Beruang Salju Bab 18 Penyanderaan Demi Sahabat

Beruang Salju Bab 18 Penyanderaan Demi Sahabat
18 Penyanderaan Demi Sahabat

“Memang terus terang kuakui, bahwa aku secara pribadi merasa kagum dan salut sekali kepada Sin-tiauw-tay-hiap. Jika mungkin malah aku hendak mengangkatnya menjadi guru, itupun jika memang Sin-tiauw-tay-hiap bersedia menerimanya. Namun, justru sekarang yang tengah menjadi persoalan adalah urusan negara, di mana yang menentukan untuk melakukan pengejaran-pengejaran kepada jago-jago yang pernah menentang berkuasanya kerajaan Khan kami yang agung itu, harus dibasmi dan ditumpas, bukan berada dalam wewenangku......! Harap Siauwhiap memakluminya, tadi aku hanya ingin memberikan saran, ya, hitung-hitung mempêringatimu memberikan pikiran yang baik agar kau bisa Uh-hauw kepada orang tua......!”

Yo Him tertawa.

“Jika begitu dapatkah Taijin memberikan kepadaku kesempatan dua atau tiga hari untuk berpikir?” tanyanya.

Pangeran Ghalik memang seorang yang licik mana mungkin ia bisa mengabulkan permintaan Yo Him. Karena begitu ia memberikan kesempatan yang diminta pemuda itu, berarti Yo Him selain akan memperoleh semangatnya yang baru, juga kemungkinan dia melarikan diri memang besar, terutama sekali karena dia memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Di mana pangeran Ghalik telah mendengar Yo Him sudah berhasil menundukkan seekor biruang yang sangat besar dan juga telah berhasil menahan tiga jurus serangan majikan si biruang yang bergelar sebagai Swat Tocu.

Namun untuk menolak, pangeran Ghalik pun tidak dapat menolak dengan kasar. Bukankah dia tengah membujuk pemuda itu agar dapat menarik tenaga Pemuda she Yo tersebut ke pihaknya, di mana ia mengharapkan Yo Him bisa dimanfaatkan sebagai tenaga andalannya! Orang she Yo itu masih muda, memiliki kepandaian yang tinggi, maka besar manfaatnya dan faedahnya untuk dia sebagai pemimpin dari pasukan istana kaisarnya.

“Baiklah Yo Siauwhiap, aku bersedia untuk memberi kesempatan kepada Yo Siauwhiap untuk mempertimbangkan usul yang kau berikan itu. Jangankan dua hari, satu bulan kau minta untuk memikirkan dan mempertimbangkan persoalan itu, aku akan meluluskannya. Hanya saja sekarang kita baru bertemu. Mari kau ikut denganku ke istana untuk merayakan pertemuan ini!”

Itu merupakan desakan halus yang tersembunyi maksud-maksud menahan pemuda ini, yang hendak ditahan dengan cara yang samar-samar sekali. Jika memang Yo Him mengandung maksud untuk menentang dan menolak tawarannya maka pangeran Ghalik akan menangkap pemuda itu. Malah jika perlu membunuhnya.

Yo Him juga menyadari akan maksud penahanan yang halus seperti itu. Ia tertawa.

Waktu tadi dia berkata-kata dengan pangeran Ghalik, ia telah berhasil memulihkan sebagian tenaga dalamnya. Dia tidak jeri berurusan dengan pangeran Ghalik, juga tidak takut untuk berhadapan dengan Tiat To Hoat-ong. Namun pemuda yang cerdik ini segera dapat menduga tentunya rumah penginapan ini telah dikepung rapat sekali oleh anak buah pangeran Ghalik tersebut.

Untuk dirinya sendiri memang segala rintangan itu tidak berarti apa-apa, namun untuk keselamatan Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang dan Ko Tie, tentu saja Yo Him tidak bisa membawa caranya sendiri, tidak bisa ia berkeras pada pangeran Ghalik ini. Maka akhirnya ia memutuskan untuk mengambil jalan lunak saja, katanya sambil tertawa:

“Itulah suatu kehormatan yang mimpipun sukar untuk diperoleh. Tentu saja aku tidak berani untuk menerima kehormatan sebesar itu. Begini saja Taijin, berikan kesempatan padaku dua hari untuk menyembuhkan sakitnya sahabatku ini. Jika memang sakitnya telah sembuh tentu aku akan segera pula bersedia dengan senang hati memenuhi undangan Taijin!”

Pangeran Ghalik tersenyum sambil mengawasi Cin Piauw Ho, lalu dia berkata dengan suara yang sabar: “Sahabatmu itu terluka? Parahkah lukanya? Ha, Yo Siauwhiap, engkau tidak perlu kuatir. Mengapa harus sulit-sulit begini? Kau turut serta dengan kami ke istana, nanti di sana banyak tabib-tabib pandai yang bisa menyembuhkan penyakit sahabatmu itu. Tentunya kau tidak menolak undanganku itu, bukan?”

Yo Him terpojokkan, dan belum lagi ia sempat menyahuti, di waktu itulah Ghalik telah menoleh kepada Tiat To Hoat-ong memberikan isyarat kepada Koksu itu.

Tiat To Hoat-ong seperti mengerti isyarat itu, dia telah melangkah dua langkah mendekati Yo Him. Kemudian Koksu Mongolia tersebut berkata dengan suara tidak sekasar tadi. “Benar Yo Siauwhiap, tentu di istana banyak sekali tabib yang bisa membantumu menyembuhkan luka sahabatmu itu. Sesungguhnya apa yang kulihat, luka yang diderita sahabatmu itu tidak parah...... dan kau Yo Siauwhiap tidak perlu kuatir. Mari kita berangkat!”

Yo Him melihat Tiat To Hoat-ong membujuk seperti itu. Ia berpikir keras. Ini merupakan paksaan halus kepadanya, agar ia ikut dengan mereka, yang berarti juga ditawan secara tidak langsung. Benar dia diundang oleh pangeran Ghalik, tetapi sesungguhnya dia merupakan orang tawanan. Hanya bedanya masih memiliki kebebasan untuk bergerak dengan hanya di bawah pengawasan belaka. Sedangkan kalau ditahan berarti ia lênyap kebebasannya.

Tapi untuk kepentingan sahabat-sahabatnya itu Yo Him akhirnya mengangguk.

“Baiklah......!” kata Yo Him kemudian. “Jika Taijin dan Koksu telah begitu baik hati dan memberi muka kepadaku, mana berani aku menampik undangan yang diberikan Taijin dan Koksu?”

Setelah berkata begitu, Yo Him juga menjura menyatakan terima kasihnya.

Puas pangeran Ghalik, begitu juga Tiat To Hoat-ong, karena dengan ikut sertanya pemuda she Yo tersebut ke istana, berarti mereka lebih mudah menguasai pemuda tersebut. Syukur-syukur kalau pemuda she Yo itu tunduk dan patuh pada mereka, sehingga memperalat pemuda untuk mencari dan menangkap Yo Ko, Sin-tiauw-tay-hiap yang memiliki kepandaian tinggi dan menjadi ayah pemuda ini.

Tetapi jika memang Yo Him kelak memperlihatkan gejala kurang baik, tentu Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik bisa menawannya. Bukankah di istana banyak sekali jago-jago pandai? Dan jika memang Tiat To Hoat-ong tidak bisa membekuknya, tentu dengan dibantu para jago-jago istana itu, dengan mudah ia akan dapat merubuhkan pemuda itu.

Pangeran Ghalik telah memanggil anak buahnya yang mêngadakan penjagaan di pintu rumah penginapan itu, untuk mempersiapkan kereta guna membawa Cin Piauw Ho begitu juga Liu Ong Kiang yang telah terluka cukup parah dimasukkan ke dalam kereta itu.

Waktu melihat keadaan Liu Ong Kiang bukan main gusarnya Yo Him.

Tetapi pemuda ini menyembunyikan perasaan tidak senangnya itu, karena ia tidak mau jika membawa kesulitan untuk sahabat-sahabatnya itu. Bisa saja waktu itu Yo Him mempergunakan kekerasan menghadapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik. Jika ia sampai terdesak, dengan mudah tentu ia bisa melarikan diri lolos dari mereka. Namun bagaimana nasib sahabat-sahabatnya? Bagaimana dengan Ko Tie?

Karena berpikir begitu, akhirnya Yo Him hanya mengalah dan menurut saja untuk pergi ke istana pangeran Ghalik, walaupun melihat keadaan Liu Ong Kiang begitu menyedihkan dan mengenaskan sekali.

Liu Ong Kiang biarpun terluka cukup parah seperti itu, tokh tidak jeri, dia mengawasi dengan mata mendelik mengandung kegusaran.

“Pendeta anjing, mengapa engkau tidak membunuhku?” waktu itu Liu Ong Kiang masih sempat memaki pada Tiat To Hoat-ong.

Namun Tiat To Hoat-ong tidak melayani hanya tersenyum, begitu juga waktu Liu Ong Kiang berulang kali memakinya, pendeta tersebut hanya pura-pura tuli.

Begitulah Liu Ong Kiang, Cin Piauw Ho, Ko Tie dan Yo Him telah ikut rombongan pangeran Ghalik untuk pergi ke istana pangeran itu.

Ternyata pangeran Ghalik mengajak anak buahnya yang cukup banyak jumlahnya, tadi memang rumah penginapan itu telah dikepungnya dengan ketat. Pangeran Ghalik telah mendengar kabar dari seorang mata-matanya bahwa di kota tersebut terjadi kerusuhan, seorang pemuda she Yo dan seorang pengemis setengah baya telah bertempur dengan biruang tinggi besar , lalu pemuda yang mengaku bernama Yo Him itu berhasil merubuhkan biruang tersebut. Malah ketika majikan binatang buas tersebut datang, berhasil dilayaninya juga, sampai akhir kesudahannya dengan kepergian majikan dan binatang peliharaannya itu.

Tentu saja yang menarik hari pangeran Ghalik, bukanlah binatang buas dan majikannya dari Pulau Salju itu, karena ia hanya tertarik pada pemuda yang katanya bernama Yo Him anak dari Sin-tiauw-tay-hiap! Inilah yang menarik hatinya, karena selama ini memang ia tengah mencari Yo Ko untuk ditangkapnya. Dan begitu juga beberapa orang kawan-kawannya Sin-tiauw-tay-hiap. Kebetulan sekali sekarang ini ia memperoleh laporan bahwa di kota tersebut terdapat puteranya Yo Ko.

Sedangkan Pangeran Ghalik berada di kota adalah dalam rangka perjalanannya ke beberapa kota untuk melihat keamanan setempat, setelah sekian lama Kublai Khan berhasil menguasai daratan Tiong-goan, dan berkuasa penuh sebagai Kaisar.

Itulah sebabnya pangeran Ghalik yang didampingi Tiat To Hoat-ong telah mengajak pasukannya ke rumah penginapan. Segera juga pengepungan dilakukan dengan ketat sekali, sehingga jangankan manusia, lalatpun sulit untuk terbang lolos dari pengawasan pasukan pangeran Ghalik yang berjumlah ratusan orang itu.

Demikianlah, sekarang pangeran Ghalik telah mengundang Yo Him untuk datang ke istananya, yang terletak tidak jauh dari kota tersebut. Setelah melakukan perjalanan dua hari, mereka telah tiba di sebuah tempat, yaitu di tanah pegunungan yang sunyi.

Semula Yo Him heran dan bingung juga, ia tidak tahu entah pangeran Ghalik ini akan mengajaknya kemana. Dan waktu melihat meréka dibawa ke tanah pegunungan yang begitu sunyi, Yo Him jadi heran. Entah apa yang hendak dilakukan oleh pangeran Ghalik dan Tiat To Hoat-ong terhadap mereka di tempat ini.

Cuma saja Tiat To Hoat-ong telah mengatakan kepada Yo Him: “Istana pangeran Ghalik terletak di sebelah kanan di balik tebing itu,” katanya. “Dan kita pergi ke sana. Istana itu merupakan istana tertutup buat siapapun juga yang tidak boleh sembarangan memasukinya, dengan demikian pangeran Ghalik telah menjadikan tempat itu sebagai tempat merundingkan masalah-masalah yang sulit, juga tempat berkumpulnya para jago-jagonya!”

Yo Him mengangguk baru mengerti. Rupanya memang sengaja pangeran Ghalik mendirikan istananya di tempat tersebut, bukan di dekat istana Kaisar di kotaraja. Tentunya pangeran Ghalik memiliki maksud tertentu. Tetapi mengenai maksud dan tujuan pangeran Ghalik mendirikan istananya di tanah pegunungan tersebut masih belum diketahui oleh Yo Him.

Waktu itu rombongan pangeran Ghalik telah tiba di tempat tujuannya, yaitu seperti sebuah lembah yang tertutup di balik tebing, yang di kiri kanannya. Yo Him mengawasi sekitar tempat itu. Matanya yang tajam dapat melihat di balik semak-semak yang lebat dan rimbun, bersembunyi beberapa sosok tubuh.

Hal itu berulangkali dapat dilihatnya di sekitar tempat itu, yang dilalui oleh mereka. Rupanya memang di sekitar tempat itu telah di tempatkan penjagaan yang ketat kuat sekali. Tentu saja tidak mudah untuk orang luar sembarangan masuk ke tempat ini. Karena baru saja masuk di mulut lembah, mereka tentu telah tertangkap.

Pangeran Ghalik telah mengajak Yo Him dan rombongannya ke sebuah pintu gerbang yang terbuat dari lapisan besi, yang tampaknya kuat sekali.

Beberapa orang tentara berpakaian lapis besi telah menyambut kedatangan mereka.

Ternyata istana di lembah itu merupakan istana yang dibangun kuat sekali, karena dindingnya selain terbuat dari tembok batu yang kuat, juga semuanya dilapisi besi, sehingga merupakan seperti perbentengan kuno yang keadaannya menyeramkan sekali. Suara yang sekecil apapun akan terdengar bergema berpantulan.

Keadaan seperti itu membuat Yo Him jadi berpikir keras. Waktu ia melangkahkan kaki memasuki gerbang istana tersebut dan melihat keadaan istana seperti itu. Ia segera berpikir, tentunya sulit buat dia keluar lagi. Masuk mudah, tapi untuk meninggalkan sempat itu sulit sekali. Terlebih lagi ia bersama dengan Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, yang ke duanya terluka. Begitu pula Ko Tie yang masih berusia kecil dan tidak mengerti apa-apa itu.

Pangeran Ghalik perintahkan orang-orangnya mempersiapkan meja perjamuan.

Yo Him tidak kuatir dirinya diracuni oleh pangeran itu. Ia bersantap dengan lahap. Karena Yo Him berpikir selama ia belum menolak tawaran yang diajukan oleh pangeran Ghalik, dan selama pangeran Ghalik mengharapkan dia mau tunduk dan menjadi anak buahnya tak mungkin dirinya dicelakai.

Setelah selesai bersantap, di mana Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang telah di tempatkan di sebuah kamar yang cukup luas dan diperlengkapi dengan peralatannya yang mewah. Hanya saja semuanya dalam keadaan tertutup, dindingnya juga berlapis besi, sehingga ruangan agak dingin.

Waktu itu Yo Him telah berkata képada Tiat To Hoat-ong: “Apakah kini sudah boleh kita memanggil tabib istana pangeran Ghalik untuk mengobati luka-luka sahabatku itu Koksu?”

Tiat To Hoat-ong tersenyum. “Jangan kuatir, tanpa Yo Siauwhiap meminta, pangeran Ghalik tadi telah memerintahkan beberapa orang tabib untuk memeriksa keadaan ke dua sahabatmu itu! Sayang sekali aku tidak mengetahui bahwa kita akhirnya akan jadi orang sendiri dan telah salah tangan cukup berat pada seorang sahabatmu itu, harap kau mau memaafkan......!”

Begitu sabar kata-kata Tiat To Hoat-ong, berbeda di rumah penginapan, di sana dia begitu bengis, tetapi Yo Him juga telah melihat, betapa wajah Tiat To Hoat-ong memancarkan sikap yang licik sekali. Dan juga tidak bisa lolos dari mata Yo Him, beberapa kali Tiat To Hoat-ong sering memberikan isyarat dengan kedipan matanya kepada beberapa orangnya di sekitar tempat yang dilalui mereka.

Waktu itu tampak Yo Him selalu bersikap tenang tidak memperlihatkan sikap menentang sedikitpun juga. Seperti juga Yo Him tertarik untuk bekerja pada pangeran Ghalik, di mana hal itu membuat pangeran Ghalik dan Tiat To Hoat-ong jadi memperlakukannya dengan manis.

Memang benar apa yang dikatakan Tiat To Hoat-ong, bahwa Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho tengah memperoleh perawatan tabib. Luka yang diderita Liu Ong Kiang walaupun tampaknya parah, tokh dalam beberapa hari, akhirnya telah sembuh. Cuma saja ia belum boleh terlalu banyak berjalan, sebab ke dua kakinya yang telah patah dan remuk tulangnya itu baru tersambung, jadi belum kuat untuk dipergunakan berjalan.

Cin Piauw Ho memperoleh pengobatan pagi dan sore terus menerus, karena racun yang mengendap di tubuhnya sangat berbisa sekali.

Semula tabib-tabib di istana pangeran Ghalik ini heran juga melihat hebatnya racun yang mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, tetapi setelah mengadakan pemeriksaan, tiga orang tabib yang merawatnya telah menentukan obatnya.

Harus diketahui, sebagai seorang pangeran yang menjadi kepercayaan Kaisar Kublai Khan, dengan sendirinya pangeran Ghalik memiliki kekuasaan yang besar. Terlebih lagi ia memang menjadi pemimpin dari pasukan istimewa kaisar dan menjadi pemimpin para jago-jago kerajaan Song yang telah runtuh dan bersembunyi dari itu, melakukan pengejaran terus untuk mendesak mereka bertekuk lutut atau memang dibinasakan.

Disebabkan itu pula, pangeran Ghalik menyediakan obat-obat istimewa, untuk mengobati orang-orangnya, jika terdapat luka parah pada mereka. Begitu pula halnya pangeran Ghalik telah memerintahkan orang-orangnya mencari tabib pandai mengundangnya untuk bekerja di istananya yang istimewa ini.

Dengan demikian, Cin Piauw Ho jadi tertolong juga oleh obat istimewa yang dimiliki pangeran Ghalik. Dan walaupun ia tidak bisa disembuhkan keseluruhannya di mana racun Sam-hun-tok tidak bisa dilenyapkan keseluruhannya, namun kini tubuh Cin Piauw Ho boleh dibilang telah sehat kembali. Racun bisa dibendung berkumpul hanya di jalan darah Lung-siu-hiat, dan Cin Piauw Ho akan dapat hidup selama dua atau tiga tahun lagi, di waktu mana racun itu baru akan bergerak pula menjalar ke arah jantung.

Menurut tabib-tabib pangeran Ghalik, jika tiga tahun nanti racun mulai bergerak menjalar liar pula, di waktu itu mereka akan mengobati lagi. Tentu saja disamping itu, ketiga tabib itu menjanjikan, bahwa mereka akan mencari obat yang lebih baik lagi selama tiga tahun ini guna melenyapkan benar-benar seluruh sisa racun Sam-hun-tok tersebut.

Yo Him yang melihat kesembuhan Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, diam-diam jadi girang. Karena tidak percuma saja ia mengalah pada pangeran Ghalik ini, sebab sekarang Cin Piauw Ho yang menghadapi kematian, bisa disembuhkan, walaupun racun Sam-hun-tok tidak bisa dimusnahkan. Mengenai Liu Ong Kiang, Yo Him bermaksud untuk membujuknya, agar sementara waktu itu tidak memperlihatkan sikap bermusuhannya pada Tiat To Hoat-ong, karena ia tengah memikirkan daya untuk menghadapinya.

Liu Ong Kiang walaupun menaruh dendam yang setengah mati besarnya pada Tiat To Hoat-ong yang telah menyiksanya mematahkan ke dua tangan dan meremukkan ke dua tulang kakinya, mau juga mengerti dan tidak memperlihatkan perasaan dendamnya itu.

“Jika memang telah tiba saatnya, barulah kita nanti menghadapi mereka dengan kekerasan. Sekarang ini di samping Cin toako, Liu Lopeh juga perlu istirahat yang cukup,” kata Yo Him, “Biarlah sementara ini kita menuruti saja setiap kata pangeran Mongolia itu, di mana kita pura-pura patuh. Dengan demikian, kitapun bisa mempelajari dan mengetahui keadaan pangeran itu!

“Jika kulihat, ancaman yang ada memang sangat besar, pangeran itu tengah memupuk kekuatan untuk menangkap para jago-jago kerajaan Song, termasuk ayah ibuku dan tokoh-tokoh lainnya. Karena itu kita harus perlahan-lahan mempelajari keadaan mereka. Syukur jika memang kita bisa mengetahui kekuatan mereka itu......!”

Liu Ong Kiang mengangguk, ia memang mengerti akan maksud Yo Him. Maka dari itu, diapun menurut saja apa yang diperintahkan oleh Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik.

Tetapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik bukan manusia-manusia bodoh. Mereka memang melihat Yo Him dan ke dua orang kawannya itu, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, selalu patuh pada setiap perkataan mereka. Bahkan tampaknya mereka bertiga memang bersedia untuk bekerja pada pangeran itu.

Kenyataannya pangeran Ghalik tidak bisa mempercayai sepenuhnya, ia hanya baru saja mempercayainya tiga bagian saja, dan diapun telah perintahkan orang-orang kepercayaannya untuk selalu mengawasi gerak-gerik Yo Him, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang. Sedangkan Lie Ko Tie, anak kecil itu, karena dia masih kanak-anak, maka pengawasan padanya tidak seketat itu dan anak itu juga bebas untuk berkeliaran di dalam istana pangeran Ghalik itu.

Tidak demikian halnya Yo Him, Cia Piauw Ho dan Liu Ong Kiang yang terbatas ruang geraknya, yang tidak diperbolehkan memasuki beberapa ruangan tertentu, dengan alasan ruangan-ruangan terlarang itu tertutup buat siapapun juga, selain pangeran Ghalik sendiri.

Yo Him jadi tertarik dan ingin mengetahui, entah ruangan-ruangan yang katanya tertutup untuk siapapun juga itu, di dalamnya terdapat barang-barang apakah. Maka ketika mengetahui bahwa Ko Tie tidak dilarang untuk berkeliaran di dalam istana pangeran Ghalik, Yo Him telah meminta anak tersebut untuk melakukan penyelidikan. Pura-pura berkeliaran di sekitar istana dan ruangan-ruangan terlarang itu. Lalu apa yang dilihatnya agar dilaporkan kepada Yo Him.

Begitulah, pada sore itu, Ko Tie telah mendatangi sebuah ruangan yang terdapat di belakang istana pangeran Ghalik, pintu ruangan itu terbuat dari besi yang tebal dan kuat sekali, di depan pintu tersebut berdiri dua orang penjaga yang berpakaian sebagai tentara Mongolia.

Ko Tie `pura-pura tidak melihat mereka, ia bermain-main sejenak di situ seorang diri, lalu melangkah perlahan-lahan akan memasuki ruangan tersebut.

“Eh bocah, engkau tidak boleh masuk ke dalam kamar itu!” teriak dua orang penjaga tersebut yang mencegahnya.

Ko Tie menoleh sambil tersenyum.

“Kenapa?” tanyanya.

“Siapapun juga dilarang memasuki kamar itu...... karena di dalam kamar itu terdapat seekor harimau yang garang.....”

“Harimau? Kalian menangkap dan mengurung harimau itu di dalam ruangan tersebut?” tanya Ko Tie dengan suara yang terkejut.

Ke dua penjaga itu mengangguk.

“Tetapi.....” kata Ko Tie ragu-ragu.

“Kenapa?” tanya salah seorang penjaga itu dengan tawar.

“Pangeran Ghalik tidak pernah melarang aku untuk mendatangi tempat manapun di dalam istananya ini......!” sahut Ko Tie.

“Tetapi kami memang mendapat Perintah pangeran agar tidak mengijinkan siapapun memasuki ruangan itu!” menyahuti salah seorang pengawal tersebut dengan suara mendongkol. “Jika memang kau memaksa hendak masuk, kami tidak bisa melarangnya. Tetapi jika engkau nanti terbinasa di dalam ruangan itu, kami tidak bertanggung jawab. Kami mencegah kau memasuki ruangan itu karena kami kuatir kau menerima bencana yang tidak kecil.”

Ko Tie berdiam diri sejenak. Anak ini sesungguhnya ingin sekali masuk ke dalam ruangan itu. Ia tidak percaya bahwa di dalam ruangan itu terkurung harimau. Tetapi untuk memaksa tentu saja tidak bisa. Karena kemungkinan ke dua pengawal itu akan menolaknya dengan kasar jika ia memaksa terus.

Akhirnya Ko Tie mengangguk sambil angkat bahu, katanya: “Baiklah......! Jika memang begini akupun tidak ingin memaksa untuk masuk ke dalam kamar itu......!”

Tetapi baru saja Ko Tie berkata sampai di situ, tiba-tiba terdengar suara yang dalam dan parau: “Mengapa anak itu dilarang masuk ke mari?”

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar