Beruang Salju Bab 12 Bantuan Obat Pengemis Tua

Beruang Salju Bab 12 Bantuan Obat Pengemis Tua

12 Bantuan Obat Pengemis Tua

“Lalu sekarang apa rencana Liu Lopeh?” tanya Yo Him.

Si pengemis yang bergelar Sin-bok-koay-kay tersebut menghela napas dengan sikap yang mengandung penyesalan, katanya: “Sesungguhnya Khu Tianglo dan Sun Tianglo telah bersepakat untuk memulihkan keadaan Kay-pang, guna membentuk beberapa pimpinan Kay-pang di daerah yang baru, untuk memulihkan kewibawaan Kay-pang. Tetapi itu baru merupakan rencana belaka, dan cita-cita ke dua Tianglo kami itu belum lagi berhasil, mereka telah berurusan dengan peta yang diperebutkan oleh pemerintah Mongolia tersebut, di mana akhirnya mereka telah kena ditawan oleh orang-orang Mongolia.

“Sedangkan orang bertopeng hitam itu, yang memang memiliki kepandaian tinggi dan telah menyerahkan gulungan peta itu kepada Khu Tianglo sampai sekarang ini belum lagi diketahui siapa adanya dia......! Aku telah berusaha menyelidiki, tetapi sejauh itu belum juga berhasil mengetahui siapa adanya orang bertopeng hitam itu yang merupakan sumber dari tertangkapnya Khu Tianglo dan Sun Tianglo oleh tentara Mongolia!”

Waktu itu Yo Him telah mengerutkan sepasang alisnya. Ia berkata ragu-ragu: “Namun selama berkelana di dalam rimba persilatan, aku belum pernah mendengar ada seorang tokoh persilatan dengan memakai topeng hitam sebagai penutup mukanya.....!”

Liu Ong Kiang telah menghela napas, ia berkata lagi: “Namun sebulan yang lalu justru aku telah berhasil mendengar kabar selentingan, bahwa orang yang memakai topeng hitam itu adalah seorang tokoh dari pintu perguruan Bu-tong-pay. Namun sejauh itu kebenaran berita yang kuperoleh dari sahabat rimba persilakan, belum lagi dapat dipastikan.....!”

Yo Him memperlihatkan sikap terkejut, lalu tanyanya: “Apakah..... apakah orang Bu-tong-pay akan melakukan tindakan seperti itu? Tidak mungkin! Tidak mungkin! Mereka tentu merupakan orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi dan terhormat. Tidak mungkin karena disebabkan peta itu, mereka lalu mencuci tangan dan menyebabkan pihak Kay-pang yang berurusan dengan pihak tentara Mongolta......!”

Liu Ong Kiang mengangguk, katanya: “Memang kaum Bu-tong-pay merupakan orang-orang, rimba persilatan yang memiliki kedudukan yang dihormati oleh setiap sahabat rimba persilatan. Namun justru orang yang melakukan tindakan ini merupakan murid yang telah keluar dari pintu perguruan tersebut. Ia bekerja hanya seorang diri. Jadi bukan maksudku bahwa ia bekerja atas nama Bu-tong-pay.....!”

“Siapakah orang itu Liu Lopeh? Tahukah engkau akan namanya?” tanya Yo Him.

Si pengemis menggelengkan kepalanya perlahan, lalu katanya dengan suara yang mengandung penyesalan: “Aku belum lagi mengetahui...... cuma menurut kabar-kabar selentingan. Orang itu adalah salah seorang murid tingkat ketiga dari Bu-tong-pay.”

“Mengapa Lopeh tidak menanyakan langsung kepada pihak Bu-tong-pay”?” tanya Yo Him.

“Aku telah mengunjungi dua kali pintu perguruan tersebut. Namun sejauh itu pihak Bu-tong-pay menyatakan bahwa mereka tidak mencampuri lagi urusan murid yang telah diusir dari pintu perguruan tersebut. Dan ketika kutanyakan siapakah adanya murid Bu-tong-pay yang telah diusir dari pintu perguruan tersebut, pihak Bu-tong-pay tidak bersedia menyebutkannya. Karena menurut mereka itulah rahasia rumah tangga pintu perguruan tersebut.....!”

“Tetapi lopeh, jika memang kita langsung menemui Ciang-bun-jin Bu-tong-pay dan menceritakan kesulitan yang dialami oleh pihak Kay-pang, di mana jelas akan menimbulkan pergolakan yang tidak menggembirakan di dalam rimba persilatan tentu Ciang-bun-jin Bu-tong-pay bersedia memberitahukan siapa-siapa saja murid Bu-tong-pay yang telah diusir oleh pihak pintu perguruan tersebut......!”

Liu Ong Kiang tersenyum pahit, ia berkata: “Justru kami dari pihak Kay-pang juga tidak memiliki muka yang begitu tebal untuk terlalu merendahkan diri pada pihak Bu-tong-pay. Bukankah jika mereka mengatakan bahwa Kay-pang memiliki banyak orang-orangnya yang berkepandaian tinggi, dan kini ternyata tidak memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan persoalannya dengan pihak tentara Mongolia itu, akan mendatangkan malu buat kami. Terlebih lagi yang kini ditahan oleh pihak kerajaan Mongolia itu adalah ke dua Tianglo kami, yang memiliki kedudukan tidak rendah dalam Kay-pang. Sampai mereka tidak bisa menyelamatkan diri dari tangan pihak Mongolia tersebut, huh! Itu hanya akan menjadi bahan tertawa yang tidak mengenakkan hati kami pihak Kay-pang......!”

Yo Him menghela napas.

“Lalu tindakan apa yang hendak dilakukan oleh pihak Kay-pang dalam usaha menolong ke dua Tianglo kalian itu, Liu Lopeh?” tanya Yo Him.

“Sesungguhnya dari pihak Kay-pang kami telah menyusun rencana untuk melakukan penyerbuan ke tempat ke dua Tianglo kami itu ditahan, guna membebaskannya dengan mempergunakan kekerasan. Namun kami masih mempertimbangkan akibat yang akan muncul, di mana akan menyebabkan goncangan yang terlalu luas untuk rimba persilatan. Disamping itu akan menimbulkan jatuhnya korban yang tidak sedikit.....!” dan setelah menyahuti begitu, Liu Ong Kiang menjadi serba salah, lalu ia menghela napas berulang kali dengan wajah yang semakin muram.

Yo Him tertawa perlahan untuk menghibur Liu Ong Kiang, pengemis Kay-pang itu, katanya kemudian, “Jika memang Liu Lopeh hendak pergi menolongi Khu Tianglo dan Sun Tianglo dari tangan orang-orang Mongolia itu, tidak perlu sampai mengerahkan anggota Kay-pang seperti apa yang disebut oleh Liu Lopeh tadi. Cukup jika kita bersama beberapa tokoh Kay-pang lainnya yang benar-benar memiliki kepandaian tinggi dan bisa diandalkan untuk pergi menolongnya.”

Liu Ong Kiang menghela napas lagi. Wajah masih bermuram durja seperti tengah berpikir keras, lalu berkata lagi, “kalau saja memang Yo Kongcu bersedia untuk membantu kami tentu urusan akan menjadi beres dengan mudah!”

“Tentu saja aku mau untuk membantu pihak Kay-pang terlebih lagi ini merupakan urusan penasaran dari Kay-pang, bukan menipiskan urusan yang buruk. Mengapa aku harus menolak membantu Kay-pang? Tetapi sayang justru kini aku tengah berusaha menolong jiwa seseorang......”

“Menolong jiwa seseorang......?” tanya Liu Ong Kiang terkejut.

Yo Him mengangguk.

“Ya. Seorang sahabat telah terkena racun yang hebat dan kini dalam keadaan yang menguatirkan sekali, maka aku harus mencari obat untuk menyembuhkannya. Waktu dan kesempatan yang ada hanya lima hari saja selewatnya dari waktu itu ia akan menemui kematian dengan cara yang mengerikan sekali, yaitu dengan tubuh mencair busuk......!”

Liu Ong Kiang memperlihatkan wajah terkejut, tanyanya: “Racun apa yang yang telah mengendap di tubuhnya?”

Yo Him menghela napas. “Sahabat itu dilukai Tok-ong-kiu-cie yang mempergunakan racun Sam-hun-tok yang menurut katanya hanya bisa disembuhkan oleh Sam-touw-liong Wie Go Ciang, iblis yang menetap di Souw-ciu. Tetapi itu tidak mungkin karena dari kota ini tidak mungkin mencapai pulang pergi hanya dalam lima hari..... Kasihan sekali nasib sahabat itu.....!”

Mendengar disebutnya nama Tok-ong-kiu-cie dan Sam-touw-liong Wie Go Ciang muka Liu Ong Kiang jadi berobah hebat, katanya dengan suara yang terbata-bata: “Inilah urusan yang tidak main-main. Tentunya sahabatmu itu Kongcu merupakan seorang rimba peralatan yang memiliki kepandaian tinggi sekali. Siapakah sahabatmu itu. Kongcu?”

“Dia she Cin dan bernama Piauw Ho,” menjelaskan Yo Him. “Kini ia tengah rebah tidak berdaya di dalam kamar rumah penginapan......!”

“Mari kita melihat keadaannya.....!” ajak Liu Ong Kiang sambil berdiri dari duduknya.

Yo Him mengangguk, katanya: “Tetapi kita harus menjemput Ko Tie dulu......!”

“Ko Tie? Siapa dia?”

“Seorang sahabat kecil.....!”

“Ohh....!”

Liu Ong Kiang dan Yo Him telah pergi ke tempat pertunjukan wayang orang, waktu itu pertunjukan tengah berlangsung seru dengan adegan pertempuran. Seluruh penonton tengah asyik menyaksikan pertunjukan tersebut. Begitu juga halnya dengan Ko Tie yang tengah berdiri sambil sekali-sekali bersorak girang. melihat ramenya adegan pertempuran yang terjadi di atas panggung pertunjukan itu.

Yo Him segera menghampiri Ko Tie. dan mengajak anak itu untuk kembali ke rumah penginapan. Lie Ko Tie tidak membantah, ia bersama Yo Him dan Liu Ong Kiang telah kembali ke rumah penginapan.

Waktu mereka tiba di kamar penginapan, tampak Cin Piauw Ho tengah rebah di atas pembaringnn dengan muka yang pucat kehijau-hijauan. Napasnya juga perlahan dan lemah sekali. Sepasang matanya terpejam rapat.

Yo Him menghampiri pembaringan, memegang perlahan tangan Cin Piauw Ho. Kemudian katanya dengan suara yang mengandung kekuatiran: “Cin Toako..... bagaimana keadaanmu? Apa yang engkau rasakan?”

Cin Piauw Ho membuka matanya, dan memandang dengan sinar mata lesu tidak bercahaya kepada Yo Him. Kemudian melirik kepada Liu Ong Kiang dan Ko Tie yang bersama Yo Him.

“Rasanya sulit sekali bagi aku berharap bisa hidup lebih lama lagi, paling lambat mungkin hari ini aku masih bisa bertahan..... setelah itu mungkin aku akan putus jiwa.....!” kata Cin Piauw Ho dengan suara yang lemah.

Yo Him memaksakan diri untuk tertawa guna menghibur dan memberikan semangat kepada Cin Piauw Ho, lalu katanya: “Kau jangan berkata begitu Cin toako, aku akan berhasil untuk mencarikan obat dan usaha menolong jiwamu dari kematian..... engkau tenang-tenanglah beristirahat..... jangan terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak.”

Cin Piauw Ho menghela napas, ia tampaknya putus asa.

Liu Ong Khang yang sejak tadi mengawasi keadaan Cin Piauw Ho, telah menoleh kepada Yo Him, lalu katanya hati-hati: “Yo Kongcu, aku mengerti sedikit-sedikit mengenai ilmu racun, karena kami kaum pengemis sering menangkap ular dan kalajengking. Dengan begitu aku mengenal beberapa jenis racun. Walaupun Kongcu tadi telah mengatakan bahwa sahabatmu ini terluka oleh racun Sam-hun-tok, tetapi kukira ada baiknya aku memeriksa lukanya itu dulu.....!”

Yo Him girang mendengar perkataannya si pengemis, ia mengangguk sambil katanya katanya, “Jika memang Liu Lopeh ingin menolongi Cin toako, mengapa aku harus menghalangi? Tidak ada salahnya jika Liu Lopeh memeriksa keadaannya. Siapa tahu Liu Lopeh bisa mengobatinya?”

“Aku hanya mengerti sedikit sekali mengenai beberapa jenis racun, tetapi aku akan berusaha untuk memperpanjang daya bertahan saudara Cin itu......!” Sambil berkata begitu, Liu Ong Kiang menghampiri ke dekat pembaringan lalu dengan dibantu oleh Yo Him, ia telah melepaskan pakaian atas Cin Piauw Ho, di mana di dekat pundaknya tersebut tampak sebuah luka yang telah bersemu hitam, daging di sekitarnya luka itu mulai membusuk dan menyiarkan bau yang tidak sedap untuk hidung, juga warna hitam gelap itu telah melebur ke dekat punggung serta ketiak.

Sekali lihat saja, segera bisa diketahui bahwa Cin Piauw Ho telah terluka berat dan racun mulai bekerja. Memang jika racun tersebut telah menjalar sampai ke jantung, jangan harap Cin Piauw Ho mengharapkan dapat hidup lebih lama lagi dan di waktu itu tubuhnya akan mencair dan membusuk.

Liu Ong Kiang mengerutkan alisnya. Wajahnya muram ketika melihat keadaan luka yang diderita oleh Cin Piauw Ho. Malah akhirnya pengemis itu telah menghela napas dalam-dalam, katanya dengan suara perlahan, “Memang racun Sam-hun-tok racun yang sangat dahsyat..... Aku baru kali ini melihat luka yang demikian hebat..... dan tidak kusangka bahwa Sam-hun-tok dapat bekerja perlahan namun kesudahannya demikian hebat. Menurut Yo Kongcu, saudara Cin ini telah diberikan obat oleh tabib, tetapi obat itu rupanya hanya dapat membendung menjalarnya racun untuk waktu yang tidak begitu lama. Menurut penglihatanku, paling lambat besok. Saudara Cin tidak akan sanggup bertahan lagi......!” Dan Liu Ong Kiang menghela napas berulang kali.

Yo Him mengawasi kuatir pada pengemis itu dan Cin Piauw Ho bergantian lalu dengan ragu-ragu katanya: “Apakah tidak ada jalan lain untuk menolong Cin toako agar ia bisa bertahan lebih lama lagi?”

Liu Ong Kiang berdiam diri sejenak namun akhirnya menyahuti juga: “Bisa, jika saja memperoleh pil Swat-lian-tiat-tan (pil teratai emas besi). Sayang sekali obat yang diramu dengan campuran swat-lian dari puncak Thian-san itu jarang sekali bisa diperoleh! Padaku terdapat pil Kim-lian-tan (pil teratai emas), tetapi aku belum tahu apakah pil yang kumiliki ini bisa mencegah menjalarnya racun Sam-hun-tok lebih jauh. Untuk menyembuhkan dan memunahkan racun Sam-hun-tok dengan mempergunakan pil obatku itu, memang tidak bisa, namun mudah-mudahan saja bisa memperlambat menjalarnya racun yang ganas itu, karena sedikitnya Kim-lian-tan dibuat mempergunakan campuran racun Swat-lian juga hanya sedikit sekali.”

Dan setelah berkata begitu, Liu Ong Kiang merogoh sakunya. Ia mengeluarkan sebuah botol kecil berwarna merah, di dalam botol tersebut terdapat dua butir pil berwarna coklat tua. Pengemis tersebut lantas saja mengeluarkan sebutir, lalu melanjutkan keterangan:

“Pil ini sesungguhnya kuperoleh dari seorang aneh dari Kun-lun yang pernah bertemu denganku secara kebetulan. Ia memberikan aku tiga butir. Tetapi yang sebutir telah dipergunakan untuk mengobati luka seorang anggota Kay-pang, maka pil mujijat ini hanya tinggal dua butir. Tetapi kurasa luka yang diderita oleh saudara Cin itu cukup parah. Untuk mencegah menjalarnya racun Sam-hun-tok lebih jauh, ia harus memakan ke dua butir pil ini. Sekarang dimakannya sebutir dan sore nanti ia baru memakannya sebutir lagi.....!”

Sambil berkata begitu, Liu Ong Kiang telah menghampiri pembaringan. Memijit rahang Cin Piauw Ho meminta Cin Piauw Ho membuka mulutnya.

Cin Piauw Ho yang memang telah berputus asa dan sudah tidak memiliki harapan hidup, tanpa rewel telah membuka mulutnya. Dan setelah pil Kim-lian-tan dimasukkan ke dalam mulutnya, di mana Cin Piauw Ho merasakan bau harum menyegarkan tersiar dari pil tersebut, ia menelannya.

“Nah, sekarang kau istirahat dulu, saudara Cin. Nanti kau harus memakan yang sebutir ini lagi. Mudah-mudahan saja pil Kim-lian-tan ini bisa memperlambat menjalarnya racun Sam-hun-tok itu.....!” kata Liu Ong Kiang kemudian.

“Terima kasih atas pemberian pil obat itu!” kata Cin Piauw Ho dengan suara yang tidak begitu lancar. “Pil itu merupakan obat mujijat yang tidak ternilai harganya, dan saudara telah memberikan kepadaku. Entah bagaimana nanti aku membalas budimu......!” kata kata itu tidak bisa diteruskan, karena Cin Piauw Ho merasakan sakit yang luar biasa pada lukanya. Ia mengerang perlahan sambil meringis.

Liu Ong Kiang menghela napas, ia bilang: “Jangan terlalu banyak bicara dan bergerak dulu. Nah, tidurlah! Mungkin lebih baik lagi, bila engkau bisa tidur untuk istirahat, sehingga tidak banyak gerak dan obat bekerja lebih baik, saudara Cin.....!”

Cin Piauw Ho hanya mengangguk dan memejamkan matanya rapat-rapat. Namun mukanya masih meringis menahan sakit yang luar biasa. Keadaannya mengenaskan sekali.

Menyaksikan itu, Yo Him menghela napas berulang kali, sedangkan Ko Tie yang sejak tadi hanya bisa mengawasi saja, jadi berdiri diam dengan hati yang bingung dan berkasihan. Ia bingung karena memang Ko Tie tidak bisa melakukan sesuatu apapun juga. Berkasihan karena melihat keadaan Cin Piauw Ho seperti itu.

Setelah melihat Cin Piauw Ho memejamkan mata rapat-rapat dan akhirnya perasaan sakit yang dideritanya mulai berkurang, sebab mukanya tidak meringis seperti tadi. Yo Him mengajak Ko Tie dan Liu Ong Kiang untuk keluar dari kamar tersebut. Mereka duduk di ruang bawah, di mana Yo Him memesan teh dan beberapa macam makanan kecil.

Banyak yang dibicarakan oleh Yo Him dan Liu Ong Kiang yaitu mengenai perkembangan dunia persilatan di saat itu. Waktu Yo Him menceritakan perihal dia menolongi Ko Tie dari tangannya wanita sinting Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan, si pengemis mengerutkan alisnya.

“Perempuan sinting itu memang banyak menimbulkan keonaran akhir-akhir ini, karena telah cukup banyak juga jago-jago Kang-ouw yang menjadi korbannya. Dalam tiga tahun, perempuan sinting dengan selalu membawa-bawa mayat bayi yang telah diawetkan itu memang telah dicari oleh beberapa orang tokoh Kangonw untuk ditumpas. Ia bertangan telengas dan juga menurut apa yang sering kudengar, setiap kali turun tangan selalu membinasakan korbannya dengan kejam sekali......!”

Setelah berkata begitu, Liu Ong Kiang menghela napas berulang kali, baru melanjuti lagi perkataannya, “Memang belakangan ini, sejak berakhirnya peperangan dan berhasilnya Kublai Khan menguasai daratan Tiong-goan, cukup banyak jago-jago yang bermunculan di dunia Kang-ouw. Dan yang membuat aku heran, mereka umumnya merupakan jago-jago muda yang memiliki kepandaian tidak rendah! Inilah yang merupakan ancaman tidak kecil buat rimba persilatan, karena syukur jika jago-jago muda itu mengambil jalan Pek-to, putih dan lurus. Tetapi jika mereka yang masih berusia muda dan berdarah panas itu memilih jalan Hek-to, maka akan menimbulkan bencana yang tidak kecil buat Kang-ouw......!”

Yo Him mengangguk.

“Apa yang dikatakan oleh Liu Lopeh memang tepat,” kata Yo Him. “Dalam hal ini memang harus diperhatikan baik-baik. Karena sepak terjang dari jago-jago muda itu yang bermunculan cukup banyak dengan kepandaian tinggi. Dibiarkan begitu saja mereka mengumbar keganasan mereka, niscaya korban-korban yang berjatuhan akan banyak sekali, sedangkan tokoh sakti yang telah kecewa dengan kekalahan kerajaan kita dan berkuasanya Kubilai Khan di daratan Tiong-goan ini benar-benar mengundurkan diri dan hidup mengasingkan diri di tempat tertentu, sudah tidak mau mencampuri lagi urusan Kang-ouw......!”

Liu Ong Kiang berdiam diri sejenak. Namun akhirnya dia mengawasi Ko Tie. Dia mengawasi agak lama dan teliti sekali, seperti juga terdapat sesuatu yang menarik pada diri Ko Tie.

“Anak yang baik!” memuji Liu Ong Kiang akhirnya. “Tampaknya anak ini memiliki bakat dan tulang yang baik sekali untuk mempelajari ilmu silat! Apakah ia murid Yo Kongcu?” sambil bertanya begitu, Liu Ong Kiang juga telah menoleh kepada Yo Him.

Yo Him menggeleng, ia cepat-cepat menceritakan siapa adanya Ko Tie dan bagaimana terjadi pertemuan di antara mereka. Pula Yo Him menceritakan riwayat Ko Tie seperti apa yang pernah Ko Tie ceritakan padanya.

Rupanya Liu Ong Kiang tertarik sekali pada Ko Tie yang dipujinya sebagai seorang anak yang memiliki bakat berkepandaian tinggi, bimbingan yang baik dari seorang yang tangguh di kemudian hari. Namun waktu mereka bercakap-cakap seperti itu, tiba-tiba mereka mendengar suara ribut-ribut di luar rumah penginapan. Suara jerit ketakutan dan teriakan teriakan kaget. Yo Him dan Liu Ong Kiang saling pandang. Lalu ke duanya cepat-cepat keluar untuk melihat apa yang tengah terjadi itu.

Ternyata di jalan raya tampak orang-orang wanita dan laki-laki berlari-lari sambil berteriak-teriak ketakutan, semuanya tengah mencari tempat persembunyian banyak juga yang lari menerobos masuk ke dalam rumah penginapan dengan muka yang pucat.

Yo Him dan Liu Ong Kiang mengerutkan alisnya. Ia melihat dari arah mana orang-orang itu datang berlari ketakutan dan segera juga mereka melihat sesuatu yang mengejutkan.

Karena terpisah puluhan tombak dari tempat mereka berada, tampak tengah mendatangi mahkluk yang cukup mengerikan, berbulu putih dan tinggi besar sambil melompat-lompat setengah berlari mengeluarkan suara erangannya yang keras sekali, menyeramkan. Makluk mengerikan itu tidak lain dari seekor biruang putih, yang bulunya bagaikan tumpukan salju...... giginya yang panjang runcing itu tampak mengerikan sekali setiap kali binatang buas tersebut menyeringai.

Yo Him dan Liu Ong Kiang jadi heran entah dari mana datangnya binatang buas tersebut, karena inilah merupakan peristiwa yang jarang sekali terjadi bahwa di tengah-tengah keramaian kota muncul makhluk buas seperti itu.

Sedangkan biruang berbulu putih yang tinggi besar itu telah berlari-lari kecil sambil melompat-lompat dan mengeluarkan sekali-sekali suara erangannya yang menyeramkan di jalan raya yang sepi. Semua orang yang tadi berada di jalan raya telah bersembunyi dengan ketakutan.

“Entah darimana datangnya makluk itu?” menggumam Liu Ong Kiang dengan suara yang perlahan. “Ini tidak boleh dibiarkan saja. Terutama jika biruang itu mengamuk, tentu bisa menimbulkan korban jwa......!”

Yo Him mengangguk, namun belum lagi ia menyahut, Liu Ong Kiang menjejakkan kakinya. Tubuhnya melompat ke tengah jalan raya, dengan beberapa kali lompatan lagi. Dia telah berada di depan biruang putih itu, menghadangnya, ingin meringkus.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar