18 Penyanderaan Demi Sahabat
“Memang terus terang kuakui,
bahwa aku secara pribadi merasa kagum dan salut sekali kepada
Sin-tiauw-tay-hiap. Jika mungkin malah aku hendak mengangkatnya menjadi guru,
itupun jika memang Sin-tiauw-tay-hiap bersedia menerimanya. Namun, justru
sekarang yang tengah menjadi persoalan adalah urusan negara, di mana yang
menentukan untuk melakukan pengejaran-pengejaran kepada jago-jago yang pernah
menentang berkuasanya kerajaan Khan kami yang agung itu, harus dibasmi dan ditumpas,
bukan berada dalam wewenangku......! Harap Siauwhiap memakluminya, tadi aku
hanya ingin memberikan saran, ya, hitung-hitung mempêringatimu memberikan
pikiran yang baik agar kau bisa Uh-hauw kepada orang tua......!”
Yo Him tertawa.
“Jika begitu dapatkah Taijin
memberikan kepadaku kesempatan dua atau tiga hari untuk berpikir?” tanyanya.
Pangeran Ghalik memang seorang
yang licik mana mungkin ia bisa mengabulkan permintaan Yo Him. Karena begitu ia
memberikan kesempatan yang diminta pemuda itu, berarti Yo Him selain akan
memperoleh semangatnya yang baru, juga kemungkinan dia melarikan diri memang
besar, terutama sekali karena dia memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Di
mana pangeran Ghalik telah mendengar Yo Him sudah berhasil menundukkan seekor biruang
yang sangat besar dan juga telah berhasil menahan tiga jurus serangan majikan
si biruang yang bergelar sebagai Swat Tocu.
Namun untuk menolak, pangeran
Ghalik pun tidak dapat menolak dengan kasar. Bukankah dia tengah membujuk
pemuda itu agar dapat menarik tenaga Pemuda she Yo tersebut ke pihaknya, di
mana ia mengharapkan Yo Him bisa dimanfaatkan sebagai tenaga andalannya! Orang
she Yo itu masih muda, memiliki kepandaian yang tinggi, maka besar manfaatnya
dan faedahnya untuk dia sebagai pemimpin dari pasukan istana kaisarnya.
“Baiklah Yo Siauwhiap, aku
bersedia untuk memberi kesempatan kepada Yo Siauwhiap untuk mempertimbangkan
usul yang kau berikan itu. Jangankan dua hari, satu bulan kau minta untuk
memikirkan dan mempertimbangkan persoalan itu, aku akan meluluskannya. Hanya
saja sekarang kita baru bertemu. Mari kau ikut denganku ke istana untuk
merayakan pertemuan ini!”
Itu merupakan desakan halus
yang tersembunyi maksud-maksud menahan pemuda ini, yang hendak ditahan dengan
cara yang samar-samar sekali. Jika memang Yo Him mengandung maksud untuk
menentang dan menolak tawarannya maka pangeran Ghalik akan menangkap pemuda
itu. Malah jika perlu membunuhnya.
Yo Him juga menyadari akan
maksud penahanan yang halus seperti itu. Ia tertawa.
Waktu tadi dia berkata-kata
dengan pangeran Ghalik, ia telah berhasil memulihkan sebagian tenaga dalamnya.
Dia tidak jeri berurusan dengan pangeran Ghalik, juga tidak takut untuk
berhadapan dengan Tiat To Hoat-ong. Namun pemuda yang cerdik ini segera dapat
menduga tentunya rumah penginapan ini telah dikepung rapat sekali oleh anak
buah pangeran Ghalik tersebut.
Untuk dirinya sendiri memang
segala rintangan itu tidak berarti apa-apa, namun untuk keselamatan Cin Piauw
Ho, Liu Ong Kiang dan Ko Tie, tentu saja Yo Him tidak bisa membawa caranya
sendiri, tidak bisa ia berkeras pada pangeran Ghalik ini. Maka akhirnya ia
memutuskan untuk mengambil jalan lunak saja, katanya sambil tertawa:
“Itulah suatu kehormatan yang
mimpipun sukar untuk diperoleh. Tentu saja aku tidak berani untuk menerima
kehormatan sebesar itu. Begini saja Taijin, berikan kesempatan padaku dua hari
untuk menyembuhkan sakitnya sahabatku ini. Jika memang sakitnya telah sembuh
tentu aku akan segera pula bersedia dengan senang hati memenuhi undangan
Taijin!”
Pangeran Ghalik tersenyum
sambil mengawasi Cin Piauw Ho, lalu dia berkata dengan suara yang sabar:
“Sahabatmu itu terluka? Parahkah lukanya? Ha, Yo Siauwhiap, engkau tidak perlu
kuatir. Mengapa harus sulit-sulit begini? Kau turut serta dengan kami ke
istana, nanti di sana banyak tabib-tabib pandai yang bisa menyembuhkan penyakit
sahabatmu itu. Tentunya kau tidak menolak undanganku itu, bukan?”
Yo Him terpojokkan, dan belum
lagi ia sempat menyahuti, di waktu itulah Ghalik telah menoleh kepada Tiat To
Hoat-ong memberikan isyarat kepada Koksu itu.
Tiat To Hoat-ong seperti
mengerti isyarat itu, dia telah melangkah dua langkah mendekati Yo Him.
Kemudian Koksu Mongolia tersebut berkata dengan suara tidak sekasar tadi.
“Benar Yo Siauwhiap, tentu di istana banyak sekali tabib yang bisa membantumu
menyembuhkan luka sahabatmu itu. Sesungguhnya apa yang kulihat, luka yang
diderita sahabatmu itu tidak parah...... dan kau Yo Siauwhiap tidak perlu
kuatir. Mari kita berangkat!”
Yo Him melihat Tiat To
Hoat-ong membujuk seperti itu. Ia berpikir keras. Ini merupakan paksaan halus
kepadanya, agar ia ikut dengan mereka, yang berarti juga ditawan secara tidak
langsung. Benar dia diundang oleh pangeran Ghalik, tetapi sesungguhnya dia
merupakan orang tawanan. Hanya bedanya masih memiliki kebebasan untuk bergerak
dengan hanya di bawah pengawasan belaka. Sedangkan kalau ditahan berarti ia
lênyap kebebasannya.
Tapi untuk kepentingan
sahabat-sahabatnya itu Yo Him akhirnya mengangguk.
“Baiklah......!” kata Yo Him
kemudian. “Jika Taijin dan Koksu telah begitu baik hati dan memberi muka
kepadaku, mana berani aku menampik undangan yang diberikan Taijin dan Koksu?”
Setelah berkata begitu, Yo Him
juga menjura menyatakan terima kasihnya.
Puas pangeran Ghalik, begitu
juga Tiat To Hoat-ong, karena dengan ikut sertanya pemuda she Yo tersebut ke
istana, berarti mereka lebih mudah menguasai pemuda tersebut. Syukur-syukur
kalau pemuda she Yo itu tunduk dan patuh pada mereka, sehingga memperalat
pemuda untuk mencari dan menangkap Yo Ko, Sin-tiauw-tay-hiap yang memiliki
kepandaian tinggi dan menjadi ayah pemuda ini.
Tetapi jika memang Yo Him
kelak memperlihatkan gejala kurang baik, tentu Tiat To Hoat-ong dan pangeran
Ghalik bisa menawannya. Bukankah di istana banyak sekali jago-jago pandai? Dan
jika memang Tiat To Hoat-ong tidak bisa membekuknya, tentu dengan dibantu para
jago-jago istana itu, dengan mudah ia akan dapat merubuhkan pemuda itu.
Pangeran Ghalik telah
memanggil anak buahnya yang mêngadakan penjagaan di pintu rumah penginapan itu,
untuk mempersiapkan kereta guna membawa Cin Piauw Ho begitu juga Liu Ong Kiang
yang telah terluka cukup parah dimasukkan ke dalam kereta itu.
Waktu melihat keadaan Liu Ong
Kiang bukan main gusarnya Yo Him.
Tetapi pemuda ini
menyembunyikan perasaan tidak senangnya itu, karena ia tidak mau jika membawa
kesulitan untuk sahabat-sahabatnya itu. Bisa saja waktu itu Yo Him
mempergunakan kekerasan menghadapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik. Jika
ia sampai terdesak, dengan mudah tentu ia bisa melarikan diri lolos dari
mereka. Namun bagaimana nasib sahabat-sahabatnya? Bagaimana dengan Ko Tie?
Karena berpikir begitu,
akhirnya Yo Him hanya mengalah dan menurut saja untuk pergi ke istana pangeran
Ghalik, walaupun melihat keadaan Liu Ong Kiang begitu menyedihkan dan mengenaskan
sekali.
Liu Ong Kiang biarpun terluka
cukup parah seperti itu, tokh tidak jeri, dia mengawasi dengan mata mendelik
mengandung kegusaran.
“Pendeta anjing, mengapa
engkau tidak membunuhku?” waktu itu Liu Ong Kiang masih sempat memaki pada Tiat
To Hoat-ong.
Namun Tiat To Hoat-ong tidak
melayani hanya tersenyum, begitu juga waktu Liu Ong Kiang berulang kali
memakinya, pendeta tersebut hanya pura-pura tuli.
Begitulah Liu Ong Kiang, Cin
Piauw Ho, Ko Tie dan Yo Him telah ikut rombongan pangeran Ghalik untuk pergi ke
istana pangeran itu.
Ternyata pangeran Ghalik
mengajak anak buahnya yang cukup banyak jumlahnya, tadi memang rumah penginapan
itu telah dikepungnya dengan ketat. Pangeran Ghalik telah mendengar kabar dari
seorang mata-matanya bahwa di kota tersebut terjadi kerusuhan, seorang pemuda
she Yo dan seorang pengemis setengah baya telah bertempur dengan biruang tinggi
besar , lalu pemuda yang mengaku bernama Yo Him itu berhasil merubuhkan biruang
tersebut. Malah ketika majikan binatang buas tersebut datang, berhasil
dilayaninya juga, sampai akhir kesudahannya dengan kepergian majikan dan
binatang peliharaannya itu.
Tentu saja yang menarik hari
pangeran Ghalik, bukanlah binatang buas dan majikannya dari Pulau Salju itu,
karena ia hanya tertarik pada pemuda yang katanya bernama Yo Him anak dari
Sin-tiauw-tay-hiap! Inilah yang menarik hatinya, karena selama ini memang ia
tengah mencari Yo Ko untuk ditangkapnya. Dan begitu juga beberapa orang
kawan-kawannya Sin-tiauw-tay-hiap. Kebetulan sekali sekarang ini ia memperoleh
laporan bahwa di kota tersebut terdapat puteranya Yo Ko.
Sedangkan Pangeran Ghalik
berada di kota adalah dalam rangka perjalanannya ke beberapa kota untuk melihat
keamanan setempat, setelah sekian lama Kublai Khan berhasil menguasai daratan
Tiong-goan, dan berkuasa penuh sebagai Kaisar.
Itulah sebabnya pangeran
Ghalik yang didampingi Tiat To Hoat-ong telah mengajak pasukannya ke rumah
penginapan. Segera juga pengepungan dilakukan dengan ketat sekali, sehingga
jangankan manusia, lalatpun sulit untuk terbang lolos dari pengawasan pasukan
pangeran Ghalik yang berjumlah ratusan orang itu.
Demikianlah, sekarang pangeran
Ghalik telah mengundang Yo Him untuk datang ke istananya, yang terletak tidak
jauh dari kota tersebut. Setelah melakukan perjalanan dua hari, mereka telah
tiba di sebuah tempat, yaitu di tanah pegunungan yang sunyi.
Semula Yo Him heran dan
bingung juga, ia tidak tahu entah pangeran Ghalik ini akan mengajaknya kemana.
Dan waktu melihat meréka dibawa ke tanah pegunungan yang begitu sunyi, Yo Him
jadi heran. Entah apa yang hendak dilakukan oleh pangeran Ghalik dan Tiat To
Hoat-ong terhadap mereka di tempat ini.
Cuma saja Tiat To Hoat-ong
telah mengatakan kepada Yo Him: “Istana pangeran Ghalik terletak di sebelah
kanan di balik tebing itu,” katanya. “Dan kita pergi ke sana. Istana itu
merupakan istana tertutup buat siapapun juga yang tidak boleh sembarangan
memasukinya, dengan demikian pangeran Ghalik telah menjadikan tempat itu
sebagai tempat merundingkan masalah-masalah yang sulit, juga tempat
berkumpulnya para jago-jagonya!”
Yo Him mengangguk baru
mengerti. Rupanya memang sengaja pangeran Ghalik mendirikan istananya di tempat
tersebut, bukan di dekat istana Kaisar di kotaraja. Tentunya pangeran Ghalik
memiliki maksud tertentu. Tetapi mengenai maksud dan tujuan pangeran Ghalik
mendirikan istananya di tanah pegunungan tersebut masih belum diketahui oleh Yo
Him.
Waktu itu rombongan pangeran
Ghalik telah tiba di tempat tujuannya, yaitu seperti sebuah lembah yang
tertutup di balik tebing, yang di kiri kanannya. Yo Him mengawasi sekitar
tempat itu. Matanya yang tajam dapat melihat di balik semak-semak yang lebat
dan rimbun, bersembunyi beberapa sosok tubuh.
Hal itu berulangkali dapat
dilihatnya di sekitar tempat itu, yang dilalui oleh mereka. Rupanya memang di
sekitar tempat itu telah di tempatkan penjagaan yang ketat kuat sekali. Tentu
saja tidak mudah untuk orang luar sembarangan masuk ke tempat ini. Karena baru
saja masuk di mulut lembah, mereka tentu telah tertangkap.
Pangeran Ghalik telah mengajak
Yo Him dan rombongannya ke sebuah pintu gerbang yang terbuat dari lapisan besi,
yang tampaknya kuat sekali.
Beberapa orang tentara
berpakaian lapis besi telah menyambut kedatangan mereka.
Ternyata istana di lembah itu
merupakan istana yang dibangun kuat sekali, karena dindingnya selain terbuat
dari tembok batu yang kuat, juga semuanya dilapisi besi, sehingga merupakan
seperti perbentengan kuno yang keadaannya menyeramkan sekali. Suara yang
sekecil apapun akan terdengar bergema berpantulan.
Keadaan seperti itu membuat Yo
Him jadi berpikir keras. Waktu ia melangkahkan kaki memasuki gerbang istana
tersebut dan melihat keadaan istana seperti itu. Ia segera berpikir, tentunya
sulit buat dia keluar lagi. Masuk mudah, tapi untuk meninggalkan sempat itu
sulit sekali. Terlebih lagi ia bersama dengan Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang,
yang ke duanya terluka. Begitu pula Ko Tie yang masih berusia kecil dan tidak
mengerti apa-apa itu.
Pangeran Ghalik perintahkan
orang-orangnya mempersiapkan meja perjamuan.
Yo Him tidak kuatir dirinya
diracuni oleh pangeran itu. Ia bersantap dengan lahap. Karena Yo Him berpikir
selama ia belum menolak tawaran yang diajukan oleh pangeran Ghalik, dan selama
pangeran Ghalik mengharapkan dia mau tunduk dan menjadi anak buahnya tak
mungkin dirinya dicelakai.
Setelah selesai bersantap, di
mana Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang telah di tempatkan di sebuah kamar yang
cukup luas dan diperlengkapi dengan peralatannya yang mewah. Hanya saja
semuanya dalam keadaan tertutup, dindingnya juga berlapis besi, sehingga
ruangan agak dingin.
Waktu itu Yo Him telah berkata
képada Tiat To Hoat-ong: “Apakah kini sudah boleh kita memanggil tabib istana
pangeran Ghalik untuk mengobati luka-luka sahabatku itu Koksu?”
Tiat To Hoat-ong tersenyum.
“Jangan kuatir, tanpa Yo Siauwhiap meminta, pangeran Ghalik tadi telah
memerintahkan beberapa orang tabib untuk memeriksa keadaan ke dua sahabatmu
itu! Sayang sekali aku tidak mengetahui bahwa kita akhirnya akan jadi orang
sendiri dan telah salah tangan cukup berat pada seorang sahabatmu itu, harap
kau mau memaafkan......!”
Begitu sabar kata-kata Tiat To
Hoat-ong, berbeda di rumah penginapan, di sana dia begitu bengis, tetapi Yo Him
juga telah melihat, betapa wajah Tiat To Hoat-ong memancarkan sikap yang licik
sekali. Dan juga tidak bisa lolos dari mata Yo Him, beberapa kali Tiat To
Hoat-ong sering memberikan isyarat dengan kedipan matanya kepada beberapa
orangnya di sekitar tempat yang dilalui mereka.
Waktu itu tampak Yo Him selalu
bersikap tenang tidak memperlihatkan sikap menentang sedikitpun juga. Seperti
juga Yo Him tertarik untuk bekerja pada pangeran Ghalik, di mana hal itu
membuat pangeran Ghalik dan Tiat To Hoat-ong jadi memperlakukannya dengan
manis.
Memang benar apa yang
dikatakan Tiat To Hoat-ong, bahwa Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho tengah
memperoleh perawatan tabib. Luka yang diderita Liu Ong Kiang walaupun tampaknya
parah, tokh dalam beberapa hari, akhirnya telah sembuh. Cuma saja ia belum
boleh terlalu banyak berjalan, sebab ke dua kakinya yang telah patah dan remuk
tulangnya itu baru tersambung, jadi belum kuat untuk dipergunakan berjalan.
Cin Piauw Ho memperoleh
pengobatan pagi dan sore terus menerus, karena racun yang mengendap di tubuhnya
sangat berbisa sekali.
Semula tabib-tabib di istana
pangeran Ghalik ini heran juga melihat hebatnya racun yang mengendap di tubuh
Cin Piauw Ho, tetapi setelah mengadakan pemeriksaan, tiga orang tabib yang
merawatnya telah menentukan obatnya.
Harus diketahui, sebagai
seorang pangeran yang menjadi kepercayaan Kaisar Kublai Khan, dengan sendirinya
pangeran Ghalik memiliki kekuasaan yang besar. Terlebih lagi ia memang menjadi
pemimpin dari pasukan istimewa kaisar dan menjadi pemimpin para jago-jago
kerajaan Song yang telah runtuh dan bersembunyi dari itu, melakukan pengejaran
terus untuk mendesak mereka bertekuk lutut atau memang dibinasakan.
Disebabkan itu pula, pangeran
Ghalik menyediakan obat-obat istimewa, untuk mengobati orang-orangnya, jika
terdapat luka parah pada mereka. Begitu pula halnya pangeran Ghalik telah
memerintahkan orang-orangnya mencari tabib pandai mengundangnya untuk bekerja
di istananya yang istimewa ini.
Dengan demikian, Cin Piauw Ho
jadi tertolong juga oleh obat istimewa yang dimiliki pangeran Ghalik. Dan
walaupun ia tidak bisa disembuhkan keseluruhannya di mana racun Sam-hun-tok
tidak bisa dilenyapkan keseluruhannya, namun kini tubuh Cin Piauw Ho boleh
dibilang telah sehat kembali. Racun bisa dibendung berkumpul hanya di jalan
darah Lung-siu-hiat, dan Cin Piauw Ho akan dapat hidup selama dua atau tiga
tahun lagi, di waktu mana racun itu baru akan bergerak pula menjalar ke arah
jantung.
Menurut tabib-tabib pangeran
Ghalik, jika tiga tahun nanti racun mulai bergerak menjalar liar pula, di waktu
itu mereka akan mengobati lagi. Tentu saja disamping itu, ketiga tabib itu
menjanjikan, bahwa mereka akan mencari obat yang lebih baik lagi selama tiga
tahun ini guna melenyapkan benar-benar seluruh sisa racun Sam-hun-tok tersebut.
Yo Him yang melihat kesembuhan
Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, diam-diam jadi girang. Karena tidak percuma
saja ia mengalah pada pangeran Ghalik ini, sebab sekarang Cin Piauw Ho yang
menghadapi kematian, bisa disembuhkan, walaupun racun Sam-hun-tok tidak bisa
dimusnahkan. Mengenai Liu Ong Kiang, Yo Him bermaksud untuk membujuknya, agar
sementara waktu itu tidak memperlihatkan sikap bermusuhannya pada Tiat To
Hoat-ong, karena ia tengah memikirkan daya untuk menghadapinya.
Liu Ong Kiang walaupun menaruh
dendam yang setengah mati besarnya pada Tiat To Hoat-ong yang telah menyiksanya
mematahkan ke dua tangan dan meremukkan ke dua tulang kakinya, mau juga
mengerti dan tidak memperlihatkan perasaan dendamnya itu.
“Jika memang telah tiba
saatnya, barulah kita nanti menghadapi mereka dengan kekerasan. Sekarang ini di
samping Cin toako, Liu Lopeh juga perlu istirahat yang cukup,” kata Yo Him,
“Biarlah sementara ini kita menuruti saja setiap kata pangeran Mongolia itu, di
mana kita pura-pura patuh. Dengan demikian, kitapun bisa mempelajari dan
mengetahui keadaan pangeran itu!
“Jika kulihat, ancaman yang
ada memang sangat besar, pangeran itu tengah memupuk kekuatan untuk menangkap
para jago-jago kerajaan Song, termasuk ayah ibuku dan tokoh-tokoh lainnya.
Karena itu kita harus perlahan-lahan mempelajari keadaan mereka. Syukur jika
memang kita bisa mengetahui kekuatan mereka itu......!”
Liu Ong Kiang mengangguk, ia
memang mengerti akan maksud Yo Him. Maka dari itu, diapun menurut saja apa yang
diperintahkan oleh Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik.
Tetapi Tiat To Hoat-ong dan
pangeran Ghalik bukan manusia-manusia bodoh. Mereka memang melihat Yo Him dan
ke dua orang kawannya itu, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, selalu patuh pada
setiap perkataan mereka. Bahkan tampaknya mereka bertiga memang bersedia untuk
bekerja pada pangeran itu.
Kenyataannya pangeran Ghalik
tidak bisa mempercayai sepenuhnya, ia hanya baru saja mempercayainya tiga
bagian saja, dan diapun telah perintahkan orang-orang kepercayaannya untuk
selalu mengawasi gerak-gerik Yo Him, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang. Sedangkan
Lie Ko Tie, anak kecil itu, karena dia masih kanak-anak, maka pengawasan
padanya tidak seketat itu dan anak itu juga bebas untuk berkeliaran di dalam
istana pangeran Ghalik itu.
Tidak demikian halnya Yo Him,
Cia Piauw Ho dan Liu Ong Kiang yang terbatas ruang geraknya, yang tidak
diperbolehkan memasuki beberapa ruangan tertentu, dengan alasan ruangan-ruangan
terlarang itu tertutup buat siapapun juga, selain pangeran Ghalik sendiri.
Yo Him jadi tertarik dan ingin
mengetahui, entah ruangan-ruangan yang katanya tertutup untuk siapapun juga
itu, di dalamnya terdapat barang-barang apakah. Maka ketika mengetahui bahwa Ko
Tie tidak dilarang untuk berkeliaran di dalam istana pangeran Ghalik, Yo Him
telah meminta anak tersebut untuk melakukan penyelidikan. Pura-pura berkeliaran
di sekitar istana dan ruangan-ruangan terlarang itu. Lalu apa yang dilihatnya
agar dilaporkan kepada Yo Him.
Begitulah, pada sore itu, Ko
Tie telah mendatangi sebuah ruangan yang terdapat di belakang istana pangeran
Ghalik, pintu ruangan itu terbuat dari besi yang tebal dan kuat sekali, di
depan pintu tersebut berdiri dua orang penjaga yang berpakaian sebagai tentara
Mongolia.
Ko Tie `pura-pura tidak
melihat mereka, ia bermain-main sejenak di situ seorang diri, lalu melangkah
perlahan-lahan akan memasuki ruangan tersebut.
“Eh bocah, engkau tidak boleh
masuk ke dalam kamar itu!” teriak dua orang penjaga tersebut yang mencegahnya.
Ko Tie menoleh sambil
tersenyum.
“Kenapa?” tanyanya.
“Siapapun juga dilarang
memasuki kamar itu...... karena di dalam kamar itu terdapat seekor harimau yang
garang.....”
“Harimau? Kalian menangkap dan
mengurung harimau itu di dalam ruangan tersebut?” tanya Ko Tie dengan suara
yang terkejut.
Ke dua penjaga itu mengangguk.
“Tetapi.....” kata Ko Tie
ragu-ragu.
“Kenapa?” tanya salah seorang
penjaga itu dengan tawar.
“Pangeran Ghalik tidak pernah
melarang aku untuk mendatangi tempat manapun di dalam istananya ini......!”
sahut Ko Tie.
“Tetapi kami memang mendapat
Perintah pangeran agar tidak mengijinkan siapapun memasuki ruangan itu!”
menyahuti salah seorang pengawal tersebut dengan suara mendongkol. “Jika memang
kau memaksa hendak masuk, kami tidak bisa melarangnya. Tetapi jika engkau nanti
terbinasa di dalam ruangan itu, kami tidak bertanggung jawab. Kami mencegah kau
memasuki ruangan itu karena kami kuatir kau menerima bencana yang tidak kecil.”
Ko Tie berdiam diri sejenak.
Anak ini sesungguhnya ingin sekali masuk ke dalam ruangan itu. Ia tidak percaya
bahwa di dalam ruangan itu terkurung harimau. Tetapi untuk memaksa tentu saja
tidak bisa. Karena kemungkinan ke dua pengawal itu akan menolaknya dengan kasar
jika ia memaksa terus.
Akhirnya Ko Tie mengangguk
sambil angkat bahu, katanya: “Baiklah......! Jika memang begini akupun tidak
ingin memaksa untuk masuk ke dalam kamar itu......!”
Tetapi baru saja Ko Tie
berkata sampai di situ, tiba-tiba terdengar suara yang dalam dan parau:
“Mengapa anak itu dilarang masuk ke mari?”