Bab 14
Orang-orang Pek-lian-kauw dan
Pat-kwa-pai, kalian pergilah. Aku tidak ingin bermusuhan dengan kalian dan
jangan mencampuri utusan kami orang-orang Thian-li-pang!! dua kali Yo Han
menegur dan menyuruh mereka pergi.
Ketika empat orang itu terus mengamuk
tanpa mempedulikan kata-katanya, Yo Han menjadi marah. Kalian ini orang-orang
bandel yang pantas menerima hajaran!! Dia pun bergerak cepat, menggunakan ilmu
silat Bu-kek Hoat-keng dan angin berpusing cepat sekali, membuat empat orang
tosu itu ikut terputar dan sebelum mereka tahu apa yang terjadi, pedang mereka
beterbangan lepas dari tangan dan mereka pun seperti dilontarkan tenaga yang
amat kuat, terlempar dan terbanting sampai beberapa meter jauhnya! Agaknya Si
Tangan Sakti memang tidak ingin membunuh mereka sehingga mereka hanya
terbanting keras tanpa menderita luka parah.Pada saat mereka terbanting itulah,
Ouw Seng Bu dan Cu Kim Giok menuruni lereng. Ouw Seng Bu mengenal gerakan Yo
Han itu. Dia pun merasa sanggup bergerak menimbulkan angin berpusing seperti
itu seperti yang pernah dia pelajari dalam sumur!
Empat orang tosu mendapat hati
ketika melihat Seng Bu. Mereka dengan muka meringis kesakitan karena pinggul
mereka tadi terbanting keras, bangkit menyongsong kedatangan Seng Bu.
Pangcu....! kata mereka, akan
tetapi Seng Bu mengangkat tangan memberi hormat.
Harap To-tiang berempat suka
memaafkan kami dan meninggalkan tempat ini. Biarkan kami menyelesaikan urusan
dalam Thian-li-pang.!
Empat orang tosu itu merasa
heran, akan tetapi karena mereka sudah maklum bahwa ketua baru itu tentu akan
menggunakan siasat, mereka pun memberi hormat,dan pergi dari tempat itu tanpa
banyak cakap lagi. Kini Seng Bu berdiri berhadapan dengan Yo Han dan keduanya
saling pandang.
Kiranya Sin-ciang Tai-hiap
yang datang! Harap maafkan siauwte dan para anggauta Thian-li-pang yang tidak
tahu akan kedatangan Tai-hiap dan tidak sempat menyambut seperti mestinya.! Dia
memberi hormat.
Yo Han mengerutkan alisnya,
memandang penuh selidik. Dia tadi mendengar Kui Thian-cu menyebut pangcu!
kepada pemuda tampan ini! Dengan sikap tenang namun suaranya tegas dan
menyelidik, Yo Han berkata, Wajahmu tidak asing bagiku. Bukankah engkau seorang
di antara para murid suheng Lauw Kang Hui? Kenapa tosu tadi menyebutmu sebagai
pangcu? Di mana suheng Lauw Kang Hui dan apa yang terjadi dengan Thian-li-pang?
Mengapa bersahabat dengan orang-orang Pek-lian-kauw dan Pat-kwa-pai dan mengapa
pula ada murid Thian-li-pang yang dapat melakukan kejahatan di dusun ini?!
Diberondong
pertanyaan-pertanyaan itu, Seng Bu merasa seperti dihujani serangan yang
berbahaya. Dia memberi hormat lagi. Tai-hiap, banyak sekali hal-hal yang amat
hebat telah terjadi di tempat kita. Suhu.... suhu telah....mati dibunuh
orang.... dan aku terpaksa untuk sementara mewakili dan diangkat menjadi pangcu
karena tidak ada orang lain yang dapat memegang kedudukan itu sebagai pemimpin
sementara. Suhu Lauw- Kang Hui dibunuh orang, demikian pula suci Lauw Sek,
suheng Lauw Kin, susiok Su Kian den susiok Thio Cu. Semua tewas dibunuh orang....!
Ahhh??! Yo Han benar-benar
merasa terkejut. Siapakah yang membunuh mereka?!
Panjang ceritanya, Taihiap.
Marilah, ktta naik ke tempat kita dan di sana nanti aku menceritakan semuanya.
Banyak sekali rahasia tersembunyi di balik semua peristiwa yang mengerikan itu,
Taihiap.!
Yo Han masih mengerutkan
alisnya, akan tetapi dia mengangguk dan ketika mereka mulai mendaki bukit dan
melihat gadis manis yang datang bersama Ouw Seng Bu ikut pula mendaki, dia
berhenti dan bertanya.
Nanti dulu, siapakah Nona ini?!
Taihiap, Nona ini adalah nona Cu Kim Giok, ia seorang sahabat baikku dan
sekarang menjadi tamu terhormat di Thian-li-pang. Ia bukan gadis sembarangan,
Taihiap. Kuyakin Taihiap pernah mendengar tentang keluarga majikan Lembah Naga
Siluman, yaitu keluarga Cui Nah, Nona ini adalah puteri dari pendekar besar Cu
Kun Tek dari Lembah Naga Siluman.!
Ahhh, kiranya Nona dari
keluarga yang terkenal itu,! kata Yo Han sambil memberi hormat.
Kim Giok cepat membalas
penghormatan itu. Harap Yo-taihiap tidak bersikap merendah. Sudah lama aku
mendengar tentang nama besar Taihiap. Sayang dalam pertemuan tiga keluarga
besar di rumah Paman Suma, Ceng Liong di Hong-oun, Taihiap tidak ikut hadir.!
Yo Han tersenyum dan sejenak
mamandang gadis itu penuh selidik. Jadi engkau adalah sahabat baik dari.... eh,
ketua Thian-li-pang ini?!
Benar, dan baru beberapa hari
aku menjadi tamu dari Thian-li-pang.!
Taihiap agaknya sudah lupa
kepadaku. Aku murid termuda dari mendiang suhu Lauw Kang Hui, namaku Ouw Seng
Bu,! ketua itu memperkenalkan diri.
Yo Han mengangguk-angguk. Ya,
aku sekarang teringat. Jadi semua murid tertua dari suheng Lauw Kang Hui telah
dibunuh orang?!
Diam-diam Cu Kim Giok
mengerling dan mengamati wajah pendekar itu. Menurut cerita yang didengarnya
dari. Seng Bu, orang inilah yang membunuh Lauw Kang Hui dan para muridnya.
Apakah sekarang dia berpura-pura? Ataukah ada rahasia lain di balik pembunuhan
itu dan pembunuhnya bukan Sin-ciang Tai-hiap melainkan orang lain? Wajah tampan
dengan sinar mata tajam mencorong itu sukar diduga apa yang terkandung dalam
hatinya.
Taihiap, nanti saja akan
kuceritakan semua setelah kita tiba di rumah.! kata Seng Bu dan Yo Han
mengangguk. Mereka lalu mendaki lereng bukit dan ketika mereka tiba di pintu
gerbang perkampungan Thian-li-pang, para murid Thian-li-pang menyambut mereka
dengan sikap meriah dan gembira.
Sin-ciang Tai-hiap telah
datang!! demikian mereka berteriak dan bersorak sambil memberi hormat.
Yo Han menerima penyambutan
itu dengan senyum, akan tetapi di dalam hatinya merasa heran bukan main. Betapa
jauh bedanya antara sikap, para anggauta Thian-li-pang yang berada di
perkampungan ini dengan mereka yang tadi berada di dusun! Seolah tidak wajar
lagi!
Setelah mereka memasuki
ruangan dalam, Seng Bu berkata kepada Cu Kim Giok, Nona Cu, maafkan saya, harap
Nona suka beristirahat dan meninggalkan kami berdua untuk membicarakan soal
perkumpulan kami.!
Cu Kim Giok mengangguk, lalu
meninggalkan ruangan utu. Seng Bu menutup pintu ruangan itu, kemudian dia pun
mempersilakan Yo Han untuk duduk.
Yo Han duduk dan menghela
napas panjang. Nah, sekarang ceritakanlah semua. Apa yang telah terjadi di
sini? Cerutakan semua dengan jelas.!
Tiba-tiba Ouw Seng Bu
menjatuhkan diri berlutut di depan Yo Han sambil menangis! Yo Han mengerutkan
alisnya dan menegur dengan tegas, Ouw Seng Bu, sikapmu ini sungguh memalukan
sekali! Engkau telah ditunjuk sebagai ketua, akan tetapi anak buah
Thian-li-pang menyeleweng, Thian-li-pang mengadakan persekutuan dengan
partai-partai sesat seperti Pat-kwa-pai dan Pek-lian-kauw, dan sekarang engkau
menangis seperti anak kecil atau seperti wanita lemah, yang cengeng. Engkau
tidak patut menjadi ketua Thian-li-pang!!
Yo-taihiap, harap maafkan dan
kasihanilah saya! Saya terpaksa menjadi ketua karena tidak ada orang lain lagi.
Hanya sayalah satu-satunya murid mendiang suhu yang dianggap paling kuat. Akan
tetapi, setelah suhu dan para susiok dan suheng tewas, saya menjadi bingung dan
tidak dapat mengendalikan semua murid, tidak dapat mencegah kalau ada yang
melakukan penyelewengan. Mereka itu condong untuk memberontak dan saya tidak
berdaya menghadapi mereka. Juga saya tidak berani menolak ketika Pat-kwa-pai
dan Pek-lian-kauw melakukan pendekatan, takut kalau-kalau mereka akan memusuhi
kami. Sekarang Tai-hiap telah pulang, maka saya menyerahkan kepada Tai-hiap
untuk mengatur kembali perkumpulan kita ini.!
Sudahlah, duduklah dan
sekarang ceritakan apa yang terjadi dan bagaimana suheng Lauw Kang Hui dan yang
lain-lain sampai dibunuh orang, dan siapa pembunuh mereka itu.!
Seng Bu duduk dan menghapus
air matanya. Peristiwa yang terjadi itu amat mengerikan dan penuh rahasia,
Yo-taihiap. Kami hanya melihat ada bayangan hitam yang menangkap mereka seorang
demi seorang dan membawa mereka masuk ke dalam sumur tua itu. Dan setelah mereka
itu dibawa masuk sumur, sampai sekarang tidak ada kabar ceritanya dan kami
semua menganggap bahwa mereka tentu telah tewas terbunuh.!!Hemmm, siapakah
bayangan hitam itu?! Yo Han bertanya, alisnya berkerut, penasaran sekali.
Itulah yang membuat kami semua
penasaran, Tai-hiap. Tak ada yang dapat melihatnya, hanya melihat bayangan
hitam seperti setan, menangkap mereka dan membawa loncat ke dalam sumur. Tentu
saja peristiwa itu membuat semua anggauta menjadi panik dan ketakutan, dan
untuk meredakan kepanikan mereka, terpaksa saya untuk sementara menggantikan
kedudukan suhu dan memimpin mereka.!
Akan tetapi, kenapa kalian
tidak memasuki sumur itu untuk menyelidikit apa yang terjadi di sana? Siapa
tahu suheng Lauw Kang Hui dan yang lain-lain belum tewas?!
Seng Bu kelihatan terkejut dan
ketakutan. Maafkan kami, Yo-taihiap. Tentu saja kami juga berpikir demikian,
mengharapkan mereka belum tewas dan sewaktu-waktu akan muncul keluar. Akan
tetapi, untuk menyelidikinya, untuk memasuki sumur tua itu, siapa yang berani?!
Tidak berani? Aih, tak
kusangka orang-orang Thian-li-pang berubah menjadi penakut dan pengecut!! Lalu
sambil menatap tajam wajah Seng Bu dia melanjutkan, Dan engkau sendiri, yang
telah menerima menjadi ketua, kenapa engkau tidak memasuki sumur itu untuk
menyelidikinya?!
Seng Bu menundukkan mukanya.
Maafkan kami semua, Yo-taihiap. Sebetulnya kami ingin sekali, akan tetapi kami
takut. Kalau suhu dan para susiok, suci dan suheng sendiri tidak berdaya dibawa
masuk ke sumur oleh bayangan hitam itu, lalu bagaimana mungkin kami akan mampu
menandinginya? Memasuki sumur berarti mati konyol, dan kami semua, tidak
berani.!
Yo Han menghela napas panjang,
teringat akan mendiang kakek Ciu Lam Hok. Gurunya itu adalah seorang yang gagah
perkasa, bahkan kedua orang paman gurunya, mendiang Ban-tok Mo-ko dan Thian-te
Tok-ong, biarpun keduanya menyeleweng dari jalan kebenaran, tetap saja mereka
berdua adalah orang-orang yang gagah perkasa. Demikian pula murid mereka, Lauw
Kang Hui, memiliki keberanian dan kegagahan. Akan tetapi bagaimana sekarang
para murid Thian-li-pang begitu penakut dan pengecut? Gurunya berpesan agar dia
mengawasi Thian-li-pang dan mengusahakan agar Thian-li-pang pulih kembali
menjadi perkumpulan besar yang berjiwa pahlawan pembela nusa bangsa.
Sudah berapa lamakah peristiwa
hilangnya suheng Lauw Kang Hui ke dalam sumur tua itu terjadi?!
Sudah kurang lebih tiga bulan,
Yotaihiap.!
Yo Han merasa penasaran dan
khawatir. Kalau sampai tiga bulan mereka tidak keluar dari dalam sumur tua itu,
kecil sekali harapannya mereka masih hidup. Akan tetapi, mati atau hidup mereka
itu, dia harus mengetahui dengan pasti.
Baik, kalau begitu biar aku
sendiri yang akan memasuki sumur itu dan melakukan penyelidikan.! Yo Han
berkata.
Ouw Seng Bu memandang dengan
mata terbelalak. Akan tetapi, Tai-hiap. Itu berbahaya sekali!!!
Yo Han tersenyum, Seorang
gagah tidak gentar menempuh bahaya, asal itu dilakukan demi kebaikan. Lupakah
engkau akan pelajaran kegagahan dari Thian-li-pang?!
Be.... benar, Tai-hiap. Akan
tetapi.... sumur tua itu penuh rahasia dan menyeramkan, tentu banyak iblis
menjadi penghuninya di sana dan tak seorang pun berani memasukinya. Saya takut
kalau sampai terjadi sesuatu atas diri Taihiap....!
Mati hidup di tangan Thian.
Aku tidak minta ditemani siapapun kalau memang kalian takut. Biar aku sendiri
yang masuk dan kalian berjaga di luar sumur raja. Sediakan sehelai tali yang
kuat dan panjang, sekaran juga aku akan memasuki sumur menyelidiki keadaan
suheng Lauw Kang Hui dan yang lain-lain.!
Baik, Taihiap.!
Dan mulai saat ini,
Thian-li-pang harus memutuskan hubungan dengan Pat-kwa-pai dan Pek-lian-kauw.
Para murid dilarang bergaul dengan mereka, dan kalau ada yang melanggar, akan
dihukum berat. Dua orang anggauta Thian-li-pang yang membuat kerusuhan di rumah
makan, harus dihukum kurung selama sepekan. Nah, laksanakan!!
Baik, Taihiap.! Ouw Seng Bu
membuka daun pintu dan berseru memanggil pembantunya. Para murid kelas
tertinggi dari Thian-li-pang datang berlarian dan berkumpul di luar pintu
ruangan itu. Seng Bu lalu berkata dengan suara lantang kepada mereka.
Seluruh anggauta agar
bersiap-siap dan berkumpul di dekat sumur tua dan sediakan sehelai tambang yang
kuat dan panjang. Sin-ciang Tai-hiap sendiri akan turun ke dalam sumur
melakukan penyelidikan sekarang juga!!
Terdengar seruan-seruan kaget
di antara para anggauta Thian-li-pang, akan tetapi mereka segera menanti
perintah ketua mereka dan diantar oleh Ouw Seng Bu pergi ke bagian belakang
perkampungan Thian-li-pang dan tiba di dekat sumur tua. Sumur pertama yang
pernah menjadi tempat tahanan kakek Ciu Lam Hok yang berada di tempat itu juga,
tidak terlalu jauh dari situ, telah ditutup dengan batu-batu sehingga tidak
nampak lagi lubangnya. Sumur ke dua ini lebih besar, juga amat dalam karena
kalau dijenguk dari atas, tidak nampak dasarnya, hanya gelap menghitam.
Sebetulnya, tanpa tambang sekalipun Yo Han akan mampu menuruni sumur itu dengan
merayap, akan tetapi lebih mudah menggunakan tali, juga untuk naik kembali,
mudah kalau ada talinya.
Hampir seratus orang anggauta
Thian-li-pang sudah berkumpul di tempat itu, mengelilingi sumur tua, wajah
mereka tegang. Seorang di antara mereka menyerahkan segulungan tali yang kuat
dan panjang kepada Ouw Seng Bu.
Tai-hiap, apakah tali ini
memenuhi syarat?! tanya Seng Bu sambil memperlihatkan tali itu kepada Yo Han.
Yo Han menerima gulungan tali, kemudian melepas ujungnya ke dalam sumur setelah
ujung itu diikatkan kepada sebongkah batu. Ternyata sumur itu dalam sekali dan
sampai lama barulah batu di ujung tali tiba pada dasar sumur dan tali itu memng
cukup panjang dan kuat. Setelah batu tiba pada dasar sumur dan tali mengendur,
masih ada sisa tiga empat meter, Yo Han melibatkan sisa tali itu pada sebatang
pohon dekat sumur, lalu menyerahkan ujungnya kepada Seng Bu.
Jaga dan pegangi ujung tali
ini, aku akan segera turun ke bawah. Kalau aku sudah memberi tanda tarikan tiga
kali pada tali kau boleh tarik aku keluar.!
Baik, Yo-taihiap. Harap
Taihiap berhati-hati, siapa tahu ada bahaya mengintai di bawah sana.! kata Seng
Bu.
Jangan khawatir, aku sudah
siap menghadapi apa saja,! kata Yo Han. Setelah berkata demikian, Yo Han
menuruni sumur malalui tali yang ujungnya dipegang oleh Seng Bu, bagaikan
seekor monyet saja, dengan cekatan dia menuruni tali itu, waspada memperhatikan
ke bawah karena dia maklum bahwa seperti yang dikatakan Ouw Seng Bu tadi,
mungkin di bawah sana mengintai bahaya yan mengancam keselamatannya. Sama
sekali Yo Han tidak pernah mengira bahwa bahaya mengintai dari atas, bukan dari
bawah! Tadi dia telah menduga bahwa sumur ituu menyerong, yaitu ketika dia
mengulur tali yang ujungnya digantungi batu.
Batu itu tadi menyentuh
dinding sumur dan menggelinding ke bawah, tidak lagi tergantung bebas. Itu
berartu bahwa sumur itu menyerong, tidak lurus ke bawah. Kini ternyata memang
benar. Tubuhnya menyentuh dinding sumur yang kasar dan dia merayap terus. Dan
nampaklah sinar dari samping, yang tidak nampak dari atas karena letaknya yang
menyerong itu. Dan begitu kakinya menyentuh lantai batu, dia pun melihat lima
sosok mayat yang sudah tinggal tulang dibungkus pakaian yang robek-robek. Lima
orang! Dia teringat akan keterangan Ouw Seng Bu yang menceritakan bahwa yang
dibawa masuk ke dalam sumur oleh bayangan hitam adalah Lauw Kang Hui, Su Kian,
Thio Cu, Lauw Kin dan Lu Sek. Lima orang tokoh Thian-li-pang telah benar-benar
tewas di dasar sumur! Akan tetapi kedudukan lima sosok mayat itu bertumpuk,
nampaknya seperti dilemparkan dari atas!
Dia menghampiri mayat-mayat
itu. Sudah tidak dapat dikenal lagi, apalagi diselidiki sebab kematian mereka.
Juga tempat itu hanya remang-remang, terlalu gelap untuk dapat memeriksa dengan
teliti. Dia harus memeriksa ke dalam sana. Mungkin si pembunuh masih berada di
dasar sumur yang ternyata dasarnya merupakan terowongan berbatu-batu. Dia pun melepaskan
tali yang tadi masih dipegangnya, lalu berindap-indap memasuki lorong penuh
batu-batu besar itu. Kalau benar ada orangnya, mungkin bersembunyi di balik
batu besar. Dia sudah siap kalau-kalau ada serangan gelap dari dalam.
Tidak ada penyerangan, tidak
ada gerakan apa pun dari dalam. Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara bersiutan
dari atas. Yo Han terkejut melihat tali yang dipakai turun tadi kini menyambar
turun seperti seekor ular yang panjang sekali! Tali itu dilepas dari atas!
Sejenak dia tertegun karena heran dan kaget, akan tetapi cepat dia menarik tali
itu karena dalam sekejap mata dia yakin bahwa tali itu akan ada gunanya
baginya. Dia masih belum dapat menduga mengapa Ouw Seng Bu melepaskan tali itu.
Tiba-tiba terdengar suara tawa dari atas yang bergema ke bawah dan dia
terkejut. Itulah suara Ouw Seng Bu dan dia tahu bahwa orang yang dapat melepas
suara tawa mengandung khikang amat kuat seperti itu tentulah memiliki ilmu
kepandaian tinggi. Suara tawa itu disusul sorak-sorai dan tiba-tiba saja
terjadi hujan batu dari atas sumur!
Yo Han melompat lebih dalam,
lagi dan cepat dia mendorong sebuah batu besar sekali ke depan terowongan
sehingga hujan batu itu tidak menggelundung ke dalam terowongan melainkan
tertahan oleh batu besar dan terus bertumpuk menutupi lubang sumur! Kini
mengertilah dia. Ouw Seng Bu dan para anggauta Thian-li-pang telah berkhianat
dan dia telah tertipu. Ouw Seng Bu berhasil memancingnya memasuki sumur dan
sumur itu lalu ditimbuni batu.
Yo Han yang pada dasarnya
seorang yang memiliki iman yang kokoh kuat kepada Thian, tidak menjadi gugup.
Mati hidupnya sudah dia serahkan kepada kekuasaan Thian. Dia akan berusaha
sekuatnya mempertahankan hidupnya, akan tetapi berhasil atau gagalnya dia
serahkan kepada Thian Yang Maha Kuasa. Dia tahu bahwa tidak mungkin keluar
melalui sumur yang sudah tertutup banyak batu itu. Dia tidak mati tertimpa batu
karena batu besar tadi merupakan pengganjal dan penghalang batu-batu kecil
memasuki terowongan. Dia tidak akan mati tertimbun batu. Juga agaknya dia tidak
akan mati kehabisan napas karena ada saluran udara segar di situ, mungkin masuk
melalui celah-celah batu, seperti juga sinar matahari yang dapat masuk ke situ.
Dia tidak akan mati kehausan, karena dinding itu basah dan tidak sukar
menampung air dengan membuat lekukan pada dinding,basah untuk menampung air.
Dia akan mati kelaparan? Mungkin, kalau dia tidak dapat keluar dan kalau di
tempat itu tidak terdapat benda yang bisa dimakan.
Yo Han menggulung tali dan
duduk di atas gulungan tali agar tidak basah. Dia duduk bersila dan membiarkan
hati dan pikirannya tenang. Dia membutuhkan ketenangan. Dalam menghadapi
bahaya, dia harus dapat tenang agar akal pikirannya dapat dipergunakan
sebaik-baiknya, dan di dalam ketenangan itu kepasrahannya kepada kekuasaan
Thian dapat lebih mendalam.
Sementara itu, di atas sumur,
Ouw Seng Bu tertawa gembira ketika bersama para anak buah yang sudah
dipersiapkan sebelumnya, menimbun sumur tua itu dengan batu.
Ha-ha-ha, Yo Han. Rasakan
sekarang engkau, mampus di dalam sumur tua, menjadi setan penasaran! Sin-ciang
Taihiap, engkau tidak lagi menjadi penghalang bagiku.!
Akan tetapi, Ouw Beng Bu
segera menghentikan tawanya ketika dia melihat Cu Kim Giok datang
berlari-larian. Gadis itu mendengar sorak-sorai anak buah Thian-li-pang, merasa
tertarik dan segera datang ke tempat itu. Ia masih melihat anak buah
Thian-li-pang melempar-lemparkan batu ke dalam sebuah sumur tua dan ia merasa
heran sekali.
Ouw-pangcu, apakah yang telah
terjadi?! tanya gadis itu heran sambil mendekati Seng Bu.
Seng Bu segera memasang wajah
yang serius. Aih, hampir saja aku pun celaka menjadi korban kelihaian Yo Han,
Nona. Mari kita bicara di dalam dan akan kuceritakan semua.! Kepada anak
buahnya dia memesan agar sumur itu ditutup sampai tidak nampak lagi lubangnya.
Kemudian dia mengajak Kim Giok kembali ke bangunan induk pusat perkampungan
Thian-li-pang.
Setelah mereka duduk berdua di
dalam kamar belakang, Kim Giok dengan hati tegang bertanya, Ceritakan, Pangcu.
Apakah yang telah terjadi dan di mana adanya Sin-ciang Tai-hiap Yo Han?!
Seng Bu menghela napas dan
tiba-tiba dia mengeluh, wajahnya berubah pusat dan napasnya terengah.
Aduhhh....! Dia memejamkan matanya dan tangan kirinya menekan ke arah dada
kanannya.
Tentu saja Kim Giok terkejut
bukan main, cepat bangkit dan menghampiri pemuda itu. Ouw-pangcu, ada apakah?
Engkau.... terluka....?!
Sambil menekan dada kanan
dengan telapak tangannya, wajahnya menyeringai kesakitan, napasnya sesak, dia
menjawab terengah-engah, Dia memang.... lihai.... sekali, dan.... jahat kejam.
Dia.... dia tadi tiba-tiba memukulku, di dekat sumur.... aku nyaris terjungkal,
akan tetapi.... aku mampu bertahan, aku melawan.... dibantu oleh
saudara-saudaraku.... akhirnya kami berhasil.... dia terjatuh ke dalam sumur
akan tetapi aku.... aku terkena pukulannya....!
Ahhh!! Kim Giok terbelalak.
Dan kalian.... tadi menimbun sumur itu dengan batu? Dia terkubur
hidup-hidup.... ?! Gadis itu memandang ngeri.
Aih, Nona, kau tidak tahu....
dia amat kejam dan lihai.... kalau berhasil lolos....kami semua tentu akan
dibunuhnya. Lihat, lihat bekas tangannya ini....! Seng Bu merobek baju di
dadanya dan mata yang indah itu semakin terbelalak kaget. Dada Seng Bu, di
bagian kanan, terdapat bekas telapak tangan dengan lima jarinya, menghitam!
Ohhhhh....!! Dia menahan
teriakannya.
Ini.... pukulan....
mautnya.... untung aku sudah berjaga diri...., tapi nyeri bukan main....
auhhh....!! Seng Bu terkulai dan dia tentu akan terjatuh dari kursinya kalau
saja Kim Giok tidak cepat-cepat merangkulnya. Melihat Seng Bu pingsan, Kim Giok
memondongnya dan merebahkannya di atas lantai. Ia mengurut kedua pundak dan
tengkuk, dan pemuda itu membuka mata kembali.
Aduhhh....!!
Bagai mana rasanya, Pangcu?!
Nona, pukulan itu beracun,
harus cepat dibersihkan hawa beracun itu dengan pengerehan sin-kang. Maukah....
maukah engkau membantuku, Nona? Aku lemah sekali....!!
Tentu saja, Pangcu. Bagaimana
aku dapat membantumu?!
Tempelkan kedua telapak
tanganmu di punggungku dan kerahkan sin-kang, agar kekuatan kita dapat bersatu
mendorong keluar hawa beracun itu.!
Baik, Pangcu.! Melihat dengan
susah payah Seng Bu bangkit duduk, tanpa ragu Kim Giok membantunya duduk
bersila. Ia membantu pula Seng Bu membuka bajunya sehingga punggungnya nampak
dan ia pun bersila di belakang pemuda itu, menempelkan kedua telapak tangan di
punggung itu dan memejamkan mata, mengerahkan sin-kang membantu pemuda itu
mengusir! hawa beracun. Diam-diam Seng Bu menggunakan tangan kiri mengusap dan
menekan dada yang ada tanda, telapak tangan menghitam. Perlahan-lahan, tanda
menghitam itu pun lenyap, Kim Giok yang kurang pengalaman sama sekali tidak
menyangka bahwa noda hitam itu dibuat oleh Seng Bu sendiri ketika dia menekan
dada kanannya tadi. Dengan kepandaiannya yang aneh, dia mampu membuat kulit dadanya
kehitaman seperti terkena pukulan beracun.
Perlahan-lahan, pernapasan
Seng Bu menjadi normal kembali dan dia pun memutar tubuhnya, memegang kedua
tangan gadis itu dan menatapnya dengan pandang mata penuh kasih sayang. Kim
Giok juga menatapnya dan gadis itu menunduk malu.
Giok-moi (adik Giok), terima
kasih....engkau telah menyelamatkan nyawaku....!
Dengan tersipu Kim Giok
menarik kedua tangannya, lalu bangkit berdiri dan memutar tubuh membelakangi
pemuda itu agar tidak kelihatan bahwa ia merasa malu sekali.
Ihhhhh, Pangcu....!
Kim Giok, setelah apa yang kau
lakukan kepadaku tadi masihkah kita harus bersungkan-sungkan? Jangan menyebut
pangcu kepadaku, sebutan itu terlampau kaku, Giok-moi, aku merasa engkau bukan
seperti seorang sahabat baru, melainkan seperti sudah bertahun-tahun kukenal.
Jangan sebut aku pangcu, aku akan merasa, bahagia kalau engkau menyebut aku
koko (kanda).!
Bu-koko, engkau terlalu
berkelebihan. Apa yang kulakukan tadi hanya sekedar membantumu mengusir hawa
beracun. Apakah sekarang engkau sudah sembuh, sudah sehat kembali?!!Lihatlah,
Giok-moi. Tidak ada bekasnya lagi. Lihatlah!!
Kim Giok membalikkan tubuhnya
dan sekilas memandang ke arah dada yang telanjang itu, dada yang bersih
kulitnya, tidak lagi nampak tanda telapak tangan menghitam seperti tadi. Ia
merasa lega dan girang, akan tetapi juga malu dan ia tersipu, menundukkan muka
tidak mau memandang lagi.
Bu-ko, pakailah pakaianmu.
Engkau membuat aku merasa malu.!
Seng Bu tertawa. Ha-ha-ha,
setelah kita menjadi sahabat baik seperti ini, perlukah kita merasa sungkan dan
malu, Moi-moi? Entah mengapa, aku sudah tidak merasa malu sama sekali terhadap
dirimu, seolah-olah kita telah akrab selama bertahun-tahun.! Seng Bu
membetulkan bajunya yang robek di bagian dada dan dia nampak senang sekali.
Memang hatinya gembira, Yo Han, orang yang paling ditakutinya, telah tiada, dan
kini dia melihat tanda-tanda bahwa Cu Kim Giok gadis yang dicintanya, jelas
memperlihatkan tanda-tanda suka kepadanya. Setidaknya, gadis ini tadi amat
mengkhawatirkan keadaannya dan tanpa malu-malu suka membantu mengobati dirinya.
Kini mereka duduk berhadapan,
hanya terhalang meja kecil. Beberapa kali pandang mata mereka bertemu dan dalam
pandangan mata itu saja sudah terpancar perasaan hati masing-masing, biarpun
terkandang Kim Giok menundukkan mukanya yang menjadi kemerahan.
Giok-moi, kenapa engkau
menunduk dan kelihatan malu-malu?!
Habis, engkau memandangku
seperti itu!!
Seperti apa?! Seng Bu
menggoda.
Pandang matamu membuat aku
merasa canggung dan malu, Bu-ko.!
Tiba-tiba Seng Bu memegang
kedua tangan gadis itu yang berada di atas meja dan menggenggam tangan itu!
Giok-moi, perlukah aku jelaskan lagi apa artinya pandang mataku itu? Aku
memandangmu penuh kasih sayang. Aku cinta padamu, Giok-moi.!
Kim Giok menundukkan mukanya
yang kini menjadi merah sekali. Bagaimana, Giok-moi? Marahkah engkau akan
kelancanganku ini?!
Kim Giok menggeleng kepala,
tetap menunduk.
Lalu, kenapa engkau diam saja?
Apakah engkau tidak sudi menerima perasaan cintaku?!
Kini gadis itu mengangkat
mukanya yang kemerahan. Bu-ko, aku pun kagum dan suka padamu. Akan tetapi, kita
tidak perlu tergesa-gesa membicarakan perasaan kita itu. Kita baru saja
berkenalan dan kalau kita sudah menjadi sahabat baik, itu sudah menyenangkan
sekali, bukan?!
Seng Bu seorang yang cerdik.
Ia memang benar-benar mencinta Kim Giok sepenuh hatinya. Dia tidak ingin
membuat gadis itu tidak senang atau menjadi rikuh. Dia bahkan rela melakukan
apa saja untuk gadis yang dicintanya itu.
Baiklah, Giok-moi. Maafkan aku.
Kita memang telah menjadi sahabat baik ,dan biarlah urusan antara kita itu kita
bicarakan kelak seperti yang kau kehendaki. Aku hanya ingin agar engkau tahu
betul bahwa engkau lah satu-satunya wanita yang tinggal di dalam hatiku.!
Lega rasa hati Kim Giok dan ia
menjadi semakin suka kepada pemuda yang penuh pengertian itu. Terima kasih,
Bu-ko atas pengertianmu. Sekarang mari kita bicara tentang apa yang terjadi
tadi. Aku masih merasa heran sekali kenapa Sin-ciang Tai-hiap hendak membunuhmu
setelah dia membunuhi banyak tokoh Thian-li-pang. Aku pernah mendengar namanya
yang dipuji-puji oleh para pendekar dari dua keluarga besar pendekar Istana
Pulau Es dan Istana Gurun Pasir. Mereka menyatakan bahwa Sin-ciang Tai-hiap
adalah seorang pendekar yang budiman dan bijaksana. Akan tetapi kenapa di sini
dia menjadi begitu kejam dan jahat?!
Ouw Seng Bu menghela napas
panjang. Aku tidak heran dan sebaiknya engkau juga tidak perlu mengherankan hal
itu, Giok-moi. Kedudukan dan kekuasaan seringkali membuat orang lupa diri!.
Dia hendak menguasai
Thian-li-pang hendak menonjolkan diri dan menguasai dunia lewat Thian-li-pang.!
Akan tetapi, aku mendengar
bahwa dia telah diangkat menjadi pemimpin Thian-li-pang, hanya kedudukan ketua
dia serahkan kepada mendiang Lauw Pangcu. Kenapa dia malah membunuh Lauw Pangcu
dan beberapa orang tokoh Thian-li-pang, dan sekarang hendak membunuhmu pula?
Sungguh aku tidak mengerti.!
Giok-moi, agaknya engkau hanya
mengerti ekornya tidak mengerti kepalanya. Memang benar dia menjadi pemimpin besar
Thian-li-pang seperti dikehendaki oleh para tokoh tua Thian-li-pang. Akan
tetapi, sikapnya tidak sejalan dengan sikap para pimpinan Thian-li-pang. Dia
tidak suka Thian-li-pang mempergunakan kekerasan menentang pemerintah penjajah,
bahkan dia tidak setuju bersama-sama berjuang mengusir penjajah Mancu dari
tanah air. Bahkan mungkin sekali dia hendak membawa Thian-li-pang agar menjadi
antek penjajah. Itulah sebabnya dia membunuhi para pimpinan Thian-li-pang yang
pendiriannya tegas tegas menentang penjajah. Melihat aku yang diangkat menjadi
ketua menghimpun tenaga, bekerja sama dengan Pat-kwa-pai dan Pek-lian-pai, juga
dengan kelompok pejuang lainnya, dia menjadi marah dan dengan berpura-pura
hendak menyelidiki kematian para pimpinan Thian-li-pang di dekat sumur tua itu,
tiba-tiba dia menyerangku dan hendak membunuhku dan melemparku ke sumur tua
seperti yang dia lakukan kepada para pimpinan lain. Untung para dewa masih
melindungiku dan sebaliknya dia yang terlempar ke dalam sumur tua itu.!
Aihhh,! Cu Kim Giok menghela
napas panjang. Ayah dan ibu pernah mengatakan bahwa kedudukan memang suka
membuat orang menjadi kejam. Kuharap saja engkau tidak ikut-ikutan mabuk
kekuasaan, Ha-ko.!
Tidak mungkin, Giok-moi.
Apalagi kalau engkau suka membantuku dan berada di sampingku. Sejak
Thian-li-pang berdiri, nenek moyangku adalah pejuang-pejuang yang gigih, yang
rela mengorbankan nyawa demi membela nusa bangsa. Aku melanjutkan cita-cita
mereka, dan aku akan berjuang semata-mata demi membebaskan rakyat dan tanah air
dari cengkeraman penjajah Mancu, bukan untuk mencari kedudukan atau harta
benda. Tentu engkau percaya kepadaku, bukan?!
Tentu saja aku percaya padamu,
Bu-ko. Kalau tidak percaya, tentu aku tidak akan suka membantumu. Dan
selanjutnya, langkah apa yang akan kau ambil?!
Aku akan mengadakan
perundingan dengan para pimpinan puncak Pat-kwa-pai dan Pek-lian-kauw, juga
kelompok pejuang lainnya. Seperti juga pendirian orang-orang sombong, macam Yo
Han, masih banyak tokoh dunia kang-ouw yang mengambil jalan sendiri, membeda-bedakan
kelompok dan tidak mau bekerja sama untuk menghancurkan penjajah. Cara kerja
sendiri-sendiri ini, apalagi kalau disertai persaingan, menimbulkan
pertentangan antara para pejuang sendiri dan hal ini melemahkan perjuangan dan
memperkuat kedudukan pemerintah penjajah. Oleh karena itu, kita haruslah
beruaaha untuk lebih dulu menundukkan para kelompok dan tokoh dunia persilatan.
Kalau selurub dunia kang-ouw sudah dapat bekerja sama, kukira menggulingkan
pemerintah penjajah Mancu bukan merupakan hal yang sukar lagi.!
Kim Giok yang sudah
benar-benar jatuh cinta kepada pemuda itu, tertarik oleh gaya bicara dan
sikapnya, mengangguk-angguk dan merasa kagum karena ia manganggap bahwa
pendapat pemuda itu tepat. Sedikit banyak, ayah ibunya juga sudah menanamkan
perasaan cinta tanah air dan bangsa kepadanya, juga sudah menceritakan tentang
kekuasaan bangsa Mancu yang menjajah bangsanya.
Pendapatmu itu tepat sekali
dan aku akan membantumu, Bu-koko!! katanya penuh semangat. Tentu saja Seng Bu
menjadi girang bukan main.
Terima kasih, Giok-moi. Dengan
adanya engkau di sampingku, bintang dan bulan di langit pun akan dapat kuraih!!
Mereka saling pandang dengan
senyum mesra dan ketika mereka mendengar suara gaduh kembalinya anak buah
Thian-li-pang, mereka pun keluar dari ruangan itu.
***
Dengan bantuan yang
besungguh-sungguh dari Siangkoan Kok, Ouw Seng Bu memperoleh kemajuan pesat
dalam menyatuan kekuatan. Siangkoan Kok yang kini dia angkat menjadi wakil
ketua Thian-li-pang, mendatangi banyak perkumpulan silat dan
perguruan-perguruan silat yang terkenal, mula-mula membujuk mereka untuk
bekerja sama dengan Thian-li-pang berjuang menentang pemerintah Mancu. Kalau
ada yang menolak, Siangkoan Kok mengalahkan dan menundukkan para pimpinannya
sehingga akhirnya perkumpulan itu menaluk juga karena takut dibasmi. Tentu saja
dengan mudah Siangkoan Kok mengajak mereka yang dahulunya memang sudah
bersekutu dengan Pao-beng-pai agar kini bekerja sama dengan Thian-li-pang
karena Pao-beng-pai telah dihancurkan pasukan pemerintah.
Hanya ada satu dua perkumpulan
saja yang memiliki pimpinan yang terlampau kuat bagi Siangkoan Kok. Untuk
menalukkan pimpinan perkumpulan yang lihai ini, Ouw Seng Bu sebagai ketua
Thian-li-pang turun tangan sendiri dan selama ini, belum pernah ada yang mampu
menandingi ilmunya yang aneh akan tetapi juga dahsyat bukan main.
Thian-li-pang menjadi semakin
besar dan berpengaruh. Melihat kemajuan yang dicapai kekasihnya, tentu saja Kim
Giok merasa gembira dan kagum. Beberapa kali ia menawarkan diri untuk membujuk
orang tuanya agar mau membentu perjuangan Thian-li-pang karena kalau ayah
ibunya suka membantu, tentu mereka itu akan dapat menarik perhatian para
pendekar lainnya. Akan tetapi Ouw Seng Bu selalu menolak dengan halus.
Belum tiba saatnya, Giok-moi.
Ayah ibumu tentu akan merasa heran dan terkejut melihat hubungan kita yang
akrab dan hal itu saja sudah membutuhkan pendekatan yang lembut. Apalagi kalau
ditambah dengan bujukan agar mereka membantu perjuangan. Biarlah, nanti kalau
Thian-li-pang sudah kuat benar, aku sendiri akan menghadap mereka, untuk
melamarmu dan kalau kita sudah menjadi suami isteri, orang tuamu menjadi
mertuaku, tentu dengan sendirinya mereka akan membantu perjuangan kita.!
Kim Giok tidak membantah lagi.
Sikap Seng Bu terhadap dirinya selalu lembut dan sopan, dan pemuda itu memegang
janji, tidak pernah lagi bicara tentang cinta mereka seperti yang pernah
dijanjikannya. Hal ini membuat ia menjadi semakin kagum dan suka, dan diam-diam
ia pun sudah mengambil keputusan untuk memilih pemuda ini sebagai calon
suaminya.
Ouw Seng Bu memang cerdik luar
biasa. Setiap kali dia berlatih silat Bu-kek Hoat-keng yang ditemukannya di
dalam sumur dan dia tahu bahwa latihan itu membuat dia berubah dan merasa aneh,
dia selalu melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, apalagi setelah kini Kim Giok
berada di Thian-li-pang. Juga, dia melarang keras anak buahnya agar bertindak
seperti pejuang-pejuang yang gagah dan menjauhkan diri dari perbuatan yang akan
menjadi celaan orang. Hal ini untuk menjaga nama baik Thian-li-pang dan untuk
menarik hati para pendekar agar mau bergabung dengan mereka.
Untuk biaya perkumpulannya,
diam-diam, tanpa kekerasaan yang menyolok, mereka masih menguasai semua tempat
pelesir dan tempat judi, juga dengan halus namun mengandung ancaman maut,
mereka dapat memeras para pedagang untuk setiap bulan menyerahkan uang
sumbangan kepada Thian-li-pang! Ada pula anggauta yang tugasnya melakukan
pencurian di rumah para hartawan dan bangsawan, namun mereka yang bertugas
mencuri adalah anggauta yang ilmu kepandaiannya sudah tinggi dan setiap kali
melakukan pencurian, mereka selalu menutupi muka dengan kain hitam. Juga,
mereka dipesan agar sampai mati pun tidak mengaku bahwa mereka orang
Thian-li-pang, yaitu kalau mereka sampai tertangkap ketika melakukan pencurian.
Pesan ini harus ditaati,
karena Seng Bu mengancam akan menyiksa dan membunuh seluruh keluarga anggauta
Thian-li-pang yang melanggar pesan itu. Demikianlah, dengan hasil yang cukup
berlimpah, Seng Bu dapat memperkuat Thian-li-pang menjadi perkumpulan yang
cukup mewah, walaupun kini tidak ada lagi anggauta yang melakukan kejahatan
secara berterang.
Sebenarnya, sejak kecil Ouw
Seng Bu memang digembleng untuk menjadi seorang pendekar dan patriot. Sebelum
dia secara kebetulan menemukan ilmu di dalam sumur tua dan mempelajarinya, dia
adalah seorang murid Thian-li-pang yang baik dan gagah perkasa. Bahkan mendiang
Lauw Kang Hui menaruh harapan besar kepada muridnya ini. Akan tetapi, sejak dia
melatih diri dengan ilmu Bu-kek Hoat-keng secara keliru, terjadi kelainan pada
batinnya, seolah-olah dia mendapat gangguan jiwa. Dia menjadi aneh, ganas,
kejam, licik dan haus akan kekuasaan dan kemenangan! Watak aneh ini memang
tidak begitu kelihatan, tidak menonjol apabila dia tidak sedang berlatih ilmu
itu, akan tetapi telah menjadi watak kedua yang telah tenggelam di dasar
hatinya dan sewaktu-waktu dapat muncul secara tidak terduga, walaupun pada
lahirnya dia nampak tetap sebagai seorang pendekar yang gagah dan baik.
Pada suatu hari, Thian-li-pang
menerima banyak tamu yang memang diundang, yaitu para pimpinan perkumpulan yang
sudah menaluk kepada Thian-li-pang dan ada pula orang pimpinan perkumpulan yang
belum bekerja sama dan yang sengaja diundang dalam kesempatan itu untuk dibujuk
dan diajak bekerja sama. Tidak kurang dari lima puluh orang tokoh-tokoh
kang-ouw yang hadir, sebagian besar dari mereka yang telah mau bekerja sama
dengan Thian-li-pang adalah mereka yang terdiri dari golongan hitam.
Dalam pertemuan yang diadakan
seperti dalam pesta ini, Cu Kim Giok dipersilakan hadir dan tentu saja ia
dianggap sebagai seorang tamu kehormatan dan kursinya berada di sebelah kanan
kursi ketua Thian-li-pang.Ouw Seng Bu nampak tampan dan gagah pada hari itu,
dengan pakaian yang baru dan wajahnya berseri menyaksikan betapa semua undangan
datang hadir. Ini membuktikan bahwa Thian-li-pang mulai dikenal dan ditaati.
Siangkoan Kok yang juga nampak gagah berwibawa, duduk di sebelah kirinya, dan
kehadiran tokoh besar ketua Pao-beng-pai ini saja sebagai pembantunya, sebagai
wakil ketua, sudah menambah kewibawaan Seng Bu sebagai ketua Thian-li-pang.
Kabar tentang kelihaian pemuda ini terdengar luar di dunia Kang-ouw.
Setelah semua tamu hadir dan
disuguhi arak. Siangkoan Kok mewakili ketuanya, bangkit berdiri dan mengucapkan
selamat datang dengan mengangkat secawan arak, mengajak semua yang hadir minum.
Kemudian dia melanjutkan dengan suara lantang.
Cu-wi (Anda sekalian) tentu
sudah mengenal saya. Tentu Cu-wi merasa heran mengapa saya sebagai bekas ketua
Pao-beng-pai yang telah gagal dan hancur oleh sebuah pasukan pemerintah,
sekarang menjadi wakil Thian-li-pang. Hendaknya Cu-wi ketahui bahwa
Thian-li-pang adalah perkumpulan yang sehaluan dengan Pao-beng-pai, yaitu
perkumpulan para pejuang yang hendak merobohkan pemerintah penjajah dan
membebaskan rakyat dan tanah air dari belenggu penjajah bangsa Mancu. Oleh
karena itu, bagi Cu-wi yang belum mengadakan perjanjian kerja sama dengan kami,
untuk membantu perjuangan kami, diharapkan sekarang juga menyatakan kesediaan
untuk kerja sama itu, demi tanah air dan bangsa.!
Sambutlah tepuk sorak
menyatakan setuju dengan ucapan Siangkoan Kok. Dan para pemimpin kelompok yang
datang sebagai tamu undangan dan belum bersekutu dengan Thian-li-pang, segera
menyatakan kesediaan mereka. Akan tetapi pada saat itu, para penjaga, yaitu
murid-murid Thian-li-pang yang berada di luar ruangan pertemuan, melaporkan
dengan suara lantang.
Rombongan pemimpin Bu-tong-pai
datang berkunjung!!
Semua orang terkejut dan
merasa heran, termasuk Ouw Seng Bu dan Siangkoan Kok. Bu-tong-pai termasuk satu
di antara partai-partai persilatan yang tidak dapat diharapkan untuk bekerja
sama, yaitu partai-partai seperti Siauw-lim-pai, Kun-lun-pai, Go-bi-pai dan
Hoa-san-pai yang menganggap diri mereka sebagai partai bersih! dan yang tidak
mau bergaul dengan kelompok lain yang mereka anggap kotor, hitam atau sesat!
Bahkan dahulu Pao-beng-pai juga tidak berhasil menarik golongan itu sebagai
teman seperjuangan. Dan sekarang, rombongan pemimpin Bu-tong-pai datang
berkunjung?
Dengan tenang Seng Bu dari
Siangkoan Kok bangkit menyambut ketika lima orang tosu itu memasuki ruangan
dengan sikap mereka yang tenang dan gagah. Mereka terdiri dari lima orang tosu
yang berusia antara lima puluh sampai enam puluh tahun, dipimpin oleh Thian
Tocu yang berusia enam puluh tahun, berjenggot panjang dan memegang sebatang
tongkat. Tosu ini adalah seorang ketua kuil yang menjadi cabang perguruan
Bu-tong-pai di kota Hun-kiang, kurang lebih lima puluh li dari Bukit Naga.
Empat orang tosu lainnya adalah adik-adik seperguruannya dan lima orang tosu
ini rata-rata memiliki ilmu silat Bu-tong-pai yang sudah tinggi tingkatnya.
Kalau Thian To-cu membawa sebatang tongkat, empat orang sutenya membawa pedang
di punggung mereka. Mereka berpakaian sederhana, dengan jubah tosu yang lebar
berwarna biru menyelimuti pakaian yang berwarna kuning muda, dan rambut mereka
digelung ke atas. Sikap mereka tenang dan lembut.
Siangkoan Kok mengenal Thian
To-cu karena tokoh Bu-tong-pai ini pernah berkunjung ketika Pao-beng-pai
mengadakan pesta ulang tahun, maka cepat dia mengangkat kedua tangan memberi
hormat. Ah, kiranya To-tiang Thian Tocu dan para To-tiang tokoh Bu-tong-pai
yang datang berkunjung.! Dia menoleh kepada Seng Bu, dan berkata, Pangcu,
mereka adalah Thian To-cu Totiang dan para tokoh Bu-tong-pai lainnya. Dan Cu-wi
Totiang (Para Bapak Pendeta Sekalian), ini adalah Ouw Pangcu, ketua
Thian-li-pang kami.!
Ouw Seng Bu yang pandai
membawa diri segera memberi hormat dan berkata, Maaf, karena Cu-wi Totiang
tidak memberitahui lebih dahulu akan kunjungan ini, kami terlambat menyambut.
Silakan Cu-wi mengambil tempat duduk.!
Lima orang tosu itu tidak
mempedulikan Siangkoan Kok, dan sejak tadi mereka semua mengamati Ouw Seng Bu
dengan penuh perhatian. Mereka telah mendengar banyak berita tentang ketua baru
Thian-li-pang yang sepak terjangnya mengejutkan. Kabarnya, ketua itu masih muda
akan tetapi memiliki ilmu kepandaian tinggi, bahkan menarik bekas ketua
Pao-beng-pai yang terkenal sebagai seorang datuk itu menjadi wakilnya, dan juga
bahwa kini Thian-li-pang telah menalukkan hampir semua kelompok dan kekuatan di
dunia kang-ouw. Melihat bahwa ketua itu memang masih muda, bersikap lembut dan
sopan, mereka lalu mengangkat kedua tangan depan dada.
Siancai....! kata Thian To-cu
dan memandang kagum. Kiranya Ouw-pangcu, ketua Thian-li-pang masih amat muda,
akan tetapi telah membuat nama besar. Terima kasih, kami datang hanya untuk
melihat bukti dan mengajukan beberapa pertanyaan, bukan untuk bertamu. Kami
bahkan tidak tahu bahwa pagi ini Thian-li-pang mengadakan pertemuan dengan
banyak tokoh kang-ouw.! Tosu itu memandang ke sekeliling dan mendapat kenyataan
bahwa yang hadir adalah orang-orang kang-ouw dari daerah itu, dan sebagian
besar di antara mereka adalah golongan hitam. Bahkan ada pendeta Pek-lian-kauw,
dan Pat-kwa-pai hadir pula di situ.
Ouw Seng Bu mengerutkan
alisnya, akan tetapi hanya sebentar dan wajahnya sudah cerah dan ramah kembali.
Kalau begitu kehendak Totiang, silakan.!
Begini Ouw Pangcu. Sejak
Sin-ciang, Tai-hiap, yaitu Yo Taihiap menjadi pemimpin Thian-li-pang dan
kemudian kedudukan ketua diserahkan kepada pangcu Lauw Kang Hui, Thian-li-pang
terkenal sebagai perkumpulan pejuang yang gagah berani dan bijaksana, bahkan
berhubungan dekat dengan para pendekar di dunia persilatan. Akan tetapi,
tiba-tiba saja kami mendengar bahwa Thian-li-pang mengalami perubahan.
Kabarnya, para pemimpinnya terbunuh dan kedudukan ketua dipegang oleh Ouw
Pangcu. Yang lebih mengherankan lagi, menurut desas-desus itu, para pimpinan
Thian-li-pang yang lama itu dibunuh oleh Yo Tai-hiap! Kami semua merasa heran
dan sama sekali tidak percaya, hanya karena urusan itu merupakan urusan dalam
Thian-li-pang, kami terpaksa berdiam diri. Akan tetapi, melihat sepak terjang
Thian-li-pang akhir-akhir ini, terpaksa pinto dan adik-adik seperguruan
memberanikan diri lancang berkunjung untuk mengajukan pertanyaan kepada
Pangcu.!
To-yu, kalau hendak bertanya,
tanya saja. Kenapa berbelit-belit seperti itu?! Tiba-tiba Siangkoan Kok berseru
dengan suara lantang karena dia sudah tidak sabar lagi mendengar ucapan tosu
Bu-tong-pai itu.
Benar, Totiang, tanyalah, kami
tidak menyembunyikan sesuatu.! kata Seng Bu.
Ouw Pangcu, kami melihat
betapa Thian-li-pang telah mengubah seluruh sikapnya. Thian-li-pang menalukkan
hampir semua perkumpulan dan kelompok pejuang, mengadakan hubungan dengan semua
pihak tanpa pilih bulu, dan Thian-li-pang juga menguasai semua tempat hiburan,
tempat maksiat, dan Thian-li-pang melakukan pemerasan kepada para hartawan.
Padahal, semua ini tidak dilakukan ketika Lauw Pangcu masih menjadi ketua.
Kenapa setelah para pimpinan Thian-li-pang tewas secara rahasia, tiba-tiba Ouw
Pangcu yang menjadi ketua tanpa pengumuman kepada para kenalan, dan Ouw Pangcu
mengadakan perubahan yang berlawanan dengan sikap Thian-li-pang dahulu? Kami
melihat Thian-li-pang telah menyimpang dari jalan benar, maka kami terus terang
saja merasa curiga dengan perubahan ini. Yang lebih mengejutkan kami, ada
desas-desus disebarkan oleh orang-orang Thian-li-pang bahwa beberapa hari yang
lalu, Ouw Pangcu telah membunuh Sin-ciang Taihiap Yo Han di sini! Nah, itulah
penasaran yang mendorong kami datang pada pagi ini, untuk minta penjelasan dari
para pimpinan Thian-li-pang!!
Siangkoan Kok bangkit berdiri
dengan muka berubah merah dan mata melotot. Tosu Bu-tong-pai, kalian berani
mencampuri urusan pribadi Thian-li-pang!!
Ouw Seng Bu juga bangkit
berdiri dan menyabarkannya. Sudahlah, Paman. Biarkan aku menghadapi mereka.!
Tapi, Pangcu. Mereka ini
sungguh tidak tahu aturan!!
Paman Siangkoan Kok, duduklah
dan biarkan aku menangani urusan ini!! kata pula Seng Bu dan nada suaranya
mengandung sesuatu yang membuat Siangkoan Kok duduk kembali dengan muka
cemberut dan mata masih merah ketika dia memandang ke arah lima orang tosu
Bu-tong-pai itu, dan untuk mendinginkan hatinya, dia pun menuangkan arak dari
cawan ke dalam mulutnya.
Kini Ouw Seng Bu menghampiri
lima orang tosu itu dan berhadapan dengan mereka. Sikapnya masih tenang saja
dan Cu Kim Giok yang sejak tadi hanya menjadi penonton yang berhati tegang,
merasa kagum akan sikap kekasihnya itu. Betapa tenang dan lembutnya pemuda yang
menjadi ketua Thian-li-pang itu!
Ngo-wi To-tiang (Bapak Pendeta
berlima), kami akan menjawab semua pertanyaan To-tiang tadi. Tadi To-tiang
Thian To-cu menyinggung tentang terbunuhnya suhu Lauw Kang Hui dan beberapa
orang pimpinan kami. Memang hal itu benar, dan pembunuhnya adalah Sin-ciang
Tai-hiap Yo Han. Hal ini dapat kami ketahui dari luka yang terdapat pada mayat
korban karena pukulan itu hanya dapat dilakukan oleh Yo Han saja. Mengapa dia
melakukan semua pembunuhan itu? Mungkin untuk membalaskan sakit hati gurunya,
kakek yang menjadi orang hukuman di sini karena menentang pimpinan. Mungkin
juga dia hendak menguasai Thian-li-pang dan memusuhi kami yang berlawanan pendapat
dan sikap dengan dia. Tentang perubahan yang terjadi di Thian-li-pang semenjak
saya dipilih menjadi ketua, memang benar. Kami menganggap bahwa perjuangan
bukan monopoli golongan pendekar saja, melainkan menjadi tugas setiap orang
warga negara untuk menyelamatkan bangsa dari penjajah Mancu. Dan kami
berkeyakinan bahwa tanpa adanya persatuan dari semua pihak, perjuangan akan
gagal. Oleh karena itu, kami sengaja mengadakan hubungan dengan semua pihak
yang menentang pemerintah, dan kami akan menundukkan dan memaksa golongan yang
menjadi antek penjajah untuk membantu perjuangan kami. Adapun penguasaan atas
semua tempat pelesiran dan meminta sumbangan dari kaum hartawan, memang hal itu
kami lakukan karena dari mana kami akan memperoleh biaya? Kalau tempat-tempat
maksiat itu dibiarkan tanpa pengontrolan kami, tentu akan menjadi sarang
golongan penjahat. Juga, apa salahnya mengajak para hartawan membantu
perjuangan dengan menyumbangkan sedikit harta mereka?
Kalau kebijaksanaan kami
mengenai perjuangan bangsa ini tidak cocok dengan keinginan Bu-tong-pai, maaf,
hal itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Bu-tong-pai. Kami sendiri
pun belum pernah mencampuri urusan dapur dan kamar Bu-tong-pai.!
Siancai.... keterangan Ouw
Pangcu masuk diakal sungguhpun belum meyakinkan kami tentang Sin-ciang
Tai-hiap. Lalu bagaimana dengan berita tentang tewasnya Sin-ciang Tai-hiap Yo
Han di tangan Pangcu? Benarkah itu, ataukah hanya berita isapan jempol belaka?!
Cu Kim Giok mengerutkan
alisya. Sikap tosu itu terlalu sombong, pikirnya, dan terbelalak memandang
rendah ke ada. Ouw Seng Bu. Akan tetapi sikap ketua Thian-li-pang itu tetap
tenang Menghadapi ucapan yang nadanya tidak percaya dan meremehkan itu.
To-tiang, Yo Han memang muncul
di sini dan dia berusaha untuk membunuhku. Dia datang dan pura-pura hendak
menyelidiki kematian suhu dan yang lain-lain, akan tetapi ketika berada di
bagian belakang perkampungan kami, dia menyerangku dan nyaris membunuhku.
Untung aku dapat mempertahankan diri dan dengan bantuan para anggauta Thian-li-pang,
kami berhasil membuat dia jatuh terjungkal ke dalam sumur tua dan tewas,
walaupun aku sendiri menerima pukulan darinya.!
Siancai....! Sin-ciang
Tai-hiap adalah seorang pendekar budiman, dan seorang yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi. Bagaimana mungkin dapat dikalahkan demikian mudahnya? Cerita
Pangcu itu sukar untuk diterima begitu saja....!
Sepasang mata Seng Bu
mencorong dan suaranya terdengar dingin sekali. To-tiang tidak percaya kepada
keteranganku?!
Bagaimana kami dapat percaya?!
kata Thian To-cu. Kalau kami melihat buktinya, barulah kami dapat percaya.!
To-tiang adalah seorang tokoh
besar dan pemimpin Bu-tong-pai, bagaimana dapat bersikap seperti anak kecil
begini?! tiba-tiba terdengar suara merdu dan lantang. Akulah yang menjadi saksi
akan kebenaran keterangan Ouw Pangcu. Aku yang membantunya mengobati lukanya di
dada yang terkena pukulan tangan Sin-ciang Tai-hiap Yo Han!!
Semua orang memandang dan lima
orang tosu Bu-tong-pai kini memperhatikan Kim Giok dengan pandang mata penuh selidik.
Siancai, kalau boleh kami mengetahui, siapakah Nona dan apa hubungan Nona
dengan Ouw Pangcu?!
To-tiang, Nona ini adalah Nona
Cu Kim Giok, puteri dari majikan Lembah Naga Siluman, pendekar Cu Kun Tek. Ia
keturunan keluarga Cu, penghuni Lembah Naga Siluman. Apakah Totiang juga
meragukan ucapannya dan tidak percaya?! kata Ouw Seng Bu.
Lima orang tosu itu nampak
kaget, akan tetapi Thian To-cu mengerutkan alisnya dan pandang matanya kepada
gadis itu nampak ragu. Seorang gadis cantik manis bermata indah yang usianya
paling banyak baru delapan belas tahun! Kalau benar gadis itu puteri keluarga
yang amat terkenal itu, bagaimana dapat berada di Thian-li-pang?
Maafkan kami, Nona. Kami belum
pernah melihat Nona, walaupun kami sudah mendengar akan nama besar keluarga
Lembah Naga Siluman. Bagaimana kami dapat yakin bahwa Nona adalah puteri
majikan Lembah Naga Siluman?!
Singgg....!!! Nampak sinar
berkelebat menyilaukan mata dan Kim Giok sudah mencabut pedangnya. Pendeta yang
sombong, lihat baik-baik, apakah engkau masih meragukan pedangku ini?! bentak
Kim Giok. Pedang Koai-liong Po-kiam nampak berkilat menyilaukan mata dan ketika
dicabut tadi, suara berdesingnya mengandung suara seperti harimau mengaum.
Melihat pedang itu, Thian
To-cu terkejut dan cepat dia memberi hormat. Koai-liong Po-kiam! Ah, maafkan
kami, nona Cu. Setelah Nona maju sebagai saksi, kami tidak meragukan
kebenarannya. Akan tetapi, yang membuat kami sukar percaya adalah bagaimana
mungkin Sin-ciang Tai-hiap dapat dikalahkah oleh Ouw Pangcu yang murid mendiang
Lauw Pangcu? Padahal, Lauw Pangcu sendiri, gurunya, tidak akan mampu menandingi
Sin-ciang Tai-hiap! Bukankah hal ini amat aneh dan sukar dipercaya?!
Ngo-wi To-tiang,! kata Ouw
Seng Bu, suaranya terdengar dingin dan pandang matanya mencorong, haruskah
seorang murid lebih lemah dibandingkan gurunya? Ingat, To-tiang, orang muda
mempunyai kesempatan jauh lebih banyak untuk memperoleh kemajuan daripada
gurunya yang sudah tua. Kalau Ngo-wi masih belum percaya akan kemampuanku
sehingga aku terpilih menjadi ketua Thian-li-pang dan mampu menandingi Yo Han,
silakan To-tiang berlima maju dan menguji kemampuanku!!
Mendengar tantangan ini, lima
orang tosu Bu-tong-pai saling pandang. Mereka adalah tokoh-tokoh Bu-tong-pai,
dan kini mereka berlima ditantang untuk menghadapi seorang pemuda!
Ha-ha-ha-ha-ha, aku berani
mempertaruhkan kepalaku bahwa lima orang kakek Bu-tong-pai yang sombong ini
tidak akan mampu bertahan sampai tiga puluh jurus melawan Ouw Pangcu.
Ha-ha-ha!! Siangkoan Kok berkata sambil tertawa mengejek dan minum araknya.
Itulah ejekan yang amat merendahkan lima orang tosu itu! Mempertaruhkan
kepalanya! Akan tetapi ini bukan sekedar bualan kosong belaka. Siangkoan Kok
sudah mengenal lima orang tosu itu dan tahu akan tingkat kepandaian mereka berlima.
Dia sendiri pun akan mampu menandingi pengeroyokan lima orang tosu itu.
Walaupun dia belum dapat memastikan bahwa dia akan berada di pihak pemenang.
Kalau tidak lima orang itu disatukan hanya sebanding dengan tingkatnya, maka
tidak mungkin mereka berlima mampu bertahan sampai tiga puluh jurus menghadapi
pemuda ketua Thian-li-pang yang memiliki ilmu kepandaian aneh namun dahsyat
itu.!Siancai! Thian-li-pang sungguh memandang rendah Bu-tong-pai, dan kami
ingin sekali membuktikan apakah ketua baru Thian-li-pang memang seorang sakti
yang mampu menewaskan Sin-ciang Taihiap. Ouw Pangcu, kami berlima mohon
petunjuk!! berkata demikian, Thian To-cu melintangkan tongkatnya di depan dada,
sedangkan empat orang sutenya juga sudah mencabut pedang masing-masing dan mereka
membuat suatu barisan ngo-heng-tin (barisan lima unsur).
Ouw Seng Bu maklum bahwa dia
harus memperlihatkan kepandaiannya, bukan saja untuk menundukkan dan sekedar
memberi hajaran kepada lima orang tosu yang memandang rendah kepadanya itu,
melainkan juga untuk mendatangkan kesan kepada mereka yang belum mau bekerja
sama atau tunduk kepada Thian-li-pang. Dia tahu bahwa peristiwa ini tentu akan
disebarluaskan oleh mereka yang hadir dan sebentar saja dunia kang-ouw akan
mendengar betapa ketua Thian-li-pang telah mengalahkan lima orang tosu tokoh
Bu-tong-pai. Dia lalu maju dan menghadapi lima orang tosu yang sudah memasang
barisan di tengah ruangan itu, di tempat yang cukup luas dan semua tamu
menonton dengan hati penuh ketegangan.
Melihat Ouw Seng Bu menghadapi
lima orang tosu itu dengan tangan kosong, padahal lima orang itu memegang
senjata dan mereka membentuk suatu barisan, hati Kim Giok menjadi resah.
Ouw Pangcu, pergunakan
pedangku ini!! katanya dan dia pun sudah meloncat ke depan, mencabut pedang Koailiong
Po-kiam dan menyerahkan pedang itu kepada Seng Bu.
Ouw Seng Bu merasa girang
bukan main. Dengan ilmunya yang ajaib, yaitu Bu-kek Hoat-kehg, dia tidak gentar
menghadapi pengeroyokan lima orang tosu itu walaupun dia tidak memegang
senjata. Akan tetapi, sikap gadis itu yang menyerahkan pedangnya kepadanya,
membuktikan bahwa Kim Giok benar sayang kepadanya dan mengkhawatirkan
keselamatannya. Dia pun menerima pedang itu.
Terima kasih, sebetulnya tanpa
pedang pun aku tidak gentar menghadapi lima orang tosu yang tinggi hati ini.!
Ouw Pangcu, sambutlah serangan
kami!! kata Thian To-cu sambil menggerakkan tongkatnya menyerang. Seng Bu
menyambut dengan pedang Koai-liong Po-kiam dan terdengar suara mengaung
menyeramkan karena dia menggerakkan pedang itu dengan mengerahkan sin-kangnya.
Thian To-cu yang mengenal pedang ampuh, menarik kembali tongkatnya dan meloncat
ke samping. Dua orang tosu lain sudah menyerang dari kanan kiri, diikuti dua
orang lain lagi yang sudah siap untuk melakukan serangan sambung menyambung,
dan Thian To-cu sendiri yang sudah menyelinap ke arah belakang lawan juga siap
dengan tongkatnya.