Beruang Salju Bab 40 Hukuman Dari Swat Tocu

Beruang Salju Bab 40 Hukuman Dari Swat Tocu
40 Hukuman Dari Swat Tocu

Bukanlah Oey Yok Su, kakeknya itu akan menghukum orang yang lancang datang ke pulaunya?

“Baiklah anak.... kami memang telah tersesat ke mari, kami terdampar di pulau ini karena kami mengalami bencana di lautan, dengan demikian, kedatangan kami ini tanpa disengaja. Jika Suhumu diberitahukan peristiwa yang sebenarnya, tentu diapun akan dapat memaklumi kesulitan kami......!”

Dan setelah berkata begitu Kwee Hu menoleh kepada puterinya, Yeh-lu Kie, dia bilang lagi: “Kie, coba kau ke mari.....!”

Yeh-lu Kie telah menghampiri, dan dia telah mendekati ibunya. Kwee Hu memegang tangan puterinya, dia bilang dengan sabar: “Kie nanti kau ajak koko ini untuk bermain-main, sekarang kau memiliki seorang kawan, sehingga engkau tidak akan kesepian lagi......!”

Setelah berkata begitu, Kwee Hu menoleh kepada Ko Tie, tanyanya. “Nanti kau bermain dengan puteri kami, si Kie ini, tentunya kau juga senang memiliki seorang kawan, bukan? Nah, sekarang kau ajaklah kami pergi menemui gurumu itu, dan nanti di saat kami tengah bercakap-cakap dengan suhumu itu, kalian berdua boleh bermain dengan gembira......!”

Lie Ko Tie mengawasi si Kie itu beberapa saat lamanya, sampai akhirnya Yeh-lu Kie telah mengulurkan tangannya, dia telah berkata: “Koko....., mari kita bermain.......”

Ko Tie telah menggelengkan kepalanya, dia bilang: “Tunggu dulu, kalian boleh menanti di sini, aku akan pergi memberitahukan dulu kepada suhu perihal kedatangan kalian..... Jika Suhu mengijinkan kalian menemuinya, nanti kalian akan kuajak untuk bertemu dengan Suhu.”

Setelah berkata begitu, Ko Tie mengawasi Yeh-lu Chi dan Kwee Hu bergantian, lalu tanyanya: “Jika memang paman dan bibi tidak keberatan maukah memberitahukan kepadaku siapakah nama paman dan bibi agar nanti aku bisa memberitahukannya kepada Suhu!”

Ko Tie memanggil Yeh-lu Chi dengan sebutan Pehhu dan memanggil Kwe Hu Pehbo, paman dan bibi.

Kwee Hu tersenyum anak lelaki ini memang manis dan juga tampaknya cerdik sekali. Dia telah bilang: “Suamiku itu bernama Yeh-lu Chi dan bibimu sendiri bernama Kwee Hu. Tolong kau sampaikan hormat kami kepada Suhumu dan maksud kami yang ingin bertemu dengannya guna menghunjuk hormat......!”

Ko Tie mengangguk, setelah menoleh satu kali lagi kepada Yeh-lu Kie, dia telah memutar tubuhnya, berlari-lari ke arah batu gunung yang mempunyai air terjun itu, dia telah menghilang di tikungan tempat itu.

Setelah Lie Ko Tie pergi, Kwe Hu meno¬leh kepada Yeh-lu Chi, suaminya, katanya: “Tampaknya pemilik pulau ini bukan orang sembarangan.....!”

Yeh-lu Chi mengangguk.

“Ya, tetapi kita harus berusaha untuk menetap di sini beberapa saat, karena tidak bisa kita tinggalkan pulau ini sebelum kita memiliki perahu yang baik dan perbekalan selama dalam pelayaran..... Jika memang pemilik pulau ini tidak mengijinkan, kita harus berusaha agar kita bisa memaksanya.....! Semua ini demi kebaikan puteri kita.....!”

Kwee Hu mengangguk.

Waktu itu, tampak Lie Ko Tie telah berlari-lari mendatangi lagi. Anak itu berlari cukup gesit, membuktikan bahwa anak itu pun telah mempelajari ginkang atau ilmu meringankan tubuh. Hanya disebabkan usianya masih terlalu kecil, maka ginkang yang dimiliki itu tidaklah terlalu tinggi.

Setelah sampai di hadapan Kwee Hu dan Yeh-lu Chi, Lie Ko Tie menggeleng-gelengkan kepalanya, katanya: “Suhuku bilang, kalian dipersilakan untuk meninggalkan pulau ini dalam waktu satu jam, jika dalam satu jam kalian belum juga meninggalkan pulau ini, Suhu tentu akan menjatuhkan hukuman!”

Muka Kwee Hu jadi berobah. Memang waktu masa gadisnya dia adalah seorang gadis yang aseran sekali dan memiliki perangai yang berangasan. Jika sekarang dia bisa bersikap lembut dan sabar, itulah karena selama jadi nyonya Yeh-lu Chi, banyak hal yang bisa dipelajarinya ini. Semakin meningkat usianya, perangainya yang berangasan itu jadi berkurang.

Namun sekarang mendengar perkataan Ko Tie yang menyatakan bahwa Suhunya menolak maksud mereka yang ingin menghadap, telah membuat Kwee Hu jadi tidak senang. Dia telah bilang: “Anak, kami sesungguhnya tidak mau datang ke pulau ini. Inipun kami terpaksa sekali jika datang ke pulau ini, sebab memang kami tidak berdaya dalam tertimpah bencana yang tidak kami inginkan, sehingga kami terpaksa terdampar di sini dan tidak berdaya untuk pergi dalam waktu yang singkat!”

“Tadi akupun telah memberitahukan Suhu, bahwa Pehhu dan Pehbo tengah dalam kesulitan, karena telah mengalami bencana di laut, namun Suhu malah bilang: “Hu, manusia she Kwee itu.......! Hu manusia she Kwee itu.....! lalu Suhu telah perintahkan agar aku memberitahukan kepada Pehhu dan Pehbo, dalam satu jam harus meninggalkan pulau ini dan Suhu tidak ingin bertemu dengan kalian.....!”

Mendengar keterangan Lie Ko Tie, muka Kwee Hu jadi berobah.

“Lalu, apa maksud gurumu dengan mengatakan: “Hu, manusia she Kwee......!” seperti itu?!” tanyanya.

Ko Tie menggeleng.

“Aku tidak tahu apa maksudnya.”

“Biar kami yang pergi menemuinya sendiri!” katanya.

Mendengar perkataan Kwee Hu seperti itu, Ko Tie jadi kaget.

“Tidak boleh! Jangan!” kata Ko Tie.

“Kenapa?!” tanya Kwee Hu dengan suara mengejek.

“Suhu selalu tidak senang kalau ada orang yang datang ke pulaunya, dan selalu pula menghukumnya dengan hukuman yang berat. Aku kuatir...... kuatir jika memang Pehhu dan Pehbo menemuinya. Nanti Suhu menurunkan tangan keras menghukum kalian..... lebih baik kalian cepat meninggalkan pulau ini......!”

Mendengar perkataan Ko Tie, Kwee Hu memperdengarkan suara tertawa dingin.

“Hu, hu, sebetulnya manusia apa sih gurumu itu?!” dia bilang dengan nada mengejek.

Waktu itu Ko Tie telah mengulap-ulapkan tangannya, dia bilang: “Pehbo jangan marah seperti itu, aku telah memberitahukan dari hal yang sebenarnya, karena dari itu, janganlah Pehbo memaksa untuk menemui guruku itu, karena Pehbo juga yang akan celaka nanti..... Nah, silahkan Pehbo dan Pehhu meninggalkan pulau ini sebelum guruku datang.....!”

Bukan main mendongkolnya Kwee Hu, terlebih lagi dia teringat betapa sengsaranya dia bersama puterinya dan suaminya yang berhari-hari terombang-ambing di lautan. Dengan demikian, tentu saja dia tidak meninggalkan pulau ini, untuk bersengsara lagi seperti itu.

“Tidak!” kata Kwee Hu kemudian. “Jika memang Suhumu itu tidak mengijinkan kami berdiam di pulau ini, kami akan tetap berdiam disini! Hu, hu, kami ingin melihat. Apa sih yang bisa diperbuatnya?!” Dan setelah berkata begitu, Kwee Hu mendengus beberapa kali, mendengus mengejek, karena dia memang tengah mendongkol sekali.

Yeh-lu Kie ketika melihat ibunya bergusar seperti itu, telah menghampiri sambil tangannya menarik ujung lengan baju ibunya, dia bilang: “Ibu, mengapa kau harus marah seperti itu. Biarlah aku pergi bersama Koko ini menemui Suhunya, untuk meminta agar kita diperbolehkan berdiam di pulau ini beberapa saat lamanya.....!”

Kwee Hu mana bisa membiarkan puterinya pergi menemui gurunya anak lelaki ini, dia telah menggeleng perlahan, dan menarik lengan puterinya, katanya: “Kau diamlah di sini...... biarlah Suhunya yang datang ke mari, nanti baru kita bicara lagi dengannya!”

Setelah berkata begitu, Kwee Hu menoleh kepada Ko Tie, dia bilang: ”Sekarang pergilah kau kembali pada Suhumu, beritahukan padanya bahwa kami tidak pergi, kami akan berdiam mungkin satu atau dua bulan di sini. Jika memang dia tidak senang dengan kami, dia datang ke mari untuk bicara dengan kami!”

Ko Tie jadi memandang Kwee Hu dengan muka yang tidak senang, dia mendengar gurunya seperti dianggap remeh seperti itu. Tapi belum lagi dia menyahuti, waktu itu Yeh-lu Chi yang melihat keadaan seperti itu, di mana isterinya itu telah gusar sekali, dia tertawa sambil menghampiri Ko Tie, dan menepuk-nepuk pundak anak lelaki itu, dia juga bilang,

“Anak, sekarang kau ajaklah aku untuk pergi menemui Suhumu, hanya aku seorang diri saja. Jika memang nanti aku telah bicara dengannya dan dia benar-benar tidak ingin menemui kami dan juga tidak mengijinkan kami berlama-lama di pulau ini. Disamping itu diapun tidak bersedia melayani kedatangan kami, terpaksa kamipun harus meninggalkan pulau ini!”

Ko Tie tetap gelengkan kepalanya, dia bilang dengan segera: “Tidak mungkin..... tidak mungkin. Jika memang Pehhu memaksa seperti itu untuk bertemu dengan Suhu, tentu kau akan celaka ditangannya, kau tentu akan dihukum berat olehnya.....! Lebih baik kalian jangan mencari kesulitan untuk diri kalian, cepatlah pergi meninggalkan pulau ini.....!”

Yeh-lu Chi telah menghela napas dia bilang kepada Kwee Hu: “Adik Hu, biarlah kita berdiam dulu beberapa saat di sini nanti juga Suhunya akan keluar memperlihatkan diri...!”

Tetapi baru saja Yeh-lu Chi bilang begitu tiba-tiba terdengar suara orang tertawa tergelak-gelak, suara itu sebentar panjang, sebentar pendek, sesaat lagi terdengar di tempat jauh sejenak lagi terdengar sangat dekat, seperti juga di pinggir telinga mereka. Dengan demikian Kwee Hu maupun Yeh-lu Chi jadi kaget bukan main, karena mereka mengetahui itulah suara tertawa yang disertai dengan tenaga lweekang yang sempurna sekali.

Mendengar suara tertawa yang disertai dengan lweekang seperti itu, tentunya orang itu memiliki kepandaian yang tinggi di atas mereka, karena sebagai orang-orang yang memiliki kepandaian cukup tinggi, tentu saja Yeh-lu Chi dan Kwee Hu sekali dengar saja telah dapat menilai berapa tinggi tenaga dalam lawan. Dan sekarang yang membuat mereka kaget, suara tertawa yang disertai lweekang itu merupakan tenaga lweekang dari tingkat tinggi yang telah mencapai puncak kesempurnaannya. Dengan demikian, sepasang suami isteri itu jadi bersikap jauh lebih hati-hati.

Waktu itu telah terdengar suara orang yang menegur di antara suara tertawa yang diselang-seling itu: “Siapa yang begitu lancang berani menginjakkan kakinya yang bau dan kotor di pulauku? Siapa dia yang bermulut besar seperti itu? Atau memang mulutnya itu ingin kurobek?!”

Karena tidak mengetahui siapa yang telah berkata-kata seperti itu, Yeh-lu Chi telah merangkapkan sepasang tangannya, dia telah memberi hormat: “Locianpwe, kami suami isteri dan puteri kami, sungguh tidak beruntung telah tertimpah bencana yang tidak ringan di lautan, sehingga terdampar di sini, harap Locianpwe mau maafkan kelancangan kami! Dengan ini, Boanpwe, Yeh-lu Chi dan isteri Boanpwe, Kwee Hu serta puteri Boanpwe, Yeh-lu Kie, mengunjuk hormat buat Locianpwe......!”

Terdengar suara tertawa dingin yang mengandung ejekan: “Hemm, Kwee Hu, puterinya Kwee Ceng dan Oey Yong, cucunya Oey Yok Su, si sesat dari Timur itu? Hemm, hemm, kakekmu telah memiliki pulau yang cukup luas seperti Tho-hoa-to, mengapa kau sebagai cucunya berkeliaran di pulauku?!”

Dan kemudian terdengar lagi suara tertawa yang mengandung ejekan, suara tertawa yang disertai dengan lweekang yang tinggi sekali. Dan tidak lama kemudian tampak berkelebat sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit sekali, dan telah berdiri di hadapan Yeh-lu Chi dan Kwee Hu. Dialah seorang lelaki bertubuh tidak begitu tinggi, dengan pakaiannya yang aneh, terbuat dari kulit binatang buas.

Mukanya yang memerah sehat, dan juga tubuhnya yang tampak berotot kuat itu, di samping itu sinar matanya yang memancar berkilauan, benar-benar merupakan sikap seorang Locianpwe yang angker sekali. Dari sinar matanya itu saja telah terlihat, bahwa dialah seorang yang memiliki lweekang sangat tinggi sekali.

Yeh-lu Chi yang menduga bahwa orang ini adalah pemilik pulau ini, telah maju dua langkah, dia telah merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat,

“Boanpwe Yeh-lu Chi menghunjuk hormat untuk Locianpwe..... Maafkanlah kelancangan kami yang telah terdampar di pulau Locianpwe..... Dan bolehkah kami mengetahui nama besar Locianpwe, agar kelak setelah kami meninggalkan pulau ini, kami dapat mengingat baik-baik budi kebaikan Locianpwe......?!”

“Apa itu nama besar? Apa itu budi kebaikan!” tanya orang itu, yang ternyata tidak lain dari Swat Tocu. Dia juga telah mendengus beberapa kali, tampaknya dia tidak senang menerima hormatnya Yeh-lu Chi, karena tahu-tahu tangan kanannya telah dikebutkannya dengan hebat sekali, sambil diiringi perkataannya:

“Pergilah menggelinding kau, aku tidak mengijinkan kalian menginjak pulauku ini..... pergi sebelum aku menjatuhkan hukumanku pada kalian! Aku mau memandang terangnya muka Oey Lao Shia. Jika memang aku telah gusar, hemmm, hemmm, biarpun Oey Lao Shia berada disini, jangan harap kalian bisa terhindar dari hukumanku!”

Yeh-lu Chi melihat Swat Tocu mengebutkan tangannya, dia tahu tentunya itulah kebutan yang mengandung kekuatan tenaga yang dahsyat. Tapi sebagai Pangcu dari Kay-pang, tentu saja Yeh-lu Chi memiliki kepandaian yang tinggi. Terlebih lagi dialah muridnya Ciu Pek Thong, dengan sendirinya mana bisa dia berdiam diri saja. Cepat dia mengangkat lebih tinggi ke dua tangannya yang tengah dirangkapnya itu, dia dengan sikap seperti juga tengah memberi hormat, dia telah menyambuti tenaga kebutan dari Swat Tocu.

Kebutan itu memang menimbulkan serangkum angin serangan yang kuat bukan main, dan ketika bentrok dengan tangkisan Yeh-lu Chi, maka telah terdengar suara benturan yang sangat keras sekali dan yang membuat Yeh-lu Chi tambah kaget. Dia merasakan tubuhnya tergetar, kemudian kuda-kuda ke dua kakinya tergempur, tanpa bisa dikendalikan lagi, tubuhnya telah terhuyung mundur akan kejengkang.

Untung saja Yeh-lu Chi memang mempunyai tenaga lweekang yang cukup tinggi dan terlatih baik, dia dengan cepat telah memusatkan tenaga dalamnya pada ke dua kakinya. Setelah mundur terhuyung tiga langkah ke belakang, dia bisa berdiri tetap lagi, tidak sampai rubuh terjengkang karenanya.....

Yeh-lu Chi ketika telah berdiri tetap, mukanya agak pucat. Dia merasakan tenaga dalamnya seperti bergolak, akibat dari gempuran yang diterimanya dari Swat Tocu.

Tapi, sebagai pangcu Kay-pang yang telah menerima gembelengan dari gurunya yang memang memiliki kepandaian luar biasa tingginya, yaitu Ciu Pek Thong, itu si bocah tua yang berandalan, dengan sendirinya Yeh-lu Chi jadi bisa menguasai diri dengan cepat dan tenaga dalamnya itu telah dapat dikendalinya lagi dengan baik.

Dalam keadaan seperti itu, Swat Tocu telah membentak bengis: “Apakah engkau tidak mau cepat-cepat angkat kaki?!!”

Ditegur seperti itu, tampak Yeh-lu Chi telah merangkapkan ke dua tangannya, dia memaksakan diri untuk tersenyum.

“Locianpwe, memang kamipun tidak bermaksud untuk berdiam di pulaumu ini, tapi inilah terpaksa. Bersama kami terdapat puteri kami yang masih kecil, dia tentu tidak akan sanggup bersengsara terus terombang ambing di lautan! Jika memang hanya kami berdua, pasangan suami isteri saja, tentu hal itu tidak berarti apa-apa buat kami! Dengan memandang pada puteri kami itu, dan juga dengan menaruh belas kasihan pada makhluk kecil tidak berdaya itu, maulah Locianpwe mengijinkan kami menetap beberapa saat di pulaumu ini, guna mengambil baban perbekalan, untuk nanti dipergunakan dalam perjalanan kami......!”

Setelah kerkata begitu, kembali dia telah menjura dalam-dalam.

Tapi muka Swat Tocu tetap dingin, dia telah mengebutkan ke dua tangannya.

Sekali ini Yeh-lu Chi telah bersiap sedia karenanya dia telah menyambuti serangan itu dengan kelitannya yang sangat gesit. Dia tidak mau menyambuti seperti tadi, karena Yeh-lu Chi menyadari jika memang dia menyambutinya seperti tadi yang rusak adalah dirinya, di mana dia akan terluka di dalam.

Tapi waktu itu, tampak Swat Tocu bukan hanya satu kali saja mengebut dengan tangannya, karena dia telah menyusuli lagi dengan kebutan lainnya, di mana dia telah mengebut dengan tenaga yang jauh lebih kuat lagi. Kebutan itu telah menyambar menyusul pula pada Yeh-lu Chi.

Tentu saja Yeh-lu Chi jadi sibuk bukan main, karena dia baru saja berkelit dari satu gempuran, serangan lainnya dari tenaga yang dahsyat itu telah menyambar lagi, dengan demikian telah membuat dia harus cepat-cepat menyingkir pula ke samping. Namun sekali ini gerakannya terlambat, karena itu lengannya telah kena terhajar oleh angin pukulan itu.

Kwee Hu yang melihat bahaya mengancam diri suaminya, telah mencabut pedangnya, dia pun melompat ke dekat Swat Tocu. Dengan gesit sekali dia menyerang mempergunakan pedang itu, yang berkelebat menyambar ke punggung majikan pulau salju itu. Swat Tocu menggerakkan ke dua tangannya saling susul, tapi sepasang kakinya tetap berdiam di tempatnya.

Dengan demikian, waktu Kwee Hu menikam ke punggungnya pemilik pulau itu sama sekali tidak menggerakkan ke dua kakinya. Dia hanya menggerakkan ke dua tangannya itu ke arah belakangnya, membuat Kwee Hu terkejut dan merasakan sambaran angin serangan yang dahsyat sekali.

Sebelum pedangnya berhasil mencapai sasaran, di waktu itulah dia telah menarik pulang pedangnya dan menyingkir ke samping. Gerakannya gesit, namun tidak urung dia telah terhuyung-huyung beberapa kali.

Swat Tocu telah berkata dengan suara yang dingin mengandung ejekan: “Hemmm, ayah dan ibumu belum tentu berani menyerang aku dan berbuat kurang ajar seperti kau! Kakekmu saja mungkin menghormati aku dengan sepenuh hati dan tidak akan mencari urusan denganku walaupun dia sebagai si sesat.... Tetapi kau bocah, hemmm, hemmm, engkau berani demikian lancang telah menyerang diriku, maka tanpa memperdulikan si tua bangka she Oey itu, aku akan turun tangan menghantam patah ke dua kaki dan tanganmu......!”

Dan Swat Tocu memang bukan hanya berkata dan mengancam saja, karena dengan cepat luar biasa dia telah melompat ke dekat Kwee Hu di samping kanannya di mana tangan kirinya diulur, dia bermaksud akan menangkap lengan Kwee Hu.

Tapi, Kwee Hu juga tidak tinggal diam, walaupun dia terkejut tokh dia tidak menjadi gugup, dengan gesit dia berusaha mengelakkan. Gerakannya itu sangat cepat sekali, di mana dia telah melompat ke samping kanan.

Hanya saja, untuk kagetnya lagi, waktu itu tahu-tahu tangan Swat Tocu telah berada di dekat lengannya lagi, sehingga membuktikan bahwa ginkang Swat Tocu berada di atasnya. Dan untuk menyelamatkan dirinya hanya ada satu jalan saja, yaitu membuang diri bergulingan di tanah, di mana dia telah bergulingan untuk menyingkir diri.

Cuma saja, karena dia menyelamatkan diri seperti itu, di waktu itulah dia merasakan tangannya dingin, di mana pedangnya telah berpindah tangan, dapat direbut oleh Swat Tocu. Dan ketika Kwee Hu melompat bangun, dia masih sempat melihat Swat Tocu telah mematahkan pedangnya itu sampai menjadi lima potongan pendek!

Dengan muka yang sebentar pucat dan sebentar merah, Kwee Hu telah mendeliki Swat Tocu, tapi Swat Tocu telah tertawa dingin, dia bilang: “Aku telah bilang, aku tidak akan memperdulikan kakekmu itu, si tua bangka she Oey yang sesat itu. Aku tetap akan mematahkan tangan dan kakimu sekarang juga, hukumanmu ditambah lagi, ke dua biji matamu itu harus dikorek keluar......”

Dan kembali tubuh Swat Tocu telah bergerak lagi, dia telah melompat dengan gerakan yang benar-benar seperti gerakan hantu saja, yang tidak terlihat oleh mata biasa, sebab tahu-tahu tubuhnya telah berada di samping Kwee Hu. Tentu saja hal ini membuat Kwee Hu kaget sekali dan cepat-cepat menyingkirkan diri. Namun baru saja ke dua kakinya menginjak tanah, di waktu itu kembali Swat Tocu telah berada di sampingnya.

Melihat isterinya terancam, Yeh-lu Chi telah mengeluarkan seruan kuatir, dan dia bukan hanya berseru saja, karena secepat kilat, tampak dia telah menggerakkan sepasang tangannya, tubuhnya menerjang kepada Swat Tocu.

Tapi buat Swat Tocu, pukulan itu tidak dipandang sebelah mata. Walaupun dia mengetahui Yeh-lu Chi tengah menyerang punggungnya, sama sekali Swat Tocu tidak berusaha mengelakkan diri, sama sekali tidak berusaha untuk menangkis. Dia hanya mengempos semangatnya dan tenaga dalamnya melindungi punggungnya.

Dan waktu serangan Yeh-lu Chi telah menghantam punggungnya, sama sekali Swat Tocu tidak terluka. Malah Yeh-lu Chi sendiri yang telah mengeluarkan suara teriakan kesakitan, karena begitu dia menghantam punggung Swat Tocu, segera dia merasakan punggung lawannya lunak seperti kapas dan belum lenyap kagetnya, tenaga pukulannya itu telah membal balik, menghantam ke dirinya!

Malah hantaman itu hebat luar biasa, mengandung kekuatan yang berlipat kali lebih dahsyat dari tenaga pukulannya. Dengan mengeluarkan jerit kesakitan, karena ke dua kepalan tangannya itu dirasakan nyeri dan pedih sekali, tubuhnya juga telah terpental, walaupun tidak sampai terjengkang. Namun telah memperlihatkan bahwa tenaga lweekang yang dimiliki Swat Tocu memang merupakan lweekang yang telah sempurna sekali.

Kwee Hu melihat keadaan suaminya, juga jadi kaget. Dia sendiri waktu itu tengah menghadapi bahaya yang tidak kecil, karena biarpun Yeh-lu Chi telah menyerangnya, tokh kenyataannya terlihat ke dua tangan Swat Tocu tetap menjulur kepadanya, di mana serangan Swat Tocu tidak jadi batal karenanya.

Mati-matian Kwee Hu berusaha untuk menangkisnya, dia memusatkan seluruh kekuatan tenaga lweekangnya, dan menyalurkan kekuatannya itu, dia telah berusaha menindih kekuatan dari lawan. Namun bukannya dia berhasil malah telah tergempur hebat. Tubuh Kwee Hu terpental empat tombak bergulingan di rumput.....

Untung saja Kwee Hu masih sempat untuk mengempos semangatnya, sehingga ketika dia terbanting dan bergulingan di rumput, dia telah melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya. Dia tidak sampai menderita luka di dalam, hanya dia merasakan tubuhnya sakit-sakit, terluka di luar, dengan lengannya yang terluka beberapa goresan.

Dengan demikian, Kwee Hu menyadari. Biarpun dia bersama suaminya mengeroyok Swat Tocu, pemilik pulau ini, tokh tetap bukan menjadi tandingannya.

Waktu itu Swat Tocu telah tertawa terbahak-bahak, katanya: “Mana bukti dari perkataan besarmu tadi.....? Sekarang aku telah datang ke mari, mengapa engkau tidak mau melayani? Ayo, ayo, mari, mari, aku ingin membuktikan, berapa tinggi kepandaian yang dimiliki cucu dari si sesat tua she Oey itu..... dan juga suaminya ini, hemmm, hemmm, tampaknya engkau bukan bangsa Han, tentunya setidak-tidaknya engkau bangsa Boan.....! Aku heran dan tidak mengerti, mengapa si Oey tua sesat itu bisa mengijinkan cucunya menikah dengan orang Boan seperti engkau?!”

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar