47 Kegagalan Pengepungan Tentara Mongol
Lengky Lumi dan Gochin Talu
yang menyaksikan hal itu, jadi terkejut bercampur gusar. Ke duanya segera
menjejakkan kaki. Mereka melompat ke dekat Swat Tocu, di mana mereka berdua
telah menggerakkan sepasang tangan mereka, berusaha untuk menyerang Swat Tocu,
dengan maksud hendak membendung sepak terjang Tocu pulau es itu. Karena biarpun
bagaimana mereka harus dapat mencegahnya, jika terlambat, maka korbanlah yang
berjatuhan di pihaknya akan bertambah dengan cepat.
Tetapi Swat Tocu yang tengah
mendongkol dan penasaran, telah menggerakkan ke dua tangannya ingin menghalau
Lengky Lumi dan Gochin Talu. Ke dua telapak tangannya telah bergerak menyampok
hebat sekali, dari ke dua telapak tangannya itu telah meluncur hawa yang dingin
bukan main menggigilkan tubuh.
Lengky Lumi dan Gochin Talu
terkejut. Jika biasanya, kalau mereka menerimanya serangan lawan yang tangguh,
berarti mereka harus mempergunakan tenaga yang sangat kuat untuk membendungnya.
Namun kali ini justru berbeda sekali, di mana tubuh mereka menggigil, menggigil
keras karena hawa dingin menyelubungi diri mereka.
Sehingga ke duanya disamping
kaget, juga cepat-cepat mengempos semangat dan hawa murni mereka, untuk menahan
dan membendung hawa dingin yang menyelubungi mereka. Dengan demikian, telah
membuat Gochin Talu dan Lengky Lumi tidak bisa berbuat lain, hanya melompat
mundur. Jika mereka berayal dan Swat Tocu menyerang mereka lagi, niscaya akan
mereka terluka di dalam oleh dinginnya hawa serangan Swat Tocu.
Tiat To Hoat-ong juga telah
melihat semua itu, dia telah menyadarinya jika memang keadaan seperti itu
dibiarkan begitu saja, anak buahnya akan mengalami celaka. Sedangkan dia
sendiri pernah terluka hebat di tangan Swat Tocu, dia juga telah mengakui akan
ketangguhan lawan yang seorang ini. Terlebih lagi memang Swat Tocu memiliki
ilmu yang aneh, yang selalu memancarkan hawa dingin kepada lawannya, sehingga
membuat lawan menggigil kedinginan, yang lebih hebat lagi adalah setiap tubuh
lawannya akan dibungkus, diselubungi oleh es!
Sedangkan dulu saja, walaupun
Tiat To Hoat-ong mempergunakan ilmu Sobocnya, dia masih gagal menghadapi Swat
Tocu. Namun sekarang ini dia melihat ada Gochin Talu dan Lengky Lumi yang akan
membantunya menghadapi Swat Tocu. Dengan demikian, Tiat To Hoat-ong melompat ke
dekat Swat Tocu, dia juga telah berkata: “Aku ingin meminta pelajaran
darimu.....!” Dan berkata begitu, dia juga telah menggerakkan tangannya
menghantam kuat sekali mempergunakan tenaga dari ilmu Soboc nya.
Waktu itu Swat Tocu telah
memperdengarkan suara tertawanya yang bergelak-gelak melihat Tiat To Hoat-ong,
diapun telah berseru dengan suara yang nyaring: “Bagus! Bagus! Dengan demikian,
aku pun tidak perlu sulit-sulit mencarimu, aku memang ingin menghajarmu, kepala
gundul.....!”
Dan berbareng dengan perkataan
itu, Swat Tocu memukul beberapa kali. Dia merasakan tubuhnya menggigil karena
kedinginan, dan beberapa kali pula Tiat To Hoat-ong harus mengerahkan tenaga
Sobocnya untuk menolak hawa dingin itu, agar tubuhnya tidak diselubungi oleh
lapisan es.
Lengky Lumi maupun Gochin Talu
juga tidak tinggal diam, karena mereka masing-masing telah memusatkan seluruh
tenaga lweekang mereka untuk menyerang. Lengky Lumi maupun Gochin Talu bukan
merupakan jago-jago biasa, mereka memiliki kepandaian yang tinggi sekali,
walaupun belum berhasil mencapai tingkat seperti Tiat To Hoat-ong.
Dengan adanya mereka bertiga
yang mengepung Swat Tocu, biarpun Swat Tocu liehay sekali, tokh kenyataan Swat
Tocu agak sibuk juga. Dia telah memutar sepasang tangannya, memusatkan serangan
tenaga Inti es nya dengan cepat sekali. Bagaikan lima langkah dari sekeliling
tubuhnya, dilapis oleh tenaga yang berbentuk lapisan es, dingin luar biasa,
membuat lawannya itu sama sekali tidak bisa mendesak maju mendekatinya. Biarpun
Tiat To Hoat-ong mempergunakan ilmu Sobocnya berulang kali, tokh dia selalu
gagal. Dan tidak pernah Tiat To Hoat-ong berhasil mendekati Swat Tocu.
Dengan demikian segera juga
terlihat bahwa Swat Tocu telah mulai mendesak lagi. Dia bergantian melakukan
penyerangan, sesekali menghantam pada Tiat To Hoat-ong, dan di kala Koksu
negara itu tengah mengelakkan diri, Swat Tocu telah menyerang Gochin Talu, maka
waktu lawan yang seorang ini terdesak, dia telah mengalihkan gempurannya kepada
Lengky Lumi. Dengan demikian, Swat Tocu menyerang bergantian.
Di antara menderu-derunya
angin serangan yang hebat itu, karena yang tengah bertempur itu adalah
jago-jago yang sangat tinggi kepandaiannya. Para tentara yang mengepung sekitar
tempat itu tidak ada yang maju, karena mereka tidak berani lancang bertindak
sebelum menerima perintah dari Tiat To Hoat-ong.
Sedangkan jago-jago istana
yang ikut serta, hanya bersiap-siap dengan senjata mereka. Kepungan terhadap
rumah di mana rombongan pangeran Ghalik berada telah dikepung dengan rapat
sekali. Pemilik rumah itu bersama keluarganya, telah ketakutan, bukan main dan
telah tersembunyi di dalam sebuah kamar.
Yo Ko yang melihat keadaan
seperti itu, di mana Swat Tocu dikepung bertiga dengan Tiat To Hoat-ong dibantu
Gochin Talu dan Lengky Lumi, telah melirik kepada Yo Him. Puteranya itu
mengerti, dan dia segera mencelat keluar, disusul oleh Yo Ko. Gerakan mereka
sangat ringan sekali, belum lagi tubuh mereka menginjak tanah, ke duanya telah
menyerang. Gochin Talu dihantam punggungnya oleh telapak tangan kanan Yo Him,
sedangkan Yo Ko telah mengibaskan lengan tunggalnya itu ke arah Lengky Lumi.
Ke dua jago itu jadi kaget
bukan main, mereka mengeluarkan seruan kaget dan cepat-cepat menyingkir.
Namun Yo Him yang mengetahui
bahwa waktu itu tidak bisa dia membuang-buang waktu. Dalam turun tangan kali
ini telah mempergunakan seluruh kepandaian yang ada padanya, di mana dia telah
menyerang berulang kali. Ke mana saja Gochin Talu jadi sibuk bukan main.
Sedangkan Yo Ko juga dalam
turun tangan kali ini sama sekali tidak berlaku sungkan-sungkan lagi. Dia telah
menggerakkan tangan tunggalnya itu mempergunakan Am-jian-sio-hun-kan. Dia
menyerang Lengky Lumi pun hebat sekali, di mana lawannya ini berhasil untuk
menghindarkan diri selama empat jurus.
Lalu pada jurus ke lima tubuh
Lengky Lumi telah terpental keras sekali. Tubuhnya melayang di tengah udara,
dan waktu itu terbanting kuat sekali, menggelinding di tanah dengan luka parah
di dalam tubuhnya, sebab begitu dia merangkak, segera dia memuntahkan darah
segar.
Sedangkan jago-jago istana
telah berseru kaget melihat apa yang terjadi itu, mereka telah meluruk menyerbu
untuk mengeroyok Yo Ko. Namun Yo Ko telah bergerak lincah sekali, menerjang ke
sana ke mari dengan tangan tunggalnya, diselingi dengan suara deruan angin
lweekang pukulannya. Waktu itu juga terdengar beberapa kali suara jerit
kesakitan dari jago-jago istana, di mana mereka telah terpelanting karena
hantaman tangan tunggal Yo Ko.
Dengan demikian, segera
terlihat beberapa orang jago-jago itu memuntahkan darah dengan muka yang pucat
pias dan tidak bisa segera melompat bangun.
Tetapi pihak kerajaan telah
mengerahkan jago-jagonya yang banyak sekali, rubuh tiga orang, maju enam orang
lainnya. Sehingga segera terlihat Yo Ko telah dikepung oleh belasan orang jago
lainnya.
Sedangkan Yo Him juga telah
dikepung hebat sekali oleh jago-jago istana, dan waktu itu, Swat Tocu sendiri
telah dikepung puluhan orang jago istana dibantu oleh Tiat To Hoat-ong yang
sekali-kali menghantam hebat sekali kepada Swat Tocu.
Menyaksikan jalan pertempuran
seperti itu, pangeran Ghalik telah berkata: “Mari kita menyerbu keluar saja,
biarpun kita harus menghadapi ancaman bahaya, kita harus menghadapinya......!”
Dan berkata begitu, pangeran Ghalik telah melompat keluar, untuk membantui Swat
Tocu dan kawan-kawannya yang lain, goloknya telah diputar dengan kuat sekali
untuk menyerang beberapa orang jago-jago istana yang berada di dekatnya.
Ciu Pek Thong, Sasana dan juga
Yeh-lu Chi berama Kwee Hu telah menerjang keluar. Sebelum menerjang keluar,
Kwee Hu sempat berpesan kepada Ko Tie dan Yeh-lu Kie, agar ke dua anak itu
berdiam saja di dalam rumah.
Begitulah, pertempuran yang
kalut telah terjadi, tetapi karena Yo Ko dan kawan-kawannya memiliki kepandaian
yang tinggi, mereka telah bertempur menghantami lawan-lawannya itu tidak
kepalang tanggung, korban-korban berjatuhan. Dalam keadaan seperti ini, rupanya
Yo Ko telah memutuskan untuk membuka jalan dengan mengambil jalan berdarah.
Yeh-lu Chi sendiri telah
menggerakkan sepasang tangannya memukul ke kiri dan ke kanan kepada jago-jago
istana itu dengan pukulan yang kuat. Dia bersama lima orang Kay-pang lainnya,
telah menerjang ke dekat sebelah barat, untuk menghajar kocar kacir barisan
tentara kerajaan.
Ciu Pek Thong sambil melompat
ke sana ke mari telah mencabuti kopiah dari para tentara kerajaan. Setiap kali
tangannya bergerak, dia telah mencopoti kopiah dari tentara itu, kemudian
tangan yang satunya telah bergerak lagi menghantam dengan hebat membuat tentara
itu terpelanting dengan mengeluarkan jerit kesakitan, rubuh pingsan kemudian
tidak sadarkan diri.
Ciu Pek Thong mempergunakan
ilmu Kong-beng-kun nya. Dia menyerang silih berganti dengan ke dua tangannya,
membuat para tentara kerajaan itu kucar kacir karenanya.
Demikianlah, para jago itu
telah mengamuk dengan hebat. Namun karena jumlah lawan memang sangat banyak,
dengan sendirinya tetap saja mereka terkepung. Malah pasukan panah dari tentara
kerajaan mulai melepaskan anak-anak panah, yang seperti hujan menyerang Yo Ko
dan yang lainnya.
Dengan menyambarnya anak-anak
panah itu, membuat Ciu Pek Thong tertawa bergelak-gelak gembira, dia
mengibaskan tangannya ke kiri dan ke kanan menyambuti anak-anak panah itu,
kemudian dia melontarkan lagi ke arah para tentara kerajaan itu. Dengan
demikian, anak-anak panah itu telah menancap di tubuh para tentara tersebut.
Dan dengan begitu pula korban telah berjatuhan seorang demi seorang terkena
panah itu sendiri, yang berarti senjata makan majikan.
Tetapi Tiat To Hoat-ong
sendiri tetap dengan perintahnya agar kepungan diperketat. Dan waktu itu,
memang terlihat para tentara kerajaan yang mengepung semuanya merupakan
jago-jago pilihan, dan juga pengawal istimewa dari istana, maka mereka
melakukan pengepungan yang ketat sekali tanpa memperdulikan keselamatan
dirinya.
Yo Ko juga melihat bahwa
mereka tidak bisa menghadapi lawan-lawannya dengan cara seperti itu terus
menerus, dan dia telah berseru kepada Yo Him agar yang terpenting menyelamatkan
ke dua anak kecil yang bersama mereka, yaitu Ko Tie dan Yeh-lu Kie.
Yo Him juga mengerti maksud
ayahnya. Dia telah mengiyakan, dan telah melompat kembali ke dalam rumah.
Sambil menggendong Ko Tie di
tangan kanan dan mengempit Yeh-lu Kie di tangan kiri, Yo Him melompat keluar
lagi untuk menerjang kepungan. Yo Ko dan yang lainnya telah mengelilinginya
untuk melindunginya sambil membuka jalan.
Di waktu itu, terlihat Yo Him
telah berhasil berlari-lari satu lie lebih, dengan dikepung terus menerus oleh
pasukan tentara kerajaan. Malah hujan anak panah juga telah berhamburan
menyambar ke arahnya. Untung Yo Him memang memiliki kepandaian yang telah
tinggi, dengan gerakan yang lincah dan gesit, dia berhasil menghindarkan diri
dari sambaran anak-anak panah itu, juga dia bisa melindungi ke dua anak kecil dikempitnya
itu dengan baik.
Yo Ko dan Kwee Hu berada di
sebelah kanan dibantu oleh Ciu Pek Thong, sedangkan pangeran Ghalik
bersama-sama dengan para pahlawannya dan Hek Pek Siang-sat telah berusaha untuk
membuka jalan di sebelah samping lainnya. Dan Ciu Pek Thong bersama-sama dengan
Yeh-lu Chi dan para pengemis lainnya juga berusaha untuk membendung terjangan
musuh.
Merekalah yang telah berusaha
membendung terjangan lawan. Jika ada juga tentara kerajaan yang berhasil
menerobos hadangan mereka, maka Yo Ko dan yang lainnya akan menghajarnya.
Bukan main gusarnya Tiat To
Hoat-ong. Koksu ini telah membentak bengis: „Kejar. terus, jangan biarkan
mereka lolos.....!” Bahkan kepada dua orang pengawal yang berada dekat
dengannya, dia telah perintahkan untuk memanggil bala bantuan.
Lalu Tiat To Hoat-ong berusaha
menerjang kepada Ciu Pek Thong, pertempuran itu berlangsung beberapa jurus,
sampai Swat Tocu telah melompat menghantamkan telapak tangan kanannya pada
punggung Tiat To Hoat-ong.
Koksu segera menyadarinya, jika
sampai tepukan telapak tangan itu mengenai pundaknya, dia bakal celaka, karena
lawannya yang seorang ini memiliki ilmu Inti Es yang dingin luar biasa.
Jangankan sampai telapak tangannya itu mengenai lawan, sedangkan angin dari
serangannya saja bisa dibungkus lawannya dengan selapis es..... Cepat-cepat
Tiat To Hoat-ong telah menyingkir ke samping kanan.
Swat Tocu tidak berhenti di
situ saja, cepat luar biasa dia telah menyerang lagi, kali ini ke dua tangannya
yang bergerak dengan beruntun.
Pertempuran seperti itu
benar-benar membuat Tiat To Hoat-ong jadi sangat mendongkol. Dia juga jadi
sibuk sekali. Lawannya terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian
tinggi, sulit buat menangkap mereka.
Dilihatnya diantara
orang-orang yang menjadi lawannya, hanya pangeran Ghalik dan beberapa orang
pengemis rombongan Kou Sie-ko itu yang paling lemah kepandaian ilmu silatnya.
Tiat To Hoat-ong setelah menyingkirkan diri dari Swat Tocu, memberikan
perintahnya agar pasukannya lebih memperketat kepungannya kepada pangeran
Ghalik dan beberapa orang pengemis itu.
Memang waktu itu dua orang
pengemis bawahan Kou Sie-ko telah terluka oleh anak panah pada pundak
lengannya, mereka bergerak tidak leluasa. Demikian juga pangeran Ghalik, dia
memang mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, namun disebabkan setiap hari
hidup dalam kemewahan dan juga latihannya kurang sekali, membuat dia agak
lemah.
Dengan diperketat kepungan
terhadap dirinya, pangeran Ghalik jadi sibuk sekali. Dia berhasil merubuhkan
dua orang lawannya dengan bacokan goloknya, namun dia juga telah terluka di
beberapa bagian anggota tubuhnya. Keadaan pangeran Ghalik semakin lemas, darah
mengucur banyak sekali.
Sasana yang melihat keadaan
ayahnya seperti itu telah memutar pedangnya dengan cepat sekali sehingga pedang
itu seperti titiran, dan waktu itu, telah terlihat betapa pedang itu berhasil
merubuhkan tiga orang lawannya.
Kemudian mempergunakan waktu
kepungannya itu lowong, Sasana melompat ke dekat ayahnya, dia memutar pedangnya
menghalau beberapa serangan lawan kepada pangeran Ghalik. Cepat luar biasa
segera terlihat betapa serangan itu berulang kali merubuhkan lawannya.
Dan memang terlihat jelas
sekali, betapapun juga orang-orang yang mengepung pangeran Ghalik itu berlaku
nekad, membuat Sasana harus memusatkan seluruh kekuatan dan kepandaian yang
dimilikinya. Pangeran Ghalik dalam keadaan terluka harus memutar goloknya
dengan mempergunakan seluruh kekuatan yang ada padanya. Maka jelas ke duanya
tengah berada dalam ancaman bahaya, sebab dua kali Sasana terluka oleh tikaman
pedang lawan-lawannya, dan pangeran Ghalik sendiri telah memperoleh tambahan
luka juga
Melihat itu Yo Him
mengeluarkan suara bentakan gusar, dia hendak memutar tubuhnya untuk membantui.
Namun Yo Ko yang berada disampingnya telah berseru: “Kau selamatkan ke dua anak
itu, biar aku yang menolong mereka.....!”
Yo Him baru tersadar bahwa di
ke dua tangannya terkempit dua orang anak kecil yang harus diselamatkan, yaitu
Ko Tie dan Yeh-lu Kie. Dengan demikian, membuat dia jadi tersadar tugasnya, dan
melanjutkan pula larinya.
Sedangkan Yo Ko telah
menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya telah ringan sekali melompat ke dekat
pangeran Ghalik dan Sasana. Dalam waktu-waktu seperti itulah, tangan tunggal Yo
Ko telah bergerak, bahkan lengan bajunya yang kosong itu telah dipergunakan
juga untuk melibat senjata lawan lalu menghentak merampasnya kemudian
melontarkan lawannya dengan satu kali sampoknya. Dengan demikian kepungan
terhadap pangeran Ghalik dan Sasana dapat dihancurkam oleh Yo Ko, karena dalam
beberapa kali gebrakan saja telah belasan orang yang berhasil digulingkan dan
dirubuhkannya.
Waktu itu, tampak Sasana yang
dalam keadaan marah karena telah terluka seperti itu, menggerakan pedangnya
menikam beberapa kali sehingga beruntun lawannya itu tertikam binasa. Waktu
kepungan itu melonggar, karena beberapa orang pengepung telah melompat mundur
menjauhi diri, bersama-sama dengan Yo Ko dan pangeran Ghalik, Sasana telah
menyusul Yo Him.
Ciu Pek Thong juga tengah
gembira bukan main mempermainkan para tentara kerajaan itu, dia berulang kali
telah menyerangnya, menghantam memukul atau juga timbul jailannya, setelah
mencopoti topi dari salah seorang tentara kerajaan, diapun mempergunakan
kesempatan itu menarik rambut tentara kerajaan, yang rambutnya di tou-cang (dikepang).
Kemudian dia menggerahkan tenaganya, memutar-mutar tawanannya itu yang
dibolang-balingkan menghantam belasan orang tentara kerajaan. Dengan demikian
Ciu Pek Thong berhasil membuka jalan.
Sedangkan Yo Ko melihat
keadaan seperti itu, mengikuti caranya Ciu Pek Thong. Tangan tunggalnya telah
menjambak punggung salah seorang tentara kerajaan, kemudian sambil melindungi
Yo Him yang mengempit Ko Tie dan Yeh-lu Kie, dia telah membolang balingkan
tawanannya itu. Maka diapun berhasil membuka jalan dengan cepat.
Para pengemis Kay-pang yang
telah menerjang dengan hebat, untuk ikut meloloskan diri dengan rombongan Yo
Ko.
Swat Tocu yang tengah gusar,
berhasil membinasakan lima atau enam orang lawannya dengan mempergunakan
pukulan Inti Es nya, lalu diapun menyusul rombongan Yo Him.
Hek Pek Siang-sat dan juga
enam orang pahlawannya pangeran Ghalik telah menggerakkan senjata mereka dengan
hebat. Entah berapa puluh tentara kerajaan yang rubuh di tangan mereka,
sesampai diakhirnya tentulah merekapun bisa bergabung dengan rombongan Yo Him,
yang telah menyingkir jauh.
Tiat To Hoat-ong yang semula
ingin mengejar terus dengan pasukan tentaranya, akhirnya berpikir dua kali
menyaksikan korban-korban yang berjatuhan seperti itu. Jika dia mengejar terus,
jelas korban-korban yang berjatuhan lebih banyak lagi, sedangkan waktu itu
Lengky Lumi dan Gochin Talu memang tengah dalam keadaan terluka dan perlu
ditolong keselamatannya. Maka Koksu negara ini akhirnya memanggil para tentara
kerajaan, menariknya pulang dengan tangan yang nihil.
Yo Ko telah mengajak
rombongannya menyingkir jauh sekali, sampai puluhan lie. Barulah mereka
mengasoh untuk mengurangi perasaan lelah.
Juga dalam kesempatan itu, Yo
Him telah mengobati luka Sasana dan pada pengemis-pengemis Kay-pang itu. Diapun
telah memberikan obat bubuk untuk luka kepada Sasana, agar gadis itu mengobati
luka ayahnya, pangeran Ghalik.
Setelah beristirahat beberapa
saat lamanya mereka telah melanjutkan perjalanan lagi. Yang terpenting buat
mereka adalah menjauhi diri dari kotaraja.
Begitulah rombongan pangeran
Ghalik tersebut mengambil arah ke barat, mereka bermaksud turut pergi ke
Ban-san-kwan. Di kota itu pangeran Ghalik ingin menemui seseorang, yaitu
seorang panglima perang yang sebelumnya menjadi bawahan dan sahabatnya. Dia
ingin mencari jalan keluar dari kesulitannya ini dengan berunding bersama
sahabat merangkap juga sebagai bawahannya itu......
Tetapi ketika mereka tiba di
kota Bun-san-kwan, dan Yo Ko bersama Yo Him telah menyelidikinya, ternyata
panglima yang menjadi sahabat dan merangkap bawahan pangeran Ghalik itu, yaitu
panglima Thio Su Kwang, telah ditangkap oleh kerajaan, semua itu atas perintah
Kaisar..... Dengan demikian pangeran Ghalik menyadari, bahwa semua orang-orang
bekas bawahannya pun telah mengalami bencana karena fitnah Tiat To Hoat-ong
kepadanya, di mana persoalan telah jadi meluas seperti itu, dan dia harus
mengambil tindakan yang tepat guna mengatasinya.
“Jika demikian, aku harus
mengambil tindakan!” kata pangeran Ghalik dengan wajah berduka kepada Yo Ko dan
yang lainnya, ketika malam itu mereka berkumpul di sebuah kuil tua yang telah
rusak dan tidak berpenghuni.
“Dan walaupun aku sangat
mencintai rakyat, mencintai negara dan merupakan pangeran yang setia kepada
Kaisarnya di mana semula aku tidak memiliki maksud-maksud yang kotor untuk
menodai kepercayaan Kaisar kepadaku. Namun sekarang menyaksikan semua itu, aku
harus bertindak dengan mengadakan suatu gerakan..... Bukan tujuan utamaku untuk
menggulingkan Kaisar, tetapi..... tetapi aku memang ingin membuktikan, bahwa
Kaisar keliru dengan tindakannya ini! Terutama sekali pada Tiat To Hoat-ong,
Kok-su yang biadab dan busuk itu. Dia perlu memperoleh pengajaran yang setimpal
dengan perbuatannya.....!”
Yo Ko tersenyum mendengar
pangeran Ghalik hendak mengadakan pergerakan. Sebagai seorang pangeran yang
sebelumnya memegang kekuasaan terbesar dalam angkatan perang Mongolia. Jika dia
bergerak dan mengadakan suatu pergerakan, jelas masih banyak pengikut-pengikut
setianya yang akan membantu dan mendukungnya.
“Jika memang Tay-jin ingin
mengadakan suatu pergerakan, itulah hal yang harus dipikirkan dua kali......!”
kata Yo Ko. “Pertama-tama yang perlu dipikirkan adalah keselamatan rakyat jika
sampai terjadi peperangan pula, bukankah rakyat yang akan terjadi korban dan
bersengsara?!”
Yo Ko mengemukakan pikiran
seperti itu, karena dia berpikir cepat sekali di waktu itu.
Jika memang pergerakan
pangeran Ghalik berhasil, sehingga dia bisa meruntuhkan Kaisar Kublai Khan, dan
dia naik takhta, bukankah sama saja keadaannya seperti sekarang, di mana
Tiong-goan tetap dijajah oleh orang Monggolia, oleh kerajaan Boan? Bukankah
pangeran Ghalik pun belum tentu lebih baik dari Kaisar Mongolia!
Malah ancaman yang lebih hebat
lagi mungkin terjadi, karena pangeran Ghalik ini memiliki otak yang jauh lebih
cerdik dari Kaisar, di mana dialah merupakan tulang punggung utama waktu
merubuhkan kerajaan Song, mengadakan siasat-siasat keji mengadu domba antara
para jago-jago Tiong-goan. Karena dari itu, walaupun terkejut mendengar maksud
pangeran Ghalik yang ingin mengadakan pergerakan dan menghimpun sisa-sisa
pengikutnya yang setia, Yo Ko tidak memperlihatkan perasaan terkejutnya itu,
dia hanya berusaha mencegah maksud dari pangeran ini dengan cara yang halus.
Tetapi pangeran Ghalik waktu
itu telah menghela napas dalam-dalam.
“Yo Tayhiap. memang telah lama
sekali aku mendengar akan kehebatanmu, dan beberapa waktu yang lalu kitapun
telah terlibat dalam permusuhan akibat peperangan itu, tetapi kukira sekarang
ini tentunya engkaupun mau menghabisi semua itu dan bersedia untuk membantuku
bukan?!”
Yo Ko berdiri, dia mengangkat
tangan tunggalnya, dia telah memberi hormat, sambil katanya: “Ya, untuk
kebaikan dan perikemanusiaan aku bersedia membantu, tetapi jika memang Tayjin
bermaksud mengadakan pergerakan yang bisa mengancam keselamatan rakyat dan
mengganggu kesejahteraannya, maafkanlah, aku si orang she Yo tidak bisa
menerimanya......!”
Pangeran Ghalik menghela
napas. Dia menunduk dalam-dalam, lalu dia mengangkat kepalanya menoleh kepada Hek
Pek Siang-sat, katanya: “Kalian merupakan orang-orangku yang setia, kalian
telah mati-matian berusaha melindungi aku..... dan kalian berenam......!”
pangeran Ghalik mengawasi keenam orang pahlawannya yang setia.
“Kalian juga merupakan
pengikutku yang setia dan tenaga serta perjuangan kalian untuk melindungi aku
benar-benar merupakan budi yang besar. Tetapi mendengar perkataan Yo Tayhiap,
akupun telah memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengadakan pergerakan itu
sangat tipis. Jika aku memaksakan diri, jelas hanya akan mendatangkan gelombang
belaka. Maka biarlah dalam beberapa hari ini kita beristirahat dulu, dan aku
akan mempertimbangkan hal itu masak-masak.....!”
Yo Ko tidak memberikan
komentar apa-apa atas sikap pangeran itu, hanya saja di hati kecilnya dia
kurang begitu menyukai pangeran ini. Jika tokh memang sekarang dia telah
membantu secara tidak langsuag pada pangeran Ghalik, itulah disebabkan dia
memandang puteranya, Yo Him, yang tampaknya memiliki hubungan yang intim dan
mesra dengan puteri pangeran Ghalik, yaitu Sasana.....”
Rombongan pangeran Ghalik
telah mengasoh beberapa hari di kuil rusak itu. Sedangkan Swat Tocu terus
menerus mendesak Kwee Hu agar mereka melanjutkan perjalanan memisahkan diri
dari pangeran Ghalik, untuk mencari Kwee Ceng dan Oey Yong, untuk mengukur ilmu
siapa yang lebih tinggi.
Namun sekarang ini, Kwee Hu
tidak berani berlaku kurang ajar, dia telah berkata dengan sungguh-sungguh,
bahwa kepandaian Swat Tocu sangat sempurna sekali. Diakui oleh dia, bahwa dulu
dia hanya memancing Swat Tocu agar Tocu itu bergusar dan mengajak dia bersama
suami dan puteri meninggalkan pulau salju itu, sebab jika memang mereka
meninggalkan pulau salju tanpa Swat Tocu ikut serta dengan mereka, Kwee Hu
mengakui dia bersama suami dan puterinya akan mengalami ancaman bencana yang
tidak kecil di lautan, tentunya mereka memang tidak memiliki kapal yang baik,
untuk dipergunakan dalam mengarungi lautan itu, hanya sebuah perahu kecil
belaka.....
Swat Tocu mendongkol bukan
main mendengar pengakuan Kwee Hu, tapi dia tetap bersikeras hendak bertemu
dengan Kwee Ceng dan Oey Yong untuk mengadu ilmu.
Ciu Pek Thong yang mendengar
hal itu, telah tertawa. Memang sejak masih muda Ciu Pek Thong gemar dan
keranjingan mempelajari ilmu silat, dengan sendirinya sekarang mendengar Swat
Tocu, seorang tokoh persilatan yang kepandaiannya mungkin tidak berada di
sebelah bawah kepandaian Oey Yok Su dan Yo Ko, dia jadi terbangun semangatnya.
Dia telah menantangnya untuk Swat Tocu main-main seribu jurus dengannya.
Swat Tocu tentu saja tidak
menampik tantangan itu dan merekapun telah bertempur untuk mengadu ilmu.