Beruang Salju Bab 15 Tiga Jurus Tantangan Swat Tocu

Beruang Salju Bab 15 Tiga Jurus Tantangan Swat Tocu

15 Tiga Jurus Tantangan Swat Tocu

Semua orang yang menyaksikan ini jadi heran dan takjub. Itulah luar biasa. Bagaikan Swat Tocu tengah bermain sulap, karena pohon dan undakan anak tangga yang terkena arah acungan tangan dari Swat Tocu, di mana tidak terhalang oleh tubuh Yo Him lagi, jadi terbungkus lapisan salju, bagaikan waktu itu adalah musim dingin!

Memang jika lawan Swat Tocu bukan Yo Him, biarpun memiliki kepandaian yang tinggi, namun lweekang yang selurus dan setinggi yang dimiliki Yo Him tentu mereka akan dapat dirubuhkan oleh Tocu dari Pulau Salju tersebut dan tubuh mereka siang-siang telah terbungkus oleh lapisan es. Tetapi disebabkan Yo Him telah menerima pelajaran khusus dari Oey Yok Su dan juga Yo Ko maupun Siauw Liong Lie dan tokoh-tokoh sakti lainnya, maka membuat Yo Him memiliki lweekang yang sangat tinggi dan juga lurus, sehingga dengan hawa murninya yang bisa dipancarkan menguap dari sekujur tubuhnya. Hawa dingin dari pukulan Inti es yang dilancarkan oleh Swat Tocu itu tidak bisa menguasai dirinya, dan juga tidak bisa membungkus dirinya dengan lapisan salju.

Di waktu itu Liu Ong Kiang yang berhasil berdiri, mengawasi jalannya pertandingan, aneh bukan main. Dilihatnya Yo Him memang benar-benar tangguh dan juga menakjubkan sekali. Cara bertanding itu benar-benar istimewa dan jarang sekali terjadi dalam rimba persilatan. Liu Ong Kiang yang memiliki pengalaman sangat luas, belum pernah menyaksikan cara bertanding seperti itu.

Untuk seketika lamanya Liu Ong Kiang jadi melupakan rasa sakit di pinggangnya dan telah mengawasi jalan pertandingan yang tengah berlangsung dengan bengong dan takjub, seperti tidak mempercayai apa yang dilihatnya, yaitu setiap benda yang dilanggar oleh serangan Inti Es Swat Tocu, akan terlapis oleh lapisan salju.

“Bila aku yang menjadi lawannya, tentu sekali serang saja, aku telah berhasil dibinasakannya dengan tubuh kaku dan darah membeku......!” diam-diam Liu Ong Kiang berpikir. “Memang Yo Kongcu hebat sekali, tidak percuma ia jadi putera dari scorang tokoh maha sakti seperti Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko!”

Dengan demikian, perasaan hormat dan juga kagumnya pada Yo Him kian bertambah.

Yo Him sendiri yang baru menerima dua kali serangan dari Swat Tocu, benar-benar telah jadi bingung dan kelabakan juga. Karena jika semula serangan ke dua itu memang hanya memiliki hawa dingin yang jauh lebih dingin dari jurus yang pertama, lewat sekian lama tiba-tiba Yo Him merasakan seluruh tubuhnya seperti menjadi kaku.

Walaupun Yo Him telah mengempos hawa murninya, yaitu hawa Yang-khie-lek nya, yang merupakan inti sari ilmu lweekang Kiu-yang-cin-khie yang diajarkan Yo Ko, Siauw Liong Lie dan Oey Yok Su, namun tetap saja Yo Him tidak bisa memecahkan hawa dingin itu, tidak bisa menerobosnya. Semakin lama tubuhnya semakin kaku dan darahnya seperti mulai membeku.

“Celaka!” diam-diam Yo Him berpikir dalam hatinya. “Ini adalah serangannya yang ke dua, tubuhku telah kaku dan darah-darah di setiap pembuluh darah seperti tidak beredar dengan lancar lagi, dengan demikian bisa aku celaka di tangannya. Maka dari itu, dalam keadaan seperti ini, aku harus berusaha dapat menguasai ilmu yang luar biasa itu......!”

Sambil berpikir begitu, Yo Him telah berpikir keras untuk mencari akal guna menghadapi ilmu Inti Es yang dimiliki Swat Tocu.

Yo Him sendiri menyadari, jika saja ia berlaku lambat, dan sampai darahnya membeku dan tidak dapat beredar lagi dengan baik, tentu akan membuat dia celaka tidak tertolong lagi. Bukan saja kepandaiannya akan termusnahkan sebagian, kemungkinan besar ia terbinasa dan seringan-ringannya terluka di dalam yang akan membuat ia sakit berat, tentu selanjutnya ia akan menjadi manusia bercacad. Belum lagi orang aneh itu yang menjadi Tocu dari Pulau Salju melancarkan serangannya yang ketiga, yang pasti jauh lebih hebat dari ke dua serangan ini.

Seketika itu juga Yo Him telah memusatkan seluruh kekuatan murninya untuk mengadakan perlawanan terhadap hawa dingin yang membungkus tubuhnya. Ia tidak bisa mengadakan perlawanan dengan cara lain, hanya harus dapat menguasai hawa dingin itu.

Tetapi dikala itu, di otak Yo Him telah berkelebat serupa ingatan: “Dia melakukan penyerangan dengan ilmu aneh ini, yang memiliki hawa dingin melebihi dinginnya salju, tentu dia hanya melatih lweekang tingkat tinggi seperti ini tanpa lebih memperhatikan bagian lainnya dari ilmu luar. Coba aku menghadapinya dengan mempergunakan gempuran tenaga yang dahsyat......!”

Dan karena berpikir begitu, Yo Him telah menggerakkan ke dua tangannya, mengikuti gerak yang dilakukan oleh Swat Tocu tadi, ia juga berusaha menahan hawa dingin yang menguasai dirinya, walaupun tubuhnya mulai menggigil dan giginya bercatrukan tidak hentinya.

Setelah menggerakkan ke dua tangannya, tahu-tahu Yo Him memusatkan sembilan bagian tenaga dalamnya, dengan kekuatan dahsyat yang sepenuhnya itu, dia telah mempergunakan menghantam ke arah Swat Tocu.

Pukulan yang dilakukan oleh Yo Him ini bukan pukulan sembarangan. Karena jangankan manusia, sedangkan batu karang saja akan tergempur hancur menjadi bubuk.

Tadi saja Biruang Salju itu, Pek-swat-jie, yang memiliki kekebalan dan kekuatan luar biasa, dihantam dengan lima bagian tenaga dalam Yo Him, telah membuat binatang itu jadi pusing dan tidak bisa bangun untuk sementara waktu. Dengan demikian, bisa dibayangkan, betapa hebatnya tenaga serangan yang dilancarkan oleh Yo Him dengan mempergunakan sembilan bagian tenaga dalamnya.

Angin pukulan itu menerjang kuat sekali pada Swat Tocu, di mana Tocu dari Pulau Salju itu jadi kaget, tubuhnya berkelebat seperti bayangan mengelakkan serangan Yo Him.

Dengan menyingkirnya Swat Tocu, maka sementara hawa dingin yang mengurung dirinya jadi buyar. Dan juga Yo Him tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada, ia telah menjejakkan ke dua kakinya, cepat bukan main tubuhnya seperti juga seekor burung rajawali, melayang di tengah udara dan tangannya melakukan pukulan pula ke diri Swat Tocu.

Swat Tocu tidak menyangka Yo Him akan melakukan gerakan seperti itu, maka dengan cepat iapun telah mengebutkan ke dua tangannya, di mana ia telah mempergunakan tenaga Inti Esnya, dan berkesiuranlah hawa dingin itu berusaha membungkus Yo Him lagi.

Namun karena sekarang Yo Him mempergunakan siasat lain, ia melompat ke sana ke mari seperti juga burung elang yang akan menyambar mangsanya, tubuhnya sulit dibungkus oleh hawa dingin itu.

Juga akibat melompat-lompatnya dia seperti itu membuat Yo Him jadi merasakan darahnya bergolak hangat, dan dia berhasil juga mengerahkan Yang-khie-lek nya itu, yang telah berhasil dikerahkan untuk melindungi sekujur tubuhnya.

Cara yang dipergunakan oleh Yo Him ternyata memang memberikan hasil yang menggembirakan, karena sama sekali Inti Es Swat Tocu gagal menguasai dirinya, maka dari itu, Yo Him telah melanjutkan caranya seperti itu.

Swat Tocu jadi mendongkol, dia telah berseru nyaring, sambil berdiri tetap di tempatnya: “Kau jagalah seranganku yang ketiga ini! Jika memang kau berhasil memunahkan seranganku yang ketiga ini tanpa kurang suatu apapun juga berarti engkau telah menolongi sahabatmu itu, si pengemis bau, dari hukuman yang seharusnya dia terima......!” dan Swat Tocu bukan hanya sekadar saja, karena ke dua tangannya kembali digerakkan.

Namun sekarang gerakan ke dua tangannya itu berbeda sekali dengan gerakan yang dilakukannya tadi, karena kini ia menggerakkan ke dua tangannya itu silih berganti mendorong ke depan, ke arah mana beradanya Yo Him. Setiap gerakan itu mengandung kekuatan hawa dingin yang luar biasa hebatnya karena Swat Tocu telah mempergunakan ilmu Inti Esnya itu sampai tingkat kedelapan.

Hawa dingin membungkus Yo Him terus menerus, walaupun ia melompat ke sana ke mari tokh sekarang ini ia tidak bisa menyingkir dari gulungan hawa dingin itu. Malah ketika Yo Him ingin melompat lagi, pada waktu itu Swat Tocu telah menghentak tangan kanannya maka seketika itu juga tubuh Yo Him telah tertarik oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, dan seketika itu telah membuat tubuhnya terbetot kuat bukan main, di mana ia telah rubuh terbanting di tanah.

Dalam keadaan seperti itu, tampak Swat Tocu ingin menarik pulang hawa dinginnya itu, sebab beranggapan bahwa Yo Him telah bisa dirubuhkannya.

Tetapi Swat Tocu jadi kaget sendirinya, tahu-tahu kakinya terasa nyeri sekali.

Karena waktu tubuh Yo Him tertarik dan terbanting, di waktu itulah Yo Him tidak membuang waktu lagi telah bergulingan menyambar ke dua kaki Swat Tocu dengan ke dua tangannya, di mana dia telah memukul dengan seluruh kekuatan lweekangnya.

Walaupun Swat Tocu memang memiliki ilmu yang sempurna dan juga kuda-kuda yang sangat kuat sekali, tidak urung begitu diserang, kuda-kuda kakinya tergempur juga. Namun dia tidak sampai rubuh, hanya ke dua kakinya itu sakit bukan main, membuat dia berjingkrak kesakitan, dan telah melompat tiga tombak jauhnya mundur ke belakang.

Dengan demikian, Swat Tocu berdiri beberapa saat dengan muka meringis, kaki kanannya diangkat, dia mengusap-usapnya.

Yo Him telah melompat berdiri, sambil tertawa telah menjura: “Bagaimana Swat Tocu Locianpwe...... apakah pertandingan ini telah dapat diputuskan bahwa aku berhasil menerima tiga serangan Swat Tocu Locianpwe? Boanpwe mohon maaf atas kelancangan Boanpwe yang telah lancang tangan menyerang Locianpwe, karena memang Boanpwe tidak memiliki jalan lain....... dengan demikian telah memaksa Boanpwe terpaksa berlaku kurang ajar......!”

Swat Tocu telah mengawasi Yo Him beberapa saat lamanya, dilihatnya bahwa Yo Him tidak kurang suatu apapun juga, walaupun tadi dia telah ditarik oleh kekuatan tenaga inti Es nya. Malah pemuda itu yang telah sanggup menghadapi tiga serangannya tanpa kurang suatu apa pun juga, mendatangkan perasaan kagum di hatinya. Dengan demikian, membuat Swat Tocu harus mengakui kehebatan Yo Him.

“Hebat kau, anak muda!” katanya kemudian dengan suara mengandung kagum, “Engkau bisa menerima tiga seranganku tanpa kurang suatu apapun juga, tanpa terluka! Itu merupakan kejadian yang jarang sekali terjadi, karena setiap lawanku, jangankan menerima tiga kali serangan Inti Es yang dilancarkan beruntun seperti itu, mungkin dalam satu jurus, atau sebanyak-banyak dua serangan, mereka telah beku, jika tidak menemui kematiannya, pasti terluka parah......!”

“Jadi, Locianpwee ingin mengartikan Liu Lopeh dari Kay-pang itu telah dibebaskan dari hukuman yang semula hendak dijatuhkan Locianpwe padanya?” menanya Yo Him segera.

Swat Tocu telah melirik kepada Liu Ong Kiang, yang waktu itu berdiri memandang bengong kepada Swat Tocu dan Yo Him.

“Baiklah!” kata Swat Tocu setelah berdiam diri sejenak, “Seperti apa yang tadi kujanjikan, jika memang engkau bisa menerima tiga kali seranganku tanpa kurang suatu apapun, maka aku akan membebaskan pengemis bau itu!”

Setelah berkata begitu, Swat Tocu berdiam diri beberapa saat mengawasi Yo Him, lalu ia melanjutkan lagi perkataannya: “Dan kulihat engkau memang tidak kurang suatu apapun juga, walaupun telah menerima tiga seranganku...... engkau tidak terluka dan masih dalam keadaan sehat walafiat, maka dari itu, aku harus memenuhi janjiku......!

“Memang tidak percuma nama besar dari Sin-tiauw-tay-hiap, di mana tentunya ia memiliki ilmu yang sempurna sekali, karena engkau sebagai puteranya walaupun engkau masih berusia demikian muda tokh engkau telah bisa memiliki kepandaian yang demikian tinggi.....”

Yo Him cepat-cepat menjura memberi hormat. “Locianpwe terlalu memuji!” kata Yo Him.

“Jika memang, ada jodoh, tentu aku ingin sekali bertemu dengan ayahmu!” kata Swat Tocu kemudian. Hanya sayang sekali akupun berkunjung ke daratan Tiong-goan ini dengan meninggalkan pulauku, karena aku memiliki urusan yang penting! Aku harus mengerjakan sesuatu.”

Setelah berkata begitu, Swat Tocu menghela napas, katanya lagi: “Sekarang usiaku sudah tidak muda lagi, telah lanjut sekali, seratus lima tahun, itulah usia yang tidak muda! Tetapi justru di saat usia setua ini, aku harus melakukan sebuah pekerjaan yang berat sekali!”

Yo Him dan orang-orang lainnya, yang mendengar perkataan Swat Tocu, jadi heran dan telah memandang kepada Swat Tocu dengan sorot mata yang tajam. Karena mereka kaget dan kagum, bahwa Swat Tocu mengaku telah berusia seratus lima tahun itu, ternyata masih demikian gagah dan sehat segar bugar, di mana tampaknya seperti seorang lelaki berusia limapuluh tahun, dengan tubuh yang keras dan padat sekali, otot-otot yang tampak bertonjolan, memperlihatkan dia seorang yang memiliki tenaga sangat kuat.

Inilah peristiwa yang benar-benar hampir sulit dipercaya. Seorang kakek tua berusia seratus lima tahun dengan bentuk tubuh yang begitu gagah dan wajah bagaikan yang baru berusia limapuluh saja. Benar-benar membuat Yo Him sendiri jadi kagum sekali, karena Yo Him segera menduga, mungkin juga Swat Tocu memiliki semacam ilmu mujijat yang bisa membuat dia jadi awet muda seperti itu.

Biruang Salju, yaitu Pek-swat-jie, telah menghampiri Swat Tocu, binatang buas itu telah merangkulnya dan mengerang perlahan.

Swat Tocu mengusap-usap kepala binatang tersebut, katanya dengan suara penuh kasih sayang: “Pek-swat-jie, orang-orang itu rupanya semula tidak mengetahui siapa kau, dan juga menyangka kau akan menimbulkan keonaran, maka mereka telah salah paham dan berusaha mengganggumu. Mari sekarang kita pergi!”

Dan membarengi dengan perkataannya itu tubuh Swat Tocu telah melompat ringan tahu-tahu ia telah duduk di punggung Biruang Salju itu, dan binatang buas tersebut, sambil mengeluarkan suara erangan perlahan, telah melompat-lompat dan berlari-lari kecil meninggalkan tempat itu.

Yo Him menghela napas melihat kepergian Swat Tocu, sedangkan orang-orang lainnya, yang semula bersembunyi di berbagai tempat, telah bermunculan. Mereka menyatakan perasaan kagum mereka kepada Yo Him.

Namun Yo Him tidak mau terlalu dilibat oleh orang-orang itu yang hanya akan memuji-mujinya saja. Bersama-sama dengan Liu Ong Kiang dan Ko Tie, mereka telah masuk ke dalam rumah penginapan dan kembali ke kamar mereka di mana mereka melihat Cin Piauw Ho tengah tertidur.

Yo Him menghampiri pembaringan, dia telah melihatnya keadaan Cin Piauw Ho jauh lebih baik dari sebelumnya. Rupanya obat Kim-lian-tan yang diberikan Liu Ong Kiang mulai bekerja. Walaupun pil itu tidak bisa menyembuhkan luka yang diderita oleh Cin Piauw Ho dan tidak juga bisa memunahkan racun, kenyataannya masih memiliki kemujijatan dan faedah yang tidak kecil, yaitu bisa membendung sementara waktu menjalarnya racun lebih jauh.

Yo Him sendiri memikirkan daya untuk bantu meringankan penderitaan Cin Piauw Ho. Ia mengatakan pikirannya pada Liu Ong Kiang bahwa ia bermaksud malam ini, akan mempergunakan tenaga lweekangnya guna membantu dan mendesak racun mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, agar ia bisa ditolong dari kematian.

Dengan mempergunakan obat Kim-lian-tan, dan juga menyalurkan tenaga dalamnya, tentu akan membuat racun itu terdorong ke lukanya, dan mudah-mudahan bisa terdorong keluar. Yo Him menyatakan kebimbangannya, karena Sam-hun-tok itu merupakan racun yang hebat sekali, maka ia sangsi justru usahanya itu tidak akan memberikan hasil sama sekali.

Tetapi Liu Ong Kiang justru menyatakan, kalau saja Yo Him mempergunakan tenaga dalamnya untuk mendesak racun yang mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, tentu saja racun itu bisa didorong ke tempat luka semula. Walaupun tidak bisa disembuhkan, tetapi racun itu bisa dibendung lebih jauh dari jantung. Terlebih lagi dengan bantuan Kim-lian-tan, dengan begitu, jiwa Cin Piauw Ho bisa diselamatkan selama satu bulan atau lebih.

Selama itu kesempatan tersebut bisa dipergunakan untuk mencari tabib pandai guna mengobati lukanya. Atau juga mencari obat mujarab di berbagai tempat terkenal. Menurut Liu Ong Kiang, Siauw-lim-sie merupakan pintu perguruan yang memiliki obat terlengkap, karena para pendeta Siauw-lim-sie, yang semuanya merupakan orang-orang pandai dan tokoh rimba persilatan terkemuka, merupakan orang-orang Kang-ouw yang mempelajari ilmu silat dan agama.

Dengan demikian, kalau sampai Yo Him berhasil mempergunakan tenaga murninya membendung racun yang mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, dan jiwa Cin Piauw Ho bisa diselamatkan selama sebulan lebih dari kematian, waktu yang ada itu bisa dipergunakan untuk melakukan perjalanan ke Siauw-lim-sie.

Yo Him setuju dengan pikiran yang dikemukakan Liu Ong Kiang.

Namun yang jadi pemikiran Yo Him, jika ia mempergunakan lweekangnya untuk mengobati Cin Piauw Ho, berarti akan lenyap dua atau tiga bagian dari tenaga murninya itu. Tetapi walaupun ia baru saja kenal dengan orang she Cin itu. Tokh ia telah merasa cocok dan berkasihan padanya, karena ia melihat Cin Piauw Ho bukanlah sebangsa manusia golongan sesat.

“Baiklah!” Yo Him akhirnya memutuskan. “Malam ini aku akan mengobatinya dengan tenaga lweekang yang kumiliki, semoga saja berhasil dengan baik, setidak-tidaknya bisa meringankan penderitaan Cin toako. Dengan dibendungnya menjalar racun itu ke jantung, tentu Cin toako memiliki kesempatan untuk mencari obat yang bisa memunahkan racun yang mengendap di tubuhnya.”

Begitulah, di waktu sang malam telah tiba Yo Him mempersiapkan segala sesuatunya untuk pengobatan yang dilakukan pada Cin Piauw Ho dengan mempergunakan lweekangnya. Sedangkan Liu Ong Kiang telah dipesannya agar berjaga di muka pintu kamar, siapapun tidak boleh masuk ke dalam kamar selama Yo Him tengah mengerahkan lweekangnya, untuk disalurkan pada Cin Piauw Ho.

Sekali saja curahan perhatiannya terganggu tentu akan membawa bahaya yang tidak kecil buat Yo Him. Maka dari itu, ia menempatkan Liu Ong Kiang di muka kamar guna mencegah sesuatu yang tidak dikehendakinya, yaitu untuk melarang siapapun masuk ke dalam kamar, baik pelayan atau siapa saja. Ko Tie juga berdiam di luar kamar bersama Liu Ong Kiang.

Yo Him telah mempergunakan lweekangnya untuk disalurkan ke tubuh Cin Piauw Ho. Pemuda itu duduk di pembaringan dengan bersila, tangan kirinya diletakkan di bawah dada tiga dim, ditekankan telapak tangannya itu, dari mana mengalir hawa murni yang hangat, menyelusup ke dalam tubuh Cin Piauw Ho. Sedangkan tangan kanan Yo Him perlahan-lahan mengurut-urut pundak Cin Piauw Ho, guna mendorong racun itu agar naik ke tempat luka semula, di mana Yo Him bermaksud mendesak racun yang telah menjalar ke ketiak Cin Piauw Ho kembali ke tempatnya semula.

Usaha yang dilakukan oleh Yo Him ini memang memakan waktu yang cukup lama, karena hawa murni yang dikerahkannya itu harus disalurkannya perlahan-lahan. Jika ia menyalurkannya dengan serentak mempergunakan kekuatan yang sangat hebat, tentu bisa memperoleh hasil yang sebaliknya dari yang diharapkan, dan bisa mencelakai Cin Piauw Ho.

Setelah mengerahkan tenaga murninya, dari dua bagian meningkat jadi tiga bagian, terus empat dan lima bagian, Cin Piauw Ho segera merasakan tubuhnya bertambah segar. Karena waktu itu, hawa murni tersebut telah tersalur ke Tan-tian nya, dan juga telah mendorong sedikit demi sedikit racun yang semula telah menjalar sampai ketiak itu, kembali ke atas pundak, di sekitar luka itu.

Yo Him telah mandi keringat, karena mengeluarkan kekuatan murninya itu, dan begitu juga Cin Piauw Ho, sekujur tubuhnya telah dibanjiri keringat sehingga basah kuyup.

Liu Ong Kiang yang duduk dimuka pintu kamar bersama Ko Tie, tengah bercerita mengenai keadaan rimba persilatan. Cerita Liu Ong Kiang memang menarik sekali, di mana Ko Tie mendengarkan baik-baik, penuh perhatian.


DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar