat tinggi
sekali oleh Kim Go. Dan Tiba-tiba tubuh Ko Tie dilontarkannya ke tengah udara
tinggi sekali.
Kuat tenaga Kim Go, karena dia
bisa melontarkan Ko Tie setinggi empat tombak lebih.
Ko Tie mengeluh.
Dia tengah keadaan terluka di
dalam yang belum lagi sembuh. Sekarang dia dilemparkan dan akan terbanting di
tanah dari ketinggian seperti itu. Niscaya akan membuatnya terluka yang lebih
berat lagi.
Tubuh Ko Tie meluncur turun
cepat sekali. Sedangkan Kam Lian Cu mengeluarkan suara seruan tertahan
menyaksikan itu.
Kim Go mengeluarkan suara
aneh. Dan tampak ia telah melesat gesit sekali.
Begitu tubuh Ko Tie meluncur
jatuh di tanah, terbanting keras, Kim Go telah mengangkatnya lagi, melontarkannya
lagi dengan sama kuatnya.
Waktu terbanting, Ko Tie
merasakan pandangan matanya berkunang-kunang. Ia menderita kesakitan yang tidak
terkira.
Sekarang dia dilontarkan
kembali. Dengan ketinggian yang begitu tinggi, sehingga membuatnya benar-benar
jadi mengeluh, sebab tubuhnya akan terbanting pula keras di tanah.
Kam Lian Cu berulang kali
menjerit untuk memancing perhatian kera tersebut.
Tapi kera itu tidak mau
menoleh lagi kepadanya, asyik tengah mempermainkan Ko Tie yang dilontarkan ke
tengah udara terbanting di tanah berulang kali pula.
Kam Lian Cu jadi bingung bukan
main. Dia menyesal tubuhnya dalam keadaan tertotok tidak bisa bergerak.
Jika saja dia tidak dalam
keadaan tertotok, niscaya dia bisa menghadapi kera itu dengan sebaik-baiknya.
Justeru dia tengah tertotok, membuatnya tidak berdaya untuk menolongi Ko Tie.
Ko Tie merasakan pandangan
matanya gelap ketika pada kelima kalinya ia dibanting di tanah oleh lontaran
yang kuat dari Kim Go, dia mengeluh.
Dan di waktu itu, ia pun telah
merasakan jantungnya seperti berdegup sangat keras. Ia hampir tidak sadarkan
diri, masih sempat didengarnya pekik Kim Go yang sangat keras sekali.
Dikala itu, Kim Go tak
mengangkat tubuhnya tidak melontarkan lagi. Cuma tangan kanan nya, yang panjang
dan berbulu itu meluncur menghantam sangat kuat dada Ko Tie.
“Bukk……!” Dunia seperti
terbalik. Ko Tie merasakan sakit yang tidak kepalang, dan dia pingsan tidak
sadarkan diri.
Kam Lian Cu mengeluarkan
jeritan kaget dan berkuatir sekali terhadap nasib Ko Tie.
Kim Go mengeluarkan seruan
yang aneh, dia telah duduk disamping Ko Tie. Sepasang tangannya yang panjang
itu digerakkan berulang kali, terdengar suara:
“Bukk, bukk, bukk!”
Kam Lian Cu memandang dengan
sepasang mata terpentang lebar-lebar, karena dia menyaksikan bagaimana sepasang
tangan Kim Go telah berulang kali menghantam dada Ko Tie.
Ko Tie sendiri tidak sadarkan
diri, dalam keadaan pingsan dia tidak merasakan siksaan itu.
Hanya Kam Lian Cu yang justeru
jadi seperti merasakan sakit bukan main. Setiap kali tangan Kim Go menghantam
dada Ko Tie, karena suara pukulan itu sangat nyaring sekali.
Kim Go telah memukul terus,
sampat akhirnya dia mengeluarkan suara puas.
Kam Lian Cu melompat berdiri,
dan sekarang melompat-lompat menghampirinya.
Hati Kam Lian Cu berdebar,
karena ia menduga tentunya Kim Go akan menyiksa dirinya, sama halnya seperti ia
menyiksa Ko Tie tadi.
Kim Go telah berada di
dekatnya. Matanya mengerikan sekali. Sepasang tangannya yang sangat panjang itu
terjuntai turun ke bawah mendekat tanah.
Kam Lian Cu mengeluh.
Kalau saja dia tidak dalam
keadaan tertotok seperti saat itu, tentu si gadis akan dapat memberikan
perlawanan dan melumpuhkan kera itu.
Cuma saja sekarang dia dalam
keadaan tertotok. Jangankan memberikan perlawanan kepada kera itu, sedangkan
untuk menggerakkan tubuhnya saja dia tidak dapat.
Dan Kam Lian Cu cuma bisa
pasrah untuk menyerahkan nasibnya belaka di mana iapun akan menjadi permainan
dari kera itu.
Kim Go berdiri beberapa saat
di dekat Kam Lian Cu. Mulutnya tidak hentinya mengeluarkan suara aneh yang
perlahan. Sikapnya seperti tengah kegirangan, seperti memperoleh sesuatu yang
sangat menarik dan memuaskan hatinya.
Kemudian Kim Go malah duduk di
samping Kam Lian Cu. Dia mengawasi terus seakan juga ia tengah menghadapi
barang yang aneh baginya, tapi juga sangat menggembirakan hatinya. Napasnya
juga mendengus agak nyaring, membuat Kam Lian Cu bartambah ngeri saja.
Sepasang tangan Kim Go
tahu-tahu telah diulurkan ke dada Kam Lian Cu. Sikapnya benar-benar seperti
seorang laki-laki ceriwis yang melihat gadis cantik.
Kam Lian Cu kaget.
Ia tidak menyangka seekor kera
bisa berlaku segenit itu. Ia sampai menjerit nyaring.
Kera itu jadi kaget, sampai
terlompat berdiri dan mundur ke belakang mengawasi Kam Lian Cu.
Tapi ketika ia melihat Kam
Lian Cu tidak bisa bergerak, ia mengeluarkan suara aneh.
Kam Lian Cu berdebar keras
hatinya. Ia melihat kera itu perlahan-lahan melangkah menghampirinya. Setelah
dekat, kera itu duduk lagi di samping Kam Lian Cu, sepasang tangannya
diulurkan.
Kam Lian Cu memejamkan
matanya.
Ternyata kera itu telah
mengusap perut Kam Lian Cu. Si gadis mengggidik tidak terkira, ia menjerit
sekuat suaranya.
Tapi sekarang ini kera itu
tidak kaget, dia tidak melompat seperti tadi.
Malah tangan kanannya meremas
dada Kam Lian Cu.
Bukan main ketakutan Kam Lian
Cu. Dia seakan hendak menangis menghadapi keadaan seperti ini.
Kera itu kesenangan, ia
mengeluarkan suara yang aneh sekali. Sambil sepasang tangannya terus juga
merabah dan meremas-remas tubuh si gadis,
Kam Lian Cu hampir pingsan
karena perasaan takut, ngeri dan juga marah. Dia dalam keadaan tidak berdaya
dipermainkan oleh kera itu.
Dan hati si gadis jadi
mendongkol kepada Oey Yok Su yang telah menotoknya. Semua penyesalan
ditumpahkannya kepada Oey Yok Su. Gara-gara Oey Yok Su telah membuatnya jadi
tidak berdaya dipermainkan seekor kera seperti itu.
Waktu itu kera tersebut sambil
mengeluarkan suara aneh, telah menarik robek baju bagian atas tubuh Kam Lian
Cu.
Kembali Kam Lian Cu menjerit,
Inilah ancaman yang mengerikan.
Kam Lian Cu segera dapat menerka apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh kera
itu.
Tentunya kera tersebut
tertarik sekali melihat gadis cantik ini, dan ia terangsang, ia hendak
memperkosa si gadis. Sungguh ancaman yang mengerikan dan hampir membuat Kam
Lian Cu menangis karena saking ketakutan.
Di waktu itu terlihat,
betapapun juga, memang Kam Lian Cu berusaha untuk dapat mempertahankan diri.
Dia membuka matanya mengawasi kera itu.
Sedangkan kera tersebut,
dengan sepasang mata yang sangat mengerikan, telah memandangnya buas sekali.
Tangan kera itu juga telah
merobek terus baju di bagian atas tubuh Kam Lian Cu. Benar-benar keadaan si
gadis terancam sekali.
◄Y►
Ko Tie merasakan kepalanya
berdenyut sakit. Ia pun merasakan betapa tubuhnya sakit bukan main.
Ketika dia membuka matanya,
dia segera teringat apa yang telah terjadi, yaitu dia disiksa oleh seekor kera
yang setinggi manusia dewasa.
Dia segera berpaling, dan
menyaksikan apa yang tengah dilakukan kera itu terhadap Kam Lian Cu, yaitu tengah
membuka dengan paksa baju bagian atas tubuh Kam Lian Cu.
Bukan main marahnya Ko Tie,
darahnya meluap seakan hendak meledakkan dadanya.
Di antara keadaan seperti
tengah bermimpi itu, Ko Tie berusaha menggerakkan tangannya.
Tidak berhasil. Ia tidak bisa
menggerakkan tangannya. Malah telah membuat dia menderita kesakitan yang sangat
hebat.
Dikala itu terlihat kera itu
sudah tidak memperdulikan keadaan sekelilingnya. Sepasang tangannya tengah
sibuk sekali buat membuka pakaian Kam Lian Cu.
Semakin lama, semakin melihat
tubuh si gadis yang begitu putih karena pakaiannya telah dikoyak dan dibuka
dengan paksa, membuat kera itu semakin buas saja.
Kam Lian Cu hampir menangis.
Dan waktu itu kera yang tinggi besar tersebut telah bermaksud membuka juga gaun
bawah si gadis dengan cara paksa.
Ko Tie mengeluh di dalam
hatinya, karena dia tidak berdaya untuk menolongi si gadis.
Dia memejamkan matanya. Ko Tie
tidak akan sanggup menyaksikan apa yang akan dilakukan kera itu.
Waktu itulah, Kam Lian Cu
tiba-tiba merasakan jalan darahnya beredar kembali seperti biasa, dan juga dia
bisa menggerakkan tangannya, karena totokan Oey Yok Su telah terbuka.
Tidak memikir dua kali, dia
telah menggerakkan tenaga dalamnya pada tangannya, dan menghantam dengan telak.
“Bukkkk!” Dada kera itu kena
dihantamnya dengan kuat sekali, sehingga kera itu terguling-guling di tanah
sambil mengeluarkan suara jerit kesakitan.
Kam Lian Cu melompat berdiri.
Dia tidak memperdulikan bagian atas anggota tubuhnya tidak berpenutup. Dia
menggerakkan tangannya lagi, dalam sekejap mata telah mencekal pedangnya dan
menikam ke perut kera itu.
Kera tersebut bergerak gesit.
Dia bisa menghindar, cuma lengannya yang kanan kena tergores mata pedang, darah
mengucur keluar.
Kera itu tampak kaget dan
ketakutan dia segera berlari menjauh sambil mengeluarkan suara pekikan.
Kam Lian Cu bermaksud
mengejarnya, namun sebentar saja tampak kera itu lenyap.
Kam Lian Cu berdiri diam
beberapa saat dia menghela napas. Ketika dia teringat akan dirinya, yang pada
bagian atas anggota tubuhnya tidak berpenutup, sedangkan di tempat itu ada Ko
Tie, mukanya jadi merah.
Dia membuka buntalannya dan
mengeluarkan sepotong pakaiannya. Dia memakainya.
Barulah kemudian Kam Lian Cu
memasukkan pedang ke sarungnya, dia telah menghampiri si pemuda.
Dilihatnya Ko Tie lebih dalam
keadaan tidak berdaya, karena terluka berat. Tapi dia tidak dalam keadaan
pingsan, karena matanya memandang kepadanya dengan sikap bersyukur.
Kam Lian Cu sendiri sangat
bersyukur di detik yang membahayakan jiwanya, di mana dirinya akan diperlakukan
tidak pantas oleh kera itu, totokan pada dirinya telah terbuka, sehingga dia
bisa menghajar kera itu.
Dan akhirnya membuat kera itu
melarikan diri. Benar-benar merupakan hal yang membuat dia bersyukur tidak
hentinya kepada Thian.
Sedangkan Ko Tie dengan suara
lemah bertanya: “Bagaimana....... bagaimana keadaanmu?”
Si gadis tersenyum pahit.
“Untung saja totokan itu
terbuka di saat detik-detik yang menentukan itu! Jika tidak, aku tidak bisa
membayangkan entah apa yang akan terjadi!” Menyahuti si gadis.
Ko Tie juga tersenyum pahit.
“Lalu bagaimana keadaanmu?”
tanya Kam Lian Cu melihat muka Ko Tie yang pucat pias dan juga keadaannya
begitu lemah.
“Kukira, lukaku tidak
ringan.....!”
“Boleh kuperiksa?!” tanya Kam Lian
Cu.
Ko Tie mengangguk,
Kam Lian Cu memeriksanya.
Diperoleh kenyataan bahwa Ko
Tie memang terluka yang parah sekali. Dia berpikir, untuk membantu mengerahkan
tenaga dalamnya.
Ko Tie waktu itu telah
berkata: “Jangan, akan sia-sia belaka!”
“Tapi sedikitnya bisa membantu
engkau mengerahkan sin-kangmu untuk memulihkan keadaanmu!” kata Kam Lian Cu.
Ko Tie menggeleng.
“Jangan…… percuma, akan
menghabisi tenagamu saja…… dan ini akan membuat kau akhirnya tidak dapat
menghadapi kera biadab itu kalau dia datang lagi!”
Disebut tentang kera itu, Kam
Lian Cu terdiam. Dia anggap benar apa yang dikatakan oleh Ko Tie.
“Kalau aku pergi mencari Oey
Yok Su, memintanya agar dia mau mengobati dan menolongimu, aku kuatir disaat
aku pergi, kera itu datang lagi dan menganiaya dirimu……!”
Ko Tie diam saja.
“Dan Oey Yok Su pun belum
tentu bersedia menolongi kau!” kata si gadis lagi.
Ko Tie mengangguk.
“Ya, dia seorang yang sangat
ku-koay, tidak nantinya dia mau menolongiku! Jika memang dia bermaksud
menolongiku, tentu sejak tadi dia telah menolongiku, tidak perlu dia
mempermainkan diriku!” kata Ko Tie.
Kam Lian Cu mengangguk.
Mereka terdiam beberapa saat.
Dikala itu, tampak Ko Tie
berusaha mengerahkan pernapasannya untuk menyalurkan sin-kangnya.
Dia gagal.
Waktu Ko Tie mengerahkan
sin-kangnya, dia merasakan di dadanya seperti juga terjadi suatu pergolakan,
dan isi perutnya seperti jungkir balik.
Kiam Lian Cu mengawasinya
dengan berkuatir sekali.
Sedangkan Ko Tie yang telah
gagal beberapa kali dengan usahanya, akhirnya menghela napas.
“Sudahlah! Rupanya aku harus
membuang jiwa percuma di sini dengan kecewa!” kata Ko Tie mengeluh.
Kam Lian Cu pun ikut bersusah
hati.
Gadis ini memiliki kepandaian
yang tidak terlalu tinggi, tidak sehebat Oey Yok Su. Mana mungkin dia bisa
mengobati Ko Tie? Terlebih lagi memang ia pun tidak mengerti ilmu pengobatan.
Keadaan di tempat itu hening
sekali.
Tiba-tiba dari kejauhan
terdengar suara bentakan dan tertawa dingin, yang semakin lama semakin dekat.
Segera tampak sesosok bayang
hijau yang berkelebat ke tempat itu. Di belakang sosok bayangan hijau itu
tampak berkelebat sesosok bayangan kuning pula. Begitu cepatnya gerakan ke dua
sosok tubuh itu, sehingga tidak dapat dilihat dengan jelas.
Ko Tie dan juga Kam Lian Cu
mementang mata mereka, tapi mereka hanya melihat gulungan warna hijau dan
kuning, yang cepat sekali telah menjauh. Cuma suara bentakan dan mengejek
belaka yang mereka dengar, dilontarkan dari ke dua sosok bayangan itu.
“Apakah yang memakai jubah
hijau itu bukan Oey Yok Su?!”menggumam Ko Tie.
Memang biasanya Oey Yok Su
mengenakan jubah hijau, walaupun tadi karena bergerak terlalu gesit sehingga Ko
Tie dan Kam Lian Cu tidak bisa melihat jelas, tokh Ko Tie dapat menerkanya yang
mengenakan jubah hijau tentunya Oey Yok Su.
Kam Lian Cu pun memperlihatkan
sikap heran.
“Lalu siapa yang
mengejarnya?!” berkata si gadis.
Ko Tie juga jadi heran.
“Oey Yok Su memiliki
kepandaian yang tinggi sekali, dan di dunia sekarang ini mungkin sudah tidak
ada duanya…… Tapi tampaknya ia menghadapi kesukaran juga dari orang yang
mengejarnya yang mengenakan baju kuning itu!”
Kam Lian Cu mengangguk.
“Biar aku pergi melihat!” kata
si gadis.
Dia baru saja bangun, atau
segera dia teringat kepada kera bulu kuning, Kim Go, dia jadi bimbang. Dia kuatir
begitu dia meninggalkan Ko Tie, kera itu datang lagi.
Ko Tie tersenyum.
“Pergilah kau melihatnya!”
katanya menganjurkan. “Kera itu tentu tidak akan muncul secara kebetulan di
saat sekarang ini!”
Kam Lian Cu bimbang sejenak,
tapi perasaan ingin tahunya membuat dia mengangguk dan kemudian mengerahkan
gin-kangnya buat mengejar Oey Yok Su dan orang yang mengenakan baju kuning itu.
Akan tetapi mana bisa Kam Lian
Cu mengejar mereka yang memiliki ilmu meringan tubuh yang begitu mahir?
Tidak lama kemudian Kam Lian
Cu telah kembali ke tempat di mana rebah Ko Tie, dengan wajah yang murung.
“Aku tidak berhasil mengejar
mereka!” katanya dengan suara yang tawar.
“Ya, mereka tampaknya seperti
tengah saling kejar…..!” menyahuti Ko Tie. “Tapi siapa orang yang mengejar Oey
Yok Su?!”
“Oey Yok Su memiliki nama
besar, tentu nya dia bukan tengah melarikan diri dari kejaran orang itu, sebab
tidak mungkin dia akan melakukan tindakan serendah itu……!” kata Kam Lian Cu
kemudian dengan ragu.
Ko Tie mengangguk
“Ya, tentunya ada sesuatu yang
luar biasa……!” kata pemuda itu.
Ko Tie dan Kam Lian Cu jadi
berdiam diri beberapa saat lamanya, keadaan hening sekali......
Tapi, di saat itu kembali
terdengar suara seruan dan bentakan yang datang cepat sekali disusul berkelebat
sesosok bayangan hijau dengan di belakangnya mengejar sesosok bayangan kuning.
Sekarang terdengar jelas
teriakan Oey Yok Su: “Jika memang engkau telah dapat mengimbangi gin-kangku,
hemmmm, barulah aku sudi melayani dirimu……!”
“Jangan sombong, kepandaianmu
berada di bawah tingkat kepandaianku!” terdengar orang mengenakan baju kuning
itu memaki dengan suara yang sengit. Dan kemudian, sekejap mata saja, mereka
kembali telah menjauh dan lenyap.
Ko Tie dan Kam Lian Cu tambah
heran saja, mereka tidak mengerti entah apa yang tengah dilakukan oleh Oey Yok
Su dan orang yang mengerakan baju kuning itu.
Tapi melihat gin-kang orang
yang memakai baju kuning begitu hebat dan bisa mengejar terus Oey Yok Su dalam
jarak pisah yang tidak terlalu jauh, maka mereka bisa menduga tentunya orang
yang memakai baju kuning itu bukan orang sembarangan.
Tapi siapa orang itu? Dan
mengapa Oey Yok Su harus berlari-lari seperti itu? Bukankah biasanya Oey Yok Su
memiliki tabiat yang angkuh? Bukankah jika ada orang yang menantang dirinya,
dia akan meghajarnya mampus?
Tengah Kam Lian Cu dan Ko Tie
diliputi perasaan heran dan tanda tanya, tiba-tiba mereka mendengar suara aneh
di dekat mereka, terpisah tidak jauh.
Kera berbulu kuning telah
muncul lagi tidak jauh dari tempat mereka berada!
Muka Kam Lian Cu berobah pucat
dan merah, karena dia jijik dan takut melihat kera itu. Segera juga tangannya
mencabut pedangnya, dia bersiap-siap buat menghadapi kera tersebut.
Kera itu mengerang, namun
segera memutar tubuhnya, berlari dengan pesat menghilang lagi meninggalkan
tempat itu, rupanya kera itu juga kaget.
Sedangkan Ko Tie menghela
napas.
“Sayang aku tengah terluka
berat seperti ini, jika tidak tentu aku akan menangkap dan menghajar kera
kurang ajar itu!” menggumam Ko Tie.
Kam Lian Cu sambil menggenggam
pedangnya erat-erat, matanya mengawasi sekitar tempat itu. Ia kuatir
kalau-kalau kera itu akan muncul lagi.
“Nona Kam, sudahlah…… lebih
baik kau beristirahat.…!” Ko Tie menganjurkan.
“Tapi kera itu kurang ajar
sekali……!” kata Kam Lian Cu kemudian.
“Ya, kemungkinan dia akan
kembali lagi, tapi kukira, kita tidak perlu, terlalu kuatir, karena dengan
kepandaian yang kau miliki, kulihat engkau akan dapat menghadapinya dengan baik
dan kera itu tidak akan berdaya……!”
Kam Lian Cu anggap apa yang
dikatakan Ko Tie memang benar, maka dia duduk beristirahat. Tapi tangannya
masih terus menggengam pedangnya erat-erat, karena dia bermaksud untuk
mempergunakan pedangnya itu di sembarang waktu, jika saja kera itu muncul
dengan tiba-tiba.
Hanya satu yang disesalkan Kam
Lian Cu yaitu Ko Tie tengah terluka begitu berat. Jika tidak tentu mereka tidak
perlu kuatir terhadap kera tersebut.
Kam Lian Cu juga mengetahuinya
bahwa kepandaian Ko Tie sangat tinggi, jauh berada di atasnya. Dan sayangnya
pemuda yang gagah itu justeru tengah terluka berat dan ia jadi tidak berdaya,
malah sekarang ini ia harus di¬lindunginya……!”
Tengah Kam Lian Cu dan Ko Tie
berkuatir untuk kera besar itu, yang mereka kuatir akan muncul dengan
tiba-tiba, justeru tampak pula berkelebat sesosok bayangan hijau dan bayangan
kuning yang saling kejar.
Tentu saja hal ini membuat Ko
Tie dan Kam Lian Cu jadi tidak mengerti, mengapa Oey Yok Su, bersikap demikian,
berlari-lari terus dikejar oleh sosok bayangan kuning itu yang terus juga
mengejarnya.
Entah siapa sosok bayangan
itu, yang tampaknya memiliki kepandaian sangat tinggi.
Di waktu itu rupanya sosok
bayangan kuning itu melihat Kam Lian Cu dan Ko Tie. Tahu-tahu dia berhenti
mengejar Oey Yok Su, dia berdiri tidak jauh dari Kam Lian Cu dan Ko Tie.
Sekarang Kam Lian Cu dan Ko
Tie bisa melihat jelas orang itu. Dialah seorang lelaki tua yang rambutnya
telah putih dan juga tumbuh panjang menutupi pundaknya.
Matanya tampak bersinar sangat
tajam sekali, seakan juga sepasang berlian yang berkilauan.
Dengan bersuara terkekeh,
tampak kakek tua yang tubuhnya kurus tinggi dan mengenakan jubah warna kuning
itu, telah menghampiri Kam Lian Cu dan Ko Tie.
“Hehehehehe, tidak di sangka
terdapat pasangan muda-mudi yang demikian cantik dan tampan!” menggumam kakek
tua itu.
Kam Lian Cu menggenggam
pedangnya erat-erat, dia kuatir kalau saja kakek tua itu bermaksud tidak baik
pada mereka.
Ko Tie sendiri mengeluh.
Melihat keadaan kakek tua berbaju kuning itu, ia segera mengetahui bahwa kakek
tua itu tentunya bukan sebangsa manusia baik-baik!
Sedangkan kakek tua itu yang
memakai baja kuning telah berkata lagi. “Bagus! Bagus! Dengan demikian Go-jie
akan memiliki kekasih yang cantik sekali......!”
Setelah berkata begitu, segera
juga dia melompat, akan menubruk Kam Lian Cu, tangan kanannya diulurkan.
Kam Lian Cu kaget, dia
mengibaskan pedangnya. Tapi dia menabas tempat kosong, sebab tahu-tahu jalan
darah Pai-cing-hiat nya telah ditotok jari tangan orang tua itu.
Tanpa ampun lagi, tubuhnya
segera terjungkal rubuh bergulingan di tanah.
Dia juga lantas tidak bisa
menggerakkan tangan dan tubuhnya, malah pedangnya telah terlemparkan agak jauh,
terlepas dari genggaman tangannya.
Ko Tie kaget melihat apa yang
dialami Kam Lian Cu, ia sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Waktu itu Oey Yok Su yang
rupanya melihat orang yang memakai baju kuning itu tidak mengejarnya, ia pun
tidak berlari lagi. Dia membentak, tahu-tahu dia telah berada di situ juga:
“Tua bangka rendah tidak tahu
malu, mengapa kau hendak melukai golongan muda yang tidak berdaya?”
Orang tua berbaju kuning itu
tertawa dingin.
“Hem, kau jangan banyak
bicara, Oey Loshia, aku akan mengambil gadis ini menjadi mantuku!” kata orang
tua baju kuning itu.
Oey Yok Su tertawa aneh.
“Kau ingin mengambil gadis itu
menjadi mantumu?” tanyanya kemudian dingin sekali.
“Ya!”
“Aneh sekali!”
“Aneh apanya?”
“Kapan kau telah menikah? Dan
sejak kapan kau memiliki anak?!” tanya Oey Yok Su.
“Hemmm!” mendengus kakek baju
kuning itu. “Kau tidak perlu mencampuri urusanku! Jika aku tidak memiliki anak,
tidak mungkin aku bermaksud untuk memiliki mantu……”
“Tapi…… kukira engkau sinting,
telah sinting……!” kata Oey Yok Su.
“Sinting? Hemmm, kau tidak
perlu banyak komentar! Urusan kita akan kita lanjutkan! Tetapi sekarang aku
telah menemukan seorang calon mantu yang sangat baik, calon isteri yang sangat
pantas buat anakku.....”
Oey Yok Su tidak tertawa lagi.
Dia memandang tajam sekali, lalu berkata: “Siapa anakmu?”
“Itu urusanku!”
“Urusanku juga! Karena akupun
menginginkan gadis itu!” kata Oey Yok Su.
“Kau……!”
“Ya, aku menginginkan juga
gadis itu!” menyahuti Oey Yok Su dengan sikap yang tegas
Orang tua baju kuning itu
tiba-tiba tertawa bergelak-gelak keras sekali.
“Sungguh memalukan! Rupanya
semakin tua engkau jadi seorang yang mata keranjang dan genit lagi karena
sekarang engkau bermaksud hendak mengambil seorang isteri……”
“Bukan begitu maksudku!” kata
Oey Yok Su kemudian dengan suara yang dingin. “Aku ingin mengambil gadis itu
menjadi muridku!”
“Menjadi muridmu?!”
“Benar!” sahut Oey Yok Su.
“Aku tidak percaya!”
“Mengapa kau tidak percaya?”
tampaknya Oey Yok Su tidak puas.
“Karena aku mencurigai kau
memiliki maksud-maksud tertentu dengan gadis ini!”
“Maksud tertentu apa?”
“Kau pura-pura menerima gadis
ini menjadi muridmu, lalu kelak engkau akan mengerjakannya!”
“Mulutmu terlalu kotor
sekali……!”
“Memang aku si kotor yang
sesat..... tidak perlu dibuat heran lagi!” menyahuti si kakek baju kuning itu.
“Kau?” Oey Yok Su tampak jadi
tidak puas dan gusar sekali.
Tapi kakek tua baju kuning itu
tampaknya tidak jeri oleh sikapnya Oey Yok Su.
“Kenapa? Kau tidak puas?”
tanyanya dengan suara yang mengejek.
“Ya, aku justeru hendak
mengajak kau main-main seribu jurus untuk menemukan, apakah engkau memang
pantas menjadi manusia yang sesumbar untuk menantang diriku!”
“Jangan begitu lama.....
Seribu jurus merupakan waktu yang terlalu lama! Kukira......!” berkata sampai
di situ dia berhenti berkata dan tertawa dingin.
Oey Yok Su penasaran sekali.
“Kau kira apa?” tanyanya
dengan suara yang bengis dan matanya menatap dingin.
“Kukira…... dalam waktu hanya
seratus jurus, aku dapat membuat Oey Loshia selanjutnya akan menyimpan pedang
dan mengakui dirinya tidak pantas lagi berkeliaran di dalam rimba persilatan,
karena di dalam rimba persilatan ada aku!”
“Hemmm, kau terlalu congkak.
Tahukah engkau siapa Oey Loshia?!” tanya Oey Yok Su karena terlalu murka.
“Tentu saja aku tahu......!”
menyahuti orang tua baju kuning itu dengan suara yang dingin. “Aku tahu bahwa
Oey Loshia adalah calon pecundangku!”
Oey Yok Su sudah tidak dapat
menahan kemarahan hatinya. Dia merupakan tokoh sakti yang sangat dihormati di
dalam rimba persilatan.
Mungkin sudah tidak ada duanya
lagi, karena memang dia dianggap sebagai satu-satunya tokoh dari tingkatan tua
yang sakti dan masih hidup. Tapi sekarang kakek baju kuning ini berani
mengeluarkan kata-kata kurang ajar seperti itu, membuat dadanya seperti juga
hendak meledak.
Segera, tangan kanannya
dikibaskan.
Tapi kakek tua itu sambil
diiringi tertawa dingin telah menyingkir ke pinggir.
“Bukkk!” tampak sebatang pohon
tumbang menimbulkan suara yang berisik.
Itulah disebabkan batang pohon
itu kena diterjang oleh tenaga sin-kang Oey Yok Su.
Rupanya tadi waktu dia
mengibaskan tangannya walaupun Oey Yok Su cuma mengibas dengan sembarangan saja
dan seperti tidak mengerahkan tenaga dalamnya, namun sesungguhnya mengandung
kekuatan sin-kang yang luar biasa dahsyatnya. Karena kakek tua berbaju kuning
itu mengelak, tenaga pukulan itu menghantam batang pohon itu.
Ko Tie yang rebah di tanah,
jadi kagum melihat hebatnya tenaga dalam Oey Yok Su.
Sedangkan Kam Lian Cu pun
tidak kurang kagumnya. Dia sampai memandang dengan mata terpentang lebar-lebar,
mulutnya menggumam: “Luar biasa……!”
Yang membuat Ko Tie dan Kam
Lian Cu heran, mereka menduga-duga, entah siapa kakek tua itu.
Mereka sungguh tidak mengerti,
karena mereka tidak pernah mendengar perihalnya kakek tua baju kuning itu.
Jika Oey Yok Su dan beberapa
tokoh tua yang sakti lainnya di dalam rimba persilatan, memang mereka mengetahuinya
dan seringkali mendengarnya.
Tapi kakek tua baju kuning itu
sama sekali tidak pernah mereka dengar. Karena itu mereka heran sekali,
sedangkan kepandaian kakek tua itu yang memakai baju kuning tampaknya tinggi
sekali.
Dia tidak merasa jeri terhadap
Oey Yok Su dan malah bisa menghadapi Oey Yok Su. Dengan demikian dia bukan
sembarangan.
Oey Yok Su tertawa dingin.
“Hemmm, jika memang engkau
memiliki kepandaian yang berarti, mengapa engkau menghindar dan tidak menerima
serangan itu?” ejeknya dengan suara yang dingin.