Beruang Salju Bab 23 Koksu Mongolia Ketemu Batu

Beruang Salju Bab 23 Koksu Mongolia Ketemu Batu
23 Koksu Mongolia Ketemu Batu

Seperti terjadi di puncak Hoa-san, Liong Tie Siang tidak mau selangkahpun mengalah pada Yo Ko, malah tanpa kenal takut, dia telah bertempur dengan Yo Ko, baca Sin-tiauw-thian-lam. Maka terlebih lagi sekarang, di waktu dia telah melatih diri lebih jauh selama duapuluh tahun dan kepandaiannya telah mengalami banyak kemajuan.

Walaupun memang Liong Tie Siang menyadarinya bahwa kepandaian Swat Tocu sangat luar biasa, tokh dia tidak jeri karenanya.

Di waktu itu, Swat Tocu telah tertawa.

“Itulah yang kuhendaki, yaitu engkau menemaniku main-main untuk beberapa jurus......!” Dan setelah berkata begitu cepat Swat Tocu telah melangkah maju.

Tampaknya Swat Tocu melangkah dengan tindakan kaki yang perlahan namun tubuhnya tiba di hadapan Liong Tie Siang begitu cepat, tahu-tahu dia telah berada di hadapan wanita she Liong tersebut.

Tangannya juga digerakkan, didorong ke arah Liong Tie Siang, menyerang dengan gerakan seperti main-main dan ayal-ayalan.

Tetapi hebat dari cara menyerang seperti itu, karena memang Swat Tocu telah mempergunakan pukulan Inti Es nya tingkat pertengahan, berbeda dengan tadi, di mana ia mengerahkan tenaga Inti Esnya baru dua bagian saja. Dengan begitu, bisa dibayangkan betapa hebatnya hawa dingin yang telah mengurung Liong Tie Siang.

Waktu menghadapi Yo Him beberapa waktu yang lalu, di mana Swat Tocu tiga jurus melakukan penyerangan kepada Yo Him. Diapun mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya dari Inti Esnya itu.

Setiap kali Yo Him mengelak dan benda-benda yang terkena pukulan itu jadi terbungkus oleh lapisan es.

Kali inipun tenaga Inti Es yang dipergunakan oleh Swat Tocu sama tingginya seperti waktu menghadapi Yo Him, maka dari itu, ketika Liong Tie Siang mengelakkan diri di mana angin pukulan itu menyambar terus dan mengenai seorang jago yang berdiri di belakang Liong Tie Siang. Dia mengeluarkan suara teriakan kaget, kemudian tubuhnya menggigil, lalu diam kaku. Dan tubuhnya telah terbungkus oleh lapisan es!

Swat Tocu tertawa keras waktu melihat Liong Tie Siang berhasil meloloskan diri dari serangannya itu. Dia telah mengulangi lagi serangannya.

Dalam keadaan seperti ini, tampaknya, Swat Tocu tidak mau memberikan kesempatan sedikitpun juga kepada Liong Tie Siang.

Liong Tie Siang mendongkol bukan main, tetapi dia mendongkol tanpa daya, karena dia harus sibuk mengelakkan diri berulang kali, kalau memang tubuhnya tidak mau sampai terbungkus oleh lapisan salju.

Tetapi Liong Tie Siang juga tidak tinggal diam, walaupun dia sibuk mengelakkan diri, beberapa kali dia masih berusaha membalas menyerang dengan tenaga Yang nya. walaupun selalu gagal.

Setelah bertempur belasan jurus, Liong Tie Siang jadi mengeluh. Sekarang dia baru mengakuinya, bahwa tidak percuma bahwa Swat Tocu dikenal oleh jago-jago rimba persilatan sebagai tokoh sakti yang kepandaiannya katanya tidak berada di bawah kepandaian Oey Yok Su berlima.

Kenyataan yang sekarang dihadapinya memang membuktikan bahwa kepandaian yang dimiliki Swat Tocu memang benar-benar luar biasa.

Dalam keadaan seperti itu, Liong Tie Siang juga baru menyadari, jika memang mereka meneruskan pertempuran seperti ini sebanyak sepuluh jurus lagi tentu yang rugi adalah dirinya, di mana dia tidak akan sanggup menghadapi Swat Tocu lebih jauh.

Maka sambil mengelakan diri dari serangan Swat Tocu berikutnya, Liong Tie Siang telah memeras otak memikirkan jalan yang sebaik mungkin untuk meloloskan diri.

Di waktu itulah, tampak Swat Tocu telah tertawa nyaring. Dengan sikap ayal-ayalan, telah menggerakkan ke dua tangannya, katanya: “Nah, sekarang kau terimalah jurus seranganku ini...... Aku menghendaki engkau menjadi boneka nenek-nenek dari es......!”

Benar-benar hebat serangan yang kali ini dilancarkan oleh Swat Tocu. Karena dari ke dua telapak tangannya yang digerakkan dengan berbareng itu telah mengalir hawa yang dingin bukan main.

Jangankan Liong Tie Siang, sedangkan para jago-jago lainnya yang telah berkumpul di sekitar tempat tersebut menggigil keras sekali.

Tapi mereka ada yang bercatrukan dan juga muka mereka pucat. Walaupun mereka telah mundur beberapa langkah ke belakang menjauhi diri dari gelanggang, tokh tidak urung mereka kedinginan juga.

Begitu juga halnya dengan pangeran Ghalik, tubuhnya sampai menggigil. Walaupun ia menggigil tidak hebat, namun semakin lama tubuhnya semakin menggigil lebih keras, menunjukkan bahwa dia menderita kedinginan yang hebat.

Yo Him dan Wang Put Liong yang berada di dalam ruangan di balik pintu berlapis besi itu juga merasakan hembusan angin yang dingin sekali.

Jika Yo Him tidak terpengaruh oleh hawa dingin itu, sebab begitu dia mengerahkan tenaga lweekangnya dia bisa menguasai diri dan telah mengusir hawa dingin tersebut. Tetapi yang hebat adalah Wang Put Liong, walaupun ia terpisah di tempat yang jauh, tokh terkena sambaran angin itu, tubuhnya telah menggigil.

Yo Him tersenyum, dia mengulurkan tangan kanan mencekal tangan Wang Put Liong, dikêrahkan tenaga dalamnya. Dia lalu menyalurkan tenaga Yang nya pada orang she Wang ini, maka seketika rasa dingin yang mempengaruhi tubuh Wang Put Liong jadi berkurang dan akhirnya lenyap.

“Berbahaya! Sungguh berbahaya!” mengeluh Wang Put Liong kemudian dengan suara gumaman yang perlahan.

Yo Him sendiri kagum bukan main terhadap ilmu Inti Es yang dimiliki oleh Swat Tocu.

“Dia adalah Swat Tocu dari pulau Salju, kepandaiannya memang tidak berada di bawah Locianpwe lainnya, seperti Oey Suhu, It Teng Locianpwee dan ayahku......!”

Wang Put Liong telah mengangguk.

”Ya, aku baru melihat pertama kali ini ilmu yang luar biasa ini, mengerikan sekali......!” menyahut orang she Wang tersebut.

Yo Him tersenyum.

“Tetapi Swat Tocu sahabatku, dia tentu berdiri di pihak kita......!” kata Yo Him. “Tetapi yang aneh adalah nenek dan pemuda pendek itu. Mengapa mereka bisa membawakan ilmu Ha-mo-kang, ada hubungan apa mereka dengan Auwyang Hong Locianpwe?”

Wang Put Liong jadi terkejut.

“Auwyang Hong?” tanyanya.

Yo Him mengangguk.

“Ya, ilmu yang tadi mereka pergunakan untuk menghadapi orang-orangnya pangeran Ghalik adalah Ha-mo-kang, ilmu pukulan kodoknya Auwyang Hong Locianpwe yang sangat terkenal. Dan tadi wanita tua itu juga telah menyebut-nyebut bahwa Auwyang Hong Locianpwe ada suaminya, yang kuburannya telah dibongkar oleh pangeran Ghalik.

“Ayahku pernah menceritakan peristiwa dibongkarnya kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong Locianpwe, yang telah dibongkar orang yang tidak diketahui siapa...... Sampai sekarang masih tidak diketahui apa maksud dari pembongkaran kuburan itu dan siapa yang melakukannya.

“Namun didengar dari perkataan nenek tua itu dengan pangeran Ghalik, tampaknya peristiwa duapuluh tahun yang lalu tentang pembongkaran kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong Locianpwe dilakukan pangeran Ghalik. Tapi yang aneh lagi, yang kuketahui Wang Kiesu, justeru Auwyang Hong Locianpwe tidak memiliki isteri. Jika nenek itu mengakui dia sebagai isteri Auwyang Hong Locianpwe, apakah pemuda itu adalah puteranya Auwyang Hong Locianpwe?”

Sambil menggumam begitu, Yo Him telah mengawasi terus dan memperhatikan keadaan si nenek dan pemuda bertubuh pendek itu, yaitu Auwyang Phu. Untuk sementara perhatiannya pada pertempuran yang tengah berlangsung antara Liong Tie Siang dengan Swat Tocu itu telah beralih kepada diri ibu dan anak itu, di mana Yo Him lebih tertarik untuk mengetahui siapakah adanya wanita tua itu dan Auwyang Phu.

Wang Put Liong juga mengawasi kepada Cek Tian dan Auwyang Phu.

Sedangkan Liong Tie Siang yang tengah sibuk menghadapi serangan Swat Tocu. Mulai keripuhan sendiri. Hatinya mulai goncang di mana dia yakin tidak mungkin bisa lebih lama lagi menghadapi Tocu dari Pulau Salju itu.

Tetapi sebagai seorang wanita yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Liong Tie Siang tidak mau menyerah begitu saja. Dia telah mempergunakan seluruh kekuatan tenaga lweekang yang ada padanya.

Harus diketahui, jika seseorang mempergunakan seluruh kekuatan tenaga lweekangnya, sepenuh tenaga, malah akan membuat dia terluka di dalam. Walaupun pertempuran itu bisa dimenangkannya, tetapi tetap saja setelah pertempuran itu, di mana orang tersebut telah mempergunakan seluruh kekuatan lweekangnya, tentu akan menderita sakit.

Dengan demikian Liong Tie Siang sendiri telah menyadari bahwa dengan mengerahkan seluruh kekuatan lweekangnya ini menghadapi Swat Tocu, di mana dia malu untuk menyerah dan mundur mengakui kekalahannya di hadapan pangeran Ghalik, bahwa dirinya jika tokh berhasil menghadapi serangan Swat Tocu itu, kesudahannya dia yang akan jatuh sakit parah atau juga mungkin terluka di dalam yang berat.

Namun disebabkan memang Liong Tie Siang nekad, dan dia juga mengeluarkan seluruh kekuatan lweekangnya, tanpa memperdulikan akibatnya.

Begitulah, tenaga Yang yang dikeluarkan oleh Liong Tie Siang telah berbentur keras dengan hawa dingin yang dikerahkan oleh Swat Tocu. Dengan begitu, tampak tubuh Liong Tie Siang telah bergoyang-goyang seperti akan mundur, namun Liong Tie Siang berusaha bertahan terus.

Sedangkan Swat Tocu tidak mengalami sesuatu apapun juga. Sambil tertawa keras, dia menarik pulang kembali ke dua tangannya, kemudian tanpa henti dia telah mendorong lagi, kembali menyerang dengan Pukulan Inti Esnya. Hawa dingin yang lebih kuat telah menerjang Liong Tie Siang dengan hebat.

Kali ini Liong Tie Siang tampaknya tidak bisa mempertahankan diri lagi.

Dengan mengeluarkan suara perlahan mengandung perasaan kaget, tubuh Liong Tie Siang telah terhuyung dua tindak ke belakang, tergempurlah tenaga dalamnya dan juga perbentengan pertahanan dirinya. Karena di waktu itu dia telah terserang hebat.

Di waktu bersamaan dengan itu, waktu Liong Tie Siang tengah menghadapi ancaman bahaya maut yang tidak kecil. Telah berlari-lari seseorang, diiringi dengan suara bentakannya: “Ohh, makhluk kurang ajar yang ingin mengacau di sini tanpa kenal malu...... biar aku yang menghajar mampus.....!” dan orang itu bukan hanya berlari sambil berteriak tangannya digerakkan, dia memegang pundak Liong Tie Siang, menahan agar tubuh itu tidak mundur lebih jauh.

Malah dari telapak tangannya telah keluarkan kekuatan lweekang yang hebat sekali di mana telah disalurkan masuk ke dalam tubuh Liong Tie Siang. Untuk sejenak Liong Tie Siang memperoleh tenaga tambahan, tenaga lweekangnya yang telah tergempur tadi, bisa disatukan kembali, dan ia jadi bisa berdiri tegak kembali!

Malah hawa dingin yang seperti mengurung diri Liong Tie Siang telah lenyap, tidak bisa menguasai dirinya lagi. Dengan buyarnya hawa dingin itu, maka Liong Tie Siang bisa bergerak lebih leluasa. Berulang kali dia mengeluarkan suara erangan itu untuk memusatkan tenaganya. Dengan tambahan tenaga dari orang yang menempelkan telapak tangannya pada punggungnya, maka Liong Tie Siang menggerakkan ke dua tangannya, mendorong kepada Swat Tocu.

Swat Tocu tertawa, ia melihat orang yang muncul membantu Liong Tie Siang, sehingga nenek itu tidak terjungkal, adalah seorang Mongolia berpakaian sebagai pendeta. Ia tidak mengenal pendeta yang telah berusia cukup lanjut itu. Hanya ia heran juga bahwa kepandaian pendeta itu demikian tinggi. Karena Liong Tie Siang telah mendorong ke arahñya dengan kekuatan yang berlipat dari tenaganya yang semula. Swat Tocu juga mempergunakan tenaga Inti Esnya jauh lebih kuat.

“Aduhhh......!” teriak Liong Tie Siang sambil menggigil keras. Karena waktu tenaganya bentrok dengan tenaganya Inti Es yang dipergunakan Swat Tocu, ia merasakan tenaganya itu buyar dan tenaganya itu bagaikan lenyap tidak berbekas. Malah tubuhnya seperti dibungkus oleh lapisan es lagi, ia menggigil dengan sekujur tubuhnya terasa nyeri.

Pendeta Mongolia yang muncul membantu Liong Tie Siang tidak lain dari Tiat To Hoat-ong. Waktu melihat keadaan Liong Tie Siang seperti itu, dia pun terkejut, karena walaupun berdiri di belakang Liong Tie Siang, tokh Tiat To Hoat-ong merasakan sekujur tubuhnya dingin sekali terkena sambaran pukulan Swat Tocu.

Cepat-cepat pendeta Mongolia itu menyambar tubuh Liong Tie Siang. Dia juga melompat ke samping, sehingga Liong Tie Siang bisa diselamatkan dari pengaruh tenaga dinginnya Swat Tocu.

“Toanio, kau beristirahat dulu. biar aku yang menghadapinya.....!” kata Koksu Mongolia tersebut sambil melompat ke tengah gelanggang menghadapi Swat Tocu. Matanya mengawasi bengis, sambil bentaknya garang: “Siapa kau? Mengapa berani mengacau di istana pangeran?”

Swat Tocu tertawa dingin, ia tidak memandang sebelah mata pada pendeta ini. Walaupun dilihatnya Tiat To Hoat-ong memiliki kepandaian yang tinggi, malah lebih tinggi dari kepandaian Liong Tie Siang, tokh Swat Tocu tetap tidak menganggapnya sebagai lawan yang perlu dihadapi dengan sungguh-sungguh.

Sebagai seorang tokoh sakti, tentu saja Swat Tocu merasa bahwa dirinya yang tertinggi kepandaiannya di kolong langit ini, karena Oey Yok Su, salah seorang dari kelima jago luar biasa di daratan Tiong-goan yang pernah bertempur dengannya, tidak berdaya untuk merubuhkannya. Maka, mana dipandang sebelah mata Tiat To Hoat-ong ini?

“Kemana aku ingin datang, tidak ada seorangpun yang bisa melarangku. Ingin datang ke mari, engkau tidak bisa melarangku. Jika memang engkau hendak mengurus diriku, nanti kuberikan kau surat undangan dari Giam-lo-ong......!” suara Swat Tocu dingin sekali.

Tiat To Hoat-ong merupakan Koksu negara, ia dihormati oleh rakyat dan Kaisar Mongolia, bahkan kepandaiannyapun tinggi luar biasa. Tidak biasanya ia dilayani dengan sikap seperti yang diperlihatkan Swat Tocu.

Walaupun telah dilihatnya tadi betapa Swat Tocu membuat Liong Tie Siang jadi kelabakan seperti itu. Namun sama sekali Tiat To Hoat-ong tidak jeri. Malah dengan gusar ia mengebutkan ujung jubahnya, di mana kemudian ke dua tangannya dirangkapkan, dengan sikap siap menyerang.

Swat Tocu tetap berdiam saja mengawasi sikap Tiat To Hoat-ong, ia merasakan sambaran dan dorongan kuat sekali dari ujung jubah Tiat To Hoat-ong. Namun Swat Tocu hanya dengan memusatkan kuda-kuda ke dua kakinya, lalu balas mendorong dengan tenaga Inti Esnya.

Tiat To Hoat-ong jadi terkejut, ia merasakan tubuhnya disambar angin yang dingin sekali, melebihi dinginnya es dan juga tubuhnya seperti terbungkus oleh lapisan es.

Tetapi sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, disamping itu juga memang telah menguasai ilmu Yoga dengan sempurna, Tiat To Hoat-ong tidak jeri dengan hawa dingin tersebut. Ia telah merangkapkan ke dua tangannya. Kemudian memusatkan tenaga murni di tan-tiannya, lalu menggerakkan ke dua tangannya itu.

Dengan demikian tampak ia telah mengeluarkan hawa Yang (panas) yang bukan main. Dua kekuatan yang berlainan sifatnya itu. Yang satu dingin melebihi es, dan yang satunya lagi panas melebihi panasnya api telah saling bentur.

Untuk orang-orang yang berkepandaian rendah, tentu mereka tidak mengetahui hebatnya bentrokan yang terjadi itu. Maka mereka hanya mengetahui bahwa ke dua orang itu hanya mengadu kekuatan tenaga dalam.

Tetapi Liong Tie Siang dan juga pangeran Ghalik, telah melihat bahwa Koksu negara itu tengah berusaha untuk membendung serangan hawa dingin dari tenaga inti Es yang dilancarkan Swat Tocu. Begitu juga halnya dengan Swat Tocu, yang telah berusaha untuk menindih dan memunahkan tenaga “Yang” yang dikeluarkan oleh Tiat To Hoat-ong.

Ke dua orang itu masing-masing berdiri berhadapan dengan terpisah jarak setombak lebih. Mereka mengawasi dengan muka yang terpancar kekerasan dan juga urat-urat di muka mereka mulai tampak. Begitu keadaan menjadi sunyi, ke duanya telah bergerak lagi dengan ke dua tangan digerakkan.

Hampir bersamaan dengan benturan yang terjadi, tubuh mereka juga bergoyang goyang. Yang seorang diselubungi oleh hawa dingin, mukanya memerah, tubuhnya dingin bagaikan darah di sekujur tubuhnya menjadi beku. Sedangkan yang seorang lagi, Swat Tocu, mukanya mulai merah, keringat mengucur keluar deras sekali dari sekujur tubuhnya. Dilihat dari keadaan seperti ini, tampaknya Swat Tocu juga tengah dikuasai hawa “Yang” yang luar biasa panasnya.

Tiat To Hoat-ong sama sekali tidak menyangka bahwa Swat Tocu ini merupakan tokoh sakti yang mungkin sudah tidak ada duanya di kolong langit ini...... Tadi memang ia telah melihatnya bahwa Swat Tocu bukan orang sembarangan, namun sebagai Koksu negara yang memiliki kemuliaan, tentu saja dia harus turun tangan membela pangeran Ghalik. Hanya saja ia tidak menyangkanya bahwa Swat Tocu demikian tangguh.

Dalam beberapa kali gebrakan dengan saling menggebrakkan tangan, mengadu tenaga dalam yang berlainan sifatnya itu tanpa saling bentur itu, Tiat To Hoat-ong telah mengetahui bahwa lawannya ini sesungguhnya masih menang setingkat dari dirinya. Tetapi Tiat To Hoat-ong tentu saja tidak mau menyerah begitu saja, lebih lagi ia memang merupakan seorang Koksu, yang dianggap paling mulia di samping Kaisar mereka. Walaupun harus mempertaruhkan jiwanya, Tiat To Hoat-ong tetap melindungi pangeran Ghalik.

Setelah merasakan bahwa tenaga Yang nya itu semakin lama semakin tertindih oleh hawa dingin dari lawannya, Tiat To Hoat-ong mengeluarkan suara bentakan nyaring, di mana tubuhnya telah digetarkan dan bulu-bulu di sekujur tubuhnya seperti berdiri tegak. Pendeta ini telah mengeluarkan ilmu andalannya, yaitu Soboc , semacam ilmu yang telah diciptakannya dari intisari Yoga dan intisari lweekang di daratan Tiong-goan ini, di mana sepuluh tahun lebih belakangan ini Tiat To Hoat-ong memang telah merampungkan ilmunya tersebut.

Waktu ilmu itu belum rampung benar, Tiat To Hoat-ong tidak pernah mempergunakannya. Dan baru kali ini ia ingin mencobanya untuk dipergunakan menghadapi ilmu Swat Tocu.

Soboc ternyata merupakan ilmu tenaga dalam yang luar biasa. Karena Tiat To Hoat-ong telah berhasil melatih rampung, ia telah mencapai tingkat yang tinggi sekali, di mana ia bisa mempergunakan tenaga murninya sekehendak hatinya. Setiap kali ilmu tersebut digunakan, bulu-bulu di sekujur tubuh Tiat To Hoat-ong berdiri, dari seluruh pori-pori kulitnya menguap semacam kekuatan, di mana munculnya tenaga itu bergelombang.

Mula-mula perlahan, namun semakin lama semakin menjadi kuat. Yang lebih luar biasa lagi, jika tenaga tersebut memperoleh perlawanan, semakin kuat tenaga lawan, semakin kuat daya tolaknya, semakin lunak serangan lawannya, semakin ketat pula libatan tenaga dalam Tiat To Hoat-ong. Dengan begitu, baik lawan yang berkepandaian tidak begitu tinggi atau memang lawan yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, jika telah terkena serangan itu, niscaya akan mengalami suatu bencana yang tidak kecil.

Kini Tiat To Hoat-ong memang bermaksud mencoba ilmunya itu, yang memang sebelumnya tidak pernah dipergunakan. Dengan tubuh menggigil, ia telah menggerakkan perlahan-lahan ke dua tangannya.

Soboc memang hebat, karena tidak lama kemudian hawa dingin yang mempengaruhi tubuh pendeta itu berangsur-angsur telah berkurang.

Swat Tocu sendiri terkejut. Berulangkali ia mengempos semangat dan tenaganya untuk mengirim tenaga Inti Es nya. Namun setiap kali pula tenaganya itu seperti terbendung oleh suatu kekuatan. Dan akhirnya lenyap tidak berbekas, sama sekali tidak memberikan hasil, kepada lawannya yang seorang itu tenaga Inti Es nya seperti tidak memiliki keampuhan lagi.

Diam-diam Swat Tocu kaget bukan main. Ia penasaran. Karena sejak ia telah melatih sempurna tenaga Inti Es nya itu. Tidak pernah ada yang sanggup menghadapinya. Terlebih lagi jika ia telah mempergunakan sampai tingkat kedelapan. Namun sejauh itu Swat Tocu memang tidak mempergunakan sampai ketingkat delapan begitu juga sekarang, dikala ia menghadapi Tiat To Hoat-ong, baru mempergunakannya sampai tingkat keenam.

Namun melihat tenaga Inti Es nya itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap Tiat To Hoat-ong, Swat Tocu menambah lagi kekuatan Inti Es nya itu, di mana ia telah mempergunakan kekuatan tingkat ke tujuh. Maka hawa dingin yang mengurung Tiat To Hoat-ong semakin dingin dan lapisan es yang seperti akan membungkus tubuh Tiat To Hoat-ong semakin tebal juga.

Namun Tiat To Hoat-ong dengan ilmu Soboc nya itu juga telah mengerahkan kekuatan murninya, di mana ia menggetarkan tubuhnya semakin cepat juga, dan di saat itu tampak Tiat To Hoat-ong tengah berusaha membuyarkan seluruh pengaruh hawa dingin yang menerjang dirinya. Jika memang ia berhasil memunahkan hawa dingin itu, dan juga berhasil membendung kekuatan tenaga Inti Es yang dipergunakan Swat Tocu, berarti ia akan dapat segera membalas menyerang dengan ilmunya kepada Tocu pulau salju itu.

Dengan semakin cepat dan kerasnya tubuh Tiat To Hoat-ong yang menggigil itu, dan juga bulu-bulu di sekujur tubuhnya yang semakin tegak berdiri dengan pori-pori kulit yang semakin besar terbuka, telah menyebabkan hawa yang muncul menguap dari tubuhnya itu semakin tebal. Daya pertahanannya semakin kuat, sehingga hawa dingin dari Swat Tocu tidak bisa mendekatinya, walaupun Swat Tocu telah mempergunakan ilmunya itu sampai tingkat ke tujuh!

Yo Him dan Wang Put Liong yang tengah menyaksikan jalannya pertempuran itu dari tempat persembunyian mereka, memandang kagum. Itulah suatu pertempuran yang jarang sekali terjadi di dalam Kang-ouw.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar