41 Keberhasilan Pancingan Kwee Hu
Yeh-lu Chi waktu itu telah
berdiri tegak dengan waspada. Mengetahui lawannya liehay, maka dia berlaku
lebih hati-hati, dia telah mengerahkan seluruh lweekangnya, memusatkan pada ke
dua tangannya, di mana dia bersiap sedia untuk menerima serangan lawannya yang
tangguh ini.
Walaupun dia menyadari,
biarpun dia berdua dengan isterinya mengeroyoknya, Swat Tocu bukanlah tandingan
mereka. Dengan demikian, jika sekarang dia menantikan serangan berikutnya,
itulah terpaksa, karena dia menyadari Swat Tocu ini memiliki perangai yang
tidak kalah aneh dan sesatnya seperti Oey Yok Su, kakek mertuanya itu......!
Waktu itu Kwee Hu juga telah
bisa berdiri pula, dia telah mengawasi Swat Tocu dengan mata yang merah karena
gusar bukan main, dia telah bilang: “Hem, hem, jika memang engkau memiliki
kepandaian yang tinggi, tentunya engkau akan memilih lawan bukan yang terdiri
dari kami, orang-orang angkatan muda....! Hemmm, hemmm, memang hebat sekali,
seorang Locianpwe telah memberikan pelajaran yang bagus buat kami kaum muda,
tentunya saja ini akan menambah pengalaman yang bagus buat kami, pengalaman
yang akan membuat mata kami lebih terbuka..... terima kasih, ......terima
kasih!”
Dan setelah berkata begitu,
kembali beberapa kali Kwee Hu telah memperdengarkan tertawa dingin, berulang
kali dia memperlihatkan sikap mengejek dengan demikian telah membangkitkan
kemurkaan Swat Tocu, dia telah membentak dengan bengis: “Siapa yang menghina
kaum boanpwe?!”
Setelah berkata begitu, dia
telah menjejakan ke dua kakinya, tubuhnya berkelebat bagaikan bayangan, dan ke
dua tangannya itu telah bergerak menyerang dengan dasyat sekali, dengan
mempergunakan tenaga lweekangnya beberapa bagian. Disamping itu dia juga telah
membentak dengan bengis sekali: “Justru aku ingin memberikan hajaran kepada
kalian, memberikan hukuman atas kelancangan kalian.....! Nah, sekarang kalian
terimalah ini......!”
Berbareng dengan habisnya
perkataan itu, ke dua tangan Swat Tocu telah dikebutkan perlahan, sehingga
tidak ampun lagi Kwee Hu maupun Yeh-lu Chi telah terpelanting, dan juga tubuh
mereka telah bergulingan di rumput itu.
Swat Tocu rupanya tidak mau
membuang-buang kesempatan. Dengan gesit sekali tubuhnya bergerak lagi, dia
telah mengulurkan ke dua tangannya, mencengkeram pundak Kwee Hu, dan
melontarkannya sehingga tubuh nyonya itu telah melayang ke tengah udara
meluncur turun dengan cepat, sehingga membuat Yeh-lu Chi yang menyaksikan
keadaan isterinya yang tengah menghadapi ancaman bahaya seperti itu
mengeluarkan suara seruan kuatir. Dia cepat-cepat ingin melompat, guna
menolonginya.
Namun belum lagi Yeh-lu Chi
sempat bergerak, waktu itu, tampak Swat Tocu telah melompat ke dekatnya, dan
tanpa bisa mengelakkan lagi, biarpun Yeh-lu Chi sebetulnya mati-matian berusaha
berkelit, punggungnya telah kena dicengkeram kuat sekali, menimbulkan perasaan
sakit bukan main. Lalu tubuhnya telah dilontarkan ke tengah udara, sehingga
Yeh-lu Chi merasakan kepalanya jadi pusing dan juga dadanya menyesak, di mana
dia terbanting keras sekali.
Jika Kwee Hu masih sempat
bergulingan dan juga beruntung sekali jatuhnya terbanting ditumpukan rumput
yang agak tebal. Namun beda dengan yang dialami oleh Yeh-lu Chi karena dia
telah terbanting lebih kuat, malah jatuhnya, dadanya yang menghantam lebih dulu
pada tanah, sehingga dia menderita kesakitan. Waktu dia merangkak bangun, darah
telah bercipratan pada pakaiannya.
Kwee Hu melihat keadaan
suaminya seperti itu, cepat-cepat menerjang pada Swat Tocu, untuk menyerang
nekad, karena dia kuatir Swat Tocu akan menyerang lagi pada suaminya, sehingga
kemungkinan besar suaminya akan terbinasa.
“Aku akan mengadu jiwa dengan
kau, manusia biadab.....!” memaki Kwee Hu dengan murka, dan memang benar-benar
dia menyerang nekad, dia telah menghantam berulang kali mempergunakan seluruh
kekuatan lweekang yang ada padanya.
Swat Tocu telah memperdengar
suara tertawa dingin, dia bilang: “Hemm, hemm, kau hendak mengadu jiwa
denganku? Kau anggap apa aku ini?” dan setelah berkata, cepat sekali dia telah
menggerakkan ke dua tangannya.
Baru saja serangan yang
dilakukan oleh Kwee Hu tiba, maka bukan Swat Tocu yang terpental, justru Kwee
Hu yang telah terlempar ke udara cepat sekali dan terbanting keras sekali,
sampai dia merasakan kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang nanar. Malah
kemudian dia merasakan tenggorokannya seperti tercekik, setelah mengeluarkan
seruan tertahan satu kali, dia rubuh pingsan tidak sadarkan diri!
Menyaksikan keadaan ayah dan
ibunya seperti itu Yeh-lu Kie jadi kaget dan takut. Dia telah berlari menubruk
ibunya, sambil memeluk ibunya yang tengah pingsan itu, dia memanggil-manggil
ibunya.
“Kau..... kau kakek jahat.....
kau kakek jahat!” berseru si Kie itu dengan suara yang nyaring. “Kau telah
menganiaya ayah dan ibuku..... kau kakek jahat.... aku tidak mau berteman
dengan kau!”
Melihat gadis cilik itu
memakinya, Swat Tocu tidak gusar, malah dia telah tersenyum, sambil katanya:
“Anak kecil, kau minggir, biar aku menghajar adat pula pada ayah dan ibumu itu,
agar di lain waktu dia tidak lancang seperti itu.....!”
Dan setelah berkata begitu,
Swat Tocu mengulurkan tangannya. Dia mencengkeram punggung anak itu, dia
bermaksud akan melontarkan anak tersebut. Namun tangannya yang telah terangkat
itu jadi tertahan di tengah udara, dia tidak jadi melempar, sehingga tubuh
Yeh-lu Kie tergantung di tengah udara. Waktu itu, tampak Swat Tocu telah
mengawasi gadis cilik tersebut, kemudian dia menghela napas.
“Akh kau..... kau merupakan
makhluk kecil yang tidak tahu apa-apa! Ayah ibumu yang kurang ajar dan lancang,
engkau tidak selayaknya dihajar, hanya mereka yang perlu dihajar.....!” Dan
Swat Tocu telah menurunkan gadis cilik itu.
Tadi Yeh-lu Kie melihat bahwa
ayah dan ibunya telah disiksa begitu rupa oleh orang tua yang pakaiannya aneh
ini, dan ketika dia diturunkan di samping Swat Tocu, tahu-tahu gadis cilik ini
telah memeluk kaki Swat Tocu, dia telah mementangkan mulutnya dan membenamkan
giginya di kaki Swat Tocu.
Swat Tocu berjengkit
kesakitan, karena gigi anak itu telah membenam ke dalam daging kakinya. Yeh-lu
Kie telah menggigitnya dengan sekuat-kuatnya.
“Bocah, cepat kau lepaskan
gigitanmu..... cepat.... atau kau akan kuhajar mampus?!” bentak Swat Tocu
dengan bengis, malah diapun telah mengangkat tangan kanannya yang akan dihajar
ke kepala gadis cilik itu.
Yeh-lu Kie tidak mau
melepaskan gigitannya itu, dia telah menggigit terus semakin kuat, di dalam
hati gadis cilik ini berpikir. Jika memang dia menggigit terus kaki Swat Tocu,
tentu Swat Tocu tidak mungkin bisa menganiaya ayah dan ibunya lagi! Karena
pikiran yang sederhana itu, dia telah menggigit terus, dia tidak menyadari
bahaya yang tengah mengancam dirinya, karena Swat Tocu menurunkan tangan
kanannya itu menghantam batok kepalanya niscaya batok kepalanya itu akan hancur
dan dia akan menemui kematiannya.
Swat Tocu yang menderita
kesakitan pada kakinya akibat gigitan si gadis keci1 itu telah meneruskan
mengayun tangan kanannya, dia bermaksud akan menyampok si gadis kecil she
Yeh-lu itu.
Waktu itulah Lie Ko Tie telah
melompat ke dekat Swat Tocu sambil berseru: “Suhu...... jangan.....!”
Swat Tocu menoleh, dia melihat
muridnya tengah mengawasi dengan sikap berkuatir.
“Jangan mencelakai dia, Suhu!”
berseru Ko Tie lagi, suaranya memohon.
Swat Tocu telah menghela
napas. Dia memang sangat menyayangi muridnya yang tunggal ini. Dan sekarang
muridnya telah memohon kepadanya agar tidak mencelakai Yeh-lu Kie. Dengan
demikian, dia telah meluluskan permintaan Ko Tie.
Hanya saja, dia telah
membungkukkan tubuhnya, mengulurkan ke dua tangannya dan telah mencekal lengan Yeh-lu
Kie. Dia memijit sedikit, si gadis cilik itu kesakitan hebat dan menjerit, dan
kesempatan itulah telah diambil oleh Swat Tocu untuk menarik tubuh Yeh-lu Kie,
sehingga gigitan si gadis kecil itu telah terlepas.
Waktu itu. tampak Yeh-lu Kie
telah dilepas dan diturunkan di atas tumpukan rumput dia telah menangis sambil
berteriak-teriak: “Kau jangan menganiaya ayah dan ibuku.....!”
Ko Tie telah menghampiri, dia
telah berkata membujuk pada gadis cilik itu: “Jangan menangis, ayah dan ibumu
tidak akan mengalami apapun juga..... guruku tadi telah cukup menghukum
mereka.....!”
Tetapi Yeh-lu Kie tetap
menangis sambil geleng-gelengkan kepalanya. Air matanya telah mengucur deras,
dia juga terus menerus mengatakan: “Kakek jahat itu tidak boleh menganiaya ibu
dan ayahku..... kakek itu jahat sekali..... dia seorang kakek yang jahat, aku
tidak mau bermain dengan dia.....!”
Swat Tocu tertawa mengejek,
dia melihat Yeh-lu Chi telah melompat ke samping isterinya tengah berusaha
menyadari isterinya. Walaupun, telah terluka di dalam, namun menyaksikan
isterinya pingsan seperti itu, Yeh-lu Chi telah melupakan luka dideritanya. Dia
berusaha menotok beberapa jalan darah di tengkuk isterinya, dan akhirnya itu
tersadar juga.
Kwee Hu ketika tersadar. dia
telah mengeluh pendek, matanya masih nanar.
Di saat itulah, tampak Kwee Hu
telah menggerakkan tangan kanannya menunjukkan kepada Yeh-lu Kie, katanya
dengan suara yang tidak lancar: “Dia..... dia harus dilindungi.... dia..... si
Kie.....!”
Dan Kwee Hu tidak bisa
meneruskan perkataannya lagi, karena tenaganya habis, kembali dia pingsan dalam
pelukan suaminya.
Yeh-lu Chi telah mengurut-urut
lagi beberapa bagian di tengkuk isterinya, dan isterinya itu telah tersadar
kembali.
Di saat itulah Yeh-lu Kie yang
melihat ibunya telah tersadar dan kemudian pingsan kembali, cepat-cepat memburu
dengan cepat, dia telah berlari menghampiri begitu sambil berseru-seru:
“Ibu..... ibu......!”
Tetapi Yeh-lu Chi telah
menahan puterinya tersebut, dia memberikan isyarat kepada puterinya itu jangan mengganggunya
dulu. Dan tangan Yeh-lu Chi telah bergerak mengurut-urut terus tengkuk
isterinya, sampai akhirnya Kwee Hu memperdengarkan suara keluhan dan tersadar.
“Kakek jahat, kakek jahat, kau
lihat, ibuku sampai demikian macam keadaannya.....!” teriak Yeh-lu Kie tidak
bisa menahan kemarahannya. Gadis cilik ini jadi sangat bersedih hati melihat
keadaan ibunya yang pingsan seperti itu.
Swat Tocu telah melangkah
menghampiri, tetapi Yeh-lu Kie telah menghadang dan melintang dihadapannya,
sambil bentaknya dengan suara yang nyaring: “Kakek jahat, kau tidak boleh
mendekati ayah dan ibuku!”
Tetapi Swat Tocu telah tertawa
mengejek.
“Hemmm, kau sayang pada ibu
dan ayahmu?!” tanya Swat Tocu dengan suara yang tawar.
“Jika kau menganiaya ibu dan
ayahku lagi, hemmm, aku akan menggigit terus kakimu.....!” mengancam Yeh-lu
Kie.
Swat Tocu mendengar perkataan
gadis cilik ini, jadi tertawa. Dia telah menunjuk ke arah muridnya, Ko Tie, dia
bilang: “Lebih baik engkau pergi bermain dengan muridku itu biarlah ibu dan ayahmu
kuurus....!”
“Apa? Aku pergi bermain? Dan
kau, kakek tua yang jahat apakah akan menyiksa ayah dan ibuku lagi?!” teriak
Yeh-lu Kie.
Swat Tocu telah menggeleng.
Sebetulnya Swat Tocu telah membawa adatnya yang sangat aneh sekali. Dia tidak
pernah akan memperdulikan segala peradatan, dan apa yang disenanginya tentu
dilakukannya, dan jika dia tidak menyukai seseorang pasti orang itu akan
dihajarnya! Tetapi, karena melihat Ko Tie tampaknya memperhatikan Yeh-lu Kie,
di mana usia merekapun sebaya. Rupanya memang selama di pulau salju ini, selain
bertemu dengan biruang salju, Ko Tie tidak memiliki sahabat. Dan sekarang ada
gadis cilik ini, bukankah gadis cilik ini bisa diminta untuk jadi sahabatnya
bermain?
Karena berpikir begitulah,
telah membuat Swat Tocu akhirnya memutuskan tidak akan menghukum Yeh-lu Chi dan
Kwee Hu lebih jauh.
Dia melihat Yeh-lu Chi telah
berhasil menyadarkan isterinya, dia telah memayang isterinya untuk berdiri. Dan
Kwee Hu sendiri telah menoleh kepada Swat Tocu, dengan suara yang masih lemah
dia berkata,
“Hemmmm, engkau hanya pandai
menyiksa kaum muda! Jika melihat usia dan tingkatanmu, tentu engkau setingkat
dengan ayah dan ibuku! Atau mungkin lebih..... mungkin tingkatanmu sama dengan
tingkatan kakekku. Mengapa engkau tidak coba-coba untuk mengadu ilmu dengan ibu
atau ayahku? Hemmm, mungkin mereka hanya dua atau tiga jurus saja akan dapat
merubuhkan kau dengan mudah!”
Muka Swat Tocu jadi berobah
merah, dia mendongkol bukan main.
“Panggil ayah dan ibumu itu,
aku akan menghajar mereka habis-habisan babak belur di hadapanmu.....!” kata
Swat Tocu sengit.
“Hemm!” Kwee Hu tertawa
mengejek. “Kau telah mengetahui bahwa kita berada di sebuah pulau yang terpisah
oleh jarak yang jauh dari tempat ayah dan ibuku berada, karena dari itu engkau
tadi berani mementang mulut besar seperti itu! Manusia seperti kau ingin
menghajar babak belur ayah dan ibuku?
“Hu, hu, hanya dalam satu atau
dua jurus engkau akan dibinasakannya, setidak-tidaknya ilmu silatmu akan
dipunahkan oleh mereka! Manusia jahat seperti engkau memang tidak selayaknya
dibiarkan hidup terus di dunia ini......! Itu baru ayah dan ibuku, belum lagi
kakekku hanya setengah jurus, tidak sampai satu jurus tentu engkau telah
jangkir balik berlutut sambil manggut-manggutkan kepala memohon-mohon ampun!”
Muka Swat Tocu merah padam
saking marahnya. Dia tahu, Kwee Hu memancing kemarahannya, tetapi dia memang
benar-benar marah. Dialah seorang aneh yang selalu menuruti kata hatinya,
karena dari itu dalam murkanya seperti itu, dia telah melompat gesit ke samping
Yeh-lu Chi, ke dekat Kwee Hu, dengan geram dan bengis dia telah membentak:
“Sebelum mereka, si Oey tua
yang sesat, sebelum ayah dan ibumu itu kuhajar, sekarang lebih dulu engkau yang
akan kuhajar babak belur, mulutmu yang akan kurobek.....!”
Kwee Hu walaupun hatinya jeri
dan kuatir, tetapi dia sengaja memperdengarkan suara tertawa dingin, dia telah
bilang: “Hemm, memang sudah kukatakan engkau hanya berani kepada orang-orang
golongan muda, tidak berani untuk membentur golongan tua.....! Kami memang dari
tingkatan muda, jelas kami tidak akan sanggup menghadapi kau, maka dari
sekarang kau jual lagak dihadapan kami, bicara besar dan bertingkah seperti
lutung!
“Hemm, sudah kukatakan jika
memang engkau yakin memiliki kepandaian yang berarti, cukup engkau hadapi ayah
atau ibuku...... tidak perlu sampai menghadapi kakekku itu..... karena dengan
menghadapi ayah dan ibuku saja, engkau tentu akan dibuat jungkir balik memohon
pengampunan tidak hentinya dan ilmu silatmu akan dipunahkan! Tetapi jika menghadapi
kakekku, hu, hu, kakekku itu manusia yang luar biasa, manusia yang hampir
mencapai tingkat kedudukan seperti dewa, jangan harap engkau bisa menghadapinya
walaupun hanya setengah jurus.....!”
Setelah mengejek begitu,
sengaja Kwee Hu mendengus memperdengarkan beberapa kali tertawa mengejeknya,
tampaknya dia memang sengaja untuk membangkitkan kemarahan Swat Tocu.
Dan usaha Kwee Hu memang
berhasil, muka Swat Tocu telah merah padam, dia berseru murka: “Kau pergi
panggil ayah dan ibumu..... panggil mereka ke mari.....!”
“Untuk memanggil mereka mudah.
Aku bersedia menyampaikannya tantanganmu itu nanti. Tetapi kami masih letih,
karena dari itu kami perlu beristirahat dulu di sini, nanti setelah kami pulang
kembali ke daratan Tiong-goan, tantanganmu itu akan kusampaikan kepada ayah dan
ibuku itu, dan pasti mereka akan menerimanya dan cepat-cepat menuju ke
mari......!”
Swat Tocu tertawa dingin.
“Hemmm, engkau hendak
memperdayakan diriku dengan tipu licikmu itu? Apakah dengan berkata begitu,
memanas-manaskan hatiku, lalu aku akan mengijinkan kalian meninggalkan pulau
ini begitu saja, dengan alasan hendak pergi menemui ke dua orang tuamu, agar
mereka mengukur ilmu denganku? Tidak mudah.....! Jika tadi, sebelum kau
berusaha membakar hatiku, aku memang telah bermaksud mengampuni diri kalian
suami isteri, tapi sekarang, hemmm, hemmm, aku akan mengurung kalian di pulau
ini, seumur hidup jangan harap kalian bisa meninggalkan pulau ini!”
Kwee Hu tidak gentar mendengar
perkataan Swat Tocu, dia telah memperdengarkan tertawa mengejek, lalu katanya:
“Terus terang saja kau akui, bahwa engkau jeri untuk berurusan dengan ibu dan
ayahku! Hu, hu, belum lagi jika harus berhadapan dengan kakekku, mungkin engkau
akan terkencing-kencing dan akan terberak-berak karenanya.....!”
Itulah hinaan yang bukan main
hebatnya buat Swat Tocu. Dia telah mengerang bengis, dia pun melompat sambil
menggerakkan tangan kanannya menghantam ke arah kepala Kwee Hu.
Waktu itu Kwee Hu dalam
keadaan terluka di dalam, dan dia lemah sekali, karena tenaganya seperti telah
habis meninggalkan raganya. Diapun tengah berdiri menyender pada Yeh-lu Chi
suaminya. Dan Yeh-lu Chi sendiri juga tengah terluka hebat, karenanya tidak
mungkin dia mewakili isterinya menyambut, serangan maut yang dilontarkan Swat
Tocu.
Angin dari serangan telapak
tangan Swat Tocu begitu kuat dan dahsyat sekali. Jika memang mengenai tepat
pada sasarannya, jangankan kepala manusia, sedangkan batu yang besar sekalipun,
jika kena dihantam tentu akan hancur karenanya.
Yeh-lu Chi sendiri mengetahui
hebatnya serangan itu, demikian juga Kwee Hu. Namun mereka suami isteri sudah
tidak berdaya untuk mengelakkannya, dan Kwee Hu sendiri menduga bahwa ejekannya
dan usahanya untuk memperdayakan Swat Tocu telah gagal, dia hanya bisa
memejamkan ke dua matanya dengan putus asa.
Swat Tocu yang tengah gusar
sekali telah menyerang dengan tenaga lweekang yang tidak tanggung-tanggung pada
telapak tangannya, tapi belum lagi serangan itu mengenai sasarannya yaitu
kepalanya Kwee Hu, terdengar teriakan yang melengking nyaring: “Kakek jahat
yang berhati busuk, kau jangan aniaya ibuku lagi.....!”
Mendengar teriakan itu,
teriakannya Yeh-lu Kie, Swat Tocu seperti tersadar dia menahan meluncur
tangannya, lalu dengan mengkertak giginya, dia berkata bengis: “Masih untung
aku mau menaruh belas kasihan kepada puteri kalian, jika tidak, hemm,
hemm......!!”
Kwee Hu yang melihat Swat Tocu
tidak meneruskan pukulannya itu, telah tertawa dingin, bangun keberaniannya:
“Apanya yang hemmm, hemmm, begitu? Apakah di hadapan ayah dan ibuku kau bisa
bersikap hemm hemman seperti itu?!”
Bukan main mendongkol dan
gusarnya Swat Tocu mendengar ejekan Kwee Hu. Dia sampai mengerang murka, dan
membanting kaki kanannya, dia lalu membentak bengis: “Baik, Sekarang kita
berangkat mencari ke dua orang tuamu itu......!”
“Jangan sekarang!” kata Kwee
Hu cepat. “Jika sekarang di rumah ayah dan ibu tengah menerima kunjungan
kakekku, karena kami ingin berangkat, kakekku telah mengatakan akan berdiam di
sana selama satu-dua tahun..... Jika engkau berangkat sekarang, tentu engkau
bisa celaka, karena jangankan menghadapi kakekku itu, sedangkan menghadapi ke
dua orang tuaku saja engkau akan terkui-kui memohon ampun! Kakekku itu juga
seorang yang adatnya ku-koay. Melihat kau, dia bisa memperlakukan kau seperti
seekor anjing.....!”
Gemetar tubuh Swat Tocu
menahan kegusarannya yang luar biasa. Karena tidak bisa membendung lagi
kemarahannya itu, dia telah mengeluarkan suara bentakan sambil mengayunkan
tangan kanannya menghantam gundukan salju. Salju itu bukannya hancur buyar,
hanya seketika mencair, tidak berbekas. Memang Swat Tocu memiliki ilmu pukulan
Inti Es, dan telah menguasai sifat salju, dan dinginnya tangan Swat Tocu itu
melebihi dingin es itu sendiri, dengan demikian, pukulannya itu bukan main
dahsyatnya.
Kwee Hu dan Yeh-lu Chi sendiri
tercekat hati mereka menyaksikan hebatnya tangan Tocu dari pulau salju ini.
Coba jika tadi Swat Tocu, menyerang dengan pukulan istimewanya itu, bukankah
berarti mereka akan terbinasa dalam satu atau dua jurus saja?
Tetapi Kwe Hu tidak
memperlihatkan perasaan takutnya itu, dia telah memperdengarkan suara tertawa
dingin, malah dia telah bilang: “Mengapa engkau harus marah begitu sampai
gundukan salju yang dijadikan sasaran?! Tidak mengherankan jika salju itu bisa
dipukul mencair seperti itu, akupun bisa melakukannya......!”
“Apa? Kau bisa melakukannya?!”
bentak Swat Tocu sengit. “Baik, baik, sekarang kau lakukan, jika engkau bisa
melakukannya biarlah aku akan berlutut dan akan memanggil kau sebagai nenekku!”
“Cisss! Siapa yang kesudian
menjadi nenekmu? Setiap wanita di dunia ini tidak seorangpun yang mau
cepat-cepat tua dan menjadi nenek, semuanya ingin awet muda dan tetap cantik,
siapa yang kesudian menjadi seorang nenek.....!”
“Jika memang engkau bisa
memukul sekali tetapi gundukan salju itu mencair, aku akan bersedia melakukan
apa saja yang kau perintahkan! Tapi ingat, jika engkau hanya bicara besar,
hemmm, hemm, aku akan mengambil jiwamu.....!”
“Tidak perlu engkau mengancam
begitu, nanti jika telah bertemu dengan ayah dan ibuku maka aku akan
membuktikan kepadamu, bahwa aku bisa mencairkan es itu......! Sekarang ini, aku
sedang letih dan akupun telah terluka olehmu, maka dari itu, sebagai orang
tingkatan muda, aku harus tahu diri......!”
Dikocok pulang pergi oleh Kwee
Hu, Swat Tocu sangat gusar, tapi dia gusar tanpa bisa melampiaskan, dia hanya
berdiri mendelik, melotot gusar kepada nyonya Yeh-lu itu.....
Kwee Hu melihat orang bergusar
seperti itu, dia malah tertawa mengejek. Senang hatinya bisa mempermainkan Swat
Tocu seperti itu, di mana dia berhasil memancing kemarahan Tocu dari pulau
salju ini, tanpa Tocu itu bisa melampiaskan kemarahannya itu.
“Bagaimana? Apakah kau ingin
pergi sekarang atau nanti saja? Jika pergi sekarang, aku sih hanya ingin
menasehati saja kepadamu karena aku berkasihan kepadamu. Sekarang ini kakekku
berada bersama ayah dan ibuku. Lebih baik kau menanti sampai tahun depan saja
sehingga nanti jika bertemu dengan ayah dan ibuku, kau hanya menghadapi mereka
berdua saja.....!”
Muka Swat Tocu jadi merah padam,
membanting kaki, dia bilang dengan murka: “Kita berangkat sekarang, aku ingin
melihat apa yang bisa dilakukan oleh si tua sesat Oey itu.....!” Dan setelah
berkata begitu, dia menoleh kepada Ko Tie, katanya: “Tie-jie bersiap-siaplah
kau untuk ikut berangkat ke daratan Tiong-goan!”
Kwee Hu yang pancingannya
berhasil jadi girang, bukankah dengan demikian mereka akan berhasil kembali ke
daratan Tiong-goan. Jika nanti telah berada di tempat ayah dan ibunya, itulah
urusan ayah dan ibunya untuk menghadapi Tocu ini. Mereka suami isteri tidak
perlu berkuatir lagi.....!
Yeh-lu Chi waktu itu telah
membisiki Kwee Hu: “Jika kita sampai di Tiong-goan dan tidak berhasil bertemu
dengan ayah dan ibu, karena mereka kebetulan tengah berkelana, bagaimana kita
menghadapi makhluk berangasan ini?!”
“Itu urusan nanti.....!”
menyahuti Kwee Hu. “Mustahil kita dengan dibantu oleh para Tianglo Kay-pang dan
juga sahabat-sahabat Kangouw lainnya, tidak dapat kita menghadapinya?!”