Anak Rajawali Lanjutan (Beruang Salju) Jilid 35

Baca Cersil Mandarin Online: Anak Rajawali Lanjutan (Beruang Salju) Jilid 35
 
Anak rajawali Jilid 35

Melihat Ko Tie pingsan tidak sadarkan diri, Oey Yok Su berdiri diam beberapa saat, mengawasi, tapi sinar matanya tidak memancarkan perasaan apa pun juga. Ia melangkah maju beberapa langkah mendekati Ko Tie, mempergunakan ujung kakinya menelentangkan tubuh Ko Tie, sampai pemuda itu telentang.

Diawasinya beberapa saat akhirnya Oey Yok Su, menggumam perlahan: “Hemmmm…… masih memerlukan hari beberapa lagi.....!”

Baru saja Oey Yok Su menggumam seperti itu, mendadak dari balik semak belukar terdengar suara berkeresek. Perlahan sekali, bola mata Oey Yok Su berputar, kemudian ia mendengus perlahan:

“Hemmm!” dan memutar tubuhnya menghampiri ke arah semak belukar itu. Tahu-tahu tubuhnya cepat sekali berkelebat lenyap dan masuk ke dalam semak belukar.

Terdengar suara jeritan tertahan, disusul dengan tubuh yang terpental dari semak belukar itu, ambruk di tanah tanpa berkutik lagi.

Oey Yok Su melangkah keluar, ia memperlihatkan sikap yang dingin. Mukanya sampai menyerupai muka mayat yang tidak memperlihatkan perasaan apapun juga.

Sosok tubuh yang terlempar dari balik semak belukar itu tidak lain dari seorang gadis berusia delapanbelas tahun. Wajahnya cantik dan ia mengenakan baju warna hijau daun.

Ia dalam keadaan tidak bisa bergerak dan tidak pingsan. Bola matanya saja yang mengawasi Oey Yok Su dengan pancaran sinar yang tajam.

Oey Yok Su telah menghampiri dekat pada gadis itu, katanya dengan suara yang dingin:

“Hemmm, budak kecil, kau rupanya mencari penyakit.....!”

Dingin sekali suara Oey Yok Su, sehingga jika ada yang mendengar suaranya seperti itu, walaupun seorang jago rimba persilatan, pun akan menggigil.

Gadis itu dalam keadaan tertotok. Ia tidak bisa bergerak, juga tidak bisa berkata-kata. Waktu itu Oey Yok Su menyentil jari tangannya, gadis tersebut terbuka totokannya. Dari mulutnya terdengar suara jeritan tertahan.

“Siapa kau?” tanya Oey Yok Su dengan suara yang dingin. “Mengapa engkau bersembunyi di situ untuk mengintai?”

Gadis tersebut meringis, tampaknya ia masih merasa kesakitan. Kemudian ia bilang dengan suara tidak lancar:

“Aku..... aku kebetulan lewat di tempat ini...... Siapa yang kesudian mengintai kau?!”

Oey Yok Su tersenyum dingin. Ia menghampiri, tangan kanannya diangkat, ia bilang, “Hemmm, budak setan, rupanya engkau memang mencari mati..... bicara yang benar. Kau dengar tidak, aku bertanya, siapa kau?!”

Gadis itu memandang sejenak pada Oey Yok Su. Wajahnya memperlihatkan bahwa ia ragu-ragu sampai akhirnya ia menyahuti juga: “Mengenai siapa diriku, itu bukan menjadi urusanmu!”

Oey Yok Su tercengang sejenak, kemudian ia tertawa bergelak-gelak, sampai bergema jauh sekali suara tertawanya itu, dan lama sekali mengalun terus.

Tapi gadis itu sama sekali tidak memperlihatkan perasaan gentar sedikitpun juga, dia malah mengawasi Oey Yok Su dengan sorot mata yang tajam.

Sedangkan pada saat yang menegangkan itu yang kaget bukan main adalah Ko Tie, karena segera juga ia mengenali siapa adanya gadis tersebut, sehingga hati Ko Tie tercekat dan semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya.

“Kam..... Kam Lian Cu?” Begitulah pikir di dalam hatinya, karena memang dia mengenali gadis cantik manis yang kini menjadi tawanan Oey Yok Su tidak lain dari Kam Lian Cu, si gadis cantik yang pernah bertemu dengannya, tapi telah berpisah lagi.

Mengapa Kam Lian Cu bisa berada di tempat ini? Dan celakanya lagi justeru ia telah menjadi tawanan Oey Yok Su.

Dengan mata terbuka lebar-lebar Ko Tie cuma bisa mengawasi saja, sedangkan Oey Yok Su yang telah puas tertawa keras, berkata dengan suara yang tawar.

“Hemm, tampaknya memang engkau telah makan nyali macan, sehingga engkau sama sekali tidak merasa jeri terhadapku......!”

Kam Lian Cu tertawa tawar.

“Mengapa aku harus takut padamu? Bukankah engkau bukan hantu? Bukan harimau yang buas? Dan juga bukan hantu yang selalu senang mengganggu wanita?!” Dingin sekali waktu Kam Lian Cu menyahuti seperti itu.

Oey Yok Su jadi tercengang, buat sesaat lamanya ia tertegun dan telah memandang dengan sikap tidak mengerti bahwa kali ini ia telah disanggapi seperti itu oleh seorang gadis seperti Kam Lian Cu.

Jika dipikir-pikir, memang dia anggap benar juga perkataan si gadis. Dia memang seorang yang ku-koay, karena itu, sekarang ia melihat sikap si gadis yang demikian ku-koay.

Dengan demikian telah membuatnya seketika menjadi lunak, karena ia malah jadi girang dianggap bukan hantu yang menakutkan, bukan pula setan atau dedemit yang perlu ditakuti oleh si gadis.

“Jadi....... engkau tidak takut padaku?” tanyanya dengan suara yang tawar.

Si gadis mengangguk.

“Ya, mengapa aku harus takut padamu?!”“ menyahuti Kam Lian Cu tawar. “Bukankah engkaupun sama seperti aku ini, yaitu seorang manusia juga? Mengapa aku harus takut padamu?!”

Oey Yok Su memandang bengong beberapa saat, sampai akhirnya ia tertawa tergelak-gelak.

“Bagus! Bagus sekali!” katanya kemudian suara yang nyaring. “Dengan demikian, barulah pertama kali ini aku bertemu dengan seorang manusia seperti engkau!

“Benar! Tepat sekali! Memang aku bukan sebangsa manusia yang perlu ditakuti! Justeru dengan sikap kau seperti itu, tampaknya memang engkau seorang yang cukup mengerti akan keadaan.....!”

Setelah berkata begitu, segera juga Oey Yok Su menggerakkan tangannya, menyentil.

Cepat sekali si gadis merasakan tubuhnya tidak kaku lagi, karena segera juga ia bisa menggerakkan tubuhnya, malah dia telah berhasil melompat buat berdiri.

Dengan tersenyum manis tampak gadis itu telah berkata kepada Oey Yok Su: “Terima kasih!” Dia pun merangkapkan ke dua tangannya, menjura memberi hormat.

“Atas kebaikanmu, tentu aku tidak akan melupakannya, tapi kebengisanmu tadi waktu menangkap diriku, main turun tangan dengan kasar, akupun tidak akan melupakannya!”

“Ihhh!” Oey Yok Su mengeluarkan seruan heran, tercengang, karena baru sekali ini ada seorang manusia yang berani mengucapkan kata-kata seperti itu kepadanya.

Jika saja gadis itu hanya mengucapkan terima kasih, tentu Oey Yok Su akan mengejeknya. Tapi justeru si gadis menyinggung akan kebaikannya dan juga kekasarannya, membuat Oey Yok Su yang tercengang.

Ko Tie mengawasi apa yang terjadi, diam-diam hatinya geli. Diapun merasa lega karena melihat Kam Lian Cu berhasil menghadapi Oey Yok Su, malah tampaknya si gadis she Kam yang nakal ini berhasil buat mempermainkan Oey Yok Su,

Persoalan yang sebenarnya mengapa Oey Yok Su tidak turunkan tangan keras dan juga tidak marah walaupun gadis itu jelas-jelas seperti hendak mempermainkannya, karena di waktu segera ia teringat kepada puterinya sendiri, yaitu Oey Yong,

Oey Yong seusia seperti gadis she Kam ini memang sifatnya dan perangainya pun sama nakalnya, karena itu, Oey Yok Su jadi tercengang dan tidak turunkan tangan keras kepada si gadis. Dia hanya mengawasi beberapa saat, barulah kemudian tanyanya:

“Kau tahu atau tidak siapa adanya diriku?”

Kam Lian Cu berkata dengan suara yang tawar. “Jika melihat lagakmu, usiamu yang sudah tua itu, dan cara berpakaianmu, maka aku ingin menduga kau adalah seseorang yang terkenal di dalam rimba persilatan, jika memang tidak salah kau tentulah si tua……!”

Dan berkata sampai di situ, tampak Kam Lian Cu sengaja tidak meneruskan perkataannya.

Oey Yok Su mendongkol, namun ia bertanya juga: “Si tua siapa?!” bentaknya.

Kam Lian Cu tersenyum.

“Tentu saja jika tidak salah kau ini adalah Oey Yok Su!”

“Lalu apakah setelah engkau mengetahui siapa adanya diriku, engkau tidak merasa jeri?” tanya Oey Yok Su.

“Mengapa harus takut? Bukankah engkau sama saja seperti diriku, yaitu sesama manusia?” tanya Kam Lian Cu.

Kembali Oey Yok Su dibuat tercengang oleh jawaban si gadis, sampai mulutnya terbuka. Namun akhirnya ia tertawa tergelak-gelak, katanya.

“Baiklah! Kalau memang engkau berpikir seperti itu, itulah yang sangat bagus! Aku memang sama seperti engkau, yaitu manusia juga. Tapi engkaupun jangan harap bisa bersikap kurang ajar kepadaku.

“Karena jika sampai engkau berlaku lancang, hemmm, hemmm, aku Tong-shia akan turunkan tangan keras kepadamu.....!”

“Tong-shia tentu tidak akan menghina seorang golongan muda!” kata Kam Lian Cu dengan suara nyaring. “Jika memang Tong-shia menurunkan tangan tidak tahu malu seperti itu, dia berarti bukan Tong-shia, melainkan seorang manusia pengecut yang tak tahu malu!”

“Apa kau bilang?” bentak Oey Yok Su meluap darahnya.

Kam Lian Cu tersenyum.

“Aku bilang, jika memang Tong-shia berani menghina seorang golongan muda, maka dia bukan Tong-shia, melainkan seorang pengecut yang tidak tahu malu. Apa yang kukatakan itu bukankah benar?”

Muka Tong-shia berobah, karena memang Oey Yok Su memiliki adat yang sangat ku-koay sekali. Menghadapi si gadis yang memiliki perangai yang nakal ini, ia malah bukannya marah sebaliknya jadi menyukainya.

Sambil mengurut-urut kumis dan jenggotnya yang telah memutih dan tumbuh panjang, dia bilang:

“Baiklah! Sekarang kau katakan dengan terus terang, apa maksudmu mengintaiku?!”

Tiba-tiba si gadis tertawa cekikikan, membuat Oey Yok Su mengawasinya dengan tajam. Namun akhirnya Oey Yok Su ikut merasa geli karena melihat si gadis tertawa terus seperti itu. Dia sampai tersenyum-senyum ikut merasa lucu.

“Mengapa kau tertawa seperti itu?!” bentaknya kemudian menahan perasaan geli di hatinya.

“Pertanyaanmu lucu sekali!” kata Kam Lian Cu masih tertawa terus.

“Pertanyaanku lucu? Di mana letak kelucuannya?” tanya Oey Yok Su.

“Kau mengatakan itu mengintai dirimu, bukan?” tanya Kam Lian Cu kemudian.

Oey Yok Su mengangguk.

“Ya, memang benar. Aku meminta kau bicara terus terang jangan sampai membuatku marah, apa maksudmu, dengan mengintaiku secara sembunyi-sembunyi seperti itu?!”

Gadis itu masih tertawa geli.

“Apakah aku perlu mengintai-intai seorang tua seperti engkau? Apakah engkau si tua bangka yang telah jenggotan dan kumisan putih seperti itu masih pantas diintip-intip olehku, seorang gadis remaja? Kalau memang engkau seorang pemuda yang tampan, mungkin masih ada harganya diintai olehku!”

Mendengar jawaban Kam Lian Cu, tidak tertahan lagi Oey Yok Su tertawa bergelak-gelak..... Dia tidak marah, malah dia merasa lucu juga dengan jawaban si gadis.

“Ya, memang aku telah tua dan tidak pantas diintip oleh seorang gadis remaja, dan kau tentu saja bukan mengintipku karena naksir padaku! Tapi, aku menanyakan, apa maksudmu bersembunyi dan mengintai apa yang tengah kulakukan?!”

Si gadis tersenyum.

“Aku tertarik menyaksikan apa yang kau lakukan!” kata si gadis.

“Apa yang tengah kulakukan?” tanya Oey Yok Su.

Si gadis memperlihatkan sikap heran.

“Bukankah engkau tengah berusaha mengobati pemuda itu?” tanya Kam Lian Cu.

“Ihhhh!” berseru Oey Yok Su kaget, karena dia tidak menyangka bahwa si gadis dapat menerkanya begitu tepat.

“Mengapa terkejut? Aku telah menyaksikan, bahwa engkau tengah mengobati pemuda itu, bukankah demikian?” tanya Kam Lian Cu lagi.

Oey Yok Su menghela napas dia mengangguk.

“Matamu sangat tajam sekali,” katanya.

“Tentu saja, aku masih muda, jarak yang jauh saja aku masih bisa melihatnya dengan jelas, apa lagi dalam jarak pisah yang dekat seperti ini.......!”

“Bukan itu maksudku!” kata Oey Yok Su

“Lalu apa maksudmu?”

Oey Yok Su menghela napas, katanya: “Aku tidak bermaksud untuk secara berterang mengobati pemuda itu. Aku memang telah mengobatinya, dengan cara menghajar dan melontarkannya, sesungguhnya aku tengah mengerahkan tenaga dalamku, agar beberapa bagian dari jalan darah pemuda itu dapat beredar kembali dengan lancar..... sedangkan pemuda itu beranggapan aku tengah menyiksanya!

“Hemmm, lihatlah, pemuda itu sendiri tidak mengetahui bahwa dirinya tengah kuobati. Sedangkan kau sekali melihat saja, engkau telah mengetahui bahwa aku tengah berusaha mengobati pemuda itu. Bukankah dengan demikian engkau sangat cerdik dan juga sangat tajam sekali matamu?”

Si gadis tersenyum, girang hatinya mendengar pujian tersebut, dia bilang: “Ya, semua ini berkat pengajaran dari guruku!”

“Siapa gurumu?” tanya Oey Yok Su.

“Itu rahasiaku, kau tidak boleh tahu!” menyahuti si gadis dengan manja.

Oey Yok Su mendongkol lagi.

“Jangan main-main……!” katanya.

“Siapa yang ingin main-main dengan aku? Bukankah sudah sepantasnya orang setua engkau kuhormati, tidak berani aku main-main dan bersikap kurang ajar……!”

“Mengapa engkau tidak mau menjelaskan siapa gurumu dan siapa namamu?!” kata Oey Yok Su.

“Itu hakku, bukankah engkau tidak bisa memaksa aku buat memberitahukan siapa guruku dan siapa namaku?”

Oey Yok Su berobah mukanya.

“Aku akan memaksa kau memberitahukan siapa gurumu dan siapa namamu?” katanya mengancam.

“Hemmm, tidak mudah! Paling tidak dengan kepandaianmu, kau cuma bisa membunuhku! Tapi kau jangan mimpi bisa mendesak dan memaksa aku memberitahukan siapa guruku dan siapa namaku!”

“Tapi aku akan memaksamu!”

Setelah berkata begitu, tubuh Oey Yok Su telah bergerak sangat gesit sekali, sehingga tidak bisa dilihat dengan pandangan mata tahu-tahu dia telah berada di samping si gadis.

Kam Lian Cu sendiri kagum bukan main melihat gin-kang Oey Yok Su, karena tahu-tahu jago tua itu telah berada di sampingnya.

Sesungguhnya Kam Lian Cu tengah merasa gentar dan jeri berurusan dengan Oey Yok Su, yang diketahuinya memiliki adat yang sangat ku-koay sekali.

Tapi sebagai seorang gadis yang cerdas, segera juga ia mengetahui, seseorang yang memiliki adat sangat aneh, jelas harus dihadapi dengan sikap yang ku-koay pula. Karena itu, dia sengaja membawa lagak seperti itu, buat menghadapi Oey Yok Su.

Sekarang melihat Oey Yok Su hendak memaksa dirinya agar memberitahukan nama gurunya dan namanya sendiri, dan Oey Yok Su dengan begitu lincah tahu-tahu telah berada di dekatnya, tanpa Kam Lian Cu melihat jelas gerakannya, membuat si gadis tercekat hatinya.

Dan belum lagi si gadis sempat berkata apa-apa, justeru Oey Yok Su telah berkata dengan suara yang dingin.

“Rebahlah!” Dan jari tangan Oey Yok Su telah bergerak menotoknya. Tidak ampun lagi tubuh Kam Lian Cu terjungkal rubuh tidak bisa bergerak.

“Ohh, kau orang tua tidak tahu malu!” teriak Kam Lian Cu.

Walaupun dia dalam keadaan tertotok, akan tetapi dia tidak tertotok pada jalan darah Ah-hiat atau jalan darah gagunya, sehingga dia bisa berseru seperti itu. Dia cuma tertotok pada jalan darah kakunya belaka, menyebabkan dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Oey Yok Su tertawa dingin.

“Hemmm, tidak tahu malu? Aku tidak tahu malu? Kau buktikan, apa saja yang kulakukan sehingga engkau menyebutku sebagai manusia tidak tahu malu?!”

Kam Lian Cu sengit sekali bilang: “Hemm, tua bangka tidak tahu malu! Bukankah dengan merubuhkan seorang golongan muda seperti aku, dengan mengandalkan kepandaian buat menghina golongan muda seperti aku, terlebih lagi seorang gadis yang tidak berdaya, engkau merupakan seorang jago tua yang tidak tahu malu?!”

Muka Oey Yok Su dingin sekali.

“Aku tidak perduli apakah orang akan menyebutku si tua yang tidak tahu malu atau bukan, tapi yang jelas, aku akan memaksa engkau bicara yang jujur. Aku akan memaksa engkau, akan mengajari engkau, agar lain kali janganlah jadi si bocah setan yang nakal, yang main belit-belit jika bicara!”

Kam Lian Cu tercekat hatinya. Ia kaget mendengar perkataan Oey Yok Su itu.

“Apa yang ingin engkau katakan dan lakukan padaku?!” tanya Kam Lian Cu kemudian.

Oey Yok Su tertawa dingin.

“Aku akan memaksa engkau agar mau bicara dengan jujur, dengan cara apapun juga……!” kata Oey Yok Su kemudian.

Kam Lian Cu jadi mengeluarkan keringat dingin. Memang Oey Yok Su seorang yang memiliki perangai sangat ku-koay, maka apa pun dapat dilakukannya.

Karena itu, kalau sampai memang dia menurunkan tangannya, berarti Kam Lian Cu akan menderita. Yang membuat dia lebih kaget lagi ketika mendengar Oey Yok Su berkata:

“Aku akan membuka seluruh pakaianmu! Setiap kali aku bertanya engkau tidak mau menjawab, maka aku akan membuka sepotong bajumu! Begitu seterusnya, setiap satu jawaban yang tidak mau kau berikan, aku akan melepaskan sepotong pakaianmu!”

Kam Lian Cu mengeluarkan seruan kaget. Inilah hebat.

Dia memang tidak takut untuk disiksa. Menghadapi lawan tangguh, dia pun tidak jeri untuk menemui kematian. Tapi jika ingin ditelanjangi seperti itu, tentu saja dia jadi gentar dan ketakutan bukan main.

“Manusia rendah! Manusia rendah!” memaki Kam Lian Cu kalang kabutan. “Apakah dengan perbuatan seperti itu engkau bisa mengangkat mukamu sebagai seorang tokoh sakti dalam rimba persilatan?!”

Oey Yok Su tertawa dingin.

“Aku tidak perlu muka terang atau muka gelap! Apa yang ingin kulakukan pasti kulakukan!” katanya dengan tawar. “Kau tidak perlu memaki-makiku, karena jika aku naik darah, hemmm, hukuman yang kau terima tentu jauh lebih berat lagi.....!”

Mendengar ancaman Oey Yok Su seperti itu, Kam Lian Cu jadi terdiam. Dia memutar otaknya, berusaha mencari akal, untuk dapat menghadapi Oey Yok Su, si tua ku-koay itu.

Sedangkan Oey Yok Su telah berkata. “Sekarang kita mulai setiap pertanyaan harus kau jawab. Jika memang tidak, aku akan segera melepaskan sepotong pakaianmu. Begitu juga selanjutnya!”

Kam Lian Cu diam saja.

Sedangkan Oey Yok Su telah berkata lagi. “Siapa namamu?!”

Kam Lian Cu menyahuti. “Engkau tidak perlu tahu!”

“Hemmmm, kalau begitu, sekarang giliran potongan pakaianmu yang pertama kubuka!”

Sambil berkata begitu, tampak Oey Yok Su mengulurkan tangannya buat membuka baju di sebelah atas dari Kam Lian Cu.

Kam Lian Cu jadi gugup.

“Tunggu dulu, hentikan!” kata Kam Lian Cu dengan suara berteriak.

Oey Yok Su tertawa dingin.

“Hemm, sudah kukatakan, jika memang engkau tidak mau menjawab pertanyaanku, aku akan melepaskan sepotong pakaianmu, dan juga pada pertanyaan berikutnya!”

“Tapi aku telah menjawab pertanyaanmu itu!” kata Kam Lian Cu kemudian dengan suara yang nyaring.

“Menjawab? Kau telah menjawab?!” tanya Oey Yok Su sambil memandang dengan mata yang terbeliak lebar-lebar.

Sedangkan pada waktu itu terlihat betapa Kam Lian Cu tersenyum memperoleh kemenangan.

“Bukan tadi kau sendiri yang mengatakan, bahwa jika kau mengajukan pertanyaan dan aku tidak menyahuti, maka kau akan membuka sepotong pakaianku?!”

“Benar!” Oey Yok Su mengangguk.

“Lalu, setelah aku menyahuti pertanyaanmu, mengapa engkau masih hendak melepaskan sepotong pakaianku!?”tanya Kam Lian Cu.

“Kau telah menjawab pertanyaanku?!” tanya Oey Yok Su dengan mata terbeliak. “Ohh, setan busuk, kau jangan coba-coba mempermainkan diriku!”

“Aku tidak bermaksud mempermainkan dirimu, aku benar-benar telah menyahuti! Tadi engkau bertanya dan aku telah menyahuti: “Kau tidak perlu tahu! Bukankah itu sudah berarti aku memberikan jawaban, yang kau inginkan?!”

Oey Yok Su terdiam sejenak. Dia mengakui, inilah disebabkan ketidak telitiannya.

Maka akhirnya dia bilang: “Jawaban yang ku inginkan adalah jawaban yang benar. Jika memang engkau menjawabnya dengan tidak bersungguh-sungguh, kuanggap engkau tidak memberikan jawaban, dan hukuman itu akan kulaksanakan

Kam Lian Cu jadi tambah gugup. Jika memang nanti Oey Yok Su membuktikan ancamannya, tentu dia akan menderita malu yang luar biasa. Karena itu, dia terdiam saja, sedangkan matanya memandang sekelilingnya, dia berusaha mencari akal.

Melihat lagak si gadis, Oey Yok Su tertawa dingin.

“Hemmm, engkau tidak perlu mengharap dapat mencari akal untuk meloloskan diri dari tangan Tong-shia……! Kau harus menjawabnya pertanyaanku dengan benar. Sekali lagi engkau main-main, aku tidak akan memperdulikan lagi kata-katamu!”

Setelah berkata begitu, dengan memperlihatkan sikap sungguh-sungguh, tampak Oey Yok Su bertanya lagi: “Siapa namamu?!”

Kam Lian Cu telah terdiam beberapa saat, kemudian dia bilang: “Aku she Kam…….!”

“Aku tidak tanya she mu........ aku tanya siapa namamu?!” tanya Oey Yok Su lagi.

“Aku…… aku…….” Kam Lian Cu tidak segera menyahuti. Tampaknya dia bimbang, tapi biarpun hatinya mendongkol, dia ngeri dan takut sekali, kalau-kalau Oey Yok Su membuktikan ancamannya tersebut.

“Cepat katakan, atau memang perlu sepotong pakaianmu itu dicopotkan.....?!” tanya Oey Yok Su.

Muka Kam Lian Cu berobah memerah, dia bilang: “Aku bernama Kam Lian Cu……!”

“Bagus! Begitulah kau harus menjawab setiap pertanyaanku!” kata Oey Yok Su.

Sedangkan Kam Lian Cu sengit sekali berkata: “Tapi aku bisa saja memberikan jawaban palsu kepadamu!”

“Aku akan mengetahuinya jika memang kau memberikan jawaban palsu padaku, karena itu, tanpa tawar menawar lagi, begitu aku mengetahui engkau mendustai aku, segera aku akan membuka sepotong pakaianmu! Karenanya engkau jangan bermimpi coba-coba untuk mendustai aku…….!”

Kam Lian Cu jadi bingung bukan main, karena ia mengetahui Oey Yok Su memang bukan orang sembarangan.

“Siapa nama gurumu?!” tanya Oey Yok Su lagi.

Waktu itu tidak diperhatikannya sikap si gadis yang gugup sekali. Dia mengajukan pertanyaannya dengan sikap seenaknya.

“Guruku?!”

“Ya, siapa gurumu? Siapa namanya?!”

“Dia adalah ayahku!”

“Namanya?!” bentak Oey Yok Su.

“Namanya?!”

“Ya...... atau memang engkau menginginkan aku membuka sepotong pakaianmu, dengan pura-pura memperpanjang dan mengulur-ulur waktu seperti itu?!” mengancam Oey Yok Su.

“Dia…… dia bernama Kam Cu Ie……!” menyahuti Kam Lian Cu kemudian.

“Kam Cu Ie?!” Oey Yok Su mengerutkan sepasang alisnya, mengawasi si gadis beberapa saat.

Waktu itu tampak Kam Lian Cu mengangguk.

“Ya, guruku adalah ayahku. Ayahku bernama Kam Cu Ie……!” kata si gadis.

“Apakah Kam Cu Ie, si tua bangka dari Barat daya yang terkenal sebagai Siucai pemabokan?!”

Kam Lian Cu girang, dia mengangguk dengan segera.

“Benar! Apakah kau kenal dengan ayahku?!” tanya Kam Lian Cu penuh harap, karena jika saja Oey Yok Su kenal dengan ayahnya, dengan memandang muka terang ayahnya niscaya dia tidak akan dipermainkan Oey Yok Su lagi, dia akan dibebaskan.

“Cissss!” Tiba-tiba sekali Oey Yok Su meludah dan sikapnya dingin sekali, sehingga Kam Lian Cu jadi memandang bengong kepada Oey Yok Su.

“Kenal ayahmu? Hemm, melihat tampangnya saja belum pernah! Apakah sebangsa manusia seperti ia pantas menjadi kenalanku? Apakah manusia seperti dia memang pantas untuk menjadi orang yang diperhatikan olehku? Cissss, kenalpun tidak!”

Kembali satu kali Oey Yok Su meludah, bahkan waktu dia meludah diperhatikannya sikap yang memandang hina dan rendah!

Bukan main sakit hati Kam Lian Cu, dia jadi kalap dan nekad, malah dia membentak:

“Ayahku pun tidak kesudian berkenalan dengan seorang manusia jadi-jadian seperti engkau yang memiliki adat seperti adat setan penasaran!” Makinya.

“Apa?” melompat Oey Yok Su dari duduknya mendengar perkataan dan makian dari si gadis, mukanya merah padam, matanya terpentang lebar memancarkan hawa kemarahan.

Dialah seorang tokoh rimba persilatan yang sakti dan disegani oleh seluruh orang rimba persilatan. Tapi sekarang dia dimaki seperti itu oleh Kam Lian Cu, tentu saja darahnya jadi meluap mendidih. Dia telah memandang bengis.

Kam Lian Cu yang telah memaki karena kalap dan lupa akan dirinya disebabkan amarahnya mendengar ayahnya dihina. Sekarang melihat sikap Oey Yok Su, jadi menggidik.

Dia teringat bahwa Oey Yok Su ini seorang yang ku-koay. Dia gentar melihat sinar mata si kakek yang menyala bengis seperti itu.

“Apa yang kau bilang tadi?” tanya Oey Yok Su dengan suara yang nyaring.

Kam Lian Cu diam saja.

“Jawab! Jika engkau tidak menjawab, mulutmu akan kurobek!” ancam Oey Yok Su.

Menggigil tubuh Kam Lian Cu karena perasaan gentar! Ia mengetahui Oey Yok Su jika mengancam tentunya bukan ancaman kosong belaka.

Dia bisa saja memenuhi ancamannya itu, dan akan membuktikannya. Kalau sampai mulutnya dirobek, bukankah itu merupakan bencana terburuk buat seumur hidupnya?

“Aku……, aku....... aku tidak bermaksud menghinamu, jika memang engkau tidat menghina ayahku!” menyahuti si gadis kemudian dengan gugup.

Oey Yok Su berangsur-angsur berobah jadi tenang kembali. Wajahnya pun tidak memperlihatkan sikap bengis seperti tadi, karena perlahan-lahan amarahnya telah menurun kembali.

Dia pun teringat kepada puterinya sendiri, Oey Yong. Dia berpikir, sebagai seorang gadis, yang ayahnya dihina, tentu saja si gadis lupa diri.

Mungkin jika urusan itu terjadi pada diri Oey Yong, di mana Kam Lian Cu diganti sebagai Oey Yong, malah Oey Yong bisa-bisa memaki kalang kabutan karena nekad.

Karena teringat akan puterinya, berangsur kemarahan Oey Yok Su jadi menurun.

Walaupun dia memang seorang ku-koay, akan tetapi disebabkan usianya yang memang telah meningkat semakin tua, dia jadi jauh lebih sabar dibandingkan dulu-dulu.

Dulu jika dia tidak senang, murid-muridnya saja bisa dibikin bercacad semuanya. Hanya disebabkan Bwee Tiauw Hong berdua dengan suaminya telah mencuri kitabnya, dia juga telah mematahkan seluruh kaki dari muridnya.

Bahkan Oey Yok Su telah melakukan pencarian dan pengejaran pada Bwee Tiauw Hong, yang ketakutan setengah mati kalau-kalau sampai terkejar oleh gurunya.

Sekarang si gadis justeru tampaknya tidak merasa takut pada Oey Yok Su. Bahkan juga tampaknya memang ia tidak jeri untuk menentang kata-kata Oey Yok Su.

Tentu saja hal ini membuat Oey Yok Su benar-benar jadi mendongkol. Tapi dengan sifatnya yang ku-koay, ia malah jadi menyukai juga gadis ini.

Ia tidak bermaksud untuk menganiaya. Karena ia beranggapan gadis ini memang gagah dengan sikapnya dan juga berani sekali, patut dihargai sifatnya yang gagah itu.

Oey Yok Su menghela napas, kemudian dia memandang kepada si gadis. Dia telah bilang: “Baiklah, jika dengan tidak memperdulikan keselamatan jiwamu, kau ingin membalas perasaan tidak senangmu itu dengan memakiku. Hemmm, berarti tidak ada jalan lain lagi kau akan mati karenanya!”

Si gadis she Kam jadi terdiam beberapa saat. Betapapun juga memang Oey Yok Su seorang yang ku-koay sekali. Dengan demikian tentu saja membuat dia jadi putus asa.

Dan akhirnya berobah jadi tenang. “Baiklah! Dari pada aku mati di tangannya dengan percuma, lebih baik jika aku memakinya dulu!”

Karena berpikir begitu, segera juga tampak Kam Lian Cu telah membuka mulutnya, memaki:

“Baiklah, kau ingin membunuhku, bunuhlah. Aku tidak akan gentar menghadapi kematian, tapi kau sebangsa manusia pengecut, kau yang hanya pandai menghina manusia dari golongan muda yang tidak berdaya.....

“Kau akan menjadi bahan tertawaan dari orang orang gagah dalam rimba persilatan! Kecewa kau memiliki nama besar jika memang kau hanya pandai menghina orang yang tidak berdaya!”

Muka Oey Yok Su merah.

“Siapa yang kau anggap pantas menjadi lawanku?” tanya Oey Yok Su dengan suara yang dingin. “Apakah ayahmu?”

Kam Lian Cu tertawa dingin.

“Hemmmmm..... banyak orang bisa menjadi tandinganmu! Walaupun seorang yang memiliki tingkat lebih rendah dari kau, tapi jika memang bertempur aecara jujur, tentu akan dapat menghadapi dirimu dengan sebaik-baiknya……. sayangnya justeru engkau seringkali melakukan hal-hal yang sangat memalukan dan curang sekali untuk merebut kemenangan.......!”

Merah muka Oey Yok Su.

“Kau jangan menuduh sembarangan…...!” katanya sengit.

“Aku bukan menuduh, itu kenyataan!”

“Siapa yang pernah mengalami hal itu dariku?!” bentak Oey Yok Su, “Jika memang engkau tidak dapat memberikan bukti, maka engkau akan kusiksa hebat......!”

“Kau ingin bukti?” tanya si gadis she Kam tersebut tertawa dingin.

Muka Oey Yok Su tampak dingin sekali, dengan suara yang tawar ia bilang: “Ya, jika engkau tidak dapat memberikan bukti, maka ke dua kakimu akan kupatahkan!”

Waktu berkata begitu bengis bukan main sikap Oey Yok Su. Ko Tie yang mendengar suara Oey Yok Su sampai menggigil karena ia tergetar hatinya dan menguatirkan akan diri gadis she Kam tersebut.

“Gampang, aku memiliki bukti yang tidak mungkin kau bisa sangkal!” menyahuti Kam Lian Cu dengan suara yang dingin, sikapnya tabah sekali.

“Katakan!” bentak Oey Yok Su.

“Hemmm, sekarang saja sudah ada buktinya!” kata Kam Lian Cu dengan tawar.

“Apa?” mata Oey Yok Su terpentang lebar-lebar, namun akhirnya tampak wajahnya muram.

“Akulah sebagai bukti nyata, karena aku orang yang mengalami betapa engkau perlakukan tidak baik!” Begitulah kata Kam Lian Cu dengan suara yang tawar.

Oey Yok Su tidak bilang apa-apa lagi wajahnya muram. Dia mengangkat kepalanya, memandang kepada langit, kemudian dia bersenandung dengan suara yang perlahan:

“Hujan salju turun tipis sekali,
dan mendung tebal telah menyelimuti bumi……!”

Sambil bersenandung begitu, dia melangkah perlahan akan meninggalkan tempat tersebut.

“Heei tunggu dulu……!” teriak Kam Lian Cu nyaring.

Oey Yok Su menoleh tanpa mengatakan apa-apa.

“Kau belum menyembuhkan luka dia.....!” Bilang Kam Lian Cu sambil memonyongkan mulutnya kepada Ko Tie yang masih rebah di atas tanah.

Oey Yok Su tidak menyahuti, dia telah kembali melangkah buat pergi meninggalkan tempat tersebut. Suara senandungnya terdengar sangat samar.

Dikala itu Kam Lian Cu jadi mendongkol sekali.

“Engkaulah seorang manusia tidak tahu diri, karena telah melakukan sesuatu hanya setengah jalan dan benar-benar tidak tahu malu!” teriak si gadis.

Oey Yok Su seperti tidak mendengarnya, sebentar saja ia telah lenyap dari pandangan mata.

Kam Lian Cu jadi gugup, karena dia dalam keadaan tertotok, sedangkan Ko Tie rebah dalam keadaan tidak berdaya.

Waktu itu, Ko Tie telah mengawasi si gadis, perlahan-lahan bibirnya tersenyum! Ia merasa lucu dan geli melihat gadis she Kam ini berhasil menghadapi Oey Yok Su, mempermainkannya.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Kam Lian Cu kemudian sambil tersenyum juga.

“Tidak apa-apa……. mungkin juga benar apa yang dilakukan Oey Yok Su tadi merupakan suatu cara pengobatan buat diriku...... karena sekarang aku merasakan betapa napasku telah dapat berjalan lancar dan lurus kembali.

Kam Lian Cu mengangguk dan berkata dengan suara yang perlahan: “Dia sesungguhnya tidak bermaksud buruk padaku.....”

“Tapi kita dalam keadaan tidak berdaya. Kau dalam keadaan tertotok, sedangkan aku dalam keadaan tidak berdaya.....!” kata Ko Tie kemudian.

“Ya...... itulah yang mempersulit kita……!” kata Kam Lian Cu.

“Hemmm...... jika memang demikian halnya baiklah. Jika kita berdiam saja beberapa saat, karena tidak lama lagi tentu totokannya pada tubuhku akan segera terbuka dengan sendirinya setelah lewat beberapa saat!”

Ko Tie mengangguk.

Tapi bersamaan dengan dia mengangguk waktu itu terdengar suara yang samar sekali. suara yang aneh terdengar di kejauhan. Kemudian suara itu lenyap.

“Suara apa itu?” kata Kam Lian Cu dengan wajah memperlihatkan perasaan heran.

“Entah.....!” menyahuti Ko Tie.

“Suara itu aneh sekali, apakah Oey Yok Su yang berseru seperti itu?!”

“Kukira bukan.....!” menyahuti Ko Tie.

Begitulah, mereka telah terdiam lagi.

Suara aneh itu terdengar lagi semakin dekat juga.

Aneh sekali suara tersebut, karena seperti suara lolong serigala, tapi juga seperti pekik seorang bayi.

Dikala itu Ko Tie telah memandang kepada Kam Lian Cu katanya: “Kukira telah mendatangi seseorang yang agak luar biasa ke tempat ini, nona Kam.....!”

Kam Lian Cu mengangguk.

“Kukira juga begitu.....!”

Baru saja Kam Lian Cu berkata sampai di situ, justeru terlihat sesosok tubuh mendatangi cepat sekali, gesit bukan main gerakannya, tubuhnya begitu ringan.

Kam Lian Cu dan Ko Tie mengawasinya. Mereka melihat yang baru muncul itu bukan seorang manusia. Melainkan seekor kera yang tinggi besar. Kera raksasa itu, yang setinggi manusia dewasa, yang mulutnya menyeringai, selalu mengeluarkan bunyi yang aneh.

Yang luar biasa, justeru tubuh kera itu, yang kurus memanjang ke atas, dapat bergerak begitu lincah dan gesit sekali, seakan juga seorang ahli gin-kang yang mahir sekali.

Kam Lian Cu dan Ko Tie saling pandang dengan hati berdebar, karena mereka kuatir kera itu akan menganiaya mereka di saat mereka dalam keadaan tidak berdaya.

Kera tersebut telah berseru nyaring lagi, dia menari-nari beberapa saat, di mana ia telah berusaha mengelilingi Kam Lian Cu, seakan juga ia tengah menemukan sesuatu yang menggembirakan hatinya.

Suara pekikannya juga terdengar berulang kali.

Tapi suatu saat, ketika ia melihat Ko Tie yang menggeletak tidak jauh dari tempat itu, mendadak saja ia mengeluarkan suara pekik yang menyeramkan. Matanya mendelik bengis.

Ko Tie terkejut. Sinar mata yang buas memperlihatkan kera itu tidak bermaksud baik padanya.

Kera itu juga telah melompat ke dekatnya menghampiri dengan sikap mengancam. Mulut kera itu mengeluarkan suara pekik yang menyeramkan.

Di antara keadaan yang hening mengerikan yang menegangkan itu, Ko Tie berusaha memutar otaknya mencari akal, karena ia bermaksud untuk dapat berusaha menghindar dari keganasan kera itu.

Sedangkan kera tersebut telah menghampiri dekat sekali. Matanya masih memandang buas. Ia pun memperdengarkan suata yang mengerikan sekali.

Ko Tie menghela napas.

Jika memang kera itu mengkoyak-koyak tubuhnya, habislah dia!

Kam Lian Cu pun jadi berkuatir bukan main. Dilihat lagaknya, tampaknya kera itu walaupun memang terlihat begitu aneh dan luar biasa, bisa bergerak sangat lincah, iapun tampaknya buas sekali.

Kam Lian Cu kuatir kalau-kalau kera itu akan mengkoyak tubuh Ko Tie.

Akhirnya, untuk memancing perhatian kera tersebut, Kam Lian Cu sengaja mengeluarkan jeritan.

Benar saja. Kera itu menoleh. Ia pun malah telah melompat ke dekat Kam Lian Cu.

Bola matanya memain tidak hentinya, tampaknya ia tengah memperhatikan Kam Lian Cu dengan teliti, karena dia heran si gadis mengeluarkan suara jeritan.

Tapi setelah memperhatikan sekian lamanya, ia akhirnya mengeluarkan suara pekik yang nyaring sekali. dia rupanya segera tahu bahwa tidak ada sesuatu yang menguatirkan pada Kam Lian Cu.

Cepat sekali ia kembali kepada Ko Tie.

Ko Tie mengeluh.

Kali ini memang tampaknya ia tidak mungkin lolos dari kebuasan kera itu.

Bulu kera tersebut berwarna kuning keemas-emasan. Mungkin juga dia seekor kera yang selama ini terkenal sebagai Kim Go, Kera Emas. Dan Ko Tie mengetahui bahwa Kim Go memang memiliki kecerdikan seperti seorang manusia.

Jika sampai kera ini, Kim Go, bermaksud untuk mengkoyak tubuhnya, dia dalam keadaan tidak berdaya.

Kam Lian Cu pun tidak berdaya, ia tengah rebah karena dalam keadaan tertotok.

Kim Go, atau kera berbulu emas itu, telah mengeluarkan pekikan. Dengan kaki kanannya, tahu-tahu dia mendorong tubuh Ko Tie, segera terbalik dan terlentang.

Hati Ko Tie berdebar. Menghadapi binatang buas ini benar-benar membuatnya jadi gentar juga, terlebih lagi dalam keadaan tidak berdaya seperti itu.

Jika saja, memang di waktu itu ia tidak dalam keadaan terluka parah dan tidak berdaya, niscaya ia akan dapat menghadapi Kim Go itu.

Di kala itu Ko Tie berusaha untuk mengendalikan perasaannya. Dia memandang kera itu dengan sikap yang diusahakan setenang mungkin.

Ko Tie menyadari, jika saja ia melakukan suatu gerakan, walaupun gerakan yang sangat perlahan, niscaya akan menyebabkan kera itu segera akan mencabik-cabik tubuhnya.

Karena Ko Tie telah berdiam diri saja, dia berdiam dengan hati tergoncang.

Kam Liang Cu kembali mengeluarkan suara seruan nyaring buat memancing perhatian kera itu.

Namun Kim Go cuma menoleh sejenak. Dia sama sekali tidak menghampiri Kam Lian Cu lagi, karena dia tahu bahwa gadis itu hanya berseru tapi tidak dapat menggerakkan tubuhnya.

Perlahan-lahan, sepasang tangannya yang terjuntai panjang itu, telah diulurkannya. Dia telah mengangkat tubuh Ko Tie.

Ko Tie berdebar-debar juga. Dia tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh kera itu. Atau memang tubuhnya yang akan dikoyak-koyaknya?

Karena Ko Tie berdiam diri saja, berdiam terus sampai sekian lama, di mana tubuhnya telah diangkat tinggi sekali oleh Kim Go. Dan Tiba-tiba tubuh Ko Tie dilontarkannya ke tengah udara tinggi sekali.

Kuat tenaga Kim Go, karena dia bisa melontarkan Ko Tie setinggi empat tombak lebih.

Ko Tie mengeluh.

Dia tengah keadaan terluka di dalam yang belum lagi sembuh. Sekarang dia dilemparkan dan akan terbanting di tanah dari ketinggian seperti itu. Niscaya akan membuatnya terluka yang lebih berat lagi.

Tubuh Ko Tie meluncur turun cepat sekali. Sedangkan Kam Lian Cu mengeluarkan suara seruan tertahan menyaksikan itu.

Kim Go mengeluarkan suara aneh. Dan tampak ia telah melesat gesit sekali.

Begitu tubuh Ko Tie meluncur jatuh di tanah, terbanting keras, Kim Go telah mengangkatnya lagi, melontarkannya lagi dengan sama kuatnya.

Waktu terbanting, Ko Tie merasakan pandangan matanya berkunang-kunang. Ia menderita kesakitan yang tidak terkira.

Sekarang dia dilontarkan kembali. Dengan ketinggian yang begitu tinggi, sehingga membuatnya benar-benar jadi mengeluh, sebab tubuhnya akan terbanting pula keras di tanah.

Kam Lian Cu berulang kali menjerit untuk memancing perhatian kera tersebut.

Tapi kera itu tidak mau menoleh lagi kepadanya, asyik tengah mempermainkan Ko Tie yang dilontarkan ke tengah udara terbanting di tanah berulang kali pula.

Kam Lian Cu jadi bingung bukan main. Dia menyesal tubuhnya dalam keadaan tertotok tidak bisa bergerak.

Jika saja dia tidak dalam keadaan tertotok, niscaya dia bisa menghadapi kera itu dengan sebaik-baiknya. Justeru dia tengah tertotok, membuatnya tidak berdaya untuk menolongi Ko Tie.

Ko Tie merasakan pandangan matanya gelap ketika pada kelima kalinya ia dibanting di tanah oleh lontaran yang kuat dari Kim Go, dia mengeluh.

Dan di waktu itu, ia pun telah merasakan jantungnya seperti berdegup sangat keras. Ia hampir tidak sadarkan diri, masih sempat didengarnya pekik Kim Go yang sangat keras sekali.

Dikala itu, Kim Go tak mengangkat tubuhnya tidak melontarkan lagi. Cuma tangan kanan nya, yang panjang dan berbulu itu meluncur menghantam sangat kuat dada Ko Tie.

“Bukk……!” Dunia seperti terbalik. Ko Tie merasakan sakit yang tidak kepalang, dan dia pingsan tidak sadarkan diri.

Kam Lian Cu mengeluarkan jeritan kaget dan berkuatir sekali terhadap nasib Ko Tie.

Kim Go mengeluarkan seruan yang aneh, dia telah duduk disamping Ko Tie. Sepasang tangannya yang panjang itu digerakkan berulang kali, terdengar suara:

“Bukk, bukk, bukk!”

Kam Lian Cu memandang dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar, karena dia menyaksikan bagaimana sepasang tangan Kim Go telah berulang kali menghantam dada Ko Tie.

Ko Tie sendiri tidak sadarkan diri, dalam keadaan pingsan dia tidak merasakan siksaan itu.

Hanya Kam Lian Cu yang justeru jadi seperti merasakan sakit bukan main. Setiap kali tangan Kim Go menghantam dada Ko Tie, karena suara pukulan itu sangat nyaring sekali.

Kim Go telah memukul terus, sampat akhirnya dia mengeluarkan suara puas.

Kam Lian Cu melompat berdiri, dan sekarang melompat-lompat menghampirinya.

Hati Kam Lian Cu berdebar, karena ia menduga tentunya Kim Go akan menyiksa dirinya, sama halnya seperti ia menyiksa Ko Tie tadi.

Kim Go telah berada di dekatnya. Matanya mengerikan sekali. Sepasang tangannya yang sangat panjang itu terjuntai turun ke bawah mendekat tanah.

Kam Lian Cu mengeluh.

Kalau saja dia tidak dalam keadaan tertotok seperti saat itu, tentu si gadis akan dapat memberikan perlawanan dan melumpuhkan kera itu.

Cuma saja sekarang dia dalam keadaan tertotok. Jangankan memberikan perlawanan kepada kera itu, sedangkan untuk menggerakkan tubuhnya saja dia tidak dapat.

Dan Kam Lian Cu cuma bisa pasrah untuk menyerahkan nasibnya belaka di mana iapun akan menjadi permainan dari kera itu.

Kim Go berdiri beberapa saat di dekat Kam Lian Cu. Mulutnya tidak hentinya mengeluarkan suara aneh yang perlahan. Sikapnya seperti tengah kegirangan, seperti memperoleh sesuatu yang sangat menarik dan memuaskan hatinya.

Kemudian Kim Go malah duduk di samping Kam Lian Cu. Dia mengawasi terus seakan juga ia tengah menghadapi barang yang aneh baginya, tapi juga sangat menggembirakan hatinya. Napasnya juga mendengus agak nyaring, membuat Kam Lian Cu bartambah ngeri saja.

Sepasang tangan Kim Go tahu-tahu telah diulurkan ke dada Kam Lian Cu. Sikapnya benar-benar seperti seorang laki-laki ceriwis yang melihat gadis cantik.

Kam Lian Cu kaget.

Ia tidak menyangka seekor kera bisa berlaku segenit itu. Ia sampai menjerit nyaring.

Kera itu jadi kaget, sampai terlompat berdiri dan mundur ke belakang mengawasi Kam Lian Cu.

Tapi ketika ia melihat Kam Lian Cu tidak bisa bergerak, ia mengeluarkan suara aneh.

Kam Lian Cu berdebar keras hatinya. Ia melihat kera itu perlahan-lahan melangkah menghampirinya. Setelah dekat, kera itu duduk lagi di samping Kam Lian Cu, sepasang tangannya diulurkan.

Kam Lian Cu memejamkan matanya.

Ternyata kera itu telah mengusap perut Kam Lian Cu. Si gadis mengggidik tidak terkira, ia menjerit sekuat suaranya.

Tapi sekarang ini kera itu tidak kaget, dia tidak melompat seperti tadi.

Malah tangan kanannya meremas dada Kam Lian Cu.

Bukan main ketakutan Kam Lian Cu. Dia seakan hendak menangis menghadapi keadaan seperti ini.

Kera itu kesenangan, ia mengeluarkan suara yang aneh sekali. Sambil sepasang tangannya terus juga merabah dan meremas-remas tubuh si gadis,

Kam Lian Cu hampir pingsan karena perasaan takut, ngeri dan juga marah. Dia dalam keadaan tidak berdaya dipermainkan oleh kera itu.

Dan hati si gadis jadi mendongkol kepada Oey Yok Su yang telah menotoknya. Semua penyesalan ditumpahkannya kepada Oey Yok Su. Gara-gara Oey Yok Su telah membuatnya jadi tidak berdaya dipermainkan seekor kera seperti itu.

Waktu itu kera tersebut sambil mengeluarkan suara aneh, telah menarik robek baju bagian atas tubuh Kam Lian Cu.

Kembali Kam Lian Cu menjerit,

Inilah ancaman yang mengerikan. Kam Lian Cu segera dapat menerka apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh kera itu.

Tentunya kera tersebut tertarik sekali melihat gadis cantik ini, dan ia terangsang, ia hendak memperkosa si gadis. Sungguh ancaman yang mengerikan dan hampir membuat Kam Lian Cu menangis karena saking ketakutan.

Di waktu itu terlihat, betapapun juga, memang Kam Lian Cu berusaha untuk dapat mempertahankan diri. Dia membuka matanya mengawasi kera itu.

Sedangkan kera tersebut, dengan sepasang mata yang sangat mengerikan, telah memandangnya buas sekali.

Tangan kera itu juga telah merobek terus baju di bagian atas tubuh Kam Lian Cu. Benar-benar keadaan si gadis terancam sekali.

Y

Ko Tie merasakan kepalanya berdenyut sakit. Ia pun merasakan betapa tubuhnya sakit bukan main.

Ketika dia membuka matanya, dia segera teringat apa yang telah terjadi, yaitu dia disiksa oleh seekor kera yang setinggi manusia dewasa.

Dia segera berpaling, dan menyaksikan apa yang tengah dilakukan kera itu terhadap Kam Lian Cu, yaitu tengah membuka dengan paksa baju bagian atas tubuh Kam Lian Cu.

Bukan main marahnya Ko Tie, darahnya meluap seakan hendak meledakkan dadanya.

Di antara keadaan seperti tengah bermimpi itu, Ko Tie berusaha menggerakkan tangannya.

Tidak berhasil. Ia tidak bisa menggerakkan tangannya. Malah telah membuat dia menderita kesakitan yang sangat hebat.

Dikala itu terlihat kera itu sudah tidak memperdulikan keadaan sekelilingnya. Sepasang tangannya tengah sibuk sekali buat membuka pakaian Kam Lian Cu.

Semakin lama, semakin melihat tubuh si gadis yang begitu putih karena pakaiannya telah dikoyak dan dibuka dengan paksa, membuat kera itu semakin buas saja.

Kam Lian Cu hampir menangis. Dan waktu itu kera yang tinggi besar tersebut telah bermaksud membuka juga gaun bawah si gadis dengan cara paksa.

Ko Tie mengeluh di dalam hatinya, karena dia tidak berdaya untuk menolongi si gadis.

Dia memejamkan matanya. Ko Tie tidak akan sanggup menyaksikan apa yang akan dilakukan kera itu.

Waktu itulah, Kam Lian Cu tiba-tiba merasakan jalan darahnya beredar kembali seperti biasa, dan juga dia bisa menggerakkan tangannya, karena totokan Oey Yok Su telah terbuka.

Tidak memikir dua kali, dia telah menggerakkan tenaga dalamnya pada tangannya, dan menghantam dengan telak.

“Bukkkk!” Dada kera itu kena dihantamnya dengan kuat sekali, sehingga kera itu terguling-guling di tanah sambil mengeluarkan suara jerit kesakitan.

Kam Lian Cu melompat berdiri. Dia tidak memperdulikan bagian atas anggota tubuhnya tidak berpenutup. Dia menggerakkan tangannya lagi, dalam sekejap mata telah mencekal pedangnya dan menikam ke perut kera itu.

Kera tersebut bergerak gesit. Dia bisa menghindar, cuma lengannya yang kanan kena tergores mata pedang, darah mengucur keluar.

Kera itu tampak kaget dan ketakutan dia segera berlari menjauh sambil mengeluarkan suara pekikan.

Kam Lian Cu bermaksud mengejarnya, namun sebentar saja tampak kera itu lenyap.

Kam Lian Cu berdiri diam beberapa saat dia menghela napas. Ketika dia teringat akan dirinya, yang pada bagian atas anggota tubuhnya tidak berpenutup, sedangkan di tempat itu ada Ko Tie, mukanya jadi merah.

Dia membuka buntalannya dan mengeluarkan sepotong pakaiannya. Dia memakainya.

Barulah kemudian Kam Lian Cu memasukkan pedang ke sarungnya, dia telah menghampiri si pemuda.

Dilihatnya Ko Tie lebih dalam keadaan tidak berdaya, karena terluka berat. Tapi dia tidak dalam keadaan pingsan, karena matanya memandang kepadanya dengan sikap bersyukur.

Kam Lian Cu sendiri sangat bersyukur di detik yang membahayakan jiwanya, di mana dirinya akan diperlakukan tidak pantas oleh kera itu, totokan pada dirinya telah terbuka, sehingga dia bisa menghajar kera itu.

Dan akhirnya membuat kera itu melarikan diri. Benar-benar merupakan hal yang membuat dia bersyukur tidak hentinya kepada Thian.

Sedangkan Ko Tie dengan suara lemah bertanya: “Bagaimana....... bagaimana keadaanmu?”

Si gadis tersenyum pahit.

“Untung saja totokan itu terbuka di saat detik-detik yang menentukan itu! Jika tidak, aku tidak bisa membayangkan entah apa yang akan terjadi!” Menyahuti si gadis.

Ko Tie juga tersenyum pahit.

“Lalu bagaimana keadaanmu?” tanya Kam Lian Cu melihat muka Ko Tie yang pucat pias dan juga keadaannya begitu lemah.

“Kukira, lukaku tidak ringan.....!”

“Boleh kuperiksa?!” tanya Kam Lian Cu.

Ko Tie mengangguk,

Kam Lian Cu memeriksanya.

Diperoleh kenyataan bahwa Ko Tie memang terluka yang parah sekali. Dia berpikir, untuk membantu mengerahkan tenaga dalamnya.

Ko Tie waktu itu telah berkata: “Jangan, akan sia-sia belaka!”

“Tapi sedikitnya bisa membantu engkau mengerahkan sin-kangmu untuk memulihkan keadaanmu!” kata Kam Lian Cu.

Ko Tie menggeleng.

“Jangan…… percuma, akan menghabisi tenagamu saja…… dan ini akan membuat kau akhirnya tidak dapat menghadapi kera biadab itu kalau dia datang lagi!”

Disebut tentang kera itu, Kam Lian Cu terdiam. Dia anggap benar apa yang dikatakan oleh Ko Tie.

“Kalau aku pergi mencari Oey Yok Su, memintanya agar dia mau mengobati dan menolongimu, aku kuatir disaat aku pergi, kera itu datang lagi dan menganiaya dirimu……!”

Ko Tie diam saja.

“Dan Oey Yok Su pun belum tentu bersedia menolongi kau!” kata si gadis lagi.

Ko Tie mengangguk.

“Ya, dia seorang yang sangat ku-koay, tidak nantinya dia mau menolongiku! Jika memang dia bermaksud menolongiku, tentu sejak tadi dia telah menolongiku, tidak perlu dia mempermainkan diriku!” kata Ko Tie.

Kam Lian Cu mengangguk.

Mereka terdiam beberapa saat.

Dikala itu, tampak Ko Tie berusaha mengerahkan pernapasannya untuk menyalurkan sin-kangnya.

Dia gagal.

Waktu Ko Tie mengerahkan sin-kangnya, dia merasakan di dadanya seperti juga terjadi suatu pergolakan, dan isi perutnya seperti jungkir balik.

Kiam Lian Cu mengawasinya dengan berkuatir sekali.

Sedangkan Ko Tie yang telah gagal beberapa kali dengan usahanya, akhirnya menghela napas.

“Sudahlah! Rupanya aku harus membuang jiwa percuma di sini dengan kecewa!” kata Ko Tie mengeluh.

Kam Lian Cu pun ikut bersusah hati.

Gadis ini memiliki kepandaian yang tidak terlalu tinggi, tidak sehebat Oey Yok Su. Mana mungkin dia bisa mengobati Ko Tie? Terlebih lagi memang ia pun tidak mengerti ilmu pengobatan.

Keadaan di tempat itu hening sekali.

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara bentakan dan tertawa dingin, yang semakin lama semakin dekat.

Segera tampak sesosok bayang hijau yang berkelebat ke tempat itu. Di belakang sosok bayangan hijau itu tampak berkelebat sesosok bayangan kuning pula. Begitu cepatnya gerakan ke dua sosok tubuh itu, sehingga tidak dapat dilihat dengan jelas.

Ko Tie dan juga Kam Lian Cu mementang mata mereka, tapi mereka hanya melihat gulungan warna hijau dan kuning, yang cepat sekali telah menjauh. Cuma suara bentakan dan mengejek belaka yang mereka dengar, dilontarkan dari ke dua sosok bayangan itu.

“Apakah yang memakai jubah hijau itu bukan Oey Yok Su?!”menggumam Ko Tie.

Memang biasanya Oey Yok Su mengenakan jubah hijau, walaupun tadi karena bergerak terlalu gesit sehingga Ko Tie dan Kam Lian Cu tidak bisa melihat jelas, tokh Ko Tie dapat menerkanya yang mengenakan jubah hijau tentunya Oey Yok Su.

Kam Lian Cu pun memperlihatkan sikap heran.

“Lalu siapa yang mengejarnya?!” berkata si gadis.

Ko Tie juga jadi heran.

“Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi sekali, dan di dunia sekarang ini mungkin sudah tidak ada duanya…… Tapi tampaknya ia menghadapi kesukaran juga dari orang yang mengejarnya yang mengenakan baju kuning itu!”

Kam Lian Cu mengangguk.

“Biar aku pergi melihat!” kata si gadis.

Dia baru saja bangun, atau segera dia teringat kepada kera bulu kuning, Kim Go, dia jadi bimbang. Dia kuatir begitu dia meninggalkan Ko Tie, kera itu datang lagi.

Ko Tie tersenyum.

“Pergilah kau melihatnya!” katanya menganjurkan. “Kera itu tentu tidak akan muncul secara kebetulan di saat sekarang ini!”

Kam Lian Cu bimbang sejenak, tapi perasaan ingin tahunya membuat dia mengangguk dan kemudian mengerahkan gin-kangnya buat mengejar Oey Yok Su dan orang yang mengenakan baju kuning itu.

Akan tetapi mana bisa Kam Lian Cu mengejar mereka yang memiliki ilmu meringan tubuh yang begitu mahir?

Tidak lama kemudian Kam Lian Cu telah kembali ke tempat di mana rebah Ko Tie, dengan wajah yang murung.

“Aku tidak berhasil mengejar mereka!” katanya dengan suara yang tawar.

“Ya, mereka tampaknya seperti tengah saling kejar…..!” menyahuti Ko Tie. “Tapi siapa orang yang mengejar Oey Yok Su?!”

“Oey Yok Su memiliki nama besar, tentu nya dia bukan tengah melarikan diri dari kejaran orang itu, sebab tidak mungkin dia akan melakukan tindakan serendah itu……!” kata Kam Lian Cu kemudian dengan ragu.

Ko Tie mengangguk

“Ya, tentunya ada sesuatu yang luar biasa……!” kata pemuda itu.

Ko Tie dan Kam Lian Cu jadi berdiam diri beberapa saat lamanya, keadaan hening sekali......

Tapi, di saat itu kembali terdengar suara seruan dan bentakan yang datang cepat sekali disusul berkelebat sesosok bayangan hijau dengan di belakangnya mengejar sesosok bayangan kuning.

Sekarang terdengar jelas teriakan Oey Yok Su: “Jika memang engkau telah dapat mengimbangi gin-kangku, hemmmm, barulah aku sudi melayani dirimu……!”

“Jangan sombong, kepandaianmu berada di bawah tingkat kepandaianku!” terdengar orang mengenakan baju kuning itu memaki dengan suara yang sengit. Dan kemudian, sekejap mata saja, mereka kembali telah menjauh dan lenyap.

Ko Tie dan Kam Lian Cu tambah heran saja, mereka tidak mengerti entah apa yang tengah dilakukan oleh Oey Yok Su dan orang yang mengerakan baju kuning itu.

Tapi melihat gin-kang orang yang memakai baju kuning begitu hebat dan bisa mengejar terus Oey Yok Su dalam jarak pisah yang tidak terlalu jauh, maka mereka bisa menduga tentunya orang yang memakai baju kuning itu bukan orang sembarangan.

Tapi siapa orang itu? Dan mengapa Oey Yok Su harus berlari-lari seperti itu? Bukankah biasanya Oey Yok Su memiliki tabiat yang angkuh? Bukankah jika ada orang yang menantang dirinya, dia akan meghajarnya mampus?

Tengah Kam Lian Cu dan Ko Tie diliputi perasaan heran dan tanda tanya, tiba-tiba mereka mendengar suara aneh di dekat mereka, terpisah tidak jauh.

Kera berbulu kuning telah muncul lagi tidak jauh dari tempat mereka berada!

Muka Kam Lian Cu berobah pucat dan merah, karena dia jijik dan takut melihat kera itu. Segera juga tangannya mencabut pedangnya, dia bersiap-siap buat menghadapi kera tersebut.

Kera itu mengerang, namun segera memutar tubuhnya, berlari dengan pesat menghilang lagi meninggalkan tempat itu, rupanya kera itu juga kaget.

Sedangkan Ko Tie menghela napas.

“Sayang aku tengah terluka berat seperti ini, jika tidak tentu aku akan menangkap dan menghajar kera kurang ajar itu!” menggumam Ko Tie.

Kam Lian Cu sambil menggenggam pedangnya erat-erat, matanya mengawasi sekitar tempat itu. Ia kuatir kalau-kalau kera itu akan muncul lagi.

“Nona Kam, sudahlah…… lebih baik kau beristirahat.…!” Ko Tie menganjurkan.

“Tapi kera itu kurang ajar sekali……!” kata Kam Lian Cu kemudian.

“Ya, kemungkinan dia akan kembali lagi, tapi kukira, kita tidak perlu, terlalu kuatir, karena dengan kepandaian yang kau miliki, kulihat engkau akan dapat menghadapinya dengan baik dan kera itu tidak akan berdaya……!”

Kam Lian Cu anggap apa yang dikatakan Ko Tie memang benar, maka dia duduk beristirahat. Tapi tangannya masih terus menggengam pedangnya erat-erat, karena dia bermaksud untuk mempergunakan pedangnya itu di sembarang waktu, jika saja kera itu muncul dengan tiba-tiba.

Hanya satu yang disesalkan Kam Lian Cu yaitu Ko Tie tengah terluka begitu berat. Jika tidak tentu mereka tidak perlu kuatir terhadap kera tersebut.

Kam Lian Cu juga mengetahuinya bahwa kepandaian Ko Tie sangat tinggi, jauh berada di atasnya. Dan sayangnya pemuda yang gagah itu justeru tengah terluka berat dan ia jadi tidak berdaya, malah sekarang ini ia harus di¬lindunginya……!”

Tengah Kam Lian Cu dan Ko Tie berkuatir untuk kera besar itu, yang mereka kuatir akan muncul dengan tiba-tiba, justeru tampak pula berkelebat sesosok bayangan hijau dan bayangan kuning yang saling kejar.

Tentu saja hal ini membuat Ko Tie dan Kam Lian Cu jadi tidak mengerti, mengapa Oey Yok Su, bersikap demikian, berlari-lari terus dikejar oleh sosok bayangan kuning itu yang terus juga mengejarnya.

Entah siapa sosok bayangan itu, yang tampaknya memiliki kepandaian sangat tinggi.

Di waktu itu rupanya sosok bayangan kuning itu melihat Kam Lian Cu dan Ko Tie. Tahu-tahu dia berhenti mengejar Oey Yok Su, dia berdiri tidak jauh dari Kam Lian Cu dan Ko Tie.

Sekarang Kam Lian Cu dan Ko Tie bisa melihat jelas orang itu. Dialah seorang lelaki tua yang rambutnya telah putih dan juga tumbuh panjang menutupi pundaknya.

Matanya tampak bersinar sangat tajam sekali, seakan juga sepasang berlian yang berkilauan.

Dengan bersuara terkekeh, tampak kakek tua yang tubuhnya kurus tinggi dan mengenakan jubah warna kuning itu, telah menghampiri Kam Lian Cu dan Ko Tie.

“Hehehehehe, tidak di sangka terdapat pasangan muda-mudi yang demikian cantik dan tampan!” menggumam kakek tua itu.

Kam Lian Cu menggenggam pedangnya erat-erat, dia kuatir kalau saja kakek tua itu bermaksud tidak baik pada mereka.

Ko Tie sendiri mengeluh. Melihat keadaan kakek tua berbaju kuning itu, ia segera mengetahui bahwa kakek tua itu tentunya bukan sebangsa manusia baik-baik!

Sedangkan kakek tua itu yang memakai baja kuning telah berkata lagi. “Bagus! Bagus! Dengan demikian Go-jie akan memiliki kekasih yang cantik sekali......!”

Setelah berkata begitu, segera juga dia melompat, akan menubruk Kam Lian Cu, tangan kanannya diulurkan.

Kam Lian Cu kaget, dia mengibaskan pedangnya. Tapi dia menabas tempat kosong, sebab tahu-tahu jalan darah Pai-cing-hiat nya telah ditotok jari tangan orang tua itu.

Tanpa ampun lagi, tubuhnya segera terjungkal rubuh bergulingan di tanah.

Dia juga lantas tidak bisa menggerakkan tangan dan tubuhnya, malah pedangnya telah terlemparkan agak jauh, terlepas dari genggaman tangannya.

Ko Tie kaget melihat apa yang dialami Kam Lian Cu, ia sampai mengeluarkan seruan tertahan.

Waktu itu Oey Yok Su yang rupanya melihat orang yang memakai baju kuning itu tidak mengejarnya, ia pun tidak berlari lagi. Dia membentak, tahu-tahu dia telah berada di situ juga:

“Tua bangka rendah tidak tahu malu, mengapa kau hendak melukai golongan muda yang tidak berdaya?”

Orang tua berbaju kuning itu tertawa dingin.

“Hem, kau jangan banyak bicara, Oey Loshia, aku akan mengambil gadis ini menjadi mantuku!” kata orang tua baju kuning itu.

Oey Yok Su tertawa aneh.

“Kau ingin mengambil gadis itu menjadi mantumu?” tanyanya kemudian dingin sekali.

“Ya!”

“Aneh sekali!”

“Aneh apanya?”

“Kapan kau telah menikah? Dan sejak kapan kau memiliki anak?!” tanya Oey Yok Su.

“Hemmm!” mendengus kakek baju kuning itu. “Kau tidak perlu mencampuri urusanku! Jika aku tidak memiliki anak, tidak mungkin aku bermaksud untuk memiliki mantu……”

“Tapi…… kukira engkau sinting, telah sinting……!” kata Oey Yok Su.

“Sinting? Hemmm, kau tidak perlu banyak komentar! Urusan kita akan kita lanjutkan! Tetapi sekarang aku telah menemukan seorang calon mantu yang sangat baik, calon isteri yang sangat pantas buat anakku.....”

Oey Yok Su tidak tertawa lagi. Dia memandang tajam sekali, lalu berkata: “Siapa anakmu?”

“Itu urusanku!”

“Urusanku juga! Karena akupun menginginkan gadis itu!” kata Oey Yok Su.

“Kau……!”

“Ya, aku menginginkan juga gadis itu!” menyahuti Oey Yok Su dengan sikap yang tegas

Orang tua baju kuning itu tiba-tiba tertawa bergelak-gelak keras sekali.

“Sungguh memalukan! Rupanya semakin tua engkau jadi seorang yang mata keranjang dan genit lagi karena sekarang engkau bermaksud hendak mengambil seorang isteri……”

“Bukan begitu maksudku!” kata Oey Yok Su kemudian dengan suara yang dingin. “Aku ingin mengambil gadis itu menjadi muridku!”

“Menjadi muridmu?!”

“Benar!” sahut Oey Yok Su.

“Aku tidak percaya!”

“Mengapa kau tidak percaya?” tampaknya Oey Yok Su tidak puas.

“Karena aku mencurigai kau memiliki maksud-maksud tertentu dengan gadis ini!”

“Maksud tertentu apa?”

“Kau pura-pura menerima gadis ini menjadi muridmu, lalu kelak engkau akan mengerjakannya!”

“Mulutmu terlalu kotor sekali……!”

“Memang aku si kotor yang sesat..... tidak perlu dibuat heran lagi!” menyahuti si kakek baju kuning itu.

“Kau?” Oey Yok Su tampak jadi tidak puas dan gusar sekali.

Tapi kakek tua baju kuning itu tampaknya tidak jeri oleh sikapnya Oey Yok Su.

“Kenapa? Kau tidak puas?” tanyanya dengan suara yang mengejek.

“Ya, aku justeru hendak mengajak kau main-main seribu jurus untuk menemukan, apakah engkau memang pantas menjadi manusia yang sesumbar untuk menantang diriku!”

“Jangan begitu lama..... Seribu jurus merupakan waktu yang terlalu lama! Kukira......!” berkata sampai di situ dia berhenti berkata dan tertawa dingin.

Oey Yok Su penasaran sekali.

“Kau kira apa?” tanyanya dengan suara yang bengis dan matanya menatap dingin.

“Kukira…... dalam waktu hanya seratus jurus, aku dapat membuat Oey Loshia selanjutnya akan menyimpan pedang dan mengakui dirinya tidak pantas lagi berkeliaran di dalam rimba persilatan, karena di dalam rimba persilatan ada aku!”

“Hemmm, kau terlalu congkak. Tahukah engkau siapa Oey Loshia?!” tanya Oey Yok Su karena terlalu murka.

“Tentu saja aku tahu......!” menyahuti orang tua baju kuning itu dengan suara yang dingin. “Aku tahu bahwa Oey Loshia adalah calon pecundangku!”

Oey Yok Su sudah tidak dapat menahan kemarahan hatinya. Dia merupakan tokoh sakti yang sangat dihormati di dalam rimba persilatan.

Mungkin sudah tidak ada duanya lagi, karena memang dia dianggap sebagai satu-satunya tokoh dari tingkatan tua yang sakti dan masih hidup. Tapi sekarang kakek baju kuning ini berani mengeluarkan kata-kata kurang ajar seperti itu, membuat dadanya seperti juga hendak meledak.

Segera, tangan kanannya dikibaskan.

Tapi kakek tua itu sambil diiringi tertawa dingin telah menyingkir ke pinggir.

“Bukkk!” tampak sebatang pohon tumbang menimbulkan suara yang berisik.

Itulah disebabkan batang pohon itu kena diterjang oleh tenaga sin-kang Oey Yok Su.

Rupanya tadi waktu dia mengibaskan tangannya walaupun Oey Yok Su cuma mengibas dengan sembarangan saja dan seperti tidak mengerahkan tenaga dalamnya, namun sesungguhnya mengandung kekuatan sin-kang yang luar biasa dahsyatnya. Karena kakek tua berbaju kuning itu mengelak, tenaga pukulan itu menghantam batang pohon itu.

Ko Tie yang rebah di tanah, jadi kagum melihat hebatnya tenaga dalam Oey Yok Su.

Sedangkan Kam Lian Cu pun tidak kurang kagumnya. Dia sampai memandang dengan mata terpentang lebar-lebar, mulutnya menggumam: “Luar biasa……!”

Yang membuat Ko Tie dan Kam Lian Cu heran, mereka menduga-duga, entah siapa kakek tua itu.

Mereka sungguh tidak mengerti, karena mereka tidak pernah mendengar perihalnya kakek tua baju kuning itu.

Jika Oey Yok Su dan beberapa tokoh tua yang sakti lainnya di dalam rimba persilatan, memang mereka mengetahuinya dan seringkali mendengarnya.

Tapi kakek tua baju kuning itu sama sekali tidak pernah mereka dengar. Karena itu mereka heran sekali, sedangkan kepandaian kakek tua itu yang memakai baju kuning tampaknya tinggi sekali.

Dia tidak merasa jeri terhadap Oey Yok Su dan malah bisa menghadapi Oey Yok Su. Dengan demikian dia bukan sembarangan.

Oey Yok Su tertawa dingin.

“Hemmm, jika memang engkau memiliki kepandaian yang berarti, mengapa engkau menghindar dan tidak menerima serangan itu?” ejeknya dengan suara yang dingin.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar