Beruang Salju Bab 13 Pertarungan Melawan Biruang Salju

Beruang Salju Bab 13 Pertarungan Melawan Biruang Salju

13 Pertarungan Melawan Biruang Salju

Biruang berbulu putih itu memiliki ukuran tubuh dua kali tinggi dari tubuh Liu Ong Kiang, dan juga kuku jari-jari tangan dan kakinya tampak begitu runcing, mengerikan sekali. Belum lagi taring-taring yang menonjol di mulutnya, di mana tampak menyeramkan setiap kali ia menyeringai. Melihat ada seseorang yang merintangi jalannya, biruang putih itu telah menepuk-nepuk ke dua tangannya pada dadanya dan mengeluarkan raungan yang keras sekali.

Liu Ong Kiang tidak jeri menghadapi binatang buas tersebut, ia telah bersiap-siap untuk membekuk binatang yang sangat menyeramkan itu. Sin-bok-koay-kay ini memang seorang pengemis yang lihay, ia merupakan seorang tokoh Kay-pang, dengan demikian, kepandaiannyapun tinggi sekali. Menghadapi makhluk buas seperti ini, sama sekali ia tidak kuatir akan kena dicengkeram atau akan dirobek-robek karena memang Sin-bok-koay-kay Liu Ong Kiang bisa saja mempergunakan ginkangnya yang tinggi untuk menghadapinya.

Setelah meraung keras seperti itu, tahu-tahu makhluk buas tersebut menubruk akan memeluk Liu Ong Kiang. Gerakan yang dilakukannya sangat cepat sekali.

Liu Ong Kiang yang telah bersiap-siap segera melompat menyingkir ke samping, biruang berbulu putih itu menubruk tempat kosong.

Penasaran sekali binatang buas tersebut ia telah mengerang lagi dengan keras dan menubruk kembali. Tubuhnya yang tinggi besar bergerak secepat kilat, sehingga seperti juga gulungan warna putih belaka yang menerjang kepada Liu Ong Kiang.

Diam-diam Liu Ong Kiang terkejut karena cara menerjang biruang putih itu sangat lincah, dan juga anehnya menurut gerakan dari ilmu ginkang yang biasa dipelajari oleh manusia!

Tetapi Liu Ong Kiang telah menjejakkan kakinya lagi, tubuhnya terapung ke tengah udara di waktu mana kaki kanannya menjejak punggung binatang buas tersebut. Tendangan yang dilakukan oleh kaki kanan si pengemis sesungguhnya sangat kuat sekali, karena ia menjejak dengan mempergunakan tenaga dalamnya.

Namun begitu telapak kakinya berhasil menjejak punggung biruang yang lunak-lunak keras tersebut, ia tidak herhasil sedikitpun untuk merubuhkan binatang buas itu. Malah waktu kaki kanan Liu Ong Kiang menjejak punggungnya, biruang berbulu putih itu tanpa memutar tubuhnya, telah menggerakkan ke dua tangannya akan menjambret ke belakang.

Liu Ong Kiang tambah heran, gerakan yang dilakukan oleh biruang berbulu putih itu merupakan salah satu jurus ilmu silat yang dikenal dengan nama “Naga Sakti mengebutkan Ekor”, dan juga ke dua tangan dari biruang berbulu putih itu mengandung tenaga yang dahsyat.

Liu Ong Kiang memang sebelumnya telah berpikir, ia memang tidak jeri menghadapi biruang itu, namun makluk itu memiliki tenaga yang sangat kuat sekali. Sekali saja ia tertangkap kena dicengkeram, tentu tubuhnya akan dibeset, dirobek-robek oleh makluk buas tersebut. Jalan yang paling terbaik untuk dapat ia menghadapi lawan yang istimewa ini, memang hanya mengandalkan kegesitannya, dan nanti baru berusaha merubuhkannya.

Diluar dugaannya, makluk buas tersebut ternyata memang memiliki gerakan yang lincah. Tubuhnya yang tinggi besar itu rupanya tidak menjadi rintangan baginya untuk dapat melompat gesit dan lincah.

Malah semakin lama, Liu Ong Kiang semakin heran dan bingung. Karena biruang berbulu putih tersebut telah bertempur dengannya mempergunakan gerakan-gerakan ilmu silat, di mana setiap gerakan tangan dan kakinya mempergunakan berbagai jurus ilmu silat yang biasa dipergunakan oleh manusia.

Inilah peristiwa yang benar-benar sangat aneh dan tidak dimengerti oleh Liu Ong Kiang. Sampai ia mau menduga, apakah binatang buas ini memang telah dipelihara oleh seorang jago Kang-ouw, yang mendidik dan melatihnya ilmu silat?!

Untuk beberapa saat lamanya, Liu Ong Kiang hanya melompat ke sana ke mari, berkelit dan mengelakkan diri, karena ia jadi tertarik dan ingin mengetahui, sampai berapa jauh binatang buas tersebut menguasai ilmu silat.

Yo Him yang mengawasi jalannya pertempuran yang istimewa dan aneh itu, antara seorang manusia dengan seekor binatang buas, yang sanggup menjalankan jurus-jurus ilmu silat telah berpikir,

“Binatang buas ini bisa muncul di tengah-tengah keramaian kota, dan juga ia bisa menjalankan jurus ilmu silat, setiap gerakan ke dua tangannya, merupakan pukulan dan cengkeraman yang aneh dan kuat sekali, juga badannya yang besar bergerak cukup lincah. Tentu binatang buas ini telah dipelihara oleh seseorang yang memiliki kepandaian tinggi dan juga majikan binatang buas ini telah mengajari dan mendidiknya dengan baik! Namun siapakah jago Kang-ouw yang telah mendidik biruang ini?”

Sedang Yo Him berpikir begitu, di hatinya juga menduga beberapa orang tokoh Kang-ouw. Ko Tie yang telah keluar juga, malah menyaksikan pertempuran yang telah terjadi antara Liu Ong Kiang dengan biruang itu dengan tertarik beberapa kali anak kecil itu berseru, “Bagus!” jika memang dilihatnya biruang itu menerjang dan menyerang Liu Ong Kiang dan pengemis tersebut berhasil mengelakkan diri.

Setelah melewatkan waktu beberapa saat, Liu Ong Kiang telah melihat bahwa biruang itu memang benar-benar setiap kali menerjang selalu mempergunakan jurus-jurus ilmu silat, bahkan teratur sekali. Ia akhirnya memutuskan untuk menotok lumpuh binatang itu karena telah cukup membiarkan binatang buas tersebut selalu menyerang dirinya.

Dengan gesit, Liu Ong Kiang telah melompat ke sana ke mari, dan ke dua tangannya juga bergerak sangat lincah sekali. Ia menotok berbagai tubuh biruang berbulu putih itu.

Setiap totokan yang dilakukan oleh Liu Ong Kiang memang selalu tepat mengenai berbagai jalan darah di tubuh binatang buas tersebut, tetapi binatang itu benar-benar kuat, ia sama sekali tidak rubuh. Jika seorang manusia terkena totokan seperti itu, tentu akan rubuh dalam keadaan tidak berdaya.

Tetapi rupanya memang biruang putih itu memiliki kekuatan yang sangat hebat, sehingga totokan yang dilakukan oleh Liu Ong Kiang bagaikan garukan dan cuwilan perlahan pada tubuhnya, yang dilindungi bulu putih yang tebal itu.

Malah karena Liu Ong Kiang telah menotok beberapa kali, berulang kali hampir saja tangan Liu Ong Kiang kena dicengkeram oleh binatang buas tersebut. Dengan demikian pengemis itu bertindak lebih hati-hati lagi.

Yo Him setelah mengawasi sekian lama memperoleh kenyataan bahwa Liu Ong Kiang tentu tidak mudah merubuhkan binatang buas yang aneh ini. Benar Liu Ong Kiang memiliki kepandaian yang tinggi, pengemis itu memang liehay, namun menghadapi binatang buas yang seperti kedot dari totokan, di mana tubuhnya kebal dari setiap totokan dan tidak terpengaruh sama sekali tentu akhirnya Liu Ong Kiang sendiri yang mulai letih dan kehabisan tenaga.

“Aku harus segera membantuinya.....!” berpikir Yo Him, maka ia telah melompat mendekati gelanggang pertempuran itu, yang terjadi di tengah jalan tersebut.

Dengan gerakan yang sangat ringan tubuhnya berkelebat ke sana ke mari, dia pun menyerang biruang itu dengan pukulan-pukulan yang cukup kuat. Memang bisa saja Yo Him menghajar sekalian membinasakan biruang itu, dengan menghantam hancur batok kepalanya atau juga mempergunakan pedangnya itu menikam sampai binasa binatang buas tersebut, kenyataannya Yo Him tidak mau melakukan hal seperti itu, karena ia memang bermaksud hanya melumpuhkan binatang buas tersebut.

Yo Him telah yakin, bahwa biruang pasti memiliki majikan, yang terdiri dari seorang tokoh Kang-ouw yang memiliki kepandaian tinggi, sebab binatang tersebut bisa membawakan jurus-jurus ilmu silat dengan baik. Maka Yo Him tidak mau sembarangan turun tangan mencelakai biruang itu, karena jika binatang buas itu terbinasa di tangannya, pasti akan timbul bentrokan dengan orang yang telah memelihara biruang tersebut. Disamping itu, memang Yo Him juga tertarik sekali melihat biruang ini bisa dilatih menjalankan ilmu silat, yang berarti bahwa binatang buas tersebut merupakan binatang yang cukup menarik, sayang jika dibinasakannya.

Begitulah, dengan melompat-lompat ke sana ke mari mempergunakan ginkangnya, Yo Him dan Liu Ong Kiang telah mempermainkan biruang tersebut, yang selalu gagal menubruk salah seorang di antara mereka. Semakin lama biruang semakin menjadi penasaran, dan juga jadi kalap. Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat keras sekali, tahu-tahu dia telah melompat menerkam dengan mementangkan ke dua tangannya ke arah Yo Him, yang maksudnya hendak dipeluk dan dicengkeramnya.

Tetapi Yo Him bisa bergerak cepat sekali, kaki kanannya menendang biruang itu dan tubuhnya telah melesat mundur meminjam tenaga tendangan itu, maka di waktu ke dua tangan biruang tersebut memeluk, dia memeluk angin alias tempat kosong. Sedangkan Liu Ong Kiang juga mempergunakan kesempatan tersebut menggerakkan tangan kanannya, menghantam kuat sekali punggung binatang buas itu.

“Bukkkk!”, pukulan itu telah menyebabkan biruang tersebut terjerunuk ke depan, namun tidak sampai terjerembab mencium tanah.

Rupanya pukulan yang dilakukan Liu Ong Kiang kali ini, menimbulkan perasaan sakit juga di punggungnya, biruang itu telah meraung dengan suara yang kuat sekali. Dia tengah murka dan kalap disamping penasaran, di mana kalau sampai binatang buas itu kalap, tentu bisa menimbulkan bahaya yang tidak kecil untuk orang lain kalau saja Liu Ong Kiang dan Yo Him tidak bisa menguasainya.

“Yo Kongcu, apakah kita binasakan saja binatang buas ini?” teriak Liu Ong Kiang dengan suara yang nyaring, karena pengemis ini merasakan ia cukup lelah setelah menghadapi binatang buas yang kuat dan tangguh itu sekian lama.

“Jangan!” teriak Yo Him. “Kita harus dapat melumpuhkannya saja, tetapi jangan membinasakan binatang ini! Coba kita lihat saja, apakah pemiliknya akan memperlihatkan diri atau tidak!”

Berkata sampai di situ, Yo Him terpaksa melompat ke samping kanan, untuk mengelakkan terjangan kuat dan berbahaya dari binatang buas tersebut. Tetapi Yo Him juga bukan hanya sekedar menyingkir, cepat bukan main ke dua tangannya dirangkapkan dan dia memukul dengan mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya.

Pukulan seperti ini mengandung tenaga yang bisa menghancurkan batu, maka begitu mengenai telak kepala binatang buas itu, tubuh biruang berbulu putih itu telah terhuyung-huyung, kemudian terjatuh duduk dengan kepala yang pusing dan mata yang nanar. Hanya mulutnya yang terpentang lebar mengeluarkan suara erangan marah.

Yo Him telah tertawa menghampiri Liu Ong Kiang, katanya. “Sesungguhnya, binatang buas seperti ini harus dibinasakan, karena dengan adanya dia di tengah-tengah keramaian kota, tentu bisa mencelakai manusia...... tetapi anehnya, binatang buas ini bagaikan terpelihara baik dan pandai sekali mempergunakan jurus-jurus ilmu silat. Seperti tadi aku telah melihatnya Liu Lopeh, biruang ini membawakan jurus-jurus ilmu silat dengan teratur sekali. Entah siapa pemiliknya......?!”

Liu Ong Kiang telah mengangguk, ia menghela napas sambil melirik mengawasi biruang itu, lalu katanya, “Benar aku yakin biruang ini pasti peliharaan orang Kang-ouw yang memiliki kepandaian tinggi...... entah siapa dia?”

Biruang putih itu, yang duduk dengan kepala digerak-gerakan ke kiri dan ke kanan, seperti juga tengah merasa pusing bukan main, telah berusaha untuk berdiri. Semula ia mengerang-erang dengan tidak hentinya, setelah berdiri, walaupun tubuhnya masih sempoyongan bagaikan hendak jatuh kembali.

Ia telah membuka ke dua tangannya memukuli dadanya, dan mengerang dengan suara raungan yang seperti menggentarkan sekitar tempat itu. Suara raungannya begitu panjang dan menyeramkan, membuat semua orang yang tengah bersembunyi di berbagai tempat, yang menyaksikan hal itu, telah menggigil ketakutan.

Ketika biruang putih ini muncul di kota tersebut, sesungguhnya waktu itu di jalan raya cukup ramai oleh manusia-manusia yang sibuk dengan kebutuhan mereka masing-masing. Namun begitu binatang buas tersebut muncul, mereka jadi kaget dan ketakutan, dengan panik mereka telah berlari-lari mencari tempat bersembunyi.

Sekarang melihat biruang itu telah dihajar oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang, bukannya jadi lumpuh dan pergi meninggalkan tempat itu, malah telah meraung dengan sikapnya yang bertambah ganas dan juga bertambah kalap, membuat orang-orang itu tambah ketakutan. Karena kalau sampai terjadi biruang itu mengamuk dan Yo Him bersama Liu Ong Kiang tidak bisa menguasainya, niscaya akan menimbulkan kerusakan yang cukup hebat untuk toko-toko dan rumah-rumah penduduk di sekitar jalan tersebut, juga yang dikuatirkan akan jatuhnya korban manusia di tangan binatang buas itu......!

Biruang putih itu meraung terus, namun tidak menerjang lagi kepada Yo Him atau Liu Ong Kiang. Dengan sikapnya seperti itu, segera juga Yo Him dan Liu Ong Kiang dapat menduga, bahwa biruang tersebut seperti tengah memanggil seseorang. Dan tentunya yang dipanggil binatang buas dengan isyarat suara raungannya itu, adalah majikannya, orang yang telah memeliharanya......

Apa yang diduga oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang memang tepat. Karena setelah biruang putih itu meraung berulang kali dengan suara yang begitu menyeramkan, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara raungan seperti biruang putih itu, karena suara raungan itu adalah suara raungan dari seorang manusia. Malah tidak lama kemudian tampak berkelebat mendatangi sesosok bayangan, yang gesit sekali. Disusul deagan kata-katanya: “Siapa yang telah berani menghina Pek-swat-jie (Anak Salju Putih)?”

Baru saja kata-katanya itu habis diucapkan, orangnya sudah tiba di samping biruang putih itu.

Dia adalah seorang lelaki bertubuh tinggi besar, dengan pakaian yang aneh sekali terbuat dari kulit binatang, dan juga mukanya memerah segar. Usianya mungkin limapuluh tahun lebih, sikapnya gagah dan tenaganya tampak kuat sekali. Dilihat dari keadaannya, orang itu seperti juga bukan orang daratan Tiong-goan. Sepasang matanya telah mencilak ke sana ke mari, mengawasi sekelilingnya, mendelik Yo Him dan Liu Ong Kiang.

Biruang itu telah merangkul lelaki tersebut, ia mengeluarkan suara erangan perlahan, bagaikan tengah mengadu bahwa ia telah dihina oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang. Sedangkan lelaki itu yang aneh sekali cara berpakaiannya, telah mengangguk-angguk berulang kali.

Yo Him dan Liu Ong Kiang mengawasi saja, mereka tidak mengetahui entah siapa lelaki luar biasa ini. Namun melihat cara datangnya tadi menunjukkan bahwa ginkangnya memang sangat tinggi sekali. Walaupun tidak melebihi jauh ginkang yang dimiliki Yo Him, namun berada di atas dari ginkang Liu Ong Kiang!

Dilihat dari kulit tubuhnya yang putih kemerah-merahan, orang itupun rupanya tinggal di tempat yang dingin sekali, dan jarang terkena sinar matahari. Namun dengan munculnya orang tersebut bersama dengan binatang peliharaannya itu, benar-benar sangat aneh dan membingungkan sekali.

Setelah merangkul lelaki itu beberapa saat, biruang itu melepaskan rangkulannya dan tangannya menunjuk-nunjuk pada Yo Him dan Liu Ong Kiang.

Lelaki aneh itu telah mengawasi mendelik kepada Yo Him dan Liu Ong Kiang, lalu bentaknya. “Mengapa kau menghina Pek-swat-jie?”

Yo Him cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya, ia menjura memberi hormat. “Locianpwe, kami sama sekali tidak bermaksud mengganggu binatang peliharaanmu itu, tetapi kukira dengan membawa-bawa binatang buas di tengah keramaian kota ini bukanlah suatu perbuatan yang terpuji, karena biruang itu telah menimbulkan kepanikan penduduk kota! Juga, jika sampai binatang itu mengganggu penduduk di mana terjadi korban jiwa, bukankah hal itu harus disesalkan sekali......!?!”

Muka lelaki itu berobah merah, ia memang memiliki wajah yang putih kemerah-merahan, maka mukanya itu marah seperti juga kepiting yang direbus, diliputi kemarahan yang luar biasa.

“Kau mengatakan Pek-swat-jie mengganggu penduduk kota ini? Apakah kau bisa memperlihatkan siapa orang yang telah diganggu dan menjadi korban Pek-swat-jie?! Aku tahu benar, Pek-swat-jie tidak mungkin mengganggu manusia!”

Liu Ong Kiang tidak sesabar Yo Him dia mendengus dingin, katanya: “Binatang itu walaupun telah dididik dengan baik, tetap saja binatang! Tadi dia telah mengejar-ngejar penduduk di kota ini, mereka jadi ketakutan dan panik berlari tidak menentu..... menakut-nakuti seperti itu, tentu akan menimbulkan kerusuhan di kota ini. Alangkah baiknya jika kau membawa pergi, binatang peliharaanmu itu!”

Mata lelaki aneh itu telah mendelik mengawasi Liu Ong Kiang, katanya: “Pengemis bau apakah kau tahu dengan perkataanmu itu, tubuhmu bisa dibeset-beset oleh Pek-swat-jie?”

Liu Ong Kiang memang tengah mendongkol, karena lelaki aneh ini telah membawa-bawa dan melepaskan binatang buas yang jadi peliharaannya itu di tengah-tengah keramaian kota. Ia memang tidak puas terhadap perbuatan lelaki aneh ini.

Sekarang dia ditegur seperti itu, maka katanya dengan sikap yang dingin. “Jika memang terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan binatang itu merusak atau mencelakai manusia, jelas engkau yang harus bertanggung jawab! Hemm, terlebih lagi jika memang binatang itu berani berbuat kurang ajar padaku, hemm, hemm, apakah kau kira aku ini bak-pauw, yang mudah untuk dibeset-beset?”

Lelaki bermuka merah yang pakaiannya begitu aneh, telah mendekati dengan gusar.

“Pengemis bau, mulutmu lancang dan kurang ajar sekali! Kau perlu dihajar......” dan setelah berkata begitu dengan gerakan yang sulit sekali diikuti oleh penglihatan manusia, tangannya bergerak untuk mencengkeram pundak Liu Ong Kiang.

Yo Him melihat gerakan yang dilakukan oleh orang berpakaian aneh itu luar biasa cepatnya, dan juga tangannya telengas sekali, serangannya bengis dan bisa melumpuhkan, karena yang diincernya adalah tulang pie-pe di pundak Liu Ong Kiang.

Sedangkan si pengemis hatinya tercekat waktu itu tahu-tahu jari tangan orang aneh itu menyentuh baju di pundaknya. Mati-matian ia telah mengelakkannya dengan menurunkan pundaknya. Tidak urung, bajunya di bagian pundak telah berhasil dirobek oleh jari tangan orang aneh itu, sehingga tampak kain baju itu berkibar-kibar tertiup angin, robek cukup lebar.

Bukan main gusarnya Liu Ong Kiang, ia sampat berjingkrak mengeluarkan makian sengit. “Binatangnya buas, majikannya juga buas, maka ke dua-duanya perlu dimampusi!”

Lalu dengan perkataannya itu, Liu Ong Kiang telah mencabut tongkat bambu yang terselip di pinggangnya. Tombak bambu itu sepanjang dua kali lebih, berwarna kuning kehijau-hijauan.

Biasanya, jarang sekali Liu Ong Kiang mempergunakannya jika memang bukan tengah menghadapi lawan yang tangguh. Karena melihat bahwa orang aneh ini memang memiliki kepandaian yang tinggi dan tidak bisa dipandang remeh, maka ia telah mengeluarkan tongkat bambunya itu untuk menghadapi orang tersebut. Bahkan begitu mengeluarkan tongkat bambunya, segera Liu Ong Kiang telah menggerakkannya untuk memukul ke pinggang orang aneh itu.

Orang aneh dengan pakaian yang aneh juga, telah mengeluarkan suara tertawa mengejek.

“Hemm, tongkat pemukul anjing buduk dari partai pengemis hendak dipergunakan menghadapi aku, Swat Tocu (pemilik pulau salju)?” teriaknya dengan suara yang dingin, dan tampak dia telah menjentik dengan jari telunjuknya menyentil tongkat bambu itu, yang telah kena disetilnya kuat sekali, sampai tongkat bambu itu terpental dan tidak berhasil mengenai sasarannya. “Sedangkan Pangcu Kay-pang sendiri akan berlaku dan tidak berani berlaku kurang ajar!”

Mendengar bahwa orang yang ada di hadapannya ini, yang menjadi pemilik biruang putih itu, adalah Swat Tocu (majikan pulau salju), Liu Ong Kiang terkejut bukan main. Ia pun tadi tengah kaget karena tongkatnya yang kena disentil oleh Swat Tocu tersebut telah terpental keras sekali, malah ia merasakan telapak tangannya begitu pedih dan sakit sekali, hampir saja tongkatnya itu tidak bisa dicekalnya terus dan terlepas. Namun karena Liu Ong Kiang memang memiliki kepandaian yang tak rendah dia masih bisa berusaha mencegah terlepasnya tongkat bambu itu dari cekalan tangannya.

Swat Tocu memang merupakan seorang tokoh sakti yang sangat ditakuti oleh tokoh-tokoh rimba persilatan daratan Tiong-goan, karena Swat Tocu merupakan seorang tokoh tua yang telah berusia seratus tahun lebih. Namun karena ia tinggal di tempat yang dingin di pulau Swat-to, Pulau Salju, yang seluruh permukaan pulau itu diselimuti oleh lapisan salju, membuat ia awet muda dan tampak seperti seorang yang baru berusia limapuluh tahun.

Rahasia awet mudanya itupun justru karena ia telah melatih lweekang yang mempergunakan inti es, yang bisa diperolehnya dari dasar pulaunya, di mana ia melatih lweekangnya itu dengan menyedot inti es yang terdapat di dasar pulau saljunya. Maka inti es yang telah diresapnya itu, merupakan suatu kekuatan yang sangat hebat.

Jarang sekali ada orang yang bisa menghadapi inti es telapak tangan Swat Tocu, karena sekali saja Swat Tocu menyerang dengan pukulan yang mengandung kekuatan lweekang, lawannya akan terbinasa dengan tubuh yang kaku dan darah di tubuhnya membeku. Begitu sempurnanya kepandaian lweekang yang telah dilatih oleh Swat Tocu, sehingga ia merupakan tokoh sakti yang boleh dibilang sudah tidak memiliki lawan sama sekali. Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian sulit untuk diukur lagi.


DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar