44 Sin-tiauw-tay-hiap Korban Sihir?
Ciu Pek Thong merasakan
berkesiuran angin yang kuat menyambar di dekat pundaknya. Tanpa menoleh, dia
hanya mengangsurkan seorang tawanannya yang tercekal di tangan kirinya. Segera
terdengar suara jerit kematian pengawal yang ditawannya itu, justru telah
mewakilinya menerima hantaman telapak tangan Tiat To Hoat-ong. Dan dikala
tubuhnya terhantam seperti itu, di saat itu juga dia telah tidak bernapas lagi
dengan tubuh yang segera berobah menjadi hitam......!
Waktu itu, tampak Ciu Pek
Thong sendiri telah melompat lagi meneruskan larinya. Yo Him juga telah
mengikuti di belakangnya, mereka sama-sama gesit, dan dalam waktu yang singkat,
mereka telah tiba di luar istana.
Tidak ada seorang pengawalpun
yang bisa menahan mereka, karena jika ada pengawal istana yang merintanginya,
Ciu Pek Thong akan menghantamnya dengan mempergunakan orang tawanannya itu,
sehingga tawanan itu menjerit kesakitan dan menderita sekali. Begitu juga si
pengawal yang dihantam akan terjungkir balik dan menderita luka parah.
Setibanya mereka di luar
istana Yo Him dan Ciu Pek Thong telah mempergunakan ginkang mereka untuk pulang
ke rumah penginapan. Setelah menceritakan segalanya, Yo Him mengajak pangeran
Ghalik dan yang lainnya untuk meninggalkan rumah penginapan.
Mereka telah keluar dari kota
raja, mereka pun telah mencari sebuah rumah penduduk yang letaknya agak
terpencil. Kepada pemilik rumah itu mereka menumpang......
Dengan terjadinya peristiwa
itu pihak kerajaan tidak tinggal diam. Karena keesokan paginya waktu matahari
fajar belum lagi menyingsing, di saat itu tentara istana telah mengadakan
penggeledahan di seluruh rumah penduduk kota raja ini, bahkan semua rumah
penginapan satupun tidak ada yang lolos.
Tiat To Hoat-ong yang memimpin
sendiri penggeledahan dengan alasan mencari penjahat yang malam tadi menyatroni
istana, telah melakukan pemeriksaan dengan ketat. Bahkan beberapa orang pemilik
rumah penginapan telah ditangkap, didengar keterangannya.
Semula rakyat menjadi panik
dengan adanya penggeledahan yang ketat seperti itu. Namun menjelang sore hari,
akhirnya penggeledahan itu selesai tanpa berhasil pihak kerajaan mencari
“penjahat” yang mereka cari itu.....
Tiat To Hoat-ong gusar bukan
main, dia penasaran sekali. Dengan adanya Ciu Pek Thong di kota raja, demikian
juga halnya dengan Yo Him, tentunya pangeran Ghalik berada bersama mereka.
Karena dari itu diam-diam Tiat To Hoat-ong juga telah menyebar jago-jagonya
untuk melakukan penyelidikan di seluruh kota raja maupun di luar kota raja.
Dengan demikian, Gochie Talu
dan Lengky Lumi telah memimpin ratusan orang pengawal istana yang terdiri dari
jago-jago yang memiliki kepandaian tidak rendah, untuk melakukan penyelidikan
terus di luar Kota raja. Semua rumah penduduk telah diperiksa, bahkan tidak
jarang tentara istana mempergunakan kekerasan menyiksa penghuni dari sebuah
rumah, untuk memaksa mereka bicara.
Tetapi sejauh itu, tetap
Lengky Lumi maupun Gochin Talu masih tidak memperoleh keterangan yang
diinginkannya. Pencarian terhadap Ciu Pek Thong dan yang lainnya dilakukan
sampai lima hari, tanpa memperoleh hasil yang diinginkannya.
Pangeran Ghalik dan
rombongannya telah mengetahui perihal tindakan yang diambil oleh Tiat To
Hoat-ong, yang mengerahkan jago-jagonya untuk terus menerus mengadakan
penyelidikan dan pemeriksaan di kota raja dan di sekitarnya. Dengan demikian,
pangeran Ghalik menyadari dengan diamnya mereka di rumah, tentu mereka tidak
akan aman. Mereka telah menyingkir lebih jauh lagi, beberapa lie dari kotaraja,
dan menumpang di rumah penduduk di sekitar tempat itu.
Bahkan, atas usul Yo Him,
rombongan pangeran Ghalik ini telah dipecah menjadi tiga rombongan lagi, untuk
menginap di tiga rumah penduduk yang berlainan.
Menurut Yo Him, jika mereka
ini menumpang hanya di sebuah rumah penduduk, dengan jumlah rombongan yang
demikian besar, tentu akan menarik perhatian dari penduduk di sekitar daerah
itu, disamping itu akan menimbulkan kecurigaan.
Dan usul Yo Him memang
diterima oleh pangeran Ghalik, di mana pangeran tersebut memecah rombongannya
menjadi tiga rombongan pula, sama halnya seperti ketika mereka tengah berada di
kota raja, yang memecah diri menjadi tiga rombongan....
◄Y►
Tiat To Hoat-ong sangat
mendongkol dengan lolosnya Ciu Pek Thong dan Yo Him dari kepungan anak buahnya.
Karena dengan lolosnya mereka, berarti Tiat To Hoat-ong kehilangan jejak lagi,
sehingga dengan demikian juga dia tak mengetahui tindakan apa yang akan
dilakukan oleh Yo Him dan Ciu Pek Thong.
Ke dua orang itu memiliki
kepandaian yang tinggi luar biasa, dengan demikian membuat Tiat To Hoat-ong
tidak bisa meremehkan mereka. Jika dia salah dalam perhitungannya, niscaya
dirinya yang akan hancur.
Namun peristiwa kedatangan Ciu
Pek Thong dan Yo Him ke dalam istana, yang malam itu berhasil dipergokinya,
telah membuat Tiat To Hoat-ong memperoleh suatu keuntungan yang tidak kecil!
Dia telah melaporkan keesokan paginya kepada Kaisar Kublai Khan, bahwa pangeran
Ghalik semalam telah mengirim dua orang kepercayaannya yang memiliki
kepandaiannya tinggi untuk membunuh Kaisar!
Dengan demikian dia lebih
mudah memasukkan dongeng kosongnya untuk memfitnah pangeran Gbalik. Di mana
Tiat To Hoat-ong juga telah menceritakan salah seorang dari ke dua calon
pembunuh yang mengincar jiwa Kaisar itu terdapat seorang pemuda yang rupanya
akan menjadi mantunya pangeran Ghalik, yaitu Yo Him.
Bahkan diapun menceritakan
bahwa Yo Him adalah puteranya Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko yang tengah
dikejar-kejar jejaknya oleh kerajaan, karena Yo Ko merupakan dedengkot dari
para jago-jago Tiong-goan yang pernah membantu kerajaan Song mempertahankan
diri dari serangan tentara Mongolia.
Dengan adanya pengakuan
seperti itu, Kaisar Kublai Khan lebih dapat dikuasai oleh Tiat To Hoat-ong, di
mana Kaisar ini telah mengeluarkan firman, mengumumkannya dengan disiar
luaskan, bahwa pangeran Ghalik adalah seorang pemberontak yang harus ditangkap
dan meminta kepada rakyat, jika mereka mengetahui di mana beradanya pangeran
Ghalik, agar segera melaporkan hal itu kepada alat negara, untuk segera
diadakan tindakan penangkapan terhadap pemberontakan itu. Di dalam firman
Kaisar juga dijanjikan hadiah yang besar jumlahnya buat orang yang dapat
menunjukkan tempat bersembunyinya pangeran Ghalik dan kaki tangannya.
Firman Kaisar itu sempat
membuat geger kalangan pembesar di istana, karena banyak mereka yang mengenal
dengan baik benar keadaan pangeran Ghalik. Sebagai seorang pangeran yang jujur
dan setia pada negara, dan juga yang semula memegang kekuasaan sangat besar.
Dengan dicapnya pangeran
Ghalik sebagai pemberontak, dengan demikian banyak pembesar dan panglima
angkatan perang yang dipecat atau juga ditangkap, karena mereka sebelumnya
merupakan bawahan dari pangeran Ghalik.
Pimpinan-pimpinan terhadap
angkatan perang Boan-ciu, telah mengalami banyak penggantian yang kini dikuasai
oleh orang-orangnya Tiat To Hoat-ong. Semua perobahan besar-besaran di dalam
angkatan perang Boan-ciu itu hanya terjadi dalam beberapa bari saja.
◄Y►
Selama bersembunyi di rumah
penduduk di luar kota raja itu, pangeran Ghalik telah berusaha untuk bertindak
lebih hati-hati lagi, di mana jika siang hari rombongan pangeran Ghalik tidak
pernah keluar rumah. Dan hanya Ciu Pek Thong yang tidak bisa diam serta
berandalan itu yang selalu berkeliaran saja.
Tetapi mengingat bahwa dia
memang memiliki ilmu yang sangat tinggi, maka hal itu tidak perlu dikuatirkan.
Jika memang si Loo-boan-tong ini bertemu dengan lawan yang tangguh atau juga
anak buahnya Tiat To Hoat-ong, tentu dia bisa menghadapinya dengan baik.
Demikian juga halnya dengan Yo
Him dan Sasana, karena telah berkumpul sekian lams bersama, di samping itu
merekapun telah bergaul lebih intim, maka di hati masing-masing telah bersemi
benih cinta kasih. Yo Him sendiri tidak bisa memungkiri, bahwa diapun menyukai
gadisnya pangeran Ghalik.
Hanya yang membuat Yo Him
merasa sulit, ialah gadis itu adalah puteri pangeran Ghalik, yaitu seorang
pangeran Mongolia, yang sesungguhnya merupakan musuh besar dari ayahnya dan
jago-jago Tiong-goan lainnya. Walaupun dirinya tidak ada sangkutan apa pun juga
dengan pangeran Ghalik tersebut, tokh sedikit banyak tugas yang dipikulnya,
untuk menegakkan kembali kerajaan Song, menjadi tugasnya juga.
Tetapi cinta telah bicara, dan
benih kasih sayang telah muncul di hatinya, maka itu tidak bisa dielakkan. Di
kala rembulan bersinar terang dan juga sering di malam yang indah dengan
bintang-bintang yang berkerlap-kerlip, pasangan muda mudi itu mengadakan
pertemuan dengan mesra.
Sebetulnya pangeran Ghalik
mengetahui hubungan yang terjadi antara puterinya dengan Yo Him, hati kecilnya
tidak menyetujuinya? Namun pangeran Ghalik juga harus dapat melihat kenyataan
yang ada, bahwa ia tengah membutuhkan tenaga pemuda itu, dengan demikian
membuat dia membiarkan saja.
Ciu Pek Thong yang mengetahui
hubungan muda mudi itu, sering menggodanya.
Malam itu rembulan memancarkan
sinarnya yang terang, tampak Yo Him dan Sasana tengah berjalan perlahan-lahan
dengan berendeng di antara pohon-pohon di depan sebuah hutan kecil yang
terletak tidak jauh dari rumah penduduk di mana mereka menumpang. Banyak yang
dibicarakan oleh Yo Him dan Sasana, tentu saja hal-hal yang berhubungan dengan
hubungan mereka berdua.
Tetapi ketika Yo Him dan
Sasana akan duduk di sebuah batu yang menonjol, dia telah mendengar suara
seseorang yang tengah bercakap-cakap di dalam hutan. Yo Him segera mendekati
telunjuknya di dekat bibirnya memberi isyarat agar Sasana tidak menimbulkan
suara. Dengan berindap-indap mereka telah mendekati hutan itu, dan menyelinap
ke dalamnya.
Suara orang yang tengah
bercakap-cakap itu semakin jelas terdengar, malah Yo Him dan Sasana telah dapat
menangkap pembicaraan mereka. Bersama Sasana pemuda ini telah menempatkan diri
di balik sebatang pohon yang cukup besar yang disampingnya terdapat gerombolan
pohon bunga yang lebat. Mereka telah mendengarkan percakapan orang itu, yang
rupanya lebih dari empat atau lima orang.
“Sungguh aneh sekali!”
terdengar salah seorang dari orang-orang yang berkumpul di dalam hutan itu
telah berkata dengan suara yang mengandung keheranan, ”Inilah peristiwa yang
benar-benar tidak dapat dimengerti olehku..... Menurut Ciu Tianglo, bahwa
pangcu kita berada di Kwie-ciu, tetapi ketika kami menyusul ke sana justru kami
telah menemukan peristiwa aneh ini, sedangkan jejak Pangcu sama sekali tidak
terendus oleh kami.....!”
“Kou Sie-ko, apakah yang telah
kau alami di Kwie-ciu?!” tanya orang yang lainnya.
“Itulah peristiwa yang besar?
Aneh! Waktu itu aku tengah menjalankan pekerjaanku, yaitu meminta belas kasihan
pada orang-orang agar memberikan sisa makanannya kepadaku. Dan ketika aku berada
di depan sebuah rumah makan yang memasang merek Kiu-hong-lauw, di waktu aku
tengah berdiri di muka pintu rumah makan tersebut, tiba-tiba di dalam terdengar
suara ribut-ribut.
“Rupanya telah terjadi
pertempuran, di mana kulihat seorang lelaki setengah baya yang disebut-sebut
namanya sebagai Cu Kun Hong, tengah melabrak lima atau enam orang lintah
darat..... mereka itu semuanya memiliki tubuh yang tinggi besar dan muka yang
bengis, mempergunakaa senjata tajam di tangan masing-masing. Namun Cu Kun Hong
itu dapat menghajar mereka dengan mudah, seorang demi seorang telah dilontarkan
keluar rumah makan.....!”
Terdengar salah salah seorang
di antara orang-orang di dalam hutan itu tertawa.
“Itulah peristiwa biasa,” kata
kawannya.
“Benar, memang itulah peristiwa
biasa saja, akupun waktu itu berpikir sama seperti kau, sama sekali hatiku
tidak tertarik untuk menyaksikan keramaian itu lebih lanjut. Aku bermaksud akan
pindah ke rumah makan lainnya, karena sudah terbiasa, jika di sebuah rumah
makan terjadi keributan, kita jangan harap bisa memperoleh sisa makanan, karena
tamu dan kuasa rumah makan tengah panik, jika aku berlama-lama di situ perutku
akan lapar......! Oya aku tadi bercerita sampai di mana?!”
“Orang yang bernama Cu Kun
Hong itu melemparkan lawan-lawannya keluar rumah makan.....,” menyahuti
kawannya.
“Benar! Dan waktu itu, mereka,
kawanan lintah darat yang menjagoi juga daerah itu telah melarikan diri.
Sedangkan Cu Kun Hong telah duduk kembali di mejanya. Namun inilah istimewanya
dan anehnya peristiwa itu. Mendadak saja telah menghampiri seorang pendeta
bertubuh gemuk, dengan galak dia menepuk meja Cu Kun Hong. Meja itu ringsak
hancur, cawan dan mangkok hancur berantakan di lantai dan Cu Kun Hong itu, yang
sebelumnya kulihat memiliki kepandaian yang tinggi, telah terlempar keluar
rumah makan, terbanting di jalan dengan keras.”
“Apakah tenaga pendeta itu
demikian hebatnya?” tanya dua orang kawannya, “sehingga sekali tepuk saja
selain menghancurkan meja itu berikut juga perabotan makan itu, juga Cu Kun
Hong telah terlontarkan demikian rupa?”
Orang yang tadi bercerita itu
telah mengiyakan, dia juga telah berkata. “Benar, memang pendeta berkepala
gunodul dan tinggi gemuk itu memiliki ilmu yang luar biasa, karena dia membuat
Cu Kun Hong seperti bola saja, yang dipermainkan sekehendak hati! Begitu Cu Kun
Hong berada di luar rumah makan dan hendak merangkak bangun, pendeta gemuk itu
telah menghentak kaki kanannya pada bumi, maka aneh sekali, tubuh Cu Kun Hong
tahu-tahu terlempar ke tengah udara, seperti juga dihantam oleh suatu tenaga
yang kuat namun tidak tampak oleh mata.”
Kawan-kawan orang yang
berceritakan itu jadi mengeluarkan seruan, tampaknya mereka merasa aneh dan
takjub.
Yo Him dan Sasana juga jadi
tertarik sekali mendengar cerita seperti itu. Mereka telah mendengarkan lebih
jauh. Diam-diam Yo Him juga telah berpikir di hatinya: “Hemmm, itulah tenaga
lweekang yang telah sempurna, hanya dengan mempergunakan hentakan kakinya pada
tanah, dia melontarkan lawannya.
Waktu itu, ada seorang kawan
dari orang yang bercerita itu bertanya: “Lalu bagaimana orang she Cu itu.....
apakah dia tidak memberikan perlawanan?!”
“Oh, dia memang berusaha untuk
dapat mengendalikan dirinya, berusaha untuk mempertahankan diri, melakukan
perlawanan pada pendeta itu, namun setiap kali si pendeta gemuk itu
menghentakkan kakinya, tubuh Cu Kun Hong terlempar ke tengah udara.
Dibanting-banting secara aneh seperti itu, tentu saja bukan saja dia jadi
lemah, juga membuat Cu Kun Hong kesakitan dan kehabisan tenaga, di mana akhirnya
napasnya memburu, tubuhnya di atas tanah.”
Waktu itu, kawan dari orang
yang bercerita tersebut telah ada yang mengeluarkan seruan.
“Dan yang lebih aneh lagi,
waktu Cu Kun Hong numprah, pendeta gemuk itu kembali menghentakkan kakinya,
maka tubuh Cu Kun Hong terpental lagi. Jika keadaan seperti itu berlangsung
terus, niscaya akhirnya Cu Kun Hong akan mati sendirinya karena telah dan
kehabisan tenaga, karena dia dilontarkan secara aneh seperti itu tanpa dia bisa
memberikan perlawanan sama sekali. Itulah ilmu yang seperti ilmu sihir, yang
dipergunakan si pendeta dengan menakjubkan sekali.....”
“Lalu, bagaimana nasib orang
she Cu itu?!” tanya beberapa orang itu.
“Ini lebih aneh lagi! Jika
memang tidak munculnya urusan ini, mungkin juga sudah tidak perlu ditawar-tawar
lagi Cu Kun Hong itu akan binasa di tangan si pendeta gemuk yang tampaknya
memiliki ilmu sangat tinggi dan juga menguasai ilmu gaib dan sihir......!
“Justru di saat jiwa Cu Kun
Hong tengah terancam, di mana dia hanya bisa numprah dan terlontar bergantian
dengan muka yang pucat pias dan menderita sekali, telah muncul seorang
berlengan buntung..... Menurut si pendeta yang menyebut-nyebut orang itu
sebagai orang she Yo. Coba kalian duga siapakah orang berlengan tunggal
itu....?!”
Hati Yo Him tercekat. Dia
ingin menduga kepada ayahnya, yaitu Yo Ko. Sasana yang belum pernah mendengar
perihal Yo Ko hanya mendengarkan terus cerita orang itu.
“Apakah orang berlengan
tunggal itu Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko adanya?!” tanya beberapa orang kawan dari
orang yang tengah bercerita itu.
“Tepat,” membenarkan orang
yang tengah bercerita. “Dia memang Sin-tiauw-tay-hiap. Tetapi aneh sekali,
benar-benar aneh! Dengan Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko aku pernah bertemu muka
beberapa kali, aku telah menyaksikan tabiatnya yang benar-benar seorang
laki-laki tulen, seorang Ho-han luar biasa di jaman ini.
“Tapi waktu itu justru dia
bukan menegur perbuatan si pendeta gemuk itu yang telah menyiksa orang yang
bernama Cu Kun Hong itu, hanya berbisik-bisik dengan si pendeta gemuk, lalu bergegas
ke duanya meninggalkan tempat itu..... Si pendeta gemuk itupun sama sekali
tidak memperdulikan Cu Kun Hong pula, yang waktu itu masih duduk numprah tidak
berdaya karena rupanya dia telah terluka di dalam......!”
Mendengar cerita orang itu,
bukan hanya kawan-kawan orang tersebut yang merasa heran, sedangkan Yo Him
sendiri jadi heran bukan main. Dia tidak percaya ayahnya menyaksikan peristiwa
yang dialami oleh Cu Kun Hong dengan sikap begitu saja, malah dengan
berbisik-bisik begitu kepada si pendeta gemuk itu.
Siapakah si pendeta gemuk itu,
yang telah menyiksa Cu Kun Hong. Dan apa yang ingin dikerjakan oleh ayahnya?
Lalu mengapa ibunya tidak turut serta?
Dan juga, menurut
cerita-cerita yang didengar dari ayahnya memiliki hubungan yang cukup baik dengan
Cu Kun Hong, seseorang yang pernah bertemu dengan ayahnya itu beberapa kali.
Maka sikap dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko kali ini tidaklah sangat mengherankan
sekali?!
Karena perasaan ingin tahunya,
maka Yo Him telah mengintai orang, yang tengah berkumpul di dalam hutan itu.
Mereka berjumlah enam orang. Semua berpakaian sebagai pengemis. Di punggung
masing-masing membawa karung, yang lima orang, yang tengah mendengarkan cerita
semuanya menggemblok empat karung, sedangkan yang tengah bercerita, seorang pengemis
berusia setengah tua, menggemblok lima karung.
“Hemmm, mereka adalah anggota
Kay-pang.....!” berpikir Yo Him, “Mengapa orang-orang Kay-pang bisa berkumpul
di sini, apa yang ingin mereka lakukan?!”
Tengah Yo Him berpikir begitu,
si pengemis yang menggemblok lima karung itu telah meneruskan ceritanya, dia
bilang: “Ada lagi kelanjutannya dari peristiwa aneh itu. Setelah Sin-tiauw
Tai-hiap Yo Ko dan pendeta gemuk itu bergegas pergi, di saat Cu Kun Hong telah
duduk bersemedi rupanya ingin membenarkan jalan pernapasannya. Waktu itu, dari
arah ujung jalan lainnya telah muncul serombongan orang lainnya, yang sebagian
dari mereka kukenal dengan baik! Coba kalian terka, siapa mereka?”
“Kou Sie-ko, bagaimana kami
bisa mengetahui siapa mereka? Bukankah kami waktu itu tidak berada di sana?”
sahut ke dua orang kawannya sambil tersenyum. “Ayolah Kou Sie-ko kau teruskan
ceritamu itu, jangan kau gantung-gantung seperti.....!”
Si pengemis yang menggemblok
lima karung itu, telah mengangguk.
“Benar juga, memang kalian
tentu tidak akan mengetahuinya siapa mereka! Tetapi inilah benar-benar aneh
sekali. Di antara mereka kulihat Pangcu kita, yaitu Yeh-lu Chi Pangcu, bersama
isteri dan puterinya! Aku ketika melihat Pangcu, jadi girang dan hendak keluar
menyambutnya.
“Tetapi justru waktu itu kawan
seperjalanan Pangcu, seorang yang berpakaian aneh sekali, yaitu pakaian terbuat
dari kulit binatang buas dan seorang bocah lelaki berusia antara lima atau enam
tahun, telah bisik-bisik juga dengan Pangcu, lalu mereka berlari-lari
menghampiri Cu Kun Hong, menanyakan sesuatu. Tampak orang yang memakai baju
terbuat dari bahan kulit binatang buas itu mencengkeram dada Cu Kun Hong
seperti menanyakan sesuatu, dan Cu Kun Hong telah menunjuk ke arah jalan di
mana tadi, Sin-tiauw-tay-hiap dan pendeta gemuk itu pergi......”
Setelah bercerita sampai di
situ, Kou Sie-ko ini, si pengemis yang menggemblok lima karung telah
mendehem-dehem beberapa kali. Kawan-kawannya jadi tidak sabar.
“Lalu bagaimana? Teruskan
ceritamu. Kou Sie-ko.....!” desak mereka.
“Sabar.....!” menyahuti Kou
Sie-ko.
Yo Him sendiripun jadi
tergerak hatinya. Dia segera menduga pada Swat Tocu orang yang diceritakan oleh
Kou Sie-ko mengenakan baju yang terbuat dari kulit binatang buas. Tentu saja
peristiwa itu memang memancing perasaan herannya.
Kou Sie-ko waktu itu telah
melanjutkan ceritanya lagi: “Pangcu bersama isteri dan puterinya segera
mengejar ke arah di mana Sin-tiauw-tay-hiap dan pendeta gemuk itu tadi pergi
meninggalkan tempat itu. Demikian juga dengan orang yang mengenakan pakaian
yang terbuat dari kulit binatang buas itu bersama si bocah telah berlari-lari
menyusulnya. Tinggal Cu Kun Hong yang masih duduk bersila mengatur jalan
pernapasannya.
“Aku sendiri jadi tertarik
bukan main, di samping itu aku bingung sekali. Aku bermaksud akan memanggil
Pangcu, tetapi Pangcu berlari pesat sekali, di samping itu aku melihat di wajah
Pangcu terbayang perasaan kuatir. Aku jadi menguntit terus, sedapat mungkin aku
mengerahkan seluruh ginkangku, agar dapat mengikuti mereka dan tidak kehilangan
jejak.
“Akhirnya pangcu telah
berhasil mengejar Sin-tiauw-tay-hiap dan pendeta gemuk itu. Yang mengherankan
sekali Sin-tiauw-tay-hiap tengah duduk bersila di samping pintu kota, dan
begitu pula halnya dengan pendeta gemuk tersebut. Mereka duduk bersila dengan
mata tertutup rapat-rapat.
“Pangcu bersama orang aneh
berpakaian yang terbuat dari kulit binatang buas itu telah menghampiri. Mereka
tampaknya menegurkan sesuatu, tetapi si pendeta gemuk itu telah membuka
matanya. Dia menggerak-gerakkan sepasang tangannya, mulutnya berkemik-kemik
perlahan. Dan aneh sekali!
“Pangcu bersama kawannya itu,
juga isteri dan puterinya serta bocah kecil itu jadi seperti manusia-manusia
yang tidak berarwah lagi. Ketika si pendeta gemuk itu melompat bangun dan
berkata pada mereka: “Kalian harus ikut denganku......!”
Semuanya diam seperti patung.
Tangan pendeta gemuk itu menepuk pundak Sin-tiauw-tay-hiap, dan
Sin-tiauw-tay-hiap telah melompat berdiri, lalu berjalan mengikuti si pendeta
gemuk itu. Pangcu dan yang lainnya juga mengikuti dengan gerakan tubuh yang
kaku, bagaikan patung-patung hidup saja, di mana mereka telah mengikuti seperti
dalam satu barisan saja.....!
“Nah, sekarang coba kalian
katakan, tidakkah kejadian ini merupakan peristiwa yang aneh sekali? Tentu si
pendeta gemuk itu memiliki ilmu sihir, sebab dia bisa menguasai Pangcu dan
kawannya itu dengan mudah, sehingga mereka begitu menurut saja apa yang
diperintahkan oleh si pendeta gemuk tersebut.....”
Pengemis-pengemis lainnya jadi
duduk mendelong saja, karena mereka tampaknya begitu takjub mendengar cerita
dari kawan mereka itu, yaitu si Kou Sie-ko. Dengan demikian, merekapun tidak
mengerti, apakah yang telah diceritakan oleh kawan mereka ini merupakan cerita
yang sebenarnya atau memang hanya isapan jempol belaka.